tugas 2 shift share
TRANSCRIPT
-
EKONOMI WILAYAH
SHIFT-SHARE Norul Fajariah 3611100006
Dini Faza Illiyin 3611100018
Nurul Maghfiroh 3611100025
Eka Nurul Alfiah 3611100027
Nizar Harsya 3611100046
Yasser Basuwendro 3611100068
Reny Cahyani 3611100077
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi.
Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau
mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya.
Pembangun ekonomi daerah adalah sutu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah
tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan
dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber
daya yang diperlukan untuk merancang perekonomian daerah (Arsyad, 1999).
Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan
berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran
yang sebesar-bsarnya bagi umat manusia.
Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) ialah untuk
membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan
produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industrian. Modal
juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta api, dan
sebagainya.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah pada dasarnya disumbang oleh beberapa
sektor basis yang unggul, dari Sembilan sektor yang biasanya dimiliki oleh suatu daerah
pasti terdapat sektor yang unggul dan berperan penting dalam perkembangan suatu
daerah tersebut, oleh karena itu dalam perkembangannya semua sektor yang dimiliki
harus diketahui potensinya dengan cara dianalisa. Analisa yang digunakan merupakan
analisa Location Quotient (LQ) dan analisa Shift Share. Namun pada pembahasan kali ini
analisa yang digunakan dalam studi kasus hanya sebatas analisa Shift Share.
-
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dan metode analisa Shift Share dalam perkembangan
pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah?
2. Mengetahui aplikasi konsep analisa Shift Share dalam menganalisa perubahan
struktur ekonomi suatu daerah?
1.3. Sistematika Pembahasan
Adapun penyusunan makalah ini akan dibahas sesuai dengan sistematika penulisan
yang disajikan sebagai berikut:
BABI PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika
pelaporan dalam pembahasan konsep analisa Shift Share.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mendeskripsikan konsep, dan teori mengenai analisa Shift
Share.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini mengeksplorasi aplikasi konsep analisa Shift Share dalam
menganalisa perubahan struktur ekonomi suatu daerah
BAB IV KSIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan mengenai aplikasi konsep Shift Share.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Potensi Relatif
Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar (Arsyad, 1999). Pertumbuhan industri-
industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Sehingga
didapatkan assumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor
unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000). Untuk mengetahui
sektor unggulan tersebut dapat menggunakan analisis potensi ekonomi.
Tidak hanya mengetahui sektor yang memiliki keunggulan atau kelemahan, analisis potensi
ekonomi pada suatu wilayah juga berfungsi untuk mengidentifikasi faktor penyebabnya dan
menentukan tingkat prioritas penanganan. Untuk menentukan sektor potensial perlu
diperhatikan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi sektor tersebut
terhadap sektor yang sama pada tingkat Provinsi. Terdapat beberapa alat analisis yang
digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, yaitu Location
Quotient (LQ) dan keunggulan komparatif yang digunakan untuk melihat keunggulan suatu
sektor dan analisis shift-share untuk melihat spesialisasi dan keunggulan kompetitif serta
mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu region.
2.2. Pengertian Analisa Shift Share
Analisa shift-share adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa data statistik
regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya. Dalam
analisis ini, akan diperlihatkan bagaimana keadaan pertumbuhan di daerah dengan
dibandingkan pada pertumbuhan nasional. Tujuan dari analisis shift-share adalah untuk melihat
dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkan dengan wilayah yang lebih luas (wilayah referensi).
Menurut Robinson T (2004:79) analisis shift-share dapat digunakan untuk membandingkan
perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kabupaten dengan daerah
propinsi atau daerah propinsi dengan wilayah nasional.
Menurut EMSI Resource Library, analisis Shift Share adalah standar metode analisis
regional untuk menentukan sejauh mana kinerja pertumbuhan perekonomian wilayah
terhadap trend nasional dan seberapa besar pengaruhnya terhadap sektor tertentu. Menurut
-
New York Economic Development, Analisis Shift Share merupakan metode lanjutan dari
analisis LQ dimana LQ hanya melihat potensi ekonomi basis namun tidak menjelaskan
kinerja secara time series. Sedangkan analisis Shift Share menjelaskan perubahan
perekonomian dengan membagi menjadi national share, industry share dan regional share.
2.3. Komponen Analisis Shift Share
Dalam analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja
dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah yakni Komponen Pertumbuhan Nasional
(KPN), komponen Pertumbuhan proporsional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (KPPW).
Gambar 2.1. Diagram Model Shift Share
2.1.1. Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN) merupakan komponen share dan sering
disebut dengan national share. KPN adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja
suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi, kebijakan ekonomi nasional dan
kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah.
Sehingga dalam komponen ini dapat dilihat bagaimana pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional terhadap daerah. Contoh kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan kurs,
pengendalian inflasi, dan masalah penggangguran serta kebijakan dalam perpajakan.
PERTUMBUHAN SEKTOR
EKONOMI
Komponen Pertumbuhan
Nasional (KPN)
Komponen Pertumbuhan Proporsional
(KPP)
Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah (KPPW)
-
2.1.2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
Komponen Pertumbuhan Proporsioanal (KPP) merupakan komponen proportioanal
shift yaitu penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan wilayah. KPP
adalah perubaha produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh
komposisi sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar. Sehingga penerapan KPP ini dapat mengukur perubahan relatif
(naik/turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama di tingkat nasional atau dalam
hal ini disebut juga pengaruh bauran industri (industri mix).
Apabila KPP bernilai positif (KPP>0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam
sektor yang secara nasional tumbuh cepat.
Apabila bernilai negatif (KPP0) pada sektor yang mempunyai keunggulan
komparatif (kompartif advantage) di wilayah/daerah tersebut juga sebagai keuntungan
lokasional.
Apabila KPPW bernilai negatif (KPPW
-
2.3. Kelemahan dan Kelebihan Analisis Shift Share
Kelebihan analisis shift share ( Steve B.H dan Moore dalam Modul Isian Daerah untuk
SIMRENAS):
a. Analisis Shift Share tergolong sederhana namun dapat memberikan gambaran
mengenai struktur ekonomi yang terjadi.
b. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktrur perekonomian dengan cepat.
c. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup
akurat.
Kekurangan Analisa Shift Share
a. Analisis shift-share tidak dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana proses perubahan
di setiap sektor tersebut terjadi. Analisis ini hanya memberikan gambaran bagi para
pengambil keputusan untuk menentukan mengapa suatu sektor tertentu dalam
perekonomian memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan sektor yang
sama di wilayah referensinya, dan sektor yang lainnya tidak.
b. Masalah yang berkenaan dengan homothetic change tidak dapat dijelaskan dengan baik.
PE = KPN + KPP + KPPW
PE =
1 +
) + (
)
PE = Ra 1 + Ri 1 + ( ri Ri)
PB = + KPPW
Dimana:
PE : Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Lokal
Yt : Indikator ekonomi wilayah Nasioanal (akhir tahun analisis)
Yo : Indikator ekonomi wilayah Nasional (awal tahun analisis)
Yit : Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i (akhir tahun analisis)
Yio : Indikator ekonomi wilayah Nasional sektor i (awal tahun analisis)
yit : Indikator ekonomi wilayah lokal sektor i (akhir tahun analisis)
yio : Indikator ekonomi wilayah lokal sektor i (awal tahun analisis)
Jika Pb 0 maka sektor tersebut progresif
Jija Pb< 0 maka sektor Mundur
-
c. Analisis ini tidak cukup signifikan sebagai alat proyeksi, mengingat bahwa regional shift
tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
d. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor.
e. Tidak ada keterkaitan antardaerah.
-
BAB III
PEMBAHASAN STUDI KASUS
3.1 Penerapan Analisis Shift Share
Dalam analisis Shift Share ini, studi kasus yang diambil pada wilayah Kabupaten Gunung
Kidul Tahun 2006-2010 yang dibandingkan pada tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2006-2010, dalam perhitungannya menggunakan Produk Nasional Regional Bruto
(PDRB )atas daras Harga Konstan 2000 berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Gunung Kidul
dan Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2006-2010 . Untuk lebin jelasnya data PDRB dapat Dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan 2.
Dalam analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan produksi atau kesempatan kerja
dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah yakni komponen pertumbuhan nasional,
komponen pertumbuhan prorsional dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Yang dapat
di hitung menggunaka rumus di bawah ini:
Keterangan:
PE = Pertumbuhan Ekonomi
KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional
KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional
KPPW = komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
a. Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share. KPN adalah
perubahan produksi atau kesempatan kerja (KK) suatu wilayah yang disebabkan oleh
perubahan produksi atau KK secara umum. KPN adalah kebijakan ekonomi nasional dan
kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah.
Misalnya kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah pengangguran serta kebijakan
dalam perpajakan.
Rumus Menghitung KPN:
Keterangan:
Yt = indikator ekonomi wilayah nasional, akhir tahun analisis / jumlah total PDRB tingkat 1 pada
tahun 2010
PE = KPN + KPP + KPPW
KPN = (
)
-
Yo = indikator ekonomi wilayah nasional, awal tahun analisis/ jumlah total PDRB tingkat 1 pada
tahun 2005
Perhitungan Studikasus berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
KPN = (
1) = (
21.044.042
16.910.876 1) x 100 = 24,44087462
Sehingga dapat diketahui nilai KPN adalah sebesar 24,44087462 %
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
KPP adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh
komposisi sekto-sektor industri di wilayah tersebut, perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. KPP merupakan
proportional shift yaitu penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan
wilayah.
KPP bernilai positif (KPP > 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang
secara nasional tumbuh cepat.
KPP bernilai negatif (KPP < 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang
secara nasional tumbuh lambat.
Rumus menghitung KPP :
Keterangan: Yit = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, akhir tahun analisis /
jumlah PDRB sektor i pada tingkat 1 tahun 2010
Yio = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, awal tahun analisis/ jumlah
PDRB sektor i pada tingkat 1 tahun 2005
Yt = indikator ekonomi wilayah nasional, akhir tahun analisis / jumlah total
PDRB tingkat 1 pada tahun 2010
Yo = indikator ekonomi wilayah nasional, awal tahun analisis/ jumlah total
PDRB tingkat 1 pada tahun 2005
Perhitungan Studi kasus berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
KPP = (
)
-
Tabel 3.1. Data PDRB PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005-2010
No Sektor Ekonomi
PDRB Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Tingkat 1)
PDRB 2005 PDRB 2010
1 Pertanian 3.185.771 3.632.681
2 Pertambangan dan
Penggalian
122.332 139.967
3 Industri Pengolahan 2.463.230 2.793.580
4 Listri, Gasa, & Air 153.115 193.027
5 Bangunan 1.395.079 2.040.306
6 Perdagangan, Hotel, &
Restooran
3.444.828 4.383.851
7 Angkutan dan Komunikasi 1.673.352 2.250.664
8 Keuangan , Persewaan, & Jasa
Perusahaan
1.623.210 2.024.368
9 Jasa- Jasa 2.849.959 3.585.598
Sumber: Diolah dari sumber BPS Kabupaten Gunung Kidul Dalam Angka Tahun 2005-
2009 dan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka Tahun2005-2009
Maka hasil analisis perhitungan Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP):
Tabel 3.2. KKP Tiap Sektor PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005-2010
No Sektor Ekonomi Perhitungan
(
)
KPP
1 Pertanian ( 3.632.681
3.185.771
21.044.042
16.910.876 ) x 100 -10.4125593%
2 Pertambangan dan
Penggalian
( 139.967
122.332
21.044.042
16.910.876 ) x 100 -10.0251862%
3 Industri Pengolahan ( 2.793.580
2.463.230
21.044.042
16.910.876 ) x 100 -11.0296219%
-
4 Listri, Gasa, & Air ( 193.027
153.115
21.044.042
16.910.876 ) x 100 1.625807288%
5 Bangunan ( 2.040.306
1.395.079
21.044.042
16.910.876 ) x 100 21.80933774%
6 Perdagangan, Hotel, &
Restooran
( 4.383.851
3.444.828
21.044.042
16.910.876 ) x 100 2.818048033%
7 Angkutan dan
Komunikasi
( 2.250.664
1.673.352
21.044.042
16.910.876 ) x 100 10.05945765%
8 Keuangan ,
Persewaan, & Jasa
Perusahaan
( 2.024.368
1.623.210
21.044.042
16.910.876 ) x 100 0.272994813%
9 Jasa- Jasa ( 3.585.598
2.849.959
21.044.042
16.910.876 ) x 100 1.371391453%
Sumber: Hasil Analisa, 2014
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)
KPPW adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan
oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, dukungan kelembagaan, prasarana sosial,
ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut, KPPW merupakan komponen differentiak
shift, sering disebut komponen lokasional atau regional atau sisa lebihan.
KPPW bernilai positif (KPPW > 0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif di
wilayah atau daerah tersebut (disebut juga keuntungan lokasional).
KPPW bernilai negatif (KPPW < 0) pada sektor yang tidak mempunyai keunggulan
komparatif atau tidak dapat bersaing.
Rumus menghitung KPPW :
Keterangan: yit = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, akhir tahun analisis /
jumlah PDRB sektor i pada tingkat 2 tahun 2010
yio = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, awal tahun analisis/ jumlah
PDRB sektor i pada tingkat 2 tahun 2005
KPP = (
)
-
Yit = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, akhir tahun analisis /
jumlah PDRB sektor i pada tingkat 1 tahun 2010
Yio = indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, awal tahun analisis/ jumlah
PDRB sektor i pada tingkat 1 tahun 2005
Perhitungan Studikasus berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional Wilayah
(KPPW)
Tabel 3.3. Data PDRB Kab. Gunung Kidul dan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2005-2010
No Sektor Ekonomi
PDRB Kab. Gunung Kidul
(Tingkat 2)
PDRB Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
(Tingkat 1)
PDRB 2005 PDRB
2010 PDRB 2005 PDRB 2010
1 Pertanian 1.071.975 1.268.080 3.185.771 3.632.681
2 Pertambangan dan
Penggalian
55.802 58.472 122.332 139.967
3 Industri Pengolahan 319.590 368.423 2.463.230 2.793.580
4 Listri, Gasa, & Air 12.933 18.999 153.115 193.027
5 Bangunan 209.900 279.518 1.395.079 2.040.306
6 Perdagangan, Hotel,
& Restooran
384.014 496.688 3.444.828 4.383.851
7 Angkutan dan
Komunikasi
183.272 234.644 1.673.352
2.250.664
8 Keuangan ,
Persewaan, & Jasa
Perusahaan
119.825 159.910 1.623.210
2.024.368
9 Jasa- Jasa 369.079 445.345 2.849.959 3.585.598
Sumber : Diolah dari sumber BPS Kabupaten Gunung Kidul Dalam Angka Tahun 2005-2009 dan Daerah
Istimewa Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2005-2009
-
Maka hasil analisis perhitungan Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP):
Tabel 3.4. KKP Tiap Sektor PDRB Kab. Gunung Kidul dan PDRB Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2005-2010
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Berdasarkan hasil semua perhitungan tersebut untuk mengoreksi kebearan nilai KPN, KPP, dan
KPPW maka dibandingkan dengan nilai perhitungan pertumbuhan ekonomi (PE) pada tabel 3.6
dibawah ini:
No Sektor Ekonomi Perhitungan
(
)
KPPW
1 Pertanian ( 1.268.080
1.071.975
3.632.681
3.185.771) x 100 4.265488213%
2 Pertambangan dan
Penggalian
( 258.472
55.802
139.967
122.332) x 100 -9.630913715%
3 Industri
Pengolahan
( 368.423
319.590
2.793.580
2.463.230) x 100 1.868637154%
4 Listri, Gasa, & Air (18.999
12.933
193.027
153.115) x 100 20.8365888%
5 Bangunan ( 279.518
209.900
2.040.306
1.395.079) x 100 -13.08298987%
6 Perdagangan,
Hotel, & Restooran
( 496.688
384.014
4.383.851
3.444.828) x 100
2.08219512%
7 Angkutan dan
Komunikasi
( 234.644
183.272
2.250.664
1.673.352) x 100 -6.469863892%
8 Keuangan ,
Persewaan, & Jasa
Perusahaan
( 159.9102
119.825
2.024.368
1.623.210) x 100 8.73908279%
9 Jasa- Jasa ( 445.345
369.079
3.585.598
2.849.959) x 100 -5.14839736%
-
Dengan Rumus:
1. PE = KPN + KPP + KPPW
2. PE = . 2010 ., 2005
., 2005
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
NO Sektor
Ekonomi KPN KPP KPPW KPN+KPP+KPPW PE
1 Pertanian 24.4409 -10.413 4.265488213 18.29338821 18.293803
2 Pertambangan
dan
Penggalian
24.4409 -10.025 -9.63091372 4.784986285 4.7847747
3 Industri
Pengolahan
24.4409 -11.03 1.868637154 15.27953715 15.27989
4 Listri, Gasa, &
Air
24.4409 1.62581 20.8365888 46.9032988 64.903271
5 Bangunan 24.4409 21.8093 -13.0829899 33.16721013 33.167222
6 Perdagangan,
Hotel, &
Restooran
24.4409 2.81805 2.08219512 29.34114512 29.341118
7 Angkutan dan
Komunikasi
24.4409 10.0595 -6.46986389 28.03053611 28.030468
8 Keuangan ,
Persewaan, &
Jasa
Perusahaan
24.4409 0.27299 8.73908279 33.45297279 33.452952
9 Jasa- Jasa 24.4409 1.37139 -5.14839736 20.66389264 20.663869
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Maka perhitungan KPN, KPP, dan KPPW dapat di litah pada Tabel 3.6 dibawah ini:
Tabel 3.6. Hasil Perhitungan KPN, KPP, dan KPPW
No Sektor Ekonomi KPN KPP KPPW
PE Ra-1 Ri-Ra Ri-Ri
1 Pertanian 24.4409% -10.413% 4.265488213% 18.29%
-
2 Pertambangan dan
Penggalian
24.4409% -10.025% -9.63091372% 4.78%
3 Industri Pengolahan 24.4409% -11.03% 1.868637154% 15.28%
4 Listri, Gasa, & Air 24.4409% 1.62581% 20.8365888% 64.90%
5 Bangunan 24.4409% 21.8093% -13.0829899% 33.17%
6 Perdagangan, Hotel,
& Restooran
24.4409% 2.81805% 2.08219512% 29.34%
7 Angkutan dan
Komunikasi
24.4409% 10.0595% -6.46986389% 28.03%
8 Keuangan ,
Persewaan, & Jasa
Perusahaan
24.4409% 0.27299% 8.73908279% 33.45%
9 Jasa- Jasa 24.4409% 1.37139% -5.14839736% 20.66%
Sumber: Hasil Analisis, 2014
3.2 Intepretasi Komponen Pertumbuhan Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2006-2010
a. Intepretasi Kpp
Sumber: Hasil Analisis, 2014
No Sektor KPP KETERANGAN
+/-
1. Pertanian -10.41%
Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
2. Pertambangan dan Penggalian
-10.03%
Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
3. Industri Pengolahan -11.03%
Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
1.63% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
5. Bangunan 21.81% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2.82% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
7. Pengangkutan dan Komunikasi
10.06% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
0.27% Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
9. Jasa-Jasa 1.37%
Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
-
b. Intepretasi Kppw
No Sektor KPP KETERANGAN
+/-
1. Pertanian 4.27% Mempunyai daya saing 2. Pertambangan dan
Penggalian -9.63% Tidak Mempunyai daya saing
3. Industri Pengolahan 1.87% Mempunyai daya saing 4. Listrik, Gas, dan Air
Bersih 20.84% Mempunyai daya saing
5. Bangunan -13.08%
Tidak Mempunyai daya saing
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2.08% Mempunyai daya saing
7. Pengangkutan dan Komunikasi
-6.47% Tidak Mempunyai daya saing
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
4.27% Mempunyai daya saing
10. Jasa-Jasa -5.15%
Tidak Mempunyai daya saing
Sumber: Hasil Analisis, 2014
c. Intepretasi Pergeseran Bersih (Pb)
No SEKTOR KPP KPPW KPP + KPPW
(PB)
KETERANGAN
1 Pertanian -10.41%
4.27% -6.15% Mundur
2 Pertambangan dan Penggalian
-10.03%
-9.63% -19.66% Mundur
3 Industri Pengolahan -11.03%
1.87% -9.16% Mundur
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
1.63% 20.84% 22.46% Progresif
5 Bangunan 21.81% -13.08%
8.73% Progresif
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2.82% 2.08% 4.90% Progresif
7 Pengangkutan dan Komunikasi
10.06% -6.47% 3.59% Progresif
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
0.27% 8.74% 9.01% Progresif
9. Jasa-jasa 1.37% -5.15% -3.78% Mundur Sumber: Hasil Analisis, 2014
-
Jika nilai KPPW pada suatu sektor bertanda negatif mengindikasikan sektor tersebut tidak
memiliki keunggulan komparatif wilayah;
Lemahnya dukungan kelembagaan ;
Kurangnya prasarana sosial ekonomi dan;
Kebijakan lokal wilayah tersebut di wilayah kurang mendukung pengembangan sektor
ekonomi.
d. Perhitungan Lq (Perhitungan Kelompok Sebelumnya)
No Sektor
Nilai
LQ KETERANGAN
+/-
1 Pertanian 2,33% BASIS 2 Pertambangan dan
Penggalian 2,55% BASIS
3 Industri Pengolahan 0,72% NON BASIS 4 Listrik, Gas, dan Air
Bersih 0,74% NON BASIS
5 Bangunan 0,90% NON BASIS 6 Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 0,72% NON BASIS
7 Pengangkutan dan Komunikasi
0,72% NON BASIS
KPPW (+)
KPP (+) KPP (-)
KPPW (-)
Listrik, Gas, dan Air Bersih Perdagangan, Hotel, dan Resto Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
Pertanian Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian Bangunan
Pengangkutan dan Komunikasi
Jasa-jasa
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
0,53% NON BASIS
9 Jasa-Jasa 0,87%
NON BASIS
Sumber: Hasil Analisis, 2014
e. Gabungan Nilai Lq Dan Pb
No Sektor LQ PB
1 Pertanian LQ>1 PB < 0 2 Pertambangan dan
Penggalian LQ>1 PB < 0
3 Industri Pengolahan LQ
-
BAB IV
PENTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka terdapat beberapa
kesimpulan yakni:
Konsep analisis shift share merupakan teknik untuk menganalisa data statistik regional, baik
berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya dengan tujuan untuk
melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Sehingga kelebihan pada analisa shift-share
sendiri yaitu dapat melihat pola pertumbuhan daerah dan besarnya angka pertumbuhan yang
seharusnya dapat dicapai serta dapat melihat gambaran pertumbuhan ekonomi secara akurat.
Dalam analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja
dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah yakni Komponen Pertumbuhan Nasional
(KPN), komponen Pertumbuhan proporsional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (KPPW)
Berdasarkan studi kasus diatas dapat dilihat bahwa dengan menggabungkan nilai LQ dan PB
maka dapat melihat sektor mana yang menjadu sektor potensional, unggulan, berkembang dan
terbelakang.
1.2. Lesson Learn
Analisa shift-share dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana produktivitas perekonomian
suatu daerah dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Selain itu, dengan shift share sendiri
dapat melihat bagaimana pola pertumbuhan daerah dan berapa angka pertumbuhan yang dapat
dicapai.