tingkat keanekaragaman jenis gastropoda pada...

16
TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA ZONA INTERTIDAL PERAIRAN KAMPUNG SUNGAI CENOT DESA MANTANG BARU KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN Sapriyan Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Ita Karlina Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Susiana Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Sapriyan. 2016. Tingkat Keanekaragaman Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Perairan Kampung Sungai Cenot Desa Mantang Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan, Skripsi, Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Ita Karlina, S.Pi, M.Si. Pembimbing II: Susiana, S.Pi, M.Si. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis gastropoda yang terdapat pada zona intertidal Perairan Kampung Sungai Cenot dengan berdasarkan indeks keanekaragaman (H’), indeks kemerataan (E) dan indeks dominansi (D). 2. Untuk mengetahui jenis-jenis gastropoda apa saja yang dapat ditemukan pada zona intertidal perairan Kampung Sungai Cenot. 3. Untuk mengetahui kondisi perairan pada setiap stasiun pengamatan dengan berdasarkan parameter fisika yang meliputi suhu dan salinitas, parameter kimia yang meliputi pH air dan oksigen terlarut (DO), serta pengamatan jenis substrat pada setiap stasiun. Metode sampling gastropoda dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan sampel tersebut menggunakan teknik garis transek (line transeck technique). Pemasangan garis transek pada setiap stasiun dilakukan dengan cara menarik garis transek tegak lurus pantai sejauh 100 meter dimulai dari bibir pantai menuju ke arah laut. Dari setiap garis transek tersebut ditempatkan plot atau petakan ukuran 1x1 meter yang berfungsi sebagai luasan area pengambilan sampel gastropoda yang berada didalam setiap plot tersebut. Jarak setiap plot sejauh 10 meter. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kategori indeks keanekaragaman pada stasiun I “Sedang”, pada stasiun II “Rendah” dan pada stasiun III “Rendah”. Kategori indeks kemerataan yang diperoleh pada stasiun I “Tinggi”, pada stasiun II “Rendah” dan pada stasiun III “Rendah”. Untuk kategori indeks dominansi pada stasiun I “Rendah”, pada stasiun II “Tinggi” dan pada stasiun III “Tinggi”. 2. Jenis gastropoda yang ditemukan sebanyak 16 jenis. Jenis yang mendominansi yaitu Strombus urceus dan Stosicia houbricki. 3. Kondisi parameter perairan yang didapat pada setiap stasiun termasuk kondisi yang masih dapat mendukung untuk kehidupan gastropoda yang terdapat pada zona intertidal perairan Kampung Sungai Cenot. Jenis substrat yang diketahui berupa pasir kasar, lumpur berpasir dan batu berpasir. Kata kunci : indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks dominansi dan Gastropoda

Upload: lammien

Post on 15-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA

PADA ZONA INTERTIDAL PERAIRAN KAMPUNG SUNGAI CENOT

DESA MANTANG BARU KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN

Sapriyan

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Ita Karlina

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Susiana

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Sapriyan. 2016. Tingkat Keanekaragaman Jenis Gastropoda Pada Zona

Intertidal Perairan Kampung Sungai Cenot Desa Mantang Baru

Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan, Skripsi, Tanjungpinang: Jurusan

Ilmu Kelautan, Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Ita Karlina, S.Pi, M.Si.

Pembimbing II: Susiana, S.Pi, M.Si.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman jenis gastropoda yang terdapat pada zona intertidal Perairan

Kampung Sungai Cenot dengan berdasarkan indeks keanekaragaman (H’), indeks

kemerataan (E) dan indeks dominansi (D). 2. Untuk mengetahui jenis-jenis

gastropoda apa saja yang dapat ditemukan pada zona intertidal perairan Kampung

Sungai Cenot. 3. Untuk mengetahui kondisi perairan pada setiap stasiun

pengamatan dengan berdasarkan parameter fisika yang meliputi suhu dan

salinitas, parameter kimia yang meliputi pH air dan oksigen terlarut (DO), serta

pengamatan jenis substrat pada setiap stasiun.

Metode sampling gastropoda dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan sampel

tersebut menggunakan teknik garis transek (line transeck technique). Pemasangan

garis transek pada setiap stasiun dilakukan dengan cara menarik garis transek

tegak lurus pantai sejauh 100 meter dimulai dari bibir pantai menuju ke arah laut.

Dari setiap garis transek tersebut ditempatkan plot atau petakan ukuran 1x1 meter

yang berfungsi sebagai luasan area pengambilan sampel gastropoda yang berada

didalam setiap plot tersebut. Jarak setiap plot sejauh 10 meter.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut: 1. Kategori indeks keanekaragaman pada stasiun I “Sedang”, pada stasiun

II “Rendah” dan pada stasiun III “Rendah”. Kategori indeks kemerataan yang

diperoleh pada stasiun I “Tinggi”, pada stasiun II “Rendah” dan pada stasiun III

“Rendah”. Untuk kategori indeks dominansi pada stasiun I “Rendah”, pada

stasiun II “Tinggi” dan pada stasiun III “Tinggi”. 2. Jenis gastropoda yang

ditemukan sebanyak 16 jenis. Jenis yang mendominansi yaitu Strombus urceus

dan Stosicia houbricki. 3. Kondisi parameter perairan yang didapat pada setiap

stasiun termasuk kondisi yang masih dapat mendukung untuk kehidupan

gastropoda yang terdapat pada zona intertidal perairan Kampung Sungai Cenot.

Jenis substrat yang diketahui berupa pasir kasar, lumpur berpasir dan batu

berpasir.

Kata kunci : indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks dominansi dan

Gastropoda

Page 2: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

THE LEVEL OF DIVERSITY GASTROPODS TYPE INTERTIDAL ZONE OF WATERS

AT THE VILLAGE RIVER SUBDISTRICT CENOT DISTRICTS MANTANG OF BINTAN

Sapriyan

Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]

Ita Karlina

Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]

Susiana

Study Programme of Aquatic Resources Management, FIKP UMRAH,

[email protected]

ABSTRACT

Sapriyan. 2016. The level of Diversity Gastropods Type Intertidal Zone of Waters

At the Village River Subdistrict Cenot Districts Mantang of Bintan,

Thesis, Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of

Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji.

Preceptor I: Ita Karlina, S.Pi, M.Si. Preceptor II: Susiana, S.Pi, M.Si.

Purpose does this research Namely : 1. To know the level of diversity of

species gastropods contained on the intertidal zone waters of Village River Cenot

with the based on diversity index (H’), evenness index (E) and dominance index

(D). 2. To find out the types gastropods anything that can be found on the

intertidal zone waters of Village River Cenot. 3. To determine the condition of

water at each station based observation with physical parameters which include

temperature and salinity, chemical parameters which include water pH and

dissolved oxygen (DO), as well as the observations of substrates at the each

station.

Sampling method gastropods in this research is purposive sampling by

dividing the locations into three stations. The use of sampling techniques transect

line (line transeck technique). Installation of line transects in each station is done

by pulling the line transect perpendicular to the coast as far as 100 meters starts

from the beach edge toward the ocean. Of each transect lines were placed plot or

plots 1x1 meter size of the area that serves as a sampling gastropods that resides in

each plot. The distance of each plot as far as 10 meters.

The results of the research that has been done can summed up as follows :

1. Category index of diversity at the station I "Medium”, at station II “Low”, and

at station III “Low”. Category index evenness that obtained at station I “High”, at

station II “Low”, and at station III “Low”. For the category dominance index at

station I “Low”, at station II “High”, and at station III “High”. 2. Type gastropods

that found as many as 16 species. The type of dominance namely Strombus urceus

and Stosicia houbricki. 3. Conditions waters parameters obtained on each station

including a condition that can still support for the life of gastropods contained on

the intertidal zone waters of Village River Cenot. The type of substrate known to

form of coarse sand.

Keywords: diversity index, evenness index, dominance index and gastropods

Page 3: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

PENDAHULUAN

Latar belakang Lingkungan wilayah pesisir

merupakan zona perairan yang mengalami

naik turunnya permukaan air laut atau dikenal

dengan istilah pasang-surut air laut, zona ini

akan tenggelam pada saat pasang dan akan

muncul kembali pada saat surut. Zona

perairan yang mengalami pasang-surut air laut

dikenal dengan zona intertidal yang

merupakan daerah terkecil dari semua daerah

yang terdapat di samudera dunia (Nybakken,

1988).

Kampung Sungai Cenot adalah bagian

dari wilayah Kecamatan Mantang, Kabupaten

Bintan. Karakteristik pantai pada daerah ini

landai serta bersubstrat pasir, lumpur dan

berbatu. Pada kawasan zona intertidal

perairan Kampung Sungai Cenot ini banyak

memberikan manfaat bagi masyarakat

setempat untuk membantu memenuhi

kebutuhan tambahan mereka. Kawasan

tersebut dijadikan sebagai tempat

pemanfaatan untuk menangkap organisme-

organisme yang memiliki nilai ekonomis.

Kegiatan penangkapan tersebut dikenal

dengan istilah “Berkarang”, kegiatan

berkarang ini dilakukan pada saat air laut

surut.

Kawasan zona intertidal pada setiap

wilayah pesisir merupakan tempat yang

memiliki keanekaragaman jenis biota yang

cukup tinggi, begitu pula pada kawasan zona

intertidal perairan Kampung Sungai Cenot

yang dijadikan sebagai tempat untuk

melakukan kegiatan penangkapan organisme

perairan oleh masyarakat setempat. Dari

kegiatan tersebut sebagian masyarakat juga

menangkap beberapa jenis organisme dari

golongan gastropoda seperti jenis siput

gonggong (Strombus turturella), ranga

(Lambis lambis) dan gonggong ayam

(Strombus urceus). Organisme tersebut

dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk

dikonsumsi atau dijual kepada konsumen lain.

Dari ketiga jenis tersebut, mungkin terdapat

jenis gastropoda lain yang hidup pada

kawasan zona intertidal perairan Kampung

Sungai Cenot, namun terbatasnya informasi

terhadap keberadaan jenis gastropoda di

wilayah Kampung Sungai Cenot ini

merupakan hal dasar pentingnya dilakukan

penelitian mengenai tingkat keanekaragaman

jenis gastropoda pada zona intertidal perairan

Kampung Sungai Cenot.

Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman jenis gastropoda

yang terdapat pada zona intertidal

Perairan Kampung Sungai Cenot

dengan berdasarkan indeks

keanekaragaman (H’), indeks

kemerataan (E) dan indeks dominansi

(D).

2. Untuk mengetahui jenis-jenis

gastropoda apa saja yang dapat

ditemukan pada zona intertidal

perairan Kampung Sungai Cenot.

3. Untuk mengetahui kondisi perairan

pada setiap stasiun pengamatan

dengan berdasarkan parameter fisika

yang meliputi suhu dan salinitas,

parameter kimia yang meliputi pH air

dan oksigen terlarut (DO), serta

pengamatan jenis substrat pada setiap

stasiun.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini untuk

memberikan informasi serta dapat dijadikan

sebagai data tambahan untuk peneliti

mengenai jenis gastropoda yang ada pada

zona intertidal Perairan Kampung Sungai

Cenot, Desa Mantang Baru, Kecamatan

Mantang, Kabupaten Bintan.

Page 4: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

april 2016 sampai bulan juli 2016, dimana

kegiatan dimulai dari tahap persiapan, kegiatan

lapangan (survei dan observasi), pengolahan data

dan penyusunan laporan akhir. Sedangkan lokasi

penelitian dilakukan pada kawasan zona intertidal

Perairan Kampung Sungai Cenot yang terdiri dari

tiga lokasi pengamatan yaitu stasiun 1, stasiun 2

dan stasiun 3.

Peta Lokasi Penelitian

Alat dan bahan penelitian

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode observasi

sistematis (Arikunto, 2010) yang merupakan

pengamatan dengan menggunakan pedoman

sebagai instrumen atau alat untuk mengamati

objek penelitian yaitu jenis-jenis gastropoda

yang berada pada kawasan zona intertidal

Perairan Kampung Sungai Cenot, Kecamatan

Mantang, Kabupaten Bintan.

Prosedur penelitian

Survei lokasi

Pengamatan ini merupakan langkah

awal untuk mengetahui gambaran lokasi

penelitian mengenai gastropoda yang

terdapat pada kawasan zona intertidal

perairan Kampung Sungai Cenot yang

merupakan tempat pemanfaatan sebagian

masyarakat untuk melakukan kegiatan

penangkapan organisme pada kawasan

tersebut. Survei lokasi dilakukan dengan

menentukan titik kordinat pada setiap stasiun

pengamatan yaitu stasiun 1, stasiun 2 dan

stasiun 3.

Penentuan lokasi sampling Gastropoda

Penentuan lokasi sampling dalam

penelitian ini dengan berdasarkan tujuan

tertentu yaitu untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman dari jenis gastropoda yang

berada pada kawasan zona intertidal perairan

Kampung Sungai Cenot dan telah

dipertimbangkan melalui survei lokasi serta

informasi dari masyarakat setempat yang

memanfaatkan kawasan tersebut sebagai

tempat penangkapan biota khususnya pada

golongan gastropoda.

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat

penyamplingan gastropoda dalam penelitian

ini dibagi menjadi tiga stasiun dengan

dibedakan berdasarkan seringnya masyarakat

yang berkunjung untuk melakukan aktivitas

penangkapan.

Page 5: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Stasiun 1 : Aktivitas penangkapan tinggi (00

45’ 46,9” LU & 1040 31’ 37,09” BT)

Stasiun 2 : Aktivitas penangkapan sedang (00

45’ 29,24” LU & 1040 31’ 8,27” BT)

Stasiun 3 : Aktivitas penangkapan rendah (00

45’ 2,89” LU & 1040 31’ 40,47” BT)

Metode sampling Gastropoda

Metode sampling gastropoda dalam

penelitian ini adalah Purposive Sampling

(Fachrul, 2007) dengan tujuan tertentu yaitu

untuk mengambil sampel gastropoda pada

kawasan zona intertidal perairan Kampung

Sungai Cenot yang terdiri dari tiga stasiun.

Pengambilan sampel tersebut mengadopsi

penyamplingan lamun yaitu dengan teknik

garis transek (line transeck technique)

(Fachrul, 2007). Pemasangan garis transek

pada setiap stasiun dilakukan dengan cara

menarik garis transek tegak lurus pantai

sejauh 100 meter dimulai dari bibir pantai

menuju ke arah laut.

Jumlah garis transek pada setiap

stasiun terdiri dari satu garis transek. Dari

setiap garis transek tersebut akan ditempatkan

plot atau petakan ukuran 1x1 meter yang

berfungsi sebagai luasan area pengambilan

sampel gastropoda yang berada didalam

setiap petakan plot tersebut. Jarak antara plot

satu dengan plot yang lain sejauh 10 meter.

Pemasangan plot pertama dimulai pada jarak

100 meter dari arah pantai.

Contoh garis transek sampling gastropoda

Sampling Gastropoda

Penyamplingan gastropoda dimulai

dari proses pengambilan sampel di dalam

setiap petakan plot ukuran 1x1 meter yang

dilakukan pada saat surut, dengan cara

mengambil objek yang berada di atas

permukaan substrat, di dalam substrat dan

yang menempel pada lamun, mangrove atau

bebatuan. Untuk proses pengambilan sampel

yang berada di dalam substrat dilakukan

dengan cara membenamkan pipa paralon

ukuran diameter 4 inci kedalam substrat

sampai kedalaman 5 cm ( Rahmasari et al.,

2015) sebanyak satu kali ulangan pada setiap

petakan plot 1x1 meter. Selanjutnya substrat

yang berada di dalam pipa diambil dan diayak

menggunakan ayakan kawat dengan ukuran

mata 0,5 cm selanjutnya sampel gastropoda

yang tersangkut pada ayakan diambil dan

dimasukkan kedalam plastik sampel.

Gastropoda yang diambil berukuran ≥

1 cm dengan maksud agar lebih

mempermudah proses identifikasi. Sampel-

sampel yang didapat dimasukkan kedalam

plastik sampel yang telah diberi lebel sebagai

tanda. Sampel tersebut dibawa ke darat untuk

dihitung jumlah individu yang didapat dengan

berdasarkan bentuk morfologinya. Dari setiap

individu tersebut diambil salah satu untuk

diidentifikasi lebih lanjut dengan cara

membersihkan sampel terlebih dahulu

selanjutnya dimasukkan kembali ke dalam

plastik sampel dengan keadaan bersih dan

diawetkan menggunakan formalin 10 %.

Proses identifikasi sampel tersebut

dengan melihat bentuk cangkang, warna,

corak dan jumlah putaran cangkang. Setiap

jenis yang ditemukan dicocokkan

karakteristik morfologinya dengan acuan

gambar dari http://www.Marinespesies.org

dan buku Dharma (1988). Jika ditemukan

gastropoda yang tidak dikenali atau diragukan

jenisnya akan diidentifikasi lebih lanjut di

Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan

Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Page 6: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Hasil pengamatan gastropoda di lokasi langsung dicatat ke dalam tabel sebagai data awal

pengamatan.

Tabel untuk keperluan hasil pengamatan jenis Gastropoda

Pengukuran parameter perairan

Parameter perairan merupakan data

pendukung dalam penelitian ini. Pengukuran

parameter perairan dilakukan secara langsung

dilokasi pada setiap garis transek

pengambilan sampel gastropoda. Hasil yang

didapat selama pengamatan akan dirata-

ratakan untuk mendapatkan nilai akhirnya.

Parameter yang diukur meliputi parameter

fisika yaitu : suhu dan salinitas, parameter

kimia yaitu : pH air, dan oksigen terlarut

(DO).

Suhu

Suhu perairan dapat diukur dengan

menggunakan alat digital yaitu Multitester.

Alat ini dilengkapi dengan elektroda

pengukur suhu yang berbentuk besi putih

memanjang. Penggunaan alat tersebut sebagai

berikut:

Masukkan elektroda suhu pada

Multitester.

Tekan tombol “ POWER” pada

Multitester.

Celupkan elektroda suhu

selama 30 detik pada perairan

yang ingin diketahui nilai

suhunya.

Lihat nilai suhu yang

ditunjukkan pada layar

Multitester di pojok kiri

bawah. Catat angka tersebut.

Salinitas

Salinitas perairan dapat diukur dengan

menggunakan alat Refractometer yang hasil

pengukurannya dinyatakan dalam satuan

permil (0/00), Sebelum digunakan, terlebih

dahulu alat tersebut harus dikalibrasi dengan

cara berikut :

- Meneteskan aquadest ke kaca

prisma alat tersebut,

selanjutnya amati skala yang

ditunjukkan, jika nilai yang

ditunjuk adalah nol maka alat

tersebut benar, dimana

diketahui bahwa aquades

tidak memiliki kadar salinitas

atau nilainya nol.

- Selanjutnya lakukan

pengulangan dengan

menggunakan air aquadest

tersebut sebanyak tiga kali.

- Jika pada saat mengkalibrasi

alat tersebut menunjukkan

skala yang bukan angka nol,

misalnya skala menunjukkan

pada angka lima, maka

lakukan penyetelan pada alat

dengan cara memutar knop

atau penyetel skala pada alat

tersebut.

- Jika alat tersebut tetap

menunjukkan angka lima,

maka saat pengamatan

menggunakan faktor koreksi,

Page 7: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

di mana hasil yang didapat

dikurang dengan angka lima

tersebut.

- Bersihkan sisa aquadest yang

tertinggal menggunakan

kertas tisu.

- Kemudian teteskan air sampel

yang ingin diketahui

salinitasnya.

- Lihat ditempat yang

bercahaya dan catat hasil yang

ditunjukkan oleh skala.

- Setelah selesai pengukuran,

bilas kaca prisma

refractometer dengan

aquadest dan keringkan

dengan tisu.

pH (derajat keasaman)

Pengukuran derajat keasaman air dapat

dilakukan dengan menggunakan alat

Multitester. Sebelum melakukan proses

pengukuran, terlebih dahulu alat tersebut

harus di kalibrasi dengan melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

Siapkan standar pH atau buffer

yang akan digunakan misalnya

buffer pH 4, pH 7, dan pH 10.

Rendam elektroda multitester

khusus pH kedalam buffer pH 4,

biarkan pembacaan stabil

(menunjukkan nilai 4.00 pada

layar).

Cuci elektroda dengan aquadest

dan keringkan dengan tisu, rendam

elektroda kedalam buffer pH 7,

biarkan pembacaan stabil

(menunjukkan nilai 7.00).

Cuci elektroda dengan aquadest

dan keringkan dengan tisu, rendam

elektroda ke dalam pH 10, biarkan

pembacaan stabil (menunjukkan

nilai 10.00).

Setelah selesai kalibrasi yang telah

memastikan bahwa alat tersebut

dalam keadaan normal atau tidak

rusak, maka alat siap di gunakan

untuk mengukur pH perairan

dengan mencelupkan elektroda

khusus pH keperairan dan goyang

sedikit agar larutan homogen atau

terdeteksi secara merata, setelah

itu pada layar multitester akan

menunjukkan angka atau nilai pH

yang masih berubah-ubah, tunggu

sampai angka tersebut menetap,

itulah nilai pH dari perairan

tersebut.

Oksigen terlarut (DO)

Dalam pengukuran kadar oksigen

terlarut suatu perairan dapat menggunakan

alat digital yaitu Multitester, alat ini

dilengkapi dengan probe pengukur oksigen

terlarut untuk dapat mengetahui kadar oksigen

terlarut di dalam suatu perairan. Adapun cara

penggunaanya yaitu dengan cara

mencelupkan probe tersebut ke dalam

perairan dan nilainya akan ditunjukkan pada

layar Multitester. Sebelum digunakan, alat

tersebut harus dikalibrasi untuk memastikan

alat dalam keadaan normal atau tidak rusak.

Cara kalibrasi alat tersebut yaitu :

Buka tutup ujung probe.

Cuci probe dengan

menggunakan aquadest.

Keringkan sisa cucian dengan

menggunakan tisu.

Kibaskan sedikit sampai air

benar-banar kering.

Sambungkan probe ke

Multitester.

Tekan tombol “POWER” pada

Multitester.

Tekan tombol “MODE” untuk

memilih parameter DO.

Tekan tombol “REC” dan

“HOLD” secara bersamaan,

tunggu hingga muncul perintah

untuk menekan tombol “

ENTER” lalu tunggu

perhitungan mundur selama 30

Page 8: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

detik dan selanjutnya muncul

angka 20,9.

Tekan tombol “ RANGE”

untuk mengubah satuan

menjadi mg/l

Lakukan pengukuran dengan

cara mencelupkan Probe DO

ke perairan yang ingin

diketahui nilainya.

Substrat

Pengamatan jenis substrat diamati

secara langsung untuk mengetahui substrat

yang ada pada setiap stasiun penelitian,

apakah substrat berpasir, berlumpur dan

berbatu (Lopo, 2013). Pengamatan dilakukan

dengan cara mengambil substrat pada salah

satu plot yang dianggap mewakili dari setiap

stasiun menggunakan pipa paralon ukuran

diameter 4 inci dengan melakukan cara yang

sama pada saat pengambilan sampel

gastropoda di dalam substrat. Jenis substrat

yang akan diamati adalah substrat permukaan,

jadi pengambilan substrat cukup dengan

kedalaman 5 cm dari permukaan. Selanjutnya

sampel substrat yang didapat diraba

menggunakan tangan dan estimasi secara

visual jenis dari substrat tersebut (Arfah,

2010).

Teknik pengolahan data

Proses pengolahan data dengan

berdasarkan tujuan utama dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman dari jenis Gastropoda yang

dikhususkan pada kawasan zona intertidal

perairan Kampung Sungai Cenot, Desa

Mantang Baru, Kecamatan Mantang,

Kabupaten Bintan. Dalam proses pengolahan

data penelitian ini meliputi dari beberapa

indikator yaitu Indeks keanekaragaman (H’),

Indeks Kemerataan (E), dan Indeks Dominasi

(D).

Indeks keanekaragaman (H’)

Untuk mengetahui keanekaragaman

jenis dari gastropoda yang terdapat pada zona

intertidal perairan Kampung Sungai Cenot

menggunakan rumus indeks dari Shannon-

Wiener (Basmi, 1999 dalam Fachrul, 2007).

Keterangan:

H’= Indeks keanekaragaman jenis

Pi = ni/N

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

S = jumlah genera

Besarnya indeks keanekaragaman

jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan

sebagai berikut (Fachrul, 2007) :

H’ > 3,0 : Keanekaragaman spesies

tinggi

1 < H’ < 3 : Keanekaragaman spesies

sedang

H’ < 1 : Keanekaragaman spesies sedikit

atau rendah

Indeks kemerataan (E)

Untuk mengetahui seberapa besar

kesamaan penyebaran jumlah individu tiap

jenis gastropoda di gunakan indeks

kemerataan. Jika nilai indeks kemerataan

relatif tinggi maka keberadaan setiap jenis

biota di perairan dalam kondisi merata.

(Fachrul, 2007).

keterangan :

E = Indek kemerataan

H’ maks = ln s (s adalah jumlah

genera)

H’ = Indeks keanekaragaman

Page 9: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Nilai Indeks berkisar antara 0-1

E = 0 Kemerataan antara spesies rendah,

artinya kekayaan individu yang

dimiliki masing-masing spesies sangat

jauh berbeda.

E = 1 Kemerataan antara spesies relatif

merata atau jumlah individu masing

masing spesies relatif sama.

Indeks dominansi (D)

Menurut Odum (1997) dalam Fachrul

(2007) untuk mengetahui adanya dominansi

jenis tertentu di perairan dapat digunakan

indeks dominansi Simpson dengan

persamaan berikut:

Keterangan :

D = Indeks Dominansi Simpson

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

S = Jumlah genera

Indeks dominansi antara 0-1

D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang

mendominansi spesies lainnya atau struktur

komunitas dalam keadaan stabil.

D = 1, berarti terdapat spesies yang

mendominansi spesies lainnya atau struktur

komunitas labil, karena terjadi tekanan

ekologis (stres).

Analisis data

Proses analisis data terdiri dari satu

variabel utama yaitu tingkat keanekaragaman

jenis gastropoda yang terdapat pada kawasan

zona intertidal perairan Kampung Sungai

Cenot dan untuk variabel pendukung berupa

parameter lingkungan perairan yang terdiri

dari suhu, salinitas, pH, DO dan jenis substrat.

Data hasil pengamatan jenis gastropoda akan

mengacu pada indeks keanekaragaman

Shannon-Wienner dan data pengamatan

parameter perairan akan mengacu pada Baku

Mutu Air Laut untuk Biota Laut (KEPMEN

LH no 51 tahun 2004) dan dijelaskan terhadap

kesesuaian biota menurut literatur atau jurnal

yang telah diterbitkan. Data-data tersebut

akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif

dengan berupa angka-angka selanjutnya akan

dipaparkan ke dalam bentuk tabel atau grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan utama

dilakukannya penelitian ini yaitu untuk

mengetahui tingkat keanekaragaman jenis

gastropoda pada zona intertidal Perairan

Kampung Sungai Cenot dengan berdasarkan

indeks keanekaragaman (H’), indeks

kemerataan (E) dan indeks dominansi (D).

Kategori indeks keanekaragaman

Grafik indeks keanekaragaman

Berdasarkan hasil perhitungan indeks

keanekaragaman jenis gastropoda pada setiap

stasiun diperoleh nilai pada stasiun I (2,09),

menurut besaran indeks keanekaragaman

Shannon-Wiener (Fachrul, 2007) nilai pada

stasiun satu ini dikategorikan memiliki

keanakaragaman sedang karena nilai 1 < H’ <

3. Sedangkan pada stasiun II dan III diperoleh

nilai (0,71) dan (0,57). Kategori nilai pada

D = ∑ (

)

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(H’)

Page 10: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

stasiun ini dikatakan rendah karena nilai H’ <

1. Jadi kategori indeks keanekaragaman

sedang diperoleh pada stasiun I, hal ini dapat

terjadi dikarenakan jenis gastropoda yang

ditemukan lebih banyak dibandingkan pada

stasiun II dan III. Sesuai dengan pendapat

Arbi (2011) dalam Saripantung (2013) yang

menjelaskan bahwa tinggi rendahnya nilai

indeks keanekaragaman jenis dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain

jumlah jenis atau individu yang didapat dan

adanya beberapa jenis yang ditemukan dalam

jumlah yang lebih melimpah dari pada jenis

lainnya.

Untuk kategori keanekaragaman yang

rendah terdapat pada stasiun II dan III, hal ini

dapat diduga karena adanya jumlah spesies

gastropoda yang lebih banyak ditemukan

dibandingkan spesies lainnya. Spesies yang

banyak ditemukan pada stasiun II yaitu

Strombus urceus dan spesies yang banyak

ditemukan pada stasiun III yaitu Stosicia

houbricki. Dewiyanti (2004) dalam Erlinda

(2014), menyatakan bahwa adanya spesies

yang lebih menonjol akan menyebabkan

rendahnya keanekaragaman.

Kategori indeks kemerataan

Grafik indeks kemerataan

Berdasarkan kriteria indeks

kemerataan menurut Fachrul (2007)

menyatakan bahwa nilai Indeks kemerataan

berkisar antara 0-1. Hasil perhitungan indeks

kemerataan jenis gastropoda pada setiap

stasiun diperoleh nilai pada stasiun I (0,91)

nilai ini dikategorikan tinggi karena nilai

indeks kemerataan pada stasiun I mendekati

nilai satu. Hasil perhitungan indeks

kemerataan jenis gastropoda pada stasiun II

dan III diperoleh nilai (0,44) dan (0,41). Nilai

ini dikategorikan rendah karena nilai indeks

kemerataan pada stasiun II dan III mendekati

nilai nol.

Menurut Fachrul (2007), Indeks

kemerataan ini akan menunjukkan pola

sebaran biota, yaitu merata atau tidak, jika

nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka

keberadaan setiap jenis biota di perairan

dalam kondisi merata. Hasil dari perhitungan

nilai indeks kemerataan tertinggi diperoleh

pada stasiun I, hal ini menunjukkan bahwa

pada stasiun I kemerataan antar spesies relatif

merata atau jumlah individu masing-masing

spesies relatif sama (Fachrul, 2007).

Sedangkan pada stasiun II dan III

dikategorikan rendah, hal ini menunjukkan

bahwa kemerataan antara spesies rendah,

yang artinya kekayaan individu yang dimiliki

masing-masing spesies sangat jauh berbeda

(Fachrul, 2007).

Kategori indeks dominansi

0,00

0,50

1,00

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

E

Page 11: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Grafik indeks dominansi

Menurut Odum (1997) dalam Fachrul

(2007), Indeks dominansi berkisar antara 0-1.

Hasil perhitungan indeks dominansi jenis

gastropoda pada setiap stasiun diperoleh nilai

pada stasiun I (0,15) nilai ini dikategorikan

rendah karena nilai indeks dominansi pada

stasiun I mendekati nilai nol. Sedangkan hasil

perhitungan indeks dominansi jenis

gastropoda pada stasiun II dan III diperoleh

nilai (0,68) dan (0,74) nilai ini dikategorikan

tinggi karena nilai indeks dominansi pada

stasiun II dan III mendekati nilai satu.

Menurut Odum (1997) dalam Fachrul

(2007), Indeks dominansi ini digunakan untuk

mengetahui adanya dominansi jenis tertentu

di perairan. Hasil yang ditunjukkan pada

stasiun I dikategorikan rendah, hal ini

menunjukkan bahwa pada stasiun I tidak

terdapat spesies yang mendominansi spesies

lainnya atau struktur komunitas dalam

keadaan stabil (Odum, 1997 dalam Fachrul,

2007). Sedangkan pada stasiun II dan III

indeks dominansi dikategorikan tinggi, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat spesies yang

mendominansi spesies lainnya atau struktur

komunitas labil, karena terjadi tekanan

ekologis (Odum, 1997 dalam Fachrul, 2007).

Jenis gastropoda yang mendominansi

pada stasiun II yaitu Strombus urceus yang

merupakan famili dari Strombidae. Jenis ini

banyak ditemukan pada stasiun II dikarenakan

substrat pada stasiun II berupa lumpur

berpasir yang merupakan habitat bagi siput

gongong atau famili dari Strombidae. Sesuai

dengan pernyataan dari Abbott (1960) dalam

Anonim (2015) yang menyatakan bahwa

habitat siput gonggong umumnya adalah

substrat lumpur berpasir yang banyak

ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun

dan makro alga, mulai dari batas surut

terendah hingga kedalaman ± 6 meter.

Jenis yang mendominansi pada stasiun

III yaitu Stosicia houbricki, jenis ini banyak

ditemukan pada stasiun III dikarenakan

substrat pada daerah stasiun III yaitu batu

berpasir, spesies Stosicia houbricki

merupakan jenis gastropoda yang ditemukan

menempel pada bebatuan, dicelah batu atau

permukaan batu yang terdapat pada stasiun

tersebut. Sesuai dengan penjelasan Hutabarat

dan Evans (2006) yang menyatakan bahwa

pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky

shore) merupakan tempat yang sangat baik

bagi hewan-hewan yang dapat menempelkan

diri pada lapisan ini, golongan ini termasuk

banyak jenis gastropoda-moluska.

Identifikasi Gastropoda

Dari salah satu tujuan dilakukannya

penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis-

jenis gastropoda apa saja yang dapat

ditemukan pada zona intertidal Perairan

Kampung Sungai Cenot tersebut, sehingga

hasil yang didapat setelah dilakukan

penelitian ini ditemukan gastropoda

sebanyak 16 jenis yang berbeda pada setiap

stasiun dan juga ditemukan 3 jenis

gastropoda yang sama pada setiap stasiun.

Jenis gastropoda yang ditemukan

diidentifikasi dengan cara melihat bentuk

morfologinya berdasarkan acuan gambar dari

http://www.Marinespesies.org dan buku

Dharma (1988).

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

D

Page 12: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Jenis gastropoda pada setiap stasiun

Jenis gastropoda yang banyak

ditemukan terdapat pada stasiun I dan yang

sedikit terdapat pada stasiun II dan III, hal ini

dapat dipengaruhi oleh kualitas perairan pada

stasiun I jauh lebih baik dibandingkan pada

stasiun II dan III. Salah satu parameter

perairan yang mempengaruhi yaitu pH. Dari

hasil pengamatan pH pada stasiun II dan III

jauh lebih rendah dibandingkan nilai pH pada

stasiun I. Nilai pH rendah atau kurang dari 7

mengindikasikan bahwa suatu perairan asam,

pH netral bila nilainya sama dengan 7,

sedangkan pH yang tinggi atau lebih dari 7

mengindikasikan perairan basa (Mahyuddin,

2010). Wijayanti (2007) dalam Lopo (2013),

menyatakan bahwa, organisme perairan

mempunyai kemampuan berbeda dalam

mentoleransi pH perairan, kematian lebih

sering diakibatkan karena pH yang rendah

dari pada pH yang tinggi.

Dari hasil pengamatan yang telah

dilakukan ditemukan dua jenis yang sama pada

stasiun I dan stasiun II yaitu jenis Clivipollia

pulchra dan Chicoreus capucinus.

Sedangkan pada stasiun I dan stasiun III

ditemukan satu jenis yang sama yaitu

Stosicia houbricki. Jadi dari hasil

pengamatan tersebut dapat disimpulkan

bahwa ditemukan 16 jenis gastropoda yang

berbeda pada setiap stasiun dan 3 jenis yang

sama pada stasiun I dan II / stasiun I dan III.

Page 13: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Jenis gastropoda berdasarkan kebiasaan hidup

Dari hasil penyamplingan jenis

gatropoda yang dibedakan berdasarkan

kebiasaan hidup yang terdiri dari epifauna

(hidup diatas permukan substrat), infauna

(hidup didalam substrat) dan treefauna (hidup

menempel), diperoleh jumlah jenis epifauna

sebanyak 9 jenis, jumlah jenis infauna

sebanyak 1 jenis dan jumlah jenis treefauna

sebanyak 6 jenis. Jumlah jenis terbanyak yaitu

epifauna dengan jumlah 9 jenis dan jumlah

jenis paling sedikit yaitu infauna dengan

jumlah 1 jenis, hal ini dikarenakan jenis

gastropoda yang hidup pada permukaan

substrat lebih mudah untuk ditemukan di

bandingkan dengan jenis yang hidup di dalam

substrat.

Parameter perairan Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan

dan pengamatan jenis substrat.

Page 14: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

kisaran nilai DO pada setiap stasiun

tidak jauh berbeda dengan rata-rata dari ketiga

stasiun berkisar antara 5,4-5,5 mg/l. Kisaran

nilai DO tersebut termasuk kisaran baku mutu

perairan laut, menurut Kep.MenLH No.51

(2004) yang menyatakan bahwa kisaran DO

perairan laut yang sesuai untuk biota laut

berada pada kisaran > 5 mg/l. Sedangkan

Clark (1974) dalam Naldi (2015) menyatakan

bahwa kadar oksigen terlarut bagi kehidupan

hewan mollusca bentik adalah 4,1-6,6 ppm

(part per million), sedangkan batas minimum

yang masih dapat ditolelir oleh hewan

mollusca adalah 4 ppm. Sehingga kadar

oksigen terlarut pada setiap stasiun masih

tergolong baik untuk kehidupan Gastropoda

yang merupakan golongan dari hewan

mollusca.

Salah satu sumber utama oksigen

terlarut dalam air adalah proses difusi udara

yang masuk ke dalam perairan melalui

pergerakan dari air tersebut. Sesuai dengan

pernyataan Mahyuddin (2010) yang

menyebutkan bahwa proses difusi ini akan

selalu terjadi apabila ada pergerakan air

sehingga mendorong terjadinya proses difusi

oksigen dari udara ke dalam air.

Kisaran nilai pH yang diperoleh

terdapat perbedaan diantara setiap stasiun

pengamatan. Pada stasiun I diperoleh nilai

rata-rata (7,9), pada stasiun II diperoleh rata-

rata (6,9), dan pada stasiun III diperoleh rata-

rata (6,5). Berdasarkan Kep.MenLH No.51

(2004) yang menyatakan bahwa kisaran nilai

pH yang sesuai untuk biota laut berada pada

kisaran 7-8,5. Namun kisaran pH yang

terdapat pada setiap stasiun masih dapat

mendukung untuk kehidupan gastropoda,

sesuai dengan pernyataan Pennak (1978)

dalam Lopo (2013) bahwa pH yang

mendukung kehidupan gastropoda berkisar

antara 5,7 – 8,4.

Mahyuddin (2010) yang menyebutkan

bahwa secara alamiah, pH perairan

dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan

senyawa-senyawa yang bersifat asam, pada

malam hari fitoplankton dan tanaman air

lainnya mengonsumsi oksigen dalam proses

respirasi yang menghasilkan CO2, suasana ini

menyebabkan kandungan pH air menurun.

Dari pernyataan tersebut dapat

dijelaskan bahwa rendahnya pH pada stasiun

II dapat diduga karena adanya lamun yang

merupakan tumbuhan air yang dapat

berfotosintesis dan berespirasi sehingga dari

aktivitas tersebut dapat menurunkan kadar

pH. Sedangkan pada stasiun III merupakan

daerah yang dekat dengan dermaga dan

permukiman masyarakat sehingga dengan

adanya aktifitas-aktifitas masyarakat pada

daerah tersebut dapat mempengaruhi kadar

pH perairan.

Hasil pengukuran suhu pada setiap

stasiun tidak jauh berbeda yakni rata-rata dari

ketiga stasiun berkisar antara 27-28 0C.

Berdasarkan Kep.MenLH No.51 (2004) yang

menyatakan bahwa kisaran nilai suhu suatu

perairan alami dan diperbolehkan < 2 °C dari

kondisi normal suatu lingkungan. Sedangkan

menurut Sukarno (1981) dalam Lopo (2013)

suhu yang baik untuk pertumbuhan

Gastropoda berkisar antara 25 - 31 °C.

Kisaran suhu pada setiap stasiun pengamatan

tersebut masih tergolong baik untuk

kehidupan Gastropoda.

Hasil pengukuran kadar salinitas pada

setiap stasiun diperoleh nilai rata-rata 37 0/00.

Gross (1972) dalam Lopo (2013) menyatakan

bahwa Gastropoda umumnya mentoleransi

salinitas yang berkisar antara 25–40 ‰.

Sedangkan Kep.MenLH No.51 (2004)

menyatakan bahwa salinitas alami dan

diperbolehkan < 5 ‰ dari rata-rata musiman.

Berdasarkan pernyataan tersebut kisaran

salinitas pada setiap stasiun masih termasuk

kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh

hewan-hewan dari golongan Gastropoda.

Pengamatan jenis substrat yang

dilakukan secara estimasi visual diketahui

bahwa jenis substrat yang terdapat pada ketiga

stasiun terdapat perbedaan. Pada stasiun I

substrat pasir kasar, stasiun II substrat lumpur

berpasir, dan stasiun III substrat batu berpasir.

Dari ketiga jenis substrat tersebut telah

Page 15: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

ditemukan beberapa jenis gastropoda namun

jenis gastropoda yang banyak ditemukan

berada pada substrat pasir kasar yang terletak

pada stasiun I. Berdasarkan pernyataan

Nybakken (1992) dalam Satria (2014) bahwa

tipe substrat berpasir memudahkan moluska

untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang

diperlukan untuk kelangsungan hidupnya,

dibandingkan dengan tipe substrat berlumpur,

tipe substrat berpasir akan lebih memudahkan

moluska untuk menyaring makanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kategori indeks keanekaragaman pada

stasiun I “Sedang”, pada stasiun II

“Rendah” dan pada stasiun III

“Rendah”. Kategori indeks

kemerataan yang diperoleh pada

stasiun I “Tinggi”, pada stasiun II

“Rendah” dan pada stasiun III

“Rendah”. Untuk kategori indeks

dominansi pada stasiun I “Rendah”,

pada stasiun II “Tinggi” dan pada

stasiun III “Tinggi”.

2. Jenis gastropoda yang dapat

ditemukan selama penelitian pada

zona intertidal Perairan Kampung

Sungai Cenot sebanyak 16 jenis. Jenis

gastropoda yang mendominansi yaitu

Strombus urceus terdapat pada stasiun

II dan Stosicia houbricki terdapat pada

stasiun III.

3. Kondisi parameter perairan pada

setiap stasiun termasuk kondisi yang

masih dapat mendukung untuk

kehidupan gastropoda yang terdapat

pada zona intertidal perairan Kampung

Sungai Cenot. Hasil pengamatan jenis

substrat diketahui pada stasiun I

berupa pasir kasar, pada stasiun II

lumpur berpasir dan pada stasiun III

batu berpasir.

Saran

Saran yang dapat disimpulkan setelah

dilakukannya penelitian ini yaitu perlu adanya

penelitian lebih lanjut oleh peneliti yang akan

datang untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman jenis moluska lain yang

terdapat pada zona intertidal perairan

Kampung Sungai Cenot, Desa Mantang Baru,

Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayunda, R., 2011, Struktur komunitas

gastropoda pada ekosistem mangrove

di gugus pulau pari kepulauan seribu,

Skripsi, Universitas Indonesia.

Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian,

Jakarta.

Arfah, H., Patty, S.I., 2014, Keanekaragaman

Dan Biomassa Makro Algae Di

Perairan Teluk Kotania, Seram Barat,

Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 2:(2).

Anonim, 2015, Makalah Siput Gonggong,

http://dokumen.tips/documents/

makalah-siput-gonggong.html. 18 Juni

2016.

Dharma, B., 1988, Siput dan Kerang

Indonesia, Jakarta: PT.Sarana Graha.

Erlinda, L., Yolanda, R., Purnama, A.A.,

2014, Struktur Komunitas Gastropoda

Di Danau Sipogas Kabupaten Rokan

Hulu Provinsi Riau, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Pasir Pengaraian

Fahrul, M. F., 2007, Metode Sampling

Bioekologi, Jakarta.

Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara,

Kanisius, Yogyakarta.

Hitalessy, R.B., Leksono, A.S., Herawati,

E.Y. 2015, Struktur Komunitas Dan

Asosiasi Gastropoda Dengan

Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir

Lamongan Jawa Timur, Jurnal. Vol. 6.

No. 1. Universitas Brawijaya.

Page 16: TINGKAT KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA PADA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Sampling dengan membagi lokasi menjadi tiga stasiun. Pengambilan

Hutabarat, S., Evans, S.M., 2006, Pengantar

Oseanografi, Universitas Indonesia.

Kep.Men-LH, keputusan menteri lingkungan

hidup/tentang baku mutu air laut.

Kep.Men-LH No.51 tahun 2004.

Jakarta.

Lopo, Y., 2013, Diversitas Jenis Gastropoda

Sebagai Bioindikator

Kualitasperairan Pantai Kecamatan

Kota Lama Kota Kupang, Skripsi,

Universitas PGRI, NTT.

Maniam, M.B.S., Syulasmi, A., 2008,

Persiapan Ujian Nasional Biologi

Untuk SMA/MA, Grafindo Media

Pratama, Bandung.

Mahyuddin, K., 2010, Panduan Lengkap

Agribisnis Patin, Penebar Swadaya,

Jakarta.

Naldi, J., Pratomo, A., Idris, F., 2015,

Keanekaragaman Gastropoda Di

Perairan Pesisir Tanjung

UnggatKecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang, Fakultas Ilmu

Kelautan Dan Perikanan, UMRAH,

Tanjungpinang.

Nybakken, J.W., 1988, Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologis, PT Gramedia,

Jakarta.

Rahmasari, T., Purnomo, T., Ambarwati, R,

2015, Keanekaragaman dan

Kelimpahan Gastropoda di Pantai

SelatanKabupaten Pamekasan,

Madura, Jurnal Biologi, Universitas

Negeri Surabaya, Indonesia.

Rahmah, A., Khairunnisa, A., Nestiyanto,

Yulianti, S., Kholifah, Sari, N.K.,

2015, Big Book : Biologi SMA,

Cmedia, Jakarta.

Satria, M., Zulfikar, A., Zen, L.W. 2014.

Keanekaragaman Dan Distribusi

Gastropoda Di Perairan Desa

Berakit Kabupaten Bintan, Jurnal,

Fakultas Ilmu Kelautan Dan

Perikanan, UMRAH,

Tanjungpinang.

Saripantung, G.L., Tamanampo, J.F., Manu,

G. 2013. Struktur Komunitas

Gastropoda Di Hamparan Lamun

Daerah Intertidal Kelurahan

Tongkeina Kota Manado, Jurnal

Ilmiah Platax, Universitas Sam

Ratulangi.

Setiowati, T., Furqonita, D., 2007. Biologi

Interaktif, Azka Press, Jakarta.

www.marinespecies.org