laporan anfisman 1

26
KAJIAN PUSTAKA 1.Suhu Tubuh Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Pada hewan poikiloterm (hewan berdarah dingin), suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu di dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di luar tubuh. Sedangkan pada hewan homoiterm (hewan berdarah panas), suhu inti merupakan suhu didalam tubuh (seperti pada organ-organ abdomen dan toraks, susunan saraf pusat, dan otot rangka) yang secara homeostatis dipertahankan pada suhu sekitar 37,8 o C (Sherwood, 2011). Mamalia (termasuk manusia) merupakan hewan endoterm(Sherwood, 2001).Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme dengan menggunakan mekanisme termoregulasi. Termoregulasi merupakan proses homeostasis untuk menjaga agar suhu tubuh tetap stabil, dengan cara mengontrol dan mengatur keseimbangan antara banyaknya energi (panas) yang diproduksi (termogenesis) dengan energi (panas) yang dilepaskan (termolisis). (Suripto, 2010). Tubuh manusia memang hangat, namun suhunya diatur sangat tepat oleh tubuh (Scanlon & Sanders, 2007).Suhu tubuh menggambarkan keseimbangan antara produksi panas dengan panas yang hilang (Marieb andHoehn, 2010). Jika tingkat panas yang dihasilkan seimbang dengan panas yang hilang, suhu inti akan stabil (Tortora and Derrickson, 2011). Semua sel tubuh yang

Upload: putriemiliayuriza

Post on 24-Oct-2015

187 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pengukuran suhu dan tinggi badan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Anfisman 1

KAJIAN PUSTAKA

1. Suhu Tubuh

Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu

poikiloterm dan homoiterm. Pada hewan poikiloterm (hewan berdarah dingin), suhu

tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu di dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan

dengan suhu di luar tubuh. Sedangkan pada hewan homoiterm (hewan berdarah panas), suhu

inti merupakan suhu didalam tubuh (seperti pada organ-organ abdomen dan toraks, susunan

saraf pusat, dan otot rangka) yang secara homeostatis dipertahankan pada suhu sekitar

37,8oC (Sherwood, 2011).

Mamalia (termasuk manusia) merupakan hewan endoterm(Sherwood,

2001).Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme dengan

menggunakan mekanisme termoregulasi. Termoregulasi merupakan proses homeostasis

untuk menjaga agar suhu tubuh tetap stabil, dengan cara mengontrol dan mengatur

keseimbangan antara banyaknya energi (panas) yang diproduksi (termogenesis) dengan

energi (panas) yang dilepaskan (termolisis). (Suripto, 2010).

Tubuh manusia memang hangat, namun suhunya diatur sangat tepat oleh tubuh

(Scanlon & Sanders, 2007).Suhu tubuh menggambarkan keseimbangan antara produksi

panas dengan panas yang hilang (Marieb andHoehn, 2010). Jika tingkat panas yang

dihasilkan seimbang dengan panas yang hilang, suhu inti akan stabil (Tortora and

Derrickson, 2011). Semua sel tubuh yang bermetabolisme menghasilkan panas dalam

jumlah yang bermacam-macam. Oleh karena itu, suhu tubuh tidak terdistribusi secara

merata di seluruh bagian tubuh (Childs, 2011).

Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Pada tubuh, panas diproduksi karena aktivitas otot, asimilasi makanan, dan semua

proses vital yang berkontribusi di metabolisme. Panas hilang dari tubuh dengan radiasi,

konduksi, dan penguapan air melalui sistem pernapasan dan melalui kulit (Ganong,2012).

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain:

1. Usia

Bayi memiliki permukaan kulit yang secara relatif mungkinkan sekali kehilangan

panas dengan lebih cepat. Sedangkan, pada manula, mekanisme yang mempertahankan

Page 2: Laporan Anfisman 1

suhu tubuh mungkin tidak berfungsi seefisien sebelumnya, dan perubahan pada suhu

lingkungan mungkin tidak dapat ditanggulangi secara cepat atau efektif (Scanlon &

Sanders, 2007).

2. Jenis Kelamin

Tingkat metabolisme pria dan wanita berbeda, sehingga panas yang dihasilkan

berbeda pula(Ganong, 2012).

3. Hormon Tiroksin

Hormon tiroksin diproduksi oleh kelenjar tiroid, menambah tingkat respirasi sel

dan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat meningkat. Sekresi tiroksin diatur oleh

tingkat produksi energi dan tingkat metabolisme. Ketika tingkat metabolisme

berkurang, kelenjar tiroid terstimuli untuk menghasilkan lebih banyak tiroksin(Scanlon

& Sanders, 2007).

4. Keadaan Emosi

Saat stress, epineprin dan norepineprin disekresi oleh medula adrenal, dan sistem

saraf simpatik menjadi lebih aktif. Epineprin menambah tingkat respirasi sel, terutama

pada organ seperti jantung, otot rangka, dan hati. Bertambahnya produksi ATP akibat

stress juga berarti lebih banyak panas yang dihasilkan(Scanlon & Sanders, 2007).

5. Kondisi Kesehatan

Perubahan pada suhu tubuh juga memberi efek pada tingkat metabolisme dan

produksi panas. Hal ini menjadi penting ketika seseorang mengalami demam, suhu

tubuh tinggi secara abnormal. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan kenaikan tingkat

metabolime, yang menambah tingkat produksi panas serta menaikkan suhu tubuh lebih

tinggi(Scanlon & Sanders, 2007).

6. Suhu Lingkungan

Karena tubuh dilindungi kulit, sebagian besar panas tubuh hilang dari kulit ke

lingkungan. Ketika suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh (biasanya seperti ini),

kehilangan panas tidak dapat dihindari. Jumlah panas yang hilang ditentukan oleh aliran

darah yang melalui kulit dan oleh aktivitas kelenjar keringat (Scanlon & Sanders,

2007). Karena kehilangan panas, mekanisme produksi panas (seperti menggigil)

diaktifkan sehingga tingkat metabolisme meningkat. Ketika suhu cukup tinggi untuk

meningkatkan suhu tubuh, proses metabolisme secara umum dipercepat, dan tingkat

metabolismemeningkat sekitar 14% untuk setiap derajat Celcius dari kenaikan suhu

tubuh (Ganong,2012).

Page 3: Laporan Anfisman 1

Pada lingkungan dingin, vasokontriksi mempersempit aliran darah yang melalui

dermis dan dengan demikian mengurangi panas yang hilang. Sedangkan pada

lingkungan hangat, vasodilatasi di dermis memperluas aliran darah ke permukaan kulit

sehingga terjadi kehilangan panas ke lingkungan(Scanlon & Sanders, 2007).

Panas juga hilang dari sistem pernapasan yaitu dengan menguapkan air dari

permukaan epithelialmukosa respiratori. Uap air yang terbentuk dikeluarkan, dan

sejumlah kecil panas hilang(Scanlon & Sanders, 2007).

7. Suplai Makanan

Makanan yang masuk juga menambah produksi panas karena aktivitas

metabolisme dari pencernaan meningkat. Panas dihasilkan ketika organ pencernaan

memproduksi ATP untuk gerak peristaltik dan untuk sintesis enzim

pencernaan(Scanlon & Sanders, 2007).

8. Aktivitas

Organ yang secara normal aktif memproduksi ATP merupakan sumber panas

signifikan ketika tubuh beristirahat. Contohnya pada otot rangka, biasanya dalam

keadaan kontraksi ringan yang disebut "muscle tone". Karena kontraksi ringan juga

membutuhkan ATP, otot juga memproduksi panas. Jumlah panas yang dihasilkan

sekitar 25% dari panas tubuh total saat istirahat dan lebih tinggi saat aktivitas, ketika

lebih banyak ATP dihasilkan(Scanlon & Sanders, 2007).Selama aktivitas, produksi

panas oleh kontraksi otot terakumulasi di dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat

(Ganong, 2012).

Pengaturan Suhu Tubuh

Pusat pengaturan suhu terletak di hipotalamus di otak (Ganong,2012) yang berfungsi

sebagai termostat tubuh (Sherwood, 2011).. Terdiri dari pusat kehilangan panas, pusat

kenaikan panas dan daerah pre-optic, yang menganalisis dan mengkoordinasi respon untuk

mengatur suhu tubuh sampai kisaran homeostatis (Marieb and Hoehn, 2010).Sebagai alat

pengatur suhu tubuh, hipotalamus mempertahankan "setting" suhu tubuh dengan

menyeimbangkan produksi panas dan panas yang hilang untuk menjaga tubuh pada suhu

normal (Scanlon & Sanders, 2007).

Suhu tubuh dapat di ukur dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan

termometer. Pengukuran suhu dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh, seperti aksila,

oral, rektal, dan timpanik. Pada pengukuran suhu di bagian-bagian tersebut, jenis

Page 4: Laporan Anfisman 1

termometer yang digunakan berbeda-beda . Ada tiga jenis termometer yang biasa digunakan

dalam pengukuran suhu, yaitu :

1. Termometer air raksa-kaca :

Termometer ini terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup dan ujung

lainnya dengan diberi bentolan berisi air raksa. Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral

( ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer

oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh

darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru.

Termometer stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat

digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektal memiliki ujung yang tumpul

atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer

ini biasanya dikenali dengan ujung yang berwarna merah.

2. Termometer elektronik

Termometer ini terdiri atas unit tenaga baterai yang dapat diisi ulang, kabel kawat

yang tipis, dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali

pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik ini adalah seperti pensil. Termometer ini

dapat digunakan pada bagian oral, aksila, dan rektal. Bentuk lain dari termometer elektronik

digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung

sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani.

3. Termometer sekali pakai

Termometer ini berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu

pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang

mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan

untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama

dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Bentuk lain dari termometer sekali

pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo

akan berubah warna pada suhu yang berbeda. Kedua jenis termometer sekali pakai ini

berguna untuk mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.

Pertukaran panas atau suhu tubuh seseorang dapat terjadi melalui tiga mekanisme,

yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah pemindahan panas dari

Page 5: Laporan Anfisman 1

suatu benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin yang berkontak langsung

dengannya. Panas dipindahkan melalui perpindahan energi panas dari molekul ke molekul

di sekitarnya. Konveksi adalah perpindahan energi panas melalui arus udara. Udara dingin

yang dihangatkan oleh tubuh melalui konduksi naik dan diganti oleh udara yang lebih

dingin. Proses ini ditingkatkan oleh perpindahan paksa udara melewati permukaan tubuh.

Radiasi adalah perpindahan energi panas dari suatu benda yang lebih panas ke benda yang

lebih dingin dalam bentuk gelombang elektromagnetik (gelombang panas), yang merambat

melalui ruang. Sedangkan evaporasi adalah suatu perubahan suatu cairan misalnya keringat

menjadi uap air, suatu proses yang memerlukan panas (panas penguapan), yang diserap dari

kulit.

Tubuh manusia memiliki suatu mekanisme dalam menjaga suhu tubuhnya agar tetap

normal. Biasanya manusia tinggal di lingkungan yang suhunya lebih rendah dibandingkan

suhu tubuhnya, tetapi manusia terus menghasilkan panas secara internal, yang membantu

mereka dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Panas yang dihasilkan tergantung pada

oksidasi bahan bakar yang berasal dari metabolisme tubuh yang berasal dari makanan.

Perubahan suhu yang terjadi di lingkungan mengubah aktivitas sel sehingga meningkatkan

reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu mempercepat reaksi-reaksi tersebut.

Fungsi sel sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu internal, maka manusia secara homeostatis

mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel tetap

berlangsung stabil.

2. Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat badan adalah salah satu dari indikasi kebugaran tubuh seseorang. Berdasarkan

beberapa penelitian, seringnya menimbang badan, maka hal tersebut juga terkait dengan

makin mudahnya seseorang menjaga berat tubuhnya. Dapat dikatakan bahwa, jika

menimbang badan seminggu dua kali akan lebih mudah menjaga atau menurunkan berat

badan, dibandingkan jika jarang menimbang badan. Karena ketika mengetahui berat naik,

akan mudah bagi untuk mengoreksinya sebelum kenaikan berat badan menjadi berlebihan.

Untuk menimbang bobot tubuh, ternyata tidak bisa begitu saja naik ke atas

timbangan. Berikut ini merupakan hal – hal yang harus diperhatikan saat menimbang berat

badan, yaitu :

Page 6: Laporan Anfisman 1

1. Idealnya menimbang sekali seminggu

2. Tidak perlu setiap hari

3. Menimbang pada waktu yang sama

4. Gunakan timbangan yang sama

5. Jangan bebani tubuh

6. Berdiri tegak

7. Catat bobot Anda

Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk menentukan obesitas atau

kegemukan diantaranya yaitu desintrometri, pengukuran total kalium tubuh, total air tubuh,

USG,CT,MRI, pengukuran antropometri dengan mengkur berat badan total, tinggi badan,

tebal lemak subkutis, anjang lingkar bagian tubuh tertentu, dan perhitungan berdasarkan

nilai angka antropometri, diantaranya BMI,WHR, indeks ponderal, indeks broca,

v/s,w/sks/,tetapi semuanya belum dapat digunakan sebagai standar utama mengukur total

lemak tubuh. Cara yang paling sering digunakan diklinik dan dilapangan dalam menetukan

obesitas adalah mengukur berat badan relative (berat badan subyek dibagi berat badan

standar untuk tinggi tertentu), dan indeks masa tubuh (IMT/BMI).

Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan

antara berat badan dan tinggi badan. BMI merupakan suatu rumus matematika dimana berat

badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan tinggi badan (dalam cm). BMI lebih

berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk tinggi

badan dan berat badan. Seseorang dengan BMI 25-29,9 dikatakan mengalami kelebihan

berat badan (overweight), sedangkan seseorang dengan BMI 30 atau lebih dikatakan

mengalami obesitas.

BMI bisa memperkirakan lemak tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai

persentase yang pasti dari lemak tubuh. Hubungan antara lemak dan BMI dipengaruhi oleh

usia dan jenis kelamin. Wanita lebih mungkin memiliki persentase lemak tubuh yang lebih

tinggi dibandingkan pria dengan nilai BMI yang sama. Pada BMI yang sama, orang yang

lebih tua memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan orang yang lebih muda.

BMI yang sehat untuk dewasa adalah 18,5-24,9. BMI yang tinggi merupakan suatu

ramalan kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes, kanker, tekanan

Page 7: Laporan Anfisman 1

darah tinggi dan osteoartritis juga merupakan akibat dari overweight dan obesitas yang

sering ditemukan pada dewasa. Obesitas sendiri merupakan faktor resiko yang kuat dari

kematian dini. Berikur merupakan interpretasi nilai BMI untuk dewasa, tanpa

memperhatikan umur maupun jenis kelamin, yaitu sebagai berikut :

* Underweight (berat badan kurang) : BMI dibawah 18,5

* Overweight (kelebihan berat badan) : BMI 25-29.9

* Obesitas : BMI 30 atau lebih.

Untuk menghitung BMI, bisa digunakan rumus di bawah ini :

BMI = Berat Badan / (Tinggi Badan)2

• Berat badan dalam satuan kg

• Tinggi badan dalam satuan m

Contoh : Berat badan Anda adalah 90 kg dan tinggi 170 cm. Maka BMI Anda = 90 / (1,7)2 = 31.14

Berat Badan Ideal & Obesitas

Berat badan yang normal dan ideal dapat memberikan penampakan yang baik bagi

seluruh individu. Mereka menyadari betapa pentingnya untuk menjaga penampilan dan juga

kesehatan. Banyak akibat yang dapat ditimbulkan dari masalah kelebihan berat badan, hal

tersebut yang membuat banyak individu berusaha untuk mencapai berat badan yang ideal

(Kuntaraf & Kuntaraf, 1992). Untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal, semua

individu yang memiliki masalah kelebihan berat badan harus mengurangi berat badannya

sehingga mencapai berat badan yang sesuai dengan umur dan tinggi badannya (Krause &

Hunscher, 1969).

Kebanyakan individu beranggapan bahwa ukuran tubuh yang ideal identik dengan

langsing, yang berarti memiliki tubuh yang indah dan diidentikkan dengan perut yang rata,

pinggang yang ramping, serta paha dan betis yang kencang. Menurut Wirakusumah (1994),

bentuk tubuh yang ideal adalah tubuh yang tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk,

serta serasi antara berat dan tinggi badannya.

Berdasarkan penelitian oleh Roche Indonesia pada bulan Januari tahun 2000,

dinyatakan bahwa cukup banyak individu yang merasa berat badannya melebihi normal /

kegemukan. Padahal sebenaranya jika dihitung berdasarkan Body Mass Index (BMI) yakni

Page 8: Laporan Anfisman 1

berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2) berat badan mereka masuk

kedalam klasifikasi ideal.

Resiko kegemukan dilihat dari segi estetika dan juga kesehatan menyebabkan

banyak individu berupaya untuk mencapai berat badan yang ideal dengan berbagai cara,

salah satunya yaitu dengan melakukan aktivitas fisik atau latihan jasmani (Wirakusumah,

1994). Dimana aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu aktivitas sehari-

hari dan aktivitas yang lebih tetap dan terstruktur seperti olahraga dan mengikuti program

latihan. Hal ini biasanya dilakukan berulang-ulang dan bertujuan untuk memperbaiki

kesehatan dan kebugaran (Horwarth, et al, 1999)

Sementara itu, salah satu masalah yang kerap kali berhubungan dengan berat badan

yang tidak ideal adalah obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di

perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan

dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Terjadinya obesitas dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor genetik.

Dalam sebuah referensi dikatakan bahwa terdapat penelitian terbaru yang

menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap

berat badan seseorang. Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup

berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan

berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Selain itu, faktor psikis yaitu

apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak

orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk

gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa, secara rata-rata, orang yang gemuk

tidak makan lebih banyak daripada orang kurus. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah

bahwa orang yang kegemukan tidak makan berlebihan, tetapi ”kurang bergerak”. Penelitian-

penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tidak disertai

oleh penurunan pemasukan makanan yang setara. Penjelasan lain adalah bahwa kelebihan

pemasukan makanan energi terjadi hanya ketika kegemukan sedang berlangsung

(Sherwood, 2001).

Page 9: Laporan Anfisman 1

METODOLOGI

1.      Suhu Tubuh

         Alat dan Bahan

Termometer aksila, Termometer oral, Jam, Tissue, Alkohol 70 %, dan Air es

         Cara Kerja

Pengukuran Suhu Tubuh pada aksila.

a.      Termometer aksila disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum

digunakan. Air raksa dalam thermometer diturunkan sampai di bawah garis terendah.

b.      Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.

c.       OP duduk dengan tenang. Termometer diletakkan pada permukaan aksila dengan

tangan OP disilangkan di dada. Biarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat

dan dikeringkan dengan tissue. Hasil pengukuran pada termometer dibaca dengan mata

sejajar dan hasil pengukurannya dicatat.

d.      Air raksa dalam termometer diturunkan kembali sampai dibawah garis terendah.

e.       OP melakukan aktivitas olahraga selama 10 menit.

f.       Termometer aksila dibersihkan dan dikeringkan.

Pengukuran Suhu Tubuh pada oral.

a.       Termometer oral disiapkan. Termometer dikeringkan dan dibersihkan sebelum

digunakan dan air raksa dalam thermometer diturunkan sampai dibawah garis

terendah.

b.      OP duduk dengan tenang, sambil bernapas seperti biasa tetapi mulut dalam keadaan

tertutup. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup

dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian termometer diangkat dan dikeringkan

dengan tissue. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

c.       OP duduk dengan tenang sambil bernapas dengan mulut dalam keadaan terbuka

selama 2 menit. Termometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan

tertutup. Termometer dibiarkan selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan.

Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

d.      Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

Page 10: Laporan Anfisman 1

e.       OP duduk dengan tenang sambil berkumur dengan air es selama 1 menit. Termometer

diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Termometer dibiarkan

selama 5 menit kemudian diangkat dan dikeringkan.

f. Pengukuran dilanjutkan sampai 10 menit, kemudian termometer diangkat dan

dikeringkan. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.

2.      Berat Badan dan Tinggi Badan

         Alat :

Timbangan berat badan, alat pengukur tinggi dengan skala centi meter (cm)

      Cara kerja

Mengukur berat badan

a. Menyiapkan alat penimbang dan lakukan kalibrasi

b. Menanggalkan semua benda yang mungkin menambah berat badan OP

c. OP berdiri sesuai dengan posisi tubuh normal di atas timbangan, ukur dan catat hasil

pengukuran.

Mengukur tinggi badan

a. Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan lakukan kalibrasi.

b. Tanpa menggunakan alas kaki, OP berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan serta

tangan disamping.

c. Mengukur jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala. Dan mengusahakan garis

jarak sejajar dengan poros tubuh.

d. Mencatat hasil pengukuran.

Mengukur berat badan ideal dan Indeks Massa Tubuh

a.     Berat badan ideal = TB – 110 (± 10%)

b.    Indeks  Massa Tubuh = Berat badan (kg)

Tinggi badan2(m)

DATA HASIL PENGAMATAN

Page 11: Laporan Anfisman 1

1. Suhu Tubuh

No Nama Jenis Kelamin

Suhu Aksila Suhu OralIstirahat Aktivitas Mulut

TutupMulut Buka Kumur Air

Es5’ 10’ 5’ 10’

1. Shelen (20)

Perempuan 36,4 37,2 36,9 36,9 36

2. Gita (19) Perempuan 36,8 37 37 36,9 37,1 36,8 373. Nurul S

(20) Perempuan 36,4 36,5 36,6 36,6 36,7 36,2 36,7

4. Tresna (20)

Perempuan 36,8 36,8 37,3 37,2 37,3 36,8

5. Nisak (19)

Perempuan 36,8 36,2 36,9 36,9 37 36,3 36,8

6. Ardina (19)

Perempuan 36,4 36 37,3 37,5 37,7 36,9 37,3

7. Haris (19)

Laki-laki 37,4 37 37,4 37,5 37,5 37,2 37,4

8. Intan (20)

Perempuan 37,2 37,3 37,2 37,2 37,4 37,4 37,5

9. Elis (20) Perempuan 36 35,7 36,8 36,9 37 35,9 36,710. Vita (20) Perempuan 37,2 37,3 37,4 37,4 37,5 36,8 37,211. Fairus

(21)Perempuan 36,9 37,4 37,4 37,4 37,5 37,2 37,4

12. Kidung (20)

Perempuan 35,8 36,9 37 37,4 37,5 37,2

2. Berat Badan dan Tinggi Badan

No. Nama OP Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

BB Ideal BMI

1 Vania 41 150 50 +/- 5,0 17,222 Rizki 45,7 154,5 54,5+/- 5,45 19,223 Qoyima 53 160 60 +/- 6,0 20,74 Qori 46 149,5 49,5 +/-

4,9520,6

5 Yusri 61 160 60,5 +/- 6,0 23,86 Lisa 51 157 59 +/- 5,9 20,27 Arsita 51 155 55 +/- 5,5 21,28 Indriya 56 158 58 +/- 5,8 22,49 Nurul A. 54 156 56 +/- 5,6 22,110 Yunita 54,5 162 62 +/- 6,2 20,311 Putri 55 155 55 +/- 5,5 19,9712 Rita 42 154 54 +/- 5,4 17,713 Lenny 48 155 55 +/- 5,5 19,9714 Indri 41,4 157 57 +/- 5,7 16,715 Anggi 45,5 156 56 +/- 5,6 18,7

Page 12: Laporan Anfisman 1

16 Irma 59 155 55 +/- 5,5 24,6

PEMBAHASAN

1. Suhu Tubuh

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengukuran suhu tubuh. Pengukuran

suhu tubuh dilakukan pada dua tempat yang berbeda, yaitu pada bagian aksila dan oral.

Pengukuran pada setiap bagian diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan yang

diberikan bertujuan untuk mengetahui faktor yang memperngaruhi suhu tubuh.

Percobaan pertama dilakukan dengan membandingkan pengukuran suhu tubuh OP

pada bagian aksila saat istirahat dan setelah aktivitas olahraga. Berdasarkan hasil

pengamatan didapatkan hasil bahwa suhu tubuh dua belas OP pada bagian aksila saat

istirahat berkisar antara 35,8-37,40C, sedangkan menurut teori suhu normal pada bagian

aksila (36-370C). (Tri Murtiati, 2012). Hasil pengukuran yang didapat tidak sesuai dengan

teori yang ada. Terdapat satu OP yang suhu aksilanya dibawah normal dan terdapat empat

OP yang suhunya di atas normal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal seperti ini,

misalnya kondisi kesehatan seseorang, hidrasi, pakaian, emosi, dll (Scanlon & Sanders,

2007). Setelah itu OP melakukan aktivitas olahraga selama 10 menit. Kemudian dilakukan

pengukuran suhu tubuh kembali, maka didapatkan hasil bahwa suhu tubuh delapan OP pada

aksila setelah aktivitas olahraga mengalami peningkatan suhu. Hal ini terjadi karena

aktivitas OP meningkat sehingga metabolisme dalam tubuh OP juga meningkat (Scanlon &

Sanders, 2007; Ganong, 2012). Sedangkan empat orang OP lain mengalami penurunan

suhu. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, disebabkan oleh faktor lain, yaitu suhu

lingkungan, kondisi kesehatan, pakaian, hidrasi, dll serta faktor kesalahan relatif meliputi

kesalahan dalam pengukuran, membaca alat, dsb (Scanlon & Sanders, 2007; Ganong, 2012).

Percobaan kedua dilakukan dengan membandingkan pengukuran suhu tubuh OP

pada bagian oral setelah bernapas seperti biasa (mulut tertutup), bernapas dengan mulut

terbuka, dan berkumur dengan air es. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa

suhu tubuh dua belas OP pada bagian oral saat bernapas biasa (mulut tertutup) berkisar

antara 36,6-37,40C, sedangkan menurut teori suhu normal pada bagian oral (36,5-37,50C).

(Tri Murtiati, dkk, 2012). Hal ini telah sesuai dengan teori. Kemudian OP bernapas dengan

Page 13: Laporan Anfisman 1

mulut terbuka. Dilakukan dua kali pengukuran setiap lima menit. Pada lima menit pertama,

terdapat enam OP yang suhunya tetap, dua OP suhunya turun, dan empat OP suhunya naik.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya saat bernapas dengan mulut terbuka,

suhu menjadi turun karena suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh, kehilangan panas

tidak dapat dihindari sehingga suhu tubuh menurun (Scanlon & Sanders, 2007). Pada lima

menit kedua, terdapat sebelas OP yang suhunya naik, satu OP suhunya tetap. Hal ini telah

sesuai dengan teori karena setelah tubuh kehilangan panas, maka mekanisme produksi panas

diaktifkan sehingga tingkat metabolisme meningkat dan suhu tubuh dapat meningkat

(Ganong,2012).

Kemudian OP berkumur dengan air es. Dilakukan dua kali pengukuran setiap lima

menit. Pada lima menit pertama, terdapat satu OP yang suhunya tetap dan sebelas OP

suhunya turun. Hal ini sesuai dengan teori yang ada karena jika berkumur dengan air es

maka suhu lingkungan mulut semakin rendah sehingga tubuh kehilangan dan suhu tubuh

menurun (Scanlon & Sanders, 2007). Pada lima menit kedua, terdapat duabelas OP yang

suhunya naik. Hal ini telah sesuai dengan teori karena setelah tubuh kehilangan panas, maka

mekanisme produksi panas diaktifkan sehingga tingkat metabolisme meningkat dan suhu

tubuh dapat meningkat (Ganong,2012). Perubahan suhu tubuh disebabkan karena adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, seperti keadaan emosi, usia, jenis kelamin,

kesehatan seseorang, hidrasi, pakaian, dll (Scanlon & Sanders, 2007; Ganong, 2012).

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pengukuran suhu tubuh,

antara lain, suhu termometer harus dalam keadaan nol ; cara menurunkan suhu harus

dilakukan hati-hati jangan sampai termometer jatuh dan pecah ; sebelum melakukan

pengukuran harus dijelaskan dengan benar tentang tempat dan tujuan pengukuran suhu ;

pembacaan termometer harus ditempat yang cukup cahaya agar dapat dengan mudah dibaca

hasilnya .

2. Berat Badan dan Tinggi Badan

Pada percobaan ini, praktikan melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan

timbangan berat badan dengan skala kilogram (kg) yang diukur dengan melepaskan segala

atribut yang dapat berpengaruh terhadap pengukuran. Sedangkan untuk pengukuran tinggi

badan menggunakan alat pengukur tinggi dengan skala centimeter (cm) yang diukur dari

ujung kaki hingga ujung kepala dengan posisi badan tegak. Pengukuran ini bertujuan untuk

Page 14: Laporan Anfisman 1

menunjukkan keseimbangan antara kalori yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa

otot, lemak tubuh dan penyimpanan protein.

Menurut Guyton (1995), masukan makanan harus selalu cukup untuk menyuplai

kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai

makanan mengandung bermacam - macam bagian protein, karbohidrat, dan lemak.

Keseimbangan yang sesuai harus dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut,

sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang

dibutuhkan. Setelah melakukan pengukuran terhadap 16 orang OP berjenis kelamin

perempuan dengan rentang usia 19-20 tahun, diperoleh hasil pengukuran berat badan dan

tinggi badan yang bervariasi dari setiap OP. Perbedaan itu dikarenakan setiap OP memiliki

aktivitas, usia, nutrisi yang dimakan, dan kecepatan metabolisme dalam tubuh yang

berbeda-beda.

Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme mencakup ukuran tubuh,

umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis

pekerjaan. Sementara faktor lain yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan

yaitu perbedaan asupan makanan dan gizinya. Masing-masing OP mungkin memiliki asupan

gizi dan kebutuhan nutrisi sehari-hari yang berbeda. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan

gizi sehari-hari diantaranya bobot badan, tinggi badan, jenis kelamin, usia serta aktivitas,

perlu juga diperhatikan apakah seseorang sedang menderita penyakit. Selain itu pula faktor

genetik juga bisa menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi badan.

Dari data berat badan dan tinggi badan, kemudian dilakukan pengukuran berat badan

ideal dan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Dengan menghitung BMI

maka akan terlihat kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan setiap OP. Jika nilai

BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut :

Nilai BMI      < 18,5 = Berat badan di bawah normal

Nilai BMI 18,5 - 22,9 = Normal

Nilai BMI 23,0 - 24,9 = Normal Tinggi

Nilai BMI 25,0 - 29,9 = di atas normal

Nilai BMI     ≥ 30,0 = Obesitas

Nilai BMI OP yang lebih rendah dari standar nilai BMI dapat disebabkan konsumsi

energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh

Page 15: Laporan Anfisman 1

dalam bentuk lemak akan digunakan. Mempertahankan berat badan normal bisa diwujudkan

dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak

terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber

energi. Sementara itu OP yang memiliki BMI di atas normal dimungkinkan memiliki resiko

masalah kesehatan, salah satunya yaitu resiko mengalami obesitas. Obesitas adalah

kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Meski demikian, dari hasil BMI 16 orang OP dapat terlihat bahwa seluruhnya ada pada

tingkatan normal.

KESIMPULAN

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh antara lain pada

aksila dan oral.

Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan suhu lingkungan.

Untuk pengukuran suhu pada bagian tubuh yang berbeda digunakan jenis termometer

yang berbeda.

Faktor yang menyebabkan perbedaan berat badan dan tingi badan yaitu perbedaan

asupan makanan dan gizinya.

Selain itu faktor genetik juga bisa menjadi penentu perbedaan berat badan dan tinggi

badan.

Page 16: Laporan Anfisman 1

DAFTAR PUSTAKA

Barrett, Kim E., dkk.2012. Ganong's Review of Medical Physiology, 24th Edition.New

York: McGraw-Hill Medical.

Childs C. 2011. Maintaining body temperature. In:Brooker C, Nicol M (eds) Alexander’s

Nursing. Practice. Oxford: Elesvier.

Horwarth, C., A.K. Blazos, G.S. Savige & M.L. Wahlqvist. 1999. Eating Your Way to Older Women. Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition, 8 (3), (hal. 216-225)

Krause, M.V. & M.A. Hunscher. 1969. Food, Nutrition & Dietetic Therapy. W.B Saunders Co, Philadelphia, London.

Kuntaraf, K.L & J. Kuntaraf. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung : Percetakan Advent Indonesia

Marieb E, Hoehn K. 2010. Human Anatomy andPhysiology with Interactive Physiology 10-

SystemSuite. New York: Pearson Publishing.

McCallum L, Higgins D. 2012. Measuring body temperature. NursingTimes; 108: 45, 20-

22.

Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology.New

York:F. A. Davis Company.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: ECG.

Suripto. 2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.

Tortora G, Derrickson B (2011) Principles of Anatomyand Physiology. New York: John

Wiley & Sons.

Wirakusumah, E.S. 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Page 17: Laporan Anfisman 1

LAPORAN ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“Suhu, Berat, dan Tinggi Badan”

Kelompok 5

Putri Emilia Yuriza (3415110169)

Azizatul Mukminah (3415110316)

Lenny Prastiwi (3415111396)

Noor Hanny Amalia (3415111395)

Nurul Zakiyatin Nisak (3415111397)

Program Studi Pendidikan Biologi Reguler

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2013