tugas farmakologi kelompok 5
TRANSCRIPT
MAKALAH FARMAKOLOGI
TOKSIKOLOGI DAN PENANGANANNYA
DISUSUN OLEH :
TITIN SAKINAH (09060077)
NOFITA FAHMY A. (09060079)
DIMAS YAN PRAHMANA (09060072)
INDRA KURNIAWAN (09060071)
ANDRE FEBRI UTOMO (09060076)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah yang
berjudul “Toksikologi dan penanganannya” dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa saja bahan-bahan kimia atau
hal-hal lain yang dapat menyebabkan keracunan dan bagaimana menangananinya dengan
tepat. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih..
Malang, Desember 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TOKSIKOLOGI
B. BAHAN PENYEBAB KERCUNAN
C. KLASIFIKASI TOKSIKOLOGI
D. METODE KONTAK DENGAN RACUN
E. CONTOH-CONTOH KERACUNAN DAN CARA MENANGANINYA
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping
memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar
terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah
kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang.
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti,
meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka
tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat.
Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di
Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan
beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan
oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ
tubuh tertentu, seperti paru paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ
lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian toksikologi?
2. Apa saja bahan penyebab keracunan?
3. Apa klasifikasi dari toksikologi?
4. Bagaimana metode kontak dengan racun?
5. Apa saja contoh-contoh keracunan dan bagaimana cara menanganinya?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/masyarakat dapat mengetahui apa saja bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunan dan bagaimana cara menanganinya dengan tepat.
Tujuan Khusus
1. Dapat mengetahui pengertian toksikologi
2. Dapat mengetahui bahan yang dapat menyebabkan keracunan
3. Dapat mengetahui klasifikasi dari toksikologi
4. Dapat mengetahui bagaimana metode kontak dengan racun
5. Dapat mengetahui contoh-contoh keracunan dan penanganannya
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Toksikologi
Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu
yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain,
yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Ahli Kimia, Toksikologi adalah ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek
dan mekanisme kerja yang merugikan dari agent-agent Kimia terhadap binatang dan manusia.
Sedangkan dari para ahli Farmakologi, Toksikologi merupakan cabang Farmakologi yang
berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam system biologik. Toksikologi
mempelajari keracunan oleh karena berbagai zat kimia/terutama obat , termasuk di dalamnya
diagnostik keracunan, tindakan pengobatan dan pencegahan.
Bahan Penyebab Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas ( nitrogen, metana,
karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita,
jamur psilosibin, oleander, kecubu.
Klasifikasi
A. Menurut cara terjadinya keracunan:
1. Self Poisoning
Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya terjadi
karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi pada remaja
yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari bahwa tindakan ini dapat
membahayakan dirinya.
2. Attempted Suicide
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan
kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan dosis.
3. Accidental Poisoning
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan
sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena
kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
4. Homicidal Poisoning
Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni seseorang.
B. Menurut Mula Waktu terjadinya :
1. Kronik
Diagnosis sulit ditegakkan karena timbul perlahan dan lama sesudah pajanan.
2. Akut
Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara
mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini biasanya
terjadi pada banyak orang (misal keracunan makanan, dapat mengenai seluruh
anggota keluarga atau bahkan seluruh warga kampung). Pada keracunan akut
biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan sindrom penyakit, oleh karena itu
harus diingat adanya kemungkinan keracunan pada sakit mendadak.
C. Menurut organ yang terkena:
Racun SSP, racun jantung, racun ginjal dll
D. Menurut jenis bahan kimia:
1. Alcohol
2. Fenol
3. Logam berat
4. Organofosfor
Metode Kontak Dengan Racun
Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi paparan. Metode
kontak dengan racun melalui cara berikut:
Tertelan
Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus:
overdosis obat, pestisida
Topikal (melalui kulit)
Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini
biasanya terjadi di tempat industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat
Topikal (melalui mata)
Efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam
dan basa, atropine
Inhalasi
Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan
keracunan sistemik. Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat
industri. Contoh : atropin, gas klorin, CO (karbon monoksida)
Injeksi
Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam
tubuh bisa melalui intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.
Contoh-Contoh Keracunan Antara Lain
1. Keracunan Makanan Yang Mengandung Kuman Stafilokokus
Keracunan makanan yang mengandung kuman stafilokokus adalah keracunan akibat
memakan makanan yang terkontaminasi oleh racun dari beberapa tipe Staphylococcus,
yang menyebabkan diare dan muntah.
Penyebabnya adalah bila pengelola makanan yang menderita infeksi mencemari
makanan, yang kemudian dibiarkan dalam suhu ruangan, sehingga memungkinkan
bakteri tumbuh dan menghasilkan racunnya dalam makanan tersebut. Makanan yang
sering tercemar adalah puding, kue-kue kecil yang mengandung krim, susu, daging
olahan dan ikan.
Gejala biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan mual yang hebat dan muntah-muntah,
sekitar 2-8 jam setelah makan makanan yang tercemar.
Gejala lainnya berupa kram perut, diare dan kadang-kadang sakit kepala dan demam.
Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan kelemahan dan tekanan darah yang
rendah (syok). Gejala biasanya berlangsung selama kurang dari 12 jam dan
penyembuhannya sempurna.
Kadang-kadang keracunan makanan dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi pada
anak-anak, orang tua dan orang dengan kondisi lemah karena sakit menahun.
Penanganan
Pengobatan biasanya terdiri dari minum banyak cairan. Bila gejalanya berat, dapat
diberikan suntikan atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur) untuk
mengendalikan rasa mual. Bila infus cairan dan elektrolit diberikan segera, penyembuhan
akan cepat terjadi.
2. Keracunan makanan
Keracunan karena mikroorganisme dapat berupa keracunan makanan (food
intoxication) dan infeksi (food infection) karena makanan yang terkontaminasi oleh
parasit atau bakteri patogen. Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjadi karena
makanan tercemar toksin. Toksin bisa berupa eksotoksin yaitu toksin yang dikeluarkan
oleh mikroorganisme yang masih hidup; enterotoksin yaitu toksin yang spesifik bagi
lapisan lendir usus seperti tahan terhadap enzim tripsin dan stabil terhadap panas;
aflatoksin/toksoflavin seperti pada kasus keracunan tempe bongkrek.
Keracunan makanan oleh eksotoksin dapat terjadi karena makanan nonasam dalam
kaleng (sayuran, buah-buahan, daging) yang diproses kurang sempurna sehingga bakteri
Clostridium botulinum atau sporanya masih dapat tumbuh. Gejala klinis keracunan
makanan oleh eksotoksin antara lain muntah, penglihatan ganda, kelumpuhan otot,
terkadang diare, sakit perut, nyeri otot, pupil membesar, sukar menelan, dan lemah.
Gejala ini timbul dalam waktu 8 jam sampai 8 hari.
Penanganan
Usahakan muntah dengan diberi karbon aktif atau natrium bikarbonat. Jika tidak
terjadi diare, lakukan pengurasan lambung dengan memberikan air hangat 1-2 L atau
larutan garam 5-10 ml/kg BB untuk anak-anak lalu dilanjutkan dengan pemberian
karbon aktif. Kemudian lakukan pembersihan usus dengan obat laksan senyawa
garam seperti Mg-sulfat atau Na-sulfat.
Lakukan pemeriksaan darah untuk menentukan jenis toksin.
Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan.
3. Keracunan bisa ular
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular
dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang
taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk
menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan
sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang
termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa
merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah
sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi unggal,
tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas
enzimatik.
Penanganan
Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular
sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri
atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah
untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari
komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi
gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan
medis.
Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas;
imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara
mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena
pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran
darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan
Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan
penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan
senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah
peningkatan penyerapan bisa.
Pengobatan gigitan ular
Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular.
Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran
darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan
daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena
tidak terbukti manfaatnya.
Terapi yang dianjurkan meliputi: Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal
atau air steril, Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun
elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian
tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan
gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi
ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu Penggunaan torniket
tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat
menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan
nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan
resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan
shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba
memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot
rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka
diberikan satu dosis toksoid tetanus.
Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.
Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka
sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia,
antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular.
Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang
luas.
4. Keracunan baygon
Baygon termasuk kedalam racun serangga ( insektisida ). Berdasarkan struktur
kimianya insektisida dapat digolongkan menjadi :
Insektisida golongan fospat organik ; seperti : Malathoin, Parathion, Paraoxan ,
diazinon, dan TEP.
Insektisida golongan karbamat ; seperti : carboryl dan baygon
3. Insektisida golongan hidrokarbon yang diklorkan ; seperti ,DDT endrin ,
chlordane, dieldrin dan lindane.
Keracunan akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan pecobaan
bunuh diri , jarang sekali akibat pembunuhan
Gejala-gejala keracunan:
Manifestasi utama keracunan adalah gangguan penglihatan , gangguan pernafasan dan
hiper aktif gastro – intestinal.
a. Keracunan Akut;
Gejala – gejala timbul 30 – 60 menit dan mencapi maksimum dalam 2 – 8 jam.
Keracunan ringan
Anoreksia , sakit kepala , pusing , lemah , ansietas , tremor lidah dan kelopak
mata , miosis, penglihatan kabur.
Keracunan Sedang :
Nausia, Salivasi, lakrimasi , kram perut , muntah – muntah , keringatan , nadi
lambat dan fasikulasi otot.
Keracunan Berat
Diare , pin point , pupil tidak bereaksi , sukar bernafas, edema paru , sianons ,
kontrol spirgter hilang , kejang – kejang , koma , dan blok jantung.
b. Keracunan Kronis
Penghambatan kolinesterase akan menetap selama 2 – 6 minggu
( organofospat ). Untuk karbamat ikatan dengan AChE hanya bersifat sementara dan
akan lepas kembali setelah beberapa jam ( reversibel ).
Keracunan cronis untuk karbomat tidak ada. Gejala – gejala bila ada
menyerupai keracunan akut yang ringan , tetapi bila eksposure lagi dalam jumlah
yang kecil dapat menimbulkan gejala – gejala yang berat.
Kematian biasanya terjadi karena kegagalan pernafasan , dan pada penelitian
menunjukkan bahwa segala keracunan mempunyai korelasi dengan perubahan dalam
aktivitas enzim kholinesterase yang terdapat pada pons dan medulla ( Bajgor , 1971 ).
Kegagalan pernafasan dapat pula terjadi karena adanya kelemahan otot
pernafasan , spasme bronchus dan edema pulmonum.
Penanganan
Pada pasien yang sadar :
Kumbah lambung
Injeksi sulfas atropin 2 mg ( 8 ampul ) Intra muscular
30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA ( 2 ampul ) i.m , diulang tiap 30 menit
sampai artropinisasi
Setelah atropinisasi tercapai , diberikan 0 , 25 mg SA ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam
selama 24 jam .
Pada pasien yang tidak sadar:
Injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena ( 16 ampul )
30 menit kemudian berikan SA 2 mg ( 8 ampul ) i.m , diulangi setiap 30 menit
sampai sadar.
Setelah sadar , berikan SA 0,5 mg ( 2 ampul ) i.m sampai tercapai atropinisasi,
ditandai dengan midriasis , fotofobia, mulut kering , takikardi, palpitasi , tensi
terukur.
Setelah atropinisasi tercapai , berikan SA 0,25 mg ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam
selama 24 jam.
Pada Pasien Anak :
Lakukan tindakan cuci lambung atau membuat penderita muntah.
Lakukan pernafasan buatan bila terjadi depresi pernafasn dan bebaskan jalan
nafas dari sumbatan – sumbatan.
Bila racun mengenai kulit atau mukosa mata, bersihkan dengan air.
Atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015 – 0,05 mg / Kg BB secara intra vena
dan dapat diulangi setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala atropinisasi.
Kemudian berikan dosis rumat untuk mempertahankan atropinisasi ringan selama
24 jam.
Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 gram secara intra vena
sangat perlahan – lahan
Pengobatan simtomatik dan suportif.
5. Keracunan Minyak tanah
Gejala keracunan minyak tanah
Setelah cairan minyak tanah masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan beberapa
gejala. Berikut ini beberapa gejala akibat keracunan minyak tanah:
Mulut terasa panas dan seperti terbakar.
Saluran pernafasan terasa panas dan sesak, akibatnya batuk seperti tersedak.
Merasa mual yang hebat dan muntah.
Suhu badan meningkat.
Kepala mendadak pusing dan pandangan menjadi tidak jelas.
Pada fase gawat, jika terlambat ditangani maka akan berakibat pada paru-paru,
lambung juga sistem pencernaan.
Penanganan
Jangan panik saat mengetahui anak Anda telah meminum minyak tanah. Keracunan
minyak tanah akan lebih berbahaya terutama jika cairan minyak tanah masuk ke dalam
paru-paru. Berikut ini langkah-langkah penting untuk saat anak Anda mengalami
keracunan minyak tanah:
Segera membawa anak ke tempat yang lebih bersih dan tenang.
Usahakan anak tidak muntah. Ingat, muntah akan mengakibatkan cairan minyak
tanah akan lebih mudah menyebar di dalam tubuh, masuk ke saluran pernafasan dan
merusak paru-paru.
Beri minum air kelapa atau susu.
Bawa anak Anda ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan dan
perawatan yang lebih rinci dan teliti.
Keracunan minyak tanah ini jangan sampai terlambat penanganannya, karena cairan
minyak tanah ini bersifat tidak larut dalam air dan bisa merusak sistem pernafasan juga
pencernaan dalam tubuh.
6. Keracunan Aspirin
Aspirin atau obat yang mirip dengan Aspirin (salisilat) biasanya tidak dianjurkan
diberikan kepada anak-anak dan remaja karena memiliki resiko terjadinya sindroma
Reye. Tetapi pada penyakit tertentu (misalnya artritis rematoid juvenil) pemberian
Aspirin kepada anak-anak/remaja dibenarkan/diperlukan.
Aspirin ditemukan pada; Aspirin, Ecotrin, Anacin (kaplet dan tablet), Alka
Seltzer dan Bufferin. Overdosis Aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum
Aspirin dosis tinggi selama beberapa hari biasanya lebih berat.
Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak wintergreen (metil salisilat),
yang merupakan komponen dari obat gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat
meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok teh metil salisilat murni.
Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan pernafasan
yang cepat, hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang. Anak menjadi
mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan. Kadar Aspirin yang tinggi
dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa menyebabkan
dehidrasi.
Dilakukan pengurasan lambung sesegera mungkin. Jika anak dalam keadaan
sadar, diberikan arang aktif melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam
lambung.
Penanganan
Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin
(susu maupun jus buah).
Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan melalui infus.
Demam diatasi dengan kompres hangat.
Untuk mengatasi perdarahan bisa diberikan vitamin K1.
Prognosis tergantung kepada kadar salisilat dalam darah. Kadar yang bisa
menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya
sedikit yang fatal. Sebagian kematian disebabkan oleh bunuh diri dengan mengkonsumsi
obat secara overdosis oleh remaja maupun orang dewasa. Kematian pada anak akibat
mengkonsumsi obat atau produk rumah tangga yang toksik telah berkurang secara nyata
dalam 20 tahun terakhir, sebagai hasil dari kemasan yang aman dan pendidikan yang
efektif untuk pencegahan keracunan.
Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat perawatan medis yang
cepat dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang tepat, baik dan hati-hati pada
korban yang keracunan menjadi titik penting dalam menangani korban.
B. Saran
Bertolak dari besarnya bahaya dari demam berdarah terutama pada anak-anak, maka:
1. Kewaspadaan kita harus lebih ditingkatkan agar terhindar dari racun
2. Pilihlah makanan yang dimasak dengan sempurna sehingga terbebas dari
kuman atau jamur
3. Perlunya penyuluhan yang intensif dari tenaga kesehatan agar keracunan dapat
ditangani dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
http://igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/02/keracunan-makanan-yang-mengandung.html
http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/CegahRacunUmum.pdf
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/24/penatalaksanaan-keracunan-akibat-gigitan-ular-berbisa/
http://www.anneahira.com/keracunan-minyak-tanah.htm
http://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/keracunan-baygon/
http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/mengenal-penyebab-dan-gejala-keracunan-makanan-untuk-penanggulangan-yang-tepat/