uas audit lingkungan 2015_ariessyawtra rl_1206249750
TRANSCRIPT
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 1/12
Laporan Audit
Kematian Biota AirSebagai Ujian Akhir Semester Mata
Kuliah Audit Lingkungan ENCV 800803
Ariessyawtra Raindra Lamurvie / 1206249750
12/15/2015
Teknik Lingkungan
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 2/12
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian massal biota air khususnya ikan pada badan air di beberapa
daerah di Indonesia selalu terulang setiap tahunnya. Kejadian ini terjadi di
daerah pesisir maupun badan air tawar seperti waduk, sungai, dan danau. Ikan
seperti yang diketahui bersama merupakan salah satu indikator biologis yang
sejak lama telah digunakan peneliti lingkungan untuk mengidentifikasi gejalan
awal pencemaran lingkungan. Matinya biota air ini menandakan bahwa kejadian
ini bukan hanya terjadi karena perubahan cuaca ekstrim seperti yang banyak
diberitakan namun juga disinyalir ada senyawa-senyawa toksik yang ikut
berkontribusi terhadap peristiwa ini.
1.2 Tujuan Audit Lingkungan
Tujuan dari audit ini adalah untuk melakukan audit ilmiah terkait dengan
penyebab dan dampak dari fenomena kematian biota air di beberapa daerah di
Indonesia. Laporan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait untuk
meningkatkan penyelenggaraan lingkungan dari fenomena serupa.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit dibatasi dengan penyebab dan dampak dari
fenomena kematian biota air yang sedang terjadi di Indonesia terutama di
daerah pesisir Pantai Ancol (Teluk Jakarta) dan Danau Maninjau.
1.4 Metode Audit
Metode audit lingkungan yang dilakukan pada laporan ini adalah
menggunakan studi literatur untuk mengumpulkan data-data sekunder yang
nantinya dianalisa dengan menggunakan konsep-konsep ilmu lingkungan.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 3/12
2
Universitas Indonesia
BAB 2
TEMUAN AUDIT
2.1 Aspek Lingkungan (Penyebab Ilmiah)
Ikan merupakan salah satu indikator biologis yang cukup sensitif untuk
mengindikasikan gejala pencemaran atau perubahan ekstrim yang terjadi di
dalam badan air. Beberapa ikan hanya bisa hidup dengan kadar DO (Dissolved
Oxygen) 4 – 5 ppm sehingga ketika kadarnya jatuh secara ekstrim ikan-ikan pun
dapat mati. Selain itu ikan juga tidak bisa hidup di perairan yang mengandung
zat-zat toksik seperti hidrogen sulfida dan metana akibat dari akumulasi polutan-
polutan organik dan anorganik pada sedimen bawah air.
2.1.1 Perubahan Cuaca Ekstrim
Gambar 2.1 Hubungan DO dan temperatur
Sumber:
https://www.uky.edu/WaterResources/FF/Nutrient%20Management/q
ustion27oxygenstreamhealth.html.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 4/12
3
Universitas Indonesia
Seperti halnya sebagian besar organisme di bumi, ikan membutuhkan
oksigen dalam jumlah tertentu untuk melakukan respirasi. Respirasi merupakan
salah satu aktivitas dalam metabolisme tubuh yang tanpanya organisme bisa
mati. Kadar oksigen yang dapat ditolerir ikan bisanya berkisar antara 4 – 5 ppm,
kadar DO dibawah angka itu menyebabkan ikan mengalami shock dan akhirnya
mati.
Jumlah oksigen seperti yang diterangkan pada gambar diatas
merupakan fungsi dari temperatur yang berarti seiring dengan naiknya
temperatur maka kadar DO pun berkurang di dalam air. Kenaikan temperatur ini
bisa dipicu dengan perubahan cuaca ekstrim yang membuat temperatur badan
air (laut dan air tawar) naik seketika dan menurunkan kadar DO dalam air secara
signifikan. Perubahan cuaca ekstrim juga mengakibatkan ada arus bawah air yang
membawa panas dari area laut lain sehingga pencampuran air dengan suhu
berbeda ini mengakibatkan kadar DO jatuh secara ekstrim.
2.1.2
Pencemaran oleh Limbah
Laut merupakan tempat akhirnya mengalirnya sungai-sungai yang ada di
darat. Untuk kasus Jakarta, ada 12 sungai yang bermuara di teluk jakarta (dekat
ancol). Pada kondisi alami, akumulasi dari 12 sungai ini tidaklah menimbulkan
dampak yang fatal bagi organisme laut khususnya ikan karena selain sungai juga
membawa mineral-mineral penting bagi organisme di laut. Namun
permasalahannya adalah 12 sungai di Jakarta tergolong tercemar berat akibat
aktivitas pembuangan limbah yang dilakukan industri dan domesti di sepanjang
aliran sungai menuju laut. Limbah yang dibuang ke sungai mengandung zat-zat
organik dan anorgani yang cukup tinggi sehingga menurunkan kualitas air.
Namun demikian, secara alami sungai memiliki kemampuan asimilasi lewat
proses degradasi biologis (aerobik) di sepanjang aliran sehingga kandungan
organik dan anorganik dapat turun seiring dengan waktu dan jarak tempuh.
Ketika aliran sungai mencapai laut, kualitas air pun seharusnya sudah dapat
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 5/12
4
Universitas Indonesia
ditolerir oleh organisme-organisme yang ada di laut. Namun kemampuan
asimilasi atau purifikasi alami sungai memiliki kapasitas maksimum yang tidak
dapat memproses kandungan organik dan anorganik berlebih. Untuk kasus
Jakarta, kandungan organik dan anorganik telah jauh melewati kapasitas
maksimum yang bisa diproses oleh kemampuan purifikasi alami sungai sehingga
air sungai yang bermuara di laut tetap mengandung polutan dengan kadar yang
tinggi.
Seperti halnya sungai, danau yang juga merupakan badan air juga
memiliki kemampuan purifikasi. Kemampuan purifikasi ini didapatkan berkat
proses degradasi biologis (aerobik) zat organik dan anorganik oleh bakteri di
dalam air. Namun proser degarasi biologis (aerobik) memerlukan oksigen untuk
dapat berjalan. Tidak seperti sungai yang memiliki struktur batuan yang dapat
menciptakan aliran turbulen sehingga terjadi proses aerasi yang membuat sungai
lebih memiliki DO yang stabil, danau merupakan badan air diam (statik) yang
tidak memiliki aliran sehingga jumlah oksigennya terbatas dan ditentukan oleh
temperatur. Kenaikan temperatur dapat menurunkan kandungan oksigen
sehingga proses degradasi biologis (aerobik) tidak dapat berjalan dengan
sempurna. DO pun habis terpakai pada proses degradasi biologis (aerobik)
sehingga organisme-organisme air seperti ikan pun mati kekurangan oksigen.
2.1.2.1 Alga Blooming di Teluk Jakarta
Gambar 2.2 Ikan-ikan yang mati di Teluk Jakarta Akibat Alga Blooming
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 6/12
5
Universitas Indonesia
Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/01/22084131/Ledakan.
Populasi.Fitoplankton.Jadi.Penyebab.Matinya.Ikan.di.Laut.Ancol.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kandungan organik dan
anorganik tidak terasimilasi secara sempurna oleh sungai-sungai di Jakarta
sehingga Teluk Jakarta pun mengalami kelebihan beban pencemar. Salah satu
senyawa yang terkandung di limbah tersebut ada nitrat dan posfat yang
dihasilkan oleh aktivitas industri, limpasan hujan lahan pertanian, dan domestik.
Nitrat dan posfat merupakan nutrien atau faktor pertumbuhan alami bagi
organisme seperti alga dan fitoplankton. Keberadaannya di air layaknya pupuk
bagi tanaman di darat. Tanaman yang diberikan pupuk tentunya berkembang
dengan pesat. Pada alga dan fitoplankton, kelebihan kandungan nitrat dan posfat
sebagai nutriennya membuat kedua organisme ini tumbuh dan berreproduksi
secara sangat cepat.
Salah satu jenis fitoplankton yang ada di Teluk Jakarta adalah
Coscinodiscus spp. Menurut Kepala P2O LIPI Dirhamsyah, Coscinodiscus spp
merupakan spesies umum di perairan Indonesia. “Spesies ini tidak berbahaya,
tidak mengandung toksin. Namun, karena populasi meledak, oksigen di perairan
itu tersedot untuk kebutuhan miliaran sel jenis tersebut,”. Ketika nitrat dan
fosfat melimpah, fitoplankton aktif berfotosintesis dan membelah diri secara
cepat. Pada siang hari fitoplankton ini justru menjadi sumber oksigen karena
melalukan proses fotosintesis. Namun pada malam hari, proses fotosintesis tidak
bisa dilakukan karena ketiadaaan cahaya matahari yang membuat fitoplankton
aktif menyerap oksigen. Karena membentuk hamparan, fitoplankton sangat
efisien dalam menyerap oksigen sehingga tidak menyisakan oksigen untuk
organisme-organisme air khususnya ikan. Ketiadaan oksigen akibat diserap oleh
fitoplankton membuat ikan-ikan pun mati lemas karena tidak bisa bernafas. Hal
ini dibuktikan oleh Tim peneliti P2O LIPI yang menyatakan, kadar oksigen terlarut
di air pada stasiun satu, dua, dan tiga yang berada di area laut sangat rendah,
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 7/12
6
Universitas Indonesia
hanya 0,765 mililiter per liter atau 1,094 miligram per liter (keadaan normal 4-5
mg per liter). Kadar oksigen minim ini terjadi akibat tersedot oleh Coscinodiscus
spp dalam jumlah yang sangat banyak. Tim menemukan bahwa kepadatan
fitoplankton ini mencapai 1-2 juta sel per liter.
2.1.2.2 Kelebihan beban organik di Danau Maninjau
Gambar 2.3 Kematian Ikan di Danau Maninjau
Sumber: http://img.antaranews.com/new/2014/08/ori/20140811Ikan-
Mati-Maninjau-110814-Ief-1.jpg.
Seperti halnya di Teluk Jakarta, kematian ikan massal juga terjadi diDanau Maninjau. Kematian ikan ini diestimasi mencapau 100 ton yang
mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 3 miliar. Menurut Peneliti dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Hamdani, mengatakan Danau
Manijau sudah melebihi ambang batas. Saat ini ada 18 ribu petak keramba.
"Layaknya itu hanya sekitar 6.000 petak,". Seperti yang diketahui bahwa pakan
ikan yang disebarkan setiap harinya tidak secara efisien dimakan semua oleh ikan
sehingga banyak dari pakan itu mengendap dan menjadi sedimentasi di dasar
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 8/12
7
Universitas Indonesia
danau sehingga dampak dari kelebihan keramba menciptakan pengendapan
pakan sebagai beban organik berlebih.
Beban organik yang ada di danau biasanya terdegradasi secara alami
pada proses aerobik (dengan oksigen) dan menghasilkan gas karbon dioksida.
Namun kelebihan beban organik menyebabkan kandungan oksigen pada
kedalaman tertentu terpakai habis. Di danau Maninjau, pada kedalaman 12.5
meter kebawah sudah tidak ada kandungan oksigen terlarut. Ketiadaan oksigen
membuat penguraian zat-zat organik yang berada di sedimen dasar danau
berjalan secara anaerobik. Tidak seperti proses aerobik yang menghasilkan
karbon dioksida, proses anaerobik menghasilkan metana dan hidrogen sulfida di
dasar danau. Ketika ada peningkatan suhu di dalam danau, kandungan oksigen
semakin menipis yang membuat proses anaerobik mendominasi penguraian di
dalam danau. Jumlah beban organi sebagai sedimen yang masif terproses secara
anaerobik dan terangkat keatas secara termodinamis yang mengakibatkan
keracunan pada ikan.
2.2 Aspek Hukum dan Sosial
Indonesia sebenarnya telah memiliki peraturan-peraturan terkait beban
pencemar maksium yang bisa masuk ke badan air seperti Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, dan
peraturan-peraturan lainnya. Namun pada praktiknya masih banyak pelaku
industri yang “nakal” dan tidak menghiraukan peraturan tersebut. Efeknya
sebagian besar badan air di Indonesia tercemar oleh limbah. Jumlah industri pun
meningkat sehingga rencana strategis manajemen kualitas air yang tadinya
menentukan daya tampung maksimum polutan sungai tidak lagi memenuhi
standar. Daya tampung maksimum sungai dengan gampang terlampaui seiring
dengan bertambahnya jumlah industri yang tidak terkontrol. Hal ini diakibatkan
tidak ada peraturan khusus yang mengatur jumlah maksimum industri,
perternakan, dan pertanian pada suatu daerah.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 9/12
8
Universitas Indonesia
Kematian ikan yang disebabkan pencemaran sungai juga terjadi akibat
keberadaan sampah berlebih. Sampah-sampah yang ada di sungai dikarenakan
masyarakat yang berada di bantaran sungai sering membuang sampah secara
sembarangan. Sampah-sampah yang menumpuk di permukaan air sungai dan
laut menghalangi penetrasi cahaya dan mengganggu proses fotosintesis di dalam
air.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 10/12
9
Universitas Indonesia
BAB 3
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan studi literatur dan analisa mendalan terkait faktor-
faktor yang menyebabkan kematian massal ikan, didapatkan beberapa poin
kesimpulan bahwa hal ini disebabkan oleh:
Perubahan cuaca mendadak yang membuat temperatur di dalam air
meningkat secara tajam sehingga menurunkan kandungan oksigen terlarut.
Minimnya kandungan oksigen terlaurt membuat ikan mati lemas.
Tingginya kandungan nitrat dan fosfat akibat pencemaran air oleh industri
dan domestik berdampak pada meningkatnya secara masif jumlah alga dan
fitoplankton. Peningkatan masif ini membuat kandungan oksigen turun
secara drastis dan membuat ikan kekurangan oksigen.
Beban organik berlebih mengakibatkan kandungan oksigen habis terpakai
pada proses degradasi aerobik sehingga beralih kepada proses anaerobik
yang menghasilkan metana dan hidrogen sulfida yang beracun bagi ikan
Penegakan hukum yang kurang mengakibatkan jumlah industri yang
membuang limbahnya menjadi tidak terkendali sehingga meningkatkan
pencemaran air. Begitu pula kebiasaaan masyarakat yang membuang
sampah sembarangan
3.2 Rekomendasi
3.2.1
Aspek Lingkungan
Perlu diperbaharuinya unit-unit pengolah limbah industri sesuai dengan
daya tampung maksimum beban pencemar pada sungai.
Perlu diaplikasikannya teknologi fitoremediasi untuk membantu proses
degradasi polutan di sungai seperti Floating Wetland . Teknologi ini
memanfaatkan tumbuhan yang berada disebuah struktur yang mengapung
untuk menyerap polutan-polutan di air.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 11/12
10
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Teknologi Floating Wetlands
Sumber: http://www.waterworld.com/content/dam/etc/medialib/new-
lib/waterworld/print-articles/volume-28/issue-6/floating-island-
graphic.jpg.
Perlu ditingkatkannya penegakan hukum untuk membatasi jumlah industri
dan keramba ikan yang berkontak langsung dengan badan air. Selain itu juga perlu adanya sosilisasi kepada masyarakat yang berada di bantaran
sungai atau pesisir untuk tidak membuang sampah ke sungai maupun laut.
Metode reward and punishment juga bisa diterapkan yakni memberikan
dendan kepada masyarakatn yang membuang limbahnya ke sungai dan
memberikan penghargaan berupa piagam atau sejenisnya kepada
masyarakat yang menjaga diri dari pencemaran kepada badan air.
7/23/2019 UAS Audit Lingkungan 2015_Ariessyawtra RL_1206249750
http://slidepdf.com/reader/full/uas-audit-lingkungan-2015ariessyawtra-rl1206249750 12/12
11
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
http://rumahpengetahuan.web.id/saatnya-pantau-rutin-fitoplankton-di-teluk-
jakarta/. Diakses pada 15 Desember 2015. Pukul 9.27 WIB.
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/12/30/058631879/cuaca-ekstrem-
100-ton-ikan-mati-di-danau-maninjau. Diakses pada 15 Desember 2015. Pukul
9.32 WIB.