theory of victimology

32
Oleh : Dr.Elfina.L.Sahetapy,SH.,LL.M Disampaikan pada Pelatihan di Cisarua 19 Maret 2013

Upload: jethro

Post on 05-Jan-2016

94 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Theory of VICTIMOLOGY. Oleh : Dr.Elfina.L.Sahetapy,SH.,LL.M Disampaikan pada Pelatihan di Cisarua 19 Maret 2013. CONTENTS. INTRODUCTION VICTIMOLOGY Ontology Epistemology Axiology. PENDAHULUAN. Dikutip dari Victimology Course 10th , oleh: Prof Chockalingam - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Theory of VICTIMOLOGY

Oleh : Dr.Elfina.L.Sahetapy,SH.,LL.MDisampaikan pada Pelatihan di Cisarua

19 Maret 2013

Page 2: Theory of VICTIMOLOGY

INTRODUCTION VICTIMOLOGY

Ontology Epistemology

Axiology

Page 3: Theory of VICTIMOLOGY

Dikutip dari Victimology Course 10th ,oleh: Prof Chockalingam

Criminal victimization is a frightening and unsettling experience for many victims

It is.....unpredictable, largely unpreventable and often unexpected.

Unlike normal life experiences..... victimization is not sought out and never welcomed.

Page 4: Theory of VICTIMOLOGY

Its effects can be often....long-term and difficult to overcome.

Victims may be confused, fearful, frustrated and angry.

Victims want to know:Why this happened to me and not to their neighbours, not to their friend....

Victims often have no knowledge of who or where to turn in the aftermath of crime

Page 5: Theory of VICTIMOLOGY

They feel insecure and do not know whom to trust or whom to rely on for support, understanding, and help.

Not only do they suffer....physically but also emotionally, psychologically and financially from their victimization.

They are also often burdened by the compexity of the criminal justice system

Page 6: Theory of VICTIMOLOGY

VIKTIMOLOGI DARI ASPEK ONTOLOGI

Page 7: Theory of VICTIMOLOGY

Viktimologi Lahir Setelah KriminologiNama-nama yang membidani adalah: Von Hentig Benjamin Mendelsohn Stephen Schafer Ezzat Fatah W. Nagel......dan lain-lain

Page 8: Theory of VICTIMOLOGY

Viktimologi Lahir Setelah Kriminologi Viktimologi dan Kriminologi bagaikan dua sisi

dalam satu mata uang

Von Hentig (1948): Dual Relationship or Inter-relationship between Perpetrator and Victim

Page 9: Theory of VICTIMOLOGY

1497 istilah Victim baru muncul dalam English language. Berasal dari bahasa latin “Victima” yang saat itu berarti offered as a sacrifice to a deity or supernatural power.

1660 istilah Victim pertama kalinya digunakan bagi seseorang yang menderita, teraniaya atau dibunuh oleh orang lain.

Page 10: Theory of VICTIMOLOGY

Pasal 1:

Orang yang secara perorangan atau bersama-sama menderita kerugian yang meliputi kerugian fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau pelemahan substansial hak-hak dasar mereka, karena tindakan atau kelalaian yang merupakan pelanggaran hukum pidana yang berlaku di negara tersebut.

Page 11: Theory of VICTIMOLOGY

Undang-Undang No. 21 Tahun 2007, Pasal 1 angka 3 menyebutkan:Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial yang diakibatkan oleh TPPO.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006, Pasal 1 angka 2 menyebutkan:

Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

(Q: korban lumpur Lapindo termasuk / tidak??)

Page 12: Theory of VICTIMOLOGY

1. General Victimology2. Special or Penal Victimology3. New Victimology

Page 13: Theory of VICTIMOLOGY

Mendelsohn : Includes victim of all types, such as victims of accident, natural disasters. It covers much more than criminology and its not limited to crime victims.Di mana ada Korban, disitulah hadir Viktimologi. Viktimologi tidak boleh dibatasi hanya dalam ruang lingkup hukum pidana saja.

Page 14: Theory of VICTIMOLOGY

Focused on victim of crimes. Fattah (1991): in this approach, there is no reason to separate victimology from criminology. Victimology is simply part of criminology.

Di mana ada kejahatan, di situ pasti ada

Korban

Page 15: Theory of VICTIMOLOGY

Is human rights approach, focuses on man-made victimizations of all kinds including genocide, torture and slavery.

Dengan kata lain, Korban dari Pelanggaran Hak Asasi Manusia , termasuk di dalamnya Kejahatan Non Konvensional

Page 16: Theory of VICTIMOLOGY

VIKTIMOLOGI DARI ASPEK epistemologi

Page 17: Theory of VICTIMOLOGY

Melalui viktimologi diharapkan permasalahan yang berkaitan dengan kejahatan dan penegakan hukum dianalisa dan diungkapkan. Sehingga semua permasalahan yang bertalian dengan kebobrokan dan bermacam-macam “penyakit” masyarakat yang dapat menimbulkan KORBAN akan diangkat, dibedah, dianalisa dan kemudian disajikan demi kepentingan masyarakat itu sendiri.

Page 18: Theory of VICTIMOLOGY

Selama ini yang disoroti hanyalah peranan pelaku kejahatan

Korban seringkali memegang peranan yang penting dalam terjadinya kejahatan

Perlu untuk dipikirkan hak-hak Korban Paradigma bahwa Negara turut bersalah

dalam terjadinya Korban (adanya ganti rugi) Mengembangkan sistem tindakan guna

mengurangi penderitaan Korban.

Page 19: Theory of VICTIMOLOGY

Q: Apa yang diperlukan oleh Korban?

Dalam Hukum Pidana dikenal ada 2 bentuk ganti rugi yakni:

RESTITUSI dan KOMPENSASI

Page 20: Theory of VICTIMOLOGY

UU TPPO:Pasal 1 angka 13:

Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya.

Q: Bagaimana faktanya? Apa kendalanya? Pasal 48

Page 21: Theory of VICTIMOLOGY

Pengaturan tentang Hak Korban terdapat dalam Pasal 6 dan 7.

Catatan penting:Kompensasi hanya diberikan bagi Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat (Gross violation of Human Rights). Namun tidak ada ketentuan tentang tindak pidana mana yang termasuk di dalamnya (mis: Human trafficking)

Page 22: Theory of VICTIMOLOGY

VIKTIMOLOGI DARI ASPEK AXIOLOGI

Page 23: Theory of VICTIMOLOGY

HUKUM PIDANA FORMILKUHP: bersifat Paradoxal , hanya melindungi

kepentingan masyarakat dan TerpidanaRancangan KUHP: Lebih mengacu pada

Restorative Justice System (RJS)

masyarakat

Terpidana Korban

Page 24: Theory of VICTIMOLOGY

Pasal 52 ayat 1 butir i dan j , menyebutkan:Dalam pemidanaan wajib dipertimbangkan:

i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban

j. Pemaafan dari korban dan/atau keluarganya

Apakah dapat menghapuskan tuntutan pidananya, jika terjadi kesepakatan?

Page 25: Theory of VICTIMOLOGY

Pasal 68 menyebutkan:Dengan tetap mempertimbangkan Pasal 51 dan 52, pidana penjara sejauh mungkin tidak dijatuhkan jika dijumpai keadaan-keadaan sebagai berikut:

c. kerugian dan penderitaan korban tidak terlalu besar

d. terdakwa telah membayar ganti kerugian kepada korban

g. KORBAN TINDAK PIDANA MENDORONG TERJADINYA TINDAK PIDANA TERSEBUT.

Page 26: Theory of VICTIMOLOGY

KORBAN TINDAK PIDANA MENDORONG TERJADINYA TINDAK PIDANA TERSEBUT

....... Parameternya apa?Apakah didasarkan pada tipologi Korban:

- Provocative VictimsMereka yang merangsang timbulnya kejahatan

- Participating VictimsMereka yang karena perilakunya memudahkan dirinya sendiri menjadi korban

Page 27: Theory of VICTIMOLOGY

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana:

Korban kejahatan selama ini seakan-akan berada di luar proses peradilan (Forgotten Persons)

Sistem Inquisitur Hakim yang memegang peranan penting dalam proses persidangan, sehingga tidak memerlukan kehadiran Korban

Korban hanya sebagai obyek dan tidak ditempatkan secara “equal” dengan pelaku.

Page 28: Theory of VICTIMOLOGY

Victims can be heardDocumentation for the facts are the base for knowing the truth

Promote peace and reconciliation

Page 29: Theory of VICTIMOLOGY

Rancangan KUHP, Pasal 96, menyebutkan: Dalam putusan hakim dapat ditetapkan

kewajiban terpidana untuk melaksanakan pembayaran ganti kerugian kepada korban atau ahli warisnya.

Jika kewajiban pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan, maka berlaku ketentuan pidana penjara pengganti untuk pidana denda.

Page 30: Theory of VICTIMOLOGY

UU PTPPO: Tidak membedakan antara Korban Dewasa

dan Anak yang memerlukan perlindungan dan bantuan khusus yang mengutamakan prinsip “The best interest for the child”.

UU Perlindungan Saksi dan Korban:Hanya dapat dinikmati oleh korban yang berada di kota besar dan tidak bagi mereka yang ada di remote area/ desa atau pulau terpencil.

Page 31: Theory of VICTIMOLOGY

Seharusnya Restitusi diatur sebagai Pidana Tambahan yang bersifat imperatif.

Pengaturan Restitusi seharusnya juga mencantumkan Minimum dan Maksimum seperti halnya pidana denda.

Page 32: Theory of VICTIMOLOGY

Viktimologi tidak berhenti hanya pada ilmu yang dipelajari, namun viktimologi bergerak maju untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara......

Salam viktimologi