total anomalous pulmonary venous cennection

11
TOTAL ANOMALOUS PULMONARY VENOUS CENNECTION Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC) merupakan kelaianan congenital vena pulmonaris yang seluruhnya melakukan koneksi ke sirkulasi vena sistemik, bukan ke atrium kiri. Vena-vena tersebut dapat bergabung membentuk vena pulamonaris komunis, atau dapat secara terpisah; vena-vena ini memiliki drainase ke vena sistemik atau langsung ke atrium kanan. Di dalam salurannya bias terjadi obstruksi, bisa juga tidak. Ketika salah satu saja vena pulmonaris ini memiliki sirkulasi normal, sedangkan sisanya memiliki sirkulasi yang anomaly, disebut sebagai PAPVC (dijelaskan pada bagian sebelumnya). TAPVC terjadi pada 1% hinga 5% dari keseluruhan penyakit jantung bawaan dan memerlukan pembedahan segera. Angka kejadiannya sekitar 6 hingga 7 kasus per 100.000 kelahiran. Tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan pada sebagian besar tipe TAPVC ini; akan tetapi, ketika vena pulmonaris memiliki drainase ke vena porta, terjadi perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, yang dimana pada laki-laki memiliki perbandinga 3:1 hingga 4:1. Sekitar satu pertiga pasien dengan TAPVC memiliki hubungan yang erat dengan terjadinya malformasi kardiovaskular, sedangkan dua pertiganya dengan defek yang

Upload: donie

Post on 31-Dec-2014

129 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

TOTAL ANOMALOUS PULMONARY VENOUS CENNECTION

Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC) merupakan kelaianan congenital

vena pulmonaris yang seluruhnya melakukan koneksi ke sirkulasi vena sistemik, bukan ke

atrium kiri. Vena-vena tersebut dapat bergabung membentuk vena pulamonaris komunis,

atau dapat secara terpisah; vena-vena ini memiliki drainase ke vena sistemik atau langsung

ke atrium kanan. Di dalam salurannya bias terjadi obstruksi, bisa juga tidak. Ketika salah

satu saja vena pulmonaris ini memiliki sirkulasi normal, sedangkan sisanya memiliki

sirkulasi yang anomaly, disebut sebagai PAPVC (dijelaskan pada bagian sebelumnya).

TAPVC terjadi pada 1% hinga 5% dari keseluruhan penyakit jantung bawaan dan

memerlukan pembedahan segera. Angka kejadiannya sekitar 6 hingga 7 kasus per 100.000

kelahiran. Tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan pada sebagian besar

tipe TAPVC ini; akan tetapi, ketika vena pulmonaris memiliki drainase ke vena porta,

terjadi perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, yang dimana pada laki-laki memiliki

perbandinga 3:1 hingga 4:1.

Sekitar satu pertiga pasien dengan TAPVC memiliki hubungan yang erat dengan

terjadinya malformasi kardiovaskular, sedangkan dua pertiganya dengan defek yang tidak

diketahui. Dari kelainan-kelaian tersebut, TAPVC paling sering disertai dengan sindrom

heterotaksi, asplenia, dan polisplenia.

Anatomi

Keadaan ini disebabkan kebocoran akibat kegagalan vena pulmonaris komunis melakuka

koneksi ke atrium kiri saat awal masa perkembangan, disertai koneksi embriologi yang

menetap antara system vena pulmonaris dengan cardinal atau system ven vitelin-umbilikal.

Klasifikasi Darling digunakan dalam menggambarkan koneksi anomaly vena pulmonaris

pada pasien dengan TAPVC. (Gambar 92-5).

Tipe 1, atau suprakardiak, terjadi pada 50% dari kasus TAPVC. Pada TAPVC tipe

ini, seluruh vena pulmonaris melintasi belakang atrium kiri jantung kemudian melakukan

Page 2: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

koneksi persisten dengan vena vertical, kemudian melakukan drainase ke vena inominata

dan pada akhirnya ke vena kava superior kanan. Pada tipe II, atau tipe kardiak, terdapat

sekitar 20% kasus TAPVC, dimana drainase vena pulmonaris terjadi pada tingkatan jantung

yang keseluruhan vena pulmonarisnya langsung terhubung ke atrium kanan atau ke sinus

koronarius. TAPVC tipe III, atau infrakardiak, terjadi pada 20% kasus TAPVC. Vena

pumonaris bergabung menjadi vena pulmonaris komunis kemudian melintas ke bawah

diafragma, dan membuat dranase ke vena porta, duktus venosus, vena hepatica, atau ke

vena kava inferior. Tipe IV, terjadi pada 10% kasus TAPVC, yang merupakan gabungan

tipe lainnya, dimana vena pulmonaris secara terpisah memiliki drainase ke sekurang-

kurangnya dua lokasi yang berbeda.

Pasien dengan TAPVC secara klinis dibagi berdasarkan ada dan tidak adanya

obstruksi pada aliran vena pulmoalis. Pasien dengan TAPVC tipe III (infrakardiak) disertai

obstruksi pada vena pulmonalisnya, dan 50 % pasien TAPVC tipe suprakardiak (tipe I)

disertai pula dengan obstruksi. Pada TAPVC tipe dua jarang disertai obstruksi. Obstruksi

yang terjadi pada pasien TAPVC, bias berasal dari luar (ekstrinsik) oleh kompresi jaringan

disekitarnya atau sumbatan dapat berasal dari dalam (intrinsic) pembuluh darahnya sendiri.

Pada vena pulmonalis komunis yang memiliki koneksi ke vena porta pada tipe infrakardiak,

kadang terjadi obstruksi aliran darah di tingkat sinusoid hepatic.

Seluruh pasien TAPVC memiliki foramen ovale baik pada pfo maupun ASD, yang

menyebabkan darah tercampur di atrium. Penghubung antar atrium ini biasanya berukuran

kecil, yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi vena pada banyak pasien. Ketika

pasien TAPVC disertai dengan sindrom heterotaksi, kelainan kardiovaskular lainnya dapat

terjadi seperti atrium septal defects, anomaly konotrunkal, atresia pulmonary, atresia mitral,

dan anomaly vena sistemik.

Fisiologi

Fisiologi abnormal pada kasus TAPVC dapat dibagi menjadi kasus yang disertai obstruksi

vena pulmonalis maupun yang tidak disertai obstruksi.

Page 3: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

PASIEN TANPA OBSTRUKSI VENA. Terkadang pasien yang tidak disertai adanya

sumbatan akan menunjukkan gejala yang lebih lambat, dan gejalanya dapat serupa dengan

ASD dengan ukuran yang lebih besar, dikarenakan hemodinamik yang terjadi memiliki

kemiripan. Keadaan pasien dengan koneksi vena yang anomaly serupa dengan pirai kiri-ke-

kanan yang berukuran besar, yang ditandai dengan peningkatan aliran darah pulmonal,

terutama setalan resistensi pembuluh darah pulmonal yang normal terjadi setelah kelahiran.

Karena keadaan ini ditandai dengan terjadinya peningkatan aliran darah pulmonal (tiga

hingga empat kali aliran sistemik), terjadi kelebihan volume di sisi kanan jantung, dan

atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri pulmonal membesar secara progresif. Jika aliran

arteri terbatas, terjadi penambahan dari tekanan yang berlebihan ini ke sisi kanan jantung

yang sebelumnya mengalami kelebihan cairan. Atrium kiri berukuran kecil, dan output

jantung kiri secara berkala akan menurun sehingga menyebabkan aliran menurun dibawah

normal.

Pasien-pasien tersebut selalu disertai ASD atau PFO uagar dapat mengalirkan darah

ke sisi kiri jantung dan sirkulasi sistemik. Pirai kecil ini meninggkatkan aliran

darah,sehingga banyak pasien memiliki saturasi 90% atau bahkan lebih dari itu dan tidak

terlihat sianotik. Pasien yang tidak disertai obstruksi memiliki penampakan klinis yang

tidak khas, dapat berupa takipneu, bayi sulit menyusu, infeksi pernapasan yang berulang,

dan pertumbuhan yang terhambat. Jantung kanan mengalami gangguan perkembangan

secara progresif dan biasanya terlihat sebelum mencapai usia 6 bulan.

Pasien yang disertai obstruksi. Ketika alirann darah vena mengalami sumbatan, aliran

darah paru terhambat, menyebabkan terjadinya hipertensi dan kongesti vena pulmonalis.

Kelebihan cairan membuat tekanan ke sisi kanan jantun, darah yang tidak adekuat ini

mencapai sisi kiri jantung sebagai output jantung untuk seluruh tubuh/sistemik,melalui

lubang kecil penghubung atrium.dikarenakan tidak adekuatnya darah yang mencapai

sirkulasi paru, terjadi oksigenasi yang tidak adekuat. Pasien-pasien ini biasa

mengalaminya ketika masa neonatal, sesaat setelah kelahiran, dengan penampakan

sianosis,kesulitan menyusu, dan kegagalan kardiorespirasi. Pada pasien ini, sianosis

disebabkan langsung oleh terbatasnya aliran darah pulmonal yang disebabkan obstruksi.

Page 4: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

Pencitraan

Echocardiografi

Echokardiografi dapat secara akurat digunakan dalammendiagnosis TAPVC pada

sebagian besar pasien, terdapat tantangan dalam menegakkan diagnosis dikarenakan

beragamnya drainase vena pulmonalis dan terbatasnya lapangan pandang dalam

melakukan penilaian terhadap anatomi vena pulmonal.Echokardiografi transesofageal dapat

sangat membantu karena letak esophagus dekat dengan atrium kiri. Temuan yang

didapat bisa berupa pembesaran jantung kanan, pembesaran arteri pulmonal, dan atrium

kiri yang kecil, tidak dapat dilihat drainase vena pulmonal ke atrium kiri. Koneksi

sistemik yang anomaly seharusnya akan tampak, dan semua yang terjadi pada aliran

vena pulmonal akan tampak, antara lain bagian atas abdomen untuk drainase pada tipe

infrakardiak. Keempat vena pulmonal harus terlihat, meskipun demikian, koneksi tipe

campuran tidak dapat disingkirkan. Dilatasi vena pulmonalis atau turbulensi aliran darah

merupakan indicator kemungkinan adanya obstruksi. Yang terakhir, yang dinilai dari

koneksi intraatrial yaitu ukuran dan restriksi aliran darah yang mungkin terjadi.

Radiografi Toraks

TAPVC yang disertai obstruksi. Pada pasien dengan obstruksi aliran vena pulmonalis,

akan terjadi kongesti vena yang berakibat edema, berbentuk difus, kabut infiltrate, dan

yang jarang terlihat yaitu garis Kerley B.Dikarenakan pnurunan aliran darah paru, aliran

darah ke jantung kiri dibawah normal, sehingga jantung biasanya mengalami pembesaran

(Gambar 92-6). Temuan lainnya dapat berupa atrofi timus, depresi diafragma, dan yang

biasa terjadi efusi pleura. Diagnosis banding utama yaitu penyakit intersisial pulmonal

difus,seperti limfangiektasis pulmonal.

TAPVC TANPA OBSTRUKSI. Dengan adanya TAPVC suprakardiak,biasanya terjadi

pelebaran mediastinum secara sekunder menyebabkan peningkatan aliran yang anomaly

pada vena vertical, vena brakhiosefalika kiri, dan vena kava superior. Pada pasien yang

tidak disertai obstruksi, vaskularisasi paru akan meningkat secara progresif, sehingga

Page 5: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

meningkatkan aliran pirai kiri-ke-kanan dan aliran darah pulmonalis semakin tinggi.

Arteri pulmonal mengalami pelebaran, dan sisi kanan jantung mengalami pembesaran,

yang menyebabkan penonjolan batas jantung kanan. Tanda ini dikenal sebagai jantung

“snowman” atau jantung “angka-8”, meskipun tipe ini biasa terlihat hanya pada pasien

usia tua (lihat gambar 92-6). Pasien dengan TAPVC sekitar jantung menunjukkan

kardiomegali yang progresif, dan peningkatan vaskularitas pulmonal. Diagnosis banding

utamanya yaitu pembesaran lain dengan pirai kiri-ke-kanan dan campuran.

Pencitraan Cross-sectional

Untuk persiapan operasi, pemeriksaan dengan menggunakan CT maupun MRI akan secara

akurat memberikan gambaran anomali vena pulmonalis dan lokasi vena tersebut

terhubung pada pasien dengan TAPVC. Kemampuan MRI dalam mendeteksi abnormalitas

vena pulmonalis yaitu 95%, dan ini lebih baik dibandingkan angiokardiografi dan

ekhokardiografi dalam satu seri pada 77 pasien menurut Masui. Vena pulmonalis bagian

atas lebih mudah dinilai dibandingkan vena pulmonalis bagian bawah,hal ini disebabkkan

vena pulmonalis bagian bawah lebih rapat dengan struktur jantung lainnya. Disamping itu,

magnetic resonance angiography tiga dimensi yang diberikan gadolinium juga membantu

pemeriksaan TAPVC, dan gambara-gambarnya dapat di format ulang ke dalam bentuk

angiogram pada bidang yang berbeda. Hubungan antara vena-vena yang anomali dengan

struktur disekitarnya lebih mudah dipahami dengan menggunakan MRA dibandingkan

angiografi jantung konvensional, kemampuan dalam pencitraan yang bersifat non invasive

merupakan kelebihannya.

CT angiografi (CTA) multidetektor dan rekonstruksi tiga dimensi sangat berguna

dalam menentukan anatomi TAPVC (Gambar92-7). Pada sebuah penelitian yang dilakukan

oleh Kim dkk. terhadap 14 pasien dengan TAPVC, CTA mampu mengidentifikasi

koneksi vena yang anomali pada semua pasien. Kemampuan menentukan lokasi vena

pulmonalis secara akurat paling baik pada bidang aksial. Ditambah lagi dengan

penyusunan ulang tiga dimensi dan melakukan format ulang terhadap gambar dalam

Page 6: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

berbagai bidang membantu menemukan kelainan anatomi dan vena yang terhubung

dengan struktur jantung.

Jadi, dapat dikatakan bahwa CTA mmiliki kemampuan ang terbtas untuk mengevalasi

anomali intrakardiak.

CT atau MRI dapat membantu dalam pemeriksaan pasien setelah pembedahan asien

TAPVC. Pencitraan cross-sectional terutama berguna dalam mengevaluasi ostruksi

persisten atau penympitan pada vena pulmonalis yang bersifat non-invasiv.

ANGIOKARDIOGRAFI

Kateterisasi jantung untuk diagnostik tidak diperlukan pada sebagian besar pasien karena

ekhokardiografi memiliki akurasi yang tinggi (lihat Gambar. 92-6). Pada pasien dengan

obstruksi, angiokardiografi harus dilakukan pada pasien jika pasien memiliki keadaan klinis

yang buruk dan memiliki resiko jika keadaan pasien semakin memburuk. Kateterisasi

jantung biasanya diperlukan hanya jika terdapat anomali jantung yang tidak dapat dinilai

dengan pemeriksaan lainnya, jika dicurigai TAPVC tipe campuran, atau jika terdapat

keterbatasan koneksi atrium melalui pengembangan balon septostomi atrium untuk

memperbaiki pencampuran darah di atrium. Akan tetapi, balon septostomi atrium jarang

digunakan, dikarenakan kebanyakan pasien langsung dioperasi.

Pembedahan

Koreksi dengan pembedahan diakukan terhadap semua pasien TAPVC secepatnya sebagai

resusitasi, dan TAPV obstruktif haru dilakukan pembedahan segera (emergensi) karena

tidak ada penanganan medis lain yang efektif. Tujuan dilakukannya koreksi dengan

pembedahan pada pasien TAPVC untuk mengalirkan darah ke atrium kiri, memperbaiki

anomali koneksi, dan menutup ASD. Pada pasien TAPVC infrakardiak atau suprakardiak,

dimana vena pulmonal yang mengalami kelainan berada di belakang atrium kiir,

anastomois berukuran besar dibuat di antara atrium kiri dan vena pulmonalis yang

mengalami anomali, dan koneksi anomali yang ke vena sistemik. Jika koneksi yang

anomali berada di sekitar jantung hingga sinus koronarius, dilakukan pengangkatan “atap”

Page 7: Total Anomalous Pulmonary Venous Cennection

sinus koronarius kemudian ASD dihubungkan ke atrium kiri; lalu dilakukan tambalan pada

ASD untuk mempertahankan aliran di sinus koronarius ke atrium kiri.

Hasil jangka panjang merupakan kelebihan yang disuka dari pembedahan ini.

Komplikasi utama pasca operasi yaitu obstruksi yang menetap atau obstruksi menjadi

progresif pada vena pulmonalis. Sekitar 10% hingga 15% pasien mengalami late

obstruction vena pulmonalis. Pada beberapa pasien, hal ini disebabkan oleh stenosis pada

vena pulmonalis yang mengalami anomali- anastomosis atrium kiri; pada pasien lain,

TAPVC yang progresif, segmen-panjang, fibrosis vena pulmonalis difus, dan penyempitan

yang terjadi sulit untuk dikoreksi mellui pembedahan dan memiliki prognosis yang buruk.

Dan juga, ketika vena pumonalis ditemukan kemudian dihubungkan dengan atrium kiri

pada koneksi tipe campuran, memiliki resiko yang tinggi terjadinya stenosis vena pasca

operasi.

GAMBAR 92-7. Penyusunan ulang tiga dimensi dari CTA pada pasien yang berbeda

dengan total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC). A, TAPVC suprakardiak

(tipe I). Vena pulmonalis yang mengalami anomaly (asterisk) terhubung ke vena vertical

yang mengalami pembesaran (tanda panah), vena brakhiosefalika, dan vena kava superior

yang membesar (kepala panah). B, TAPVC kardiak (tipe II). Vena pulmonalis yang

anomaly terhubung ke sinus koronarius (tanda panah hitam). Terdapat defek paa septum

atrium dan 085341010515