tindak tutur dalam interaksi sosial di pasar kompleks makam sunan ampel

33
PERBANDINGAN TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL KOMPLEKS MAKAM SUNAN AMPEL DAN DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN SURABAYA Nofianita Wahyuni 122144205 Abstrak Dalam setiap komunikasi akan tercipta peristiwa tutur yang sebenarnya merupakan rangkaian tindak tutur. Pasar sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli menjadi tempat yang stategis untuk berkembangnya tindak tutur. Pasar Sunan Ampel merupakan salah satu tempat yang memiliki keberagaman masyarakat yang tinggi. Persidangan merupakan contoh lain tempat yang sarat interaksi sosial. Menjadi menarik jika kedua peristiwa tutur ini dibandingkan untuk mengetahui tindak tutur yang digunakan mengingat perbedaan peserta tutur yang cukup signifikan. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang bersifat individual dan psikologis. Tindak tutur, menurut Searle, terdiri atas lima jenis yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kelima macam tuturan inilah yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel dan dalam persidangan dalam pengadilan. Kata Kunci: tindak tutur, interaksi sosial, pasar Sunan Ampel, persidangan PENDAHULUAN Bahasa pada hakikatnya merupakan wahana pertama dan utama dalam interaksi. Melalui bahasa seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan kepada orang

Upload: nofianita-wahyuni

Post on 17-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

PERBANDINGAN TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR

TRADISIONAL KOMPLEKS MAKAM SUNAN AMPEL DAN DALAM

PERSIDANGAN DI PENGADILAN SURABAYA

Nofianita Wahyuni 122144205

Abstrak

Dalam setiap komunikasi akan tercipta peristiwa tutur yang sebenarnya merupakan rangkaian tindak tutur. Pasar sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli menjadi tempat yang stategis untuk berkembangnya tindak tutur. Pasar Sunan Ampel merupakan salah satu tempat yang memiliki keberagaman masyarakat yang tinggi. Persidangan merupakan contoh lain tempat yang sarat interaksi sosial. Menjadi menarik jika kedua peristiwa tutur ini dibandingkan untuk mengetahui tindak tutur yang digunakan mengingat perbedaan peserta tutur yang cukup signifikan. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang bersifat individual dan psikologis. Tindak tutur, menurut Searle, terdiri atas lima jenis yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kelima macam tuturan inilah yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel dan dalam persidangan dalam pengadilan.

Kata Kunci: tindak tutur, interaksi sosial, pasar Sunan Ampel, persidangan

PENDAHULUAN

Bahasa pada hakikatnya merupakan wahana pertama dan utama dalam interaksi.

Melalui bahasa seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan kepada

orang lain, sehingga orang lain mengetahui apa yang diinginkan. Sebagai alat

komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Pada

setiap komunikasi akan terjadi interaksi antara penutur dan petutur yang dapat berupa

pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka dari itu,

dalam proses komunikasi terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur.

Menurut Chaer dan Agustina (2010: 47) peristiwa tutur adalah terjadinya atau

berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan

dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di dalam waktu,

tempat, dan situasi tertentu. Interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan

Page 2: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

pembeli pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

adalah sebuah peristiwa tutur. Pada dasarnya peristiwa tutur adalah serangkaian tindak

tutur. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam situasi

tertentu. Tindak tutur lebih dilihat pada makna arti tindakan dalam tuturannya.

Penelitian ini memfokuskan kajian pada tindak tutur yang terjadi antara

pedagang dan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional

kompleks makam Sunan Ampel. Pasar ini terletak di area wisata religi Sunan Ampel.

Sebagai kawasan wisata religi, pasar ini menyediakan berbagai kebutuhan peribadatan

dan hal-hal yang berbau Islam. Pembeli yang datang bukan hanya dari daerah setempat,

melainkan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Penjualnya pun beragam. Jawa,

Arab, Madura adalah salah banyak dari kelompok etnis yang menggelar dagangannya di

pasar tersebut.

Interaksi sosial tidak hanya terjadi di pasar. Dalam persidangan pun terjadi

interaksi sosial. Tindak tutur yang terjadi dalam persidangan patut untuk dikaji

mengingat peserta tutur yang berlatar belakang berbeda antara perangkat hukum dan

terdakawa. Pengambilan data dilakukan di Pengadilan Negeri Surabaya pada 20 Mei

2014 dengan persidangan kasus minuman oplosan terhadap terdakwa Andik Lee Andy

Wibowo. Menjadi menarik jika tindak tutur dalam pengadilan ini kenudian

dibandingkan dengan tindak tutur yang ada di pasar tradisional. Dengan pembandingan

ini dapat dilihat jenis tuturan yang digunakan dalam masing-masing peristiwa tutur.

LANDASAN TEORI

Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu

dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi

bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat

pula berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah (Searle dalam Rani, 2004:158).

Searle mengklasifikasi tindak tutur menjadi lima kelompok, yaitu representatif,

direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi (dalam Rustono, 1999:39-43).

Page 3: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

1. Representatif (asertif); adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan

kebenaran atas apa yang diujarkan. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur

representatif adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan,

menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi dan sebagainya.

2. Direktif (impositif); adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra

tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan. Tuturan-tuturan

memaksa, memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menagih,

mendesak, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba dan menantang adalah jenis

tindak tutur direktif.

3. Ekspresif (evaluatif); adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan.

Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh,

menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur

ekspresif.

4. Komisif; adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa

yang disebutkan di dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah, mengancam,

menyatakan kesanggupan merupakan tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur

komisif.

5. Deklarasi; adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal

(status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan dengan maksud

mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan,

mengangkat, menolong, mengampuni, memaafkan adalah jenis tindak tutur

deklaratif.

PEMBAHASAN

Jenis tutur yang digunakan dalam interaksi sosial di pasar tradisional kompleks

makam Sunan Ampel adalah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan

deklarasi.

Page 4: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

A. Tindak Tutur Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada

kebenaran atas apa yang dikatakannya.

1. Tindak Tutur Representatif di Pasar Sunan Ampel

Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel terdapat 4 makna tindak tutur

representatif yaitu pernyataan, petunjuk, penyebutan, dan pemberian kesaksian.

a) Tindak Tutur Representatif Pernyataan

Tindak tutur representatif pernyataan adalah tuturan yang digunakan oleh

penutur untuk menyatakan atau memberitahukan sesuatu pada mitra tutur. Tindak tutur

representatif pernyataan terdapat pada contoh percakapan berikut.

(1) Pembeli : “Ini apa, pak?”Penjual : “Ini namanya siwak, Mbak. Asli dari Arab. Ini buat gosok

gigi. Gigi bersih. Ndak bau mulut.”

Pada percakapan (1) tindak tutur representatif pernyataan ditunjukkan oleh

pernyataan penjual kepada pembeli. Pernyataan tersebut merupakan jawaban atas

pertanyaan pemebeli. Penjual menerangkan nama barang yang sedang dipegang

pembeli. Tidak hanya itu, penjual pun menerangkan asal barang tersebut. Manfaatnya

pun dijelaskan oleh penjual.

(2) Pembeli : “Gelangnya bagus-bagus, mas.”Penjual : “Iya Mbak. Ini bukan sembarang gelang. Gelang ini dari

kayu Kaoka. Ini biasanya dipakai sama para nabi, Mbak. Kalau wali kan pakai kayu Stigi, nabi-nabi pakai Kaoka, Mbak.”

Tindak tutur representatif pernyataan pada percakapan (2) digunakan oleh kedua

pihak, baik pembeli maupun penjual. Pembeli menyatakan bahwa gelang yang sedang

dilihatnya bagus. Kemudian penjual menanggapinya dengan memberitahukan asal usul

dan kelebihan gelang tersebut.

Page 5: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

b) Tindak Tutur Representatif Petunjuk

Tindak tutur representatif petunjuk adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penutur untuk menunjukkan suatu hal kepada lawan tutur. Contoh tindak tutur

representatif petunjuk dapat dilihat dalam contoh berikut.

(3) Pembeli : “10.000 ya mas harganya?”Penjual : “Wah, gak boleh, Mbak. Gak dapat kalo segitu. Ini harganya

20.000. Kalo yang 10.000 ya yang ini Mbak, gelang yang kayunya sedikit.”

Pembeli : “Larange mas, mas. Gak tuku wes aku nek larang. Oh ya mas. Sampean jualan kipas dari kayu Cendana gak?”

Penjual : “Oalah, Mbak. Aku gak jualan ngunu iku. Coba nang toko sebelah.”

Pembeli : “Toko seng endi seh mas?”Penjual : “Toko seng banyak kurma di toples-toples iku loh Mbak.”

Pada tuturan (3) tindak tutur representatif petunjuk diwakili oleh tuturan penjual.

Penjual menunjukkan jenis gelang dengan harga yang dikehendaki pembeli. Selain itu

pada percakapan tersebut juga, penjual menunjukkan toko yang menjual barang yang

dikehendaki oleh pembeli sebagai mitra tuturnya.

c) Tindak Tutur Representatif Penyebutan

Tindak tutur representatif penyebutan adalah tuturan yang dilakukan seorang

penutur dengan cara menyebutkan suatu hal kepada lawan tuturnya. Contoh jenis

tuturan ini dapat disimak dalam contoh berikut.

(4) Penjual : “Kayu Kaoka ini banyak manfaatnya loh, Mbak. ”Pembeli : “Iyo tah mas?”Penjual : “Iya Mbak. Manfaatnya itu, bisa buat tolak bala. Terhindar

dari nyamuk. Bisa menghilangkan sakit gigi. Sakit kepala bisa sembuh, kalau pakai gelang dari kayu Kaoka, Mbak.”

Percakapan (4) mengandung tindak tutur representatif penyebutan. Tuturan

tersebut dilafalkkan oleh penjual. Ia menyajikan keunggulan barang dagangannya

(gelang) dengan cara menyebutkan beberapa manfaat dari kayu Kaoka antara lain,

menolak bala penyakit, menghindarkan dari gigitan nyamuk, menghilangkan sakit gigi,

dan sakit kepala.

Page 6: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

d) Tindak Tutur Representatif Pemberian Kesaksian

Tindak tutur representatif pemberian kesaksian adalah tindak tutur yang

dituturkan oleh penutur untuk meyakinkan mitra tuturnya dengan memberikan

kesaksian. Contoh tindak tutur representatif pemberian kesaksian dapat dilihat dari

cuplikan percakapan berikut.

(5) Pembeli : “Ini beneran bisa menghilangkan bau mulut, Pak?”Penjual : “Iya, Mbak. Beneran. Ini siwak saya sudah pakai lebih dari 10

tahun. Gigi saya jadi bersih. Mulut saya harum. Malah saya tidak pernah sakit gigi.”

Tindak tutur representatif pemberian kesaksian dituturkan oleh penjual. Pada

percakapan (5), penjual meyakinkan mitra tuturnya dengan memberitahukan

pengalamannya dalam menggunakan siwak. Penjual bersaksi bahwa selama sepuluh

tahun telah menggunakan siwak. Setelah menggunakan siwak, penjual merasakan

manfaatnya. Giginya menjadi bersih. Tidak pernah bau mulut dan sakit gigi.

(6) Pembeli : “Ini nanti jadinya bagus ta, Mbak?”Penjual : “Nanti jadinya bagus, Mbak, heinanya. Ini saya pakai di

tangan. Loh iya kan bagus. Warnanya juga masih hitam. Gak pudar.”

Pada percakapan (6), tindak tutur representatif pemberian kesaksian dituturkan

oleh penjual. Penjual memberikan kesaksian dengan menunjukkan heina yang dipakai

di tangannya. Heina yang dipakai memiliki kualitas yang bagus. Hal tersebut

ditunjukkan dengan warna yang hitam dan tidak pudar. Kesaksian tersebut digunakan

untuk meyakinkan pembeli bahwa barang yang dijual memiliki kualitas yang baik.

2. Tindak Tutur Representatif dalam Persidangan

Terdapat empat macam tuturan representatif yang digunakan dalam persidangan

antara lain menyatakan, melaporkan, menyebutkan dan mengusulkan.

a) Tidak Tutur Representatif Pernyataan

Berikut akan disajikan cuplikan percakapan yang mengandung tuturan

representatif pernyataan.

Page 7: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

(7) Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”

Terdakwa : “Minuman.”Penuntut Umum : “Minuman. Minuman apa?”Terdakwa : “Minuman Mansion, Vodka, Jack D.”Penuntut Umum : “Terus diapakan? Dioplos? Dicampur?”Terdakwa : “Ya dioplos.”Penuntut Umum : “Di mana?”Terdakwa : “Oplosan ya di kafe.”Penuntut Umum : “Di kefe? Di kafe siapa?”Terdakwa : “Milik saya.”Penuntut Umum : “Ada izin gak Saudara kalau kafenya ini?”Terdakwa : “Tidak ada. Masih proses.”Penuntut Umum : “Masih dalam proses pengurusan. Apakah Saudara tahu

kalau mengoplos seperti itu dilarang oleh pemerintah?”Terdakwa : “Ndak tahu.”

Pada tuturan di atas, terdapat beberapa pernyataan yang dilontarkan baik lawan

penutur maupun mitra tutur. Mayoritas tuturan pernyataan tersebut merupakan jawaban

yang dituturkan oleh terdakwa sebagai mitra tutur. /Minuman/ merupakan tuturan

pernyataan dari terdakwa. Ia menyatakan bahwa sedang diproses dalam pengadilan

karena menjual minuman oplosan. Minuman oplosan yang dijual antara lain minuman

Mansion, Vodka, Jack D / Minuman Mansion, Vodka, Jack D /. Minuman tersebut

sebelum dijual dioplos atau dicampur larutan lain terlebih dahulu /Ya dioplos/. Kafe

miliknya dijadikan tempat untuk mengoplos minuman keras /Oplosan ya di kafe. Milik

saya/. Sayangnya, kafe yang ia miliki masih belum memperoleh izin. Terdakawa masih

mengurus perizinan tersebut / Tidak ada. Masih proses/. Terdakwa tidak mengetahui

bahwa apa yang ia lakukan, dalam hal ini mengoplos, adalah tindakan melawan hukum.

Bahwa tindakan tersebut dilarang pemerintah, ia sama sekali tidak

mengetahuinya /Ndak tahu/.

(8) Hakim Ketua : “Berarti masalahnya seperti itu. Jadi Saudara untung kalau gak. Kalau ada orang yang sampek meninggal, koleps, atau apa, Saudara harus tanggung jawab! Sudah berapa lama dilakukan ini?”

Terdakwa : “Lima bulanan.”Hakim Ketua : “Lima bulan. Apa tujuan Saudara ngoplos-ngoplos ini?

Apa keuntungannya lebih?”Terdakwa : “Ya jual minuman itu.”

Page 8: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

Sama halnya dengan tuturan sebelumnya, tuturan (8) juga merupakan tuturan

pernyataan yang datang dari terdakwa. Terdakwa menjawab apa yang ditanyakan oleh

hakim ketua. Ia telah menjalankan roda bisnis oplosannya selama lima bulan terkahir

per bulan September 2013 /Lima bulanan/. Meskipun tidak menyatkan secara

gamblang, ia mendapat keuntungan lebih dari bisnis transaksi minuman oplosan yang

dilarang pemerintah ini / Ya jual minuman itu/. Kesemua pernyataan yang dituturkakn

oleh terdakwa merupakan rentetan peristiwa yang menimpa dirinya. Dengan kata lain,

ia memiliki keterkaitan kebenaran atas apa yang diucapkan, meskipun menurut

versinya.

b) Tindak Tutur Representatif Laporan

Tindak tutur representatif, penutur melaporkan sesuatu kepada mitra tuturnya.

Contoh tuturan laporan dapat dilihat dalam percakapan berikut.

(9) Hakim Ketua : “Silakan dibacakan.”Penuntut Umum :“Terima kasih. Keterangan saksi Firmansyah

menerangkan bahwa benar saksi mengetahui dalam perkara ini yang melakukan nomor satu adalah petugas kepolisian kapolda polrestabes Surabaya dibantu satuan polisi pamong praja dalam pekerjaan di kafe Emma jalan Embong Malang nomor 38 Surabaya menyatakan beberapa minuman dijual di kafe Emma yang telah dicampur kemudian diminum tersebut diamankan, dibawa ke polrestabes Surabaya dan diteliti lebih lanjut. Bahwa benar selaku pemilik dari kafe Emma Embong Malang menurut keterangan karyawan kami adalah terdakwa Andik Lee Andy Wibowo.”

Dalam kutipan tuturan (9), penuntut umum selaku mitra tutur melaporkan hasil

keterangan saksi yang diperoleh sebelum persidangan kepada penutur yaitu hakim

ketua. Laporan kesaksian ini mengenai penangkapan dan penyitaan minuman oplosan

oleh petugas kapolda polrestabes Surabaya dibantu oleh polusi satuan pamong praja.

Selain itu juga, penuntut umum melaporkan bahwa saksi berpendapat bahwa pemilik

kafe Emma di jalan Embong Malang 38 adalah terdakwa bernama Andik Lee Andy

Wibowo. Laporan penuntut umum merupakan suatu bentuk kebenaran karena ia

menyampaikan apa yang disaksikan oleh saksi dalam kasus minuman oplosan ini.

Page 9: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

c) Tindak Tutur Representatif Penyebutan

Berikut akan disajikan contoh tuturan representatif penyebutan yang diujarkan

oleh penuntut umum kepada hakim ketua.

(10) Hakim Ketua : “Dibacakan sesuai antara lain barang bukti.”Penuntut Umum : “Satu botol yang mengandung metil alkohol merk

Brandy. Satu botol minuman merk Whisky. Satu campuran Vodka plus Drejin. Satu buah botol sirup gula. Satu botol sirup melon. Tiga botol alkohol. Dua puluh lima picer minuman oplos. 2 gelas sloki. Dua puluh dua lembar nota penjualan. Satu buah sloki takaran alkohol. Itu yang disita pada saat itu. Pada saat itu yang melakukan penangkapan petugas dari mana? Poltabesnya?”

Penuntut umum sebagai mitra tutur hakim ketua menyebutkan beberapa barang

bukti yang disita dari kafe Emma. Barang bukti tersebut antara lain, minuman keras

merk Mansion, Whisky, Vodka, Drejin, sirup gula, sirup melon, alkohol. Nota

penjualan dan gelas sloki juga disebutkan oleh penuntut umum sebagai barang bukti

yang telah disita.

d) Tindak Tutur Representatif Usulan

Dalam tindak tutur representatif usulan, penutur mengusulkan sesuatu kepada

mitra tutur. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan tuturan berikut.

(11) Hakim Ketua : “Cukup, Pak? Cukup, ya? Jadi pemeriksaan sudah cukup. Untuk selanjutnya majelis pembatas penuntut umum untuk menyiapkan tuntutannya. Kamis apa Minggu? Minggu kan libur. Senin ya, tanggal 2 ya?”

Terdakwa : “Iya.”

Hakim ketua selaku penutur dalam percakapan tersebut mengusulkan tanggal

persidangan kepada terdakwa sebagai mitra tuturnya. Beliau mengusulkan kepada

terdakwa Senin atau Kamis untuk kembali bersidang. Kemudian beliau kembali

mengusulkan untuk bersidang Senin mengingat Kamis dan Minggu adalah libur

nasional. Hal ini dibuktikan melalui perkataan berikut /Kamis apa Minggu? Minggu kan

libur. Senin ya, tanggal 2 ya?/. Usulan hakim ketua selanjutnya diterima oleh terdakwa

dengan perkataan /iya/.

Page 10: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

B. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan.

1. Tindak Tutur Direktif di Pasar Sunan Ampel

Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel, wujud tindak tutur direktif

berkonstruksi imperatif dan nonimperatif. Wujud tuturan nonimperatif adalah

interogatif. Dari data yang diambil pada penelitian ini, diketahui terdapat 3 macam

tindak tutur direktif. Tuturan tersebut adalah pertanyaan, permohonan atau harapan dan

larangan.

a) Tindak Tutur Direktif Pertanyaan

Dalam tindak tutur direktif pertanyaan, penutur menanyakan suatu hal kepada

mitra tutur. Tindak tutur ini berwujud nonimperatif. Contoh tindak tutur ini dapat dilihat

dalam cuplikan percakapan berikut.

(12) Pembeli : “Ini beneran bisa menghilangkan bau mulut, Pak?”Penjual : “Iya, Mbak. Beneran. Ini siwak saya sudah pakai lebih dari 10

tahun. Gigi saya jadi bersih. Mulut saya harum. Malah saya tidak pernah sakit gigi.”

Pertanyaaan diajukan oleh pembeli kepada penjual. Pembeli sebagai penutur

bertanya kepada mitra tuturnya khasiat dari siwak yang sedang dipegang. Ia bertanya

apakah siwak mampu menghilangkan bau mulut atau tidak. Secara tidak langsung

tuturan pertanyaan yang dilontarkan penutur meminta lawan tuturnya untuk menjawab

apa yang ditanyakan. Dalam kutipan di atas terlihat bahwa penjual menjawab

pertanyaan pembeli tentang khasiat siwak. Ia menjawab bahwa siwak memiliki

kegunaan untuk menghilangkan bau mulut.

b) Tindak Tutur Direktif Permohonan atau Harapan

Tindak tutur direktif permohonan atau harapan adalah penutur demi

kepentingannya meminta mitra tutur untuk berbuat sesuatu. Dalam interaksi sosial di

pasar Sunan Ampel, tindak tutur direktif permohonan atau harapan berbentuk tuturan

Page 11: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

langsung. Tutur direktif permohonan atau harapan yang berbentuk langsung dalam

interaksi sosial di pasar adalah sebagai berikut.

(13) Pembeli : “10.000 ya, Bu.”

Penjual : “Minyak wangi yang lain gak dibeli juga, Mbak?Pembeli : “Gak deh Bu. Uangnya amblas semua.”Penjual : “Iya deh Mbak. Kapan-kapan ke sini lagi ya!”Dalam tuturan (13), tuturan harapan diucapkan oleh penjual. Penjual berharap

agar pembeli tersebut berkunjung ke tokonya suatu saat nanti untuk membeli minyak

wanginya lagi.

(14) Pembeli : “Halah, mas. Pasminanya 20 aja ya? Gak nduwe duit loh mas.”Penjual : “Tambahin dikit lah Mbak! Gak dapat untung kalo segitu.

Tambah 5.000 aja loh! Pas. Gak rugi saya.”

Penjual menggunakan tuturan yang berisi harapan dalam percakapan (14).

Penjual berharap agar pembeli mau menaikkan harga atas barang yang ditawar. Penjual

memohon kepada pembeli untuk menambahkan uang 5.000 agar ia mendapat untung.

c) Tindak Tutur Direktif Larangan

Tindak tutur direktif larangan adalah tuturan yang digunakan penutur untuk

menyuruh mitra tutur agar jangan melakukan sesuatu. Dalam tuturan direktif larangan

dinyatakan dengan menggunakan konstruksi imperatif. Berikut ini adalah tindak tutur

direktif larangan yang berbentuk langsung dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel.

(15) Penjual : “Haduh Mbak. Jangan dipegang! Nanti rotinya kotor. ”Pembeli : “Iya, Bu. Maaf.”

Percakapan (15) mengandung tindak tutur direktif larangan. Tindak tutur

tersebut diucapakan oleh penjual. Penjual yang melihat pembeli memegang-megang roti

maryam yang dijualnya langsung melontarkan larangan. Larangan tersebut berisi

larangan untuk tidak memegang dagangannya agar tidak terkontaminasi tangan yang

kotor.

(16) Pembeli : “10.000 ya Bu mukenanya?”Penjual :“Jangan ditawar lah Mbak! Itu sudah harga pas.

15.000.”

Page 12: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

Penjual melontarkan tuturan larangan pada percakapan (16). Larangan tersebut

berisi agar pembeli tidak menawar harga mukena. Harga mekena yang sudah dipajang

adalah harga pas, sehingga tidak boleh ditawar lagi.

2. Tindak Tutur Direktif dalam Persidangan

Tindak tutur direktif yang digunakan dalam persidangan ada 3 jenis, yaitu

pertanyaan, permintaan, dan suruhan. Bentuk tuturan direktif dalam persidangan adalah

imperatif dan nonimperatif. Bentuk nonimperatif dapat berwujud deklaratif dan

interogatif.

a) Tindak Tutur Direktif Suruhan

Tuturan direktif suruhan adalah tuturan yang digunakan ketika penutur

tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan mitra

tutur agar sudi untuk berbuat sesuatu. Contoh tuturan direktif suruhan dalam

persidangan adalah sebagai berikut.

(17) Hakim Ketua : “Silakan yang namanya siapa sebutkan!”Penuntut Umum : “Parikesit.”

Hakim ketua menyuruh mitra tuturnya yaitu penuntut umum untuk menyebutkan

nama saksi yang keterangannya telah diminta sebelumnya. Kata /sebutkan/ merupakan

kata yang mengindikasikan adanya suruhan kepada mitra tutur. Bentuk suruhan yang

dituturkan oleh hakim ketua berbentuk imperatif. Hal ini dapat dilihat dari nada bicara

ketika mengucapkan kata /sebutkan!/.

(18) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”

Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”

/Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara

lakukan sehubungan dengan perkara ini/ adalah kalimat yang berisi suruhan. Hakim

ketua menyuruh terdakwa untuk menjawab apa yang ditanyakan oleh penuntut umum.

Hakim menyuruh untuk menjawab setiap pertanyaan penuntut umum dengan jujur.

Dalam suruhan ini, wujud tuturan direktif suruhan adalah bentuk deklaratif.

(19) Hakim Ketua : “Berarti masalahnya seperti itu. Jadi Saudara untung kalau gak. Kalau ada orang yang sampek meninggal,

Page 13: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

koleps, atau apa Saudara harus tanggung jawab! Sudah berapa lama dilakukan ini?”

Terdakwa : “Lima bulanan.”

Bentuk tuturan suruhan pada percakapan (19) merupakan bentuk imperatif. Hal

ini dapat dilihat dari nada bicara pada saat mengucapkan kalimat /Saudara harus

tanggung jawab!/. dalam tuturan tersebut, hakim ketua menyuruh terdakwa untuk

bertanggung jawab apabila terdapat korban yang jatuh akibat minuman oplosan yang

dibuat terdakwa.

b) Tindak Tutur Direktif Pertanyaan

Dalam wacana persidangan, tindak tutur direktif pertanyaan dapat dilihat dari

pertanyaan yang diajukan oleh penuntut umum kepada terdakwa. Berikut akan disajikan

contoh tindak tutur direktif pertanyaan.

(20) Penuntut Umum : “Minuman. Minuman apa?”Terdakwa : “Minuman Mansion, Vodka, Jack D.”Penuntut Umum : “Terus diapakan? Dioplos? Dicampur?”Terdakwa : “Ya dioplos.”Penuntut Umum : “Di mana?”Terdakwa : “Oplosan ya di kafe.”

Pertanyaan yang diajukan penuntut umum merupakan tuturan direktif.

Pertanyaan selalu menuntut jawaban. Dengan kata lain, pertanyaan merupakan bentuk

permintaan kepada mitra tutur untuk menjawab apa yang ditanyakan penutur. Dalam

percakapan (20), penuntut umum ingin terdakwa menjawab minuman yang dijual di

kafe terdakwa, perlakuan tehadap minuman tersebut sebelum dijual, apakah dioplos atau

tidak, dan di mana dilakukannya oplosan tersebut. Mitra tutur kemudian menjawab

pertanyaan-pertanyaan penuntut umum.

(21) Penuntut Umum : “Ndak tahu. Kapan itu kejadiannya? Waktu itu ditangkap tanggal berapa? Tanggal 21 Septrmber jam 1?”

Terdakwa : “Iya.”Penuntut Umum : “Di kafe Emma?”Terdakwa : “Iya.”Penuntut Umum : “Pada saat itu apakah yang disita oleh petugas?”Terdakwa : “Minuman.”

Penuntut umum menanyakan detail peristiwa penagkapan terdakwa. Penuntut

bertanya kepada terdakwa kapan penangkapan terjadi, di mana penangkapan itu

Page 14: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

berlangsung, dan apa saja yang disita oleh para petugas. Jawaban yang dikeluarkan

oleh terdakwa merupakan bukti bahwa penutur meminta mitra tutur untuk melakukan

sesuatu, dalam hal ini menjawab pertanyan penutur.

c) Tindak Tutur Direktif Permintaan

Tutur direktif permintaan adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk

meminta mitra tutur mau melakukan sesuatu. Kadar suruhan dalam tuturan ini sangat

halus. Tutur direktif permintaan disertai sikap penutur yang lebih merendah

dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan tuturan imperatif biasa.

Contoh tindak tutur direktif dalam persidangan adalah sebagai berikut.

(22) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”

Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”

Dalalm percakapan (22), tindak tutur permintaan berupa permintaan beruntut.

Permintaan dimulai dari hakim ketua ke penuntut umum kemudian penuntut umum ke

terdakwa. Permintaan pertama merupakan permintaan hakim ketua. Hakim ketua

meminta penuntut umum untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada terdakwa.

Kemudian atas permintaan hakim ketua, penuntut umum meminta terdakwa untuk

mendengarkan pertanyaan penuntut umum. Kalimat yang digunakan oleh hakim ketua

kepada penuntut umum merupakan kaimat yang halus, hal ini dapat dilihat dari

kalimat /Silakan untuk umum/. Hakim ketua menggunakan kata sila untuk memperhalus

permintaan. Sedangakan penuntut umum lebih memilih menggunakan kata tolong untuk

memperhalus ucapan.

C. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan.

Page 15: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

1. Tindak Tutur Ekspresif di Pasar Sunan Ampel

Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel, terdapat 4 macam tindak tutur

ekspresif yaitu pujian, ucapan terima kasih, permintaan maaf, dan keluhan.

a) Tindak Tutur Ekspresif Pujian

Tindak tutur ekspresif pujian adalah tindak tutur yang dilontarkan penutur untuk

memuji mitra tuturnya. Berikut ini adalah contoh tindak tutur ekspresif pujian.

(23) Penjual : “Laris. Laris. Seng tuku wong ayu.”

Tuturan (23) merupakan tuturan ekspresif pujian. Hal ini dapat dilihat dari

perkataan penjual yang memuji pembelinya. Setelah pembeli membayar barang yang

dibeli, si penjual kemudian mengatakan bahwa si pembeli cantik (ayu). Dalam tuturan

tersebut, penutur (penjual) memberikan evaluasi tentang keadaan mitra tutur (pembeli).

b) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan Terima Kasih

Tindak tutur ekspresif ucapan terima kasih adalah tuturan yang diucapkan

penutur untuk mengucapkan terima kasih kepada mitra tuturnya. Contoh tindak tutur

ekspresif ucapan terima kasih dapat dilihat dalam cuplikan perkataan berikut.

(24) Pembeli : “Berapa Bu harga roti maryamnya?”Penjual : “2.500 satu, Mbak.”Pembeli : “Beli satu Bu. Ini uangnya, Bu.”Penjual : “Terima kasih.”

Dalam tuturan (24) tersebut, penjual sebagai penutur memberikan evaluasi

tentang pembayaran uang yang dilakukan pembeli sebagai mitra tuturnya. Evaluasi

tersebut dilakukan dengan ucapan terima kasih.

c) Tindak Tutur Ekspresif Permintaan Maaf

Tindak tutur ekspresif permintaan maaf, penutur menuturkan permintaan maaf

kepada mitra tuturnya sebagai suatu bentuk evaluasi. Berikut adalah contoh tuturan

ekspresif permintaan maaf.

(25) Penjual : “Haduh Mbak. Jangan dipegang! Nanti rotinya kotor. ”Pembeli : “Iya, Bu. Maaf.”

Page 16: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

Pembeli mengucapkan kata “maaf” sebagai evaluasi kepada mitra tuturnya.

Permintaan maaf pada tuturan (25) dilontarkan pembeli atas kesalahan yang dilakukan

karena memegang barang dagangan si pembeli.

d) Tindak Tutur Ekspresif Keluhan

Dalam jenis tuturan ini, penutur menyampaikan keluhan sebagai evaluasi kepada

mitra tuturnya. Berikut akan disajikan contoh bentuk keluhan yang diujarkan penutur.

(26) Pembeli : “Halah, mas. Pasminanya 20 aja ya? Gak nduwe duit loh mas.”Penjual : “Tambahin dikit lah Mbak! Gak dapat untung kalo segitu.

Tambah 5.000 aja loh! Pas. Gak rugi saya.”

Pada tuturan (26), keluhan dilontarkan oleh pembeli. Keluhan ini sebagai bentuk

ekspresi penutur. Pembeli mengeluhkan mahalnya harga pasmina yang ditawarkan oleh

penjual. Keluhan ini diwakili dengan kalimat “Halah, mas”. Kemudian keluhan ini pun

diperkuat pembeli dengan alasan ketidakpunyaan uang “Gak nduwe duit loh mas” yang

artinya “tidak punya uang loh mas”.

2. Tindak Tutur Ekspresif dalam Persidangan

Dalam persidangan, terdapat 4 macam tindak tutur ekspresif yaitu mengucapkan

terima kasih, mengritik, menasihati, dan menyesal.

a) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan terima kasih

(27) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”

Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”

Penuntut umum mengucapkan terima kasih sebagai bentuk ungkapan diri karena

telah diberikan waktu untuk memberikan pertanyaan kepada terdakwa.

b) Tindak Tutur Ekspresif Kritik

Tindak tutur ekspresif kritik, penutur menyampaikan kritikannya kepada mitra

tuturnya. Contoh tuturan kritik dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Page 17: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

(28) Hakim Ketua : “Loh ngoplos seperti ini ada zat kimianya. Saudara bukan dokter, bukan ahli dalam bidang ini, obat. Kok ngoplos-ngoplos sendiri gimana? Sudah berapa lama ngoplos seperti ini?”

Terdakwa : “Ya gak lama.”

Hakim ketua menyampaikan kritikannya kepada terdakwa. Perilaku terdakwa

yang suka mencampur-campur minuman keras mampu mengancam nyawa orang lain.

Beliau menyampaikan keberatannya atas apa yang dilakukannya. Terdakwa bukan

dokter, bukan dokter, maupun ahli tapi malah mengoplos minuman keras. Hakim ketua

menyayangkan perilaku terdakwa.

c) Tindak Tutur Ekspresif Nasihat

Dalam tindak tutur ini, penutur menyampaikan nasihatnya kepada mitra tutur,

seperti dalam contoh berikut.

(29) Terdakwa : “Ya jual minuman itu.”Hakim Ketua : “Iya. Tapi kan seharusnya gak dioplos.”

Dalam tuturan (29), tuturan ekspresif nasihat ditunjukkan oleh hakim ketua

kepada terdakwa, meskipun nasihat ini bentuknya tidak langsung. Nasihat tidak

langsung ini berisikan nasihat agar tidak mencampur minuman berakohol. /Tapi kan

seharusnya gak dioplos/ merupakan nasihat yang dituturkan oleh hakim ketua.

d) Tindak Tutur Ekspresif Penyesalan

Baik mitra tutur maupun penutur menyampaikan penyesalannya atas apa yang

dilakukan adalah maksud dari tindak tutur ekspresif penyesalan. Contoh tindak tutur

penyesalan dapat disimak dari cuplikan berikut.

(30) Penuntut Umum : “Saudara merasa bersalah ndak terhadap kejadian ini?”Terdakwa : “Iya. Bersalah.”

Penyesalan disampaikan oleh terdakwa. Terdakwa menyesal atas apa yang

dilakukannya. Melalui pernyataan /bersalah/ ia mengakui kesalahannya mengoplos dan

menjual minuman keras. Penyesalan ini merupakan hasil evaluasi atas disidangakannya

ia karena perilakunya yang suka mengoplos.

Page 18: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

D. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya.

1. Tindak Tutur di Pasar Sunan Ampel

Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel ditemukan 1 macam tuturan

komisif, yaitu perjanjian.

Dalam tindak tutur komisif perjanjian, penutur berjanji kepada mitra tuturnya

dan penutur memiliki keterkaitan untuk melaksanakan apa yang dituturkannya. Salah

satu contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.

(31) Pembeli : “Counter digital harganya berapa, Bu?”Penjual : “15.000, Mbak.”Pembeli : “Masak gak boleh kurang, Bu.”Penjual : “Walah, Mbak. Ini sudah murah. Harga pas. Semua toko ya

segitu harganya.”Pembeli : “Beneran, Bu?”Penjual : “Gini aja, Mbak. Kalo ada yang lebih murah, Mbak balikin

wes. Tak ganti harganya.”

Dalam tuturan (31), tuturan komisif perjanjian dituturkan oleh penjual. Penjual

berjanji akan mengganti harga jika ada yang lebih murah dari harga yang

ditawarkannya. Pemberian janji ini adalah upaya untuk meyakinkan pembeli bahwa

barang dijual sudah paling murah. Dengan pengucapan janji yang dituturkan, penjual

memiliki kewajiban untuk mengganti harga barang jika ditemukan harga yang lebih

murah. Dengan kata lain, janji ini merupakan sebuah garansi kepada mitra tutur, yaitu

pembeli.

2. Tindak Tutur Komisif dalam Persidangan

Sama halnya dengan tuturan di pasar, tuturan komisif dalam persidangan juga

hanya terdapat satu subjenis tuturan, yaitu perjanjian. Tuturan tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

(32) Hakim Ketua : “Jadi untuk memberi kesempatan penuntut umum untuk menyiapkan tuntutan pidana sidangnya ditunda Senin ya 26 Mei Saudara kembali lagi ke tahanan. Eh iya. Lupa-lupa. Datang lagi

Page 19: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

ya, hadir dalam sidang pratuntutan hari Senin ya. Demikian sidang selesai dan ditutup.”

Hakim ketua membuat perjanjian dengan terdakwa. Perjanjian dengan terdakwa

perihal kelanjutan sidang pratuntutan pidana. Perjanjian ini mengikat tidak hanya

terdakwa tetapi juga hakim, penuntut umum, dan perangkat hukum lainnya untuk hadir

dalam sidang selanjutnya.

E. Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk

menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.

1. Tindak Tutur Deklaratif di Pasar Sunan Ampel

Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel hanya terdapat 1 macam tuturan

deklaratif, yaitu tuturan putusan.

Tuturan deklaratif putusan merupakan tuturan dengan jalan memutuskan suatu

hal. Dengan keputusan yang diambil ini, penutur menciptakan suasana yang baru.

Membuat suatu hal berubah menjadi baru. Sebagai contoh, dapat dilihat cuplikan

berikut.

(33) Pembeli : “Kurmanya berapa Pak?”Penjual : “Sekilo 75.000.”Pembeli : “Kalau seperempat berarti 15.000 ya Pak?”Penjual : “Gak boleh lah Mbak. Seperempat ya 20.000.”Pembeli : “Kok tambah mahal Pak. Kurangin dikit lah Pak. 16 deh.”Penjual : “Tambah dikit lah, Mbak.”Pembeli : “18 lah.”Penjual : “Iya deh, Mbak.”

Tuturan (33) termasuk jenis tindak tutur deklaratif karena dengan tuturan ini

penutur menciptakan suatu keadaan yang baru yaitu berupa keputusan baru atas harga

kurma. Sebelum tuturan ini dituturkan oleh pembeli, penjual menjual seperempat

kilogram kurma dengan harga Rp 20.000,00. Setelah adanya tawar menawar, tercipta

keputusan harga baru untuk seperempat kilogram kurma, yaitu Rp 18.000,00. Penuturan

pembeli menciptakan status baru melalui keputusan, sehingga tuturan ini disebut tindak

tutur deklaratif putusan.

Page 20: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

2. Tindak Tutur Deklaratif dalam Persidangan

Tindak tutur deklaratif dalam persidangan terdiri atas satu macam subjenis saja,

yaitu memutuskan. Melalui putusan ini status atau keadaan baru tercipta. Tuturan

putusan ini dapat disimak dalam kutipan berikut.

(34) Hakim Ketua : “Jadi untuk memberi kesempatan penuntut umum untuk

menyiapkan tuntutan pidana sidangnya ditunda Senin ya 26 Mei

Saudara kembali lagi ke tahanan. Eh iya. Lupa-lupa. Datang lagi

ya, hadir dalam sidang pratuntutan hari Senin ya. Demikian

sidang selesai dan ditutup.”

/Demikian sidang selesai dan ditutup/ merupakan kalimat yang memberikan

status baru bagi terdakwa maupun kejelasan persidangan. Persidangan ini memberikan

kejelasan bagi kasus minuman oplosan. Melalui perkataan tersebut pula, penuntut

umum diberikan kuasa untuk menuntut terdakwa secara pidana berdasarkan persidangan

yang telah dilakukan.

KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis terhadap data penelitian, terdapat persamaan

penggunaan jenis tindak tutur dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel

dan persidangan. Semua jenis tuturan yang dikategorikan oleh Seale digunakan dalam

interaksi sosial di pasar Sunan Ampel dan dalam persidangan. Beberapa subjenis dari

masing-masing jenis yang digunakan pun sama. Persamaan tersebut antara lain, tindak

tutur representatif dan subjenisnya : (a) pernyataan, (b) penyebutan; tindak tutur direktif

pertanyaan; tindak tutur ekspresif ucapan terima kasih; tindak tutur komisif perjanjian;

tindak tutur deklaratif putusan.

Selain beberapa tindak tutur yang sama, juga terdapat beberapa perbedaan.

Interaksi sosial di pasar Sunan Ampel menggunakan tindak tutur representatif dan

subjenisnya: (a) petunjuk, (b) pemberian kesaksian; tindak tutur direktif dan

subjenisnya: (a) permohonan atau harapan, (b) larangan; dan tindak tutur ekspresif (a)

pujian, (b) permitaan maaf, (c) keluhan. Jenis tindak tutur yang digunakan dalam

persidangan adalah tindak tutur representatif dan subjenisnya: (a) laporan, (b) usulan;

Page 21: Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel

tindak tutur direktif dan subjenisnya (a) suruhan, (b) permintaan; dan tindak tutur

ekspresif dan subjenisnya: (a) kritik, (b) nasihat, (c) penyesalan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Rani, Kodul. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.