tradisi sama’ (menyimak) di indonesia studi kasus; …

106
1 TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; RITUAL TARI DARWIS BERPUTAR TAREKAT NAQSYABANDI HAQQANI RABBANI DI JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) oleh Indah Rahmawati NIM: 104022000801 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

1

TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIASTUDI KASUS; RITUAL TARI DARWIS BERPUTAR

TAREKAT NAQSYABANDI HAQQANI RABBANI DI JAKARTA

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

oleh

Indah Rahmawati

NIM: 104022000801

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

2

ABSTRAK

Secara literer, makna sama’ yakni mendengarkan. Istilah tersebut dipakai

oleh kaum sufi untuk menyebut ritual menyimak syair yang dinyanyikan atau

dibacakan dengan atau tanpa iringan musik. Penekanannya adalah lebih pada

pengalaman menyimak (syair) daripada menikmati pertunjukkan musiknya.

Tujuan dari ritual ini adalah ketenangan jiwa. Sebagian tarekat memasukkan unsur

tari didalamnya. Adapun ritual sama’ dengan tari yang masih bertahan hingga kini

adalah Tari Darwis Berputar, karya Jalaluddin Rumi sekaligus pendiri tarekat

Mawlawiyyah. Sebagian kaum syariat melarang praktek ritual ini, karena dinilai

bid’ah. Memang dalam aturan sufi, praktek ritual ini sebenarnya dilarang bagi

masyarakat umum yang tidak mengerti ritual ini. Tetapi dalam perkembangannya,

tari ini dipentaskan sebagai sebuah karya seni ke seluruh dunia, termasuk

Indonesia. Dalam pertunjukkan-pertunjukkan pentas, tari ini berubah fungsi

menjadi media dakwah tersendiri, menawarkan sudut pandang sosial berbeda,

bahkan memberikan corak baru dalam dinamika budaya di Indonesia. Di

Indonesia, tradisi ini dipertahankan oleh Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani

dan Anand Ashram.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana dan

seperti apa tradisi sama’ tari ini berkembang di Indonesia melalui tarekat

Naqsyabandi Haqqani. Bagaimanakah posisinya dalam tradisi budaya yang

religius di Indonesia, bagaimana masyarakat social pada umumnya menilai tradisi

sama’ tari ini, dan sejauh mana kontribusinya dalam dakwah Islam di Indonesia

khususnya Jakarta.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam pembahasan tulisan ini

adalah metode historis yang menggunakan pendekatan social-antropologi.

Sedangkan subjek dari tulisan ini adalah tradisi ritual sama’ Tari Darwis Berputar

yang dilakukan oleh sebuah tarekat Naqsyabandi di Indonesia. Naqsyabandi

terbagi menjadi Mujadiyyah, Khalidiyyah, Mazhariyyah, dan Haqqani.

Naqsyabandi sendiri sebenarnya merupakan tarekat yang sejak lama berpengaruh

di Indonesia. Di Indonesia, Naqsyabandi termasuk salah satu tarekat yang taat

syariah. Sedangkan Terekat Naqsyabandi yang melaksanakan tradisi sama’ tari ini

ialah Naqsyabandi Haqqani Rabbani.

Page 3: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga

dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad saw dan seluruh keluarga, para

sahabat, dan para pengikutnya.

Penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari

berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik bantuan moral maupun

material, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih terutama

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Abd. Chair, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA., selaku Ketua Jurusan Sejarah

dan Peradaban Islam serta Bapak Usep Abdul Matin, SAg., MA., MA.,

selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

3. Bapak Dr. Sudarnoto Abdul hakim, MA, selaku dosen Pembimping

Skripsi yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skrpsi

ini dengan baik

4. Bapak Drs. Saidun Derani, MA, selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah membantu proses skripsi ini dan Bapak H. Nurhasan, SAg,

MA., selaku dosen Seminar Skripsi.

5. Bapak-bapak serta ibu-ibu dosen Fakutas Adab dan Humaniora,

terutama kepada dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang

Page 4: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

4

telah memberikan ilmunya selama masa kuliah, serta staf-staf pegawai

akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun

pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

staf-stafnya yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi

penulis untuk mendapat buku-buku bacaan pada saat masa kuliah dan

saat menyelesaikan skripsi ini.

7. Para Syekh serta anggota, baik pengikut maupun partisipan Tarekat

Naqsyabandi Haqqani Kampung Melayu, dan Tarekat Naqsyabandi

Haqqani Rabbani di Bulungan dan Cinere yang telah memberikan

informasi dan data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi

ini.

8. Orang tua tercinta bapak Subarno dan ibu Suci Utami yang telah

mendidik dan membesarkan penulis, terima kasih yang tak terhingga

atas doa yang tak henti-henti serta ridhonya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak serta adik penulis, Rachmat Fadillah dan Aulia Istita’ah

Zahriani yang tutut memotivasi penulisan skripsi ini, serta teman-

teman Fuad Adrian Salasa, Muhammad Khamdi, Fahmi Irfani,

Nurendah Muthiah, Cenun, Muthmainnah, Setyadi Sulaiman,

Rahmiwati, Khairuddin, Aini, Fatimah, Siti Rohimah, Marni, Anita,

Munah, Maria, Glen, Syarif, Tia, Endah, Ida, Nengkomariah dan

teman-teman mahasiswa jurusan SPI lainnya angkatan 2004.

Page 5: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

5

Demikianlah ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT membalas

amal kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang memerlukannya.

Ciputat, 20 Juni 2009

Indah Rahmawati

Page 6: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

6

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………7

C. Tujuan Penulisan………………………………………........................8

D. Tinjauan Pustaka.……………………………………………………...8

E. Metodelogi Penulisan ………………………………………………..10

F. Sistematika Penulisan………………………………………………...14

BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYABANDI

HAQQANI RABBANI DI JAKARTA

A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani

di Jakarta……………..………………………………………………16

B. Karakteristik Tarekat Naqsyabandi Haqqani ……………………….23

C. Munculnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani………………...35

BAB III. SEJARAH PERKEMBANGAN TRADISI SAMA’

A. Pengertian Sama’……………………………………………….........41

B. Unsur Tari dalamSama’……………………………………...……....46

C. Kronologi Sejarah Tradisi Tari Darwis Berputar…………..………...50

D. Beberapa Kasus Ritual Tari Darwis Berputar di Indonesia………….53

Page 7: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

7

BAB IV. TRADISI TARI DARWIS BERPUTAR TAREKAT

NAQSYABANDI HAQQANI RABBANI DI JAKARTA

A. Pertunjukan Tari Darwis Berputar sebagai bagian dari Komunitas

Zikir Kota ……………………………………………………………65

B. Fungsi Tradisi Tari Darwis Berputar pada Lingkup Sosial- Budaya.. 71

C. Tari Sufi dalam Pentas Seni sebagai Dakwah Sufistik Baru……….. 76

D. Redefinisi Praktik Spiritual dalam Pentas Tari Darwis Berputar…… 79

E. Reaksi Masyarakat dan Pandangan Kaum Syari’at………………….82

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………… ….……………………….. 87

B. Saran…………………………………………………………………88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 25 Oktober 2007, untuk kesekian kalinya Tari Darwis Berputar

kembali terlihat dipentaskan di salah satu kota besar di Indonesia, Jakarta.

Bertempat di Taman Ismail Marzuki, ternyata tarian sufi ini dibawakan dalam

rangka memperingati 800 kelahiran Jalaluddin Rumi.1 Beberapa kedutaan untuk

Indonesia seperti Iran dan Turki, turut menghadiri acara tersebut. Tidak hanya itu

saja, badan PBB, UNESCO selain mengangkat ketika itu tahun 2007 sebagai

tahun Rumi, juga menyatakan Tari sufi Darwis Berputar sebagai salah satu karya

seni terbesar dunia.2

Tari Darwis Berputar, kini menjadi karya seni Islam kelas dunia yang

layak mendapat perhatian dari seluruh masyarakat di dunia. Baik muslim atau

non-muslim dapat melihat tari sufi ini sebagai sebuah tradisi ritual, atau karya seni

religius yang menceritakan sisi lain dari Islam. Meskipun begitu, pada

kenyataannya, tradisi tari melibatkan unsur musik dan syair masih merupakan

persoalan di dunia Islam sendiri.

1 Nama lengkapnya Jalaluddin Muhammad bin Husyain al-Khatibi al-Bahri. Nama Rumi,merupakan julukan karena ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Konya, yang ketika itutermasuk kekaisaran Byzantium (Romawi Timur). Abdul Hadi W. M, Hermeneutika, Estetika, danReligiusitas: Esai-Esai Sastra Sufistik Dan Seni Rupa, (Matahari : 2003, Yogyakarta)hal. 145

Rumi juga dikenal sebagai mistikus islam terbesar di dunia, karena hingga kini syair-syairnya berhasil mempengaruhi perkembangan sastra dunia, termasuk di Barat. Kajian tentanghidup dan karyanya masih berlangsung hingga saat ini. Idris Syah, Jalan Sufi, Reportase DuniaMa’rifat terj. Jok S. Kahhar dan Ita Masyita, (Risalah Gusti: 1999, Jakarta) hlm 114

2 Lihat makalah Abdul Hadi, “Rumi dan Relevansi Sastra Rumi”, 07 Mei 2007.disampaikan pada acara Bulan Sastra di fak. Adab UIN Jakarta. Pada tanggal 07 Mei 2007

Page 9: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

9

Musik, syair, dan tari memang merupakan aspek yang populer dalam dunia

sufisme, terutama kaitannya dengan ritual Sama’. Kekhusyukan Sama’ diyakini

mampu membawa jiwa sang sufi untuk menyatu dengan jiwa Tuhannya. Sama’

merupakan penawar rasa rindu manusia kepada Tuhan yang melewati batas

hubungan antara hamba dengan Tuhan itu sendiri, bahkan melebihi ibadah wajib

lain seperti solat. Dengan kata lain, dalam Sama’ sebenarnya, musik dan syair

merupakan kesatuan mekanisme zikir dalam rangka mendekatkan diri kepada

Tuhan. Sedangkan gerakan tubuh (tari) merupakan sebuah ekspresi lahiriyah yang

lahir dari gerakan trance spontan menuju gerakan-gerakan ritual terkontrol.

Adapun Tari Darwis Berputar, merupakan salah satu contoh tradisi Sama’ yang

disertai dengan gerakan fisik (tari), yang masih bertahan hingga kini, dan bahkan

diamalkan pula dalam upacara-upacara Sama’ tarekat-tarekat yang tidak begitu

ortodoks, seperti Alawiyah, Chistiyyah, dan Ni’matullah. 3

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sebenarnya perkembangan tari

sufi ini dalam wilayah intern Islam, tidak semulus perkembangannya seperti pada

wilayah ekstern. Reaksi yang ditimbulkan dari pentas-pentas tari sufi di Eropa

mampu menyajikan pertumbuhan tradisi tari sufi yang dinamis. Sedangkan dalam

dunia Islam sendiri, perdebatan fiqih mengenai tradisi ini masih berlangsung

hingga kini. Reaksi paling keras datang dari kaum ortodoks yang mengharamkan

musik, irama, dan apapun yang mengikutinya, termasuk tarian. Berangkat dari

kenyataan bahwa memang terdapat dalil Al-Qur’an dan Hadist yang memojokkan

posisi musik,4 karena mengambil sikap wara`(hati-hati), maka para ulama

3 Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, terj. Arif Anwar, (Pustaka Sufi : 2003,Jogjakarta) hlm.238

4 (QS. Luqman: 5), Hadits Nabawi. Dalam salah satu Hadits yang shahihada disebutkan tentang hal-hal yang dianggap sebagai dalil pengharaman

Page 10: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

10

muta`akhirin dengan melihat kerusakan yang timbul di masanya akhirnya

mengharamkan alat musik serta yang mengikutinya.

Sedangkan bagi kaum sufi, Sama’ merupakan penyaluran bagi rasa

keagamaan orang saleh dan unsur musik dalam tarikan-tarikan inilah yang

menarik khalayak banyak. Barangsiapa menginginkan bentuk ibadah emosional

yang tidak dapat diberikan oleh shalat, dapat menemukannya dengan

mendengarkan musik atau ikut serta dalam gerakan tari. Mayoritas membolehkan

Sama’ sebagai sarana untuk membuka hati bagi masuknya pengetahuan dan

kesadaran.5

Para sufi mendasarkan pendapatnya tersebut kepada riwayat yang

menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw pernah mengatakan kepada sepupu

belia, Ja’far, bahwa di antara semua keluarga beliau yang menyerupai beliau

dalam banyak hal adalah Ja’far Ibn Abi Thalib. “Kau adalah seperti aku dalam air

muka maupun dalam sifat”, demikian kata beliau kepada Ja’far. Mendengar

ucapan itu, tak terkira senangnya Ja’far, dan dia menari-nari di hadapan Nabi saw

sebagai tanda syukurnya kepada Tuhan. Demikian pula, tari-tarian yang pernah

dilakukan oleh utusan dari Habsyi di hadapan Nabi di dalam masjid di Madinah6

Menurut Jalaluddin Rumi, posisi tarian dalam Sama’ di hadapan syariat,

diumpamakan seperti seorang yang lapar, tetapi tidak menemukan sesuatupun

nyanyian dan musik, ‘‘Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yangmenghalalkan zina, sutera, khamr dan alat-alat yang melalaikan’’. (HR Bukhari)keterangan diperoleh dari sufiews.com, diakses pada 02 Maret 2004

5 Abdul Hadi W. M, Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus : 2000, Jakarta)hlm. 427

6(Lebih jauh tentang keabsahan riwayat dalil-dalil Sama’, baca misalnya, karya Ahmadal-Ghazali (adik kandung al-Ghazali) dalam Bawariq al-Maariq). Keterangan tersebut berasal darisufinews.com di akses pada tanggal 02 Maret 2004.

Page 11: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

11

untuk dimakan, sehingga makanan harampun menjadi boleh demi menyelamatkan

nyawa. Maka, jika tubuh jasmani saja diperbolehkan untuk memakan sesuatu

yang haram, begitupun dengan tubuh ruhani. Itupun seandainya tarian itu

diharamkan.7

Dinamika tari sufi memang tak lepas dari dimana ia dipelihara. Seperti kasus

yang sama di kota-kota Eropa, ketika pentas tari sufi berlangsung di tengah kota,

maka dengan sendirinya, urusan fiqih menjadi tiada. Pada mulanya ritual tari sufi

ini merupakan praktik spiritual tertutup, sakral, hanya boleh diikuti oleh sesama

kaum sufi karena ini merupakan konsumsi kaum sufi, tetapi kini tidak lagi.

Beberapa zawiyah Rumi di Jakarta amat terbuka menerima berbagai golongan

masyarakat yang ingin mempelajari atau hanya sekedar tahu tradisi tari sufi ini.

Dalam aturan tasawwuf, ekstase tidak boleh diperlihatkan di depan khayalak

ramai yang tidak mengerti mengenai makna ekstase itu sendiri. Itu sebabnya

Sama’ termasuk tari sufi, sebenarnya harus dilaksanakan secara tertutup. Hal

tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai penafsiran miring di

masyarakat. Indonesia sebenarnya telah memiliki pengalaman tersebut sejak abad

enam belas. Bermula dari perseteruan dua ulama besar berbeda aliran, yakni

ketika ar-Raniri membakar karya-karya Hamzah Fansuri di depan masjid Bait ar-

Rahman karena karya-karya tersebut penuh dengan ungkapan ekstase. Begitupun

pada kasus eksekusi Syekh Siti Jenar oleh Walisanga karena berani menebarkan

secara liar paham kesatuan wujud. Seperti halnya al-Hallaj yang juga dieksekusi

ketika meneriakkan ucapan-ucapan ekstase di depan masyarakat awam.

7.Lihat “Manifestasi Nilai-NIlai Tasawuf dalam Sejarah”, Majalah Sufi, Menuju JalanUlahi, Seri A 09, 7 Dzulqaidah-4 Zulhijah 1421 H, hlm 52

Page 12: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

12

Kini, dengan atau tanpa ekstase, tari sufi Darwis Berputar telah memiliki

banyak peminat, khususnya para penduduk kota besar. Seperti yang dikatakan

Idries Syah, masyarakat Barat yang hidup di kota-kota besar cenderung mudah

menerima nilai-nilai spiritual yang bersifat tidak mengikat seperti ibadah wajib,

apalagi melalui karya seni seperti tari sufi.8 Begitupun di Indonesia, tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani membuka kelas tari sufi baik berupa praktek ritual

atau kajian rutin, memperkenalkan tari ini pada masyarakat kota dari berbagai

kalangan dan lapisan, dalam rangka menarik masyarakat untuk kembali pada

ibadah dan religiusitas. Tentunya hal tersebut kemudian mampu mengingatkan

kita pada metode dakwah Walisanga, yang menggunakan seni sebagai daya tarik

bagi masyarakat untuk mengenal Islam lebih jauh. Ketika tradisi Sama’ tari sufi

ini lantas dibawakan dalam sebuah pentas seni, maka ia pun berubah fungsi dari

sebuah ritual sakral menjadi sebuah gerakan dakwah sufistik.

Maka berangkat dari beberapa persoalan di atas penulis bermaksud

mengangkat judul dalam penelitian ini, Tradisi Sama’ (Menyimak) Di Indonesia

Studi Kasus Ritual Tari Darwis Berputar dalam Tarekat Naqsabandi Haqqani

Rabbani di Jakarta.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis dalam penulisan ini mengidentifikasikan beberapa masalah yang

akan diangkat antara lain mengenai perkembangan tradisi Sama’ yang merupakan

awal mula terciptanya ritual tari ini. Begitu pula informasi mengenai tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Meskipun kaum sufi terkenal toleran, tetapi tiap

8 Idries Syah, Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifa,t terj. Jok S. Kahhar dan Ita Masyita,(Risalah Gusti : 1999, Jakarta) hlm.10

Page 13: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

13

tarekat tetap memiliki metode dan doktrin khas masing-masing yang dapat

diketahui dari nama pendiri tarekat tersebut. Misalanya, Naqsyabandi Haqqani

Rabbani, yang didirikan oleh Syekh Nadzim Haqqani. Dikemukakan oleh Ernest,

Naqsyabandiyyah termasuk salah satu tarekat taat syariat, tetapi salah satu

alirannya yakni Haqqani Rabbani, kini justru mengembangkan tradisi tari sufi

yang oleh kaum syariat dianggap bid’ah secara fiqih.

Selanjutnya, penulis akan membatasi penelitian tentang tradisi ritual tari sufi

ini pada wilayah Indonesia, melalui tarekat Naqsybandi Haqqani Rabbani di

Jakarta. Sehingga ritual ini akan terlihat keberadaannya dalam keberagaman

praktek-praktek sufisme kota lainnya sejak ia mulai muncul pada awal tahun

2000 hingga saat ini.

Oleh sebab itu, penulis akan merumuskan penelitian ini dalam beberapa

pertanyaan mendasar, yang akan dijadikan acuan dalam proses penulisan nanti.

Berikut beberapa pertanyaan tersebut:

1. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya tradisi ritual Sama’

Tari Darwis Berputar di Indonesia?

2. Seperti apa ritual Sama’ Tari Darwis Berputar diadakan oleh tarekat

Naqsybandi Haqqani Rabbani?

3. Untuk apa sajakah tari sufi dilakukan di Jakarta?

4. Bagaimana reaksi masyarakat Jakarta terhadap tradisi tari sufi ini?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dinamika sebuah tradisi ritual

tari tasawuf yang dilahirkan abad ke- 13 dan masih berlangsung hingga kini di

berbagi pelosok dunia yang dalam penulisan ini dalam kontes kewilayahan

Page 14: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

14

Jakarta. Secara khusus, penulisan ini juga bertujuan untuk mencari tahu

bagaimana dan seperti apa tradisi Sama’ tari ini berkembang di Jakarta melalui

tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Bagaimanakah posisinya dalam tradisi

budaya yang religius di Indonesia, berasal dari lapisan masyarakat mana para

peminat tari ini, dan bagaimana pula kontribusinya dalam dakwah sufistik di

Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Tulisan mengenai tradisi Sama’ telah banyak dilakukan oleh para penulis

Eropa ataupun Indonesia sendiri. Kebanyakan, Tari Darwis Berputar ini dikaji

sebagai sebuah tari regional berdampingan dengan musik qawwali dan tarekat

yang bersangkutan. Seperti yang ditulis oleh Carl W. Ernest, dalam bukunya yang

telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Ajaran dan

Amaliyah Tasawuf, yang diterjemahkan oleh Arif Anwar, Tari Darwis berputar

dibahas dalam salah satu bab mengenai Musik dan Tari Tasawwuf. Ernest

menjelaskan tentang tatacara ritual Sama’ tari ini pada abad 13, kronologi singkat,

dan perkembangannya saat ini di Barat dengan kacamata budaya yang kental.

Dalam pembahasannya, ritual Sama’ tari Darwis Berputar merupakan satu-

satunya bentuk tari sufi yang diminati oleh masyarakat Eropa dan Amerika. Musik

dan syair yang digunakan dalam ritual tari ini, bahkan mempengaruhi industri

musik dan sastra di antara lain di Amerika dan Prancis. Ernest juga

mengemukakan, bahwa pada tingkat tertentu, ritual tari yang dibawakan dalam

konsep pertunjukkan pentas justru mengakibatkan terjadinya redefinisi praktik

Page 15: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

15

spiritual. Sayangnya, penelitian Ernest terhadap perkembangan tari Darwis

Berputar di Timur hanya mencapai wilayah Asia Selatan. 9

Karya tulis berjudul Gerakan Tasawuf di Turki Abad ke-13 studi kasus

Tarekat Mawlawiyyah karya Matroji pada perpustakaan Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta, cukup memberikan analisis mengenai makna simbolik pada

gerakan tari ritual ini. Dijelaskan dalam karyanya, bahwa tari sufi ini diamalkan

oleh para anggota tarekat Mawlawiyyah yang berpengaruh terhadap kesultanan

ketika itu di Turki.10 Sedangkan karya tulis karya Sulistiana yang berjudul Berdiri

dan Berkembangnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani di Jakarta berhasil mengupas

tradisi zikir Naqsyabandi Haqqani, tetapi tidak memuat analisis khusus mengenai

perkembangan tradisi ritual tari ini di Indonesia.11 Padahal, tarekat Naqsyabandi

Haqqani Rabbani juga menggunakan tradisi tari sufi ini sebagai media dakwah.

Abdul Hadi WM, pada kumpulan artikelnya dalam buku yang berjudul

Cakrawala Estetik dan Budaya dapat mengkaji tardisi musik dan tari tasawwuf

dengan sudut pandang seni dan budaya sebagai sebuah karya yang penuh nilai

estetis ketuhanan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Meski begitu, tetap

tidak ditemukan informasi mengenai perkembangannya di Indonesia secara

spesifik.12

9 Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, terj. Arif Anwar, (Pustaka Sufi : 2003,Jogyakarta) hlm.238

10 Matroji, Gerakan Tasawuf Di Turki Abad Ke-13 Studi Kasus Tarekat Mawlawiyyah,(Skripsi) Jakarta, 2007

11 Sulistiana, Berdiri dan Berkembangnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani di Jakarta,(skripsi) Jakarta, 2008

12 Abdul hadi WM, Cakrawala Estetik dan Budaya, (Pustaka Firdaus: 2000, Jakarta) hlm424

Page 16: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

16

Dari hasil tinjauan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penelitian

mengenai tradisi Sama’ di Indonesia khususnya tradisi Sama’ Tari Darwis

Berputar pada Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani patut dilaksanakan, karena

sepanjang yang penulis ketahui, belum terdapat karya tulis yang membahas tema

tersebut secara lengkap dan dengan memakai perspektif sejarah.

E. Metodologi Penulisan

William James berpendapat bahwa semakin lama peradaban manusia akan

semakin mengantarkan umat manusia pada kebutuhan akan spiritualisme.13

Ditambahkan oleh Ali Syariati, asketisme yang terdapat dalam sufisme dapat

mengimbangi lingkungan materialistis yang terutama dialami oleh masyarakat

industri maju atau masyarakat yang hidup di kota-kota besar.14 Kaum sufi sendiri

selain terkenal sebagai kaum asketis juga dijuluki sebagai kaum estetik terutama

dari syair-syair mereka. Imam al-Ghazali dalam bukunya Kimia Kebahagiaan,

mengatakan bahwa makin tinggi nilai kandungan spiritualitas dalam sebuah karya

seni, maka makin tinggi pula peringkat estetisnya. Maka peringkat keindahan

tertinggi adalah Keindahan Ilahi.15 Tari Darwis Berputar sendiri sebenarnya

merupakan sebuah ritual berisi gerakan tubuh yang lahir dari irama. Tari ini

merupakan ekspresi lahiriyah yang berasal dari kondisi jiwa yang mistik dalam

ungkapan religius atau spiritual, yang pada selanjutnya dibawakan dengan

13 Haidar Bagir, Buku Saku Tasawwuf, (Jakarta: 2003, Mizan) hlm.32

14 Elizabeth Siriyyeh, Sufi – Anti-sufi, peny. Sibawaihi, (Yogyakarta:2003, Pustaka Sufi.)hlm.241

15 Abdul Hadi W.M. Hermenetika, Estetika, dan Religiusitas: Esai-Esai Sastra Sufistikdan Seni Rupa., (Yogyakarta: 2004 , Mahatari) hlm.41

Page 17: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

17

komposisi musik yang indah dan dalam rangkaian ritual yang lebih terstruktur.

Maka, nilai estetik religius yang ada dalam ritual inilah yang menjadikannya

karya seni. Menurut Abdul Hadi WM, seni tidak bisa diharamkan.16 Dengan kata

lain, sebenarnya secara syariat tari sufi dibolehkan. Ciri esketik kaum sufi yang

mulai diperkenalkan pada masyarakat kota Jakarta melalui nilai-nilai estetik tari

ritual tersebut menempatkan penelitian ini dalam wilayah sosial dan budaya, yang

tetap dikaji dengan perspektif sejarah. Menurut Helius Sjamsuddin, ilmu-ilmu

sosial dapat memberikan teori-teori untuk membantu peneliti sejarah memahami

persoalan sosial yang sinkronik, untuk mengemasnya secara diakronik.

Penggunaan ilmu-ilmu sosial membuat banyak pertanyaan penelitian yang bisa

diajukan yang pada gilirannya jawaban-jawaban yang bisa diberikan. 17

1. Penggalian data

Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

mencari semua informasi yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Data-data

tersebut dapat berupa buku-buku, artikel, arsip, foto, dan kaset. Sayangnya,

penulis tidak memiliki sumbet-sumber primer mengenai tradisi Sama’ Tari

Darwis Berputar, disebabkan tidak terjangkaunya wilayah tempat bukti tersebut

berada,18 serta keterbatasan penulis menterjemahkan teks-teks berbahasa asing.

Begitu juga dengan sumber-sumber primer tertulis mengenai tarekat Naqsyabandi

Haqqani Rabbani. Meskipun begitu, data-data primer mengenai berjalannya

16 Dijelaskan pada www.islamlib.com, dan di akses pada O2 Desember 2001

17 Helius Sjamsuddin, Metodelogi Sejarah, , (Yoyakarta: 200, Ombak) hlm. 268

18 Teks asli Masnawi yang berisi syair-syair tulisan asli Jalaluddin Rumi yang memuatgagasan tari sufi dalam bahasa Persia berada di Turki. Begitu juga karya mengenai Sama’ tari sufiDarwis Berputar dari Syekh Nazim yang berada di Sypruss, juga dalam bahasa Syprus. Penulishanya mendapatkan terjemahannya yang diterjemahkan oleh Yayasan Haqqani Indonesia diJakarta

Page 18: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

18

tradisi tari sufi di Naqsyabandi Haqqani di Jakarta masih dapat diperoleh penulis

melalui proses wawancara dengan pimpinan tarekat, pengurus zawiyyah, penari-

penari tari sufi, dan orang-orang yang terkait dalam persoalan tersebut.

Tempat-tempat di mana pementasan tari sufi diadakan atau pihak

penyelenggara pentas tari sufi (salah satu contoh Taman Ismail Marzuki), serta di

zawiyah-zawiyah Rumi di Jakarta, juga dapat membantu penulis menyediakan

sumber-sumber sekunder, berupa dokumen-dokumen pementasan, baik yang

tertulis, atau yang terekam dengan video recorder.

Sebagian besar sumber yang berhasil dikumpulkan penulis merupakan

sumber-sumber ketiga atau keempat, yang telah mengalami beberapa proses

penulisan ulang. Sumber-sumber ini dapat dengan mudah penulis peroleh di

perpustakaan UIN Syahid.

Maka dari itu, selain pengadaan kajian pustaka, obeservasi amat penting

bagi penulis dalam proses penggalian data. Dalam observasi, selain melakukan

wawancara, penulis dapat melakukan pengamatan langsung di lokasi dan

memperoleh dialog dan pendekatan yang lebih mendalam pada pengurus

zawiyyah, penari-penari tari sufi, pengajar, pembicara dalam berbagai kajian tari,

anggota-anggota tarekat, termasuk simpatisan tarekat tersebut

2. Analisa data

Terdapat beberapa langkah yang harus dilalui penulis dalam proses analisa

data, yakni, interpretasi( penafsiran), eksplanasi(penjelasan), dan

penyajian(ekspose).19 Pada tahap yang pertama, penulis menggunakan ilmu-ilmu

social lain sebagai ilmu bantu dalam menafsirkan fakta-fakta yang telah

19 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yoyakarta: 2007, Ombak) hlm.17

Page 19: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

19

terkumpul. Dari berbagai cabang ilmu social, penulis memakai pendekatan

antropologi untuk menjelaskan masalah-masalah tradisi dan juga pendekatan

sosiologi untuk membahas persoalan tentang masyarakat.

Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis persoalan, yakni tradisi Sama’ dan

tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Karena tradisi termasuk kajian bidang

antropologi, maka data-data mengenai tradisi disebut data antropologis. Data

antropologis dan metodenya dapat dipergunakan dalam penulisan sejarah melalui

metode asimilasi, dengan penjelasan-penjelasan sebab akibat.20 Sebagai contoh,

ketika tari sufi hadir sebagai tradisi baru yang dapat diterima entah sebagai salah

satu tradisi Sama’ yang memang sejak dulu sudah ada, atau sebagai karya seni

yang memiliki fungsi dakwah. Sedangkan tarekat, ia termasuk kajian bidang

sosial. Adapun model penjelasan yang dapat digunakan ialah model sistematis,

model ini biasa dipergunakan untuk menelusuri sejarah masyarakat dalam konteks

perubahan sosial.21contoh, ketika masyarakat kota mengalihkan kebutuhan akan

hiburannya pada ritual-ritual religius.

Tahap terakhir, yakni tahap penyajian (ekspose). Penulis memakai metode

deskriptif-analisis untuk menuliskan penelitian yang tidak cukup dengan

pertanyaan ‘seperti apa’, melainkan ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’, sehingga ilmu

sejarah lebih memiliki arti.22

F. Sistematika Penulisan

20 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: 1999, Logos). hlm. 16

21 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: 1999, Logos) hlm.14

22 Helius Sjamsuddin, Metodelogi Sejarah, (Yoyakarta: 2007, Ombak) hlm 237-238

Page 20: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

20

Penulis membagi penulisan ini menjadi lima bab. Dalam pendahuluan

tulisan ini, bab pertama memuat latar belakang, identifikasi masalah, tujuan

penulisan, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metodelogi penelitian. Dalam bab

kedua memuat sejarah perkembangan tarekat Naqsyabandi Haqqani di Jakarta

yang terbagi dalam pembahasan mengenai berdirinya tarekat Naqsyabandi

Haqqani Rabbani di Jakarta sebagai awal mula masuknya pemikiran-pemikiran

Syekh Nazim Haqqani, karakteristik tarekat ini, dan munculnya Tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani Sedangkan dalam bab ketiga, penulis bermaksud

menyampaikan sejarah dan perkembangan Sama’ dalam sub-bab mengenai

Pengertian Sama’, Unsur Tari Dalam Sama’, kronologi Tarian Darwis Berputar

dan beberapa kasus praktek Sama’ tari di Indonesia.

Pertunjukkan Tari Darwis Berputar sebagai bagian dari komunitas zikir kota,

fungsi tradisi Tari Darwis Berputar dalam lingkup sosial, tari sufi dalam pentas

seni sebagai dakwah sufistik baru, redefinisi praktik spiritual dalam pertunjukkan

tari sufi dibahas dalam bab keempat yang berjudul Tradisi Sama’ dalam Tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Jakarta.

Page 21: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

21

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGANTAREKAT NAQSYABANDI HAQQANI RABBANI

DI JAKARTA

A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani diJakarta.

Tarekat merupakan cara, metode, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

melalui amalan yang telah ditentukan dan dicontohkan Muhammad saw,

dikerjakan oleh para sahabat dan tabi’in, dan kemudian secara sambung

menyambung diteruskan oleh guru-guru tarekat. Kata tarekat berasal dari bahasa

Arab, yakni Thariqah, yang secara harfiah berarti jalan. Kata tersebut mempunyai

makna yang sama dengan Syari’ah, Shirath, Sabil, dan Minhaj. Adapun secara

istilah, tarekat mengandung arti, jalan menuju Tuhan guna mendapatkan ridha-

Nya dengan menaati ajaranNya.23 Istilah tarekat dalam Tasawuf, sering

dihubungkan dengan dua istilah lain, yakni Syari’at dan Hakikat. Syari’at

digunakan untuk menggambarkan peringkat awal penghayatan seorang muslim,

sedangkan tarekat sebagai jalan untuk memperoleh hakikat, sebagai tahap

tertinggi perjalanan spiritual seorang muslim.

Muslim diharuskan mengerjakan amalan-amalan wajib seperti yang tertera

dalam Rukun Islam (solat lima waktu, puasa Ramadhan, serta zakat-zakat yang

diwajibkan). Ini merupakan lingkup syari’at. Jika telah menyempurnakan tingkat

ini, maka ia berhak ke tingkat penghayatan yang kedua, yakni tarekat. Tarekat

mengajarkan bahwa amalan-amalan wajib seorang muslim semestinya diiringi

dengan amalan-amalan sunnah, dengan tujuan tidak lagi semata-mata untuk

23 Sokhi Huda, Memahami Dunia Tasawuf, Fenomena Solawat Wahidiyyah, Lkis,Jogjakarta: 2008. hal. 61

Page 22: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

22

menuntaskan yang wajib, tetapi dalam rangka pendekatan diri kepada Tuhan.

Pada tingkat ini pula, muslim bersentuhan dengan tasawuf. Mereka melaksanakan

sebuah disiplin ke-Sufi-an, walau para sufi tidak pernah menegaskan bahwa

mereka seorang sufi.24 Sedangkan peringkat ketiga, adalah hakikat, realitas Tuhan

itu sendiri.

Secara historis, tarekat merupakan lembaga pengajaran tasawuf yang harus

disertai dengan silsilah Mursyid. Pengajaran tasawuf oleh para mursyid,

menimbulkan komunitas-komunitas sufi yang berbeda menurut pemikiran

mursyidnya. Proses tersebut dimulai pada abad sepuluh di Irak dan Persia,

berkembang ke Spanyol, Afrika Timur, Asia Tengah, dan India.25 Tetapi pada

perkembangannya, makna tarekat mengalami pergeseran makna, istilah tarekat

digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologis yang dilakukan oleh

guru tasawuf kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Melalui

metode psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan

keruhanian secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan tentang Tuhan.

Disiplin ketat beserta amalan-amalan dalam tasawuf, tak jarang

menimbulkan kritik cukup tajam. Tuduhan diarahkan pada kaum sufi mengenai

ketidakpedulian mereka pada permasalahan sosial dan tenggelamnya mereka pada

ibadah-ibadah personal yang eksklusif. Dalam karya yang telah diterjemahkan

dalam bahasa Inggris, Ali Syariati, seorang revolusioner Iran, melukiskan secara

negatif persoalan ini melalui kasus al-Hallaj, seseorang yang Syahid karena

24 Orang yang mengakui bahwa diri mereka adalah sufi, dan tengah melakukanserangkaian disiplin dalam tasawuf, berarti ia mengakui bahwa dirinya sedang berada dalam salahsatu Maqam spiritual, dan hal tersebut merupakan suatu bentuk riya yang akan mengurangikebersihan hatinya, dan menyebabkan maqamnya turun. Carl W.Ernest, Ajaran dan AmaliahTaswuf, terj. Arif Anwar. Pustaka Sufi, Jogjakarta : 2003. hal.32

25 Carl, W. Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, hal.153

Page 23: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

23

cintanya sendiri kepada Tuhan, tetapi tidak mempunyai tanggung jawab sosial:

“al-Hallaj terus menerus tenggelam dalam doa berapi-api terhadap Tuhan, inilah

sumber pemujaan sejati baginya. Tetapi bayangkan jika masyarakat Iran terdiri

dari 25 juta al Hallaj. Maka, Iran bukanlah apa-apa melainkan sebuah rumah sakit

jiwa yang amat luas’’. Ali Syariati yang hidup pada masa dilematik Rakyat Iran

antara modernitas ala Barat dengan perjuangan melindungi Islam, ketika itu

menilai bahwa asketisme kaum sufi tak ada bedanya dengan materialisme, bahwa

keduanya adalah sama-sama tragedi sejarah, karena yang dibutuhkan sebenarnya

adalah keseimbangan antara keduanya. Pada konteks ini kaum sufi, menurutnya

telah salah melangkah, karena mereka gagal menjalankan peran pertamanya

dalam kewajiban-kewajiban kemanusiaannya untuk tanggung jawab di dunia ini

dan memilih kehidupan pengasingan total.26

Abu al-A’la Mawdudi, seorang revivalis muslim kontemporer paling

terkemuka di Asia Selatan mengurai kembali syair Rumi yang berisi tentang ke-

Fana-an kaum sufi. Dalam syairnya di Diwan i-Syam i Tabriz, Rumi berkata:

“Wahai kawan, jika kau seorang pecinta, maka jadilah seperti lilin. Larut di

sepanjang malam, membara dalam kesenangan, hingga pagi datang!”27. Rumi

bercerita tentang peniadaan diri oleh cinta kepada Tuhan, bahwa jika seseorang

mencintai Tuhannya, maka ia akan terus khusyuk mengingat Tuhannya, seperti

seperti lilin yang menghabiskan dirinya dalam panas api hingga api tersebut habis

dan tidak diperlukan lagi karena telah ada matahari. Matahari sebagai simbol

26 Dikutip dari, Elizabeth Siriyyeh. Sufi dan Anti-sufi, peny. Sibawaihi, Pustaka Sufi,Yogyakarta: 2003. hal.244

27 Jalaluddin Rumi, Kisah Keajaiban Cinta. Peny. Ashad Kusuma Djaya. Kreasi WacanaJakarta: 2001. hal. 93

Page 24: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

24

cahaya abadi pengganti lilin. Tetapi menurut Mawdudi sebaliknya, konsep tentang

peniadaan diri dalam rasa cinta kepada Tuhan, semestinya direalisasikan dalam

bentuk yang lebih kongkrit bagi nilai-nilai kemanusiaan. Fana’ dapat terwujud

melalui bentuk ketenggelaman diri pada keTuhanan melalui aktivitas religius baru

di dunia ini. Dalam syairnya Maududi berkata, “Engkau mempunyai api yang

tersembunyi dalam dirimu, maka engkau tidak lagi membutuhkan lilin, Hai,

keinginan ngengat yang terbakar menjadi nyala api yang menyinari dirimu”. 28

Tetapi pada kenyataannya, tidak semua kasus yang diperlihatkan kaum sufi

menunjukkan nilai buruk pada asketisme kaum sufi. Kelompok-kelompok tarekat

pada masa kontemporer membuktikan, bahwa kaum sufi sebenarnya memiliki

kepedulian dan kerja sosial yang baik. Salah satu tarekat yang mempunyai citra

positif mengenai kepedulian dan kerja sosial dalam sejarah yakni Tarekat

Naqsybandiyah yang juga merupakan salah satu tarekat sunni. Tarekat ini lahir

pada abad enam belas oleh Khaja Bahauddin Naqsyabandi.29 Dalam sejarah, para

mursyid Tarekat Naqsyabandiyah telah banyak membuktikan kepedulian mereka

pada persoalan kehidupan umat. Bahkan Imam Shamil, pemimpin ordo

Naqsyabandiyah di Dagestan, bersama para pengikut tarekatnya telah berjuang

dalam bidang politik untuk membendung imperium Rusia yang terus mencaplok

negeri-negeri muslim di Kaukasus. Ia dianggap sebagai figur paling romantik di

28 Dikutip dari Elizabeth Siriyyeh,.Sufi dan Anti-sufi, terj. Pustaka Sufi, Yogyakarta:2004. hal. 240

29 Khaja Bahauddin Naqsyabandi (w.1389) adalah salah satu murid dari sebuah sekolahdarwis yang dinamai Khajagan. Ia belajar dan melewati maqam-maqam spiritual di bawahbimbingan Baba as-Samasi. Tarekat yang ia bawa awal mulanya bernama Siddiqiyah. Ia lalumenambahkan Zikir Khatm Khawajagan dalam tarekat tersebut hingga namanya berganti menjadiNaqsyabandiyah, sesuai dengan namanya. Syah, Idries. Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifat, terj.Jok S. Kahhar dan Ita Masyita, Risalah Gusti: Jakarta, 1999. hal. 167

Page 25: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

25

abad sembilan belas. Kepedulian dan kerja mursyid Naqsyabandi juga

diperlihatkan oleh Syekh Sa’id di Turki pada pertengahan abad dua puluh ketika

rezim sekuler menyudutkan kehidupan umat Muslim. Menurut Zurcher,

meskipun gagal, Naqsyabandi dan tarekat-tarekat lain (termasuk pula

Mawlawiyyah) di Turki ketika itu, secara psikologis telah memberikan dimensi

mistis dan emosional yang tidak terdapat dalam agama para ulama dan pada

waktu yang sama mereka berfungsi sebagai jaringan-jaringan yang memberikan

kohesi, proteksi, dan mobilitas sosial.30 Selain karena kerja-kerja sosial yang

dipimpin para mursyidnya, anggota Naqsyabandi juga tidak pernah melakukan

kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian, baik dari penampilan, ataupun praktek-

praktek sufi, sehingga penganut Naqsyabandi Timur Tengah dan Asia Tengah

memperoleh reputasi sebagai ummat Muslim yang taat.31

Setelah peristiwa pelarangan segala praktek religius sebagai salah satu

langkah sekulerisme di Turki, Syekh Nazim Haqqani, salah satu pengikut

Naqsybandi yang juga merupakan keturunan Jalaluddin Rumi (pendiri tarekat

Mawlawiyyah di Turki) kemudian meluaskan jaringannya di Amerika, Eropa, dan

Asia. Syekh Nazim Haqqani merupakan pemegang otoritas mursyid tujuh tarekat

besar di dunia, diantaranya Naqsybandiyyah, Mawlawiyah, Chistiyyah,

Syadziliyah, Qadiriyah.32 Gelarnya, Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh

Muhammad Nazim Adil Al Haqqani. Ia adalah mursyid ke 40 dalam mata rantai

30 Erik J. Zurcher, Sejarah Modern Turki, terj. Karsidi Diningrat R, Gramedia, Jakarta:2003. hal.249

31 Idries Syah, Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifat. hal. 167

32 Nizam Haqqani, Sema Rumi, Whirling Dervhises, terj, Arief L. Hamdani dkk, HaqqaniSufi Institut of Indonesia, Jakarta: 2009. hal.20

Page 26: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

26

emas33 tarekat Naqsybandi. Uniknya, Syaikh Naqsyabandi ini justru

menggunakan Tari Darwis Berputar sebagai media dakwah di Barat, termasuk

beberapa daerah di Jakarta, Indonesia.

Nama lengkapnya ialah Muhammad Nadzim Adil ibn al-Sayyid Ahmad ibn

Hasan Yashil Bash al-Haqqani al-Qubrusi al-Salihi al-Hanafi. Lahir di Larnaka,

Siprus, pada 22 April 1922, dari suatu keluarga Arab dengan akar-akar budaya

Tatar. Dari sisi ayah, ia merupakan keturunan Syekh Abdul Qadir Jailani, pendiri

tarekat Qadiriah. Dari sisi ibunya, Syekh Nazim adalah keturunan Jalaluddin

Rumi, yang juga adalah keturunan Hassan Hussein, cucu Muhammad saw. Ini

menjadikannya sebagai keturunan dari Nabi Muhammad saw, dari sisi ayahnya,

dan keturunan dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, dari sisi ibundanya. Ia

memperoleh ijazah dalam Fiqh Hanafi dari Syaikh Muhammad Ali Uyun al-Sud

dan Syaikh Abd al-Jalil Murad dan ijazah dalam ilmu Hadits dari Muhaddits

Syaikh Abd al-Aziz ibn Muhammad Ali Uyun al-Sud al-Hanafi Ia juga belajar

Tarekat Naqsybandi dari Syekh Sulayman Arzarumi (wafat 1368H/1948M).34

Melalui dirinya, kemudian tarekat ini dinamai Naqsyabandi Haqqani.35

33 Rantai Emas merupakan silsilah mursyid tarekat Naqsyabandi Haqqani. Dalam tradisisufi, seseorang tidak dibenarkan mengamalkan tarekat tanpa bimbingan seorang mursyid yangterpercaya dan yang sudah di akui kewenangannya dalam mengajarkan tarekat. Kewenanganuntuk mengajarkan tarekat bagi seorang mursyid diperoleh dari gurunya secara mutawatirsehingga membentuk mata rantai guru-guru tarekat yang disebut silsilah tarekat. Hal tersebutberguna untuk menjamin secara syriat amalan-amalan dalam tarekat yang bersangkutan. NizamHaqqani, Sema Rumi, Whirling Dervhises, hlm 20.

34 http://naqsybandi.web.id/tentang/syekh-nazim

35 Nama sebuah tarekat biasanya dinisbatkan dari tokoh pendiri atau pembawa. Misalnyatarekat Naqsyabandi didirikan oleh Bahauddin Naqsyabandi. Ketika di Indonesia, ketika tarekattersebut dibawa olah kembali ke Indonesai oleh Syekh Nazim Haqqani, maka namanya menjadiNaqsyabandi Haqqani. Beberapa aliran lain dalam tarekat Naqsyabandi di Indonesia yakni;Mujadiyyah, Khalidiyyah, dan Mazhariyyah.

Page 27: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

27

Awal mula dakwahnya di Indonesia diawali dengan perkenalannya melalui

jaringan internet dengan sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia, yang

merupakan murid Syekh Mustofa Mas’ud. Informasi mengenai muslim di

Indonesia juga diperoleh dari diskusi-diskusinya dengan beberapa mahasiswa

Indonesia di London. Proses tersebut kemudian dilanjutkan dengan kunjungannya

pertama kali ke Indonesia yang diwakili oleh Syekh Hisham Kabbani36 pada tahun

1998. Semenjak itu perjalanan dakwah Tarekat Naqsyabandi Haqqani di

Indonesia dimulai dan berjalan dengan baik ditandai dengan didirikannya

Zawiyah Naqyabandi Haqqani pertama kalinya di wilayah Kampung Melayu,

Jakarta, yakni kediaman Syekh Mustofa Mas’ud. Sedangkan pada tahun 2000,

secara resmi Yayasan Haqqani Indonesia didirikan sebagai cabang Haqqani

Foundation International yang sudah tersebar di beberapa negara. Syekh Hisham

Kabbani kemudian mempercayakan perkembangan tarekat ini di Indonesia kepada

Syekh Mustofa Mas’ud.

Yayasan Haqqani Indonesia disamping mempunyai fungsi sebagai payung

kegiatan yang bersifat spiritual dan non-spiritual juga sebagai wadah seluruh

keanggotaan Tarekat Naqsyabandi Haqqani di Indonesia. Sampai saat ini, anggota

tarekat Naqsyabandi Haqqani tersebar di Bandung, Jakarta, Cililin, Nagrek, dan

Pekalongan, Batam, kota-kota di Sumatra, dan Bali. Beberapa pondok pesantren

36 Syekh Hisham Kabbani sebenarnya merupakan murid sekaligus menantu dari syekhNazim Haqqani. Pada tahun 1991 ia diperintahkan syekhnya untuk pindah ke Amerika danmendirikan yayasan tarekat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, beliau membuka 13 pusat sufi diKanada dan Amerika Serikat. Beliau mengajar di sejumlah universitas, seperti: the University ofChicago, Columbia University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College,demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa,Timur Jauh dan Timur Tengah dan akhirnya sampai ke Indonesia.http://naqsybandi.web.id/tentang/syekh-hisham

Page 28: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

28

beserta santrinya seperti Pondok Pesantren di Cililin (AI-Bidayah),

Nagrek/Cicalengka (AI Falah), dan Wonopringgo, Pekalongan (At Taufiqy) juga

telah menjadi anggota tarekat ini melalui bai'at Tarekat Naqsybandi Haqqani

kepada Syekh Hisam Kabbani, atas nama syekh Muhammad Nadzim Adil

Haqqani An-Naqsyabandi.37

Di tangan Syekh Mustofa Mas’ud, Naqsyabandi Haqqani di Indonesia

menjadi salah satu tarekat yang cukup besar di Indonesia. Menurut Syekh

Mustofa, tarekat adalah jalan mendekatkan diri pada Tuhan dengan segala

perbuatan yang datang dari hati. Dalam dakwahnya, ia lebih banyak menggunakan

pedekatan hati (batin) dan mengajak seseorang menyadari fitrah mereka sebagai

manusia, yakni sebagai kekasih Allah. Sampai saat ini, kegiatan mereka berjalan

dengan teratur. Para anggotanya mengadakan pertemuan setiap minggu untuk

mengadakan zikir Khatm Khawajagan,38 dan mendiskusikan kegiatan-kegiatan

ketarekatan.

B. Karakteristik Tarekat Naqsyabandi Haqqani

Tema utama dari ajaran tarekat ini sebenarnya cinta, dan amalan terpenting

didalamnya adalah mengingat Allah (zikir). Tetapi pada umumnya setiap tarekat

menekankan beberapa konsep tertentu dalam deskripsi kaum sufi, yang secara

tidak langsung menjadikan gambaran tersebut sebagai ajaran dan amalan.

37 http://naqsybandi.web.id/kontak/zawiyah

38 Khatm Khawajagan ialah zikir yang dikembangkan oleh Tarekat ini. zikir inidiciptakan oleh Baha’uddin Naqsyabandi, yang dianjurkan kepada tiap anggota tarekat secarasendiri atau berjamaah. http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

Page 29: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

29

Beberapa konsep tersebut terdapat dalam istilah-istilah, yakni diantaranya: ibadah,

etika, pengetahuan, pengembaraan, cinta, mabuk, ke-mursyid-an, dan kewalian.39

1. Ibadah

Tidak ada hakikat tanpa syariat, dan tidak akan diterima amalan sunah

sebelum amalan wajib terpenuhi. Kaum sufi disebut sebagai hamba yang saleh

dan taat beribadah. Mereka melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah, serta

menambahkannya lagi dengan amalan-amalan zikir demi menjaga kedekatan

mereka dengan Tuhan. Mengenai ibadah, Syekh Mustofa berpendapat, bahwa

sebenarnya adanya hukum-hukum ibadah seperti Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah,

Haram tidak lain hanyalah bentuk toleran Tuhan pada hambaNya. Hukum-hukum

yang wajib hingga haram hanyalah bentuk ketaatan yang secuil dibanding

kebesaran Tuhan sendiri. Wajib diciptakan untuk kelalaian, dan haram diciptakan

sebagai simbol kesucian manusia itu sendiri. Semua definisi tersebut menurutnya

pula, tercermin dalam solat. Solat menurutnya, dilakukan bukan sekedar untuk

menuntaskan yang wajib. Dalam solat, manusia harus melakukan redefinisi untuk

dirinya sendiri, artinya, sadar akan dirinya, asalnya, dan tujuan hidupnya di dunia

ini hanyalah untuk mencintai Tuhannya.40

Walau maksud dari syariat adalah untuk manusia itu sendiri, tarekat

Naqsyabandi tetap meminta perlindungan Tuhan dalam doa-doa Zikir Khatm

Khawajagan, agar terhindar dari kesesatan, khususnya yang tidak disengaja, “aku

memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kemaksiatan, yang

39 Ernest mencoba menjelaskan sufisme melalui sampling tentang istilah-istilah yangdiatur menurut kategori umum praktik religius yang dinamakan dengan masing-masing istilahtersebut dari karya seorang penulis besar Persia Sa’di (w.1292) dari Syiraz, yang berjudul Gulistan(Taman Mawar), dalam bab “Moral para Darwis”.Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf. hal. 31-37

40 Ceramah Syeikh Mustofa pada acara Maulid Nabi, di zawiyah Kp.Melayu, tanggal 22Maret 2009

Page 30: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

30

bertentangan dengan agama Islam, syariat, tarekat, hakikat, Azimah, dan

Ma’rifat41. Zikir tersebut dilaksanakan berlandaskan prinsip Naqsybandi yakni:

a. Wukuf Zamani, yang berisi bahwa tiap-tiap dua atau tiga jam seorang salik

harus memperhatikan kembali keadaan jiwanya, jika dalam waktu itu dia teringat

kepada Tuhan lalu bersyukur kepadanya, jika terlupa harus meminta ampun.42

b. Wukuf Qalb, yang artinya menghilangkan fikiran lebih dahuludaripada segala

perasaan, kemudian dikumpulan segala tenaga dan panca indrauntuk melakukan

tawajuh dengan segala mati hati yang hakiki untuk menyelami ma’rifat

Tuhannya.43 Hal tersebut sebagai bentuk evaluasi diri, sekaligus benteng, karena

selama di dunia, manusia tetap sebagai mahluk yang lalai dan lemah disebabkan

kebenaran dan kekuasaan hanyalah dimiliki oleh Tuhan.

2. Etika

Menurut Ernest, istilah paling kuno bagi praktek etika yang dimaksud adalah

zuhd, yang berarti asketisisme dan pengesampingan kesenangan duniawi. Ciri

asketis paling kuat di antara tarekat-tarekat yang berada di bawah naungan syekh

Nazim Haqqani, ialah Chistiyyah.44 Berkaitan dengan ibadah, pengikut Chisytiyah

memenuhi hidup mereka dengan berbagai amalan wajib dan sunnah seakan-akan

mereka tidak menginginkan hidupnya untuk kesenangan duniawi. Pembacaan

surah-surah al Qur’an, shalawat, doa, zikir, nama-nama Allah dapat dilakukan

41 Amalan Shalat Harian Naqsyabandi. Haqqani Sufi Institut of Indonesia. hal. 141

42 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

43 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

44 Tarekat Chisytiyah dibawa oleh Abu Ishaq Chisyti, yang lahir abad sepuluh. Pengikut-pengikutnya berkembang dan berasal dari Garis para Guru (Khwaja), yang kemudian dikenalmenjadi Naqsyabandiyah (‘Orang-Orang Bertujuan’) Idries. Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifat.hal.133

Page 31: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

31

berpuluh-puluh kali dalam sehari.45 Terdapat salah satu prinsip tarekat

Naqsyabandi yang sesuai untuk menggambarkan etika anggota tarekat ini yakni

Khalwat Dar Anjuman atau “sepi di tengah keramaian”. Khalwat bermakna

menyepinya sesorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu.

Beberapa orang mengartikan prinsip ini sebagai aktivitas menyibukkan diri

dengan terus menerus membaca zikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya

bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang Ada pula yang mengartikan

sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat

sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut pada Tuhan dan selalu

Wara’ dengan begitu hatinya tidak akan tertarik oleh dunia. Keterlibatan banyak

kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik dilegitimasikan dengan mengacu

kepada asas ini.46

Asketisme, menurut Syekh Nazim Haqqani tidak akan menghilangkan

sedikitpun kemuliaan sufi tersebut di dunia maupun akhirat. Justru, karenanya

seorang sufi telah mengambil langkah yang pandai dengan tidak terlena pada

kehidupan dunia yang sebentar bahkan dunia dijadikan persiapan menuju hari

akhir, hari yang penuh kemuliaan bagi yang beruntung.47 Salah satu prissip dasar

Naqsyabandiyah Nigah Dasyt yakni “waspada” menekankan penjagaan pikiran

dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan zikir tauhid, untuk mencegah

agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan

45 Carl W Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf. hal.109-111

46 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

47 Nazim Haqqani, Sema Rumi, Whirling Dervhises, …hlm.62

Page 32: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

32

Tuhan serta untuk memelihara pikiran dan prilaku seseorang agar sesuai dengan

makna kalimat tersebut.48

2. Pengetahuan

Terdapat dua jenis pengetahuan yakni pengetahuan internal dan pengetahuan

spiritual. Pengetahuan internal diperuntukkan bagi ummat manusia pada

umumnya. Pengetahuan ini lingkupnya syari’at. Sebagian besar orang

menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu ini. Pengetahuan syariat

dilaksanakan oleh sikap dan tingkah laku, dan akan mengajarkan disiplin pada

bentuk lahiriyah. Sedangkan pengetahuan spiritual berujung pada hakikat atau

realitas. Ilmu ini tidak dibuka Tuhan pada sembarang orang, karena memang tidak

diperuntukkan bagi dunia.49 Hal senada diisyaratkan pula oleh Syekh Nazim,

yakni menurutnya, umat manusia kini sangat tertipu dengan merasa cukup puas

dengan kemajuan teknologi dan segala kemudahan yang diberikannya. Padahal,

sisi spiritual manusia dapat lebih jauh bermanfaat bagi umat manusia itu

sendiri.50

Kaitan antara asketisme kaum sufi sering dinilai bertolak belakang dengan

pengetahuan kaum sufi. Sisi negatif asketisme adalah menjadikan ketidakpedulian

kaum sufi cenderung menjadi ketidak-pedulian sosial. Ketidak-pedulian sosial

mengisyaratkan tidak perlunya pengetahuan umum bagi seseorang. Padahal,

Syekh Mustofa menegaskan, bahwa Naqsyabandi Haqqani merupakan tarekat

yang menekankan keseimbangan akal dan hati. Ia mencontohkan Syekh Nazim

48 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

49 Hisham Kabbani, Mengenal Tariqah Naqshbandi Haqqani, Haqqani Sufi Institut ofIndonesia, Jakarta: 2009. hal 43-52

50Nazim Haqqani, Sema Rumi, Whirling Dervhises. hal 29

Page 33: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

33

dan Syekh Hisham sebagai sosok manusia yang mempunyai keseimbangan akal

dan hati, hingga ilmu yang dimilikinya telah sampai pada tingkat suprarasional.51

Seorang pemimpin sufi menurut Syekh Hisham harus memiliki Ilmul Yaqin,

Aynul Yaqin, dan Haqqul Yaqin. Tingkat pertama, yakni pengetahuan tentang

kepastian, dapat diraih dengan mendengar dan memenuinya dengan tindakan.

Dalam tarekat Naqsyabandi kepatuhan berasal dari pendengaran. Disinilah letak

kepatuhan murid pada mursyid. Dalam tahap tahap pertama pengetahuan ini,

hampir tidak terdapat demokrasi. Pilihan seorang murid hanya dua, yakni

mematuhi atau keluar dari jalan. Tingkat yang kedua yakni aynul yaqin, yaitu

penglihatan yang benar yang akan mengantar pada realitas dari kebenaran, haqqul

yaqin.52

3. Pengembaraan

Safar Dar Watan, merupakan salah satu prinsip dasar Tarekat Naqsybandiyah,

yakni melakukan perjalanan, baik secara batin, maupun lahir. Maksud dan

tujuannya adalah untuk meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya

sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai mahluk yang mulia,

atau dengan penafsiran lain yakni suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negri,

untuk mencari mursyid yang sejati, yang akan menjadi perantaranya dengan

Allah.53

Syekh Nazim telah banyak melakukan perjalanan dakwahnya ke hampir

seluruh dunia sambil melakukan pentas-pentas tari sufi. Kaum sufi-pun

51 Wawancara pada acara Maulid Nabi, pada Zawiyah Kp.Melayu, tanggal 22 Maret 2009

52Hisham Kabbani, Mengenal Tarekat Naqsyabandi Haqqani. terj, Arief L. Hamdani dkk,Haqqani Sufi Institut of Indonesia, Jakarta:; 2009. hal 39-41

53 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

Page 34: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

34

digambarkan sebagai kaum yang suka mengembara. Dari perjalanan tersebut para

sufi memperoleh suatu usaha pendisiplinan diri, dengan memposisikan diri sendiri

pada situasi (nasib) yang tidak pasti. Syekh Mustofa menggambarkan perjalanan

sebagai pengorbanan seorang sufi. Ketika Syekh Nazim mendapat tugas untuk

memimpin tarekat Naqsyabandi, dan memegang otoritas tujuh tarekat besar dunia,

maka iapun segera melakukan perjalanan, dan melepaskan gelar dan karir bidang

Kimia yang ia tekuni. Hal yang sama juga dilakukan Syekh Hisham dan Syekh

Mustofa. Seluruh hidup mursyid tak lain untuk Tuhan, melalui pengabdiannya

pada murid dan tarekat (jalan).54

Pengembaraan atau perantauan juga diartikan tentang kedudukan manusia

yang pada hakikatnya merupakan orang asing yang sedang merantau untuk

mengumpulkan bekal (amal saleh dan amal ibadah) yang nantinya akan dibawa

pulang ke kampung halamannya di akhirat. Di hadapan Tuhannya dia seorang

fakir (tidak memiliki apapun) dan di dalam hidupnya hanya memerlukan (fukara)

Dia.55

4. Cinta

Rupanya, Syekh Nazim Haqqani, tidak hanya mewarisi darah keturunan

Jalaluddin Rumi, tetapi ia juga menunjukkan minatnya yang besar pada ajaran-

ajaran cinta Rumi. Ia sadar, bahwa dalam ajaran cinta Rumi, mengandung nilai-

nilai humanis dan universal yang sesuai bagi dakwahnya pada kota-kota Barat.

Semangat humanis dan universal dalam ajaran cinta Rumi terkandung dalam

misi yang dibawa oleh Naqsyabandi Haqqani dalam rangka menyebarkan ajaran

54 Ceramah Syekh Mustofa pada acara Maulid Nabi, pada Zawiyah Kp.Melayu, tanggal22 Maret 2009

55 Abdul Hadi, Hermeneutia, Estetika, dan Religiusitas. hal.102

Page 35: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

35

sufi. Ajaran sufi yang ia bawa, dilakukan dalam konteks persaudaraan umat

manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam

semua agama dan jalur spiritual di negara-negara maju atau pada negara-negara

yang penduduk Muslimnya masih minoritas, seperti di Amerika. Usaha para

pemimpin tarekat ini, diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-

jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka

pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi ini.

Salah satu syair Rumi yang terkenal yakni; “aku bukan Kristen, bukan Majusi,

bukan Kristen, atau Islam, bukan dari Timur ataupun Barat, …bukan dari India,

Cina, Bulgaria, Saqseen: bukan dari kerajaan Iraq ataupun Khurasan,…tempatku

tidak bertempat, jejakku tidak berjejak…baik raga maupun jiwaku; semuanya

adalah kehidupan kekasihku…”56

Rumi sendiri, pada masa hidupnya, merupakan guru besar Islam. Karena

ajaran cinta Tuhannya, yang terefleksikan dalam nilai-nilai humanistis dan

universal, tak jarang, tuduhan tentang panteisme dialamatkan kepada makna syair-

syairnya. Padahal, dalam syairnya yang lain, Rumi menegaskan bahwa hanya ada

satu kebenaran hakiki. Naqsyabandi Haqqani sendiri, menindak tegas, jika

terdapat anggota tarekat, yang terseret pada ajaran pemahaman panties, apalagi

jika sampai mengesampingkan syariat Islam, sebagai dasar keimanan dan identitas

seorang muslim. Maka dalam konteks dakwah di Jakarta, yang mayoritas

penduduknya sudah muslim, alasan yang melatarbelakangi didirikannya tarekat

ini di Jakarta, yakni untuk menciptakan corak spiritualis melalui penganalan

tasawuf dalam Islam pada masyarakat kota.

56 Idries Syah, Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifat. hal. 106

Page 36: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

36

6. Mabuk

Salah satu prinsip dasar Naqsyabandiyah yang mengisyaratkan mabuk adalah

Yad Dasyt atau “mengingat kembali”. Orang yang mengalaminya mempunyai

penglihatan yang diberkahi, yakni secara langsung dapat menangkap zat Allah,

yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya dan mengalami bahwa segalanya

berasal dari Allah Yang Maha Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke

tak terhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dapat tercapai dalam

keadaan Jadzabah, derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.57

Peristiwa diatas dapat juga disebut mabuk Tuhan, yang biasanya disebut

Fana’. Fana’ menurut Syekh Hisham merupkan keadaan yang tidak permanent.

Seperti halnya iman, fana’ melibatkan wilayah hati, yang sulit sekali untuk

Istiqamah. Karenanya, orang yang fana’ atau mabuk ketika ia menyatu dengan

Tuhannya, bukan berarti ia adalah Tuhan, sehingga ia patut disembah. Fana’

bukan merupakan tahapan spiritual tertinggi, melainkan sebuah proses untuk

meraih hakikat tertinggi. Fana’ membutuhkan tahapan-tahapan yang terdiri dari

Mahabbah-Hudur-Fana. Fana terdiri dari Fana fi Syekh, Fana fi Rasul, dan Fana

fi Illah. Tujuan fana’ ialah ketenangan jiwa yang diperoleh pergulatan rasa

ilahiyah.58

Dalam syair-syair cinta Syekh Nazim, begitu jelas bahwa beliau amat

dipengaruhi gaya syair Rumi. Syair Rumi mempunyai karakter pembebasan

ekspresi dan kedalaman makna yang dalam. Di Indonesia, gaya syair sufistik

57 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

58 Wawancara dengan Arief Hamdani, di Café Rumi, 30 Mei 2009

Page 37: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

37

Rumi ini diawali oleh Hamzah Fansuri. Salah satu karya Hamzah Fansuri59 yang

berjudul Syarabul Asyiqin pada bab tujuh menjelaskan tentang cinta dan syukur.

Kecintaan Tuhan untuk hambanya tidak berbatas sehingga menjadikan

pengungkapannya pun seakan tidak mau dibatasi. Pembebasan-pembebasan

ekspresi cinta melalui syair tersebut seperti kondisi sedang mabuk Tuhan. seorang

hamba digambarkan kehilangan akal budi karena pancaran Cinta hingga

mengeluarkan kata-kata rahasia seperti yang dilakukan Al Hallaj.60

Menurut Abdul Hadi, persamaan syair-syair Hamzah Fansuri dan Jalaluddin

Rumi terletak pada penekanan terhadap individualitas atau kesadaran diri, untuk

mengungkapkan pengalaman di sekitar makrifat, fana’ dan wajd (kegairahan

mistik). Dalam salah satu puisinya, syair-syair Hamzah Fansuri kerap kali

menggemakan kata-kata yang digunakan Rumi dalam Mastnawi: “Manusia

diciptakan dari akal dan nafsu, separuh ular, separuh ikan. Sifat ikan menarik dia

ke laut, sedangkan sifat ular menarik ke darat”. Sedangkan kata Hamzah Fansuri:

Ikan tingkol bernama fadhil, Dengan air da’im ia washil, Ishqinya terlalu kami, Di

dalam laut tiada bersahil, /Ikan itu terlalu ‘ali, Bangsanya nur al-rahmani,

Angganya rupa insani, Da’im bermain di laut baqi (ikatan-ikatan XXV)61

7. Kemursyidan

59 Hamzah Fansuri merupakan penyair besar melayu abad enam belas yang berasal dariBarus, salah satu daerah di Sumatra. Selain menyumbangkan pemikirannya di dunia tasawuf ,sumbangannya yang juga besar bagi kesastraan Indonesia adalah bentuk puisi empat baris denganpola sajak AAAA. Hadi, W Abdul. Hermenutika, Estetika, dan Religiusitas, Esai-Esai SastraSufistik dan Senirupa,…hlm.101

60 Bani Sudardi, Sastra Sufistik, Internalisasi Ajaran-Ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia.Tiga Serangkai, Solo: 2003. hlm,46

61 Hadi, W Abdul. Hermenutika, Estetika, dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik danSenirupa,…hlm 113

Page 38: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

38

Menurut Syekh Nazim Haqqani, meraih hakikat tanpa disertai keberadaan

mursyid, sama saja menyia-nyiakan sebagian besar waktu hidup seorang hamba

pada pencarian tanpa arah. Hal tersebut ditegaskan dengan perkataan Bayazid

Bistami bahwa hamba yang tidak memiliki mursyid, maka pembimbingnya adalah

setan. Begitu pentingnya keberadaan seorang mursyid, Syekh Nadzim Haqqani

mengemukakan, bahwa seorang murid harus menjadi mayat di depan mursyidnya.

Mursyid bebas memperlakukan murid dan murid harus percaya sepenuhnya

terhadap mursyid, seperti Khidir kepada Musa. Pengabdian berada dalam

hubungan timbal balik antara mursyid dengan muridnya. Mursyid mempunyai

kode etik untuk tidak sedikitpun lengah terhadap perkembangan spiritual atau

keadaan jiwa muridnya. Atas itu, mursyid menjadi penanggung jawab atas

perkembangan spiritual murinya. Menurut Syekh Nazim, untuk mengetahui

bahwa seseorang merupakan guru sejati, adalah bahwa calon murid akan dapat

langsung mempercayainya, ”Hati kalian akan memberikan sinyal akan hal itu, dan

hati tak pernah salah. Ketika seseorang duduk bersama mursyid sejati, ia akan

merasakan kedamaian, ketenangan dan kepuasan, serta amat bahagia. Inilah

tandanya. Orang itu akan melupakan seluruh masalah-masalahnya dalam hadirat

sang mursyid, dan merasa bagaikan seekor ikan dalam samudra”.62

8. Kewalian

Tarekat Naqsyabandi Haqqani, seperti tradisi Naqsyabandi dahulu,

mempercayai konsep Syafaat, Tawassul, dan Tabarruk. Hal tersebut pula yang

mendukung betapa pentingnya silsilah mursyid, yang akan menghubungkan

62 Hisham Kabbani, Mengenal Tarekat Naqsyabandi Haqqani. hal. 70-71

Page 39: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

39

seorang murid sufi pada wali dan nabi Muhammad SAW. Dalam doa dan zikir

kaum sufi selalu membawa nama Rasulullah, Wali, dan mursyid. Kesempurnaan

Nabi Muhammad saw dan kesucian para wali dan mursyid membawa pengaruh

yang besar dalam tiap lafaz doa dan zikir yang diucapkan, ketika lafaz tersebut

sampai kepada Tuhan. Menurut Syekh Hisham, syafaat berfungsi menggenapkan

kebaikan, menyempurnakan permohonan, mendekatkan seseorang pada

pengabulan doa. Sedangkan tawassul kepada Nabi Muhammad saw dan orang-

orang suci merupkaan bentuk penghormatan dan ungkapan cinta mendalam

terhadap mereka.63

Karamah yang dimiliki oleh para wali dapat diartikan sebagai bentuk

kemuliaan yang diberikan Allah kepada kekasihNya dan para waliNyadengan

berbagai macam hal di luar kebiasaan manusia sekaligus sebagai pembuktian atas

kekuasaan Allah. Tujuannya adalah untuk menmbah iman orang-orang yang

beriman. Menurut Ibn Arabi, terdapat dua macam karamah, yakni indrawi dan

maknawi. Orang awam hanya mengetahui karamah indrawi saja seperti membaca

pikiran orang lain, memberitahukan yang gaib-gaib pada masa lalu, berjalan di

atas air, dan lain sebagainya. Sementara karamah maknawi tidak diketahui

kecuali oleh orang-orang khusus saja di antara hamba-hamba Allah, yakni

penjagaan terhadap penyimpangan terhadap syariat, taufik untuk selalu berahlak

baik, serta kesucian hati.64 Kecenderungan awam lebih menyukai karamah

indrawi, yang dapat diperoleh dari amalan terus-menerus. Tetapi, Syekh Nazim

63 Hisham Kabbani, Ensiklopedi Akidah Ahlusunnah: Syafaat, Tawassul dan Tabarruk.Serambi, Jakarta: 2007

64 Abdul Qadir Isa. Hakikat Tasawuf. terj. Khairul Amru HArahap dkk. Qisthi Press,Jakarta : 2005. hal.335-338

Page 40: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

40

berujar keras, bahwa bahwa jika seseorang berharap dengan tarekat maka ia akan

menjadi seseorang yang hebat (memperoleh karomah) maka ia (Syekh Nazim)

akan mengetahuinya, dan justru akan membuatnya menjadi bukan siapa-siapa

(sia-sia).65

C. Munculnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani

Dalam situs Naqsyabandi, para pengunjung awam mungkin tidak segera

menyadari bahwa terdapat perbedaan antara Yayasan Naqsyabandi Haqqani

dengan Yayasan Rabbani, karena keduanya hampir mirip karena memang berasal

dari Mursyid yang sama.. Perbedaan tersebut baru jelas terlihat dalam jadwal

lokasi zikir zawiyah-zawiyah Naqsyabandi Haqqani di seluruh Indonesia.

Ternyata, khusus di kawasan Jabodetabek, terdapat sembilan Zawiyah

Naqsyabandi Haqqani Rabbani, dan empat Zawiyah Naqsyabandi Haqqani

Rabbani di kota-kota besar di Pulau Jawa, yang berbeda dari lima puluh tujuh

Zawiyah Naqsyabandi Haqqani di seluruh Indonesia. Sembilan Zawiyah

Naqsyabandi Haqqani Rabbani ini antara lain; Zawiyah Depok, Zawiyah Cinere,

Zawiyah Pondok Labu, Zawiyah Limo Cinere, Zawiyah Pangkalan Jati, Zawiyah

Pasaraya Sarinah Blok M, Zawiyah Sanggar Bulungan Csw, Zawiyah Cikarang

Baru, Zawiyah Puspitek Serpong. Cabang-cabang ini mempunyai nama belakang

tambahan Rabbani , menjadi Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Sama seperti gelar

Syekh Hisham Kabbani ar-Rabbani.66

65 Amalan Shalat Harian Naqsybandi. Haqqani Sufi Institut of Indonesia .hal 186

66http://naqsybandi.web.id/kontak/zawiyah

Page 41: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

41

Kedelapan Zawiyah Naqsyabandi Haqqani Rabbani ini dipayungi oleh

Yayasan Rabbani Sufi Institut Indonesia, yang resmi didirikan pada 11 Desember

2006 di Jl. Villa Terusan Cinere Mas No. 16, Pondok Cabe. Berdirinya Yayasan

Rabbani dipelopori oleh Dicky Aryo Seno atau Syekh Zulfikar yang kemudian

ditunjuk sebagai pemimpin atau Amir dari Yayasan Rabbani Sufi Institut

Indonesia, Eri Barkah Saridria atau yang lebih dikenal dengan Syaikh Barkah,

Zalyati atau yang lebih dikenal dengan Mbak Yati dan Dono Indarto atau yang

lebih dikenal dengan Syaikh Abu Thufail.67 Berikut ini merupakan kegiatan-

kegiatan dalam zawiyah-zawiyah Naqsyabandi Haqqani Rabbani:

1. Zikir Khatmu'l-Khwajagan

Zikir Khatm Khwajagan كانِ ) الخَواجَ ُ ْم ختَ ) merupakan praktik yang penting yang

tidak boleh ditinggalkan oleh murid. Zikir Khatm Khwajagan dilakukan dengan

posisi duduk bersama syekh dalam suatu majelis. Zikir ini dilakukan seminggu

sekali, khususnya pada Kamis atau Jumat malam, dua jam sebelum matahari

terbenam. Zikir Khatm Khwajagan terdiri atas dua kategori, yaitu: khatm panjang

dan khatm pendek.68

Zikir Khatm Khawajagan, beserta zikir-zikir lain dalam Tarekat Naqsyabandi

Haqqani maupun Naqsyabandi Haqqani Rabbani haruslah berdasar pada prinsip

yad kard, yakni “ingat”, ialah menyebut terus menerus mengulangi nama Allah,

zikir tauhid (berisi formula la ila ha ilallah) atau formula zikir lainnya yang

diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu bagi

67http://www.haqqanirabbani.asia/foundation-id.html

68 http://naqsybandi.web.id/amalan/tnh/zikir/khatm-khwajagan/

Page 42: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

42

penganut Naqsyabandiyah, zikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah atau

sendrian sehabis solat, tetapi harus terus-menerus, agar daalm hati bersemayam

kesadaran akan Allah yang permanent.69

Bagi anggota tarekat ini, zikir juga berfungsi untuk mengendalikan hati supaya

tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur). Caranya, murid

harus membaca setelah zikir tauhid atau ketika berhenti sebenbtar di antara dua

nafas, formula “ilahi anta maqsudi wa ridakamathlubi” (ya Tuhanku, engkaulah

tempatku memohon dan keridhaanmulah yang kuharapkan). Sewaktu

mengucapkan zikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa berada di hati

seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata. Ini

adalah prinsip Baz gasyt yakni “kembali” atau “memperbaharui” dalam pokok

ajaran tarekat Naqsyabandiyah. 70

2. Hadrah.

Hadrah merupakan sebuah pesta penyambutan Muhammad saw di zamannya.

Upacara ini dilakukan hampir tiap hari dan juga pada zikir regular di zawiyah-

zawiyah Rabbani. Hadrah berisi lantunan shalawat yang dibawakan dengan suka

cita dan bersemangat. Pelantunan shalawat tersebut disertai dengan gerakan dan

hentakan “Ya Hayy!” yang berarti “hidup”. Gerakan dan hentakan ini

dimaksudkan untuk membangunkan seluruh sel-sel di tubuh kepada kecintaan

untuk kembali kepada Allah dan Muhammad. Karena ketika ruh atau spiritual

terbangun, maka pancaran Cahaya Illahi akan tertuang pada masing-masing orang

69 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

70 http://quantumillahi.wordpress.com/2009/02/16/genosis-tarekat-naqsyabandi/

Page 43: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

43

yang melakukan hadrah tersebut. Kebahagiaan yang hakiki akan mengalir dari

hati memenuhi ruang-ruang yang terasa kosong. 71.

3. Manaqib

Manaqib merupakan pembacaan kisah-kisah perjalanan hidup menuju Cinta

Ilahi dari Syekh Bahauddin Naqshaband dan Syekh Abdul Qadir Jaelani yang

tertulis dalam kitab-kitab kuno. Kisah-kisah ini dibacakan setiap bulan pada

tanggal 10 Hijriah. Manaqib dilakukan dengan tujuan menyampaikan petuah dan

membagi rasa yang dirasakan oleh kedua Syekh yang dimuliakan ini. Selain itu

hal yang paling penting dalam pembacaan manaqib ini adalah transmisi cinta yang

amat besar akan terjadi pada setiap pembacaan kisah. Adapun pembacaan kisah

dari Shaykh Bahauddin Naqshabandi, berfungsi untuk mendatangkan kekuatan

spiritual atau Cinta Illahiah, dan pembacaan kisah dari Shaykh Abdul Qadir

Jaelani adalah untuk memudahkan dunia, namun tidak menimbulkan kesan pada

dunia.72

Adab dalam menjalani manaqib ini adalah pendengar sebaiknya benar-benar

mendengarkan pembacaan kitab-kitab tersebut dengan seksama. Selain itu untuk

dapat menyimak kisah-kisah Cinta ini dengan benar, sebaiknya pendengar tidak

berbicara, makan, minum atau terlalu banyak melakukan gerakan. Karena selain

berdampak tidak baik pada diri sendiri, aktifitas-aktifitas tersebut juga akan

mengganggu konsentrasi pendengar lain yang berada di dekatnya. Adab seperti ini

71 http://www.haqqanirabbani.asia/heavenonearth-id.html

72 http://www.haqqanirabbani.asia/heavenonearth-id.html

Page 44: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

44

sebaiknya dijaga sepanjang pembacaan, untuk menjaga Transmisi Cinta Ilahiah

yang sedang disalurkan.73

5. Maulid Nabi

Syair-syair tua shalawat yang berisi puji-pujian kepada Sayyidina Rasulullah

Muhammad saw merupakan ungkapan rasa rindu, rasa syukur dan rasa cinta yang

hampir tak mampu terungkapkan, yang ditulis oleh penyair-penyair Sufi yang

selama hidupnya mabuk akan Muhammad saw. Diiringi dengan alat musik tabuh-

tabuhan, pembacaan shalawat ini menjadi begitu hidup dan penuh energi.

Pembacaan serial syair-syair kisah yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad

saw Mawlid ad-Dayba'i ini dilakukan oleh Yayasan Rababni Indonesia setiap hari

kamis pukul 20.00-22.00 WIB.74

3. Whirling Dervishes

Whirling Dervishes atau Tari Darwis Berputar adalah tarian yang sangat

dikenal sebagai tarian cinta dari kaum sufi. menurut Traekat ini, tarian ini pertama

kali diperkenalkan oleh Muhammad saw sendiri kepada Abu Bakar Shiddiq yang

kemudian dipopulerkan oleh Mawlana Jalaluddin Rumi. Menurut Syekh Nazim,

tarian ini adalah gerakan yang dilakukan atas nama cinta, dengan cinta dan

membawa cinta. Penyerahan diri yang seutuhnya dan keyakinan yang teguh

adalah dua hal mendasar yang dibutuhkan dalam menarikan tarian ini. Karena

hanya dengan berbekal kedua hal tersebutlah maka tarian yang berputar dari arah

kiri ke kanan ini akan menghasilkan pusaran rasa cinta serta kebahagiaan yang

kemudian terpancar dari si penari ke seluruh ruang dan orang-orang yang ada di

sekitarnya. Pada saat-saat seperti itulah maka akan terasa kesatuan antara makhluk

73http://www.haqqanirabbani.asia/heavenonearth-id.html

74 http://www.haqqanirabbani.asia/heavenonearth-id.html

Page 45: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

45

dan penciptanya. Kesadaran bahwa pencipta dan ciptaan tidak akan pernah

berpisah sampai kapanpun, selalu bersama, layaknya sepasang kekasih.75

Whirling Dervishes merupakan ciri khas yang membedakan amalan-amalan

dalam Tarekat Naqsyabandi Haqqani dengan Tarekat Naqsyabandi Haqqani

Rabbani. Meskipun keduanya berasal dari mursyid yang sama, namun unsur

ajaran-ajaran Rumi lebih kental pada Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani.

Penyebaran Tarekat Haqqani Rabbani belum seluas Tarekat Naqsyabandi

Haqqani. Zawiyah-zawiyah Naqsyabandi Haqqani Rabbani tersebar baru sampai

wilayah kota-kota besar di pulau Jawa, tidak seperti Zawiyah Naqsyabandi

Haqqani yang telah hampir meluaskan jaringannya ke selruh Indonesia. Zawiyah

Naqsyabandi Haqqani Rabbani yang sudah secara rutin mengadakan Whirling

Dervishes hanya Zawiyah Cinere dan Zawiyah Bulungan (Rumi Café).

75 Nazim Haqqani,. Whirling Dervishes, hal. 39

Page 46: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

46

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN TRADISI SAMA

A. Pengertian Sama’

Sejarah telah memperlihatkan bahwa perbincangan mengenai musik dalam

Islam telah berlangsung cukup lama serta melibatkan wilayah praktek kaum sufi

yang cukup luas. Kehati-hatian dalam praktek keislaman dicontohkan oleh para

ulama dalam kehidupan muslim sehari-hari, berupa fatwa-fatwa yang melarang

musik secara tegas.76 Tetapi tentunya, disamping terdapat alasan-alasan syari’at

yang menolak, peran musik dalam kehidupan umat Islam tidak dapat disangkal

pula dari fakta-fakta sejarah, bahwa musik selain merupakan media untuk

bertaqarrub, juga berfungsi sebagai media penyebaran Islam. Dalam

menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, Walisongo, misalnya selalu

menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat

menggemari wayang dan musik gamelan. Sebagai contoh, Sunan Bonang

merupakan pencipta Gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran

Islam di pesisir utara Jawa Timur, Sunan Drajat menciptakan Tembang Jawa,

yakni Tembang Pangkur, Sunan Kudus melalui Gending Maskumambang dan

Mijil, Sunan Muria menciptakan tembang dakwah Sinom dan Kinanti. Melalui

syair lagu Gamelan tersebut, para Wali menyampaikan pesan tauhid, sikap

menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya. Setiap bait lagu diselingi

syahadatain, dan gamelan yang mengirinya disebut sekaten. Jadi, para da’i

76Sebagian kelompok yang mengharamkan musik berargumen berdasarkan riwayat dariIbn Mas’ud dan Ibnu Abbas serta tabi’in bahwa diharamkannya nyanyian berdasarkan firmanAllah swt, surat Luqman ayat 6, al Qashas ayat 55, hadist-hadist riwayat Ashabus Sunan, Bukhari,Nafi’ tetapi mengandung Ihtirab dan hadist Aisyah. Simak lebih lanjut pada Yusuf Qadharwi,Islam Bicara Seni. terj. Wahid Ahmadi dkk, , Intermedia, Solo: 1998. hal.39-52

Page 47: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

47

terdahulu tidak memerintahkan masyarakat untuk meninggalkan adat mereka,

tetapi secara bertahap memperkenalkan karakter Islam melalui pertunjukan-

pertunjukan wayang atau musik. Maka, hujatan terhadap posisi musik dalam

Islam tidaklah seimbang jika dibandingkan fungsinya secara historis.77

Pendekatan sufistik pada penyebaran Islam di Pulau Jawa, merupakan

sebuah pendekatan yang penuh dengan nilai-nilai toleransi terutama pada konsep

cinta dalam tasawuf. Dalam ajaran sufi, keikhlasan seorang Muslim terletak pada

kecintaannya kepada Tuhannya yang akan mengantarkannya pada solusi-solusi

hidup bermasyarakat. Cinta atau kasih merupakan salah satu pancaran nama

Jamal Allah dalam Asmaul Husna. Jalan cinta dan kelembutan, menjadikan segala

sesuatu cenderung dapat diterima, karena sulit apabila cinta dibahas dengan

menggunakan aturan-aturan baku. Sedangkan keadilan Allah tercermin dari

aturan-aturan dalam Islam. Agama membedakan mana yang beribadah, mana

yang tidak, mana yang baik, mana yang jahat. Maka tidaklah salah jika jalan ini

baru dapat ditempuh jika seorang sufi menguasai dan memenuhi tingkat syari’at.

Praktek tasawuf yang mengandung unsur musik adalah sama’. Menurut

Oliver Leaman, sama’ secara harfiah berarti audisi, dan dalam tradisi sufi, Sama’

mengacu pada pendengaran dengan hati, semacam meditasi. Tujuannya adalah

mendapatkan apa yang diwakili oleh melodi musik dalam sama’ tersebut.78

Ernest berpendapat, bahwa istilah sama’ dipakai kaum sufi untuk menyebut ritual

menyimak syair yang dinyanyikan atau dibacakan dengan atau tanpa iringan alat

musik. Secara literer sama’ artinya mendengarkan. Sama’ juga merupakan salah

77 M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Rajawali Press, Jakarta: 2005.hal.115-130

78 Oliver Leamen. Estetika Islam, Menafsiran Seni dan Keindahan. Mizan, Jakarta:2005.hal. 192

Page 48: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

48

satu metode zikir, yang berguna dalam proses penghayatan mencapai fana’.79

Dengan pengertian lain, sumber sama’ adalah rasa terpesona atau ketertarikan hati

(Jazb) kepada Tuhan. Rasa ini adalah suatu energi yang tak pelak lagi

mengarahkan seseorang kepadaNya. Zu an-Nun al Misri berkata, sama’ adalah

rasa terpesona terhadap Tuhan yang mendorong hati seseorang kepada Allah.80

Unsur utama dari praktek sama’ suara. Bahkan sebetulnya sama’ dapat

berlangsung hanya dengan pembacaaan syair saja dengan irama yang indah, asal

dapat menimbulkan efek mabuk Tuhan. Kekuatan suara dalam membangkitkan

emosi telah ada dalam teori-teori sufi sejak dulu. Banyak cerita yang sudah

dikemukakan untuk mengilustrasikan kekuatan suara, mulai dari pengaruh suara

pembacaan al-Qur’an, suara zikir al-Asma al-Husna, hingga syair-syair religius.

Sebaliknya, suara yang buruk cenderung dihindari. Dalam Al Qur-an, Tuhanpun

berfirman, yang artinya ”dan sederhanalah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah

suaramu. sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Q.S.31:19)

Sama’ ada empat macam. Pertama, yang sesuai dengan hukum Islam,

dimana sang pendengar benar-benar rindu kepada Tuhan, dan sama sekali tidak

merindukan mahluk. Kedua, yang diperbolehkan, yakni ketika sang pendengar

sangat rindu kepada Tuhan dan hanya sedikit merindukan mahluk. Ketiga, yang

makruh, dimana sang pendengarnya lebih rindu kepada mahluk daripada rindu

kepada Tuhan. Keempat, yang diharamkan, yakni ketika tak ada lagi kerinduan

kepada Tuhan karena semuanya sudah ditunjukkan kepada mahluk. Namun

pendengar harus mengetahui perbedaan antara yang sesuai dengan hukum, yang

79 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Rajawali Press, Jakarta: 2002.hal. 112

80Carl W. Ernest. Ajaran dan Amaliah Tasawuf, Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2003 hal. 238

Page 49: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

49

dilarang, yang diperbolehkan, dan yang tidak disukai. Ini merupakan rahasia

Tuhan dengan sang pendengar itu sendiri.81

Sama’ kategori pertama hukumnya sunnah. Rindu kepada Tuhan diawali

dengan mengingat Tuhan, dan mengingat tuhan merupakan arti dari istilah zikir.

Zikir dimaksudkan sebagai Tasbih, Tahlil, dan Takbir, serta shalawat kepada nabi.

Inti zikir adalah melafazkan nama Tuhan baik dengan seperti dalam Al-Qur’an

surat ke-33 ayat 41 dan 42, yang artinya,“ hai orang-orang yang beriman,

berzikirlah dengan (menyebut nama Allah), zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan

bertasbilah kepadaNya di waktu pagi dan petang”.82

Zikir merupakan hal yang paling penting dalam tasawuf. Bagi kaum sufi,

zikir adalah sebuah pintu yang paling besar (untuk mencapai Fana’ dan Makrifat)

pada Allah. Munculnya tarekat-tarekat juga dikarenakan banyaknya metode zikir

yang dikembangkan sebagai jalan mendekati dan menacapai Tuhan. menurut

Simuh, begitu pentingnya zikir dalam kehidupan sufi, sampai-sampai kuantitas

amalan zikir menjadi lebih besar daripada solat lima waktu, karena Zikir dijadikan

wasilah untuk mencapai penghayatan Fana’. al Qusyairi mendefinisikan zikir

secara mendalam, zikir adalah menenggelamkan ingatan dalam penyaksian

terhadap yang diingat (Allah swt), kemudian menghanyutkannya dalam wujud

yang diingat sehingga tidak ada bekas apapun yang tersisa dari diri yang berzikir .

83

Di Indonesia, ritual-ritual dalam tarekat berisi zikir dan shalawat terkadang

diiringi tabuhan Rebana dan alat musik lainnya. Maulidan, merupakan salah satu

81 Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, hal. 234

82 Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, terj. terj. Khairul Amru Harahap dkk, Qisthi Press,Jakarta: 2005 hal. 92

83 Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya . hal. 99-114

Page 50: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

50

festival keislaman di Indonesia yang telah ada sejak dulu. Acara ini dibuat

semeriah mungkin minimal dengan tabuhan-tabuhan rebana yang berirama.

Kemeriahan tersebut dimaksudkan tak lain ialah untuk menciptakan kembali

peritiwa beratus tahun lalu ketika Nabi Muhammad saw dilahirkan. Bayangan

bahwa Nabi Muhammad turut hadir saat acara tersebut berlangsung, merupakan

tujuan terpenting acara tersebut. Suasana haru menyelimuti orang-orang yang

benar-benar khusyuk ketika Sama’. Tetapi bagi sebagian besar orang, ritual

tersebut hanya merupakan acara budaya keislaman yang mengumpulkan sejumlah

besar ummat muslim, untuk berkumpul dan bersilaturahmi.

Dalam maulidan, atau sekatenan, seseorang yang berhasil larut dalam

praktek sama’ bercampur dengan seseorang yang mungkin baru saja menonton

ritual semacam itu, karena di Jawa, kegiatan semacam ini umumnya terbuka untuk

masyarakat umum. Bagi penonton yang masih baru, akan tertarik secara budaya

dan seni. Tetapi ekspresi yang dikeluarkan sebagian lain yang betul-betul larut

dalam ritual Sama’ ini, tentu akan membingungkan penonton yang masih baru,

karena memang dalam syariat tidak dijelaskan ekspresi-ekspresi semacam itu.

Praktek Sama’ di Timur tengah oleh tarekat Rifa’iyah, bahkan memperlihatkan

ekspresi-ekspresi yang ekstrem dan menimbulkan kesalahpahaman dalam ilmu

pengetahuan. Para sufi Rifaiyah seringkali menguji tingkat khusyuk zikir yang

sedang dilaksanakan sufi murid Rifaiyah dengan cara menguji ketahanan

jasmaniyah sufi tersebut.84 Sayangnya kegiatan tersebut justru berkembang ke

arah negatif dan merugikan pengertian mengenai sufisme ketika dipertontonkan

secara umum. Para orientalis menganggap praktek tersebut ,semacam debus, yang

84 Misalnya dengan cara memaku kepala, memakan api, menusuk leher, dan berbagaibentuk penyiksaan diri lainnnya. Carl. W. Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf….hlm xxviii

Page 51: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

51

tidak masuk akal dan aneh. Contoh tersebut kemudian menyeret praktek-prektek

zikir tarekat-tarekat lain untuk dikategorikan sebagai bentuk penyimpangan dari

kemurnian agama oleh para ahli syariat.

Padahal, berbagai ekspresi dari Sama’ dipelajari dalam lingkup tasawuf.

Tasawuf dalam Islam merupakan ilmu yang cenderung rahasia dan samar-samar,

bahkan Nabi tidak pernah membahas lingkup tersebut secara jelas dalam hadist-

hadistnya. Dalam perjalanan spiritual seorang sufi, hanya dirinya, mursyid-

mursyidnya dan Tuhannya yang dapat mengerti apa yang ia jalani dalam tarekat.

Tetapi tarekat membuka jalannya bagi siapa saja yang ingin meraih Hakikat.

Ekspresi-ekspresi yang timbul dalam sama’, dapat terjadi di manapun dan

kapanpun seseorang merasa amat larut dalam zikir melalui Sama’. Zikir dalam

Sama’ dimulai dengan zikir lisan, yakni mendengarkan syair-syair tauhid dan

shalawat yang didendangkan, lalu secara perlahan-lahan, akan masuk dalam zikir

hati, yang akhirnya terus akan mengantarkan sufi pada kondisi ekstase.

Menurut Al Qusyairi, ”Jika seorang salik ingat kepada Allah swt, dengan

sebanyak-banyaknya melalui hatinya, maka berarti ia beralih ke pada fase baru,

yakni zikir anggota badan (jawarih). Maka ketika hamba memulai dzikir dengan

segenap anggota badan, ia akan menemukan gerak dalam setiap anggota badan

sehingga dalam daging dan tulangnya tidak ada lagi selain gerakan dan getaran.

Kemudian gerakan dan gerakan tersebut semakin menguat dan jadilah suara dan

kalimat yang muncul dari seluruh angota badan dan persendian selain lidah, dalam

hal demikian lidah tidak dapat berkata.

Gambaran perumpamaan tersebut disimbolkan pada putaran terus-menerus

Tari Darwis Berputar yang dilakukan pertama kali oleh Jalaluddin Rumi. Gerakan

Page 52: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

52

tari berputar-putar (hanya satu gerakan berpuar dalam tari) merupakan gerakan

tawaf mengelilingi ka’bah yang juga dilakukan tiap planet dalam rotasinya dan

revolusinya mengelilingi matahari. Ketika tubuh berputar, maka seluruh sel dan

atom sebagai bagian terkecil dalam tubuh ikut berputar. Putaran yang dilakukan

seluruh alam semesta adalah putaran mengelilingi yang Satu.85

Batas paling tinggi dari sama’ ialah ketika orang-orang seperti dalam

kelompok pertama tadi begitu khusyuk, dan asik dengan kondisi spiritualnya

sendiri. Dalam istilah tasawuf, keadaan yang dialami hamba yang bersangkutan

secara terus-menerus akan berujung pada fana’. Maka dari itu, sama’ yang

sifatnya lebih khusus, biasanya dibedakan dari ritual-ritual keislaman lain yang

juga menggunakan alat-alat musik dan nyanyian-nyanyian zikir dan shalawat.

Sama’ yang ideal merupakan sebuah ritual eksklusif yang penuh dengan aturan-

aturan mengenai tempat, waktu, dan pemilihan melodi, dan adab pelaksanannya.

Sama’ betul-betul diperuntukkan bagi para salik yang ingin mencapai fana’ atau

setidaknya meraih kepuasan sampai batas yang ia mampu. Ketika sama’ini

berlangsung, tiap hamba biasanya dibebaskan berekspresi dengan keadaan

spiritual yang tengah dialaminya, karena hamba tersebutpun akan kehilangan

kesadaran bagaiamana dan seperti ia mengekspresikan mabuknya ketika itu.

Lukisan-lukisan tasawuf tidak jarang digambarkan dengan seorang sufi yang

sedang memegang tambolin dan beberapa sufi lain membaca syair, serta beberapa

sufi lain menari-nari seperti dalam keadaan mabuk. 86

85 Wawancara dengan Syahdan, koordinator pelaksanaan Tari Darwis Berputar diZawiyah Rabbani Cinere pada 25 April 2009

86 Misalnya dalam lukisan miniature Dinasti Mughal, tahun 1595 M. Lihat Abdul Hadi,Cakrawala Estetik Budaya. Pustaka Firdaus, Jakarta: 2000. hlm 431

Page 53: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

53

B. Unsur Tari dalam Sama’

Fana dapat menghasilkan berbagai ekspresi di luar kesadaran, yang

terkadang tidak dapat dimengerti. Bayazid Bustami mengeluarkan kata-kata

ekstasis ketika fana. Ketika Haviz dan Rumi menulis syair-syair indah pun, dalam

keadaan fana. Kata-ata mereka merupakan penyampaian dari apa yang sedang

mereka rasakan, meskipun tidak sepenuhnya dimengerti, karena umumnya

memang sangat sukar dipahami, bahkan sebagian ada yang dinyatakan

menyimpang. Maka tidak heran ketika seorang Salik ingin mencapai fana melalui

sama’, terkadang ekspresi mereka terungkap melalui gerakan-gerakan tubuh.

Para sufi Chistiyah, dalam ektasis mereka ketika sama’, memperlihatkan

gerkan trance mengangkat tangan mereka dan menari ekstasis.87 Tetapi tari

ekstasis yang paling teratur, adalah tari sufi dari Mawlawiyyah. Dalam tarekat sufi

lainnya tidak ada gerakan berputar cepat yang diatur dan dilembagakan seperti

dalam tarekat Mawlawiyah, dimana ia merupakan ritual yang dikembangkan

dengan cermat sehingga tak memberikan ruang bagi gerakan estatik tetapi

dibangun atas harmoni yang sempurna, bersama setiap gerakan yang mempunyai

makna khusus.88 Gerakan berputar cepat justru menjadi ekstatik karena nyanyian

dari syair-syair Rumi. Tetapi paduan antara syair, musik dan gerakan tersebut

tetap menjadi kesatuan sebuah tari yang dapat ditafsirkan dari sudut pandang seni

Islam. Berbagai tafsiran mengenai makna gerakan-gerakan berputar atau unsur-

unsur lain di dalamnya menjadikan tari ini layak disebut sebagi karya seni.

87 Carl. W. Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf,… hal. 237

88 Annemarie Schimmel, Dunia Rumi, Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi, peny.Sabrur R. Sunardi. Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2001. hal. 241

Page 54: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

54

Seni merupakan persoalan yang memerlukan pemikiran yang mendalam

karena terkait dengan simbol-simbol abstrak yang diciptakan oleh imajinasi

manusia. Karya seni dapat menggambarkan moral penciptanya. Karya seni adalah

sesuatu yang dapat menyenangkan indra, seperti gerakan tari yang merangsang

indra visual, dan musik merangsang indra pendengaran, tetapi sasaran seni lebih

dalam dari sekedar kesenangan indrawi.89

Tari ini diawali dengan irama lembut perlahan dari Ney, hampir tidak kaya

nada, tetapi alunan sederhana tersebut disengaja, dan amat penting untuk

membawa emosi para penyimak memasuki relung jiwa yang paling dalam. Ketika

itu, para penari telah siap dengan jubah hitam dan sikke. Selanjutnya tabuhan

gendang dijadikan tanda untuk para penari melepaskan jubah hitam dan

digantikan baju mereka yang seluruhnya berwarna putih. Sesi ini amat penting

dan bermakna. Secara garis besar, berbagai tafsiran cenderung mengatakan hal

tersebut dinilai dari konteks spiritual merupakan sebuah kematian awal menuju

kehidupan baru yang lebih abadi, atau akhir kehidupan duniawi yang kelam dan

awal mula pertemuan dengan Hakikat yang Satu. Awal mula pertemuan tersebut

kemudian mulai membawa para penari untuk perlahan-lahan berputar melawan

arah jarum jam, atau perlahan-lahan memasuki ruang pertemuan dengan Sang

Hakikat. Maka ketika para penari semakin larut dalam Hakikatnya sendiri, putaran

mereka pun semakin cepat. Puncak tari ini adalah kondisi ekstasis penari itu

sendiri.

Tugas mursyid berada di tengah-tengah penari dan memastikan para murid

penarinya melawati prosesi tari dengan semestinya yakni, meraih fana’ hingga

89 Oliver Leman, Estetika Islam, Menafsirkan Seni dan Keindaha ,terj. Irfan Abu Bakar,Mizan, Bandung: 2005 hal. 134-139

Page 55: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

55

prosesi selesai dan kembali dalam kondisi sadar dengan baik. Suatu kasus pernah

menyebabkan meninggalnya Qutb ad-Din Bakhtiyar Kaki pada akhir sebuah

praktik sama’ yang diadakan di Delhi pada tahun 1235. Dia memasuki ekstase

ketika para penyanyi melantunkan sebuah syair Persia Ahma-I Jam; “mereka yang

terbunuh oleh pisau memasuki penyerahan diri (kepada tuhan) / menemukan

kehidupan abadi di alam Baka”. Di kalangan ini, ada ketentuan bahwa ketika

seseorang mengalami ekstase dalam suatu sesi, maka bait yang menjadi pintu

masuk orang tersebut harus diulang-ulang sampai orang tersebut menjadi sadar.

Namaun semakin lama para penyanyi melantunkan bait tersebut Qutb ad-Din

Bakhtiyar kaki justru semakin kehilangan kesadaran. Ia justru sadar di bait

selanjutnya yang berbunyi “menemukan kehidupan kembali di alam Baka”.

Akhirnya murid-murid Qutb ad-Din Bakhtiyar menyuruh musik tersebut

diberhentikan setelah berlangsung selama tiga hari. Sayangnya, para penyanyi

berhenti di tengah-tengah syair, maka berhentilah sang Wali. Hal tersebut

menandakan batapa pentingnya teman atau pendamping (dalam hal ini yang

paling amn adalah yang ilmu spiritualnya lebih tinggi, yaitu mursyid) untuk

memantau jalannya sama’ dalam keadaan spiritual seorang sufi.90.

Pengalaman penari ketika fana’ adalah rahasia Tuhan, Mursyid, dengan

penari itu sendiri . Apa yang dapat diamati adalah ketika kesadaran penari terlihat

benar-benar hilang sehingga ia tidak bisa merasakan apa yang seharusnya dialami

oleh orang yang sadar ketika melakukan gerakan berputar cepat seperti yang

dilakukannya.

90 Dikutip dari Carl W. Ernest, Ajaran dan Amaliah Taswuf, hal. 240.

Page 56: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

56

Syekh Nazim Haqqani, menafsirkan rangakain tari darwis berputar sebagai

perjalanan spiritual manusia dengan akal dan cinta dalam menggapai

kesempurnaan. Bermula dari melangkah menuju kebenaran, didukung oleh

menumbuhkan cinta, mengesampingkan ego, menemukan kebenaran dan akhirnya

sampai pada kesempurnaan, kemudian kembali dari perjalanan spiritual ini

sebagai manusia yang telah mencapai kematanagan dan lebih sempurna serta

memiliki cinta, siap untuk melayani seluruh ciptaan, seluruh mahluk tanpa

membedakan ras, derajat dan bangsanya.91

C. Kronologi Sejarah Tarian Darwis Berputar

Tari Darwis Berputar merupakan reaksi spontan Jalaluddin Rumi ketika

mendengar seorang tukang besi sedang menempa besinya. Zikir hati Rumi ketika

itu seketika terasa selaras dengan irama sederhana tempaan besi sahabatnya.

Seketika itu juga Rumi berputar-putar hingga ekstase. Sejak itu, ia dan para

sahabatnya sering melakukan tari itu dimanapun mereka merasa terpanggil.

Tema sama’ tampak dalam karya-karya syairnya yang begitu banyak dan

rumit. Pada masa hidupnya majlis-majlis wirid dan tari Mawlawi masih belum

merupakan pertunjukan-pertunjukan yang terstruktur, dengan makanan dan

minuman yang disajikan bersama musik, dan musisinya lebih cocok disebut para

pekerja professional, dalam arti yang sebenarnya, ketimbang Darwis. Ketika ia

wafat, barulah putranya, Sultan Walad, mendirikan tarekat Mawlawiyah pada

akhir 13. Pertunjukkan wirid Mawlawi yang kompleks, kemudian diperkenalkan

pada masa-masa setelahnya, dan mulai menemukan bentuknya pada abad 17.

91 Nazim Haqqani, Sema’ Rumi, Tari Darwis Berputar Dervishes, Haqqani Sufi InstitutPress, Jakarta: 2007 . hal. 22

Page 57: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

57

Ketika tarekat ini berkembang, suatu struktur pertunjukan yang formal juga

mulai terbentuk, dimana syair-syair Persia karya Rumi dinyanyikan dengan

iringan musik bersama syair-syair shalawat dan ayat-ayat al-Quran. Para pemula

selama latihan mereka yang berlangsung 1001 hari, memperlajari syair-syair

tersebut sebagaimana mereka dilatih menari, belajar untuk berputar di tempat

dengan cara berputar-putar di dekat sebuah paku besar yang diletakkan di antara

jari jempol kaki kiri. Iringan musik yang mereka gunakan berupa tambur, rebab,

dan tentu saja seruling bamboo (ney), yang memiliki peran simbolik sangat

penting dalam syair-syair Rumi.92

Pada abad delapan belas, Salim III seorang Sultan Usmani menjadi anggota

tarekat Mawlawiyah dan kemudian dia menggubah sebuah karya musik

seremonial yang kemudian diterima di tarekat tersebut. Musik-musik tersebut

digunakan untuk upacara-upacara Mawlawiyah dan terus terkenal sejak akhir abad

18 hingga awal abad 20.

Selama abad sembilan belas, Mawlawiyah merupakan salah satu dari sekitar

sembilan belas aliran sufi yang aktif di Turki. Sedangkan di seluruh wilayah

kerajaan Turki Usmani ketika itu terdapat tigapuluh tujuh tarekat. Dari sekitar tiga

ratusan tekke sufi yang ada di Istambul, hanya empat diantaranya yang menjdi

milik orang-orang Mawlawi. Sekalipun demikian, orang Barat, dari dulu hingga

sekarang tetap menganggap Darwis Berputar sebagi representasi Sufisme secara

keseluruhan. Ini disebabkan oleh adanya seting Galata Mevlevihane di Istambul

yang telah menjadi situs tekke Mevlevi selama berabad-abad. Sejak abad sembilan

belas, Bukit Galata di Tanduk Emas telah menjadi tempat tinggal yang mapan

92 Carl W. Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf. hal. 246

Page 58: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

58

bagi para saudagar dan peziarah, serta menjadi tempat tinggal kaum Mawlawi.

Pertunjukan Tari Darwis Berputar yang diselenggarakan tiap dua kali seminggu

akhirnya menjadi atraksi yang menarik bagi para turis pada pertengahan abad itu.

Akses ke tempat ini menjadi semakin mudah dengan dibangunnya jalan kereta api

listrik, atau tunnel, pada 1875, yang menuju ke puncak bukit, selain didirikannya

sebuah restoran Prancis didekatnya. Ketika itu banyak sekali buku Eropa yang

berisi gambar-gambar darwis, dan yang paling menonjol adalah adalah tarian

berputar milik Mawlawiyah. Karena perlindungan dari Sultan ketika itu,

Mawlawi menjadi kelompok yang paling berpengaruh di seluruh kerajaan dan

prestasi kultural mereka di anggap sangat murni. Kelompok tersebut menjadi

terkenal di Barat, dan di Eropa serta Amerika, pertunjukkan keliling mereka

menyita perhatian masyarakat umum.93

Situasi berubah setelah didirikannya Republik Turki Sekuler pada tahun

1922. Pada tahun 1925, tarekat Mawlawiyah dipaksa membubarkan diri mereka

Turki, setelah Kemal Attaturk, pendiri modernisasi Turki, melarang semua

kelompok Darwis lengkap dengan upacara serta pertunjukkan mereka. Pada saat

itu, makam Rumi di Konya diambil alih pemerintah dan diubah menjadi museum

Negara, walaupun tidak mempengaruhi banyaknya pengunjung yang datang walau

sekedar ingin menghormati Rumi meskipun secara sembunyi-sembunyi.94

Motivasi utama Attaturk adalah memutuskan hubungan Turki dengan masa

pertengahan guna mengintegrasikan Turki dengan dunia modern seperti

demokrasi ala Barat. Bagi Attaturk tarekat sufi menjadi ancaman bagi modernisasi

93 Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf,… hlm.247

94 Ernest, Ajaran dan Amaliah Tasawuf,… hlm 248

Page 59: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

59

Turki. Pada saat itulah syekh Nadzim mulai menyebarkan bimbingan spiritual dan

mengajar agama Islam di Syprus, Turki. Rombongan Darwis juga diijinkan untuk

berkelana secara internasional. Meskipun demikian secara keseluruhan berbagai

aspek sufisme tetap menjadi praktek yang illegal di Turki dan para sufi banyak

diburu sejak Attaturk melarang mereka.95

D. Beberapa Kasus Tradisi Sama’ Tari Darwis Berputar di Indonesia

1. Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani

Dalam prosesi Tari Darwis Berputar yang biasa diadakan oleh tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Indonesia, tari Sama’ ini biasanya dilakukan

dalam Majelis Dzikir Khatam Kawajagan. Ritual ini dimulai terlebih dahulu

dengan tawasul atau menyatukan hati dan memohon dukungan 40 Guru Rantai

Emas Naqsybandi Haqqani, dan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani

sebagai Mursyid Naqsybandi Haqqani untuk wilayah Indonesia.96

Ritual dimulai dengan pujian-pujian untuk para nabi. Memuji mereka berarti

sama dengan memuji Tuhan yang Maha Pencipta. Kemudian setelah

menyelesaikan tahapan Zikir Adab dan masuk dalam dzikir Laa ilaa ha ilallah

maka para Darwis memohon ijin kepada syaikhnya untuk melakukan Sama’.

Tabuhan gendang sesudahnya digambarkan sebagai simbol perintah Tuhan pada

MahlukNya, kun fa ya Kun (jadi, maka Jadilah) Tambahan instrument pada

musik dari Ney menunjukkan hembusan nafas kehidupan pada semua mahluk.97

95 Nazim Haqqani, Sema’ Rumi, Tari Darwis Berputar Dervishes, hal. 33

96 www.haqqani rabbani.com

97 Nazim Haqqani, Sema’ Rumi, Tari Darwis Berputar Dervishes. hlm 21

Page 60: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

60

Bagian berikutnya adalah berputar. Terdiri dari empat salam. Salam pertama

adalah kelahiran kesadaran dan ras manusia atas kebenaran. Penerimaan yang

utuh atas keberadaan Tuhan sebagai pencipta dan diri manusia sebagai ciptaan.

Salam kedua menggambarkan kelemahan kelemahan manusia yang menyaksikan

kemegahan penciptaan di depan keagungan Tuhan dan kemurahannya. Sedangkan

salam ketiga adalah transformasi dari kelemahan menjadi cinta sehingga

menjadikan akal tunduk pada cinta. Pada putaran ketiga Syekh kembali duduk dan

para penari melepas jubah hitamnya dengan gerakan yang menyimbulkan kuburan

untuk mengalami mati sebelum mati, kelahiran kembali. Ketika Syekh

mengijinkan para penari menari, mereka mulai dengan gerakan perlahan memutar

seperti putaran tawaf dan putaran planet-planet mengelilingi matahari. Putaran

sama’ kebalikan dari putaran jarum jam. Putaran sama’ seperti putaran Tawaf

yang merupakan putaran langit.98

Ini adalah bentuk utuh berserah diri, pemusnahan diri dalam zat yang

dicintai, suatu peleburan. Bentuk ekstase ini dalam ajaran Islam adalah tingkat

tertinggi yang disebut dengan fanatillah. Akan tetapi derajat tertinggi dalam Islam

adalah derajat Nabi Muhammad Saw, yang menurut Syekh Nizam lebih layak

disebut sebagai hamba atau pelayan Tuhan, baru kemudian disebut sebagai utusan

Tuhan.99 Tujuan tari Sama’ adalah bukanlah ekstase tak berujung dan hilangnya

kesadaran pikiran. Pada masa penggantian selama ini, penari

mengenali keberadaannya, tangan bersilang menunjukkan kesadaran dan

kemengertian ke-Maha Esa-an Tuhan. Maka Darwis Penari memulai dengan tiga

putaran awal secara perlahan yang merupakaan simbolisasi bagi tiga tahapan yang

98 Nizam Haqqani, Sema Rumi, Tari Darwis Berputar Dervhises. hal. 26

99 Nizam Haqqani, Sema Rumi, Tari Darwis Berputar Dervhises. hal. 35

Page 61: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

61

membawa manusia menemui Tuhannya, lahir, hidup dan mati. Pada tiga putaran

awal yang lambat, posisi tangan disilangkan di atas dada, kemudian perlahan

memulai putaran cepat dengan posisi tangan kanan ke atas yang menyimbolkan

aliran hidayah dari Allah swt yang kemudian disalurkan melalui tangan kiri ke

arah bawah, untuk menyebarkan hidayah itu kepada umat manusia. Beberapa

penari yang mengalami dzawq atau extase akan menyebarkan energi positif yang

menggerakkan ruh untuk membersihkan diri. Dzikir Laa ilaa ha ilallah sangat

kuat untuk menghancurkan, hawa nafsu syahwat dan ego.

Salam keempat seperti sebagaimana Nabi saw sampai ke singgasanan Arsyi dan

kemudian kembali ke bumi menjalankan tugasnya. Penari darwis mencapai

kondisi fanatillah, kembali dalam tugasnya sebagai ciptaan pada kondisi

kehambaan setelah berakhirnya perjalanan spiritualnya. Dia menjadi pelayan

Tuhan, kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya dan pelayan bagi ciptaannya. Ritual ini

diakhiri dengan pembacaan Al Qura’an, khususnya surat Al Baqarah ayat 115:

“dan milik Allah Timur dan Barat. Kemananpun kamu menghadap disanalah

wajah Allah. Sungguh Allah Maha Luas, Maha Mengeahui”. Selain pembacaan

surah al Qura’n ritual ini juga ditutup oleh doa untuk para arwah nabi dan

mukminin.100

Hati ibarat ka’bah atau matahari, telapak tangan keatas ibarat bulan yang

memutari matahari. Mawlana Jalaludin Rumi ketika melakukan Sama’ selalu

dalam keadaan cinta yang sangat tinggi, dimana rasa cinta atau dzawq ini

menyebabkan tubuhnya menjadi ringan seperti helium. Sehingga tubuh Rumi

dapat terangkat setinggi satu meter dan berputar di udara. Ketika tubuh telah

100 Nizam Haqqani, Sema Rumi, Tari Darwis Berputar Dervhises,…hlm 33-35

Page 62: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

62

terlepas dari ego dan nafsu yang rendah, maka dia terbebas dari gravitasi bumi.

Gravitasi sanggup menarik tubuh karena ego demikian kuatnya menguasai tubuh.

Ada tiga bagian utama, ruh, nafs dan tubuh fisik. Dalam prosesi dzikir Khatam

Kawajagan tarekat Naqsyabandi Haqqani, terdapat dzikir Huu yang merupakan

dzikir untuk ruh, kemudian dzikir haqq untuk nafs dan dzikir Hayy untuk badan

fisik. Tarian Sama ini lebih memiliki kekuatan dengan iringan dzikir Khatam

Khawajagan dibandingkan dengan musik lainnya. Para penari sama’ bisa berjam-

jam berputar dengan kecepatan tinggi tanpa merasa kelelahan. Mawlana Syaikh

Hisyam mengatakan ketika mencapai dzawq maka tubuh digerakkan oleh ruh,

secara sukarela yang berasal dari para mursyid. Salah satu penari Sama’,

Muhammad Nur, ketika berputar tubuhnya demikian ringan sehingga seperti

terbang. Gerakan Sama’ yang dilakukan asimetris yang memiliki tingkat kesulitan

yang sangat tinggi, pada saat itu dia tidak menyadari semua gerakannya karena

telah dalam keadaan fana. Ketika tarian hampir usai maka syaikh berdiri dan

alunan musik dipercepat. Proses ini diakhiri dengan musik penutupan dan

pembacaan ayat suci Al-Quran.101

Tari Darwis Berputar, merupakan bagian penting dari tarekat

Naqsabandiyah Haqqani Rababni. Sepekan sekali diadakan zikir dengan tarian

khusus itu. Seorang yang ingin berputar diwajibkan berwudu. Setelah itu, ia harus

melakukan salat sunah dua rakaat syukur wudu, lantas dilanjutkan dengan salat

sunat dua rakaat tawasul. Lalu duduk berzikir Allahu Akbar.

Semua serba terukur, begitu pula pakaiannya. Mula-mula sang penari

menggunakan setelan koko putih. Kemudian gaun putih panjang yang disebut

101 Nizam Haqqani, Sema Rumi, Tari Darwis Berputar Dervhises,…hlm 26-28

Page 63: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

63

tenure, diletakkan dengan posisi terbalik, bagian dalam di luar. Sebelum memakai,

sang penari mencium bagian kerah. Kemudian, Tennure yang panjangnya lebih

dari tinggi sang penari pun dipakai. Setelah dipakai, ditarik setinggi telinga dan

pinggang diikat dengan tali putih. Tali pinggang kemudian ditutup sabuk hitam.

Penari lantas mengenakan jubah hitam tanpa lengan. Terakhir adalah topi panjang

atau sikke yang dibalut dengan sorban.Seluruh elemen pakaian ini merupakan

simbol. Sikke, yang aslinya berwarna abu-abu, menurut Arief, merupakan simbol

batu nisan. Lilitan sorban pertanda orang-orang siddiq. Tennure putih merupakan

simbol kain kafan. Sedangkan ikat pinggang dan jubah hitam menandakan

kelamnya alam kubur. ”Pakaian ini bermakna kita mengalami kematian di kala

hidup. Makna ini penting untuk menemukan diri kita. Karena, dengan menemukan

diri kita, barulah kita bertemu dengan Sang Pencipta,” tutur Arif.102

a. Zawiyah Haqqani Rabbani Sanggar Bulungan CSW

Zawiyah ini lebih dikenal dengan nama Café Rumi. Café Rumi merupakan nama

sebuah tempat yang memiliki konsep café dan galeri karena selain berfungsi

seperti café, yakni sebagai ajang pertemuan santai yang terbuka untuk umum,

tempat ini juga berfungsi sebagai galeri, yang menampilkan berbagai karya para

mursyid tarekat Naqsyabandi, juga segala keperluan yang dibutuhkan oleh

anggota Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Zawiyah rabbani yang satu ini juga

merupkan zawiyah yang paling sering mengadakan diskusi formil tentang

sufisme, terutama kajian tentang Rumi. Mulyadi Kartanegara dan Kaustar Azhari

Noer termasuk ilmuwan tasawuf yang pernah mereka undang untuk menjadi

pembicara. Tari Darwis Berputar disini dikembangkan secara serius selain sebagai

102 www.haqqanirabbani.com

Page 64: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

64

ekspresi keilahian juga sebagai program meditasi. Kajian tentang meditasi sufi

Tari Darwis Berputar dilakukan rutin dalam seminggu.

Di zawiyah ini, seseorang yang ingin membawakan Tari Darwis Berputar

diwajibkan melaksanakan adab sebelum Tari, yakni berwudu, salat sunah dua

rakaat syukur wudu, salat sunat dua rakaat tawasul, dan duduk berzikir Allahu

Akbar. Zawiyah ini juga menyediakan kelas tari, baik untuk laki-laki maupun

perempuan. Artinya terdapat latihan-latihan untuk mendapatkan bentuk tari yang

baik, disamping itu sudah berjalannya kelas tari bagi perempuan berarti akan

menghasilkan calon penari dari kelompok perempuan.

Latihan Tari Darwis Berputar awalnya belajar berputar dengan kedua

tangan disilang di depan dada. Gerakan ini dilakukan 20 menit selama 40 hari.

Kemudian pelajaran meningkat, kedua tangan dikembangkan ke atas. Waktunya

pun sama, 20 menit selama 40 hari. Gerakan terakhir adalah tangan kanan tetap

menghadap ke atas sementara tangan kiri turun sejajar bahu. Putarannya kembali

dilakukan 20 menit selama 40 hari.

Menurut Arief Hamdani, kesulitan utama bukan terletak apda latihan-

latihan berputar untuk mencapai keteraturan putaran, melainkan pada kebersihan

ruhani peserta tari. Ketika para peserta latihan terjatuh dalam kisaran 1-2 menit,

penyebab utamanya adalah kondisi ruhani yang masih dipenuhi oleh ego. Ego

dapat menahan tubuh sehingga tubuh terasa berat untuk berputar. Menurutnya

pula, ego dapat hilang dengan latihan, tetapi umumnya memakan waktu yang

tidak sebentar. Zikir yang keras sembari berdiri pun diyakini Arief mampu

menghancurkan ego. ”Maulana (Rumi) pernah berkata bahwa zikir dengan Tari

Page 65: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

65

Darwis Berputar dan dengan suara keras akan memberikan energi yang lebih

besar untuk membersihkan hati ketimbang zikir dengan duduk dan dengan suara

pelan,” ujar Arief.

b. Zawiyah Haqqani Rabbani di Cinere

Zawiyah Haqqani Rabbani di Cinere merupakan Zawiyah yang mempelopori

Tari Darwis Berputar di tarekat Naqsyabandi Haqqani di Indonesia. Kegiatan

didalamnya dikoordinatori oleh tiga orang yakni; Syekh Barkah, dan Syekh Abu

Thufail.103 Pelaksanaan Tari Darwis Berputar di zawiyah ini tergolong bebas. Para

penari tidak perlu latihan melalui tahapan-tahapan tertentu, baik latihan fisik

maupun mental. Syarat utama bagi yang ingin menari adalah memiliki niat dan

luapan parasaan keilahian yang memuncak, sehingga dapat disalurkan melalui

Tari Darwis Berputar.104

Para penari diperbolehkan memakai aksesoris yang secara adab keislaman

seharusnya tidak diperkenankan. mereka berpakaian seadanya ketika menari, dan

mereka dapat berputar secara bebas baik tua atau muda, bahkan anak kecil

sekalipun dapat melakukan Tari Darwis Berputar disini. Para perempuan

bermodal luapan rasa cinta ilahi juga dapat berteriak histeris atau bersuka cita

dengan riang. Tabrakan antara gerakan berputar para penari amat mungkin terjadi,

bahkan antara anak kecil dengan orang dewasa.105 Keteraturan putaran justru

didapati di dalam atas panggung pentas. Ekspresi penari jauh lebih teratur. Jika

103 Wawancara dengan Syahdan, di Zawiyah Cinere pada 25 April 2009

104 Wawancara dengan Syahdan, di Zawiyah Cinere pada 25 April 2009

105 Observasi pada perayaan Ulang Tahun Syekh Nazim di Zawiyah Cinere pada 25 April2009

Page 66: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

66

anak-anak kembali di lepas diantara para penari yang berputar tersebut, tidak akan

menyebabkan tabrakan. Tari Darwis Berputar dilaksanakan secara khusus setiap

Rabu pada pengajian laki-laki. Pada acara-acara tetentu, jemaat laki-laki dan

perempuan dipertemukan, tetapi tidak terdapat satupun jemaat perempuan yang

melakukan Tari Darwis Berputar.

Haqqani Rabbani Whirling Dervishes akhirnya dibentuk sebagai kelompok

penari Tari Darwis Berputar professional, yang diiringi oleh Haqqani Rabbani

Band. Haqqani Rabbani Band bahkan telah merilis album shalawat, yang salah

satunya berjudul Dzikrullah telah mengiringi tim Haqqani Rabbani Whirling

Dervishes ketika pentas live di salah satu stasiun televisi swasta. Tentu saja, Tari

Darwis Berputar tidak dibawakan dalam beberapa sesi seperti yang seharusnya,

karena akan memakan waktu yang cukup lama. Tetapi pentas tari tetap dikawal

oleh mursyid.106

2. Tradisi Tari Darwis Berputar di Yayasan Anand Ashram

Meski adab tari Darwis Berpuatar yang asli terasa rumit, tarian Rumi pada

Tarekat Haqqani terbuka bagi siapa pun. Hal berbeda justru terjadi di padepokan

Anand Ashram. Untuk belajar tarian Rumi, tak semua orang dapat melakukannya.

”Biasanya kami melakukan evaluasi awal, apakah orang tersebut berminat dan

cukup mampu untuk menerima pelatihan sufi,” ujar Anand Krishna, pendiri

Anand Ashram.107

106 www.haqqanirabbani.com

107 www.anandashram.com

Page 67: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

67

Proteksi ini terpaksa dilakukan Anand karena ia mensinyalir tingginya minat

mempelajari tasawuf, baik meditasi maupun Tari Darwis Berputar, sekadar upaya

pelarian dari masalah sehari-hari. Anand mengingatkan bahwa Kemal Attaturk,

bapak pendiri Republik Turki, pernah selama puluhan tahun melarang praktek sufi

di negaranya. 108 Pasalnya, dalam Tari Darwis Berputar, kata Anand, manusia

dapat mencapai ekstase. Efek sampingnya, menurut Anand, ada dua. Yang

pertama, sesorang bisa menjadi sangat egois, merasa diri paling benar, karena

sudah merasa mencapai tingkat yang luar biasa. Yang kedua, sesorang justru dapat

terlampau acuh, sebagai bentuk pelarian diri, karena merasakan dunia ini kacau

disebabkan juga karena merasa diri paling benar. 109

Bentuk proteksi yang dilakukan Anand yakni, sebelum mengikuti kelas sufi,

peserta diharuskan mengikuti program dasar stress management. Stress

management akan mempersiapkan sesorang untuk dapat mandiri menghadapi

kekhawatiran terbesar dalam dirinya. Kecemasan akan kekhawatiran dapat

menekan psikologis seseorang sehingga tidak dapat menangkap jalan keluar yang

sebetulnya telah ada di alam bawah sadarnya. Stress Management akan melatih

orang bagaimana melepskan konsentaerasi dan mencapai tingkat dekonsentrasi,

sehingga kesadaran diri dapat meningkat. Menurut Anand Krishna, stres

dibutuhkan, tanpa stress, orang akan menjadi bodoh. Negri menjadi terpuruk

karena masyarakatnya kurang stress, kurang gairah. Stress adalah energi, setiap

konflik menimbulkan energi, yang bisa membuat kita menjadi prodiuktif. Jika

108 www.ackbali.com

109 www.anandashram.com

Page 68: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

68

dikelola, stress akan menimbulkan kreatifitas. Salah satu cara untuk menjadi

kreatif, adalah mencari lingkungan yang di dalamnya penuh dengan orang-orang

kreatif.110

Biasanya hanya 30 persen dari lulusan program ini yang diterima untuk meng-

ikuti program lanjutan meditasi sufi. Setelah mengikuti program manajemen stres,

zikir dalam program sufi akan menjadi lembut. Bila emosi belum seluruhnya

tersalurkan dalam program dasar, zikir dan Tari Darwis Berputar yang dilakukan

peserta pasti akan bernuansa tangis dan ledakan emosi. ”Banyak orang bilang,

kalau dengan berteriak keras dan menangis, zikir baru afdal. Buat saya tidak,”

kata Anand.111

Tahap meditasi sufi di Anand Ashram terdiri atas dua bagian. Bagian pertama

adalah zikir dan Tari Darwis Berputar. Sama dengan metode tarekat sufi, zikirnya

pun dengan Laa Ilaha Ilallah. Setelah selesai Tari Darwis Berputar, peserta mulai

tafakur. Tafakur berguna untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Total

kegiatan berlangsung satu jam.112 Selain mendekatkan diri pada Sang Pencipta,

menurut Anand Krisna, dapat meningkatkan kesehatan peserta. ”Bila dilakukan

dengan benar, Tari Darwis Berputar dapat memberikan energi ekstra hingga dua

pekan lamanya,” ujar Anand.113 Tari Darwis Berputar bagi Anand Krisna tidak

hanya sampai pada ekstase. Ketika menari, seseorang akan sampai pada alam

kesadaran supra yang akan menimbulkan kasih saying terhadap sesame. Inti tarian

110 www.ackbali.com

111 www.anandashram.com

112 www.anandashram.com

113 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/09/2

Page 69: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

69

menurut Anand ialah menyebarkan getaran kasih kepada orang yang menikmati

tarian... Ekstase merupkan perasaan yang bisa di alami tiap orang yangbelajar tari

meskipun mereka berasal dari ras, budaya, dan agama yang berbeda.

Aspek Tari AnandAshram

ZawiyahCinere

Café Rumi

musik Shalawat Shalawat Shalawatzikir Tahlil Khatm

khawajaganKhatmkhawajagan

Penekanan antara Musik dan Syair Syair Syair MusikPakaian pentas Khas india Tenure

berwarnaTernureberwarna

Selera musik penari - Pelan RiangAdab - Ada AdaLatihan Ada Tidak ada AdaPenari perempuan Ada Belum ada AdaPenari anak-anak Tidak ada Ada AdaTim penari dalam pentas Laki-laki dan

perempuanLaki-laki Laki-laki

perempuanterpisah

Page 70: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

70

BAB IV

TRADISI SAMA’ TARI DARWIS BERPUTAR DI JAKARTA

A. Pertunjukan Tari Darwis Berputar sebagai bagian dari Komunitas

Zikir Kota

Sejak tahun 2005, tiap senin malam, jalan-jalan lalu lintas sekitar Masjid

Raya al-Munawar dipadati ribuan masyarakat yang mengikuti acara pengajian

Majelis Rosulullah.114 Peserta pengajian ini bahkan melebihi kapasitas masjid

sehingga peserta masih memadati jalan-jalan di sekitar masjid beberapa puluh

meter dari masjid. Penampilan mereka sangat kompak karena hampir seluruh

peserta memakai jaket seragam khas Majelis Rasulullah beserta kain sarung dan

kopiah putih. Sesuai dengan namanya, ajaran yang disampaikan dalam Majelis

Rasulullah yakni seputar kepribadian Muhammad saw. Majelis Rasululloh dalam

dakwahnya menggunakan pendekatan melalui profil Muhammad saw sebagai

pribadi yang paripurna. Misinya yakni, menumbuhkan kecintaan kepada

Muhammad saw di sanubari masyarakat, yang otomatis akan mendatangkan

kepatuhan dan ketaatan pada apa yang dicontohkan dari prilaku dalam diri

Muhammad.115

Bentuk aktivitas keagamaan seperti ini berupa zikir berjamaah dan

semacamnya, sebetulnya diaktifkan kembali pasca Orde Baru oleh Arifin

114 Majlis Rosulullah dipimpin oleh Habib Munzir Al Musawa lulusan Darul Mustafapimpinan al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh Tarim Hadramaut,Yaman. Beliau memulaimerintis dakwahnya sejak 1998. kegiatan Majelis zikir ini berpusat di Masjid Al Munawar,Pancoran. Majlis Rosulullah tersebar di sepanjang pantai Pulau Jawa dan Pantai Selatan, Bali,Mataram, bahkan sampai ke Singapura, Johor dan Kuala Lumpur. www.majelisrasulullah.org

115 www.majelisrasulullah.org

Page 71: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

71

Ilham.116 Berbeda dengan zikir berjamaah Majelis Rasulullah, Zikir Akbar Arifin

Ilham dilakukan seringkali pada pagi hari. Panitia menyarankan pesertanya

memakai baju muslim putih-putih, sebagai simbol kesucian. Acara zikir ini

sempat ditayangkan selama beberapa episode oleh stasiun televisi swasta.

Kelebihan zikir yang dibawakan Arifin Ilham adalah sangat sederhana dan mudah

dipahami semua orang. Ciri khas zikir akbar ini, di penghujung acara, Arifin

Ilham selalu mengajak pesertanya untuk bermuhasabah, yakni mengkoreksi diri

sendiri atas kesalahan dan dosa, khususnya penyakit hati yang merupakan awal

dari segala perbuatan tercela. Diharapkan dari aktivitas ini, umat muslim dapat

terbekali dengan nilai-nilai tauhid yang kokoh untuk menghadapi kehidupan

sosial sehari-hari. Arifin Ilham dalam bukunya tentang hikmah zikir

mengungkapakan tujuan dari zikir akbar yang sebenarnya adalah menciptakan

pribadi Muslim yang berorientasi kepada spiritualitas. Ada lima sebab utama

kenapa Zikir Arifin segera menasional. Pertama, zikirnya lepas, tidak terikat

dengan pakem dan tarekat tertentu,sehingga setiap orang bisa mengikuti tanpa

harus dibai’at (ambil sumpah). Kedua, cara berzikirnya mudah di ikuti oleh orang

awam sekalipun, karena setiap kali selalu di terjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Ketiga, zikirnya itu bukan sekedar zikir tapi ada muhasabahnya, yaitu

usaha mengevaluasi sehingga setiap orang bisa langsung tersentuh. Keempat,

zikirnya ini bukan sekedar zikir lisan , tapi sampai ke hati, sehingga semua orang

bisa menangis karenanya. Kelima. Zikirnya itu bisa diikuti oleh semua orang dari

semua golongan.117

116 Arifin Ilham berasal dari Banjarmasin, ia merupakan tamatan Pesantren Darunnajahserta alumnus Universitas Borobudur, jurusan hubungan internasional. Ia menjadi da’I danmengembangkan zikir berjamaah sejak tahun 1997. www.swaramuslim.com

117 www.suaramuslim.com

Page 72: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

72

Tingkat partisipasi masyarakat umum yang tinggi terhadap aktifitas

keagamaan yang dilakukan Majelis Rasulullah dan Arifin Ilham yang dilakukan di

tengah hiruk pikuk kota merupakan bentuk penyaluran dari kebutuhan religius

yang memang tidak cukup dari sekedar ibadah personal. Di satu sisi yang lain,

aktivitas ini juga memancing tumbuhnya komunitas zikir lain yang mempunyai

karakter dan metode berbeda. Komunitas zikir yang kini mulai berkembang

adalah majelis-majelis zikir yang diadakan oleh zawiyah-zawiyah Naqsyabandi

Haqqani dan Naqsyabandi Haqqani Rabbani. Zawiyah-zawiyah Naqsyabandi ini

tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Seperti yang telah diketahui, tarekat

Naqsyabandi masih mempertahankan tradisi Zikir Khatm Khawajagan. Beberapa

Zawiyah Naqsyabandi Haqqani Rabbani bahkan menggabungkannya dengan

sama’ Tari Darwis Berputar. Pelaksanaan zikir yang digabung dengan sama’ tari

sufi membuat bentuk penyaluran rasa religius menjadi optimal dan lengkap.

Karagaman metode zikir yang dikembangkan berbagai majelis-majelis

zikir menjadikan bentuk aktivitas keagamaan di Jakarta juga semakin beragam.

Bagaimanapun, cara orang memenuhi kebutuhan spiritualnya berbeda-beda. Hal

tersebut terkait dengan selera tiap muslim untuk mendekatkan dirinya kepada

Tuhan di luar ibadah wajib yang masih dalam batas koridor syariah.

Untuk membedakan identitas, kelompok-kelompok zikir ini mempunyai

simbol yang memperlihatkan identitas masing-masing. Simbol yang paling

mudah adalah bendera, atau seragam yang biasanya dikenakan oleh peserta atau

anggota majelis zikir. Majelis Rasulullah contohnya, dalam konfoi motor para

anggotanya yang diadakan setelah zikir, menggunakan bendera putih bertuliskan

nama Majelis Rasulullah untuk membedakan mereka dari komunitas zikir lain di

Page 73: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

73

Jakarta.di sepanjang jalan sekitar Masjid Raya al-Munawar terpasang bendera

hijau kuning betuliskan nama Majelis Rasullullah dan Habib Muzir al-Musawa.

Ciri identitas lain misalnya terlihat dari jaket hitam bertuliskan

“www.majelisrasulullah.com” di bagian punggung, yang hampir semua peserta

acara zikir mengenakannya. Tak lupa bagi yang laki-laki mengenakan kopiah

putih. Dalam iringan kendaraan mereka, jalan raya menjadi padat , tak jarang hal

tersebut manimbulkan kemacetan dan sebetulnya, juga pelanggaran lalu lintas

karena hampir para peserta iring-iringan motor tersebut yang sebagian besar

adalah anak remaja, tidak memakai helm.

Zikir Akbar yang dipimpin Arifin Ilham tidak begitu mencolok seperti

majelis-majelis zikir lain, karena majelis zikir sifatnya lebih mengikat daripada

zikir-zikir yang dipimpin ustadz perorangan. Tetapi ketika terdapat acara Zikir

Akbar dan seluruh pesertanya memakai baju muslim berwarna putih, masyarakat

dapat menebak bahwa acara tersebut adalah zikir berjamaah yang tengah dipimpin

oleh Arifin Ilham.

Komunitas zikir lain yang berada di sebuah institusi keagamaan seperti

tarekat Naqsyaband Haqqani dan Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Jakarta,

simbol-simbol identitas dapat dijumpai pada aksesoris yang digunakan. Tetapi

lebih mencolok pada anggota tarekat yang laki-laki. Murid Naqsyabandi

dianjurkan untuk mengikuti apa yang dilakukan mursyidnya, termasuk pakaian.

Pertama, penutup kepala. Setiap orang diyakini memiliki pancaran agung cahaya

dan energi dari Ilahi. Kepala harus dilindungi keselamatannya dari energi negatif

yang mencoba untuk merebut energi (Ilahiah) tersebut. Taj atau topi segitiga di

bawah kain turban menuding ke langit, memperlihatkan bahwa Islam-Iman

Page 74: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

74

menggiring kepada Ihsan. Agama ditambah Iman menghasilkan akhlak mulia.

Kain turban adalah cabikan kuburan dari murid untuk mengingatkan bahwa hidup

ini hanyalah sementara dan bahwa akhirat adalah tempat tinggal yang abadi. Yang

kedua, tongkat yakni berfungsa untuk mangirim energi negatif ke tanah. Tongkat

terlihat banyak di pakai para syekh dan guru. Yang ketiga, ta’wiz. Ta’wiz adalah

simbol spiritual yang sangat penting, yang menunjukkan bahwa seseorang

terhubung dengan Kerajaan Ilahiah. Para pengikut Syekh Nazim Haqqani di

anjurkan menampilkan ta`wiz ini atau yang serupa dengannya. Ta’wiz dapat

digunakan selain pada diri pribadi (dalam bentuk bandul kalung) serta pada

barang-barang pribadi di rumah dan di sudut kanan setiap jendela. Anggota

tarekat Naqsyabandi Haqqani yang laki-laki juga mempunyai gaya berpakaian

yang khas, yang mereka gunakan terutama ketika mengikuti zikir. Selanjutnya

sepatu. Sepatu kulit yang tipis berwarna hitam juga menjadi bagian dari kostum

para penari Darwia Berputar. Kesemua bagian dari penampilan ini, hanya

diiperuntukkan bagi laki-laki, kecuali ta’wiz.118 Pakaian tersebut merupkan

pakaian sehari-hari yang digunakan dalam berbagai kegiatan ketarekatan,

termasuk mengaji. Berbeda lagi dengan yang mereka gunakan ketika menari di

pentas.

Di sisi lain, penampilan atau simbol-simbol identitas lainnya dapat

semakin memperjelas perbedaan yang ada pada komunitas-komunitas zikir

tersebut, yang jika salah penempatannya justru akan menimbulkan fanatisme dan

eksklusifisme. Di sinilah gunanya Haqqani Rabbani Whirling Dervishes dan

Haqqani Rabbani Band. Musik religius terbuka bagi seluruh muslim, sedangkan

118 http://adabnaqsybandi.blogspot.com/

Page 75: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

75

tari merupakan karya seni yang dapat dinikmati oleh tiap golongan. Pakaian

khusus yang dikenakan para penari atau personel band, memang masih

mencirikan komunitas mereka, tetapi dalam situasi seperti pentas atau konser,

pakaian tersebut dapat diterima sebagai kostum. Dengan kedua media tersebut,

tarekat Naqsyabandi Haqqani dengan komunitas zikirnya menjadi komunitas zikir

paling terbuka sekarang ini di Jakarta.

Rumi Café, adalah salah satu tempat zawiyah tarekat Naqsyabandi

Haqqani di Jakarta yang didirikan untuk semakin meyakinkan masyarakat, bahwa

tarekat ini memang dapat dimasuki oleh siapa saja. Rumi Café yang sebenarnya

memiliki konsep bangunan gabungan cafe sekaligus galeri ini terbuka untuk

umum, masyarakat yang ingin mengunjunginya tidak harus menggunakan simbol-

simbol identitas yang mereka kenakan atau bergabung dalam kegiatan ketarekatan

yang berada di lantai dua cafe. Masyarakat yang datang dapat menyaksikan

diskusi-diskusi ketarekatan, pelatihan tari, Zikir Khatm Khawajagan tanpa harus

ikut bergabung, atau sekedar mengamati berbagai karya Tarekat Naqsyabandi

Haqqani antara lain lukisan, handcraft, buku-buku yang berada di lantai dasar.

Fungsi komunitas zikir bagi masyarakat adalah sebagai wadah untuk

mempertemukan muslim dalam suatu kegiatan ibadah yang terkontrol. Maka dari

itu, komunitas zikir di Jakarta sebisa mungkin harus dapat menempatkan

posisinya senetral mungkin untuk menghindari pemahaman yang negative

mengenai persatuan umat Islam. Pengadaan simbol-simbol untuk identitas harus

disesuikan dalam situasi dan kondisi agar tidak justru semakin membingungkan

masyarakat. Sekali lagi, karena komunitas zikir manapun sudah seharusnya dapat

diterima dan menerima muslim dari berbagi golongan dan pemahaman.

Page 76: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

76

B. Fungsi Tradisi Tari Darwis Berputar pada Lingkup Sosial-Budaya

Dalam lingkup sosial, Tari Darwis Berputar memiliki tiga konsep utama.

Pertama, Tari Darwis Berputar sebagai produk budaya, yakni melahirkan tradisi

yang diikuti sekelompok masyarakat turun menurun. Kedua, Tari Darwis

Berputar termasuk kategori ibadah sunnah, karena zikir-zikir di dalamnya

dilakukan untuk mengingat Tuhan. Ketiga, Tari Darwis Berputar merupakan

karya seni, karena dapat memberi efek menyenangkan bagi panca indra, dan dapat

merangsang tafsiran-tafsiran terhadap nilai estetika di dalamnya.

Yang pertama, Tari Darwis Berputar sebagai produk budaya. Tari Darwis

Berputar yang tercipta di Turki, pada mulanya menjadi tradisi kelompok

Mawlawiyah, kemudian diikuti pula oleh Tarekat Naqsyabandi Haqqani, serta

oleh sufi yang berasal dari tarekat lain untuk menghormati Mawlana Rumi.

Meskipun dalam kelompok tarekat terkadang terdapat perbedaan metode yang

cukup signifikan, tetapi pada umumnya, sufi mengembalikan perbedaan tersebut

pada tujuan utama. Ketika Tari Darwis Berputar masuk dalam keragaman budaya

keagamaan di Jakarta, maka posisi Tari Darwis Berputar sebagi budaya luar tidak

lagi dapat memaksakan bentuk pelaksanaannya yang asli. Contohnya, perbedaan

selera pada jenis melodi mengharuskan Tari Darwis Berputar mengalah untuk

diiringi oleh musik Indonesia yang umumnya lebih riang. Menurut Arief

Hamdani, strategi tersebut dilakukan karena kaum muda di Jakarta pada umumnya

menyukai musik yang riang, yakni musik yang dapat menggambarkan

Page 77: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

77

kebahagiaan dan keceriaan. Maka dari itu, musik yang kembangkan di Tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Jakarta, umumnya riang.119

Oleh pengikut Tarikat Naqsyabandi Haqqani di Jakarta, budaya sama’ ini

dilakukan minimal satu kali dalam satu minggu atau setelah zikir Khatam

Khawajagan sebagai sarana untuk tawajjud para anggotanya. Tari sufi ini juga

dilakukan untuk merayakan hari-hari bergembira seperti ulang tahun, perkawinan,

dan sebagainya. April lalu, zawiyah Cinere mengadakan sama’ untuk merayakan

ulang tahun Syekh Nazim, Mursyid Naqsyabandi Haqqani. Para anggota tarekat

laki-laki, termasuk anak kecil menarikan Tari Darwis, bercampur baur dalam

kemeriahan hadrah yang dibawakan anggota laki-laki dan perempuan.120 Di

zawiyah Cinere, tari Darwis Berputar dilakukan lebih ekspresif. Kerinduan, dan

segala bentuk perasaan yang meluap-luap (ilahiah) dapat dituangkan dengan

berputar di tengah-tengah kegiatan bermusik. Sedangkan di Café Rumi, karena

tempatnya lebih formil, biasanya orang justru akan sungkan untuk langsung

menari. Bagi masyarakat yang belum dapat menari, dapat menggunakan jasa tim

penari mereka untuk merayakan acara-acara bahagia, contohnya apa yang

dilakukan oleh personil Band Dewa 19, Ahmad Dhani, ketika merayakan

ulangtahun salah satu putranya. Tradisi Tari Darwis Berputar di Café Rumi juga

telah diikuti oleh kaum perempuan.Dengan begitu, Tari Darwis Berputar dapat

diharapkan menjadi salah satu ragam bentuk budaya yang memperkaya tradisi

budaya keagamaan di Jakarta.

119 Wawancara dengan Arif Hamdani di Café Rumi, tanggal 31 Mei 2009

120 Hadrah dilakukan dalam satu ruangan tanpa sekat, tetapi tidak membaur. Kelompok laki-laki disebelah kanan, dan perempuan di sebelah kiri. Observasi pada 22 April 2009

Page 78: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

78

Yang kedua, Tari Darwis Berputar sebagai ibadah. Tari Darwis Berputar

merupakan zikir, dan tujuannya adalah kehadiran Tuhan yang akan membawa

ketentraman hidup serta mengantarkan pada perbaikan prilaku. Ratna, salah satu

peserta zikir tari sufi di zawiyah Cinere, mengaku merasa tenang ketika berada di

zawiyah, “Kalau sudah berada di sini (zawiyah), masalah sebanyak apapun dapat

saya lupakan. Disini saya bisa ikut berzikir dan bershalawat, meskipun saya hanya

mendengarkan”.121 Ahmad Rizal Tarigan, pengunjung rutin Rumi Cafe setiap

Kamis malam menegaskan hal yang sedikit berbeda, ”Dengan berzikir, kita

mengendalikan ego.”, kenangnya. Dalam Sama’ yang diadakan tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Jakarta, masyarakat diajak untuk berzikir baik

zikir khatam khawajagan, atau zikir-zikir yang lain. Selain itu, masyarakat juga

diajak untuk bershalawat, mengungkapakan kerinduan dan kecintaan ilahiah lewat

syair-syair pujian, dan mengasahnya dalam musik-musik sama’. Dari proses

keseluruhan tersebut, maka sama’ akan menimbulkan emosi yang meluap untuk

disalurkan pada putaran yang teratur. Kesimpulannya, dengan tari darwis berputar

ini, masyarakat dapat berzikir dengan kecintaan dan keikhlasan, sehingga

kebutuhan spiritual mereka dapat tersalurkan sekaligus dengan suatu pencapaian

keadaan jiwa yang damai.

Pemenuhan dahaga spiritualitas melaui zikir serta praktek-praktek

bernuansa tasawuf memang tengah berkembang di Jakarta. Perkembangan

tersebut menurut Komaruddin Hidayat, disebabkan oleh factor-faktor yakni:

pertama, sufisme diminati oleh masyarakat perkotaan karena menjadi sarana

pencarian makna hidup, kedua, sufisme menjadi sarana pergulatan dan pencerahan

121 Wawancara dengan Ratna, salah satu peserta pengajian perempuan dan zikir Whirling dizawiyah Cinere.

Page 79: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

79

intelektual; ketiga, sufisme menjadi sarana pergaulatan dan pencerahan

intelektual; ketiga,sufime sebagai sarana terapi psikologis; dan keempat, sufisme

sebagai sarana untuk mengikuti trend dan perkembangan wacana keagamaan.122

Yang terakhir, Tari Darwis Berputar sebagai karya seni. Tari Darwis

Berputar merupakan produk budaya sekaligus tradisi sufi yang memiliki nilai

estetika. Karena bagaimanapun, Tari Darwis Berputar dengan mudah dapat

dibedakan dari temuan-temuan para orientalis tentang Istidraj. Karya ini lahir dari

tokoh mistik terbesar dalam Islam. Karya seni tari ini diperkenalkan di Jakarta

oleh Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani melalui Haqqani Rabbani Whirling

Dervishes dalam berbagai acara kesenian, dan kemanusiaan. Contohnya yakni

penampilan mereka pada tahun 2007 pada acara Tahun Rumi yang diadakan

UNESCO serta pada Urban Sufism Days 2009 oleh Universitas Paramadina. Tari

Darwis Berputar pada kedua acara tersebut dibawakan sebagai Karya seni Islam

yang mewakili tasawuf di Jakarta.

Dalam sebuah wawancara JIL, Abdul Hadi mengomentari bahwa tari

Darwis Berputar sebagai karya seni dapat berfungsi sebagai Tarajjud, yakni

menyatu dengan keabadian yang abadi. selain itu, tari Darwis berputar sebagai

karya seni berfungsi sebagai sarana efektif untuk menyebarkan gagasan,

pengetahuan, Informasi yang berguna bagi kehidupan seperti pengetahuan dan

informasi mengenai sejarah, geografi, hukum, undang-undang, adab,

pemerintahan, politik, ekonomi dan gagasan keagamaan. Para ilmuwan, ahli adab,

ulama fiqih dan ushuluddin, serta ahli taswuf berpegang pada pendapat ini.123

122 http://indonesianmuslim.com/37.html

123 Abdul Hadi W.M, Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas. Pustaka Firdaus, Jakarta:2000. hal. 237

Page 80: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

80

Republika, dalam salah satu artikelnya tahun 2009 menuliskan, tari Darwis

Berputar, merupakan buah karya Jalaluddin Rumi yang kini tersebar di seluruh

dunia. Tarian ini masih dilakukan para pengikut Syekh Nazim Haqqani, salah

satunya sebagai bentuk kecintaan kepada sang guru dalam menemukan Tuhan.124

Melalui tari sufi ini, telah banyak pesan dan informasi yang bisa digali. Ia turut

menyumbangkan perkembangan sejarah seni Islam di Jakarta, dan menghasilkan

banyak penafsiran sehingga merangsang berkembangnya ilmu tasawuf dan fiqih,

serta membawa pesan kemanusiaan dimanapun tari ini dibawakan. Dalam salah

satu pentasnya baru-baru ini di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Haqqani Rabbani Whirling Dervishes mengemukakan bahwa pesan utama

tari sufi sebagi karya seni, adalah cinta. Penyebab gerakan berputar atom, planet,

dan tarian ini adalah cinta. Cinta akan menyebabkan sang pencinta enggan

menjauh dan terus tertarik pada objek cintanya. Sang pencinta akan senantiasa

mencintai apapun yang dicintai objeknya. Maka radius putaran adalah cinta yang

disebarkan kepada sekitar, sebagai simbol penyebaran cinta terhadap sesama.125

Jika kebudayaan dalam bentuk seni merupakan ekspresi kesadarn yang

paling jelas, maka seni adalah pintu yang paling penting bagi usaha menyadari

realitas tertinggi yaitu Tuhan. seni merupakan bukti bahwa tuhan berhubungan

dengan manusia denganmelalui budaya . dari sini, kebudayaan harus di letakan

fungsinya sebagai bentuk penerobosan batas–batas realitas ,sehingga tuhan dan

manusia terhubungkan, dan manusia bisa mendekati penciptanya.126

124 Republika, Islam Diggest, Ahad, 15 Maret 2009. tanpa halaman

125 Observasi, 3 Juni 2009 di UIN Syahid.

126 Abdul Munir Mulkhan. Dari Semar ke Sufi. Al Ghiyats, Yogyakarta: 2003. hal. 37

Page 81: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

81

C. Tari Sufi dalam Pentas Seni sebagai Dakwah Sufistik Baru

Pendekatan sufistik merupakan faktor yang paling kuat melatarbelakangi

penyebaran Islam di Indonesia. Ajaran Islam yang disampaikan oleh para sufi,

dibawakan dengan nuansa sufistik hingga menampilkan islam yang akomodatif,

toleran, fleksibel, dan santun terhadap tradisi dan budaya masyarakat setempat.

Kini, dakwah Sufistik kembali marak di Jakarta. Ada yang dilakukan dengan

berceramah, zikir dan doa bersama, ada pula yang menggunakan seni, seperti

sastra, musik, dan tari.

Dalam sastra Indonesia modern, paham sufistik telah dianggap sebagai

gaya. Beberapa nama seperti Sutardji Calozoum Bachri, Goenawan Moehammad,

Abdul hadi W.M.,Kuntowijojo, Danarto, dan Emha Ainun Nadjib, merupakan

sastrawan-sastrawan dengan gaya sufistik yang karyanya sering terlihat dalam

koran-koran ibukota diantaranya Kompas dan Republika.

Sedangkan Dakwah musik dan tari sufi, dikembangkan oleh tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani. sebagai langkah utama, tarekat ini kemudian

mendirikan Haqqani Rabbani Band dan Haqqani Rabbani Whirling Dervishes

untuk mengadakan pentas-pentas tari Darwis Berputar. Menurut Arif Hamdani,

dakwah melalui musik dan tari diamanatkan langsung oleh Syekh Hisham,

“lihatlah kalian di luar sana banyak orang mengajak orang kepada islam di rumah,

masjid, sekolah, pesantren, maka turunlah kalian ke jalan-jalan dengan musik dan

tari”.127

Pada sebuah acara Pesta Cinta yang diselenggarakan oleh Tarekat

Haqqani Rabbani pada 2 September 2007, Naqshbandi Haqqani Rabbani Whirling

127 Wawancara dengan Arif Hamdani, pimpinan café Rumi, 31 Mei di café Rumi

Page 82: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

82

Dervishes of Indonesia melakukan pagelaran upacara Sema’ resmi di depan

Syaikh Hisyam Kabbani. Pertunjukan ini dibawakan oleh sebelas penari dan satu

orang mursyid. Acara ini bertema Cinta, yakni sebuah upacara yang dilakukan

atas nama Cinta, dengan Cinta dan Membawa Cinta. Hall besar kampus STEKPI

di bilangan Kalibata ketika itu dipenuhi dengan pengunjung yang berjumlah lebih

dari 6000 orang yang secara antusias mengikuti keseluruhan prosesi hingga

selesai. Tidak hanya Whirling Dervishes, pesta ini juga dimeriahkan dengan

pembacaan puisi-puisi Cinta, Dzikir Khatamul Khawajagan dan ditutup dengan

Hadrah.

Tari Darwis berputar juga dipentaskan dalam video klip Dewa yang

berjudul Laskar Cinta. Corak sufistik makin serasi dengan lirik lagu sufistik yang

dicipta Ahmad Dhani tersebut, “Laskar cinta, sebarkanlah virus-virus Cinta,

karena Cinta adalah Hakikat”. Tari sufi yang terdapat dalam video klip band yang

tidak termasuk Band Islam (contohnya Debu), membuat tari ini memiliki peluang

yang cukup besar untuk turut dinikmati penonton non-Muslim sekaligus di

Jakarta.

Dalam dakwah sufistik Tari Darwis Berputar di Jakarta, syair merupakan

salah satu unsur dalam pentas Tari Darwis Berputar yang mempunyai posisi

paling sentral.karena biasanya, ketika pentas, zikir khatam Khawajagan di Jakarta

tidak dilakukan di depan penonton secara penuh. Penari langsung menari dengan

iringan musik. Musik bersifat universal, tetapi syair dapat menegaskan makna apa

sebenarnya yang ingin disampaikan dalam sama’. Apa yang terjadi dalam video

klip Dewa, mungkin akan menarik masyarakat umum dari berbagai golongan,

tetapi belum tentu mereka mengetahui bahwa sebetulnya tari tersebut dan lirik

Page 83: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

83

dewa bernilai sufistik. Lain halnya pentas tari Darwis Berputar memakai musik

iringan yang berisi syair shalawat dan zikir. Jadi, Musik dan gerakan Tari

berfungsi untuk menarik masyarakat umum secara audiovisual. Tetapi syair lebih

mempunyai pesan identitas ketika Tari Darwis Berputar. Berikut syair yang

terdapat dalam lagu dzikrullah, salah satu lagu pengiring Tari darwis Berputar di

Jakarta yang dicipta oleh Haqqani rabbani Band;

“Subhanallah/Walhamdulillah/Wa Laaila Ha Ilallah Hu Allahu Akbar/Ya Rabbi

bil Mustafa/Balighmaqasidana/Waghfirlana Mamadho/Ya Wasyi’al-Karomi”.

Salah satu faktor tarekat Naqsyabandi Haqqani dapat melancaran dakwah

musik dan tarinya yakni corak musik Haqqani Rabbani Band yang dikemas

dengan modern, namun tetap menjaga unsur tradisional yang identik dengan

bunyi-bunyi tetabuhan, chanting juga ney.

Haqqani Rabbani Band terdiri dari:

Irfan ChasmalaIwan Wiradz

ShopianTohpati

Adi DharmawanSaat Borneo

Sangkan CordovaChandika

Eddy KemputWim

::::::::::

Music Director, Keyboards & ProgrammingLead VocalVocal & LyricAcoustic Guitar on Khatm KhawajaganBass Guitar on Thola’al Badru AlaynaSulingElectric Guitar on Thola’al Badru AlaynaViolin on Thola’al Badru AlaynaAcoustic Guitar on Thola’al Badru AlaynaElectric Guitar on Allah Hu Allah

Menurut Wendi Putranto, Editor Rolling Stone Indonesia, musik Haqqani

Rabbani Band memiliki roots musik Qawwali yang kuat dengan pengaruh

moderen yang hadir berkat masuknya instrumen-instrumen musik barat seperti

gitar elektrik, bass elektrik, keyboard dan biola. Para kontributor musik album ini

pun tidak sembarangan. Tercatat nama-nama hebat seperti Tohpati, Edddy

Page 84: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

84

Kemput, Iwan Wiradz, Adi Dharmawan, Irfan Chasmala yang bekerja sebagai

music director album ini. Maka tidak heran, jika Haqqani Rabbani Whirling

Dervish dengan Haqqani Rabbani Band pernah tampil di stasiun-stasiun TV di

Jakarta seperti RCTI, TPI, SCTV, dan TV ONE.

D. Redefinisi Praktik Spiritual dalam Pertunjukan Tari Sufi

Sebuah pertunjukan Sama’ tari darwis berputar membutuhkan beberapa

pesyaratan yang diadakan untuk betul-betul memperoleh tujuan yang diinginkan.

Persyaratan tersebutpun yakni tempat, waktu dan teman, mempunyai beberapa

kriteria yang kesemuanya ditujukan untuk memperoleh pengalaman spiritual

tertinggi bagi tiap peserta sama’. begitupun pertunjukan-pertunjukan sama’ yang

diadakan di zawiyah-zawiyah tarekat naqsyabandi Haqqani rabbani di Jakarta,

bahkan mempunyai adab sebelum sama’ yang dilakukan untuk menjaga syariah

sama’ ini.

Ketika pertunjukan sama diadakan dalam sebuah pentas, tentunya persiapan

yang dibutuhkan menjadi lebih beragam. Persiapan tersebut meliputi hal-hal yang

memang harus dipenuhi layaknya sebuah pentas akan diadakan. Segala proses

harus berjalan sesuai rencana layakanya sebuah pagelaran tari sehingga

masyarakat diharapkan akan terarik ketika melihat tarian ini, sehingga pesan yang

terdapat dalam tari dapat sampai pada penonton sebagai tujuan utama dari dakwah

tarekat Naqsyabandi haqqani Rabbani.

persoalan yang muncul ketika para darwis penari ini menari dalam panggung

pentas adalah ternyata, pengalaman spiritual yang ingin dicapai pada mulanya

oleh para penari tidak dapat diperoleh secara maksimal. Para penari terjebak

Page 85: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

85

dalam suasana pertunujukkan pentas tari yang orientasinya adalah animo

penonton. Seorang penari mungkin dapat membawa perasaannya hanyut pada

Susana estetik yang ia bawakan sendiri, dan tidak akan terganggu dengan suasana

di sekelilingnya. Tetapi apa yang dikemukakan salah satu penari dari rumi café,

widia, berikut ini dapat membuktikan bahwa memang terdapat pengaruh yang

mereduksi kualitas sama’ ketika dibawakan dalm pertunujkan pentas. Aura

berbeda ia rasakan tatkala menari kala berzikir dan untuk manggung. ”Kala zikir,

tarian ini terasa nikmat sekali. Saya tak pernah merasa pening karena aura positif

yang ditebar sesama jemaah memberikan energi tersendiri. Namun situasi berbeda

terjadi ketika Widia menari di atas panggung. ”Saat menari di panggung, kami

tentu ditonton banyak orang, tak hanya aura positif yang menerpa, biasanya lebih

banyak yang negatif. Aura negatif ini pula yang membuat tubuh terasa berat

ketika berputar,” tuturnya.128

Untuk menjaga kondisi perasaan religious para penari, juga pemain musik

dan pembaca syair, tim Haqqani Rabbani Tari Darwis Berputar Dervishes dan

Haqqani Rabbani Band melakukan Zikir Khatm Khawajagan sebelum Tari Darwis

Berputar, termasuk dalam pentasnya. Tradisi ini sesuai dengan apa yang menjadi

selera sufi penari di Indonesia, bahwa syair akan lebih berpengaruh daripada

musik. zikir khatam khawajagan dilakukan sebelum musik, berarti syair berupa

zikir merupakan gerbang pertama sebelum musik yang mengantarkan psikologis

sufi dalam Tari Darwis Berputar menuju perasaan ketuhanan.

Bagaimanapun, sufi penari tersebut dibesarkan dalam tradisi Naqsyabandi.

Meskipun apa yang mereka lakukan adalah tradisi Mawlawi, karakter

128 www.haqqani.com

Page 86: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

86

Naqsyabandi tetap berperan dalam psikologis mereka. Naqsyabandi Haqqani

Rabbani, dalam tradisi Tari Darwis Berputar yang dilakukan di zawiyah-

zawiyahnya membebaskan siapa saja yang ingin menari berputar. Kapanpun,

dimanapun, seperti apapun, para ‘penari bebas’ boleh berputar. Tetapi ketika

pentas, para guru naqsyabandi Haqqani rabbani tidak ingin para penari terjebak

dalam situasi pentas yang dapat mempenagruhi kondisi mental spiritual penari,

maka mereka mengganti warna tenure sesuai dengan kecenderungan letak

substansi kelembutan yang dimiliki para penari. Adapun metode ini

dikembangkan dari system sederhana Naqsyabandiyah tradisional.

Enam Substansi kelmbutan dalam system sederhana Naqsyabandi

diambil dari Zaqwi Syah, Sirr-i Dilbaran129

Penari yang substansi kelembutannya terletak pada hatinya, maka akan

diberi kostum merah. Jika terletak pada jiwanya, maka kostumnya kuning. Jika

pada ruhnya maka kostumnya tetap berwarna putih, dan seterusnya. Kebanyakan

penari Naqsyabandi Haqqani Rabbani Whirling Dervishes di Jakarta masih

129 Carl W. Ernest. Ajaran dan Amaliah Tasawuf, Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2003. hal.135

No. Substansi Warna

1. Hati Merah

2. Ruh Putih

3. Jiwa Kuning

4. Suara hati Hijau

5. Rahasia Biru

6. Hal-hal Ghaib Hitam

Page 87: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

87

memakai kostum asli warna putih. Tetapi, beberapa ada yang selain berwarna

selain putih, salah satunya seperti kostum berwarna merah milik Widia, penari

perempuan dari café rumi, serta kostum berwarna hijau milik Fani penari dari

zawiyah Cinere. Warna kostum penari dapat berubah tergantung pergantian letak

substansi kelembutan dalam tubuh penari. Strategi inilah yang digunakan Haqqani

Rabbani Whirling Dervishes untuk menghindari redefinisi tari sufi ketika pentas.

E. Reaksi masyarakat dan Pandangan Kaum Syari’at

Sejak tahun 1997, Syekh Hisham Kabbani terus memperkenalkan tarekat

Naqsyabandi haqqani ke daerah-daerah di Indonesia. Tercatat, dalam sepuluh

tahun, ia telah mengunjungi, Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI ), Jusuf

Kalla (wakil presiden RI), Gusdur (mantan presiden RI), Abah Anom (pemimpin

tarekat nasqabandi qadiriah), Din Syamsudin (tokoh muhammadyah), Said Agil

Siraj (anggota tarekat nasqabandi khalidiah) , Ustad Jefri, Arifin Ilham, dan

pimpinan majelis Zikir Nurul Mustafa baru-baru ini,Habib Ali bin ja’far Assegaf ,

untuk memperkanal kan tarekat nasqabandi haqqani rabbani di Indonesia.

Haqqani rabbani whirling dervhised bahkan akrab dengan manajeman musik

Republik cinta milik Ahmad Dani . Dalam beberapa acara Republik Cinta ,

Haqqani Rabbani whirling dervised kerap kali terlihat diadakan .Bahkan

komunitas fans Dewa , yakni Baladewa, turut memberikan dukungan pada tradisi

tari inidi Jakarta.Tari ini di pandang sebagai sebuah karya seni yang mengandung

nilai-nilai spiritual yang di bawakan oleh tarekat Nasqabandi Haqqani Rabbani di

Jakarta.

Page 88: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

88

Berbeda dengan respon positif yang di berikan baladewa di Jakarta, Habib

Munzir, pimpinan majelis Rasulullah berpendapat bahwa tari sufi tidak

mempunyai landasan syariah yang kuat. menurut habib munzir, telah banyak

tarekat yang telah menyimpang, yang lebih mengutamakan hakikat, dan

menyepelekan syari’at. Akibatnya, karena pada awalnya pimpinan tarekat-tarekat

tersebut tidak mempunyai ilmu syariat yang cukup, maka praktik-praktik yang

dilakukan dalam tarekat tersebut terkadang keluar dari jalur syariah sehingga

menjadikan tarekat tersebut sesat. Salah satu praktek tasawuf yang menurut Habib

Munzir tidak mempunyai landasan dalil yang kuat yakni zikir sambil menari yang

dilakukan baik pria maupun wanita. Adapun gerakan kepala yang bergoyang keras

dalam zikir masih ditolelir dan tidak melanggar syariah, sebagaiman yang tarekat

Naqsyabandi, Syadzili, dan Samaniyah lakukan. Begitupun dengan zikir dengan

suara keras, terdapat dalil syar’i yang membenarkannya. Juga syair Pujian pada

Allah dan Muhammad yang dilakukan di Masjid adalah berlandaskan Hadis

Shahih Bukhari. Serta Istighasah, tawasul juga berlandasan Bukhari. Maka

apabila tarekat tidak mempunyai landasan terhadap praktek-praktek yang berada

di dalamnya, maka dapat dikatakan tarekat tersebut terkecoh pada ajaran setan.130

Sama’, termasuk Tari Darwis Berputar, sebetulnya memiliki beberapa

persyaratan mutlak yakni, waktu yang tepat, tempat yang tepat, dan sahabat yang

tepat. Yang pertama yakni waktu yang tepat adalah ketika hati pendengar terbuka

dan siap mengapresiasi apa yang mereka dengar sehingga musik dan syair bisa

ditampilkan tiap waktu. Artinya, tidak diperkenankan jika memang hati pendengar

tidak terpanggil atau tidak merindukan Tuhan, atau hanya sedikit merindukan

130 MajelisRasululloh.Org

Page 89: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

89

Tuhan. Sama’ merupakan pengantar bagi kerinduan yang apabila telah diisi

dengan solat rindu tersebut masih belum mereda, apabila berzikir sendirian, rindu

tersebut masih juga belum mereda, sehingga pada akhirnya ia membutuhkan suatu

pelampiasan emosi tersebut, dan gerbangnya adalah musik dan syair, bentuknya

adalah Tari. Yang kedua adalah tempat yang tepat, yakni tidak harus di tempat

yang khusus, tetapi tempat yang memungkinkan seseorang bisa menempatkan

dirinya dalam bingkai pikiran yang tepat. Dewasa ini, aspek kedua ini, telah

banyak mendapatkan toleransi yang cukup besar. Akibatnyapun terjadi di wilayah

intern maupun ekstren kelompok sufi penari. Meskipun dalam wilayah dakwah

Tari Darwis Berputar di tempat umum dapat diandalkan, kerinduan ilahiah para

penari tidak tercapai, dan Tari Darwis Berputar terlanjur dikenal dan dipraktekkan

secara bebas. Yang ketiga sahabat yang tepat sangat penting, ketika seseorang

perlu ditemani ketika oleh orang-orang yang telah mencapai taraf spiritual yang

sama tingginya. Kemudian, apakah lawan jenis dapat dijadikan teman yang tepat?

Pertanyaan tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan apakah perempuan boleh

sema’ Tari Darwis Berputar? Atau apakah dalam fana’, baik laki-laki maupun

wanita masih dapat terpengaruh dengan lawan jenisnya?

Salah satu anggota tarekatnaqsyabadihaqqani Rababni, syahdan,

berpendapat bahwa baik pria maupun wanita memeiliki hak akan kerinduannya di

hadapan Tuhannya. wanita diperbolehkan berzikir termasuk sama’. Rumi café

bahkan mempunyai penari wanita yang ikut menari yang ikut menari bersama

penari pria dalam pertunjukan-pertunjukan pentas. Dalam pertunjukan sama’ di

Universitas Islam Negri syarif Hidayatullah, sama’ ditampilkan dalam lingakran

hadrah yang dibawakan oleh kaum wanita dari majlis taklim Darul Falah. Jadi

Page 90: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

90

pertunjukan sperti ini, terlihat tidak terdapat kesan negative. Para penari tetap

dalam kekhusyuannya masing-masing, karena meskipun penari laki-laki dan

perempuan menari bersama dalam satu panggung, namun meeka tidak

berpasangan. Dalam tari Darwis Berputar, pasangan bagi para penari adalah

kehadiran Tuhan

Suasana pertunjukan-pertunjukan pentas yang dibawakan Haqqqani

Whirling Dervishes di Jakarta selalu penuh dengan kegembiraan ilahiah dan

keceriaan agama. memang, unsure kebudayaan sangat kental, karena memang tari

darwis ataupun Hadrah meruakan produk budaya Timur tengah. Dalam pendapat

yang dialamatkan sejumlah penagkses video Tari darwis di Indonesia dalam You

Tube, sebagian berpendapat bahwa karena tari Darwis Berpuatr merupakan

produk budaya, maka ia cenderung pada kesesatan. Tetapi tampaknya, sebagian

besar pengakses lain cenderung berpendapat bahwa Tari Darwis Berputar

mempunyai peran yang besar bagi perkembangan seni Islam, tari sufi juga mampu

sudut pandang lain mengenai Islam yang indah, lembut, dan kaya budaya.

Abdul Hadi W.M dalam wawancaranya dengan JIL mengemukakan bahwa

Tari Darwis Berputar merupakan sarana untuk tarajjud, yakni pembebasan jiwa

dari alam benda melalui sesuatu yang berada di alam benda itu sendiri.

Menurtnya, kaum sufi merupakan kaum yang memperhatikan seni, karena kaum

sufi berfikir,kalau orang lebih mengahrgai syari’at, maka orang akan melupakan

akidah, ibadah, dan ahlak. Kaum sufi, memakai seni sebagai media untuk

meningkatkan pengalaman-penaglaman kerohanian dan keagamaan, yang tidak

diperoleh melalui ritual-ritual lainnya. Sedangkan syari’ah adalah wadah dari

pengalaman-pengalaman kerohanian itu. Seni tidak dapat dibicarkan alam wilayah

Page 91: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

91

fiqih. Yang membiicarakan seni dalam Islam adalah tasawuf, atau wilayah

estetika dan metafisika Islam. Karena itu yang berbicara dan mempraktekkan seni

adalah kaum sufi yang memilki hubungan dengan tarekat-tarekat sufi yang telah

dilaksanakan secara turun-menurun dalam waktu yang lama. Termasuk tarekat

Naqsyabandi Haqqani Rabbani yang melanjutkan tradisi Sama’ Tari Darwis

Berputar di Jakarta.

Page 92: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tradisi Sama’ Tari Darwis Berputar telah masuk sejak tahun 1990-an oleh

Anand Krisna. Tetapi Tari Darwis Berputar yang membawa jatidiri Islam

sebenarnya dibawa Syekh Nazim Haqqani dan Syekh Hisham Kabbani melalui

Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani, sejak tahun 2003. Ajaran Syekh Nazim

Haqqani masuk di Jakarta melalui tarekat Naqsyabandi Haqqani tahun 1998.

Kebebasan untuk mengembangkan ekspresi-ekspresi kecintaan dan kerinduan

Illahiah terutama ketika zikir-zikir Naqsyabandi Haqqani berlangsung, mendorong

Syekh Hisham untuk mengembangkan tradisi tari darwis berputar sebagai bentuk

lain dari penyaluran ekspresi kerinduan Ilahiah tersebut.

Terdapat dua zawiyah tareat Naqsyabandi Haqqani Rabbani yang mempunyai

corak berbeda dalam pelaksaaan ritual ini. Zawiyah di Bulungan, atau yang

dikenal dengan Rumi Café, mengembangkan latihan-latihan teratur bagi

masyarakat yang ingin mempelajari tari sufi. Selain itu, zawiyah ini seringkali

menggelar forum diskusi mengenai sufisme, Rumi, dan Sama’ Tari Darwis

Berputar, sehingga tradisi Tari Darwis Berputar di zawiyah ini terkesan formil dan

ilmiah sebagai bentuk proteksi akan kesalahpahaman masyarakat awam.

Sedangkan Zawiyah Haqqani Rabbani di Cinere justru sebaliknya, kesan yang

timbul dari kondisi yang diciptakan para anggota Haqqani Rabbani di zawiyah ini

begitu natural, sehingga zawiyah ini sekilas seperti sanggar seni. Di zawiyah ini

masyarakat yang ingin menari dipersilahkan menari tanpa harus mempelajari

Page 93: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

93

teorinya terlebih dahulu. Dengan demikian Zawiyah Cinere memiliki karakter rasa

yang kuat serta tidak dibatasi.

Ritual tari darwis berputar tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani tidak jauh

berbeda dengan yang dikembangkan Syekh Nazim dan Syekh Hisham dalam tur-

tur tari mereka di barat. Selain sebagai tawajjud pertunjukkan tari sufi tarekat

Naqsyabandi haqqani Rabbani di Jakarta juga dipentaskan untuk kepentingan

dakwah. Melalui Naqsyabandi Haqqani Whirling Dervishes dan Haqqani Rabbani

Band, tarekat ini berusaha mengenalkan Islam dari wajah sufistik yang berbeda di

Jakarta, yakni melalui wajah Naqsyabandi.

Reaksi pro dan kontra kemudian bermunculan. Dukungan bagi cara dakwah

mereka sebagian besar datang dari kelompok seniman, budayawan, dan cendikia

Menurut kelompok ini, tari Darwis berputar tarekat Naqsyabandi Haqqani

memuat nilai seni yang kaya serta mudah menarik masyarakat Jakarta untuk mau

mengenal tasawuf. Sedangkan reaksi kontra datang dari kelompok yang

beranggapan bahwa Tari Darwis Berputar merupakan produk budaya dan sama

sekali tidak memiliki akar-akar ajaran Islam sehingga tidak layak untuk diikuti

atau dinikmati. Kelompok ini tidak mengkritik musik dan syair tari ini, tetapi

gerakannya. Tari bagi kelompok ini malah akan mencoreng citra agama.

B. Saran

Penelitian mengenai Sama’ Tari Darwis Berputar dengan sudut pandang

historis masih dapat dikembangkan mengingat keberlangsungan tradisi ini pada

tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani di Jakarta masih tergolong muda. Hingga

penulis menyelesaikan penelitian ini, perbincangan mengenai Tari Darwis

Page 94: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

94

Berputar masih terus berlangsung dan tentunya menimbulkan semakin banyak

pendapat dan reaksi yang berasal dari berbagai kelompok dengan sudut pandang

yang berbeda di Jakarta.

Makadari itu, meskipun penelitian ini sebetulnya merupakan penelitian

mengenai tradisi dan kebudayaan, yang melibatkan institusi keagamaan

tradisional, penelitian Tari Darwis Berputar ini akan semakin baik jika difokuskan

dinamikanya pada masyarakat modern di perkotaan. Hal tersebut dikarenakan

masyarakat modern di perkotaan memiliki keberagaman pola pikir dan sudut

pandang dalam menilai dan menerima sebuah produk budaya dibanding

masyarakat pedesaan yang lebih tradisional dan tentuya dikarenakan keterbatasan

akses untuk memperoleh informasi.

Selanjutnya, sampai saat ini, Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani masih

terus mengembangkan tradisi ini di Indonesia dengan menyisipkan formula-

formula tradisonal Naqsyabandiyah. Para pengikut Syekh Nazim dan Syekh

Hisham masih terus mengumpulkan dan membukukan pemikiran-pemikiran

mursyid mereka ini, terutama dari ceramah-ceramah kedua tokoh tersebut. Hal

tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi penelitian selanjutnya yakni

tersedianya kesempatan dan kemudahan dalam melacak pengaruh ajaran-ajaran

tradisional tarekat Naqsyabandiyah dalam Tari Darwis Berputar.

Page 95: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

95

WAWANCARA DENGAN ARIEF HAMDANI(Pimpinan Rumi Café)Bulungan, 30 Mei 2009

Bagaimana sejarah berdirinya Rumi Café?Syekh Hisham datang tahun 1997, awal mula tradisi whirling saya alami sendiri

langsung, sejak pertama kali saya whirling saya sama sekali tidak pusing dan

tidak jatuh. Kata Syekh Hisham bakat yang diberikan pada Allah berbeda tiap

orang melebihi iman dan Islam. Awalnya saya bingung apa makna perkataan

beliau? Tak lama ia menyeru agar kami turun ke jalan dan menyebarkan Islam

lewat musik dan whirling disamping orang-orang yang berdakwah lewat rumah,

masjid, sekolah dan pesantren. Dalam whirling tedapat pesan akan kekuatan cinta.

Ilmu ilmiah mengatakan penyebab planet berputar pada orbitnya adalah karena

adanya kekuatan. Tapi menurut Syekh Hisham, kekuatan tersebut sebetulnya

cinta. Cinta yang mendorong mereka untuk tidak mau menjauhi Satu titik yang di

cintainya. No love, no movement.

Zawiyah cinere merupkan zawiyah pertama yang mengadakan whirling, sejak

tahun 2003. Pengikut tarekat ini kemudian berkembang dan diikuti puluhan ribu

orang dalam zawiyah-zawiyah yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.

Sasaran utama sebetulnya kaum muda. Ahmad Dhani, Padi, Ivan Casmala dan

band-band ternama kini telah bergabung bersama kami. Pada umumnya mereka

yang mudah bergabung dengan kami adalah mereka yang sudah mengenal dan

mencintai Rumi. Pertama kali kami membawakan pentas whirling bersama

CakNun, lalu Dhani Ahmad, baru kemudian berangsur-angsur seluruh televisi

menayangkan tari ini. Majalah dan koran bahkan saluran televisi asing sempat

mewawancarai kami. Dari situlah awal titik terang dakwah kami.

Banyak orang tertarik bagaimana whirling dibawakan oleh Tarekat Naqsyabandi.

Sebetulnya karena Syekh Nazim adalah cucu dari Jalaluddin Rumi. Syekh Nazim

adalah Guru dari Syekh Hisham. Dia pemegang otoritas tujuh tarekat besar.

Bahkan dapat dikatakan ialah kini yang memegang power untuk whirling seluruh

Page 96: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

96

dunia dimiliki Naqsyabandi. Karena rahasia ajaran-ajaran tarekat sebetulnya ada

di Naqsyabandi.

Demi dakwah, segala upaya kami lakukan. Dahulu zikir sambil duduk sudah

cukup. Tapi kini, zikir sambil berdiri lebih kuat energinya. Tradisi Whirling disini

diadakan sore hari kaum perempuan di bawah, laki-laki di lantai atas. Yang di

tengah whirling dikelilingi hadrah. Whirling yang dilakukan di zawiyah berbeda

dengan whirling yang dilakukan di luar (pentas). Karena whirling yang dilakukan

di zawiyah lebih mengandung muatan spiritual dan mengandung keberkahan

Syekh Hisham.

Bagaimana konsep hubungan manusia dengan Tuhan?

Cinta. Apa pentingnya gerakan-gerakan tanpa cinta. Sebetulnya whirling dan solat

sama-sama cinta. Rumi berkata tiap satu putaran whirling berarti satu rakaat solat.

Whirling seperti solat adalah pertemuan hamba dengan Tuhan. Muhammad

berkata tidak ada cinta maka tidak ada iman. Kunci istiqamah adalah cinta. Buat

apa dengan takut. Sekarang ini Islam modern kelihatannya ingin memutuskan tali

cinta. Jika kita bershalawat maka akan dikatakan kita memutus tali cinta. Kita

mencintai guru kita, mereka bilang bid’ah, takliid buta atau kultus. Padahal jika

diingat, tanpa cinta Muhammad, sahabat-sahabat pasti akan pergi. Maka

Muhammad berkata, jika engkau belum mencintaiku melebihi cintamu pada

sahabatmu, keluargamau, orangtuamu, maka kamu belum disebut beriman. Itulah

tasawuf yang diperkenalkan Rasulullah.

Bagaimana dengan fana atau wahdatul wujud?

Fana’ dimuali dari mahabbah. Sebelum mahabbah terdapat maqam-maqam

diantaranya gawths, sirr, sirr a-sirr, kaffah, dsb. Ketika dimulai dengan cinta,

maka kita akan mengkloning Rasulullah mulai dari cara beliau tidur, makan, dan

seterusnya. Yang seperti itu disebut sunnah. Sunnah disini diaktakan sebagai

meditasi. Meditasi sesungguhnya adalah observasi untuk mencontoh semua

tindakan. Selanjutnya adalah hudur. Hudur berarti selalu terbayang wajah

kekasih. Jadi tahapannya Mahabbah-Hudur-Fana. Fanapun dimulai dari Fana fi

Syekh, Fana fi Rasul, Fana fi Allah. Fana’ adalah kondisi yang tidak permanent

seperti Nabi Isa dalam anggapan Kristiani. Dalam salah satu ceramahnya, Syekh

Page 97: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

97

Hisham pun berkata, no wahdatul wujud. Maksudnya, bukannya tidak ada

wahdatul wujud yang seperti Nabi Saleh alami, fana itu seperti iman. Naik turun.

Tidak permanen. Tidak selamanya Tuhan.

Ketika anda whirling, mana bagi anda yang lebih berpengaruh, syair, atau

musik?

Sebetulnya musik. Terutama isyarat yang dibawakan gendang dan ney. Rumi pun

sebetulnya pertama whirling karena ketukan bunyi, irama. Barulah disaat dia

whirling, dia menciptakan syair-syair indah Mastnawi. Itulah maksudnya musik

adalah gerbang keabadian

Musik ada yang haram ada yang halal. Selama digunakan untuk mengingat Allah

dan Rasul, ia menjadi halal. Bagi Rumi bahkan musik menjadi wajib. kerena apa

yang ditimbulkan dari musik tersebut ternyata mendatangkan syafa’at. Musik jadi

sunnah ketika musik menjadikan hatinya melembut melihat dalam dirinya dan

mengharu mengingat Tuhannya. dan musik menjadi haram ketika musik

membangkitkan egonya sehingga melakukan maksiat.

Sebaiknya untuk whirling musik yang pelan atau yang riang?

Kita punya berbagi macam jenis musik untuk whirling. dalam adab whirling

sebetulnya musiknya sentimental. Tetapi kalau kita whirling di tengah-tengah

anak muda, biasanya kita memakai musik yang riang, karena, Rasulullah pernah

berkata, bicaralah dengan bahasa yang mereka mengerti.

Apa yang dapat memecah konsentrasi sewaktu whirling?

Sebetulnya hal tersebut tidak akan terjadi jika adab whirling sepenuhnya

dilakukan. Terdapat 20 adab zikir. Yang terdiri dari 5 adab sebelum whirling, 12

adab selagi whirling, dan 3 adab setelah whirling. Whirling paling berat dilakukan

di situasi yang tidak spiritual. Karena ada energi negatif yang begitu besar.

Contonya pasar, makanya pasar dibilang tempat setan. Maka tempat yang akan

digunakan untuk whirling sebaikany dibesihkan terlebih dahulu. Itu termasuk

dalam adab sebelum whirling, atau sebelum zikir. Selanjutnya cahaya. Sebetulnya

cahaya yang digunakan untuk main meditation ialah menutup mata. Itu gunanya

untuk menutup indra lahiriyah dan membuka indra batiniyah. Makanya sebaiknya

whirling dilakukan di kondisi ruangan yang gelap. Selanjutnya bau. Wewangian

Page 98: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

98

akan mengusir energi buruk dan mendatangkan energi baik. Adab yang lain

adalah berwudhu, tetapi sebetulnya adab yang terpenting adalah menghubungkan

hati ke Syekh.

Pernahkah musik berhenti tiba-tiba ketika whirling?

Pernah, dan kita terus menari dan berhenti pelan-pelan.

Apa tujuan dari modifikasi warna kostum ketika pentas?

Syekh Hisham yang menyuruh seperti itu. Katanya, buatlah dunia berwarna-

warni. Sebetulnya warna mempunyai makna. Warna kuning itu tingkatannya

Qalb, untuk membersihkan hati, warna merah untuk tingkatan sirr. Tiap warna

mempunyai penyembuhan tertentu.

Apakah musik atau syair yang anda paling anda sukai?

Saya menyukai apa yang Syekh Hisham sukai.

Jakarta, 30 Mei 2009

ARIF HAMDANI

Page 99: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

99

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Cet.II, Logos, Jakarta: 1999

Bisri, Hasan Cik, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan

Skripsi, Bidang Ilmu Agama Islam, Cet I, Logos, Jakarta: 1999

Ernst, W. Carl, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2003

Hadi, Abdul, Islam, Cakrawala Estetik dan Budaya, Pustaka Fiordaus, Jakarta:

2000

__________, Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas, Matahari, Yogyakarta:

2004

Kabbani, Hisham, Sema’ Rumi Whirling Dervishes, terj.Arief Hamdani dkk,

Haqqani Sufi Institut of Indonesia, Jakarta: 2009

Kabbani, Hisham, Mengenal Tariqah Naqshbandi Haqqani, terj.Arief Hamdani

dkk, Haqqani Sufi Institut of Indonesia, Jakarta: 2009

Isa, Qadir Abdul, Hakekat Tasawuf, peny.Taufik Damas, Qisthi Press, Jakarta:

2005

Krishna, Anand, Masnawi, Bersama Jalaluddin Rumi Menggapai Langit Biru Tak

Berbingkai, cet.I, Gramedia, Jakarta: 2001

Leaman, Oliver, Estetika Islam, Mizan, terj. Irfan Abu Bakar, Bandung: 2005

Mulkhan, Munir Abdul, Dari Semar ke Sufi, Al-Ghiyats, Yogyakarta: 2003

Nicholson, A. Reynold, Gagasan Personalitas dalam Sufisme, peny. Sabrur R.

soenardi, Pustaka Sufi,Yogyakarta: 2002

Rumi, Jalaluddin, Mastnawi, Senandung Cinta Abadi, terj. Abdul Hadi W.M,

Bentang, Jakarta: 2006

Page 100: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

100

Rumi, Jalaluddin, Yang Mengenal Dirinya, Yang Mengenal Tuhannya, terj.

Anwar, cet IV, Kholid, Pustaka Hidayah, Bandung: 2004

Schimmel, Annemarie, Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi, peny. Sabrur R.

Soenardi, Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2002

Shah, Idries, Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma’rifat, terj. Joko s. Kahar dan Ita

Masyita, cet.II, Risalah Gusti, Surabaya: 2001

Simuh, Tasawuf, dan Perkembangannya Dalam Islam, cet.II, Rajawali Press,

Jakarta: 2002

Sirriyeh, Elizabeth, Sufi dan Anti-sufi, peny. Sibawaihi, Pustaka Sufi, Yogyakarta:

2003

Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Ombak, Yogyakarta: 2003

Qardhawi, Yusuf, Islam Bicara Seni, terj. Wahid Ahmadi dkk, Intermedia, Solo,

1998

Zurcher, J. Erik, Sejarah Modern Turki, terj. Karsidi Diningrat, gramedia, Jakarta:

2003

Page 101: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

101

WAWANCARA DENGAN SYAHDAN

(Koordinator Tari Darwis Berputar di Zawiyah Cinere)Cinere, 22 April 2009

Bagaimana asal sejarah berdirinya Tarekat Naqsyabandi Haqqani Rabbani

di zawiyah ini?

Tarekat ini dibentuk tahun 2003. Dinamai Naqsyabandi Haqqani Rabbani karena

Rabbani merupakan gelar dari Syekh Hisham Kabbani ar-Rabbani. Sebelumnya

ini zawiyah Naqsyabandi Haqqani.

Bagaimana hubungan antara Naqsyabandi Haqqani dengan Naqsyabandi

Haqqani Rabbani. Apakah Naqsyabandi Haqqani Rabbani kemudian berada

di bawah naungan Naqsyabandi Haqqani Indonesia?

Naqsyabandi Haqqani Rabbani setara dengan Naqsyabandi Haqqani, seperti

misalnya Haqqani Rabbani Semarang, Jogja, dan lain-lain. Disini juga Zawiyah

Naqsyabandi Haqqani, tetapi diubah oleh Syekh Hisham menjadi Naqsyabandi

Haqqani Rabbani.

Mengapa tarekat ini memakai nama Naqsyabandi?

Karena tarekat ini berada di bawah jalur Syekh Naqsyabandi. Awalnya adalah

Siddiqiyah, pada zaman Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq. Lalu menjadi

Mujaddidiyah, lalu Khalidiyah pada zaman Khalid al-Baghdadi lalu sampai ke

Syekh Nazim Haqqani hingga namanya Naqsyabandi Haqqani. Syekh

Naqsyabandi sendiri meminta dibuatkan tarekat pada Allah yang katanya kalau

orang berjalan di atasnya (tarekat) maka akan berujung ke Allah. Jadi kenapa

tarekat ini disebut tarekat Naqsyabandiyah karena jalurnya memang dari Syekh

Naqsyabandi.

Bagaimana hubungan tarekat lain yang berada di bawah otoritas Mursyid

Syekh Nazim?

Syekh Nazim bergelar Sultan Awliya. Yakni pemimpin dari para pemimpin. Garis

kepemimpinan tarekat lain saat ini telah terputus, jadi mursyid bukan diturunkan

berdasarkan keturunan keluarga. Tarekat-tarekat yang terputus garis

kepemimpinannya kemudian dibawahi Syekh Nazim agar para murid tarekat-

tarekat tersebut masih dapat tersambung garis kemursyidannya. Syekh Nazim

memiliki ijazah semua tarekat tersebut, maka berarti Syekh Nazim memiliki garis

Page 102: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

102

mursyid dari tarekat-tarekat tersebut. Jadi kalau dikatakan sebuah tarekat

mempunyai amalan khusus, maka Naqsyabandiyah ini tidak mempunyai amalan

khusus, hubungan menuju Allah dalam Naqsyabandiyah bukan berdasar amalan

tetapi cinta dan kepatuhan. Hal tersebut yang diutamakan, karena kadang-kadang,

orang yang punya banyak amalan justru menjadikan dirinya merasa sombong.

Naqsyabandi di Indonesia terkenal sebagai tarekat yang coraknya tipikal al-

Ghazali. Nah, bagaimana dengan Naqsyabandi Haqqani Rabbani sendiri?

Sebetulnya Imam Ghazali, Syaikh Abdul Qadir Jailani sebenarnya adalah wali-

wali Allah, Awliya, yang mana mereka memberikan sedikit cupilikan dari apa

yang mereka buat. Apa yang mereka sampaikan merupakan pengalaman yang

dapat membantu jalan kita. Mutiara nasihat yang bukan menjadi batasan ajaran

Bagaimana hubungan Tuhan dan manusia dalam Naqsyabandiyah Haqqani?

Tuhan adalah Tuhan, manusia adalah hamba

Apakah mengakui konsep kesatuan wujud?

Kesatuan itu bukanlah mengatakan bahwa dalam diri ada Allah. Allah

menciptakan manusia dari diriNya. Artinya dari semua tarekat sebenarnya

mengajarkan hakikat kalimat tauhid. Laa ila ha ilallah. Bukan berarti di tiap

manusia itu Allah. Kita ini tiada, yang ada Allah. Dia yang menciptakan, Dia

yang mengambil. Terserah Allah. Kebanyakan manusia saat ini merasa bahwa ia

ada, Tuhan tidak ada. Itu yang lebih parah. Sebetulnya kita ini tak ada. Dalam

hidup kita harus mengerti apa yang kita cari. Kita adalah hamba yang harus

menjalankan apa yang Allah mau, bukan apa yang kita mau. Kata-kata ekstase

yang diucapkan Syekh Siti Jenar, sebenarnya tidak dosa. Tetapi kalau saya yang

mengatakan,”ana al Haqq”, maka saya dosa. Karena saya yang mengatakan

sedangkan Siti Jenar yang mengatakan adalah Allah. Siti Jenar sudah tak ada.

Yang dibicarakan disini adalah satu, bukan kesatuan. Kesatuan berarti dua jadi

satu. Itulah yang diajarkan sebetulanya di semua tarekat. Hanya saja orang karap

kali cepat menyimpulkan karena tidak mengalami prosesnya

Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang tidak begitu menyukai musik,

bahkan zikir dalam ajaran mereka pun ialah zikir sirr. Lalu kenapa

Naqsyabandi Haqqani Rabbani justru melaksanakan sama’ whirling?

Page 103: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

103

Itu berkaitan dengan budaya. Amalan yang berkembang di tiap tarekat

berkembang seiring keadaan yang berlangsung di daerah yang bersangkutan. Kata

Rosul Muslim itu harus menjadi air. Kalau dimasukkan ke botol menjadi botol.

Tetapi zatnya tetap air. Dulu di zaman dimana Naqsyabandiyah melaksanakan

zikir sirr, karena memang disana banyak sekali alim ulama. Maka aneh kalau kita

masuk dengan musik. Tetapi zaman sekarang kalau kita masuk dengan sirr, tiak

ada yang mau datang. Tidak ada yang mau mengenal Allah. Dulu di Turki, Persia,

terkenal dengan tari perut. Maka Jalaluddin Rumi pun whirling dengan musiknya

tari perut tersebut. Dengan apapun kita berdakwah, musik, puisi, pantun, tetap

yang dibawa Allah dan RosulNya. Begitupun dengan dakwah Walisongo ketika

menyajikan wayang dalam rangka menyebarkan nilai-nilai dan ajaran Islam di

Jawa. Sebenarnya metode ini juga yang dipakai oleh barat untuk memasuki

budaya kita melalui fashion, dan lain-lain yang berbau materialisme.

Apa makna tari secara singkat?

Makna inti dari whirling adalah mengingat Allah. Adab yang paling penting

adalah bagaimana menari tetapi bukan dia yang menari. Karena sebetulnya bumi

juga berputar menurut kehendak Allah. Begitupun matahari. Orbitnya yang

menenutkan Allah. Bagaimana menyadari bahwa diri kita ini sebenarnya diatur

atau digerakkan oleh Allah

Sebenarnya adakah peraturan tertentu yang harus dilakukan sebelum

menari semisal wudhu atau yang lainnya?

Kalau menurut adab ya. Karena segala seseuatu yang mengingat Allah disebut

ibadah. Seperti solat kita mesti wudhu. Bukan berarti whirling ini sama dengan

solat. Menghadap Allah harus denagn jasad dan hati yang bersih. Hati yang bersih

maksudnya tidak lagi memikirkan tujuan lain selain Allah. Contohnya Haqqani

Rabbani Band. Ketika mereka naik ke atas panggung mereka berpenampilan

Jakarta_ berwudhu, karena diniatkan hendak beribadah, mengingat Allah. Lebih

baik bermusik tetapi khusyuk daripada solat wajib tetapi dalam pikiran yang tidak

Jakar ke Allah

Bolehkah perempuan menari?

Boleh, karena pada dasarnya semua orang boleh mengingat Allah

Adakah penari perempuan di zawiyah ini ?

Page 104: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

104

Di zawiyah ini belum ada

Adakah penari dibawah 17 tahun atau dari kalangan anak-anak?

Bebas. Ada. Bahkan disini ada tim whirling anak-anak. Ada yang mulai 6 tahun

mereka sudah bisa whirling. Mereka tidak ada yang melatih. Beda dengan

whirling di Turki. Disana ada latihannya. Makanya yang boleh menari hanya

mereka yang sudah dilatih. Sedangkan disini konsepnya kita merasa digerakkan,

ditarikan. Bukan kita yang merasa ingin menari. Semua berdasarkan rasa. Kata

Syekh Hisham yang paling sulit adalah mendapatkan rasa karena bentuk mudah

dicari. Di Turki, bentuk mudah dicari tetapi rasa sulit didapat. Disini justru

sebaliknya.

Shalawat, atau bacaan zikir apa saja yang biasanya digunakan untuk

mengiringi Tari Darwis Berputar disini?

Apa saja. Bebas. Bahkan puisi juga bisa. Semua yang menggambarkan rasa cinta

kepada Tuhan dapat digunakan untuk whirling. Kisah Laila Majnun memberikan

kita pelajaran bahwa bahkan melalui cinta pada seorang perempuan, seseorang

juga dapat menemukan sisi spiritualitas tertingginya.

Bagaimana dengan alat musik?

Juga dibebaskan. Bahkan kadang tidak pakai musik, dengan syair, kita bisa

whirling

Bersal dari zawiyah mana saja para penari Whirling Haqqani Rabbani?

Ada dua, Haqqani Rabbani Whirling Dervishes dengan Haqqani Rabbani Band.

Yang pertama khusus tim tari. Yang kedua khusus band (musik). Apa tujuan

dari modifikasi warna pakaian tari menjadi merah, hijau, dan lain-lain?

Yang aslinya putih. Modifikasi warna seperti itu memang ada makna spiritual.

Yang menentukan guru. Yang pasti tiap orang warna bajunya disesuaikan dengan

dirinya dan ditentukan oleh guru.

Jakarta, 22 April 2009

Syahdan

Page 105: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

105

WAWANCARA DENGAN FANIA

(Penari laki-laki dari Zawiyah Cinere)Cinere, 22 April 2009

Sejauh mana musik dan syair mempengaruhi anda sewaktu whirling?

Musik dan syair merupakan pengantar untuk mendapatkan rasa khusyuk

Berapa lama biasanya anda whirling?

Tergantung. Paling lama satu setengah jam

Lebih baik whirling dengan syair atau whirling dengan musik?

Whirling dengan syair.

Apa syair faforit anda ketika whirling?

Apa saja. Yang penting bisa mewakili rasa cinta dan rindu saya untuk Tuhan.

Apa yang dapat memecah konsenterasi anda ketika whirling?

Tidak ada. Kalau sudah whirling sudah lupa segalanya

Ketika anda sudah larut, tempo putaran whirling anda benarkah akan

semakin cepat?

Tergantung. Bisa pelan bisa cepat

Kalo anda pribadi?

Tergantung jenis rasa dan musik. Jika yang dirasa menggebu-gebu maka

putarannya semakin cepat.

Anda lebih suka musik yang pelan atau riang ketika whirling?

Pelan

Jika pelan apakah tempo putaran anda cepat?

Tergantung. Tidak berpengaruh pada putaran. Yang penting rasa

Apa yang terjadi jika sedang whirling tiba2 musik berhenti?

Tetap berputar.

Apakah anda bisa menyadari musik tersebut atau syair tersebut berhenti?

Sadar. Tetapi musik dan syair hanya pengantar. Jika sudah dapat rasanya. Maka

keduanya sudah tidak begitu penting

Apakah berpengaruh pada tempo putaran?

Tidak. Tergantung pada rasa yang sudah di dapat

Jika keduanya berhenti. musik dan syair dihentikan apakah anda juga ikut

berhenti?

Page 106: TRADISI SAMA’ (MENYIMAK) DI INDONESIA STUDI KASUS; …

106

Ya

Tetapi pernah suatu ketika di zawiyah sedang zikir. Lalu saya whirling. Ketika

saya selesai whirling ternyata zikir telah selesai

Apa bedanya whirling di zawiyah dengan di panggung pentas?

Di zawiyah saya bisa lepas. Tetapi kalau di panggung harus terjaga dan hati-hati

Apakah rasa masih dapat diraih ketika whirling di atas panggung pentas?

Isyaallah dapat. Karena sebelum pentas whirling, tim selalu mengadakan zikir

khtam khawajagan

Apa warna baju anda di panggung pentas?

Hijau

Siapa yang menentukan?

Syaikh Abu Tufail (Baba)

Jakarta, 22 April 2009

FANIA