the genius 10rb

102
Name: Indah Lestari Class: SMSA01 Title: The "Genius" Author: Theodore Dreiser No Source text (English) Translation text (Indonesian) 1 This story has its beginnings in the town of Alexandria, Illinois, between 1884 and 1889, at the time when the place had a population of somewhere near ten thousand. Cerita ini bermula dikota Alexandria, Illinois, antara tahun 1884 sampai 1889, saat populasinya hampir sepuluh ribu jiwa. 2 There was about it just enough of the air of a city to relieve it of the sense of rural life. Ada cukup udara kota untuk menghilangkan kesan kehidupan pedesaan. 3 It had one street-car line, a theatre,--or rather, an opera house, so-called (why no one might say, for no opera was ever performed there)--two railroads, with their stations, and a business district, composed of four brisk sides to a public Kota itu memiliki satu jalan mobil, sebuah gedung bioskop,- atau lebih tepatnya, sebuah gedung opera (tidak ada yang menyebutnya begitu karena tak pernah ada opera yang dipertunjukkan disitu) – dua jalur kereta api dengan stasiunnya, dan

Upload: indah-l-lestari

Post on 13-Apr-2016

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

this is my assignment on translation...

TRANSCRIPT

Page 1: The Genius 10rb

Name: Indah Lestari

Class: SMSA01

Title: The "Genius"

Author: Theodore Dreiser

No Source text (English) Translation text (Indonesian)

1 This story has its beginnings in the town of

Alexandria, Illinois, between 1884 and

1889, at the time when the place had a

population of somewhere near ten

thousand.

Cerita ini bermula dikota Alexandria,

Illinois, antara tahun 1884 sampai 1889,

saat populasinya hampir sepuluh ribu jiwa.

2 There was about it just enough of the air of

a city to relieve it of the sense of rural life.

Ada cukup udara kota untuk

menghilangkan kesan kehidupan pedesaan.

3 It had one street-car line, a theatre,--or

rather, an opera house, so-called (why no

one might say, for no opera was ever

performed there)--two railroads, with their

stations, and a business district, composed

of four brisk sides to a public square.

Kota itu memiliki satu jalan mobil, sebuah

gedung bioskop,- atau lebih tepatnya,

sebuah gedung opera (tidak ada yang

menyebutnya begitu karena tak pernah ada

opera yang dipertunjukkan disitu) – dua

jalur kereta api dengan stasiunnya, dan

sebuah kawasan bisnis, terdiri dari empat

sisi yang ramai untuk taman kota.

4 In the square were the county court-house

and four newspapers.

Di taman kota itulah ada pengadilan dan

empat koran.

5 These two morning and two evening

papers made the population fairly aware of

the fact that life was full of issues, local

and national, and that there were many

interesting and varied things to do.

Dua koran pagi dan koran sore ini dengan

wajar menyadarkan penduduk akan fakta

bahwa hidup penuh dengan persoalan, lokal

dan nasional, dan bahwa ada banyak hal

menarik dan beragam untuk dilakukan.

6 On the edge of town, several lakes and a

pretty stream--perhaps Alexandria's most

Di ujung kota, beberapa danau dan sebuah

sungai kecil yang indah_mungkin ciri

Page 2: The Genius 10rb

pleasant feature--gave it an atmosphere not

unakin to that of a moderate-priced

summer resort.

Alexandria yang paling indah_

memberikan atmosfir sebuah rumah

peristirahatan musim panas dengan harga

moderat.

7 Architecturally the town was not new. Arsitektur kotanya tidak baru.

8 It was mostly built of wood, as all

American towns were at this time, but laid

out prettily in some sections, with houses

that sat back in great yards, far from the

streets, with flower beds, brick walks, and

green trees as concomitants of a

comfortable home life.

Kebanyakan dibangun dari kayu, seperti

semua kota di Amerika saat itu, tapi

disusun dengan cantik dibeberapa bagian,

dengan rumah-rumah yang ditempatkan

dipekarangan luas, jauh dari jalan, dengan

kebun-kebun bunga, jalan-jalan berbatu,

dan pepohonan hijau, cocok untuk sebuah

tempat tinggal yang nyaman.

9 Alexandria was a city of young Americans. Alexandria adalah kota untuk pemuda-

pemudi Amerika.

10 Its spirit was young. Kota itu berjiwa muda.

11 Life was all before almost everybody.

12 It was really good to be alive. Menyenangkan bisa hidup.

13 In one part of this city there lived a family

which in its character and composition

might well have been considered typically

American and middle western.

Disebuah tempat di kota ini, hiduplah

sebuah keluarga yang sifat dan susunannya

mungkin telah dianggap sebagai ciri

keluarga Amerika dan barat tengah pada

umumnya.

14 It was not by any means poor--or, at least,

did not consider itself so; it was in no sense

rich.

Keluarga itu tidak terlalu miskin_atau,

setidaknya, mereka tidak berpikir

demikian; mereka tidak kaya.

15 Thomas Jefferson Witla, the father, was a

sewing machine agent with the general

agency in that county of one of the best

known and best selling machines made.

Thomas Jefferson Witla, sang ayah,

seorang pekerja mesin jahit pada agen

umum yang merupakan salah satu pembuat

mesin jahit paling dikenal dan paling laku

didaerah itu.

Page 3: The Genius 10rb

16 From each twenty, thirty-five or sixty-

dollar machine which he sold, he took a

profit of thirty-five per cent.

Dari setiap dua puluh, tiga puluh lima atau

enam puluh dolar harga mesin jahit yang

dia jual, dia mendapat keuntungan tiga

puluh lima per sen.

17 The sale of machines was not great, but it

was enough to yield him nearly two

thousand dollars a year; and on that he had

managed to buy a house and lot, to furnish

it comfortably, to send his children to

school, and to maintain a local store on the

public square where the latest styles of

machines were displayed.

Penjualan mesin jahit tidak terlalu

menguntungkan, tapi cukup untuk

menghasilkan hampir dua ribu dolar

setahun; dan dengan penghasilan sebesar

itu, dia bisa membeli sebuah rumah dan

melengkapinya dengan perabot yang

nyaman, menyekolahkan anak-anaknya dan

membangun sebuah toko di taman kota

dimana mesin-mesin jahit model terbaru

dipajang.

18 He also took old machines of other makes

in exchange, allowing ten to fifteen dollars

on the purchase price of a new machine.

Dia juga membolehkan menukar tambah

mesin-mesin jahit tua dari orang lain

dengan mesin jahit baru seharga sepuluh

sampai limabelas dolar.

19 He also repaired machines,--and with that

peculiar energy of the American mind, he

tried to do a little insurance business in

addition.

Dia juga memperbaiki mesin-mesin jahit,--

dan dengan pola pikir Amerika yang khas,

dia mencoba menjalani bisnis asuransi

kecil sebagai tambahan.

20 His first idea was that his son, Eugene

Tennyson Witla, might take charge of this

latter work, once he became old enough

and the insurance trade had developed

sufficiently.

Harapan utamanya yaitu putranya, Eugene

Tennyson, bisa mengambil alih pekerjaan

yang terakhir ini ketika Thomas sudah

cukup tua dan asuransi dagangnya telah

cukup.

21 He did not know what his son might turn

out to be, but it was always well to have an

anchor to windward.

Dia tidak tahu putranya akan jadi apa nanti,

tapi akan selalu berguna untuk berbuat

seuatu karena alasan pribadi.

22 He was a quick, wiry, active man of no Thomas adalah pria yang bergerak cepat,

Page 4: The Genius 10rb

great stature, sandy-haired, with blue eyes

with noticeable eye-brows, an eagle nose,

and a rather radiant and ingratiating smile.

kurus tapi kuat, aktif, tidak terlalu tinggi,

berambut pirang, bermata biru dengan alis

tebal, hidung mancung, dan senyum yang

berseri-seri dan menyenangkan.

23 Service as a canvassing salesman,

endeavoring to persuade recalcitrant wives

and indifferent or conservative husbands to

realize that they really needed a new

machine in their home, had taught him

caution, tact, savoir faire.

Bekerja sebagai seorang wiraniaga keliling,

yang berusaha keras untuk membujuk para

istri bandel dan suami yang acuh tak acuh

atau kolot untuk meyakinkan bahwa

mereka membutuhkan mesin baru dirumah

mereka, telah mengajarinya untuk berhati-

hati, bijaksana, dan berpengalaman.

24 He knew how to approach people

pleasantly.

Dia tahu bagaimana mendekati orang

dengan cara yang menyenangkan.

25 His wife thought too much so. Istrinya juga berpikir berlebihan mengenai

hal itu.

26 Certainly he was honest, hard working, and

thrifty.

Thomas memang jujur, pekerja keras dan

cermat.

27 They had been waiting a long time for the

day when they could say they owned their

own home and had a little something laid

away for emergencies.

Mereka telaah menunggu lama untuk hari

dimana mereka bisa mengatakan bahwa

rumah yang mereka tempati adalah milik

mereka sendiri dan memiliki sedikit

tabungan untuk keadaan darurat.

28 That day had come, and life was not half

bad.

Hari itu telah dating, dan hidup menjadi

lebiih mudah.

29 Their house was neat,--white with green

shutters, surrounded by a yard with well

kept flower beds, a smooth lawn, and some

few shapely and broad spreading trees.

Rumah mereka rapi, --putih dengan daun

jendela hijau, dikelilingi pekarangan

dengan kebun bunga yang terawat, dan

pepohonan berbentuk indah dan tersebar

luas.

30 There was a front porch with rockers, a

swing under one tree, a hammock under

Ada sebuah serambi dengan bebatuan,

sebuah ayunan dibawah pohon, sebuah

Page 5: The Genius 10rb

another, a buggy and several canvassing

wagons in a nearby stable.

tempat tidur gantung dibawah pohon yang

lain, sebuah andong dan beberapa

31 Witla liked dogs, so there were two collies. Witla menyukai anjing, karena itu ada dua

anjing collie.

32 Mrs. Witla liked live things, so there were

a canary bird, a cat, some chickens, and a

bird house set aloft on a pole where a few

blue-birds made their home.

Mrs. Witla menyukai makhluk hidup,

karena itu ada seekor burung kenari, seekor

kucing, beberapa ekor ayam, dan sebuah

kandang burung yang ditempatkan diatas

sebuah tiang dimana beberapa burung

menjadikannya sebagai rumahnya.

33 It was a nice little place, and Mr. and Mrs.

Witla were rather proud of it.

Rumah mereka adalah sebuah sebuah

tempat kecil yang indah. Mr. dan Mrs.

Witla cukup dengan rumahnya.

34 Miriam Witla was a good wife to her

husband.

Miriam Witla merupakan istri yang baik

untuk suaminya.

35 A daughter of a hay and grain dealer in

Wooster, a small town near Alexandria in

McLean County, she had never been

farther out into the world than Springfield

and Chicago.

Seorang putri pedagang jerami dan gandum

di Wooster, sebuah kota kecil dekat

Alexandria di McLean County, dia belum

pernah pergi lebih jauh dari Springfield dan

Chicago.

36 She had gone to Springfield as a very

young girl, to see Lincoln buried, and once

with her husband she had gone to the state

fair or exposition which was held annually

in those days on the lake front in Chicago.

Dulu, dia pernah pergi ke Springfield

ketika masih sangat muda, untuk melihat

Lincoln dimakamkan, dan sekali dengan

suaminya, dia pernah pergi ke state fair

atau pameran yang diadakan tiap tahun di

depan danau di Chicago.

37 She was well preserved, good looking,

poetic under a marked outward reserve.

Dia pandai merawat tubuhnya, menarik,

puitis dibalik sikap kehati-hatiannya yang

nampak nyata.

38 It was she who had insisted upon naming

her only son Eugene Tennyson, a tribute at

Dialah yang bersikeras menamakan putra

satu-satunya Eugene Tennyson, suatu

Page 6: The Genius 10rb

once to a brother Eugene, and to the

celebrated romanticist of verse, because

she had been so impressed with his "Idylls

of the King.”

bentuk penghormatan terhadap seseorang

bernama Eugene, dan untuk menerapkan

syair beraliran romantisnya karena dia

sangat terkesan dengan karyanya berjudul

‘Idylls of the King’.

39 Eugene Tennyson seemed rather strong to

Witla père, as the name of a middle-

western American boy, but he loved his

wife and gave her her way in most things.

Eugene Tennyson terlihat lebih kuat

dibanding Witla père, seperti dalam nama

anak laki-laki bagian barat tengah Amerika,

tapi dia mencintai istrinya dan

membiarkannya mengatur segalanya.

40 He rather liked the names of Sylvia and

Myrtle with which she had christened the

two girls.

Dia lebih suka nama Sylvia dan Myrtle

yang dia namakan pada kedua putrinya

ketika mereka dibaptis.

41 All three of the children were good

looking,--Sylvia, a girl of twenty-one, with

black hair, dark eyes, full blown like a

rose, healthy, active, smiling.

Ketiga anak-anaknya rupawan,-- Sylvia,

gadis duapuluh satu tahun, berambut hitam,

bermata hitam, mekar seperti mawar, sehat,

aktif dan suka tersenyum.

42 Myrtle was of a less vigorous constitution,

small, pale, shy, but intensely sweet--like

the flower she was named after, her mother

said.

Myrtle kurang bersemangat, kecil, pucat,

pemalu, tapi sungguh manis—seperti

bunga yang jadi namanya, kata ibunya.

43 She was inclined to be studious and

reflective, to read verse and dream.

Dia cenderung suka belajar dan terpekur

membaca ayat dan mengkhayal.

44 The young bloods of the high school were

all crazy to talk to Myrtle and to walk with

her, but they could find no words.

Para pemuda di SMU tergila-gila untuk

berbicara dan berjalan dengannya tapi

mereka tak bisa menemukan kata yang

tepat.

45 And she herself did not know what to say

to them.

Dan dia sendiri tak tahu harus berkata apa

pada mereka.

46 Eugene Witla was the apple of his family's

eye, younger than either of his two sisters

Eugene Witla adalah putra kesayangan

keluarganya, lebih muda dua tahun dari

Page 7: The Genius 10rb

by two years. kedua saudarinya.

47 He had straight smooth black hair, dark

almond-shaped eyes, a straight nose, a

shapely but not aggressive chin; his teeth

were even and white, showing with a

curious delicacy when he smiled, as if he

were proud of them.

Dia memiliki rambut hitam yang lurus

halus, mata hitam seperti almond, hidung

mancung, dagu lancip namun tidak agresif;

giginya jarang dan putih, menunjukkan

kehalusan yang aneh ketika dia tersenyum,

seolah-olah dia bangga akan semua itu.

48 He was not very strong to begin with,

moody, and to a notable extent artistic.

Dia tidak mudah didekati, pemurung, dan

to a notable extent artistic.

49 Because of a weak stomach and a semi-

anæmic condition, he did not really appear

as strong as he was.

Karena perut yang lemah dan kondisi semi-

anemia, dia tidak terlihat sekuat yang

sebenarnya.

50 He had emotion, fire, longings, that were

concealed behind a wall of reserve.

Dia memiliki emosi, semangat, keinginan-

keinginan

51 He was shy, proud, sensitive, and very

uncertain of himself.

Dia pemalu, angkuh, sensitive, dan sangat

tidak yakin akan dirinya sendiri.

52 When at home he lounged about the house,

reading Dickens, Thackeray, Scott and

Poe.

Ketika dirumah, Eugene Witla duduk

bermalas-malasan, membaca Dickens,

Thackeray, Scott dan Poe.

53 He browsed idly through one book after

another, wondering about life.

Dia iseng melihat-lihat dari satu buku ke

buku yang lain, bertanya-tanya tentang

hidup.

54 The great cities appealed to him. Kota-kota besar menarik hatinya.

55 He thought of travel as a wonderful thing. Dia berpikir berpergian sebagai sesuatu

yang menakjubkan.

56 In school he read Taine and Gibbon

between recitation hours, wondering at the

luxury and beauty of the great courts of the

world.

Di sekolah dia membaca Taine and Gibbon

saat jam menghafal, memikirkan

kemewahan dan kecantikan istana-istana

indah didunia.

57 He cared nothing for grammar, nothing for

mathematics, nothing for botany or

Dia tidak peduli tentang tata bahasa,

matematika, biologi ataupun fisika kecuali

Page 8: The Genius 10rb

physics, except odd bits here and there. hal-hal aneh disana sini.

58 Curious facts would strike him--the

composition of clouds, the composition of

water, the chemical elements of the earth.

Fakta-fakta aneh menarik hatinya –

susunan awan, susunan air, unsur-unsur

kimia bumi.

59 He liked to lie in the hammock at home,

spring, summer or fall, and look at the blue

sky showing through the trees.

Dia suka berbaring di tempat tidur gantung

dirumah, musim semi, panas atu gugur, dan

memandang langit biru yang telihat disela-

sela pepohonan.

60 A soaring buzzard poised in speculative

flight held his attention fixedly.

Seekor elang yang siap terbang menarik

perhatiannya.

61 The wonder of a snowy cloud, high piled

like wool, and drifting as an island, was

like a song to him.

Keindahan awan salju, gundukan tinggi

seperti benang wol, dan mengapung diatas

pulau adalah sebuah nyanyian baginya.

62 He had wit, a keen sense of humor, a sense

of pathos.

Dia jenaka, memiliki selera humor yang

tajam, rasa kepedihan.

63 Sometimes he thought he would draw;

sometimes write.

Terkadang dia berpikir ingin menggambar;

terkadang menulis.

64 He had a little talent for both, he thought,

but did practically nothing with either.

Dia memiliki bakat untuk keduanya,

pikirnya, tapi tak satupun ditekuninya.

65 He would sketch now and then, but only

fragments--a small roof-top, with smoke

curling from a chimney and birds flying; a

bit of water with a willow bending over it

and perhaps a boat anchored; a mill pond

with ducks afloat, and a boy or woman on

the bank.

Dia akan membuat sketsa sekarang dan

nanti, tapi hanya bagian per bagian—

sebuah atap kecil dengan liukan asap dari

cerobng asap dan burung-burung terbang;

sedikit perairan dengan sebuah pohon

willow yang membungkuk diatasnya dan

mungkin sebuah jangkar kapal; sebuah

kolam dengan bebek-bebek mengapung,

dan seorang anak laki-laki dan perempuan

di tepinya.

66 He really had no great talent for

interpretation at this time, only an intense

Dia benar-benar tak memiliki bakat

menafsirkan saat ini, hanya rasa keindahan

Page 9: The Genius 10rb

sense of beauty. yang hebat.

67 The beauty of a bird in flight, a rose in

bloom, a tree swaying in the wind--these

held him.

Kecantikan burung terbang, setangkai

mawar mekar, sebatang pohon yang

bergoyang tertiup angin—semua itu

menyentuh perasaannya.

68 He would walk the streets of his native

town at night, admiring the brightness of

the store windows, the sense of youth and

enthusiasm that went with a crowd; the

sense of love and comfort and home that

spoke through the glowing windows of

houses set back among trees.

Dia akan jalan-jalan dijalan kotanya pada

malam hari, mengagumi terangnya jendela

toko, rasa masa muda dan antusiasme yang

menghilang dikeramaian; rasa cinta dan

kenyamanan yang berbicara lewat jendela-

jendela rumah yang bersinar yang terletak

dibelakang pepohonan.

69 He admired girls,--was mad about them,--

but only about those who were truly

beautiful.

Eugene Witla mengagumi para gadis,--

tergila-gila pada mereka,-- tapi hanya

kepada mereka yang benar-benar cantik.

70 There were two or three in his school who

reminded him of poetic phrases he had

come across--"beauty like a tightened

bow," thy hyacinth hair, thy classic face,"

"a dancing shape, an image gay"--but he

could not talk to them with ease.

Ada dua atau tiga gadis disekolahnya yang

mengingatkannya akan frasa puitis yang

terlintas—“cantik seperti ikatan pita,”

bunga bakungmu, wajah klasikmu,”

“sebuah gerakan tari, gambaran

kegembiraan”—tapi dia tidak bisa dengan

mudah berbicara dengan mereka.

71 They were beautiful but so distant. Mereka cantik tapi sangat jauh.

72 He invested them with more beauty than

they had; the beauty was in his own soul.

Dia menobatkan mereka dengan kecantikan

lebih dari yang mereka miliki; kecantikan

itu ada dalam jiwanya sendiri.

73 But he did not know that. Tapi dia tidak tahu itu.

74 One girl whose yellow hair lay upon her

neck in great yellow braids like ripe corn,

was constantly in his thoughts.

Seorang gadis yang rambut kuningnya

menjuntai dilehernya dalam jalinan pita

kuning yang indah seperti jagung masak

terus menerus ada dipikirannya.

Page 10: The Genius 10rb

75 He worshiped her from afar but she never

knew.

Dia memuja gadis itu dari jauh tapi dia tak

pernah tahu.

76 She never knew what solemn black eyes

burned at her when she was not looking.

Gadis itu tak pernah tahu betapa mata

hitam sungguh-sungguh ‘terbakar’

menatapnya ketika dia tak melihatnya.

77 She left Alexandria, her family moving to

another town, and in time he recovered, for

there is much of beauty.

Gadis itu meninggalkan Alexandria,

keluarganya pindah ke kota lain, dan saat

itu dia menyadari ada banyak kecantikan.

78 But the color of her hair and the wonder of

her neck stayed with him always.

Tapi warna rambutnya dan keindahan

lehernya selalu dihatinya.

79 There was some plan on the part of Witla

to send these children to college, but none

of them showed any great desire for

education.

Ada beberapa rencana Witla untuk

mengirim anak-anaknya ke universitas, tapi

tak satupun anak-anaknya menunjukkan

minat yang besar untuk pendidikan.

80 They were perhaps wiser than books, for

they were living in the realm of

imagination and feeling.

Mereka mungkin lebih bijaksana daripada

buku, karena mereka hidup dalam dunia

imajinasi dan perasaan.

81 Sylvia longed to be a mother, and was

married at twenty-one to Henry Burgess,

the son of Benjamin C. Burgess, editor of

the Morning Appeal.

Sylvia bercita-cita menjadi seorang ibu,

dan pada usia dua puluh satu tahun,

menikah dengan Henry Burgess, putra

Benjamin C. Burgess, redaktur Morning

Appeal.

82 There was a baby the first year. Bayi mereka lahir ditahun pertama

pernikahan mereka.

83 Myrtle was dreaming through algebra and

trigonometry, wondering whether she

would teach or get married, for the

moderate prosperity of the family

demanded that she do something.

Myrtle bermimpi lewat aljabar dan

trigonometri, menimbang-nimbang apakah

dia akan mengajar atau menikah demi

kemakmuran keluarga yang selalu

menuntutnya melakukan sesuatu.

84 Eugene mooned through his studies,

learning nothing practical.

Eugene tidak memiliki tujuan belajar,

mempelajari sesuatu yang tak bermanfaat.

Page 11: The Genius 10rb

85 He wrote a little, but his efforts at sixteen

were puerile.

Dia sedikit menulis, tapi semangatnya saat

usianya enam belas tahun seperti anak-

anak.

86 He drew, but there was no one to tell him

whether there was any merit in the things

he did or not.

Dia menggambar, tapi tak seorangpun

memberitahunya apakah ada manfaatnya

dari apapun yang dia lakukan.

87 Practical matters were generally without

significance to him.

Hal-hal yang bermanfaat pada umumnya

tidak penting baginya.

88 But he was overawed by the fact that the

world demanded practical service--buying

and selling like his father, clerking in

stores, running big business.

Tetapi dia sangat terkagum-kagum pada

kenyataan bahwa dunia menuntut pekerjaan

yang berguna—membeli dan menjual

seperti ayahnya, melayani di toko,

menjalankan usaha besar.

89 It was a confusing maze, and he wondered,

even at this age, what was to become of

him.

Hal itu membingungkan, dan dia bertanya-

tanya, bahkan seumur itu, apa jadinya dia

nanti.

90 He did not object to the kind of work his

father was doing, but it did not interest

him.

Dia tidak berniat bekerja seperti ayahnya.

91 For himself he knew it would be a

pointless, dreary way of making a living,

and as for insurance, that was equally bad.

Baginya dia tahu itu akan jadi berarti, cara

yang suram untuk mencari nafkah, dan

untuk asurasi, sama jeleknya.

92 He could hardly bring himself to read

through the long rigmarole of

specifications which each insurance paper

itemized.

Dia hamper tidak bisa membaca kata-kata

hampa perinician yang panjang setiap surat

asurasi terinci.

93 There were times--evenings and

Saturdays--when he clerked in his father's

store, but it was painful work.

Ada saat-saat—tiap sore dan sabtu—

dimana dia melayani ditoko ayahnya, tapi

itu pekerjaan yang menyiksa.

94 His mind was not in it. Pikirannya tak tertuju kesana.

95 As early as his twelfth year his father had Diawal usia keduapuluhnya, ayahnya mulai

Page 12: The Genius 10rb

begun to see that Eugene was not cut out

for business, and by the time he was

sixteen he was convinced of it.

melihat bahwa Eugene tidak cocok

berbisnis, dan saat dia berusia enam belas,

dia diyakinkan untuk itu.

96 From the trend of his reading and his

percentage marks at school, he was equally

convinced that the boy was not interested

in his studies.

Dari kecenderungan bacaan dan persentase

nilainya disekolah, ayahnya yakin bahwa

bocah itu tidak tertarik pada pelajarannya.

97 Myrtle, who was two classes ahead of him

but sometimes in the same room, reported

that he dreamed too much.

Myrtle yang dua tingkat kelas diatasnya

tapi terkadang satu kelas dengannya,

melapor bahwa dia terlalu banyak

melamun.

98 He was always looking out of the window. Dia selalu melihat keluar jendela.

99 Eugene's experience with girls had not

been very wide.

Pengalaman Eugene dengan para gadis

belum terlalu luas.

101 There were those very minor things that

occur in early youth--girls whom we

furtively kiss, or who furtively kiss us--the

latter had been the case with Eugene.

Ada banyak hal yang sangat minor yang

terjadi diawal masa muda—para gadis yang

kita cium diam-diam atau yang mencium

kita diam-diam—yang nanti akan dialami

oleh Eugene.

102 He had no particular interest in any one

girl.

Dia tidak memiliki ketertarikan khusus

terhadap gadis manapun.

103 At fourteen he had been picked by a little

girl at a party as an affinity, for the evening

at least, and in a game of "post-office" had

enjoyed the wonder of a girl's arms around

him in a dark room and a girl's lips against

his; but since then there had been no re-

encounter of any kind.

Diusia empat belas tahun, dia telah diminta

oleh seorang gadis kecil di sebuah pesta

sebagai pasangannya, setidaknya untuk

malam hari, dan dalam permainan “kantor

pos” dia menikmati ketakjuban lengan

seorang gadis yang merangkulnya dalam

sebuah ruangan gelap dan bibir si gadis

menyentuh bibirnya; tapi setelahnya, belum

ada lagi kejadian seperti itu.

104 He had dreamed of love, with this one Dia telah bermimpi tentang cinta, dengan

Page 13: The Genius 10rb

experience as a basis, but always in a shy,

distant way.

pengalaman ini sebagai dasar, tapi dia

selalu malu, menjaga jarak.

105 He was afraid of girls, and they, to tell the

truth, were afraid of him.

Dia takut terhadap para gadis dan mereka,

sebenarnya, takut terhadapnya.

106 They could not make him out. Mereka tak bisa mengajaknya keluar.

107 But in the fall of his seventeenth year

Eugene came into contact with one girl

who made a profound impression on him.

Tapi saat musim gugur, diusianya yang ke-

tujuhbelas, Eugene bertemu seorang gadis

yang meninggalkan kesan mendalam

padanya.

108 Stella Appleton was a notably beautiful

creature.

Stella Appleton seorang makhluk cantik.

109 She was very fair, Eugene's own age, with

very blue eyes and a slender sylph-like

body.

Dia cantik, seumuran dengan Eugene,

dengan mata yang sangat biru dan tubuh

langsing seperti bidadari.

110 She was gay and debonair in an enticing

way, without really realizing how

dangerous she was to the average,

susceptible male heart.

Dia periang dan

111 She liked to flirt with the boys because it

amused her, and not because she cared for

anyone in particular.

112 There was no petty meanness about it,

however, for she thought they were all

rather nice, the less clever appealing to her

almost more than the sophisticated.

113 She may have liked Eugene originally

because of his shyness.

Dia mungkin telah menyukai Eugene

karena sifat pemalunya.

114 "Here's one," laughed his new

acquaintance, holding out a tiny hand.

“Ini dia” tawanya. Memegang tangan

kecilnya.

115 Under her laughing encouragement he was

finding his voice. "Stingy!" he said.

Sambil tertawa berani, dia berkata. “Pelit!”

katanya.

Page 14: The Genius 10rb

116 "Now isn't that mean," she exclaimed. "I

gave him the only one I had. Don't you

give him any of yours, Myrtle."

“Sekarang tidakkah itu kejam,” dia berseru.

“Aku memberinya satu-satunya yang aku

punya. BUkankah seharusnya kau member

satu milikmu, Myrtle,”

117 "I take it back," he pleaded. "I didn't

know."

“Kuambil lagi,” dalihnya. “Aku tak tahu.”

118 "I won't!" exclaimed Myrtle. "Here,

Stella," and she held out the few nuts she

had left, "take these, and don't you give

him any!" She put them in Stella's eager

hands.

“Tidak akan!” seru Myrtle, “Ini, Stella,”

dan dia menggenggam sedikit kacang yang

tersisa, “ambil ini, dan jangan kau beri

dia!” Dia menaruhnya ditangan Stella.

119 He saw her meaning. Eugene mengerti maksudnya.

120 It was an invitation to a contest. Itu adalah ajakan bercanda.

121 She wanted him to try to make her give

him some.

Dia mau Eugene mencoba membuatnya

memberi beberapa kacang.

122 He fell in with her plan. Dia masuk dalam rencananya.

123 "Here!" He stretched out his palm. "That's

not right!"

“Ini!” dia membuka genggaman tangannya.

“ itu tidak benar!”

124 She shook her head. Dia menggelengkan kepalanya.

125 "One, anyhow," he insisted. “Satu” paksanya.

126 Her head moved negatively from side to

side slowly.

Dia menggelengkan kepalanya perlahan.

127 "One," he pleaded, drawing near. “Satu”, pintanya, mendekat.

128 Again the golden negative, but her hand

was at the side nearest him, where he could

seize it.

Lagi-lagi the golden negative, tapi

tangannya ada didekatnya dimana dia bisa

meraihnya.

129 She started to pass its contents behind her

to the other hand but he jumped and caught

it.

Dia mulai melepas memindahkan kacang

itu ke tangan yang satunya dibelakang

badannya tapi dia melompat dan

menangkapnya.

Page 15: The Genius 10rb

130 "Myrtle! Quick!" she called. “Myrtle! Cepat!” panggilnya.

131 Myrtle came. It was a three-handed

struggle.

Myrtle datang.

132 In the midst of the contest Stella twisted

and rose to her feet.

Ditengah-tengah bercanda, Stella membelit

dan mengangkat kakinya.

133 Her hair brushed his face. Rambutnya menyapu wajahnya.

134 He held her tiny hand firmly. Dia memegang tangan kecilnya dengan

kuat.

135 For a moment he looked into her eyes. Untuk sesaat, dia melihat matanya.

136 What was it? He could not say Apa itu? Dia tak tahu.

137 Only he half let go and gave her the

victory.

Dia mengalah dan membiarkannya

menang.

138 "There," she smiled. "Now I'll give you

one."

“Ini,” senyumnya. “Sekaramg akan kuberi

kau sebutir.”

139 He took it, laughing. Dia mengambilnya, tertawa.

140 What he wanted was to take her in his

arms.

Yang dia mau adalah memeluknya.

141 A little while before supper his father came

in and sat down, but presently took a

Chicago paper and went into the dining

room to read.

Sesaat sebelum makan malam, ayahnya

masuk dan duduk, tapi segera mengambil

kertas Chicago dan pergi ke ruang makan

untuk membaca.

142 Then his mother called them to the table,

and he sat by Stella.

Kemudian ibunya memanggil mereka ke

meja, dan Eugene duduk disamping Stella.

143 He was intensely interested in what she did

and said.

Dia sungguh tertarik dengan apa yang

Stella lakukan dan bicarakan.

144 If her lips moved he noted just how. Jika bibirnya bergerak, dia mengamatinya.

145 When her teeth showed he thought they

were lovely.

Ketika giginya nampak, dia berpikir gigi-

gigi itu elok.

146 A little ringlet on her forehead beckoned

him like a golden finger.

Ikal kecil didahinya mengingatkannya

sebuah jari emas.

147 He felt the wonder of the poetic phrase, Dia memikirkan kata puitis “kilauan helai

Page 16: The Genius 10rb

"the shining strands of her hair." rambutnya.”

148 After dinner he and Myrtle and Stella went

back to the sitting room.

Setelah makan malam, dia dan Myrtle serta

Stella kembali ke ruang duduk.

149 His father stayed behind to read, his

mother to wash dishes.

Ayahnya tetap dibelakang untuk membaca,

ibunya mencuci piring.

150 Myrtle left the room after a bit to help her

mother, and then these two were left alone.

Myrtle meninggalkan ruangan setelah

membantu ibunya sebentar, Eugene dan

Stella tinggal berdua.

151 He hadn't much to say, now that they were

together--he couldn't talk.

Dia tak banyak bicara, sekarang ketika

mereka berduaan—dia tak dapat bicara.

152 Something about her beauty kept him

silent.

Sesuatu dalam kecantikannya membuat

Eugene terdiam.

153 "Do you like school?" she asked after a

time.

“kau suka sekolah?” Stella bertanya

kemudian.

154 She felt as if they must talk. Dia merasa mereka harus bicara.

155 "Only fairly well," he replied. “Cukup suka,” balasnya.

156 "I'm not much interested. I think I'll quit

one of these days and go to work."

“Aku tak begitu tertarik. Kurasa aku akan

membolos beberapa hari dan bekerja.”

157 "What do you expect to do?" “Apa ingin kerja apa?”

158 "I don't know yet--I'd like to be an artist." “Aku belum tahu – Aku mau jadi

seniman.”

159 He confessed his ambition for the first time

in his life--why, he could not have said.

Dia menyatakan ambisinya pertama kali

dalam hidupnya –kenapa, dia belum dapat

mengatakannya.

160 Stella took no note of it. Stella mencatatnya.

161 "I was afraid they wouldn't let me enter

second year high school, but they did," she

remarked.

“Aku khawatir mereka takkan

mengizinkanku mengikuti tahun kedua

SMA, tapi mereka mengizinkanku,”

katanya.

162 "The superintendent at Moline had to write

the superintendent here."

“Pengawas di Moline harus melaporkan

pengawas disini.”

Page 17: The Genius 10rb

163 "They're mean about those things," he

cogitated.

“mereka sungguh-sungguh tentang hal itu,”

dia merenung.

164 She got up and went to the bookcase to

look at the books.

Stella bangkit dan pergi ke lemari buku

untuk melihat buku-bukunya.

165 He followed after a little. Eugene mengikutinya kemudian.

166 "Do you like Dickens?" she asked. “Kau suka Dickens?” tanyanya.

167 He nodded his head solemnly in approval.

"Pretty much," he said.

Dia mengangguk setuju dengan sungguh-

sungguh. “Suka sekali,” katanya.

168 "I can't like him. He's too long drawn out. I

like Scott better."

“Aku tak bisa menyukainya. Dia terlalu

bertele-tele. Aku lebih suka Scott.”

169 "I like Scott," he said. “Aku suka Scott,” katanya.

170 "I'll tell you a lovely book that I like." She

paused; her lips parted trying to remember

the name.

“Akan kuberitahu sebuah buku bagus yang

kusuka.” Dia berhenti sejenak; bibirnya

komat-kamit mencoba mengingat namanya.

171 She lifted her hand as though to pick the

title out of the air.

Dia mengangkat tangannya seolah

mengambil judulnya diudara.

172 "The Fair God," she exclaimed at last. “The Fair God,” dia akhirnya berseru.

173 "Yes--it's fine," he approved. “ya – buku itu bagus,” akunya.

174 "I thought the scene in the old Aztec

temple where they were going to sacrifice

Ahwahee was so wonderful!"

“Kurasa adegan di kuil Aztec kuno dimana

mereka akan mengorbankan Ahwahee

sangat bagus!”

175 "Oh, yes, I liked that," she added. “Oh ya, aku suka itu,” tambahnya.

176 She pulled out "Ben Hur" and turned its

leaves idly. "And this was so good."

Dia menarik keluar “Ben Hur” dan

membalik halamannya dengan iseng. “Dan

ini sangat bagus”

177 "Wonderful!" “Mengesankan!”

They paused and she went to the window,

standing under the cheap lace curtains.

Mereka berhenti sejenak dan dia berjalan ke

jendela, berdiri dibalik gorden berenda yang

Page 18: The Genius 10rb

murah.

It was a moonlight night. Terang bulan.

The rows of trees that lined the street on either

side were leafless; the grass brown and dead.

Jejeran pepohonan yang membatasi jalan di

slah satu sisi, rontok daunnya; rerumputan

coklat dan mati.

Through the thin, interlaced twigs that were

like silver filigree they could see the lamps of

other houses shining through half-drawn

blinds.

Lewat lilitan ranting-ranting yang tipis seperti

perhiasan perak mereka dapat melihat lampu-

lampu yang bersinar dari rumah-rumah dengan

terang.

A man went by, a black shadow in the half-

light.

Seorang pria lewat, bayangan hitam dalam

cahaya remang-remang.

"Isn't it lovely?" she said. “Bukankan indah?” katanya.

Eugene came near. Eugene mendekat.

"It's fine," he answered. “Bagus,” jawabnya

"I wish it were cold enough to skate. Do you

skate?" She turned to him.

“Seandainya sekarang cukup dingin untuk

berseluncur. Kau suka berseluncur?” Dia

menoleh.

"Yes, indeed," he replied. “Ya. Suka sekali,” jawabnya.

"My, it's so nice on a moonlit night. I used to

skate a lot at Moline."

“Wah, malam yang diterangi bulan sangat

menyenangkan . Dulu aku sering berseluncur

di Moline.”

"We skate a lot here. There're two lakes, you

know."

“Kita sering berseluncur disini. Ada dua danau,

kau tahu.”

He thought of the clear crystal nights when the

ice of Green Lake had split every so often with

a great resounding rumble.

Dia membayangkan malam-malam yang cerah

ketika es di Danau Hijau sering sekali retak

dengan gemuruh bergema yang hebat.

He thought of the crowds of boys and girls

shouting, the distant shadows, the stars.

Dia membayangkan keramaian sorak-sorai

anak-anak, bayangan-bayangan yang jauh,

bintang-bintang.

Up to now he had never found any girl to skate

with successfully.

Sampai sekarang, dia belum pernah sukses

menemukan gadis untuk berseluncur bersama.

Page 19: The Genius 10rb

He had never felt just easy with anyone. Dia belum pernah merasa akrab dengan

siapapun.

He had tried it, but once he had fallen with a

girl, and it had almost cured him of skating

forever.

Dia pernah mencoba, tapi dia ingin sekali jatuh

cinta pada seorang gadis, dan mengajaknya

berseluncur.

He felt as though he could skate with Stella. Dia berpikir seandainya dia bisa berseluncur

dengan Stella.

He felt that she might like to skate with him. Dia berpikir Stella mungkin mau berseluncur

dengannya.

"When it gets colder we might go," he

ventured.

“Saat mulai dingin, kita bisa pergi,” usulnya.

"Myrtle skates." “Myrtle berseluncur.”

"Oh, that'll be fine!" she applauded. “Oh, usul yang bagus” dia menyambutnya.

Still she looked out into the street. Dia masih menatap ke jalan.

After a bit she came back to the fire and stood

before him, pensively looking down.

Kemudian, dia kembali keperapian dan berdiri

didepannya, menunduk termenung.

"Do you think your father will stay here?" he

asked.

“Menurutmu ayahmu akan tetap tinggal

disini?” tanyanya.

"He says so. He likes it very much." “Katanya begitu. Dia sangat menyukai tempat

ini.”

"Do you?" “Kalau kau?”

"Yes--now." “Ya – sekarang.”

"Why now?" “Kenapa baru sekarang?’

"Oh, I didn't like it at first." “Oh, awalnya aku tak suka.”

"Why?" “Kenapa?”

"Oh, I guess it was because I didn't know

anybody. I like it though, now." She lifted her

eyes.

“Oh, kurasa karena aku belum kenal siapa-

siapa. Walaupun sekarang aku suka.” Dia

mengangkat matanya.

He drew a little nearer. Eugene mendekat.

"It's a nice place," he said, "but there isn't much

for me here. I think I'll leave next year."

“tempat ini indah,” katanya, “tapi tak cukup

indah buatku. Kurasa aku akan pergi tahun

Page 20: The Genius 10rb

depan.”

"Where do you think you'll go?" “ Kau mau kemana?”

"To Chicago. I don't want to stay here." “Ke Chicago. Aku tak mau tinggal disini.”

She turned her body toward the fire and he

moved to a chair behind her, leaning on its

back.

Dia berbalik keperapian dan Eugene

memindahkan bangku dibelakangnya,

bersandar dibelakangnya.

She felt him there rather close, but did not

move.

Dia merasa Eugene cukup dekat, tapi tak

mengubah posisinya.

He was surprising himself. Eugene terkejut.

"Aren't you ever coming back?" she asked. “Bukankah kau akan kembali?” tanyanya.

"Maybe. It all depends. I suppose so." “Mungkin. Tergantung. Kurasa ya”

"I shouldn't think you'd want to leave yet." “Kurasa kau tak mau pergi dulu.”

"Why?" “kenapa?’

"You say it's so nice." “kau mengatakannya dengan sangat bagus”

He made no answer and she looked over her

shoulder.

Dia tak menjawab dan Stella melihat lewat

bahunya.

He was leaning very much toward her. Eugene bersandar pada Stella.

"Will you skate with me this winter?" he asked

meaningly.

“Maukah kau berseluncur denganku musim

dingin ini?” Dia bertanya sungguh-sungguh.

She nodded her head. Stella mengangguk.

Myrtle came in. Myrtle masuk.

"What are you two talking about?" she asked. “Kalian berdua sedang mengobrol apa?”

tanyanya.

"The fine skating we have here," he said. “Tentang berseluncur yang menyenangkan,”

katanya.

"I love to skate," she exclaimed. “Aku suka berseluncur,’ serunya.

"So do I," added Stella. "It's heavenly." “Aku juga,” tambah Stella. “Berseluncur

menyenangkan.”

CHAPTER II

Page 21: The Genius 10rb

ST (English) TT (Indonesian)

Some of the incidents of this courtship that

followed ephemeral as it was, left a profound

impression on Eugene's mind.

Beberapa peristiwa dalam masa perkenalan

yang sebentar ini, meninggalkan kesan

mendalam pada Eugene.

They met to skate not long after, for the snow

came and the ice and there was wonderful

skating on Green Lake.

Mereka berseluncur bersama tak lama

setelahnya, ketika salju datang dan es serta ada

arena berseluncur yang indah di Danau Hijau.

The frost was so prolonged that men with

horses and ice-saws were cutting blocks a foot

thick over at Miller's Point, where the ice

houses were.

Air beku sangat tebal yang pria-pria dengan

kuda dan gergaji esnya memotong es yang

mengeras di Miller’s Point, dimana rumah-

rumah es berada.

Almost every day after Thanksgiving there

were crowds of boys and girls from the schools

scooting about like water skippers.

Hampir setiap hari setelah Thanksgiving ada

kerumunan anak-anak dari sekolah berlarian

seperti pelaut.

Eugene could not always go on week evenings

and Saturdays because he had to assist his

father at the store.

Eugene tak selalu pergi diakhir pecan karena

dia harus membantu ayahnya di toko.

But at regular intervals he could ask Myrtle to

get Stella and let them all go together at night.

Tapi, sesekali dia bisa meminta Myrtle

memanggil Stella dan membiarkan mereka

bermain bersama di malam hari.

And at other times he would ask her to go

alone.

Dan lain waktu dia akan mengajaknya jalan-

jalan berdua.

Not infrequently she did. Tidak jarang Stella yang mengajaknya.

On one particular occasion they were below a

group of houses which crept near the lake on

high ground.

Dalam sekali kesempatan mereka ada diabwah

sederetan rumah dekat danau didaratan yang

tinggi.

The moon was up, its wooing rays reflected in

the polished surfaces of the ice.

Bulan meninggi, sinar yang temaram terpantul

dipermukaan es yang mengilat.

Through the black masses of trees that lined

the shore could be seen the glow of windows,

yellow and homey.

Lewat bayangan gelap pepohonan yang

berjejer ditepi danau kilauan jendela-jendela,

kuning dan nyaman dapat terlihat.

Page 22: The Genius 10rb

Eugene and Stella had slowed up to turn about,

having left the crowd of skaters some distance

back.

Eugene dan Stella berbalik dengan lambat,

meninggalkan jauh kerumunan peseluncur.

Stella's golden curls were covered, except for a

few ringlets, with a French cap; her body, to

below the hips, encased in a white wool Jersey,

close-fitting and shapely.

Rambut keriting emas Stella tertutup dengan

sebuah topi Prancis kecuali beberapa helai ikal;

tubuhnya, dari bawah hingga ke pinggul,

terbungkus kain wol Jersey, ketat dan

berbentuk.

The skirt below was a grey mixture of thick

wool and the stockings were covered by white

woolen leggings.

Roknya paduan wol tebal berwarna abu-abu

dengan stockingnya dilapisi celana legging wol

putih.

She looked tempting and knew it. Dia tampak berusaha dan berhasil.

Suddenly, as they turned, one of her skates

came loose and she hobbled and exclaimed

about it.

Tiba-tiba, ketika mereka berbalik, salah satu

ikatan tali sepatu luncurnya longgar dan Stella

terpincang dan berseru.

"Wait," said Eugene, "I'll fix it." “Tunggu,” kata Eugene, “Akan kubetulkan.”

She stood before him and he fell to his knees,

undoing the twisted strap.

Stella berdiri didepannya dan berlutut,

melepaskan lilitan tali sepatu.

When he had the skate off and ready for her

foot he looked up, and she looked down on

him, smiling.

Ketika dia sudah melepaskan sepatu luncurnya,

dia mendongak, dan Stella menatapnya,

senyum.

He dropped the skate and flung his arms

around her hips, laying his head against her

waist.

Dia menjatuhkan sepatu luncurnya dan dia

melingkarkan lengannya dipinggul Stella,

menyandarkan kepala diperutnya.

"You're a bad boy," she said. “Kau nakal,” katanya.

For a few minutes she kept silent, for as the

center of this lovely scene she was divine.

Dia terdiam beberapa menit karena larut dalam

adegan indah yang impikan.

While he held her she pulled off his wool cap

and laid her hand on his hair.

Ketika Eugene memeluknya dia melepas topi

wolnya dan meletakkan tangannya dirambut

Page 23: The Genius 10rb

Eugene.

It almost brought tears to his eyes, he was so

happy.

Eugene hampir menangis, dia sangat bahagia.

At the same time it awakened a tremendous

passion.

Saat yang bersamaan, nafsu yang besar

bangkit.

He clutched her significantly. Dia mendekapnya dengan erat.

"Fix my skate, now," she said wisely. “Betulkan sepatu luncurku, sekarang,” katanya

bijak.

He got up to hug her but she would not let him. Eugene berdir untuk memeluknya tapi Stela tak

membiarkannya.

"No, no," she protested. "You mustn't do like

that. I won't come with you if you do."

“Jangan, jangan” dia memprotes. “Bukan

begitu caranya. Aku takkan mau denganmu

kalau kau begitu.”

"Oh, Stella!" he pleaded. “Oh, Stella!” Dia memohon.

"I mean it," she insisted. "You mustn't do like

that."

“Aku bersungguh-sungguh,” tegasnya. “Kau

jangan begitu”

He subsided, hurt, half angry. Dia terhenyak, sakit hati, setengah marah.

But he feared her will. Tapi dia menghargai keinginannya.

She was really not as ready for caresses as he

had thought.

Dia sangat tidak sesiap untuk pelukan yang dia

pikirkan.

Another time a sleighing party was given by

some school girls, and Stella, Eugene and

Myrtle were invited.

Lain waktu sebuah acar berseluncur diadakan

oleh beberapa gadis sekolah, dan Stella,

Eugene dan Myrtle diundang.

It was a night of snow and stars, not too cold

but bracing.

Saat itu malam bersalju dan berbintang, tidak

terlalu dingin tapi menyegarkan.

A great box-wagon had been dismantled of its

body and the latter put on runners and filled

with straw and warm robes.

Sebuah gerbong kereta salju telah dilepas

badannya dan dialasi serta dipenuhi jerami dan

dan jubah yang hangat.

Eugene and Myrtle, like the others, had been

picked up at their door after the sleigh had

gone the rounds of some ten peaceful little

Eugene dan myrtle, seperti yang lain, telah

dijemput dirumahnya saat kereta salju pergi

melewati sepuluh rumah kecil yang damai.

Page 24: The Genius 10rb

homes.

Stella was not in yet, but in a little while her

house was reached.

Stella belum bergabung, tapi sebentar lagi

kereta salju akan sampai dirumahnya.

"Get in here," called Myrtle, though she was

half the length of the box away from Eugene.

“Masuk sini,” panggil Myrtle, meskipun

jaraknya hanya setengah panjang gerbong dari

Eugene.

Her request made him angry. Permintaan mebuatnya Eugene kesal.

"Sit by me," he called, fearful that she would

not.

“Duduk disampingku,” panggilnya, takut dia

tidak mau.

She climbed in by Myrtle but finding the space

not to her liking moved farther down.

Dia memanjat disamping Myrtle tapi

mendapati tidak cukup tempat untuknya

bergerak lebih jauh.

Eugene made a special effort to have room by

him, and she came there as though by accident.

Eugene secara khusus berusaha membuat

ruang untuknya dan dia datang meskipun tidak

sengaja.

He drew a buffalo robe around her and thrilled

to think that she was really there.

Dia memakaikan jubah sapi padanya dan

bergetar memikirkan dia ada disampingnya.

The sleigh went jingling around the town for

others, and finally struck out into the country.

Kereta luncur gemerincing mengelilingi kota

unuk menjemput yang lain, dan akhirnya

meluncur kedesa.

It passed great patches of dark woods silent in

the snow, little white frame farmhouses

snuggled close to the ground, and with

windows that gleamed in a vague romantic

way.

Kereta itu melewati potongan kayu-kayu gelap

yang terdiam disalju, rumah-rumah kecil petani

yang diselimuti salju yang merapat ditanah,

dengan jendela-jendela yang berkilau dalam

kabut yang romantis.

The stars were countless and keen. Bintang-bintang tak terhitung dan indah.

The whole scene made a tremendous

impression on him, for he was in love, and here

beside him, in the shadow, her face palely

outlined, was this girl.

Keseluruhan pemandangan memberi kesan

yang kuat pada Eugene, karena dia jatuh cinta,

dan disini disampingnya, dalam gelap, wajah

pucatnya terlihat, wajah gadis ini.

He could make out the sweetness of her cheek, Dia tak dapat menggambarkan manisnya

Page 25: The Genius 10rb

her eyes, the softness of her hair. pipinya, matanya dan kelembutan rambutnya.

There was a good deal of chatter and singing,

and in the midst of these distractions he

managed to slip an arm about her waist, to get

her hand in his, to look close into her eyes,

trying to divine their expression.

Ada banyak obrolan dan nyanyian dan ditenga-

tengah selingan ini, dia menyelipkan lengannya

dipinggangnya, menggenggam tangannya

untuk melihat kedalam matanya, mencoba

menebak ekspresi mereka.

She was always coy with him, not wholly

yielding.

Dia pura-pura malu, tidak sepenuhnya

mengalah.

Three or four times he kissed her cheek

furtively and once her mouth.

Tiga atau empat kali Eugene mencium pipinya

diam-diam dan sekali dimulutnya.

In a dark place he pulled her vigorously to him,

putting a long, sensuous kiss on her lips that

frightened her.

Ditempat gelap, Eugene menariknya dengan

penuh semangat, mencium bibirnya lama

sehingga dia ketakutan.

"No," she protested, nervously. "You mustn't." “Tidak,” protesnya, tegang. “Tidak boleh.”

He ceased for a time, feeling that he had

pressed his advantage too closely.

Waktu terhenti, Eugene merasa bahwa dia

terlalu memaksa.

But the night in all its beauty, and she in hers

made a lasting impression.

Tapi malam itu dengan segala keindahannya,

dan dia meninggalkan kesan yang kekal.

"I think we ought to get Eugene into

newspaper work or something like that," Witla

senior suggested to his wife.

"Saya rasa kita harus memperkerjakan Eugene

di koran atau semacamnya," Witla senior

menyarankan istrinya.

"It looks as though that's all he would be good

for, at least now," replied Mrs. Witla, who was

satisfied that her boy had not yet found

himself.

"Kelihatannya senua itu bagus, setidaknya

sekarang," jawab Mrs Witla, yang merasa puas

bahwa anaknya belum menemukan jati dirinya.

"I think he'll do something better later on. "Saya rasa dia akan melakukan sesuatu yang

lebih baik di kemudian hari.

His health isn't very good, you know." Kesehatannya tidak begitu baik, kau tahu."

Witla half suspected that his boy was naturally

lazy, but he wasn't sure.

Witla setengah menduga bahwa anaknya

sesungguhnya malas, tapi dia tidak yakin.

He suggested that Benjamin C. Burgess, the Dia menyarankan bahwa Benjamin C. Burgess,

Page 26: The Genius 10rb

prospective father-in-law of Sylvia and the

editor and proprietor of the Morning Appeal,

might give him a place as a reporter or type-

setter in order that he might learn the business

from the ground up.

calon ayah mertua Sylvia dan editor dan

pemilik Morning Appeal, mungkin

memberinya pekerjaan sebagai reporter atau

jenis-setter dalam agar dia bisa belajar bisnis

dari bawah ke atas.

The Appeal carried few employees, but Mr.

Burgess might have no objections to starting

Eugene as a reporter if he could write, or as a

student of type-setting, or both.

Banding yang dilakukan beberapa karyawan,

tapi Mr Burgess mungkin tidak keberatan

untuk memulai Eugene sebagai reporter jika

dia bisa menulis, atau sebagai mahasiswa tipe-

pengaturan, atau keduanya.

He appealed to Burgess one day on the street.

"Say, Burgess," he said, "you wouldn't have a

place over in your shop for that boy of mine,

would you? He likes to scribble a little, I

notice.

Dia mengimbau agar Burgess satu hari di jalan.

"Katakanlah, Burgess," katanya, "Anda tidak

akan memiliki tempat lebih di toko Anda untuk

itu anak saya, kan? Ia suka mencoret-coret

sedikit, saya pemberitahuan.

I think he pretends to draw a little, too, though

I guess it doesn't amount to much.

Saya pikir dia berpura-pura mengambil sedikit,

terlalu , meskipun saya kira itu tidak seberapa.

He ought to get into something. He isn't doing

anything at school.

Dia harus masuk ke sesuatu. dia tidak

melakukan apa-apa di sekolah.

Maybe he could learn type-setting. Mungkin dia bisa belajar jenis-pengaturan.

It wouldn't hurt him to begin at the bottom if

he's going to follow that line.

Tidak ada salahnya dia mulai dari bawah jika

dia akan untuk mengikuti garis itu.

It wouldn't matter what you paid him to begin

with." Burgess thought.

tidak peduli apa yang Anda bayar dia untuk

memulai. " Pikir Burgess.

He had seen Eugene around town, knew no

harm of him except that he was lackadaisical

and rather moody.

Dia telah melihat sekitar kota Eugene, tahu ada

salahnya dia kecuali bahwa ia lesu dan agak

moody.

"Send him in to see me some day," he replied

noncommittally.

"Suruh dia masuk untuk melihat saya beberapa

hari," jawabnya noncommittally.

"I might do something for him." “Aku mungkin melakukan sesuatu untuknya."

"I'd certainly be much obliged to you if you "Saya pasti akan jauh wajib Anda jika Anda

Page 27: The Genius 10rb

would," said Witla. mau," kata Witla.

"He is not doing much good as it is now," and

the two men parted.

"Dia tidak melakukan banyak baik seperti

sekarang," dan dua orang berpisah.

He went home and told Eugene. Dia pulang ke rumah dan memberitahu

Eugene.

"Burgess says he might give you a position as a

type-setter or a reporter on the Appeal if you'd

come in and see him some day," he explained,

looking over to where his son was reading by

the lamp.

"Burgess mengatakan dia mungkin

memberikan posisi sebagai jenis-setter atau

reporter pada Banding jika Anda akan datang

dan melihat dia beberapa hari," jelasnya,

melihat dari atas ke tempat anaknya membaca

dengan lampu.

"Does he?" replied Eugene calmly. "Apakah dia?" Eugene menjawab dengan

tenang.

"Well, I can't write. I might set type. Did you

ask him?"

"Yah, aku tidak bisa menulis. Aku mungkin

menetapkan jenis. Apakah Anda bertanya

padanya?"

"Yes," said Witla. "You'd better go to him

some day."

"Ya," kata Witla. "Sebaiknya kau pergi ke dia

beberapa hari."

Eugene bit his lip. Eugene menggigit bibir.

He realized this was a commentary on his

loafing propensities.

Dia menyadari ini adalah sebuah komentar

pada kecenderungan kemalasan nya.

He wasn't doing very well, that was certain. Dia tidak melakukannya dengan sangat baik

Still type-setting was no bright field for a

person of his temperament.

Yang pasti. Masih jenis-pengaturan adalah

tidak ada medan terang untuk orang yang

temperamennya.

"I will," he concluded, "Aku akan," pungkasnya,

"when school's over." "saat sekolah sudah berakhir."

"Better speak before school ends. Some of the

other fellows might ask for it around that time.

It wouldn't hurt you to try your hand at it."

"Lebih baik berbicara di depan sekolah

berakhir. Beberapa rekan-rekan lain mungkin

meminta untuk itu sekitar waktu itu. Tak ada

salahnya Anda mencoba tangan Anda di

Page 28: The Genius 10rb

dalamnya."

"I will," said Eugene obediently. "Aku akan melakukannya," kata Eugene patuh.

He stopped in one sunny April afternoon at Mr.

Burgess' office.

Dia berhenti pada bulan April satu sore yang

cerah di kantor Mr Burgess '.

It was on the ground floor of the three-story

Appeal building in the public square.

Itu di lantai dasar gedung berlantai tiga

Banding di lapangan umum.

Mr. Burgess, a fat man, slightly bald, looked at

him quizzically over his steel rimmed

spectacles.

Mr Burgess, seorang pria gemuk, sedikit botak,

menatapnya bingung atas kacamata berbingkai

bajanya.

What little hair he had was gray. Apa sedikit rambut ia adalah abu-abu.

"So you think you would like to go into the

newspaper business, do you?" queried Burgess.

"Jadi Anda pikir Anda ingin masuk ke bisnis

surat kabar, kan?" tanya Burgess.

"I'd like to try my hand at it," replied the boy. "Saya ingin mencoba tangan saya itu," jawab

anak itu.

"I'd like to see whether I like it." "Saya ingin melihat apakah aku menyukainya."

"I can tell you right now there's very little in it. Saya dapat memberitahu Anda sekarang ada

sangat sedikit di dalamnya.

Your father says you like to write." " Ayahmu bilang kau suka menulis."

"I'd like to well enough, but I don't think I can.

I wouldn't mind learning type-setting. If I ever

could write I'd be perfectly willing to."

"Saya ingin cukup baik, tapi saya tidak berpikir

saya bisa. Aku tidak keberatan belajar jenis-

pengaturan. Jika aku pernah bisa menulis aku

akan sangat bersedia."

"When do you think you'd like to start?" "Kapan Anda berpikir Anda ingin memulai?"

"At the end of school, if it's all the same to

you."

"Pada akhir sekolah, jika itu semua sama

kepada Anda."

"It doesn't make much difference. I'm not

really in need of anybody, but I could use you.

"Ini tidak membuat banyak perbedaan. Aku

tidak benar-benar membutuhkan siapa pun, tapi

saya bisa menggunakan Anda.

Would you be satisfied with five a week?" . Apakah Anda akan puas dengan lima

minggu?"

"Yes, sir." "Ya, Pak."

Page 29: The Genius 10rb

"Well, come in when you are ready. I'll see

what I can do.

"Yah, datang di saat Anda siap. Aku akan

melihat apa yang bisa kulakukan."

He waved the prospective type-setter away

with a movement of his fat hand, and turned to

his black walnut desk, dingy, covered with

newspapers, and lit by a green shaded electric

light.

Dia melambaikan calon jenis-setter pergi

dengan gerakan tangan gemuknya, dan

berbalik untuk kenari hitamnya meja, suram,

ditutupi dengan koran, dan diterangi oleh

lampu listrik berbayang hijau.

Eugene went out, the smell of fresh printing

ink in his nose, and the equally aggressive

smell of damp newspapers. It was going to be

an interesting experience, he thought, but

perhaps a waste of time.

Eugene keluar, bau tinta cetak segar di hidung,

dan bau yang sama agresif surat kabar basah.

Ini akan menjadi pengalaman yang menarik,

pikirnya, tapi mungkin membuang-buang

waktu.

He did not think so much of Alexandria. Dia tidak berpikir begitu banyak Alexandria.

Some time he was going to get out of it. Beberapa waktu dia akan keluar dari itu.

The office of the Appeal was not different from

that of any other country newspaper office

within the confines of our two hemispheres.

Kantor Banding itu tidak berbeda dari setiap

kantor surat kabar negara lain dalam batas-

batas kami dua belahan.

On the ground floor in front was the business

office, and in the rear the one large flat bed

press and the job presses.

Di lantai dasar di depan kantor bisnis, dan di

belakang satu besar tidur pers datar dan

menekan pekerjaan.

On the second floor was the composing room

with its rows of type cases on their high racks--

for this newspaper was, like most other country

newspapers, still set by hand; and in front was

the one dingy office of the so-called editor, or

managing editor, or city editor--for all three

were the same person, a Mr. Caleb Williams

whom Burgess had picked up in times past

from heaven knows where.

Di lantai kedua adalah ruang menulis dengan

deretan kasus jenis di rak tinggi - untuk surat

kabar ini, seperti kebanyakan surat kabar lain

negara, masih diatur dengan tangan, dan di

depan kantor suram salah satu yang disebut

Editor , atau redaktur, redaktur atau kota -

untuk ketiga adalah orang yang sama, Mr

Caleb Williams yang Burgess telah dijemput di

masa lalu dari surga tahu di mana.

Page 30: The Genius 10rb

Williams was a small, lean, wiry man, with a

black pointed beard and a glass eye which

fixed you oddly with its black pupil.

Williams adalah kecil, ramping, pria kurus,

dengan janggut runcing hitam dan kaca mata

yang tetap Anda aneh dengan murid hitam.

He was talkative, skipped about from duty to

duty, wore most of the time a green shade

pulled low over his forehead, and smoked a

brown briar pipe.

Dia banyak bicara, dilewati tentang dari tugas

tugas, memakai sebagian besar waktu warna

hijau ditarik rendah di dahinya, dan merokok

pipa briar coklat.

He had a fund of knowledge, piled up in

metropolitan journalistic experience, but he

was anchored here with a wife and three

children, after sailing, no doubt, a chartless sea

of troubles, and was glad to talk life and

experiences after office hours with almost

anybody.

Dia memiliki dana pengetahuan, menumpuk

dalam pengalaman jurnalistik metropolitan,

tapi ia berlabuh di sini dengan istri dan tiga

anak, setelah berlayar, tidak diragukan lagi,

lautan chartless masalah, dan senang untuk

berbicara kehidupan dan pengalaman setelah

jam kantor dengan hampir setiap orang.

It took him from eight in the morning until two

in the afternoon to gather what local news there

was, and either write it or edit it.

Butuh dia dari jam delapan pagi sampai dua

siang untuk mengumpulkan apa berita lokal

ada, dan baik menulis atau mengeditnya.

He seemed to have a number of correspondents

who sent him weekly batches of news from

surrounding points.

Dia tampaknya memiliki sejumlah wartawan

yang mengutusnya batch mingguan berita dari

titik sekitarnya.

The Associated Press furnished him with a few

minor items by telegraph, and there was a

"patent insides," two pages of fiction,

household hints, medicine ads. and what not,

which saved him considerable time and stress.

The Associated Press dilengkapi dia dengan

item beberapa minor oleh telegraf, dan ada

"Didalam paten," dua halaman fiksi, petunjuk

rumah tangga, iklan obat. dan apa yang tidak,

yang menyelamatkan dia waktu dan stres.

Most of the news which came to him received

short shrift in the matter of editing. "In

Chicago we used to give a lot of attention to

this sort of thing,"

Sebagian besar berita yang datang kepadanya

menerima sedikit perhatian dalam hal editing.

"Di Chicago kita digunakan untuk memberikan

banyak perhatian pada hal semacam ini,"

Williams was wont to declare to anyone who

was near, "but you can't do it down here.

Williams adalah wont untuk menyatakan

kepada siapa saja yang sudah dekat, "tetapi

Page 31: The Genius 10rb

Anda tidak bisa melakukannya di sini.

The readers really don't expect it. Para pembaca benar-benar tidak mengharapkan

itu.

They're looking for local items. Mereka 'sedang mencari barang-barang lokal.

I always look after the local items pretty

sharp."

Aku selalu menjaga barang-barang lokal yang

cukup tajam. "

Mr. Burgess took care of the advertising

sections.

Mr Burgess mengurus bagian periklanan.

In fact he solicited advertising personally, saw

that it was properly set up as the advertiser

wanted it, and properly placed according to the

convenience of the day and the rights and

demands of others.

Bahkan ia diminta iklan pribadi, melihat bahwa

itu benar mengatur pengiklan

menginginkannya, dan ditempatkan dengan

benar sesuai dengan kenyamanan hari dan hak-

hak dan tuntutan orang lain.

He was the politician of the concern, the

handshaker, the guider of its policy. He wrote

editorials now and then, or, with Williams,

decided just what their sense must be, met the

visitors who came to the office to see the

editor, and arbitrated all known forms of

difficulties.

Dia adalah politisi dari perhatian, penjilat itu,

guider dari kebijakannya. Dia menulis editorial

sekarang dan kemudian, atau, dengan

Williams, memutuskan apa rasa harus, bertemu

para pengunjung yang datang ke kantor untuk

melihat editor, dan penengah semua bentuk

yang dikenal kesulitan.

He was at the beck and call of certain

Republican party-leaders in the county; but that

seemed natural, for he was a Republican

himself by temperament and disposition.

Dia berada di beck dan panggilan tertentu

partai-pemimpin Republik di county, tetapi

yang tampak alami, karena ia adalah seorang

Republikan dirinya dengan temperamen dan

disposisi.

He was appointed postmaster once to pay him

for some useful services, but he declined

because he was really making more out of his

paper than his postmastership would have

brought.

Dia diangkat postmaster sekali untuk

membayar dia untuk beberapa layanan yang

berguna, namun ia menolak karena ia benar-

benar membuat lebih dari kertas ketimbang

postmastership nya akan membawa.

He received whatever city or county Ia menerima apapun kota atau kabupaten iklan

Page 32: The Genius 10rb

advertising it was in the power of the

Republican leaders to give him, and so he did

very well.

itu dalam kekuasaan para pemimpin Republik

untuk memberinya, dan ia melakukannya

dengan sangat baik.

The complications of his political relationships

Williams knew in part, but they never troubled

that industrious soul.

Komplikasi hubungan politiknya Williams

tahu sebagian, tetapi mereka tidak pernah

terganggu jiwa rajin.

He dispensed with moralizing. "I have to make

a living for myself, my wife and three children.

Dia ditiadakan moral. "Saya harus mencari

nafkah untuk diriku sendiri, istri dan tiga anak

That's enough to keep me going without

bothering my head about other people." So this

office was really run very quietly, efficiently,

and in most ways pleasantly

Itu sudah cukup untuk membuatku pergi tanpa

mengganggu kepala saya tentang orang lain."

Jadi kantor ini benar-benar berjalan sangat

pelan, efisien, dan dengan cara yang paling

menyenangkan.

. It was a sunny place to work. Witla, who

came here at the end of his eleventh school

year and when he had just turned seventeen,

was impressed with the personality of Mr.

Williams.

. Itu adalah tempat yang cerah untuk bekerja.

Witla, yang datang ke sini pada akhir tahun

kesebelas sekolah dan ketika ia baru berusia

tujuh belas, terkesan dengan kepribadian Mr

Williams.

He liked him. He came to like a Jonas Lyle

who worked at what might be called the head

desk of the composing room, and a certain

John Summers who worked at odd times--

whenever there was an extra rush of job

printing.

Dia menyukainya. Dia datang untuk menyukai

Jonas Lyle yang bekerja di apa yang disebut

meja kepala ruang menulis, dan John Summers

tertentu yang bekerja pada waktu yang aneh -

setiap kali ada rush tambahan pencetakan

pekerjaan.

He learned very quickly that John Summers,

who was fifty-five, grey, and comparatively

silent, was troubled with weak lungs and

drank.

Dia belajar dengan cepat bahwa John

Summers, yang lima puluh lima, abu-abu, dan

relatif diam, merasa terganggu dengan paru-

paru yang lemah dan minum.

Summers would slip out of the office at

various times in the day and be gone from five

to fifteen minutes.

Summers akan menyelinap keluar dari kantor

di berbagai kali dalam sehari dan akan pergi 5-

15 menit.

Page 33: The Genius 10rb

No one ever said anything, for there was no

pressure here. What work was to be done was

done.

Tidak ada yang pernah mengatakan apa-apa,

karena tidak ada tekanan di sini. Pekerjaan apa

yang harus dilakukan dilakukan.

Jonas Lyle was of a more interesting nature.

He was younger by ten years, stronger, better

built, but still a character.

Jonas Lyle adalah sifat lebih menarik. Dia

lebih muda sepuluh tahun, lebih kuat, lebih

baik dibangun, tapi masih karakter

He was semi-phlegmatic, philosophic, feebly

literary.

Dia adalah semi-apatis, filsafat, sastra lemah

He had worked, as Eugene found out in the

course of time, in nearly every part of the

United States--Denver, Portland, St. Paul, St.

Louis, where not, and had a fund of

recollections of this proprietor and that.

Dia pernah bekerja sebagai Eugene

menemukan dalam perjalanan waktu, di hampir

setiap bagian dari Amerika Serikat - Denver,

Portland, St Paul, St Louis, di mana tidak, dan

memiliki dana ingatan pemilik ini dan itu .

Whenever he saw a name of particular

distinction in the newspapers he was apt to

bring the paper to Williams--and later, when

they became familiar, to Eugene--and say, "I

knew that fellow out in ----.

.. Setiap kali ia melihat nama perbedaan

tertentu di surat kabar ia cenderung membawa

kertas ke Williams - dan kemudian, ketika

mereka menjadi akrab, ke Eugene - dan

berkata, "Saya tahu bahwa rekan di ----

He was postmaster (or what not) at X----. He's

come up considerably since I knew him." In

most cases he did not know these celebrities

personally at all, but he knew of them, and the

echo of their fame sounding in this out-of-the-

way corner of the world impressed him.

Dia. adalah postmaster (atau apa yang tidak) di

X ----. Dia datang jauh sejak aku mengenalnya.

" Dalam kebanyakan kasus dia tidak tahu

selebriti ini secara pribadi sama sekali, tapi ia

tahu dari mereka, dan gema ketenaran mereka

terdengar di out-of-the-cara ini sudut dunia

terkesan padanya.

He was a careful reader of proof for Williams

in a rush, a quick type-setter, a man who stayed

by his tasks faithfully.

Dia adalah seorang pembaca yang teliti bukti

untuk Williams terburu-buru, cepat jenis-setter,

seorang pria yang tinggal dengan tugasnya

setia.

But he hadn't got anywhere in the world, for,

after all, he was little more than a machine.

Tapi dia tidak punya di mana saja di dunia,

untuk, setelah semua, dia sedikit lebih dari

Page 34: The Genius 10rb

Eugene could see that at a glance. mesin. Eugene bisa melihat bahwa sekilas.

It was Lyle who taught him the art of type-

setting.

Itu Lyle yang mengajarinya seni tipe-

pengaturan.

He demonstrated the first day the theory of the

squares or pockets in a case, how some letters

were placed more conveniently to the hand

than others, why some letters were well

represented as to quantity, why capitals were

used in certain offices for certain purposes, in

others not.

Dia menunjukkan hari pertama teori kotak atau

kantong dalam kasus, bagaimana beberapa

surat ditempatkan lebih nyaman untuk tangan

dari orang lain, mengapa beberapa surat yang

baik direpresentasikan sebagai kuantitas,

mengapa ibukota yang digunakan di kantor-

kantor tertentu untuk tujuan tertentu, pada

orang lain tidak.

"Now on the Chicago Tribune we used to

italicize the names of churches, boats, books,

hotels, and things of that sort.

"Sekarang di Chicago Tribune kita digunakan

untuk huruf miring nama gereja, kapal, buku,

hotel, dan hal semacam itu.

That's the only paper I ever knew to do that,"

he remarked. What slugs, sticks, galleys,

turnovers, meant, came rapidly to the surface.

Itulah satu-satunya kertas yang pernah saya

tahu untuk melakukan itu," katanya. Apa siput,

tongkat, galley, turnovers, berarti, datang

dengan cepat ke permukaan.

That the fingers would come to recognize

weights of leads by the touch, that a letter

would almost instinctively find its way back to

its proper pocket, even though you were not

thinking, once you became expert, were facts

which he cheerfully communicated.

Bahwa jari-jari akan datang untuk mengakui

bobot memimpin dengan sentuhan, bahwa

surat akan hampir secara naluriah menemukan

jalan kembali ke saku yang tepat, meskipun

Anda tidak berpikir, setelah Anda menjadi ahli,

adalah fakta-fakta yang ia riang

dikomunikasikan.

He wanted his knowledge taken seriously, and

this serious attention, Eugene, because of his

innate respect for learning of any kind, was

only too glad to give him.

Dia ingin pengetahuan dianggap serius, dan

perhatian serius ini, Eugene, karena hormat

bawaan untuk belajar apapun, hanya terlalu

senang untuk memberinya.

He did not know what he wanted to do, but he

knew quite well that he wanted to see

Dia tidak tahu apa yang ingin ia lakukan, tapi

ia tahu betul bahwa ia ingin melihat segala

Page 35: The Genius 10rb

everything. sesuatu.

This shop was interesting to him for some little

time for this reason, for though he soon found

that he did not want to be a type-setter or a

reporter, or indeed anything much in

connection with a country newspaper, he was

learning about life.

Toko ini menarik baginya untuk beberapa

waktu kecil untuk alasan ini, karena meskipun

ia segera menemukan bahwa ia tidak ingin

menjadi tipe-setter atau wartawan, atau

memang apa pun banyak sehubungan dengan

surat kabar negara, ia belajar tentang

kehidupan .

He worked at his desk cheerfully, smiling out

upon the world, which indicated its presence to

him through an open window, read the curious

bits of news or opinion or local advertisements

as he set them up, and dreamed of what the

world might have in store for him.

Dia bekerja di mejanya riang, tersenyum keluar

atas dunia, yang menunjukkan kehadirannya

kepadanya melalui jendela yang terbuka,

membaca bit penasaran berita atau pendapat

atau lokal iklan sambil mengatur mereka, dan

memimpikan apa yang mungkin memiliki

dunia dalam menyimpan untuknya.

He was not vastly ambitious as yet, but hopeful

and, withal, a little melancholy.

Dia tidak jauh ambisius belum, tapi harapan

dan, lagi pula, melankolis sedikit.

He could see boys and girls whom he knew,

idling in the streets or on the corner squares; he

could see where Ted Martinwood was driving

by in his father's buggy, or George Anderson

was going up the street with the air of someone

who would never need to work. George's father

owned the one and only hotel.

Dia bisa melihat anak laki-laki dan perempuan

yang ia tahu, diparkir di jalan-jalan atau di

kotak sudut, ia bisa melihat di mana Ted

Martinwood mengemudi oleh di kereta

ayahnya, atau George Anderson akan jalan

dengan udara seseorang yang tidak akan

pernah perlu bekerja. Ayah George memiliki

satu dan hanya hotel.

There were thoughts in his mind of fishing,

boating, lolling somewhere with some pretty

girl, but alas, girls did not apparently take to

him so very readily.

Ada pikiran dalam benaknya memancing,

berperahu, terkulai di suatu tempat dengan

beberapa gadis cantik, tapi sayangnya, gadis-

gadis tidak tampaknya mengambil kepadanya

sehingga sangat mudah.

He was too shy. He thought it must be nice to Dia terlalu malu. Dia pikir itu harus bagus

Page 36: The Genius 10rb

be rich. So he dreamed. untuk menjadi kaya. Jadi dia bermimpi.

Eugene was at that age when he wished to

express himself in ardent phrases.

Eugene pada usia itu ketika ia ingin

mengekspresikan dirinya dalam frase

bersemangat.

He was also at the age when bashfulness held

him in reserve, even though he were in love

and intensely emotional.

Dia juga pada usia ketika sifat malu

menahannya di cadangan, meskipun ia jatuh

cinta dan sangat emosional.

He could only say to Stella what seemed trivial

things, and look his intensity, whereas it was

the trivial things that were most pleasing to

her, not the intensity.

Ia hanya bisa mengatakan ke Stella apa yang

tampak hal-hal sepele, dan mencari intensitas-

nya, sementara itu hal-hal sepele yang paling

menyenangkan baginya, bukan intensitas.

She was even then beginning to think he was a

little strange, a little too tense for her

disposition.

Dia bahkan kemudian mulai berpikir dia agak

aneh, sedikit terlalu tegang untuk disposisi nya.

Yet she liked him. It became generally

understood around town that Stella was his

girl.

Namun dia menyukainya. Ini menjadi umum

dipahami di sekitar kota yang Stella adalah

pacarnya.

School day mating usually goes that way in a

small city or village.

Hari sekolah kawin biasanya pergi seperti itu

di kota kecil atau desa.

He was seen to go out with her. His father

teased him.

Ia terlihat untuk pergi keluar bersamanya.

Ayahnya menggodanya.

Her mother and father deemed this a

manifestation of calf love, not so much on her

part, for they were aware of her tendency to

hold lightly any manifestation of affection on

the part of boys, but on his.

Ibu dan ayahnya dianggap ini merupakan

perwujudan cinta betis, tidak begitu banyak di

pihaknya, karena mereka menyadari

kecenderungannya untuk menahan ringan

setiap manifestasi kasih sayang pada bagian

dari anak laki-laki, tetapi pada nya.

They thought his sentimentalism would soon

be wearisome to Stella. And they were not far

wrong about her.

Mereka pikir sentimentalisme nya akan segera

melelahkan ke Stella. Dan mereka tidak jauh

salah tentang dia.

Page 37: The Genius 10rb

On one occasion at a party given by several

high school girls, a "country post office" was

organized.

Pada satu kesempatan di sebuah pesta yang

diberikan oleh beberapa gadis SMA, "negara

kantor pos" diselenggarakan.

That was one of those games which mean

kissing only.

Itu salah satu permainan yang berarti

berciuman saja.

A system of guessing results in a series of

forfeits.

Sebuah sistem menebak hasil dalam

serangkaian forfeits.

If you miss you must be postmaster, and call

someone for "mail." Mail means to be kissed in

a dark room (where the postmaster stands) by

someone whom you like or who likes you.

Jika Anda melewatkan Anda harus postmaster,

dan memanggil seseorang untuk "mail." Mail

berarti untuk dicium di ruangan gelap (di mana

postmaster berdiri) oleh seseorang yang Anda

sukai atau yang menyukai Anda.

You, as postmaster, have authority or

compulsion--however you feel about it--to call

whom you please.

Anda, sebagai kepala kantor pos, memiliki

kekuasaan atau paksaan - namun Anda merasa

tentang hal itu - untuk memanggil siapa Anda

silakan.

In this particular instance Stella, who was

caught before Eugene, was under compulsion

to call someone to kiss.

Dalam contoh khusus Stella, yang tertangkap

sebelum Eugene, berada di bawah paksaan

untuk memanggil seseorang untuk mencium.

Her first thought was of him, but on account of

the frankness of the deed, and because there

was a lurking fear in her of his eagerness, the

name she felt impelled to speak was Harvey

Rutter.

Pikiran pertamanya adalah dia, tapi pada

rekening keterbukaan akta, dan karena ada

ketakutan bersembunyi di nya keinginannya,

nama dia merasa terdorong untuk berbicara

adalah Harvey Rutter.

Harvey was a handsome boy whom Stella had

met after her first encounter with Eugene.

Harvey adalah seorang pemuda tampan yang

Stella bertemu setelah pertemuan pertamanya

dengan Eugene.

He was not as yet fascinating to her, but

pleasing.

Dia tidak belum menarik baginya, tapi

menyenangkan.

She had a coquettish desire to see what he was

like.

Dia memiliki keinginan centil untuk melihat

seperti apa dia.

Page 38: The Genius 10rb

This was her first direct chance. Ini adalah kesempatan pertama langsung nya.

He stepped gaily in, and Eugene was at once

insane with jealousy.

Dia melangkah riang di, dan Eugene sekaligus

gila karena cemburu.

He could not understand why she should treat

him in that way

Dia tidak bisa mengerti mengapa ia harus

memperlakukan dia dengan cara seperti itu.

. When it came to his turn he called for Bertha

Shoemaker, whom he admired, and who was

sweet in a way, but who was as nothing to

Stella in his estimation.

Ketika datang ke gilirannya ia menyerukan

Bertha Shoemaker, yang ia kagumi, dan yang

manis di jalan, tapi yang seperti apa-apa untuk

Stella pada estimasinya.

The pain of kissing her when he really wanted

the other girl was great.

Rasa sakit menciumnya ketika ia benar-benar

ingin gadis lain adalah besar.

When he came out Stella saw moodiness in his

eyes, but chose to ignore it.

Ketika ia keluar Stella melihat kemurungan di

matanya, tetapi memilih untuk

mengabaikannya.

He was obviously half-hearted and downcast in

his simulation of joy.

Ia jelas setengah hati dan putus asa dalam

simulasi tentang sukacita.

A second chance came to her and this time she

called him.

Sebuah kesempatan kedua datang padanya dan

kali ini dia memanggilnya.

He went, but was in a semi-defiant mood. He

wanted to punish her.

Dia pergi, tapi dalam suasana hati yang semi-

menantang. Dia ingin menghukumnya.

When they met in the dark she expected him to

put his arms around her.

Ketika mereka bertemu dalam gelap dia

mengharapkan dia untuk meletakkan

tangannya di sekitarnya.

Her own hands were up to about where his

shoulders should be.

Tangannya sendiri yang sampai sekitar mana

harus bahu.

Instead he only took hold of one of her arms

with his hand and planted a chilly kiss on her

lips.

Sebaliknya ia hanya memegang salah satu

tangannya dengan tangan dan mencium dingin

di bibirnya.

If he had only asked, "Why did you?" or held

her close and pleaded with her not to treat him

so badly, the relationship might have lasted

Jika dia hanya bertanya, "Mengapa kamu?"

atau memeluknya erat-erat dan memohon

padanya untuk tidak memperlakukan dia begitu

Page 39: The Genius 10rb

longer. buruk, hubungan mungkin berlangsung lebih

lama.

Instead he said nothing, and she grew defiant

and she went out gaily

Sebaliknya, ia mengatakan apa-apa, dan ia

tumbuh menantang dan dia pergi keluar riang.

. There was a strain of reserve running between

them until the party broke up and he took her

home.

Ada ketegangan cadangan berjalan di antara

mereka sampai pesta bubar dan ia

membawanya pulang.

"You must be melancholy tonight," she

remarked, after they had walked two blocks in

complete silence.

"Anda harus melankolis malam ini," ia berkata,

setelah mereka berjalan dua blok di

keheningan.

The streets were dark, and their feet sounded

hollowly on the brick pavement.

Jalan-jalan yang gelap, dan kaki mereka

terdengar hampa di trotoar bata.

"Oh, I'm feeling all right," he replied moodily. "Oh, aku merasa baik-baik saja," jawabnya

murung.

"I think it's awfully nice at the Weimers', we

always have so much fun there."

"Saya pikir itu sangat bagus di Weimers ', kami

selalu memiliki begitu menyenangkan di sana."

"Yes, lots of fun," he echoed contemptuously.

"Oh, don't be so cross!" she flared. "You

haven't any reason for fussing."

"Ya, banyak bersenang-senang," ulangnya

menghina.

"Oh, jangan begitu salib!" dia berkobar. "Anda

tidak memiliki alasan untuk rewel."

"Haven't I?" "Bukankah aku?"

"No, you haven't." "Tidak, kau tidak."

"Well if that's the way you feel about it I

suppose I haven't. I don't see it that way."

"Nah kalau itu cara Anda merasa tentang hal

itu saya kira saya tidak. Aku tidak melihatnya

seperti itu."

"Well, it doesn't make any difference to me

how you see it."

"Yah, itu tidak membuat perbedaan apapun

kepada saya bagaimana Anda melihatnya."

"Oh, doesn't it?"

"No, it doesn't." Her head was up and she was

angry.

"Oh, bukan?"

"Tidak, tidak." Kepalanya sudah bangun dan

dia marah.

"Well I'm sure then it doesn't to me." "Yah aku yakin maka tidak bagi saya."

Page 40: The Genius 10rb

There was another silence which endured until

they were almost home.

Hening lagi yang bertahan hingga mereka

hampir sampai.

"Are you coming to the sociable next

Thursday?" he inquired.

"Apakah kau datang ke bersosialisasi Kamis

depan?" tanyanya.

He was referring to a Methodist evening

entertainment which, although he cared very

little about it, was a convenience as it enabled

him to see her and take her home.

Dia mengacu pada hiburan malam Methodist

yang, meskipun ia peduli sedikit tentang hal

itu, adalah kenyamanan seperti itu

memungkinkan dia untuk melihat dia dan

membawanya pulang.

He was prompted to ask by the fear that an

open rupture was impending.

Dia diminta untuk meminta oleh rasa takut

bahwa suatu pecah terbuka adalah yang akan

datang.

"No," she said. "I don't think I will." "Tidak," katanya. "Saya tidak berpikir saya

akan melakukannya."

"Why not?" "Mengapa tidak?"

"I don't care to."

"I think you're mean," he said reprovingly.

"Aku tidak peduli."

"Saya pikir Anda berarti," katanya mencela.

"I don't care," she replied. "Aku tidak peduli," jawabnya.

"I think you're too bossy. I don't think I like

you very much anyhow."

His heart contracted ominously.

"Saya pikir kau terlalu suka memerintah. Aku

tidak berpikir aku suka kasih banyak

bagaimanapun."

Hatinya dikontrak menakutkan.

"You can do as you please," he persisted. "Anda dapat melakukan sesukamu," ia

bersikeras.

They reached her gate. It was his wont to kiss

her in the shadow--to hold her tight for a few

minutes in spite of her protests.

Mereka mencapai pagar rumahnya. Itu nya

biasa untuk menciumnya dalam bayangan -

untuk memegang erat-erat selama beberapa

menit terlepas dari protes.

Tonight, as they approached, he thought of

doing it, but she gave him no chance.

Malam ini, saat mereka mendekat, ia berpikir

untuk melakukan hal itu, tapi dia tidak

memberinya kesempatan.

Page 41: The Genius 10rb

When they reached the gate she opened it

quickly and slipped in. "Good-night," she

called.

Ketika mereka sampai di gerbang dia

membukanya cepat dan menyelinap masuk

"Selamat-malam," serunya.

"Good-night," he said, and then as she reached

her door, "Stella!"

"Selamat-malam," katanya, dan kemudian saat

ia mencapai pintu, "Stella!"

It was open, and she slipped in. He stood in the

dark, hurt, sore, oppressed. What should he do?

Itu terbuka, dan dia menyelinap masuk Dia

berdiri dalam gelap, sakit, sakit, tertindas. Apa

yang harus ia lakukan?

He strolled home cudgelling his brain whether

never to speak to or look at her again until she

came to him, or to hunt her up and fight it all

out with her. She was in the wrong, he knew

that.

Dia berjalan pulang cudgelling otaknya apakah

pernah berbicara atau melihat dia lagi sampai

dia datang kepadanya, atau untuk berburu dia

dan melawan semua itu dengan dia. Dia yang

salah, ia tahu itu.

When he went to bed he was grieving over it,

and when he awoke it was with him all day.

Ketika ia pergi ke tempat tidur ia meratapinya,

dan ketika ia terbangun itu bersamanya

sepanjang hari.

He had been gaining rather rapidly as a student

of type-setting, and to a certain extent of the

theory of reporting, and he worked diligently

and earnestly at his proposed trade.

Dia telah mendapatkan lebih cepat sebagai

mahasiswa tipe-pengaturan, dan sampai batas

tertentu dari teori pelaporan, dan ia bekerja

dengan tekun dan sungguh-sungguh pada

perdagangan yang diusulkan.

He loved to look out of the window and draw,

though of late, after knowing Stella so well and

coming to quarrel with her because of her

indifference, there was little heart in it.

Dia mencintai untuk melihat keluar dari

jendela dan menarik, meskipun akhir-akhir ini,

setelah mengetahui Stella begitu baik dan

datang untuk bertengkar dengan dia karena

ketidakpedulian nya, ada sedikit hati di

dalamnya.

This getting to the office, putting on an apron,

and starting in on some local correspondence

left over from the day before, or some

Hal ini sampai ke kantor, mengenakan

celemek, dan mulai pada beberapa

korespondensi lokal yang tersisa dari hari

Page 42: The Genius 10rb

telegraph copy which had been freshly filed on

his hook, had its constructive value.

sebelumnya, atau beberapa salinan telegraf

yang telah baru diajukan pada kait, memiliki

nilai konstruktif.

Williams endeavored to use him on some local

items of news as a reporter, but he was a slow

worker and almost a failure at getting all the

facts.

Williams berusaha untuk menggunakannya

pada beberapa item lokal berita sebagai

reporter, tapi ia adalah seorang pekerja lambat

dan hampir gagal pada mendapatkan semua

fakta.

He did not appear to know how to interview

anybody, and would come back with a story

which needed to be filled in from other sources

Dia tampaknya tidak tahu bagaimana untuk

mewawancarai siapa pun, dan akan datang

kembali dengan cerita yang perlu diisi dari

sumber lain.

. He really did not understand the theory of

news, and Williams could only make it

partially clear to him. Mostly he worked at his

case, but he did learn some things.

Dia benar-benar tidak memahami teori berita,

dan Williams hanya bisa membuat sebagian

menjelaskan kepadanya. Kebanyakan dia

bekerja di kasus ini, tapi dia belajar beberapa

hal.

For one thing, the theory of advertising began

to dawn on him.

Untuk satu hal, teori periklanan mulai sadar

pada dirinya.

These local merchants put in the same ads. Ini pedagang lokal dimasukkan ke dalam iklan

yang sama.

Day after day, and many of them did not

change them noticeably.

Hari demi hari, dan banyak dari mereka tidak

mengubah mereka terasa.

He saw Lyle and Summers taking the same

ads. which had appeared unchangingly from

month to month in so far as their main features

were concerned, and alter only a few words

before returning them to the forms.

Dia melihat Lyle dan Summers mengambil

iklan yang sama. yang telah muncul

unchangingly dari bulan ke bulan sejauh fitur

utama mereka khawatir, dan mengubah hanya

beberapa kata sebelum mengembalikan mereka

ke bentuk.

He wondered at the sameness of them, and

when, at last, they were given to him to revise

Dia bertanya-tanya pada kesamaan mereka,

dan ketika, akhirnya, mereka diberikan

Page 43: The Genius 10rb

he often wished he could change them a little.

The language seemed so dull.

kepadanya untuk merevisi ia sering berharap

dia bisa mengubah mereka sedikit. Bahasanya

tampak begitu membosankan.

"Why don't they ever put little drawings in

these ads?" he asked Lyle one day. "Don't you

think they'd look a little better?"

"Mengapa mereka tidak pernah membuat

gambar kecil di iklan tersebut?" tanyanya Lyle

satu hari. "Jangan kau pikir mereka akan

terlihat sedikit lebih baik?"

"Oh, I don't know," replied Jonas. "They look

pretty good.

"Oh, saya tidak tahu," jawab Jonas. "Mereka

terlihat cukup bagus.

These people around here wouldn't want

anything like that. They'd think it was too

fancy." Eugene had seen and in a way studied

the ads. in the magazines.

They seemed so much more fascinating to him.

Orang-orang di sekitar sini tidak ingin hal

seperti itu. Mereka akan berpikir itu terlalu

mewah." Eugene telah melihat dan dengan cara

mempelajari iklan. di majalah.

Mereka tampak jauh lebih menarik baginya.

Why couldn't newspaper ads. be different? Mengapa tidak bisa iklan surat kabar. menjadi

berbeda?

Still it was never given to him to trouble over

this problem. Mr. Burgess dealt with the

advertisers.

Masih tidak pernah diberikan kepadanya untuk

masalah di atas masalah ini. Mr Burgess

berurusan dengan pengiklan.

He settled how the ads were to be. He never

talked to Eugene or Summers about them, not

always to Lyle.

Dia menetap bagaimana iklan itu harus. Dia

tidak pernah berbicara dengan Eugene atau

Summers tentang mereka, tidak selalu untuk

Lyle.

He would sometimes have Williams explain

just what their character and layout was to be.

Ia kadang-kadang akan memiliki Williams

menjelaskan apa karakter dan tata letak mereka

adalah untuk menjadi.

Eugene was so young that Williams at first did

not pay very much attention to him, but after a

while he began to realize that there was a

Eugene begitu muda bahwa Williams pada

awalnya tidak membayar banyak perhatian

kepadanya, tapi setelah beberapa saat ia mulai

Page 44: The Genius 10rb

personality here, and then he would explain

things,--why space had to be short for some

items and long for others, why county news,

news of small towns around Alexandria, and

about people, was much more important

financially to the paper than the correct

reporting of the death of the sultan of Turkey

menyadari bahwa ada kepribadian di sini, dan

kemudian dia akan menjelaskan hal-hal, -

mengapa ruang harus pendek untuk beberapa

item dan jangka panjang bagi orang lain,

mengapa county berita, berita kota-kota kecil

di sekitar Alexandria, dan tentang orang-orang,

jauh lebih penting finansial ke kertas dari

pelaporan yang benar tentang kematian Sultan

Turki.

The most important thing was to get the local

names right. "Don't ever misspell them," he

once cautioned him. "Don't ever leave out a

part of a name if you can help it..

Yang paling penting adalah untuk

mendapatkan nama-nama lokal yang tepat.

"Jangan pernah misspell mereka," ia pernah

memperingatkannya. "Jangan pernah

meninggalkan bagian dari nama jika Anda

dapat membantu itu.

People are awfully sensitive about that. They'll

stop their subscription if you don't watch out,

and you won't know what's the matter."

Orang sangat sensitif tentang hal itu. Mereka

akan menghentikan langganan mereka jika

Anda tidak hati-hati, dan Anda tidak akan tahu

apa yang terjadi."

Eugene took all these things to heart. He

wanted to see how the thing was done, though

basically it seemed to be a little small.

Eugene mengambil semua hal ini ke jantung. Ia

ingin melihat bagaimana hal itu dilakukan,

meskipun pada dasarnya tampaknya menjadi

agak kecil.

In fact people seemed a little small, mostly. Nyatanya orang tampak agak kecil, sebagian

besar.

One of the things that did interest him was to

see the paper put on the press and run off. He

liked to help lockup the forms, and to see how

they were imposed and registered.

Salah satu hal yang tidak menarik baginya

adalah untuk melihat kertas diletakkan pada

pers dan lari. Dia suka membantu pembatasan

bentuk, dan untuk melihat bagaimana mereka

dikenakan dan terdaftar.

He liked to hear the press run, and to help carry Dia suka mendengar jangka pers, dan

Page 45: The Genius 10rb

the wet papers to the mailing tables and the

distributing counter out in front.

membantu membawa kertas basah ke tabel

mailing dan counter mendistribusikan di depan.

The paper hadn't a very large circulation but

there was a slight hum of life about that time

and he liked it.

Makalah ini belum sirkulasi sangat besar tapi

ada sedikit hum hidup sekitar waktu itu dan ia

menyukainya.

He liked the sense of getting his hands and face

streaked and not caring, and of seeing his hair

tousled, in the mirror.

Dia menyukai rasa mendapatkan tangan dan

wajah bergaris dan tidak peduli, dan melihat

rambutnya acak-acakan, di cermin.

He tried to be useful and the various people on

the paper came to like him, though he was

often a little awkward and slow.

Ia mencoba untuk menjadi berguna dan

berbagai orang di atas kertas datang untuk

seperti dia, meskipun ia sering sedikit

canggung dan lambat.

He was not strong at this period and his

stomach troubled him.

Dia tidak kuat pada periode ini dan perutnya

mengganggunya.

He thought, too, that the smell of the ink might

affect his lungs, though he did not seriously

fear it.

Dia juga berpikir, bahwa bau tinta dapat

mempengaruhi paru-parunya, meskipun ia

tidak serius takut.

In the main it was interesting but small; there

was a much larger world outside, he knew that.

Dalam utama itu menarik tapi kecil, ada sebuah

dunia yang jauh lebih besar di luar, ia tahu itu.

He hoped to go to it some day; he hoped to go

to Chicago.

Dia berharap untuk pergi ke sana suatu hari

nanti, ia berharap untuk pergi ke Chicago.

CHAPTER III

ST TT

Eugene grew more and more moody and rather

restless under Stella's increasing independence.

Eugene semakin bertambah murung dan agak

gelisah karena ketidakpedulian Stella yang

meningkat.

She grew steadily more indifferent because of

his moods.

Stella semakin tidak pedulian karena suasana

hatinya.

The fact that other boys were crazy for her Kenyataannya, banyak lelaki lain yang haus

Page 46: The Genius 10rb

consideration was a great factor; the fact that

one particular boy, Harvey Rutter, was

persistently genial, not insistent, really better

looking than Eugene and much better

tempered, helped a great deal.

akan perhatiannya adalah faktor besar;

kenyataannya, seorang pria istimewa, Harvey

Rutter, yang terus-terusan bersikap ramah,

tidak memaksa, benar-benar lebih tampan dari

Eugene dan lebih sabar, banyak membantu.

Eugene saw her with him now and then, saw

her go skating with him, or at least with a

crowd of which he was a member.

Eugene selalu melihat mereka bersama dan

kemudian, melihat mereka pergi berseluncur

bersama, atau setidaknya dengan

kelompoknya.

Eugene hated him heartily; he hated her at

times for not yielding to him wholly; but he

was none the less wild over her beauty.

Eugene sangat membencinya; Dia membenci

Stella tiap kali dia tak menyerah kepadanya

sepenuhnya; tapi…

It stamped his brain with a type or ideal. …

Thereafter he knew in a really definite way

what womanhood ought to be, to be really

beautiful.

Another thing it did was to bring home to him

a sense of his position in the world.

Hal lain itu adalah untuk membawa pulang

kepadanya rasa posisinya di dunia.

So far he had always been dependent on his

parents for food, clothes and spending money,

and his parents were not very liberal.

Sejauh ini ia selalu tergantung pada

orangtuanya untuk makanan, pakaian dan uang

saku, dan orang tuanya tidak terlalu liberal.

He knew other boys who had money to run up

to Chicago or down to Springfield--the latter

was nearer--to have a Saturday and Sunday

lark.

Dia tahu anak-anak lain yang punya uang

untuk menjalankan sampai dengan Chicago

atau ke Springfield - yang terakhir lebih dekat -

untuk memiliki Sabtu dan Minggu burung.

No such gaieties were for him. Tidak ada kesenangan-kesenangan seperti itu

untuknya.

His father would not allow it, or rather would

not pay for it.

Ayahnya tidak akan mengizinkannya, atau

lebih tepatnya tidak akan mengeluarkan uang

untuk itu.

Page 47: The Genius 10rb

There were other boys who, in consequence of

amply provided spending money, were the

town dandies.

Ada anak-anak lain yang, sebagai akibat dari

kebanyakan diberikan uang saku, merupakan

pesolek kota.

He saw them kicking their heels outside the

corner book store, the principal loafing place of

the elite, on Wednesdays and Saturdays and

sometimes on Sunday evenings preparatory to

going somewhere, dressed in a luxury of

clothing which was beyond his wildest dreams.

Dia melihat mereka bersenang-senang di luar

persimpangan toko buku, tempat tongkrongan

utama kaum elit, Rabu dan Sabtu dan kadang-

kadang persiapan Minggu malam untuk pergi

ke suatu tempat, mengenakan pakaian mewah

yang melebihi impian terliarnya.

Ted Martinwood, the son of the principal

drygoods man, had a frock coat in which he

sometimes appeared when he came down to

the barber shop for a shave before he went to

call on his girl.

Ted Martinwood, putra drygoods manusia

utama, memiliki mantel frock di mana ia

kadang-kadang muncul ketika ia datang ke

toko tukang cukur untuk mencukur sebelum ia

pergi untuk memanggil pacarnya.

George Anderson was possessed of a dress

suit, and wore dancing pumps at all dances.

George Anderson dirasuki dari sebuah gaun,

dan memakai menari pompa sama sekali tarian.

There was Ed Waterbury, who was known to

have a horse and runabout of his own.

Ada Ed Waterbury, yang dikenal memiliki

kuda dan menjalankan tentang sendiri.

These youths were slightly older, and were

interested in girls of a slightly older set, but the

point was the same.

Para pemuda ini sedikit lebih tua, dan tertarik

pada anak perempuan yang sedikit lebih tua,

tetapi intinya sama.

These things hurt him. Hal-hal ini menyakitinya.

He himself had no avenue of progress which,

so far as he could see, was going to bring him

to any financial prosperity.

Ia sendiri tidak punya kesempatan untuk maju

yang, sejauh ia bisa melihat, akan

membawanya ke kemakmuran financial

apapun.

His father was never going to be rich, anybody

could see that.

Ayahnya tidak akan pernah menjadi kaya,

orang bisa melihat itu.

He himself had made no practical progress in

schoolwork--he knew that.

Dia sendiri telah membuat kemajuan berguna

dalam sekolah--ia tahu itu.

He hated insurance--soliciting or writing, Dia membenci asuransi – permohonan atau

Page 48: The Genius 10rb

despised the sewing machine business, and did

not know where he would get with anything

which he might like to do in literature or art.

perjanjian, membenci bisnis mesin jahit, dan

tidak tahu di mana ia akan mendapatkan apa

pun yang mungkin ingin dia lakukan dalam

sastra atau seni.

His drawing seemed a joke, his writing, or

wish for writing, pointless.

Gambarnya tampak konyol, tulisannya, atau

keinginan untuk menulis, sia-sia.

He was broodingly unhappy. …

One day Williams, who had been watching him

for a long time, stopped at his desk.

Suatu hari Williams, yang telah lama

mengamatinya, berhenti di mejanya.

"I say, Witla, why don't you go to Chicago?"

he said.

"Jadi, Witla, kenapa kau tidak pergi ke

Chicago?" katanya.

"There's a lot more up there for a boy like you

than down here.

"Disana ada lebih banyak anak sepertimu

daripada di sini.

You'll never get anywhere working on a

country newspaper."

Kau takkan pernah dapat apapun dengan

bekerja di kantor koran kota.”

"I know it," said Eugene. "Aku tahu itu," kata Eugene.

"Now with me it's different," went on

Williams.

"Sekarang dengan saya itu berbeda," lanjut

Williams.

"I've had my rounds. "Aku sudah putaran saya.

I've got a wife and three children and when a

man's got a family he can't afford to take

chances.

Aku punya seorang istri dan tiga orang anak

dan ketika seorang pria punya keluarga, dia

tidak boleh mengambil resiko.

But you're young yet. Tapi kau masih muda.

Why don't you go to Chicago and get on a

paper? You could get something."

Mengapa kau tidak pergi ke Chicago

Kau bisa mendapatkan sesuatu. "

"What could I get?" asked Eugene. "Apa yang bisa saya dapatkan?" tanya Eugene.

"Well, you might get a job as type-setter if

you'd join the union.

"Yah, kau mungkin bisa mendapatkan

pekerjaan sebagai penyusun huruf jika Anda

akan bergabung dengan koperasi.

I don't know how good you'd be as a reporter-- Saya tidak tahu sebaik apa kau jadi seorang

Page 49: The Genius 10rb

I hardly think that's your line. reporter – Sepertinya itu bukan bidangmu.

But you might study art and learn to draw. Tapi kau mungkin belajar seni dan

menggambar.

Newspaper artists make good money." Seniman Koran menghasilkan uang yang

banyak.”

Eugene thought of his art. Eugene memikirkan seninya.

It wasn't much. Itu belum cukup.

He didn't do much with it. Dia tidak berbuat banyak dengan hal itu.

Still he thought of Chicago; the world appealed

to him.

Dia masih memikirkan Chicago; dunia yang

menarik baginya.

If he could only get out of here--if he could

only make more than seven or eight dollars a

week.

Seandainya saja dia bisa keluar dari sini—

seandainya saja dia bisa menghasilkan tujuh

atau delapan dolar seminggu.

He brooded about this. Dia merenung tentang hal ini.

One Sunday afternoon he and Stella went with

Myrtle to Sylvia's home, and after a brief stay

Stella announced that she would have to be

going; her mother would be expecting her

back.

Minggu sore, dia dan Stella pergi bersama

Myrtle ke rumah Sylvia, dan tak berapa lama,

Stella mengatakan harus pulang; ibunya akan

mengharapkannya pulang.

Myrtle was for going with her, but altered her

mind when Sylvia asked her to stay to tea.

Myrtle baru saja ingin pergi bersamanya, tapi

mengubah pikirannya ketika Sylvia

memintanya tinggal untuk teh.

"Let Eugene take her home," Sylvia said. “Biar Eugene yang mengantarnya pulang,”

kata Sylvia.

Eugene was delighted in his persistent,

hopeless way.

Eugene senang dengan kegigihannya,

He was not yet convinced that she could not be

won to love.

Dia belum yakin bahwa dia tidak layak untuk

dicintai.

When they walked out in the fresh sweet air--it

was nearing spring--he felt that now he should

have a chance of saying something which

Ketika mereka keluar di udara segar—saat itu

hampir musim semi—dia merasa sekarang

memiliki kesempatan untuk mengatakan

Page 50: The Genius 10rb

would be winning--which would lure her to

him.

sesuatu yang bisa memenangkan—yang bisa

memikatnya.

They went out on a street next to the one she

lived on quite to the confines of the town.

Mereka keluar ke jalan disebelah jalan tempat

tinggalnya dipinggir desa.

She wanted to turn off at her street, but he had

urged her not to.

Dia mau berbelok kerumahnya, tapi Eugene

menahannya.

"Do you have to go home just yet?" he asked,

pleadingly.

“Haruskah kau pulang sekarang?” tanyanya,

memohon.

"No, I can walk a little way," she replied. "Tidak, aku masih bisa berjalan sebentar lagi,"

jawabnya.

They reached a vacant place--the last house a

little distance back--talking idly.

Mereka sampai ditempat kosong – rumah

terakhir - berbicara santai.

It was getting hard to make talk. Sulit memulai pembicaraan.

In his efforts to be entertaining he picked up

three twigs to show her how a certain trick in

balancing was performed.

Dalam usahanya untuk menghibur, ia

mengambil tiga ranting untuk menunjukkan

trik tertentu dalam keseimbangan.

It consisted in laying two at right angles with

each other and with a third, using the latter as

an upright.

Terdiri dari dua sudut kanan satu sama lain

dan dengan ketiga, menggunakan kedua

sebagai tegak.

She could not do it, of course. Dia tidak bisa melakukannya, tentu saja.

She was not really very much interested. Dia tidak benar-benar tertarik.

He wanted her to try and when she did, took

hold of her right hand to steady her efforts.

Dia ingin dia untuk mencoba dan ketika ia

melakukannya, memegang tangan kanannya

untuk menenangkan usahanya.

"No, don't," she said, drawing her hand away. "Tidak, jangan," katanya, menarik tangannya.

"I can do it." "Aku bisa melakukannya."

She trifled with the twigs unsuccessfully and

was about to let them fall, when he took hold

of both her hands.

Dia enteng dengan ranting gagal dan akan

membiarkan mereka jatuh, saat ia memegang

kedua tangannya.

It was so sudden that she could not free herself,

and so she looked him straight in the eye.

Itu begitu tiba-tiba ia tidak bisa membebaskan

dirinya, sehingga ia menatap langsung ke mata.

Page 51: The Genius 10rb

"Let go, Eugene, please let go." "Lepaskan, Eugene, tolong lepaskan."

He shook his head, gazing at her. Dia menggelengkan, menatapnya.

"Please let go," she went on. "You mustn't do

this. I don't want you to."

"Tolong lepaskan," lanjutnya. "Kau tidak boleh

melakukan ini. Aku tidak mau."

"Why?" "Kenapa?"

"Because." "Karena."

"Because why?" "Karena apa?"

"Well, because I don't." "Yah, karena aku tidak mau."

"Don't you like me any more, Stella, really?"

he asked.

“Kau tidak menyukaiku lagi, Stella, sungguh?”

tanyanya.

"I don't think I do, not that way." “Aku pikir tidak, bukan seperti itu.”

"But you did." “Tapi dulu kau suka.”

"I thought I did." “Kurasa dulu iya”

"Have you changed your mind?" “Perasaanmu telah berubah?”

"Yes, I think I have." “Kurasa iya”

He dropped her hands and looked at her fixedly

and dramatically.

Dia menurunkan tangannya dan menatapnya

lekat-lekat dan dramatis.

The attitude did not appeal to her. Sikap itu tidak menarik baginya.

They strolled back to the street, and when they

neared her door he said, "Well, I suppose

there's no use in my coming to see you any

more."

Mereka kembali ke jalan, dan ketika hampir

sampai dirumahnya, Eugene berkata, “Yah,

kupikir tidak ada gunanya lagi bertemu

denganmu."

"I think you'd better not," she said simply. “Kupikir sebaiknya tidak,” jawabnya singkat.

She walked in, never looking back, and instead

of going back to his sister's he went home.

Dia masuk, tanpa pernah menoleh, dan

bukannya kembali ke saudarinya, ia pulang ke

rumah.

He was in a very gloomy mood, and after

sitting around for a while went to his room.

Dia dalam suasana hati yang sangat suram, dan

setelah duduk sebentar, dia pergi ke kamarnya.

The night fell, and he sat there looking out at

the trees and grieving about what he had lost.

Malam datang, dan dia duduk di sana

memandangi pepohonan dan berduka atas

kehilangannya.

Page 52: The Genius 10rb

Perhaps he was not good enough for her--he

could not make her love him.

Mungkin dia tidak cukup baik untuknya - dia

tidak bisa membuat dia mencintainya.

Was it that he was not handsome enough--he

did not really consider himself good looking--

or what was it, a lack of courage or strength?

Apakah karena dia tidak cukup tampan - dia

tidak benar-benar menganggap dirinya tampan

- atau apa, kurangnya keberanian atau

kekuatan?

After a time he noticed that the moon was

hanging over the trees like a bright shield in

the sky.

Setelah beberapa saat ia melihat bahwa bulan

itu tergantung di atas pepohonan seperti perisai

terang di langit.

Two layers of thin clouds were moving in

different directions on different levels.

Dua lapisan awan tipis yang bergerak dalam

arah yang berbeda pada tingkat yang berbeda.

He stopped in his cogitations to think where

these clouds came from.

Dia berhenti di cogitations untuk berpikir di

mana awan ini berasal.

On sunny days when there were great argosies

of them he had seen them disappear before his

eyes, and then, marvel of marvels, reappear out

of nothingness.

Pada hari-hari cerah ketika ada argosies besar

dari mereka ia telah melihat mereka

menghilang di depan matanya, dan kemudian,

keajaiban keajaiban, muncul kembali dari

ketiadaan.

The first time he ever saw this it astonished

him greatly, for he had never known up to then

what clouds were.

Pertama kali dia pernah melihat ini sangat

mengejutkannya, karena ia tidak pernah tahu

sampai saat itu apa awan itu.

Afterward he read about them in his physical

geography.

Setelah itu ia membaca tentang mereka dalam

geografi fisiknya.

Tonight he thought of that, and of the great

plains over which these winds swept, and of

the grass and trees--great forests of them--

miles and miles.

Malam ini ia memikirkan itu, dan dari dataran

besar di mana angin tersebut menyapu, dan

rumput dan pohon - hutan yang besar dari

mereka - bermil-mil.

What a wonderful world! What a wonderful world!

Poets wrote about these things, Longfellow,

and Bryant, and Tennyson.

Penyair menulis tentang hal ini, Longfellow,

dan Bryant, dan Tennyson.

He thought of "Thanatopsis," and of the Dia memikirkan "Thanatopsis," dan "Elegy,"

Page 53: The Genius 10rb

"Elegy," both of which he admired greatly. yang keduanya sangat ia kagumi.

What was this thing, life? Apa ini, kehidupan?

Then he came back to Stella with an ache. Kemudian dia kembali pada Stella dengan

kerinduan.

She was actually gone, and she was so

beautiful.

Dia benar-benar pergi, dan dia sangat cantik.

She would never really talk to him any more. Gadis itu tidak akan berbicara padanya lagi.

He would never get to hold her hand or kiss

her.

Dia tidak akan memegang tangannya ata

menciumnya.

He clenched his hands with the hurt. Dia mengepalkan tangannya dengan terluka.

Oh, that night on the ice; that night in the

sleigh!

Oh, malam itu di atas es, malam itu di kereta

luncur!

How wonderful they were! Betapa indahnya!

Finally he undressed and went to bed. Akhirnya ia melepas pakaiannya dan tidur.

He wanted to be alone--to be lonely. Dia ingin sendirian - kesepian.

On his clean white pillow he lay and dreamed

of the things that might have been, kisses,

caresses, a thousand joys.

Di atas bantal putih bersih, ia berbaring dan

memimpikan hal-hal yang mungkin terjadi,

ciuman, belaian, seribu sukacita.

One Sunday afternoon he was lying in his

hammock thinking, thinking of what a dreary

place Alexandria was, anyhow, when he

opened a Chicago Saturday afternoon paper,

which was something like a Sunday one

because it had no Sunday edition,--and went

gloomily through it.

Minggu sore ia berbaring di tempat tidur

gantung, berpikir, memikirkan betapa

Alexandria tempat yang suram,

bagaimanapun, ketika ia membuka koran Sabtu

sore Chicago, yang seperti koran Minggu

karena tidak ada edisi Minggu, -- dan menjadi

murung karenanya.

It was as he had always found, full of a subtle

wonder, the wonder of the city, which drew

him like a magnet.

Itu karena ia selalu menemukan, penuh

keajaiban halus, keajaiban kota, yang menarik

dia seperti magnet.

Here was the drawing of a big hotel someone

was going to build; there was a sketch of a

great pianist who was coming to play.

Berikut adalah gambar dari sebuah hotel besar

seseorang akan membangun, ada sketsa

seorang pianis hebat yang datang untuk

Page 54: The Genius 10rb

bermain.

An account of a new comedy drama; of a little

romantic section of Goose Island in the

Chicago river, with its old decayed boats

turned into houses and geese waddling about;

an item of a man falling through a coal hole on

South Halstead street fascinated him.

Sebuah rekening sebuah drama komedi baru,

dari bagian romantis kecil dari Goose Island di

sungai Chicago, dengan perahu tua membusuk

berubah menjadi rumah dan angsa waddling

tentang; item seorang pria jatuh melalui lubang

batubara di South Halstead jalan terpesona .

This last was at sixty-two hundred and

something and the idea of such a long street

seized on his imagination.

Terakhir ini berada di 60-200 dan sesuatu dan

ide sebuah jalan panjang disita pada

imajinasinya.

What a tremendous city Chicago must be. Pastilah Chicago kota yang besar.

The thought of car lines, crowds, trains, came

to him with almost a yearning appeal.

Khayalan akan deretan mobil, keramaian,

kereta, mendatanginya dengan hampir banding

kerinduan.

All at once the magnet got him. Magnet itu menangkapnya sekaligus.

It gripped his very soul, this wonder, this

beauty, this life.

Semua sekaligus magnet menangkapnya. Ini

mencengkeram jiwanya sangat, keajaiban,

keindahan ini, kehidupan ini.

"I'm going to Chicago," he thought, and got up. "Aku akan ke Chicago," pikirnya, dan bangkit.

There was his nice, quiet little home laid out

before him.

Ada rumah kecilnya yang bagus dan tenang

tersusun didepannya.

Inside were his mother, his father, Myrtle. Di dalamnya ada ibunya, ayahnya, Myrtle.

Still he was going. Dia masih ingin pergi.

He could come back. Dia bisa pulang.

"Sure I can come back," he thought. "Tentu saja aku bisa pulang," pikirnya.

Propelled by this magnetic power he went in

and upstairs to his room, and got a little grip or

portmanteau he had.

Didorong oleh kekuatan yang sangat kuat ini ia

pergi dan naik ke kamarnya, dan mengambil

tas kecil atau portmanteau yang dia punya.

He put in it the things he thought he would

immediately need.

Dia menempatkan barang-barang yang

menurutnya penting kedalamnya.

In his pocket were nine dollars, money he had Ada sembilan dolar dalam kantongnya, uang

Page 55: The Genius 10rb

been saving for some time. yang telah dia tabung beberapa lama.

Finally he came downstairs and stood in the

door of the sitting room.

Akhirnya ia turun dan berdiri di pintu ruang

duduk.

"What's the matter?" asked his mother, looking

at his solemn introspective face.

Ada apa?" tanya ibunya, menatap wajah

introspektifnya yang serius.

"I'm going to Chicago," he said. "Aku akan ke Chicago," katanya.

"When?" she asked, astonished, a little

uncertain of just what he meant.

"Kapan?" tanyanya, heran, sedikit tidak yakin

tentang apa yang ia maksudkan.

"Today," he said. "Hari ini," katanya.

"No, you're joking." She smiled unbelievingly. "Tidak, kau bercanda." Dia tersenyum tak

percaya.

This was a boyish prank. Ini adalah lelucon kekanak-kanakan.

"I'm going today," he said. "Aku akan pergi hari ini," katanya.

"I'm going to catch that four o'clock train." "Aku akan naik kereta jam empat.”

Her face saddened. Wajahnya menjadi sedih.

"You're not?" she said. "Benarkah?" katanya.

"I can come back," he replied, "if I want to. “Aku bisa pulang,” jawabnya, “kalau aku mau.

I want to get something else to do." “Aku mau melakukan sesuatu yang lain.”

His father came in at this time. Ayahnya datang pada saat ini.

He had a little work room out in the barn where

he sometimes cleaned machines and repaired

vehicles.

Dia memiliki ruang kerja kecil di luar gudang

di mana ia kadang-kadang membersihkan

mesin dan memperbaiki kendaraan.

He was fresh from such a task now. Tugasnya sudah selesai sekarang.

"What's up?" he asked, seeing his wife close to

her boy.

"Ada apa?" tanyanya, melihat istrinya bersama

dengan anaknya.

"Eugene's going to Chicago." "Eugene akan ke Chicago."

"Since when?" he inquired amusedly. "Sejak kapan?" tanyanya geli.

"Today. He says he's going right now." "Hari ini Dia bilang dia akan pergi sekarang."

"You don't mean it," said Witla, astonished. "Kau bercanda," kata Witla, tercengang.

He really did not believe it. Dia benar-benar tidak percaya.

"Why don't you take a little time and think it "Kenapa kau tidak memikirkannya dulu?

Page 56: The Genius 10rb

over?

What are you going to live on?" Kau mau kerja apa?”

"I'll live," said Eugene. “Aku akan punya pekerjaan,” kata Eugene.

"I'm going. “Aku pergi.

I've had enough of this place. Aku sudah muak dengan tempat ini.

I'm going to get out." Aku mau keluar.”

"All right," said his father, who, after all,

believed in initiative.

"Baiklah," kata ayahnya, yang, pada akhirnya,

percaya pada inisiatifnya.

Evidently after all he hadn't quite understood

this boy.

Jelas, pada akhirnya dia tidak mengerti bocah

ini.

"Got your trunk packed?" “Punya kopor?”

"No, but mother can send me that." “Tidak, tapi ibu bisa memberiku kopor.”

"Don't go today," pleaded his mother. "Jangan pergi hari ini," pinta ibunya.

"Wait until you get something ready, Eugene. "Tunggu sampai semuanya siap, Eugene.

Wait and do a little thinking about it. Tunggu dan pikirkan sedikit tentang hal itu.

Wait until tomorrow." Tunggu sampai besok."

"I want to go today, ma." “Aku mau pergi hari ini, ma.”

He slipped his arm around her. Dia memeluknya.

"Little ma."

He was bigger than she by now, and still

growing.

Dia lebih besar darinya sekarang, dan masih

terus berkembang.

"All right, Eugene," she said softly, "but I wish

you wouldn't."

“Baiklah, Eugene," katanya lembut, "tapi aku

harap kau tidak pergi."

Her boy was leaving her--her heart was hurt. Putranya meninggalkan dia - hatinya terluka.

"I can come back, ma. "Aku bisa pulang, ma.

It's only a hundred miles." Ini hanya seratus mil."

"Well, all right," she said finally, trying to

brighten.

"Yah, baiklah," katanya akhirnya, mencoba

untuk ceria.

"I'll pack your bag." "Aku akan mengemasi barangmu."

"I have already." “Sudah kukemasi”

She went to look. Dia menengoknya.

Page 57: The Genius 10rb

"Well, it'll soon be time," said Witla, who was

thinking that Eugene might back down.

"Yah, waktunya akan segera tiba," kata Witla,

yang berpikir bahwa Eugene mungkin berubah

pikiran.

"I'm sorry. "Maaf.

Still it may be a good thing for you. Tentu saja, hal ini mungkin baik untukmu.

You're always welcome here, you know." Kau selalu diterima di sini, kau tahu."

"I know," said Eugene. "Aku tahu," kata Eugene.

They went finally to the train together, he and

his father and Myrtle.

Akhirnya mereka pergi bersama ke stasiun, ia

ayahnya dan Myrtle.

His mother couldn't. Ibunya tidak bisa ikut.

She stayed to cry. Dia tinggal dirumah, menangis.

On the way to the depot they stopped at

Sylvia's.

Dalam perjalanan ke stasiun mereka berhenti di

rumah Sylvia.

"Why, Eugene," she exclaimed, "how

ridiculous! Don't go."

"Aduh, Eugene," serunya, "sungguh konyol!

Jangan pergi."

"He's set," said Witla. "Dia sudah menetapkan hati,” kata Witla.

Eugene finally got loose. Eugene akhirnya pergi.

Finally he reached the depot. Akhirnya ia sampai di stasiun.

The train came. Kereta datang.

Witla grabbed his hand affectionately. Witla meraih tangannya dengan kasih sayang.

"Be a good boy," he said, swallowing a gulp. "Jadilah anak yang baik," katanya, menelan

ludah.

Myrtle kissed him. Myrtle menciumnya.

"You're so funny, Eugene. "Kau begitu lucu, Eugene.

Write me." Tulis surat untukku."

"I will." "Akan kutulis."

He stepped on the train. Dia melangkah ke kereta.

The bell rang. Lonceng berdentang.

Out the cars rolled--out and on. Mobil-mobil meluncur - keluar dan pergi.

He looked out on the familiar scenes and then a

real ache came to him--Stella, his mother, his

Dia memandang pemandangan yang tak asing

itu dan kemudian kerinduan yang

Page 58: The Genius 10rb

father, Myrtle, the little home. sesungguhnya mendatanginya - Stella, ibunya,

ayahnya, Myrtle, rumah kecil itu.

They were all going out of his life. Mereka semua akan keluar dari hidupnya.

"Hm," he half groaned, clearing his throat. "Hm," katanya setengah mengerang,

berdehem.

"Gee!" "Wah!"

And then he sank back and tried, as usual, not

to think.

Dan kemudian kembali merebahkan diri dan

mencoba, seperti biasa, untuk tidak berpikir.

He must succeed. Dia harus berhasil.

That's what the world was made for. Itulah gunanya dunia.

That was what he was made for. Itulah gunanya dia.

That was what he would have to do.... Itulah yang seharusnya dia lakukan ....

No ST TT

CHAPTER IV BAGIAN IV

The city of Chicago--who shall portray it! Kota Chicago—siapa yang bisa

melukiskannya!

This vast ruck of life that had sprung

suddenly into existence upon the dank

marshes of a lake shore. Miles and miles of

dreary little houses; miles and miles of

wooden block-paved streets, with gas lamps

placed and water mains laid, and empty

wooden walks set for pedestrians;

the beat of a hundred thousand hammers; the

ring of a hundred thousand trowels!

Long, converging lines of

telegraph poles; thousands upon thousands of

Page 59: The Genius 10rb

sentinel cottages, factory plants, towering

smoke stacks, and

here and there a lone, shabby church steeple,

sitting out pathetically upon vacant land. The

raw prairie stretch

was covered with yellow grass; the great

broad highways of the tracks of railroads,

ten, fifteen, twenty, thirty,

laid side by side and strung with thousands

upon thousands of shabby cars, like beads

upon a string. Engines

clanging, trains moving, people waiting at

street crossings--pedestrians, wagon drivers,

street car drivers,

drays of beer, trucks of coal, brick, stone,

sand--a spectacle of new, raw, necessary life!

As Eugene began to draw near it he caught

for the first time the sense and significance

of a great city. What

were these newspaper shadows he had been

dealing with in his reading compared to this

vivid, articulate,

eager thing? Here was the substance of a new

world, substantial, fascinating, different. The

handsome

suburban station at South Chicago, the first

of its kind he had ever seen, took his eye, as

the train rolled

cityward. He had never before seen a crowd

of foreigners--working men--and here were

Lithuanians, Poles,

Page 60: The Genius 10rb

Czechs, waiting for a local train. He had

never seen a really large factory plant, and

here was one, and

another, and another--steel works, potteries,

soap-factories, foundries, all gaunt and hard

in the Sunday

evening air. There seemed to be, for all it

was Sunday, something youthful, energetic

and alive about the

streets. He noted the streetcars waiting; at

one place a small river was crossed on a

draw,--dirty, gloomy, but

crowded with boats and lined with great

warehouses, grain elevators, coal pockets--

that architecture of

necessity and utility. His imagination was

fired by this for here was something that

could be done brilliantly in

black--a spot of red or green for ship and

bridge lights. There were some men on the

magazines who did

things like this, only not so vivid.

The train threaded its way through long lines

of cars coming finally into an immense train

shed where arc

lights were spluttering--a score under a great

curved steel and glass roof, where people

were hurrying to and

fro. Engines were hissing; bells clanging

raucously. He had no relatives, no soul to

turn to, but somehow he

Page 61: The Genius 10rb

did not feel lonely. This picture of life, this

newness, fascinated him. He stepped down

and started leisurely to

the gate, wondering which way he should go.

He came to a corner where a lamp post

already lit blazoned the

name Madison. He looked out on this street

and saw, as far as the eye could reach, two

lines of stores, jingling

horse cars, people walking. What a sight, he

thought, and turned west. For three miles he

walked, musing, and

then as it was dark, and he had arranged for

no bed, he wondered where he should eat

and sleep. A fat man

sitting outside a livery stable door in a tilted,

cane-seated chair offered a possibility of

information.

"Do you know where I can get a room

around here?" asked Eugene.

The lounger looked him over. He was the

proprietor of the place.

"There's an old lady living over there at

seven-thirty-two," he said, "who has a room,

I think. She might take

you in." He liked Eugene's looks.

Eugene crossed over and rang a downstairs

bell. The door was opened shortly by a tall,

kindly woman, of a

rather matriarchal turn. Her hair was gray.

"Yes?" she inquired.

Page 62: The Genius 10rb

"The gentleman at the livery stable over

there said I might get a room here. I'm

looking for one."