(ubpe) pongkor pt aneka tambang tbk. di provinsi jawa barat

12
MANFAAT EKONOMI UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS (UBPE) PONGKOR PT ANEKA TAMBANG Tbk. DI PROVINSI JAWA BARAT Ukar Wijaya Soelistijo 1, 2, 3 , Sri Widayati 1 , Fathul Jannah 1 1 Universitas Islam Bandung(UNISBA), Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Bandung, Indonesia 2 Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Bandung, Indonesia 3 Pusdiklat Tekmira, Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam, Bandung, Indonesia Alamat Email [email protected] (U. W. Soelistijo), [email protected] (S. Widayati), [email protected] (F. Jannah) SARI Kegiatan penambangan mineral emas yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor merupakan salah satu tambang bawah tanah terbesar di Pulau Jawa yang memproduksi lebih dari 382.328 WMT bijih emas dengan hasil logam 1.723 Kg emas dan 14.972 Kg perak pada tahun 2013. PT Aneka Tambang UBPE Pongkor telah banyak memberikan sumbangan positif bagi perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Manfaat yang telah diberikan oleh PT Aneka Tambang UBPE Pongkor dapat berupa manfaat langsung seperti kontribusi dalam PDRB dan multiplying effect dan manfaat tidak langsung dalam bentuk eksternalitas, seperti keterkaitan ke belakang (hulu), keterkaitan ke depan (hilir), keterkaitan permintaan akhir, keterkaitan teknologi, dan keterkaitan pajak. Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2003-2013, sektor ini hanya berkontribusi antara 0,04%-0,15% terhadap pembentukan Produk Dometik Regional Bruto total atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Barat. Dari analisis berdasarkan model I-O klasifikasi 13x13 sektor, keterkaitan hulu dan hilir sektor Pertambangan Emas dan Perak adalah 0,701 dan 0,772. Jika dilihat dari sektor hulunya, sektor Pertambangan Emas dan Perak tidak mempunyai keterkaitan yang cukup banyak dengan keterkaitan hulunya dengan nilai transaksi yang kecil, tambahan pula jika dilihat dari sektor hilirnya, Sektor Pertambangan Emas dan Perak juga tidak mempunyai keterkaitan yang banyak dengan sektor hilirnya, namun nilai transaksi yang didapat cukup besar yaitu Rp110 milyar pada Industri Logam Dasar dan Barang Jadi dari Logam Serta Rp 736 Milyar Pada Industri Pengolahan Lainnya. Berdasarkan model analisis Net Sosial Gain (NSG), manfaat sosial ekonomi PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor bagi Provinsi Jawa Barat bervariasi, namun cenderung naik pertahunnya. Nilai NSG dari tahun 2009-2013 sebesar Rp20.187.405.485,- pada tahun 2009 hingga Rp35.440.303.160,- pada tahun 2013,. Koefisien manfaat neto/Net Gain coefficient (NGC) tiap tahunnya mulai dari 6,06% pada tahun 2010, hingga 34,89% pada tahun 2013. Nilai LQ untuk sektor Pertambangan Mineral ataupun khususnya Pertambangan Emas dan Perak memiliki nilai lebih kecil dari 1 (LQ<1). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut pengelolaannya belum optimal. Berdasarkan analisis pengganda surplus, beberapa sektor prioritas yang potensial untuk dikembangkan berada pada sektor Sekunder (Industri Makanan dan Minuman), sektor Tersier (Kawasan Pariwisata dan Pusdiklat Tambang Bawah Tanah), dan

Upload: vankien

Post on 12-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

MANFAAT EKONOMI UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS (UBPE) PONGKOR PT ANEKA TAMBANG Tbk. DI PROVINSI JAWA BARAT

Ukar Wijaya Soelistijo1, 2, 3, Sri Widayati1, Fathul Jannah1

1Universitas Islam Bandung(UNISBA), Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Bandung, Indonesia 2Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Bandung, Indonesia 3Pusdiklat Tekmira, Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam, Bandung, Indonesia

Alamat [email protected] (U. W. Soelistijo), [email protected] (S. Widayati), [email protected] (F. Jannah)

SARIKegiatan penambangan mineral emas yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor merupakan salah satu tambang bawah tanah terbesar di Pulau Jawa yang memproduksi lebih dari 382.328 WMT bijih emas dengan hasil logam 1.723 Kg emas dan 14.972 Kg perak pada tahun 2013. PT Aneka Tambang UBPE Pongkor telah banyak memberikan sumbangan positif bagi perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Manfaat yang telah diberikan oleh PT Aneka Tambang UBPE Pongkor dapat berupa manfaat langsung seperti kontribusi dalam PDRB dan multiplying effect dan manfaat tidak langsung dalam bentuk eksternalitas, seperti keterkaitan ke belakang (hulu), keterkaitan ke depan (hilir), keterkaitan permintaan akhir, keterkaitan teknologi, dan keterkaitan pajak. Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2003-2013, sektor ini hanya berkontribusi antara 0,04%-0,15% terhadap pembentukan Produk Dometik Regional Bruto total atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Barat. Dari analisis berdasarkan model I-O klasifikasi 13x13 sektor, keterkaitan hulu dan hilir sektor Pertambangan Emas dan Perak adalah 0,701 dan 0,772. Jika dilihat dari sektor hulunya, sektor Pertambangan Emas dan Perak tidak mempunyai keterkaitan yang cukup banyak dengan keterkaitan hulunya dengan nilai transaksi yang kecil, tambahan pula jika dilihat dari sektor hilirnya, Sektor Pertambangan Emas dan Perak juga tidak mempunyai keterkaitan yang banyak dengan sektor hilirnya, namun nilai transaksi yang didapat cukup besar yaitu Rp110 milyar pada Industri Logam Dasar dan Barang Jadi dari Logam Serta Rp 736 Milyar Pada Industri Pengolahan Lainnya. Berdasarkan model analisis Net Sosial Gain (NSG), manfaat sosial ekonomi PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor bagi Provinsi Jawa Barat bervariasi, namun cenderung naik pertahunnya. Nilai NSG dari tahun 2009-2013 sebesar Rp20.187.405.485,- pada tahun 2009 hingga Rp35.440.303.160,- pada tahun 2013,. Koefisien manfaat neto/Net Gain coefficient (NGC) tiap tahunnya mulai dari 6,06% pada tahun 2010, hingga 34,89% pada tahun 2013. Nilai LQ untuk sektor Pertambangan Mineral ataupun khususnya Pertambangan Emas dan Perak memiliki nilai lebih kecil dari 1 (LQ<1). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut pengelolaannya belum optimal. Berdasarkan analisis pengganda surplus, beberapa sektor prioritas yang potensial untuk dikembangkan berada pada sektor Sekunder (Industri Makanan dan Minuman), sektor Tersier (Kawasan Pariwisata dan Pusdiklat Tambang Bawah Tanah), dan sektor Primer (Agroindustri). Upaya pengoptimalan produktivitas sektor ekonomi ini dapat menjadi masukan bagi program community development PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor sehingga dapat menghasilkan surplus yang bagus untuk perekonomian Provinsi Jawa Barat. Kata KunciPDRB, NSG, NGC, Surplus, Pengembangan Wilayah dan Masyarakat, Keterkaitan, LQ, Angka Pengganda Ekonomi.

Abstract

KeywordsGRDP, NSG,NGC,Surplus, Regional and community development, Linkages, LQ, Economic multipliers.

1. PENDAHULUANYang dimaksud dengan Pertambangan Mineral di dalam studi ini adalah Pertambangan Logam, Nonlogam dan Batuan

atau Pertamangan dan Pertambangan Non-Migas seperti yang disebutkan oleh Badan Pusat Statistik. PT Aneka Tambang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) dengan saham 65% dimiliki negara dan 35% dimiliki publik. Salah satu kegiatan pertambangan mineral emas yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang berlokasi di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dalam hal ini Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (UBPE Pongkor). UBPE Pongkor,

Page 2: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

secara geografis terletak pada koordinat 1060 30’ 01,0” LS sampai 60 48’ 11,0” BT (Gambar 1). UBPE mulai berproduksi sejak tahun 1994 dan direncanakan akan melakukan kegiatan penutupan tambang pada tahun 2019. Pada tahun 2013, UBPE Pongkor memproduksi 382.328 WMT bijih emas dengan hasil logam 1.723 Kg emas dan 14.972 Kg perak (Tabel 1). Cadangan bijih emas yang tersisa diperkirakan berjumlah sekitar 1,9 juta ton yang disediakan untuk produksi sampai dengan tahun 2019 (Anonim (g), 2012, [7], Anonim (h), 2012, (h), [8];; Anonim (i), 2012, [9])). Kegiatan penambangan yang telah dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor telah banyak memberikan sumbangan positif bagi perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Manfaat yang telah diberikan oleh UBPE Pongkor dapat berupa manfaat langsung seperti kontribusi dalam PDRB dan multiplier effect dan manfaat tidak langsung dalam bentuk eksternalitas, seperti keterkaitan ke belakang, keterkaitan ke depan, keterkaitan permintaan akhir, keterkaitan teknologi, dan keterkaitan pajak.

Disamping itu, selain manfaat positif yang ditimbulkan oleh kegiatan operasi tambang UBPE Pongkor terhadap ekonomi Jawa Barat, masalah lain dapat timbul oleh kegiatan pemberhentian operasi/penutupan tambang yang akan dilakukan oleh UBPE Pongkor pada tahun 2019. Solusi agar tercipta ekonomi masyarakat yang stabil tanpa kegiatan penambangan UBPE Pongkor, maka perlu adanya kegiatan pengembangan sektor prioritas agar mampu mendorong keberlanjutan perekonomian daerah sekitar.

Sumber: Anonim (h), 2012, [8,12]: Dinas Energi dan Sumber Daya Miberal Provinsi Jawa Barat, 2012.

Gambar 1: Peta Izin Usaha Pertambangan PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor

Tabel 1: Produksi PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor

Sumber:PT Aneka Tambang Tbk,UBPE Pongkor, 2015.

2. METODOLOGINegara yang memiliki kekayaan SDA diyakini akan menjadi bangsa yang kompetitif, maju dan makmur. Jika kita

mampu mentransformasikan kekayaan alam sebagai keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Pasalnya,

Tahun Ore (WMT) Emas (Kg) Tahun Ore (WMT) Emas (Kg)1994 97.376 1.124 2005 292.996 2.911 1995 206.449 1.805 2006 378.303 2.875 1996 181.959 1.827 2007 389.889 2.794 1997 234.204 2.005 2008 390.428 2.837 1998 183.005 1.569 2009 376.701 2.629 1999 287.287 2.954 2010 355.630 2.485 2000 354.039 4.030 2011 358.728 1.987 2001 415.489 3.979 2012 376.722 1.700 2002 401.517 3.813 2013 382.238 1.723 2003 408.878 4.175 2014 367.885 1.608 2004 386.242 3.714 2015 353.533 1.607

Jumlah Produksi Ore 1994-2015 = 7.179.498 WMT, logam Emas = 56.151 Kg

Page 3: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

sektor-sektor ekonomi berbasis sumber daya mineral yang berdaya saing berpotensi menjadi eksportir utama di bidang SDM, serta produk hilir sumber daya alam (Dahuri, 2012, [11]). Adanya suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah sekitar pertambangan tersebut. Manfaat yang dapat ditimbulkan dapat berupa manfaat langsung yang bisa diukur dengan menggunakan metode analisis Input-Output serta peran perusahaan pertambangan dalam pembayaran pajak dan bukan pajak kepada pemerintah daerah dan manfaat tidak langsung yang dapat dihitung dengan menggunakan metode analisis net social gain. Pengembangan sektor prioritas dapat ditentukan dengan indikator pengganda surplus pada metode analisis Input-Output dan Kuosien Lokasi (Location Quotient/LQ) (Soelistijo, 2011 [16]; 2012, [17]; 2014 [21]).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN3.1. Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan Emas dan Perak di Provinsi Jawa Barat.

Pertumbuhan ekonomi sektor Pertambangan Emas dan Perak Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu 2003-2013 dapat dilihat pada besarnya kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat sektor tersebut. Berdasarkan analisis perekonomian daerah menggunakan PDRB Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat bahwa sektor Pertambangan Emas dan Perak tidak menyumbang terlalu banyak dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Namun sektor ini berkontribusi cukup banyak pada PDRB sektor Pertambangan Mineral (Tabel 2). Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah produksi Sektor Pertambangan Mineral tanpa Emas dan Perak namun sebaliknya, jumlah produksi dari sektor Pertambangan Emas dan Perak lumayan bagus, yang berdampak besarnya kontribusi sektor ini terhadap sektor Pertambangan Mineral. Walaupun begitu, jumlah kontribusi Sektor ini terhadap sektor Pertambangan Mineral relatif menurun tahun demi tahun, hal ini disebabkan karena membaiknya produksi sektor Pertambangan Mineral tanpa Emas dan Perak yang mengakibatkan meningkatnya jumlah PDRB sektor ini.

Pertumbuhan ekonomi dengan pertambangan emas dan perak berfluktuasi dari yang tertinggi 16,52% pada tahun 2008 dan yang terendah pada tahun 2010 yaitu turun sebesar 19,2% dari tahun sebelumnya. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa Pertambangan Emas dan Perak, relatif sama dengan laku pertumbuhan ekonomi emas dan perak, Hal ini terjadi karena kecilnya nilai PDRB sektor Pertambangan Emas dan Perak terhadap pembentukan PDRB Total Provinsi Jawa Barat.

Distribusi sektoral tertinggi, berada pada Industri Sektor Tersier dengan rata-rata persentasenya 34,45%, sedangkan sektor Pertambangan Emas dan Perak distribusinya hanya rata-rata 0,04-0,15% terhadap pembentukan PDRB total Provinsi Jawa Barat. Kecilnya distribusi Pertambangan emas dan Perak ini dikarenakan, Provinsi Jawa Barat memiliki banyak Potensi Sumber daya selain sektor ini.

Tabel 2: Kontribusi Sektor Pertambangan Emas dan Perak terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat.

Sumber: Anonim (e, f), 2014, [5,6]. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

3.2. Prioritas SektoralDalam rangka mendorong percepatan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat melalui pendekatan sektoral, diperlukan

arahan berdasarkan penentuan prioritas pengembangan terhadap sektor-sektor ekonomi yang potensial di Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari pendekatan perhitungan pengganda surplus seperti pada tabel berikut:

Tabel 1: Produksi PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor

NONO

SEKTOR SEKTOR Πmj PeringkatSektor

1 6 Industri Makanan dan Minuman 6,466 1 Sekunder2 12 Industri Bangunan/Konstruksi 5,795 2 Sekunder

No Tahun

Uraian

PDRB SektorEmas dan Perak

PDRB Sektor Pertambangan dan

Penggalian non-Migas

Kontribusi Terhadap PDRB Sektor

(%)PDRB Provinsi Jawa Barat

Kontribusi Terhadap PDRB Provinsi

(%)1 2003 Rp331.096.790.256 Rp 605.811.000.000 54,6535 Rp220.965.320.000.000 0,1502 2004 Rp305.852.505.915 Rp 609.000.000.000 50,2221 Rp233.057.690.000.000 0,1313 2005 Rp310.749.293.096 Rp 618.000.000.000 50,2831 Rp242.935.200.000.000 0,1284 2006 Rp267.691.472.995 Rp 614.000.000.000 43,5980 Rp257.535.980.000.000 0,1045 2007 Rp255.400.747.351 Rp 575.000.000.000 44,4175 Rp274.180.310.000.000 0,0936 2008 Rp297.762.778.646 Rp 581.000.000.000 51,2500 Rp290.171.130.000.000 0,1037 2009 Rp246.882.025.152 Rp 606.000.000.000 40,7396 Rp303.405.250.000.000 0,0818 2010 Rp199.485.609.162 Rp 605.000.000.000 32,9728 Rp322.223.820.000.000 0,0629 2011 Rp176.181.294.749 Rp 620.000.000.000 28,4163 Rp334.457.110.000.000 0,05310 2012 Rp171.028.233.376 Rp 665.000.000.000 25,7185 Rp364.405.410.000.000 0,04711 2013 Rp148.895.619.247 Rp 697.000.000.000 21,3624 Rp386.843.270.000.000 0,038

Page 4: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

3 7Industri Pengolahan Tanpa Pengilangan Minyak Bumi dan Makanan dan Minuman

5,234 3Sekunder

4 9 Industri Logam Dasar dan Barang Jadi dari Logam 5,080 4 Sekunder5 8 Industri Barang Mineral Bukan Logam 4,161 5 Sekunder6 10 Industri Pengolahan Lainnya 4,027 6 Sekunder7 11 Industri Listrik, Gas dan Air Bersih 3,688 7 Sekunder8 13 Industri Sektor Tersier 3,107 8 Tersier9 5 Industri Pengilangan Minyak Bumi 2,820 9 Sekunder10 4 Pertambangan Mineral Tanpa Emas dan Perak 2,314 10 Primer11 3 Bijih Emas dan Perak 1,856 11 Primer12 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1,749 12 Primer13 2 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 1,410 13 Primer

Sumber: Anonim (i), 2010, [9]. Pusat Data dan Anilisis Provinsi Jawa barat, setelah diolah.

3.3. Net Social GainSecara umum manfaat sosial neto yang dihasilkan dengan keberadaan PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor di

Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan selama periode tahun 2009-2013. Manfaat sosial paling tinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp34.440.303.160 sedangkan manfaat terkecil ada pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp20.187.405.485,.

Angka NSG tersebut berasal dari akumulasi komponen NSG yaitu nilai rente ekonomi (Rj) berkisar antara Rp5.310.243.006 pada tahun 2009 hingga Rp6.337.806.296 pada tahun 2010. Kemudian manfaat dari kelebihan pembayaran atau excess payment (Pj) yaitu sebesar Rp2.863.313.221 pada tahun 2009 dan yang tertinggi Rp15.944.571.522 pada tahun 2013. Komponen manfaat sosial neto terbesar berasal dari eksternalitas (Ej) yang terdiri dari sub-komponen keterkaitan ke belakang/hulu (backward linkage), keterkaitan ke depan/hilir (forward linkage), keterkaitan perpajakan (fiscal linkage), keterkaitan teknologi (technological linkage), dan keterkaitan permintaan akhir (final demang linkage). Manfaat dari komponen eksternalitas berkisar antara Rp12.013.849.258,- pada tahun 2009 hingga Rp. Rp14.026.542.061,- pada tahun 2013.

Tabel 3: Nilai NSG dan NGC PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013Total Produksi (kg)- Emas 2.626 2.485 1.987 1.700 1.722 - Perak 22.589 18.528 15.606 14.995 14.972 Harga Rata-Rata (IDR/Kg)- Emas 301.140 384.833 435.744 505.366 469.986 - Perak 4.691 5.858 9.781 9.635 7.283 Revenue (Rp) 896.748.961.109 1.064.846.086.814 1.018.468.224.051 1.003.592.754.693 918.361.975.391 Cost (Rp) 593.669.220.496 652.937.023.006 701.963.645.958 749.691.654.986 816.787.760.643 Revenue-cost (Rp) 303.079.740.613 411.909.063.808 316.504.578.093 253.901.099.707 101.574.214.748 Rente Ekonomi (Rj) (Rp) 5.310.243.006 6.337.806.296 6.024.236.078 5.942.353.989 5.469.189.576 kelebihan Pembayaran (Pj) (Rp) 2.863.313.221 3.237.840.630 13.361.065.296 13.711.728.927 15.944.571.522 Eksternalitas (Ej) (Rp) 12.013.849.258 15.370.147.228 15.943.273.288 15.349.196.659 14.026.542.061 - Keterkaitan Hulu 159.395.918 189.084.464 180.849.158 178.207.724 163.156.770

- Keterkaitan Hilir - - - - - - Keterkaitan Teknologi 5.111.486.446 6.481.810.730 7.985.572.034 7.801.457.878 7.339.666.323 - Keterkaitan Kebutuhan Akhir 1.686.010.788 1.959.118.416 2.312.521.092 2.569.342.800 2.767.987.944 - Keterkaitan Pajak 5.056.956.106 6.740.133.618 5.464.331.004 4.800.188.257 3.755.731.024

NSG = Rj + Pj + Ej (Rp) 20.187.405.485 24.945.794.153 35.328.574.661 35.003.279.575 35.440.303.160 NGC=NSG/Revenue-cost 6,66% 6,06% 11,16% 13,79% 34,89%

TahunVariabel NSG

Sumber: PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor, 2015, Diolah.

Untuk melengkapi analisis manfaat sosial neto (NSG), perlu dilakukan perhitungan koefisien manfaat sosial neto (NGC). Nilai NGC biasanya berbanding lurus dengan kontribusi terhadap nilai NSG perusahaan. Nilai NGC meningkat maka kontribusi perusahaan terhadap NSG juga meningkat. Dengan kata lain, suatu perusahaan dianggap mampu memberikan manfaat ekonomi kepada daerah atau masyarakatnya semakin baik bila nilai NGC nya semakin baik. Namun pada tahun 2010 nilai NGC perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,60% dikarenakan nilai output perusahaan yang melonjak tinggi sampai 35%. Pada Gambar 2. di bawah ini dijelaskan grafik peningkatan nilai NGC dan perbandingan manfaat sosial neto dan output dari perusahaan.

Page 5: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

Sumber:Sumber: PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor, 2015, DiolahGambar 1: Grafik Perbandingan Nilai Output Terhadap (NSG) dan (NGC) PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor 2009-2013

Dilihat dari gambar diatas, nilai NGC perusahaan relatif meningkat setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2010. Kontribusi perusahaan paling besar dinyatakan dengan nilai koefisien terbesar ada pada tahun 2013, dan nilai koefisien terkecil pada tahun 2010. Dengan nilai output perusahaan yang semakin turun tiap tahunnya (kecuali pada tahun 2010) perusahaan tetap berkontribusi baik terhadap pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat. Hal ini memiliki arti bahwa secara umum pertumbuhan manfaat sosial neto lebih baik daripada output perusahaan setiap tahunnya.

3.4 Perbandingan Manfaat Sosial Bersih di IndonesiaDari hasil perhitungan pada penelitian ini diperoleh nilai manfaat sosial bersih dari kegiatan penambangan yang

dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor adalah 6,06% pada tahun 2010 dan terus meningkat tahun demi tahunnya, yaitu 34,89% pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2009-2013 perusahaan telah berkontribusi dengan cukup baik terhadap pengembangan sumber daya masyarakat Provinsi Jawa Barat. Jika dibandingkan dengan manfaat sosial bersih perusahaan lain, nilai manfaat sosial bersih PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor relatif bagus, meningkat tahun demi tahunnya. Komponen terbesar tingginya manfaat sosial berasal dari nilai eksternalitas, yaitu CSR, Keterkaitan pajak dan keterkaitan permintaan akhir.

3.5. Nilai Location Quotient (LQ)Berdasarkan Hasil Pehitungan, nilai LQ didominasi dengan nilai di bawah 1 (LQ<1). Hal ini mengartikan bahwa

sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi yang lebih kecil dibandingkan secara relatif dengan kontribusi di wilayah yang lebih luas (Indonesia) dengan sektor yang sama atau dengan kata lain pengelolaan akan sektor tersebut masih belum optimal bila sektor tersebut masih memiliki potensi seperti bahan baku, tenaga ahli, dan lain sebagainya.Sektor Pertambangan Emas dan Perak memiliki nilai LQ yang kecil yaitu antara 0,1 hingga 0,3. Sektor ekonomi yang memiliki nilai LQ lebih besar dari 1 adalah Industri Pengolahan tanpa pengilangan minyak bumi, makanan dan minuman, industri pengolahan lainnya, Listrik, Gas, dan Air Bersih, dan industri pada sektor tersier.

3.5. Nilai Location Quotient (LQ)Berdasarkan Hasil Pehitungan, nilai LQ didominasi dengan nilai di bawah 1 (LQ<1). Hal ini mengartikan bahwa

sektor-sektor tersebut memiliki kontribusi yang lebih kecil dibandingkan secara relatif dengan kontribusi di wilayah yang lebih luas (Indonesia) dengan sektor yang sama atau dengan kata lain pengelolaan akan sektor tersebut masih belum optimal bila sektor tersebut masih memiliki potensi seperti bahan baku, tenaga ahli, dan lain sebagainya.Sektor Pertambangan Emas dan Perak memiliki nilai LQ yang kecil yaitu antara 0,1 hingga 0,3. Sektor ekonomi yang memiliki nilai LQ lebih besar dari 1 adalah Industri Pengolahan tanpa pengilangan minyak bumi, makanan dan minuman, industri pengolahan lainnya, Listrik, Gas, dan Air Bersih, dan industri pada sektor tersier.

3.6 Pandangan Kemungkinan Pemanfaatan Potensi Transformasi UBPE Pongkor Pasca TambangPT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor direncanakan akan melakukan kegiatan penutupan tambang pada tahun

2019. Oleh karena itu, perlu dikaji tentang kemungkinan pemanfaatan wilayah pasca tambang secara berkelanjutan dengan berbagai sarana dan prasarana yang ditinggalkan oleh adanya kegiatan penambangan UBPE Pongkor yang bertujuan untuk menjadikan

Page 6: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

NGC0.00%5.00%

10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%40.00%45.00%

6.06%

34.89%

6.19%

42.36%

2.54% 2.91%8.12%

4.59%10.46%

4.21%

17.42%

Perbandingan NGC Berbagai Perusahaan Pertambangan di Indonesia

Tahun 1989-2013

PT. ANTAM Pongkor *2010 PT. ANTAM Pongkor *2013Penambangan Nikel SulTeng Pengolahan Nikel SulTengPT. Inco Tbk *2005 PT.BA *1989Batubara Ombilin *1990 Nikel Pulau Gebe *1990

Sumber : * Hasil perhitungan dalam penelitian ini ** Anonim (2003-2014) [6].*** Amrullah (2007) [10]; Soelistijo (2013,2014) [16,20,21] .

Gambar 2: Perbandingan Koefisien Manfaat Bersih Berbagai Perusahaan Pertambangan di Indonesia.

masyarakat yang mandiri untuk menghadapi hari depan secara lebih baik dalam segi ekonomi, sosial dan budaya dengan ekonomi non-tambang yang baru.

Dari hasil perhitungan multiplier ekonomi, sektor yang mungkin untuk dikembangkan untuk daerah Pongkor sendiri adalah industri makanan dan minuman pada sektor sekunder dan industri pariwisata pada sektor tersier. Namun, sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (AgroIndustri) pada Sektor Primer nampaknya juga mungkin untuk dikembangkan di daerah ini mengingat sektor ini merupakan sumber penghasilan utama masyarakat sekitar tambang, baik itu sebelum maupun pada saat kegiatan penambangan yang dilakukan oleh UBPE Pongkor ada.

Selain pengembangan secara sektoral, pengembangan wilayah dapat juga dikembangankan secara terpadu dalam lingkup multiregional/antarregional. Dalam rencana pasca tambang sebagai agroindustri, apabila pengembangan sektor-sektor prospektif dapat berhasil, maka ekspor komoditi andalan dapat diperluas ke daerah yang lebih luas. Seperti contohnya daerah agroindustri bengkulu mengekspor komoditas andalannya ke luar negeri.

Selain pemanfaatan daerah sekitar, lahan bekas tambang juga dapat dijadikan sebagai daerah pariwisata (Gambar 3) dan Pusdiklat Tambang Bawah Tanah. Wisata yang mungkin dikembangkan adalah lahan bekas tambangnya dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat atau lembaga pendidikan terkait. Pada masa mendatang, dapat diselenggarakan wisata udara (misalnya dengan sarana helikopter) khususnya untuk wisatawan asing dengan objek turis antara lain DKI Jakarta, eks UBPE Pongkor, PLTA Jatiluhur, Kebun the Puncak, perikanan dan pantai Palabuhan Ratu, Ujung Kulon, agroindustri di Lampung di samping Gunung Krakatau dan lain-lain (Soelistijo et.al, 2014, [18 – 20]). Sudah barang tentu Pemerintah perlu memperhatikan faktor-faktor penting dalam pengelolaan keterkaitan antara SDA, lingkungan di samping kepentingan ekonomi secara terpadu (Anonim (a-d), 2004, 2009, 2014, [1-4]; Soelistijo et. al, 2014 [22 – 25]; Keraf, 2002, [12]; Lay, 2007, [13]; Lipsey, 1995, [14]; Miernyk, 1982, [15]).

Page 7: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

Gambar 3. Wisata udara DKI Jakarta dan sekitarnya

4. KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil pembahasan dari bab-bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

Kesimpulan Berdasarkan nilai produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Barat, kontribusi sektor Pertambangan Emas Dan Perak pada periode 2003-2013 hanya sekitar 0,04%-0,15% terhadap pembentukan PDRB total Provinsi Jawa Barat. Dari hasil analisis Input-Output, Sektor Pertambangan emas dan Perak mempunyai nilai keterkaitan antarsektor, yaitu keterkaitan hulu sebesar 0,701 artinya investasi dari sektor ini mempunyai hasil (yield) yang lebih rendah daripada rata-rata sektor-sektor keterkaitan hulunya. Sedangkan nilai keterkaitan hilir sektor Pertambangan Emas dan Perak yaitu 0,772 yang artinya sektor ini memiliki keterkaitan rendah dengan sektor hilirnya. Jika dilihat dari sektor hilirnya, sektor pertambangan emas dan perak juga tidak mempunyai keterkaitan yang banyak dengan sektor hilirnya, namun nilai transaksi yang didapat cukup besar yaitu Rp.110 milyar pada industri logam dasar dan barang jadi dari logam serta Rp. 736 milyar pada industri pengolahan lainnya. Dari analisis pengganda surplus dari tabel I-O 13X13 sektor, sektor prioritas yang potensial untuk dikembangkan dengan nilai (Yield) >3 yaitu, Industri Makanan dan Minuman (Πmj=6,466), Industri Bangunan/Konstruksi (Πmj=5,795), Industri Pengolahan tanpa Pengilangan Minyak Bumi dan Makanan dan Minuman (Πmj=5,234), Industri Logam Dasar dan Barang Jadi Dari Logam (Πmj=5,080), Industri Barang Mineral bukan Logam (Πmj=4,161), Industri Pengolahan Lainnya (Πmj=4,027), Industri Listrik, Gas dan Air Bersih (Πmj=3,688), Industri Sektor Tersier (Πmj=3,107). Berdasarkan analisis Net Social Gain (NSG), manfaat sosial neto usaha Pertambangan Emas dan Perak PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor yang diterima oleh Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu penelitian 2009-2013 adalah sebagai berikut. Manfaat yang diterima dari rente ekonomi berkisar Rp5.310.243.006,- pada tahun 2009 hingga Rp6.337.806.296,- pada tahun 2010, tetapi manfaat dari sub-komponen saham pemerintah daerah masih Rp.0,- karena pemerintah daerah tidak memiliki saham di PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor. Manfaat dari kelebihan pembayaran setiap tahunnya meningkat, bahkan balas jasa yang diterima pekerja non-staf selalu di atas UMP. Besaran persentase pajak perusahaan terhadap revenue perusahaan pada tahun 2009-2013 adalah masing-masing sebesar 6,87%, 7,75%, 6,52%, 7,63%, 8,63% dengan rata-rata sebesar 7,47%. Namun dapat dilihat bahwa penyumbang pajak terbesar berasal dari PPH badan sebesar 6,15% pada tahun 2009, dan secara berturut-turut 6,90%, 5,11%, 4,44%, dan 1,85% dengan rata-rata sebesar 4,94%. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa, jumlah pajak yang dibayarkan untuk PPH Badan 66% berkontribusi terhadap jumlah total pajak yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah. Manfaat dari eksternalitas berfluktuasi setiap tahunnya yaitu sebesar Rp12.013.849.258,- pada tahun 2009, meningkat hingga Rp15.943.273.288,- pada tahun 2011 dan mengalami penurunan pada tahun 2012 dan 2013. Nilai NSG PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor dari tahun 2009-2013 sebesar Rp20.187.405.485,- hingga Rp35.440.303.160,-.Koefesien manfaat neto (NGC) bervariasi tiap tahunnya mulai dari 6,06 % pada tahun 2010, hingga 34,89% pada tahun 2013. Artinya dengan nilai output perusahaan yang semakin menurun setiap tahunnya, perusahaan masih tetap memberikan manfaat sosial ekonomi yang baik pada daerah sekitarnya. Pandangan kemungkinan pemanfaatan dan potensi transformasi Pongkor pasca tambang dapat dikembangkan secara sektoral yaitu sektor

Page 8: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

primer berupa pengembangan kawasan agroindustri, sektor sekunder berupa pengembangan industri pengolahan makanan dan minuman, dan sektor tersier berupa pengembangan kawasan pariwisata dan Pusdiklat Tambang Bawah Tanah. Selain pengembangan sektoral, kawasan pongkor bisa juga dikembangkan secara terpadu dalam lingkup multiregional/antarregional Analisis Location Quotient untuk sektor Pertambangan Mineral khususnya Pertambangan Emas dan Perak memiliki nilai lebih kecil dari 1 (LQ<1). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut pengelolaannya belum optimal.

Saran Untuk mengantisipasi berakhirnya kegiatan Penambangan Emas dan Perak PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor, sebaiknya pemerintah daerah mulai mempersiapkan langkah-langkah pembangunan daerah, terlebih untuk daerah ring 1 (Kecamatan Nanggung) agar mulai mengurangi ketergantungan diri dengan sektor pertambangan emas dan perak dengan memaksimalkan pengembangan sektor prioritas potensial seperti industri sektor sekunder. Namun, untuk Provinsi Jawa Barat sendiri, sektor Pertambangan emas dan Perak tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Agar keterkaitan hulu semakin besar, maka sebaiknya PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor dapat mengambil input dari dalam Provinsi Jawa Barat. Sektor yang terpilih hendaknya dapat dikembangkan di wilayah Pongkor khususnya atau Provinsi Jawa Barat umumnya sehingga dapat menghasilkan surplus yang bagus bagi perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sudah barang tentu Pemda perlu memperhatikan faktor-faktor penting dalam pengelolaan keterkaitan antara SDA, lingkungan di samping kepentingan ekonomi secara terpadu .

DAFTAR PUSTAKA[1]. Anonim (a), (2004). Undang-Undang No 33, 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.[2]. Anonim (b), (2009). Undang-Undang No 4, 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.[3]. Anonim (c), (2014). Undang-Undang No 23, 2014 tentang Pemerintah Daerah.[4]. Anonim (d), (2015), Penduduk dan Ketenagakerjaan dalam Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2015, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.[5]. Anonim (e), (2003-2014), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dalam Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2003-2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

[6]. Anonim (f), (2003-2014), Pendapatan Nasional Tahun 2003-2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.[7]. Anonim (g), (2012). Neraca dan Master Plan Sumberdaya Mineral di Jawa Barat, Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral

Provinsi Jawa Barat.[8]. Anonim (h), (2012). Laporan Eksplorasi Produksi Nonmigas dan Penggalian Tahun 2013-2014, Dinas Energi dan

Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat.[9]. Anonim (i), Tabel Input-Output Jawa Barat Tahun (2010), Pusat Data dan Analisis Pembangunan Provinsi Jawa Barat.[10]. Amrullah A, (2007). “Kajian Peran PT. Inco (Tbk) Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Kabupaten Luwu Timur –

Sulawesi Selatan Dalam Era Otonomi Daerah : Pendekatan Antar Industri”, Thesis, Program Studi Rekayasa Pertambangan, Institus Teknologi Bandung,Bandung.

[11]. Dahuri, R, (2004). “Pembangunan Wilayah”, LP3ES, Jakarta. Indonesia.[12]. Keraf, AS, (2002). “Etika Lingkungan”, Buku Kompas, Jakarta, Indonesia.[13]. Lay, C (2007). “Dinamika Politik Lingkungan”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 11, No. 2, UGM, Yogyakarta,

Indonesia.[14]. Lipsey, 1995, Pendapatan Per Kapita Antarsektor, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Adhb) Badan Pusat Statistik,

Indonesia.[15]. Miernyk,1982, Penggunaan Analisis Tabel I-O, Diktat Kuliah Pengembangan Wilayah, Universitas Islam Bandung,

Bandung. [16]. Soelistijo, UW, (2011). “Dinamika Penanaman Modal Asing (PMA) Bidang Pertambangan Umum di Indonesia”,

Universitas Islam Bandung, Bandung.[17]. Soelistijo, UW, (2012). “Pengaruh Ekonomi Makro Regional Tambang Emas Pongkor – PT Antam Jawa Barat dan

Potensi Transformasi Pasca Tambang”, Universitas Islam Bandung, Bandung.[18]. Soelistijo, UW, Adhahari. H, (2014). “Study On The Benefits Of PT Agincourt Resources Gold Mine To The Economic

Development Of South Tapanuli Regency North Sumatera Indonesia”, The Journal Of Technology. Vol. 7, No.1, 2013, PP 18-35

[19]. Soelistijo, UW, B. Santoso, T. Suseno, (2014). “An Eye-Bird View of Facing Scarcity of Gold Mining in Indonesia”, Scientia Research Library ISSN 2348-0416 USA CODEN: JASRHB Journal of Applied Science And Research, 2014, 2 (1):11. (http://www.scientiaresearchlibrary.com/arhcive.php).

[20]. Soelistijo, UW, L. O. Aswandi, (2014). “Future Trend of Mineral Industries Development in Indonesia”, Earth Science. Vol. 3, No. 2, 2014, pp. 58-67. doi: 10.11648. earth. 20140302.14, 2014. (http://www.openscienceonline.com/journal/ajes).

[21]. Soelistijo, U.W, (2014). “Pengembangan Wilayah Pertambangan “, Universitas Islam Bandung, Bandung.

Page 9: (Ubpe) Pongkor Pt Aneka Tambang Tbk. Di Provinsi Jawa Barat

[22]. Soelistijo, UW, S. Widayati, M. Hamad, (2015). “Analysis of Industrial Minerals Mining Sector in the Effort of Supporting the Economic Development of West Java Province, Indonesia”, American Journal of Earth Science. 2015, 2(5), PP 123-133.

[23]. Soelistijo, U.W, (2015). “Kebijakan Pertambangan Mineral dan Batubara “, Universitas Islam Bandung, Bandung.[24]. Soelistijo, U.W, (2015). “Manajemen Industri Pertambangan “, Universitas Islam Bandung, Bandung.[25]. Soelistijo, U.W, (2015). “Monitoring Reklamasi dan Lingkungan“, Universitas Islam Bandung, Bandung.