tugas anfisman print

Upload: haery-as-sazali

Post on 19-Jul-2015

200 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUMAN ANATOMY AND PHYSIOLOGY TASK I. TASK I (REVIEW) 1. Anatomy is the study of structure and shape of the body and body parts and their relationship to one other. while physiology is the study of how the body and its part work and function. 2. Anatomy and physiology always related. the part of your body are combined arranged to form a well-organized unit, and each of those parts has a job to do to make the body operate as a whole structure determine what functions can take place. example : the lung are not muscular chamber like heart and cannot pump blood through the body, but because he wall are of their sacs are very thin, they can exchange gases and provide oxygen to the body. 3. Homoestasis describe the body ability maintain relatively stable internal condition even though the outside world is continusly changing. although the literal translation of homeostasis is unchanging. the term does not to really mean an unchanging state instead, it indicates a dynamic state of equilibrium or a balance in which internal condition change and vary, but always within relatively narraow limits. 4. The homeostasis control mechanism : receptor control center effector stimuli reseptor control center efffector response 5. a. The breastbone is anterior to the spine b. The eyes are lateral to the nasal bone c. The humerus is didstal to the clavicle d. The neck is medial to the clavicle e. The cor is posterior to the heart

f. The hair are superficial to the skin or skull bone g. The stomach is inferior to the lungs 6. Kind of section would have to to be made to cut the brain into anterior and posterior is frontal / lateral plane. 7. Kind of section would have to be made to cut the brain into superior and inferior is transverse plane. 8. The difference between dorsal body cavity ann ventral body cavity. no Difference define Dorsal body cavity Ventral body cavity

The space inside bone Extend from the cranial skull cavity nearly to the end of the vertebrate column

Kind

a. b.

cranial cavity spinal cavity

a) superior thoracic cavity (STC) b) abdominalpelvic cavity : superior abdominal

cavity (SAC) inferior pelvic cavity (IPC) STC : lungs, heart SAC : stomach, liver, intestine. IPC : reproductive

Organ consist

a. cranial : brain b. spinal : spinal cord

organ, gall bladder.

9.

Four quadrant of the body 1. Right upper quadrant

2. Left upper quadrant 3. Right lower quadrant 4. Left lower quadrant 10. nine section of abdominal pelvic region Right hypochondriac Epygastric (pancreas) region Left hypochondriac

region (heart)

region (stomach) region Left lumbar region (left intestine, left

Right lumbar region Umbilical

(right large intestine, (small intestine, gall large right small intestine) Right iliac bladder)

small intestine) region Left iliac region

region Hypogastric (rectum, anus)

(apendix)

urethra, (intestine)

II.

TASK II (SKELETAL SYSTEM) 1. Macam-macam tulang berdasarkan bentuknya a. Tulang pipih contoh : tulang tengkorak, tulang iga, tulang dada, tulang ischium. b. Tulang panjang contoh: Tulang tungkai, tulang extremitas c. Tulang pendek Contoh : Tulang pergelangan tangan (karpal, metacarpal, dan phalanges), tulang pergelangan kaki (tarsa;, metatarsal, dan phalanges) d. Tulang tak beraturan Contoh : columna vertebralis, tulang osikel telinga.

2. Nama-nama / bagian penyusun tulang tengkorak a. Neurocranium Temporal bone (jumlah sepasang) Parietal bone (jumlah sepasang) Frontal bone (1) Occipital Bone (1) Sphenoidal bone (1) Ethmoid bone (1) b. Facial bone Nasal bone (tulang hidung) Zygomatic bone (tulang pipi) Maxilla (rahang atas) Mandibulla (rahang bawah) Inferior nasala koncha Middle concha of ethmoid bone Lacrimal bone (tulang air mata) Vomer (sekat lubang hidung) 3. Fontanel adalah berupa jaringan ikat fibrosa yang menhubungkan tulang cranial (tengkorak) Macam-macam fontanel a. Fontanel anterior : ukurnnya lebih besar dari fontanel posterior, terletak di antara parietal bone dengan frontal bone b. Fontanel posterior : lebih kecil dari fontanel anterior, terletak di antara parietal bone dengan occipital bone c. Fontanel sphenoidal (antero lateral / latero antero) d. Fontanel masthoid (postero lateral / latero postero) 4. Macam-macam foramen a. Foramen magnum b. Foramen juguklar

c. Foramen ovale

III.

TASK III (system pernapasan) 1. Tuliskan ciri-ciri dan struktur anatomi bagian konduksi atau penhantar dan bagian respirasi penyusun system respirasi.! a. Bagian Konduksi, Meliputi rongga hidung, Nasofaaring, Laring, Trakea, Bronkus, Bronkiolous dan Bronkiolus terminalis. Rongga hidung Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh. epitel olfaktori, khas pada konka superior Sinus paranasalis Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan

langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung. Faring Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng. Laring Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda. epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa epitel respiratori

Trakea Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan. Bronkus Mukosa bronkus secara tructural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin. Bronkiolus Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat

juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor. epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada lamina propria b. Bagian Respirasi, Meliputi Bronkiolus Respiratorius, Dukuts Alveolaris, Dan Alveolus. Alveolus Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara. Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru. Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang

bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

Bronkiolus respiratorius Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius. Duktus alveolaris Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.

2. Sebut dan jelaskan pembuluh darah dan pembuluh limpa pada paruparu.! Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabangcabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabangcabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel pembuluh limpa mengikuti arteria dan vena bronkialis dan pulmonalis, mereka juga terdapat dalam septa interlobalis dan semuanya mengalir ke nodus limpatikus pada daerah hilus. jaringan limpatik ini dinamakn pembuluh limfa profunda untuk membedakan dengan jaringan limfa superficial yang terdiri atas pembulu-pembuluh limfa pada daerah ini mengalirkan limfa ke hilus pada bagian terminal percabangan bronkus dan di luar duktus alvoelaris, pembuluh limfa tidak ada.S

3. Deskripsikan tentang makrofage pada system respirasi.! Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah : - Gerakan mukosiliar. - Faktor humoral lokal. - Reaksi sel. - Virulensi dari kuman yang masuk. - Reaksi imunologis yang terjadi.

4. Deskripsikan tentang pleura.! Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan elastin.

IV.

TASK IV (system urinaria)

1. Struktur Ginjal dan Fungsinya: a. Struktur Makro: 1) Jaringan ikat pembungkus menyelubungi ginjal, terdiri dari: 1. Fasia renal merupakan pembungkus terluar yang

mempertahankan posisi organ. 2. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal. 3. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas. 2) Hilus adalah tingkat cekungan tepi ginjal. 3) Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena, arteri renalis, saraf, dan limfatik. 4) Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urin pada ginjal. 5) Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medula dalam dan korteks luar. 1. Medula terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari tiap piramida, papila, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus oleh mulut duktus pengumpul urin. 2. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulustubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.

Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berlekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya. b. Struktur Mikro Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki satu komponen vaskular (piler) dan satu komponen tubular. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal. a. Lapisan viseral kapsula Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel lapisan viseral dimodifikasi menjadi podosit (sel-sel seperti kaki) yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapiler glomerular. Lapisan parietal kapsula Bowman membentuk tepi luar korpuskel ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriola eferen keluar dari glomerulus. Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus kontortus proksimal. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan) dan membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa Henle.

Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul

membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urin dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih (vesika urinaria).

2. Proses pembentukan urine Mula-mula darah yang mengandung air, garam, glukosa, urea, asam amino, dan amonia mengalir ke dalam glomerulus untuk menjalani proses filtrasi. Proses ini terjadi karena adanya tekanan darah akibat pengaruh dari mengembang dan mengkerutnya arteri yang memanjang menuju dan meninggalkan glomerulus. Akhir filtrasi dari glomerulus ditampung di kapsula Bowman dan menghasilkan filtrat glomerulus atau urine primer. Secara normal, setiap hari kapsula Bowman dapat menghasilkan 180 L filtrat glomerulus. Filtrat glomerulus atau urin primer masih banyak mengandung zat yang diperlukan tubuh antara lain glukosa, garam-garam, dan asam amino. Filtrat glomerulus ini kemudian diangkut oleh tubulus kontortus proksimal. Di tubulus kontortus proksimal zat-zat yang masih berguna direabsorbsi. Seperti asam amino, vitamin, dan beberapa ion yaitu Na+, Cl-, HCO3-, dan K+. Sebagian ion-ion ini diabsorbsi kembali secara transport aktif dan sebagian yang lain secara difusi.

Selain reabsorbsi, di dalam tubulus juga berlangsung sekresi. Seperti K , H , NH4+ disekresi dari darah menuju filtrat. Selain itu, obat-obatan seperti penisilin juga disekresi dari darah. Sekresi ion hidrogen (H+) berfungsi untuk mengatur pH dalam darah. Misalnya jika di dalam darah terlalu asam maka ion hidrogen disekresikan ke dalam urin. Demikian juga sekresi K+ berfungsi untuk menjaga mekanisme homeostasis. Apabila konsentrasi K+ dalam darah tinggi, dapat menghambat rangsang impuls serta menyebabkan kontraksi otot dan jantung menjadi menurun dan melemah. Oleh karena itu, K+ kemudian disekresikan dari darah menuju tubulus renalis dan dieksresikan bersama urin. Pada saat terjadi proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang tubulus renalis secara otomatis juga berlangsung pengaturan konsentrasi pada urin. Sebagai contoh, konsentrasi garam diseimbangkan melalui proses reabsorbsi garam. Di bagian lengkung Henle terdapat NaCl dalam konsentrasi yang tinggi. Keberadaan NaCl ini berfungsi agar cairan di lengkung Henle senantiasa dalam keadaan hipertonik. Dinding lengkung Henle descending bersifat permeabel terhadap air, akan tetapi impermeabel untuk Na dan urea. Konsentrasi Na yang tinggi ini menyebabkan filtrat terdorong ke lengkung Henle bagian bawah dan air bergerak keluar secara osmosis. Di lengkung Henle bagian bawah, permeabilitas dindingnya berubah. Dinding lengkung Henle bagian bawah menjadi permeabel terhadap garam dan impermeabel terhadap air. Keadaan ini mendorong filtrat untuk bergerak ke lengkung Henle ascending. Air yang bergerak keluar dari lengkung Henle descending dan air yang bergerak masuk di lengkung Henle ascending membuat konsnetrasi filtrat menjadi isotonik. Setelah itu, filtrat terdorong dari tubulus renalis menuju duktus koolektivus. Duktus kolektivus bersifat permeabel terhadap urea. Di sini urea keluar dari filtrat secara difusi. Demikian juga dengan air+ +

yangbergerak keluar dari filtrat secara osmosis. Keluarnya air ini menyebabkan konsentrasi urin menjadi tinggi. Dari duktus kolektivus, urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir ke melalui ureter menuju vesika urianria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urin sementara. 3. Pengaturan volume urin dilakukan melalui mekanisme hormonal dan mekanisme pengkonsentrasian urin ginjal. a. Mekanisme hormonal 1) Antidiuretik hormon (ADH) meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus terhadap air sehingga mengakibatkan terjadinya reabsorbsi dan volume urin menjadi sedikit. a) Sisi sintesis dan sekresi. ADH disintesis oleh badan sel saraf dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan disimpan dalam serabut saraf hipofisis posterior. ADH kemudian dilepas sesuai impuls yang sampai pada serabut saraf. b) Stimulus pada sekresi ADH i. Osmotik Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan intraselular yang menyelubunginya. Peningkatan osmolaritas plasma, seperti yang terjadi saat dehidrasi, menstimulasi osmoreseptor untuk mengirim impuls ke kelenjar hipofisis posterior agar melepas ADH. Air diabsorbsi kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan urin kental dengan volume sedikit.

Penurunan osmolaritas plasma mengakibatkan berkurangnya sekresi ADH, berkurangnya reabsorbsi air dari ginjal, dan produksi urin encer yang banyak. ii. Volume dan tekanan darah. Baroreseptor dalam pembuluh darah (di vena, atrium kanan dan kiri, pembuluh pulmonary, sinus karotid, dan lengkung aorta) memantau volume darah dan tekanan darah. Penurunan volume dan tekanan darah meningkatkan sekresi ADH; peningkatan volume dan tekanan darah menurunkan sekresi ADH. iii. Faktor lain Nyeri, kecemasan, olah raga, analgesik narkotik, dan barbiturat meningkatkan sekresi ADH. Alkohol menurunkan sekresi ADH.

b. Sistem arus bolak-balik dalam ansa Henle dan vasa rekta memungkinkan terjadinya reabsorbsi osmotik air dari tubulus dan duktus kolektivus ke dalam cairan interstisial medularis yang lebih kental di bawah pengaruh ADH. Reabsorbsi air memungkinkan tubuh untuk menahan air sehingga urin yang dieksresikan lebih kental dibandingkan cairan tubuh normal.

4. Penyakit dan gangguan pada sistem urinaria a. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (biasanya Escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi atau akibat iritasi mekanik pada kandung kemih. b. Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus. 1) Glomerulonefritis akut sering terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok Streptococcus beta A).

c. Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Inflamasi ini mungkin terjadi karena infeksi bakteri

Streptococcus, d. Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. e. Batu ginjal (kalkuli urinaria) terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. f. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urin (oliguria). g. Diabetes Melitus (Glukosuria) terjadi apabila di dalam urin ditemukan adanya glukosa. h. Diabetes Insipidus i. Albuminuria terjadi apabila di dalam urin terdapat protein albumin. j. Uremia apabila di dalam urin terdapat urea dan asam urat. Terjadi akibat nefritis (radang/rusaknya glomerulus akibat infeksi bakteri Streptococcus). k. Hidronefrosis adalah keadaan membesarnya ukuran ginjal dari ukuran normalnya akibat dari tersumbatnya aliran urin di ureter oleh batu ginjal sehingga lebih banyak urin yang tertampung di dalam ginjal.

V.

TASK IV (system Urinaria) 1. Sebutkan 4 hal yang menyebabkan korpus koilum renalis berfungsi untuk menyaring darah. a. tiap kapsula berisi kapiler glomelorus sangat panjang dan berbelit yang menampilkan suatu permukaan sangat luas bagi filtrasi. b. membrane endothelium kapsula strukturnya disesuaikan untuk filtrasi. walaupun porus endothelium umumnya tidak membatasi lewatnya subtansi, membrane dasar memungkinkan lewatnya molekul kecil. sehingga air, glukosa, vitamin, asim amino, protein kecil, sisa nitrogen dan ion-iion menuju ke kapsula glomelorus. c. arteriola eferen diameternya diameternya lebih kecil daripada arteriola aferen sehingga ada tahanan terhadap aliran air keluar darah dari glomerolus d. membrane endothelium kapsula yang memisahkan darah dari ruang glomerulus sangat tipis.

2. Apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatik glomelorus tekanan hidrostatik glomelorus adalah kekuatan cairan yang mendesak melawan dinding tempat cairan itu bila cairan tadi dikenai tekanan darah dalam glomerulus.

3. Sebutkan dua kekuatan yang melawan tekanan hidrostatik glomerus a. tekanan hidrostatik kapsula bila filtrate dipaksa masuk ruang antara dinding-dinding kapsula glomerolus. b. tekanan oosmotik koloidal darah tekanan yang diperlukan untuk mencegah gerakan air murni menuju larutan yang berisi zat terlarut.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan Peff peff (effective filtration pressure) dapat dirumuskan yaitu tekanan hidrostatik darah glomerulus dikurangi jumlah tekanan hidrostatik kapsular dengan tekanan osmotic koloidal darah. peff normL dapat di hitung sebagai berikut : peff = 60 mmHg (20mmHg + 30 mmHg) = 60 mmHg 50 mmHg = 10 mmHg 5. Jelaskan pengaruh glomelurus terhadap peff kondisi glomerulus dapat berpengaruh terhadap peff, misalnya pada penderita glomerulonephritis, kapiler glomerulus menjadi sangat permeable sehingga protein plasma dapat lewat dari darah ke fitrat. akibatnya filtrate kapsula menggunkan osmotic yang menarik air ke luar darah. dengan demikian jika tekanan osmotic kapsula berkembang, peff akan menigkat. 6. Jelaskan factor lain yang mempengaruhi peff peff dipengaruhi oleh tekanan arteri umum, hemorrhage yang hebat menyebabkan turunya tekanan darah, yang juga menurunkan tekanan hidrostatik darah glomerulus. factor lain yang dapat mempengaruhi peff adalah pengaturan ukuran arteriola aferen dan eferen. dalam hal ini tekanan hidrostatik darah glomerulus diatur terpisah dari tekanan umum. 7. Jelaskan proses reabsorbsi pada pembentukan urine. apa yang diabsorbsi dan caranya. Reabsorpsi tubulus yang dikeluarkan denagn sel sel epitel seluruh tubulus renalis, merupakan suatu peruses yang sangat berbeda. hanya jumlah khusus dari subtansi tertentu direabsorpsi, tergantung pada kebutuhan tubuh waktu itu. bahan yang diabsorpsi meliputi air, glukosa, asam amino, ion-ion sperti natrium, kalium, kalsium, klor, bikarbonat, dan biposfat. reabsorpsi tubulus dikeluarkan memberikan tubuh untuk menahan nutriennya. sisa-sisa seperti urea hanya sebagian diabsorpsi. reabsorpsi dikeluarkan melalui mekanisme

angkutan pasif dan aktif. diduga bahwa glukosa diserap oleh suatu proses aktif yang melibatkan suatu system carierr. sebagian besar ion sodium diangkut secra aktif dari tubulus kontortus proximal dan cabang nefron. reabsorpsi ion kalsium bervariasi atas konsentrasinya dalam cairan ekstraseluler. bila konsentrasi ion sodium rendah makanterjadi penurunan tekanan darah. ion klor diangkut aktif dari cabang saluran nefron yang turun. di bagian ini ion klor bergerak aktif dan ion sodium mengikuti secara pasif. reabsorpsi air dikendalikan oleh ion sodium. karena ion sodium diangkut dari tubulus convulutio proximal ke dalam darah, tekanan osmotic darah menjadi lebih tinggi daripada filtrate. lewatnya sebagian besar air tertinggal dalam filtrate dapat diatur. permeabilitas sel-sel distal dan tubulus kollektivus dikendalikan oleh hormone ADH yang dihasilkan hipotalamus. 8. Jelaskan refleks urinaria. Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. 9. Jelaskan yang dimaksud dengan urine hasil samping kegiatan ginjal adalah urine. nama urine diproleh dari satu penyusunnya yaitu uric acid. pada orang sehat, volume, pH, dan konsenntrasi solute bervariasi dengan kebutuhan lingkungan internal. selama kondisi patologik tertentu, karakterisktik urine dapat berubah secara drastic. analisis tentang volume, sifat fisik, dan kimia urine memberitahu kita banyak hal tentang keadaan tubuh. 10. Jelaskan proses pemekatan dan pengenceran urine Mekanisme Pengenceran Urine dengan adanya ADH ducrus collectives menjadi permeable pada air, dan air di reabsorpsi kembali ke dalam darah. ginjal dapat menhasilkan urine encer sebagai berikut. kOnsentrasi normal filtrate glomerulus ketika ia masuk tubulus convolution proximal dalam kortex ginjal

kira-kira 300 miliosmol (mOsm) setiap liter. satu mili osmol mewakili konsentrasi dalam filtrate trutama Nacl. konsentrasi filtrate glomerulus isotonic terhadap plasma cabang saluran yang ascenden dari nefron (saluran henle) impermeable terhadap air, tetapi mereabsorpsi ion klor secara aktif. ion-ion masuk cairan interseluler kemudian ke dalamkapiler peritubulus, ini menyebabkan darah di peritubulus lebih elektro negative daripada filtrate, yang menarik keluar ion positif secra pasif, terutama ion sodium. akibatnya konsentrasi ion-ion ini dalam filtrate direduksi dari konsentrasi semula 300 mOsm menjadi kira-kira 100 mOsm, tetapi air tetap. filtrate yang meninggalkan cabang ascenden diencerkan. selama perjalan menuju tubulus collectives ion sodium direabsirpsi secara aktif dan ion klor doreabsorpsi secra pasif. Tiadanya ADH, urine mungkin hanya berkonsentrasi seperempat plasma darah dan filtrate glomerulus. ketika filtrate encer melewati duktus collectives, konsentrasinya dapat serendah 60-70 mOsm. eksresi urine encer karenya merupakan reabsorpsi zat terlarut tetapi air tetahan karena tiadanya ADH. Mekanisme Pemekatan Urine selama pengambilan air sedikit, ginjal tetap harus membuang sisa ion berlebih, sementara air dihemat. ekskresi urine pekat mulai dengan konsentrasi medulla dipertahankan oleh dua factor utama. pertama rabsorpsi solute dari dari bagian tubulus renalis a. dalam cabang ascenden saluran henle, ion klor diangkut aktif dari filtrate ke cairan interstitial medulla luar, ion sodium mengikuti dengan pasif. semua ion menjadi pekat dalam cairan dan dibawa ke bawah menuju medulla dalam oleh darah yang mengalir dalam vasa recta. b. dalam ductus collectives, ion sodium diangkut aktif filtrate ke cairan interstitial medulla dalam. ion klor megikuti dengan pasif.

c. tinnginya derajat ADH, duktus collectives menjadi sangat permeable terhadap air. air segera ke luar ductus dengan osmosis ke cairan interstitial medulla dalam, yang memperbesar kepekatan urea dalam duktus collektivus. sebagai hasilnya, urea bergerak pasif dengan difusi ke cairan interstitial medulla. gerakan urea ini menaikkan konsentrasi konsentrasi cairan interstitial di atas yang ada dalam filtrate dalam saluran henle. karena perbedaan konsentrasi ini, sekarang beberapa urea difusi ke filtrate saluran henle. air lebih bnyak keluar duktus kollektivus dengan osmosis karena adanya ADH. 11. Jelaskan mekanisme: a. Keseimbangan cairan dan elektrolit Tubuh dapat dikatakan dalam kesetimbangan cairan bila jumlah total cairan dalam tubuh normal dan relative tetap. Kesetimbangan cairan tubuh dapat juga berarti kemantapan relative distribusi cairan tubuh di dalam tiga tempat, yaitu ruang interstitial, pembuluh darah, dan bagian dalam sel. Cairan tubuh dikatakan tidak seimbang jumlah total cairan tubuh maupun jumlah salah satu atau lebih bagian cairan tubuh naik atau turun dari batas normal. Kesetimbangan cairan tubuh saling bergantung dengan kesetimbangan cairan dan eletrolit. Beberapa dasar umum kesetimbangan cairan tubuh adalah Dasar utama kesetimbangan tubuh yaitu masukan harus sama dengan keluaran. Maksudnya bila air yang meninggalkan tubuh lebih banyak, maka kesetimbangan cairan tubuh tidak akan terjadi. Membiarkan berbagai keluaran sehingga seimbang dengan masukan, akan menimbulkan mekanisme utama pemeliharaan kesetimbangan cairan, namun mekanisme bagi penyesuaian masukan kepada keluaran juga berlangsung.

Mekanisme bagi pengendalian gerakan air di antara bagian-bagian cairan, memainkan peran utama dalam pemeliharaan kesetimbangan cairan dan elektrolit.

b. Mempertahankan homeostasis volume total air tubuh Sebagian besar mekanisme pemeliharaan homeostasis volume total air tubuh adalah yang mengatur volume urine. Ada dua factor yang menentukan volume urine yaitu kecepatan filtrasi glomerular dan kecepatan renalis menyerap kembali air dari urine tubular ke dalam kondisi abnormal., kondisi abnormal menyebabkan volume urine melonjak. Kecepatan absorpsi air kembali (reabsorpsi) air sebaliknya sangat melonjak. Kecepatan reaabsorbpsi tubular, biasanya volume urine sesuai dengan masukan cairan. Cairan bertambah bila keluaran naik dan menurun bila keluaran berkurang. Secara umum dapat dijelaskan melalui cara berikut: bila dehidrasi mulai meningkat sekresi salive turun, akibatnya mulut terasa kering dan terasa haus. Orang yang bersangkutan akan meminum air dengan demikian penambahan cairan masukannya untuk mengimbangi keanikan keluarannya. Dan ini cenderung untuk memperbaiki kesetimbangan carian.

c. Mempertahankan distribusi cairan tubuh Starling mengembangkan hipotesis mengenai mekanisme

mengendalikan gerakan air antara plasma darah dan cairan interstitial . hipotesis ini disebut dengan hukum kapiler dari starling. Menurut hukum ini , mekanisme kendali pertukaran air antara plasma dan cairan interstitial terdiri dari 4 takanan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid pada satu sisi membrane kapiler dengan tekanan hidrostatik cairan-cairan interstitial dan tekanan osmotic koloid pada sisi lainnya. Menurut starling dua tekanan yang disebut pertama cenderung untuk menggerakkan air ke luar darah

menuju cairan interstitial sedangkan dua tekanan yang disebut terakhir cenderung mendorong balik air ke dalam darah dari cairan interstitial.

c. Keseimbangan asam-basa Keseimbangan asam-basa merupakan pemeliharaan homeostasis konsentrasi ion hydrogen cairan tubuh, penyimpangan sedikit saja dari normal menyebabkan perubahan nyata dalam kecepatan reaksi kimia seluluer. Karena beraneka ragam asam dan basa yang terus menerus memasuki darah dari makanan, maka bila pH darah harus tetap konstan diperlukan beberapa mekanisme untuk menetralkan atau mengelaminasi substansi tersebut. Ada tiga sarana yang berbeda melaksanakan bersama untuk memelihara konstannya pH. Ketiga sarana tersebut adalah buffer (penahan), respirasi, dan ekskresi asam-basa ginjal. Kedayagunaan mekanisme kendali pH adalah sangat sempitnya rentangan pH, yang normalnya 7,35-7,45. Dalam pengertian konsentrasi ion hydrogen berarti di dalam setiap liter darah secara normal terdapat antara 1/100.1000.1000 dan 1/10.000.000 bion hydrogen. Padahal asam terus mengalir ke dalam kapiler darah.

d. Buffer bagi pengendalian pH cairan tubuh Buffer adalah subtansi yang mencegah adanya perubahan pH larutan bila suatu asam atau basa ditambahkan pada suatu larutan yang berisi buffer (misalnya pH darah), pHnya akan berkurang sangat kecil., barangkali menjadi 7,41-7,27. Tetapi bila sejumlah sama HCl ditambahkan pada cairan murni yang tidak mengandung buffer, pHnya akan turun mungkin sampai 3-4. Karena darah mengandung pasangan buffer, maka lonjakkan pHnya sedikit sekali. Beberapa cotoh kegiatan buffer adalah lebih banyaknya asam carbonat yang dibentuk di dalam tubuh dari pada asam lain. Asam ini terus memasuki kapiler jaringan yang terutama ditahan oleh garam potassium

hemoglobin di dalam sel darah merah. Karena kegiatan buffer potassium hemoglobin (kHb), maka asam yang lebih lemah (Hhb) menggantikan asam yang lebih kuat H2CO3 , karena konsentrasi ion hydrogen darah bertambahnya sangat sedikit daripada bila asam karboat tidak dibuffer. Bila pH darah normal dan ada kesetimbangan asam-basa, komponen pasangan buffer bikarbonat (terutama NaHCO3) dengan 1 bagian asam carbonat. Kenaikan rasio ini menyebabkan pH naik (alkalosis) dan penurunan menyebabkan pH turun (asidosis). Pembufferan saja tidak dapat mempertahankan homeostasis pH. Karena kelebihan ion hydrogen akan terus masuk ke kapiler darah. Dengan demikian pH akan terus turun, oleh karena itu harus ditambah dengan respirasi dan urinari yang fungsinya bersama buffer mempertahankan konstanitas pH.

e. Respirasi dalam pengendalian pH Respirasi memainkan peran vital dapam pengendalian pH. Dengan setiap ekspirasi CO2 meninggalkan tubuh dalam bentuk hembusan napas. Hal ini perlu untuk mengurangi jumlah asam karbonat dalam ECF., sehingga sedikit CO2 yang tersisa bergabung dengan membentuk asam karbonat. Dan karena beberapa molekul asam karbonat berdisosiasi menghasilkan ion hydrogen, maka bila jumlah asam karbonat berdisosiasi menghasilkan ion hydrogen , maka bila jumlah asam karbonat dalam darah turun, konsentrasi ion hydrogen juga turun dan pH naik. Ringkasnya ekspirasi mengeliminasi beberapa CO2 darah dan dari tubuh yang masuk darah dalam jaringan (kapiler) serta bergabung dengan air membentuk asam karbonat yang meskipun ada pembufferan tetap menambah ion hydrogen dalam jumlah cukup, kenyataannnya untuk menurunkan pH darah sekitar 7,41, suatu rata-rata khas untuk darah arteri , menuju sekitar 7,36 suatu ratarata khas untuk darah vena. Karena CO2 meninggalkan darah dari kapiler

paru, konsentrasi ion hidrogen darah turun lagi dan pH darah naik dari vena ke tingkat arteri. Bila pH darah turun , respirasi perlu bertambah agar mengeliminasi kelebihan CO2 sehingga mengurangi jumlah asam karbon dalam darah dan menaikkan darah ke tingkat normal. Kepekaan pusat respiratoris unutk mengubah kandungan CO2 dan pH darah memberikan kendali ini. Bbila jumlah CO2 darah arteri bertambah melebihi tingkat tertentu, atau bila pH darah arteri turun di bawah 7,38 maka pusat respiratori dirangsang dan respiratori naik dalam kecepatan dan kedalaman yang serasi. Dengan demikian banyak CO2 dieliminasi sehingga mengurangi asam karbonat dan menikkan pH ke tingkat normal lagi. 12. Jelaskan dialisis ginjal (ginjal buatan) Karena gagal ginjal kronik bersifat ireversibel dan akhirnya mematikan maka terapi ditujukan untuk mempertahankan fungsi ginjal melalui metode-metode alternatif, misalnya dialisis (cuci darah) dan

transplantasi ginjal. Proses dialisis memintas ginjal untuk mempertahankan keseimbangan normal cairan dan elektrolit serta membuang zat sisa secara artifisial. Pada metode asli dialisis,hemodialisis, darah pasien dipompa melalui selang selofan yang dikelilingi oleh sejumlah besar cairan dengan komposisi serupa dengan plasma normal. Setelah dialisis, darah dikembalikan ke sistem sirkulasi pasien. Seperti kapiler, selofan sangat permeabel terhadap sebagian besar konstituen plasma tetapi impermeabel terhadap protein plasma. Sewaktu darah mengalir melalui selang, zat-zat terlarut berpindah menembus selofan menuruni gradien konsentrasi masing-masing; namun protein plasma tetap berada di darah. Urea dan zat sisa lainnya, yang tidak ada di dalam cairan dialisis, berdifusi keluar plasma menuju cairan sekitar, membersihkan darah dari zat-zat sisa tersebut. Konstituen-konstituen plasma yang tidak diatur oleh ginjal dan konsentrasinya normal, misalnya glukosa, tidak menembus selofan menuju cairan dialisis karena tidak ada gaya pendorong

yang memindahkan mereka, (konsentrasi glukosa cairan dialisis sama dengan konsntrasi glukosa plasma normal). Elektrolit, misalnya K plus PO empat, tiga minus; yang lebih tinggi konsentrasinya daripada konsentrasi plasma normal karena ginjal yang sakit tidak dapat mengeliminasi kelebihan bahanbahan ini, keluar dari plasma sampai tercapai keseimbangan antara plasma dan cairan dialisis. Karena konsentrasi zat terlarut cairan dialisis dipertahankan pada nilai plasma normal maka konsentrasi zat terlarut darah kembali ke pasien setelah dialisis pada hakikatnya normal. Hemodialisis diulang sesering kebutuhan untuk mempertahankan komposisi plasma dalam kadar yang dapat diterima. Biasanya tindakan ini dilakukan tiga kali seminggu selama beberapa jam untuk tiap sesi. Pada metode dialisis yang lebih baru, continous ambulatory peritoneal dialisis (CAPD), membran peritoneum (lapisan dalam rongga abdomen) digunakan sebagai membran dialisis. Dengan metode ini, 2 liter cairan dialisis dimasukkan ke dalam rongga abdomen pasien melalui suatu kateter yang dipasang permanen. Urea, K plus, dan zat sisa lain serta kelebihan elektrolit berdifusi dari plasma menembus membran peritoneum menuju cairan dialisis, yang dialirkan keluar dan diganti beberapaa kali sehari. Metode CAPD menawarkan beberapa keuntungan: Pasien dapat melakukannya sendiri, darah pasien secara terus-menerus dimurnikan dan disesuaikan, dan pasien dapat melakukan aktivitas normal sementara dialisis berlangsung. Salah satu kekurangannya adalah meningkatnya risiko peritoneum. Meskipun dialisis dapat membuang zat-zat sisa metabolik dan senyawa asing serta membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batas-batas yang dapat diterima namun teknik pembersihan plasma ini tidak dapat menggantikan kemampuan ginjal untuk menghasilkan hormon (eritropoietin dan renin) dan mengaktifkan vitamin D.

TUGAS ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

OLEH : MUHAIMAWATI (E1A009030) PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAN 2012