tugas css diagnosis banding demam dengan ruam
DESCRIPTION
demam ruamTRANSCRIPT
DIAGNOSIS BANDING DEMAM DENGAN RUAM
1. Sistemik Lupus Erythematosus
- Definisi : Suatu penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan bisa dan bisa
menyerang berbagai organ termasuk sendi, ginjal, sel darah, dan system saraf pusat.
- Etiologi : penyebab tidak diketahui dengan pasti. Beberapa faktor termasuk predisposisi
genetik, hormone, lingkungan, berpotensi sebagai trigger gangguan regulasi imunitas.
Tubuh membentuk berbagai jenis antibodi, termasuk antibodi terhadap antigen nuklear
(ANAs), sehingga menyebabkan kerusakan berbagai organ.
- Epidemiologi : insidensi lupus tidak diketahui tetapi bervariasi dari lokasi dan etnik.
Prevalensi yang telah dilaporkan yaitu 4-250/100.000, prevalensi tinggi di Amerika, Asia,
Polynesia, Hispanic, & Afrika. Perempuan lebih sering daripada laki-laki dengan rasio 4:
1 sebelum pubertas dan 8 : 1 setelahnya.
- Manifestasu klinis
1. Demam
2. Lemah, lesu
3. Keabnormalan hematologi
4. Atralgia atau arthtrits
5. Ruam
6. Penyakit ginjal
7. Manifestasi kutaneus : adanya ‘malar’ atau ‘butterfly rash’ pada pipi dan bagian
hidung, biasanya semakin memburuk jika terkena sinar matahari.
8. Lesi discoid
9. Vaskulitis yang terlihat erupsi macula yang kemerahan (pada bagian jari, telapak
tangan, dan tumit) adanya purpura, livedo reticularis, raynaud phenomenon.
10. Hepatosplenomegali, limfadenopati
11. Manifestasi saluran cerna dikarenakan adanya vaskulitis (nyeri, diare,melena,
inflamasi usus, hepatitis
12. Manifestasi neurologi : disfungsi kognitif
- Diagnosis : dilakukan dari pemerikssaan manifestasi klinis dan hasil laboratorium.
Adanya 4 dari 11 kriteria. Berdasarkan criteria American Collage of Rheumatology
(ACR).
- Terapi : tergantung organ yang terkena dan keparahan penyakit.
Non Farmakologis
1. Edukasi
a. Edukasi penderita memegang peranan penting mengingat SLE merupakan
penyakit yang kronis. Penderita perlu dibekali informasi yang cukup tentang
berbagai macam manifestasi klinis yang dapat terjadi, tingkat keparahan penyakit
yang berbeda-beda sehingga penderita dapat memahami dan mengurangi rasa
cemas yang berlebihan. Pada wanita usia reproduktif sangat penting diberikan
pemahaman bahwa bila akan hamil maka sebaiknya kehamilan direncanakan saat
penyakit sedang remisi, sehingga dapat mengurangi kejadian flare up dan risiko
kelainan pada janin maupun penderita selama hamil.
b. Dukungan sosial dan psikologis. Hal ini bisa berasal dari dokter, keluarga, teman
maupun mengikut sertakan peer group atau support group sesama penderita lupus.
Di Indonesia ada 2 organisasi pasien Lupus, yakni care for Lupus SD di Bandung
dan Yayasan Lupus Indonesia di Jakarta. Mereka bekerjasama melaksanakan
kegiatan edukasi pasien dan masyarakat mengenai lupus. Selain itu merekapun
memberikan advokasi dan bantuan finansial untulk pasienyang kurang mampu
dalam pengobatan.
c. Istirahat
Penderita SLE sering mengalami fatigue sehingga perlu istirahat yang cukup,
selain perlu dipikirkan penyebab lain seperti hipotiroid, fibromialgia dan depresi.
d. Tabir surya
Pada penderita SLE aktifitas penyakit dapat meningkat setelah terpapar sinar
matahari, sehingga dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari yang
berlebihan dan menggunakan tabir surya dengan SPF > 30 pada 30-60 menit
sebelum terpapar, diulang tiap 4-6 jam.
e. Monitor ketat
f. Penderita SLE mudah mengalami infeksi sehingga perlu diwaspadai bila terdapat
demam yang tidak jelas penyebabnya. Risiko infeksi juga meningkat sejalan
dengan pemberian obat immunosupresi dan kortikosteroid. Risiko kejadian
penyakit kejadian kardiovaskuler, osteoporosis dan keganasan juga meningkat
pada penderita SLE, sehingga perlu pengendalian faktor risiko seperi merokok,
obesitas, dislipidemia dan hipertensi.
Farmakologis
1. Antikoagulan : untuk thrombosis
2. Kortikosteroid (1-2 mg/kg/24 hr) : memperbaiki penyakit ginjal, demam ,
dermatitis, efusi pleura
3. Anti inflamasi non steroid
4. Anti malaria : untuk lupus diskoid
- Komplikasi : infeksi, nefritis, penyakit system saraf pusat, perdarahan paru-paru, infark
myocardium,
2. Kawasaki Disease
- Definisi : Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang tidak biasa dengan dasar adanya
peradangan pembuluh darah di seluruh tubuh.
- Epidemiologi : hampir selalu menyerang anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Anak
laki laki lebih banyak terserang daripada anak perempuan
- Etiologi : belum diketahui, kemungkinan akibat infeksi (virus atau bakteri). Terdapat
kecenderungan kearah faktor herediter/keturunan sehingga misalnya lebih sering
ditemukan pada keturunan Jepang.
- Manifestasi klinis :
Pertama timbul demam dan rewel.Demam timbul cepat dan naik turun dari sedang
(101 – 104 F) sampai tinggi ( di atas 104 F). Kelenjar getah bening di salah satu
sisi leher membengkak.
Ruam atau bercak merah biasanya timbul pada fase awal penyakit, pada beberapa
pasien banyak di sekitar selangkangan. warna merah terang, dapat berbatas tegas
dengan berbagai ukuran atau beberapa ruam menyatu menjadi besar. Demam naik
turun bisa selama 3 minggu. Peradangan pada kedua mata (mata merah) biasanya
tanpa kotoran, timbul pada minggu pertama masa sakit.
Lidah menjadi merah dan timbul bintil bintil “strawbeey tongue” Bibir menjadi
kering dan pecah, sering berwarna merah. Selaput lendir mulut menjadi lebih
merah.
Telapak tangan dan telapak kaki merah. Tangan dan kaki dapat membengkak.
Kadang kadang terjadi leher kaku (kaku kuduk). Akibat berbagai gejala dan tanda
ini anak jadi rewel dan merasa tidak nyaman.
Saat demam mereda , ruam, mata merah dan pembesaran kelenjar getah bening
berturut akan menghilang. Kulit mulai mengelupas di sekitar jari tangan dan kaki,
biasanya mulai minggu ketiga. Pengelupasan ini bisa berbentuk potongan
potongan besar atau satu buah saja. Lutut, pinggul dan mata kaki makin meradang
dan nyeri.
Kadang kadang nyeri sendi dan peradangan menetap walaupun gejala lain sudah
hilang. Pada fase penyembuhan timbul garis melintang di kuku jari kaki dan jari
tangan yang dapat berlangsung selama beberapa bulan sampai kuku tersebut
hilang.
- Diagnosis : didasarkan pada adanya karateristik dari tanda klinis. Pemeriksaan darah
untuk melihat adanya anemia, peningkatan jumlah sel darah putih serta peningkatan laju
endap darah yang menandakan adanya peradangan pembuluh darah. Peningkatan
trombosit, suatu unsur yang penting bagi pembekuan darah juga dapat dijumpai.
Pemeriksaan urin bisa menunjukkan adanya sel darah putih. Pada pemeriksaan EKG
(elektrokardiogram) dapat ditemukan irama jantung yang tidak teratur, serta tanda lain
yang menunjukkan keterlibatan jantung. Ekokardiografi (USG jantung) perlu dilakukan
untuk melihat kelainan jantung dan pembuluh darah jantung (arteri koroner).
- Terapi :
Stage akut
diberikan intravenous immunoglobulin (IVIG) 2 g/kg/over 10-12 hari dengan
aspirin dosis tinggi 80-100 mg/kg/harisetiap 6 hari secara oral sampai 14 hari
Stage convalesens
Aspirin 3-5 mg/kg tiap hari secara oral sampai 6-8 minggu setelah onset sakit
Terapi jangka panjang
Aspirin 3-5 mg/kg/ setiap hari sekali secara oral, clopidogrel 1 mg/kg/hari
Thrombosis koroner akut
Terapi fibrinolitik dengan activator plasminogen jaringan, streptokinase, atau
urokinase.
- Komplikasi : thrombosis atau stenosis, miokardial infarction, penyakit atherosclerosis
jantung
3. Demam Reumatik Akut (DRA)
- Komplikasi nonsupuratif infeksi streptococcus beta hemolitikus grup A di faring yang
diperantarai oleh respon imunologis tipe lambat. Biasanya timbul 1-5 minggu (rata-rata 3
minggu) sesudah infeksi tersebut.
- Faktor predisposisi :
Riwayat keluarga dengan demam reumatik
Social ekonomi rendah dan lingkungan yang buruk
Usia 6-15 tahun (terbanyak usia 8 tahun)
- Diagnosis :
Kriteria diagnosis DRA :
Manifestasi mayor Manifestasi minor
Poliarthritis Demam
Karditis Poliartralgia
Korea Sydenham Acute phase reactan meningkat (LED,
leukosistosis)
Eritema marginatum
Nodul subkutan
a. Poliarthtritis
Melibatkan lebih dari 1 sendi besar : lutut, mata kaki, sendi siku, pergelangan,
bersamaan atau bergantian, berpindah (poliarthtritis migrant)
Terdapat tanda radang pada sendi yang terkena
b. Karditis 1 dari 4 kriteria :
Bising jantung organic, sering berupa apical holosystolic murmur dan basal early
diastolic murmur. Pemeriksaan ecocardiografi menunjukan insufisiensi aorta atau
mitral saja tanpa terdapat bising jantung organic tidak dapat disebut sebagai karditis.
Pericarditis (friction rub, efusi pericardium, nyeri dada, perubahan EKG)
Kardiomegali pada footo thoraks
Gagal jantung congestif
c. Eritema marginatum
Berupa macula atau papula kemerahan yang berbatas tegas, menyebar secara
melingkar atau serpiginosa, tidak sakit atau gatal, hilang pada penekanan.
Terutama pada badan dan proksimal ekstremitas bagian dalam tidak pernah ada di
wajah.
d. Nodul subkutan
merupakan nodul bulat, keras, tidak nyeri, tidak gatal, dan mudah digerakan dengan
diameter 0,2-2 cm.biasanya simetris pada daerah ekstensor sendi siku, pergelangan
tangan dan kaki, tendon achiles, lutut, kepala, dan sepanjang tulang belakang.
e. Korea Sydenham
Dimulai dengan emosi yang labil, dan perubahan kepribadian.
Gerakan spontan tidak terkoordinasi, tanpa tujuan, disertai kelemahan otot, bicara
cadel
- Dasar diagnosis
Criteria WHO tahun 2002-2003 untuk diagnosis demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik/PJR
Kategori diagnostik kriteria
Demam reumatik serangan pertama
Demam reumatik serangan ulangan tanpa
PJR
Demam reumatik serangan ulangan dengan
PJR
Korea reumatik
2 mayor atau 1 mayor dan 2 minor
ditambah dengan bukti infeksi
streptocoocus beta hemolitikus grup A
sebelumnya
2 mayor atau 1 mayor dan 2 minor
ditambah dengan bukti infeksi
streptocoocus beta hemolitikus grup A
sebelumnya
2 minor ditambah dengan bukti infeksi
streptocoocus beta hemolitikus grup A
sebelumnya
Tidak diperlukan criteria mayor lainnya
atau bukti infeksi streptocoocus beta
hemolitikus grup A sebelumnya
PJR (stenosis mitral murni atau kombinasi
dengan insufisiensi mitral dan /atau
gangguan katup aorta)
Tidak perlu criteria lainnya untuk
mendiagnosis sebagai PJR
Bukti infeksi streptocoocus beta hemolitikus grup A
- Peningkatan ASTO >120-400 IU dan antideoksiribonuklease >60-600 atau
- Riwayat demam scarlet baru-baru ini
- Kultur apus tenggorok (+)
- Pemanjangan PR interval pada EKG
- Terapi :
Eradikasi kuman : Benzatin Penicillin G, jika alergi maka diganti dengan eritromisin,
penicillin V
Terapi antiinflamasi : paracetamol, salisilat (untuk arthritis), prednisone (untuk
karditis)
Untuk korea Sydenham : pengurangan aktivitas dan gangguan emosi, benzatin
penicillin G, pada kasus berat diberikan salah satu dari haloperidol, asam valproat,
klorpromazin, diazepam atau steroid.
Tirah baring
4. Herpes Simplex Virus (HSV)
- Etiologi : Herpes simpleks virus
- Manifestasi klinis :
Masa inkubasi : 2-20 hari
Vesikel kulit dan ulkus yang dangkal
Vesikel kecil 2-4 mm dengan dasar kemerahan di sekelilingnya selama beberapa
hari, kemudian menjadi ulkus yang dangkal sedikit kemerahan.
Gingivostomatitis : onset tiba-tiba, nyeri di mulut, drooling, sulit makan minum,
demam, gusi membengkak, dapat timbul vesikel pada gusi, bibir, langit-langit, lidah,
tonsil dan faring, serta bau mulut. Kemudian vesikel berkembang menjadi ulkus
berindurasi yang tertutupi membrane kuning keabuan.
Vulvovaginitis
Infeksi kulit lainnya
Infeksi pada mata
Infeksi pada SSP
- Diagnosis
Pemeriksaan penunjang : kultur virus, PCR, serologis
- Management :
Asiklovir iv merupakan obat pilihan pada HSV endefalitis dan HSV imunokompromais.
Dosis asiklovir untuk anak 3 bulan-12 tahun, 20 mg/kgBB/kali tiap 8 jam dan untuk anak
>12 tahun, 10 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
Asiklovir p.o untuk gingivostomatitis : 15mg/kgBB/dosis 5x/hari selama 7 hari
5. Meningocoxemia
- Etiologi : Neisseria meningitidis (kuman Gram negatif )
- Masa inkubasi : 2-10 hari
- Manifestasi klinis :
Infeksi nasofaring ringan
Bakteriemia tanpa sepsis
Meningokoksemia fulminan tanpa meningitis
Meningitis dengan/tanpa mening okoksemia
Meningokoksemia kronik
- Masa prodromal berupa nyeri tenggorokan, 2-8 jam kemudian diikuti dengan
demam tinggi, nausea dan diare.
- Ruam berupa petekie pada kulit, jarang di membran mukosa. Berwarna merah,
papula/ makula terdapat pada ekstremitas dan badan.
- Diagnosis : Pewarnaan Gram dan kultur dari darah, lesi kulit dan cairan serebrospinal.
- Diagnosis banding : Bakteriemia akut, endokarditis, demam rematik, purpura Henoch
Schonlein, campak atipik dan rocky mountain spotted fever.
- Terapi :
Inisial terapi dengan antibiotik ampisilin dan kloramfenikol atau sefalosporin
generasi ketiga. Setelah hasil kultur positif maka diberikan penisilin G 250.000 –
300.000 U/kg/hari dibagi dalam 6 kali pemberian selama 7-10 hari. Jika alergi
terhadap penisilin, diberikan kloram fenikol 100 mg/kg/hari (maksimal 4 gram/hari).
Suportif, mencegah komplikasi.
6. Impetigo
- Definisi : Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil berisi nanah (pustula).
- Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang
dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering ditemukan di wajah,
lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya.
Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernapasan atas (misalnya flu atau
infeksi virus lainnya).
- Etiologi : Streptococcus grup A, stafilokokus (jarang).
- 2 tipe impetigo : impetigo bullous (blister-blister yang besar) dan impetigo non bullous
(krusta)
- Manifestasi klinis :
Tidak terdapat gejala prodromal.
Lesi biasanya terbatas pada kulit.
Dapat terjadi limfadenopati.
Erupsi berupa vesikel yang pecah dengan cepat membentuk erosi purulen, ditutupi
oleh krusta yang keras berwarna seperti madu. biasanya pada muka, tangan atau
kepala. Lesi dapat tunggal atau banyak.
Pada impetigo bulosa, bula yang flaksid dapat dipenuhi oleh pus.
- Terapi : antibiotik
7. Streptococcal Scaled Skin Syndrome (SSSS)
- Etiologi : Staphyllo-coccus aureus (menghasil kan toksin eksfoliatif ).
- Focus infeksi : Faringitis purulen, rinitis, konjungtivitis, luka atau infeksi umbilical pada
neonatus.
- Manifestasi klinis :
Gejala prodromal berupa demam dan iritabel.
Ruam berupa makula eritem tampak perttama kali di sekitar mulut dan hidung. Kulit
tampak halus yang kemudian menyebar generalisata dan kemudian tampak seperti
"sandpaper".
Lesi terutama pada daerah fleksor, terutama lipat paha, aksila dan leher.
Setelah 1-2 hari kulit menjadi berkerut dan dapat terjadi bula, mudah mengelupas
(Nikolsky’s sign), kulit nyeri bila disentuh. Selanjutnya 2-3 hari permukaan kulit
menjadi kering dan berkrusta.
Penyembuhan terjadi setelah 10-14 hari.
- Diagnosis : Kultur dari kulit dan cairan bula.
- Komplikasi : Sepsis dan endokarditis bakterialis.
- Terapi :
Suportif, mencegah sepsis, balans cairan dan elektrolit.
Antibiotik resisten penisilinase.
Kortikosteroid merupakan kontraindikasi mutlak karena dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas.
Krim emolien dapat mengurangi rasa nyeri pada kulit yang terkelupas.
8. Erisipelas
- Etiologi : streptokokus grup A
- Faktor resiko : trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada
pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getal bening.
- Manifestasi klinis : Infeksi ini paling sering menyerang wajah, lengan atau tungkai.
Kelainan yang timbul berupa ruam merah dan licin, kulit dibawahnya sangat merah,
terasa nyeri, membengkak dan teraba hangat, disertai lepuhan-lepuhan kecil.
Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi seringkali membesar dan terasa
nyeri. Pada infeksi yang berat, bisa terjadi demam dan menggigil.
- Diagnosis : ditegakan berdasarkan temuan klinis dan biasanya tidak perlu di biopsi
- Terapi : Untuk infeksi ringan, digunakan penicillin atau erythromycin per-oral (melalui
mulut) selama 2 minggu. Untuk infeksi berat, biasanya diberikan suntikan antibiotik.
- Komplikasi : Pada beberapa pasien, bakteri dapat melakukan perjalanan ke darah,
menyebabkan kondisi yang disebut bakteremia. Infeksi dapat menyebar ke sendi, tulang
dan katup jantung.
Komplikasi lainnya termasuk: Syok septik dan kambuhnya infeksi.
Sebaiknya periksakan ke dokter jika ada lesi kulit dengan fitur erisipelas.
- Pencegahan : Menjaga kulit yang sehat dengan menghindari kulit kering dan mencegah
luka dan goresan dapat mengurangi risiko penyakit ini.
9. Selulitis
- Definisi : infeksi pada kulit dan jaringan di bawah kulit
- Etiologi : bakteri streptococcus, staphylococcus
- Faktor resiko :
Luka di kulit
Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, atau gigitan manusia
Riwayat diabetes dan penyakit pembuluh darah perifer
Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid
Setelah melakukan prosedur paru-paru, jantung, atau gigi
- Manifestasi klinis :
Dapat ditandai dengan reaksi peradangan pada kulit yang nyeri, bengkak, hangat dan
merah. Jika reaksi peradangan meluas, dapat timbul demam. Pembesaran kelenjar getah
bening di sekitar kulit yang terinfeksi.
Gejala lain seperti : ruam kulit, kelelahan, nyeri pada otot, mual muntah
- Terapi :
Pengobatan yang tepat bisa mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Biasanya penderita akan diberikan penicillin atau obat jenis penicillin lain
seperti cloxacillin. Bila infeksinya ringan maka bisa diberi sediaan per-oral (ditelan).
Sebelum diberi sediaan per-oral biasanya pasien terlebih dahulu diberi suntikan
antibiotik, bila pasien sudah lanjut usia, demam tinggi, selulitis menyebar dengan
cepat ke bagian organ lain.
Obat anti nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen
10. Furunkulosis
- Definisi : infeksi lebih dari satu folikel rambut dan jaringan sekitarnya.
- Etiologi : staphylococcus aureus
- Faktor Predisposisi :
Paparan zat kimia
Diabetes mellitus
Terapi imunosupresi
Luka
Kelembaban
Obesitas
Kosmetik oklusif
Kebersihan yang kurang baik
Penyakit kulit
Pakaian ketat
- Epidemiologi :
Dapat terjadi sekunder terhadapdermatosis lain
Sering mengenai anak-anak
Sering terjadi pada kulit yang mengalami gesekan, tekanan dan iritasi local atau pada
daerah yang lembab
- Manifestasi klinis :
Pada permulaan penderita merasa gatal , lesi menjadi nyeri saat ditekan atau diusap
Dijumpai lesi berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut dan terdapat pustule,
kemudian menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik.
- Diagnosis :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kultur dari luka
- Terapi
Umum
Menjaga higienitas tubuh
Menghindari garukan, gesekan, dan tekanan terhadap kulit
Mencuci pakaian, handuk dan alas kasur yang telah terkena lesi dengan air panas
Khusus
Topical :
kompres dengan Nacl 0,9 %
Antibiotic topical : basitrasin, neomisin, asam fusidat
Sistemik :
Antibiotic oral : eritromisin, penisilin
- Komplikasi : furunkel maligna, bakteremia,
Referensi :
1.Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook of pediatrics. Ed :18th. Saunder-
elsever . America : 2007.
2. Ilmu Kesehatan Anak. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Editor : Garna H, Nataprawira HM,
Ed : 4th. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad RSUP Hasan Sadikin-
Bandung:2012.
3.Tuti Rahayu, Alan R. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut pada Anak.2002 ;
4 :104-113.
4.World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bakti
Husada.
5.Wachyudi G Rachmat. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik. Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran