tradisi pasola masyarakat kodi kabupaten sumba barat …
TRANSCRIPT
i
TRADISI PASOLA MASYARAKAT KODI
KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA (2007-2014)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
Program Studi Sejarah
Oleh:
Maria Anjelina Talu
NIM: 164314021
PROGRAM STUDI SEJARAH
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
MOTTO
Jangan melupakan budaya dan tradisi yang diwariskan atau diturunkan oleh para
leluhur kepada anak cucu atau generasi-generasi berikutnya.
(Anjelina, 2020)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERSEMBAHAN SKRIPSI
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga besar, sahabat dan orang-
orang terdekat yang mendukung saya selama menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Maria Anjelina Talu, Tradisi Pasola Masyarakat Kodi Kabupaten Sumba
Barat Daya (2007-2014). Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2020.
Skripsi berjudul Tradisi Pasola Masyarakat Kodi Kabupaten Sumba Barat
Daya 2007-2014 bertujuan memaparkan tentang pelaksanaan Tradisi Pasola
masyarakat Kodi, Sumba Barat Daya setelah mengalami pemekaran. Penelitian ini
akan menjawab tiga pertanyaaan. Pertama, Mengapa orang Kodi, Sumba Barat
Daya melaksanakan Tradisi Pasola? Kedua, Nilai-nilai apa saja yang terdapat
dalam Tradisi Pasola? Ketiga, Bagaimana peran Pemerintah Kabupaten Sumba
Barat Daya pada pelaksanaan Tradisi Pasola?
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yakni tahap persiapan,
pengumpulan data, verifikasi, interpretasi dan penyusunan laporan akhir. Sumber-
sumber yang digunakan dalam penelitian ini yakni sumber tertulis dan lisan.
Sumber tertulis berupa buku-buku, jurnal, skripsi, artikel, tesis, katalog, dan
website. Sedangkan sumber lisan berupa wawancara dengan masyarakat Kodi dan
pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya. Penelitian ini juga menggunakan
teori Kebudayaan oleh Raymond Williams.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Tradisi Pasola
merupakan warisan dari para leluhur yang masih dilaksanakan oleh masyarakat
Kodi. Dalam pelaksanaan Tradisi Pasola ada beberapa nilai, yakni nilai religius,
simbolik, persaudaraan, sosial budaya, dan nilai ekonomi. Pelaksanaan Tradisi
Pasola juga tidak terlepas dari peran atau keterlibatan pemerintah yakni Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya yang bertindak sebagai fasilitator.
Kata kunci: Tradisi Pasola, Nilai-nilai Pasola, Peran Pemerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Maria Anjelina Talu, Tradisi Pasola Masyarakat Kodi Kabupaten Sumba
Barat Daya (2007-2014). Thesis. Yogyakarta. History Department, Literature
Faculty, Sanata Dharma University, 2020.
The thesis entitled Pasola Tradition for Kodi People at South West Sumba
in 2007 – 2014 aims to explore about the implementation of Pasola Tradition for
Kodi people, at South west Sumba before the development of the region. The
research answers three questions which are 1) Why do Kodi people at South West
Sumba do the pasola tradition? 2) what are values integrated in Pasola tradition?
3) how does the government play role at the implementation of the pasola
tradition?
This research uses history method which are preparation, data collecting,
verification, interpretation and composing the final report. The sources used in
this research are written and oral sources. Written sources are books, journals,
thesis, articles, dissertation, catalog, and website. While the oral sources are
interviews with Kodi People and Government from Tourism Division at South
West Sumba. This research also uses cultural theory by Raymond Williams.
The result of the research shows that the implementation of Pasola
tradition is the of the ancients that kept been doing by Kodi people. There are
some values integrated in Pasola tradition which are religious, symbolic,
brotherhood, social culture and economic. The government from tourism division
at south west Sumba splays important role in the implementation of Pasola by
being the facilitator.
Keyword: Pasola Tradition, Pasola Values, Government Role.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PRAKATA
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Tradisi Pasola Masyarakat Kodi, Kabupaten Sumba Barat
Daya (2007-2014)” disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Humaniora di Universitas Sanata Dharma.
Saya sadar bahwa tanpa bantuan, dukungan, motivasi, doa serta bantuan
material dari berbagai pihak, maka saya belum tentu dapat menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, izinkan saya untuk menyampaikan terima kasih kepada
berbagi pihak yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini. Berbagai
pihak diantaranya:
1. Seluruh jajaran dosen Sejarah, Drs. Heribertus Hery Santosa M.Hum
(Alm), Dr. Lucia Juningsih M.Hum (Alm), Drs. Silverio R.L. Aji
Sampurno M.Hum., selaku pembimbing skripsi, Heri Priyatmoko M.A.,
selaku dosen pembimbing akademik, Dr. FX. Baskara Tulus Wardaya,
S.J., dan Heri Setyawan, S.J. S.S. M.A.
2. Mas Doni Indarto sebagai sekretaris program studi sejarah yang selama ini
membantu saya dalam mengurus berkas-berkas kuliah.
3. Kedua orang tua saya bapak Samuel B. Talu dan Ibu Theresia Dairo yang
tiada henti-hentinya memberikan saya dukungan, motivasi, semangat
dalam penyusunan skripsi ini dan juga membiayai saya selama berkuliah
di Universitas Sanata Dharma. Adik-adik saya (Desi, Dini, Lusi, Otrin dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Vina) dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
4. Pater Kimi dan Kakek Yosep Lede Nani yang memberikan dukungan dan
doa selama berkuliah Universitas Sanata Dharma.
5. Sahabat saya Elma yang selalu selalu memberikan motivasi dan bantuan
kepada saya selama berkuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Teman-teman sejarah angkatan 2016, Nia, Veren, Fatin, Yasti, Yemima,
Darren, David Jul, udin, Bayu, Naldo, Bang Bogar, Azzam, Alvin dan
Aranggi.
7. Teman-teman dekat saya selama berada di Yogyakarta, Marde, Kakak Tia,
Kakak Arlin yang sudah seperti saudari saya yang selalu memberikan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sepupu-sepupu saya yang sama-sama berada di Kota Yogyakarta Kakak
Helmy, kakak Ange, Kakak Thomas, Adik Lissi, Rian Lole, Kakak Mensy
dan Riko.
9. Teman-teman kos saya Alexa, Mbak Anna serta ibu kos Mbak Erni yang
telah bersama saya selama berada di Yogyakarta.
10. Para narasumber yang bersedia untuk diwawancarai.
11. Kepada teman-teman dan saudara-saudara yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, yang telah membantu memberikan dukungan, doa, dan
motivasi dalam penyusunan skrispi ini.
Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Saya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan dorongan kepada orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
orang agar lebih memperhatikan budaya dan tradisi mereka agar lebih dikenal
oleh kalangan umum.
Yogyakarta, 17 September 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................. iv
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
PRAKATA ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ............................................................ 4
1.3. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.6. Kajian Pustaka ................................................................................................ 6
1.7. Landasan Teori ............................................................................................... 8
1.8. Metode Penelitian......................................................................................... 10
1.9. Sistematika Penulisan .................................................................................. 11
BAB II GAMBARAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA ................................. 13
2.1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah ......................................................... 13
2.2. Penduduk ...................................................................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.3. Iklim ............................................................................................................. 19
2.4. Pendidikan .................................................................................................... 19
2.5. Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat ...................................... 22
2.6. Sosisal Budaya ............................................................................................. 23
2.7. Pariwisata ..................................................................................................... 24
BAB III PASOLA BAGI MASYARAKAT KODI ........................................................ 25
3.1. Sejarah Pasola .......................................................................................................... 25
3.1.1. Arti Kata Pasola ........................................................................................ 29
3.1.2. Ritus Nyale ................................................................................................ 29
3.1.3. Persiapan yang Dilakukan Sebelum Pelaksanaan Pasola.......................... 32
3.1.4. Pelaksanaan Tradisi Pasola ....................................................................... 36
3.1.5. Penutupan Pasola ...................................................................................... 39
3.2. Nilai-nilai yang terdapat dalam Tradisi Pasola ........................................................ 40
3.2.1. Nilai Religius ............................................................................................ 40
3.2.2. Nilai Simbolik ........................................................................................... 41
3.2.3. Nilai Persaudaraan .................................................................................... 41
3.2.4. Nilai Sosial Budaya ................................................................................... 41
3.2.5. Nilai ekonomi ............................................................................................ 42
BAB IV PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
PADA PELAKSANAAN TRADISI PASOLA .............................................................. 43
4.1. Pengantar ...................................................................................................... 43
4.2. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya dari
tahun 2010-2014 .......................................................................................... 44
4.3. Keterlibatan dan peran pemerintah sebelum, selama dan sesudah
pelaksanaan Tradisi Pasola .......................................................................... 47
4.4. Anggaran tahunan pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba
Barat Daya untuk pelaksanaan Tradisi Pasola tahun 2010-2014 ................ 52
4.5. Dampak pelaksanaan Tradisi Pasola di mata pemerintah Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya ..................................................................... 54
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 60
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 60
5.2. Saran ............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 63
LAMPIRAN .................................................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nama kecamatan, luas wilayah, jumlah desa dan nama-nama desa di
Kabupaten Sumba Barat Daya ......................................................................... 15
Tabel 2. Jumlah penduduk kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2007-2014 ................. 18
Tabel 3. Jumlah sekolah, murid dan guru di Kabupaten Sumba Barat Daya tahun
2007-2013 ........................................................................................................ 21
Tabel 4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sumba Barat Daya ........... 22
Tabel 5. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun
2010. . ............................................................................................................... 44
Tabel 6. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun
2011 .................................................................................................................. 44
Tabel 7. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun
2012 .................................................................................................................. 45
Tabel 8. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun
2013 .................................................................................................................. 45
Tabel 9. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun
2014 .................................................................................................................. 46
Tabel 10. Anggaran dana untuk pelaksanaan Tradisi Pasola dari tahun 2010-2014 ...... 53
Tabel 11. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumba Barat
Daya pada saat pelaksanaan Tradisi Pasola dari tahun 2010-2014 .................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Masyarakat setempat mencari dan memungut Nyale di sekitar pesisir
pantai .......................................................................................................... 69
Lampiran 2. Nyale cacing laut yang dipungut dan dapat dimakan oleh masyarakat
setempat ..................................................................................................... 69
Lampiran 3. Foto bersama dengan salah satu peserta yang mengikuti pelaksanaan
Tradisi Pasola ............................................................................................. 70
Lampiran 4. Foto salah satu kubu dari kedua kubu yang sedang bersiap–siap
untuk melakukan perlawanan terhadap kubu lawan .................................. 70
Lampiran 5. Seorang peserta yang sedang mengaju kudanya dengan memegang
sebuah lembing .......................................................................................... 71
Lampiran 6. Seorang peserta yang terkena lemparan lembing dari kubu lawan ............ 71
Lampiran 7. Para peserta dari kedua belah kubu saling melempar lembing satu
sama lainnya ............................................................................................... 72
Lampiran 8. Para penonton yang berdiri di sekeliling lapangan untuk menyaksikan
pelaksanaan Tradisi Pasola ........................................................................ 72
Lampiran 9. Pertemuan para Rato Adat dan pemerintah sebelum pelaksanaan
Tradisi Pasola ............................................................................................. 73
Lampiran 10. Wawancara dengan bapak Daniel Data Dawa selaku masyarakat
Kodi ............................................................................................................ 73
Lampiran 11. Wawancara dengan ibu Rahel Ranggalota selaku masyarakat Kodi ........ 74
Lampiran 12. Foto Rofinus D Kaleka selaku pengamat kebudayaan ............................. 74
Lampiran 13. Wawancara dengan Christofel Horo selaku kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya ................................................................... 75
Lampiran 14. Contoh poster jadwal pelaksanaan Tradisi Pasola .................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang terdiri dari ribuan pulau, itu sebabnya
Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan.1 Salah satu pulau yang ada di
Indonesia adalah Pulau Sumba. Pulau Sumba merupakan salah satu dari beberapa
pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Sumba memiliki empat
Kabupaten yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat
Daya.
Sebelum tahun 2007 Pulau Sumba hanya dibagi menjadi dua kabupaten
yakni Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat. Namun pada tahun 2007,
Kabupaten Sumba Barat dibagi menjadi tiga kabupaten yakni Sumba Barat,
Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya. Dua kabupaten (Sumba Tengah dan
Sumba Barat Daya) yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat dan
disahkan pada tanggal 2 Januari 2007.2
Pulau Sumba juga dikenal memiliki begitu banyak tradisi, budaya, bahasa
dan adat-istiadat. Salah satu budaya atau tradisi yang menarik untuk dibahas ialah
budaya dan tradisi Pasola di Pulau Sumba. Pasola dalam bahasa setempat dikenal
1 Mello.ID. “Mengapa Indonesia Disebut sebagai Negara Kepulauan”,
https://mello.id/mengapa-indonesia-disebut-negara-kepulauan/ (diunduh pada 4 Oktober
2019, pukul 9:43)
2 Rofinus D. Kaleka. 2018. "Selayang Pandang Kabupaten Sumba Barat Daya”
diakses dari https://www.kompasiana.com/rofinusdkaleka/5a77df88cf01b437973d2592/selayang-pandang-
kabupaten-sumba-barat-daya?page=all (diunduh pada tanggal 18 Maret 2020, pukul 13:03)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan sebutan Pahola yang berasal dari kata “sola” dan “hola” yaitu
sejenis lembing kayu yang digunakan untuk saling melempar lembing dari kuda
yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan.3 Setelah
mendapat imbuhan „pa‟ (pa-sola atau pa-hola), artinya menjadi permainan. Pasola
atau Pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari
atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang
berlawanan di sebuah padang rumput yang luas. Pasola dimaknai orang Sumba
sebagai perang damai dalam sebuah ritual adat dan bukan perang-perangan.
Meskipun seringkali kali memakan korban, pasola tetap dilakukan di tanah Sumba
sebagai permainan penawar duka, duka seorang leluhur atas hilangnya belahan
jiwa.4
Dalam tulisan lain yang, berjudul “tradisi Pasola antara kekerasan dan
kearifan lokal”,5 dikemukakan bahwa kekerasan dalam tradisi ini seperti pada
perang sungguhan, para pelaku menunggang kuda dengan saling melempar
lembing kayu. Saat saling lempar lembing, tidak sedikit pelaku pasola yang
terkena lembing sehingga terluka dengan tetesan dan ceceran darah, bahkan
ancaman kematian. Namun demikian, di antara pelaku tidak menimbulkan
3 Chaterina Inya Mone Rambadeta. “Pasola (Studi Sosio-Teologi Terhadap Ritus
Pasola Menurut Gereja Kristen Sumba, Sumba Barat)”, Skripsi, (Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana, 2017), hlm. 1.
4 Andryan Goodlife Irsan Konda. 2018. “Perancangan Buku Cerita Bergambar
Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-usul Tradisi Pasola”, Naskah Publikasi,
(Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana), hlm 5- 6.
5 Harry Waluyo, 2011, Buku Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, (Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya
Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia), hlm. xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dendam. Mereka percaya setiap tetesan dan ceceran darah di tanah akan
mendatangkan kesuburan dan berkah yang melimpah saat panen tiba. Itu artinya,
tradisi ini mengesankan kekerasan di satu sisi, sedang di sisi lainnya mengandung
kearifan. Dalam pengertian ini, tradisi pasola dimaknai sebagai kearifan lokal
yang mampu meredam kekerasan yang kerap terjadi di masyarakat.
Pasola biasanya diadakan antara bulan Februari dan Maret di beberapa
tempat yakni di Lamboya, Gaura, dan Wanukaka (Sumba Barat) serta di Kodi
(Sumba Barat Daya). Pembahasan tentang Pasola ini, akan difokuskan pada tradisi
Pasola yang dilaksanakan di Kodi, Sumba Barat Daya.
Seperti yang telah ditulis di atas, sebelum tahun 2007 kabupaten Sumba
Barat Daya masih termasuk Kabupaten Sumba Barat. Pada tahun 2007,
Kabupaten Sumba Barat mengalami pemekaran menjadi tiga kabupaten yakni
Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Barat Daya. Sebelum mengalami
pemekaran, tradisi Pasola telah dilakukan di keempat tempat tersebut. Setelah
Kabupaten Sumba Barat mengalami pemekaran, tradisi Pasola juga masih
dilakukan di keempat tempat tersebut. Meskipun wilayah Kodi sudah masuk
dalam wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya, Tradisi Pasola di Kodi masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat Kodi..
Pasola sangat diminati oleh kalangan umum, arena permainan Pasola tidak
ditemukan di tempat lain selain di Pulau Sumba. Masyarakat Sumba Barat Daya
sangat antusias untuk menyaksikan permainan Pasola yang dilakukan pada bulan
Februari dan Maret setiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya
masyarakat yang datang menyaksikan permainan tersebut. Selain masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Sumba Barat Daya, ada juga masyarakat yang berasal dari ketiga kabupaten
lainnya. Selain itu ada juga wisatawan asing yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri yang datang menyaksikan permainan tersebut.
Masyarakat Sumba Barat Daya terus menjaga dan melestarikan budaya
dan tradisi Pasola dengan melaksanakan atau mengadakan setiap tahunnya. Selain
masyarakat, Pemerintah juga ikut andil dalam pelaksanaan budaya dan tradisi
Pasola di Sumba Barat Daya. Hal inilah yang akan dibahas pada pembahasan
topik seperti yang tertera diatas.
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah.
Tradisi Pasola di Pulau Sumba telah ada sejak zaman dulu. Pasola
biasanya dilakukan setiap tahunnya. Sebelum tahun 2007, Pasola biasanya
dilaksanakan di keempat tempat yakni di Lamboya, Gaura, Wanukaka serta di
Kodi yang semuanya termasuk dalam wilayah Kabupaten Sumba Barat. Setelah
tahun 2007, Kabupaten Sumba Barat mengalami pemekaran. Kabupaten Sumba
Barat dibagi menjadi tiga kabupaten yakni Sumba Barat, Sumba Tengah dan
Sumba Barat Daya. Meskipun Kabupaten Sumba Barat telah mengalami
pemekaran, Pasola tetap dilaksanakan di keempat tempat tersebut. Hanya saja
wilayah Kodi telah termasuk dalam Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian ini
akan difokuskan pada pelaksanaan Pasola di wilayah Kodi, Sumba Barat Daya
yakni setelah mengalami pemekaran dari tahun 2007-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Mengapa orang Kodi, Sumba Barat Daya melaksanakan Tradisi
Pasola?
1.3.2. Nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam Tradisi Pasola?
1.3.3. Bagaimana peran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya pada
pelaksanaan Tradisi Pasola?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.4.1. Mengetahui alasan orang Kodi, Sumba Barat Daya melaksanakan
Tradisi Pasola.
1.4.2. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam Tradisi Pasola.
1.4.3. Untuk menjelaskan peran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
Daya pada pelaksanaan Tradisi Pasola.
1.5. Manfaat Penelitian
Tradisi Pasola dilaksanakan setiap tahun. Namun demikian, meski
dilaksanakan setiap tahun, masih ada orang atau kalangan umum yang belum
mengetahui bagaimana pelaksanaan Pasola itu dilaksanakan, dan apa saja dampak
dari pelaksanaan Tradisi Pasola. Jika dilihat dari tujuan penelitian, penelitian ini
juga diharapkan ada manfaatnya bagi masyarakat atau kalangan umum yang
belum mengetahui tentang mengapa masyarakat Kodi, Sumba Barat Daya
melaksanakan Tradisi Pasola, nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam Tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pasola serta peran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya pada pelaksanaan
Tradisi Pasola agar dapat mengetahuinya.
1.6. Kajian Pustaka
Kajian mengenai “Tradisi Pasola Bagi Masyarakat Kodi Kabupaten
Sumba Barat Daya (2007-2014)” terdapat beberapa buku, skripsi, tesis, jurnal
beberapa situs web yang yang mengkaji tentang tradisi Pasola.
Dalam Buku Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi yang ditulis oleh Hary
Waluyo disampaikan bahwa kearifan lokal yang berada di Nusa tenggara Timur
salah satunya adalah Pasola. Dalam buku ini, dikatakan bahwa Pasola berasal dari
dua kata yakni “Sola” dan “Hola” yang berarti lembing yang dalam bahasa Kodi
berarti “Kejar”. Dengan demikian Pasola ialah saling mengejar dengan
menggunakan lembing. Selain itu penulis juga menjelaskan latarbelakang
terjadinya Pasola yang berasal dari mitos seorang janda yang bernama Rabu
Kaba.6
Konon, tiga bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu
Dula pergi meninggalkan desa Waiwuang untuk melaut. Lama tak kunjung
kembali, warga kampung Waiwuang dan Rabu Kaba yang merupakan istri Umbu
Dula mengira bahwa ketiga orang itu telah meninggal dan Rabu Kaba
memutuskan untuk menikah lagi dengan Teda Gaiparona yang berasal dari
kampung Kodi. Tanpa sepengetahuan warga Waiwuang dan Rabu Kaba, Umbu
Dula dan kedua saudaranya kembali ke kampung Waiwuang. Meskipun demikian
6 Ibid., hlm. 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Rabu Kaba tetap ingin menikah dengan Teda Gaiparona. Untuk menghilangkan
kesedihan Umbu Dula dan warga Waiwuang, Teda Gaiparona memerintahkan
untuk melakukan Pasola.
Jurnal tentang Peranan Adat Pasola sebagai Alat Pemersatu Antar
Daerah di Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur karya
Yulita Tamo Inna dijelaskan bagaimana peranan adat Pasola sebagai alat
pemersatu antar daerah, selain itu dalam jurnal ini dijelaskan tentang arti dari
Pasola sendiri, juga tentang pelaksanaan Pasola.
Dalam jurnal Makna Nyale Dalam Upacara Adat Pasola Sebagai Upaya
Pelestarian Budaya Di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur, karya Wilhelmus
Kuara Jangga Uma menjelaskan tentang makna tradisi Nyale dalam prosesi
Upacara Pasola di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur.
Skripsi tentang Pasola (Studi-Teologi Terhadap Ritus Pasola Menurut
Gereja Kristen Sumba, Sumba Barat), karya Chaterina Inya Mone Rambadeta,
juga menjelaskan tentang arti dari Pasola dan mengapa masyarakat Kristen masih
melaksanakan ritus Pasola.
Dalam Tesis “Identitas Penganut Agama Marapu Berhadapan dengan
Gereja dan Program Pariwisata di Sumba Barat” karya Yendri A.H. Yetti Leyloh
menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan Pasola yakni mitos tentang
Pasola, pelaksanaan Pasola, dan juga kuda yang dihiasi untuk digunakan pada
saat upacara Pasola. Selain itu, dalam tesis ini juga berbicara tentang pemekaran
Kabupaten Sumba Barat Daya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Selain buku, jurnal, skripsi, tesis, dilakukan juga wawancara dengan
masyarakat setempat yakni masyarakat yang berada di Kodi, Sumba Barat Daya.
Persamaan dari penulisan ini dengan pembahasan-pembahasan dari buku,
jurnal, skripsi serta tesis yang sudah ada sebelumnya adalah tradisi pasola yang
menjadi objek. Selain persamaan ada juga perbedaan dari penulisan ini yakni
penulisan ini akan berbeda sedikit dari pembahasan-pembahasan dari buku, jurnal,
skripsi serta tesis yang sudah ada sebelumnya. Jika dilihat dari pembahasan
sebelumnya, banyak yang menjelaskan bahwa tradisi Pasola yang dilaksanakan di
Kodi, Sumba Barat Daya masih termasuk dalam lingkup wilayah Sumba Barat.
Penulisannya ini akan difokuskan pada tradisi Pasola yang dilakukan oleh
masyarakat Sumba Barat Daya setelah mengalami pemekaran yakni dari tahun
2007-2014. Tahun ini dipilih karena merupakan periode pertama dimana dalam
lima tahun kabupaten Sumba Barat Daya berdiri di bawah pemerintahan sendiri.
1.7. Landasan Teori
Penulisan ini berbicara mengenai Tradisi Pasola dari masyarakat Kodi,
Sumba Barat Daya. Tradisi sendiri merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan seseorang atau sekelompok masyarakat
yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang dan masih terus
dilaksanakan.7 Pasola juga merupakan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang
secara turun temurun dan masih dilaksanakan hingga saat ini. Pada penulisan ini,
7 Eka Yuliyani. “Makna Tradisi “Selamatan Petik Pari” Sebagai Wujud Nilai-
nilai Religius Masyarakat Desa Petungsewu Kecamatan Wagir Kabupaten Malang”,
Skripsi, (Malang: Universitas Negeri Malang), hlm. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
teori yang digunakan adalah teori Kebudayaan. Di dalam buku yang berjudul
Teori-teori Kebudayaan dikatakan bahwa Raymond Williams, pengamat dan
kritikus kebudayaan berpendapat bahwa kebudayaan atau culture dekat pengertian
dengan kata “kultivasi”, yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi dan upacara-
upacara religius, dari situlah diturunkan istilah kultus atau “cult”. Salah satu
pendapat dari Raymond Williams mengenai budaya adalah menggambarkan
keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan, dan adat kebiasaan
sejumlah orang, kelompok atau masyarakat.8 Pemahaman mengenai kebudayaan
disampaikan juga oleh dua antropolog yaitu Kroeber dan Kluckhohn. Salah
satunya ialah dilihat dari definisi historis. Definisi historis cenderung melihat
budaya sebagai warisan yang dialih-turunkan dari generasi satu ke generasi
berikutnya.9 Selain itu, Rene Char juga menyampaikan pendapatnya mengenai
kebudayaan. Rene Char sendiri merupakan seorang penyair dan penulis puisi
kenamaan dari Perancis. Rene Char menyatakan bahwa kebudayaan adalah
warisan kita yang diturunkan tanpa surat wasiat.10
Jika dilihat dari pendapat tokoh-tokoh di atas, Pasola dapat berkaitan
dengan apa yang disampaikan oleh tokoh-tokoh tersebut. Pasola merupakan salah
satu tradisi dan kebudayaan turun temurun masyarakat Kodi, Sumba Barat Daya
yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Tradisi Pasola juga akan dibahas lebih
8 Muji Sutrisno dan Hendar Putranto. 2005. Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius, hlm. 7-8.
9 Ibid., hlm. 8-9
10 Ibid., hlm. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
jauh dalam penulisan ini yakni pada bab III. Pada bab III akan menjelaskan
mengenai Tradisi Pasola dari orang Kodi, Sumba Barat Daya.
1.8. Metode Penelitian
Pada bagian penelitian ini dilakukan beberapa tahap yakni tahap persiapan,
tahap pengumpulan data, verifikasi, interpretasi dan penyusunan laporan akhir.
Tahap persiapan merupakan tahap dimana pembuatan proposal, pengumpulan
bahan pustaka yang mendukung misalnya dari jurnal, skripsi, majalah dan buku-
buku yang berkaitan dengan Tradisi Pasola, memilih dan mensurvei tempat yang
akan menjadi tempat penelitian serta memilih informan yang akan diwawancarai
mengenai Tradisi Pasola.
Tahap pengumpulan data merupakan tahap dimana penulis mengumpulkan
sumber-sumber dari buku, koran, artikel, jurnal, skripsi, dan juga tesis. Selain itu,
penulis juga melakukan wawancara terhadap informan yang berkaitan dengan
topik. Informan yang akan diwawancarai ialah Masyarakat, budayawan, peserta
Pasola dan Pemerintah Sumba Barat Daya yang mengetahui tentang Tradisi
Pasola. Tempat wawancara yang dipilih ialah di wilayah Kodi dan juga di Kantor
Bupati Sumba Barat Daya yang merupakan tempat kerja dari pemerintah Sumba
Barat Daya.
Setelah data-data terkumpulkan, penulis akan melakukan verifikasi atau
kritik sumber dengan melihat, memeriksa dan menilai keaslian data-data yang
diperoleh dari buku, koran, artikel, jurnal, skripsi, tesis dan juga dari hasil
wawancara. Setelah melakukan verifikasi, penulis juga akan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
interpretasi yakni menyatukan data-data yang telah diuji kebenaran dan
keasliannya.
Tahap yang terakhir ialah penyusunan laporan akhir. Data-data yang
diperoleh, dipilah, dianalisa dan telah dikaji, akan disusun untuk laporan akhir
sesuai dengan topik yakni Tradisi Pasola Masyarakat Kodi, Kabupaten Sumba
Barat Daya (2007-2014).
1.9. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian ini akan terdiri dari Bab I
pendahuluan, akan berisi tentang latarbelakang dari Pasola, rumusan masalah
(mengapa orang Kodi, Sumba Barat Daya melaksanakan Tradisi Pasola, nilai-nilai
apa saja yang terdapat dalam Tradisi Pasola, bagaimana peran Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat Daya pada pelaksanaan Tradisi Pasola), tujuan
penelitian, mamfaat penelitian, kajian pustaka, dan juga landasan teori yang
digunakan.
Bab II akan mendeskripsikan tentang gambaran Kabupaten Sumba Barat
Daya, Bab III akan menjelaskan tentang rumusan masalah dari pembahasan
tentang Pasola yakni mengapa orang Kodi, Sumba Barat Daya melaksanakan
Tradisi Pasola, dan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam Tradisi Pasola.
Bab IV dalam sistematika penulisan akan menjelaskan tentang peran
pemerintah dalam pelaksanaan Tradisi Pasola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Terakhir, bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran. Pada bab ini akan
menyimpulkan apa yang diperoleh dari penelitian yang sesuai dengan topik diatas
dan saran untuk kemajuan yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
GAMBARAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
Pulau Sumba merupakan salah satu dari sekian pulau yang ada di
Indonesia. Pulau Sumba termasuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pulau Sumba memiliki empat kabupaten, salah satunya ialah Kabupaten Sumba
Barat Daya. Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki kondisi geografis dan batas
wilayah, penduduk, iklim, pendidikan, mata pencaharian dan perekonomian
masyarakat, sosial budaya dan pariwisata yang akan dibahas pada pembahasan
berikutnya.
2.1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah
Setiap wilayah dari suatu tempat pasti memiliki kondisi gografis dan
batas-batas wilayah yang telah ditentukan. Begitu halnya dengan wilayah
Kabupaten Sumba Barat Daya. Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki luas
daratan mencapai 1.445,32 km2 dengan batas wilayahnya:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumba
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
c. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Sumba Barat.
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumba Barat.11
11 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Sumba Barat
Daya dalam Angka 2019”, Katalog”, Sumba Barat Daya: BPS Kabupaten Sumba Barat
Daya, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan daerah hasil pemekaran dari
Kabupaten Sumba Barat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
SumbaBarat Daya mekar dan disahkan pada tahun 2007 dengan ibukota
Tambolaka. Sebelum pemekaran Pulau Sumba sendiri hanya terdiri dari 2
Kabupaten yakni Sumba Timur dan Sumba Barat. Kabupaten Sumba Barat mekar
menjadi tiga Kabupaten yakni Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Barat
Daya.
Kabupaten Sumba Barat Daya sendiri terdiri atas 11 kecamatan, yaitu
yaitu Kodi Bangedo, Kodi Balaghar, Kodi, Kodi Utara, Wewewa Selatan,
Wewewa Barat, Wewewa Timur, Wewewa Tengah, Wewewa Utara, Loura, dan
Kota Tambolaka.12
Kabupaten Sumba Barat Daya juga terdiri dari 173 desa dan 2 kelurahan.
Nama kecamatan dan luas wilayah dari masing-masing kecamatan berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya 2019.13
Sedangkan
jumlah desa dan nama-nama desa dari masing-masing kecamatan, berdasarkan
data Badan Pusat Statistik dari masing-masing kecamatan di tahun 2019. Berikut
tabel nama kecamatan, luas wilayah masing-masing kecamatan, jumlah desa dan
nama-nama desa.
12 Ibid.
13 Ibid., hlm 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel 1.
Nama kecamatan, luas wilayah, jumlah desa dan nama-nama desa di Kabupaten Sumba Barat Daya
No Nama Kecamatan Luas
Wilayah Jumlah Desa Nama-nama Desa
1 Kodi Bangedo 73.22 km 15 Umbu Ngedo, Walla Ndimu, Mata Kapore, Wai Kadada, Lete Loko,
Dinjo, Rada Loko, Waipadadi, Delu Depa, Merakehe, Waikaninyo,
Ana Gogka, Maliti Bondo Ate, Ana Lewe, Bondo Balla.
2 Kodi Balaghar 144.67 km 14 Kahale, Panenggo Ede, Wai Karara, Walangira, Wai Ha, Wainyapu,
Karang Indah, Rada Malando, Waimaringi, Tana Mete, Waimakaha,
Manu Toghi, Loko Tali, Waipakolo.
3 Kodi 86 km 19 Kapaka Madeta, Koki, Hamonggo Lele, Bondo Kodi, Pero Batang,
Wura Homba, Ate Dalo, Homba Rande, Kawango Hari, Mali Iha,
Onggol, Pero Konda, Tanjung Karoso, Watu Wona, Ana Engge,
Kadoki Horo, Homba Rica, Ana Kaka, Ole Ate.
4 Kodi Utara 243.82 km 21 Hoha Wungo, Homba Karipit, Wailabubur, Noha, Wai Holo, Kori,
Kalena Rongo, Mangga Nipi, Kendu Wela, Billa Cenge,
Bukambero, Waitaru, Homba Pare, Kadaghu Tana, Hameli Ate,
Kadu Eta, Magho Linyo, Wee Wella, Nangga Mutu, Limbu Kembe,
Moro Manduyo.
5 Wewewa Selatan 174.14 km 14 Buru Kaghu, Denduka, Bondo Bela, Delo, Tena Teke, Bondo Ukka,
Buru Deilo, Weri Lolo, Milla Ate, Rita Baru, Mandungo, Umbu
Wangu, Wee Baghe, Wee Wulla.
6 Wewewa Barat 147.34 km 20 Raba Engge, Kalimbu Tillu, Wee Kombaka, Mene Ate, Wali Ate,
Kalembu Weri, Kabali Dana, Watu Labara, Waimangura, Reda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
No Nama Kecamatan Luas
Wilayah Jumlah Desa Nama-nama Desa
Pada, Marokota, Kalembu Kanaika, Wee Kura, Laga Lete, Tawo
Rara, Lua Koba, Kalaki Kambe, Sangu Ate, Pero, Lolo Ole.
7 Wewewa Timur 139.88 km 19 Dangga Mango, Dikira, Pada Eweta, Mareda Kalada, Tema Tana,
Kalembu Ndara Mane, Wee Limbu, Lete Kamouna, Mata Pyawu,
Wee Lima, Kadi Wone, Maliti Dari, Dede Pada, Kadi Wanno,
Nyura Lele, Mawo Dana, Mainda Ole, Lele Maya, Mata Wee Lima.
8 Wewewa Tengah 109.67 km 20 Omba Rade, Eka Pata, Wee Rame, Wee Kokora, Kali Ngara,
Lombu, Kanelu, Tanggaba, Wee Patando, Bolora, Kadi Roma,
Bondo Delo, Tarra Mata, Mata Wee Karoro, Gollu Sapi, Mata
Lombu, Limbu Watu, Mareda Wuni, Lete Wungana, Kiku Boko.
9 Wewewa Utara 63.26 km 12 Wanno Talla, Wee Paboba, Mata Loko, Puu Potto, Wee Namba,
Mali Mada, Bonda Ponda, Reda Wanno, Odi Paurata, Pandua Tana,
Djela Manu, Mawo Maliti.
10 Loura 138.51 km 11 Rama Dana, Karuni, Totok, Wee Manada, Lete Konda, Bondo
Boghila, Wee Kambala, Payola Umbu, Pogo Tena, Loko Kalada,
Lete Konda Selatan.
11 Kota Tambolaka 98.95 km 10 Desa Wee Londa, Desa Kalena Wanno, Desa Rada Mata, Desa Wee
Pangali, Desa Kalembu Kaha, Desa Wee Rena, Desa Watu Kawula,
Desa Kadi Pada, Kelurahan Langgalero, Kelurahan Waitabula.
Sumber : Diolah oleh Peneliti berdasarkan Kabupaten Sumba Barat Daya Dalam Angka Tahun 2008-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel di atas menunjukkan nama kecamatan, luasan wilayah, jumlah desa
dan nama-nama desa yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya.
2.2. Penduduk
Berdasarkan hasil registrasi kependudukan selama periode penelitian
2007-2014 jumlah penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya tercatat sebanyak
2.470.418orang, dengan jumlah laki-laki 1.179.362 orang dan perempuan
1.291.056 orang. Rincian pertahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2007-2014
Sumber: diolah oleh Peneliti berdasarkan Kabupaten Sumba Barat Daya Angka Tahun 2008-2015.
L P L P L P L P L P L P L P L P
1 Kodi 14.265 13.810 14.518 14.151 14.772 14.406 15.946 15.277 16.177 15.504 16.539 15.111 16.671 15.586 17.037 16.058
2 Kodi Utara 20.460 19.695 20.557 19.794 24.335 25.405 26.419 24.445 27.204 25.175 26.374 24.627 26.560 24.857 27.122 25.292
3 Kodi Bangedo 17.266 16.383 18.010 17.053 18.984 17.927 18.588 17.469 19.054 17.904 9.358 8.944 9.496 9.053 9.627 9.226
4 Wewewa Barat 22.139 21.743 22.378 22.013 22.427 22.070 23.428 22.054 23.784 22.387 20.520 19.637 20.723 19.926 21.179 20.149
5 Wewewa Selatan 10.577 10.279 10.636 10.360 10.703 10.564 11.165 10.526 11.324 10.676 11.556 11.011 11.822 11.146 12.024 11.323
6 Wewewa Timur 25.521 25.557 26.385 26.475 27.072 26.911 27.749 26.162 28.079 26.404 13.882 13.529 14.008 13.387 14.180 13.532
7 Wewewa Utara 5.287 5.346 5.883 5.993 5.799 5.921 5.926 5.712 5.956 5.745 6.032 5.877 6.229 6.052 6.337 6.154
8 Loura 14.113 13.330 15.261 14.198 15.693 15.966 17.501 16.536 18.047 17.062 7.521 7.117 7.792 7.179 7.931 7.458
9 Kodi Balaghar 10.341 9.766 10.409 9.849 10.556 10.062
10 Wewewa Tengah 15.062 14.269 15.141 14.333 15.336 14.521
11 Kota Tambolaka 18.191 17.307 18.455 17.521 19.171 18.215
129.628 126.143 133.628 130.037 139.785 139.170 146.722 138.181 149.625 140.857 155.376 147.195 157.306 148.889 160.500 151.990
2014
Jumlah Total L/P
Total Keseluruhan 263.665 278.955 284.903 290.482 302.571 306.195 312.490
NoNama
Kecamatan
2007
255.771
2008 2009 2010 2011 2012 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tabel di atas menunjukkan peningkatan jumlah Penduduk Kabupaten
Sumba Barat Daya Tahun 2007-2014, yang jika diamati di setiap wilayah
mengalami peningkatan jumlah penduduk rata-rata sebesar 9137.13 orang
atau 1,03%.
2.3. Iklim
Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki iklim tropis, seperti halnya iklim
di Indonesia. Kabupaten Sumba Barat Daya dan Propinsi Nusa Tenggara Timur
hanya dikenal 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan
Juni sampai dengan September, Kabupaten Sumba Barat Daya mengalami
kekeringan bahkan kemarau yang sangat panjang. Curah hujan sangatlah minim.
Sebaliknya, pada bulan Desember sampai Maret curah hujan boleh dikatakan
mengalami kenaikan sehingga pada bulan-bulan itu dikatakan musim hujan.
2.4. Pendidikan
Bagi masyarakat Sumba Barat Daya pendidikan merupakan suatu hal
yang harus diterapkan kepada seseorang sejak usia dini. Walaupun tidak semua
masyarakat yang berada di wilayah Sumba Barat Daya mengenyam pendidikan,
namun pendidikan masih diperhatikan oleh masyarakat setempat. Banyak anak-
anak yang mulai mengenyam pendidikan sejak berada di bangku Sekolah Dasar
(SD), kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah menyelesaikan pendidikan di
bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ada beberapa siswa yang melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi dan banyak juga yang harus rela untuk tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Berdasarkan data dari Sumba Barat
Daya Dalam Angka 2010, Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki beberapa
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Berikut jumlah sekolah dan guru yang ada di Kabupaten Sumba
Barat Daya tahun 2007-2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel 3.
Jumlah sekolah, murid dan guru di Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2007-2013
No
Tahun
Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru
SD SMP SMA/SMK SD SMP SMA SD SMP SMA/SMK
1 2007 191 38 9 54.073 10.058 3.105 1.193 601 226
2 2008 191 48 9 59.046 11.949 3.198 1.704 689 212
3 2009 191 48 9 62.227 462 3.667 1.153 462 269
4 2010 191 49 9 62.329 11.330 3.364 1.999 694 242
5 2011 195 55 13 68.460 15.721 7.949 1.108 496 283
6 2012 204 67 9 71.715 17.883 8.227 1.129 489 274
7 2013 333 72 22 72.822 17.907 11.350 1.674 510 515
Sumber: diolah oleh Peneliti berdasarkan Kecamatan Dalam Angka 2008-2015 dan Kabupaten Sumba Barat Daya Dalam Angka Tahun 2008-
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel diatas menunjukkan jumlah sekolah, murid dan guru di Kabupaten
Sumba Barat Daya, guna untuk mengetahui berapa saja jumlah sekolah, murid dan
guru yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2007-2013.
2.5. Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat
Penduduk yang berada di wilayah ini sebagian besar bermata pencaharian
dengan bertani dan beternak, karena sebagian besar penduduk di Sumba pada
umumnya bekerja sebagai petani dan peternak. Kabupaten Sumba Barat Daya
tergolong wilayah yang sangat subur. Banyak tanaman pangan yang bisa ditanami
dan juga dapat dihasilkan di wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya seperti padi,
jagung, kacang-kacangan, dan lain sebagainya. Selain hasil tanaman pangan,
Kabupaten Sumba Barat Daya juga menghasilkan berbagai macam hasil
perkebunan seperti jambu mente, kelapa, kemiri, kopi dan lain sebagainya. Hasil
hutan juga dapat ditemui di wilayah Sumba Barat Daya seperti kayu jati (Tectona
Grandis L.f)14
dan mahoni (Swietenia Macrophylla King)15
. Kayu jati dan mahoni
sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat, karena manfaat dari kayu jati dan
mahoni sangatlah banyak, di antaranya ialah dapat digunakan sebagai bahan untuk
membuat rumah atau bangunan. Jika dilihat dari segi ekonomi lainnya,
masyarakat setempat juga mendapatkan hasil dari beternak. Hewan-hewan yang
14 Veronika Murtina, dkk. Pertumbuhan Hutan Tanaman Jati (Tectona Grandis
L.f) di Kalimantan Timur. Jurnal: AGRIFOR. Vol: XIV. No. 2 (2015), hlm. 287.
15 Mashudi, dkk. Potensi Hutan Tanaman Mahoni (Swietenia Macrophylla King)
Dalam Pengendalian Limpasan dan Erosi. Jurnal: Manusia dan Lingkungan Hidup. Vol.
23. No. 2 (2016), hlm. 259.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
biasa dipelihara antara lain, sapi, kerbau, babi dan juga Kuda. Hewan-hewan
peliharaan ini mempunyai nilai jual yang sangat tinggi.
Selain bekerja sebagai petani dan peternak, sebagian penduduk Sumba
Barat Daya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berikut jumlah Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang ada di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Tabel 4.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sumba Barat Daya
No Tahun Jumlah
1 2007 2.097 orang
2 2008 3.344 orang
3 2009 2.909 orang
4 2010 3.579 orang
5 2011 3.542 orang
6 2012 3.542 orang
7 2013 3.469 orang
8 2014 3.620 orang
Sumber: Diolah oleh Peneliti berdasarkan Kabupaten Sumba Barat Daya Dalam
AngkaTahun 2008-2015.
Tabel diatas menunjukkan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Kabupaten Sumba Barat Daya, dilampirkan guna untuk mengetahui jumlah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sumba Barat Daya dari tahun 2007-
2014.
2.6. Sosial Budaya
Setiap wilayah yang ada di Indonesia mempunyai budaya masing-masing
dan juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Begitu halnya dengan Pulau
Sumba. Berbicara tentang Pulau Sumba, bagi orang-orang yang mengetahui
tentang Pulau Sumba, akan terlintas beberapa hal dalam benak mereka mengenai
Pulau Sumba. Pulau Sumba sendiri mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
disetiap kabupaten. Sumba Barat Daya adalah salah satu kabupaten yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menjunjung tinggi nilai kebudayaan. Banyak kebudayaan yang dapat ditemui,
dilihat dan masih dirasakan oleh orang-orang seperti rumah adat (Uma Kalada),
kepercayaan Marapu (kepercayaan akan arwah nenek moyang atau leluhur), cara
menerima tamu dengan cara bercium hidung (ciuman khas orang Sumba),
perkawinan adat, dan memberikan sirih pinang sebagai makanan khas yang
melambangkan penyambutan (sirih pinang wajib ada di setiap tradisi apapun di
Pulau Sumba).
2.7. Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya boleh dikatakan salah satu kabupaten di
Pulau Sumba yang memiliki berbagai macam objek pariwisata baik dari wisata
alam, wisata pantai, dan wisata budaya. Jika dilihat dari objek wisata alam,
Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki beberapa objek wisata antara lain:
panorama air terjun di Waikelo Sawah dan danau air asin Weekuri. Kabupaten
Sumba Barat Daya juga memiliki kawasan wisata pantai, diantaranya ialah Pantai
Mananga Aba, Pantai Oro, Pantai Kawona, Pantai Newa, Pantai Tosi, Pantai Pero
dan lain sebagainya. Selain wisata alam dan pantai, objek wisata budaya juga
dapat ditemui di wilayah ini diantaranya ialah kampung adat dan kuburan
megalitik yang hampir terdapat diseluruh wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya,
rumah adat dan juga tradisi Pasola. Tradisi Pasola sendiri merupakan salah satu
kegiatan tahunan masyarakat Kodi yang sering dilaksanakan setiap tahunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
PASOLA BAGI MASYARAKAT KODI
3.1. Sejarah Pasola
Pasola merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Sumba
Barat Daya dan masih dipertahankan hingga saat ini. Tradisi ini sangat minati oleh
kalangan umum baik warga setempat, masyarakat yang berasal dari kabupaten
lain yang ada di Pulau Sumba, wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berbicara mengenai Pasola, tidak terlepas dari mitos yang dikenal oleh
masyarakat Kodi. Menurut kepercayaan masyarakat Sumba pada umumnya, asal-
usul Pasola berawal dari tiga bersaudara yakni Ngongo Tau Masusu, Yagi
Waikareri dan Umbu Dulla yang berasal dari kampung Waiwuang.
Awalnya ketiga bersaudara itu, mengatakan kepada warga Waiwuang,
bahwa mereka hendak melaut. Namun kenyataannya, ketiga saudara itu, tidak
pergi untuk melaut, tetapi mereka ke pantai Selatan Sumba Timur untuk mencari
padi. Setelah beberapa hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, ketiga
saudara tersebut tidak kembali ke kampung Waiwuang. Warga Waiwuang mulai
gelisah dan mulai melakukan pencarian di sekitar pantai. Namun semua itu sia-sia,
tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar pesisir pantai. Warga Waiwuang mulai
gelisah dan kesedihan pun melanda warga Waiwuang dan juga Rabu Kaba.
Hingga suatu hari munculnya seorang pria yang bernama Teda Gaiparona
di kampung Waiwuang yang berasal dari wilayah Kodi. Sejak saat itu, Teda
Gaiparona dan Rabu Kaba menjalin hubungan satu sama lainnya. Sayangnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pihak dari keluarga dari Teda Gaiparona maupun Rabu Kaba tidak merestui
hubungan mereka. Hal itu membuat Teda dan Rabu Kaba memutuskan untuk
melakukan kawin lari.
Hari berganti minggu, ketiga bersaudara itu yakni Ngongo Tau Masusu,
Yagi Waikareri dan Umbu Dulla akhirnya kembali ke kampung Waiwuang.
Warga Waiwuang merasa sangat gembira dan juga sedih. Gembira karena ketiga
saudara itu kembali dengan selamat ke kampung Waiwuang dan merasa sedih
karena istri Umbu Dulla, Rabu Kaba telah meninggalkan kampung Waiwuang dan
menikah dengan Teda Gaiparona.
Saat itu Umbu Dulla tidak mendapati istrinya yakni Rabu Kaba di
kampung Waiwuang. Ketika Umbu Dulla mengetahui bahwa istrinya telah pergi
dari kampung Waiwuang dan pergi bersama pria lain, tidak ada cara lain selain
berusaha untuk pergi mencari istrinya di wilayah Kodi. Bersama dengan warga
Waiwuang, Umbu Dulla pergi mencari istrinya Rabu Kaba di wilayah Kodi.
Sesampainya di Kodi, Rabu Kaba kaget melihat bahwa suaminya Umbu Dulla
ternyata masih hidup. Umbu Dulla meminta Rabu Kaba untuk kembali ke
kampung Waiwuang, tetapi Rabu Kaba menolak permintaan Umbu Dulla. Rabu
Kaba meminta Teda Gaiparona untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Teda Gaiparona menyanggupi permintaan dari Rabu Kaba dan meminta waktu
untuk bermusyawarah dengan keluarganya. Dari hasil musyawarah itu, Teda
Gaiparona harus membayar denda berupa belis (mas kawin) kepada keluarga
Umbu Dulla. Belis yang diberikan kepada keluarga Umbu Dulla dimaksudkan
agar Rabu Kaba secara adat masuk dalam keluarga Gaiparona dan tidak lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi istri dari Umbu Dulla melainkan menjadi istri sah dari Teda Gaiparona.
Setelah seluruh belis dilunasi, diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu
Kaba dengan Teda Gaiparona.
Pada akhir pesta pernikahan, keluarga Teda Gaiparona berpesan kepada
warga Waiwuang agar mengadakan pesta Nyale (cacing laut) dalam wujud Pasola
untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan Rabu Kaba. Atas dasar
hikayat itu, setiap tahun warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka
mengadakan bulan Nyale (bulan pencarian cacing di laut) dan pesta Pasola.16
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Pasola Kodi bermula dari seorang
gadis cantik yang bernama Biri Koni. Biri Koni merupakan anak semata wayang
yang hidup bersama dengan ibunya. Biri Koni sendiri memiliki paras yang cantik,
oleh karena itu banyak pemuda yang ingin menjadikannya seorang istri. Pada saat
itu, Biri Koni hanya tinggal berdua bersama dengan ibunya, hal itu membuat
mereka merasa takut. Setiap pemuda yang datang untuk melamar Biri Koni
diterima oleh Biri Koni dan juga ibunya. Hal itu juga membuat Biri Koni bingung
untuk memilih siapa yang akan dijadikannya pasangan hidup. Karena banyaknya
pemuda-pemuda yang datang untuk melamar, dan Biri Koni tidak ingin seorang
dari mereka tersakiti olehnya, maka ia memutuskan untuk bunuh diri.
Setelah Biri Koni meninggal, ibunya bermimpi dan bertemu dengan Biri
Koni. Biri Koni mengatakan kepada ibunya bahwa di samping kuburnya akan
16 Latarbelakang dari pasola dirangkum oleh peneliti dari Tesis Samuel Bora Lero
“Strategi Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Budaya Pasola (Studi Tentang
Kebudayaan Pasola di Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba
Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa”Apmd”), hlm. 41-43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tumbuh sebuah tanaman, dan tanaman itu harus dirawat dan dipelihara. Dan benar
adanya, beberapa hari setelah Biri Koni meninggal, di samping kuburnya,
tumbuhlah sebuah tanaman yang berbentuk seperti padi. Sejak saat itu, tanaman
padi itu dirawat hingga mulai menguning. Setelah padinya siap untuk dipanen, di
sekitar pesisir pantai muncul juga seorang dewi.
Kedatangan seorang dewi membuat masyarakat setempat berbondong-
bondong datang untuk melihatnya dan berebutan untuk mendapatkannya. Namun
dewi itu menolak semua permintaan dari orang-orang yang menginginkannya. Ia
tidak ingin ada perkelahian dan permusuhan di antara mereka, kemudian Ia
memutuskan untuk kembali ke laut dan menjelma menjadi Nyale atau cacing laut.
Sejak saat itu, orang-orang atau masyarakat setempat mulai berpikir
bahwa, dewi itu tidak menginginkan mereka untuk saling bermusuhan satu sama
lain. Mereka merasa bersyukur karena tidak saling membunuh pada saat itu. Rasa
syukur mereka, diwujudkan dengan mengadakan sebuah perang-perangan, tanpa
menggunakan senjata tajam, namun menggunakan lembing, dan itu dinamakan
dengan Pasola.
Hingga saat ini, sebelum masa panen tiba, di sekitar pesisir pantai dengan
sendirinya akan muncul nyale atau cacing laut. Ketika nyale atau cacing laut
bermunculan di sekitar pantai, masyarakat setempat akan mengadakan atau
melaksanakan Tradisi Pasola guna untuk mengingat gadis cantik yang menjelma
menjadi cacing laut atau Nyale.17
17 Wawancara dengan bapak Rofinus D Kaleka tanggal 30 Januari 2020 di Tana
Kombuka, Kaliki Kambe, Wewewa Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.1.1. Arti kata Pasola
Pasola merupakan salah satu atraksi budaya yang dimiliki oleh masyarakat
Sumba khususnya masyarakat Sumba Barat (Wanokaka, Lamboya, Gaura) dan
Sumba Barat Daya (Kodi). Secara terminologi kata Pasola merupakan dialek
Wanokaka, Lamboya, dan dialek Gaura. Sedangkan dalam dialek orang Kodi
ialah “Paholong”. Tetapi orang Kodi menggunakan istilah yang sudah umum
digunakan yakni Pasola, namun kata sesungguhnya ialah Paholong.
Pasola atau Pahola berasal dari kata dasar “sola” atau “hola”, dengan
mendapat awalan “pa” menjadi Pasola atau Pahola. Kata sola atau hola kata benda
yaitu kayu berukuran lembing. Kata sola atau hola mendapat awalan pa menjadi
kata kerja Pasola atau Pahola. Dalam bahasa Kodi dan Loura kata sola atau hola
berarti kejar dan bila ditambah awalan pa menjadi saling kejar atau mengejar.18
Kata Pasola disini dapat diartikan saling melempar lembing diantara dua kubu
dengan menunggang kuda yang sedang berlari di padang rumput yang luas.
3.1.2. Ritus Nyale
Berbicara mengenai Pasola sebagai atraksi, Pasola tidak berdiri sendiri
sebagai sebuah budaya, Pasola merupakan bagian atau salah satu pakem dari
sebuah ritus yang disebut dengan ritus “Nale‟ atau “Nyale”. Pasola tidak bisa
dipisahkan dari ritus tersebut karena inti dari semua itu bukanlah Pasola
melainkan ritus Nale atau Nyale.
18 Yendri A.H. Yetty Leyloh “Identitas Agama Marapu Berhadapan Dengan
Gereja dan Program Pariwisata di Sumba Barat, NTT”, Tesis (Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma, 2007), hlm. 47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tradisi ritus Nyale atau Nale tersebut memiliki prosesi yang berstruktur
dan merupakan satu kesatuan yang utuh, semacam pakem adat. Pakem adat itu
meliputi beberapa cara yakni Kabukut (semedi), Kawoking (pantun bersahut-
sahutan), Hangapung (menebar sirih pinang diatas kubur para leluhur), Pico Nale
(panen cacing laut), Tunu Manu Nyale (menyembelih dan membakar ayam
persembahan) dan pelaksanaan Pasola atau Paholong. Dalam prosesi tradisi Nale
atau Nyale, Pasola atau Paholonglah pakem puncak dari semua itu. 19
Masa Kabukkut atau semedi dilakukan oleh Rato adat, yakni Rato adat
tidak boleh keluar dari rumah kediaman atau berjalan-jalan di sekitar kampung
dan tidak boleh berbicara dengan orang-orang sekitar, kecuali orang yang hidup
dan tinggal bersama dengannya yakni istri dan anak-anak dari Rato Nale (Nyale)
serta orang-orang terdekat (Wali Rato). Rato adat harus fokus menghitung waktu
dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menentukan kapan waktu yang tepat
dilaksanakannya Pasola.20
Kawoking merupakan pantun yang dilontarkan secara bersahut-sahutan
sebelum pemungutan Nyale atau cacing laut. Hal tersebut dilaksanakan untuk
memanggil dewi nyale atau cacing laut agar bemuncul di permukaan laut.21
Hangapung (menebar sirih pinang di atas kubur para leluhur) merupakan
salah satu cara memohon restu atau berkat dari para leluhur atau roh nenek
19 Rofinus D Kaleka “Mengenal Tradisi Ritus Nale di Kodi Sumba”, Artikel:
Kompasiana, hlm. 2, diunduh pada tanggal 22 Mei 2020 pukul 14: 54.
20 Wawancara dengan bapak Rofinus D Kaleka tanggal 30 Januari 2020 di Tana
Kombuka, Kaliki Kambe, Wewewa Barat.
21 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
moyang agar pelaksanaan pasola dapat berjalan lancar dan juga hasil panen pada
tahun itu melimpah dan juga banyak. 22
Pico Nale (panen cacing laut), sebelum pelaksanaan pasola, biasanya di
pagi hari masyarakat setempat akan berbondong-bondong ke pesisir pantai untuk
memungut atau menangkap nyale atau cacing laut yang bermunculan di sekitar
pesisir pantai. Namun sebelum masyarakat memungut nyale, Rato Adatlah yang
harus pertama memungut nyale yang bermunculan di sekitar pesisir pantai. Jika
Rato Adat berhalangan, maka utusan dari Rato Adatlah yang harus memungut
terlebih dahulu nyale-nyale itu yang kemudian disusul oleh masyarakat lainnya.23
Tunu Manu Nale, maksud dari tunu manu nale atau nyale adalah seekor
ayam yang dijadikan persembahan kepada leluhur disembelih dan dibakar serta
dimakan bersama oleh orang-orang yang ada pada saat itu.24
Pasola atau Paholong, setelah semua kegiatan di atas terlaksana, maka
dengan sendirinya pasola atau paholong juga akan dilaksanakan oleh masyarakat
setempat setelah nyale dipungut atau diambil oleh masyarakat setempat.25
Nyale sendiri merupakan cacing laut yang dapat diolah untuk dijadikan
makanan. Biasanya Nyale atau cacing laut memiliki warna yang berbeda-beda,
ada yang berwarna putih, hitam, hijau, kuning dan coklat. Selain sebagai bahan
makanan, Nyale juga melambangkan kesuburan dan juga hasil panen masyarakat
22 Ibid.
23 Ibid.
24 Ibid.
25Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
setempat. Jika Nyale-nyale yang didapatkan berukuran besar maka pertanda
bahwa hasil panen pada tahun itu akan membuahkan hasil yang baik dan juga
banyak, dan sebaliknya jika Nyale-nyale yang didapatkan berukuran kecil, maka
hasil panen pada tahun itu akan sedikit atau kurang baik.
Kemunculan Nyale hanyalah di bulan-bulan tertentu, yakni bulan Februari
dan Maret. Pelaksanan Pasola harus berpatokan dari munculnya Nyale. Jika Nyale
atau cacing laut telah bermunculan di sekitar pesisir pantai, maka Tradisi Pasola
akan dilaksanakan, dan sebaliknya jika Nyale atau cacing laut belum
bermunculan, maka pelaksanaan Pasola tidak akan dilaksanakan. Perhitungan
waktu yang dilakukan oleh para Rato Adat kemungkinan salah sehingga
menyebabkan Nyale atau cacing laut tidak bermunculan di sekitar pesisir pantai.
Namun sejauh ini, perhitungan waktu yang dilakukan oleh para Rato Adat belum
pernah mengalami kesalahan.26
3.1.3. Persiapan yang Dilakukan Sebelum Pelaksanaan Pasola.
Suatu perayaan atau kegiatan yang ingin dirayakan atau dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok orang harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin,
agar perayaan atau kegiatan itu berjalan dengan lancar dan sukses. Begitu halnya
dengan Tradisi Pasola yang dilaksanakan oleh masyarakat Kodi setiap tahunnya.
Sebelum Tradisi Pasola berlangsung segala persiapan dilakukan oleh para Rato
Marapu (Ketua adat), Rato Nale (Nyale) dan juga masyarakat setempat guna
untuk kelancaran acara tersebut. Persiapan yang dilakukan masyarakat antara lain
26 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
ialah kembali ke kampung halaman atau mudik, membersihkan kampung
halaman, kuburan leluhur, arena atau lapangan Pasola, dan membersihkan pesisir
pantai, membawa makanan pokok yang akan digunakan saat perayaan
berlangsung, menyiapkan kuda dan alat-alat yang akan digunakan oleh para
peserta saat pelaksananaan Pasola, dan lain sebagainya.
a. Persiapan Rato Nale (Nyale) dan Rato Marapu
Rato Nale atau Nyale merupakan salah satu Rato yang dapat menentukan
waktu pelaksanaan Pasola. Biasanya, sebulan sebelum pelaksanaan Pasola, Rato
Nale melaksanakan kabukkut atau semedi guna melihat waktu yang tepat untuk
pelaksanaan Pasola. Pada saat melaksanakan kabukkut atau Semedi Rato Nale
(Nyale) tidak boleh melakukan beberapa hal yakni; keluar dari rumah kediaman,
berjalan di sekitar kampung dan tidak boleh berbicara dengan orang-orang sekitar,
kecuali orang yang hidup dan tinggal bersama dengannya yakni istri dan anak-
anak dari Rato Nale (Nyale) serta orang-orang terdekat (Wali Rato).
Wali Rato merupakan salah seorang yang membantu Rato Nale (Nyale)
dan juga melayani Rato Nale setiap harinya. Selain itu, Wali Rato juga sering
diutus oleh Rato Nale (Nyale) untuk mengikuti pertemuan-pertemuan yang
melibatkan Rato Nale (Nyale) jika Rato Nale berhalangan untuk mengikuti
pertemuan.
Kabukkut atau semedi tersebut dimaksudkan agar Rato Nale (Nyale)
benar-benar fokus untuk melihat kapan waktu yang tepat untuk pelaksanaan
Pasola. Biasanya Rato Nale akan melihat perubahan alam, salah satunya ialah
munculnya tunas-tunas baru dari tumbuhan dan menghitung 7 hari 7 malam gelap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan di hari ketujuh, masyarakat setempat akan memungut Nyale bersamaan
dengan dilaksanakan Pasola.27
Selain itu, Rato Nale dan Rato Marapu lainnya juga berkumpul dan
mengadakan pertemuan untuk menentukan jadwal pelaksanaan Pasola. Ketua
Rato mulai menyebar undangan kepada seluruh jajaran rumah adat atau
perkampungan dan mengadakan rapat bersama dengan tujuan utama untuk
menetapkan bersama hari apa saja yang tepat untuk melaksanakan Nyale dan
Tradisi Pasola.
Dalam perbincangan tersebut Rato Nale dan para Rato Marapu mulai
berdiskusi dan mencari satu solusi yang tepat jika terjadi perbedaan pendapat
diantara mereka. Setelah menentukan waktu yang tepat dan telah disepakati
bersama maka mereka akan menyembelih ayam dan babi sebanyak mungkin
untuk melihat rahmat, apakah diijinkan atau tidak oleh leluhur jika Pasola itu
dilaksanakan. Para Rato secara bergiliran melihat hati ayam, usus ayam dan hati
babi. Hati ayam, usus ayam dan hati babi yang digunakan oleh para Rato
dipercaya bahwa disitu terdapat petunjuk dari leluhur, dengan sendirinya para
Rato akan mengetahui petunjuk dari para leluhur, karena para Rato telah
memperoleh ilham untuk menafsirkan hati ayam, usus ayam dan hati babi. Jika
27 Wawancara dengan bapak Daniel Deta Dawa tanggal 22 Januari 2020 di
Hombatara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
hasil tafsirannya baik maka upacara tersebut siap untuk dilakukan atau
dilaksanakan.28
Bagi orang Sumba pada umumnya yang memiliki kepercayaan marapu
hati ayam, usus ayam, dan hati babi merupakan kitab bagi mereka dalam melihat
hal-hal yang terjadi baik kehidupan masyarakatnya, kematian, tanda-tanda bahaya
dan tanda keberuntungan lewat upacara sesajian.
b. Persiapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat.
Selain Rato Nale (Nyale), masyarakat setempat juga ikut andil dalam
menyiapkan segala persiapan agar pelaksanaan Pasola berjalan dengan lancar.
Selain masyarakat setempat, masyarakat Kodi yang tinggal di luar wilayah Kodi
akan kembali ke kampung mereka masing-masing guna untuk melakukan
persiapan. Sebelum pelaksaaan Pasola berlangsung, biasanya masyarakat Kodi
yang tinggal atau berdomisili di luar daerah Kodi, kembali ke Kodi atau pulang
kampung guna untuk mempersiapkan pelaksanaan Pasola. Pulang kampung
dinamakan dengan istilah dengan Ndodo (mudik ke kampung besar). Setiap warga
kampung dimanapun mereka berada, tempat tinggal mereka dikenal dengan istilah
kampung untuk berkebun, namun kampung inti dari mereka ialah Kampung Besar
yang terletak di daerah Kodi yang harus dilihat setiap tahunnya, karena Kampung
besar tersebut merupakan kampung leluhur.
Biasanya yang dilakukan oleh orang-orang atau masyarakat Kodi saat
berkunjung ke Kampung Besar ialah dapat bersilatuhrahmi dengan sesama orang-
28 Wilhelmus Kuara Jangga Uma, dkk. 2018. “Makna Nyale Dalam Upacara
Adat Pasola Sebagai Upaya Pelestarian Budaya di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur”.
Jurnal Historia. Volume 6, Nomor 2. hlm. 353-354.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
orang yang berada di kampung itu, membersihkan seluruh perkampungan itu dan
juga membersihkan kubur-kubur para leluhur, meletakkan sirih pinang (makanan
khas Sumba) ke kuburan leluhur dan berkomunikasi dengan para leluhurnya.
Kunjungan itu juga dimaksudkan agar orang-orang yang berada di luar Kodi,
tidak lupa akan kampung halamannya, asal-usulnya dan juga leluhurnya. Pada
saat balik kampung atau “Ndodo”, biasanya orang-orang itu membawa ayam,
babi, anjing, buah-buahan, sirih pinang dan lain sebagainya. Semua itu dibawa
untuk dimakan, baik untuk diri sendiri maupun untuk tamu yang datang pada saat
pelaksanaan Pasola.
3.1.4. Pelaksanaan Tradisi Pasola
Pelaksanaan Pasola biasanya diawali oleh Rato Nale atau Nyale yang
menyampaikan beberapa pesan dan kesan yang disampaikan kepada peserta dan
juga para penonton. Rato Nale menyampaikan mengapa Pasola dilaksanakan
setiap tahun, tata cara dalam pelaksanaan Pasola, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pada saat Pasola berlangsung. Ketika semua pesan telah tersampaikan,
maka Rato Nale membuka acara Pasola dengan menunggang Kuda Nale dan
masuk ke dalam arena permainan. Kuda yang ditunggangi oleh Rato Nale akan
berlari lurus ke depan dan kembali lagi ke tempat semula tanpa mengelilingi arena
permainan. Setelah itu Rato Nale dan Kuda Nale keluar dari arena permainan atau
lapangan, dia kembali ke rumah adat yang terletak di dalam kampung besar.
Selain membuka pelaksanaan Pasola, Rato Nale beserta Kudanya juga
harus menutup acara Pasola itu. Berbicara mengenai acara pembuka, penutupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pasola juga boleh dikatakan sama. Rato Nale dan Kuda Nale kembali masuk ke
dalam arena dan berlari lurus, kemudian akan keluar dari arena permainan dan
kembali ke rumah adat yang berada di dalam kampung besar, dengan demikian
akan berakhir pula pelaksanaan Pasola.
Pasola tidak akan dimulai sebelum Rato Nale dan Kuda Nale masuk ke
dalam arena permainan. Jika permainan sudah dilaksanakan sebelum Rato Nale
dan Kuda Nale masuk ke dalam arena, maka akan banyak musibah yang dialami
oleh para peserta, yakni akan mengalami luka, terjatuh, terkena lembing dan lain
sebagainya.
Pelaksanaan Pasola sendiri dilaksanakan di bulan Februari dan bulan
Maret. Pasola dilaksanakan di kedua tempat yakni di Tosi dan Bukabani.
Pelaksanaan Pasola yang dilakukan di Tosi dinamakan Pasola pertama, sedangkan
yang dilaksanakan di Bukabani dinamakan Pasola kedua dan Pasola kedua ini
merupakan puncak dari pelaksanaan Pasola.
Menurut Rofinus D Kaleka, pada zaman dahulu Pasola yang dilaksanakan
di Tosi hanyalah sebuah latihan sebelum pelaksanaan Pasola benar-benar
dilaksanakan, namun seiring berjalannya waktu, Pasola Tosi juga dilaksanakan
bukan lagi sekedar latihan namun juga sebagai ritus Pasola yang dilaksanakan
setiap tahunnya. Tata cara dan pelaksanaan dari kedua tempat tersebut semuanya
sama dan tidak ada perbedaan satu sama lainnya.
Selama pelaksanaan Pasola berlangsung, para peserta akan saling kejar-
kejaran di dalam lapangan luas. Peserta-peserta itu terdiri dari dua kubu atau dua
kampung yang saling melakukan atraksi dengan melempar lembing satu sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
lainnya dengan menunggang kuda. Atraksi Pasola ini hanya diikuti oleh para
lelaki saja dan tidak ada pembatasan umur dari peserta. Peserta dapat mengikuti
permainan itu jika dapat menunggang kuda, menggunakan lembing dengan baik
dan dapat menguasai permainan tersebut. Selain itu peserta yang mengikuti atraksi
ini, mengenakan busana adat yakni sarung yang dikenakan oleh peserta dan
kapouta (ikat kepala). Biasanya kapouta itu terbuat dari bulu-bulu ayam.
Pelaksanaan Pasola berlangsung setelah Nyale-nyale yang bermunculan di
pesisir pantai telah dipungut oleh masyarakat setempat. Pelaksanaan Pasola
sendiri biasanya berlangsung dari pagi hingga siang hari, juga kadang-kadang
sampai sore hari tergantung dari peserta yang mengikuti atraksi atau permainan
tersebut.
Pada pelaksanaan Pasola, masing-masing kubu akan saling berdiri dan
berkumpul diujung lapangan, jika salah satu kubu telah menantang kubu yang
lain, maka para peserta akan masuk ke dalam lapangan dan akan melakukan
atraksinya yakni saling kejar mengejar dengan melempar lembing satu sama lain.
Jika salah satu peserta terkena lembing, dengan sendirinya para penonton akan
bersorak-sorai, hal ini juga yang membuat peserta semakin bersemangat untuk
melakukan atraksinya.
Terkadang dalam atraksi atau permainan pasola terjadi pertumpahan darah.
Namun hal itu tidak membuat para peserta dari kubu masing-masing menyimpan
dendam satu dengan yang lainnya. Jika hal itu terjadi di dalam arena permainan,
maka itu dianggap sebagai hukuman dari para leluhur bahwa orang atau peserta
yang mengalami luka mempunyai dosa atau kesalahan kepada para leluhur atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
arwah nenek moyangnya, atau adanya dosa yang dilakukan oleh kampung tempat
peserta berasal.
Pasola akan disudahi jika para peserta sudah merasa lelah satu sama
lainnya, selain itu jika terjadi perseteruan dari kedua belah kubu dan juga dari para
penonton atau pendukung dari masing-masing kubu. Untuk menghindari
perseteruan panjang, maka atraksi atau permainan itu harus dihentikan atau
disudahi. Setelah atraksi itu disudahi, maka Rato Adat akan masuk kembali ke
dalam arena permainan dan menutup atraksi atau permainan itu.
3.1.5. Penutupan Pasola
Ketika pelaksanaan Pasola berakhir, semua warga kampung kembali ke
kampung adat. Sesampainya di kampung adat, mereka harus terlebih dahulu ke
Rumah Nale (nyale), dan harus melakukan sembahyang guna berkomunikasi
dengan para leluhur. Rumah Nale (nyale) merupakan salah satu rumah yang ada di
dalam kampung yang didiami atau ditinggali oleh Rato Nale (nyale). Setelah Rato
Nale membakar ayam di rumah Nale, maka warga kampung juga kembali ke
rumah adat masing-masing guna untuk memotong ayam.
Pemotongan ayam tidak dilakukan oleh Rato Nale, tetapi oleh Rato Adat
dari setiap rumah adat dari masing-masing warga kampung. Selain itu ayam ada
juga babi dan kerbau yang disembelih. Dalam hal ini kerbau tidak diharuskan ada,
kecuali ada seseorang yang ingin merayakan syukuran, maka kerbau akan dibawa
oleh yang ingin merayakan syukuran. Hewan-hewan yag disembelih itu dimakan
bersama oleh semua warga kampung dan juga para pendatang yang berkunjung ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kampung mereka. Penyembelihan hewan-hewan sebagai rasa syukur warga
kampung kepada para leluhur bahwa pelaksanaan Pasola telah terlaksana.29
3.2. Nilai-nilai yang terdapat dalam Tradisi Pasola.
3.2.1. Nilai Religius
Nilai religius berhubungan dengan kepercayaan asli orang Sumba yakni
kepercayaan marapu. Marapu merupakan kepercayaan masyarakat Sumba
terhadap arwah nenek moyang atau para leluhur. Orang Sumba percaya bahwa
roh-roh itu dapat memberi berkat maupun hukuman kepada mereka. Selain itu,
Marapu dipercaya sebagai mediator manusia dengan Tuhan. Bagi masyarakat
Sumba yang menganut kepercayaan Marapu, salah satu cara untuk berdoa atau
menyampaikan permohonan kepada Tuhan ialah melalui roh-roh nenek moyang
atau para leluhur yang telah mendahului mereka. Oleh karena itu, Pasola tidak
dapat dipisahkan dari kepercayaan asli masyarakat Sumba yakni kepercayaan
Marapu. Dikatakan demikian karena dalam pelaksanaan Tradisi Pasola, Rato
Adat dan masyarakat setempat akan memohon restu kepada arwah para leluhur,
agar pelaksanaan Pasola dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu, selama pelaksanaan Pasola berlangsung, jika terjadi
pertumpahan darah di arena permainan, melambangkan berkat yang melimpah
dari sang pencipta untuk kesuburan tanah panenan dan yang mereka diami.
29 Wawancara dengan bapak Rofinus D Kaleka tanggal 30 Januari 2020 di Tana
Kombuka, Kaliki Kambe, Wewewa Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.2.2. Nilai Simbolik
Nilai simbolik ini berhubungan dengan Nyale (cacing laut). Nyale bukan
hanya sekadar cacing bagi masyarakat Sumba khususnya masyarakat Kodi,
melainkan sebagai sumber makanan, kesuburan dan juga menggambarkan hasil
panen dari masyarakat setempat. Menurut kepercayaan masyarakat atau
penduduk setempat, panen akan melimpah apabila ditemukan Nyale dalam jumlah
yang banyak di sekitar pesisir pantai. Semakin banyak Nyale yang keluar
menandakan semakin subur dan melimpah pula hasil panen dari masyarakat
setempat. Dan jika ditemukan nyale yang berukuran kecil atau tidak sehat, dapat
menyebabkan hasil panen sedikit dan kurang baik pada tahun itu.
3.2.3. Nilai Persaudaraan
Dalam pelaksanaan Pasola, para peserta boleh dikatakan saling
bermusuhan diantara masing-masing kubu. Pasola atau permainan saling
melempar lembing itu, ibarat permainan sepak bola. Para peserta akan saling
bermusuhan saat berada di dalam lapangan. Selain itu, para peserta akan berusaha
mencari kemenangan satu sama lain. Tetapi tujuan dari pelaksanaan Pasola adalah
rasa persaudaraan, sebab permainan itu dilaksanakan untuk menghargai budaya
leluhur orang Sumba khususnya masyarakat Kodi.
3.2.4. Nilai Sosial Budaya
Dengan adanya Tradisi Pasola, masyarakat setempat dapat bersilahturahmi
satu sama lain dan juga masyarakat Kodi yang berada atau tinggal diluar wilayah
Kodi dapat kembali ke daerah asal mereka. Biasanya sebelum pelaksanaan Pasola,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
masyarakat setempat akan bergotong royong dan bekerja sama untuk
mensukseskan kegiatan itu yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan hingga
selesainya pelaksanaan Pasola. Pada saat pelaksanaan Pasola para penonton yang
datang, diberi makan oleh masyarakat setempat jika berkunjung atau bertamu ke
rumah adat masyarakat setempat. Masyarakat setempat biasanya menyembelih
ayam, anjing, babi, dan kerbau untuk makan bersama-sama. Hal tersebut dapat
mempererat tali persaudaraan dengan masyarakat yang berasal dari luar wilayah
Kodi.
3.2.5. Nilai ekonomi
Pada saat pelaksanaan Pasola berlangsung, banyak dari masyarakat
setempat yang berjualan di sekitar arena lapangan. Selain masyarakat setempat,
ada juga masyarakat yang berasal dari wilayah Kodi yang berjualan. Biasanya
para pedagang atau penjual menjajahkan makanan dan minuman. Hal tersebut
sangat membantu orang-orang atau para penonton yang datang pada saat
pelaksanaan Pasola. Penonton tidak akan kesusahan untuk mencari makanan dan
minuman jika merasa lapar.
Selain menjual makanan dan minuman, para penjual itu juga dapat
memperkenalkan barang-barang khas masyarakat setempat berupa anyaman
berupa tikar, hasil tenunan (kain dan sarung), dan pernak-pernik khas masyarakat
Sumba. Barang-barang khas yang dijual oleh masyarakat setempat dapat diketahui
oleh kalangan umum dengan cara membeli barang-barang khas tersebut, seperti
anyaman, hasil tenunan, dan pernak-pernik tersebut. Hal ini juga dapat menambah
pariwisata Sumba Barat Daya dikenal luas oleh masyarakat umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DALAM
PELAKSANAAN TRADISI PASOLA
4.1. Pengantar
Pelaksanaan Tradisi Pasola umumnya mendapat dukungan dari pemerintah
Kabupaten Sumba Barat Daya. Bentuk dukungan itu adalah masuknya Tradisi
Pasola dalam agenda tahunan Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya. Sejak
pemekaran Kabupaten di tahun 2007, pelaksanaan Tradisi Pasola masih tetap
dilaksanakan di wilayah Kodi. Di awal pemekaran, pemerintah setempat masih
memproses pembentukan lembaga-lembaga salah satunya ialah Dinas Pariwisata.
Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya sendiri berdiri sejak tahun 2009. Dan
kegiatan Pasola sendiri masuk dalam agenda tahunan Dinas Pariwisata sejak tahun
2010. Sebelum tahun 2010, yakni di tahun 2007-2009, pelaksanaan Tradisi Pasola
belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah setempat karena pada saat itu
belum ada lembaga pemerintahan yang bertanggungjawab untuk memberikan
dukungan dalam pelaksanaan Tradisi Pasola.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pelaksanaan Tradisi Pasola tidak
luput dari dukungan dari pemerintah setempat. Hal itu dapat dilihat ketika Tradisi
Pasola dimasukkan dalam agenda tahunan dari Dinas Pariwisata Sumba Barat
Daya. Disini akan ditulis agenda tahunan dari Dinas Pariwisata sejak tahun 2010-
2014, yang salah satu didalamnya terdapat pelaksanaan Tradisi Pasola. Sebelum
membahas tentang keterlibatan pemerintah dalam pelaksanaan Tradisi Pasola, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
harus mengetahui terlebih dahulu agenda tahunan dari Dinas Pariwisata Sumba
Barat Daya.
4.2. Agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya dari tahun
2010-2014.
4.2.1. Agenda Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (2010)
Tabel 5.
Agenda tahunan dari Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2010.
4.2.2. Agenda Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (2011)
Tabel 6.
Agenda tahunan dari Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2011.
No Agenda Tahun 2011
1 Lomba Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) tingkat Nusa Tenggara Timur.
2 Program pengembangan kemitraan pembentukan forum koordinasi
pariwisata Sumba Barat Daya.
3 Program pengembangan kemitraan pembentukan forum koordinasi
pariwisata Sumba Barat Daya.
No Agenda Tahun 2010
1
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata (kegiatan pembinaan dan
pelestarian event-event wisata unggulan).
2 Program pengembangan destinasi pariwisata (kegiatan penyelenggaraan
lomba kelompok sadar wisata tingkat kabupaten dan provinsi).
3 Program pengembangan pemasaran pariwisata
4 Program Pengembangan Kemitraan (sosialisasi sadar wisata).
5 Pengelolaan keragaman budaya (penyelenggaraan atraksi budaya daerah).
6
Pengelolaan kekayaan budaya
- Kegiatan penyelenggaraan lomba vocal group Lagu Daerah Nusa
Tenggara Timur.
- Kegiatan pengelolaan pengembangan pelestarian peninggalan sejarah
purbakala, museum peninggalan bawah air.
7 Pengembangan nilai budaya (kegiatan pemberian dukungan, penghargaan
dan kerjasama di bidang budaya).
8 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
9 Kegiatan festival budaya Pasola
10 Program pelayanan administrasi perkantoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4 Pembuatan RIPPDA (Rencana Induk Pembangunan Parawisata Daerah)
5 Program pengembangan destinasi pariwisata pembinaan dan pelestarian
event - event wisata unggulan.
6 Kegiatan pengembangan promosi pemasaran.
7 Kegiatan jambore pariwisata se Nusa Tenggara Timur.
8 Kegiatan pagelaran budaya Sumba ke XII.
9 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
10 Program pelayanan administrasi perkantoran.
4.2.3. Agenda Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (2012)
Tabel 7.
Agenda tahunan dari Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2012.
4.2.4. Agenda Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (2013)
Tabel 8.
Agenda tahunan dari Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2013.
No Agenda Tahun 2012
1 Program pengembangan kemitraan (pelaksanaan koordinasi pembangunan
kemitraan pariwisata).
2
Program pengembangan destinasi pariwisata
- Kegiatan festival budaya Pasola.
- Kegiatan pemberian dukungan kegiatan Pasola dan Wulla Podu.
- Peningkatan sarana prasarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus).
- Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.
3
Program pengembangan pemasaran pariwisata
- Kegiatan jambore pariwisata.
- Pengembangan promosi pemasaran pariwisata.
4
Program pengelolaan keragaman budaya
- Kegiatan festifal kesenian daerah tingkat provinsi.
- Kegiatan pagelaran budaya Sumba ke XIII.
5
Program pengelolaan kekayaan budaya
- Kegiatan pengelolaan dan pengembangan pelestarian, peninggalan
sejarah purbakala, museum dan peninggalan bawah air.
- Penyelenggaraan lomba vocal group dan pop singer lagu daerah.
6
Peningkatan sarana dan prasarana aparatur
- Pengadaan perlengkapan gedung kantor.
- Pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan / operasional.
7 Program pelayanan administrasi perkantoran
No Agenda Tahun 2013
1 Program pelayanan administrasi perkantoran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4.2.4. Agenda Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya (2014)
Tabel 9.
Agenda tahunan dari Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2014.
No Agenda Tahun 2014
1 Program pelayanan administrasi perkantoran.
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
3
Program pengembangan pemasaran pariwisata.
- Kegiatan pelaksanaan promosi pariwisata nusantara di dalam dan
di luar negeri.
- Kegiatan jambore pariwisata.
- Kegiatan pengadaan Pusat Informasi Pariwisata (Tourist
Information Center).
4
Program pengelolaan kekayaan budaya
- Kegiatan pengelolaan dan pengembangan pelestarian peninggalan
sejarah purbakala, museum dan peninggalan bawah air.
- Kegiatan lomba Lagu Daerah Nusa Tenggara Timur tingkat
SMA/SMK se-Kabupaten Sumba Barat Daya.
5
Program pengembangan destinasi pariwisata
- Kegiatan festival budaya Pasola
- Kegiatan pemberian dukungan kegiatan Pasola dan Wulla Podu
- Kegiatan pembuatan master plan tempat obyek wisata
6 Program pengelolaan keragaman budaya
Kegiatan pagelaran seni budaya.
2 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur (pemeliharaan rutin/ berkala
kendaraan / operasional).
3
Program pengelolaan kekayaan budaya
- Kegiatan pengelolaan dan pengembangan pelestarian, peninggalan
sejarah purbakala, museum dan peninggalan bawah air.
- Penyelenggaraan Lomba Vocal Group Anggur Merah Antar
SMA/SMK tingkat provinsi.
4
Program pengelolaan keragaman budaya
- Kegiatan Festifal kesenian daerah tingkat provinsi.
- Kegiatan Pagelaran Budaya Sumba ke XIII.
5
Program pengembangan pemasaran pariwisata
- Kegiatan jambore pariwisata.
- Pengembangan promosi pemasaran pariwisata.
6
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
- Kegiatan festival budaya Pasola.
- Kegiatan pemberian dukungan kegiatan Pasola dan Wulla Podu.
- Peningkatan sarana prasarana MCK (Mandi, Cuci Kakus).
- Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.
7 Program pengembangan kemitraan (Pelaksanaan Koordinasi
Pembangunan Kemitraan Pariwisata)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kegiatan penyelenggaraan lomba Duta Wisata.
Kegiatan Pengadaan Peralatan Kesenian Bagi Sanggar -
Sanggar Tari.
7
Program pengembangan kemitraan
- Kegiatan pelaksanaan koordinasi pembangunan kemitraan
pariwisata.
- Kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan
profesionalisme bidang pariwisata.
- Kegiatan pelatihan desa wisata.
Jika dilihat dari agenda tahunan Pemerintah Dinas Pariwisata Sumba Barat
Daya dari tahun 2010-2014, dapat ketahui bahwa sejak tahun 2010 Pemerintah
Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya sudah mulai memperhatikan pelaksanaan
Tradisi Pasola. Hal tersebut dapat dilihat ketika kegiatan atau pelaksanaan Tradisi
Pasola telah dimasukkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya
dalam kegiatan atau agenda tahunan lembaga tersebut.
Dengan dimasukkannya pelaksanaan Tradisi Pasola dalam agenda atau
kegiatan tahunan Dinas Pariwisata, pelaksanaan Tradisi Pasola dapat dikatakan
sudah menjadi salah satu kegiatan atau tradisi yang harus terus perhatikan, dijaga,
dan dilestarikan baik oleh masyarakat setempat maupun pemerintah, khususnya
Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya.
4.3. Keterlibatan dan peran pemerintah sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan
Tradisi Pasola.
Pelaksanaan Tradisi Pasola tidak luput dari peran pemerintah yang sering
ikut andil untuk memperlancar acara tersebut. Kehadiran pemerintah diawali dari
persiapan hingga selesainya pelaksanaan Tradisi Pasola. Keterlibatan pemerintah
dalam hal ini ialah sebagai pemberi dukungan, memberikan masukan atau pikiran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sebagai fasilitator dalam pelaksanaan Tradisi Pasola serta membantu para Rato
Adat dalam mengevaluasi setelah pelaksanaan Tradisi Pasola. Keterlibatan
pemerintah sebagai pemberi dukungan, memberikan masukan atau pikiran
biasanya dilakukan di awal persiapan Tradisi Pasola. Keterlibatan pemerintah
sebagai fasilitator biasanya dilakukan saat persiapan, pelaksanaan dan penutupan
Tradisi Pasola. Sedangkan keterlibatan pemerintah dalam membantu para Rato
Adat untuk mengoreksi atau menilai acara tersebut biasanya dilakukan setelah
pelaksanaan Tradisi Pasola. Keterlibatan atau peran pemerintah sendiri dibagi
menjadi tiga bagian yakni: keterlibatan atau peran pemerintah sebelum
pelaksanaan Pasola, keterlibatan atau peran pemerintah selama pelaksanaan
Tradisi Pasola dan keterlibatan atau peran pemerintah sesudah pelaksanaan
Tradisi Pasola.
4.3.1. Keterlibatan atau Peran Pemerintah Sebelum Pelaksanaan Tradisi Pasola.
Keterlibatan pemerintah dalam persiapan pelaksanaan Tradisi Pasola
dimaksudkan agar membantu para Rato Adat. Biasanya sebelum pelaksanaan
Tradisi Pasola, para Rato Adat akan mengadakan pertemuan guna untuk
menentukan kapan pelaksanaan Tradisi Pasola. Para Rato Adat biasanya
mengundang pemerintah untuk ikut andil dalam mempersiapkan segala hal untuk
memperlancar pelaksanaan Tradisi Pasola. Para Rato Adat akan menyebarkan
undangan kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk menghadiri rapat
bersama yang dilaksanakan oleh para Rato Adat. Selain pemerintah, para Rato
Adat juga mengundang anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan sektor keamanan lainnya yakni
Pertahanan Sipil (Hansip).
Institusi-institusi itu diundang untuk membicarakan tentang keamanan dan
pelaksanaan Tradisi Pasola. Dalam pertemuan itu, dibahas berbagai hal yang perlu
dipersiapkan sebelum pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung. Setelah
sebelumnya para Rato Adat menentukan jadwal pelaksanaan Tradisi Pasola.
Karena yang berhak menentukan pelaksanaan Pasola adalah para Rato Adat.30
Kegiatan lain yang dibantu oleh pemerintah, sebelum pelaksanaan Pasola
adalah menyebarkan pengumuman kepada masyarakat umum tentang waktu
pelaksanaan Tradisi Pasola. dengan tujuan agar orang di luar wilayah Kodi
mengetahui waktu pelaksanaan Tradisi Pasola. Alat yang dipergunakan untuk
mengumumkan kegiatan ini adalah dengan membuat poster dan
mempromosikannya melalui media cetak yakni dengan memasang baliho atau
spanduk di tempat-tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, dan pasar.
Pemerintah juga harus menyiapkan tenda-tenda untuk para tamu
undangan, tribun, dan juga menyiapkan tempat untuk para tim medis. Para tim
medis dapat membantu jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya
ada yang terluka terkena tombak, terjatuh dari kuda tunggangan, dan lain-lain, di
situ ada peran kesehatan, ada ambulans yang siap siaga dengan dokter dan
30 Wawancara dengan bapak Christofel Horo tanggal 28 Januari 2020 di Kantor
Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
perawatnya dan berbagai kapasitas P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
yang memadai.31
4.3.2. Keterlibatan atau Peran Pemerintah Selama Pelaksanaan Tradisi Pasola.
Sesudah penentuan pelaksanaan Tradisi Pasola dan menyiapkankan segala
hal, pelaksanaan Tradisi Pasola dapat dilaksanakan. Selama pelaksanaan Tradisi
Pasola, keterlibatan atau peran pemerintah juga sangat dibutuhkan. Dalam hal ini
pemerintah akan membantu Rato Adat dan masyarakat setempat serta para
penonton dengan cara memfasilitator pelaksanaan Tradisi Pasola. Pemerintah
biasanya akan mempersiapkan makanan dan minuman bagi orang-orang yang
membutuhkan disaat pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung. Pemerintah juga
ikut andil dalam melayani tamu dengan cara memberikan komsumsi kepada
masyarakat yang datang untuk menyaksikan Tradisi Pasola. Selain itu pemerintah
juga memfasilitasi dengan cara membangun tenda-tenda bagi para tamu undangan
dan juga mempersiapkan tim medis yang dapat membantu jika ada dari penonton
yang memerlukan bantuan tim medis.
Selain memfasilitasi, saat pelaksanaan Tradisi Pasola pemerintah juga
melihat apa saja yang kurang dan apa saja yang harus ditindaklanjuti. Pemerintah
juga memposisikan diri secara publik, melihat apa yang berkembang selama
Pasola. Jika penonton setiap tahunnya mengalami kenaikan, maka peran
pemerintah sangat dibutuhkan dengan cara memberikan tambahan fasilitas, baik
31 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
melalui pemerintah daerah maupun kementrian lembaga yang mempunyai
hubungan kerja.
4.3.3. Keterlibatan atau Peran Pemerintah Setelah Pelaksanaan Tradisi Pasola.
Setelah pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung, biasanya para Rato Adat
akan melakukan evaluasi bersama guna untuk melihat dan menilai apa saja yang
kurang atau yang perlu ditambahkan saat pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung.
Menurut penjelasan dari Christofel Horo, saat melakukan evaluasi, para Rato Adat
juga mengundang pemerintah untuk melihat dan menilai bersama apa saja yang
kurang dan yang perlu ditambahkan saat pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung.
Dalam evaluasi bersama, para Rato Adat dan pemerintah akan membahas tentang
keadaan selama Tradisi Pasola berlangsung, apakah selama pelaksanaan Tradisi
Pasola masih ada yang perlu ditambahkan atau tidak guna untuk mempersiapkan
pelaksanaan Tradisi di tahun berikutnya agar lebih baik lagi dari tahun
sebelumnya. Diundangnya pemerintah dalam evaluasi bersama itu agar
pemerintah juga dapat mengetahui apa saja yang perlu ditambahkan sehingga di
tahun berikutnya, pemerintah dapat membantu lebih banyak lagi dalam hal
memfasilitator para penonton dan juga para tamu undangan yang datang untuk
menyaksikan pelaksanaan Tradisi Pasola.32
32 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4.4. Anggaran tahunan pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat
Daya untuk pelaksanaan Tradisi Pasola tahun 2010-2014.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang, kelompok, masyarakat
umum, lembaga dan lain sebagainya setidaknya membutuhkan biaya untuk
digunakan dalam memperlancar acara tersebut. Begitu halnya dengan pelaksanaan
Tradisi Pasola. Pelaksanaan Tradisi Pasola sendiri membutuhkan biaya guna
untuk kelancaran acara tersebut.
Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, pemerintah
benar-benar terlibat dan mulai ikut andil dalam pelaksanaan Tradisi Pasola sejak
tahun 2010. Namun, seiring berjalannya waktu, pemerintah akhirnya mau terlibat
dan ikut andil dalam pelaksanaan Tradisi Pasola. Pemerintah yang ikut andil ialah
Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya. Biasanya Dinas Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya memfasilitasi pelaksanaan tersebut dengan cara
memberikan honorarium untuk panitia, belanja kebutuhan spanduk atau baliho,
alat dokumentasi, bahan makanan dan minuman, instruktur atau narasumber, dan
juga pakaian seragam. Berikut anggaran dana yang diberikan oleh pemerintah
Dinas Pariwisata dari tahun 2010-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 10
Anggaran dana untuk pelaksanaan Tradisi Pasola dari tahun 2010-2014
Sumber: Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya
Belanja Dokumentasi /
bahan dokumentasi
1,160,000 * Belanja Spanduk /
Pengadaan Spanduk
2,500,000 * Honorarium panitia
pelaksana kegiatan
19,000,000 * Honorarium panitia pelaksana
kegiatan19,000,000
Honorarium Panitia Pelaksana
Kegiatan
15,900,000
Belanja Spanduk/Bahan
Spanduk
1,500,000 * Belanja Bahan
Dokumentasi
2,300,000 * Honorarium Tenaga Ahli /
Instruktur / Narasumber
15,000,000 * Honorarium Tenaga Ahli /
Instruktur / Narasumber15,000,000
Belanja Spanduk/Baliho/papan
reklame/informasi/Umbul-
12,000,000
* Belanja
spanduk/baliho/dekorasi8,100,000 * Belanja
spanduk/balihodekorasi8,100,000
Belanja Dokumentasi 1,550,000
* Belanja Dokumentasi 2,600,000 * Belanja Dokumentasi 2,600,000 Belanja Makanan & Minuman Rapat 4,650,000
* Belanja Makanan dan
Minuman Rapat 5,625,000
* Belanja Makanan dan
Minuman Rapat5,625,000
Belanja Pakaian Olahraga 7,500,000
* Belanja pakaian seragam
kegiatan 6,000,000
* Belanja pakaian seragam
kegiatan6,000,000
Jumlah Keseluruhan
2014NAMA KEGIATANNO
Pemberian dana untuk
pelaksanaan Tradisi
Pasola
1
2010 2011 2012 2013
4,500,000
2.660.000 4.800.000 63.765.000 63.765.000 46.100.000
* Belanja Makanan dan
Minuman Rapat7,440,000
* Belanja Makanan dan
Minuman Rapat7,440,000
Belanja Makanan & Minuman
Kegiatan
TAHUN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010, Pemerintah
Dinas Pariwisata sudah ikut andil atau terlibat dalam pelaksanaan Tradisi Pasola.
Salah satu bentuk keikutsertaan atau keterlibatan pemerintah Dinas Pariwisata
ialah memberikan dukungan dengan memfasilitasi pelaksanaan Tradisi Pasola
dengan cara memberikan dana atau anggaran untuk pelaksanaan Tradisi Pasola.
Dengan memberikan dana atau anggaran saat pelaksanaan Tradisi Pasola, artinya
dimata pemerintah, Tradisi Pasola adalah salah satu kegiatan yang harus didukung
agar pelaksanaan itu berjalan dengan baik.
4.5. Dampak pelaksanaan Tradisi Pasola di mata pemerintah Dinas Pariwisata
Sumba Barat Daya.
Dalam benak dan pundak pemerintah tidak pernah terpikirkan tentang
kerugian yang diperoleh ketika pelaksanaan Pasola berlangsung. Yang ada
hanyalah spirit menuju masa depan Sumba di atas berbagai potensi, salah satunya
ialah Tradisi Pasola sebagai potensi yang menjanjikan. Menurut Christofel Horo
(Kepala Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya) keuntungan yang didapatkan dari
pelaksanaan Pasola ialah masyarakat dapat menikmati sesuatu yang dapat
berdampak bagi masyarakat setempat dan juga untuk pemerintahan.
Pelaksanaan Tradisi Pasola sangat berdampak bagi masyarakat setempat.
Hal itu dapat dilihat ketika pelaksanaan Tradisi Pasola berlangsung banyak
masyarakat yang dapat berinteraksi dengan sesama, baik masyarakat lokal
maupun masyarakat yang datang atau berasal dari luar wilayah Kodi. Interaksi
dalam hal ini ialah Masyarakat Kodi yang tinggal di luar wilayah Kodi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kembali ke Kodi dan bersilahturami dengan keluarga dan sanak saudara dan juga
para tetangga, masyarakat yang awalnya belum saling mengenal, dapat saling
kenal satu dengan yang lainnya, begitu pula dengan para wisatawan. Para
wisatawan dapat mengenal masyarakat lokal dengan adanya pelaksanaan Tradisi
Pasola.
Selain itu dengan adanya pelaksanaan Tradisi Pasola banyak masyarakat
setempat maupun masyarakat yang berasal dari luar wilayah Kodi dapat berjualan,
menjajahkan hasil kerajinan, hasil tanaman, hasil anyaman kepada orang lain
maupun penonton baik yang berasal dari Kodi maupun dari luar wilayah Kodi.
Para pedagang yang menjajahkan hasil kerajinan, hasil tanaman, dan hasil
anyaman setiap tahunnya yakni dari tahun 2010-2014 tidak terhitung jumlahnya
oleh pemerintah, karena menurut Christofel Horo (Kepala Dinas Pariwisata
Sumba Barat Daya), siapapun boleh berjualan disekitar arena pelaksanaan Tradisi
Pasola, sehingga setiap tahunnya pemerintah setempat tidak menghitung jumlah
para pedagang atau penjual yang berjualan di sekitar arena pelaksanaan Tradisi
Pasola.33
Karena tidak terhitung jumlahnya, maka pendapatan dari penjualan hasil
kerajinan, hasil tanaman, dan hasil anyaman setiap tahunnya yakni dari tahun
2010-2014 tidak terhitung oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya. Namun
sejauh ini dengan adanya pelaksanaan Tradisi Pasola, masyarakat setempat dapat
33 Wawancara dengan bapak Christofel Horo tanggal 13 Juli 2020 melalui via
telefon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
menjajahkan barang hasil kerajinan, hasil tanaman, dan hasil anyaman tanpa
harus pergi ke pasar tradisional.34
Selain itu, dengan adanya pelaksanaan Tradisi Pasola banyak wisatawan
yang datang berkunjung di wilayah Sumba Barat Daya. Berikut jumlah wisatawan
yang datang berkunjung ke Sumba Barat Daya pada saat pelaksanaan Tradisi
Pasola dari tahun 2010-2014:
Tabel 11.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumba Barat Daya pada
saat pelaksanaan Tradisi Pasola dari tahun 2010-2014.
Sumber: data dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya tahun 2010-2014.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010, ketika
pelaksanaan Tradisi Pasola masuk dalam agenda tahunan Pemerintah Dinas
Pariwisata Sumba Barat Daya, Pemerintah Dinas Pariwisata juga mulai melihat
banyaknya pengunjung atau wisatawan baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang dari luar negeri (wisatawan asing) yang datang untuk menyaksikan
pelaksanaan Tradisi Pasola. Dengan adanya wisatawan yang datang untuk
menyaksikan pelaksanaan Tradisi Pasola, setidaknya Tradisi Pasola Sumba Barat
Daya dapat diketahui oleh wisatawan-wisatawan tersebut, terlebih khusus
34 Ibid.
Dalam
Negeri Asing
Dalam
Negeri Asing
Dalam
Negeri Asing
Dalam
Negeri Asing
Dalam
Negeri Asing
Jumlah 161 77 1.023 104 181 53 469 64 477 116
Jumlah
Keseluruhan
Tahun
238 1.127 234 533 448
2010 2011 2012 2013 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
wisatawan yang belum pernah menyaksikan pelaksanaan Tradisi Pasola
sebelumnya.
Dengan adanya pelaksanaan Tradisi Pasola, dampak lain yang dirasakan
ialah, pemerintah setempat juga dapat memperkenalkan tempat-tempat wisata
lainnya kepada para pendatang atau wisatawan dengan cara memasang baliho
disekitar tempat pelaksanaan Tradisi Pasola agar dapat diketahui oleh pendatang
atau wisatawaan yang berasal dari luar wilayah Sumba Barat Daya. Setelah
menyaksikan pelaksanaan Tradisi Pasola para penonton atau pendatang yang
datang untuk menyaksikan kegiatan itu dapat juga menikmati berbagai ragam
tempat wisata yang ada di wilayah Sumba Barat Daya. Sumba Barat Daya sendiri
dikenal sebagai salah satu wilayah yang mempunyai panorama pantai yang amat
banyak. Para pendatang atau wisatawan dapat memilih bepergian ke pantai-pantai
yang semuanya memiliki panorama yang sulit terlupakan. Pantai-pantai yang
dapat dikunjungi oleh para pendatang dan wisatawan yakni Pantai Watu
Maladong, Pantai Pero, Pantai Mandorak, Pantai Wainyapu, Pantai Ratenggaro,
Pantai Tanjung Karoso, Pantai Bondo Kawango, Pantai Mananga Aba, Pantai oro,
Pantai Newa dan Pantai Waikelo.35
Selain keindahan pantai para pendatang atau wisatawan juga dapat
menikmati keindahan perkampungan tradisional yang telah berdiri kokoh selama
berpuluh-puluh tahun diantaranya Kampung Wainyapu, Kampung Ratenggaro,
Kampung Mbuku Bani, Kampung Tossi, Kampung Paronambaroro, Kampung
35 Siktus Karvin. 2017. “Alasan Kenapa Kamu Harus Menyaksikan Festival
Pasola di Bulan Maret Ini” diakses dari https://phinemo.com/alasan-kenapa-kamu-
sebaiknya-menyaksikan-festival-pasola-di-pulau-sumba/ pada tanggal 14 Juni 2020 pukul
16:24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Waindimu, Kampung Toda, Kampung Bongu, Kampung Bondo Kapumbu,
Kampung Totok Kalada, Kampung Wee Lewo, Kampung Manola dan Kampung
Umbu Koba.36
Di dalam kampung-kampung tersebut terdapat rumah-rumah adat
yang di halaman depan maupun samping rumah terdapat kuburan batu yang
merupakan kubur-kubur orang-orang yang telah meninggal. Biasanya orang-orang
yang meninggal akan dikubur di halaman depan rumah atau disamping rumah-
rumah adat tersebut. Walaupun sudah memasuki masa modern, masyarakat
setempat masih melakukan hal itu yakni menguburkan mayat didepan atau
disamping rumah. Hal itulah yang menarik wisawatan luar untuk datang melihat
kubur-kubur yang terletak disekitar rumah adat masyarakat setempat.
Menurut Christofel Horo di tahun 2010-2014, tempat-tempat wisata yang
telah disebutkan diatas belum dikenakan biaya bagi para pengunjung atau
wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut. Pemerintah hanya sebatas
memperkenalkan kepada mereka agar pariwisata yang ada di wilayah Sumba
Barat Daya dikenal oleh kalangan umum, dengan cara memasang baliho ditempat
pelaksanaan Tradisi Pasola agar dapat diketahui oleh masyarakat atau kalangan
umum yang berasal dari luar wilayah Sumba Barat Daya. Jadi jika dilihat
keuntungan yang didapatkan dari segi biaya, pada tahun tersebut yakni di tahun
2010-2014, boleh dikatakan belum ada untuk Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
karena pemerintah hanya memperkenalkan wisata-wisata tersebut kepada
pendatang atau wisatawan. Sampai sekarangpun masih banyak tempat wisata yang
36 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
belum dikenakan biaya bagi para pengunjungnya. Para pengunjung masih bebas
masuk tanpa membayar karcis, parkiran dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari berbagai pulau-
pulau. Selain itu, Indonesia juga memililiki berbagai macam tradisi dan
kebudayaan dari masing-masing pulau tersebut. Salah satu pulau yang ada di
Indonesia yang memiliki berbagai macam tradisi dan kebudayaan ialah Pulau
Sumba. Pulau Sumba adalah pulau yang ada di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Pulau Sumba sendiri dikenal sebagai salah satu pulau yang kaya akan berbagai
macam tradisi dan kebudayaan. Salah satu tradisi yang ada di Pulau Sumba ialah
Tradisi Pasola. Tradisi Pasola merupakan Tradisi yang sudah ada sejak zaman
dahulu dan masih dilaksanakan hingga sekarang. Tradisi Pasola biasanya
dilaksanakan di kedua kabupaten dari empat kabupaten yang ada di Pulau Sumba,
kedua kabupaten tersebut yakni Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba
Barat Daya.
Sesuai dengan topik, pembahasan ini hanya membahas tentang Tradisi
Pasola yang ada di wilayah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Dalam
pembahasan mengenai pelaksanaan Tradisi Pasola Kodi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan Tradisi Pasola sudah ada sejak zaman dahulu dan terus
diwariskan secara turun temurun kepada anak cucu atau generasi penerusnya,
sehingga sampai saat ini pelaksanaan Tradisi Pasola masih terus dilaksanakan
oleh masyarakat setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tradisi Pasola merupakan permainan yang dilakukan oleh kedua kubu
dengan saling melempar lembing satu sama lain dengan menunggang kuda di
lapangan luas. Biasanya pelaksanaan Pasola akan dilaksanakan di bulan Februari
dan bulan Maret sesuai dengan perhitungan Rato Adat.
Tradisi Pasola sendiri diawali dengan Ritus Nyale yaitu pemungutan
Nyale atau cacing laut di sekitar pesisir pantai. Pemungutan Nyale atau cacing laut
biasanya dilakukan sebelum pelaksanaan Tradisi Pasola. Pelaksanaan Tradisi
Pasola sendiri tidak terlepas dari Ritus Nyale, karena sebelum Nyale atau cacing
laut bermunculan di sekitar pesisir pantai, maka pelaksanaan Tradisi Pasola tidak
akan dilaksanakan.
Menurut kepercayaan orang Kodi, pelaksanaan Tradisi Pasola juga
berhubungan dengan hasil panen setiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat ketika
Nyale-nyale yang bermunculan di sekitar pantai berukuran kecil, maka hasil
panen di tahun tersebut akan membuahkan hasil yang sedikit, demikian juga
sebaliknya, jika Nyale-nyale yang bermunculan berukuran besar maka hasil panen
ditahun tersebut akan membuahkan hasil yang banyak.
Pelaksanaan Tradisi Pasola juga tidak terlepas dari peran pemerintah di
dalamnya. Maksudnya ialah ketika pelaksanaan Tradisi Pasola, peran pemerintah
juga sangat dibutuhkan, yakni sebagai fasilitator. Biasanya pemerintah
memfasilitasi dengan cara memberikan bantuan dana, makanan, minuman, dan
perlengkapan lain seperti tribun, spanduk-spanduk, baliho dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Tradisi Pasola sejauh ini membawa pengaruh yang positif
baik bagi masyarakat setempat, pemerintah dan juga para pendatang baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
berasal dari luar wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya dan para wisatawan luar
negeri. Dikatakan demikian karena, dengan adanya pelaksanaan Tradisi Pasola
masyarakat setempat dapat menjual hasil tenunan mereka kepada para penonton
dan masyarakat luar, pemerintah juga dapat memperkenalkan wisata-wisata
lainnya kepada masyarakat luar dan wisatawan, dengan begitu wisata-wisata yang
ada di wilayah Sumba Barat Daya lebih dikenal oleh masyarakat luar dan
wisatawan. Selain itu juga masyaarakat luar dan wisatawan dapat mengetahui
berbagai budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Sumba Barat Daya.
khsususnya masyarakat Kodi.
5.2. Saran
Tradisi Pasola Masyarakat Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya Sejak
Pemekaran Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2007-2014, adalah salah satu
penelitian mengenai tradisi dan budaya dari sekian tradisi dan kebudayaan yang
ada di wilayah Pulau Sumba. Skripsi ini boleh dikatakan masih jauh dari kata
sempurna, karena dalam penulisan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, para pembaca diharapkan untuk menilai dan melihat apa saja yang kurang
dalam penulisan ini dan juga apa saja yang perlu dipertahankan dan yang perlu
ditambahkan. Peneliti-peneliti selanjutnya juga diharapkan lebih mendalami
tentang Tradisi Pasola yang ada di wilayah Kodi agar penulisan tentang Tradisi
Pasola kedepannya semakin baik. Semoga penulisan ini bisa bermanfaat bagi
masyarakat dan kalangan umum yang mau mengetahui tentang Tradisi Pasola
yang ada di wilayah Kodi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Daftar Pustaka
Buku :
Muji Sutrisno, dan Hendar Putranto, 2005, Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Hary Waluyo, 2011. Buku Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Jurnal :
Mashudi, dkk. “Potensi Hutan Tanaman Mahoni (Swietenia Macrophylla King)
dalam Pengendalian Limpasan dan Erosi”. Vol. 23. No.2: 259-265.
Murtina, Veronika, dkk. 2015. “Pertumbuhan Hutan Tanaman Jati (Tectona
Grandis L.f) di Kalimantan Timur”. Vol. XIV.2: 287-292.
Kuara Jangga Uma, Wilhelmus., dkk. 2018. “Makna Nyale dalam Upacara Adat
Pasola sebagai Upaya Pelestarian Budaya di Sumba Barat Nusa
Tenggara Timur”. Vol. 6. No. 2: 349.
Skripsi :
Inya Mone Rambadeta, Chaterina. 2017. “Pasola (Studi-Teologi Terhadap Ritus
Pasola Menurut Gereja Kristen Sumba, Sumba Barat)”, Skripsi, Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Eka Yuliyani,. 2010. “Makna Tradisi “Selamatan Petik Pari” Sebagai Wujud
Nilai- nilai Religius Masyarakat Desa Petungsewu Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang”, Skripsi, Malang: Universitas Negeri Malang.
Artikel :
Konda, Andryan Goodlife Irsan. 2018. “Perancangan Buku Cerita Bergambar
Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-usul Tradisi Pasola”, Artikel
Ilmiah, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Tesis :
Lero, Samuel Bora. 2018. “Strategi Pemerintah Daerah dalam Mengatasi Konflik
Budaya Pasola (Studi Tentang Kebudayaan Pasola di Desa Wainyapu K
Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tenggara Timur. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “Apmd” Yogyakarta.
Leyloh, Yendri A.H. Yetti. 2007. Identitas Penganut Agama Marapu Berhadapan
dengan Gereja dan Program Pariwisata di Sumba Barat. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Website :
https://mello.id/mengapa-indonesia-disebut-negara-kepulauan/
http://repository.upy.ac.id/142/1/Jurnal%20%20Yulita%20Tamo%20Inna.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu- pengetahuan-budaya/ https://www.kompasiana.com/rofinusdkaleka/5a6d8e68cf01b465873c4d22/menge nal-tradisi-ritus-nale-di-kodi-sumba?page=1
Katalog:
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumba Barat Daya. 2014. “Registrasi
Penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya 2014”, Katalog
BPS2101005.517 diakses
darihttps://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZmE0NjI5ZjIzZDdlZmExZjgzNWZlNDIz&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxNC8xMC8xMC9mYTQ2MjlmMjNkN2VmYTFmODM1ZmU0MjMvcmVnaXN0cmFzaS1wZW5kdWR1ay1rYWJ1cGF0ZW4tc3VtYmEtYmFyYXQtZGF5YS0yMDE0Lmh0bWw%3D&twoadfno
arfeauf=MjAyMC0wMy0yMSAxNzo0MTowNQ%3D%3D pada tanggal 21
Maret 2020 pukul 17:44.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Sumba Barat
Daya dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102000.5317 diakses dari http://sbdkab.go.id/sbdku/Kabupaten%20Sumba%20Barat%20Daya%20Dalam
%20Angka%202019%20-%20Kominfo.pdf pada tanggal 10 Maret 2020 pukul
10.51.
Kerja Sama BPS Kabupaten Sumba Barat Daya dan BAPPEDA Kabupaten
Sumba Barat Daya. 2010. “Sumba Barat Daya Dalam Angka, Sumba
Barat Daya In Figures 2010”, Katalog BPS 1403.5317, diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=M2JkN2RlZjliODc1MzBkNzI5ZWE0YTJj&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxMS8wMS8xNy8zYmQ3ZGVmOWI4NzUzMGQ3MjllYTRhMmMva2FidXBhdGVuLXN1bWJhLWJhcmF0LWRheWEtZGFsYW0tYW5na2EtdGFodW4tMjAxMC5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAy
MC0wNC0yMyAxMjoxNjo0MA%3D%3D pada tanggal 19 April 2020 pukul
17.30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Kodi
dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317020, diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=Yzk4YjlmN2IxMzk5ZjlkOGNkYzhlMmFi&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi9jOThiOWY3YjEzOTlmOWQ4Y2RjOGUyYWIva2VjYW1hdGFuLWtvZGktZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfe
auf=MjAyMC0wNC0yOCAxMjoyNDo0Ng%3D%3D pada tanggal 28 April 2020
pukul 12:27.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Kodi
Balaghar dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317011, diakses
dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OTQyY2M2MTg5OWZmMmU4MTg4MDBhYTky&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi85NDJjYzYxODk5ZmYyZTgxODgwMGFhOTIva2VjYW1hdGFuLWtvZGktYmFsYWdoYXItZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCA
xMjoyODo1OQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:30.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Kodi
Bangedo dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317010, diakses
dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OWRmMjc5ODY3MDRlMTA1ZGI4NmI1ZjQ0&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi85ZGYyNzk4NjcwNGUxMDVkYjg2YjVmNDQva2VjYW1hdGFuLWtvZGktYmFuZ2Vkby1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE5Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0y
OCAxMjozMjo1MQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:33.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Kodi
Utara dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317030 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MWEwMTc3N2UwZTQ4MjRjOTg0NzZlZDEy&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi8xYTAxNzc3ZTBlNDgyNGM5ODQ3NmVkMTIva2VjYW1hdGFuLWtvZGktdXRhcmEtZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAxMjo
zNTozMQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:36.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Kota
Tambolaka dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317081 diakses
dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=M2JmMDhiZmFiNTliMGMxYmFjYjk4YWVl&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi8zYmYwOGJmYWI1OWIwYzFiYWNiOThhZWUva2VjYW1hdGFuLWtvdGEtdGFtYm9sYWthLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMTkuaHRtbA%3D%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0
wNC0yOCAxMjozNzozNQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Loura
dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317080 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZjA3ODMxNmU3YTgyN2QxOTY3ZjMwY2Q2&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi9mMDc4MzE2ZTdhODI3ZDE5NjdmMzBjZDYva2VjYW1hdGFuLWxvdXJhLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMTkuaHRtbA%3D%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAxMjo
0MToyMg%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:41.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Wewewa
Barat dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317050 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NDc1ZTVhNTk2ZTQyODlmZGQ4YjI0Mjhj&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi80NzVlNWE1OTZlNDI4OWZkZDhiMjQyOGMva2VjYW1hdGFuLXdld2V3YS1iYXJhdC1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE5Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAx
Mjo0Mzo1MQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:44.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Wewewa
Selatan dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317040 diakses
dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZDAzYTZjMzk3MTljMmZiNWNlMzgwNzA1&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi9kMDNhNmMzOTcxOWMyZmI1Y2UzODA3MDUva2VjYW1hdGFuLXdld2V3YS1zZWxhdGFuLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMTkuaHRtbA%3D%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC
0wNC0yOCAxMjo0NzowNQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul
12:47.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Wewewa
Tengah dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317061 diakses
dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MjlkYWRlZTk2NWNiOWRlNDJmOTc2NGE4&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi8yOWRhZGVlOTY1Y2I5ZGU0MmY5NzY0YTgva2VjYW1hdGFuLXdld2V3YS10ZW5nYWgtZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAx
Mjo1MToxNA%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:51.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Wewewa
Timur dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317060 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=Y2I1ZGRiMTUwZmMxNDdiNTJkMmI4N2Uz&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi9jYjVkZGIxNTBmYzE0N2I1MmQyYjg3ZTMva2VjYW1hdGFuLXdld2V3YS10aW11ci1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE5Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAx
Mjo1NTowMA%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2019. “Kecamatan Wewewa
Utara dalam Angka 2019”, Katalog BPS 1102001.5317070 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OGEzNDY5OWNkMzg2N2FhZjdkY2U5NzBh&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxOS8wOS8yNi84YTM0Njk5Y2QzODY3YWFmN2RjZTk3MGEva2VjYW1hdGFuLXdld2V3YS11dGFyYS1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE5Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0y
OCAxMjo1NjoxMQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 12:58.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2008. “Sumba Barat Daya
dalam Angka 2008”, Katalog BPS 1403.5317 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YmY2ZTlkMDE3MTVmOTgwZjYyMmU4OGU4&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAwOS8wMy8xMC9iZjZlOWQwMTcxNWY5ODBmNjIyZTg4ZTgva2FidXBhdGVuLXN1bWJhLWJhcmF0LWRheWEtZGFsYW0tYW5na2EtdGFodW4tMjAwOC5odG1s&twoadfnoarfeauf=
MjAyMC0wNC0yOCAxMzowMTowOQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020
pukul 13:03.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2009. “Sumba Barat Daya
dalam Angka 2009, Katalog BPS 1403.5317 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OTU2ZTQ0ZjUwODBkY2Y0ZjY5MzUzNGRj&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxMC8wMy8wOC85NTZlNDRmNTA4MGRjZjRmNjkzNTM0ZGMva2FidXBhdGVuLXN1bWJhLWJhcmF0LWRheWEtZGFsYW0tYW5na2EtdGFodW4tMjAwOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=Mj
AyMC0wNC0yOCAxMzowNjowMA%3D%3D pada tanggal 28 April 2020
pukul 13:07.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2011. “Sumba Barat Daya
dalam Angka 2011, Katalog BPS 1403.5317 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=OTcyMmYwMDA5OWE0M2IwNmI4MGI5ODJk&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAwMC8wMS8wMS85NzIyZjAwMDk5YTQzYjA2YjgwYjk4MmQvc3VtYmEtYmFyYXQtZGF5YS1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDExLmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAxM
zoxMToyNA%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 13:12.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2013. “Registrasi Penduduk
Kabupaten Sumba Barat Daya 2013”, Katalog BPS 1102001.5317
diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NjI5YWJkZmE4NTY3NGY5NTNlZDU5YWI3&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxMy8wOC8xNi82MjlhYmRmYTg1Njc0Zjk1M2VkNTlhYjcvc3VtYmEtYmFyYXQtZGF5YS1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDEzLmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yOCAxMzoxNDox
NQ%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 13:17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya. 2015. “Sumba Barat Daya
dalam Angka 2015, Katalog BPS 1102001.5317 diakses dari https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MjE1M2FkNjVjZmU2YjUzNTllYjg0N2E5&xzmn=aHR0cHM6Ly9zdW1iYWJhcmF0ZGF5YWthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAxNS8xMS8wOS8yMTUzYWQ2NWNmZTZiNTM1OWViODQ3YTkva2FidXBhdGVuLXN1bWJhLWJhcmF0LWRheWEtZGFsYW0tYW5na2EtMjAxNS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC
0yOCAxMzoxOTowNw%3D%3D pada tanggal 28 April 2020 pukul 13:20.
Daftar Narasumber
No Nama Usia Pekerjaan Alamat
1 Rofinus D Kaleka 51
tahun
Kepala Bagian Humas
Kabupaten Sumba
Barat Daya.
Tana Kombuka,
Kaliki Kambe,
Wewewa Barat
2 Daniel Deta Dawa 38
tahun
Petani Hombatana
3 Rahel Ranggalota 56
tahun
Petani Kampung Toda,
Kodi, Sumba
Barat Daya.
4 Christofel Horo 52
tahun
Kepala Dinas
Pariwisata Sumba Barat
Daya.
Waikabubak,
Sumba Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran
Lampiran 1. Masyarakat setempat mencari dan memungut Nyale di sekitar pesisir
pantai.
Sumber : Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
Lampiran 2: Nyale atau cacing laut yang dipungut dan dapat dimakan oleh
masyarakat setempat.
Sumber: Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 3. Foto bersama dengan salah satu peserta yang mengikuti pelaksanaan
Tradisi Pasola.
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika pelaksanaan Tradisi Pasola pada
tanggal 18 Februari 2020.
Lampiran 4. Gambar diatas menunjukkan salah satu kubu dari kedua kubu yang
yang sedang bersiap-siap untuk melakukan perlawanan terhadap kubu lawannya.
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika pelaksanaan Tradisi Pasola pada
tanggal 18 Februari 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 5. Seorang peserta yang sedang mengaju kudanya dengan memegang
sebuah lembing.
Sumber: Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
Lampiran 6. Seorang peserta yang terkena lemparan lembing dari kubu lawan.
Sumber: Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 7. Para peserta dari kedua belah kubu saling melempar lembing satu
sama lainnya.
Sumber: Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
Lampiran 8. Para penonton yang berdiri di sekeliling lapangan untuk menyaksikan
pelaksanaan Tradisi Pasola.
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika pelaksanaan Tradisi Pasola pada
tanggal 18 Februari 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 9. Pertemuan para Rato Adat dan pemerintah sebelum pelaksanaan
Tradisi Pasola. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya (foto
kedua dari kanan) beserta rombongan mengadakan pertemuan dengan para Rato
Adat.
Sumber: Foto dari Dinas Pariwisata Sumba Barat Daya
Lampiran 10. Wawancara dengan bapak Daniel Data Dawa selaku masyarakat
Kodi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika melakukan wawancara pada tanggal 22
Januari 2020.
Lampiran 11. Wawancara dengan ibu Rahel Ranggalota selaku masyarakat Kodi.
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika melakukan wawancara pada tanggal 27
Januari 2020.
Lampiran 12. Bapak Rofinus D Kaleka selaku pengamat kebudayaan.
Sumber: Foto dari Bapak Rofinus D. Kaleka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 13. Wawancara dengan Christofel Horo selaku kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Sumba Barat Daya.
Sumber: Foto dari peneliti, diambil ketika melakukan wawancara pada tanggal 28
Januari 2020.
Lampiran 14. Contoh poster jadwal pelaksanaan Tradisi Pasola
Sumber: Foto dari Narasumber Roni Nudu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI