the meaning of friendship in the text of film …
TRANSCRIPT
MAKNA PERSAHABATAN DALAM TEKS FILM MENGEJAR
MATAHARI
(Suatu Tinjauan Semiotik)
THE MEANING OF FRIENDSHIP IN THE TEXT OF FILM
MENGEJAR MATAHARI
(An Overview of Semiotics)
TESIS
Oleh :
NURSAM NURISAL
NIM : 04.07.792.2012
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
TESIS
MAKNA PERSAHABATAN DALAM TEKS FILM MENGEJAR
MATAHARI
(Suatu Tinjauan Semiotik)
Yang disusun dan diajukan oleh
NURSAM NURISAL
NIM. 04.07.792.2012
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Tesis
pada tanggal 17 Juni 2014
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Muh. Rapi Tang., M.S. Dr. Siti Aida Azis, M.Pd.
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Prof. Dr. H. M. Ide Said, D. M., M. Pd. Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum.
NBM. 988 463 NBM. 922 699
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iv
PERNYATAAN KEORISINILAN TESIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nursam Nurisal
NIM : 04. 07. 792. 2012
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/Pascasarjana
Judul Tesis : Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar
Matahari (Suatu Tinjauan Semiotik)
Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Makna Persahabatan dalam Teks
Film Mengejar Matahari (Suatu Tinjauan Semiotik)”, merupakan karya asli.
Seluruh ide yang ada dalam tesis ini, kecuali yang penulis nyatakan sebagai
kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari
tesis ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau
sertifikat akademik.
Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya, maka penulis bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh PPs Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, juni 2014
Yang membuat pernyataan,
Nursam Nurisal
NIM:04. 07. 792. 2012
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa yang bersangkutan :
Nama : Nursam Nurisal
NIM : 04. 07. 792. 2012
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/Pascasarjana
Judul Tesis : Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar
Matahari (Suatu Tinjauan Semiotik)
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka tesis ini telah memenuhi
persyaratan dan layak di pertanggungjawabkan dihadapan penguji.
Makassar, Juni 2014
Disetujui Oleh,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Muh. Rapi Tang., M.S. Dr. Siti Aida Azis., M.Pd.
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan Direktur Pascasarjana
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Dr. A. Rahman Rahim, M. Hum. Prof. Dr. H. M. Ide Said, D. M., M. Pd.
ii
LEMBAR PERBAIKAN TESIS
NURSAM NURISAL
NIM. 07. 04. 792. 2012
Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji pada seminar hasil tesis
pada tanggal 4 juni 2014 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian tutup dengan beberapa perbaikan.
1. Prof. Dr. Muh. Rapi Tang.,M.S. (…………………………….)
(Pembimbing I)
2. Dr. Siti Aida Azis, M.Pd. (…………………………….)
(Pembimbing II)
3. Prof. Dr. H. M. Ide Said, D. M., M. Pd. (…………………………….)
(Penguji I)
4. Dr. Munirah, M.Pd (…………………………….)
(Penguji II)
Makassar, Juni 2014
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. Ide Said, D. M., M. Pd.
NBM: 988 463
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt,
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis
sebagai syarat dalam menyelesaikan studi Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar dapat
penulis selesaikan.
Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis juga mendapatkan
bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya
dan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Muh. Rapi Tang, M.S.,
Pembimbing I dan Dr. Siti Aida Azis, M.Pd., Pembimbing II, yang dengan
sabar mengarahkan dan memberi petunjuk yang berarti bagi penulis dan
terimakasih telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
kepada penulis.
Penghargaan tulus yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada tim penguji: Prof. Dr. H. M. Ide Said, D.M., M.Pd., dan
Dr. Munirah, M.Pd., dan staf pengajar di Program Pascasarjana Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberi ilmu dan pengalaman yang tak ternilai
serta membuka cakrawala keilmuan penulis selama mengikuti
pendidikan.
viii
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Prof. Dr. H. M. Ide Said, D.M., M.Pd., Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum.,
Ketua Prodi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang
memberikan petunjuk, arahan, dan berbagai fasilitas lainnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Hormat dan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua yang senantiasa bermunajat, dan penghargaan yang
tinggi serta ucapan terima kasih kepada saudara penulis tercinta Iva
Wisna, Abu Bakar, Pawangi, Alib, Inten, dan Habri yang telah menjadi
jembatan suluh bagi kehidupanku.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang
tak dapat penulis sebutkan. Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis
ini masih ada kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai masukan atau saran
konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini. Semoga
tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua, Amiin Ya Rabbal
Alamin.
Makassar, 17 Juni 2014
Penulis,
vi
ABSTRACT
Nursam Nurisal. 2014. The Meaning of Friendship in the Text Film Mengejar Matahari „An Overview of Semiotics‟, (Guided by Muhammad Rapi Tang and Siti Aida Azis).
The purpose of this research is to examine the text of the film “Mengejar Matahari” by Titien Wattimena. This study was conceived to determine how is the meaning of friendship in the text contained in the film “Mengejar Matahari”. The purpose of this study was (1) to identify and describe the denotative meaning of friendship in the text film “Mengejar Matahari” (2) to identify and describe the connotative meaning of friendship in the text film “Mengejar Matahari” (3) to identify and describe the myth/ ideology of friendship in the text film “Mengejar Matahari”
Data collection methods used in this study is the observation of the movie “Mengejar Matahari”. Documentary is data obtained from articles and also note transcripts, literature study as well as from previous recearchers scientific journals.
The results of this study is the meaning of friendship in the form of (1) fortitude to fac temptation, courage in defense of truth, man‟s relationships with fellow human beings in the form of helping attitude, friendship, conflict, and parental relationship with the child in the education pattern in the family (2) the view of the author of the text dialogue in the film shows the concept of a world view that is reflected by the author of the intrinsic value of the extrinsic meaning (3) the views of the author about the value of friendship in moview dialogue pursue an integrated of the nature of human relationships with his fellow human beings who need each other.
The sustainability in doing research using semiotic analysis, is expected to provide input to the development of Indonesian cinema and films, and in addition the semiotic research can also be done in a video clip, design, logo, and other objects associated with the sign.
v
ABSTRAK
Nursam Nurisal. 2014. Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar Matahari ‘Suatu Tinjauan Semiotik’, (Dibimbing oleh Muhammad Rapi Tang dan Siti Aida Azis).
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengkaji teks film Mengejar Matahari karya Titien Wattimen. Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana makna persahabatan yang terdapat di dalam teks film Mengejar Matahari. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna denotatif persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari (2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna konotatif persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari, dan (3) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan mitos/idologi persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi pada film Mengejar Matahari. Dokumenter yaitu data-data yang diperoleh dari artikel-artikel juga catatan transkip, studi kepustakaan seperti peneliti terdahulu juga jurnal ilmiah.
Hasil dari penelitian ini adalah makna persahabatan yang berupa (1) ketabahan dalam menghadapi cobaan, keberanian dalam membela kebenaran, hubungan manusia dengan sesama manusia yang berupa sikap tolong menolong, persahabatan, konflik, dan hubungan orang tua dengan anak dalam pola pendidikan dalam keluarga (2) Pandangan pengarang tentang teks dialog film Mengejar Matahari menunjukan konsep pandangan dunia pengarang yang dicerminkan oleh nilai instrinsik kepada makna ekstrinsik (3) Pandangan pengarang tentang nilai persahabatan dalam teks dialog film Mengejar Matahari merupakan koheran terpadu mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesama manusia yang saling membutuhkan.
Dengan adanya kesinambungan pada penelitian dengan analisis semiotik, diharapkan mampu memberi masukan terhadap perkembangan perfilman Indonesia dan selain dalam film semiotik juga dapat dilakukan dalam penelitian sebuah Video clip, design, logo, dan juga objek lain yang berkaitan dengan tanda.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ..................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ............................. 9
A. Kajian Pustaka........................................................................ 9
1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya .............................. 9
2. Tinjauan Semiotik .............................................................. 15
x
3. Tinjauan Semiotik dalam Analisis Film .............................. 25
4. Tinjauan Semiotik Teks ..................................................... 27
5. Tinjauan Film ..................................................................... 29
6. Tinjauan Makna Persahabatan .......................................... 40
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 53
1. Tinjauan Teoretis ............................................................... 53
2. Tinjauan Konseptual ........................................................ 55
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 58
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 58
B. Data ....................................................................................... 59
C. Sumber Data .......................................................................... 59
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 59
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 60
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................... 62
A. Hasil Analisis .......................................................................... 62
B. Pembahasan ......................................................................... 87
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 93
A. Simpulan ................................................................................ 93
B. Saran ...................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 98
LAMPIRAN.............................................................................................. 114
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
Tabel 2.1 : Rekapitulasi Literatur Terdahulu Sejenis…..… 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
Gambar 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes………………... 20
Gambar 2.2 : Teori Roland Barthes………………………... 22
Gambar 2.3 : Kerangka Pikir………………………………… 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Resensi Film Mengejar Matahari……………………... 98
2. Dialog Film dalam Scene…….…………………............ 104
3. Scene Film 1-8…….………………………………...…... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Film merupakan aktualisasi perkembangan kehidupan
masyarakat pada masanya. Dari zaman ke zaman film mengalami
perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun tema yang
diangkat. Bagaimanapun, film telah merekam sejumlah unsur-unsur
budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa
yang tampak pada dialog antar tokoh dalam film.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang sudah
sangat dikenal. Dengan caranya sendiri, film memiliki kemampuan
untuk mengantar pesan secara unik; dapat juga dipakai sebagai
sarana pameran bagi media lain dan juga sebagai sumber budaya
yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi, film seri,
serta lagu (Mc Quail‟s, 1996 : 14).
Perkembangan media komunikasi masa sekarang ini, film
menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan-
pesan. Film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk
menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan dan diakrabi
oleh khalayak umum. Di samping itu, film menyajikan cerita, peristiwa,
musik, drama, komedi, dan sajian lainnya kepada masyarakat umum.
Film sebagai salah satu jenis media massa yang menjadi saluran
berbagai macam gagasan dan konsep serta dapat memunculkan
2
dampak dari penayangannya. Ketika seseorang melihat sebuah film,
maka pesan yang disampaikan oleh film tersebut secara tidak
langsung akan berperan dalam pembentukan persepsi seseorang
terhadap maksud pesan dalam film. Seorang pembuat film
merepresentasikan ide-ide yang kemudian dikonversikan dalam sistem
tanda dan lambang untuk mencapai efek yang diharapkan.
Graeme Turner, (dalam Irawanto, 1999: 14) mengungkapkan
bahwa film tidak hanya sekedar refleksi dari realitas. Sebaliknya Film
lebih merupakan representasi atau gambaran dari realitas, film
membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-
kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya.
Salah satu gambaran dari realitas yang berlaku di tengah
masyarakat adalah persahabatan. Gambaran dari realitas ini tercermin
jelas dalam film-film yang tengah beredar di masyarakat. Dapat dikatan
semua film mengandung unsur persahabatan.
Jika, di dalam film menampilkan adegan yang mengandung
persahabatan, akan berdampak positif bagi penontonnya, karena
bukan tidak mungkin bagi mereka untuk meniru apa yang dilihatnya
dalam film.
Dalam perkembangannya, film di Indonesia dimonopoli oleh film
yang mengangkat tema seputar remaja. Hal ini disebabkan karena
industri perfilman pasar di Indonesia sebagian besar adalah remaja.
Oleh karena itu, industri perfilman di Indonesia memiliki tendensi
3
memproduksi film-film populer yang bersifat komersial, sehingga
banyak film yang mengesampingkan estetika dan pesan moral yang
hendak disampaikan.
Film remaja Indonesia tidak terlepas dari perkembangan remaja
di Indonesia itu sendiri. Apabila ditinjau lebih lanjut, masa remaja
merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan
mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain: persahabatan,
petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin pula
dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif
menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Irawanto, 1999:
120).
Film merupakan bidang yang amat relevan bagi analisis semiotik.
Seperti yang dikemukakan (van Zoest, 1993: 109), film dibangun
dengan tanda-tanda semata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai
sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek
yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar
dalam film menciptakan imajinasi atau sistem penandaan. Karena itu,
menurut van Zoest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur,
terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis
yakni tanda-tanda yang menggambarkan seseuatu. Gambar yang
dinamis pada sebuah film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.
4
Analisis semiotik film berlangsung teks dialog yang merupakan
struktur dari produksi tanda. Bagian struktur penandaan dalam film
biasanya terdapat dalam unsur tanda paling kecil, dalam film disebut
scene. Scene dalam film merupakan satuan terkecil dari struktur cerita
film atau biasa disebut alur. Alur sendiri merupakan sejumlah motif
satuan-satuan fiksional terkecil yang terstruktur sedemikian rupa
sehingga mampu mengembangkan tema serta melibatkan emosi-
emosi. Sebuah alur biasanya memunyai fungsi estetik pula, yakni
menuntun dan mengarahkan perhatian penonton ke dalam susunan
motif-motif.
Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk
hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda. Karena sistem tanda
sifatnya sangat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda.
Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai
konstruksi sosial di mana pengguna tanda berada.
Sistem semiotik yang lebih penting lagi dalam film adalah
digunakannya tanda-tanda, yang menggambarkan sesuatu. Para
semilog memandang film, program televisi, poster, iklan dan bentuk
lainnya sebagai semacam teks linguistik. Dalam hal ini film bertugas
untuk memperluas bahasa. (Barthes, 2007: 15; Kurniawan, 2001: 53).
Perspektif berupa pemberian muatan persahabatan dalam film ini
sama yang terjadi pada film remaja yang berjudul Mengejar Matahari.
Film ini menceritakan sebuah persahabatan sederhana dalam suatu
5
kampung di bilangan Jakarta, mulai dari kecil hingga dewasa. Dalam
perjalanan hidup, tersirat nilai-nilai tentang kehidupan yang bisa
diteladani. Film ini adalah buah kerja sama rumah produksi SinemArt
dibawah Leo Sutanto dan Kipass Communication yang dikomandani
Rudy Sudjarwo. Film ini dibintangi oleh Wingky Wiryawan (sebagai
Ardi), Fedi Nuril (Nino) Udjo Project Pop (Apin), dan Fauzi Baadilla
(Damar).
Film layar lebar ini menceritakan tentang persahabatan Ardi,
Damar, Nino dan Apin yang terus bersama sejak mereka masih kanak-
kanak. Sejak kecil mereka punya ritual bermain yang unik yang
mereka namakan Mengejar Matahari. Mereka akan berlari dari satu
titik ke titik lain di kompleks rumah susun tempat tinggal mereka, saling
bersaing siapa yang akan sampai terlebih dulu.
Cerita pun berlanjut hingga bersekolah di tingka SMA, tetap
bersama. Di tengah cerita, hadir seorang perempuan yang bernama
Rara (Agni Arkadewi). Pada suatu hari Ardi dekat dengan Rara, yang
menyebabkan persahabatan mereka retak disebabkan Damar juga
menyukai Rara.
Konflik yang ada dalam film ini bukan hanya seputar
persahabatan mereka, dalam film ini pun menceritakan konflik pribadi
tokoh-tokoh utama. Nino berasal dari keluarga yang berada, paling
dewasa dan pendiam. Damar merupakan anak yang tumbuh dengan
ibunya saja, ayahnya meninggalkan mereka dan ibunya sejak itu
6
jarang di rumah. Masalah Damar menyebabkan watak damar tumbuh
menjadi anak yang pemarah dan suka berkelahi. Ardi merupakan anak
pensiunan polisi yang ayahnya selalu mengajarkan Ardi untuk disiplin,
dengan jalan kekerasan. Lain pula Apin, sosok anak yang humoris
dengan cita-cita yang berbeda, yaitu untuk menjadi sutradara dan ingin
merekam semua kejadian hidup yang terjadi dalam persahabatannya.
Mendekati akhir cerita, muncul konflik yang paling besar antara
Damar dengan Obet. Apin dibunuh oleh Obet untuk membalaskan
dendamnya, menyebabkan Damar naik pitam dan membunuh Obet
dengan senjata api, Damar pun masuk penjara. Ardi dan Nino hanya
tinggal berdua, dan mereka sudah mencapai cita-cita mereka. Ardi
menjadi polisi dan Nino mendapatkan beasiswa S-2 ke Amerika.
Film ini mengajarkan untuk selalu bersama dalam keadaan apa
pun, karena dengan kebersamaan semua bisa terlewati, dan bisa
terlewati dengan mudah. Persahabatan, sampai kapanpun akan terus
terjaga, walau apa pun yang terjadi.
Untuk itu peneliti menggunakan metode analisis semiotik sebagai
alat analisis. Sebuah metode yang mempelajari tentang tanda dan
lambang. Penggunaan metode ini didasarkan atas kenyataan bahwa
film adalah suatu bentuk pesan komunikasi. Komunikasi sendiri adalah
suatu proses simbolik, yakni penggunaan tanda dan lambang yang
diberi makna.
7
B. Fokus Penelitian
Beradasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut:
1. Makna denotatif persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
2. Makna konotatif persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
3. Mitos/ideologi persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna denotatif
persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna konotatif
persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan mitos/idiologi
persahabatan dalam teks film Mengejar Matahari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian di harapkan dapat menambah kajian
pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi terutama berkaitan
dengan pengembangan studi analisis semiotika.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan penelitian ini untuk melatih diri
dalam menganalisis tentang tanda dan makna yang terdapat
dalam sebuah film dengan analisis semiotik.
b. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar dalam
mengungkap makna dan tanda dalam sebuah karya film.
c. Bagi Khalayak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang kajian semiotik secara menyeluruh
mengenai sebuah pemaknaan yang ada di dalam sebuah film.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini menjelaskan penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan masalah representasi film. Dalam hal ini,
penulis mendapatkan beberapa penelitian yang kiranya relevan
dengan masalah penelitian, yakni Tesis dari Yaser Dwi Yasa, 2012
mahasiswa Universitas Komputer Indonesia, dengan judul skripsi
Representasi Kebebasan Pers Mahasiswa dalam Film Lentera
Merah (Analisis Barthes dalam Film Lentera Merah Mengenai
Kebebasan Pers Mahasiswa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi kebebasan
pers mahasiswa dalam film terdapat tiga makna sesuai dengan
semiotik Barthes. Makna denotasi yang terdapat dalam sequence
Lentera Merah menggambarkan kehidupan pers yang terkekang
dan belum bebas dalam kegiatanya.
Makna konotasi ditemukan masih ada pengekangan kepada
pers, salah satunya presma yang posisinya berada dalam satu
lingkungan akademis. Makna mitos/ideologi yang dapat diambil
pers akan tetap hidup, namun dalam kehidupanya pers harus
bersifat Independent, serta tidak berpihak, dan tetap menjunjung
10
kejujuran dengan kekebasan pers yang mereka miliki disertai
dengan tanggung jawab moral.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko Nugroho, 2012
mahasiswa Universitas Komputer Indonesia dengan judul
Representasi Rasisme Dalam Film "This is England" (Analisis
Semiotik Roland Barthes Mengenai Rasisme dalam Film "This is
England”) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna
semiotik tentang rasisme yang terdapat dalam film This is England,
menganalisis apa saja makna yang terdapat dalam film This is
England yang berkaitan dengan rasisme, yaitu makna denotasi,
makna konotasi, mitos/ideologi menurut Roland Barthes. Penelitian
ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan analisis
semiotik Roland Barthes. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi pustaka, studi dokumentasi, observasi, dan
penelusuran data online.
Objek yang dianalisis merupakan sequence yang terdapat
dalam film This is England dengan mengambil tiga sequence. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga makna sesuai dengan
semiotik Barthes. Makna denotasi yang terdapat dalam sequence
This is England menggambarkan adanya bentuk doktrinisasi,
inisiasi, perlawanan, bahkan tindakan mengintimidasi para imigran
yang datang ke Negara Inggris. Makna konotasi didapat dari
11
adanya bentuk tindakan perlawanan dan kata-kata yang di ucapkan
terdapat unsur rasisme kepada para imigran.
Makna Mitos/Ideologi yang terdapat dari sequence, terjadi dari
imigran Pakistan yang paling sering mendapat tindakan rasis
termasif yang dilakukan warga pribumi asli Inggris yang merasa
berhak memperoleh “jatah singa” dan menikmati berbagai
keistimewaan di atas penderitaan kelompok lain. Kesimpulan
penelitian memperlihatkan adanya doktrinisasi, inisiasi,
perampokan toko, penganiayaan menunjukkan telah terjadinya
rasisme dari warga pribumi Inggris terhadap para imigran.
Mereka menikmati berbagai keistimewaan di atas penderitaan
kelompok lain dengan dukungan sejumlah lembaga dan
seperangkat aturan hukum yang sengaja dicipta demi menyangga
dan melanggengkan sistem rasis tersebut. Peneliti memberikan
saran bagi para sineas dapat lebih mengangkat apa yang
masyarakat belum ketahui dengan representasi kedalam sebuah
film dengan tampilan yang menarik. Film This Is England sarat
dengan pesan moral dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat
Indonesia yang masih rawan konflik SARA, dan film ini dapat
dijadikan pembelajaran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Steffi Septiani, 2012
mahasiswa Universitas Padjajaran dengan judul Representasi
Perempuan “tomboy” dalam film Get Married Penelitian ini
12
bertujuan untuk mengetahui makna semiotik tentang Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis
semiotika untuk menganalisis subjek yang diteliti.
Film Get Married diuraikan secara sintagmatik dan
paradigmatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos
perempuan “tomboy” ditunjukkan oleh performance yaitu tidak
pernah berdandan maupun memakai rok dalam kesehariannya,
dan konstruksi jender yang terdapat pada film Get Married identik
dengan ideologi patriarki dan heteroseksualitas Saran yang
diberikan yaitu, sebaiknya film ini lebih memperbanyak adegan-
adegan tentang sisi ketomboyan yang direpresentasikan sebagai
konstruksi gender dan meminimalisir adegan kekerasan.
Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu yang peneliti
pelajari dan peneliti anggap sebagai acuan serta panduan untuk
menyempurnakan literatur penelitian peneliti, maka hasil penelitian
terdahulu tersebut akan peneliti kemas dan dimasukan ke dalam
format Rekapitulasi Literatur Terdahulu ang sejenis pada tabel 2.1.
Adapun tujuannya adalah agar data dan informasi dari studi
penelitian terdahulu tersebut nantinya akan lebih mudah dipahami
alur relevansi dengan penelitian yang peneliti susun sekarang.
13
Tabel 2.1
Rekapitulasi Literatur Terdahulu Sejenis
Nama
Uraian
Yaser
Dwi Yasa
Eko
Nugroho
Steffi
Septiani
Fauzie Pradita Abbas
Tahun 2013 2012 2012 2013
Judul Representasi Kebebasan Pers Mahasiswa Dalam Film Lentera Merah
Representasi Rasisme Dalam Film "This Is England
Representasi Perempuan “tomboy” dalam film Get Married
Representasi Makna Kesetiaan Dalam Film Hachiko : A dog‟s Story
Tujuan Untuk mengetahui makna semiotik tentang kebebasan pers dalam film Lentera Merah
Untuk mengetahui makna semiotik tentang rasisme dalam film This Is England
Untuk mengetahui makna semiotik tentang perempuan tomboy dalam film Get Married
Untuk mengetahui makna semiotik tentang kesetiaan dalam film Hachiko: A Dog‟s Story
Metode Kualitatif/ Semiotik
Kualitatif/ Semiotik
Kualitatif/ Semiotik
Kualitati/ Semiotik
Makna Konotasi di didapat yaitu masih adanya pengekangan
Makna Mitos/Ideologi yang terdapat dari sequence, terjadi dari imigran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos perempuan “tomboy” ditunjukkan
-
14
kepada pers, salah satunya presma yang dimana posisi mereka berada dalam satu lingkung akademis. Makna Mitos/Ideologi yang dapat diambil pers akan tetap hidup, namun dalam kehidupanya pers harus bersifat Independent, serta tidak berpihak, dan tetap menjungjung kejujuran dengan kekebasan pers yang mereka miliki disertai dengan tanggung jawab
Pakistan yang paling sering mendapat tindakan rasis termasif yang dilakukan warga pribumi asli Inggris yang merasa berhak memperoleh “jatah singa” dan menikmati berbagai keistimewaan di atas penderitaan kelompok lain.
oleh performance yaitu tidak pernah berdandan maupun memakai rok dalam kesehariannya, dan konstruksi jender yang terdapat pada film Get Married identik dengan ideologi patriarki dan heteroseksualitas Saran yang diberikan yaitu, sebaiknya film ini lebih memperbanyak adegan-adegan tentang sisi ketomboyan yang direpresentasikan sebagai konstruksi gender dan meminimalisir adegan kekerasan.
Lanjutan Tabel 2. 1
15
moral
Kesimpulan merepresentasikan kehidupan pers harus berjalan tanpa ada interfensi dari suatu pihak, kritis dalam menanggapi kondisi sosial, serta harus tetap merdeka dalam kegiatanya agar dapat mempengaruhi hasil kerja pers juga menjunjung tinggi pada kebenaran.
memperlihatkan adanya doktrinisasi, inisiasi, perampokan toko, penganiayaan menunjukkan telah terjadinya rasisme dari warga pribumi Inggris terhadap para imigran.
Mempresentasikan performance perempuan yaitu tidak pernah berdandan maupun memakai rok dalam kesehariannya, dan konstruksi jender yang terdapat pada film Get Married identik dengan ideologi patriarki dan heteroseksualitas.
-
Sumber: peneliti, 2013
2. Tinjauan Semiotik
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotik, atau dalam istilah
Lanjutan Tabel 2. 1
Lanjutan Tabel 2. 1
16
Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa
objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga menkonstitusi
sistem terstruktur dari tanda. (Barthes, 2001: 179; Kurniawan, 2001:
53; Sobur, 2013: 15).
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan
makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan
suatu tanda (van Voest 1993: 64). Konsep dasar ini mengikat
bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan
simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori
yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan
maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi
tentang tanda merujuk kepada semiotik.
Dengan semiotik, kita lantas berurusan dengan tanda.
Semiotik, seperti kata (Lechte, 2001: 191; Sobur, 2013: 16), adalah
teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi semiotik
adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi
yang terjadi dengan sarana signs “tanda-tanda” dan berdasarkan
pada sign system (code) “sistem tanda”.
17
Tanda tidak mengandung makna atau konsep tertentu, namun
tanda memberi kita petunjuk-petunjuk yang semata-mata
menghasilkan makna melalui interpretasi. Tanda menjadi bermakna
manakala diuraikan isi kodenya (decoded) menurut konvensi dan
aturan budaya yang dianut orang secara sadar maupun tidak sadar
(Sobur, 2013: 16).
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir
strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan
semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra
Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan
semiotik pada studi sastra. (Bartehs 2001: 208; Kaelan, 2009: 199)
menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral
dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 1970-an. Ia berpendapat
bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-
asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia
mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero (1953; terj.
Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj.Inggris 1972; Kaelan,
2009: 199).
Roland Barthes, sebagai salah satu tokoh semiotik, melihat
signifikasi (tanda) sebagai sebuah proses yang total dengan suatu
susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tidak terbatas pada
bahasa, tetapi terdapat pula hal-hal yang bukan bahasa. Pada
18
akhirnya, Barthes menganggap pada kehidupan sosial, apapun
bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula
(Kurniawan, 2001: 53).
Semiotika (atau semiologi) Roland Barthes mengacu kepada
Saussure dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan
petanda pada sebuah tanda. Hubungan penanda dan petanda ini
bukanlah kesamaan (equality), tetapi ekuivalen. Bukannya yang
satu kemudian membawa pada yang lain, tetapi korelasilah yang
menyatukan keduanya (Kurniawan, 2001: 22).
Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa adalah
sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari
suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Memang, dalam
setiap eseinya, Barthes, seperti dipaparkan Cobley dan Janz (1999:
44) membahas fenomena keseharian yang luput dari perhatian. Dia
menghabiskan waktu untuk mengurraikan dan menunjukkan bahwa
konotasi yang terkandung dalam mitologi-mitologi tersebut
biasanya merupakan hasil konstruksi yang cermmat.salah satu
area penting yang dirambah bartes dalam studinya tentang tanda
adalah peran pembaca (the reader) . konotasi, walaupun
merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang
sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke dua, yang
dibangun di atas system lain yang telah ada sebelumnya. Sastra
19
merupakan contoh paling jelas sitem pemaknaan tataran ke dua
yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem yang pertama.
Sistem ke dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di
dalam Mytologies nya secara tegas ia bedakan dari denotatif, atau
sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmslev,
Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.
(Cobloy dan Jansz 1999: 44; Kaelan, 2009: 204)
Bagi Barthes, seperti yang ia tuangkan dalam karyanya yang
berjudul The Pleasure of The Text (1975) apabila sebuah teks tidak
mampu menggetarkan buhul-buhul darah para pembaca maka teks
tersebut tidak akan memiliki arti (meaning) apa pun. Suatu teks
harus dapat menggelinjang keluar dari bahasa yang
dipergunakannya. Barthes mengatakan bahwa, “The world is full of
signs, but these signs do not all have the fine simplicity of the
letters of the alphabet, of highway signs, or of military uniforms:
they are infinitely more complex. (Dunia ini penuh dengan tanda-
tanda ini tidak semuanya punya kesederhanaan murni dari huruf-
huruf, alfabet, tanda lalu lintas, atau seragam militer: mereka
secara tak terbatas lebih kompleks)” (Sobur, 2013: 69). Sejak
Barthes, tidak hanya karya sastra yang dikaji lewat semiotika jenis
ini, namun juga merambah ke pelbagai gejala sosial lainnya seperti
mode, foto dan film (Sobur, 2013: 69).
20
Berikut adalah peta tanda dari Roland Barthes:
Gambar 2. 1
Peta Tanda Roland Barthes
Sumber: Paul Cobley & Litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hal.51 dalam (Sobur, 2013: 69).
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3)
terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat
bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4).
Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material : hanya
jika kita mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri,
kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz
1999: 51; Kaelan, 2009: 204).
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar
memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya,
inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi
penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada
penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2013: 69).
21
Daniel Chandler dalam Semiotics for Beginners
mengungkapkan bahwa denotasi merupakan tanda tahap pertama,
yang terdiri dari penanda dan petanda. Sedangkan konotasi
merupakan tanda tahap kedua, yang termasuk di dalamnya adalah
denotasi, sebagai penanda konotatif dan petanda konotatif
(Christomy, 2004: 120).
Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi
dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang
menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya
merupakan istilah lain yang dipergunakan oleh Barthes untuk
ideologi. Mitologi ini merupakan level tertinggi dalam penelitian
sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam
sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena
tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok
yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana
pikiran manusia dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger 2000:
32; Sobur, 2013: 36).
Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya,
tetapi lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya,
mitos berada dalam diskursus semiologinya tersebut. Menurut
Barthes mitos berada pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah
terbentuk sistem tanda-penanda-petanda, maka tanda tersebut
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda
22
kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan pertama
adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua merupakan
mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh
Barthes sebagai metabahasa (metalanguage). Perspektif Barthes
tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang
membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh
penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas
keseharian masyarakat (Kurniawan, 2001: 22-23).
Adapun 2 (dua) tahap penandaan signifikasi (two order of
signification) Barthes dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 2 Teori Roland Barthes
Sumber : John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88. dalam (Sobur, 2003: 12).
Melalui gambar 2.2 ini Barthes seperti dikutip Fiske
menjelaskan: signifikasi tahap pertama merupakan hubungan
antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu
makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang
23
digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal
ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu
dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari
kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna subyektif atau paling
tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan
terhadap konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi
uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang
digambarkan tanda terhadap sebuah objek sedangkan konotasi
adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990: 88; Sobur,
2003: 128).
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi,
tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana
kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang
realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial
mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya.
Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas,
maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan (Fiske, 1990: 88;
Sobur, 2003: 128).
Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem
signifikasi tahap pertama, sementara konotasi merupakan sistem
signifikasi tahap kedua. Dalam hal ini, denotasi lebih diasosiasikan
dengan ketertutupan makna, dan dengan demikian, merupakan
sensor atau represi politis. Sedangkan konotasi identik dengan
24
operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitologi (mitos), seperti
yang telah diuraikan di atas, yang berfungsi untuk memgungkapkan
dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku
dalam suatu periode tertentu. Barthes juga mengungkapkan bahwa
baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda
konotatif dengan petanda konotatif terjadi secara termotivasi
(Budiman, 2004: 25; Sobur, 2003: 70-71).
Dalam pengamatan Barthes, hubungan mitos dengan bahasa
terdapat pula dalam hubungan antara penggunaan bahasa literer
dan estetis dengan bahasa biasa. Dalam fungsi ini yang
diutamakan adalah konotasi, yakni penggunaan bahasa untuk
mengungkapkan sesuatu yang lain daripada apa yang diucapkan.
Baginya, lapisan pertama itu taraf denotasi, dan lapisan kedua
adalah taraf konotasi: penanda-penanda konotasi terjadi dari tanda-
tanda sistem denotasi. Dengan demikian, konotasi dan
kesusastraan pada umumnya, merupakan salah satu sistem
penandaan lapisan kedua yang ditempatkan di atas sistem lapisan
pertama dari bahasa (Sobur, 2003: 19-20).
Barthes menggunakan konsep connotation-nya Hjemslev
untuk menyingkap makna-makna yang tersembunyi (Sobur, 2003:
23). Konsep ini menetapkan dua pemunculan makna yang bersifat
promotif, yakni denotatif dan konotatif, pada tingkat denotatif,
tanda-tanda itu mencuat terutama sebagai makna primer yang
25
“alamiah”. Namun pada tingkat konotatif di tahap sekunder,
muncullah makna yang ideologis.
3. Tinjauan Semiotik dalam Analisis Film
Film merupakan bidang yang amat relevan bagi analisis
semiotik. Seperti yang dikemukakan (van Zoest, 1993: 109), film
dibangun dengan tanda-tanda semata. Tanda-tanda itu termasuk
berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk
mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan tanda-tanda
fotografi statis, rangkaian tanda dalam film menciptakan imajinasi
atau sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis
yaitu tanda-tanda yang menggambarkan seseuatu. Gambar yang
dinamis pada sebuah film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.
Analisis semiotik pada film berlangsung pada teks yang
merupakan struktur dari produksi tanda. Bagian struktur penandaan
dalam film biasanya terdapat dalam unsur tanda paling kecil, dalam
film disebut scene. Scene dalam film merupakan satuan terkecil
dari struktur cerita film atau biasa disebut alur. Alur sendiri
merupakan sejumlah motif satuan-satuan fiksional terkecil yang
terstruktur sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan
tema serta melibatkan emosi-emosi. Sebuah alur biasanya
mempunyai fungsi estetik pula, yakni menuntun dan mengarahkan
perhatian penonton ke dalam susunan motif-motif tersebut.
26
Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda
termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,
iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya sangat kontekstual dan
bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna
tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di
mana pengguna tanda tersebut berada.
Di dalam teori semiotika, proses pemaknaan gagasan,
pengetahuan atau pesan secara fisik disebut representasi. Secara
lebih tepat ini didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda untuk
menampilkan ulang sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan
atau dirasakan dalam bentuk fisik.Cerita pada film tidak saja berupa
refleksi dari realitas kehidupan masyarakat yang dipindahkan ke
dalam seluloid semata, film juga menjadi media representasi dari
kehidupan masyarakat. Dalam hal ini film menghadirkan dan
membentuk kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-
konvensi dan ideologi dari kebudayaan.
Menurut Stuart Hall, seperti dikutip Budi Irawanto, film sebagai
sebuah konsep representasi memiliki beberapa definisi fungsi, yaitu
menunjuk, baik pada proses maupun produksi pemaknaan suatu
tanda. Representasi juga menjadi penghubung makna dan bahasa
dengan kultur. Lebih jauh lagi, makna dikonstruksi oleh sistem
representasi dan diproduksi melalui sistem bahasa yang
27
fenomenanya bukan hanya melalui ungkapan-ungkapan verbal tapi
juga visual.
4. Tinjauan Semiotik Teks
Semiotik teks adalah cabang semiotika yang secara khusus
mengkaji teks dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Ia
dibedakan dengan semiotik umum (general semiotics), yang
mengkaji tanda secara lebih umum dan lebih luas. Disebut sebagai
semiotik teks oleh karena unit analisis terkecilnya adalah „teks‟ itu
sendiri, sementara unit analisis terkecil semiotik umum adalah
„tanda‟.
Analisis teks (textual analisis) adalah salah satu cabang dari
semiotik teks, yang secara khusus mengkaji teks sebagai sebuah
„produk penggunaan bahasa‟ berupa kumpulan atau kombinasi
tanda-tanda, khususnya yang menyangkut system tanda
(sintaktik/pradigmatik), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), relasi
antar tanda (metafora/metonim), muatan mitos, dan ideology
(Barthes, 2007: 27)
Oleh karena semiotik teks dan analisis teks merupakan
cabang dari semiotik umum, maka berbagai prinsip dasar yang
membentuk semiotik umum juga berlaku di dalamnya. Artinya,
meskipun unit analisis terkecil semiotik teks adalah „teks‟ akan
tetapi teks tidak dapat dilepaskan dari „tanda-tanda‟ yang
membentuknya.
28
Dalam pengertiannya yang luas, „teks‟ adalah “setiap produk
dari discourse”, yaitu tindak penggunaan dan perttukaran tanda dan
bahasa. „diskursus‟ (discourse). Dalam hal ini, dapat didefenisikan
sebagai “setiap tindak penggunaan bahasa”. Dengan demikian,
dalam pengertiannya yang luas, teks adalah „produk‟ dari setiap
tindak penggunaan bahasa. Dalam pengertiannya yang lebih
sempit, teks adalah pesan-pesan tertulis, yaitu produk bahasa
dalam bentuk tulisan (written texs), seperti buku, novel, puisi, artikel
Koran, majalah, catatan harian, prasasti, dan kitab suci.
Dalam pengertiannya yang luas itulah, teks didefenisikan
sebagai pesan-pesan, baik yang menggunakan tanda verbal
maupun visual (visual sign) yang menghasilkan teks verbal dan
teks visual (visual texs), seperti gambar iklan, televise, komik, film,
fashion, seni tari, teater, patung, arsitektur, tata kota.
„teks verbal‟ dibedakan lagi antara (1) ‟teks oral‟ (oral text),
yang secara sempit disebut discourse, dan (2) teks tertulis (written
text), yang secara sempit disebut sebagai „teks‟, seperti teks sastra,
puisi, novel, teks hokum (legal text), surat, piagam, nota, prasasti.
„teks visual‟ (visual text) adalah „teks‟, yang melibatkan di
dalamnya unsure-unsur visual, seperti gambar, ilustrasi, foto,
lukisan, atau citra rekaan computer. Di antara yang termasuk ke
dalam teks ini anatara lain: advertising text, teks fashion, teks
29
televise, teks seni (patung, lukisan, tari, teater), teks objek
(komoditas), teks arsitektur.
Studi teks (textual studies) adalah cabang semiotik yang
cakupannya sangat luas, dengan nama kajian yang beragam.
Diantara studi yang, pada hakikatnya, sama dengan studi teks,
antara lain: proses teks (text processing), proses diskursus
(discourse processing), analisis teks (textual analysis), analisis
wacana (discourse anlysis), linguistik teks (text linguistics), semiotic
teks (text semiotics), teori teks (text theory), teori wacana
(discourse theory), ilmu teks (science of the text), grammar teks
(text grammar).
Studi teks juga mempunyai beberapa cabang, yang
terkadang tampak tumpang tindih satu sama lainnya, di anatarnya
adalah: hermeneutika (hermeneutics). Retorika (rethorics), narasi
(narrative), mitotologi, ideology, proxemics (semiotik ruang),
choronimics (semiotik waktu), semiotik media, semiotik objek,
gestur, bahasa tubuh (body language).
5. Tinjauan Film
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
struktural atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh (van
Zoest,1993: 109; Sobur, 2013: 128), film dibangun dengan tanda
semata-mata. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-
tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam
30
film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Film
umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting
dalam film adalah gambar dan suara. Film menuturkan ceritanya
dengan cara khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara
pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan
proyektor dan layar.
Sardar & Loon Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri
dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada
dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik
untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Figur utama
dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah
Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales
(EHESS) Paris. Menurutnya, penanda (signifant) sinematografis
memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang
tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk.
Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak
pernah semena.
a. Defenisi dan Mekanisme Film
Film adalah serangkaian gambar diam yang membentuk
ilusi gerak. Film di produksi melalui perekaman gambar fotografi
melalui kamera, atau dengan cara menggabungkan gambar
melalui teknik animasi. Film adalah sebuah artifak budaya yang
dibuat melalui sebuah pengaruh kebudayaan yang spesifik,
31
yang mencerminkan kebudayaan tersebut dan sebaliknya ikut
mempengaruhi kebudayaan itu sendiri. Film telah menjadi
sebuah bentuk seni yang sangat penting, karena telah menjadi
sumber hiburan dan pendidikan. Unsur-unsur visual dalam film
merupakan pembentuk kekuatan komunikasi yang sangat
penting.
Film terdiri atas serangkaian gambar tunggal yang disebut
frame/shot. Ketika frame-frame ini diputar berurutan secara
cepat, maka penonton akan melihat sebuah ilusi gerak yang
muncul dari gambar-gambar tersebut. Jeda antara frame tidak
begitu terlihat diakibatkan oleh fenomena yang disebut
“persistence ofvision”, dimana mata mengadaptasi gambar
berikutnya dengan cepat segera setelah gambar sebelumnya
menghilang. Efek psikologi yang melibatkan pergerakan dengan
cepat ini dinamakan “beta movement” ( Sobur, 2013: 128).
b. Unsur-unsur dalam Film
British Film Institute menjelaskan dalam artikel
“AnIntroductionto Film Languange” bahwa film memiliki „tata
bahasanya‟ sendiri, yang disebut sebagai Continuity System.
Sistem ini memungkinkan sebuah cerita dibalut dalam sebuah
presentasi naratif yang berkesinambungan dan tidak terganggu
oleh distorsi-distorsi, walaupun audience menyaksikan sebuah
tayangan yang sebenarnya terdiri atas gabungan shot-shot.
32
Sistem ini merupakan hasil dari perkembangan seni film-making:
bagaimana kamera digunakan untuk merekam adegan,
bagaimana sebuah potongan-potongan film digabungkan
melalui prosesediting, dan bagaimana aspek suara dibangun
dalam film. Beberapa unsur dalam film yang berperan dalam
membangun continuity system adalah sebagai berikut:
1) Kamera
Video kamera adalah alat yang digunakan untuk
menangkap materi visual yang menjadi bahan baku yang
membangun sebuah film. Pada umumnya film diputar dalam
24fps (framespersecond), yang berarti dalam satu detik, film
menampilkan 24 gambar diam yang berbeda secara
berurutan. Pada film live action, pergerakan dari objek film
direkam secara reatime, sebagai sebuah urutan gambar
diam. Sedangkan pada film animasi, setiap frame dibuat
masing-masing secara terpisah, dengan menggerakkan
objek film di tiap frame sedikit demi sedikit. Ketika film
diputar dan ditayangkan di sebuah layar, frame-frame ini
ditayangkan dengan cepat secara berkesinambungan, yang
kemudian ditangkap oleh mata dan persepsi manusia
sebagai „gerak nyata‟. Fenomena ini dikenal dengan nama
“persistenceof vision”.
Rekaman-rekaman yang dihasilkan oleh video kamera
33
kemudian di seleksi untuk kemudian di edit, proses
penggabungan adegan-adegan kedalam sebuah kesatuan
film, sesuai dengan jalan cerita yang dirancang.
Penggunaan kamera menentukan bentuk gambar yang
dihasilkan: dari sudut pandang mana ia diambil, seberapa
dekat dengan objek yang direkam, pergerakan seperti apa
yang dilakukan oleh kamera tersebut, dsb. Karena itulah
kemudian penggunaan kamera ditentukan oleh seperangkat
variabel yang mempengaruhinya, yang bertujuan untuk
menjaga keutuhan sistem kesinambungan film.
2) Shot
Shot, merupakan satuan terkecil dari film; bagaimana
sebuah gambar diambil, dikategorikan berdasarkan jarak
pengambilannya gambar oleh kamera terhadap objek, yang
kemudian akan mempengaruhi seberapa rapat atau
renggang frame gambar kemudian akan mengelilingi
sebuaho bjek. Tidak ada definisi yang pasti mengenai aturan
yang membatasi tentang ukuran shot, karena tiap individu
memiliki interpretasinya masing-masing. Aturan tersebut
juga bersifat relatif terhadap objek, misalnya close-upse
buah meja, mungkin saja merupakan sebuah medium shot
terhadap vas bunga yang terdapat diatas meja tersebut,
atau bisa saja menjadi sebuah wides hotter hadap motif
34
desain yang terdapat di permukaan vas bunga tersebut.
Sehingga dalam hal ini ukuran shot juga dipengaruhi oleh
subjek yang menjadi pusat acuan. Beberapa istilah yang
umum digunakan adalah dengan objek acuan berdasarkan
subjek manusia:
a) Extreme Long Shot (ELS).
b) Long Shot (LS)- memperlihatkan keseluruhan badan
manusia, dari kepala hingga kaki.
c) Medium Long Shot (MLS) – lutut keatas.
d) Medium Shot(MS)- pinggang keatas.
e) Close-Up (CU)- kepala dan daerah sekitar bahu.
f) Extreme Close-up (ECU)- wajah.
Pemilihan faktor ukuran shot didasarkan pada fungsi
shot tersebut dalam naratif film yang bersangkutan. Sebuah
shot close-up misalnya menitik beratkan perhatian
audience pada karakter seorang aktor atau bisa saja
digunakan untuk memperjelas detail-detail yang penting,
yang bisa saja terlewatkan apabila tidak diambil dalam
skala lebih besar dari close-up. Beberapa istilah kemudian
digunakan untuk merujuk penggunaan shot dan fungsinya
terhadap naratif film:
a) Establishing Shot, biasanya berupa wide shot,
memperlihatkan setting dan action secara keseluruhan.
35
b) Two-shot, memperlihatkan dua pemeran dalam satu
frame, dan biasanya akan diedit bersama dengan shot
close-up.
c) Master Shot, memperlihatkan keseluruhan aksi yang
berada dalam sebuah adegan, biasanya diedit bersama
dengan shot close-up, reverseangle, dsb.
d) Over-the-shoulder Shot (OTS), memperlihatkan, ditepi
frame, sebagian dari kepala dan bahu dari seorang
pemeran, untuk menjelaskan hubungan ruang antara
pemeran tersebut dengan objek yang sedang menjadi
pusat perhatiannya.
3) Fokus
Tidak semua shot harus selalu ditampilkan dengan
tajam dan fokus, disisi lain terdapat kebutuhan spesifik untuk
memfokuskan suatubagian shot tertentu, seperti halnya
ukuran shot, fokus shotpun turut dipengaruhi oleh unsur
naratif film. Misalnya pada sebuah adegan dialog, maka
pembuat film akan berusaha menitik beratkan perhatian
audienc pada pemeran utama dan dialog yang dilakukannya
dalam frame tersebut dengan cara membuat background
menjadi sedikit tidak fokus. Rentang fokus disebut sebagai
„depth offield‟, yang dipengaruhi oleh kombinasi beberapa
faktor:
36
a) Apperture: bukaan lensa, semakin sempit apperture
maka semakin besar depth offield.
b) Focallength: semakin lebar sudut lensa maka semakin
besar depth offield.
c) Jarak antara kamera dengan objek: semakin jauh jarak
antara keduanya maka semakin besar depth offield.
4) Sudut dan Ketinggian
Posisi pengambilan gambar yang paling umum adalah
meletakkan kamera sejajar dengan ketinggian mata. Namun,
tentu saja terdapat alternatif-alternatif lain mengenai sudut
pengambilan gambar ini, apalagi ditambah dengan
perlengkapan pendukung kamera yang memungkinkan
pengambilan gambar dilakukan dari posisi-posisi yang
semakin tidak terbatas. Namun secara umum, posisi kamera
dibagi berdasarkan kategori berikut:
a) High Angle: mengambil gambar dari sudut atas.
b) Low Angle: mengambil gambar dari sudut bawah.
c) Extreme High Angle/Top Shot: mengambil gambar tepat
dari atas.
d) Dutch Angle: kamera dimiringkan, sehingga garis
horizontal dan vertikal mengarah secara diagonal
terhadap frame.
e) High Angle dan Low Angle sering digunakan dalam shot
37
“pointofview” dan pola shot “reverse”. Misalnya ketika
dalam sebuah shot menampilkan seorang pemeran
melihat ke arah bawah (katakanlah sedang mencari
suatu benda), pada shot berikutnya sudut pengambilan
gambar tepat berada pada sudut mata/pandangan
pemeran tersebut menempatkan audience dalam sudut
pandang pemeran. Contoh berikutnya adalah ketika
terdapat dua orang yang sedang berbicara, namun
katakanlah orang pertama berada di tempat yang lebih
rendah dari pada orang kedua. Maka OTS shot akan
mengambil sudut pandang dari atas ketika mengamati
dari perspektif orang kedua, dan mengambil sudut
pandang bawah ketika berada di posisi orang pertama.
5) Pergerakan
Kamera dapat bergerak dalam berbagai macam cara
dan namun pada umumnya dibagi menjadi dua kategori
yaitu Pan (berasal dari kata „panorama‟): kamera bergerak
secara horizontal, dan Tilt: kamera bergerak secara vertikal.
Kombinasi antara keduanya dapat digunakan untuk:
a) Mengikuti jalannya aksi dalam sebuah adegan.
b) Menampilkan lingkungan.
c) Memindahkan perhatian audience.
d) Menyeimbangkan komposisi
38
Pergerakan kamera juga dapat dihasilkan dari posisi fix.
Dalam pergerakan shot yang lebih kompleks, kamera
diposisikan pada sebuah alat bantu gerak berupa track,
trolley, crane, helikopter, steadicam, dll. Pengambilan shot
secara dinamis seperti ini disebut juga tracking shot.
Pergerakan seperti ini dapat digunakan, sepertihalnya
dengan pan dan tilt, semata untuk mengikuti aksi dalam
sebuah adegan, atau dapat pula menjadi sebuah alternatif
eksplorasi artistik diluar proses editing. Dalam film animasi,
dimana hampir tidak ada pengambilan gambar secara „live‟,
maka efek pergerakan kamera diciptakan dari rekayasa
sudut pandang melalui pendekatan frame per frame.
6) Editing
Shot (satuan image terkecil dari bahasa film) diseleksi,
diatur durasinya, dan digabungkan dalam sebuah adegan
(sequence), kemudian setelah itu dimasukkanlah efek suara
dan soundtrack, demikian halnya dengan efek, tulisan, dll.
Keseluruhan hal ini disebut sebagai proses editing, yang
menjadi inti dari proses pembuatan film. Editing membangun
seluruh komponen- komponen kedalam bentuk film yang
utuh, yang kemudian berperan dalam memunculkan jalan
cerita, hubungan antar objek, mengembangkan gagasan,
pertanyaan, dan pengalaman naratif dari film itu sendiri,
39
yang membuat sebuah film memiliki makna. Melalui proses
editing pula sebuah cerita dibangun berdasarkan sebuah
struktur, dibentuk dan dipotong sedemikian rupa dalam
bentuk „chapters‟.
7) Mise-en-scène
Mise-en-scène, berasal dari bahasa prancis, berarti
„meletakkan sesuatu dalam gambar‟ atau dapat juga
diartikan „segala sesuatu yang terdapat dalam gambar‟,
merupakan faktor yang menitik beratkan perhatian pada
desain dan tata letak dari sebuah frame image. Setiap unsur
yang berada dalam sebuah image pastilah memberikan
kontribusi terhadap makna keseluruhan dari image tersebut,
walaupun pada umumnya perhatian audience akan lebih
banyak terpusat pada karakter/objek yang berada dilatar
depan, namun dalam satu waktu objek yang berada dilatar
belakang pun akan turut memberi sebuah penandaan bagi
audience.
Mise-en-scène terdiri atas kostum, properti,
pencahayaan, karakter (aktor atau model), spesial efek, efek
suara, dan segala sesuatu yang lain yang juga berada
didalam frame. Tingkat realisme dari sebuah image sangat
ditentukan dari faktor Mise-en-scène-nya.
40
8) Mise-en-shot
Mise-en-shot merupakan istilah yang merujuk pada
pergerakan kamera dan ukuran shot, seperti telah dibahas
diatas. Faktor lain yang mempengaruhi mise-en-shot adalah
tipe lensa yang digunakan, yang akan turut mempengaruhi
depth-of-field yang dihasilkan oleh sebuah kamera. Pada
intinya, mise-en-scène merupakan wilayah pekerjaan dari
seorang sutradara dan penulis naskah, sementara mise-en-
shot merupakan wilayah dari directorof photography dan
sinema tografer (van Voest Art, 1993: 45).
6. Tinjauan Makna Persahabatan
a. Makna Persahabatan
Kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, tidak terlepas
dan tak akan pernah terlepas dari faktor lingkungan di
sekitarnya. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Satu dengan lainnya akan sangat saling
membutuhkan, sehingga adanya lingkungan yang baik
merupakan suatu anugerah istimewa dalam hidup dan
kehidupan kita. Dengan keberadaan lingkungan yang sehat dan
baik, tentunya akan membuat kita merasa nyaman tinggal di
lingkungan tersebut.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di lingkungan
masyarakat, tempat kerja, sekolah atau dimana pun kita berada,
41
alangkah beruntungnya bila kita menemukan dan mendapatkan
seorang sahabat sejati. Dengan adanya sahabat sejati, arti
hidup dan kehidupan ini terasa lebih bermakna dan
menjadikannya sebagai motivasi untuk terus menjalani
kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Untuk menemukan
sahabat sejati ini tidaklah mudah, dan hal itu tentunya
memerlukan waktu dan proses.
Sahabat adalah ikatan pertemanan yang didasari oleh
ikatan batin diantara keduanya. Persahabatan sangat
dipengaruhi oleh faktor ketulusan, kecintaan, kasih sayang,
pengorbanan, pengertian dan saling memotivasi. Jika faktor-
faktor itu telah dimiliki oleh teman kita termasuk diri kita, maka
persahabatan sejati pun akan terbentuk dengan sendirinya.
Tanpa faktor-faktor di atas, mustahil sebuah persahabatan sejati
akan terbina. Jika kita ingin mempunyai sahabat, maka terlebih
dahulu diri kita sendiri harus mempunyai jiwa seperti yang
disebutkan di atas.
Ketika diri kita bersedih, sahabat akan berusaha
menghibur diri kita. Ketika diri kita ditimpa kesulitan, sahabat
akan berusaha membantu meringankan kesulitan kita. Ketika
kita memerlukan bantuan seorang teman, sahabat akan
membantu dengan ketulusan dan pengorbanannya. Ketika diri
kita ada kesalahan dan kehilafan, sahabat akan berusaha
42
mengingatkan diri kita. Begitupun sebaliknya, jika teman kita
sedang ditimpa kesulitan dan kesusahan, diri kita pun berusaha
untuk membantu meringankan beban mereka dan melakukan
apapun yang bisa kita lakukan untuknya.
Selain faktor-faktor di atas, ada faktor penting yang harus
dijaga keberadaannya yaitu kejujuran dan saling menjaga
kepercayaan. Kejujuran dan saling menjaga kepercayaan
merupakan faktor yang wajib dimiliki bila kita ingin menjalin
persahabatan yang sejati. Jika kejujuran dan kepercayaan telah
ternoda, maka jangan harap persahabatan yang abadi akan
terbina. Kejujuran dan kepercayaan merupakan unsur
persahabatan yang lahir dari hati nurani yang paling dalam.
Kesucian akan kejujuran dan kepercayaan haruslah tetap
terjaga dan jangan mencoba merusaknya dengan sebuah
keburukan jiwa dan nafsu, karena jika sudah rusak akan sulit
mengembalikan seperti semula.
Setiap manusia berharap memiliki sahabat dalam
mengarungi hidupnya. Keberadaan sahabat ini sangat penting
keberadannya sebagai motivator hidup dan tempat
mencurahkan isi hati dan perasaan jiwa. Terkadang jika kita
memiliki masalah baik itu masalah berat maupun ringan, dan
kita bisa berbicara dengan sahabat kita, seolah-olah
permasalahan itu sedikit demi sedikit sirna. Mungkin hal itu
43
sebagai dampak psikologis atas keberadaan seorang sahabat
sejati di tengah-tengah kehidupan.
Persahabatan yang dilandasi perasaan cinta dan kasih
sayang, kejujuran dan kepercayaan, pengertian, ketulusan serta
kedekatan jiwa, akan menjadikannya pertemanan yang abadi
sampai kapan pun dan dimana pun kita berada. Persahabatan
sejati tidak akan terpisah oleh waktu dan tempat. Kita sering
mendengar dan melihat berbagai kisah persahabatan sampai
usia renta, hal itu tentunya jika memiliki unsur-unsur
persahabatan seperti di atas. Semoga kita pun mendapatkan
sahabat yang akan terus menjalin pertemanan sampai akhir
hayat kita.
1) Aspek-aspek Persahabatan
Menurut Parker dan Asher (1993: 45) terdapat enam
aspek kualitas persahabatan, yaitu:
a) Dukungan dan kepedulian (validation and caring) Adalah
sejauh mana hubungan ditandai dengan kepedulian,
dukungan dan minat.
b) Pertemanan dan rekreasi (companionship and recreation)
Adalah sejauh mana menghabiskan waktu bersama
dengan teman-teman baik didalam maupun diluar
lingkungan akademik atau kerja.
c) Bantuan dan bimbingan (help and guidance) Adalah
44
sejauhmana teman-teman berusaha membantu satu
sama lain dalam menghadapi tugas-tugas rutin dan
menantang.
d) Pertukaran yang akrab (intimate change) Adalah sejauh
mana hubungan ditandai dengan pengungkapan
informasi pribadi dan perasaan.
e) Konflik dan penghianatan (conflict and betrayal) Adalah
sejauh mana hubungan ditandai dengan argumen,
perselisihan, rasa kesal, dan ketidak percayaan.
f) Pemecahan masalah (conflict resolution) Adalah sejauh
mana perselisihan dalam hubungan diselesaikan secara
efisien dan baik.
Parker dan Asher dalam (Dariyo, 2004: 86)
mengungkapkan kualitas suatu hubungan persahabatan
dipengaruhi oleh aspek-aspek yang dapat berfungsi dengan
baik. Aspek-aspek tersebut antara lain:
a) Mendorong hubungan pertemanan (stimulating compani
on ship) Mengarahkan kepada aktifitas bersama yang
membangkitkan kesenangan, kegembiraan, dan gairah
atau semangat.
b) Pertolongan (help) Aspek ini mengarah pada penyediaan
atau pemberian tuntutan, bantuan, pemberian informasi,
saran dan bentuk bantuan lain yang diperlukan untuk
45
memenuhi kebutuhan atau tujuan sahabatnya.
c) Keintiman (Intimacy) Aspek keintiman merupakan
keadaan dimana individu bersikap peka terhadap
kebutuhan dan kondisi sahabatnya. Disamping itu, dalam
dimensi terdapat kesediaan untuk menerima sahabat apa
adanya.
d) Pengakuan diri (self validation) Mengarah pada
penerimaan akan orang lain untuk meyakinkan,
menyetujui, mendengarkan, dan menjaga gambar diri
sahabatnya sebagai pribadi yang kompeten dan
berharga. Hal ini seringkali dicapai dengan perbandingan
sosial akan atribut serta kepercayaan seseorang.
e) Rasa aman secara emotional (emotional security)
Mengarah pada rasa aman dan keyakinan yang diberikan
seorang individu pada situasi-situasi yang baru atau
mengancam sahabatnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek kualitas persahabatan terdiri dari mendorong
hubungan pertemanan, pertolongan, keintiman, kualitas
hubungan yang diandalkan, pengakuan diri, rasa aman secara
emosional, dukungan dan kepedulian, pertemanan dan rekreasi,
bantuan dan bimbingan, pertukaran yang akrab, konflik dan
penghianatan, serta pemecahan masalah. Dalam penelitian ini,
46
alat ukur yang digunakan yaitu aspek kualitas persahabatan
menurut Parker dan Asher (1993: 54), yang terdiri dari
dukungan dan kepedulian, pertemanan dan rekreasi, bantuan
dan bimbingan, pertukaran yang akrab, konflik dan
penghianatan, serta pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan
aspek-aspek tersebut mewakili secara lebih luas kriteria kualitas
persahabatan.
2) Ciri-ciri Persahabatan
Menurut Santrock, J. W dalam (Djuwarijah, 2002: 63-76)
ciri-ciri persahabatan sebagai berikut:
a) Sukarela
Dalam persahabatan, hubungan dibentuk atas dasar
kesukarelaan penuh, sedangkan dalam berteman masih
terdapat kesan kita berteman selama masih ada
kerjasama.
b) Unik
Keunikan merupakan ciri khas persahabatan yang
menjadikannya tidak dapat digantikan oleh bentuk
hubungan lain.
c) Kedekatan dan Keintiman.
Persahabatan dan hubungan teman berbeda secara
nyata. Hubungan antar teman biasanya tidak disertai
dengan adanya kedekatan dan keintiman. Walaupun
47
demikian, kualitas keintiman tidak selalu sama pada
setiap sahabat yang dimiliki seseorang.
d) Persahabatan harus dipelihara agar dapat bertahan.
Dalam suatu hubungan persahabatan biasanya
pihak-pihak yang berkepentingan dalam hubungan.
Walaupun ada konflik-konflik kecil yang terjadi, pihak-
pihak yang ada akan berusaha membicarakan faktor-
faktor yang memicu terjadinya konflik, agar hubungan
terjalin hangat dan akrab kembali.
Menurut Mappiare, (1982: 18) dalam (Kartono, 1985: 65)
mengkarakteristikkan persahabatan sebagai berikut:
a) Kesenangan yaitu suka menghabiskan waktu dengan
teman.
b) Penerimaan yaitu menerima teman tanpa mencoba
mengubah mereka.
c) Percaya yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat
sesuatu yang sesuai dengan kesenangan individu.
d) Respek yaitu berpikiran bahwa teman membuat
keputusan yang baik.
e) Saling membantu yaitu menolong dan mendukung teman
dan mereka juga melakukan hal yang demikian.
f) Menceritakan rahasia yaitu berbagi pengalaman dan
masalah yang bersifat pribadi kepada teman.
48
g) Pengertian yaitu merasa bahwa teman mengenal dan
mengerti dengan baik seperti apa adanya individu.
h) Spontanitas yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri
ketika berada di dekat teman.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri persahabatan terdiri dari sukarela, unik,
kedekatan dan keintiman, persahabatan harus dipelihara
agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya,
respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian,
serta spontanitas.
3) Faktor-faktor Pembentuk Persahabatan
Mappiare, (1982: 18) dalam (Kartono 1985: 65),
mengungkapkan ada dua hal yang berpengaruh dalam
pembentukan persahabatan, yaitu:
a) Kemiripan
Kemiripan atau kesamaan yang dapat mempererat
hubungan antar pribadi adalah dalam hal pandangan
atau sikap. Persamaan juga sebagai ikatan ketertarikan
pada hubungan yang akrab.
b) Saling Menilai Positif
Kemudian yang memperkuat hubungan antar
pribadi adalah saling menilai positif sehingga timbul
perasaan atau kesan suka sama suka antara kedua
49
pihak. Ungkapan penilaian positif dapat dilakukan secara
nonlisan, yaitu melalui gerak, perubahan wajah, kedipan
mata dan sebagainya, atau lisan.
Mappiare, (1982: 19) dalam (Kartono, 1985: 65) faktor-
faktor pembentukan persahabatan yaitu:
a) Ketertarikan Secara Fisik
Salah satu faktor yang paling kuat dan paling
banyak dipelajari adalah ketertarikan secara fisik. Aspek
ini menjadi penentuan yang utama dari apa yang orang
lain cari untuk membentuk sebuah hubungan. Apakah
pertemanan atau perkenalan yang terus menerus
berkembang tergantung pada ketertarikan secara fisik
dari masing-masing individu.
b) Kesamaan
Salah satu diantara alasan kita ingin mengetahui
kesukaan dan ketidaksukaan orang lain adalah karena
kita cenderung menerima seseorang yang memiliki
berbagai kesamaan dengan kita untuk menjalin sebuah
persahabatan. Kesamaan mereka dari berbagai jenis
karakteristik dan tingkat yang mereka tunjuk.
c) Timbal Balik
Adanya rasa saling menguntungkan yang
didapatakan dari persahabatan sehingga sebuah
50
persahabatan mungkin menjadi berkembang kearah
yang lebih baik lagi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor pembentukan persahabatan terdiri dari
kemiripan, saling menarik positif, ketertarikan secara fisik,
kesamaan serta timbal balik.
Fungsi persahabatan menurut Mappiare, A. dalam
(Kartono, 1985: 67) menyatakan bahwa ada enam fungsi
persahabatan yaitu:
a) Pertemanan (Companionship)
Persahabatan akan memberikan kesempatan
kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai
teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan
suatu aktivitas.
b) Stimulasi Kompetensi (Stimulation)
Pada dasarnya, persahabatan akan memberi
rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi
dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi
sosial. Artinya melalui persahabatan seseorang
memperoleh informasi yang menarik, penting dan
memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang
dengan baik.
51
c) Dukungan Fisik (Physical Support)
Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa
teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga)
bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah.
d) Dukungan Ego
Persahabatan menyediakan perhatian dan
dukungan ego bagi seseorang. Apa yang dihadapi
seseorang juga dirasakan, dipikirkan dan ditanggung
oleh orang lain (sahabatnya).
e) Perbandingan sosial(Social Comparison)
Persahabatan menyediakan kesempatan secara
terbuka untuk mengungkapkan ekspresi kapasitas,
kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang.
f) Intimasi/afeksi (Intimacy / affection)
Tanda persahabatan yang sejati adalah adanya
ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain.
Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat
untuk mengkhianati orang lain karena mereka saling
percaya, menghargai dan menghromati keberadaan
orang lain.
Adapun menurut Parker dan Asher, 1993: 17; Dariyo,
2004: 87 mengemukakan tujuh fungsi pershabatan yaitu:
a) Memupuk perkembangan kompetensi emosional,
52
membantu mengembangkan keterampilan untuk
mengatur emosi mereka dan mengartikan pengalaman
emosional mereka.
b) Mendukung ego dan mengesahkan diri sebagai pribadi,
membantu membentuk citra diri yang kompeten, serta
menarik dan berharga.
c) Memberikan rasa aman secara emosional, memberikan
rasa percaya diri untuk memasuki suatu situasi baru
ataupun situasi yang secara potensial berbahaya.
d) Memberikan keintiman dan afeksi.
e) Memberikan bimbingan dan bantuan pada saat ada
masalah, baik dalam bentuk yang kongkrit (waktu,
tenaga dan materi) maupun tidak (kritik membangun,
nasihat). Melalui kesetiaan dan ketanggapannya,
sahabat membuat merasa memiliki seseorang yang
dapat diandalka.
f) Memberikan pertemanan dan stimulasi intelektual.
Berdasarkan uraian diatas mengenai fungsi
persahabatan, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
persahabatan terdiri dari pertemanan, stimulasi kompetensi,
dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial,
intimasi/afeksi, memupuk perkembangan kompetensi
emosional, membantu mengembangkan keterampilan,
53
mengesahkan diri sebagai pribadi, membantu membentuk
citra diri yang kompeten, serta menarik dan berharga.
Memberikan rasa aman secara emosional, memberikan rasa
percaya diri untuk memasuki suatu situasi baru ataupun
situasi yang secara potensial berbahaya, memberikan
bimbingan dan bantuan pada saat ada masalah, baik dalam
bentuk yang kongkrit (waktu, tenaga dan materi) maupun
tidak (kritik membangun, nasihat), melalui kesetiaan dan
ketanggapannya, sahabat membuat merasa memiliki
seseorang yang dapat diandalkan, serta memberikan
pertemanan dan stimulasi intelekual.
B. Kerangka Pikir
1. Kerangka Teoretis
Semiotik menurut Ferdinand de Saussure adalah ilmu yang
mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.
Ia mempelajari sistem-sistem, aturan, konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Roland Barthes
merupakan seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model
linguistik dan semiologi Sausserean. Barthes juga dikenal sebagai
intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama eksponen
penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra.
54
Menurut Barthes dalam gambar atau film konotasi dapat
dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat di film
sedangkan konotasi adalah bagaimana foto itu diambil.
“Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotik atau dalam istilah
Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknani (to
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti
memaknai objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal
mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda”.
Metode semiotika memungkinkan peneliti untuk
mengembangkan penafsiran subjektif terhadap teks yang diteliti
dengan cara memecahkan dan menjabarkan teks menjadi
komponen-komponen unit makna. Metode semiotika ini dapat
memasok sejumlah penafsiran, terhadap makna suatu teks.
Metode semiotik tidak dipusatkan pada transmisi pesan,
melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan
disini bukan pada tahap proses, melainkan teks dan interaksinya
dalam memproduksi dan menerima suatu kultur atau budaya.
55
Semiotik telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda.
Pemetaan perlu dilakukan pada tahap-tahap konotasi.
Tahapan konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3
bagian, yaitu : efek tiruan, sikap (pose), dan objek. Sedangkan 3
tahap terakhir adalah : fotogenia, estetisme, dan sintaksis.
Konstruksi penandaan pertama adalah bahasa sedang
konstruksi penandaan kedua merupakan mitos. Konstruksi
penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes sebagai
metabahasa (metalanguage). Perspektif Barthes tentang mitos ini
menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah
baru semiologi yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk
mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian
masyarakat.
2. Kerangka Konseptual
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia. Semiotik atau dalam istilah
Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
seseorang (humanity) memaknai sebuah tanda (things). Memaknai
(to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate) karena dalam memaknai
56
sesuatu satu orang dan orang yang lainya dapat berbeda sesuai
dengan apa yang sebelumnya ia ketahui atau apa yang sedang ia
pikirkan.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to
signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate) dalam persahabatan yang
menjadi scene di film Mengejar Matahari ini. Maka dari itu peneliti
menggunakan model Barthes sebagai teori pendukung dalam
menganalisis semiotik dalam teks film Mengejar Matahari.
Terdapat beberapa teks yang akan di analisis dari film
Mengejar Matahari dengan konsepsi pemikiran Barthes. Semiotik
yang dikaji oleh Barthes antara lain: membahas apa yang menjadi
makna konotatif dalam suatu objek, apa yang menjadi makna
denotatif dalam suatu objek, apa yang menjadi mitos dalam suatu
objek yang diteliti.
Tidak hanya memiliki makna denotatif dan konotatif perspektif
Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya
yang membuka ranah baru semiologi. Mitos biasanya diasumsikan
sebagai apa yang menjadi realitas keseharian yang terdapat dalam
kehidupan.
57
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka peneliti
menyusun kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.4
Kerangka Pikir
Sumber: Peneliti 2013
FILM
MENNGEJAR
MATAHARI
ANALISIS
SEMIOTIK;
ROLAND
BARTHES
MITOS
KONOTASI
TEMUAN:
MAKNA
PERSAHABATAN
DENOTASI
TEKS FILM
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks
media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan
peneliti adalah pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini digunakan
untuk mengungkap makna di balik deskripsi tersebut. Pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan
perilaku yang diamati.
Berkaitan dengan hal di atas, maka penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatifpeneliti berupaya untuk menganalisis film
Mengejar Matahari dengan melakukan intrepetasi film tersebut dan
disesuaikan dengan data yang ada, yaitu secara kontekstual
pemaknaan suatu pesan dalam fakta-fakta yang ada pada teks yang
diteliti.
59
B. Data
Adapun data yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari observasi objek penelitian
dengan cara mengamati dan menganalisa data yang ada yaitu
DVD (Digital Compact Disc) film Mengejar Matahari. Selanjutnya
peneliti melakukan pengamatan dan analisa tanda-tanda yang
teraudiovisualisasikan dalam film Mengejar Matahari.
2. Data Sekunder
Sumber data yang diperoleh melalui kepustakaan, baik dari
buku, majalah, jurnal, internet (resensi film, maupun profil dari
production house yang memproduksi film ini) maupun literatur
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian serta dapat
mendukung data primer.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah DVD (Digital Compact
Disc) film Mengejar Matahari yang berproduksi pada tahun 2004, yang
berdurasi selama 89 menit diangkat ke layar lebar oleh Rudy Sujarwo.
Cerita film ini diangkat berdasarkan riset yang dilakukan oleh penulis
cerita terhadap lingkungan mereka akan persahabatan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah berdasarkan kebutuhan analisa dan pengkajian. Pengumpulan
60
data tersebut sudah dilakukan sejak penulis menentukan
permasalahan yang sedang dikaji, pengumpulan data yang dilakukan
yaitu:
1. Penelitian pustaka (library research), dengan mempelajari dan
mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan, untuk
mendukung dan memperkuat asumsi sebagai landasan teori
permasalahan yang dibahas yakni berkenaan dengan semiotika
dan film.
2. Pengumpulan data berupa teks film Mengejar Matahari data-data
yang berhubungan dengan penelitian ini. Teks film yang diteliti
berupa CD.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik pendekatan Roland
Barthes, tentang hubungan tanda dan analisis mitos. Semiotik
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar
yang disebut dengan “tanda”. Analisis semiotik mengasumsikan pesan
media tersusun atas seperangkat tanda yang tersusun untuk
menghasilkan makna tertentu. Makna tersebut bukanlah innate
meaning (makna bawaan, alamiah), tapi makna dihasilkan oleh sistem
perbedaan atau hubungan tanda-tanda.
Ada tiga tahap analisis yang digunakan:
1. Deskripsi makna denotatif dan konotatif, yakni menguraikan dan
memahami makna denotatif yang coba disampaikan oleh sesuatu
61
yang tampak secara nyata atau materil dari tanda. Dan makna
konotatif yakni menjelaskan dan memaknai konotatif yang dibentuk
dari kesatuan tanda dalam deskripsi denotatif dengan pengaruh
subyektifitas peneliti sehingga tercipta pemaknaan pada tataran
kedua. Di sini film mengejar matahari dideskripsikan.
2. Identifikasi sistem hubungan tanda dan corak gejala budaya yang
dihasilkan oleh masing-masing tanda tersebut.
3. Analisis Mitos. Sebuah film menciptakan mitologi atau ideologi
sebagai sistem konotasi. Apabila dalam denotasi teks
mengekspresikan primary atau natural meaning, maka dalam level
konotasi mereka menunjukkan ideological atau secondary meaning.
Semiotika berusaha menganalisis teks film sebagai keseluruhan
struktur dan memahami makna yang konotatif dan tersembunyi.
62
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
Pada bab ini menguraikan berbagai hal mengenai hasil dan
pembahasan dari penelitian berupa Analisis Semiotik “Makna
Persahabatan dalam Teks Film Mengejar Matahari”. Hasil dari
penelitian ini diperoleh melalui proses analisis terhadap teks/dialog
yang ada pada film Mengejar Matahari, kemudian mendeskripsikannya
kedalam suatu bentuk analisis yang sistematis. Bab ini mengacu
kepada fokus penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan mengenai
Makna denotatif, konotatif, dan mitos/ideologi Persahabatan dalam
Teks film Mengejar Matahari dan Teks sebagai inti penelitian. Yaitu
dengan menggunakan metode analisis semiotik, yang merupakan
bagian dari metode analisis data dalam penelitian kualitatif.
Untuk itu, peneliti memfokuskan penelitian ini mengenai apa saja
yang menjadi hal-hal diatas yang terdapat dalam teks/dialog pada film
Mengejar Matahari yang berkaitan dengan makna persahabatan. Maka
dari itu peneliti menggunakan model Barthes sebagai teori pendukung
dalam menganalisis Semiotik Makna Persahabatan dalam Teks Film
Mengejar Matahari.
Terdapat beberapa teks/dialog yang akan dianalisis dari film
Mengejar Matahari. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis
memeroleh 8 scene dari peran tokoh utama yang dapat diteliti dengan
63
konsepsi pemikiran Barthes. Semiotik yang dikaji oleh Barthes antara
lain apa yang menjadi makna denotatif dalam suatu objek, apa yang
menjadi makna konotatif pada suatu objek, juga apa yang menjadi
mitos/ideologi suatu objek yang kita teliti yang dalam hal ini objek
tersebut berupa teks.
Denotatif berupa tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada
realitas yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti.
Makna denotatif dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak.
Konotatif adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
antara penanda dan petanda, yang didalamnya terdapat makna yang
tidak sebenarnya. Konotasi dapat menghasilkan makna kedua yang
bersifat tersembunyi.
Mitos/ideologi adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos
merupakan produk kelas sosial mengenai hidup dan mati, manusia
dan dewa, dan sebagainya.
Penetapan 8 scene ini dilakukan berdasarkan content yang berisi
teks/dialog dari peran tokoh-tokoh utama terhadap kegiatan yang
mengandung makna persahabatan, agar kajian lebih terfokuskan.
64
1. Analisis Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar
Matahari
a. Scene 1
1) Deskripsi Data Scene 1: EXT. Jalan Kompleks Rumah
Susun
Prolog:
“Orang bilang hidup dimulai di hari ini, waktu kita bangun tadi
pagi, bukan hari kemarin, bukan juga besok, tapi gue
percaya hari ini dimulai bukan hanya dari kita membuka
mata tadi pagi, hari ini dimulai jauh sebelum itu”. “Lepas dari
semua beban dan masalah yang kita hadapin ada satu
permainan yang selalu jadi ritual kita, sebuah permainan
yang hanya kita berempat yang tau, sebuah permainan yang
mengharuskan kita berlari sekencang-kencangnya dan
berusaha menjadi yang pertama sampai ke sebuah titik di
ujung kompleks, permainan yang kita beri nama “Mengejar
Matahari”.
2) Analisis Denotatif
Scene 1 diawali dengan “prolog” yang menjelaskan
sebuah permainan yang selalu menjadi ritual dari tokoh Ardi,
Apin, Nino, dan Damar, sebuah permainan yang
mengharuskan mereka berlari sekencang-kencangnya dan
berusaha menjadi yang pertama sampai kesebuah titik di
ujung kompleks.
3) Analisis Konotatif
Permainan yang menjadi ritual empat tokoh Ardi, Apin,
Nino, dan damar yang mereka beri nama “Mengejar
Matahari” dapat dikonotasikan sebagai kebersamaan
65
menuju cita-cita yang mereka inginkan. Kata “Mengejar”
dapat diartikan sebagai usaha atau kerja keras yang
dilakukan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Kata
“Matahari” dapat diartikan sebagai suatu tujuan atau cita-cita
yang diimpikan oleh masing-masing individu dari tokoh Ardi,
Apin, Nino, dan Damar. Cita-cita tersebut begitu besar dan
berharga, sehingga digambarkan sebagai matahari yang
merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Permainan “Mengejar Matahari” yang Ardi, Apin, Nino,
dan Damar lakukan dianggap sebagai ritual. Tanpa adanya
upacara, kegiatan suci, metode khusus, dan pemujaan
terhadap sesuatu, prolog tersebut menyebutkan bahwa
permainan “Mengejar Matahari” merupakan ritual keempat
sahabat itu. Sedangkan ritual biasanya adalah kegiatan yang
berhubungan dengan keagamaan atau sesuatu yang
terbilang sakral. Ritual adalah teknik atau metode suatu adat
dan kebiasaan menjadi suci. Kegiatan ritual merupakan
salah satu adat istiadat dalam suatu kebudayaan. Kegiatan
ini merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat atau komunitas tertentu, sebagai
upaya perawatan atau permeliharaan atas apa yang mereka
sudah dapatkan atau permintaan agar mendapatkan
66
keselamatan, kelancaran, kemudahan dalam segala hal.
Akan tetapi dalam prakteknya ritual sering disalah artikan
sebagai pemujaan kepada penguasa gelap (hal-hal gaib),
meskipun demikian itulah bentuk komunikasi yang mereka
bangun agar mereka bisa berkomunikasi.
b. Scene 2
1) Deskripsi Data Scene 2: INT. dalam Ruangan
Scene 2 memperlihatkan sebuah ruang di rumah
susun . Terlihat ruangan tersebut dihiasi dengan hiasan
pesta sebagai persiapan untuk merayakan ulang tahun Apin.
Adegan selanjutnya adalah menjalankan renacana Ardi,
Nino, dan Damar untuk membuat pesta kejutan Apin.
Rencana itu berjalan lancar, Apin merasa begitu terkejut
dengan pesta itu, sehingga suasana keceriaan pun
menyelimuti ruangan tersebut.
Apin: No‟..! “Damar” dipukulin lagi no‟…!? Nino: dia dipukulin lagi? Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..? Nino: gua ngga‟ tau pin‟.. Apin: tapi si ardi mana..? Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..! Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih… udah masuk-masuk… Nino: lu duluan pin‟.. Apin: giliran kaya gini… gua.. Damar: tapi‟.. damarnya ada ko‟… Apin: mar‟..mar‟..mar‟.. Damar: woiii…. Ardi: selamat ulang tahun… Apin: anjing lo…anjing… botak lu dasar…hahahahaaha
67
Nino, ardi, dan dammar: selamat ulang tahun pin‟… Apin: cemen banget nih.. siapa yang buat nih..!? Damar: susah nih masalahnya di buat…! Nino: hargain dong.. siapa yang buat semua ini… Ardi: lihat nhi… yang gua buat bersama Damar… kue ulang tahun spesial… martabak.. Apin: anjrit lo…gua uda kirain kepala lo damar uda dibelah… tau ngga‟!?... gua ngga bakalan lupa hari-hari gua.. kemarin, tadi‟…sekarang, besok… di hidup gua udah terlalu banyak yang masuk dan pergi lagi… tapi hanya ada yang dalam hati itu ada kalian sahabat sejati gua…
2) Analisis Denotatif
Siang itu Nino memberi kabar kepada Apin, bahwa
Damar telah dipukuli oleh teman-teman Obet. Nino pun
mengajak Apin menuju ke suatu ruangan di rumah susun,
untuk melihat keadaan Damar. Dibalik kabar buruk itu, Ardi,
Nino, Damar telah menyiapkan rencana pesta kejutan untuk
Apin yang pada hari itu berulang tahun. Apin mengikuti Nino
dan memasuki ruangan itu terlebih dahulu atas perintah Nino.
Setelah Apin memanggil nama Damar sebanyak tiga kali,
lampu ruangan pun dinyalakan dan semua sahabat Apin
mengucapkan “selamat ulang tahun” sambil melempar
potongan kertas warna-warni kepada Apin. Semua tertawa
dan terlihat bahagia merayakan ulang tahun Apin. Ardi dan
Damar menunjukkan kue ulang tahun berupa martabak yang
telah dibuatnya Kemudian Ardi, Nino, dan Damar menutup
mata Apin untuk memberikan kado yang ternyata berisi
handycam.
68
3) Analisis Konotatif
Scene 2 ini terlihat kekhawatiran Apin dan Nino, dalam
dialog;
Apin: No‟..! “Damar” dipukulin lagi no‟…!? Nino: dia dipukulin lagi? Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..? Nino: gua ngga‟ tau pin‟.. Apin: tapi si ardi mana..? Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..! Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih…
Dialog ini juga memberi keterangan bahwa Apin begitu
memahami sifat Damar yang mudah terpancing emosi,
sehingga menyebabkan Damar terlibat dalam banyak
perkelahian.
Pada dialog selanjutnya, ketika Apin mengatakan
ejekan kasar kepada Ardi, Nino, dan terutama pada Damar
“Anjing lo…anjing…botak lu dasar”, lalu, “cemen banget
nih..”, dan “anjrit lo…”, dapat dikonotasikan sebagai ejekan
yang menandakan kedekatan mereka. Artinya, meskipun
ejekan itu begitu kasar, namun tidak akan menyakiti
perasaan siapa pun diantara mereka. Karena, makna ejekan
itu bukan dianggap untuk merendahkan satu sama lain,
tetapi ejekan itu bermakna ungkapan kasih sayang dan
kebahagiaan yang dalam. Terkhusus untuk Apin, yang
menunjukkan rasa terkejutnya dengan kata-kata itu.
69
Bagian akhir dialog terdapat ungkapan Apin “di hidup
gua udah terlalu banyak yang masuk dan pergi lagi… tapi
hanya ada yang dalam hati itu ada kalian sahabat sejati
gua…”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa telah banyak
orang yang masuk dalam kehidupan Apin, tetapi tidak ada
yang setia dan melekat di hati Apin kecuali Ardi, Nino, dan
Damar.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Teks dialog scene 2 di dominasi dengan kata-kata
ejekan kasar yang diucapkan oleh Apin. Salah satu ucapan
Apin yang menarik adalah kata “anjing” yang merupakan
salah satu jenis hewan yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, anggapan mayoritas masyarakat
Indonesia terhadap hewan ini, adalah hewan yang
menakutkan dan menjijikkan. Masyarakat yang beranggapan
seperti ini, akan lebih memilih untuk menjauhi hewan ini.
Terlebih menggunakannya sebagai ungkapan yang
diucapkan kepada orang lain, maka untuk mengucapkan
nama hewan yang satu ini, dapat melambangkan
kemarahan. Jika diucapkan kepada orang lain, maka dapat
melambangkan bahwa seseorang yang mengatakan itu
menganggap rendah orang yang dituju. Masyarakat
70
Indonesia terkini, terutama di daerah pinggiran kota yang
khas akan bahasa-bahasa yang terbilang kasar bagi
mayoritas masyarakat lain, justru mempergunakannya
sebagai candaan sehari-hari yang tidak lagi dianggap tabuh
untuk diucapkan.
c. Scene 3
1) Deskripsi Data Scene 3: INT/EXT. Kantin Sekolah
Scene 3 memperlihatkan Ardi, Apin, Nino, dan Damar
bercerita di kantin sekolah. Apin menceritakan mengenai
sebuah kisah film Hollywood yang baru saja dinontonnya.
Apin pun membuat replika film tersebut, menggunakan
handycam barunya, dengan versi mereka.
Apin: tau ngga‟..!? gua punya cerita.. gua nonton film kemarin nih… film hollywood gitu, sutradaranya edan banget.. dia buat dunia lain selain dunia kita… seruh banget filmya. Jadi, di dunia lain itu ada orang-orang yang persis kita banget… jadi, ada orang kayak lo no‟. kaya lo dan lo… tapi, ngga tau yah Mar‟ kalau kayak lo… tapi mereka alami nasibnya segala macam beda… nahhh sekarang gua coba versi gua… lo bayangin no‟ kira-kira di dunia itu adalah…????? Adalah..???? lo apa no‟?? Nino: kalau bisa duit gua makin banyak lagi deh.. Apin: aduh..! sekarang juga lu traktirin kita.. Nino: yakin banget lo… Apin: hahahaha…ya..ya..ya.. boleh.. Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima‟ di sekolah ngetop lah di Amerika‟.. Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha Apin: kasi slamat…kasi slmat… Apin: lu Ardi‟…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..! Ardi: nama gua Ardi… Apin: kayanya seruh nih..
71
Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah… Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan… Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah pada kerja sama saya aja semuanya… Apin, Ardi, dan Nino: hahahahahahaha
2) Analisis Denotatif
Apin menceritakan bahwa dia baru saja menonton film
Hollywood yang berkisah tentang adanya dunia lain selain
dunia kita. Menurut Apin, cerita film tersebut memiliki
kemiripan dengan kisah kehidupan mereka. Apin ingin
meniru kisah dalam film tersebut, hal ini dapat terlihat dari
dialog, “sekarang gua coba versi gua… lo bayangin no‟ kira-
kira di dunia itu adalah…????? Adalah..???”
Apin terinspirasi untuk mendokumentasikan apa yang
menjadi bayangan Ardi, Nino, dan Damar tentang kehidupan
mereka di dunia lain itu. Dimulai dari Nino yang
membayangkan kehidupannya di dunia lainnya adalah Nino
yang memiliki lebih banyak uang dari yang dia miliki
sekarang. Kemudian dia membayangkan bahwa dia akan
diterima di sekolah ternama di Amerika. Dilanjutkan oleh Ardi
yang memiliki bayangan kehidupanya lebih bahagia dari
kehidupan yang dia alami sekarang. Lalu Damar pun
melanjutkan dengan langsung menceritakan bayangannya di
dunia lain adalah sahabat-sahabatnya berada dalam
keadaan susah, dan bekerja untuk Damar.
72
3) Analisis Konotatif
Penggalan dialog scene 3 yang memiliki makna
konotatif terdapat pada dialog sebagai berikut:
Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima‟ di sekolah ngetop lah di Amerika‟.. Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha Apin: kasi slamat…kasi slmat… Apin: lu Ardi‟…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..! Ardi: nama gua Ardi… Apin: kayanya seruh nih.. Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah… Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan… Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah pada kerja sama saya aja semuanya….
Dialog yang penuh canda dan keceriaan diatas,
memiliki makna tersirat bahwa tanpa mereka sadari, cerita
bayangan mereka pada dunia lain itu, adalah sebuah mimpi
besar yang ingin mereka capai.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Mitos yang terdapat pada teks scene 3 adalah “dunia
lain” yang dibahas oleh Apin. Dunia lain tersebut adalah
dimensi yang berbeda dari dimensi dunia yang manusia
jadikan tempat tinggal saat ini. Dunia paralel yang memiliki
kehidupan sebaliknya dari kehidupan ini. Tetapi, bukti nyata
dunia lain yang paralel dengan kehidupan ini tidak pernah
ada. Seperti yang dikatakan Apin, dunia lain hanya ada di
dalam film dan khayalan. Khayalan yang diungkapkan Ardi,
Nino, dan Damar merupakan cita-cita yang mereka ingin
73
capai. Dunia pararel akan benar adanya dengan usaha dan
kemauan yang keras. Sehingga roda berputar sebagaimana
mestinya. Pada masa ini berada di bawah, namun pada
suatu saat nanti akan berada di atas.
d. Scene 4
1) Deskripsi Data Scene 4: INT. dalam Ruangan
Scene 4 memperlihatkan suasana malam di rumah Ardi.
Orang tua Ardi ada di ruang tamu, dan Apin datang untuk
mengunjungi Ardi. Terlihat Ardi kebetulan berada di ruang
tamu itu juga, dengan membawa air untuk membersihkan
akuarium miliknya. Kunjungan Apin berlanjut di kamar Ardi.
Di kamar Ardi, Apin mulai membicarakan mengenai saudara
perempuan Nino. Namun Ardi bersikap acuh tak acuh
dengan pembicaraan Apin, yang membuat Apin semakin
semangat untuk meminta perhatian terhadap apa yang dia
bicarakan.
Apin: selamat malam pak‟..bu‟.. Ardinya ada‟!? ehhh di‟ bantuin PR gua… PR.. Ardi: ehhh kekamar gua pin‟.. Apin: misi pa‟..bu‟.. Ardi: PR…PR… lu tu PR. Apin: ahhhh rajin-rajin… ko‟ngga bantuin Nino tadi siang..!? eiiii ngga bantuin nino‟! Ardi: ngga bias, nyokap gua minta bantu di rumah tadi‟… Apin: rugi… sodara‟nya cakep banget..! Ardi: biasa aja.. Apin: haaa yang gitu… cantik tau ngga‟..! nih..nih… direkaman aku, cantik bangeeet…putih…kayanya mantan model deh…Ar‟ lihat Ar‟..Ar‟.. Ardi: mmmm
74
Apin: cewe biasa ini… kayanuya model dhe… tuh… baik lagi… ehhhh dilihat juga… Ardi: gua lap hidung lu yah… Apin: mending gua kasi Damar kali yah..!! Ardi: kasi siapa..!? Apin: karena Damarkan apresiasi terhadap cewe lebih… di banding elo.. Ardi: di kasi dammar..!? ehh… gua kasi tau yah… kalau lu kasi Damar nhi… sama Damar buat bahan ini nih… ssttttt..eeela‟ Apin: ehhhh benar nhi cantik banget, putih lagi… proporsi bibirnya…. Lu liat tuh…benar ngga mau lihat nih..!? dia cewe biasa… okey…tuh…ihhh ceria banget gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi.. Ardi: coba liat..!? Apin: ngga‟ usah lihat… katanya cewe biasa doang.. Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit ajha… Apin: udah ngga‟ usah..ngga usah.. Ardi: lihat bentar aja..! Apin: ngga…ngga…hahahaha Ardi: gua hitung sampai 3… satu, dua,….haahahahaha Apin: tutututu apa tu basah…hahahahahaa
2) Analisis Denotatif
Pada awal dialog scene 4, Apin memberi salam kepada
Ayah dan Ibu Ardi, terlihat dari dialog “selamat malam
pak‟..bu‟…”. merupakan sapaan yang santun. Sapaan ini
dapat dirubah sesuai dengan situasi waktu. Misalnya, jika
waktu menunjukkan pukul 4 sore, maka sapaan yang
diucapkan adalah Selamat sore.
Teks dialog selanjutnya dilakukan di kamar Ardi. Apin
berbicara dengan Ardi yang sedang terlihat membersihkan
akuariumnya. Namun, Ardi terrlihat acuh tak acuh terhadap
pembicaraan Apin, Hal ini jelas terlihat karena Ardi
75
mengatakan saudara perempuan Nino yang dibicarakan
Apin adalah perempuan yang biasa saja. Apin pun tetap
berusaha mendapat perhatian dari Ardi, terbukti dalam
dialog; “haaa yang gitu… cantik tau ngga‟..! nih..nih…
direkaman aku, cantik bangeeet…putih…kayanya mantan
model deh…Ar‟ lihat Ar‟..Ar‟, dan “ehhhh benar nhi cantik
banget, putih lagi… proporsi bibirnya…. Lu liat tuh…benar
ngga mau lihat nih..!? dia cewe biasa… okey…tuh…ihhh
ceria banget gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi..”
Pada ujung dialog, Apin pun berhasil menarik perhatian
Apin, terlihat dari dialog berikut;
Ardi: coba liat..!? Apin: ngga‟ usah lihat… katanya cewe biasa doang.. Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit ajha
3) Analisis Konotatif
Teks dialog scene 4, terdapat kebohongan Apin kepada
orang tua Ardi “ehhh di‟ bantuin PR gua… PR..”.
Kebohongan ini dapat dikonotasikan sebagai upaya Apin
untuk dapat mengunjungi Ardi dan berbincang. Tersirat pada
situasi dan mimik wajah orang tua Ardi, bahwa Ardi
merupakan anak yang tidak memiliki banyak kebebasan
dalam bertemu dengan teman-temannya. Kecuali, dengan
alasan yang tepat.
76
4) Analisis Mitos/Ideologi
Teks dialog Apin yang mengatakan “cantik banget,
putih. kayanya mantan model deh…Ar”. Hal ini menunjukkan
kebanyakan anggapan masyarakat khususnya kaum pria,
bahwa perempuan yang sangat cantik adalah perempuan
yang berkulit putih. Kemudian anggapan tersebut berlanjut
dengan kriteria tadi, perempuan dianggap memenuhi syarat
sebagai model. Sedang faktanya, kirteria ini tidak mutlak
menjadikan perempuan itu dapat dikatakan cantik, bahkan
sebagian model bertaraf internasional adalah perempuan
berkulit hitam pekat.
e. Scene 5
1) Deskripsi Data Scene 5: EXT. depan Rumah Susun
Scene 5 ini terlihat pada sore hari, Ardi, Apin, Nino, dan
Damar sedang berkumpul di salah satu gang kompleks
rumah susun. Mereka bercerita lepas sambil menunggu
kedatangan tukang somay.
Apin: aduhh.. Ardi: kenapa lo..!? Apin: lapar.. Nino: mana sih ! tukang somainya ? Ardi: biasa juga udah lewat jam segini..! Nino: mungkin naik haji kali‟.. Ardi: paling dia juga naik gerobak..! Apin: hahahaha kacau lu.. Damar: lucu… Nino: rara‟! kamu kenapa? Rara: ini..! tadi gua liat preman gitu deh aduh seram banget..ada tatonya lagi..
77
Damar: di gangguin ngga‟ lo? Rara: ngga sih..! Damar: ngga di apa-apain gitu..!? Rara: ia..! seram aja.. Nino: ehhh ya sori… kenalin ini adik gua..! kenalin ini teman-teman aku.. Damar: Damar Rara: Rara Nino: ini Ardi Rara: kayanya gua pernaah lihat lo deh.! Apin: yah itu yang gua suruh bantuin… tapi, lo ngga mau bantuin… Nino: ehhh lo juga ngga bantuin pin‟.. Apin: tapi. Gua juga ini.! Dokumentasi.. Damar: mang kemana lo di‟ Ardi: ngga‟.. waktu itu gua dipanggil mah nyokap. Jadi, yah gua naik keatas… lagian kalau gua juga mau bantuin… gua ngga tau rumah lo dimana..!? Nino: ehhh kamu..! kamu mau diantarin pulang..!? Rara: ngga usah ko‟.. karena udah dekat juga.. Damar: boleh juga sodara‟ lo..!? Nino: ehhh jaga mulut lo…! Hahahahaha
2) Analisis Denotatif
Teks dialog scene 5, menjelaskan pembicaraan lepas
Ardi, Apin, Nino, dan Damar di suatu sore. Mereka
menunggu kedatangan tukang somay langganan merek, ini
terbukti dari pembicaraan Nino, “biasa juga udah lewat jam
segini..!”
Kemudian Rara datang dengan wajah ketakutan.
Ekspresi wajah Rara menimbulkan kekhawatiran Nino
terhadap Rara. Mengetahui keadaan Rara hanya sebatas
ketakutan terhadap preman yang baru saja dilihatnya, Nino
memecahkan suasana ketakutan itu dengan
memperkenalkan Rara kepada Ardi, Apin, dan Damar. Rara
78
merasa pernah melihat Ardi, kemudian Apin menjelaskan
bahwa Ardi adalah orang yang dilihat Rara sewaktu dia
memindahkan barang-barangnya bersama Nino dan Apin,
namun Ardi tidak membantu mereka. Ardi membela diri
dengan penjelasan, “ngga‟.. waktu itu gua dipanggil mah
nyokap. Jadi, yah gua naik keatas… lagian kalau gua juga
mau bantuin… gua ngga tau rumah lo dimana..!?”
Pada teks dialog terakhir, Nino menwarkan diri untuk
mengantar Rara, namun Rara menolak karena gang itu tidak
jauh lagi dari rumahnya.
3) Analisis Konotatif
Pada dialog scene 5 berikut ini;
Nino: mungkin naik haji kali‟.. Ardi: paling dia juga naik gerobak..!
Dikonotasikan bahwa Nino dan Ardi menghibur
sahabatnya yang resah karena menunggu kedatangan
tukang somay. Kemudian teks dialog yang mengandung
makna konotasi juga terdapat pada dialog “boleh juga
sodara‟ lo..!?” yang dikatakan oleh Damar. Kata “boleh” di
penggalan dialog tersebut, mengartikan bahwa Damar
tertarik kepada Rara. Secara konteks, kata “boleh” tersebut
dapat dimaknai dengan kecantikan yang dimiliki Rara.
79
4) Analisi Mitos/Ideologi
Teks scene 5 terdapat pembahasan mengenai “tato”
yang disebutkan oleh Rara. “Tato” sebenarnya merupakan
seni melukis yang menggunakan media tubuh manusia
sebagai pengganti kanvasnya. Sebagai seni, “tato” bukan
hal yang pantas ditakuti, karena mengandung unsur
keindahan. Anggapan sebagian orang mengenai tato yang
sengaja melukiskan lambang-lambang tertentu, sebagai
pemujaannya terhadap sesuatu yang dilambangkan tersebut.
Lebih sederhana lagi, ada pula yang membuat tato ini
sebagai lambang kepribadiannya. Banyak pula yang
menuliskan nama-nama seseorang yang dianggap penting
dalam hidupnya, sebagai tato. Tato bersifat artistik dan
penuh dengan nilai-niali estetika. Namun, zaman sekarang,
tato banyak dilukiskan pada tubuh orang-orang yang
disegani, sehingga tato pada zaman modern, menjadi simbol
adanya kasta sekelompok masyarakat yang patut disegani.
f. Scene 6
1) Deskripsi Data Scene 6: EXT. depan Rumah Susun
Scene 6 waktu sore hari yang memperlihatkan Rara
sedang duduk di salah satu gang kompleks rumah susun itu.
Suasana sore itu begitu ramai. Rara tertawa melihat anak-
80
anak bermain bola basket, kemudian Ardi menghampirinya
dan mengajak Rara bercerita.
Ardi: hey ra‟.. mmm gua mau nanya nih.. Rara: apa! Ardi: lo ngapain sih pindah kesini ? Rara: gua.. mmm alasannya sih simpel… kantor kerja gua dekat sini‟… jadinya biar dekat aja… gitu‟.. Ardi: gitu… Rara: kalo lo..!? lo ngapain disini..? Ardi: gua….hehehehe gua mang dari kecil disini ! Rara: ohh yahhh.. Ardi: orang tua gua disini… teman-teman gua dari kecil Apin, Nino, dan Damar disini semua… mmmm ama gua punya matahari sendiri… Rara: Matahari !? Ardi: ia… disini juga.. Rara: maksud lo !? Ardi: begini nih ra‟.! Dulu nihhh gua berempat sama anak-anak kaya punya ritual gitu deh… pokoknya kita selalu kejar-kejaran.. main lari-larian disini!... keliling rumah susun nih gitu… tiap sore‟.. Rara: ohhh yahhh… Ardi: nah kalau anak-anak sih.. biasanya nyebutnya “mengejar matahari”.. nah dari situtu ra‟… gua percaya banget kalau matahari itu ada dua.. Rara: Maksudnya..!? Ardi: Maksudnya…mmm !! Rara: bingung!!? Ardi: maksudnya !?... jadi matahari itu yang pertama, matahari yang nyinari seluruh dunia ini, nah yang kedua, pokoknya matahari yang kita kejar sore‟ gitu… dan tuh matahari, selalu terbit mah tenggelam dirumah susun ini doing… gitu ra‟.. Rara: jadi, matahari itu punya rumah susun ini… Ardi: ia.. Rara: yang lo certain tadi‟! Ardi: ia.. Rara: ohh gitu.. asik dong.
2) Analisis Denotatif
Pada teks scene 6, Rara berbincang dengan Ardi
mengenai alasan mereka berada di kompleks tersebut. Rara
81
menjelaskan bahwa dia tinggal di kompleks itu karena
tempat kerja yang tidak jauh dari kompleks itu, terlihat dari
dialog “gua.. mmm alasannya sih simpel… kantor kerja gua
dekat sini‟… jadinya biar dekat aja… gitu‟... Sedangkan Ardi
mengatakan bahwa dia tinggal di kompleks itu sejak kecil
bersama kedua orang tuanya, begitu pun dengan ketiga
sahabatnya, terlihat juga dari dialog “orang tua gua disini…
teman-teman gua dari kecil Apin, Nino, dan Damar disini
semua…”
3) Analisis Konotatif
Scene 6 terdapat perkataan Ardi “gua punya matahari
sendiri…” yang dapat dikonotasikan sebagai cita-cita yang
dimiliki oleh Ardi, Apin, Nino, dan Damar. Ardi menjelaskan
bahwa mereka sangat percaya akan adanya matahari kedua
itu. Hal ini berarti bahwa, mereka optimis dalam menjalani
hidup mereka, walau apa pun halangan yang mereka hadapi.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Ardi berbicara dan menyampaikan ssesuatu kepada
Rara bahwa Ardi dan ketiga sahabatanya Apin, Nino, dan
Damar memiliki matahari sendiri di kompleks itu. Matahari ini
selalu dikerjar oleh mereka berempat sebagai bentuk ritual
yang mereka sebut dengan permainan Mengejar Matahari.
Ritual ini dilakukan untuk mengejar matahari kedua di
82
kompleks rumah susun itu, yang mereka anggap sebagai
miliknya. Ritual dalam pemahaman yang banyak masyarakat
adalah kegiatan sakral, bisa pula berupa pemujaan terhadap
alam gaib. Kemudian Ardi juga mengatakan, bahwa adanya
matahari yang menjadi sumber kehidupan, yaitu matahari
yang menyinari dunia ini. Selama ini, dalam ilmu
pengetahuan alam yang dipelajari, menjelaskan fakta mutlak
mengenai matahari yang satu. Matahari sebagai sumber dari
segala sumber energi dari kehidupan.
g. Scene 7
1) Deskripsi Data Scene 7: EXT. depan Rumah Makan
Scene 7 memperlihatkan suasana di sore hari, dimana
Apin, Nino, Damar dan Ardi berkumpul di depan sebuah
gubuk. Apin terlihat sedang marah dan kecewa kepada
sahabat-sahabatnya.
Nino: ya udah deh pin‟.. hujan nih… ntar kita berdua sakit lagi… ehhh kalau gue main film india lucu kali‟ yah… Damar: Pin‟.. soal kamera lo tu… sori yah, lutau‟ kan keadaannya gimana…! Sori ya pin‟ yah… Ardi: Pin‟ gini !? Apin: apa..!? lo mau minta maaf… hee‟ gue tau di‟ lu mau minta maaf karena “Handycame” gua rusak.. emank benda itu gua sayang… tapi benda itu bisa gua perbaikin… ada satu lagi yang gua sayang banget… persahabatan kita rusak lu mau perbaiki… ha‟…bisa… Ardi: ini semua gara-gara Damar.!? Tau ngga sih pin‟.. Apin: udah…udah…udahhh.. Ardi: dengarkan gua dulu.. Apin: ngga‟… lo jauh-jauh hanya mau nyalahin teman lu… tau ngga..! besok ada masalah gua yang disalahin…he‟… besok lagi Nino yang salah… benar gitu…
83
Nino: udalah pin‟ Apin: ngga‟.. udah apanya..!? emang udah gitu… dia nih.. teman lo nih… ngga akan pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya hilang… basi‟ lo.
2) Analisis Denotatif
Scene 7 terlihat Nino mengungkapkan kekhawatirannya
terdahap hujan yng kemungkinan akan membuatnya sakit.
Tetapi kekhawatiran itu berganti dengan bayangannya
tentang adegan film India yang memiliki ciri khas bernyanyi
dan menari dengan latar suasana hujan, terlihat dari dialog
“ehhh kalau gue main film india lucu kali‟ yah” Kemudian
Damar meminta maaf atas kerusakan kamera kesayangan
Apin, terlihat dari dialog “Pin‟.. soal kamera lo tu… sori yah,
lutau‟ kan keadaannya gimana…! Sori ya pin‟ yah…”.
Sedangkan Apin mengkhawatirkan perpecahan yang terjadi
dalam persahabatan mereka berempat, karena menurutnya
kamera yang rusak mudah diperbaiki, sedangkan
persahabatan yang rusak sulit untuk kembali seperti sedia
kala, terlihat dari dialog apin yang kecewa atas sikap Ardi
dan Damar “apa..!? lo mau minta maaf… hee‟ gue tau di‟ lu
mau minta maaf karena “Handycame” gua rusak.. emank
benda itu gua sayang… tapi benda itu bisa gua perbaikin…
ada satu lagi yang gua sayang banget… persahabatan kita
rusak lu mau perbaiki… ha‟…bisa…”.
84
3) Analisis Konotatif
Teks dialog terakhir pada scene 7 adalah ungkapan
kekecewaan Apin yang mengatakan “teman lo nih… ngga
akan pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya
hilang… basi‟ lo”. Ungkapan kekecewaan Apin itu,
mengandung makna tersirat mengenai Ardi yang kurang
menyadari betapa pentingnya persahabatan mereka,
sebelum persahabatan itu benar-benar terpecah. Kata-kata
“basi lo” menunjukkan bahwa Ardi terlambat dalam
menyadari keadaan itu, maka hal yang sudah terlanjur
terjadi baru dibahasnya dengan penyesalan.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Dialog pada scene 7 terdapat perkataan Nino yang
diselingi candaan mengenai film India. Film India selalu
identik dengan tarian dan nyanyian yang dilakukan di waktu
cuaca sedang hujan. Kisah percintaan yang mendominasi
alur cerita film India menjadikan hujan sebagai objek yang
paling diingat oleh penonton, khususnya masyarakat
Indonesia yang menganggap hal itu lucu. Melakukan tarian
dan nyanyian dalam keadaan hujan, hal yang tidak biasa
dilihat dalam film-film Indonesia, meskipun kesan
romantisnya tetap tidak bisa dipungkiri lagi. Keromantisan
tidak identik dengan hujan, namun romantis adalah suasana
85
yang dibangun dengan rasa kecintaan diantara dua orang.
suasana romantis pun bisa juga dibuat dalam keadaan cerah,
maupun dengan pengetahuan, seperti membuat puisi atau
bermain musik.
h. Scene 8
1) Deskripsi Data Scene 8: EXT. jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 8 memperlihatkan Ardi mengenakan pakaian
Polisi berjalan sambil melihat suasana kompleks rumah
susun. Di jalan itu Ardi bertemu dengan Nino.
Nino: Halo di‟.. Ardi: Nino‟…. Hehe gila‟-gila‟.. Nino: Gila‟ lo di‟.. Ardi: apa kabar lo..? Nino: akhirnya teman gua jadi polisi sekarang yah… hehehehe Ardi: gua belum jadi polisi no‟… hehehehehe ehhh no‟ ngapain lo sekerang ..!? Nino: gua diterima sekolah di amerika… Ardi: lu udah keterima sekolah di amerika.. Nino: ia.. Ardi: di amerika..!? Nino: ia.. bentar lagi berangkat.. Ardi: dapat juga lo yah.. Nino: mentang-mentang lo polisi nonjok lu sekrang yah....hahahaha Ardi: biar‟… ngga apa-apa biar lebih gagah gitu..hahahaha. lo dapat S-2 di amerika yah.. Nino: lo ingatkan di kantin dulu yang kalau di dunia parallel ini… gua keterima sekolah di amerika… kejadian. Ardi: maafin yah.. jujur ya no‟ beberapa tahun ini, gua masi kepikiran banget mah Alpin, Damar juga‟.. Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin meninggal, damar masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan gua tinggal sendiri disini…sstttt Ardi: buat Alpin.. Nino: buat Damar Ardi: Alpin dan Damar…
86
2) Analisis Denotatif
Teks scene 8 ini berisi percakapan Nino dan Ardi yang
bertemu di jalan kompleks rumah susun. Percakapan diawali
dengan sapaan Nino kepada Ardi. Masing-masing berhasil
menggapai impian mereka yang pernah disebutkan di kantin
sekolah. Ardi menjadi orang yang jauh lebih bahagia dengan
profesi nya sebagai polisi. Nino pun berhasil diterima untuk
meneruskan pendidikannya di Amerika. Mereka juga
mengembalikan ingatan mereka kepada kedua sahabatnya
yang memiliki jalan hidup yang jauh berbeda dari mereka
berdua. Hal ini terlihat pada teks; “Ardi: maafin yah.. jujur ya
no‟ beberapa tahun ini, gua masi kepikiran banget mah Alpin,
Damar juga‟.. Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin
meninggal, damar masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan
gua tinggal sendiri disini…sstttt”
3) Analisis Konotatif
Teks scene h, diawali dengan dialog yang berisi;
Ardi: Nino‟…. Hehe gila‟-gila‟.. Nino: Gila‟ lo di‟..
Kata “gila” dalam teks scene 8 ini, bermakna ungkapan
rasa terkejut Ardi dan Nino yang bertemu kembali setelah
banyak hal yang mereka lalui sebelumnya.
Kemudian pada dialog berikutnya “mentang-mentang lo
polisi nonjok lu sekarang yah....hahahaha” adalah dialog
87
yang diucapkan oleh Nino sebagai tanda kebanggaannya
kepada Ardi yang telah menjadi polisi. Hal ini terlihat jelas
dengan tawa yang dilepasnya sebagai suatu candaan yang
biasa mereka lakukan.
4) Analisis Mitos/Ideologi
Dunia pararel yang disebutkan Nino, sebagai dunia
kedua, merupakan mitos yang dibahas sebagaimana dunia
pararel diartikan sebagai dunia yang memiliki keadaan
sebaliknya dari dunia yang dijalani sebenarnya. Dunia
pararel itu secara nyata tidak ada, tetapi menjadi bentuk
kesuksesan yang dicapai oleh Ardi dan Nino. Pengertian
lebih lanjutnya, bahwa dunia pararel itu adalah masa depan
yang dicapai dengan usaha dan kerja keras, tanpa peduli
rintangan apa pun yang terjadi dalam mencapai masa depan
tersebut. Walaupun dua orang telah tumbang dalam
perjalanan ini, namun tidak menyurutkan motivasi mereka
untuk tetap bertahan.
B. Pembahasan
Dari uraian diatas Bagian ini akan membahas mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hasil analisis yang telah penulis paparkan pada
bagian sebelumnya. Sesuai dengan landasan teori yang menjadi dasar
penelitian yaitu teori Roland Barthes dalam tinjauan makna denotatif,
konotatif, dan mitos/ideologi.
88
Tanda Merupakan Sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi
indera kita, penanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri,
dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut
tanda.
Berkaitan dengan film yang sarat akan symbol dan tanda, maka
yang akan menjadi perhatian penelitian ini adalah semiotikanya,
dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah
arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna
yang ada didalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu
saja berbeda dengan format tanda yang bersifat visual saja.
Semiotika bertujuan untuk menggali hakikat sistem tanda yang
beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur
arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan.
Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan
(connotative) dan arti penunjukan (denotatif) atau kaitan dan kesan
yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi
tanda. (Sobur, 2003: 126-127).
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis
yang getol memperaktikkan model linguistic dan semiologi Saussurean.
Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen
penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. (Sobur,
2003: 63)
89
Pembahasan ini, peneliti membahas makna-makna yang terdapat
dalam teks yang menjadi fokus penelitian yang mewakili tentang
persahabatan dijelaskan melalui pembedahan makna denotatif,
konotatif, dan Mitos/Ideologi.
Terdapat beberapa scene yang di analisis dari film Mengejar
Matahari ini dengan konsepsi pemikiran Barthes. Semiotik yang dikaji
oleh Barthes antara lain: membahas apa yang menjadi makna
denotatif, konotatif, dan apa yang menjadi mitos dalam suatu objek
yang diteliti.
Pembahasan mengenai makna denotasi dalam beberapa scene
terpilih yang mengandung makna persahabatan dalam teks adalah
pemaparan secara langsung maksud dari teks tersebut. Sebagaimana
penulis memberi deskripsi mengenai teks prolog pada scene 1 yang
berisi pengantar dari kehidupan masa kecil keempat sahabat Ardi,
Alpin, Nino, dan Damar menuju gambaran yang menunjukkan
perubahan waktu yang mengakibatkan mereka tumbuh dewasa.
Mereka melepas semua beban hidup serta masalah yang mereka
hadapi dengan permainan yang mengharuskan mereka berlari
sekencang-kencang dari satu titik menuju titik lainnya di kompleks
rumah susun tempat tinggal mereka.
Pembahasan mengenai makna konotasi dalam beberapa scene
terpilih yang mengandung makna persahabatan dalam teks adalah
pemaparan secara bias terhadap makna teks tersebut. Artinya, tidak
90
hanya ditinjau dari segi semiotika pada teks, namun juga ditinjau dari
semiotika kontekstual yang mengacu pada bahasa non verbal yang
digunakan masing-masing tokoh. Jika kembali pada contoh teks prolog
yang dimaknai secara konotasi, adalah konteks Mengejar Matahari
yang mereka sebut sebagai sebuah permainan ritual. Kisah cerita film
Mengejar Matahari ini dari awal sampai akhir menjelaskan secara
tersirat maksud dari permainan tersebut. Kata Mengejar dapat
diartikan sebagai usaha atau kerja keras yang dilakukan agar
mencapai tujuan yang diinginkan. Kata Matahari dapat diartikan
sebagai suatu tujuan atau cita-cita yang diimpikan oleh tokoh Ardi,
Apin, Nino, dan Damar. Cita-cita tersebut begitu besar dan berharga,
sehingga dianalogikan seperti matahari yang merupakan sumber
kehidupan di dunia ini.
Selanjutnya mengenai penegasan mitos yang terdapat pada teks
film Mengejar Matahari yang telah dilakukan berdasarkan content yang
berisi teks dari peran tokoh utama terhadap beberapa scene tertentu
yang mengandung makna persahabatan dari tokoh Ardi, Alpin, Nino,
dan Damar. Kembali pada prolog awal, sebagai salah satu aspek
penting dalam film ini. Prolog yang bukan hanya sebagai pengantar
perubahan waktu yang dialami tokoh, tetapi memiliki banyak
penyampaian yang akan dipahami bahwa prolog tersebut menjadi
penjelasan awal sekaligus akhir cerita secara keseluruhan. Ritual yang
disebut dalam prolog sebagai permainan Ardi, Alpin, Nino, dan Damar
91
lakukan adalah mitos sebenarnya yang terungkap dalam film Mengejar
Matahari. Ritual biasanya adalah kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan atau sesuatu yang terbilang sakral. Ritual adalah teknik
atau metode suatu adat dan kebiasaan menjadi suci. Kegiatan ritual
merupakan salah satu adat istiadat dalam suatu kebudayaan. Kegiatan
yang sering dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat atau
komunitas tertentu, sebagai upaya perawatan atau permeliharaan atas
apa yang mereka sudah dapatkan atau permintaan agar mendapatkan
keselamatan, kelancaran, kemudahan dalam segala hal. Akan tetapi
dalam prakteknya ritual sering disalah artikan sebagai pemujaan
kepada penguasa gelap dan hal-hal gaib. Meskipun begitu, ritual itulah
yang menjadi media komunikasi antar alam yang komunitas percaya
sebagai alam lain yang menjadi tempat tinggal bagi apa yang
dipujanya. Seperti perluasan makna, mitos terhadap anggapan ritual
tersebut berubah menuruti zaman. Pada zaman modern ini, kata ritual
disebut sebagai majas dari kebiasaan atau kegiatan yang rutin
dilakukan oleh sekelompok orang. Meski tanpa adanya unsur
keagamaan atau sesuatu yang sakral. Tidak lagi disebut dengan
kegiatan yang harus berupa upacara spiritual . Walaupun anggapan
parsial sebagian masyarakat awam masih mengarah ke ranah
pemahaman kegiatan suci atau semacamnya.
Film memang bidang kajian yang paling relevan bagi analisis
semiotika. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda
92
yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film
merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Hampir semua
yang dibangun dalam film adalah banyaknya tanda. Tanda tersebut di
proyeksikan dengan gambar dan suara yang menjadi aspek paling
penting dalam analisis yang menggunakan pendekatan semiotika.
93
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan deskripsi yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini disimpulkan bahwa:
Teks film Mengejar Matahari yang mengandung makna
persahabatan diawali dengan prolog dan selanjutnya dipenuhi dengan
teks dialog antara Ardi, Alpin, Nino, dan Damar hingga akhir scene.
Dialog tersebut dalam segi bahasa, menggunakan bahasa khas
masyarakat pinggiran kota Jakarta. Kalimat-kalimat ejekan yang
digabungkan dengan kalimat-kalimat bermajas memperkuat makna
persahabatan dalam setiap teks yang dianalisis penulis.
1. Makna denotasi persahabatan dalam film Mengejar Matahari
menggambarkan ikatan kasih sayang sesama manusia yang
menjalani kehidupan bersama-sama sejak kecil dalam satu wilayah
di kompleks rumah susun. Persahabatan yang sederhana, namun
begitu menjunjung tinggi rasa setia kawan diantara mereka.
2. Makna konotasi persahabatan dalam film ini tersirat dari permainan
unik yang Ardi, Apin, Nino, dan Damar namakan Mengejar Matahari.
Kata mengejar dapat diartikan sebagai usaha atau kerja keras yang
dilakukan auntuk menggapai cita-cita. Kata matahari dapat
diartikan sebagai cita-cita itu sendiri, yang diimpikan oleh Ardi,
Alpin, Nino, dan Damar.
94
3. Film ini menegaskan mitos, bahwa ritual yang dianggap sebagai
kegiatan sakral dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
spritual, atau sebagai pemujaan terhadap alam gaib, justru yang
dilakukan oleh Ardi, Alpin, Nino, dan Damar adalah kebiasaan yang
memperkuat ikatan persahabatan mereka. Ritual mengejar
matahari ini, memberikan semangat tersendiri untuk lebih maju
menjalani kehidupan terlepas dari segala permasalahan yang
menimpa mereka. Selain itu adanya cita-cita yang menjadi mimpi
besar Ardi, Alpin, Nino, dan Damar menguak mitos yang
menggambarkan kepercayaan mereka terhadap matahari kedua
yang ada di kompleks rumah susun itu.
B. Saran
1. Saran Bagi Universitas
Analisis semiotik adalah sebuah analisis yang tepat untuk
meneliti kedalaman sebuah film. Oleh karena itu, penelitian seperti
ini sepatutnya lebih dikembangkan kepada mahasiswa agar dapat
memaknai makna-makna yang terdapat dalamn sebuah film.
Dengan adanya kesinambungan pada penelitian dengan analisis
semiotik, diharapkan mampu memberi masukan terhadap
perkembangan perfilman Indonesia.
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian mengenai semiotik dalam suatu film dirasa menarik
untuk diteliti dan kita dapat mengetahui makna-makna yang ada
95
dalam film tersebut. Selain dalam film semiotik juga dapat dilakukan
dalam penelitian sebuah videoclip, design, logo, juga objek lain.
96
DAFTAR PUSTAKA
Barthes. 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan oleh Stephanus Aswar Herwinarko. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Berger, Arthur Asa, 2000. Media Analysis Techniques. Indonesia Tera, Magelang
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Buku Baik, Yogyakarta Christomy, Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia, Depok Cobley, Paul dan Litza Janz. 1999. Introducing Semiotics. Icon Books
– Totem Books, New York Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan. Ghalia Indonesia, Bogor Djuwarijah. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan
Agresivitas Remaja. Jurnal Psikologika
Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Cetakan kelima. Terjemahan oleh Drs. Yosal Iriantara & Idy Subandi. 2010. Jalasutra, Yogyakarta
Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta
Kaelan, 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika.
Paradigma, Sleman, Yogyakarta Kartono, K. 1985. Kepribadian: Siapakah Saya. CV Rajawali, Jakarta Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Barthes. Indonesiatera, Magelang
Lechte, Jhon. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai
Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Kanisius, Yogyakarta
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya Mc Quail‟s, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Erlangga, Jakarta
97
Nugroho, Eko. 2012. Representasi Rasisme dalam Film “This Is England” (Analisis Roland Barthes Mengenai Rasisme Dalam Film “This Is England” ) http:m.suaramerdeka.com, Tesis UKI
Parker, J. G. and Asher, S. R. 1993. Friendship and Friendship Quality in Middle Childhood: Link With Peer Group Acceptance and Feelings of Loneliness and Social Dissatisfaction. Journal of Developmental Psychology.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Erlangga, Jakarta
Saussure, Ferdinand de.1976. Course in General Linguistics. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Septiani Steffi, 2012. Representasi Perempuan “tomboy” dalam Film Get Merried. http:m.suaramerdeka.com, Tesis Universitas Padjajaran
Sobur, Alex. 2003. Analisa Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing. PT Remaja Rosda Karya, Bandung
--------------, 2013. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosda Karya,
Bandung van Voest, 1993. Semiotika: tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa
yang Kita Lakukan Dengannya. Yayasan Sumber Agung, Jakarta
Yasa Dwi, Yaser. 2012. Representasi Kebebasan Pers Mahasiswa dalam Film Lentera Merah (Analisis Roland Barthes dalam Film Lentera Merah Mengenai Kebebasan Pers Mahasiswa). http:m.suaramerdeka.com. Tesis UKI
98
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis, yaitu Nursam
Nurisal, lahir di Kota Palopo pada tanggal
25 November 1987 dari pasangan M.
Djaisal dan Nurhayati. Penulis
berkebangsaan Indonesia dan beragama
islam, memiliki enam saudara kandung.
Kini penulis beralamat di jalan Pongsimpin No. 27 RT 02 RW 03
Kecamatan Mungkajang Kota Palopo.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1999 lulus
dari SDN 72 Temmalulu Kabupaten Luwu. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 6 Kota Palopo dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2006 lulus dari Program Paket C Dinas Pendidikan Kota
Palopo dan melanjutkankan pendidikan Strata I Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Universitas Cokroaminoto Palopo lulus pada
tahun 2011 sebagai lulusan amat baik.
Pada tahun 2011 penulis ditugaskan sebagai Guru di SDN 75
Surutanga Kota Palopo, kemudian pada tahun 2012 penulis
ditugaskan di SMK Pelayaran Nusantara Kota Palopo.
99
Lampiran. I
Resensi Film MengejarMatahari
Judul Film : Mengejar Matahari
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Penulis : TitienWattimena
Pemeran : Wingky Wiryawan (sebagai Ardi), Fedi Nuril (sebagai
Nino), Udjo Project Pop (sebagai Apin), dan Fauzi Baadilla
(sebagai Damar), Ade Habibi (sebagai Obet) Agni P. Arkadewi
( sebagai Rara )
Produksi : KIPAS COMMUNICATION Film
Jenis Film : Drama
100
Mengejar Matahari adalah film drama tahun 2004 dari Indonesia.
Film ini mendapatkan beberapa penghargaan dan nominasi
diantaranya:
FFI 2004 - Pengarah Sinematografi Terbaik (Ipung Rahmat
Syaiful)
Nominasi Piala Citra - Film
Nominasi Piala Citra - Sutradara
Nominasi Piala Citra - PemeranUtama Pria (WingkyWiryawan,
Fedi Nuril, Udjo Project Pop, dan Fauzi Baadilla)
Nominasi Piala Citra - Skenario
Nominasi Piala Citra - Tata Musik
Nominasi Piala Citra - PenyuntingGambar
Nominasi Piala Citra - Tata Suara
Film ini berkisah tentang persahabatan Ardi, Damar, Nino dan
Apin yang terjalin sejak mereka masih kanak-kanak. Kisah diawali
dengan gambaran kehidupan mereka pada masa kecil dan masih
kanak-kanak. Empat sekawan ini menjadi saksi utama saat Obet
(Ade Habibi), preman setempat, masuk penjara. Suatu hari Si Obet
membunuh seorang anak dan merekapun melaporkannya kepihak
polisi. Mereka tidak menyangka, masalah inilah yang mengubah
banyak hal di masa depan. Keempat sahabat itu berubah menjadi
sosok remaja SMA yang menyusuri gang-gang kompleks rumah
susun. Sementara itu, di tengah mereka datanglah gadis cantik
101
bernama Rara (Agni Arkadewi) yang kemudian dekat dengan Ardi.
Gadis yatim-piatu yang harus bekerja demi menghidupi diri dan
adiknya, memikat Ardi (Winky Wiryawan) dan Damar (Fauzi
Baadilla) dan mengguncang persahabatan mereka, bahkan Damar
dan Ardi saling tinju. Dari situlah mulai persahabatan mereka retak.
Sejak kecil mereka punya ritual bermain yang unik yang mereka
namakan Mengejar Matahari. Mereka akan berlari dari satu titik
ketitik lain di kompleks rumah susun tempat tinggal mereka, saling
bersaing siapa yang akansampai terlebih dulu.
Konflik bukan hanya seputar persahabatan mereka, tetapi juga
masing-masing pribadi. Nino adalah anak orang kaya, paling
dewasa dan pendiam. Damar tinggal hanya dengan ibunya yang
jarang di rumah. Ia tumbuh menjadi anak yang amat pemarah dan
gemar berkelahi. Ardi anak pensiunan polisi yang tertekan oleh
kekerasan sikap bapaknya. Sementara Apin adalah yang paling
jenaka di antara mereka. Ia selalu bermimpi kelak akan menjadi
sutradara dan merekam seluruh aspek kehidupan yang tak
mungkin terulang lagi.
Masalah menjadi makin pelik ketika Obet muncul kembali
dengan hasrat balas dendam kepada empat sekawan tersebut.
Suatu hari terjadilah perkelahian antara Obet dan keempat
sahabat itu. Hingga pada perkelahian itu membuat Obet menusuk
Apin hingga tewas. Dari tewasnya Apin empat sekawan tersebut
102
menjadi sangat marah dengan siObet sipreman kampong itu.
Hingga suatu saat Damar yang selalu menjadi sosok nekad,
mengambil langkah terakhir begitu pun dua sahabatnya tersebut.
Suatu pertengkaran antara Obet beserta preman lain dan Ardi
beserta Nino menjadi sangat ramai dan kisruh. Hingga beberapa
saat Damar pun datang, dengan persiapan yang ia lakaukan
dirumah dengan merakit pistol rakitan yang ia beli dan dibawalah
ketempat biasa Obet dan preman lain itu nongkrong. Di tempat
itulah kebetulan Obet dan para preman bertengkar dengan sahabat
kecil Damar yaitu Ardi dan Nino, marah yang sangat melanda
Damar pun sungguh bertambah, hingga peluru dari pistolnya
menghabisi nyawa Obet dengan dua kali tembakan dan sekaligus
membawanya kepenjara.
Setelah Damar masuk penjara maka persahabatan mereka
menjad itidak karuan mereka saling menentukan nasib merek
asendiri-sendiri. Hingga suatu saat Nino pun bertemu dengan Ardi
yang sudah menjadi Calon polisi dan Nino sudah mendapatkan
beasiswa melanjutkan S-2 di Amerika Serikat.
Setelah pertemuan itu mereka saling bercerita tentang
nasibnya sekarang. Merekapun juga mengingat masa-masa kecil
dulu, hingga mereka mengulangi ritual yang biasa mereka lakukan
waktu kecil dulu berlari-lari mengelilingi kompleks rumah susun
yang biasa mereka sebut Mengejar Matahari.
103
Dari situlah kisah diakhiri dengan Nasib yang brebeda-beda
Damar hidup di penjara, Ardi menjadi calon Polisi, dan Nino pun
menjadi Seorang yang bertamatan S-2 di Amerika. Selesailah
cerita dan kisah mereka.
Tokoh:
1. Wingky Wiryawan (sebagai Ardi),
2. Fedi Nuril (sebagai Nino),
3. Udjo Project Pop (sebagai Apin),
4. Fauzi Baadilla (sebagai Damar),
5. Ade Habibi (sebagai Obet), dan
6. Agni P. Arka dewi (sebagai Rara)
Jenis Tokoh:
1. Protagonis
2. Protagonis
3. Protagonis
4. Protagonis
5. Antagonis
6. Protagonis
Watak Tokoh:
1. Adil, setia kawan.
2. Setia kawaan, sabar.
3. Murah senyum, periang.
4. Nekat, mudah emosi,
104
5. Mudah tersinggung, pemarah, kejam.
6. Rela berkorban, sabar.
Latar atau Setting : Kompleks Rumah Susun (Rusun)
Tema : Persahabatan
105
Lampiran. 2
Dialog Film dalam Scene
Adapun Scene-scene tersebut sebagai berikut:
1) Scene 1: EXT. Jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 1 berisi prolog, yang menggambarkan sebuah jalan
di lingkungan kompleks rumah susun. Jalan kompleks rumah
susun tersebut, tempat biasa Ardi, Apin, Nino, dan Damar
bermain dan berlari dari titik satu menuju ke titik yang lain.
Prolog:
“Orang bilang hidup dimulai di hari ini, waktu kita bangun
tadi pagi, bukan hari kemarin, bukan juga besok, tapi gue
percaya hari ini dimulai bukan hanya dari kita membuka
mata tadi pagi, hari ini dimulai jauh sebelum itu”. “Lepas
dari semua beban dan masalah yang kita hadapin ada satu
permainan yang selalu jadi ritual kita, sebuah permainan
yang hanya kita berempat yang tau, sebuah permainan
yang mengharuskan kita berlari sekencang-kencangnya
dan berusaha menjadi yang pertama sampai ke sebuah titik
di ujung kompleks, permainan yang kita beri nama
“Mengejar Matahari”.
2) Scene 2: INT. dalam Ruangan
Scene 2 memperlihatkan sebuah ruang di rumah susun .
Terlihat ruangan tersebut dihiasi dengan hiasan pesta sebagai
persiapan untuk merayakan ulang tahun Apin. Adegan
selanjutnya adalah menjalankan renacana Ardi, Nino, dan
Damar untuk membuat pesta kejutan Apin. Rencana itu berjalan
lancar, Apin merasa begitu terkejut dengan pesta itu, sehingga
suasana keceriaan pun menyelimuti ruangan tersebut.
106
Apin: No‟..! “Damar” dipukulin lagi no‟…!? Nino: dia dipukulin lagi? Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..? Nino: gua ngga‟ tau pin‟.. Apin: tapi si ardi mana..? Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..! Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih… udah masuk-masuk… Nino: lu duluan pin‟.. Apin: giliran kaya gini… gua.. Damar: tapi‟.. damarnya ada ko‟… Apin: mar‟..mar‟..mar‟.. Damar: woiii…. Ardi: selamat ulang tahun… Apin: anjing lo…anjing… botak lu dasar…hahahahaaha Nino, ardi, dan dammar: selamat ulang tahun pin‟… Apin: cemen banget nih.. siapa yang buat nih..!? Damar: susah nih masalahnya di buat…! Nino: hargain dong.. siapa yang buat semua ini… Ardi: lihat nhi… yang gua buat bersama Damar… kue ulang tahun spesial… martabak.. Apin: anjrit lo…gua uda kirain kepala lo damar uda dibelah… tau ngga‟!?... gua ngga bakalan lupa hari-hari gua.. kemarin, tadi‟…sekarang, besok… di hidup gua udah terlalu banyak yang masuk dan pergi lagi… tapi hanya ada yang dalam hati itu ada kalian sahabat sejati gua…
3) Scene 3: INT/EXT. Kantin Sekolah
Scene 3 memperlihatkan Ardi, Apin, Nino, dan Damar
bercerita di kantin sekolah. Apin menceritakan mengenai
sebuah kisah film Hollywood yang baru saja dinontonnya. Apin
pun membuat replika film tersebut, menggunakan handycam
barunya, dengan versi mereka.
Apin: tau ngga‟..!? gua punya cerita.. gua nonton film kemarin nih… film hollywood gitu, sutradaranya edan banget.. dia buat dunia lain selain dunia kita… seruh banget filmya. Jadi, di dunia lain itu ada orang-orang yang persis kita banget… jadi, ada orang kayak lo no‟. kaya lo dan lo… tapi, ngga tau yah Mar‟ kalau kayak lo… tapi mereka alami nasibnya segala macam
107
beda… nahhh sekarang gua coba versi gua… lo bayangin no‟ kira-kira di dunia itu adalah…????? Adalah..???? lo apa no‟?? Nino: kalau bisa duit gua makin banyak lagi deh.. Apin: aduh..! sekarang juga lu traktirin kita.. Nino: yakin banget lo… Apin: hahahaha…ya..ya..ya.. boleh.. Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima‟ di sekolah ngetop lah di Amerika‟.. Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha Apin: kasi slamat…kasi slmat… Apin: lu Ardi‟…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..! Ardi: nama gua Ardi… Apin: kayanya seruh nih.. Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah… Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan… Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah pada kerja sama saya aja semuanya… Apin, Ardi, dan Nino: hahahahahahaha
4) Scene 4: INT. dalam Ruangan
Scene 4 memperlihatkan suasana malam di rumah Ardi.
Orang tua Ardi ada di ruang tamu, dan Apin datang untuk
mengunjungi Ardi. Terlihat Ardi kebetulan berada di ruang tamu
itu juga, dengan membawa air untuk membersihkan akuarium
miliknya. Kunjungan Apin berlanjut di kamar Ardi. Di kamar Ardi,
Apin mulai membicarakan mengenai saudara perempuan Nino.
Namun Ardi bersikap acuh tak acuh dengan pembicaraan Apin,
yang membuat Apin semakin semangat untuk meminta
perhatian terhadap apa yang dia bicarakan.
Apin: selamat malam pak‟..bu‟.. Ardinya ada‟!? ehhh di‟ bantuin PR gua… PR.. Ardi: ehhh kekamar gua pin‟.. Apin: misi pa‟..bu‟.. Ardi: PR…PR… lu tu PR. Apin: ahhhh rajin-rajin… ko‟ngga bantuin Nino tadi siang..!? eiiii ngga bantuin nino‟!
108
Ardi: ngga bias, nyokap gua minta bantu di rumah tadi‟… Apin: rugi… sodara‟nya cakep banget..! Ardi: biasa aja.. Apin: haaa yang gitu… cantik tau ngga‟..! nih..nih… direkaman aku, cantik bangeeet…putih…kayanya mantan model deh…Ar‟ lihat Ar‟..Ar‟.. Ardi: mmmm Apin: cewe biasa ini… kayanuya model dhe… tuh… baik lagi… ehhhh dilihat juga… Ardi: gua lap hidung lu yah… Apin: mending gua kasi Damar kali yah..!! Ardi: kasi siapa..!? Apin: karena Damarkan apresiasi terhadap cewe lebih… di banding elo.. Ardi: di kasi dammar..!? ehh… gua kasi tau yah… kalau lu kasi Damar nhi… sama Damar buat bahan ini nih… ssttttt..eeela‟ Apin: ehhhh benar nhi cantik banget, putih lagi… proporsi bibirnya…. Lu liat tuh…benar ngga mau lihat nih..!? dia cewe biasa… okey…tuh…ihhh ceria banget gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi.. Ardi: coba liat..!? Apin: ngga‟ usah lihat… katanya cewe biasa doang.. Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit ajha… Apin: udah ngga‟ usah..ngga usah.. Ardi: lihat bentar aja..! Apin: ngga…ngga…hahahaha Ardi: gua hitung sampai 3… satu, dua,….haahahahaha Apin: tutututu apa tu basah…hahahahahaa
5) Scene 5: EXT. depan Rumah Susun
Scene 5 ini terlihat pada sore hari, Ardi, Apin, Nino, dan
Damar sedang berkumpul di salah satu gang kompleks rumah
susun. Mereka bercerita lepas sambil menunggu kedatangan
tukang somay.
Apin: aduhh.. Ardi: kenapa lo..!? Apin: lapar.. Nino: mana sih ! tukang somainya ? Ardi: biasa juga udah lewat jam segini..! Nino: mungkin naik haji kali‟..
109
Ardi: paling dia juga naik gerobak..! Apin: hahahaha kacau lu.. Damar: lucu… Nino: rara‟! kamu kenapa? Rara: ini..! tadi gua liat preman gitu deh aduh seram banget..ada tatonya laggi.. Damar: di gangguin ngga‟ lo? Rara: ngga sih..! Damar: ngga di apa-apain gitu..!? Rara: ia..! seram aja.. Nino: ehhh ya sori… kenalin ini adik gua..! kenalin ini teman-teman aku.. Damar: Damar Rara: Rara Nino: ini Ardi Rara: kayanya gua pernaah lihat lo deh.! Apin: yah itu yang gua suruh bantuin… tapi, lo ngga mau bantuin… Nino: ehhh lo juga ngga bantuin pin‟.. Apin: tapi. Gua juga ini.! Dokumentasi.. Damar: mang kemana lo di‟ Ardi: ngga‟.. waktu itu gua dipanggil mah nyokap. Jadi, yah gua naik keatas… lagian kalau gua juga mau bantuin… gua ngga tau rumah lo dimana..!? Nino: ehhh kamu..! kamu mau diantarin pulang..!? Rara: ngga usah ko‟.. karena udah dekat juga.. Damar: boleh juga sodara‟ lo..!? Nino: ehhh jaga mulut lo…! Hahahahaha
6) Scene 6: EXT. depan Rumah Susun
Scene 6 waktu sore hari yang memperlihatkan Rara
sedang duduk di salah satu gang kompleks rumah susun itu.
Suasana sore itu begitu ramai. Rara tertawa melihat anak-anak
bermain bola basket, kemudian Ardi menghampirinya dan
mengajak Rara bercerita.
Ardi: hey ra‟.. mmm gua mau nanya nih.. Rara: apa! Ardi: lo ngapain sih pindah kesini ? Rara: gua.. mmm alasannya sih simpel… kantor kerja gua dekat sini‟… jadinya biar dekat aja… gitu‟..
110
Ardi: gitu… Rara: kalo lo..!? lo ngapain disini..? Ardi: gua….hehehehe gua mang dari kecil disini ! Rara: ohh yahhh.. Ardi: orang tua gua disini… teman-teman gua dari kecil Apin, Nino, dan Damar disini semua… mmmm ama gua punya matahari sendiri… Rara: Matahari !? Ardi: ia… disini juga.. Rara: maksud lo !? Ardi: begini nih ra‟.! Dulu nihhh gua berempat sama anak-anak kaya punya ritual gitu deh… pokoknya kita selalu kejar-kejaran.. main lari-larian disini!... keliling rumah susun nih gitu… tiap sore‟.. Rara: ohhh yahhh… Ardi: nah kalau anak-anak sih.. biasanya nyebutnya “mengejar matahari”.. nah dari situtu ra‟… gua percaya banget kalau matahari itu ada dua.. Rara: Maksudnya..!? Ardi: Maksudnya…mmm !! Rara: bingung!!? Ardi: maksudnya !?... jadi matahari itu yang pertama, matahari yang nyinari seluruh dunia ini, nah yang kedua, pokoknya matahari yang kita kejar sore‟ gitu… dan tuh matahari, selalu terbit mah tenggelam dirumah susun ini doing… gitu ra‟.. Rara: jadi, matahari itu punya rumah susun ini… Ardi: ia.. Rara: yang lo certain tadi‟! Ardi: ia.. Rara: ohh gitu.. asik dong.
7) Scene 7: EXT. depan Rumah Makan
Scene 7 memperlihatkan suasana di sore hari, dimana
Apin, Nino, Damar dan Ardi berkumpul di depan sebuah gubuk.
Apin terlihat sedang marah dan kecewa kepada sahabat-
sahabatnya.
Nino: ya udah deh pin‟.. hujan nih… ntar kita berdua sakit lagi… ehhh kalau gue main film india lucu kali‟ yah… Damar: Pin‟.. soal kamera lo tu… sori yah, lutau‟ kan keadaannya gimana…! Sori ya pin‟ yah… Ardi: Pin‟ gini !?
111
Apin: apa..!? lo mau minta maaf… hee‟ gue tau di‟ lu mau minta maaf karena “Handycame” gua rusak.. emank benda itu gua sayang… tapi benda itu bisa gua perbaikin… ada satu lagi yang gua sayang banget… persahabatan kita rusak lu mau perbaiki… ha‟…bisa… Ardi: ini semua gara-gara Damar.!? Tau ngga sih pin‟.. Apin: udah…udah…udahhh.. Ardi: dengarkan gua dulu.. Apin: ngga‟… lo jauh-jauh hanya mau nyalahin teman lu… tau ngga..! besok ada masalah gua yang disalahin…he‟… besok lagi Nino yang salah… benar gitu… Nino: udalah pin‟ Apin: ngga‟.. udah apanya..!? emang udah gitu… dia nih.. teman lo nih… ngga akan pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya hilang… basi‟ lo
8) Scene 8: EXT. jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 8 memperlihatkan Ardi mengenakan pakaian Polisi
berjalan sambil melihat suasana kompleks rumah susun. Di
jalan itu Ardi bertemu dengan Nino.
Nino: Halo di‟.. Ardi: Nino‟…. Hehe gila‟-gila‟.. Nino: Gila‟ lo di‟.. Ardi: apa kabar lo..? Nino: akhirnya teman gua jadi polisi sekarang yah… hehehehe Ardi: gua belum jadi polisi no‟… hehehehehe ehhh no‟ ngapain lo sekerang ..!? Nino: gua diterima sekolah di amerika… Ardi: lu udah keterima sekolah di amerika.. Nino: ia.. Ardi: di amerika..!? Nino: ia.. bentar lagi berangkat.. Ardi: dapat juga lo yah.. Nino: mentang-mentang lo polisi nonjok lu sekrang yah....hahahaha Ardi: biar‟… ngga apa-apa biar lebih gagah gitu..hahahaha. lo dapat S-2 di amerika yah.. Nino: lo ingatkan di kantin dulu yang kalau di dunia parallel ini… gua keterima sekolah di amerika… kejadian. Ardi: maafin yah.. jujur ya no‟ beberapa tahun ini, gua masi kepikiran banget mah Alpin, Damar juga‟..
112
Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin meninggal, damar masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan gua tinggal sendiri disini…sstttt Ardi: buat Alpin.. Nino: buat Damar Ardi: Alpin dan Damar…
113
Lampiran. 3
Scene a Scene b
Scene c Scene d
Scene e Scene f
114
Scene g Scene h
84
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
Pada bab ini menguraikan berbagai hal mengenai hasil dan pembahasan
dari penelitian berupa Analisis Semiotik “Makna Persahabatan dalam Teks
Film Mengejar Matahari”. Hasil dari penelitian ini diperoleh melalui proses
analisis terhadap teks/dialog yang ada pada film Mengejar Matahari,
kemudian mendeskripsikannya kedalam suatu bentuk analisis yang sistematis.
Bab ini mengacu kepada fokus penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan
mengenai Makna denotatif, konotatif, dan mitos/ideologi Persahabatan dalam
Teks film Mengejar Matahari dan Teks sebagai inti penelitian. Yaitu dengan
menggunakan metode analisis semiotik, yang merupakan bagian dari metode
analisis data dalam penelitian kualitatif.
Untuk itu, peneliti memfokuskan penelitian ini mengenai apa saja yang
menjadi hal-hal diatas yang terdapat dalam teks/dialog pada film Mengejar
Matahari yang berkaitan dengan makna persahabatan. Maka dari itu peneliti
menggunakan model Barthes sebagai teori pendukung dalam menganalisis
Semiotik Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar Matahari.
Terdapat beberapa teks/dialog yang akan dianalisis dari film Mengejar
Matahari. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis memeroleh 8 scene dari
peran tokoh utama yang dapat diteliti dengan konsepsi pemikiran Barthes.
Semiotik yang dikaji oleh Barthes antara lain apa yang menjadi makna
denotatif dalam suatu objek, apa yang menjadi makna konotatif pada suatu
84
objek, juga apa yang menjadi mitos/ideologi suatu objek yang kita teliti yang
dalam hal ini objek tersebut berupa teks.
Denotatif berupa tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang
menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotatif
dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak.
Konotatif adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, yang didalamnya terdapat makna yang tidak
sebenarnya. Konotasi dapat menghasilkan makna kedua yang bersifat
tersembunyi.
Mitos/ideologi adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan
produk kelas sosial mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan
sebagainya.
Penetapan 8 scene ini dilakukan berdasarkan content yang berisi
teks/dialog dari peran tokoh-tokoh utama terhadap kegiatan yang mengandung
makna persahabatan, agar kajian lebih terfokuskan.
1. Analisis Makna Persahabatan dalam Teks Film Mengejar Matahari
a. Scene 1
Deskripsi Data Scene 1: EXT. Jalan Kompleks Rumah Susun
Prolog:
“Orang bilang hidup dimulai di hari ini, waktu kita bangun tadi pagi,
bukan hari kemarin, bukan juga besok, tapi gue percaya hari ini
dimulai bukan hanya dari kita membuka mata tadi pagi, hari ini
dimulai jauh sebelum itu”. “Lepas dari semua beban dan masalah
84
yang kita hadapin ada satu permainan yang selalu jadi ritual kita,
sebuah permainan yang hanya kita berempat yang tau, sebuah
permainan yang mengharuskan kita berlari sekencang-kencangnya
dan berusaha menjadi yang pertama sampai ke sebuah titik di ujung
kompleks, permainan yang kita beri nama “Mengejar Matahari”.
1) Analisis Denotatif
Scene 1 diawali dengan “prolog” yang menjelaskan sebuah
permainan yang selalu menjadi ritual dari tokoh Ardi, Apin, Nino,
dan Damar, sebuah permainan yang mengharuskan mereka berlari
sekencang-kencangnya dan berusaha menjadi yang pertama sampai
kesebuah titik di ujung kompleks.
2) Analisis Konotatif
Permainan yang menjadi ritual empat tokoh Ardi, Apin,
Nino, dan damar yang mereka beri nama “Mengejar Matahari”
dapat dikonotasikan sebagai kebersamaan menuju cita-cita yang
mereka inginkan. Kata “Mengejar” dapat diartikan sebagai usaha
atau kerja keras yang dilakukan agar mencapai tujuan yang
diinginkan. Kata “Matahari” dapat diartikan sebagai suatu tujuan
atau cita-cita yang diimpikan oleh masing-masing individu dari
tokoh Ardi, Apin, Nino, dan Damar. Cita-cita tersebut begitu besar
dan berharga, sehingga digambarkan sebagai matahari yang
merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
84
3) Analisis Mitos/Ideologi
Permainan “Mengejar Matahari” yang Ardi, Apin, Nino, dan
Damar lakukan dianggap sebagai ritual. Tanpa adanya upacara,
kegiatan suci, metode khusus, dan pemujaan terhadap sesuatu,
prolog tersebut menyebutkan bahwa permainan “Mengejar
Matahari” merupakan ritual keempat sahabat itu. Sedangkan ritual
biasanya adalah kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan
atau sesuatu yang terbilang sakral. Ritual adalah teknik atau
metode suatu adat dan kebiasaan menjadi suci. Kegiatan ritual
merupakan salah satu adat istiadat dalam suatu kebudayaan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat atau komunitas tertentu, sebagai upaya
perawatan atau permeliharaan atas apa yang mereka sudah
dapatkan atau permintaan agar mendapatkan keselamatan,
kelancaran, kemudahan dalam segala hal. Akan tetapi dalam
prakteknya ritual sering disalah artikan sebagai pemujaan kepada
penguasa gelap (hal-hal gaib), meskipun demikian itulah bentuk
komunikasi yang mereka bangun agar mereka bisa berkomunikasi.
b. Scene 2
Deskripsi Data Scene 2: INT. dalam Ruangan
Scene 2 memperlihatkan sebuah ruang di rumah susun . Terlihat
ruangan tersebut dihiasi dengan hiasan pesta sebagai persiapan untuk
merayakan ulang tahun Apin. Adegan selanjutnya adalah menjalankan
84
renacana Ardi, Nino, dan Damar untuk membuat pesta kejutan Apin.
Rencana itu berjalan lancar, Apin merasa begitu terkejut dengan pesta
itu, sehingga suasana keceriaan pun menyelimuti ruangan tersebut.
Apin: No’..! “Damar” dipukulin lagi no’…!?
Nino: dia dipukulin lagi?
Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..?
Nino: gua ngga’ tau pin’..
Apin: tapi si ardi mana..?
Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..!
Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih… udah
masuk-masuk…
Nino: lu duluan pin’..
Apin: giliran kaya gini… gua..
Damar: tapi’.. damarnya ada ko’…
Apin: mar’..mar’..mar’..
Damar: woiii….
Ardi: selamat ulang tahun…
Apin: anjing lo…anjing… botak lu dasar…hahahahaaha
Nino, ardi, dan dammar: selamat ulang tahun pin’…
Apin: cemen banget nih.. siapa yang buat nih..!?
Damar: susah nih masalahnya di buat…!
Nino: hargain dong.. siapa yang buat semua ini…
Ardi: lihat nhi… yang gua buat bersama Damar… kue ulang tahun
spesial… martabak..
Apin: anjrit lo…gua uda kirain kepala lo damar uda dibelah… tau
ngga’!?... gua ngga bakalan lupa hari-hari gua.. kemarin,
tadi’…sekarang, besok… di hidup gua udah terlalu banyak yang
masuk dan pergi lagi… tapi hanya ada yang dalam hati itu ada kalian
sahabat sejati gua…
1) Analisis Denotatif
Siang itu Nino memberi kabar kepada Apin, bahwa Damar
telah dipukuli oleh teman-teman Obet. Nino pun mengajak Apin
menuju ke suatu ruangan di rumah susun, untuk melihat keadaan
Damar. Dibalik kabar buruk itu, Ardi, Nino, Damar telah
menyiapkan rencana pesta kejutan untuk Apin yang pada hari itu
84
berulang tahun. Apin mengikuti Nino dan memasuki ruangan itu
terlebih dahulu atas perintah Nino. Setelah Apin memanggil nama
Damar sebanyak tiga kali, lampu ruangan pun dinyalakan dan
semua sahabat Apin mengucapkan “selamat ulang tahun” sambil
melempar potongan kertas warna-warni kepada Apin. Semua
tertawa dan terlihat bahagia merayakan ulang tahun Apin. Ardi dan
Damar menunjukkan kue ulang tahun berupa martabak yang telah
dibuatnya Kemudian Ardi, Nino, dan Damar menutup mata Apin
untuk memberikan kado yang ternyata berisi handycam.
2) Analisis Konotatif
Scene 2 ini terlihat kekhawatiran Apin dan Nino, dalam
dialog;
Apin: No’..! “Damar” dipukulin lagi no’…!?
Nino: dia dipukulin lagi?
Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..?
Nino: gua ngga’ tau pin’..
Apin: tapi si ardi mana..?
Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..!
Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih…
Dialog ini juga memberi keterangan bahwa Apin begitu
memahami sifat Damar yang mudah terpancing emosi, sehingga
menyebabkan Damar terlibat dalam banyak perkelahian.
Pada dialog selanjutnya, ketika Apin mengatakan ejekan
kasar kepada Ardi, Nino, dan terutama pada Damar “Anjing
lo…anjing…botak lu dasar”, lalu, “cemen banget nih..”, dan
“anjrit lo…”, dapat dikonotasikan sebagai ejekan yang
84
menandakan kedekatan mereka. Artinya, meskipun ejekan itu
begitu kasar, namun tidak akan menyakiti perasaan siapa pun
diantara mereka. Karena, makna ejekan itu bukan dianggap untuk
merendahkan satu sama lain, tetapi ejekan itu bermakna ungkapan
kasih sayang dan kebahagiaan yang dalam. Terkhusus untuk Apin,
yang menunjukkan rasa terkejutnya dengan kata-kata itu.
Bagian akhir dialog terdapat ungkapan Apin “di hidup gua
udah terlalu banyak yang masuk dan pergi lagi… tapi hanya ada
yang dalam hati itu ada kalian sahabat sejati gua…”. Ungkapan
ini menunjukkan bahwa telah banyak orang yang masuk dalam
kehidupan Apin, tetapi tidak ada yang setia dan melekat di hati
Apin kecuali Ardi, Nino, dan Damar.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Teks dialog scene 2 di dominasi dengan kata-kata ejekan
kasar yang diucapkan oleh Apin. Salah satu ucapan Apin yang
menarik adalah kata “anjing” yang merupakan salah satu jenis
hewan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, anggapan
mayoritas masyarakat Indonesia terhadap hewan ini, adalah hewan
yang menakutkan dan menjijikkan. Masyarakat yang beranggapan
seperti ini, akan lebih memilih untuk menjauhi hewan ini. Terlebih
menggunakannya sebagai ungkapan yang diucapkan kepada orang
lain, maka untuk mengucapkan nama hewan yang satu ini, dapat
84
melambangkan kemarahan. Jika diucapkan kepada orang lain,
maka dapat melambangkan bahwa seseorang yang mengatakan itu
menganggap rendah orang yang dituju. Masyarakat Indonesia
terkini, terutama di daerah pinggiran kota yang khas akan bahasa-
bahasa yang terbilang kasar bagi mayoritas masyarakat lain, justru
mempergunakannya sebagai candaan sehari-hari yang tidak lagi
dianggap tabuh untuk diucapkan.
c. Scene 3
Deskripsi Data Scene 3: INT/EXT. Kantin Sekolah
Scene 3 memperlihatkan Ardi, Apin, Nino, dan Damar bercerita
di kantin sekolah. Apin menceritakan mengenai sebuah kisah film
Hollywood yang baru saja dinontonnya. Apin pun membuat replika
film tersebut, menggunakan handycam barunya, dengan versi mereka.
Apin: tau ngga’..!? gua punya cerita.. gua nonton film kemarin nih…
film hollywood gitu, sutradaranya edan banget.. dia buat dunia lain
selain dunia kita… seruh banget filmya. Jadi, di dunia lain itu ada
orang-orang yang persis kita banget… jadi, ada orang kayak lo no’.
kaya lo dan lo… tapi, ngga tau yah Mar’ kalau kayak lo… tapi mereka
alami nasibnya segala macam beda… nahhh sekarang gua coba versi
gua… lo bayangin no’ kira-kira di dunia itu adalah…?????
Adalah..???? lo apa no’??
Nino: kalau bisa duit gua makin banyak lagi deh..
Apin: aduh..! sekarang juga lu traktirin kita..
Nino: yakin banget lo…
Apin: hahahaha…ya..ya..ya.. boleh..
Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima’ di sekolah ngetop lah di
Amerika’..
Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha
Apin: kasi slamat…kasi slmat…
Apin: lu Ardi’…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..!
Ardi: nama gua Ardi…
Apin: kayanya seruh nih..
84
Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah…
Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan…
Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah
pada kerja sama saya aja semuanya…
Apin, Ardi, dan Nino: hahahahahahaha
1) Analisis Denotatif
Apin menceritakan bahwa dia baru saja menonton film
Hollywood yang berkisah tentang adanya dunia lain selain dunia
kita. Menurut Apin, cerita film tersebut memiliki kemiripan dengan
kisah kehidupan mereka. Apin ingin meniru kisah dalam film
tersebut, hal ini dapat terlihat dari dialog, “sekarang gua coba
versi gua… lo bayangin no’ kira-kira di dunia itu adalah…?????
Adalah..???”
Apin terinspirasi untuk mendokumentasikan apa yang
menjadi bayangan Ardi, Nino, dan Damar tentang kehidupan
mereka di dunia lain itu. Dimulai dari Nino yang membayangkan
kehidupannya di dunia lainnya adalah Nino yang memiliki lebih
banyak uang dari yang dia miliki sekarang. Kemudian dia
membayangkan bahwa dia akan diterima di sekolah ternama di
Amerika. Dilanjutkan oleh Ardi yang memiliki bayangan
kehidupanya lebih bahagia dari kehidupan yang dia alami
sekarang. Lalu Damar pun melanjutkan dengan langsung
menceritakan bayangannya di dunia lain adalah sahabat-
sahabatnya berada dalam keadaan susah, dan bekerja untuk Damar.
84
2) Analisis Konotatif
Penggalan dialog scene 3 yang memiliki makna konotatif
terdapat pada dialog sebagai berikut:
Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima’ di sekolah ngetop lah
di Amerika’..
Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha
Apin: kasi slamat…kasi slmat…
Apin: lu Ardi’…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..!
Ardi: nama gua Ardi…
Apin: kayanya seruh nih..
Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah…
Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan…
Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah
pada kerja sama saya aja semuanya….
Dialog yang penuh canda dan keceriaan diatas, memiliki
makna tersirat bahwa tanpa mereka sadari, cerita bayangan mereka
pada dunia lain itu, adalah sebuah mimpi besar yang ingin mereka
capai.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Mitos yang terdapat pada teks scene 3 adalah “dunia lain”
yang dibahas oleh Apin. Dunia lain tersebut adalah dimensi yang
berbeda dari dimensi dunia yang manusia jadikan tempat tinggal
saat ini. Dunia paralel yang memiliki kehidupan sebaliknya dari
kehidupan ini. Tetapi, bukti nyata dunia lain yang paralel dengan
kehidupan ini tidak pernah ada. Seperti yang dikatakan Apin, dunia
lain hanya ada di dalam film dan khayalan. Khayalan yang
diungkapkan Ardi, Nino, dan Damar merupakan cita-cita yang
mereka ingin capai. Dunia pararel akan benar adanya dengan usaha
84
dan kemauan yang keras. Sehingga roda berputar sebagaimana
mestinya. Pada masa ini berada di bawah, namun pada suatu saat
nanti akan berada di atas.
d. Scene 4
Deskripsi Data Scene 4: INT. dalam Ruangan
Scene 4 memperlihatkan suasana malam di rumah Ardi. Orang
tua Ardi ada di ruang tamu, dan Apin datang untuk mengunjungi Ardi.
Terlihat Ardi kebetulan berada di ruang tamu itu juga, dengan
membawa air untuk membersihkan akuarium miliknya. Kunjungan
Apin berlanjut di kamar Ardi. Di kamar Ardi, Apin mulai
membicarakan mengenai saudara perempuan Nino. Namun Ardi
bersikap acuh tak acuh dengan pembicaraan Apin, yang membuat Apin
semakin semangat untuk meminta perhatian terhadap apa yang dia
bicarakan.
Apin: selamat malam pak’..bu’.. Ardinya ada’!? ehhh di’ bantuin PR
gua… PR..
Ardi: ehhh kekamar gua pin’..
Apin: misi pa’..bu’..
Ardi: PR…PR… lu tu PR.
Apin: ahhhh rajin-rajin… ko’ngga bantuin Nino tadi siang..!? eiiii
ngga bantuin nino’!
Ardi: ngga bias, nyokap gua minta bantu di rumah tadi’…
Apin: rugi… sodara’nya cakep banget..!
Ardi: biasa aja..
Apin: haaa yang gitu… cantik tau ngga’..! nih..nih… direkaman aku,
cantik bangeeet…putih…kayanya mantan model deh…Ar’ lihat
Ar’..Ar’..
Ardi: mmmm
Apin: cewe biasa ini… kayanuya model dhe… tuh… baik lagi… ehhhh
dilihat juga…
Ardi: gua lap hidung lu yah…
84
Apin: mending gua kasi Damar kali yah..!!
Ardi: kasi siapa..!?
Apin: karena Damarkan apresiasi terhadap cewe lebih… di banding
elo..
Ardi: di kasi dammar..!? ehh… gua kasi tau yah… kalau lu kasi
Damar nhi… sama Damar buat bahan ini nih… ssttttt..eeela’
Apin: ehhhh benar nhi cantik banget, putih lagi… proporsi bibirnya….
Lu liat tuh…benar ngga mau lihat nih..!? dia cewe biasa…
okey…tuh…ihhh ceria banget gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi..
Ardi: coba liat..!?
Apin: ngga’ usah lihat… katanya cewe biasa doang..
Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit ajha…
Apin: udah ngga’ usah..ngga usah..
Ardi: lihat bentar aja..!
Apin: ngga…ngga…hahahaha
Ardi: gua hitung sampai 3… satu, dua,….haahahahaha
Apin: tutututu apa tu basah…hahahahahaa
1) Analisis Denotatif
Pada awal dialog scene 4, Apin memberi salam kepada Ayah
dan Ibu Ardi, terlihat dari dialog “selamat malam pak’..bu’…”.
merupakan sapaan yang santun. Sapaan ini dapat dirubah sesuai
dengan situasi waktu. Misalnya, jika waktu menunjukkan pukul 4
sore, maka sapaan yang diucapkan adalah Selamat sore.
Teks dialog selanjutnya dilakukan di kamar Ardi. Apin
berbicara dengan Ardi yang sedang terlihat membersihkan
akuariumnya. Namun, Ardi terrlihat acuh tak acuh terhadap
pembicaraan Apin, Hal ini jelas terlihat karena Ardi mengatakan
saudara perempuan Nino yang dibicarakan Apin adalah perempuan
yang biasa saja. Apin pun tetap berusaha mendapat perhatian dari
Ardi, terbukti dalam dialog; “haaa yang gitu… cantik tau ngga’..!
nih..nih… direkaman aku, cantik bangeeet…putih…kayanya
84
mantan model deh…Ar’ lihat Ar’..Ar’, dan “ehhhh benar nhi cantik
banget, putih lagi… proporsi bibirnya…. Lu liat tuh…benar ngga
mau lihat nih..!? dia cewe biasa… okey…tuh…ihhh ceria banget
gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi..”
Pada ujung dialog, Apin pun berhasil menarik perhatian
Apin, terlihat dari dialog berikut;
Ardi: coba liat..!?
Apin: ngga’ usah lihat… katanya cewe biasa doang..
Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit
ajha
2) Analisis Konotatif
Teks dialog scene 4, terdapat kebohongan Apin kepada orang
tua Ardi “ehhh di’ bantuin PR gua… PR..”. Kebohongan ini dapat
dikonotasikan sebagai upaya Apin untuk dapat mengunjungi Ardi
dan berbincang. Tersirat pada situasi dan mimik wajah orang tua
Ardi, bahwa Ardi merupakan anak yang tidak memiliki banyak
kebebasan dalam bertemu dengan teman-temannya. Kecuali,
dengan alasan yang tepat.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Teks dialog Apin yang mengatakan “cantik banget, putih.
kayanya mantan model deh…Ar”. Hal ini menunjukkan
kebanyakan anggapan masyarakat khususnya kaum pria, bahwa
perempuan yang sangat cantik adalah perempuan yang berkulit
putih. Kemudian anggapan tersebut berlanjut dengan kriteria tadi,
84
perempuan dianggap memenuhi syarat sebagai model. Sedang
faktanya, kirteria ini tidak mutlak menjadikan perempuan itu dapat
dikatakan cantik, bahkan sebagian model bertaraf internasional
adalah perempuan berkulit hitam pekat.
e. Scene 5
Deskripsi Data Scene 5: EXT. depan Rumah Susun
Scene 5 ini terlihat pada sore hari, Ardi, Apin, Nino, dan Damar
sedang berkumpul di salah satu gang kompleks rumah susun. Mereka
bercerita lepas sambil menunggu kedatangan tukang somay.
Apin: aduhh..
Ardi: kenapa lo..!?
Apin: lapar..
Nino: mana sih ! tukang somainya ?
Ardi: biasa juga udah lewat jam segini..!
Nino: mungkin naik haji kali’..
Ardi: paling dia juga naik gerobak..!
Apin: hahahaha kacau lu..
Damar: lucu…
Nino: rara’! kamu kenapa?
Rara: ini..! tadi gua liat preman gitu deh aduh seram banget..ada
tatonya lagi..
Damar: di gangguin ngga’ lo?
Rara: ngga sih..!
Damar: ngga di apa-apain gitu..!?
Rara: ia..! seram aja..
Nino: ehhh ya sori… kenalin ini adik gua..! kenalin ini teman-teman
aku..
Damar: Damar
Rara: Rara
Nino: ini Ardi
Rara: kayanya gua pernaah lihat lo deh.!
Apin: yah itu yang gua suruh bantuin… tapi, lo ngga mau bantuin…
Nino: ehhh lo juga ngga bantuin pin’..
Apin: tapi. Gua juga ini.! Dokumentasi..
Damar: mang kemana lo di’
84
Ardi: ngga’.. waktu itu gua dipanggil mah nyokap. Jadi, yah gua naik
keatas… lagian kalau gua juga mau bantuin… gua ngga tau rumah lo
dimana..!?
Nino: ehhh kamu..! kamu mau diantarin pulang..!?
Rara: ngga usah ko’.. karena udah dekat juga..
Damar: boleh juga sodara’ lo..!?
Nino: ehhh jaga mulut lo…! Hahahahaha
1) Analisis Denotatif
Teks dialog scene 5, menjelaskan pembicaraan lepas Ardi,
Apin, Nino, dan Damar di suatu sore. Mereka menunggu
kedatangan tukang somay langganan merek, ini terbukti dari
pembicaraan Nino, “biasa juga udah lewat jam segini..!”
Kemudian Rara datang dengan wajah ketakutan. Ekspresi
wajah Rara menimbulkan kekhawatiran Nino terhadap Rara.
Mengetahui keadaan Rara hanya sebatas ketakutan terhadap
preman yang baru saja dilihatnya, Nino memecahkan suasana
ketakutan itu dengan memperkenalkan Rara kepada Ardi, Apin,
dan Damar. Rara merasa pernah melihat Ardi, kemudian Apin
menjelaskan bahwa Ardi adalah orang yang dilihat Rara sewaktu
dia memindahkan barang-barangnya bersama Nino dan Apin,
namun Ardi tidak membantu mereka. Ardi membela diri dengan
penjelasan, “ngga’.. waktu itu gua dipanggil mah nyokap. Jadi,
yah gua naik keatas… lagian kalau gua juga mau bantuin… gua
ngga tau rumah lo dimana..!?”
84
Pada teks dialog terakhir, Nino menwarkan diri untuk
mengantar Rara, namun Rara menolak karena gang itu tidak jauh
lagi dari rumahnya.
2) Analisis Konotatif
Pada dialog scene 5 berikut ini;
Nino: mungkin naik haji kali’..
Ardi: paling dia juga naik gerobak..!
Dikonotasikan bahwa Nino dan Ardi menghibur sahabatnya
yang resah karena menunggu kedatangan tukang somay. Kemudian
teks dialog yang mengandung makna konotasi juga terdapat pada
dialog “boleh juga sodara’ lo..!?” yang dikatakan oleh Damar.
Kata “boleh” di penggalan dialog tersebut, mengartikan bahwa
Damar tertarik kepada Rara. Secara konteks, kata “boleh” tersebut
dapat dimaknai dengan kecantikan yang dimiliki Rara.
3) Analisi Mitos/Ideologi
Teks scene 5 terdapat pembahasan mengenai “tato” yang
disebutkan oleh Rara. “Tato” sebenarnya merupakan seni melukis
yang menggunakan media tubuh manusia sebagai pengganti
kanvasnya. Sebagai seni, “tato” bukan hal yang pantas ditakuti,
karena mengandung unsur keindahan. Anggapan sebagian orang
mengenai tato yang sengaja melukiskan lambang-lambang tertentu,
sebagai pemujaannya terhadap sesuatu yang dilambangkan
tersebut. Lebih sederhana lagi, ada pula yang membuat tato ini
sebagai lambang kepribadiannya. Banyak pula yang menuliskan
84
nama-nama seseorang yang dianggap penting dalam hidupnya,
sebagai tato. Tato bersifat artistik dan penuh dengan nilai-niali
estetika. Namun, zaman sekarang, tato banyak dilukiskan pada
tubuh orang-orang yang disegani, sehingga tato pada zaman
modern, menjadi simbol adanya kasta sekelompok masyarakat
yang patut disegani.
f. Scene 6
Deskripsi Data Scene 6: EXT. depan Rumah Susun
Scene 6 waktu sore hari yang memperlihatkan Rara sedang
duduk di salah satu gang kompleks rumah susun itu. Suasana sore itu
begitu ramai. Rara tertawa melihat anak-anak bermain bola basket,
kemudian Ardi menghampirinya dan mengajak Rara bercerita.
Ardi: hey ra’.. mmm gua mau nanya nih..
Rara: apa!
Ardi: lo ngapain sih pindah kesini ?
Rara: gua.. mmm alasannya sih simpel… kantor kerja gua dekat
sini’… jadinya biar dekat aja… gitu’..
Ardi: gitu…
Rara: kalo lo..!? lo ngapain disini..?
Ardi: gua….hehehehe gua mang dari kecil disini !
Rara: ohh yahhh..
Ardi: orang tua gua disini… teman-teman gua dari kecil Apin, Nino,
dan Damar disini semua… mmmm ama gua punya matahari sendiri…
Rara: Matahari !?
Ardi: ia… disini juga..
Rara: maksud lo !?
Ardi: begini nih ra’.! Dulu nihhh gua berempat sama anak-anak kaya
punya ritual gitu deh… pokoknya kita selalu kejar-kejaran.. main lari-
larian disini!... keliling rumah susun nih gitu… tiap sore’..
Rara: ohhh yahhh…
Ardi: nah kalau anak-anak sih.. biasanya nyebutnya “mengejar
matahari”.. nah dari situtu ra’… gua percaya banget kalau matahari
itu ada dua..
Rara: Maksudnya..!?
84
Ardi: Maksudnya…mmm !!
Rara: bingung!!?
Ardi: maksudnya !?... jadi matahari itu yang pertama, matahari yang
nyinari seluruh dunia ini, nah yang kedua, pokoknya matahari yang
kita kejar sore’ gitu… dan tuh matahari, selalu terbit mah tenggelam
dirumah susun ini doing… gitu ra’..
Rara: jadi, matahari itu punya rumah susun ini…
Ardi: ia..
Rara: yang lo certain tadi’!
Ardi: ia..
Rara: ohh gitu.. asik dong.
1) Analisis Denotatif
Pada teks scene 6, Rara berbincang dengan Ardi mengenai
alasan mereka berada di kompleks tersebut. Rara menjelaskan
bahwa dia tinggal di kompleks itu karena tempat kerja yang tidak
jauh dari kompleks itu, terlihat dari dialog “gua.. mmm alasannya
sih simpel… kantor kerja gua dekat sini’… jadinya biar dekat
aja… gitu’... Sedangkan Ardi mengatakan bahwa dia tinggal di
kompleks itu sejak kecil bersama kedua orang tuanya, begitu pun
dengan ketiga sahabatnya, terlihat juga dari dialog “orang tua gua
disini… teman-teman gua dari kecil Apin, Nino, dan Damar disini
semua…”
2) Analisis Konotatif
Scene 6 terdapat perkataan Ardi “gua punya matahari
sendiri…” yang dapat dikonotasikan sebagai cita-cita yang dimiliki
oleh Ardi, Apin, Nino, dan Damar. Ardi menjelaskan bahwa
mereka sangat percaya akan adanya matahari kedua itu. Hal ini
84
berarti bahwa, mereka optimis dalam menjalani hidup mereka,
walau apa pun halangan yang mereka hadapi.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Ardi berbicara dan menyampaikan ssesuatu kepada Rara
bahwa Ardi dan ketiga sahabatanya Apin, Nino, dan Damar
memiliki matahari sendiri di kompleks itu. Matahari ini selalu
dikerjar oleh mereka berempat sebagai bentuk ritual yang mereka
sebut dengan permainan Mengejar Matahari. Ritual ini dilakukan
untuk mengejar matahari kedua di kompleks rumah susun itu, yang
mereka anggap sebagai miliknya. Ritual dalam pemahaman yang
banyak masyarakat adalah kegiatan sakral, bisa pula berupa
pemujaan terhadap alam gaib. Kemudian Ardi juga mengatakan,
bahwa adanya matahari yang menjadi sumber kehidupan, yaitu
matahari yang menyinari dunia ini. Selama ini, dalam ilmu
pengetahuan alam yang dipelajari, menjelaskan fakta mutlak
mengenai matahari yang satu. Matahari sebagai sumber dari segala
sumber energi dari kehidupan.
g. Scene 7
Deskripsi Data Scene 7: EXT. depan Rumah Makan
Scene 7 memperlihatkan suasana di sore hari, dimana Apin,
Nino, Damar dan Ardi berkumpul di depan sebuah gubuk. Apin
terlihat sedang marah dan kecewa kepada sahabat-sahabatnya.
Nino: ya udah deh pin’.. hujan nih… ntar kita berdua sakit lagi…
ehhh kalau gue main film india lucu kali’ yah…
84
Damar: Pin’.. soal kamera lo tu… sori yah, lutau’ kan keadaannya
gimana…! Sori ya pin’ yah…
Ardi: Pin’ gini !?
Apin: apa..!? lo mau minta maaf… hee’ gue tau di’ lu mau minta maaf
karena “Handycame” gua rusak.. emank benda itu gua sayang… tapi
benda itu bisa gua perbaikin… ada satu lagi yang gua sayang
banget… persahabatan kita rusak lu mau perbaiki… ha’…bisa…
Ardi: ini semua gara-gara Damar.!? Tau ngga sih pin’..
Apin: udah…udah…udahhh..
Ardi: dengarkan gua dulu..
Apin: ngga’… lo jauh-jauh hanya mau nyalahin teman lu… tau
ngga..! besok ada masalah gua yang disalahin…he’… besok lagi Nino
yang salah… benar gitu…
Nino: udalah pin’
Apin: ngga’.. udah apanya..!? emang udah gitu… dia nih.. teman lo
nih… ngga akan pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya
hilang… basi’ lo.
1) Analisis Denotatif
Scene 7 terlihat Nino mengungkapkan kekhawatirannya
terdahap hujan yng kemungkinan akan membuatnya sakit. Tetapi
kekhawatiran itu berganti dengan bayangannya tentang adegan
film India yang memiliki ciri khas bernyanyi dan menari dengan
latar suasana hujan, terlihat dari dialog “ehhh kalau gue main film
india lucu kali’ yah” Kemudian Damar meminta maaf atas
kerusakan kamera kesayangan Apin, terlihat dari dialog “Pin’..
soal kamera lo tu… sori yah, lutau’ kan keadaannya gimana…!
Sori ya pin’ yah…”. Sedangkan Apin mengkhawatirkan
perpecahan yang terjadi dalam persahabatan mereka berempat,
karena menurutnya kamera yang rusak mudah diperbaiki,
sedangkan persahabatan yang rusak sulit untuk kembali seperti
sedia kala, terlihat dari dialog apin yang kecewa atas sikap Ardi
84
dan Damar “apa..!? lo mau minta maaf… hee’ gue tau di’ lu mau
minta maaf karena “Handycame” gua rusak.. emank benda itu gua
sayang… tapi benda itu bisa gua perbaikin… ada satu lagi yang
gua sayang banget… persahabatan kita rusak lu mau perbaiki…
ha’…bisa…”.
2) Analisis Konotatif
Teks dialog terakhir pada scene 7 adalah ungkapan
kekecewaan Apin yang mengatakan “teman lo nih… ngga akan
pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya hilang…
basi’ lo”. Ungkapan kekecewaan Apin itu, mengandung makna
tersirat mengenai Ardi yang kurang menyadari betapa pentingnya
persahabatan mereka, sebelum persahabatan itu benar-benar
terpecah. Kata-kata “basi lo” menunjukkan bahwa Ardi terlambat
dalam menyadari keadaan itu, maka hal yang sudah terlanjur
terjadi baru dibahasnya dengan penyesalan.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Dialog pada scene 7 terdapat perkataan Nino yang diselingi
candaan mengenai film India. Film India selalu identik dengan
tarian dan nyanyian yang dilakukan di waktu cuaca sedang hujan.
Kisah percintaan yang mendominasi alur cerita film India
menjadikan hujan sebagai objek yang paling diingat oleh penonton,
khususnya masyarakat Indonesia yang menganggap hal itu lucu.
Melakukan tarian dan nyanyian dalam keadaan hujan, hal yang
84
tidak biasa dilihat dalam film-film Indonesia, meskipun kesan
romantisnya tetap tidak bisa dipungkiri lagi. Keromantisan tidak
identik dengan hujan, namun romantis adalah suasana yang
dibangun dengan rasa kecintaan diantara dua orang. suasana
romantis pun bisa juga dibuat dalam keadaan cerah, maupun
dengan pengetahuan, seperti membuat puisi atau bermain musik.
h. Scene 8
Deskripsi Data Scene 8: EXT. jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 8 memperlihatkan Ardi mengenakan pakaian Polisi
berjalan sambil melihat suasana kompleks rumah susun. Di jalan itu
Ardi bertemu dengan Nino.
Nino: Halo di’..
Ardi: Nino’…. Hehe gila’-gila’..
Nino: Gila’ lo di’..
Ardi: apa kabar lo..?
Nino: akhirnya teman gua jadi polisi sekarang yah… hehehehe
Ardi: gua belum jadi polisi no’… hehehehehe ehhh no’ ngapain lo
sekerang ..!?
Nino: gua diterima sekolah di amerika…
Ardi: lu udah keterima sekolah di amerika..
Nino: ia..
Ardi: di amerika..!?
Nino: ia.. bentar lagi berangkat..
Ardi: dapat juga lo yah..
Nino: mentang-mentang lo polisi nonjok lu sekrang yah....hahahaha
Ardi: biar’… ngga apa-apa biar lebih gagah gitu..hahahaha. lo dapat
S-2 di amerika yah..
Nino: lo ingatkan di kantin dulu yang kalau di dunia parallel ini…
gua keterima sekolah di amerika… kejadian.
Ardi: maafin yah.. jujur ya no’ beberapa tahun ini, gua masi kepikiran
banget mah Alpin, Damar juga’..
Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin meninggal, damar
masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan gua tinggal sendiri disini…sstttt
Ardi: buat Alpin..
Nino: buat Damar
84
Ardi: Alpin dan Damar…
1) Analisis Denotatif
Teks scene 8 ini berisi percakapan Nino dan Ardi yang
bertemu di jalan kompleks rumah susun. Percakapan diawali
dengan sapaan Nino kepada Ardi. Masing-masing berhasil
menggapai impian mereka yang pernah disebutkan di kantin
sekolah. Ardi menjadi orang yang jauh lebih bahagia dengan
profesi nya sebagai polisi. Nino pun berhasil diterima untuk
meneruskan pendidikannya di Amerika. Mereka juga
mengembalikan ingatan mereka kepada kedua sahabatnya yang
memiliki jalan hidup yang jauh berbeda dari mereka berdua. Hal
ini terlihat pada teks; “Ardi: maafin yah.. jujur ya no’ beberapa
tahun ini, gua masi kepikiran banget mah Alpin, Damar juga’..
Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin meninggal, damar
masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan gua tinggal sendiri
disini…sstttt”
2) Analisis Konotatif
Teks scene h, diawali dengan dialog yang berisi;
Ardi: Nino’…. Hehe gila’-gila’..
Nino: Gila’ lo di’..
Kata “gila” dalam teks scene 8 ini, bermakna ungkapan rasa
terkejut Ardi dan Nino yang bertemu kembali setelah banyak hal
yang mereka lalui sebelumnya.
84
Kemudian pada dialog berikutnya “mentang-mentang lo
polisi nonjok lu sekarang yah....hahahaha” adalah dialog yang
diucapkan oleh Nino sebagai tanda kebanggaannya kepada Ardi
yang telah menjadi polisi. Hal ini terlihat jelas dengan tawa yang
dilepasnya sebagai suatu candaan yang biasa mereka lakukan.
3) Analisis Mitos/Ideologi
Dunia pararel yang disebutkan Nino, sebagai dunia kedua,
merupakan mitos yang dibahas sebagaimana dunia pararel
diartikan sebagai dunia yang memiliki keadaan sebaliknya dari
dunia yang dijalani sebenarnya. Dunia pararel itu secara nyata
tidak ada, tetapi menjadi bentuk kesuksesan yang dicapai oleh Ardi
dan Nino. Pengertian lebih lanjutnya, bahwa dunia pararel itu
adalah masa depan yang dicapai dengan usaha dan kerja keras,
tanpa peduli rintangan apa pun yang terjadi dalam mencapai masa
depan tersebut. Walaupun dua orang telah tumbang dalam
perjalanan ini, namun tidak menyurutkan motivasi mereka untuk
tetap bertahan.
B. Pembahasan
Dari uraian diatas Bagian ini akan membahas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hasil analisis yang telah penulis paparkan pada bagian
sebelumnya. Sesuai dengan landasan teori yang menjadi dasar penelitian yaitu
teori Roland Barthes dalam tinjauan makna denotatif, konotatif, dan
mitos/ideologi.
84
Tanda Merupakan Sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita,
penanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada
pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Berkaitan dengan film yang sarat akan symbol dan tanda, maka yang
akan menjadi perhatian penelitian ini adalah semiotikanya, dengan semiotika
ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu
bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada didalamnya.
Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda.
Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format tanda
yang bersifat visual saja.
Semiotika bertujuan untuk menggali hakikat sistem tanda yang beranjak
keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang
rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian
menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti
penunjukan (denotatif) atau kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan
diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. (Sobur, 2003:
126-127)
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
getol memperaktikkan model linguistic dan semiologi Saussurean. Ia juga
intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan
strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. (Sobur, 2003: 63)
Pembahasan ini peneliti membahas apa yang menjadi makna-makna
yang terdapat dalam teks yang menjadi fokus penelitian yang mewakili
tentang persahabatan dijelaskan melalui pembedahan makna denotatif,
konotatif, dan Mitos/Ideologi.
84
Terdapat beberapa scene yang di analisis dari film Mengejar Matahari
ini dengan konsepsi pemikiran Barthes. Semiotik yang dikaji oleh Barthes
antara lain: membahas apa yang menjadi makna denotatif, konotatif, dan apa
yang menjadi mitos dalam suatu objek yang diteliti.
Pembahasan mengenai makna denotasi dalam beberapa scene terpilih
yang mengandung makna persahabatan dalam teks adalah pemaparan secara
langsung maksud dari teks tersebut. Sebagaimana penulis memberi deskripsi
mengenai teks prolog pada scene 1 yang berisi pengantar dari kehidupan masa
kecil keempat sahabat Ardi, Alpin, Nino, dan Damar menuju gambaran yang
menunjukkan perubahan waktu yang mengakibatkan mereka tumbuh dewasa.
Mereka melepas semua beban hidup serta masalah yang mereka hadapi
dengan permainan yang mengharuskan mereka berlari sekencang-kencang
dari satu titik menuju titik lainnya di kompleks rumah susun tempat tinggal
mereka.
Pembahasan mengenai makna konotasi dalam beberapa scene terpilih
yang mengandung makna persahabatan dalam teks adalah pemaparan secara
bias terhadap makna teks tersebut. Artinya, tidak hanya ditinjau dari segi
semiotika pada teks, namun juga ditinjau dari semiotika kontekstual yang
mengacu pada bahasa non verbal yang digunakan masing-masing tokoh. Jika
kembali pada contoh teks prolog yang dimaknai secara konotasi, adalah
konteks Mengejar Matahari yang mereka sebut sebagai sebuah permainan
ritual. Kisah cerita film Mengejar Matahari ini dari awal sampai akhir
menjelaskan secara tersirat maksud dari permainan tersebut. Kata Mengejar
84
dapat diartikan sebagai usaha atau kerja keras yang dilakukan agar mencapai
tujuan yang diinginkan. Kata Matahari dapat diartikan sebagai suatu tujuan
atau cita-cita yang diimpikan oleh tokoh Ardi, Apin, Nino, dan Damar. Cita-
cita tersebut begitu besar dan berharga, sehingga dianalogikan seperti matahari
yang merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
Selanjutnya mengenai penegasan mitos yang terdapat pada teks film
Mengejar Matahari yang telah dilakukan berdasarkan content yang berisi teks
dari peran tokoh utama terhadap beberapa scene tertentu yang mengandung
makna persahabatan dari tokoh Ardi, Alpin, Nino, dan Damar. Kembali pada
prolog awal, sebagai salah satu aspek penting dalam film ini. Prolog yang
bukan hanya sebagai pengantar perubahan waktu yang dialami tokoh, tetapi
memiliki banyak penyampaian yang akan dipahami bahwa prolog tersebut
menjadi penjelasan awal sekaligus akhir cerita secara keseluruhan. Ritual yang
disebut dalam prolog sebagai permainan Ardi, Alpin, Nino, dan Damar
lakukan adalah mitos sebenarnya yang terungkap dalam film Mengejar
Matahari. Ritual biasanya adalah kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan atau sesuatu yang terbilang sakral. Ritual adalah teknik atau
metode suatu adat dan kebiasaan menjadi suci. Kegiatan ritual merupakan
salah satu adat istiadat dalam suatu kebudayaan. Kegiatan yang sering
dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat atau komunitas tertentu, sebagai
upaya perawatan atau permeliharaan atas apa yang mereka sudah dapatkan
atau permintaan agar mendapatkan keselamatan, kelancaran, kemudahan
dalam segala hal. Akan tetapi dalam prakteknya ritual sering disalah artikan
84
sebagai pemujaan kepada penguasa gelap dan hal-hal gaib. Meskipun begitu,
ritual itulah yang menjadi media komunikasi antar alam yang komunitas
percaya sebagai alam lain yang menjadi tempat tinggal bagi apa yang
dipujanya. Seperti perluasan makna, mitos terhadap anggapan ritual tersebut
berubah menuruti zaman. Pada zaman modern ini, kata ritual disebut sebagai
majas dari kebiasaan atau kegiatan yang rutin dilakukan oleh sekelompok
orang. Meski tanpa adanya unsur keagamaan atau sesuatu yang sakral. Tidak
lagi disebut dengan kegiatan yang harus berupa upacara spiritual . Walaupun
anggapan parsial sebagian masyarakat awam masih mengarah ke ranah
pemahaman kegiatan suci atau semacamnya.
Film memang bidang kajian yang paling relevan bagi analisis semiotika.
Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis
bagi realitas yang dinotasikannya. Hampir semua yang dibangun dalam film
adalah banyaknya tanda. Tanda tersebut di proyeksikan dengan gambar dan
suara yang menjadi aspek paling penting dalam analisis yang menggunakan
pendekatan semiotika.
87
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan deskripsi yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka dalam bab ini disimpulkan bahwa:
Teks film Mengejar Matahari yang mengandung makna persahabatan
diawali dengan prolog dan selanjutnya dipenuhi dengan teks dialog antara
Ardi, Alpin, Nino, dan Damar hingga akhir scene. Dialog tersebut dalam segi
bahasa, menggunakan bahasa khas masyarakat pinggiran kota Jakarta.
Kalimat-kalimat ejekan yang digabungkan dengan kalimat-kalimat bermajas
memperkuat makna persahabatan dalam setiap teks yang dianalisis penulis.
1. Makna denotasi persahabatan dalam film Mengejar Matahari
menggambarkan ikatan kasih sayang sesama manusia yang menjalani
kehidupan bersama-sama sejak kecil dalam satu wilayah di kompleks
rumah susun. Persahabatan yang sederhana, namun begitu menjunjung
tinggi rasa setia kawan diantara mereka.
2. Makna konotasi persahabatan dalam film ini tersirat dari permainan unik
yang Ardi, Apin, Nino, dan Damar namakan Mengejar Matahari. Kata
mengejar dapat diartikan sebagai usaha atau kerja keras yang dilakukan
auntuk menggapai cita-cita. Kata matahari dapat diartikan sebagai cita-
cita itu sendiri, yang diimpikan oleh Ardi, Alpin, Nino, dan Damar.
3. Film ini menegaskan mitos, bahwa ritual yang dianggap sebagai kegiatan
sakral dan segala sesuatu yang berhubungan dengan spritual, atau sebagai
87
pemujaan terhadap alam gaib, justru yang dilakukan oleh Ardi, Alpin,
Nino, dan Damar adalah kebiasaan yang memperkuat ikatan persahabatan
mereka. Ritual mengejar matahari ini, memberikan semangat tersendiri
untuk lebih maju menjalani kehidupan terlepas dari segala permasalahan
yang menimpa mereka. Selain itu adanya cita-cita yang menjadi mimpi
besar Ardi, Alpin, Nino, dan Damar menguak mitos yang menggambarkan
kepercayaan mereka terhadap matahari kedua yang ada di kompleks
rumah susun itu.
B. Saran
1. Saran Bagi Universitas
Analisis semiotik adalah sebuah analisis yang tepat untuk meneliti
kedalaman sebuah film. Oleh karena itu, penelitian seperti ini sepatutnya
lebih dikembangkan kepada mahasiswa agar dapat memaknai makna-
makna yang terdapat dalamn sebuah film. Dengan adanya kesinambungan
pada penelitian dengan analisis semiotik, diharapkan mampu memberi
masukan terhadap perkembangan perfilman Indonesia.
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian mengenai semiotik dalam suatu film dirasa menarik untuk
diteliti dan kita dapat mengetahui makna-makna yang ada dalam film
tersebut. Selain dalam film semiotik juga dapat dilakukan dalam penelitian
sebuah videoclip, design, logo, juga objek lain.
89
DAFTAR PUSTAKA
Berger, Arthur Asa, 2000. Media Analysis Techniques. Indonesia Tera, Magelang
Berger, 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan oleh Stephanus
Aswar Herwinarko. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Buku Baik, Yogyakarta
Christomy, Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya.
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya
Universitas Indonesia, Depok
Cobley, Paul dan Litza Janz. 1999. Introducing Semiotics. Icon Books – Totem Books, New York
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan. Ghalia Indonesia. Bogor Djuwarijah. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan
Agresivitas Remaja. Jurnal Psikologika
Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Cetakan kelima. Terjemahan oleh Drs. Yosal Iriantara & Idy Subandi. 2010. Jalasutra, Yogyakarta
Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer Hegemoni Militer
dalam Sinema Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta Kaelan, 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika.
Paradigma, Sleman, Yogyakarta Kartono, K. 1985. Kepribadian: Siapakah Saya. CV Rajawali, Jakarta Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Barthes. Indonesiatera,
Magelang
Lechte, Jhon. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Kanisius, Yogyakarta
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya
89
Mc Quail’s, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta
Nugroho, Eko. 2012. Representasi Rasisme dalam Film “This Is
England” (Analisis Roland Barthes Mengenai Rasisme Dalam Film “This Is England” ) http:m.suaramerdeka.com. Tesis UKI
Parker, J. G. and Asher, S. R. 1993. Friendship and Friendship
Quality in Middle Childhood: Link With Peer Group Acceptance and Feelings of Loneliness and Social Dissatisfaction. Journal of Developmental Psychology.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Erlangga. Jakarta
Saussure, Ferdinand de.1976. Course in General Linguistics. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Septiani Steffi, 2012. Representasi Perempuan “tomboy” dalam Film Get Merried. http:m.suaramerdeka.com. Tesis Universitas Padjajaran
Sobur, Alex. 2003. Analisa Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing. PT Remaja Rosda Karya, Bandung
--------------, 2013. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosda Karya,
Bandung van Voest, 1993. Semiotika: tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa
yang Kita Lakukan Dengannya. Yayasan Sumber Agung, Jakarta
Yasa Dwi, Yaser. 2012. Representasi Kebebasan Pers Mahasiswa
dalam Film Lentera Merah (Analisis Roland Barthes dalam Film Lentera Merah Mengenai Kebebasan Pers Mahasiswa). http:m.suaramerdeka.com. Tesis UKI
Resensi Film MengejarMatahari
Judul Film : Mengejar Matahari
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Penulis : TitienWattimena
Pemeran : Wingky Wiryawan (sebagai Ardi), Fedi Nuril (sebagai
Nino), Udjo Project Pop (sebagai Apin), dan Fauzi Baadilla
(sebagai Damar), Ade Habibi (sebagai Obet) Agni P. Arkadewi (
sebagai Rara )
Produksi : KIPAS COMMUNICATION Film
Jenis Film : Drama
Mengejar Matahari adalah film drama tahun 2004 dari Indonesia.
Film ini mendapatkan beberapa penghargaan dan nominasi
diantaranya:
FFI 2004 - Pengarah Sinematografi Terbaik (Ipung Rahmat
Syaiful)
Nominasi Piala Citra - Film
Nominasi Piala Citra - Sutradara
Nominasi Piala Citra - PemeranUtama Pria (WingkyWiryawan,
Fedi Nuril, Udjo Project Pop, dan Fauzi Baadilla)
Nominasi Piala Citra - Skenario
Nominasi Piala Citra - Tata Musik
Nominasi Piala Citra - PenyuntingGambar
Nominasi Piala Citra - Tata Suara
Film ini berkisah tentang persahabatan Ardi, Damar, Nino dan
Apin yang terjalin sejak mereka masih kanak-kanak. Kisah diawali
dengan gambaran kehidupan mereka pada masa kecil dan masih
kanak-kanak. Empat sekawan ini menjadi saksi utama saat Obet
(Ade Habibi), preman setempat, masuk penjara. Suatu hari Si Obet
membunuh seorang anak dan merekapun melaporkannya kepihak
polisi. Mereka tidak menyangka, masalah inilah yang mengubah
banyak hal di masa depan. Keempat sahabat itu berubah menjadi
sosok remaja SMA yang menyusuri gang-gang kompleks rumah
susun. Sementara itu, di tengah mereka datanglah gadis cantik
bernama Rara (Agni Arkadewi) yang kemudian dekat dengan Ardi.
Gadis yatim-piatu yang harus bekerja demi menghidupi diri dan
adiknya, memikat Ardi (Winky Wiryawan) dan Damar (Fauzi
Baadilla) dan mengguncang persahabatan mereka, bahkan Damar
dan Ardi saling tinju. Dari situlah mulai persahabatan mereka retak.
Sejak kecil mereka punya ritual bermain yang unik yang mereka
namakan Mengejar Matahari. Mereka akan berlari dari satu titik
ketitik lain di kompleks rumah susun tempat tinggal mereka, saling
bersaing siapa yang akansampai terlebih dulu.
Konflik bukan hanya seputar persahabatan mereka, tetapi juga
masing-masing pribadi. Nino adalah anak orang kaya, paling
dewasa dan pendiam. Damar tinggal hanya dengan ibunya yang
jarang di rumah. Ia tumbuh menjadi anak yang amat pemarah dan
gemar berkelahi. Ardi anak pensiunan polisi yang tertekan oleh
kekerasan sikap bapaknya. Sementara Apin adalah yang paling
jenaka di antara mereka. Ia selalu bermimpi kelak akan menjadi
sutradara dan merekam seluruh aspek kehidupan yang tak
mungkin terulang lagi.
Masalah menjadi makin pelik ketika Obet muncul kembali
dengan hasrat balas dendam kepada empat sekawan tersebut.
Suatu hari terjadilah perkelahian antara Obet dan keempat
sahabat itu. Hingga pada perkelahian itu membuat Obet menusuk
Apin hingga tewas. Dari tewasnya Apin empat sekawan tersebut
menjadi sangat marah dengan siObet sipreman kampong itu.
Hingga suatu saat Damar yang selalu menjadi sosok nekad,
mengambil langkah terakhir begitu pun dua sahabatnya tersebut.
Suatu pertengkaran antara Obet beserta preman lain dan Ardi
beserta Nino menjadi sangat ramai dan kisruh. Hingga beberapa
saat Damar pun datang, dengan persiapan yang ia lakaukan
dirumah dengan merakit pistol rakitan yang ia beli dan dibawalah
ketempat biasa Obet dan preman lain itu nongkrong. Di tempat
itulah kebetulan Obet dan para preman bertengkar dengan sahabat
kecil Damar yaitu Ardi dan Nino, marah yang sangat melanda
Damar pun sungguh bertambah, hingga peluru dari pistolnya
menghabisi nyawa Obet dengan dua kali tembakan dan sekaligus
membawanya kepenjara.
Setelah Damar masuk penjara maka persahabatan mereka
menjad itidak karuan mereka saling menentukan nasib merek
asendiri-sendiri. Hingga suatu saat Nino pun bertemu dengan Ardi
yang sudah menjadi Calon polisi dan Nino sudah mendapatkan
beasiswa melanjutkan S-2 di Amerika Serikat.
Setelah pertemuan itu mereka saling bercerita tentang
nasibnya sekarang. Merekapun juga mengingat masa-masa kecil
dulu, hingga mereka mengulangi ritual yang biasa mereka lakukan
waktu kecil dulu berlari-lari mengelilingi kompleks rumah susun
yang biasa mereka sebut Mengejar Matahari.
Dari situlah kisah diakhiri dengan Nasib yang brebeda-beda
Damar hidup di penjara, Ardi menjadi calon Polisi, dan Nino pun
menjadi Seorang yang bertamatan S-2 di Amerika. Selesailah
cerita dan kisah mereka.
Tokoh:
1. Wingky Wiryawan (sebagai Ardi),
2. Fedi Nuril (sebagai Nino),
3. Udjo Project Pop (sebagai Apin),
4. Fauzi Baadilla (sebagai Damar),
5. Ade Habibi (sebagai Obet), dan
6. Agni P. Arka dewi (sebagai Rara)
Jenis Tokoh:
1. Protagonis
2. Protagonis
3. Protagonis
4. Protagonis
5. Antagonis
6. Protagonis
Watak Tokoh:
1. Adil, setia kawan.
2. Setia kawaan, sabar.
3. Murah senyum, periang.
4. Nekat, mudah emosi,
5. Mudah tersinggung, pemarah, kejam.
6. Rela berkorban, sabar.
Latar atau Setting : Kompleks Rumah Susun (Rusun)
Tema : Persahabatan
Dialog Film dalam Scene
Adapun Scene-scene tersebut sebagai berikut:
1) Scene 1: EXT. Jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 1 berisi prolog, yang menggambarkan sebuah jalan
di lingkungan kompleks rumah susun. Jalan kompleks rumah
susun tersebut, tempat biasa Ardi, Apin, Nino, dan Damar
bermain dan berlari dari titik satu menuju ke titik yang lain.
Prolog:
“Orang bilang hidup dimulai di hari ini, waktu kita bangun
tadi pagi, bukan hari kemarin, bukan juga besok, tapi gue
percaya hari ini dimulai bukan hanya dari kita membuka
mata tadi pagi, hari ini dimulai jauh sebelum itu”. “Lepas
dari semua beban dan masalah yang kita hadapin ada satu
permainan yang selalu jadi ritual kita, sebuah permainan
yang hanya kita berempat yang tau, sebuah permainan
yang mengharuskan kita berlari sekencang-kencangnya
dan berusaha menjadi yang pertama sampai ke sebuah titik
di ujung kompleks, permainan yang kita beri nama
“Mengejar Matahari”.
2) Scene 2: INT. dalam Ruangan
Scene 2 memperlihatkan sebuah ruang di rumah susun .
Terlihat ruangan tersebut dihiasi dengan hiasan pesta sebagai
persiapan untuk merayakan ulang tahun Apin. Adegan
selanjutnya adalah menjalankan renacana Ardi, Nino, dan
Damar untuk membuat pesta kejutan Apin. Rencana itu berjalan
lancar, Apin merasa begitu terkejut dengan pesta itu, sehingga
suasana keceriaan pun menyelimuti ruangan tersebut.
Apin: No’..! “Damar” dipukulin lagi no’…!? Nino: dia dipukulin lagi? Apin: siapa yang pukulin..!? siapa..? Nino: gua ngga’ tau pin’.. Apin: tapi si ardi mana..? Nino: gua aja nyari dia… tapi ngga ada..! Apin: ahhh… kacau nih orang nih.. berkelahi melulu sih… udah masuk-masuk… Nino: lu duluan pin’.. Apin: giliran kaya gini… gua.. Damar: tapi’.. damarnya ada ko’… Apin: mar’..mar’..mar’.. Damar: woiii…. Ardi: selamat ulang tahun… Apin: anjing lo…anjing… botak lu dasar…hahahahaaha Nino, ardi, dan dammar: selamat ulang tahun pin’… Apin: cemen banget nih.. siapa yang buat nih..!? Damar: susah nih masalahnya di buat…! Nino: hargain dong.. siapa yang buat semua ini… Ardi: lihat nhi… yang gua buat bersama Damar… kue ulang tahun spesial… martabak.. Apin: anjrit lo…gua uda kirain kepala lo damar uda dibelah… tau ngga’!?... gua ngga bakalan lupa hari-hari gua.. kemarin, tadi’…sekarang, besok… di hidup gua udah terlalu banyak yang masuk dan pergi lagi… tapi hanya ada yang dalam hati itu ada kalian sahabat sejati gua…
3) Scene 3: INT/EXT. Kantin Sekolah
Scene 3 memperlihatkan Ardi, Apin, Nino, dan Damar
bercerita di kantin sekolah. Apin menceritakan mengenai
sebuah kisah film Hollywood yang baru saja dinontonnya. Apin
pun membuat replika film tersebut, menggunakan handycam
barunya, dengan versi mereka.
Apin: tau ngga’..!? gua punya cerita.. gua nonton film kemarin nih… film hollywood gitu, sutradaranya edan banget.. dia buat dunia lain selain dunia kita… seruh banget filmya. Jadi, di dunia lain itu ada orang-orang yang persis kita banget… jadi, ada orang kayak lo no’. kaya lo dan lo… tapi, ngga tau yah Mar’ kalau kayak lo… tapi mereka alami nasibnya segala macam beda… nahhh sekarang gua coba versi gua… lo bayangin no’ kira-kira di dunia itu adalah…????? Adalah..???? lo apa no’?? Nino: kalau bisa duit gua makin banyak lagi deh.. Apin: aduh..! sekarang juga lu traktirin kita.. Nino: yakin banget lo… Apin: hahahaha…ya..ya..ya.. boleh.. Nino: ya udah kalau bisa gua bisa di trima’ di sekolah ngetop lah di Amerika’.. Apin, Damar, dan Nino… aaduhhh….hahahahaha Apin: kasi slamat…kasi slmat… Apin: lu Ardi’…! Lu Ardi cepatan baeray gua udah mau habis..! Ardi: nama gua Ardi… Apin: kayanya seruh nih.. Ardi: gua disitu jauhh lebih bahagia ajah… Apin: nha… sama pastinya seperti yang aku perkirakan… Damar: kalian itu pada susah-susah semuanya…. Kalian itu udah pada kerja sama saya aja semuanya… Apin, Ardi, dan Nino: hahahahahahaha
4) Scene 4: INT. dalam Ruangan
Scene 4 memperlihatkan suasana malam di rumah Ardi.
Orang tua Ardi ada di ruang tamu, dan Apin datang untuk
mengunjungi Ardi. Terlihat Ardi kebetulan berada di ruang tamu
itu juga, dengan membawa air untuk membersihkan akuarium
miliknya. Kunjungan Apin berlanjut di kamar Ardi. Di kamar Ardi,
Apin mulai membicarakan mengenai saudara perempuan Nino.
Namun Ardi bersikap acuh tak acuh dengan pembicaraan Apin,
yang membuat Apin semakin semangat untuk meminta
perhatian terhadap apa yang dia bicarakan.
Apin: selamat malam pak’..bu’.. Ardinya ada’!? ehhh di’ bantuin PR gua… PR.. Ardi: ehhh kekamar gua pin’.. Apin: misi pa’..bu’.. Ardi: PR…PR… lu tu PR. Apin: ahhhh rajin-rajin… ko’ngga bantuin Nino tadi siang..!? eiiii ngga bantuin nino’! Ardi: ngga bias, nyokap gua minta bantu di rumah tadi’… Apin: rugi… sodara’nya cakep banget..! Ardi: biasa aja.. Apin: haaa yang gitu… cantik tau ngga’..! nih..nih… direkaman aku, cantik bangeeet…putih…kayanya mantan model deh…Ar’ lihat Ar’..Ar’.. Ardi: mmmm Apin: cewe biasa ini… kayanuya model dhe… tuh… baik lagi… ehhhh dilihat juga… Ardi: gua lap hidung lu yah… Apin: mending gua kasi Damar kali yah..!! Ardi: kasi siapa..!? Apin: karena Damarkan apresiasi terhadap cewe lebih… di banding elo.. Ardi: di kasi dammar..!? ehh… gua kasi tau yah… kalau lu kasi Damar nhi… sama Damar buat bahan ini nih… ssttttt..eeela’ Apin: ehhhh benar nhi cantik banget, putih lagi… proporsi bibirnya…. Lu liat tuh…benar ngga mau lihat nih..!? dia cewe biasa… okey…tuh…ihhh ceria banget gitu lo.., ngajak ngobrol trus lagi.. Ardi: coba liat..!? Apin: ngga’ usah lihat… katanya cewe biasa doang.. Ardi: tadi katanya disuruh lihat…lihat dulu… lihat dulu dikit ajha… Apin: udah ngga’ usah..ngga usah.. Ardi: lihat bentar aja..! Apin: ngga…ngga…hahahaha Ardi: gua hitung sampai 3… satu, dua,….haahahahaha Apin: tutututu apa tu basah…hahahahahaa
5) Scene 5: EXT. depan Rumah Susun
Scene 5 ini terlihat pada sore hari, Ardi, Apin, Nino, dan
Damar sedang berkumpul di salah satu gang kompleks rumah
susun. Mereka bercerita lepas sambil menunggu kedatangan
tukang somay.
Apin: aduhh.. Ardi: kenapa lo..!? Apin: lapar.. Nino: mana sih ! tukang somainya ? Ardi: biasa juga udah lewat jam segini..! Nino: mungkin naik haji kali’.. Ardi: paling dia juga naik gerobak..! Apin: hahahaha kacau lu.. Damar: lucu… Nino: rara’! kamu kenapa? Rara: ini..! tadi gua liat preman gitu deh aduh seram banget..ada tatonya laggi.. Damar: di gangguin ngga’ lo? Rara: ngga sih..! Damar: ngga di apa-apain gitu..!? Rara: ia..! seram aja.. Nino: ehhh ya sori… kenalin ini adik gua..! kenalin ini teman-teman aku.. Damar: Damar Rara: Rara Nino: ini Ardi Rara: kayanya gua pernaah lihat lo deh.! Apin: yah itu yang gua suruh bantuin… tapi, lo ngga mau bantuin… Nino: ehhh lo juga ngga bantuin pin’.. Apin: tapi. Gua juga ini.! Dokumentasi.. Damar: mang kemana lo di’ Ardi: ngga’.. waktu itu gua dipanggil mah nyokap. Jadi, yah gua naik keatas… lagian kalau gua juga mau bantuin… gua ngga tau rumah lo dimana..!? Nino: ehhh kamu..! kamu mau diantarin pulang..!? Rara: ngga usah ko’.. karena udah dekat juga.. Damar: boleh juga sodara’ lo..!? Nino: ehhh jaga mulut lo…! Hahahahaha
6) Scene 6: EXT. depan Rumah Susun
Scene 6 waktu sore hari yang memperlihatkan Rara
sedang duduk di salah satu gang kompleks rumah susun itu.
Suasana sore itu begitu ramai. Rara tertawa melihat anak-anak
bermain bola basket, kemudian Ardi menghampirinya dan
mengajak Rara bercerita.
Ardi: hey ra’.. mmm gua mau nanya nih.. Rara: apa! Ardi: lo ngapain sih pindah kesini ? Rara: gua.. mmm alasannya sih simpel… kantor kerja gua dekat sini’… jadinya biar dekat aja… gitu’.. Ardi: gitu… Rara: kalo lo..!? lo ngapain disini..? Ardi: gua….hehehehe gua mang dari kecil disini ! Rara: ohh yahhh.. Ardi: orang tua gua disini… teman-teman gua dari kecil Apin, Nino, dan Damar disini semua… mmmm ama gua punya matahari sendiri… Rara: Matahari !? Ardi: ia… disini juga.. Rara: maksud lo !? Ardi: begini nih ra’.! Dulu nihhh gua berempat sama anak-anak kaya punya ritual gitu deh… pokoknya kita selalu kejar-kejaran.. main lari-larian disini!... keliling rumah susun nih gitu… tiap sore’.. Rara: ohhh yahhh… Ardi: nah kalau anak-anak sih.. biasanya nyebutnya “mengejar matahari”.. nah dari situtu ra’… gua percaya banget kalau matahari itu ada dua.. Rara: Maksudnya..!? Ardi: Maksudnya…mmm !! Rara: bingung!!? Ardi: maksudnya !?... jadi matahari itu yang pertama, matahari yang nyinari seluruh dunia ini, nah yang kedua, pokoknya matahari yang kita kejar sore’ gitu… dan tuh matahari, selalu terbit mah tenggelam dirumah susun ini doing… gitu ra’.. Rara: jadi, matahari itu punya rumah susun ini… Ardi: ia.. Rara: yang lo certain tadi’! Ardi: ia.. Rara: ohh gitu.. asik dong.
7) Scene 7: EXT. depan Rumah Makan
Scene 7 memperlihatkan suasana di sore hari, dimana
Apin, Nino, Damar dan Ardi berkumpul di depan sebuah gubuk.
Apin terlihat sedang marah dan kecewa kepada sahabat-
sahabatnya.
Nino: ya udah deh pin’.. hujan nih… ntar kita berdua sakit lagi… ehhh kalau gue main film india lucu kali’ yah… Damar: Pin’.. soal kamera lo tu… sori yah, lutau’ kan keadaannya gimana…! Sori ya pin’ yah… Ardi: Pin’ gini !? Apin: apa..!? lo mau minta maaf… hee’ gue tau di’ lu mau minta maaf karena “Handycame” gua rusak.. emank benda itu gua sayang… tapi benda itu bisa gua perbaikin… ada satu lagi yang gua sayang banget… persahabatan kita rusak lu mau perbaiki… ha’…bisa… Ardi: ini semua gara-gara Damar.!? Tau ngga sih pin’.. Apin: udah…udah…udahhh.. Ardi: dengarkan gua dulu.. Apin: ngga’… lo jauh-jauh hanya mau nyalahin teman lu… tau ngga..! besok ada masalah gua yang disalahin…he’… besok lagi Nino yang salah… benar gitu… Nino: udalah pin’ Apin: ngga’.. udah apanya..!? emang udah gitu… dia nih.. teman lo nih… ngga akan pernah tau apa yang dia punya sebelum semuanya hilang… basi’ lo
8) Scene 8: EXT. jalan Kompleks Rumah Susun
Scene 8 memperlihatkan Ardi mengenakan pakaian Polisi
berjalan sambil melihat suasana kompleks rumah susun. Di
jalan itu Ardi bertemu dengan Nino.
Nino: Halo di’.. Ardi: Nino’…. Hehe gila’-gila’.. Nino: Gila’ lo di’.. Ardi: apa kabar lo..? Nino: akhirnya teman gua jadi polisi sekarang yah… hehehehe
Ardi: gua belum jadi polisi no’… hehehehehe ehhh no’ ngapain lo sekerang ..!? Nino: gua diterima sekolah di amerika… Ardi: lu udah keterima sekolah di amerika.. Nino: ia.. Ardi: di amerika..!? Nino: ia.. bentar lagi berangkat.. Ardi: dapat juga lo yah.. Nino: mentang-mentang lo polisi nonjok lu sekrang yah....hahahaha Ardi: biar’… ngga apa-apa biar lebih gagah gitu..hahahaha. lo dapat S-2 di amerika yah.. Nino: lo ingatkan di kantin dulu yang kalau di dunia parallel ini… gua keterima sekolah di amerika… kejadian. Ardi: maafin yah.. jujur ya no’ beberapa tahun ini, gua masi kepikiran banget mah Alpin, Damar juga’.. Nino: gua ngertiin juga rasanya… sejak Alpin meninggal, damar masuk penjara, lu masuk AKPOL, dan gua tinggal sendiri disini…sstttt Ardi: buat Alpin.. Nino: buat Damar Ardi: Alpin dan Damar…
Scene a
Scene b
Scene c
Secene d
Scene e
Scene f
Scene g
Scene h
114
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis, yaitu Nursam
Nurisal, lahir di Kota Palopo pada tanggal
25 November 1987 dari pasangan M.
Djaisal dan Nurhayati. Penulis
berkebangsaan Indonesia dan beragama
islam, memiliki enam saudara kandung.
Kini penulis beralamat di jalan Pongsimpin No. 27 RT 02 RW 03
Kecamatan Mungkajang Kota Palopo.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1999 lulus
dari SDN 72 Temmalulu Kabupaten Luwu. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 6 Kota Palopo dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2006 lulus dari Program Paket C Dinas Pendidikan Kota
Palopo dan melanjutkankan pendidikan Strata I Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Cokroaminoto Palopo lulus pada tahun
2011 sebagai lulusan amat baik.
Pada tahun 2011 penulis ditugaskan sebagai Guru di SDN 75
Surutanga Kota Palopo, kemudian pada tahun 2012 penulis ditugaskan
di SMK Pelayaran Nusantara Kota Palopo.