tugas tita komunikasi.doc
TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan
adalah keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang
menjadi klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan
keperawatan). Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga
adalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan
individu, kelompok, dan komunitas adalah klien keperawatan. Secara
empiris disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga sudah
ditanggulangi secara tepat tetapi keluarga belum dianggap sebagai klien
dari keperawatan. Keluarga sangat memiliki pengaruh yang besar
terhadap individu dan kelompok.
Sedangkan komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu
proses penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak usia
sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam
proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan
mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu
seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun
kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran
komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai
perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,
remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan
perkembangannya. Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting
karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan
perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Disamping itu, dengan berkomunikasi anak-anak dapat bersosialisasi
dengan lingkungannya.
1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga?
2. Apakah ciri-ciri dari keluarga?
3. Bagimanakah tipe-tipe dalam keluarga?
4. Bagaimanakah bentuk-bentuk keluarga?
5. Bagaimanakah peran keluarga?
6. Bagaimanakah fungsi keluarga?
7. Apa sajakah tugas keluarga?
8. Bagaimanakah prinsip-prinsip perawatan dalam keluarga?
9. Bagaimanakah langkah-langkah perawatan kesehatan keluarga?
10. Bagaimanakah komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah?
11. Bagaimanakah tahapan komunikasi dengan anak usia sekolah?
12. Bagaimanakah cara berkomunikasi dengan anak usia sekolah?
13. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan
anak?
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa
mampu memahami komunikasi pada keluarga dan pada anak usia
sekolah.
1.3.2 Tujuan KhususTujuan khusus dari pembuatan makalah ini sebagai berikut
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga?
2. Mengetahui ciri-ciri dari keluarga?
3. Mengetahui tipe-tipe dalam keluarga?
4. Mengetahui bentuk-bentuk keluarga?
5. Mengetahui peran keluarga?
6. Mengetahui fungsi keluarga?
7. Mengetahui tugas keluarga?
8. Mengetahui prinsip-prinsip perawatan dalam keluarga?
9. Mengetahui langkah-langkah perawatan kesehatan keluarga?
10. Mengetahui komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah?
11. Mengetahui tahapan komunikasi dengan anak usia sekolah?
12. Mengetahui cara berkomunikasi dengan anak usia sekolah?
13. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan
anak?
1.4 ManfaatManfaat yang dapat diambil dari makalah ini antara lain dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang komunikasi pada keluarga dan
anak usia sekolah, dapat membantu dalam proses belajar mengajar dan
membantu mempermudah berkomunikasi pada keluarga dan anak usia
sekolah.
BAB 2PEMBAHASAN
2.1 Definisi KeluargaMenurut Duval (1972) keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial
individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan
umum.
Departemen Kesehatan RI (1988) menyatakan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling tergantung.
2.1.1 Ciri - ciri KeluargaRobert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri
keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk seperti kelembagaan yang berhubungan dengan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dibuat.
3. Keluarga mempunyai sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
hitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai keturunan
dan membesarkan anak.
5. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
Ciri-ciri keluarga di setiap negara berbeda-beda bergantung pada
anggota kebudayaanya, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Negara di
Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat dilandasi oleh semangat
kegotong-royongan.
2. Merupakan satu kesatuan yang utuh yang dijiwai oleh nilai budaya
ketimuran yang kental dan mempunyai rasa tanggung jawab besar.
3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui
musyawarah mufakat.
4. Sedikit berbeda dengan anggota keluarga yang tinggal di perkotaan
dan di pedesaan. Keluarga yang tinggal di pedesaan masih bersifat
tradisional, sederhana, dan saling menghormati satu sama lain dan
sedikit sulit menerima inovasi baru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga:
1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
2. Terdiri dari dua orang atau lebih yang dalam satu atap memiliki
hubungan yang intim, pertalian darah/perkawinan.
3. Terorganisasi oleh asuhan kepala rumah tangga (biasanya bapak atau
ibu atau keluarga yang dominan) yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, saling bergantung antar anggota keluarga.
4. Setiap anggota keluarga mempunyai anggota keluarga mempunyai
peran dan fungsi masing-masing yang dikoordinasikan oleh kepala
keluarga.
5. Mempunyai keunikan masing-masing serta nilai dan norma hidup yang
didasari sistem kebudayaan.
6. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya, misal dalam hal
kesehatan keluarga.
2.1.2 Tipe KeluargaMenurut Friedman (1986) membagi keluarga seperti berikut ini:
1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari dua orang tua dan anak yang
masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah. Terpisah
dari sanak saudara lainnya.
2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu
atau dua keluarga inti yang tinggal di dalam satu rumah dan menunjang
satu sama lain.
3. Single parents family satu keluarga yang dipakai satu kepala keluarga
dan hidup bersama dengan anak-anaknya yang masih bergantung
kepadanya.
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak dan tinggal di satu rumah yang sama.
5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak
dari perkawinan dulu.
6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa yang hidup dalam satu rumah.
8. Midle age atau elderly coupel. Keluarga yang terdiri dari pasangan
suami istri paru baya.
2.1.3 Bentuk KeluargaBentuk keluarga menggambarkan perbedaan sosial, tingkah laku
dan kultur, serta gaya hidup. Dalam asuhan keperawatan, bentuk keluarga
ini perlu diperhatikan, terutama dalam hal pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Sussman et al. menguraikan keluarga menjadi 7 bentuk:
1. Keluarga inti. Keluarga ini terdiri dari suami (pencari nafkah), seorang
istri (ibu rumah tangga), dan anak-anak. Akhir-akhir ini ada
kecenderungan keluarga inti tradisional bergeser menjadi keluaga inti
non tradisional. Kecenderungan ini disebabkan oleh beberapa hal
antara lain suami-istri keduanya pekerja dan keluarga tanpa anak.
2. Keluaga besar tradisional, adalah bentuk keluarga yang pasangan
suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah
tangga dengan orang tua, sanak saudara, dan kerabat dalam keluarga
tersebut.
3. Tipe ini banyak terdapat pada kelas pekerja dan kaum migran. Karena
terdapat banyak anggota keluarga dengan banyak aturan, anak
menjadi bingung akan mencontoh model yang mana
(kakek/ayah/paman). Akibatnya, bila kondisi itu berlangsung lama,
terjadi angka peceraian tinggi, kehamilan dikalangan remaja, kelahiran
di luar pernikahan, dan lain-lain.
4. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu
kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah).
Jumlah ibu remaja yang tidak menikah akhir-akhir ini cenderung
meningkat karena berbagai alasan antara lain kemiskinan dan
pergaulan bebas (melahirkan di luas pernikahan).
5. Individu dewasa yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat di
masyarakat. Mereka hidup berkelompok, seperti dip anti wreda, tetapi
ada juga yang menyendiri. Mereka ini membutuhkan layanan
kesehatan professional karena tidak mempunyai sitem pendukung.
6. Kelurga dengan orang tua tiri. Menurut McCubbin dan Dahl (1985)
orang tua menghadapi 3 masalah yang paling menonjol, yaitu
pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan
kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikatan hati.
7. Keluarga binuclear, merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
sehingga anak menjadi anggota dari suatu system keluarga yang terdiri
dari dua rumah tangga inti. Ibu dan ayah dengan berbagai macam
perbedaan di antara keduanya, serta keterbatasan waktu yang
digunakan dalam setiap sistem rumah tangga.
8. Bentuk variasi keluarga non tradisional, meliputi bentuk keluarga yang
sangat berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun
dinamikanya. Meskipun demikian, memiliki persamaan dalam hal tujuan
dan nilai dengan keluarga inti tradisional. Bentuk keluarga yang spesifik
ini menurut Makelin (1998) adalah perkawinan terbuka, keluarga
kumonal, pasangan yang kumpul kebo, perkawinan kelompok, keluarga
lesbian dan gay.
2.1.4 Peran KeluargaPeran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan
tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah
sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga.
Selain itu anggota masyarakat/kelompok sosial tertentu. Ibu
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik mental, sosial, dan
spiritual.
Berikut peran seorang ayah, ibu dan anak dalam keluarga:
a. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.1.5 Fungsi KeluargaMenurut Friedman dan Undang-Undang No.10 tahun 1992,
membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:
1. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh
rasa kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan
tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan
belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi. Fungsi unruk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.
2.1.6 Tugas keluarga Tugas Keluarga Menurut Bailon dan Maglaya:
1. Keluarga mengenal masalah kesehatan.
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana
rumah yang sehat.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.
2.1.7 Prinsip-Prinsip Perawatan KeluargaAda beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dan
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan peawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan
kesehatan dasar/ perawatan di rumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.
2.1.8 Langkah-Langkah Perawatan Kesehatan KeluargaDalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:
1. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, dengan
cara;
a. Mengadakan kontak dengan keluarga
b. Menyampaikan maksud dan tujuan serta minta untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka
c. Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga
d. Membina komunikasi dua arah dengan lembaga
1. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah
kesehatan keluarga
2. Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah-masalah
kesehatan dan perawatan keluarga
3. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat
masalah kesehatan keluarga;
a. Ancaman kesehatan
b. Keadaan sakit atau kurang sehat
4. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga
untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan
5. Menentukan/menyusun skala proiritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, dengan mempertimbangkan;
a. Sifat masalah
b. Kemungkinan masalah untuk diubah
c. Potensi menghindari masalah
d. Persepsi keluarga terhadap masalah
6. Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan
keluarga seseuai dengan urutan prioritas
a. Menentukan tujuan yang realistis
b. Merencanakan pendekatan dan tindakan
c. Menyusun standard an criteria evaluasi
7. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan
rencana yang disusun
8. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang
dilakukan
9. Meninjau kembali maslah keperawatan dan kesehatan yang belum
dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan
yang baru.
2.2 Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia SekolahKomunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses
penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak usia sekolah,
baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini
melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan
mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu
seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun
kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran
komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai
perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita,
remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan
perkembangannya. Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting
karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan
perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
Disamping itu, dengan berkomunikasi anak-anak dapat
bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada anak-anak yang dirawat di
rumah sakit karena banyaknya permasalahan yang dialaminya baik yang
berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering
komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak
berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan
efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan disamping
proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien,
diharapkan dapat memulai menciptakan komunikasi yang efektif.
Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting karena dengan
demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya
anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan
perasaannya sehingga dapat dicari solusinya.
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak usia
sekolah, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak usia
sekolah sesuai dengan perkembangannya.
2.2.1 Tahapan Komunikasi Dengan Anak Usia SekolahDalam melakukan komunikasi dengan anak terdapat beberapa
tahap yang harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara
langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal (Pra Interaksi), tahap
perkenalan atau orientesi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap
terminasi.
1. Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data
tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua
tentang masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan,
proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan
cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat
rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan
komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana apa yang
dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
2. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan
senyum kepada klien, melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif),
mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi
atau pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan
agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya,
menanyakan nama kesukaan panggilan klien karena akan mempermudah
dalam berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu
yang dibutuhkan untuk kegiatan dan menjelaskan kerahasiahan.
3. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah memberi
kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal-hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
4. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat
kita lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi
proses dan hasil, memberikan reinforcement yang positif, merencanakan
tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu,tempat dan topic)
dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
2.2.2 Cara Berkomunikasi Dengan Anak Usia Sekolah1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan
mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, cerita yang disampaikan hendaknya seuai dengan pesan
yang akan disampaikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.
3. Menfasilitasi
Menfaslitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak
boleh dominan, tetapi anak harus diberikan repon terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negative yang menunjukan kesan yang jelek
pada anak.
4. Biblioterafi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukan
perasaan dan pikiran saat itu.
6. Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan
mengajukan pada situasi yang menunjukan pilihan yang positif dan negatif
sesuai pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan
nyeri, cemas, sedih, dan lain-lain. Dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada
anak yang jengkel, marah dan diam.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambar pun juga dapat digunakan
untuk mengungkapkan ekspresinya. Perasaan marah, jengkel, biasanya
dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya
apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
10. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi.
Melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang
disekitarnya dapat terjalin dan pesan-pesan dapat disampaikan.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia tumbuh kembang
5. Status kesehatan anak
6. Sistem sosial
7. Saluran
8. Lingkungan
BAB 3PENUTUP
3.1 KesimpulanKeluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat
dari interaksi yang reguler dan ditandai adanya ketergantungan dan
hubungan untuk mencapai tujuan umum.
Komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses
penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak usia sekolah,
baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan.
3.2 Saran
Daftar Pustaka
https://asepizzah.wordpress.com/ diambil pada tanggal
http://dokumen.tips/documents/skenario-dan-role-play-keluarga.html