tugas 1

Upload: mhya-karmila-opct

Post on 02-Mar-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fgfjgjh

TRANSCRIPT

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem transportasi O2, serta peranannya terhadap kardiovaskuler, respirasi, & maximal O2 uptake selama latihan! Sistem transportasi O2 merupakan sistem yang erat kaitannya dengan sistem kardiovaskulorespirasi. Transportasi O2 bermanfaat selama latihan yang dapat memberikan kontribusi terhadap proses pengambilan O2 maksimal (VO2 max), yang merupakan indikator kebugaran aerobic (kardiorespirasi). Peningkatan oksidasi metabolisme yang terjadi selama intensitas latihan tergantung pada proses pengantaran O2 yang adekuat untuk kontraksi otot dalam kaitannya terhadap kapasitas fungsional sistem kardiovaskuler & respirasi. Peranannya terhadap sistem kardiovaskulerSelama latihan, sistem kardiovaskuler mengatur kemampuan sejumlah fungsional penting : meningkatkan aliran darah dan pengantaran O2 untuk kontraksi otot skelet & jantung, menjaga tekanan arteri dengan cara memastikan aliran darah yang adekuat ke cerebral, mengurangi hyperthermia saat latihan melalui transportasi panas ke kulit (evaporasi keringat). Peranannya terhadap sistem respirasiBersamaan dengan reaksi yang terjadi pada sistem kardiovaskuler, pada sistem rspirasi terjadi peningkatan ventilasi pulmonaris yang memastikan oksigenasi arteri terpelihara dan mengeluarkan CO2 sebagai zat sisa. Hal ini tercapai melalui peningkatan volume tidal dan frekuensi pernapasan. Pengaturan sistem ventilasi yang baik dapat mengurangi perubahan komposisi kimiawi dalam arteri (parameter PO2, PCO2, dan pH yang stabil) selama latihan tingkat ringan dan sedang. Peranannya terhadap VO2 maxTransfer O2 dari atmosfer ke dalam mitokondria melalui kontraksi otot, dimana terjadi proses oksidasi metabolisme, dan melibatkan sejumlah proses sistem fisiologis tubuh. VO2 max digunakan sebagai untuk mengukur kemampuan kontraksi otot mengkonsumsi O2 sebagai bahan metabolisme dan kemampuan ini dikombinasikan dengan sistem kardiovaskulorespirasi yang mengantar O2 ke dalam mitokondria otot.

2. Jelaskan pengertian muscle fatigue dan bagaimana proses terjadinya! Muscle fatigue merupakan kegagalan untuk menjaga kebutuhan atau hasil energi yang diharapkan terjadi selama kontraksi otot atau kehilangan energi untuk membangkitkan kemampuan otot dalam berkontraksi. Mekanisme terjadinya dimulai dari proses penipisan substrat energi, yaitu CP dan glikogen, yang secara bertahap menurunkan generasi ATP. Proses yang kedua yaitu akumulasi zat sisa metabolisme yang berupa laktat dan ion hydrogen (H+), fosfat inorganik (Pi), adenosine difosfat (ADP), inosine monofosfat (IMP), dan hasil glikolitik tingkat menengah. Proses ini kemudian menimbulkan gangguan ionic berupa asidosis intraseluler yang dapat menurunkan tegangan aktivasi Ca2+ maksimal dan menigkatkan K+ interstitiel, sehingga dapat memperlambat proses relaksasi otot. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus maka mengakibatkan kegagalan eksitasi-kontraksi otot.

3. Jelaskan efek training terhadap organ yang terkait! Efek training terhadap ultrastruktur dan tipe serabut ototMelalui intensitas latihan daya tahan yang lamadapat meningkatkan transformasi tipe serabut otot. Jumlah serabut ST yang lebih tinggi pada atlet yang melakukan latihan daya tahan mungkin disebabkan oleh kombinasi keturunan genetic dan latihannya yang mempengaruhi transisi dari serabut FT menjadi serabut ST.Pada latihan penguatan yang menyebabkan terjadinya hipertrofi otot yang menghasilkan penigkatan area serabut FT dan ST, utamanya pada serabut FT.

Efek latihan terhadap sistem kardiovaskulerAdaptasi dalam sistem kardiovaskuler terhadap latihan perlu dipertimbangkan baik dari segi perubahan sentral maupun perifer. Adaptasi sentral meliputi perubahan cardiac output yang meningkat, volume darah meningkat 6-10% setelah latihan endurance, & kapasitas arteri dalam mengangkut O2 yang meningkat seiring terjadinya latiha kontraksi otot. Sedangkan adaptasi perifer meliputi peningkatan aliran darah otot dan pembuluh darah kapiler sekitar 50% setelah 8 minggu latihan secara teratur.

Efek latihan terhadap sistem respirasiPada atlet yang melakukan latihan fisik secara rutin, memiliki kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) cukup signifikan. Demikian juga pelatihan endurance yang teratur dapat memperbaiki kondisi ventilasi istirahat pada pulmonaris, karena terjadi proses regulasi gas darah arteri dan pH yang terjaga selama latihan sedang.

Efek latihan terhadap adaptasi metabolisme otot skeletLatihan dapat meningkatkan jalaran oksidatif metabolisme tiap jaringan, meningkatkan konsumsi O2 dalam mitokondria secara cepat, mengurangi gangguan metabolisme selama latihan, dan meningkatkan penggunaan sumber energy yang berasal dari substrat lipid.

Efek latihan terhadap regulasi elektrolitLatihan endurance dan penguatan secara teratur dapat meningkatkan konsentrasi Na+/K+ secara signifikan melalui aktivitas pompa ionik intraseluler yang dapat mengurangi efek kelelahan otot (muscle fatigue).

4. Jelaskan yang dimaksud dengan status fisiologi pada saat cedera! Status fisiologi pada saat cedera merupakan suatu informasi perspektif mengenai keadaan fisiologi jaringan tubuh sebagai akibat dari cedera yang terjadi, baik pada area cedera lokal, maupun keadaan sistem organ lainnya, termasuk otot skelet. Di sisi lain, latihan yang telah dicapai atlet pada tingkat kondisi fisiologi tertentu, akan mengalami dekondisi sesuai dengan keadaan cedera yang dideritanya. Hal ini membuat atlet yang sakit dapat kehilangan kualitas kebugarannya secara perlahan yang menetap. Sehingga atlet akan membutuhkan cadangan latihan yang lebih besar untuk memelihara kebugaran fisiologisnya dibandingkan dengan orang biasa.

5. Jelaskan fase-fase trauma otot, serta apa perbedaan strain, rupture, & contusion! Trauma otot merupakan suatu kondisi patologis yang terjadi pada otot skelet seseorang yang terjadi ketika ia digunakan melampaui kapasitasnya sehingga terjadilah kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi baik karena latihan high-intensity maupun latihan daya tahan berat. Kerusakan juga bisa terjadi secara tidak langsung: contusio, fraktur, sindrom kompartemen, insisi saat operasi.

Fase penyembuhan luka1. Fase inflamasi/ fase substrat/ fase eksudasi/lag phaseTujuan : menghilangkan mikroorganisme yang masuk ke dalam luka, benda-benda asing dan jaringan mati. Semakin hebat inflamasi, semakin lama fase ini, karena terlebih dahulu harus ada eksudasi yang diikuti penghancuran dan resorpsi sebelum fase proliferasi dimulai. Komponen vaskuler - pembuluh darah yang putus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubule berusaha menghentikannya dgn vasokontriksi dan retraksi ujung pembuluh darah - sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, disertai vasodilatasi lokal. Komponen hemostatik hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk ikut membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Komponen seluler - aktivitas seluler: pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis - leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik membantu mencerna bakteri dan kotoran luka - limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut memakan dan menghancurkan kotoran luka dan bakteri 2.Fase Proliferasi/ fase fibroplasi/ fase jaringan ikat Berlangsung dari fase akhir inflamasi + akhir minggu 3. *Terjadi proses epitelisasi sehingga epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.*Reparasi jaringan ikat : Luka dipenuhi sel radang, fibroblas, kolagen, yang disertai dengan adanya vaskularisasi karena proses angiogenesis membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi.3. Fase remodelling/fase resorpsi/fase maturasi/fase diferensiasi Terjadi pematangan yang terdiri dari: penyerapan kembali jaringan berlebihan Oedem+sel radang diserap, sel menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap, kolagen yang berlebihan diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Pada akhir fase ini : perupaan luka kulit mampu menahan regangan + 80% kemampuan kulit normal Strain otot merupakan gangguan serabut otot dan pendarahan kecil yang dengan seketika dapat dibuktikan melalui adanya keterbatasan pada bagian distal hubungan musculotendinosus pada region otot yang bersangkutan ketika akan melakukan suatu gerakan. Muscle rupture merupakan avulsi otot dari tendon terkait dengan adanya pemendekan panjang otot akibat putusnya serabut otot yang biasa terjadi pada bagian distal musculotendinosus junction. Contusion merupakan luka memar yang terjadi akibat benturan terhadap otot, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi dan pembentukan hematoma pada beberapa serabut otot yang bersangkutan.

6. Jelaskan dampak imobilisasi pasca trauma pada olahragawan! Ketika imobilisasi dilakukan maka akan berdampak pada berbagai sistem organ termasuk otot rangka, selanjutnya otot menjadi atrofi dan lemah yang ditemukan lama setelah cedera. Pengurangan dari angka sintesis protein miofibrilar merupakan respon yang utama dari atrofi otot. Ketika pengurangan protein relatif tidak berubah, atrofi menjadi dampak yang paling awal dari imobilisasi dan secara progresif bertambah sesuai eksponen waktu. Atropi otot adalah gabungan dari hilangnya sarkomer secara paralel dan seri. Imobilisasi otot pada posisi memendek akan menghilangkan sarkomer secara seri dan kemudian pemendekan secara keseluruhan. Jika hal ini berlangsung selama terus-menerus, maka imobilisasi akan mempengaruhi sistem fisiologis jaringan sehingga dapat menimbulkan penurunan kebugaran tubuh, akibat adanya kondisi tubuh yang statis dalam reaksi imobilisasi tersebut.

7. Jelaskan pengertian detraining dan jenis-jenis detraining to training! Detraining adalah hilangnya kemampuan adaptasi terhadap latihan, baik secara parsial maupun menyeluruh dalam merespon stimulasi latihan yang tidak adekuat. Jenis-jenis detraining to training, yaitu :a. Detraining following aerobic enduranceSetelah berhenti melakukan latihan aerobic selama 12 hari, atlit akan mengalami penurunan VO2 max sebanyak 7%. Selain itu, akan terjadi interaksi faktor-faktor muscular local dengan kardiovaskular pusat.b. Reduced aerobic trainingWaktu penurunan intensitas latihan aerobic sebaiknya tidak lebih dari 3 minggu jika dilakukan latihan daya tahan aerobic yang maksimal. Beban latihan dapat dikurangi dengan manipulasi kombinasi frekuensi atau intensitas. c. Detraining following anaerobic trainingTerjadi perubahan dalam proses-proses enzimatis dimana perubahan ini dapat diamati kembali ke level detraining 2 minggu setelah istirahat total. Latihan anaerobic untuk jangka waktu pendek dan membantu memperkuat otot dan sendi.d. Detraining following strength trainingKemampuan motorik dibedakan dalam 3 komponen, yaitu: kekuatan maksimal (maximum strength), kekuatan yang cepat (speed strength), dan daya tahan kekuatan (strength endurance/muscle endurance)e. Sport mixedDesain olahraga dengan menggabungkan latihan aerobic dan anaerobic.f. Cross-trainingKombinasi dua atau lebih jenis aktivitas fisik sehingga banyak anggota tubuh yang bekerja dalam latihan.

8. Jelaskan pengertian miracle cures biochemical of pain! Miracle cures biochemical of pain merupakan suatu pengobatan atau perawatan yang mujarab, sehingga dapat mengurangi dan menurunkan gejala nyeri. Prosesnya melalui stimulus yang diberikan langsung terhadap sistem saraf pusat, sebagai suatu sistem autoregulasi dalam mensekresi substrat biokimiawi seperti endorphine dan encephaline yang terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri.

9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efek placebo bagi FT, morfin, atau puzzled effect! Placebo effect merupakan efek untuk merangsang pelepasan endorfin untuk menghambat atau menurunkan nyeri jika terjadi cedera. Ini dilakukan dengan memberikan stimulus dari luar yang bisa mensugesti pasien untuk merasa tenang dan tdk stres (secara psikologis) walaupun secara fisiologis intervensi yang diberikan tdk mengandung zat yang dapat menginhibisi nyeri. Efek Placebo menunjukkan bahwa 33% orang yang mampu mengendalikan rasa sakit. Beberapa respons plasebo dapat meningkatkan produksi endorphin pada tubuh sebagai hasil dari sugesti diri untuk mengurangi nyeri. Studi penting mengenai nyeri (Levine et al 1978b) memeriksa hubungan antara placebo dan endorfin dalam kondisi klinis. Pasien yang terdaftar untuk pembedahan karena nyeri gigi diproses untuk respons plasebo.ketika semua kelompok diberikan placebo dengan sugesti nyeri berkurang, responden positif plasebo menyatakan nyeri berkurang, sebaliknya responden negatif placebo menyatakan tidak. Memahami efek plasebo adalah penting untuk physioterapist tersebut, karena efek plasebo mencakup lebih dari pemberian obat. Setiap situasi di mana seseorang menerima perhatian dan perawatan secara potensial situasi plasebo dapat menurunkan keadaan nyeri dari pasien. Fisioterapi mengandung kekuatan placebo yang kuat krn pendekatan emosional yang diberikan melalui komunikasi terapeutik bahwa pasien bisa sembuh. Tentu saja akan lebih efektif krn sebenarnya persepsi pasien yang memegang peranan utama dlm mengendalikan intensitas nyeri. Efek placebo dapat efektif krn sistem limbik mendapat informasi bahwa nyeri akan menurun dengan intervensi Ft. Morfin, sama dengan kebanyakan intervensi lainnya, yang tidak secara keseluruhan efektif. Banyak peneliti mempelajari efek morfin dibingungkan oleh perbedaan hasil: pada beberapa study morfin Nampak efektif dalam mengontrol nyeri saat yang lainnya itu hanya sebagai efek placebo. Study lainnya menunjukkan bahwa morfin efektif dalam mengontrol perasaan sakit tapi tidak dalam mengontrol sensasi nyeri. Morfin efektif meringankan penderitaan pasien dengan neurogenic pain, tapi tidak meringankan pasien pusat nyeri secara psikologi. Ini merupakan temuan menarik, karena ini menjelaskan beberapa dari alasan untuk ketidakmajuan.

10. Jelaskan langkah-langkah endorphin & stress! Psikoneoroendokrin phenomenon merupakan suatu fungsi regulasi dan kontrol tubuh secara psikologis oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Proses ini menunjukkan adanya hubungan antara psikologis manusia dengan fisiologis tubuh. Psikologis yang ditunjukkan dengan keadaan mood seseorang dapat mempengaruhi biokimia-mekanik tubuh akibat kerja hormon dari sistem endokrin dan kerja neurotransmitter dari sistem saraf. Hormon merupakan substansi kimia yang disekresi sel kelenjar endokrin ke dalam sirkulasi tubuh untuk fungsi kontrol aktifitas sel-sel tubuh, sedangkan neurotransmitter merupakan senyawa kimia yang terlibat dalam transmisi sinaptik. Sinyal nyeri dapat diintrepretasikan sebagai faktor mengganggu atensi, kognisi, dan perilaku sosial. Sistem limbik dan korteks akan menentukan arti dan memodulasi sinyal nyeri apakah akan diperberat melalui perhatian terhadap nyeri ataupun sebaliknya melalui perhatian yang terkontrol. Provokasi stres menginduksi analgesia secara humoral yakni mengeluarkan opioid-like substances dari hipofisis seperti beta-endorfin akibat aktivasi aksis HPA (hypothalamic pituitary adrenal) serta dinorfin dan enkefalin oleh medulla adrenalis akibat aktivasi LC (locus ceruleus). Gambaran psikologis terhadap nyeri menentukan berat ringannya penyembuhan. Stres dalam sistem opioid maupun nonopioid akibat aktivasi neuronal maupun hormonal akan memodulasi nyeri sentral dan perifer. Stres berupa perhatian yang tdk terkontrol dan respon berlebihan terhadap nyeri akan memberi informasi ke sistem limbik dan korteks untuk memperberat nyeri. Rasa stres tdk dpt merangsang endorfin dan enkefalin untuk menghambat nyeri. Serabut nyeri yang memasuki medulla spinalis dalam satu atau dua segmen akan berakhir pada substansia gelatinosa (SG). Di sampng itu, terdapat pula input yang lain menuju SG, misalnya serabut saraf mekanoreseptor yang berakhir pada akson dari serabut nyeri dan menyebabkan inhibisi presinaptik. Demikian pula serabut-serabut kortikofugal berakhir pada SG juga menyebabkan inhibisi presinaptik. Jadi, impuls baik dari mekanoreseptor maupun dari kortikofugal dapat menekan penghantaran sinyal rasa nyeri di tingkat batang otak sebelum sampai ke sistem limbik & korteks untuk dipersepsi. Stress berhubungan dengan psikis seseorang. Psikis ternyata mempengaruhi reaksi biokimia tubuh. Ketika terjadi stress maka zat kimia seperti endorphin dan enchepalin terbloking. Sehingga nyeri akan sulit berkurang. Secara fisiologis stress hanya menghasilkan peningkatan sementara di kortison. Namun, jika seorang atlet bersaing dalam peristiwa besar dan stres psikologis ditambahkan ke stress fisiologis, produksi hormon ACTH yang berlebih, dengan mengurangi respon kekebalan tubuh.

11. Jelaskan aplikasi TOTAPS dan AVPU dalam olahraga lapangan! TOTAPS merupakan suatu model pemeriksaan awal atau suatu program pertolongan pertama pada kasus cedera atlet yang berada di lapangan, yang terdiri atas :Talk Lihat apakah atlet dapat berbicara atau tidak. Jika dia dapat berbicara, tanyakan tentang mekanisme terjadinya cedera. Hal ini juga merupakan tahap pemeriksaan kesadaran. Berbagai pertanyaan dapat ditanyakan dalam tahap ini, seperti Posisi pada permainan ini sebagai apa? atau berapa skor nya? untuk memberikan informasi tentang fungsi otaknya. Jika dibutuhkan dan memungkinkan, beberapa hal dapat ditanyakan kepada pemain, seperti riwayat penyakit, nyeri (intensitas dan tempatnya) dan penurunan sensoris.

Observe Observasi secara umum dapat dilihat dari gangguan pernapasan, ketidaksadaran, fitting, cardiac signs atau perdarahan yang tidak terkendali. Ini merupakan hal yang lebih penting dibanding cedera peripheral dan membutuhkan penanganan sesegera mungkin.

Touch Palpasi pada daerah cedera sangat dibutuhkan; soft tissue feel mencakup bengkak, perubahan temperatur dan tenderness. Hal ini dapat menunjukkan kerusakan struktur secara pasti dan kemampuan struktur akan menunjukkan fungsi yang akan membantu memutuskan apakah atlet akan lanjut atau dikeluarkan.

Active Movement Gerakan aktif ini dilakukan untuk mengetahui tingkat dan kualitas pergerakan dan menaksir jika ada keterbatasan yang terjadi karena adanya nyeri atau kelemahan. Hasilnya dapat dilihat dari perbandingan antara painfree range dengan normal full aktif ROM.

Passive Movement Physio harus menggerakkan bagian tubuh yang cedera pada normal ROM untuk menentukan viabilitas sendi pada saat mengalami kelemahan dan instabilitas. Hal ini harus selalu dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain untuk menaksir pengurangan nilai ROM nya. Jika terindikasi, tes yang spesifik untuk ligament dapat dilakukan pada tahap ini.

Skill Test Skill test dapat dimulai dengan berdiri tanpa dibantu untuk berjalan, berlari, melompat untuk ekstremitas bawah atau mengayun racket atau memukul bola untuk ekstremitas atas. Physio harus secepatnya menentukan keputusan apakah atlet tersebut bisa melanjutkan aktivitasnya atau tidak. Tapi ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, seperti mengubah posisi dalam permainan dalam jangka waktu yang terbatas untuk mengurangi tingkat aktivitas, atau mengeluarkan atlet dalam jangka waktu yang cukup untuk menggunakan bracing atau strapping. Dan jika pemain telah kembali melanjutkan aktivitas, physio harus mengamati gejala atau keterbatasan yang terjadi karena cedera yang di alami. AVPU merupakan suatu metode penilaian sederhana untuk menentukan tingkat kesadaran seorang atlet yang mengalami cedera, komponennya terdiri atas :

Alert/Awake keadaan yang sadar penuhResponds to verbal stimulus keadaan yang sadar ketika ada reaksi terhadap perintah verbal (perintah untuk membuka mata)Responds to painful stimulus keadaan yang sadar ketika ada reaksi terhadap nyeri (sadar ketika dicubit)Unconscious keadaan yang tidak bereaksi sama sekali, meskipun diberikan suatu stimulus

12. Mengapa perlu diketahui konsep recovery cedera olahraga pada jaringan konektif yang berhubungan dengan retraining! Konsep recovery cedera olahraga perlu diketahui kapan waktu pemulihan dari jaringan konektif, baik berupa ligamen maupun fascia, pasca cedera olahraga sehingga dapat ditentukan jenis detraining yang sesuai yang dapat dilakukan. Intinya adalah waktu lamanya recovery (pemulihan) dari cedera jaringan konektif menentukan jenis detraining yang tepat sehingga seorang atlet yang mengalami cedera jaringan konektif dapat melakukan aktivitas latihan yang lebih cepat. Konsep recovery dapat memelihara kondisi kebugaran seorang atlet melalui masa pemulihan retraining tersebut.

LAPORAN MANAJEMEN PRAKTIKUM KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN Minggu, 22 Februari 2009UNIVERSITAS HASANUDDINTUGAS INDIVTUGASSPORT PHYSICAL THERAPY

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2011