ukm kebomas - ddtk
DESCRIPTION
TUGAS IKMTRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
KURANGNYA CAKUPAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEBOMAS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GRESIK
KEPANITERAAN IKM DM FK UHT
PERIODE 07 JANUARI 2013 – 2 FEBRUARI 2013
Disusun Oleh :
Abadi Abdullah, S.Ked 2004.04.0.0130
Fajar Ali Wijaya K, S.Ked 2005.04.0.0006
Aelyn Halim, S.Ked 2005.04.0.0007
Zahrotul khotimah, S.Ked 2005.04.0.0074
Halimanda Denta, S.Ked 2007.04.0.0059
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
KURANGNYA CAKUPAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEBOMAS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN GRESIK
KEPANITERAAN IKM DM FK UHT
PERIODE 07 JANUARI 2013 – 2 FEBRUARI 2013
Telah disetujui dan disahkan
Gresik, Januari 2013
Pembimbing Operasional Pembimbing Operasional I Pembimbing Operasional II
dr. Mukhibatul Khusnah, MM dr. Heny Jasaningsih
Pembimbing Akademik
Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II
dr. Merdiastuti W.P. dr. E. Garianto, M.Kes
Pembimbing Akademik III
Prof.Dr.dr.Hj. Arsiniati M.B. Arbai, Sp. GK, DA.Nutr
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas kepaniteraan di
Puskesmas Kebomas, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik dapat
diselesaikan dengan baik. Kegiatan yang kami laksanakan merupakan upaya
untuk memahami penyusunan dan pembuatan Laporan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM).
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
dr. Sugeng Widodo, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Gresik beserta staf
dr. Heny Jasaningsih selaku Kepala Bidang Kesehatan Keluarga
Gresik beserta staf
dr. Mukhibatul Khusnah, MM, selaku Kepala Puskesmas Kebomas,
Gresik beserta staf
dr. Merdiastuti WP., selaku koordinator pembimbing dokter muda IKM
di Gresik
dr. Efyluk Garianto, M.Kes., selaku Kepala Departemen IKM-KP,
beserta staf
Prof.Dr.dr.Hj. Arsiniati M.B. Arbai, Sp. GK, DA.Nutr, selaku koordinator
pembimbing dokter muda IKM.
Teman-teman sejawat Dokter Muda IKM
Semua pihak yang telah membantu kami atas penyelesaian laporan
UKM yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa Laporan UKM yang kami susun masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga Laporan
UKM ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Gresik, Januari 2013
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
Daftar Bagan . ........................................................................................ vi
Daftar Tabel ........................................................................................... vii
Daftar Gambar ....................................................................................... viii
Daftar Lampiran ..................................................................................... ix
Daftar Singkatan . ................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................. 3
1.4 Manfaat ................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ...................... 5
2.2 Ciri – ciri Tumbuh Kembang AnaK ........................................ 5
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak 7
2.4 Periode Tumbuh Kembang Anak .......................................... 8
2.5 Gangguan Tumbuh kembang yang Sering Ditemukan .......... 33
iv
2.6 Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah ..... 34
2.7 Ciri Alat Permainan Untuk Anak Di bawah Usia 5 Tahun ...... 37
2.8 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak .................................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ...................................................... 44
BAB 4 METODE PEMBELAJARAN
4.1 Deskriptif ............................................................................... 47
4.2 Isu Faktual . ........................................................................... 49
4.3 Wawancara dan Konsultasi . ................................................. 51
BAB 5 HASIL PEMBELAJARAN
5.1 Data – data pendukung yang diperlukan / berkaitan ............ 53
5.2 Notulen dan pemberian materi program oleh penanggung
jawab program yang berkaitan dengan masalah
rendahnya angka pencapaian DDTK pada APRAS pada
Puskesmas Kebomas ........................................................... 54
5.3 Perkembangan / tahap demi tahap Diskusi Manajemen
Sumber Daya berdasar Diagram Ishikawa dengan
pembimbing .......................................................................... 54
BAB 6 URAIAN 12 LANGKAH
6.1 IDENTIFIKASI MASALAH ................................................... 55
6.2 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH ................................... 55
6.3 PERNYATAAN MASALAH ....................................................... 58
v
6.4 MEMAHAMI PROSES DAN LOKASI MASALAH.................... 58
6.5 PENENTUAN PENYEBAB MASALAH ..................................... 59
6.6 PENGUMPULAN DATA TENTANG PENYEBAB MASALAH 61
6.7 PENENTUAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH ................ 62
6.8 PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH......... 63
6.9 PENETAPAN PEMECAHAN MASALAH .................................. 64
6.10 PEMBENTUKAN TIM PEMECAHAN MASALAH ................... 66
6.11 PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN MASALAH ............ 66
6.12 MONITORING DAN EVALUASI ............................................... 69
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN ............................................................................ 76
7.2 SARAN ........................................................................................ 76
Daftar Pustaka ....................................................................................... 78
Lampiran. ............................................................................................... 79
vi
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ............................................... 46
Bagan 4.1 Jumlah tenaga DDTK pada TK dan PAUD .............. 51
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul 1 sampai 5 tahun ........... 19
Tabel 2.2 Tanda Kesiapan Anak dalam latihan bertoilet......... 23
Tabel 6.1 Tabel Penentuan Prioritas Masalah ............................. 59
Tabel 6.2 Tabel Data Penyebab Masalah ................................... 63
Tabel 6.3 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah ..................... 64
Tabel 6.4 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah ................... 66
Tabel 6.5 Penetapan Pemecahan Masalah .................................. 67
Tabel 6.6 Pemantauan Pemecahan Masalah “Gant Chart” ........... 72
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram Pencapaian Masalah .............................. 55
Gambar 6.1 Flow Chart ............................................................ 58
Gambar 6.2 Fish Bone ............................................................ 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL
THROWING ........................................................... 79
Lampiran 2 LEAFLET HALAMAN DEPAN ............................... 80
Lampiran 3 LEAFLET HALAMAN BELAKANG ....................... 81
Lampiran 4 JADWAL KEGIATAN DDTK ..................................... 82
Lampiran 5 STATUS GIZI BERDASARKAN STANDAR
WHO-NCHS 2005 BB/TB ............................................ 83
Lampiran 6 LINGKAR KEPALA ANAK ........................................ 85
Lampiran 7 KPSP BERDASARKAN UMUR ................................. 86
Lampiran 8 TES DAYA DENGAR ................................................. 90
Lampiran 9 TES DAYA LIHAT ...................................................... 91
Lampiran 10 KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL ... 92
Lampiran 11 CEKLIS DETEKSI DINI AUTIS ................................. 93
Lampiran 12 FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN
PEMUSATAN PERHATIAN DAN
HIPERAKTIVITAS ...................................................... 94
Lampiran 13 ALUR RUJUKAN DDTK ............................................ 95
x
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pembelanjaan Bulanan Daerah
APE : Alat Permainan Edukatif
BOK : Bantuan Operasional Kesehatan
CHAT : Check list for Autism in Toddles =cek is deteksi autis
DDTK : Deteksi Dini Tumbuh Kembang
GPPH : Ganguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
KB : Keluarga Berencana
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KMEE : Koesioner Masalah Mental Emosionl
KPSP : Koesioner Pra Skrining Perkembangan
LKA : Lingkar Kepala Anak
MCUA : Multiple Criteria Utility Assesment
MTBM : Managemen Terpadu Bayi Muda
MTBS : Managemen Terpadu Balita Sakit
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
SMARTS : Specific, Miserable, Attainable/ Achievable,
Relevan/ Reality, Time limit, Sustainable.
TDD : Test Daya Dengar
TDL : Test Daya Liat
xi
UPT : Unit Pelaksana Teknis
USG : Urgency Seriusness Growth
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan
anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan.
Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga
melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir
dengan selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak
anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya,
ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal
baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi
majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.1,2
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih
plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi
positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan
pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan
utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak
adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung
sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita tersebut
sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window
of opportunity) dan “masa kritis” (critrical period).1
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10
persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian
serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta
terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut,
2
berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak
juga perlu dieliminasi.1
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensip dan
berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa
kritis” tersebut diatas. Melakukan stimulasi yang memadai artinya
merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara
optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini penyimpangan
tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya.
Melakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya
melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada anak seorang
anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya
tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus
dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.1
Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota
keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh mayarakat, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional
(kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal.
Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya
meningkatnya status kesehatan gizi anak tetapi juga mental, emosional,
sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal.
Pembinaan tumbuh kembang anak memerlukan perangkat instrumen
untuk stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
termasuk format rujukan kasus dan pencatatan-pelaporan kegiatan.
Berbagai metoda stimulasi dan deteksi dini telah banyak dikembangkan oleh
para ahli dan lintas sektor terkait.1,3,4
3
Atas dasar pemikiran ini, maka dipilihlah topik permasalahan mengenai
kesehatan ibu dan anak, khususnya mengenai tumbuh kembang untuk diangkat
sebagai pokok bahasan dalam makalah ini. Beberapa program yang telah
dijalankan di Puskesmas Kebomas sejauh ini meliputi:1,3,4
Poli KIA : melayani bumil, bufas, bayi, dan anak ( termasuk bumil risti dan
bayi risti )
Poli MTBS : penatalaksanaan bayi dan balita sakit dan MTBM (Managemen
Terpadu Bayi Muda).
KB : melakukan konseling terhadap klien, dan pelayanan kontrasepsi.
Poli DDTK : pemeriksaan rutin dan penatalaksanaan tumbuh kembang
bayi, balita dan apras.
Posyandu balita:
o Pencatatan, penimbangan dan penyuluhan bayi dan balita
o Pengisian KMS
o Pengobatan
o Penyuluhan perorangan
o Kegiatan sosial
o Pelaksanaan DDTK di TK, PAUD
Dalam program-program yang telah berjalan masih terdapatnya
kesenjangan (gap) antara target dan hasil yang telah dicapai, terutama masalah
deteksi dini tumbuh kembang.
1.2. Rumusan Masalah
Kurangnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak prasekolah
pada wilayah kerja Puskesmas Kebomas pada tahun 2012.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui program, pelaksanaan, permasalahan dan
penyelesaian masalah pada Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak prasekolah wilayah kerja Puskesmas Kebomas
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pentingnya deteksi dini tumbuh kembang.
Mempelajari pencapaian program DDTK
Mengetahui penyebab terjadinya permasalahan DDTK.
Mencoba mendapatkan pemecahan permasalahan tersebut.
1.4. Manfaat
1.4.1 Untuk Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Memberikan informasi mengenai kondisi tumbuh kembang
anak prasekolah di salah satu wilayah kerja Puskesmas, yang
berguna untuk pengembangan program selanjutnya.
Memberikan informasi kepada Puskesmas tentang kendala -
kendala yang mungkin dihadapi di lapangan serta
memberikan masukan alternatif pemecahan masalah yang
dapat diambil.
1.4.2 Untuk Dokter Muda (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hang Tuah)
Mampu menerapkan ilmu dan melatih kemampuan dalam
menganalisa dan memecahkan masalah kesehatan keluarga
yang terjadi.
1.4.3 Untuk Masyarakat
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
deteksi sini tumbuh kembang pada anak prasekolah.
Meningkatnya pengetahuan guru TK maupun Bunda PAUD
tentang pentingnya deteksi sini tumbuh kembang pada anak
prasekolah
Mengajak masyarakat untuk berperan serta mengatasi
masalah - masalah dalam pelaksanaan deteksi dini tumbuh
kembang anak prasekolah.
1..4.4 Untuk Peneliti lain
Laporan ini menyediakan data sebagai informasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi, bersifat kuantitatif sehingga
dengan demikian dapat kita ukur dengan menggunakan satuan panjang
atau satuan berat.2
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukuran
nya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian2
2.2 Ciri – ciri Tumbuh Kembang Anak
2.2.1 Prinsip Tumbuh Kembang Anak:1,2,4
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan misal, perkembangan intelgensi
pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati
tahapan sebelumnya. Misal, seorang anak tidak bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat karena perkembangan awal merupakn masa kritis
untuk menentukan perkembangan selanjutnya
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai
6
kecepatn yng berbeda baik perkembangan fisik maupun fungsi organ
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah
anggota tubuh
Perkembang antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (
gerak kasar ) lalu berkembng ke bagin distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus ( pola proksimosdital )
6) Perkembangan memiliki tahap yan berurutan
Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak anak mampu berdiri sebelum
berjalan.
2.2.2 Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak
Meburut DEPKES RI (2001), periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita, pada masa balita ini kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, dan integelensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar keperibadian juga
dibentuk pada masa ini. Untuk memantau perkembangan anak balita,
terdapat 7 aspek yang dipantau tingkat perkembangannya, yaitu: 5
1. Perkembangan kemampuan gerak kasar
2. Perkembangan kemampuan gerak halus
3. Perkembangan Kemampuan komunikasi pasif
4. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif
5. Perkemabangan kecerdasan
6. Perkembangan menolong diri sendiri
7. Perkembangan bergaul
7
Dalam rangka mengoptimalkan perkembagan balita sebaiknya
dilakukan stimulasi. Kegiatan ini meliputi berbagai hal untuk merangsang
perkembangan anak, antara lain: latihan gerak, berbicara, berfikir
mandiri, serta bergaul. Dalam melakukan stimulasi, kegiatan membina
kemampuan anak menurut kegiatan tersebut dikelompokkan kedalam 4
jenis, yaitu: 1,5
1. Pembinaan kemampuan gerak kasar
2. Pembinaan kemampuan gerak halus
3. Pembinaan kemampuan berbicara, bahasa dn kecerdasan
4. Pembinaan kemampuan bergaul dan mandiri
Pengelompokan umur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Usia 0-3 bulan
2. Usia 3-6 bulan
3. Usia 6-9 bulan
4. Usia 9-12 bulan
5. Usia 12-15 bulan
6. Usia 15-18 bulan
7. Usia 18-24 bulan
8. Usia 2-3 tahun
9. Usia 3-5 tahun
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-
heredo konstituinal ( intrinsik ) dan peran lingkungan ( ekstrinsik ).Gangguan
tumbuh kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau karena faktor
lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang
anak. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak yaitu kebutuhan bio-psikososial terdiri dari kebutuhan
biomedis/ „asuh‟ ( nutrisi,imunisasi,higiene,pengobatan,pakaian,tempat
8
tinggal,sanitasi lingkungan dan lain-lain ) sejak masa konsepsi sampai akhir
remaja. Ibu ( atau pengganti Ibu ) merupakan lingkungan pertama dan paling
erat sejak janin di dalam kandungan ( bahkan sampai remaja ) oleh karena itu
disebut lingkungan mikro, Ayah, kakak, adik, nenek-kakek, pengasuh, status
sosial ekonomi berupa sarana di dalam rumah, sanitasi, sarana bermain, nilai-
nilai, aturan-aturan dan lain-lain merupakan lingkungan berikutnya dan
Hal-hal di luar rumah, sanitasi lingkungan, polusi, tetangga, taman
bermain, sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan formal dan non
formal, sarana bermain, adat-budaya, dan lain-lain merupakan lingkungan
meso yang secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak. Program Pemerintah, organisasi profesi, perguruan
tinggi, LSM, kebijakan internasional WHO, Unicef dan lain-lain merupakan
lingkungan makro yang secara tidak langsung dapat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Bayi dan balita terutama sangat dipengaruhi oleh lingkungan
mikro (Ibu) dan mini (keluarga), walaupun lingkungan meso dan makro juga
berpengaruh. Semakin tua umur anak maka semakin luas dan semakin
kompleks pengaruh bio-psikososial dari lingkungan terhadap tumbuh
kembangnya.10
2.4 Periode Tumbuh Kembang Anak4
1) Tumbuh Kembang Usia 12 – 18 Bulan
- Perkembangan Fisik
Tingkat pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua
dan nafsu makan menurun. “Lemak bayi” dibakar oleh gerakan
yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan membuat perut
menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut,
menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1
tahun.
Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia
satu tahun, sebagian lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15
bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani cenderung berjalan lebih
9
awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat dengan
menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat.
Berjalan lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di
bidang-bidang lain.
Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok
dengan lengan di fleksi di siku, seluruh batang tubuh berputar pada
setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk ke arah luar dan ke
dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju
kemantapan yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah
beberapa bulan latihan, pusat gravitasi bergeser ke belakang dan
batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara lutut ekstensi dan
lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki
ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan
membungkuk tanpa jatuh.
Ketika anak dapat berjalan secara bebas, anak dapat
berjalan menjauhi orang tuanya dan menjelajahi lingkungannya.
Meskipun anak menggunakan ibunya sebagai “basis rumah/home
base”, sering kembali kepada ibunya untuk menentramkan hati lagi,
menunjukkan bahwa anak telah mengambil langkah besar menuju
kebebasan.
- Perkembangan Kognitif
Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena
pendekatan, pemegangan, dan pelepasan hampir sepenuhnya
matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik. Anak yang
baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru
untuk menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok
atau meletakan barang ke dalam tempat kaset video. Alat-alat
mainan juga lebih mungkin untuk digunakan pada maksud-maksud
tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru orang
tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang
penting. Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu
sendiri (pura-pura minum dari cangkir kosong).
10
- Perkembangan Emosi
Bayi-bayi yang berkembang mendekati kejadian penting
atau “milestone” dari langkah-langkah pertama mereka mungkin
mudah marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati
utama mereka nyata sekali. Anak yang baru belajar berjalan
digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh kemampuan
mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering
berputar mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet
mengelilingi matahari, berpindah-pindah, menoleh ke belakang,
bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk mendapat
sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada
lingkungan yang tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut,
orbit-orbit demikian mungkin kecil atau tidak ada, dalam keadaan
lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat “berkeliling”
sampai tidak terlihat.
Kemampuan anak untuk menggunakan orang tua sebagai
“tempat aman” untuk penjelajahan, tergantung pada hubungan
kasih sayang. Kasih sayang dapat dinilai dari orang tua
meninggalkan anak-anak dalam ruang bermain yang tidak dikenal,
“situasi asing”. Ketika orang tua mereka pergi, sebagian anak
berhenti bermain, menangis, dan mencoba untuk ikut. Namun,
akibat terbesar yang menarik adalah tanggapan anak ketika orang
tua mereka kembali. Anak yang disayangi pergi ke orang tuanya
dengan segera untuk diantar, dihibur dan kemudian dapat kembali
bermain. Anak dengan perasaan sayang yang bertentangan
(ambivalen) pergi ke orang tuanya tetapi kemudian menolak untuk
dihibur dan mungkin memukul orang tuanya karena marah. Anak-
anak yang dkategorikan sebagai penghindar mungkin tidak protes
ketika orang tua mereka pergi dan mungkin tidak menyambut saat
mereka kembali. Pola tanggapan yang tampak gelisah mungkin
mewakili perkembangan bayi mengembangkan strategi untuk
menanggulangi sifat orang tua mereka yang suka menghukum atau
11
tidak bertanggung jawab dan mungkin meramalkan masalah
kognitif dan masalah emosi di kemudian hari. Persengketaan
berlanjut tentang bagaimana bayi bertabiat dan pengalaman
perpisahan sebelumnya mungkin mempengaruhi tafsiran dari akibat
situasi yang aneh.
- Perkembangan Bahasa
Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal
sebagai interaksi antara bayi dan yang merawatnya. Penerimaan
bahasa mendahului perasaan. Kata-kata pertama mulai muncul
pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat mengucapkan
setidaknya 1 sampai 2 kata pada ulang thun pertama mereka.
Ketika bayi mulai mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12
bulan , mereka mulai menanggapi dengan tepat beberapa contoh
pernyataan sederhana seperti “tidak”, “selamat tinggal, “ saya
minta”. Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian
utama tubuh dan mengunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan
benar, termasuk kata benda nama sendiri. Anak yang baru berjalan
juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang banyak tetapi
tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. Sebagian
besar komunikasi keinginan dan ide berlanjut menjadi non-verbal.
- Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Orang tua dapat mengungkapkan tentang asupan yang
rendah sebagai pertumbuhan yang lambat. Orang tua yang tidak
dapat mengingat kejadian-kejadian penting lain cenderung
mengingat ketika anak mereka mulai berjalan, mungkin karena
persamaan simbolis berjalan dengan sikap mandiri. Pada anak
yang baru mulai berjalan seharusnya didorong untuk menjelajahi
lingkungannya, kemampuan anak untuk mencari tahu juga
meningkatkan resiko untuk terluka dan penambahan pengawasan.
12
Dalam ruang pemeriksaan, kebanyakan anak yang baru
mulai berjalan nyaman untuk menjelajahi ruangan, tetapi tetap
melekat pada orang tuanya dibawah stress pemeriksaan.
Melakukan sebagian besar pemeriksaan fisik pada pangkuan
orangtuanya membantu menghilangkan rasa takut untuk
dipisahkan. Bayi-bayi yang menjadi bertambah distress, bukan
berkurang, di tangan orang tuanya atau yang menghindari orang
tuanya saat stress, mungkin menjadi gelisah. Anak-anak yang
muda, bila mengalami distress, berbalik ke orang asing untuk
mendapatkan hiburan bukannya ke orangtuanya yang sangat
mengkuatirkan. Konflik antara kebebasan dan keamanan
bermanifestasi dalam masalah disiplin, sifat marah, latihan toilet,
dan perubahan perilaku makan. Orang tua sebaiknya diberitahukan
tentang masalah-masalah ini bahwa peristiwa ini masih dalam
batas perkembangan normal anak.
2) Tumbuh Kembang Usia 18 – 24 Bulan
- Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini,
dengan perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan
kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga.
Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun
pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala
dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya
5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan.
- Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif
datang menandai kesimpulan periode sensorimotor. Obyek
permanen benar-benar didirikan, balita yang baru belajar berjalan
mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun
13
benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan
akibat dimengerti dengan lebih baik, dan balita memperlihatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah, menggunakan tongkat
untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan
menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan.
Perubahan bentuk secara simbolik dalam permainan tidak lagi
terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga sebuah boneka dapat
diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur
9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan
perubahan penting dalam emosi dan bidang bahasa.
- Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode
sebelumnya memberi jalan untuk menambah keterikatannya pada
usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan sebagai
penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran
dari kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan
bahwa mereka tidak bisa kemana-mana tanpa bersama-sama
anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat sulit, dengan banyaknya
kesalahan awal dan kemarahan. Banyak anak menggunakan
selimut khusus atau mainan sebagai obyek transisi, sesuatu yang
berguna sebagai simbol dari ketidakhadiran orangtua (obyek dalam
istilah psikoanalitik). Obyek transisi tetap pentig sampai peralihan
ke pemikiran simbolis telah dilengkapi dan simbol kehadiran orang
tua telah dipenuhi.
Kesadaran sendiri dan pemenuhan standar evaluasi pertama
muncul pada usia ini. Anak yang sedang belajar berjalan
memandang cermin untuk pertama kalinya, menyentuh wajah
mereka sendiri bukannya bayangan cermin, jika mereka
memperhatikan titik merah pada hidung mereka atau beberapa
penampilan yang tidak biasa. Mereka mulai mengenali ketika
14
mainannya rusak dan mugkin menyerahkan kepada orang tua
untuk diperbaiki. Ketika tergoda untuk menyentuh objek yang
dilarang, mereka mungkin berkata kepada diri mereka sendiri,
“jangan, jangan”, bukti adanya internalisasi standar perilaku.
Bahasa menjadi penting untuk mengontrol gerak hati, sebab awal,
dan hubungan antara ide-ide. Faktanya mereka sering menyentuh
suatu objek untuk menunjukkan kelemahan relatif dari proses
hambatan internalisasi pada tahap ini.
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai
mengerti perasaan orang lain dan membangun rasa empati. Anak
dapat memeluk anak lainnya yang mendapatkan distress atau
menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit. Mereka mulai
mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini
mendorong mereka untuk menahan perilaku agresif mereka.
- Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode
ini ialah bahasa. Memberi nama objek bertepatan dengan
kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah menyadari bahwa kata-
kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang
dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia
2 tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata,
anak-anak mulai menggabungkan kata-kata tersebut untuk
memulai kalimat sederhana, permulaan tata bahasa. Pada tingkat
ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti “berikan bola itu dan
pakai sepatumu”. Bahasa juga memberikan anak perasaan
mengontrol lingkuangan sekitarnya, seperti “selamat tinggal” atau
“malam-malam”. Kemunculan bahasa lisan menandakan
berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru
berjalan-jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk
mengungkapkan ide-ide dan menyelesaikan masalah, kebutuhan
15
untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan gerakan
manipulasi berkurang.
Bertambahnya perbendaharaan kata yang ekspresif
bervariasi antara usia 12 sampai 24 bulan. Anak laki-laki dan anak
yang diajarkan 2 bahasa cenderung mengalami perkembangan
bahasa yang lebih lambat selama usia tersebut. Namun jenis
kelamin dan pajanan 2 bahasa bukan menjadi alasan gagalnya
merujuk anak karena terlambat bicara untuk evaluasi lebih lanjut.
Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan anak tidak benar-benar
mahir 2 bahasa. Kebanyakan anak banyak mempunyai satu
bahasa yang utama dan bahasa lainnya hanya sebagai bahasa
sekunder.
- Keterlibatan Orang Tua dan Dokter Anak
Dengan pertambahan gerakan, pembatasan fisik pada
penjelajahan anak menjadi kurang efektif, kata-kata menjadi
bertambah penting untuk mengontrol tingkah laku juga kognisi.
Anak-anak dengan pertambahan bahasa yang tertunda sering
mempunyai masalah tingkah laku yang lebih besar. Perkembangan
bahasa menjadi mudah ketika orang tua dan pengasuh memakai
kalimat yang sederhana, jelas, menanyakan pertanyaan dan
tanggap terhadap kalimat anak-anak yang tidak sempurna dan
komunikasi yang dibuat dengan kata-kata yang tepat. Periode
teratur dengan melihat buku-buku bergambar bersama-sama
berlanjut untuk menyediakan suasana yang ideal untuk
perkembangan bahasa.
Dalam ruang pemeriksaan, beberapa prosedur dapat
mengurangi rasa cemas anak terhadap keasingan. Awalnya hindari
kontak mata secara langsung. Lakukan pemeriksaan sebanyak
mungkin yang dapat dikerjakan dengan anak ada di pangkuan
orangtuanya. Dokter anak dapat menjelaskan tentang munculnya
16
kembali masalah perpisahan dan penampilan menghargai selimut
atau boneka beruang sebagai fenomena perkembangan. Orang tua
harus mengerti tentang pentingnya penjelajahan. Daripada
membatasi pergerakan anak, lebih baik menempatkan anak pada
tempat yang aman atau mengganti 1 aktivitas ke aktivitas lainnya.
Metode disiplin, termasuk hukuman badan, harus didiskusikan,
alternatif yang efektif biasanya lebih dihargai. Membantu orang tua
untuk mengerti dan beradaptasi dengan perubahan emosi anak
yang berbeda dapat merupakan intervensi yang penting.
Perkembangan rutin harian sangat membantu anak pada usia ini.
Kekakuan dalam rutinitas dapat mencerminkan kebutuhan
penguasaan merubah lingkungan.
- Nutrisi pada Toddler
Anak kecil membutuhkan diet dengan kandungan energi
yang besar, mereka cenderung makan-makanan tinggi lemak dan
karbohidrat namun rendah buah-buahan dan sayur-sayuran.
Secara umum, usia toddler merupakan usia transisi dari perubahan
diet tinggi lemak sejak bayi menjadi diet rendah lemak pada usia
pra sekolah dan anak yang lebih tua.
Orang tua harus diberitahu bahwa makanan yang
mengandung karbohidrat harus diberikan saat anak makan menu
utama. Pemberian buah-buahan dan sayur-sayuran dengan porsi
80 gram sehari harus dipikirkan oleh orang tuanya, sangat penting
untuk memberikan buah dan sayur pada setiap kali makan untuk
membuat anak terbiasa dengan makanan ini. Dengan memotong-
motong sayur atau buah menjadi potongan kecil, diaduk pada
penggorengan, dan dibakar untuk membuat manis rasanya dan
ditambahkan pada sup dan saus dapat menambah konsumsi sayur
dan buah pada anak. Susu dan produk susu merupakan sumber
kalsium dan nutrisi lainnya yang sangat penting, dan orang tua
17
sebaiknya memberikan sebanyak 3 kali sehari. Namun,
memberikan banyak susu dapat menggantikan makanan penting
lainnya dan dapat mengarah kepada defisiensi Fe pada toddler. 1
sampai 2 kali pemberian daging, ikan, dan makanan alternatif bagi
vegetarian (seperti telur, buncis, kacang) juga harus diberikan dan
dapat disajikan dengan makanan yang berkuah untuk melembutkan
bentuknya. Makanan tinggi lemak dan karbohidrat (seperti es krim,
kue, biskuit) dapat diberikan dalam jumlah tidak banyak dan tidak
boleh menggantikan makanan penting lainnya. Suplemen vitamin (
tetes vitamin A dan D ) juga dianjurkan pada anak-anak.
Anak-anak dengan pertambahan berat badan yang sedikit-
sedikit menandakan buruknya pertumbuhan yang disebabkan oleh
nutrisi yang rendah dan infeksi, ini merupakan kasus yang terus-
menerus terjadi pada negara berkembang.
Namun, anak juga dapat menjadi gemuk ( obes ). Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak, yaitu
genetik, faktor lingkungan, seperti diet yang rendah dan aktivitas
fisik yang rendah, merupakan faktor resiko yang besar membuat
bertambahnya berat anak. Terdapat bukti bahwa kebiasaan makan
terus memburuk dibandingkan dengan tahun 1950-an dan
beberapa bukti bahwa toddler tidak aktif daripada yang seharusnya
( contohnya di Amerika, penonton televisi semakin banyak dengan
hampir setengahnya anak-anak berusia 2-3 tahun yang menonton
lebih dari 3 jam per hari ).
Menganjurkan pemberian makan 3 kali sehari ditambah
pemberian makanan kudapan, hindari percekcokan saat makan,
namun batasi lama waktu makan, mendorong anak untuk makan
sendiri menggunakan sendok dan cangkir, dan batasi makan
makanan gula dan mengandung natrium.
18
3) Tumbuh Kembang Usia Prasekolah
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan
menjauhi dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau
orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan
emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira,
antara berani menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya
waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain kemampuan anak
untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak
prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang
sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan
yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan
terbatas mereka.
- Perkembangan Fisik
Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya
berjalan konstan selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun
kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan
yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan
timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”. Rata-rata
pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8
cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½
tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi
40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3
sampai 18 tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal
(pertambahan pada massa index tubuh) mempunyai resiko untuk
gemuk ketika dewasa.
Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan
somatis. Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes
planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan tungkai.
Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13
jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman
penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada
19
usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.
Tabel 2.1
Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun
15 bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis
menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek
yang sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk
orang tua
18 Bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga
dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat
sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru
gerakan vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih
bagian tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen
jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan
bibir
24 Bulan
Motorik
Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat
20
Kognitif
Bahasa
Sosial
perabotan rumah tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan
dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat
kertas dalam sekali lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat,
objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka
baju, mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan
vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru
gerakan melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri “saya”, mengetahui
nama lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan
menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan
silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan
benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam
suku kata.
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain),
membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai
21
sepatu), menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan
tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong
gambar, mendaki dengan baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang
menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak,
menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain
kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social
dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri.
60 Bulan
Motorik
Kognitif
Bahasa
Sosial
Tidak ada penambahan gerak motorik yang perlu dipantau
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata,
menghitung 10 buah koin receh dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti
kata-kata, mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain
Sumber: DepKes RI 1991.4
Kejadian penting atau ”milestone” dari motorik kasar dan halus
disajikan dalam tabel 2.1. Sebagian besar anak berjalan dengan gaya
matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati
tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti
kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar,
22
menangkap, dan menendang bola, mengendarai sepede, menaiki
bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks
lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan
kewaspadaan juga sangat bervariasi juga karena bakat bawaan.
Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda, berjalan
dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan.
Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada
perkembangan kognitif dan emosi sebagian bergantung pada tuntutan
lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin
tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang
menekankan aktivitas fisik, namun pada anak-anak dengan tenaga
yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua yang
menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh.
Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi
mungkin akibat dari upaya untuk mengubah pilihan tangan anak.
Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan
kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar.
Anak-anak yang jarang diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya
mengembangkan genggaman pensil orang dewasa.
Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode
ini, dengan ”kesiapan” untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan
budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih
cepat terlatih daripada anak laki-laki. ”Ngompol” normal sampai usia 4
tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada anak laki-laki. Banyak
anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama sekali
sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara verbal
kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga
memanjang dengan kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk
defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat mengarah ke
konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali
memakai diaper) seringkali memenuhi proses penguasaan proses
23
bertoilet.
Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua
karena menandakan kebebasan mereka dari pakaian kotor karena
popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi dari
perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah
mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan
lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya
yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet.
Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet,
setelah 18 bulan, toddler mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar
akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan secara fisik sudah
mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting
yang berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing
orang tua tentang tanda kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet,
seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari 25% dari anak-
anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak
menguasai bertoilet pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua
bahwa terjadi proses perkembangan anak yang normal pada usia ini.
Tabel 2.2
Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet
- Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia
akan melakukan buang air kecil atau defekasi
- Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi
- Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas
kandung kemih yang siap berfungsi
- Anak dapat membuka bajunya
- Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga
- Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga
24
- Anak dapat mengikuti perintah
Sumber: DepKes RI, 1991.4
Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk
menggambarkan kebutuhan defekasi, dan orangtuanya harus
mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan
ini. Anak menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus
diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang senang dengan reaksi
orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat
termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan
menunjukkan rasa malu atau sadar akan kedaruratan tubuh akan
pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar
mandi untuk melakukannya.
Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah
awal. Awalnya orang tua dapat memuji anaknya ketika pergi ke
kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada
rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat
ditingkatkan saat melakukan defekasi. Pada setiap waktu sangat
penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif. Anak-anak
tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau
kecelakaan saat berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan
pada saat anak latihan bertoilet karena memakan waktu beberapa
bulan dan kecelakaan sering terjadi.
Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan
normal nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan
tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa
jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak
biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan
kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan
setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan
25
selama periode 1 minggu relatif stabil. Upaya orang tua untuk
mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini
karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan.
Akibatnya anak menjadi kelebihan makan atau kekurangan makan.
Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah dengan anemia
defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan
sosialnya dan lebih cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat
dalam memperlihatkan pengaruh positif dan menyentuh mainan
baru untuk pertama kalinya.
Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka,
dan orang tua harus mendapat bimbingan awal mengenai
pengamanan. Orang tua kuatir mengenai kemungkinan
”hiperaktifitas” yang menggambarkan harapan yang tidak benar,
kekuatiran yang berlebihan atau overaktivitas yang sebenarnya.
Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat
dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus
dievaluasi lebih lanjut.
- Perkembangan Kognitif
Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi
simbolis, suatu cara mengatasi dunia yang semakin menjadi
penting selama periode prasekolah.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium
praoperasional Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib,
egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran.
Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan
untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungkan motivasi
kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak
realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya
bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung,
bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah
kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat
saudaranya sakit. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan
26
anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois.
Anak mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang
marah dengan membawa boneka binatang kesayangan. Setelah
usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa
kebutuhan untuk merasakan ”semua”.
Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika
dengan urutan yang terkenal dari uji coba ”pengawetan”. Dalam
salah satu uji coba, air dituangkan bolak-balik dalam pot yang tinggi
dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya
mana yang berisi air lebih banyak. Mereka selalu memilih yang
lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji
menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah.
Salah penbgertian demikian menggambarkan hipotesis tentang
perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan
mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.
- Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara
usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata
sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi”
kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan
tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun,
jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak
(2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21
bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat
posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang bermain”),
pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun,
kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat
menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak
dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak
tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti
arti langsung dari sebuah kata.
Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi
27
dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan
dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi
ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang
daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif.
Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input
lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara
berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering
orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk
berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan
nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu.
Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli
bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa
ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan
orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata
bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat
hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus.
Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan
pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau
bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-
aturan lengkap tersebut.
Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan
emosi. Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama
bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan
spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan
peran penting dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui
pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang
dewasa dan kemudian melalu ”percakapan pribadi” dimana anak
mengulangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali
didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak
mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa
melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-
anak menunjukkan tingkat temperamen yang lebih tinggi dan
28
tingkah laku luar yang lain.
Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk
keberhasilan berikutnya di sekolah. Kira-kira 35% anak di Amerika
Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran bahasa
yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca
dan menulis. Meskipun sebagian besar anak belajar membaca dan
menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan untuk membaca
dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui
pengulangan pemajanan awal pada kata-kata tulisan, anak-anak
belajar tentang penggunaan penulisan ( menceritakan cerita atau
mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke
kanan atas ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti
kesalahan dalam berbicara, menunjukkan bahwa kemahiran
membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang
melibatkan hipotesis generasi dan revisi.
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam
mengenalkan anak-anak tentang kata-kata cetak, tetapi juga dalam
perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan
bahasa reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan
secara konsisten untuk mereka. Membaca dengan keras bersama
anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara
berulang-ulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar
khusus, bertanya pertanyaan, dan memberikan timbal balik kepada
anak.
- Bermain
Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik,
sosialisasi dengan teman sebayanya, dan berlatih peran orang
dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan
khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman
umum seperti belanja dan meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2
atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup kejadian
29
tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia
3-4 tahun untuk menciptakan skenario yang telah hanya
dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun). Pada usia 3
tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun
balok bersama-sama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang
lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan. Bermain juga makin
menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta
(bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai
aturan-aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut keinginan
para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan aturan-
aturan yang relatif tetap.
Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan
kecemasan dan membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak
dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka),
meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan
super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata
(membuat percaya teman atau binatang kesayangan).
Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk
permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas.
Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar
mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.
Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan
kenyataan membuat persepsi anak dari apa yang anak lihat pada
media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak
mempunyai televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam-jam
setiap minggu, dan sebagian besar yang anak-anak tonton ialah
kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan
kekerasan yang awal telah menunjukkan hubungan dengan
gangguan perilaku kemudian.
Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan
intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena peranan sentralnya
sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai
faktor kunci dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan
30
sekolah nantinya. Para orang tua dapat mendukung perkembangan
emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan
pernyataan perasaan anak (”kamu tampak marah sekarang”) dan
dengan mendesak anak untuk menggunakan kata-kata untuk
mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan
melakukan sesuatu.
Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap
hari untuk membaca dan melihat buku bersama-sama anak-
anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui
buku-buku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat
selama kunjungan-kunjungan perawatan primer adalah efektif
dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang
berpenghasilan rendah. Televisi dan media yang serupa harus
dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik, dan orang tua
harus menonton programnya bersama anak dan melakukan
tanyajawab dengan anak setelahnya
Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman
sakit dan pengobatan anak. Anak mulai mengerti bahwa tubuh
mempunyai bagian ”luar” dan ”dalam”. Anak harus dijelaskan
dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan
dan diberikan beberapa prosedur bila memungkinkan. Anak harus
dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak dimarahi ketika
diberi vaksin atau jarum suntik.
Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan
pesonanya, pemikiran khas animisme kognisi praoperasional juga
menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua
melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak
prasekolahnya. Tidak mau mandi atau duduk pada toilet dapat
timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram,
menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk
memperagakan secara rasional bahwa tidak ada monster dalam
kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang
prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan
31
kekuatan ajaib untuk membuang monster dengan menggunakan
”semprotan monster” atau lampu malam. Orang tua sebaiknya
menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk
mengontrol situasi. Gunakan alat gambar untuk menggambar
orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak,
dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.
- Perkembangan Emosi dan Moral
Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah
termasuk keterbatasan penerimaan sementara mempertahankan
rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan
seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan
teman-teman semakin luas. Pada usia 2 tahun pembatasan tingkah
laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolan-
pengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam
kelas yang khusus. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini
berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya, khususnya
kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang
dewasa yang dipercayai untuk memberikan rasa aman pada saat
stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap dukungan
orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya.
Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan
beberapa kekuatan yang mereka punyai dalam menghadapi orang
dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan.
Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian,
walaupun perhatian tersebut sering negatif, dan ketika batas-batas
tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang tua atau
kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya
untuk memisahkan, tantangan diberikan orang tua: biarkanlah
(letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat melemahkan
rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat
longgar dapat menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa
bahwa tidak ada orang yang mengontrol.
32
Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan
untuk mencegah dia di sekitarnya dan dapat mengekspresikan
perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya.
Pengawasan merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan
dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa yang harus dibeli
atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna,
yaitu, watak pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan
fisik dapat juga menimbulkan kemarahan. Kemarahan biasanya
muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia
antara 2 dan 4 tahun. Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau
muncul secara beraturan lebih dari 3 kali per hari mencerminkan
adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial
Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit
terhadap orang tuanya, cinta yang kuat dan kecemburuan serta
kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat
menyebabkan pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar
kemampuan anak untuk menganalisa atau mengekspresikan,
sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat
labil. Penyelesaian ”krisis” ini (proses berlangsung selama
bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak yang tidak terucapkan
untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka.
Permainan dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian
emosi dengan memperbolehkan anak-anak mengekspresikan
emosi dan memainkan peran.1
Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual
orang dewasa adalah normal sebagaimana masturbasi. Masturbasi
yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau yang
mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan
seksual pada permainan boneka atau dengan anak-anak lain,
kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah orang
dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan
seksual. Kesopanan muncul secara bertahap pada anatar usia 4-6
tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan keluarga.
33
Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah
”pribadi” sebelum masuk sekolah.
Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan
kemampuan bahasa, namun membangun jati diri anak secara
terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang
tahun kedua, perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang
pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuanya dan
menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak
dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti
dalam diri mereka aturan sosial dan rasa keadilan. Setiap waktu,
ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata
menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat
menerima tanggung jawabnya sendiri. Perbuatan dapat terjadi
disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon
empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun
kedua kehidupan, namun kemampuan untuk memikirkan cara
pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun akan
mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan
komplain jika ia tidak mendapat waktu yang cukup. Aturan
cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari
perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.
2.5 Gangguan Tumbuh kembang yang Sering Ditemukan1,8
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan
atau kerusakan pada system lainnya, sebab melibatkan kemampuan
motor, kognitif, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.
Kurangnya stimulasi akan menyebakan gangguan bicara dan berbahasa.
2. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan atau gangguan
34
pada sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/ belum
selesai perkembangannya.
3. Sindroma Down
Anak dengan Sindroma Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi
akibat jumlah kromosom 21 yang berlebih
4. Perawakan Pendek
Short stature atau perwakan pendek merupakan suatu terminology
mengenai tinggi badan yang di bawah presenil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat
karena variasi normal, hangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasive pada anak yag
gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguam tersebut sangat luas dan
berat yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi social, komunikasi dan perilaku.
2.6 Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah1,4,5
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang
tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi
yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang
bahkan tidak mendapat stimulasi.
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual
(penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat
mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif
35
apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap
sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan
meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira
dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya.
Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat seba;liknya yaitu
perhatian anak akan berkurang dan anak akan menangis. Pada tahun-tahun
pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat
penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya.
Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi
verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi
bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami
kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak
merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat
ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi
keheranan, dll. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya
stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional
dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium,
bermain dll. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri
pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya dan
lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan
dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya
melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut.
Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu
senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah
dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan
memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga
dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak
36
akan mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang
selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan
keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk
anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak
sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE
adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak
disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna
untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih
berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan
pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya
dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan
masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah
‟makanan‟ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan
makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi
waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya.
Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain
itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi
semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat
gangguan perkembangan anak secara dini.
Buku bacaan anak juga penting karena akan menambah kemampuan
berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap
lingkungannya. Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot
tubuh diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau
olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin,
misalnya melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll).
37
Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan,
perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang
adekuat, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan
intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang berharga bagi
anak sehingga perkembangan intelektualnya optimal. Di bawah ini ada
beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli:
a) Pertumbuhan fisisk/motorik kasar : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan
yang ditarik atau didorong
b) Motorik halus : Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
c) Kecerdasan/kognitif : Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,
boneka, pensil warna, radio.
d) Bahasa : Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
e) Menolong diri sendiri : Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki
f) Tingkah laku social : Alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali.
2.7 Ciri Alat Permainan Untuk Anak Di bawah Usia 5 Tahun1
2.7.1 10 – 12 bulan1
Tujuan:
- Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam
- Melatih kerja sama mata dengan tangan
- Melatih kerja sama mata dengan telinga
- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
- Melatih mengenal sumber asal suara
- Melatih kepekaan perabaan
- Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang
38
Alat permainan yang dianjurkan:
- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka
- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara
- Alat permainan berupa selimut dan boneka
- Giring-giring
2.7.2 12 – 24 bulan1
Tujuan:
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara
- Memperkenalkan sumber suara
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
- Melatih imajinasinya
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
- Genderang, bola denga giring-giring didalamnya
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring,
sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus
besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil warna.
2.7.3 25 – 36 bulan1
Tujuan:
- Menyalurkan emosi/perasaan anak
- Mengembangkan ketrampilan berbahasa
- Melatih motorik halus dan kasar
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna)
39
- Melatih kerja sama mata dan tangan
- Melatih daya imajinasi
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat permainan yang dianjurkan:
- Lilin yang dapat dibentuk
- Alat-alat untuk menggambar
- Puzzle sederhana
- Manik-manik ukuran besar
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda
- Bola
2.7.4 36 – 72 bulan1
Tujuan:
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
- Mengembangkan kemampuan berbahasa
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi
- Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
- Membedakan benda dengan perabaan
- Menumbuhkan sportivitas
- Mengembangkan kepercayaan diri
- Mengembang kreativitas
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya
pengertian terapung dan tenggelam
- Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong
40
Alat permainan yang dianjurkan:
- Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air
- Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini
yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai
dengan usianya.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila
interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai
tahap perkembangan.
Pada usia Toddler dan prasekolah anak mengalami lompatan
kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga
secara sosial dan emosional. Pada anak usia toddler, seorang anak dapat
sangat senang, sibuk, bahkan gusar. Psikososialnya berkembang pesat,
sedangkan pertumbuhan fisiknya melambat. Anak usia pra sekolah
merupakan periode ajaib mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan
rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.
2.8 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak1
2.8.1 Pengertian
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau
41
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan.1
2.8.2 Aspek Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Mencakup:1
1) Aspek Pertumbuhan:
- Berat badan terhadap tinggi badan
- Lingkar kepala
2) Aspek Perkembangan:
- KPSP(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
- TDL (Tes Daya Lihat)
- TDD (Tes Daya Dengar)
3) Aspek Mental Emosional:
- KMEE (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
- CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini
Autis)
- GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas)
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak acap disebut
deteksi dini tumbuh kembang (DDTK). Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui dan menemukan status gizi
kurang/buruk. Dilakukan dengan cara menggunakan pengukuran Berat
Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala
Anak (LKA).1,4
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, bertujuan untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan
daya lihat, gangguan daya dengar. Dilakukan dengan cara skrining atau
Pemeriksaan Perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan ( KPSP ), Tes Daya Dengar ( TTD ) dan Tes Daya Lihat
( TDL ).1,4
42
Deteksi dini penyimpangan mental emosional, bertujuan untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Dilakukan dengan cara Deteksi
Dini Masalah Mental Emosional pada anak pra sekolah dengan
menggunakan Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMEE), Deteksi
Dini Autis Pada Anak Prasekolah (menggunakan cheklis deteksi dini
autis pada anak umur 18-36 bulan), Deteksi Dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak pra sekolah
(menggunakan Formulir deteksi dini GPPH).1,4
2.8.3 Kegiatan Deteksi Dini
Kegiatan detek dini dan tumbuh kembang dapat dilakukan di tingkat:1,4
1. Keluarga : stimulasi motorik, kemampuan bicara dan kognitif, sosialisasi
serta kemandirian.
2. Posyandu : kader mampu melakukan pemantauan dan stimulasi dini
tumbuh kembang anak, pemantauan dengan menggunakan instrumen
keras balita, apabila kemampuan anak tidak sesuai umur, maka anak
ini di rujuk ke tingkat pelayanan dasar puskesmas.
3. Puskesmas : puskesmas kesehatan mampu melakukan pemeriksaan
kesehatan, identifikasi gangguan gizi serta deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang dengan melakukan berbagai tes sesuai dengan
prosedur dan tata laksana kegiatan.
Program deteksi dini di Puskesmas merupakan upaya
penyaringan atau penapisan melalui serangkaian kegiatan yang
terintegrasi dengan kegiatan posyandu dengan urutan :1
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan berat badan
3. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan pada KMS
43
4. Meja 4 : Penyuluhan kesehatan, gizi dan tumbuh kembang anak
sebelum penyuluhan, kader mengidentifikasi masalah kesehatan, gizi
dan tumbuh kembang anak, sebagai berikut :
a. Menanyakan kepada ibu dan mengamati kemampuan
perkembangan anak sudah atau belum sesuai dengan indikator
perkembangan anak pada KMS balita. Bila sudah sesuai, beri
tanda (+) dibawah gambar. Bila belum sesuai, beri tanda (-).
b. Menyimpulkan hasil penimbangan dan pengamatan
kemampuan perkembangan anak.
c. Memberi nasihat / penyuluhan
d. Merujuk ke meja 5 bila : anak sakit, anak dengan kelainan gizi,
anak dengan penyimpangan tumbuh kembang.
5. Meja 5 : Bentuk kegiatan di meja 5 meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan, pemantauan berat badan dan deteksi
dini tumbuh kembang
b. Menentukan klasifikasi penyakit, keadaan gizi dan
penyimpangan tumbuh kembang
c. Melakukan intervensi atau tindakan spesifik terhadap penyakit,
kelainan gizi dan penyimpangan tumbuh kembang sesuai
dengan protokol / standard tata laksana terlampir. Memberikan
konseling kepada ibu balita / anak prasekolah
44
Agent
- Jumlah promosi media masa
- Jumlah leavlet yang disebar
Environment
- Stimulus dari orang sekitar
- Pandangan masayrakat
- PHBS
- Kerjasama lintas sektor
Host
- Anak prasekolah
- Ibu
Kurangnya
Pencapaian
Pelayanan
Deteksi Dini
Tumbuh
Kembang
Yankes: - Jumlah petugas terlatih - Promosi DDTK - Dana yang digunakan untuk program DDTK - Alat pemeriksaan DDTK - Bangunan tempat pelaksanaan pemeriksaan DDTK - Terhambatnya proses rujukan
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual
45
Konsep H.L. Blumm dapat digunakan sebagai konsep dasar dalam
memahami letak permasalahan dari suatu masalah. Rendahnya cakupan
DDTK apras pada kecamatan Kebomas merupakan suatu masalah yang
melibatkan faktor host, lingkungan, agent, serta pelayanan kesehatan.
Faktor host yang berperan disini adalah ibu. Dimana pengethauan ibu
dan kemauan ibu sangat berpengaruh akan ketanggapan tentang ada tidaknya
gangguan tumbuh kembang pada anaknya. Selain itu, anak usia prasekolah
dimana perkembangan dan pertumbuhan masih sangat penting pada usia anak
prasekolah.
Faktor agent / sarana adalah nutrisi. Nutrisi sangat penting untuk
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan, baik dimulai dari masa
kehamilan sampai pada usia tumbuh kembang. Riwayat selama kehamilan juga
sangat berpengaruh. Misal adanya infeksi selama kehamilan maupun nutrisi
yang kurang selama kehamilan dapat mempengaruhi proses pembentukan
jaringan dan organ.
Faktor lingkungan akan mempengaruhi perilaku host, dimana faktor
lingkungan yang berperan adalah stimulus dari orang sekitar, anggapan
masyarakat, PHBS dan kerjasama lintas sektor. Stimulus dari orang sekitar
disini yang paling utama adalah dari orang tua karena orang tua memiliki
banyak waktu bersama host. Selain itu stimulus juga bisa berasal dari guru TK
maupun PAUD. Adanya anggapan bahwa keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak karena kesalahan orang tua maupun mencerminkan
keluarga yang tidak sehat, menyebabkan sebagian orang tua memilih untuk
mengganggap anaknya sehat. Selain itu, PHBS dalam keluarga host juga
memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang, karena dengan
PHBS maka resiko anak sakit lebih sedikit dan juga gizinya lebihseimbang.
Kerjasama lintas sektor yang dimaksud adalah keterlibatan kepala camat,
kepala lurah, kepala desa maupun kepala sekolah dalam mendukung
pelaksanaan DDTK, baik secara sarana maupun pembiayaan.
Faktor pelayanan kesehatan yang berperan dalam permasalahan ini
adalah jumlah petugas terlatih, promosi DDTK, dana yang digunakan untuk
program DDTK, alat pemeriksaan DDTK, bangunan tempat pelaksanaan
46
pemeriksaan DDTK dan terhambatnya proses rujukan. Semua hal tersebut
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan program DDTK.
47
BAB 4
METODE PEMBELAJARAN
4.1 Deskriptif
4.1.1 Apa itu DDTK?
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak acap disebut
deteksi dini tumbuh kembang (DDTK). Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui dan menemukan status gizi
kurang/buruk. Dilakukan dengan cara menggunakan pengukuran Berat
Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala
Anak (LKA).
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, bertujuan untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan
daya lihat, gangguan daya dengar. Dilakukan dengan cara skrining atau
Pemeriksaan Perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra
Skrining Perkembangan ( KPSP ), Tes Daya Dengar ( TTD ) dan Tes
Daya Lihat ( TDL ).
Deteksi dini penyimpangan mental emosional, bertujuan untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Dilakukan dengan cara Deteksi
Dini Masalah Mental Emosional pada anak pra sekolah dengan
menggunakan Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMEE), Deteksi
Dini Autis Pada Anak Prasekolah (menggunakan cheklis deteksi dini
autis pada anak umur 18-36 bulan), Deteksi Dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak pra sekolah
(menggunakan Formulir deteksi dini GPPH).
48
4.1.2 Hasil KIA KB dan Gizi Puskesmas Kebomas sampai tahun 2012
Dari data Laporan Hasil Skrening Poli KIA Puskesmas Kebomas
telah melakukan skrining didapatkan masalah pada Puskesmas
Kebomas. Masalah tersebut adalah:
DDTK pada APRAS menempati urutan kedua dari lima masalah
terbanyak pada program KIA, KB dan Gizi sebanyak 75,85% dari target
83%. Urutan pertama dan ketiga ditempati oleh rendahnya neonatal risti
omplikasi ditangani dan rendahnya pelayanan deteksi dan stimulasi dini
tumbuh kembang balita. Kemudian diikuti rendahnya pemberian FE
dan rendahnya peserta KB aktif.
4.1.3 Data-Data Cakupan Program yang Diperlukan
Pada masalah rendahnya angka DDTK pada APRAS di puskesmas
kebomas Poli KIA bekerjasama dengan program promosi kesehatan,
gizi, MTBS dan Pengobatan. Selain lintas program, di dapatkan juga
proogram lintas sektor bersama Departemen Pendidikan berupa
program PAUD sebanyak 75 dan pelatihan guru sekolah taman kanak-
kanak sebanyak 175.
4.1.4 Observasi Pelaksanaan DDTK pada TK dan PAUD
Tabel 4.1 Jumlah tenaga DDTK pada TK dan PAUD
NO PUSKESMAS Jumlah
TK/PAUD
Guru TK/Bunda PAUD
Jumlah
Yang telah
menjalani
refreshing
DDTK
1 Kebomas 1 / 1 6 / 4 1 / 1
2 Kawisanyar 1 / 2 8 / 5 1 / 1
49
4.2 Isu Faktual
1. Anjuran dari WHO yang telah merekomendasikaan sound hearing
2030: “ better hearing for all ”, untuk menurunkan angka gangguan
pendengaran dan ketulian di Asia Tenggara. Dianjurkan agar setiap
negara segera membentuk suatu komite Nasional untuk
penanggulangan gagguan pendengaran dan ketulian
2. Di Indonesia, gangguan pendengaran dan ketulian mempunyai
insidens dan prevalensi yang cukup tinggi. Berdsarkan survei
kesehatan indra penglihatan dan pendengaran 1993-1996:
Prevalensi ketulian 0,4% paling tinggi pada kelompok usia
sekolah (7-18 tahun)
Prevalensi gangguan pendengaran 16,8%
Penyakit infeksi OMSK (congek) mempunyai revalensi 3,1%
(sekitar 6 juta), presbikusis 2,6%, tuli akibat obat ototoksik 0,3%,
tuli sejak lahir 0,1% dan tuli akibat pemaparan bising.
3 Sidomukti 2 / 1 16 / 4 2 / -
4 Ngargosari - / 1 - / 5 - / -
5 Giri 1 /2 7/5 1/-
6 Klangonan 1 / 1 12/- 1/-
7 Sekarkurung 1 / 1 2/5 1/-
8 Kedanyang 4 / 4 27/9 4/1
9 Kembangan 7 / 8 30/16 6/4
10 Randu Agung 7/ 6 56/12 4/4
11 Dahan Rejo 2 / 3 9/10 2/1
Jumlah 27 / 25 173/75 21/13
50
3. Untuk menanggulangi masalah kesehatan indra pendengaran di
indonesia, sejak tahun 1995 pihak DEPKES telah mulai
mengembangkan program UPAYA KESEHATAN TELINGA /
PENCEGAHAN GANGGUAN PENDENGARAN (UKT/PGP) yang di
laksanakan pada tingkat PUSKESMAS. Dalam pngembangan
selanjutnya konsep UKP/PGP mengalami transisi menjdi komisi
nasional penanggulangan gngguan pendengaran dan ketulian
(Komnas PGPKT) melalui SK Menkes nomor 768 tahun 2007. Program
PGPKT mencakup pelayanan kesehatan indra pendengaran ang
bersifat UKM dan UKP mulai dari tingkat PUSKESMAS sampai tngkat
propensi.
4. Kabupaten gresik tahun ini telah mengirim 2 paramedis yang berasal
darri PKM Alun-Alun dan Gending ke Australia untuk memperdalam
ilmu tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), khususnya mengenai
ganggua pendengaran. Hal ini dikarenakan Gresik merupakan kota
industri dengan tingkat keebisingan yang cukup tinggi sehingga sangat
berisiko untuk terjadinya gangguan pendengaran pad masyarakat.
Kabupaten Gresik juga sebagai pilot project yang bekerja sama dengan
Australia barat untuk pelatihan alat bantu dengar dan terapi wicara bagi
anak yang mengalami gangguan pendengaran.
5. Di puskesmas kebomas sudah dilkukan skreening gangguan
pendengaran melalui program DDTK (pada balita), program UKS (pada
anak usia sekolh), program UKK (pada para pekerja). Namun
skreening yang dilakukan kuranng optimal dikarenakan jumlah dan
keterampilan tenaga kesehatan yang kurang, sarana pemeriksaan
yang kurang, dan karena anggaran dana yang terbatas.
6. Gangguan pendengaran dan ketulian berdampak buruk terutama jika di
derita sejak lahir, karena menyebabkan gangan perkembangan
kogneitif, pikologi dan sosial. Anak terganggu kemampuan bicara
komunikasi dan belajarnya sehingga akhirnya akan menjadi anggota
masyarakat yang membuuhkan pertolongan, beban bagi keluarga an
mayarakat; dampak lahir, negara akan mempunyai SDM berkualitas
rendah. Kondisi di atas kurang disadari masyarakat karena
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan telinga masih
51
rendah, sehingga di rasakan kurangnya dukungan masyarakat dan
lembaga sosial terhadap masalah gangguan pendengaran.
4.3 Wawancara dan Konsultasi
4.3.1 Kesimpulan dengan Kepala Puskesmas dan Pengelola
Program Puskesmas
Selasa 15 Januari 2013
Menentukan permasalahan yang ada di Puskesmas Kebomas
khususnya di bidang KIA KB dan Gizi dan menentukan judul.
Selasa 22 Januari 2013
Diskusi program-program DDTK puskesmas Kebomas
4.3.2 Dengan Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Gresik
Jumat,18 Januari 2013
Pengajuan judul “Upaya Meningkatkan Cakupan DDTK di
puskesmas Kebomas”.
Kamis, 29-30 Januari 2013
Arahan pembuatan fishbone
Arahan penyusunan penyebab masalah
Arahan penyelesaian masalah
Arahan saran
Jumat, 1 Februari 2013
Masukan penambahan KPSP, KMME, TDL, TDD pada lampiran
52
4.3.3 Dengan Pembimbing Akademis
Selasa, 23 Januari 2013
Diskusi tentang masalah yang diangkat.
Penentuan proiritas masalah melalui metode MCUA dan
pengumpulan data tentang penyebab masalah.
More info: perbedaan penyuluhan, pemicuan dan konseling,
membuat leaflet tentang DDTK.
Rabu, 24 Januari 2013
Format penulisan Judul UKM.
Bimbingan pembuatan UKM dengan urutan yang benar.
Arahan pembutan bab pendahuluan.
Arahan pembuatan fishbone.
Senin, 28 Januari 2013
Format penulisan Judul UKM.
Perbaikan dari power point agar lebih menarik dan tertata.
Arahan perbaikan fishbone.
Urutan penentuan proiritas masalah melalui metode MCUA.
Jumat, 1 Februari 2013
Masukan tentang hubungan DDTK dengan MDG’S.
Format pemberian keterangan pada tabel.
Format penulisan Snowball pada kalimat.
Arahan tentang agent pada kerangka konseptual.
Masukan tentang pelaksanaan DDTK selain pada TK maupun
PAUD.
Masukan dalam pemantuan perkembangan dimasukkan tentang
aspek kognitif.
53
BAB 5
HASIL PEMBELAJARAN
5.1 Data – data pendukung yang diperlukan / berkaitan
Hasil Skrening masalah sampai dengan 2012 Poli KIA Puskesmas
Kebomas :
Rendahnya Pelayanan Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh
Kembang APRAS
Rendahnya Neonatal RISTI Komplikasi diTangani
Rendahnya Pelayanan Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh
kembang Balita
Rendahnya Pemberian FE
Rendahnya Peserta KB Aktif
Gambar 5.1 Diagram Pencapaian Masalah
54
5.2 Notulen dan pemberian materi program oleh penanggung jawab
program yang berkaitan dengan masalah rendahnya angka
pencapaian DDTK pada APRAS pada Puskesmas Kebomas
Lintas program dan sektoral
Pada masalah rendahnya angka pencapaian DDTK pada APRAS
puskesmas Kebomas, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik ini,
program KIA bekerjasama dengan program promosi kesehatan, MTBS,
Gizi dan pengobatan dalam lintas program dan kerja sama lintas sektor
bersama dengan Departemen Pendidikan dalam pengadaan program
deteksi dini pada PAUD. Selain itu juga diadakan nya pelatihan guru TK
untuk dapat mengenali penyimpangan-penyimpangan tumbuh kembang
sebagai usaha deteksi dini.
Pada masalah rendahnya angka pencapaian DDTK pada APRAS
pada puskesmas Kebomas, program KIA tidak hanya melakukan
pelatihan tapi juga melakukan pengawasan dan evaluasi pada sekolah-
sekolah yang telah di latih khusus untuk melihat hasil dari pelatihan
tersebut.
5.3 Perkembangan / tahap demi tahap Diskusi Manajemen Sumber Daya
berdasar Diagram Ishikawa dengan pembimbing
Diagram Fish bone Ishikawa : (Lihat halaman 60)
55
BAB 6
URAIAN 12 LANGKAH
6.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang dinginkan dengan kenyataan
yang dicapai berdasarkan indikator yang ada. Masalah dapat dilihat dari unsur
efektifitas, efisiensi, kompetensi teknis, kenyamanan, keamanan, akses, informasi dan
kepuasan pasien.
Adapun beberapa masalah yang dihadapi Puskesmas Kebomas tahun 2012
berdasarkan hasil Laporan Tahunan Puskesmas sesuai dengan bidang kesehatan
keluarga, khususnya seksi KIA , KB, GIZI adalah:
a. Pelayanan neonatal risti komplikasi ditangani,, yaitu 29,81% dari
target 94%.
b. Pelayanan deteksi dan stimulai dini tumbuh kembang balita, yaitu
77,06% dari target 83%.
c. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang apras, yaitu
75,85% dari target 83%.
d. Peaserta KB akktif, yaitu 60% dari target 75%.
e. Pemberian FE, yaitu 75% dari target 85%.
6.2 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Untuk membantu dalam menentukan prioritas masalah kami menggunakan
metode MCUA, yaitu dengan menentukan kriteria terlebih dahulu untuk menyaring
beberapa masalah dan diberikan skor pada tiap kriteria tersebut. Kriteria adalah suatu
batasan yang dipergunakan untuk menyaring alternatif masalah sesuai kebutuhan.
Kriteria yang dipakai adalah :
1. Kemudahan penerimaan masyarakat
2. Kompetensi sumber daya tenaga kesehatan
3. Kompetensi sumber daya tenaga non kesehatan
4. Keterlibatan Lintas Sektoral
56
Skor yang disepakati untuk kriteria – kriteria di atas terdiri dari :
Nilai 1 : kurang
Nilai 2 : sedang
Nilai 3 : tinggi
Langkah selanjutnya yaitu dengan pemberian bobot terhadap alternatif masalah
yang didasarkan pada besar kecilnya kesenjangan antara target dan pencapaian. Bobot
yang disepakati untuk alternatif masalah tersebut terdiri dari :
Bobot 1 : sangat rendah
Bobot 2 : rendah sedang
Bobot 3 : sedang tinggi
Bobot 4 : tinggi
Bobot 5 : sangat tinggi
Untuk menentukan besar bobot terhadap alternatif masalah tersebut kelompok
kami menggunakan metode SMARTS, yaitu Spesifik, Measurable, Acceptable,
Reliability/ Reasonable, Time bond, dan Sustainable. Berdasarkan metode SMARTS,
urutan bobot untuk tiap alternatif masalah tersebut adalah :
Bobot 1 : Rendahnya pelayanan deteksi dan stimulai dini tumbuh
kembang balita
Bobot 2 :Rendahnya pelayanan deteksi dan stimulasi dini
tumbuh kembang apras
Bobot 3 : Rendahnya pemberian FE
Bobot 4 : Rendahnya peserta KB akktif
Bobot 5 : Rendahnya pelayanan neonatal risti komplikasi
ditangani
Langkah selanjutnya yaitu dengan mengalikan bobot tiap masalah dengan skor
dari tiap kriteria dan diambil hasil perkalian terbesar sebagai prioritas masalah.
57
Tabel 6.1
Tabel Penentuan Prioritas Masalah
MASALAH
B O
B O
T
KRITERIA
Kemudahan
penerimaan
masyarakat
Kompeten
si sumber
daya
tenaga
kesehatan
Kompeten
si sumber
daya
tenaga non
kesehatan
Keterlibatan
Lintas
Sektoral
Peringka
t
S BS S BS S BS S BS
BS
Rendahya pelayanan
deteksi dan stimulasi
dini tumbuh kembang
balita
1 4 4 4 4 4 4 4 4 16 5
Rendahnya pelayanan
deteksi dan stimulasi
dini tumbuh kembang
apras
2 5 10 5 10 5 10 5 10 40 1
Rendahnya pemberian
FE
3 1 9 3 9 3 9 2 6 33 3
Redahnya Peserta KB
aktif
4 1 4 1 4 1 4 3 12 24 4
Rendahnya neonatal
risti komplikasi di
tangani
5
2
10
2
10
2
10
1
5
35
2
58
6.3 PERNYATAAN MASALAH
Kurangnya cakupan pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang
apras wilayah kerja Puskesmas Kebomas tahun 2012, yaitu 75,85% dari target
83%.
6.4 MEMAHAMI PROSES DAN LOKASI MASALAH
Bagan 6.1
Flow Chart
= Masalah
Cakupan
program DDTK
sesuai target
Yankes :
- Jumlah petugas
terlatih
- Alat yang kurang
- Bangunan yang
kurang memadai
- proses rujukan
yang terhambat
Host : Sosiokultural,
Pengetahuan,
Pola Asuh
Pelayanan
Deteksi Dini
Tumbuh
Kembang
Lingkungan : Stimulus
dari orang
sekitar, PHBS
Cakupan
program DDTK
tidak sesuai
target
Agent : Gizi ,
riwayat ibu
hamil
59
6.5 PENENTUAN PENYEBAB MASALAH
Penentuan penyebab masalah dapat dilakukan dengan metode curah pendapat
yang tidak menyimpang dari masalah. Kemungkinan penyebab masalah digali dengan
diagram Tulang Ikan (Fish Bone) / Ishikawa / Cause Effect.
Proses pembuatan diagram Fish Bone adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan masalah pada kepala ikan.
2. Tentukan kategori untuk duri-duri utama: manusia, metode, sarana,
dana, lingkungan dll.
3. Lakukan curah pendapat pada salah satu duri utama untuk mengisi
duri-duri lanjutannya/cabangnya.
4. Lanjutkan pada duri utama lainnya.
Tingginya angka kesenjangan antara pencapaian dan target ( gap ) pada
program Pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang yang ditemukan dapat disebabkan
oleh beberapa masalah yang dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
60
Bagan 6.2
Fish Bone
Belum
tercapainya
cakupan
pelayanan
DDTK apras
pada wilayah
kerjs
Puskesmas
Kebomas pada
tahun 2012
Minimnya dana untuk pelatihan kader
Kurangnya dana untuk brosur dan leavlet
Minimnya dana untuk pengadaan alat stimulasi
Tidak adanya honorarium bunda PAUD dan guru TK untuk
pelaksanaan DDTK
Kesulitan jadwal pendampingan pada TK
maupun PAUD
Pendeknya jam sekolah TK maupun
PAUD
Kurangnya alat peraga untuk skrining
DDTK
Kurangnya brosur dan levlet yang
disebar
Tidak adanya buku khusus tentang
informasi DDTK anak
Tidak adanya rujukam penganan
DDTK terdekat
Kurangnya pengetahuan orang
tua
Kurangnya pengetahuan
pentingnya DDTK oleh Bunda
PAUD dan guru TK
Rendahnya jumlah guru TK,
Bunda PAUD dan petugas
terlatih
Kurangnya tenaga kesehatan
terlatih
Kurangnya penyuluhan
pentingnya DDTK pada
Bunda PAUD, guru TK,
orang tua
Belum maksimalnya Sosialisasi,
Diseminasi dan Advokasi program
DDTK lintas sektor
Tidak adanya tempat khusus
pada sekolah TK maupun
PAUD untuk pemeriksaan
DDTK
Money Time
Methode
ee
Man
Material
Market Space
61
6.6 PENGUMPULAN DATA TENTANG PENYEBAB MASALAH
Dari diagram tulang ikan semua penyebab potensial yang tidak relevan dan di
luar jangkauan puskesmas dihilangkan dan setiap penyebab potensial yang dapat
dibuktikan dengan data digunakan (dapat digunakan data matrik), bertujuan memilih
penyebab yang paling mungkin dan dinyatakan dalam pertanyaan pembuktian, tetapi
tidak ada kesempatan untuk melakukan penelitian.
Tabel 6.2
Tabel Data Penyebab Masalah
NO PENYEBAB
PONTESIAL
PERTANYAAN
PEMBUKTIAN
SUMBER
DATA
METODOLOGI
1 Kurangnya jumlah
tenaga kesehatan
terlatih dalam
memberikan
pelayanan DDTK
Berapa jumlah tenaga
kesehatan terlatih yang
memberikan pelayanan
DDTK ?
Data primer Wawancara
2 Minimnya dana untuk
pelatihan DDTK pada
guru TK dan Bunda
PAUD
Apakah dana untuk
pelatihan DDTK pada
guru TK dan Bunda
PAUD sudah cukup ?
Data primer Wawancara
3 Pengetahuan
masyarakat yang
kurang tahu tentang
pentingnya pelayanan
DDTK
Berapa banyak orang
tua yang datang ke
Puskesmas untuk
memeriksakan DDTK
anaknya?
Data sekunder Melihat
4 Kurangnya alat peraga
untuk skrining DDTK
Apakah setiap TK atau
PAUD sudah memiliki
alat peraga utnuk
skrinig DDTK?
Data sekunder Melihat
62
5 Tidak adanya sarana
rujukan penanganan
gangguang tumbang
yang dekat
Kemana rujukan bila
ditemukan adanya
gangguan tumbuh
kembang?
Data primer Wawancara
6 Tidak adanya tempat
khusus untuk skrining
DDTK pada TK dan
PAUD
Apakah ada tempat
tersendiri untuk
pelaksanaan skrining
DDTK pada TK atau
PAUD?
Data primer Wawancara
6.7 PENENTUAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
Untuk menentukan prioritas penyebab masalah penyusun menggunakan
kriteria berdasarkan USG. Bobot yang diberikan mempunyai range antara 1-10. Bobot
diberikan berdasarkan perbandingan antar kriteria secara vertikal. Kriteria yang paling
penting diberi bobot tertinggi. Skor/ nilai ditentukan berdasarkan perbandingan antar
alternatif masalah secara horizontal terhadap kriteria. Pemberian bobot atau skor
berdasarkan kesepakatan.
Tabel 6.3
Menentukan Prioritas Penyebab Masalah
Masalah
B
O
B
O
T
Kriteria
PE
RIN
GK
AT
U
Urgency
S
Seriousness
G
Growth
S BS S BS S BS Σ
Kurangnya jumlah tenaga
kesehatan terlatih dalam
memberikan pelayanan DDTK
6 7 42 9 54 8 48 144 1
Minimnya dana untuk pelatihan 5 8 40 7 35 7 35 110 2
63
DDTK pada guru TK dan Bunda
PAUD
Pengetahuan masyarakat yang
kurang tentag pentingnya
pelayanan DDTK
4 9 36 7 28 7 28 92 3
Kurangnya alat peraga untuk
skrining DDTK
3 8 24 6 18 5 15 57 4
Tidak adanya sarana rujukan
penanganan gangguang tumbang
yang dekat
2 6 12 9 18 7 14 44 5
Tidak adanya tempat khusus untuk
skrining DDTK pada TK dan
PAUD
5 5 7 7 4 4 16 6
Dari penilaian yang diberikan dari kriteria USG maka didapatkan hasil
prioritas penyebab masalah, yaitu Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan DDTK ( Deteksi Dini Tumbuh Kembang ).
6.8 PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Dalam menentukan alternatif pemecahan masalah, melalui proses-proses
sebagai berikut :
1. Mendata penyebab masalah yang sudah dipilih.
2. Menggunakan metode curah pendapat untuk menggali alternatif pemecahan
masalah dengan mencoba untuk melihatnya dari sudut pandang pasien,
pimpinan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan kader yang terlatih.
Alternatif pemecahan masalah tentang beum terlaksananya dengan baik
program pelayanan DDTK yang disebabkan karena Kurangnya jumlah tenaga
kesehatan terlatih dalam memberikan pelayanan DDTK, antara lain :
64
Tabel 6.4
Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
MASALAH ALTERNATIF
INT
ER
NA
L
Kurangnya jumlah tenaga
kesehatan terlatih dalam
memberikan pelayanan DDTK
Kalakarya DDTK oleh petugas yang sudah
dilatih
Evaluasi pasca kalakarya dengan cara pier
review
Pendampingan kader oleh petugas yang sudah
terlatih
Skreening DDTK
Sweeping DDTK
Meingkatkan kerjasama lintas sektoral
Meningkatkan kuantitas petugas terlatih melalui
penambahan jumlah tenaga terlatih.
Minimnya dana untuk
pelatihan DDTK pada guru TK
dan Bunda PAUD
Mengajukan proposal permohonan dana khusus
kepada dinas kesehatan
Tidak adanya sarana rujukan
penanganan gangguang
tumbang yang dekat
Melatih salah satu RS di Gresik untuk dijadikan
rujukan DDTK
EK
ST
ER
NA
L
Pengetahuan masyarakat yang
kurang tentag pentingnya
pelayanan DDTK
Penyuluhan pentingnya DDTK ke tempat tempat
terkait ( tempat PAUD, tempat posyandu, tempat
penitipan anak )
Kurangnya alat peraga untuk
skrining DDTK
Mengajukan proposal pengadaan alat peraga
kepada dinas kesehatan
Tidak adanya tempat khusus
untuk skrining DDTK pada
TK dan PAUD
Advokasi dengan kepala desa maupun kepala
sekolah untuk menyediakan tempat khusus untuk
skrining DDTK
65
6.9 PENETAPAN PEMECAHAN MASALAH
Dalam menetapkan pemecahan masalah digunakan kriteria CARL, yaitu :
1. Capability
2. Accessibility
3. Readiness
4. Leverage
Masing-masing kriteria diberikan bobot untuk vertikal dan skor untuk
horizontal, kemudian mengalikan bobot dengan skor. Nilai yang diberikan mempunyai
range antara 1 – 10. Nilai yang terbesar ditetapkan sebagai pemecahan masalah
terpilih.
Tabel 6.5
Penetapan Pemecahan Masalah
BO
BO
T
Capability Accessbility Readiness Leverage Σ
S SB S SB S SB S SB
Kalakarya DDTK oleh petugas
yang sudah dilatih 4 9 36 8 32 8 32 8 32 132
Meningkatkan kualitas petugas
terlatih melalui pelatihan
pelatihan
3 8 24 7 21 8 24 8 24 93
Meingkatkan kerjasama lintas
sektoral 2 8 16 7 14 8 16 7 14 60
Meningkatkan kuantitas
petugas terlatih melalui
penambahan jumlah tenaga
terlatih
1 7 7 7 7 8 8 8 8 30
66
6.10 PEMBENTUKAN TIM PEMECAHAN MASALAH
Anggota tim terdiri dari orang-orang yang bekerja di area dimana masalah
ditemukan, mempunyai informasi tentang masalah dan bisa membantu penerapan
pemecahan masalah.
Tim yang dibentuk terdiri dari :
1. Kepala UPT Puskesmas Kebomas
2. Kepala Pelayanan Kesehatan Swasta
3. Dokter Puskesmas dan Dokter praktek swasta
4. Bidan Koordinator, Bidan Desa dan Bidan praktek swasta
5. Petugas Gizi
6. Petugas Promkes
7. Guru TK
8. Guru Paud
6.11 PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN MASALAH
Tujuan
1. Mempersempit angka kesenjangan antara target dan pencapaian
pelayanan DDTK.
2. Dengan tingginya pengetahuan, skrining DDTK akan terlaksana lebih
awal dan semakin cepat diagnosa ditegakkan dan semakin dini
pengobatan dilakukan sehingga menekan biaya yang dikeluarkan
Kegiatan
1. Rapat perencanaan program pelayanan DDTK
2. Sweeping data balita dan anak usia prasekolah di wilayah kerja
Puskesmas Sukomuyo
3. Pembentukan tim pelatihan pelayanan DDTK
4. Pelatihan tenaga kesehatan terkait DDTK ( terdapat 12 bidan
penanggung jawab di Puskesmas Kebomas )
5. Pelatihan guru TK dan Bunda PAUD terkait DDTK
6. Pertemuan perencanaan DDTK
7. Penentuan wilayah kerja masing masing bidan
8. Pengadaan formulir DDTK, formulir dan register kohort, form laporan
dan form rekapitulasi
9. Pengadaan alat DDTK anak dan alat stimulasi
67
10. Pelaksanaa pelayanan DDTK
11. Rapat Evaluasi hasil pencatatan dan pelaporan pelayanan DDTK
12. Follow up dengan cara monitoring tiap enam bulan
Pelaksana
Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Kebomas Gresik
Sumber Dana
1. Dana APBD.
2. Dana BOK
Tim yang dibentuk :
1. Kepala UPT Puskesmas Kebomas
2. Kepala Pelayanan Kesehatan Swasta
3. Dokter Puskesmas dan Dokter praktek swasta
4. Bidan Koordinator, Bidan Desa dan Bidan praktek swasta
5. Petugas Gizi
6. Petugas Promkes
7. Kader Posyandu
8. Guru TK dan Bunda PAUD
Batas waktu :
1. Rapat perencanaan program pelayanan DDTK pada minggu pertama
sampai kedua bulan Februari 2013.
2. Sweeping jumlah balita dan anak usia prasekolah di wilayah kerja
puskesmas Kebomas pada minggu ketiga bulan Februari 2013.
3. Pengadaan rapat pembahasan hasil kegiatan Sweeping jumlah balita
dan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas pada minggu
keempat bulan Februari 2013.
68
4. Pengajuan rapat pengadaan tim pelatihan pelayanan DDTK pada
minggu keempat bulan Februari 2013.
5. Pengadaan Pelatihan tenaga kesehatan terkait pelayanan DDTK pada
minggu pertama bulan Maret 2013.
6. Pengadaan Pelatihan kader terkait pelayanan DDTK pada minggu
pertama dan kedua bulan Maret 2013, dan diulang setiap 6 bulan sekali.
7. Pengadaan Rapat perencanaan pelaksanaan pelayanan DDTK pada
minggu ketiga bulan Maret 2013.
8. Pelaksanaan pelayanan DDTK oleh masing-masing guru TK dan
PAUD mulai minggu keempat bulan Maret 2013.
9. Pencatatan hasil laporan DDTK dari masing-masing guru TK dan
PAUD setiap akhir bulannya
10. Monitoring tiap enam bulan sampai akhir tahun anggaran.
11. Rapat Evaluasi hasil pencatatan dan pelaporan pelayanan DDTK pada
minggu keempat setiap enam bulan sampai akhir tahun anggaran
Indikator keberhasilan :
1. Puskesmas dengan tenaga kesehatan terlatih %
2. Cakupan DDTK kontak pertama
3. Cakupan DDTK apras yaitu 2X / tahun, %
4. Bayi dengan tingkat perkembangan sesuai (S)
5. Bayi dengan tingkat perkembangan meragukan (M)
6. Bayi dengan penyimpangan perkembangan (P)
69
6.12 MONITORISNG DAN EVALUASI
Ada 3 segi pemantauan :
- Apakah kegiatan rutin di laksanakan
- Apakah kader masih mengerti tentang prosedur DDTK
- Apakah cakupan DDTK meningkat
70
Tabel 6.6
Pemantauan Pemecahan Masalah
Gant Chart
No URAIAN
KEGIATAN
NAMA PETUGAS /
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASI
KEGIATA
N
TARGET SASARAN
ANG
GAR
AN
DAN
A
INDIKATOR
JADWAL KEGIATAN
Januari
2013
Februari
2013
Maret
2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Rapat
perencanaan
program
pelayanan
DDTK
Penanggung jawab :
Kepala Puskesmas
- Kepala Puskesma
- Bidan Koordinator
Puskesmas
Kebomas
Disetujuinya
pengadaan
rapat
koordinasi
Tenaga
kesehatan -
Terlaksana-
nya rapat
koordinasi
2
Sweeping
jumlah balita
dan anak usia
Penanggung jawab :
- Kepala Puskesmas
Seluruh
desa
cakupan
Balita dan
anak usia
prasekolah di
Balita dan
anak usia
prasekolah
BOK
Balita dan
anak usia
prasekolah di
71
prasekolah di
wilayah kerja
puskesmas
Kebomas
Kebomas Gresik
- Bidan Puskesmas
- Bidan Desa
- Kader Kesehatan
Desa
Puskesmas wilayah kerja
puskesmas
Kebomas
wilayah kerja
puskesmas
Kebomas
tercakup
3
Pengadaaan
rapat
pembahasan
hasil kegiatan
Sweeping
jumlah balita
dan anak usia
prasekolah di
wilayah kerja
puskesmas
Penanggung jawab :
- Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan Puskesmas
- Bidan Desa
- Kader Kesehatan
Desa
Seluruh
desa
cakupan
Puskesmas
Balita dan
anak usia
prasekolah di
wilayah kerja
puskesmas
Kebomas
Balita dan
anak usia
prasekolah
BOK
Balita dan
anak usia
prasekolah di
wilayah kerja
puskesmas
Kebomas
tercakup
4
Pengadaan rapat
Pembentukan
tim pelatihan
pelayanan
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
Bidan Koordinator
puskesmas
Kebomas
Disetujuinya
pengadaan
rapat
koordinasi
Kepala
Puskesmas
Kebomas
Gresik
-
Terlaksananya
rapat
koordinasi
72
DDTK
5
Pelatihan tenaga
kesehatan
terkait
pelayanan
DDTK
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
Koordinator
puskesmas
Kebomas
Peningkatan
kualitas
tenaga
kesehatan
terlatih
Bidan
puskesmas
Kebomas
APB
D
- Kehadiran
seluruh
pihak
terkait
- Kesiapan
materi,
sarana dan
prasarana.
- Adanya
pengetahua
n terkini
terkait
kebijakan
program
DDTK
6
Pengadaan
Pelatihan kader
terkait
pelayanan
DDTK
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
Kantor
kepala desa
70% kader
desa
Kader desa
Kebomas
APB
D
Terbentuknya
kader terlatih
untuk
pelayanan
DDTK
73
Koordinator
7
Rapat
perencanaan
pelaksanaan
pelayanan
DDTK
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
Koordinator
puskesmas
Kebomas
Disetujuinya
pengadaan
rapat
koordinasi
Tenaga
kesehatan -
Terlaksananya
rapat
koordinasi
8
Pelaksanaan
pelayanan
DDTK oleh
masing-masing
guru TK dan
PAUD
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
Koordinator
Di tiap tiap
TK dan
PAUD
Pelayanan
DDTK
Tenaga
kesehatan
dan kader
BOK
Terlaksananya
pelayanan
DDTK pada
balita dan
apras yang
berkunjung di
TK dan
PAUD
74
9
Pencatatan hasil
laporan DDTK
dari masing-
masing guru TK
dan PAUD
Penanggungjawab :
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
Koordinator
Di tiap tiap
TK dan
PAUD
Pelayanan
DDTK
Tenaga
kesehatan,
guru TK dan
Bunda
PAUD
BOK
Terlaksananya
pelayanan
DDTK pada
balita dan
apras yang
berkunjung di
TK dan
PAUD
11 Monitoring tiap
enam bulan
Penanggung jawab:
Kepala Puskesmas
Kebomas Gresik
- Bidan
koordinator
Puskesmas
Kebomas
Pemantauan
program
DDTK
Tenaga
kesehatan -
Cakupan
penanganan
kasus
penyimpangan
dari hasil
DDTK
12
Rapat Evaluasi
hasil pencatatan
dan pelaporan
pelayanan
DDTK pada
minggu keempat
Penanggung jawab :
- Kepala Puskesmas
Bidan Koordinator
- Bidan Puskesmas
Puskesmas
Kebomas
Evaluasi
pada
program
DDTK
Tenaga
kesehatan,
guru TK dan
Bunda
PAUD
-
Tercapainya
hasil
pelaksanaan
DDTK sesuai
target
75
setiap enam
bulan sampai
akhir tahun
anggaran
- Bidan Desa
76
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Keberhasilan program DDTK merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
MDG’S yaitu menurunkan angka kematian Ibu dan Anak yang nantinya akan
menjadikan pemerataan Pendidikan untuk semua.
Mesih belum terpenuhinya target pelayanan DDTK apras 75,85% dari target
83%.
Penyebab internal paling besar yang menyebabkan kurangnya cakupan
pelayanan DDTK adalah kurangnya kader yang terlatih. Masalah tersebut yang
paling ,mungkin untuk dilakukan penyelesaian jangka pendek.
Penyebab eksternal paling besar adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya DDTK. Masalah tersebut juga menyebabkan kurangnya cakupan
pelayanan DDTK, disebabkan kemauan dan keinginan diperlukan untuk
mendorong ibu dan anakanya ke pelayanan kesehatan
Belum adanya tempat rujukan terdekat menyebabkan terhentinya proses
penanganan DDTK.
Masih kurangnya kerjasama lintas sektor sehingga yang dapat mengurangi
cakupan DDTK.
7.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat kami sampaikan antara lain:
Bagi Puskesmas :
1. Melaksanakan program kalakarya DDTK oleh petugas yang sudah
dilatih
77
2. Melaksanakan pelatihan kader dengan metode On The Job Training dan
Snow Balls dengan baik
3. Melaksanakan pelatihan – pelatihan guna meningkatkan kualitas petugas
terlatih
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral
5. Melaksanakan penambahan jumlah tenaga terlatih terutama bidan
6. Evaluasi dan monitoring rutin pelayanan DDTK
7. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penyimpangan tumbuh
kembang bukanlah sesuatu yang memalukan melainkan harus ditangani
secara dini untuk mendapatkan hasil intervensi yang lebih baik
Bagi bagian IKM-KP :
1. Perlunya peningkatan bimbingan kepada Dokter Muda di lapangan.
2. Mengadakan lokakarya dengan pihak Puskesmas tentang peran dan
fungsi Dokter Muda di Puskesmas.
3. Memberikan pembekalan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi dengan masyarakat di lapangan
Bagi Dokter Muda :
1. Perlunya peningkatan kerjasama antar tim dalam kerja.
2. Memahami dengan baik teori yang diberikan oleh pembimbing sehingga
dapat diaplikasikan dengan baik di lapangan.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta: Bakti Husada, 2006.
2. Moesintowati B, dkk. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja IDAI. Jakarta:
Sagung Seto, 2002.
3. Departemen Kesehatan RI. Bila Anda Ingin Anak Balita Yang Sehat.
Jakarta: Bakti Husada, 1991.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Balita. Jakarta: Bakti Husada, 1991.
5. Departemen Kesehatan RI, 2001.Pedoman Pembinaan Kesehatan Anak
Didik Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI. Ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Bina Pustaka, 2000.
7. WHO Media Centre. Deafness and Hearing Impairment. Diakses dari:
www.who.int. Diakses tanggal 21 Januari 2013.
8. Nelson, Waldo E., Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. I. Jakarta: EGC,
2000.
9. Schwartz, M. William., Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. 2003
10. Sularyo TS. Periode Krisis pada Tumbuh Kembang Balita. Dalam:
Sularyo TS dkk, penyunitng. Deteksi dan Intervensi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak Selain Upaya Optimalisasi Kualitas Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996. h:21-23.
79
LAMPIRAN 1
METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Dikatakan metode snow balling dikarenakan dalam pembelajaran siswa
melakukantugas individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian
mencari pasangan yaang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar
bagai bola salju yang menggelinding.
Metode ini digunakanuntuk mendapatkan jawaban yang dihasilkandari siswa
secara bertingkatdimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur angsur kepada
kelompok yang lebih besarsehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga
jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara berkelompok.
Langkah – langkah penerapan:
- Sampaikan materi yang akan diajarkan
- Minta siswa menjawab secara berpasangan
- Setelah siswa yang berpasangan tadi mendapatkan jawaban, pasangan tadi
digabung dengan pasangan disampingnya, dengan demikian terbentuklah
kelompok yang beranggotakan 4 orang.
- Kelompok berempat orang ini bekerja mengerjakan tugas yang samaseperti
dalam kelompok yang 2 orang. Tugas ini dapat dilakukan dengan
membandingkan jawaban kelompok 2 orang dengan keompok 2 orang lainya.
Dalam kegiatan ini perlu dipertegas bahwa jawaban harus disepakati oleh
semuaanggota kelompok yang baru.
- Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok
digabung lagi dengan kelompok berempat lainya. Dengan demikian sekarang
kelompok yang baru beranggotakan 8 orang.
- Yang dikerjakan pada kelompok baru ini sama dengan tugas pada langkah ke
empat diatas. Langkah ini dapatdilanjutkan sesuai dengan jumlah siswadan
waktu yang tersedia.
- Masing masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya didepan
kelas.
- Guru akan membandingkan hasil dari masing masing kelompok kemudian
memberikan ulasan-ulasan yang dianggap perlu.
80
LAMPIRAN 2
LEAFLET HALAMAN DEPAN
81
LAMPIRAN 3
LEAFLET HALAMAN BELAKANG
82
LAMPIRAN 4
JADWAL KEGIATAN DDTK
83
LAMPIRAN 5
STATUS GIZI BERDASARKAN STANDAR WHO-NCHS 2005 BB/TB
84
85
LAMPIRAN 6
LINGKAR KEPALA ANAK
86
LAMPIRAN 7
KPSP BERDASARKAN UMUR
87
88
89
90
LAMPIRAN 8
TES DAYA DENGAR
91
LAMPIRAN 9
TES DAYA LIHAT
92
LAMPIRAN 10
KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL
93
LAMPIRAN 11
CEKLIS DETEKSI DINI AUTIS
94
LAMPIRAN 12
FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN
HIPERAKTIVITAS
95
LAMPIRAN 13
ALUR RUJUKAN DDTK