uji aktivitas bunga melati sebagai antimikroba ...repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1851/1/tiara...
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS BUNGA MELATI SEBAGAI ANTIMIKROBA
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
PROPIONIBACTERIUM ACNE
PENYEBAB JERAWAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi S1 Farmasi
STIK Siti Khadijah Palembang
TIARA OKTAVIANI
51502018
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2020
ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI FARMASI
SKRIPSI, FEBRUARI 2020
UJI AKTIVITAS BUNGA MELATI SEBAGAI ANTIMIKROBA
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNE
PENYEBAB JERAWAT
ABSTRAK
Melati diketahui berkhasiat sebagai antimokroba alami karena kandungan
berbagai metabolit sekunder pada akar, batang, daun dan bunga. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan aktivitas ekstrak bunga melati sebagai antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan melihat Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) terhadap bakteri Propionibacterium acnes, penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode difusi agar, data di
analisis menggunakan one way ANOVA. Konsentrasi ekstrak bunga melati
(Jasminum sambac) yang digunakan adala 10%, 30%, dan 50% dengan kontrol
positif Klindamisin dan kontrol negatif aqua pro injection. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa ekstrak bunga melati mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes dan didapatkan Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada Propionibacterium acnes dengan konsentrasi 30% merupakan
pelakuakuan baik dengan rata-rata 5,58 mm. Ekstrak bunga melati (Jasminum
sambac) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes penyebab jerawat.
Kata Kunci : Bunga Melati, KHM, antibakteri, Propionibacterium Acnes
Pustaka : 29 (1985-2018)
iii
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PHARMACEUTICAL STUDY PROGRAM
THESIS, FEBRUARY 2020
TEST OF FLOWER ACTIVITIES OF JASMINUM AS AN
ANTIMICROBA ON THE GROWTH OF ACNE PROPIONIBACTERIUM
BACTERIA
ACNE CAUSES
ABSTRACT
Jasmine is known as a natural antimocrobial because it contains a variety of
secondary metabolites in roots, stems and flowers. This study aims to carry out
the activity of jasmine extract as an antibacterial in inhibiting bacterial growth and
to see the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Propionibacterium acnes
bacteria, this research is an experimental study using agar diffusion method, the
data were analyzed using one way ANOVA. The concentration of jasmine extract
(Jasminum sambac) used was 10%, 30%, and 50% with positive control of
Clindamycin and negative control of aqua pro injection. The results of this study
indicate that jasmine flower extract is able to inhibit the growth of
Propionibacterium acnes and obtained the Minimum Inhibitory Level (MIC) of
Propionibacterium acnes with a concentration of 30% is good behavior with an
average of 5.58 mm. Jasmine flower extract (Jasminum sambac) has antibacterial
activity against the growth of Propionibacterium acnes bacteria that cause acne.
Keywords: Jasmine, MIC, antibacterial, Propionibacterium Acnes
Library: 29 (1985-2018)
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“ Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. sekali terjun dalam perjalanan jangan pernah mundur sebelum
meraihnya, yakin usaha sampai. Karena sukses itu harus melewati banyak proses,
bukan hanya menginginkan hasil akhir dan tahu beres tapi harus selalu keep on
progress. Meskipun kenyatannya banyak hambatan dan kamu pun sering dibuat
stres percayalah tidak ada jalan lain untuk meraih sukses selain melewati yang
namanya proses”.
PERSEMBAHAN :
Alhamdullilahirobil’alamin, untaian rasa syukur karena nikmat sehatnya dan
nikmat rejeki-nya kepada allah dan Lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW Skripsi ini penulis dedikasikan kepada:
1. kedua orang tua tercinta, Ayahanda Junaidi Ampera dan Ibunda Sumarni,
ketulusanya dari hati atas doa yang tak pernah putus, semangat yang tak
ternilai.
2. Untuk yang selalu memberi suport dan semangat Suami penulis Rhamdan
Prabowo AR dan anak kesayangan M.Raefal Elrumi Rhata
3. Untuk Almamater merah Kebanggaanku
4. Dosen dan Staf Laboratorium S1 Farmasi dan Dosen Pembimbing yang dengan
sabar dan tulus selalu membagi ilmu dan pengalaman.
5. Teman-Teman S1 farmasi STIK Siti Khadijah Palembang
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Identitas
Nama : Tiara Oktaviani
Nim : 51502018
Tempat / Tanggal Lahir : Kayu Agung, 23 oktober 1997
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Junaidi Ampera
Nama Ibu : Sumarni
Jumlah Saudara : 1
Anak Ke : 1 (satu) Tunggal
Alamat : JL.let. kasnariansyah no.70-E / 1517. RT
019 RW 007. Kel 20 Ilir Timur 1 Sumatra
Selatan Palembang
2. Riwayat Pendidikan
-Tahun 2003-2009 : SDN 139 Palembang
-Tahun 2009-2012 : MTSN Tanjung Raja
-Tahun 2012-2015 : SMAN 1 Tebing Tinggi Empat Lawang
-Tahun 2015-2020 : S1 Farmasi STIK Khadijah Palembang
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah nya hingga kami dapat menyelesaikan proposal
ini, yang berjudul:
“UJI AKTIVITAS BUNGA MELATI SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNE PENYEBAB
JERAWAT”
Proposal ini merupakan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk
memproleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi S1 Farmasi STIK Siti Khadijah
Palembang.
Pada kesempatan ini saya sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membimbing dan memberikan
bantuan serta petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini kepada
Kedua orang tua saya Papa dan Mama (Junaidi Ampera dan Sumarni) yang
memberi saya semangat dan nasehat terbaik serta Suami saya (Rhamdan prabowo
AR) yang telah memberi dukungan dan membantu menyelesaikan proposal ini
serta anak saya (M. Raefal Elrumi Rhata) yang telah membuat saya bersemangat
mengerjakan proposal ini dan terima kasih kepada :
1. Dr.dr.Ibrahim Edy Sapada, M.Kes selaku Ketua STIK Siti Khadijah
Palembang dan Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan saran selama penyusunan proposal.
2. Sigit Cahyo Hardiansyah.,S.Farm.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Prodi S1
farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.
x
3. Layla Izzatul Khuniyati,.S.Si,Apt,MARS Selaku Dosen pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama
penyusunan proposal ini.
4. Mayaranti Wilsya, S.Far.,Apt.,M.Sc Selaku Dosen Penguji Proposal
5. Kedua orang tua penulis, Mama dan Papa yang selalu memberi semangat
serta dukungan.
6. Teman-teman seperjuangan
Semoga Allah SWT Membalas budi baik Bapak Ibu dengan
balasan yang berlipat ganda. Penulis Menyadari bahwa proposal ini masih
belum sempurna , sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang berguna untuk
menyempurnakan proposal ini, serta penulis berharap semoga proposal ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua,Amin.
Palembang , Februari 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... .1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... .5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... .5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... .5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Bunga Melati ............................................................ .7
2.1.1 Klasifikasi Tanaman ....................................................... .7
2.1.2 Deskripsi Tanaman Bunga Melati ( Jasminum Sambac ) 8
2.1.3 Deskripsi akar melati ....................................................... .9
2.1.4 Deskripsi dari batang melati ............................................ 10
2.1.5 Deskripsi dari daun melati............................................... 10
2.2 Khasiat dari tanaman melati ...................................................... 11
2.2.1 Manfaat tanaman melati .................................................. 11
2.3 Ekstrak dan Ekstrasi .................................................................. 16
2.4 Skrining fitokimia .................................................................... 18
2.5 Bakteri ....................................................................................... 20
2.6 Klindamisin ............................................................................... 23
2.7 Propionibacterium acnes ............................................................ 25
2.8 Metode Uji Bakteri ..................................................................... 26
2.9 Metode Difusi ............................................................................. 26
2.10 Metode Dilusi ........................................................................... 29
2.11 Kadar Hambat Minimum ........................................................... 31
2.12 Penelitian Terkait ....................................................................... 32
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 35
3.1.1 Kerangka Konsep ............................................................ 35
3.1.2 Populasi ........................................................................... 35
3.1.3 Sampel ............................................................................. 35
3.2 Variabel penelitian .................................................................... 36
3.2.1 Variabel Independen........................................................ 36
3.2.2 Variabel Dependen .......................................................... 36
3.3 Waktu dan tempat Penelitian ..................................................... 36
3.4 Prosedur Penelitian .................................................................... 36
3.4.1 Alat dan Bahan ................................................................. 37
3.5 Metode Penelitian ...................................................................... 37
3.6 Metode Uji Penelitian ................................................................ 38
3.7 Definisi Operasional ................................................................. 41
3.8 Hipotesis .................................................................................... 41
3.9 Alur penelitian ........................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................................................................... 43
4.1.1 Hasil Ekstraksi ................................................................... 43
4.1.2 Hasil Skrining Fitokimia ................................................... 43
4.1.3 Hasil Uji Aktivitas bakteri ................................................. 44
4.2 Pembahasan ............................................................................... 45
4.2.1 Ekstraksi ............................................................................ 45
4.2.2 skrining fitokimia ............................................................. 46
4.2.3 Uji Aktivitas Antibakteri .................................................. 47
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 50
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 51
5.2 Saran .......................................................................................... 52
5.2.1 Bagi Masyarakat ............................................................... 52
5.2.2 Bagi STIK Khadijah Palembang ...................................... 52
5.2.3 Bagi penelitian Selanjutnya ................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 bunga Melati ( Jasminum Sambac ) .......................................... 7
Gambar 2.2 bakteri Propionibacterium acnes ............................................... 25
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 35
Gambar 3.2 Alur Penelitian............................................................................. 42
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 katagori Daya Hambat Bakteri ........................................................ 27
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 41
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Keterangan Teori ........................................................................... 32
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat Bakteri
Lampiran 2. Sertifikat Kertas Cakram
Lampiran 3. Proses Maserasi Bunga Melati
Lampiran 4. Rotary Evaporator
Lampiran 5. Pemanasan di Water Bath
Lampiran 6. Skrining Fitokimia Ekstrak Bunga Melati
Lampiran 7. Perlakuan
Lampiran 8. Konsentrasi
Lampiran 9. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Bunga Melati
Lampiran 10. Pengukuran Diameter Zona Bening
Lampiran 11. Hasil Uji one way ANOVA Bunga Melati (Jasminum
Sambac) Terhadap Bakteri
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jerawat merupakan kelainan kulit yang dikenal dengan acne vulgaris,biasa
terjadi pada usia remaja. Meskipun jerawat bukan penyakit infeksiserius, banyak
remaja yang mengalami depresi, kecemasan dan putus asa karena jerawat
berpotensi merusak penampilan. Jerawat adalah peradangan kronik folikel sebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustul, kista pada daerah – daerah
predileksi (Widia,2012). Diagnosis klinis jerawat mudah dibuat, tetapi pengobatan
jerawat sering mengalami kesulitan. Hal inikarena penyebab jerawat multifaktor,
yang salah satu faktornya adalah bakteri(Aziz, 2010).
Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (Martina,
2012), Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.Pada kondisi
normal bakteri ini tidak patogen, tetapi bisa menjadi invasif bilateri jadi
perubahan kondisi kulit. Bakteri ini menyebabkan penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea karena berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta
pembentukan enzim lipolitik penguba fraksi sebum menjadi massa padat
(Purwanti, 2010).
Diagnosis klinis jerawat mudah dibuat, tetapi pengobatannya
seringmengalami kesulitan. Sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang
tuntasterhadap jerawat, meskipun ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah
satunya penggunaan antibiotik sebagai solusi untuk jerawat yang masih sering
diresepkan. Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa pasien berjerawat yang
2
menerima antibiotik tetrasiklin, eritromisin atau clindamisin sebagai
pengobatannya, mengalami peningkatan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas
bila dibandingkan dengan pasien berjerawat non terapi antibiotik (Azis,2010).
Keberadaan mikroorganisme di tubuh manusia juga mempengaruhi
munculnya jerawat. Karena kebanyakan bakteri kulit dijumpai pada
epitelium(lapisan luar bersisik), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati
(aerobik) dan di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerob lipolitik,
seperti Staphylococccus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun
dapat menimbulkan penyakit, termasuk jerawat akibat lipase Staphylococccuses
pidermidis melepaskan asam-asam lemak dari lipid dan menyebabkan iritasi
jaringan. Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah Pseudomonas Aeruginosa.
Bakteri ini bersifat invasif, toksigenik, dan sering terdapat sebagai flora usus
normal pada kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompoknya
(Fcnuri Sari,2011)
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita
masyarakat Indonesia sejak dahulu. Zaman sekarang penyakit infeksi yang banyak
diderita para remaja adalah infeksi kulit seperti jerawat. Penyakit jerawat di awali
dengan infeksi kulit, infeksi kulit di sebabkan oleh bakteri Staphylococus Aureus.
Sedangkan bakteri penyebab jerawat adalah bakteri Propionibacterium Acnes
(Maria Anggelina, dkk,2015).
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit dapat
menular dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Infeksi di
3
sebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, riketsia, jamur dan
protozoa. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian
semakin meningkat. Sedangkan penurunan infeksi oleh bakteri-bakteri patogen
yang dapat menyebabkan kematian sulit dicapai, selain itu cara pengobatan yang
menggunakan kombinasi berbagai antibiotik juga dapat menimbulkan masalah
resisten (Jawetz et al., 2011)
Penggunaan antibiotikasecara terus-menerus dapat menyebabkan resisten.
Dilain pihak, dengan adanyaresistensi ini dikembangkan antiinflamasi preparat
yang dapat diberikan tropika ataupun sistemik, misalnya nikotinamide tropical
untuk mengobati acne meradang ringan dan sedang, sementara benzoyl peroxide
dalam obat oles anti jerawat dianggap sebagai desinfektan oles yang dijual bebas
dan paling efektif dalam merawat blemish. Oleh karena itu diperlukan alternatif
bahan obat untukm engatasi masalah jerawat, utamanya yang berasal dari bahan-
bahan alam untuk meminimalisir efek samping. Jerawat merupakan salah satu
masalah kulit yang sering di jumpai di masyarakat bersifat kronis dan berulang.
Jerawat bukan merupakan suatu penyakit yang mengancam nyawa namun jerawat
dapat menyebabkan masalah psikologi, mulai dari perasaan rendah diri hingga
stress, selain itu tidak jarang pula terjadi bekas luka yang permanen pada wajah
(Susanto, 2013).
Saat ini masyarakat mencari pengobatan alternatif lain salah satu nya
dengan menggunakan bahan alam (Drealos dkk, 2010). Salah satu tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanaman Bunga Melati (jasminum
sambac)
4
Tanaman melati memiliki kandungan kimia pada bunga, daun, ataupun
batangnya. Kandungan kimia tertinggi dari tanaman melati terdapat pada
bunganya. Jenis kandungan kimia yang terkandung dalam melati dipegaruhi oleh
regio geografis dan kuantitasnya bervariasi pada setiap periode vegetasi.
Kandungan kimia melati yang tumbuh di Kuba, Brazil, India, Jerman, dan
Thailand mengandung eugenol sebagi konstituen utama selain juga β-
caryophyliene atau α-bisabolenes dan β-bisabolenes. Methyl eugenol merupakan
konstituen utama dari minyak Ocimum sanctum dari India (25%) dan Thailand
(23-52%). Sedangkan minyak dari Ocimum sanctum yang tumbuh di Australia
terutama mengandung methyl chavicol (Evelyne, 2008).
Bunga melati( Jasminum Sambac ) menunjukan aktifitas anti bakteri terhadap
bakteri anti jerawat yaitu pripionibacterium acne dan bakteri yang dapat
menimbulkan jerawat adalah staphylococcus apidermidis ( Inna et al.,2010).
Ada salah satunya menurut penelitian Maghfiroh (2014) yang berjudul
“Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga melati Jasminum sambac ait. Terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC dan Shigella flexneri ATCC.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak bunga melati Jasminum sambac ait.
Mempunyai tingkat kepolaran yang berbeda. Zona hambat terbesar pada
pengujian aktivitas antibakteri dihasilkan oleh ekstrak etil asetat dengan
konsentrasi 50% terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas Bunga Melati ( Jasminum Sambac )
terhadap bakteri Pripionibacterium Acne sebagai antimikroba penyebab jerawat.
5
1.2 Rumusan Masalah
Dari datar belakang tersebut, bunga Melati dapat di gunakan sebagai
antimikroba penyebab jerawat karna masih sedikit yang melakukan penelitian,
sehingga dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah bunga melati(Jasminum Sambac)memiliki aktivitas anti bakteri
terhadap pertumbuhan pripionibacterium acne sebagai antimikroba penyebab
jerawat.
2. Pada konsetrasi berapa hambat minimum ekstrak bunga melati (Jasminum
Sambac)
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan topik yang disebutkan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas pemberian konsentrasi bunga melati
(Jasminum Sambac)terhadap bakteri pripionibacterium acne
2. Untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak bunga melati
(Jasminum Sambac)?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Penelitian ini di harapkan memberikan informasi bagi masyarakat
yang berkhasiat tentang manfaat bunga melati( Jasminum Sambac )terhadap
bakteri pripionibacterium acne sebagai antimikroba penyebab masalah
jerawat sebagai pengobatan tradisional
6
1.4.2 Bagi Industri
Agar pemanfaatannya dapat dikembangan lebih lanjut menjadi bahan
bacaan, Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan bunga
melati(Jasminum Sambac)
1.4.3 Bagi STIK Siti Khadijah
untuk menambah liberatur dan referensi di perpustakaan STIKSiti
Khadijah Palembang yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
1.4.4 Bagi Peneliti
Dapat memanfaatkan tumbuhan atau tanamanan yang ada di sekitar
kita yang di duga berpotensi dan efektif bagai antibakteri
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman bunga melati(Jasminum Sambac)
2.1.1 Klarifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesie : Jasminum sambac, Jasminum multiflorum, Jasminum
officinale, Jasminum rex, Jasminum mensyi dll.
Gambar 2.1 bunga Melati (Jasminum sambac)
8
2.1.2 Deskripsi Tanaman Bunga Melati (Jasminum Sambac)
Di antara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani
baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan yaitu melati hutan (J.
multiflorum andr.), melati putih (J. sambac ait.), melati raja (J. rex), J. parkeri
dunn., J. mensy, J. revolutum, melati cablanca (J. officinale), melati australia (J.
simplicifolium), dan melati hibrida. Sebagian besar jenis melati tumbuh di hutan-
hutan karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya.
Melati adalah tanaman semak, ketinggian 0,3-2 m. Daunnya bertangkai
pendek, helaian daun berbentuk bulat telur, tepi daun rata, panjang 2,5-10 cm, dan
lebarnya 1,5-6 cm (Suryowinoto, 2011).
Tanaman melati yang kita kenal yakni famili oleaceae, tumbuh lebih dari
setahun (perennial), bersifat perdu dan merambat. Batangnya berkayu berbentuk
bulat sampai segi empat, berbuku-buku, dan bercabang banyak seolah-olah
merumpun. Daunnya berbentuk bulat telur (oval, elips) dan berwarna hijau
mengilap.
Bunga melati berbentuk terompet dengan warna bervariasi yakni putih,
kuning cerah, dan merah muda, tergantung pada jenis atau spesiesnya. Melati
yang bunganya berwarna putih antara lain melati hutan (J. multiflorum), melati
putih (J. sambac), melati raja (J. rex), dan melati australia (J. simplicifolium).
Sementara melati berbunga kuning adalah J. revolutum dan J. mensy, atau J.
primulinum. Ada juga warna bunga merah muda dimiliki oleh melati hibrida hasil
persilangan antara J. Beeasianum dan J. officinale. Bunga melati hutan yang
9
ditemukan tumbuh di Indonesia kadang-kadang berwarna putih kemerah-merahan
atau kekuning-kuningan.
Umumnya, bunga melati tumbuh di ujung tanaman. Susunan mahkota
bunga tunggal atau ganda (bertumpuk), beraroma harum tetapi beberapa jenis
bunga melati ada yang memiliki aroma tidak harum.
Sistem perakaran tanaman melati adalah akar tunggang dan akar-akar
cabang yang menyebar ke semua arah dengan kedalaman 40-80 cm. Dari akar
yang terletak dekat permukaan tanah kadang-kadang tumbuh tunas atau cikal
bakal tanaman baru (Rukmana, 2012).
2.1.3 Deskripsi akar melati
Melati adalah tanaman perdu dan termasuk dalam famili oleaceae tanaman
perennial ( tumbuhan lebih dari satu tahu) ini mempunyai tinggi 0,3 sampai 2
meter dan bersifat merambat. Sistem perakaran tanaman melati adalah akar
tunggal dan bercabang. Cabang ini menyebar kesegalah arah hingga kedalaman
40-80 cm dari akar yang berada di permukaan tanah. Akar melati bisa
memunculkan tunas atau bakal tanaman baru.
Akar adalah bagian dari tanaman yang berada di bawah permukaan tanah,
jadi keberadaannya tak terlihat namun bukan berarti tak mempunyai khasiat.
Secara umum, memang fungsi akar adalah menyerap air dan unsur-unsur hara
yang berguna untuk kebutuhan tanaman tersebut namun akar tanaman melati
mempunyai fungsi yang lebih dari itu. Salah satunya yaitu menyembuhkan susah
tidur bagi Anda yang mempunyai masalah susah tidur, akar tanaman melati dapat
dijadikan alternatif untuk mengusir insomnia. Sebagai obat alami,cara
10
pengolahannya pun sangat mudah. Untuk pemakaian dalam,akar tanaman melati
seruas jari dihaluskan, lalu diseduh dengan air panas, dengan meminum air
saringannya, Anda sudah bisa merasakan khasiatnya. Sedangkan untuk
pemakaian luar, akar melati dihaluskan, lalu ditempelkan di bagian yang sakit.
Penelitian terkini berhasil mengungkap lebih banyak khasiat dari akar
tanaman melati. Ekstrak akar beberapa jenis melati dimanfaatkan sebagai
penurun demam. Rebusan akar melati dipakai untuk mengatasi radang paru-paru,
bronkitis dan juga asma. Tumbukan akar melati dapat menyembuhkan patah
tulang dan keseleo. Tingtur (ekstrak dalam alcohol) akar melati berkhasiat kuat
sebagai penenang, anestetik (pemati rasa) dan penyembuh luka (analgesik).
2.1.4 Deskripsi dari batang melati
Batang melati bewarna coklat dan berkayu dengan bentuk bulat sampai segi
empat, berbuku-buku dan bercabang banyak hingga terlihat seperti merumpun.
Menurut jenis batangnya, tanaman melati dapat di golongkan sebagai tanaman
semak dengan tinggi kurang dari 5 meter. Batangnya sedikit berbulu halus dan
jarang.
2.1.5 Deskripsi dari daun melati
Daun melati bertangkai pendek dan helaiannya berbentuk bulat oval. Panjang
daun tanaman ini kira-kira 2,5 sampai 10 cm dengan lebar hingga 1,5 – 6 cm.
Ujung daun tanaman melati meruncing dan pangkal membulat, bagian tepi daun
merata atau tidak rata dan sedikit bergelombang, pertulangan daun menyirip dan
menonjol pada permukaan bagian bawah. Permukan daun mengkilap dan
berwarna hijau. Letak daun saling berhadapan pada setiap buku.
11
2.1.6 Deskripsi dari bunga melati
Bunga melatih berbentuk seperti terompet dengan warna yang beragam
tergantung dari jenis dan spesialisnya. Biasanya, bunga melati tumbuh di ujung
tanaman. Susunan mahkota bunga melatih tunggal atau ganda (bertumpuk) dan
mempunyai aroma wangi. Bunga melati merupakan bunga majemuk dan memiliki
susunan bunga menyirip berhadapan.
2.2 Khasiat dari tanaman melati
Bunga melati merupakan salah satu bunga yang populer baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Bunga berwarna putih bersih ini kerap dijadikan
tanaman hias, untuk dekorasi, atau sebagai bunga potong. Selain itu melati juga
kerap diolah menjadi obat-obatan herbal untuk memelihara kesehatan. Ada sekitar
18 manfaat bunga melati untuk kesehatan dan kecantikan. Melati dapat
dikonsumsi secara langsung atau diolah menjadi minuman seperti teh.
2.2.1 manfaat tanaman melati
Selain bunganya ternyata daun dari tanaman melati juga memiliki manfaat
yang tidak kalah penting bagi kesehatan. Daun melati seperti dedaunan lain pada
umumnya berwarna hijau tua dengan bentuk oval. Pangkalnya berbentuk setengah
lingkaran dan makin ke ujung makin meruncing. Daun melati dipercaya memiliki
kandungan nutrisi dan zat yang tidak kalah bermanfaaat bagi kesehatan sehingga
sering digunakan sebagai obat tradisional. Lalu apa saja manfaat daun melati?
Berikut penjelasannya:
12
1) Sumber antioksidan
Daun melati memiliki kandungan antioksidan yang sangat bermanfaat untuk
menangkal radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh dan menyebabkan
penyakit atau gangguan kesehatan. .
2) Mencegah penuaan dini
Kandungan antioksidan pada daun melati juga dapat mencegah timbulnya
tanda-tanda penuaan yang terlalu awal atau terlalu dini seperti kerutan pada
wajah sehingga membuat anda tampak lebih tua dari usia asli anda. Penuaan
dini juga dapat dicegah dengan konsumsi berbagai bahan alami lainnya
seperti manfaat pare untuk kulit atau manfaat daun kenikir untuk kecantikan.
3) Mencegah kanker
Selain manfaat buah aprikot dan manfaat daun kelor untuk kanker anda juga
dapat mengonsumsi ramuan daun melati agar terhindar dari penyakit kanker
yang dikenal sangat mematikan.
4) Mengatasi ASI yang melimpah/berlebihan
Masalah ibu menyusui tidak hanya kurangnya produksi ASI. Namun
kelebihan produksi ASI juga dapat menjadi masalah sehingga harus segera
diatasi. Salah satunya dengan konsumsi daun melati sehingga produksi ASI
lebih terkendali dan tidak berlebihan.
5) Baik untuk kesehatan mata
Konsumsi daun melati juga bermanfaat untuk memelihara kesehatan mata
sehingga penglihatan anda menjadi lebih baik dan tajam serta terhindar dari
berbagai penyakit atau gangguan kesehatan pada mata. Selain daun melati ada
13
banyak bahan alami yang dikenal sangat baik untuk pemeliharaan kesehatan
mata diantaranya manfaat wortel dan manfaat tomat.
6) Baik untuk kesehatan ginjal
Jika anda memiliki masalah atau keluhan dengan kesehatan organ ginjal maka
konsumsi daun melati merupakan pilihan yang tepat. Dengan konsumsi
ramuan daun melati secara teratur dapat membantu memelihara kesehatan
ginjal dan mengatasi berbagai keluhannya. Ini serupa dengan khasiat
beberapa bahan alami lain seperti manfaat madu untuk ginjaldan manfaat
daun seledri untuk ginjal.
7) Menyehatkan syaraf
Manfaat daun melati juga berdampak positif pada kesehatan syaraf sehingga
sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Disamping itu terdapat pula alternatif
bahan alami lainnya yang juga baik untuk kesehatan syaraf
diantaranya manfaat bekatul dan manfaat remayung.
8) Menetralisir racun
Ramuan daun melati juga dapat digunakan untuk menetralisir racun sehingga
sangat baik ditanam di sekitar lingkungan anda agar dapat digunakan ketika
diperlukan. Setelah dinetralisir racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh
sehingga tubuh anda akan terhindar dari dampak buruk zat-zat racun tersebut.
9) Mengatasi demam berdarah
Penyakit lain yang juga bias diatasi dengan daun melati adalah demam
berdarah. Penyakit yang disebabkan infeksi oleh virus dengue ini tersebar
melalui gigitan nyamuk dan menyebabkan penderitanya demam tinggi, nyeri
14
sendi, sakit kepala, serta nyeri otot dan tulang. Selain itu alternatif alami
lainnya yang bisa digunakan adalah manfaat angkak dan manfaat jambu biji
untuk demam berdarah.
10) Mengatasi radang pada usus
Gangguan kesehatan seperti peradangan pada usus tentu sangat menyakitkan
dan menggangu kelancaran pencernaan. Untuk mengatasinya anda bisa
memanfaatkan ramuan dari daun melati sehingga radang tersebut bisa
berangsur membaik. Selain itu manfaat daun krokot juga dapat menjadi
pilihan yang tepat untuk mengatasi gangguan kesehatan ini
11) Mengatasi sesak napas
Sesak napas dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti alergi, tekanan darah
rendah, anemia, asma, dan lain sebagainya. Selain menggunakan obat-obatan
tersedia pula beragam pilihan obat alami untuk mengatasi hal ini diantaranya
daun melati, manfaat anggrek merpati, dan manfaat daun sidaguri.
12) Mengatasi pembengkakan
Secara umum pembengkakan merupakan salah satu gejala peradangan. Untuk
mengatasinya anda bisa menggunakan ramuan dari daun melati atau beberapa
bahan alami lain seperti manfaat kencur dan jahe.
13) Mengobati diare
Meskipun diare adalah penyakit yang umum diderita dan dapat terjadi pada
siapa saja namun penyakit ini harus segera diatasi agar tidak menyebabkan
hal-hal yang lebih berbahaya seperti dehidrasi. Diantaranya dengan
15
mengonsumsi ramuan daun melati, manfaat akar sagu, manfaat daun jambu
biji untuk diare
14) Baik untuk kesehatan paru-paru
Organ tubuh lainnya yang juga mendapat manfaat dari konsumsi daun melati
adalah paru-paru. Konsumsi daun ini secara teratur dapat membantu
memelihara kesehatan paru-paru sehingga sistem pernapasan anda menjadi
lancar.
15) Mengatasi pilek
Konsumsi daun melati juga sangat tepat dikonsumsi saat anda sedang pilek.
Selain itu tersedia pula berbagai obat-obatan siap pakai seperti manfaat obat
demacolin dan manfaat dexteem plus
16) Baik untuk kesehatan pencernaan
Manfaat daun melati juga sangat baik untuk memelihara kesehatan
pencernaan sehingga proses pencernaan menjadi lancar dan berbagai nutrisi
pada makanan pun dapat diserap oleh tubuh dengan baik.
Itulah diantara manfaat daun melati yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Oleh karena itu tidak ada salahnya jika anda menanam tumbuhan ini di sekitar
halaman rumah sehingga halaman rumah terlihat cantik dan anda dapat
memanfaatkan bunga dan daunnya ketika diperlukan. Pemandangan rumah
menjadi indah dan manfaat kesehatan pun didapatkan
16
2.3 Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang di peroleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai (Depkes RI Dirjen POM,2010)
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat tertentu,
terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pada
umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak biasanya berupa bahan
kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisia
(Sembiring, 2017).
Berikut beberapa metode ekstraksi yang umum dan sering
digunakan,antara lain(Endang Hanani, 2017).
A. Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Simplisia yang akan
diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar
17
bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat
kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk
ke seluruh permukaan simplisia. Rendaman tersebut disimpan terlindung
dari cahaya langsung (mencegah 6 reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau
perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu
tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan luar sel telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan.
Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru sampai sempurna (Exhaustive Extraction). Yang umum nya
dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstraksi ini menggunakan pelarut
yang lebih banyak.
B. Cara Panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk
proses ekstraksi sempurna.
18
2) Soxhet
Soxhet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
continuedengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan countinue)
Pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu
umumnya dilakukan pada temperatur 40-50 °C.
4) Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98 °C) selama 15-20 menit.
5) Dekokta
Dekokta adalah pada waktu ≥ 30 menit dan temperatur sampai titik
didi air.
2.4 Skrining Fitokimia
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat penapis senyawa
kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang terkandung dalam
tanaman. Metode ini digunakan untuk mendektesi adanya golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan triterponoid (Endang
Hanani,2017)
19
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa suatu golongan organik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tesebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme dengan cara
menggangu komponen penyusun peptidaligan pada sel bakteri sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
sel tersebut.
2. flavonoid
Mekanisme aktivitas biologis oleh senyawa flavonoid
menyebabkan terjadi kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom
dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri
yang terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol
pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akanrusak dan senyawa
tersebut dapat masuk kedalam inti sel bakteri.
3. Tanin
Tanin adalah salah satu golongan senyawa polifenol yang juga
banyak dijumpai pada tanaman. Tanin dapat diidentifikasi sebagai
senyawa polifenol dengan berat molekul yang sangat besar dari 100 g/mol
serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein. Struktur
senyawa tanin terdiri dari cincin benzen (C6) yang berikatan dengan gugus
hidroksil (-OH). Tanin memiliki peran biologis yang besar karna fungsinya
sebagai penggendapan protein dan penghelat logam. Oleh karna itu tanin
di prediksi dapat berperan sebagai antioksidan biologis.
20
4. Saponin
Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang artinya sabun karna sifatnya
yang menyerupai sabun. Saponin merupakan glikosida kompleks yang
terdapat pada tanaman. Glokosida adalah steroid umum dalam produk
tumbuh-tumbuhan sebagai pertahanan tubuh. Saponin larut dalam air,
tidak larut dalam eter, dan jika dihidrolisis akan menghasilakan aglogon,
saponin termasuk senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau besar
(Endang, 2015).
5. Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal,
bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif.
2.5 Bakteri
Bakteri adalah makhluk hidup yang berukuran kecil, terdiri dari satu sel,
hanya dapat di lihat mmenggunakan mikroskop dan berkembang biak dengan
membelah diri atau secara seksual
2.5.1 Struktur Bakteri
1. Struktur Dasar
Dimiliki oleh hampir semua dari jenis bakteri, terdiri dari dinding
sel, membran plasma. sitoplasma. ribosom, DNA serta granula
penyimpanan.
21
2. Dinding Sel
Kebanyakan bakteri memiliki dinding sel, dinding sel terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sle bakteri. Sifatnya elastic
dan letaknya diantara kapsula dan membran sitoplasma. Susunan kimia
pada dinding sel dangat kompleks. Biasanya terdiri dari beberapa
bentuk seperti celulosam khitin, hemiselulosa, itu tergantung dari
spesies apa bakteri tersebut. Semua bakteri yang hidup bebas memiliki
dinding sel kecuai pada Mycoplasma.
Dinding sel berfungsi sebagai:
1. pemberi perlindungan terhadap protoplasma
2. berperan penting dalam proses berkembang biak
3. mengatur pertukaran zat
4. mempertahankan tekanan osmotik pada bakteri
3. Membran plasma
Bagian ini ialah pembungkus dari protoplasma, membran sel
letaknya didalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel.
Berdasarkan dari pengujian sitokimia, membran sel menunjukan
terdapat protein lipida dan asam nukleat.
Membran sel akan menyerap cat-cat basa lebih kuat dari
sitoplasma. Membran yang menyelimuti sitoplasma terdiri dari lapisan
fosfolipid dan protein. Membran sel berfungsi sebagai
a) alat transpor bahan makanan dengan selektif
22
b) pada spesies aerob, membran sel merupakan tempat transport
electron dan oksidasi-fosforlasi
c) sebagai tempat ekspresi untuk eksoenzim yang hidrolik
d) mengandung enzim dan molekul yang akan berfungsi pada
biosintesa DNA
e) .mengandung reseptor protein untuk sistem kemotaktik
f) mengatur saat keluar dan masuknya zat-zat
g) memiliki perand lam proses pembelahan sitoplasma menjadi dua
bagian dan diikuti dengan pembentukan dinding pemisah.
4. Sitoplasma
Ini merupakan isi sel yang berupa cairan yang biasa jyga disebut
dengan protoplasma. Protoplasma ialah koloid yang mengandung
karbihidrat, protein, enzim, belerang, kalsium karbonat dan volutin.
Komponen dalam sitoplasma:
1. Inti
Terdapat inti pada bakteri yang bisa dilihat dnegan mikroskop
electron, ini ialah daerah yang tidak tembus cahaya electron dan
didalamnya terdapat asam deoksiribonukleat. Inti bakteri tidak
mempunyai membran sehingga termasuk organisme prokariotik.
2. Ribosom
Ribosom ialah partikel sitoplesma. Kumpulan dari polyribosom
ialah rantai ribosom yan menempel pada m RNA. Jumlah dari
ribosom bervariasi sesuai denan konsidi pertumbuhannya. sel akan
23
tumbuh denan cepat dalam medium yan sesuai, mengandung lebih
banyak ribosom dibanding dengan sel tumbuh lambat dalam
medium yang kurang memadai. Ribosom terletak menyebar di
sitoplasma ini karena bakteri tidak memiliki membran inti.
Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
3. Granula sitoplasma
Granula ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang ia
butuhkan. Granula sama seperti robosom karena menyimpan
makanan degan tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini
hanya berfungsi untuk menyimpan makanan pada beberapa bakteri.
4. Plasmid
Mayoritas bakteri mempunyai plasmid, ini dapat dnegan mudah
ditemukan pada bakteri akan tetapi bakteri juga bisa dengan mudah
menghilangkan plasmid ini. Plasmid bisa diberikan pada bakteri
lainnya dengan transfer gen horizontal.
Terdapat juga struktur tambahan pada bakteri seperti: kapsul atau
lapisan lendir, flagel, pili, klorosom, vakuola gas dan endospora.
2.6 Klindamisin
Klindamisin utamanya di gunakan dalam pengobatan infeksi yang di
sebabkan oleh bakteri anaerob, seperti Bakteroides Fragilis, sering menyebabkan
infeksi padagastrointestinal yang disebabkan oleh trauma. Klindamisin juga
sangat aktif terhadap bakteri gram positif. Klindamisin memiliki mekanisme aksi
24
yang sama dengan eritromisi. mekanisme resistennya pun sama seperti eritromisin
tetapi tidak menimbulkan resisten silang. Klindamisin di serap baik secara per oral
dan didistribusikan dengan baik ke seluruh cairan tubuh, kecuali ke dalam cairan
serebropinal. Klindamisin tidak dapat mencapai otak, bahkan ketika terjadi radang
otak (Maksum Radji,2017).
Klindamisin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik atau bersifat
menghambat (Gery Schmitz, dkk,2015)
2.6.1 Mekanisme Kerja Klindamisin
Klindamisin sebagai antibakteri bekerja menghambat pertumbuhan atau
reproduksi dari bakteri yaitu dengan menghambat sintesa protein. Mekanisme
kerja klindamisin meliputi memotong elongasi rantai peptida, memblok site A
pada ribosom, kesalahan membaca pada kode genetik atau mencegah penempelan
rantai oligosakarida pada glikoprotein (Mazidah Zulfa, 2014
2.6.2 Spektrum Aktivitas Antibiotik Klindamisin
Klindamisin merupakan jenis antibiotik yang diindikasikan juga untuk
mengobati penyakit akibat infeksi bakteri aerob gram positif seperti
Staphylococcus Aureus, Staphylococcus Epidermis, Streptococci, Pneumococci.
Selain itu juga efektif dalam membasmi bakteri bakteri anaerob gram positif
seperti; Propionibacterium, Eubacterium, Actinomyces Species,Peptostreptococci,
Peptococcus, dan Streptococcus grup B (Mazidah zulfa,2014)
Linkomisin dan klindamisin adalah golongan linkosamida. Keduanya
bersifat bakteriostatik dan menghambat sintesa protein pada bakteri yang sensitif
terhadap keduanya. Namun klindamisin lebih efektif dalam penggunaan terapi
25
bakteri terutama yang disebabkan oleh bakteri anaerob dan dapat digunakan pula
pada terapi penyakit akibat protozoa (Mazidah Zulfa,2014)
2.7 Propionibacterium Acnes
Gambar 2.2bakteri Propionibacterium Acnes
Propionibacterium Acnes adalah bakteri gram positif dan anaerobik yang
lambat pertumbuhannya dan dianggap sebagai salah satu pemicu jerawat pada
manusia. Bakteri ini juga dapatmemicu blefaritis dan endoflamitis. Genom bakteri
ini telah diurutkan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa gen bakteri
ini dapat menghasilkan enzim yang mungkin bersifat imunogenik (mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh).
Bakteri ini memiliki hubungan komensalisme dengan manusia dan
merupakan salah satu bakteri yang ada di kulit manusia. Bakteri ini dapat bertahan
hidup dengan memanfaatkan asam lemak dalam sebum yang dikeluarkan
oleh kelenjar minyak di folikel. Bakteri ini juga dapat ditemui di dalam saluran
pencernaan manusiadan hewan-hewan lainnya.Genome dari bakteri ini telah
dirangkai dan sebuah penelitian menujukan beberapa gen yang dapat
26
menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit protein, yang mungkin imunogenic
/mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (Jawetz et al.,2012).
2.8 Metode Uji Bakteri
Uji aktivitas antibakti dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
dilusi. Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Disc
diffusion test dan uji difusi cakram dilakukan dengan pengukuran diameter zona
bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji (Sylvia, 2017)
2.9 Metode Difusi
Metode disk diffusion (test kirby dan bauer)
Untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen
antimikroba diletakan pada media agar yang telah ditanami mikroorganise yang
ada difusi pada media tersebut. Area jerni mengindifikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.
Zona hambat yang terbentuk diukur untuk menentukan pada bakteri sensitif atau
resisten pada cara pembandingan (Maria Anggelina, dkk, 2015)
Pengujian daya hambat aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur
zona hambat yang berwarna bening. Makin besar zona hambat makin peka isolate
tersebut (brooks, dkk 2013). Dikegori daya hambat bakteri dapat di lihat pada
tabel berikut :
27
Daya Hambat bakteri Katagori
≥20mm Sangat kuat
10-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
≤5 mm Lemah
Tabel 2.1 katagori Daya Hambat Bakteri
Cakram kertas, yang telah dibubuhkan sejumlah tertentu antimikroba,
ditempatkan pada media yang telah ditanami organisme yang akan di uji
secara merata. Tingginya konsentrasi dari antimikroba ditentukan oleh difusi
dari cakram dan pertumbuhan organisme uji dihambat penyebarannya
sepanjang difusi antimikroba (terbenuk zona jernih disekitar cakram),
sehingga bakteri tersebut merupakan bakteri yang sensitif terhadap
antimikroba. Ada hubungan persamaan yang hampir linear (berbanding lurus)
antara log MIC, seperti yang diukur oleh metode dilusi dan diameter zona
daya hambat pada metode difusi (2012)
Hasil dari tes kepekaan, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam
dua atau lebih kategori. Sistim yang sederhana menentukan dua kategori yaitu
sensitif dan resisten. Meskipun klasifikasi tersebut memberikan banyak
keuntungan untuk kepentingan statistik dan epidemiologi, bagi klinisi
merupakan ukuran yang terlalu kasar untuk digunakan. Dengan demikian hasil
dengan 3 klasifikasi yang biasa digunakan, (sensitif, intermediate, dan
resisten) seperti pada metode Kirby-Bauer. Terapi antimikroba idealnya
28
berdasarkan penentuan bakteri penyebab dan antimikroba sesuai yang sensitif
terhadap bakteri tersebut.
Pengobatan secara empiris biasanya dimulai sebelum ada hasil
laboratorium mikrobiologi, ketika pengobatan harus dilakukan sebelum
penyakit menjadi bertambah parah . efektifitas antimikroba bervariasi
tergantung lokasi infeksi, kemampuan antimikroba mencapai sumber infeksi
dan kemampuan bakteri untuk menahan atau menginaktifasi antimikroba.
Beberapa antimikroba dapat bertindak sebagai bakterisidal (benar-benar
membunuh bakteri) sedangkan yang lain bertindak sebagai bakteriostatik
(mencegah bakteri berkembang biak), dengan demikian sistem imun hospes
mempengaruhi kepekaan terhadap bakteri tersebut.
Di laboratorium klinik, uji kepekaan lebih banyak digunakan metode
cakram difusi. Pada metode ini inokulum bakteri ditanam secara merata pada
permukaan agar. Cakram antimikroba diletakkan pada permukaan agar dan
dibiarkan berdifusi ke dalam media sekitarnya. Hasilnya dilihat zona hambat
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri. Ukuran zona jernih tergantung
kepada kecepatan difusi antimikroba, derajat sensitifitas mikroorganisme dan
kecepatan pertumbuhan bakteri. Zona hambat cakram antimikroba pada
metode difusi berbanding terbalik dengan MIC. Semakin luas zona hambat,
maka semakin kecil konsentrasi daya hambat minimum MIC. Untuk derajat
kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter zona hambat yang berbeda-
beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan kategori resisten,
intermediate atau sensitif terhadap antimikroba uji.
29
2.10 Uji dilusi
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi
perbenihan cair dan teknik dilusi agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas
antimikroba secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan kedalam media agar atau
kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi
semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di
sebut dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula
dibandingkan dengan konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh
lainnya untuk mendapatkan perkiraan respon klinik.
a) Ilusi perbenihan cair
Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada
prinsipnya pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi
volume yang digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi volume yang
digunakan 0,05 ml sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan disediakan pada
berbagai macam pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi
tergantung jenis dan sifat antibiotik. (misalnya cefotaxime untuk uji kepekaan
terhadap Streptococcus pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml,
sedangkan untuk Escherichia coli pengenceran dilakukan pada 16 µg/ml atau
lebih).
Secara umum untuk penentuan MIC pengenceran antimikroba dilakukan
penurunan konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0,25
µg/ml) konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan
30
jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomats dan otomatis, disebut dengan
konsentrasi daya hambat minimum/ MIC (minimal inhibitory concentration)
b) Dilusi agar
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan
ditambahkan kedalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai
jumlah pengeceran ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa
penambahan antibiotik , konsentrasi terendah antibiotik yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang di uji. Kondisi
untuk uji kepekaan teknik agar dilusi terdapat pada lampiran 2. Salah satu
kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan MIC Neisseria gonorrhoeae yang
tidak dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.
Penentuan MBC dari MIC perbenihan cair
Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum
inhibition concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC
merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau
kekeruhan pada pembiakan kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah
antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang
ditentukan.
Agar antimikroba efektif pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin
mencapai tempat infeksi. Absorpsi obat dan distribusi antimikroba akan
mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk
mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya infeksi Penentuan konsentrasi
31
minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri / minimum bactericidal
concentration (MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair
yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada
37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi pada agar .
Pada konsentrasi antibiotik 32 μg/ml ,64 μg/ml, pada konsentrasi 32
μg/ml tumbuh 8 koloni bakteri, sedangkan pada 64 μg/ml tidak tumbuh,
sehingga MBC (minimum bactericidal concentration) adalah 64 μg/ml
Keuntungan dan kerugian metode dilusi:
Dengan teknik dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan kuantitatif
dilakukan bersama-sama.MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat
resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan antimikroba .Kerugiannya
metode ini tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak
alat-alat dan bahan serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya
termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang bervariasi.
2.11 Kadar Hambat Minimum
Pertumbuhan mikroorganisme yang dapat dihambat oleh antibiotik dengan
kadar tertentu yang disebut dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah kadar
antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
tertentu. Untuk menghasilkan terapi antibiotik di dalam cairan tubuh secara klinis
harus lebih tinggi dari nilai KHM. Apabila kadar tertentu tersebut tidak tercapai,
obat tersebut tidak dapat mengatasi infeksi (Maksum Radji, 2017)
Penentuan KHM dapat dilakukan dengan metode pengenceran dalam
tabung. Metode difusi cakram menurut Kirby-Bauer dan E-Test.Prinsip metode
32
penentuan KHM dengan cara pengenceran dalam tabung (Tube Dilution) adalah
penentuan KHM dengan menguji kemampuan bakteri untuk dapat tumbuh pada
media pertumbuhan yang menggandung antibiotik dengan kadar yang berbeda-
beda (Maksum Radji, 2017).
2.12 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Keterangan Teori
Keterangan :
= Diteliti
------------------ = Tidak di teliti
Bagian Tanaman :
Bunga Melati (Jasminum
Sambac)
Metode Ekstrasi :
- Maserasi
Konsentrasi
Skrining Fitokimia :
- Tanin
- Flavonoid
- Alkaloid
- Saponin
- Triterpenoid
Bakteri Penyebab Jerawat
Propionibacterium acne
Aktivitas Bunga Melati
Sebagai Antimikroba
Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Propionibacterium
acne penyebab jerawat
33
2.12 Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini diantaranya :
1. Maghfiroh (2014) Dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri ekstrak bunga
Melati Jasminum sambac Ait Terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus ATCC dan shigella flexneri ATCC”. Dengan hasil penelitian
menunjukan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi dan penapisan
awal senyawa aktif bunga melati yang dilanjutkan dengan pengujian aktivitas
antibakterinya. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat dengan
menggunakan tiga pelarut yaitu kloroform, etil asetat dan etanol. Pengujian
aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram
dengan pelarut etil asetat pada variasi konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 50%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga J. sambac Ait. mempunyai
tingkat kepolaran yang berbeda. Hasil penapisan awal terhadap aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai daya hambat
terbesar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella
flexneri. Zona hambat terbesar pada pengujian aktivitas antibakteri dihasilkan
oleh ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 50% terhadap bakteri S.aureus
2. Retno Probowati (2011) Uji aktivitas minyak atsiri bunga melati (Jasminum
sambac L) terhadap daya bunuh larva nyamuk culex (Culex quinquefasciatus).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi
minyak atsiri bunga melati mempunyai daya bunuh yang efektif pada larva
nyamuk Culex quinquefasciatus. Metode yang digunakan adalah metode
experimen. Minyak atsiri diperoleh dengan destilasi uap dan air. Dalam
34
penelitian ini minyak atsiri dibagi dalam lima konsetrasi yang berbeda yaitu
0,03125 ml, 0,0625ml, 0,125ml, 0,25ml, 0,5ml, ini bertujuan untuk mengetahui
daya bunuh yang efektif pada nyamuk Culex quinquefasciatus. Konsentrasi
yang berbeda itu dimasukkan dalam gelas plastik dan dicampur dengan air
sebanyak 75 ml pada tiap konsentrasi, kemudian dimasukkan ke dalam gelas
yang telah di isi larva nyamuk Culex quinquefasciatus sebanyak 20 ekor pada
tiap-tiap gelas. Selanjutnya diinkubasikan pada menit ke 45, 60, 120, 180, 240.
Analisi data dilakukan dengan anava dua jalur dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan waktu inkubasi dan perbedaan dosis menghasilkan perbedaan daya
bunuh larva nyamuk Culex quinquefasciatus. Minyak atsiri bunga melati
(Jasminum sambac L) dengan konsetrasi 0,5 ml mempunyai daya bunuh larva
nyamuk tertinggi yaitu mencapai 83%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
lama proses inkubasi dan semakin banyak dosis minyak atsiri bunga melati
yang diberikan, maka daya bunuh larva nyamuk Culex quinquefasciatus
semakin meningkat.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.
eksperimental laboratorium merupakan suatu pengujian yang dilakukan di
laboratorium
3.1.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Terhadap
Populasi dan Sampel
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.1.2 Populasi
Tanaman Bunga Melati (Jasminum sambac) yang diambil dari Perumahan
Talang Ratu Palembang . Alasan pengambilan bahan penelitian bunga melati
disana karena bunga melati di daerah tersebut masih banyak dibudayakan.
3.1.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek pada penelitian. Sampel yang
digunakan adalah bunga melati (Jasminum sambac) .
Ekstrak Etanol bunga melati
Jasminum sambac dalam
berbagai tingkat konsentrasi
Aktivitas antibakteri
Propionibacterium acnes
36
3.2 Variabel penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang nanti nya akan
digunakan dalam penelitian
3.2.1 Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol bunga melati
(Jasminum Sambac) dalam berbagai tingkat kosentrasi 10%,30%,50%
3.2.2 Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas anti bakteri
Propionibacterium acnes
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020 – Februari 2020
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a) Alat untuk menyari
Alat untuk ekstraksi terdiri dari seperangkat alat gelas , alat
timbang, panci stainless steel untuk maserasi, penangas air, kain
katun (untuk menyaring ekstrak), corong buhner, batang pengaduk,
dan rotary epavorator.
37
b) Alat uji daya bakteri
Alat yang digunakan adalah cawan petri, busen, tabung reaksi,
rak tabung, ose steril, spider, pipet tetes, autoklaf, inkubator pipet
ukur, pipet volume, plastik wrapping, kertas cakram dan alat gelas
lainnya yang di sterilkan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada peneliti ini adalah bunga melati,
bahan penyari etanol 96%, aquadest, dan aqua pro injection, bakteri
Propionibacterium acnes , bahan uji antibakteri terdiri dari aquadest
steril, Media agar berupa nutrient agar (NA), aquadest, etanol 96%,
kertas cakram, dan antibiotik klindamisin.
3.5 Metode penelitian
3.5.1 Pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan bunga melati ( Jasminum Sambac
)yang diambil di perkebunan talang ratu sebanyak 2kg
3.5.2 Persiapan Sampel
Bunga telah dibersihkan kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari secara tidak langsung dengan cara ditutup dengan kain hitam,
sampai kering simplisia kering kemudian dihaluskan kemudian dijadikan
serbuk dan ditimbang.
38
3.5.3 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu dengan cara
serbuk simplisia bunga melati sebanyak 200gram di rendam dengan etanol
96% yang ditempatkan pada maserator sampai semua serbuk terendam.
Setelah itu serbuk di diamkan selama 3x24 jam, setiap hari larutan
diaduk. Setelah 3x24 jam kemudian di saring menggunakan kain katun
atau penyaring lainnya sehingga di dapatkan ekstrak cair. Kemudian
ekstrak yang didapatkan dikumpulkan jadi satu untuk dievaporasi hingga
kental, dan diuapkan di atas waterbath pada suhu 50oC untuk mendapatkan
ekstrak yang lebih kental
3.6 Metode Uji Penelitian
3.6.1 Sterilisasi Alat
Alat-alat disterilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan.Untuk
alat alat gelas (tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, pipet). Ditutup dengan
sumbat kapas yang dibaluti dengan kain kassa dan di bungkus dengan kertas
perkamen, begitu juga dengan cawan petri dan corong. Kemudian semuanya di
sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pinset, jarum ose, dan
kaca objek di sterilkan dengan cara pemijaran dengan jalan melewatkan pada
nyala api selama 20 detik. Kertas cakram disterilkan dengan cara memasukan
kertas cakram kedalam cawan petri terlebih dahulu kemudian di bungkus dengan
kertas perkamen dan disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 120oC selama 15
menit
39
3.6.2 Pembatan media Nutrient Agar ( NA)
Sebanyak 23 gram serbuk Nurient Agar(siap pakai) dilarutkan dalam 1
liter aquadest dan dipanaskan sampai mendidih sambil sesekali diaduk hingga
homogen, kemudian panaskan hingga mendidih diatas bunsen atau hot plate
sambil di homogenkan dengan menggunakan magnetic stirre, lalu medium
tersebut di strerilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit dengan tekanan 2 atm.
3.6.3 Nurient Broth ( NB)
Sebanyak 8 Gram serbuk Nurient Broth (NB) ditambahkan degnan 1 liter
air suling dan dipanaskan sampai larut. Media disterilkan dalam autoklaf dengan
suhu suhu 121 C selama 15 Menit (Alezander,2009)
3.6.4 Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri yang telah di murnikan diinokulasi dengan cara menggoreskan 1-2
jarum ose ke media agar miring zig-zag, kemuadian diinkubasi pada suhu suhu
36 C selama 24-48 jam hingga diperleh pertumbuhan yang normal
3.6.5 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Koloni diambil dari agar miring nutrient agar menggunakan jarum ose,
lalu disuspensikan ke dalam pelarut NaCl 0,9% Sebanyak 5 ml dan kocok
homogen dalam tabung reaksi.Kekeruhan suspensi mikroba uji di ukur dengan
alat Spektorofometer UV-Vis dengan panjang gelombang 580mm dengan
transimitan 25% (Cappuccino, 2009).
40
3.6.6 Uji Daya Hambat Bakteri Propionibacterium Acne
Pada media Nutrient Agar yang sudah membeku, Di teteskan suspensi
bakteri Propionibacterium Acne dengan menggunakan spuit, ratakan dengan
menggunakan spider. Kemudian kertas cakram berukuran 66 mm di rendam pada
ekstrak bunga melati dengan berbagai konsentrasi 10%, 30%, dan 50%. Lalu
letakan kertas cakram pada cawan petri yang ditanami benang. Sebagai kontrol
positif kertas cakram direndam pada antibiotik klindamisin selama ± 15 menit dan
kontrol negatifnya kertas cakram di rendam dalam aquadest ±15 menit, kemudian
dikeringkan dan diletakan pada permukaan media agar. Kemudian diinkubasi
pada suhu 36-37oC selama 18-24 jam selanjutnya diameter daya hambat disekitar
kertas cakram diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan
sebanyak 3 kali.
3.6.7 Analisis Data
Daya hambatan yang diperoleh kemudian dirata-ratakan di buat tabulasi
untuk setiap bakteri uji yang digunakan pada berbagai konsentrasi zat, kemudian
dianalisis dengan menggunakan SPSS ver 23. Bakteri di uji secara in vitro.
41
3.7 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
3.8 Hipotesis
Ada hubungan antara pemberian konsentrasi ekstrak bunga melati
(Jasminum sambac) terhadap daya hambat bakteri Propion bacterium acnes.
Variabel
Independen
Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Konsentrasi
esktrak
serbuk
bunga melati
(Jasminum
sambac)
Konsentrasi
adalah takaran
dari ekstrak
bunga melati
(Jaminum
sambac) yang
diekstraksi
dengan
metode
maserasi
mengunakan
pelarut etanol
70%
Timbangan
digital
penimbangan Satuan
B/V%
Rasio
Variabel Dependen
Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Antibakteri Antibakteri
adalah zat
yang dapat
menggangu
pertumbuhan
atau bahkan
mematikan
bakteri
dengan cara
mengganggu
metabolisme
mikroba yang
merugikan
Cawan
petri,
kertas
cakram,
jangka
sorong
Pengamatan Bentuk,
diameter
Nomi
nal
42
3.9 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Pembuatan Simplisia Bunga Melati (Jasminum sambac)
Ekstraksi Bunga Melati (Jasminum sambac)
menggunakan metode Maserasi
Pembuatan konsentrasi konsentrasi hambat minimum (KHM)
untuk bakteri Propionibacterium Acnes
Uji penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)
Dengan menggunakan metode difusi
Pengolahan Data
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Ekstraksi
Sebanyak 1kg bunga melati yang telah disortasi basah dimaserasi dengan 1
liter etanol 96% selama 3 x 24 jam dan dilakukan pengadukan yang bertujuan
agar senyawa-senyawa yang terdapat pada bunga melati( Jasminum sambac) ikut
tersari, setelah 3 x 24 jam lalu disaring dan kemudian di uapkan dengan rotary
evaporator dan di proleh ekstrak kental 28gr
4.1.2 Hasil Skrining Fitokimia
Ada pun hasil skrining fitokimia ekstrak bunga melati ( Jasminum sambac)
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Hasil Skrining Fitokimia ekatrak bunga melati ( Jasminum sambac)
No Golongan
senyawa
Hasil Pereaksi
1 Alkaloid + Kloroforom + Amonia
+ H2SO4 2N + Mayer :
endapan merah
2 Flavonoid + Mg + Hcl Pekat:
hitam kemerah
3 Tanin + Metanol + FeCl31% :
Hijau kehitaman
4 Saponin + Terbentuk busa
5 Triterponoid + Sampel + Kloroform :
Endapan Merah
44
Hasil pengujian identifikasi golongan senyawa dalam bunga melati (
Jasminum sambac) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan
triterponoid. Senyawa golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin
yang terkandung didalam ekstrak bunga melati memiliki aktivitas antibakteri
4.1.3 Hasil Uji Aktivitas Bakteri
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak bunga melati (Jasminum
sambac) dengan konsentrasi yaitu : 10%, 30%, dan 50% yang dilakukan dengan
metode difusi untuk menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap
bakteri Propionibacterium Acnes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Propionibacterium Acnes
Bahan
Uji
Percobaan Rata -
Rata
Std.
Deviasi
Sig
I
(mm)
II
(mm)
III
(mm)
IV
(mm)
V
(mm)
10 % 4,1 7,7 0 6,6 4,0 4,48 2.97
0,00
30 % 4,6 8,9 3,5 6,8 4,1 5,58 2.23
50 % 5,6 9,2 3,8 8,2 4,6 31,4 2.32
K + 4,1 41,1 41,1 41,1 41,1 41,1 16.54
K - 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : Kontrol + : Klindamisin
Kontrol - : Aqua Pro Injection
45
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode difusi (disc
diffusion), untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dapat dilihat
dengan adanya zona bening/clear zone. Ekstrak bunga melati (Jasminum sambac)
pada konsentrasi 10% dengan diameter rata-rata 4,48 mm ekstrak sudah mampu
menghambat bakteri uji. Pada konsentrasi seterusnya diameter daya hambat terus
meningkat, konsentrasi 30% dengan diameter rata-rata 5,58 mm, 50% dengan
diameter rata-rata 31,4 mm.
Berdasarkan hasil uji statistik one way ANOVA didapatkan nilai sig 0,000
pada bakteri Propionibacterium Acnes, maka dapat disimpulkan bahwa mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium Acnes.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Ekstraksi
Sebelum dimaserasi bunga melati disortasi basah lalu dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari dan ditutup kain berwarna hitam, ditutup kain berwarna
hitam bertujuan untuk menghindari zat yang tidak dapat terpapar sinar ultaviolet.
€ Karna sinar ultaviolet merupakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi
penguraian sehingga senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman menjadi
teroksidasi dan tidak memiliki khasiat. Setelah mengalami proses pengeringan,
bunga melati kemudian dihaluskan lalu setelah itu dimaserasi dengan 1 liter etanol
96% selama 3 x 24 jam dan dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk
mengeluarkan zat yang ada pada bunga melati. Setelah 3 x 24 jam simplisia
46
disaring menggunakan kertas saring atau kain katun untuk di dapatkan maserat
dan dimasukan kedalam wadah .
Setelah proses maserasi selesai dan diproleh maserat kemudian dilakukan
proses evaporasi maserat dengan alat Rotary evaporator dengan kecepatan 50 rpm
dan suhu 40 , tujuan proses ini adalah untuk menguapkan pelarut yang terdapat
dalam maserat. Prinsif kerja dari alat ini adalah menguapkan pelarut dalam
temperatur yang tidak terlalu tinggi agar senyawa-senyawa termolabil yang
terkandung dalam ekstrak tidak rusak, contoh nya seperti Flavonoid, tanin,
alkaloid, dan saponin yang berkhasiat sebagai anti bakteri. Setelah evaporasi
didapatkan ekstrak kental 28gram dengan randem 2,8%
4.2.2 Skrining Fitokimia
Senyawa fitokimia merupakan senyawa-senyawa yang dihasilakan dari
sintesis tanaman yang kebanyakan merupakan senyawa aktif yang memiliki
fungsi fisiologis bagi tubuh. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit
sekunder dari tumbuhan. Beberapa jenis metabolit sekunder memiliki aktivitas
antibakteri. Untuk memastikan ekstrak bunga melati (Jasminum sambac)
mengandung senyawa antibakteri maka dilakukan uji fitokimia. Dari hasil
skrining fitokimia dengan uji kualitatif bunga melati (Jasminum sambac)
mengandung Flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin yang berkhasiat sebagai
antibakteri (Dalimarta, 2009).
Berdasarkan fitokimia pada tabel 4.1 yang didapatkan, ekstrak bunga
melati (Jasminum sambac) positif mengandung senyawa metabolisme sekunder
yaitu, Flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan triterponoid.
47
4.2.3 Uji Aktivitas Antibakteri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas antibakteri
ekstrak bunga melati (Jasminum sambac) terhadap Propionibacterium Acnes
menggunakan metode difusi. Daya antibakteri ditentukan dari diameter zona
hambat yaitu zona bening disekitar kertas cakram. Jika semakin besar zona bening
maka semakin besar juga suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
(Tortora,2012).
Alat-alat yang akan distrilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan
dikeringkan. Untuk ala-alat gelas ditutup mulutnya denga kapas yang di balut kain
kasa, kemudian dibungkus dengan kertas koran dan disterilkan dengan autoklaf
pada suhu 121 dengan tekanan 1atm selama 15 menit, kemudian dimatikan dan
dihidupkan blower dan lampu setelah itu dibersihkan dari debu, disemprot dengan
alkohol 70% dibiarkan selama 15 menit (Raihan, 2011).
Langkah selanjutnya adalah membuat peremajaan bakteri dengan cara
menimbang sebanyak 2,3 gram Nutrient Agar disuspensi dalam 100ml aquadest,
kemudian dipanaskan hingga mendidih. Dilakukan pengadukan untuk memastikan
media telah tersuspensi, distrerilkan di autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit.
Media yang sudah steril kemudian dituangkan dalam cawan petri sebanyak 20 ml
lalu diamkan hingga memadat. Pembuatan media dilakukan secara aseptis
didalam LAF (Laminar Air Flow) (Ngajow,2013).
Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA) dengan cara
menggoreskan bakteri dari biakan murni menggunakan jarum ose pada
48
permukaan agar. Bakteri yang sudah digoreskan pada media kemudian diinkubasi
pada suhu 37 selama 24jam (Aziz,2010).
Kemudian diteruskan dengan pembuatan suspensi bakteri dengan cara
menggambil hasil peremajaan baktri menggunakan ose, lalu di suspensikan dalam
9 ml. NaCl dalam tabung reaksi streril dan dihomogenkan dengan vortex selama
15 menit, kemudian kekeruhan nya dilihat dengan membandingkan kekeruhan
standar 0,5 Mc Farland setelah itu inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam
(Raihan, 2011).
Kemudian melakukan pembuatan media pertumbuhan bakteri dengan cara
tuangkan NA 20 ml kedalam cawan petri. Setelah itu goyangkan cawan perti agar
media merata dan biakan membeku. Setelah membeku ambil suspensi bakteri
teteskan pada media, lalu ratakan menggunakan spider. Setelah itu rendam kertas
cakram pada masing-masing konsentrasi 10%, 30%, dan 50%. kontrol positif
yang digunakan adalah klindamisin karna klindamisin termasuk antibiotik yang
banyak digunakan untuk pengobatan jerawat dan kontrol negatif nya aqua pro
injection lalu rendam kertas cakram pada kontrol negatif dan kontrol positif.
Selanjut nya di inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam. Suhu 37 selama 24 jam
karena suhu tersebut adalah sahu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Dilakukan
5 kali pengulangan.
Dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) ekstrak bunga melati (Jasminum sambac) pada bakteri
Propionibacterium Acnes yaitu pada konsentrasi 30% dengan diameter rata-rata
49
sudah mulai menghambat pertumbuhan bakteri, semakin besar konsentrasi jumlah
kandungan senyawa semakin banyak.
Dari hasil penelitian pengukuran zona hambat dilihat pada tabel 4.3 pada
bakteri Propionibacterium Acnes. Optimum zona hambat pada konsentarsi 50%
dengan diameter rata-rata 31,4 mm. Pada kontrol positif ( klindamisin) didapatkan
diameter 41,1mm. Pada kontrol negatif (Aqua Pro Injaction) tidak terbentuk zona
hambat di sekitar cakaram.
Jadi kesimpulan dari penelitian ini yaitu aktivitas antibakteri ekstrak bunga
melati (Jasminum sambac) tampak terhadap bakteri Propionibacterium Acnes
yaitu karna kandungan ekstrak daun melati terdiri dari dua macam zat yang
berpengaruh ganda terhadap sel bakteri, yaitu mengubah permeabilitas membran
sel (flavonoid dan saponin) dan menghambat sintesis dinding sel (alkaloid dan
flavonoid). Kedua proses ini membantu mempercepat masuknya zat bioaktif
kedalam sel dan menggangu metabolisme sel sehingga menyebabakan kematian
pada sel. Dan semakin besar konsentrasi semakin besar diameter zona bening
yang terbentuk.
50
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menyadari adanya keterbatasan
penelitian, yaitu belum tersedianya bakteri yang akan digunakan untuk penelitian
di kota peneliti sehingga harus harus melakukan pembeliian bakteri bersetifikat
dari Universitas di kota lain. Sebaiknya bakteri yang digunakan ada ditempat
peneliti agar bakteri mudah didapatkan sehingga tidak terkontaminasi saat
pengiriman dan mempercepat jalannya penelitian.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya telah tersedia bakteri untuk
penelitian yang akan dilakukan di laboratorium mikrobiologi farmasi dikota
peneliti.
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang dilakukan untuk melihat aktivitas bunga melati sebagai
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium Acnes Penyebab
jerawat, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas antibakteri bunga melati (Jasminum sambac) memiliki aktivitas
menghambat bakteri Propionibacterium Acnes dilihat dari konsentrasi
diameter zona bening yang terbentuk.
2. Ekstrak bunga melati (Jasminum sambac) memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Propionibacterium Acnes dengan hasil : Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) ekstrak bunga melati (Jasminum sambac) terhadap
bakteri Propionibacterium Acnes pada konsetrasi 30% dengan rata-rata
diameter zona hambat sebesar 5,58 mm. diameter zona hambat terus
meningkat yang artinya semakin tinggi konsentrasi semakin besar zona
hambatnya.
52
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
Menyarankan kepada masyarakat untuk menanam bunga melati sebagai
tanaman obat yang berguna sebagai anti bakteri.
5.2.2 Bagi STIK Siti Khadijah
Disarankan kepada STIK Siti Khadijah untuk melengkapi bahan
penelitian seperti memiliki stok bakteri sendiri agar memudahkan penelitian bagi
mahasiswa dan agar penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Harper, J. C. (2010). Acne Vulgaris. Birmington: Departement of dermatology,
University ofAlabama.
Hardani, D. A., Hidayat, N., & Dewi, I. A. (n.d.). (2011). Ekstraksi Minyak
Melati ( Jasminum sambac ) ( Kajian Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi )
Extraction of Jasmine (Hortikultura, D. J., & Pertanian, D. (n.d.). M e l a t
i. Jasminum sambac ) Oils ( Study of Solvent Type and Extraction Time ).Ii,
B. A. B., & Tangan, A. P. M. Tinjauan Pustaka, (L), 10–36
Idrus, Ahmad. 2013. Pemanfaatan Kemangi (Ocimum sanctum) Sebagai
Substitusi Aroma Pada Pembuatan Sabun Herbal Antioksidan. Jurnal
Teknik
Kimia. Jawetz, et.al. 2010. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:Binarupa Aksara.
Maryati, Fauzia, R. S., danRahayu, T., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadapStaphylococcus
aureus dan Escherichia coli, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi
Mulyani, Y. W. T., Dadan H., Isbiyantoro, dan Yeny F. 2017. Ekstrak Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) sebagai Antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Jurnal Farmasi
Lampung. 6(2) : 46-54.
Ocimum basilicum L. terhadap Streptococcuss mutans Secara In Vitro, Skripsi,
Fakultas farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Purnomo, A. (2010). Konsep jerawat (acne). Diaskes 22 Maret 2011 dari
http://konsep-jerawat-acne.htm
Putri C.A.R. (2012). Efek infutum daun dewa (Gynura segetum(Lour.) Merr.)
terhadaphambatanresponrasanyeri(Tesis). Surabaya: Universitas Airlangga
Prabawati, S. (2013). Sifat Fisik dan Komponen Kimia Bunga Melati Jasminum
officinale, 9(2), 20–23.
Sarlina, Abdul Rahman Razak, dan Muhamad Rinaldhi Tandah. 2017. Uji
Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon
nardus L. Rendle) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab
Jerawat. Jurnal Farmasi Galenika. 3(2) : 143-149.
Suryana, S., Yen Yen Ade Nuraeni, dan Tina Rostinawati. 2017. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol dari Lima Tanaman terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis dengan Metode Mikrodilusi
Sarlina, Abdul Rahman Razak, dan Muhamad Rinaldhi Tandah. 2017. Uji
Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon
nardus L. Rendle) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab
Jerawat
Simbolon, R. J. (2010). Prospek pengembangan usahatani bunga melati
putih.Jasminum, M. (n.d.). 6. MELATI ( Jasminum sambac Ait .)
Wulanjati, M. P., Yosephine, A. D., Sari, Y. A. K., danWidhaningtyas, A., 2011,
Formulasi Sediaan MouthwashAntibakteri dari Minyak Atsiri Daun
Kemangi (Ocimum basilicum L.), Laporan Penelitian PKM, Fakultas
farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Wulanjati, M. P., 2012, Uji
Antibakteri dan Antibiofilm Minyak Atsiri Kemangi
Widoyo. 2008. Penyakit Tropis, pencegahan, penularan dan pemberantasannya.
Erlangga: Jakarta.
WHO. Penyakit Diare. Word Health Organization : 2012.
WHO. World Health Statistics 2014 : Word Health Organization : 2014.
Lampiran 1. Sertifikat Bakteri
Lampiran 2. Sertifikat Cakram
Lampiran 3. Proses maserasi bunga melati
Serbuk Bunga Melati sebelum di blender
Serbuk bunga melati sesudah di blender proses maserasi bunga melati
Lampiran 4. Rotary Evaporator
Lampiran 5. Pemanasan di Water Bath
Ekstrak kental bunga melati
Lampiran 6. Skrining Fitokimia Ekstrak bunga melati
Alkaloid
Flavonoid
Tanin
Saponin
Triterponoid
Lampiran 7. Perlakuan
Peremajaan bakteri menggunakan jarum ose
Kertas cakram yang sudah direndam Pembuatan Nutrient Agar
konsentrasi
Lampiran 8. Konsentrasi
Suspensi (bakteri)
(+) Klindamisin
(-) Aquadest
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 30%
Konsentrasi 50%
Lampiran 9. Hasil uji aktivitas antibakteri bunga melati menggunakan metode
difusi (KHM)
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Pengulangan 3 Pengulangan 4 Pengulangan 5
Lampiran 10. Pengukuran diameter zona bening
LAMPIRAN 11.
Hasil uji one way ANOVA bunga melati (Jasmiminum Sambac)
terhadap bakteri Pripionibacterium Acnes
Oneway
Descriptives
Dos
N Mean Std. Deviation Std. Error
10% 5 4.4800 2.97103 1.32868
30% 5 5.5800 2.23540 .99970
50% 5 6.2800 2.32637 1.04038
K 5 33.7000 16.54690 7.40000
Total 20 12.5100 14.82142 3.31417
Model Fixed Effects 8.55915 1.91388
Random Effects 7.07304
Descriptives
Dos
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Between- Component
Variance Lower Bound Upper Bound
10% .7910 8.1690 .00 7.70
30% 2.8044 8.3556 3.50 8.90
50% 3.3914 9.1686 3.80 9.20
K 13.1543 54.2457 4.10 41.10
Total 5.5734 19.4466 .00 41.10
Model Fixed Effects 8.4527 16.5673
Random Effects -9.9996 35.0196 185.45980
Test of Homogeneity of Variances
Dos
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.726 3 16 .015
ANOVA
Dos
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3001.674 3 1000.558 13.658 .000
Within Groups 1172.144 16 73.259
Total 4173.818 19
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dos
Tukey HSD
(I) Grup (J) Grup Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
10% 30% -1.10000 5.41328 .997 -16.5875 14.3875
50% -1.80000 5.41328 .987 -17.2875 13.6875
K -29.22000* 5.41328 .000 -44.7075 -13.7325
30% 10% 1.10000 5.41328 .997 -14.3875 16.5875
50% -.70000 5.41328 .999 -16.1875 14.7875
K -28.12000* 5.41328 .000 -43.6075 -12.6325
50% 10% 1.80000 5.41328 .987 -13.6875 17.2875
30% .70000 5.41328 .999 -14.7875 16.1875
K -27.42000* 5.41328 .001 -42.9075 -11.9325
K 10% 29.22000* 5.41328 .000 13.7325 44.7075
30% 28.12000* 5.41328 .000 12.6325 43.6075
50% 27.42000* 5.41328 .001 11.9325 42.9075
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Dos
Tukey HSDa
Grup N
Subset for alpha = 0.05
1 2
10% 5 4.4800
30% 5 5.5800
50% 5 6.2800
K 5 33.7000
Sig. .987 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
UJI AKTIVITAS BUNGA MELATI SEBAGAI ANTIMIKROBA
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNE
PENYEBAB JERAWAT
TIARA OKTAVIANI
ABSTRAK
Bunga Melati diketahui berkhasiat sebagai antimokroba alami karena kandungan
berbagai metabolit sekunder pada akar, batang daun dan bunga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas ekstrak bunga melati sebagai
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan melihat Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) terhadap bakteri Propionibacterium Acnes. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode difusi agar, data di
analisis menggunakan one way ANOVA. Konsentrasi ekstrak bunga melati
(Jasminum sambac) yang digunakan adala 10%, 30%, dan 50% dengan kontrol
positif Klindamisin dan kontrol negatif aqua pro injection. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa ekstrak bunga melati mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Propionibacterium Acnes dan didapatkan Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada Propionibacterium Acnes dengan konsentrasi 30% diameter rata-rata
5,58 mm. Ekstrak bunga melati (Jasminum sambac) mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium Acnes penyebab
jerawat.
Kata Kunci : Bunga Melati, KHM, antibakteri, Propionibacterium Acnes
Pustaka : 29 (Tahun 1985-2018)
TEST OF FLOWER ACTIVITIES OF JASMINUM AS AN
ANTIMICROBA ON THE GROWTH OF ACNE PROPIONIBACTERIUM
BACTERIA ACNE CAUSES
TIARA OKTAVIANI
ABSTRACT
Jasmine is known as a natural antimocrobial because it contains a variety of
secondary metabolites in roots, stems and flowers. This study aims to carry out
the activity of jasmine extract as an antibacterial in inhibiting bacterial growth and
to see the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Propionibacterium Acnes
bacteria, this research is an experimental study using agar diffusion method, the
data were analyzed using one way ANOVA. The concentration of jasmine extract
(Jasminum sambac) used was 10%, 30%, and 50% with positive control of
Clindamycin and negative control of aqua pro injection. The results of this study
indicate that jasmine flower extract is able to inhibit the growth of
Propionibacterium Acnes and obtained the Minimum Inhibitory Level (MIC) of
Propionibacterium Acnes with a concentration of 30% is good behavior with an
average of 5.58 mm. Jasmine flower extract (Jasminum sambac) has antibacterial
activity against the growth of Propionibacterium Acnes bacteria that cause acne.
Keywords: Jasmine, MIC, antibacterial, Propionibacterium Acnes
Library: 29 (1985-2018)
PENDAHULUAN
Jerawat dapat disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus
(Martina, 2012), Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus
epidermidis. Pada kondisi normal
bakteri ini tidak patogen, tetapi bisa
menjadi invasif bila terjadi
perubahan kondisi kulit. Bakteri ini
menyebabkan penyumbatan
padasaluran kelenjar sebasea karena
berperan dalam proses kemotaktik
inflamasi serta pembentukan enzim
lipolitik penguba fraksi sebum
menjadi massa padat (Purwanti,
2010).
Diagnosis klinis jerawat mudah
dibuat, tetapi pengobatannya sering
mengalami kesulitan. Sampai saat ini
belum ada cara penyembuh
yang tuntas terhadap jerawat,
meskipun ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Salah satunya
penggunaan antibiotik sebagai solusi
untuk jerawat yang masih sering
diresepkan.
Berdasarkan penelitian
dilaporkan bahwa pasien berjerawat
yang menerima antibiotik tetrasiklin,
eritromisin atau clindamisin sebagai
pengobatannya, mengalami
peningkatan terjadinya infeksi
saluran pernapasan atas bila
dibandingkan dengan pasien
berjerawat non terapi antibiotik
(Azis,2010).
Keberadaan mikro organisme
di tubuh manusia juga
mempengaruhi munculnya jerawat.
Karena kebanyakan bakteri kulit
dijumpai pada epitelium (lapisan luar
bersisik), membentuk koloni pada
permukaan sel-sel mati (aerobik)dan
di dalam kelenjar lemak dijumpai
bakteri-bakteri anaerob lipolitik,
seperti Staphylococccus epidermidis
yang bersifat nonpatogen pada kulit
namun dapat menimbulkan penyakit,
termasuk jerawat akibat lipase
Staphylococccuses pidermidis
melepaskan asam-asam lemak dari
lipid dan menyebabkan iritasi
jaringan (Naturakos, 2009).
Penyakit infeksi merupakan
salah satu penyakit yang banyak
diderita masyarakat Indonesia sejak
dahulu. Zaman sekarang penyakit
infeksi yang banyak diderita para
remaja adalah infeksi kulit seperti
jerawat. Penyakit jerawat di awali
dengan infeksi kulit, infeksi kulit di
sebabkan oleh bakteri Staphylococus
Aureus. Sedangkan bakteri penyebab
jerawat adalah bakteri
Propionibacterium Acnes (Maria
Anggelina, dkk,2015).
Penyakit infeksi merupakan
salah satu masalah dalam bidang
kesehatan yang dari waktu ke waktu
terus berkembang. Infeksi
merupakan penyakit dapat menular
dari satu orang ke orang lain atau
dari hewan ke manusia. Infeksi di
sebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri,
virus, riketsia, jamur dan protozoa.
Kekebalan bakteri terhadap
antibiotik menyebabkan angka
kematian semakin meningkat.
Sedangkan penurunan infeksi oleh
bakteri-bakteri patogen yang dapat
menyebabkan kematian sulit dicapai,
selain itu cara pengobatan yang
menggunakan kombinasi berbagai
antibiotik juga dapat menimbulkan
masalah resisten (Jawetz et al., 2011)
Penggunaan antibiotik secara
terus-menerus dapat menyebabkan
resisten. Dilain pihak, dengan adanya
resistensi ini dikembangkan anti
inflamasi preparat yang dapat
diberikan tropika ataupun sistemik,
misalnya nikotinamide tropical untuk
mengobati acne meradangringan dan
sedang, sementara benzoyl peroxide
dalam obat oles anti jerawat
dianggap sebagai desinfektan oles
yang dijual bebas dan paling efektif
dalam merawat blemish. Oleh karena
itu diperlukan alternatif bahan obat
untuk mengatasi masalah jerawat,
utamanya yang berasal dari bahan-
bahan alam untuk meminimalisir
efek samping. Jerawat merupakan
salah satu masalah kulit yang sering
di jumpai di masyarakat bersifat
kronis dan berulang. Jerawat bukan
merupakan suatu penyakit yang
mengancam nyawa namun jerawat
dapat menyebabkan masalah
psikologi, mulai dari perasaan rendah
diri hingga stress, selain itu tidak
jarang pula terjadi bekas luka yang
permanen pada wajah (Susanto,
2013).
Tanaman melati memiliki
kandungan kimia pada bunga, daun,
ataupun batangnya. Kandungan
kimia tertinggi dari tanaman melati
terdapat pada bunganya. Jenis
kandungan kimia yang terkandung
dalam melati dipegaruhi oleh regio
geografis dan kuantitasnya bervariasi
pada setiap periode vegetasi.
Kandungan kimia melati yang
tumbuh di Kuba, Brazil, India,
Jerman, dan Thailand mengandung
eugenol sebagi konstituen utama
selain juga β-caryophyliene atau α-
bisabolenes dan β-bisabolenes.
Methyl eugenol merupakan
konstituen utama dari minyak
Ocimum sanctum dari India (25%)
dan Thailand (23-52%). Sedangkan
minyak dari Ocimum sanctum yang
tumbuh di Australia terutama
mengandung methyl chavicol
(Evelyne, 2008).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan pada uji antibakteri ini
adalah penelitian eksperimental
menggunakan ekstrak bunga melati
(Jasminum sambac) dengan kondisi
segar. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah difusi.
Metode Pengumpulan Data
a. Alat
Alat untuk ekstraksi terdiri dari
timbangan analitik, spatula,
erlenmayer, aluminium foil,
corong, labu evaporator, cawan
penguap, kaca arloji, pipet,
blender dan alat-alat gelas
standar laboratorium.
Alat untuk uji antibakteri terdiri
dari erlenmayer, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, spatula, gelas
ukur, autoflaf, cawan petri,
jarum ose, batang pengaduk,
pinset, mikropipet dan tip, lampu
spritus, kapas steril, hot plate,
dan magnetic stirrer, oven,
lemari pendingin, laminal air
flow (LAF), inkubator, cakram
kosong steril.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah bunga
melati (Jasminum sambac)
bakteri Propionibacterium Acnes
yang di peroleh dari Universita
Indonesia, media agar berupa
nutrient agar, aquadest steril,
etanol 96% dan Klindamisin.
Pembuatan Konsentrasi Larutan
Uji
Bunga melati (Jasminum
sambac) yang di peroleh
dikumpulkan dari perumahan talang
ratu yang berada di palembang.
Setelah itu di bersihkan dicuci bersih
lalu di jemur di bawah sinar matahari
dengan ditutup kain hitam diatasnya.
Setelah kering, bunga melati
diserbukan dengan menggunakan
blender
Bunga melati yang di peroleh
dimasukan dalam 1 liter etanol 96%
sesuai dengan banyaknya simplisia
pada botol kaca, kemudian
didiamkan selama 3 hari ditempat
yang sejuk dan terlindungi dari
cahaya dan dilakukan pengadukan
beberapa kali sehari. Setelah 3 hari,
hasil maserasi di saring kemudian di
evaporasi dengan vacum evaporator
pada suhu 40 hingga etanol
menguap semua hingga tersisa
ekstrak berair saja.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Dalam pengujian aktivitas
antibakteri penentuan KHM
dilakukan dengan metode difusi
yairu dengan cara sebagai berikut :
Nutrient Agar (NA) yang telah
mencair dimasukan kedalam cawan
petri yang berisi suspensi bakteri
kemudian dihomogenkan lalu
dibiarkan kandungan air dihilangkan
dengan waterbath, suhu dijaga
kurang dari 60 hingga didapatkan
ekstrak kental. Kemudian ekstrak
tersebut digunakan untuk uji
aktivitas antibakteri. Pembuatan
larutan uji ekstrak bunga melati
dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%,
menggunakan pelarut aquadest dapat
di tunjukan pada tabel berikut:
Diatas permukaan agar
diletakan paper disc (diameternya =
6) yang telah ditetesi bahan uji
sebanyak 5 uLdengan berbagai
konsentrasi, lalu di inkubasi selam
18-24 jam pada suhu 37 °C. Nilai
KHM ditunjukan dengan adanya
zona jernih disekitar paper disc
yang mengidikasi adanya
penghambatan dari senyawa uji
(Normayunita, 2015).
PEMBAHASAN
Sebelum dimaserasi bunga
melati disortasi basah lalu
dikeringkan dengan bantuan sinar
matahari dan ditutup kain berwarna
hitam, ditutup kain berwarna hitam
bertujuan untuk menghindari zat
yang tidak dapat terpapar sinar
ultaviolet. Karna sinar ultaviolet
merupakan katalisator yang dapat
mempercepat reaksi penguraian
sehingga senyawa aktif yang
terkandung dalam tanaman menjadi
teroksidasi dan tidak memiliki
khasiat. Setelah mengalami proses
pengeringan, bunga melati kemudian
dihaluskan menggunakan blender
lalu setelah itu dimaserasi dengan 1
liter etanol 96% selama 3 x 24 jam
dan dilakukan pengadukan yang
bertujuan untuk mengeluarkan zat
yang ada pada bunga melati. Setelah
No Konsentari
(% b/v)
Berat
ekstrak
bunga
melati
(gram)
Volume
aquades
t (ml)
Volume total
(ml)
1 10 2 18 20
2 30 4 16 20
3 50 8 12 20
3 x 24 jam simplisia disaring
menggunakan kertas saring atau kain
katun untuk di dapatkan maserat dan
dimasukan kedalam wadah.
Setelah proses maserasi selesai
dan diproleh maserat kemudian
dilakukan proses evaporasi maserat
dengan alat Rotary evaporator
dengan kecepatan 50 rpm dan suhu
40 , tujuan proses ini adalah untuk
menguapkan pelarut yang terdapat
dalam maserat. Prinsif kerja dari alat
ini adalah menguapkan pelarut dalam
temperatur yang tidak terlalu tinggi
agar senyawa-senyawa termolabil
yang terkandung dalam ekstrak tidak
rusak, contoh nya seperti Flavonoid,
tanin, alkaloid, dan saponin yang
berkhasiat sebagai anti bakteri.
Setelah di evaporator kemudian
digunakan water bath supaya tekanan
turun sehingga titik didih etanol
menurun (Martin, 2013). Hal ini
bertujuan untuk menguapkan sisa
pelarut yang masih terdapat ekstrak
kental dan nanti nya ekstraj yang di
peroleh tidak lagi mengandung
etanol. Setelah penguapan selesai di
peroleh ekstrak kental bunga melati
sebanyak 28gram dengan randem
2,8%.
Kesimpulan
Dari hasil yang dilakukan
untuk melihat aktivitas bunga melati
sebagai antimikroba terhadap
pertumbuhan bakteri
Propionibacterium Acnes Penyebab
jerawat, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas antibakteri bunga
melati (Jasminum sambac)
memiliki aktivitas menghambat
bakteri Propionibacterium Acnes
dilihat dari konsentrasi diameter
zona bening yang terbentuk.
2. Ekstrak bunga melati (Jasminum
sambac) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap
Propionibacterium Acnes
dengan hasil : Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM)
ekstrak bunga melati (Jasminum
sambac) terhadap bakteri
Propionibacterium Acnes pada
konsetrasi 30% dengan rata-rata
diameter zona hambat sebesar
5,58 mm. diameter zona hambat
terus meningkat yang artinya
semakin tinggi konsentrasi
semakin besar zona hambatnya.
Saran
Bagi Masyarakat
Menyarankan kepada masyarakat
untuk menanam bunga melati
sebagai tanaman obat yang berguna
sebagai anti bakteri.
Bagi STIK Siti Khadijah
Disarankan kepada STIK Siti
Khadijah untuk melengkapi bahan
penelitian seperti memiliki stok
bakteri sendiri agar memudahkan
penelitian bagi mahasiswa dan agar
penelitian ini dapat digunakan untuk
menambah referensi di perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2013.
Pedoman Teknologi
Formula Sediaan Berbasis
Ekstrak Volume 2. Jakarta :
BPOM.
BPOM. 2014. Informasi Obat
Nasional Indonesia (IONI).
Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.
Hanani, Endang. 2015. Analisis
Fitokimia. EGC : jakarta.
Hariana, Arief. 2013. Tumbuhan
Obat dan Khasiatnya. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Ismail, M. 2012. Central Properties
dan Cheminal dan
Composition Of Ocimum
Basilicum Esential Oil.
Pharmaceutical Biology.
Sylvia T. Pratiwi, 2008.
Mikrobiologi Farmasi .
Penerbit Erlangga.