tesis yohan.rtf - pdfmachine from broadgun software, http
TRANSCRIPT
ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN
TAHUN 2006
TESIS
Oleh
YOHAN PRANATA 037013017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
S
EK O L A
H
PASCASAR J
ANA
id15807109 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN
TAHUN 2006
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOHAN PRANATA 037013017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN TAHUN 2006
Nama Mahasiswa : Yohan Pranata
Nomor Pokok : 037013017
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH) Ketua
(Syahyunan, SE, M.Si) Anggota
(Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal lulus: 27 Februari 2008
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Februari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH
Anggota : 1. Syahyunan, SE, M.Si
2. Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM
3. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si
4. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN TAHUN 2006
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2008
(Yohan Pranata)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen. Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan, komponen yang terkait dalam biaya satuan pelayanan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan serta membandingkannya dengan tarif yang berlaku saat ini. Objek penelitian adalah data rekam medik di Unit Hemodialisis, data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis, data tentang peralatan, gedung serta unit lainnya dan data tentang unit penunjang yang terkait dengan Unit Hemodialisis periode Januari 2006 sampai Desember 2006. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya dengan menggunakan metode distribusi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan. Walaupun biaya satuan yang didapat lebih kecil dari tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit, tetapi secara keseluruhan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tidak dapat memenuhi total financial requirements atau defisit, karena kebijakan pemberian potongan harga kepada pasien-pasien kurang mampu sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang berbasis keagamaan. Dengan perhitungan berbasis biaya yaitu biaya satuan yang didapat tarif hemodialisis yang berlaku sekarang masih memberikan profit. Margin profit untuk single use 15,57% dan reuse 2,58%.
Untuk itu disarankan agar pihak manajemen RSU Methodist Medan dapat lebih selektif dalam memberikan potongan harga dengan menerapkan ketentuan dan kriteria yang lebih ketat, menentukan tarif pelayanan hemodialisis yang baru berdasarkan analisis biaya satuan terutama tarif hemodialisis reuse yang margin profitnya sangat sedikit, atau dengan tarif lama tetapi meningkatkan efisiensi pemakaian mesin hemodialisis.
Universitas Sumatera Utara
Kata Kunci: Analisis Biaya, Biaya Satuan, Deskriptif, Metode Distribusi Ganda, Tarif.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Many factors can be used as measurement of success of a hospital management. One of them is financing which has to be controlled by the hospital management to balance cost and revenue. In this context, the determination of a rational tariff based on unit price becomes necessary. Unit cost calculation helps find out the percentage of building investment, haemodialysis machines, other medical instruments, non-medical instruments, consumable goods/medications, medical supervisor stipend, nurse insentive, maintenance and operational cost and so forth which is useful to determine the tariff of haemodialysis service whether it is subsidized as one of the social functions of the hospital or profit is taken in accordance with the policy of the hospital management.
The purpose of this descriptive study applying cost analysis with double distribution method is to calculate the unit cost and the component included in the unit cost of Haemodialysis Unit service of Methodist General Hospital Medan and compare it with the currently existing price. The data for this study were obtained from the medical record available in the Haemodialysis Unit, the financial reports related to the service provided by the Haemodialysis Unit, the instrument, building and other unit records, and the record of supporting unit related to Haemodialysis Unit for the period of January to December 2006.
The result of this study reveals that the application of tariff policy in Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital is not based on the health economy norms, especially the unit cost analysis method. Even though the unit cost calculated is smaller than the haemodialysis currently existing tariff in the hospital, but aggregately the Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital Medan cannot meet the total financial requirements or in other words, deficit, because of the hospital management policy to give discount to poor patients as a materialization of their religion-based social function. With cost-based calculation, the currently existing haemodialysis tariff can still bring profit. The profit margin for single use is 15,57% and for reuse 2,58%.
It is suggested that the management of Methodist General Hospital Medan be more selective in giving discount by applying the stricter terms and conditions and criteria, determining a new unit-cost-based tariff for haemodialysis service especially for the reuse haemodialysis whose profit margin is very small or applying the old tariff but increasing the efficiency use of haemodialysis machines. Keywords: Cost Analysis, Unit Cost, Descriptive, Double Distribution Method,
Tariff.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pengasih atas rahmat dan karuniaNya yang begitu besar sehingga tesis yang berjudul:
�Analisis Biaya Satuan Pelayanan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum
Methodist Tahun 2006� ini dapat diselesaikan.
Penulisan tesis ini merupakan persyaratan dalam penyelesaian pendidikan
Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah
Sakit pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama proses penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS., sebagai Pembantu Rektor I Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc., sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan.
4. Bapak Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH., sebagai Ketua Pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan pada penulisan tesis ini.
5. Bapak Syahyunan, SE, MSi., selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM., selaku Pembimbing III yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi.,
selaku Penguji I dan II.
8. Alm. Prof. dr. Harwinta F. Eyanoer, MSc, MPH, Dr.PH., yang semasa hidup
almarhum banyak memberikan bimbingan kepada penulis dan Bapak Drs. Amru
Nasution, M.Kes yang terus memberikan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
9. Seluruh Staf dan Pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
10. Ibu Kurniati Djuang, Ketua Yayasan dan seluruh anggota Yayasan Rumah Sakit
Gereja Methodist Indonesia Gloria dan jajaran Direksi RSU Methodist Medan
terutama dr. S. Tanizar selaku Direktur, dr. Leo Elmansyah mantan Direktur dan
dr. Hendra W. Djuang, MARS sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medis, beserta
seluruh staf dan pegawai yang telah memberikan dukungan, bantuan dan
dorongan dalam menyelesaikan studi ini.
11. Seluruh keluarga penulis, terutama kedua orang tua (Ayah Surya Pranata dan Ibu
Joliana), Istri (Parida Lautan) dan Anak tercinta (Hanny Putri) yang senantiasa
dengan sabar memberi semangat, perhatian, motivasi dan doa selama masa studi
sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan studi ini.
Universitas Sumatera Utara
12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Magister Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit yang telah saling memberikan
semangat dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
memerlukan koreksi serta lanjutan penelitian agar nantinya dapat memberikan
kontribusi yang berarti di bidang pengelolaan Administrasi Rumah Sakit khususnya
dan ilmu pengetahuan umumnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas segala
kebaikan Bapak, Ibu dan Saudara-saudara dengan berlipat ganda. Amin.
Medan, Februari 2008
Penulis
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Nama : Yohan Pranata
Tempat/Tanggal Lahir : Batang Kuis, 31 Desember 1956
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Kirana No. 38 Medan
Ayah : Surya Pranata
Ibu : Joliana
Istri : Parida Lautan
Anak : Hanny Putri
Profesi/Jabatan : 1. Dokter
2. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSU Methodist Medan
3. Koordinator Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan
Organisasi Profesi : IDI
Riwayat Pendidikan :
1. 1964-1969 : SD Perguruan Kristen Methodist-2 Medan
2. 1970-1972 : SMP Perguruan Kristen Methodist-2 Medan
3. 1973-1975 : SMA Prayatna Medan
4. 1977-1984 : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
5. 1990 : Latihan Kerja �Hemodialisis� di RS PGI Tjikini Jakarta
Riwayat Pekerjaan :
1. 1985-1999 : Staf Dokter Jaga RSU Methodist Medan
2. 2000-sekarang : Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSU
Methodist Medan
3. 2003-sekarang : Koordinator Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii BAB I : PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1 1.2 Perasalahan ...................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 9 1.4 Hipotesis .......................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1 Pelayanan Hemodialisis ................................................... 10 2.2 Aspek Ekonomi Pelayanan Kesehatan............................. 15 2.3. Pengertian Biaya .............................................................. 17 2.4. Jenis Biaya ....................................................................... 18 2.5. Analisis Biaya .................................................................. 21 2.6. Biaya Satuan (Unit Cost) ................................................. 24 2.7. Biaya Kesempatan ........................................................... 26 2.8. Biaya Penyusutan (Depreciation Cost)............................ 26 2.9. Pusat Biaya (Cost Center) dalam Pelayanan Kesehatan.. 27
2.9.1. Pengertian Pusat Biaya ....................................... 27 2.9.2. Pusat Biaya Sistem Rumah Sakit ........................ 28
2.10. Tarif Pelayanan ............................................................... 28 2.10.1. Pengertian Tarif Pelayanan Kesehatan ............... 28 2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan.......... 29 2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif ....................................... 31 2.10.4. Strategi Penetapan Tarif .................................... 33 2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif ...................... 35
2.11. Landasan Teori................................................................. 37 2.12. Kerangka Pikir................................................................. 40 2.13. Kerangka Konsep ............................................................ 41
Universitas Sumatera Utara
BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................... 42 3.1. Jenis Penelitian................................................................. 42 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 43 3.3. Metode Pengumpulan Data.............................................. 43 3.4. Definisi Operasional ........................................................ 44 3.5. Metode Analisis Data ...................................................... 46
BAB IV : HASIL PENELITIAN............................................................. 50
4.1. Profil Umum RSU Methodist Medan .............................. 50 4.1.1 Sejarah Perkembangan. ....................................... 50 4.1.2 Falsafah, Visi dan Misi........................................ 51 4.1.3 Struktur Organisasi .............................................. 52 4.1.4. Jenis Pelayanan ................................................... 54 4.1.5. Ketenagaan/Sumber Daya Manusia (SDM).... 57 4.1.6. Tarif Hemodialisis ............................................... 58 4.1.7. Produk Pelayanan Unit Hemodialisis.................. 59
4.2. Mekanisme Perhitungan Biaya Satuan ............................ 60 4.2.1 Biaya Langsung................................................... 61 4.2.2 Biaya Tidak Langsung ........................................ 74 4.2.3. Biaya Total .......................................................... 81 4.2.4. Biaya Satuan ..................................................... 83
BAB V : PEMBAHASAN ...................................................................... 84
5.1. Pendapatan Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan ............................................................. 84
5.2. Total Financial Requirements Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan ............................................................ 86
5.3. Biaya Satuan Versus Tarif ............................................... 86 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 88
6.1. Kesimpulan ..................................................................... 88 6.2. Saran ................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA 92
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2003 � 2006 ................................................................ 4 1.2 Perbandingan Tarif Hemodialisis di RSU Methodist Medan dengan Rumah Sakit Lain di Kota Medan Tahun 2006 ........ 7 2.1 Berbagai Jenis Terapi Pengganti ........................................... 10 3.1 Contoh Pembuatan Spreadsheet Metode Distribusi Ganda
dengan Dasar Alokasi Variabel - 01 ...................................... 48 4.1 Distribusi Tempat Tidur RSU Methodist Medan Tahun 2006........................................................................................ 55 4.2. Data Kegiatan Pelayanan RSU Methodist Medan Januari � Desember 2006....................................................................... 57 4.3. Klasifikasi Ketenagaan RSU Methodist Medan Tahun 2006 58 4.4. Tarif Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan 2006 . 59 4.5. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 59 4.6. Distribusi Luas Lantai di RSU Methodist Medan Tahun 2006........................................................................................ 62 4.7 Data Biaya Penyusutan Gedung RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 63 4.8 Data Distribusi Pemakaian Listrik di Masing-Masing Unit Kerja di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ........................ 64 4.9 Data Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain RSU Methodist Medan Tahun 2006 66 4.10 Data Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ............................................... 67
Universitas Sumatera Utara
4.11 Daftar Gaji Personel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ................................................................ 67 4.12 Biaya Tetap Unit Hemodialisis RSU Methodist Selama Tahun 2006............................................................................. 68 4.13 Data Distribusi Biaya Pemakaian Listrik di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ................................................................ 69 4.14 Data Distribusi Pemakaian Air di Masing-Masing Unit Pelayanan di RSU Methodist Medan Tahun 2006................. 70 4.15 Bahan Habis Pakai dalam Proses Sekali Hemodialisis Tahun 2006........................................................................................ 71 4.16 Data distribusi Cucian RSU Methodist Medan Tahun 2006.. 73 4.17 Biaya Variabel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 73 4.18 Biaya Langsung Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 74 4.19 Alokasi Biaya Penyusutan Gedung dari Unit-unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Metodist Medan Tahun 2006 ..... 76 4.20 Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006........................ 76 4.21 Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis dari Unit penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006........................ 77 4.22 Data Distribusi Gaji Berdasarkan Jumlah Pegawai di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ............................................... 78 4.23 Alokasi Biaya Gaji Pegawai dari Unit penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006 ...................................................... 78
Universitas Sumatera Utara
4.24 Alokasi Biaya Listrik dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006 ...................................................... 79 4.25 Alokasi Biaya Air dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006............................................................................. 80
4.26 Alokasi Biaya Tidak Langsung dari Unit-Unit Penunjang ke
Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ........ 81 4.27. Biaya Total Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 82 5.1 Pendapatan yang Seharusnya Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan, Periode Januari 2006 �
Desember 2006....................................................................... 84 5.2 Pendapatan yang Sebenarnya Unit Hemodialisis RSU Methodist yang Diperoleh dari Laporan Keuangan Rumah Sakit Selama Tahun 2006....................................................... 85
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep ................................................................... 41 4.1. Struktur Organisasi RSU Methodist Medan ......................... 53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Alokasi Penyusutan Gedung ..................................................... 96
2. Alokasi Penyusutan Peralatan Medis Lain................................ 97
3. Alokasi Penyusutan Peralatan Non Medis ................................ 98
4. Alokasi Gaji Pegawai ............................................................... 99
5. Alokasi Biaya Listrik ................................................................ 100
6. Alokasi Biaya Air...................................................................... 101
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen. Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan, komponen yang terkait dalam biaya satuan pelayanan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan serta membandingkannya dengan tarif yang berlaku saat ini. Objek penelitian adalah data rekam medik di Unit Hemodialisis, data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis, data tentang peralatan, gedung serta unit lainnya dan data tentang unit penunjang yang terkait dengan Unit Hemodialisis periode Januari 2006 sampai Desember 2006. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya dengan menggunakan metode distribusi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan. Walaupun biaya satuan yang didapat lebih kecil dari tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit, tetapi secara keseluruhan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tidak dapat memenuhi total financial requirements atau defisit, karena kebijakan pemberian potongan harga kepada pasien-pasien kurang mampu sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang berbasis keagamaan. Dengan perhitungan berbasis biaya yaitu biaya satuan yang didapat tarif hemodialisis yang berlaku sekarang masih memberikan profit. Margin profit untuk single use 15,57% dan reuse 2,58%.
Untuk itu disarankan agar pihak manajemen RSU Methodist Medan dapat lebih selektif dalam memberikan potongan harga dengan menerapkan ketentuan dan kriteria yang lebih ketat, menentukan tarif pelayanan hemodialisis yang baru berdasarkan analisis biaya satuan terutama tarif hemodialisis reuse yang margin profitnya sangat sedikit, atau dengan tarif lama tetapi meningkatkan efisiensi pemakaian mesin hemodialisis.
Universitas Sumatera Utara
Kata Kunci: Analisis Biaya, Biaya Satuan, Deskriptif, Metode Distribusi Ganda, Tarif.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Many factors can be used as measurement of success of a hospital management. One of them is financing which has to be controlled by the hospital management to balance cost and revenue. In this context, the determination of a rational tariff based on unit price becomes necessary. Unit cost calculation helps find out the percentage of building investment, haemodialysis machines, other medical instruments, non-medical instruments, consumable goods/medications, medical supervisor stipend, nurse insentive, maintenance and operational cost and so forth which is useful to determine the tariff of haemodialysis service whether it is subsidized as one of the social functions of the hospital or profit is taken in accordance with the policy of the hospital management.
The purpose of this descriptive study applying cost analysis with double distribution method is to calculate the unit cost and the component included in the unit cost of Haemodialysis Unit service of Methodist General Hospital Medan and compare it with the currently existing price. The data for this study were obtained from the medical record available in the Haemodialysis Unit, the financial reports related to the service provided by the Haemodialysis Unit, the instrument, building and other unit records, and the record of supporting unit related to Haemodialysis Unit for the period of January to December 2006.
The result of this study reveals that the application of tariff policy in Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital is not based on the health economy norms, especially the unit cost analysis method. Even though the unit cost calculated is smaller than the haemodialysis currently existing tariff in the hospital, but aggregately the Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital Medan cannot meet the total financial requirements or in other words, deficit, because of the hospital management policy to give discount to poor patients as a materialization of their religion-based social function. With cost-based calculation, the currently existing haemodialysis tariff can still bring profit. The profit margin for single use is 15,57% and for reuse 2,58%.
It is suggested that the management of Methodist General Hospital Medan be more selective in giving discount by applying the stricter terms and conditions and criteria, determining a new unit-cost-based tariff for haemodialysis service especially for the reuse haemodialysis whose profit margin is very small or applying the old tariff but increasing the efficiency use of haemodialysis machines. Keywords: Cost Analysis, Unit Cost, Descriptive, Double Distribution Method,
Tariff.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial
tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonominya. Pada masa itu kebanyakan rumah
sakit mendapat subsidi dari pemerintah maupun dari badan misi sosial keagamaan
baik dari dalam negeri maupun bantuan dari luar negeri. Fungsi sosial berarti bahwa
sebuah rumah sakit harus melayani pasien atas dasar kebutuhan mediknya dan tidak
berdasarkan kemampuan pasien untuk membayar. Sedangkan fungsi ekonomi berarti
rumah sakit harus memikirkan keuntungan dengan melaksanakan manajemennya,
termasuk manajemen keuangan dan pembiayaannya mengikuti kaidah-kaidah
ekonomi dengan memperhitungkan biaya yang realistik dan rasional.
Rumah sakit sebagai institusi kesehatan terikat PERMENKES No. 378 Tahun
1993 yang mengatur tentang pelayanan fungsi sosial rumah sakit swasta. Di dalam
peraturan tersebut telah tertuang beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh
rumah sakit sebagai sarana kesehatan umum dalam menjalankan usahanya. Bahwa
rumah sakit wajib menjalankan fungsi sosialnya, seperti pengaturan tarif pelayanan
dengan memberikan keringanan atau pembebasan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang kurang mampu dan pelayanan gawat darurat 24 jam tanpa
mensyaratkan uang muka, tetapi mengutamakan kesehatan (Depkes RI, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkembangannya rumah sakit di samping menjalankan fungsi sosial
juga menjalankan fungsi ekonomis sekaligus. Dengan demikian untuk
mempertahankan operasional rumah sakit, maka rumah sakit harus mencari
keseimbangan antara fungsi sosial dan fungsi ekonomi (Gani, 2002). Bahkan sejak
tahun 2000 sudah 13 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) menjadi Rumah Sakit
Perusahaan Jawatan (RS Perjan) dan tiga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
menjadi Perseroan Terbatas (PT) di Jakarta yang mengarah pada business oriented
sebagai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah (BUMN/BUMD). Ini sebenarnya
bertentangan dengan dengan Pasal 34 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa �Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas umum yang layak� (Kusnadi, 2006). Rumah sakit di Kota
Medan milik pemerintah seperti Rumah Sakit Pirngadi, milik Pemerintah Daerah
Kota Medan dan Rumah Sakit Adam Malik, milik Pemerintah Pusat juga telah
berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Badan Layanan
Umum Pusat (BLUP), diharapkan bisa swakelola dan swadana dalam menjalankan
fungsinya.
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum
dituntut untuk dapat menghadapi tantangan persaingan bebas rumah sakit dengan
memberikan pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang sesuai (rasional).
Masalah pembiayaan yang penting dan harus diatur oleh manajemen rumah
sakit adalah keseimbangan antara pendapatan dan biaya, sehingga diketahui apakah
rumah sakit itu dalam keadaan untung, kembali modal atau rugi. Hal lain yang
berkaitan dengan pembiayaan rumah sakit adalah dilema subsidi dan survival. Di satu
Universitas Sumatera Utara
sisi rumah sakit ingin menyediakan pelayanan yang murah bagi pasien, tetapi disisi
lain rumah sakit perlu survive. Dalam hal ini penentuan tarif yang optimal menjadi
sangat penting. Di mana �tarif optimal� adalah tarif yang masih �sanggup dibayar�
oleh masyarakat, akan tetapi masih �dapat ditoleransi� bagi kemampuan rumah sakit.
Dalam menghadapi era globalisasi yang juga merambah ke sektor kesehatan,
manajemen rumah sakit harus menyadari adanya persaingan dalam memberikan
pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang rasional. Manajemen rumah sakit
mengalami proses perubahan yang sangat dipengaruhi oleh pemerintah, investor baik
lokal maupun asing, masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dan industri
perasuransian sebagai faktor pembiayaan. Jadi pembiayaan rumah sakit berasal dari
berbagai sumber seperti dibiayai sendiri oleh pasien, asuransi kesehatan, bantuan
pemerintah, bantuan asing serta dana-dana masyarakat.
Rumah sakit yang merupakan industri jasa, bila ingin tetap bertahan dan
berkembang haruslah dapat mengupayakan agar biaya yang dikeluarkan untuk
pelayanan kesehatan dapat dilampaui oleh pendapatan dari pelayanan yang diberikan.
Dengan perkataan lain sedapat mungkin diusahakan semua unit kegiatan rumah sakit
yang merupakan pusat pendapatan, termasuk Unit Hemodialisis, dapat ditingkatkan
dan yang merupakan pusat biaya harus mengalami efisiensi agar tidak menjadi beban
subsidi rumah sakit.
RSU Methodist Medan sejak tahun 2003 sudah mulai merintis pelayanan Unit
Hemodialisis dengan 2 (dua) unit mesin hemodialisis. Dari tahun ke tahun pelayanan
hemodialisis di RSU Methodist Medan menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2003 � 2006
Tahun No Bulan
2003 2004 2005 2006 1 Januari - 7 30 67 2 Februari - 10 25 62 3 Maret - 28 49 75 4 April - 30 57 78 5 Mei - 30 61 100 6 Juni - 25 71 100 7 Juli - 40 79 125 8 Agustus - 12 81 144 9 September - 18 91 123 10 Oktober - 30 84 160 11 November - 24 82 146 12 Desember 1 30 67 131
Jumlah 1 284 777 1.311
Dari jumlah pelayanan hemodialisis tahun 2006 di RSU Methodist Medan
yang berjumlah 1.311 kali pelayanan hemodialisis sebanyak 18 kali merupakan single
use sedangkan sisanya sebesar 1.293 kali merupakan reused.
Pada tahun 2006 Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan sudah memiliki 4
(empat) unit mesin hemodialisis. Jumlah ini sudah bertambah dibandingkan tahun
2003 yang hanya memiliki 2 unit mesin hemodialisis.
Unit Pelayanan Hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu pelayanan
yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat dan bahan
habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat ini.
Tarif hemodialisis merupakan suatu elemen yang amat esensial bagi rumah
sakit yang tidak dibiayai penuh oleh pemerintah atau pihak ketiga. Rumah sakit
swasta, baik yang bersifat mencari laba maupun yang nirlaba harus mampu
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan biaya atau keuntungan untuk membiayai segala aktivitasnya dan untuk
dapat terus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rumah sakit pemerintah yang
tidak mendapatkan dana yang memadai untuk memberikan pelayanan secara cuma-
cuma kepada masyarakat, juga harus menentukan tarif pelayanan yang rasionil
supaya bisa bertahan.
Di Indonesia, praktis seluruh rumah sakit, baik itu rumah sakit pemerintah,
rumah sakit perusahaan ataupun rumah sakit swasta harus mencari dana yang
memadai untuk membiayai pelayanannya.
Setiap rumah sakit akan menetapkan tarif unit pelayanan sesuai dengan
misinya masing-masing. Akan tetapi ada pertimbangan yang relatif sama di dalam
penetapan tarif tersebut yaitu mendapatkan pendapatan yang mencukupi untuk
menjalankan fungsi rumah sakit, baik dari sumber pengguna jasa maupun dari sumber
lain. Ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk membeli bahan-bahan
habis pakai saja, dan ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk segala
macam pengeluaran, termasuk keuntungan pemegang saham.
Pada era modernisasi ini biaya operasional dan investasi rumah sakit
senantiasa terus bertambah mahal. Rumah sakit dituntut untuk menyediakan fasilitas,
peralatan dan keahlian yang sesuai dengan pola penyakit yang makin canggih. Dalam
kenyataan memang ada segmen masyarakat yang mempunyai kebutuhan yang lebih
tinggi terhadap pelayanan dengan kualitas tinggi, terlepas dari kemungkinan bahwa
kebutuhan tersebut sebetulnya adalah induced demand atau tidak. Kenyataan ini
menyebabkan rumah sakit perlu memperhitungkan depresiasi investasi yang telah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan serta kemungkinan perlunya melakukan pengembangan dan peningkatan
kualitas di masa yang akan datang. Penyesuaian tarif adalah salah satu alternatif
menghadapi fenomena tersebut.
Pasar pelayanan kesehatan ternyata memiliki karakteristik tersendiri, yang
sering kali tidak dapat mengikuti kaedah pasar bebas. Misalnya, pemakai jasa sektor
kesehatan (pasien) selalu berada dalam posisi yang lemah untuk menentukan harga
pelayanan yang diberikan. Pasien pada umumnya tidak mengetahui apakah harga
pelayanan yang dibayarkan sesuai dengan nilai manfaat yang diterimanya. Selain itu,
pasien biasanya tidak pernah tahu dengan tepat jenis pelayanan kesehatan yang
diperlukannya.
Walaupun pasien berada dalam posisi yang lemah, pihak manajemen rumah
sakit tidak boleh semena-mena menentukan tarif yang akan dikenakan kepada pasien.
Rumah sakit harus mempunyai fungsi sosial terutama untuk golongan pasien yang
miskin tetapi membutuhkan pelayanan di rumah sakit. Tarif yang terlampau tinggi
akan membuat pasien merasa dirugikan dan mencari alternatif lain atau pindah ke
rumah sakit yang lain, sedangkan tarif yang terlalu murah akan mengakibatkan rumah
sakit mengalami kerugian atau bahkan membuat pasien berfikir bahwa pelayanan
yang diberikan di bawah standar, sehingga mereka tidak mau memanfaatkan
pelayanan tersebut. Semua ini menjadi dilema bagi pihak manajemen rumah sakit
karena akan mengurangi jumlah pasien yang memakai jasa pelayanan rumah sakit,
yang pada akhirnya akan memyebabkan pendapatan rumah sakit tidak mencukupi
untuk dapat mempertahankan pelayanan dengan standar mutu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menetapkan tarif, umumnya rumah sakit menggunakan cara yang
praktis dan sederhana, serta dapat dilakukan dengan waktu yang singkat. Cara
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pesaing, sebagai contoh pemeriksaan foto
rontgen hampir seluruh rumah sakit swasta di Kota Medan menetapkan tarif yang
relatif sama padahal biaya investasi, utilitas dan biaya lain-lain berbeda-beda atau
dengan perkataan lain fixed cost dan variable cost-nya berbeda-beda. Dalam hal ini
tarif yang ditetapkan tidak dihitung berdasarkan biaya satuan pelayanan yang ada
pada rumah sakit tersebut. Demikian juga hal yang sama dalam menentukan tarif
hemodialisis di RSU Methodist Medan sebesar Rp. 600.000.- (enam ratus ribu
rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk single use dan Rp. 520.000 (lima ratus
dua puluh ribu rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk reused ditentukan hanya
dengan memperbandingkan dengan tarif hemodialisis rumah sakit lain yang setaraf
di Kota Medan.
Adapun perbandingan tarif hemodialisis di beberapa rumah sakit di Kota
Medan pada tahun 2006 adalah seperti pada Tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2. Perbandingan Tarif Hemodialisis di RSU Methodist Medan dengan Rumah Sakit Lain di Kota Medan Tahun 2006
Tarif Hemodialisis Per Kali Pelayanan
No Rumah Sakit Single Use (Rp)
Reused (Rp)
1 A -- 420.000,- 2 B 750.000,- 650.000,- 3 C 935.000,- 687.500,- 4 RSU Methodist Medan 600.000,- 520.000,-
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
a. Rumah Sakit A adalah Rumah Sakit Pemerintah. Tarif tersebut untuk Pasien Non
ASKES dan Non GAKIN.
b. Rumah Sakit B adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan Keagamaan.
c. Rumah Sakit C adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Perseroan Terbatas.
d. Rumah Sakit Methodist Medan adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan
Keagamaan.
Pelayanan Hemodialisis dapat berbentuk single use di mana dialyzer atau
ginjal buatan hanya dipakai sekali tetapi jika dalam bentuk reused, dialyzer bisa
dipakai berulang kali. Pada umumnya untuk reused, dialyzer dapat digunakan
sebanyak 5 kali.
Salah satu kesulitan dalam menetapkan tarif yang rasional adalah langkanya
informasi tentang biaya satuan pelayanan (unit cost).
1.2. Permasalahan
Permasalahan penelitian adalah apakah tarif pelayanan hemodialisis yang
berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah mampu mendanai atau menutupi
biaya yang dikeluarkan di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tarif pelayanan
hemodialisis yang berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah sesuai dengan
biaya satuan (unit cost) pelayanan yang dikeluarkan.
1.4. Hipotesis
Tarif hemodialisis yang berlaku cukup untuk membiayai total financial
requirements Unit Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Methodist Medan Tahun
2006.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen RSU
Methodist Medan dalam penetapan tarif pelayanan hemodialisis yang rasional
dan optimal yang berbasis biaya.
b. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam hal memberikan cara
dalam penetapan tarif pelayanan di rumah sakit berbasis biaya khususnya tarif
pelayanan hemodialisis dan tarif pelayanan kesehatan lainnya sehingga dapat
dikembangkan dan didapatkan formulasi yang lebih rasional dan optimal yang
dapat diterapkan di rumah sakit lainnya.
c. Menambah wawasan peneliti dan aplikasi di bidang manajemen rumah sakit,
khususnya mengenai penentuan biaya satuan unit hemodialisis di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Hemodialisis
Pada pasien penyakit ginjal dengan faal ginjal yang menurun atau yang masih
tersisa sudah sangat sedikit sehingga usaha-usaha pengobatan biasa yang berupa diet,
pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi pertolongan yang
diharapkan lagi, maka pasien perlu mendapat pengobatan atau terapi pengganti.
Keadaan pasien di mana faal ginjal sudah menurun, diukur dengan klirens kreatinin
(KK) yang tidak lebih dari 15 ml/menit. Keadaan ini disebut Gagal Ginjal Terminal
(GGT).
Penderita GGT, apapun etiologi penyakit ginjalnya, memerlukan pengobatan
khusus yang disebut pengobatan atau terapi pengganti. Pada Tabel 2.1 di bawah ini
dapat dilihat beberapa terapi pengganti yang lazim dilaksanakan dewasa ini.
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Terapi Pengganti
No Berbagai Jenis Terapi Pengganti A Dialisis 1. Dialisis peritoneal (DP)
1.1. DP Intermiten (DPI) 1.2. DP Mandiri Berkesinambungan (DPMB) 1.3. DP Dialirkan Berkesinambungan (DPDB) 1.4. DP Nokturnal (DPN)
2. Hemoperfusi 3. Hemofiltrasi 4. Hemodialisis (HD)
B Transplantasi Ginjal (TG) 1. TG Donor Hidup (TGDH) 2. TG Donor Jenazah (TGDJ)
Sumber: Soeparman, 1990.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa terapi pengganti di atas, hemodialisis sampai sekarang masih
merupakan pilihan utama (Soeparman, 1990).
Hemodialisis (cuci darah) diperlukan jika fungsi ginjal sudah sangat menurun
atau pada keadaan GGT. Pada keadaan ini ginjal tidak dapat lagi menyaring/
membuang racun, sisa pembakaran/metabolisme, mengatur keseimbangan garam
maupun cairan di dalam tubuh pasien. Dengan hemodialisis darah dibersihkan
melalui mesin dengan menggunakan dialyzer (ginjal buatan) dan cairan pembersih
khusus. Sewaktu �cuci darah�, sisa-sisa racun, sisa metabolisme dibuang dari tubuh,
garam dan cairan diseimbangkan sehingga tubuh menjadi normal kembali. Pasien
dengan gagal ginjal terminal perlu �cuci darah� 2-3 kali per minggu. Setiap kali cuci
darah butuh waktu rata-rata 4 jam. Pengobatan dengan proses hemodialisis tersebut
akan terus dibutuhkan jika pasien tidak menempuh proses pengobatan dengan
cangkok ginjal.
Dalam melaksanakan pelayanan hemodialisis dibutuhkan beberapa prasarana
dan sarana antara lain:
a. Fasilitas ruangan
1). Ruang Hemodialisis dengan segala perlengkapannya antara lain tempat tidur
pasien, mesin hemodialisis, trolley, timbangan berat badan, meja makan
pasien (overbad table), meja pasien (nakhas), meja perawat, kursi, kulkas
obat, lampu tindakan, tiang infus, lemari obat, kursi, tempat sampah, tempat
linen kotor dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Demi kenyamanan pasien dan untuk mengusir kebosanan selama berlangsungnya
terapi hemodialisis, umumnya ruang hemodialisis dilengkapi dengan alat
pengatur suhu ruangan (AC) dan perangkat televisi.
2). Ruang Konsultasi Dokter.
3). Ruang Perawat.
4). Ruang Gudang Penyimpanan Consumable Goods.
5). Ruang Water Treatment di mana sistem pemurni air yang dipakai adalah
Reverse Osmosis (RO) dengan perangkat seperti tangki air, pompa air,
multimedia-filter, activated carbon, softener, tabung reverse osmosis, ultra-
violet filter, bacteria filter dan lain sebagainya. Air yang dihasilkan adalah air
murni yang bebas logam berat maupun bakteri yang sangat penting untuk
dipakai dalam proses hemodialisis di mana pada umumnya rata-rata
diperkirakan dibutuhkan sekitar 30 liter per jam.
6). Ruang reuse dialyzer di mana dialyzer yang sudah dipakai dibersihkan atau
diproses untuk dapat dipakai kembali pada pasien yang sama pada terapi
hemodialisis berikutnya.
7). Ruang Kamar Mandi (Pasien dan Perawat).
b. Bahan Habis Pakai (Consumable Goods) yang terdiri dari antara lain:
1). Dialyzer (ginjal buatan) dan blood-lines (selang darah).
2). Pada pasien GGT, hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah
melalui selang darah kedalam dialyzer atau ginjal buatan yang terdiri dari dua
Universitas Sumatera Utara
kompartemen. Kompartemen pertama adalah kompartemen darah yang
di dalamnya mengalir darah dibatasi oleh selaput semipermeable buatan
dengan kompartemen kedua berisi cairan untuk hemodialisis atau dialisat.
Melalui membrane inilah proses pembersihan darah pasien berlangsung.
3). Cairan dialisat merupakan cairan dengan komposisi khusus yang dipakai
dalam proses hemodialisis, yang terdiri dari cairan acetate dan bicarbonate.
Saat ini yang lebih banyak dipakai adalah bicarbonate dialysis, hemodialisis
dengan menggunakan cairan bicarbonate karena efek samping pasca
hemodialisis yang lebih minimal.
4). Bahan medis lain yang dibutuhkan seperti set infus, cairan infus, spuit, kapas
alkohol, kassa steril, cairan antiseptik (seperti bethadine solution), powder
antibiotic, plester micropore, band-aid (pelekat), verban gulung, sarung
tangan dan lain sebagainya.
c. Peralatan medis yang dapat dipakai ulang antara lain: klem, gunting, piala ginjal
(nierbeken), thermometer, alas perlak, senter, tourniquet, steteskop, mangkok,
gelas ukur, tensimeter, ECG monitor, tabung oksigen, kertas observasi, status
pasien, apron, masker, bantalan pasir berbagai ukuran dan lain sebagainya.
d. Untuk bahan linen dibutuhkan antara lain: selimut, sprei, sarung bantal, waslap,
handuk kecil, serbet tangan, dan sebagainya lainnya.
e. Untuk perawatan mesin diperlukan cairan desinfectant seperti Sodium
hypochloride 2.5%, Havox/Bayclin 5,25%, Citrosteril 3%, Puristeril 3%, Actril
0,7%, Citic Acid 50% (Fresenius Medical Care, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Proses hemodialisis merupakan proses pelayanan kesehatan yang cukup rumit
sehingga diperlukan tenaga perawat khusus untuk melaksanakan pelayanan ini.
Di samping itu pelayanan hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu
pelayanan yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat
dan bahan habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat
ini. Salah satu cara untuk mengurangi cost dalam pelayanan hemodialisis ini adalah
dengan cara reuse di mana dialyzer yang harganya cukup mahal tersebut dipakai
berulang kali. Ada juga pusat-pusat dialisis tertentu selain reuse dialyzer juga
melakukan reuse blood-lines. Reuse jelas dapat memberikan keuntungan secara
ekonomis (Brown, 2001).
Cara reuse dipakai dilebih dari 80% pusat-pusat dialysis di Amerika Serikat.
Proses pemakaian berulang dialyzer untuk pasien terbukti aman dan clearance
characteristics dialiyzer reuse tidak berubah jika proses pembersihan dializer
dilaksanakan dengan benar. Reuse selain menghemat biaya, juga dapat meningkatkan
biocompatibility dan mengurangi frekwensi first-use-syndrome pada pasien
hemodialisis (Pasten dan Bailey, 1998).
Ariono dalam penelitiannya: Analisis Biaya dan Alternatif Tarif Hemodialisis
di Unit Renal RSPAD Gatot Soebroto selama Tahun Anggaran 1997/1998
mendapatkan bahwa biaya satuan hemodialisis yang didapat dari analisis biaya lebih
tinggi dari tarif yang berlaku, sehingga diketahui selama Tahun Anggaran 1997/1998
sebenarnya terjadi defisit yang merupakan subsidi rumah sakit kepada pasien swasta.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Aspek Ekonomi Pelayanan Kesehatan
Tugas dan tanggung jawab manajemen berkisar pada perencanaan dan
pengawasan. Perencanaan mencakup penentuan serta penggarisan cara-cara
bagaimana tujuan akan dicapai. Pengawasan mencakup langkah-langkah maupun
metode-metode yang digunakan untuk menjamin pencapaian tujuan dimaksud. Agar
perencanaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik, manajemen
memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi. Dari segi akuntansi
informasi yang diperlukan oleh manajer sering berupa biaya-biaya yang berkaitan
dengan kegiatan usaha (Tambunan, 2001).
Salah satu subsistem yang terdapat dalam sistem kesehatan ialah subsistem
pembiayaan kesehatan, maka untuk dapat memahami dengan lengkap sistem
kesehatan, perlulah dipahami pula tentang subsistem pembiayaan kesehatan tersebut.
Pembicaraan subsistem pembiayaan kesehatan ini juga tidak mudah. Sebagai
akibat dari luasnya pengertian sehat, maka yang termasuk dalam subsistem
pembiayaan kesehatan, mencakup bidang yang amat luas pula. Jika ditinjau dari
definisi sehat sebagaimana yang dirumuskan oleh WHO yang berbunyi: Sehat adalah
suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan
segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya, maka pembiayaan
pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang juga
memiliki dampak terhadap kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
Hanya saja, seperti juga pada subsistem pembiayaan kesehatan, peninjauan
yang luas seperti ini tidaklah mungkin dilakukan. Sesuai dengan disiplin ilmu yang
dimiliki, maka dalam membicarakan subsistem pembiayaan kesehatan, pembahasan
dibatasi hanya pada pembiayaannya untuk program kesehatan saja, yakni program-
program yang berhubungan erat dengan penerapan langsung ilmu dan tekhnologi
kedokteran.
Pada akhir-akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta
makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap subsistem
pembiayaan kesehatan makin meningkat saja. Pembahasan tentang subsistem
pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal
dengan nama ekonomi kesehatan atau health economic (Azwar, 1988).
Dari aspek pembiayaan, secara makro dijumpai beberapa hal yang menarik
di mana didapati bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan suatu negara semakin
besar negara itu mengeluarkan biaya kesehatan, baik dilihat dari segi angka absolut
maupun relatif dari tingkat pendapatan negara tersebut (Sulastomo, 2003).
Pembiayaan rumah sakit yang semakin besar, sedangkan subsidi semakin
sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada, menyebabkan rumah sakit harus
melakukan pengendalian biaya operasional seefektif mungkin dan menetapkan tarif
rasional berdasarkan perhitungan biaya satuan (unit cost).
Dalam menghadapi persaingan bebas, rumah sakit dituntut dapat memberikan
pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang sesuai. Pelayanan Hemodialisis
(cuci darah) merupakan salah satu layanan yang cukup mahal, karena sangat
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi harga medical supply, obat, dan bahan habis pakai. Untuk itu perlu
dilakukan penetapan tarif yang berbasis biaya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/Menkes/SK/
1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah, telah ditetapkan bahwa tarif rumah
sakit pemerintah diperhitungkan atas dasar biaya satuan.
2.3. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan biaya suatu produk (output) diperlukan sejumlah input.
Biaya adalah nilai dari sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk
menghasilkan suatu produk (Gani, 1995). Output atau produk bisa berupa barang atau
jasa pelayanan kesehatan. Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
misalnya diperlukan sejumlah input yang antara lain berupa obat, alat kedokteran,
tenaga medis maupun non medis, listrik, gedung dan sebagainya.
Biaya juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan untuk
memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan itu bisa berupa uang, barang, tenaga,
waktu, maupun kesempatan (Supriyono, 1999). Dalam analisis ekonomi nilai
kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena melakukan suatu kegiatan
juga dihitung sebagai biaya yang disebut dengan biaya kesempatan (opportunity
cost).
Universitas Sumatera Utara
2.4. Jenis Biaya
Biaya dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria untuk keperluan analisis
biaya. Klasifikasi biaya berdasarkan beberapa kriteria antara lain (Gani, 1995):
2.4.1. Berdasarkan pada Perubahan Jumlah Produk (Output)
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh
besarnya jumlah produksi (Sjaaf, 1994). Biaya ini harus tetap dikeluarkan
terlepas dari persoalan apakah pelayanan diberikan atau tidak. Contoh
biaya tetap adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari mesin
hemodialisis, nilai dari peralatan kedokteran lainnya, nilai peralatan non
medis, gaji personel dan sebagainya. Jadi dalam klasifikasi ini termasuk
barang-barang investasi, sehingga biaya tetap ini juga disebut biaya
investasi.
b. Biaya variabel (variable cost)
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya
output/produksi (Gani, 1996). Contoh yang termasuk dalam biaya variabel
adalah biaya listrik, biaya air, biaya bahan habis pakai/obat, biaya honor
supervisor medis, insentif perawat, biaya cucian dan sebagainya.
c. Biaya total (total cost)
Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Berdasarkan Sifat Kegunaannya
a. Biaya investasi (invesment cost)
Biaya investasi adalah biaya yang kegunaannya dapat berlangsung dalam
waktu yang relatif lama. Biasanya batas waktu untuk biaya investasi
ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar
kebiasaan bahwa anggaran biasanya direncanakan dan direalisir untuk satu
tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan
atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Contoh
yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan
gedung dan sebagainya (Shepard et al, 2000).
b. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang fungsinya untuk mempertahankan
atau memperpanjang kapasitas barang investasi. Contoh biaya
pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat medik, biaya pemeliharaan
alat non medik (FKM UI, 1998).
c. Biaya operasional
Biaya operasional (operational cost) adalah biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan, memfungsikan atau mengoperasikan barang investasi.
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah gaji, biaya obat, biaya makan, biaya
alat tulis kantor biaya umum seperti listrik, air, telepon, perjalanan dan
lain-lain (FKM UI, 1998). Biaya operasional ini memiliki sifat habis pakai
Universitas Sumatera Utara
dalam kurun waktu yang relatif singkat atau kurang dari satu tahun (Sjaaf,
2000). Antara biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek
sering disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan
(Operational and Maintainance Cost).
2.4.3. Berdasarkan Fungsinya dalam Proses Produksi
Terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Konsep biaya lansung
(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) sering dipergunakan ketika
menghitung satuan (unit cost).
Biaya langsung adalah biaya yang secara jelas penggunaannya dilakukan
dalam suatu unit kegiatan tertentu sedangkan biaya tak langsung adalah biaya yang
penggunaannya dilakukan bukan di unit kegiatan yang bersangkutan (Sjaaf, 1994).
Dalam suatu unit usaha, misalnya di rumah sakit terdapat jenis kegiatan yaitu
unit produksi seperti rawat jalan, rawat inap, unit hemodialisis dan sebagainya dan
unit penunjang seperti instalasi gizi, bagian administrasi, bagian keuangan dan
sebagainya yang semua kegiatan ini memerlukan biaya dan saling menunjang untuk
berjalannya suatu kegiatan (Supriono, 1999).
Mengingat ada unit penunjang maka untuk menghitung biaya satuan
hemodialisis misalnya, biaya yang dihitung bukan saja biaya yang ada di unit
produksi yang secara langsung (direct) berkaitan dengan pelayanan (output), tetapi
harus dihitung juga biaya yang ada di unit penunjang meskipun biaya di unit
penunjang tidak secara langsung (indirect) berkaitan dengan pelayanan hemodialisis
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Biaya-biaya yang dikeluarkan pada unit-unit yang langsung melayani pasien
disebut biaya langsung (direct cost).
Dengan demikian penggolongan biaya langsung dan biaya tidak langsung
didasarkan pada penempatan biaya tersebut, apakah biaya itu ditempatkan di unit
yang berhubungan dengan pelayanan (produk) secara langsung atau secara tidak
langsung.
2.5. Analisis Biaya
Analisis biaya adalah proses menata kembali data atau informasi yang ada
dalam laporan kuangan untuk memperoleh usulan biaya pelayanan rumah sakit.
Dengan perkataan lain analisis biaya merupakan pendistribusian biaya dari unit
pemeliharaan, unit operasional dan unit pelayanan umum lainnya ke bagian
perawatan, gawat darurat, atau pendapatan rumah sakit dari layanan yang diberikan
kepada pasien (Berman, 1996).
Analisis biaya lebih luas daripada penelusuran biaya, karena penelusuran
biaya hanya terbatas pada upaya mencari besarnya biaya layanan kesehatan di pusat
layanan kesehatan. Upaya ini dilakukan secara sederhana dengan metode
pengalokasian yaitu pemindahan biaya tidak langsung menjadi biaya langsung (Sjaaf,
1991)
Berman (1996) melengkapi dengan persyaratan dalam melakukan analisis
biaya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Harus dapat organogram rumah sakit yang menyatakan pusat-pusat
pertanggungjawaban.
b. Harus jelas identifikasi semua pusat biaya penunjang dan biaya produksi.
c. Harus ada sistem akuntansi yang dapat menyediakan data keuangan pada setiap
biaya.
d. Harus ada sistem yang memenuhi kebutuhan data non keuangan pada masing-
masing pusat biaya, sebagai dasar alokasi dari pusat biaya penunjang ke pusat
biaya produksi dan perhitungan biaya satuan pada pusat biaya produksi.
e. Metode perhitungan yang dipilih harus dapat dipergunakan sesuai dengan situasi
rumah sakit.
Dalam analisis biaya juga memiliki keterbatasan, seperti yang diungkapkan
Braganza (1982) dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Asumsi tentang keseragaman
Dengan asumsi bahwa ukuran dasar alokasi yang dipergunakan untuk
mendistribusikan biaya asli dari pusat penunjang ke pusat biaya produksi adalah
seragam. Sebenarnya biaya untuk produk yang dihasilkan akan berbeda menurut
bentuk dan jenisnya, seperti perbedaan biaya antara makanan diet dan biasa, jenis
dan ukuran linen yang dicuci.
b. Tidak dapat memperhitungkan faktor kualitatif, seperti etos kerja yang dapat
berpengaruh pada efisiensi penggunaan biaya.
Universitas Sumatera Utara
c. Idealnya pengambilan data dilakukan berdasarkan observasi pada masing-masing
pusat biaya, tetapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka
dasar alokasi berdasarkan luas lantai atau jumlah karyawan yang dianggap
memadai dalam mengalokasikan biaya (Isanov, 2003).
Salah satu hasil akhir analisis biaya adalah penghitungan biaya satuan. Dalam
memproduksi suatu output tertentu, misalnya pelayanan hemodialisis, diperlukan
dukungan dari unit-unit penunjang, maka biaya-biaya yang dikeluarkan di unit
penunjang tersebut perlu didistribusikan ke unit produksi. Dengan perkataan lain,
analisis biaya memerlukan distribusi biaya tidak langsung ke biaya-biaya langsung ini
dilakukan baik terhadap biaya operasional maupun biaya investasi.
Tehnik analisa biaya untuk rumah sakit dikembangkan secara khusus, oleh
karena sebagai suatu unit produksi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai
keunikan.
a. Begitu banyak jenis input yang diperlukan, seperti berbagai jenis tenaga, obat,
bahan, makanan dan lain-lain.
b. Rumah sakit terdiri dari demikian banyak unit, dan antara unit-unit tersebut
terjadi tranfer jasa yang sangat kompleks.
c. Rumah sakit menghasilkan produk yang sangat banyak jenisnya.
Prinsip dasar analisis biaya rumah sakit adalah mendistribusikan biaya tidak
langsung ke pusat-pusat produksi di mana biaya langsung dikeluarkan. Maksudnya
adalah agar dalam perhitungan biaya satuan, biaya tidak langsung juga sudah
diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
Di rumah sakit dalam konteks analisis biaya, yang disebut biaya tidak
langsung adalah biaya yang dikeluarkan pada pusat biaya penunjang, seperti direksi,
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), laundry dan lain-lain.
Sedangkan biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan di pusat biaya produksi,
yaitu unit-unit rumah sakit yang langsung melayani pasien.
Konsep biaya penyusutan penting diketahui dalam analisis biaya, terutama
dalam upaya menyebar biaya investasi pada beberapa satuan waktu. Sebagaimana
diketahui bahwa biaya yang timbul dari barang-barang investasi berlangsung untuk
dalam satu kurun waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Padahal lazimnya analisis
biaya dilakukan untuk suatu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran.
Apabila analisis biaya dilakukan dalam satuan kurun waktu satu tahun anggaran,
maka perlu dicari nilai biaya investasi satu tahun. Nilai biaya investasi satu tahun ini
disebut nilai tahunan biaya investasi (Annualized Invesment Cost atau AIC).
2.6. Biaya Satuan (Unit Cost)
Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk
(pelayanan). Biaya satuan diperoleh dari biaya total (TC) dibagi jumlah produk (Q)
atau TC/Q. Dengan demikian dalam menghitung biaya satuan harus ditetapkan
terlebih dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Perdefinisi biaya satuan
seringkali disamakan dengan biaya rata-rata (average cost).
Universitas Sumatera Utara
Di rumah sakit misalnya, apakah satuan produk dihitung dalam satuan rawat
jalan atau dapat diperinci lagi. Penetapan besaran satuan produk itu dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Makin kecil satuan produk/pelayanan akan makin rumit dalam
menghitung biaya satuan.
Dengan melihat rumus biaya satuan (TC/Q) tersebut, maka jelas tinggi
rendahnya biaya satuan suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh besarnya biaya total
tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya produk atau pelayanan. Pada rumah sakit
penghitungan biaya satuan dengan rumus di atas banyak dipengaruhi oleh tingkat
utilisasi. Makin tinggi tingkat utilisasi akan makin kecil biaya satuan pelayanan.
Sebaliknya makin rendah tingkat utilisasi akan makin besar satuan pelayanan.
Biaya satuan ada 2 macam, yaitu:
a. Biaya satuan actual
Yaitu biaya yang dikeluarkan unit produksi pelayanan kesehatan untuk
menghasilkan satu output berdasarkan besaran produk pelayanan kesehatan.
b. Biaya satuan normative
Yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu jenis pelayanan kesehatan
menurut standar baku dengan melihat kapasitas dan utilitasnya.
Penetapan tarif yang rasional mutlak memerlukan informasi tentang biaya
satuan. Dalam kenyataan tidak mudah menghitung biaya satuan, antara lain karena
produk rumah sakit sangat banyak.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Biaya Kesempatan
Biaya kesempatan adalah biaya yang terjadi dari suatu kesempatan yang
hilang akibat melakukan suatu pilihan kegiatan. Setiap pilihan yag diambil akan
membawa resiko (biaya) untuk tidak menikmati pilihan lain yang tidak diambil.
Dengan kata lain, biaya kesempatan adalah biaya yang timbul akibat pengabaian
terhadap pilihan-pilihan yang tidak diambil.
Konsep biaya kesempatan biasanya dipakai dalam kaitan menghitung nilai
investasi suatu usaha. Misalnya di rumah sakit ada sejumlah dana yang akan
digunakan apakah untuk membeli stetoskop atau membeli tensimeter. Jika dana
tersebut diinvestasikan untuk membeli stetoskop, maka ada kesempatan yang hilang
yaitu tidak bisa menggunakan tensimeter. Sebaliknya bila dana tersebut digunakan
untuk membeli tensimeter maka ada kesempatan yang hilang yaitu tidak bisa
menggunakan stetoskop.
2.8. Biaya Penyusutan (Depreciation Cost)
Biaya penyusutan adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan
nilai barang investasi (aset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.
Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami
penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik.
Nilai penyusutan dari barang investasi seperti gedung, kendaraan, peralatan disebut
biaya penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa metode yang dipakai untuk menghitung penyusutan yaitu
metode garis lurus (straight line), metode saldo menurun (declining balance), jumlah
angka-angka tahun (sum of the years digit) dan metode unit produksi (unit of
production). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah penyusutan
menurut metode garis lurus di mana jumlah historis yang sama dikurangi setiap
tahun.
2.9. Pusat Biaya (Cost Center) dalam Pelayanan Kesehatan
2.9.1. Pengertian Pusat Biaya
Pusat biaya adalah unit-unit yang ada dalam sistem pelayanan kesehatan
bersangkutan di mana biaya dipakai. Semua unit di mana kegiatan spesifik dilakukan
dapat disebut pusat biaya.
Ada pusat biaya tertentu yang sekaligus merupakan unit di mana disebut
sebagai pusat pendapatan. Unit dapur dan rawat jalan di sebuah rumah sakit adalah
pusat biaya. Dalam hal ini rawat jalan tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai pusat
pendapatan (revenue center).
Secara umum pusat biaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pusat produksi yaitu unit di mana output rumah sakit dihasilkan berupa pelayanan
kesehatan.
b. Pusat bagi penunjang yaitu yang berfungsi menunjang unit-unit produksi.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Pusat Biaya Sistem Rumah Sakit
Dalam sistem rumah sakit pusat produksi terdiri dari unit-unit yang
menghasilkan pelayanan sebagai berikut:
a. Rawat inap.
b. Rawat jalan.
c. Tindakan diagnostic.
d. Tindakan medis (pengobatan) antara lain Unit Hemodialisis.
Sedangkan pusat biaya penunjang meliputi:
a. Unit-unit administrasi dan manajemen.
b. Unit-unit pemeliharaan.
c. Unit penunjang khusus seperti laundry.
2.10. Tarif Pelayanan
2.10.1. Pengertian Tarif Pelayanan Kesehatan
Sekalipun tarif dan harga menunjuk pada besarnya biaya yang harus
dikeluarkan konsumen, namun pengertian tarif tidaklah sama dengan harga (Gani,
1992b). Tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh jasa pelayanan, sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang. Sekalipun perbedaan antara tarif
dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota masyarakat, perbedaan
yang seperti ini sulit untuk dimengerti oleh masyarakat pemakai jasa kesehatan, tarif
diartikan sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan. Adanya pengertian yang seperti ini jelas tidak sesuai. Karena
dalam pengertian seluruh biaya tersebut, telah termasuk harga barang, dan untuk
Indonesia misalnya obat-obatan, yang memang pengelolaan sering dilakukan terpisah
dengan pengelolaan sarana pelayanan kesehatan.
Namun terlepas dari adanya perbedaan pengertian, peranan tarif dalam
pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk dapat menjamin kesinambungan
pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besarnya tarif yang dapat
menjamin total yang lebih besar dari pengeluarannya.
Sesungguhnya pada saat ini sebagai akibat dari mulai berkurangnya pihak-
pihak yang mau menyumbang dana pada pelayanan kesehatan misal Rumah Sakit,
maka sumber keuangan utama kebanyakan sarana kesehatan hanyalah dari
pendapatan saja. Untuk ini jelaslah bahwa kecermatan menetapkan besarnya tarif
memegang peranan yang amat penting. Apabila tarif tersebut terlalu rendah dapat
menyebabkan total pendapatan (income) yang rendah pula, yang apabila ternyata juga
lebih rendah dari total pengeluaran (expenses), pasti menimbulkan kerugian dan
sebagai akibatnya akan menimbulkan kesulitan keuangan (Azwar, 1988).
2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Secara umum pengertian kebutuhan (demand) adalah jumlah suatu komoditi
yang mau dan mampu dibeli oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
tertentu (Gani, 1992b). Kebutuhan terhadap suatu komoditi tertentu dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain adalah harga komoditi, tingkat pendapatan dan faktor
Universitas Sumatera Utara
faktor, antara lain seperti ada tidaknya komoditi pengganti (substitutive goods) dan
selera atau preferensi pasien.
Untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, faktor harga (tarif) biasanya
dinyatakan dengan konsep elastisitas kebutuhan yang tidak berlaku secara murni,
karena:
a. Pasien umumnya tidak tahu tentang jenis pelayanan apa yang diperoleh dari
rumah sakit dan berapa banyak yang diperlukan (consumer ignorance).
b. Banyak orang berobat ke rumah sakit sebagai pasien rujukan, di sini pengambil
keputusan adalah pihak ketiga yaitu provider (tenaga kesehatan).
c. Biasanya orang berobat ke rumah sakit adalah karena penyakitnya memang tidak
dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas atau
Poliklinik.
2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif
Dalam pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit terdapat kompensasi biaya,
berupa nilai jasa pelayanan atau tarif. Berdasarkan nilai tarif tersebut, rumah sakit
bersedia memberikan jasa pelayanannya kepada pasien.
Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan, antara lain:
a. Peningkatan pemulihan biaya (cost recovery). Terutama untuk rumah sakit yang
berorientasi non profit di mana subsidi semakin lama semakin berkurang, dan
mulai berupaya untuk menswadanisasikan pelayanannya. Untuk dapat menutupi
biaya yang dikeluarkan pada tingkat cost recovery yang diharapkan, tarif rumah
sakit harus dihitung berdasarkan analisis biaya satuan (Depkes RI, 1992).
Universitas Sumatera Utara
b. Subsidi silang (cross subsidy)
Penetapan tarif juga bertujuan untuk keseimbangan pemanfaatan pelayanan bagi
masyarakat ekonomi atas, dasar pemanfaatan kelas, atau pelayanan profit dan non
profit dapat dilakukan dalam 2 bentuk:
1). Subsidi silang dalam rumah sakit.
2). Subsidi silang di luar rumah sakit berupa pelayanan oleh perusahaan asuransi
atau perusahaan pengguna jasa kesehatan rumah sakit.
Dalam pelayanan rumah sakit, aplikasi konsep subsidized seperti pada rumah
sakit pemerintah ini menyebabkan tarif rumah sakit dapat ditekan (Gani, 1996a).
c. Maksimal pemanfaatan pelayanan
Untuk memaksimalkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, tidak jarang rumah
sakit melakukan penekanan tarif serendah mungkin, terutama ditekan tarif
pelayanan yang mempunyai biaya tetap yang kecil. Kondisi yang ingin dicapai
minimal adalah total biaya sama dengan pendapatan total. Pada keadaan di mana
rumah sakit memiliki tingkat hunian yang rendah, tarif juga ditekan serendah
mungkin. Seringkali kondisi ini menimbulkan persepsi bahwa harga murah
identik dengan mutu rendah (Depkes RI, 1992; Thabrany, 1996).
d. Maksimalkan pendapatan
Penetapan tarif yang memaksimalkan pendapatan sehingga lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan, akan menghasilkan surplus. Total biaya yang jauh terlampaui
akan berdampak baik untuk menutupi biaya tetap. Maksimalisasi pendapatan juga
bisa merupakan minimalisasi subsidi. Misalnya pada keadaan pasar yang dikuasai
Universitas Sumatera Utara
satu rumah sakit (monopoli), tanpa kehadiran pesaing, serta suasana kebutuhan
yang tinggi, maka tarif dapat dipasang pada level yang setinggi-tingginya. Pada
akhirnya rumah sakit memperoleh surplus maksimal (LPPM, 1996). Bila
diharapkan akan laba/sisa hasil usaha yang maksimal, penetapan tarif ini dapat
direkonstruksi berdasarkan tingkat permintaan yang tentunya terkait langsung
dengan besarnya biaya produksi. Biasanya penetapan tarif ini dibuat secara
teoritis dengan menyusun model persamaan matematika (Trisnantoro, 1994).
e. Mengurangi pesaing
Penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan mengurangi pembangunan rumah
sakit baru yang akan menjadi pesaing. Rumah sakit yang sudah terlebih dahulu
beroperasi menyusun strategi sedemikian rupa agar tarif tidak dapat disamai oleh
rumah sakit baru (Trisnantoro, 1994).
f. Menciptakan corporate image
Tarif dapat ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit
untuk golongan masyarakat kelas atas yang berkenan seolah-olah berlomba untuk
mendapatkan citra rumah sakit paling mewah.
Kotler dan Clarke mengemukakan tujuan penetapan tarif juga berkaitan dengan
pemasaran yakni dengan maksud publisitas yang dilakukan rumah sakitnya
(Kotler, 1987). Bila ada unit yang dipublikasikan, maka penetapan tarif
disesuaikan dengan persepsi pasien yang menjadi pangsanya berdasarkan nilai
publisitasnya. Oleh karenanya dalam penetapan tarif unit yang dipublikasikan
Universitas Sumatera Utara
harganya lebih rendah dari pada yang tidak dipublikasikan, tetapi memang rumah
sakit tidak mengharapkan pendapatan yang tinggi, tetapi memang sesungguhnya
untuk penciptaan image rumah sakit tersebut dalam pelayanan kesehatan.
g. Market Skimming
Penetapan tarif ini bertujuan untuk meraih volume besar. Biasanya dipasang tarif
tinggi pada permulaan, kemudian perlahan-lahan diturunkan. Persyaratan untuk
dapat dilaksanakannya market skimming hádala:
1). Pasar sangat price sensitive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2). Biaya produksi dan distribusi tidak bervariasi besar, sehingga tarif dapat
ditekan ketingkat yang terjangkau pasien dalam volume besar.
Kemungkinan pesaing masuk dalam waktu singkat sangat kecil sebab adanya
hambatan-hambatan yang cukup besar seperti perlunya hak paten, investasi yang
besar, adanya kontrol kualitas pelayanan, serta biaya promosi. Dengan harga
terendah, diharapkan penetrasi menjadi lebih mudah.
Persyaratan dapat dilaksanakannya siasat penetrasi pasar ini adalah:
1). Pasar sangat price sentive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2). Biaya produksi dan distribusi turun dengan cepat bilamana produksi
dinaikkan atau volume bertambah (LPPM, 1996).
Universitas Sumatera Utara
2.10.4. Strategi Penetapan Tarif
Dasar strategi penetapan tarif adalah antara lain:
a. Berorientasi kepada biaya
Penetapan tarif biasanya dilakukan berdasarkan biaya ditambah mark-up yaitu
dilebihkan dari biaya yang dikeluarkan. Strategi ini banyak digunakan karena
sifatnya lebih pasti daripada berdasarkan kebutuhan (Gani, 1992a). Penetapan
tarif dengan cara ini dianggap wajar oleh konsumen dan persaingan.
b. Berorientasi kepada kebutuhan
Penetapan tarif lebih menekankan kebutuhan dari pada biaya dan harga ditetapkan
berdasarkan preferensi pasien terhadap produk tersebut. Bentuk strategi ini adalah
diskriminasi harga tetap produk, atau waktu layanan. Untuk melaksanakan
strategi ini, perlu diidentifikasi segmen pasar yang sensitif terhadap perubahan
harga. Masalahnya dalam pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran
out-of-pocket, walaupun terjadi perubahan harga, prioritas utama adalah pada
aspek kuratifnya dan persepsi bahwa mutu simetris dengan harga. Ada uang ada
pelayanan berkualitas.
c. Berorientasi kepada pesaing
Penetapan tarif ini tidak berorientasi pada biaya ataupun permintaan-permintaan,
tetapi menetapkan tarif apakah di atas, di bawah atau dengan tarif pesaing.
Bentuk strategi adalah dengan menghitung rata-rata antarpesaing (average rate
imitative pricing). Hal ini disebabkan kesulitan dalam menghitung biaya satuan
Universitas Sumatera Utara
atau kecenderungan pembagian pasar antarpesaing untuk mendapatkan
penghasilan yang adil.
d. Berdasarkan pembayaran maksimal
Penetapan tarif ini dilakukan berdasarkan batas atas yang mampu dibayar pihak
ketiga. Sebenarnya cara ini merupakan bentuk penyimpangan dari penetapan tarif
berdasarkan permintaan dan seringkali mencerminkan keinginan prodiver untuk
mendapatkan penghasilan lebih banyak secara sepihak (Trisnantoro, 1994).
2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif
Dalam penetapan tarif rumah sakit mungkin tidak selalu dapat melakukan
analisis biaya dengan satu metode tertentu, karena perlu berbagai faktor atau
modifikasi yang memerlukan judgement tersendiri. Di bawah ini akan diuraikan
langkah-langkah penentuan tersebut:
a. Tahap analisis biaya satuan (unit cost)
Setiap produk layanan baik yang homogen dan produk heterogen perlu dianalisis
besaran biaya satuannya. Produk layanan rumah sakit ada dua jenis yaitu produk
layanan homogen dan produk layanan heterogen. Untuk produk layanan yang
homogen dapat dihitung langsung besarannya dengan memperhatikan total biaya,
kapasitas, dan output layanan. Sedangkan untuk produk layanan yang heterogen
dilakukan penghitungan dan pembobotan Relative Value Unit (RVU). Untuk
hemodialisis yang homogen, tidak perlu dilakukan perhitungan RVU.
Universitas Sumatera Utara
Analisis biaya ini menghasilkan daftar biaya satuan untuk berbagai produk rumah
sakit. Pada rumah sakit yang mendapatkan subsidi, maka produk-produk yang
mendapatkan subsidi tersebut nilai biaya satuan pelayanan perlu dikurangi dengan
elemen biaya yang disubsidi (Shuver et al, 1995).
b. Perkiraan posisi pendapatan impas (break even) dengan biaya satuan tanpa
subsidi silang.
Kondisi ini dikenal sebagai kondisi impas jika keadaan posisi di mana pendapatan
menyamai biaya. Perhitungan jumlah pendapatan diawali dengan perkiraan
tingkat utilisasi untuk masa mendatang, berdasarkan tingkat utilisasi pada tahun-
tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut dikalikan dengan tarif yang nilainya
sama dengan biaya satuan. Hasilnya adalah pendapatan per tahun yang akan
dihasilkan setiap unit produktif (revenue centres) atau jumlah total pendapatan
tanpa subsidi kemudian dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
c. Penentuan tingkat pendapatan yang diinginkan
Tahap berikutnya rumah sakit dapat menentukan jumlah pendapatan yang perlu
diperoleh untuk tahun mendatang, agar dapat memberi insentif tenaga medis,
insentif tenaga penunjang, mendanai biaya perbaikan dan pemeliharaan fisik
pelayanan dan sebagainya. Untuk itu, disusun dulu distribusi biaya menurut
masing-masing unit produksi, dengan mempertimbangkan proyeksi utilisasi
pelayanan dari setiap unit yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
d. Alternatif tarif dengan subsidi dan tingkat yang diinginkan
Dari hasil tahap ketiga tersebut barulah dapat ditentukan tarif di masing-masing
unit. Besar tarif adalah berdasarkan biaya satuan, ditambah rata-rata beban (jasa
medis + dana insentif + dana lainnya) dibagi perkiraan jumlah pelayanan di tahun
mendatang. Pada tahap ini sudah dapat dilakukan subsidi silang dan dapat dilihat
pengaruh tingkat utilisasi terhadap besarnya beban dana tambahan. Bila suatu unit
produksi utilitasnya rendah maka besar dana tambahan harus tinggi, sehingga
perhitungan tarif menjadi melambung.
e. Tarif dengan pertimbangan kemampuan membayar
Setelah tahap keempat dilakukan akan diperolah daftar tarif sementara.
Selanjutnya dilakukan analisis kemungkinan tingkat utilitas yang akan terjadi bila
tarif sementara tersebut diberlakukan. Secara teoritis peningkatan tarif akan
menurunkan demand, tetapi untuk pelayanan rumah sakit, apalagi yang bersifat
emergency, tingkat utilitas diperkirakan bersifat inelastis terhadap perubahan tarif
(Gani, 1992a).
2.11. Landasan Teori
Teknik analisis biaya satuan umumnya dikenal 4 (empat) metode yang
dikembangkan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Simple Distribution Method
Sesuai dengan namanya, tehnik ini sangat sederhana, yaitu melakukan distribusi
biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya penunjang, langsung ke berbagai
pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan satu persatu dari masing-masing
pusat biaya penunjang. Tujuan distribusi dari suatu unit penunjang tertentu unit-
unit produksi yang relevan, yaitu yang secara fungsional diketahui mendapat
dukungan dari unit penunjang tertentu tersebut.
Kelebihan cara adalah kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun
kelemahannya adalah asumsi bahwa dukungan fungsional hanya terjadi antara
unit penunjang dengan unit penunjang bisa juga terjadi transfer jasa, misalnya
direksi yang mengawasi unit dapur, unit dapur yang memberi makan kepada
direksi dan staff tata usaha dan lain-lain.
b. Step Down Method
Untuk mengatasi kelemahan simple distribution method tersebut, dikembangkan
metode distribusi anak tangga. Dalam metode ini, dilakukan distribusi biaya unit
penunjang kepada unit penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya
dilakukan secara berturut-turut, dimulai dengan unit penunjang yang biasanya
terbesar. Biaya unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain
(penunjang dan produksi yang relevan). Setelah selesai dilanjutkan dengan
distribusi biaya dari unit penunjang lain yang biayanya nomor dua terbesar.
Proses ini terus dilakukan sampai semua biaya dari unit penunjang habis
didistribusikan ke unit produksi. Perlu dicatat dalam metode ini biaya yang
Universitas Sumatera Utara
didistribusikan dari unit penunjang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya
mengandung dua elemen biaya yaitu asli unit penunjang yang bersangkutan
ditambah biaya yang ia terima dari unit penunjang lain.
Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukannya distribusi dari unit penunjang ke
unit penunjang lain. Namun distribusi ini sebetulnya belum sempurna, karena
distribusi tersebut hanya terjadi satu arah, seakan-akan fungsi tunjang menunjang
antara sesama unit penunjang hanya terjadi sepihak. Padahal dalam kenyataan,
bisa saja hubungan tersebut timbal balik. Misalnya bagian umum melakukan
pemeliharaan alat-alat dapur dan sebaliknya dapur memberi makanan staff bagian
umum.
c. Double Distribution Method
Dalam metode ini, pada tahap pertama dilakukan distribusi biaya yang
dikeluarkan di unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya sebagian unit
penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagian masih
berada di unit penunjang. Artinya, ada biaya yang tertinggal di unit penunjang,
yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lain. Biaya yang masih berada
di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya didistribusikan ke unit produksi,
sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Karena metode ini
dilakukan dua kali distribusi biaya, maka metode ini dinamakan metode distribusi
ganda. Kelebihan meode ini sudah dilakukan distribusi dari unit penunjang ke
unit penunjang lain, dan sudah terjadi hubungan timbal balik antara unit
Universitas Sumatera Utara
penunjang dengan unit penunjang lain secara fungsional. Metode ini merupakan
metode yang terpilih unuk analisis biaya puskesmas maupun rumah sakit
di Indonesia (Gani, 1996).
d. Multiple Distribution Method
Dalam metode ini, distribusi biaya dilakukan secara lengkap, yaitu antara sesama
unit penunjang, dari unit penunjang ke unit produksi, dan antara sesama unit
produksi. Tentu saja distribusi antara unit tersebut dilakukan kalau memang ada
hubungan fungsional antarkeduanya. Jadi dapat dikatakan bahwa multiple
distribution method pada dasarnya adalah double distribution method plus alokasi
antara sesama unit produksi. Sebagai misal, antara unit neonatologi dengan
kebidanan ada distribusi biaya, oleh karena bisa terjadi spesialis neonatologi harus
membantu bagian kebidanan manakala menghadapi kelahiran dari ibu dengan
kelainan jantung. Demikian juga, akan ada alokasi dari bagian jantung ke bagian
kebidanan oleh karena untuk kelahiran semacam itu diperlukan jasa ahli jantung
di bagian kebidanan. Dari ilustrasi tersebut jelas tampak bagaimana kompleksnya
multiple distribution method ini. Perhitungan sulit dilakukan oleh karena
diperlukan catatan hubungan kerja antara unit-unit produksi yang sangat banyak.
Dalam praktek tehnik ini sangat jarang dilakukan. Sejauh ini yang lazim
dipergunakan adalah double distribution method.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Pikir
Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik yang
unik yaitu di satu pihak rumah sakit dituntut memberikan pelayanan medik yang
optimal dan sebaik-baiknya dan bersifat sosial tanpa mempertimbangkan keuntungan
dan di lain pihak harus menjaga kelangsungan rumah sakit tersebut tetap mandiri
secara ekonomis.
Di dalam biaya satuan terkandung semua elemen biaya yang dapat dibagi atas
biaya langsung yaitu biaya yang dimanfaatkan secara langsung untuk pelayanan
di Unit Hemodialisis tersebut serta biaya tidak langsung yang berasal dari unit-unit
penunjang terkait seperti dari administrasi, IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit), dan laundry. Biaya langsung merupakan penjumlahan biaya tetap dan
biaya variabel.
Proses analisis biaya satuan pelayanan di Unit Hemodialisis untuk tujuan
penetapan tarif hemodialisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
distribusi ganda. Dengan metode ini distribusi biaya dilakukan dalam dua tahap
di mana pada tahap pertama biaya dari unit penunjang dialokasikan ke unit penunjang
lain dan ke unit produksi. Pada tahap kedua, unit penunjang yang telah menyerap
biaya dari alokasi tahap pertama dialokasikan kembali ke unit produksi, sehingga
biaya di unit penunjang habis terbagi ke unit produksi.
Universitas Sumatera Utara
2.13. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
BIAYA TETAP : - Investasi Gedung - Mesin Hemodialisis - Peralatan Medis Lain - Peralatan Non Medis - Gaji Personel
BIAYA LANGSUNG
BIAYA VARIABEL : - Biaya listrik - Biaya air - Bahan habis pakai/obat - Honor supervisor medis - Insentif perawat - Biaya cucian
BIAYA TOTAL
BIAYA TAK LANGSUNG : - Biaya Administrasi - IPSRS - Laundry
BIAYA SATUAN
PRODUK PELAYANAN
HEMODIALISIS
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya
sehingga didapatkan biaya satuan unit hemodialisis dan dibandingkan dengan tarif
yang berlaku sekarang. Metode analisis biaya yang dipakai adalah metode distribusi
ganda.
Adapun alasan dipergunakannya metode distribusi ganda untuk
mengalokasikan biaya dari unit penunjang ke unit produksi adalah karena metode ini
lebih akurat dan lebih objektif dibandingkan metode distribusi sederhana atau
distribusi anak tangga. Metode distribusi ganda ini tidaklah serumit metode distribusi
multiple yang biasanya digunakan untuk pembuatan laporan financial.
Objek penelitian adalah:
1. Data Rekam Medik di Unit Hemodialisis.
2. Data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis.
3. Data tentang peralatan dan gedung Unit Hemodialisis serta unit lainnya dari
IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit).
4. Data tentang unit-unit penunjang yang terkait dengan kegiatan Unit Hemodialisis
seperti Direktur dan Administrasi, IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit), laundry dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Objek penelitian yang diambil ini berasal dari data periode Januari 2006
sampai Desember 2006.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis RSU Methodist yang beralamat
Jalan Thamrin No. 105 Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari penelusuran pustaka, konsultasi dengan dosen
pembimbing, persiapan proposal penelitian, pelaksanaan seminar proposal penelitian,
persiapan penelitian dan sidang akhir. Penelitian direncanakan berlangsung selama
kurang lebih 6 bulan (Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder ini diperoleh dari
catatan laporan keuangan RSU Methodist Medan tahun 2006.
Kemudian dilakukan penentuan pusat biaya (cost centre), baik pusat biaya
penunjang maupun pusat biaya produksi. Kemudian dikumpulkan semua data biaya
total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel masing-masing unit selama tahun
2006 dan dilakukan identifikasi semua komponen biaya yang ada di masing-masing
unit tersebut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Biaya tetap
1). Investasi gedung,
2). Biaya penyusutan mesin hemodialisis,
3). Biaya penyusutan peralatan medis lain,
4). Biaya penyusutan peralatan non-medis,
5). Gaji personel.
b. Biaya variabel
1). Biaya listrik,
2). Biaya air,
3). Biaya bahan habis pakai/obat,
4). Honor supervisor medis,
5). Insentif perawat,
6). Biaya cucian.
3.4. Definisi Operasional
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama
tahun 2006 yang besarnya relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah pelayanan
di Unit Hemodialisis, yang terdiri dari: biaya investasi gedung, biaya mesin
hemodialisis, biaya peralatan medis lain, biaya peralatan non medis, dan biaya
gaji personel.
Universitas Sumatera Utara
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama
tahun 2006 yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah pelayanan di Unit
Hemodialisis, yang terdiri dari: biaya listrik, biaya air, biaya bahan habis
pakai/obat, honor supervisor medis, insentif perawat, dan biaya cucian.
c. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dimanfaatkan secara langsung di Unit
Hemodialisis RSU Methodist Medan untuk melaksanakan kegiatannya selama
tahun 2006, yang merupakan penggabungan biaya tetap dan biaya variabel.
d. Biaya tak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dimanfaatkan secara langsung akan
tetapi merupakan biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan di
Unit Hemodialisis RSU Methodist selama tahun 2006, yang terdiri dari: biaya
direksi dan administrasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS),
laundry, dan lain-lain.
e. Biaya total
Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Unit Hemodialisis RSU
Methodist Medan tahun 2006 yang merupakan penjumlahan biaya langsung dan
tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
f. Produk pelayanan hemodialisis
Produk pelayanan hemodialisis adalah hasil/jumlah pelayanan hemodialisis yang
diberikan oleh RSU Methodist Medan kepada pasien selama tahun 2006.
g. Biaya satuan
Biaya satuan adalah biaya yang dikeluarkan oleh Unit Hemodialisis RSU
Methodist Medan untuk menghasilkan satu output atau tindakan hemodialisis
pada setiap pasien selama tahun 2006.
3.5. Metode Analisis Data
Hasil pengumpulan data di atas dianalisis melalui pendekatan biaya-biaya
tetap dan biaya variabel yang merupakan biaya langsung yang terjadi di Unit
Hemodialisis. Setelah itu data biaya dari unit penunjang yang merupakan biaya tidak
langsung ditelusuri berdasarkan bobot atau persentase pembebanan dengan cara
distribusi ganda dan digabungkan dengan biaya langsung menjadi biaya total. Jumlah
biaya total ini selanjutnya dipergunakan untuk menghitung biaya satuan setelah
dibagi dengan banyaknya tindakan hemodialisis.
Pendistribusian biaya dilakukan dari unit penunjang ke unit penunjang lainnya
serta ke unit produksi berdasarkan beberapa asumsi antara lain:
a. Luas lantai untuk distribusi biaya gedung dan air,
b. Jumlah personil untuk distribusi biaya gaji,
Universitas Sumatera Utara
c. Berat (kg) cucian kering untuk distribusi biaya laundry,
d. Jumlah pemakaian listrik (KVA) untuk distribusi biaya peralatan medis dan non
medis.
Pembuatan spreadsheet dengan menggunakan program �Microsoft Excel�
yang dibagi atas dua kelompok, yaitu:
i. Unit penunjang diletakkan di bagian kiri matriks.
ii. Unit produksi diletakkan di bagian kanan matriks.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Contoh Pembuatan Spreadsheet Metode Distribusi Ganda dengan Dasar Alokasi Variabel - 01
Universitas Sumatera Utara
RUMUS-RUMUS : E3 = SUM (B3:D3) F16 = F3/I3*B13 E4 = SUM (B4:D4) F17 = F3/I3*C13 E5 = SUM (B5:D5) F18 = F3/I3*D13 E7 = SUM (B7:D7) F19 = SUM (F16:F18) I3 = SUM (F3:H3) F20 = F7+F13+F19 I4 = SUM (F4:H4) G16 = G3/I3*B13 I5 = SUM (F5:H5) G17 = G3/I3*C13 I7 = SUM (I3:I5) G18 = G3/I3*D13 J3 = E3+I3 G19 = SUM (G16:G18) J4 = E4+I4 G20 = G7+G13+G19 J5 = E5+I5 H16 = H3/I3*B13 J7 = E7+I7 H17 = H3/I3*C13 C10 = C3/(J3-B3)*B7 H18 = H3/I3*D13 C12 = C3/(J3-D3)*D7 H20 = H7+H13+H19 C13 = SUM (C10:C12) I10 = SUM (F10:H10) B11 = B3/(J3-C3)*C7 I11 = SUM (F11:H11) B12 = B3/(J3-D3)*D7 I12 = SUM (F12:H12) B13 = SUM (B11:B12) I13 = SUM(I10:I12) D10 = D3/(J3-B3)*B7 I16 = SUM (F16:H16) D11 = D3/(J3-C3)*C7 I17 = SUM (F17:H17) D13 = SUM (D10:D11) I18 = SUM (F18:H18) E10 = SUM (C10:D10) I19 = SUM (I16:I18) E11 = SUM (B11:D11) I 20 = I7+I13+I19 E12 = SUM (B12:C12) J10 = E10+I10 E13 = SUM (E10:E12) J11 = E11+I11 F10 = F3/(J3-B3)*B7 J12 = E12+I12 F11 = F3/(J3-C3)*C7 J13 = SUM(J10:J12) F12 = F3/(J3-D3)*D7 J16 = I16 F13 = SUM (F10:F12) J17 = I17 G10 = G3/(J3-B3)*B7 J18 = I18 G11 = G3/(J3-C3)*C7 J19 = I19 G12 = G3/(J3-D3)*D7 J20 = I20 = J7 G13 = SUM (G10:G12) H10 = H3/(J3-B3)*B7 H11 = H3/(J3-C3)*C7 H12 = H3/(J3-D3)*D7 H13 = SUM (H10:H12)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Profil Umum RSU Methodist Medan
4.1.1. Sejarah Perkembangan
Pekerjaan pembangunan RSU Methodist Medan pertama kali dimulai pada
pertengahan tahun 1975 dalam bentuk bangunan dua lantai empat persegi panjang
pada lahan bekas sekolah Perguruan Kesatria, dan diresmikan pemakaiannya pada
tanggal 16 Oktober 1976. Setelah mengalami beberapa kali renovasi serta
penambahan bangunan-bangunan sesuai dengan kebutuhannya tanpa perencanaan
jangka panjang, maka pada pertengahan tahun 1996, 60% gedung rumah sakit
dibongkar total dan dimulai pembangunan gedung baru berlantai empat yang
kemudian diresmikan pemakaiannya pada tanggal 20 Februari 1999.
Sisa gedung lama yang 40% yang dipakai untuk pelayanan dan perawatan
pasien rumah sakit selama pembangunan berjalan, di mana tidak mungkin seluruh
kegiatan rumah sakit dihentikan, seyogianya juga akan dibongkar dan dibangun bila
pembangunan gedung utama selesai, tetapi pelaksanaannya tertunda karena gejolak
krisis moneter, hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.
RSU Methodist memiliki fasilitas-fasilitas pelayanan antara lain: Ruang
UGD, Kamar Bedah (3 kamar operasi), Intensive Care Unit (ICU) dan Recovery,
Ruang Rawat Inap (Royal Suite, Super Vip, Vip, Klas I, Klas II, Klas III, Kebidanan
dan Neonati), Ruang Treadmill, Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Ruang Radiologi
Universitas Sumatera Utara
(Rongent, CT-Scan, dan USG, Ruang Hemodialisis dan klinik-klinik praktek spesialis
antara lain Gigi, Penyakit Dalam dan Neurologi.
4.1.2. Falsafah, Visi dan Misi
Rumah Sakit Methodist Medan adalah milik Yayasan Rumah Sakit Gereja
Methodist Indonesia Gloria. Sifat corporate Rumah Sakit Methodist adalah non-
profit, sesuai dengan misi gereja yang mengutamakan segi sosial.
Falsafah RSU Methodist Medan:
Mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien, pelayanan pengobatan
yang manusiawi dan pelayanan perawatan dengan sentuhan Kasih Tuhan.
Visi RSU Methodist Medan:
Mengobati dan melayani dengan kasih serta tercapainya derajat kesehatan
yang optimal pada pasien-pasien.
Dalam mencapai visi ini Rumah Sakit Methodist Medan telah menetapkan
misinya.
Misi Rumah Sakit Methodist Medan:
1. Turut mendukung program pemerintah di bidang kesehatan dan memuliakan
nama Tuhan melalui pelayanan kesehatan.
2. Menyelenggarakan pelayanan medis.
3. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non-medis.
4. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan.
5. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
6. Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum dan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Struktur Organisasi
Dewan direksi Rumah Sakit Methodist Medan terdiri dari 3 orang yaitu
Direktur Utama, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Wakil Direktur Keuangan dan
Administrasi. Dewan direksi diangkat oleh Yayasan Rumah Sakit Gereja Methodist
Indonesia Gloria dengan masa dinas 2 tahun. Seluruh anggota yayasan merupakan
utusan resmi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pihak Gereja Methodist Indonesia
Jemaat Gloria.
Adapun struktur organisasi Rumah Sakit Methodist Medan dapat dilihat pada
skema di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
YAYASAN RS GMI GLORIA
DIREKTUR
KOMITE MEDIK INTERNAL AUDIT
WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASIKEUANGAN
WAKIL DIREKTUR PELAYANAN
MEDIS/PERAWATAN
MEDICAL RECORD
PERAWATAN
PERSONALIA
PENANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT
ADMINISTRASI/Umum
SEKRETARIAT
INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA RUMAH
SAKIT
AKUNTANSI
ADM/KEUANGAN
KASIR
LOGISTIK
RAWAT JALAN
RAWAT INAP
INSTALASI LABORATORIUM/KLINI
K
IMAGING
FARMASI/KAMAR OBAT
STAFF DOKTER
UNIT GAWAT DARURAT
POLIKLINIK UMUM
KLINIK GIGI
KLINIK SPESIALIS
GIZI UNIT HEMODIALISIS
Gambar 4.1. Struktur Organisasi RSU Methodist Medan
53
Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Jenis Pelayanan
RSU Methodist adalah rumah sakit umum tipe B yang berlokasi di Jalan
M.H.Thamrin No. 105 Medan dengan luas lahan 3224 m2. Bentuk fisik rumah sakit
ini horizontal empat persegi panjang dan di tengah-tengah terdapat taman dan
di samping rumah sakit terdapat lapangan parkir yang cukup luas.
RSU Methodist Medan memiliki sarana pelayanan antara lain:
a. Instalasi Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan melayani kasus-kasus rawat jalan yang terdiri dari 2 klinik
spesialis yaitu spesialis penyakit dalam dan spesialis saraf dan satu klinik gigi.
Jumlah kunjungan keseluruhan 3925 orang pasien selama tahun 2006.
b. Instalasi Gawat Darurat
Instalasi gawat darurat merupakan pintu masuk untuk kasus-kasus yang bersifat
gawat darurat dan kasus-kasus umum dan dibuka 24 jam dengan 7 (tujuh) orang
dokter jaga yang bertugas secara bergilir. Jumlah kunjungan sebanyak 5871 orang
dalam tahun 2006.
c. Instalasi Rawat Inap
Instalasi rawat inap RSU Methodist Medan memiliki kapasitas 99 empat tidur
rawat inap dengan penyebaran seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Distribusi Tempat Tidur RSU Methodist Medan Tahun 2006
Kelas Perawatan Jumlah (Tempat Tidur)
Persentase (%)
Royal Suite 4 4,04 Super Vip 9 9,09 Vip 5 5,05 Kelas I 12 12,12 Kelas II-A 16 16,16 Kelas II-B 8 8,08 Kelas III 29 29,30 Kebidanan 3 3,03 Neonati 4 4,04 Intensive Care Unit(ICU) 9 9,09
Jumlah 99 100,00 Sumber: Bagian Umum/Administrasi RSU Methodist Medan, 2006
Dari Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa RSU Methodist adalah rumah
sakit untuk kalangan menengah kebawah di mana tempat tidur yang disediakan
sekitar 65% adalah untuk Kelas I, II dan III dan rumah sakit juga menjalankan fungsi
sosial di mana hampir sekitar 30% dari total tempat tidur yang tersedia adalah tempat
tidur untuk Kelas III. Ini sudah melebihi ketentuan atau syarat pemerintah yang
mengharuskan rumah sakit swasta minimal harus menyediakan 25% kapasitas tempat
tidurnya untuk Kelas III. Jumlah pasien rawat inap selama tahun 2006 sebanyak 3356
orang.
d. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan merupakan tempat dilakukannya
tindakan-tindakan persalinan serta tindakan kecil kebidanan dan kandungan lain
seperti kuretase. Mempunyai satu ruang persalinan serta tiga tempat tidur untuk
Universitas Sumatera Utara
rawat inap ibu dan 4 tempat tidur neonati. Jumlah pasien yang dirawat adalah 25
orang.
e. Instalasi Bedah Sentral
Instalasi bedah sentral terdiri dari tiga kamar operasi di mana dua kamar operasi
untuk tindakan operasi besar (major surgery) yang terencana maupun emergency
dan satu lagi adalah kamar operasi untuk tindakan operasi kecil (minor surgery).
Jumlah tindakan operasi di kamar bedah dalam tahun 2006 adalah 314 kasus.
f. Instalasi Laboratorium
Instalasi laboratorium merupakan sarana untuk pemeriksaan penunjang diagnostik
dengan kemampuan pemeriksaan sederhana sampai yang rumit/ canggih.
g. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi adalah sarana untuk pelayanan kefarmasian bagi pasien-pasien
RSU Methodist Medan.
h. Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi merupakan unit penunjang diagnostik untuk pemeriksaan
radiologi dengan atau tanpa bahan kontras serta pemeriksaan Ultrasonography
(USG) dan CT-Scan. Instalasi ini melayani 3457 pasien selama tahun 2006.
i. Instalasi Hemodialisis
Instalasi Hemodialisis merupakan sarana pelayanan untuk proses hemodialisis
pasien-pasien yang mengalami gagal ginjal terminal. Dengan mesin hemodialisis,
dializer, cairan dialisat darah pasien dibersihkan dari racun-racun dan sisa
Universitas Sumatera Utara
metabolisme. Jumlah tindakan hemodialisis selama tahun 2006 adalah sebanyak
1311 tindakan.
Tabel 4.2. Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit Methodist Medan Januari - Desember 2006
Pasien Keluar Indikator Pelayanan Bulan
Pasien Masuk
Hidup Mati ≤48 j
Mati >48 j
Pasien keluar
hidup + mati
Lama rawatan pasien keluar
hidup + mati
Hari Rawatan
BOR (%)
AvLOS (hari)
TOI (hari)
BTO (kali)
GDR (�)
NDR (�)
Januari 337 326 10 8 344 1225 1229 40,04 3,56 5,35 3,47 52,32 23,25 Pebruari 309 281 9 11 301 1155 1298 46,82 3,84 5,37 3,04 66,44 36,54 Maret 293 285 14 9 308 1271 1097 35,74 4,13 6,40 3,11 74,67 29,22 April 218 188 7 10 205 905 975 32,83 4,41 9,73 2,07 82,93 48,78 M e i 271 267 7 12 286 1029 1163 37,89 3,60 6,66 2,88 66,43 41,96 Juni 263 239 9 4 252 876 970 32,66 3,48 7,94 2,54 51,59 15,87 Juli 267 255 11 12 278 1144 1076 35,06 4,11 7,17 2,81 82,73 43,16 Agustus 232 206 11 10 227 862 816 26,59 3,80 9,92 2,29 92,51 44,05 September 248 236 4 3 233 1256 895 30,13 5,17 8,54 2,45 28,80 12,34 Oktober 293 271 14 7 292 1054 1087 35,42 3,61 6,79 2,95 71,92 23,97 Nopember 311 293 12 7 312 1007 1061 35,72 3,23 6,12 3,15 60,9 22,43 Desember 339 311 15 8 334 1197 1177 38,35 3,52 5,66 3,37 68,86 23,95 Jumlah 3381 3158 123 101 3382 12981 12844 35,54 3,84 6,87 34,16 66,23 29,86
Sumber: Bagian Rekam Medik RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)
4.1.5. Ketenagaan/Sumber Daya Manusia (SDM)
RSU Methodist Medan memiliki ketenagaan yang tetap sebanyak 219 orang
dengan klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Klasifikasi Ketenagaan RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Jenis Ketenagaan Jumlah (Orang) 1. Direksi 3 2. Dokter Umum 7 3. Dokter Gigi 3 4. Paramedis 111 5. Petugas Laboratorium 8 6. Petugas Farmasi 6 7. Petugas Radiologi 5 8. Petugas Dapur 16 9. Administrasi Umum 8 10. Administrasi Keuangan 11 11. Petugas Rekam Medis 2 12. Laundry 6 13. IPSRS 22 14. Supir 4 15. Satpam 6 16. Konselor Kerohanian 1
Jumlah 219 Sumber: Data Bagian Kepegawaian RSU Methodist Medan Tahun 2006
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah ketenagaan yang ada di RSU
Methodist Medan sebanyak 219 orang, dan sebagian besar adalah paramedis
perawat/bidan yaitu sebanyak 111 orang atau sekitar 51,15%.
4.1.6. Tarif Hemodialisis
RSU Methodist Medan memulai pelayanan hemodialisis pada tahun 2003 dan
dalam menjalankan fungsi sosialnya tarif pelayanan hemodialisis yang ditetapkan
belum berubah sampai saat ini (31 Desember 2006) sebagaimana tertera pada Tabel
4.4 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Tarif Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan 2006
Jenis Hemodialisis Tarif (Rupiah) Single-use 600.000.- Reused 520.000.-
Sumber: Bagian Hemodialisis RSU Methodist Medan, Tahun 2006
4.1.7. Produk Pelayanan Unit Hemodialisis
Jumlah output Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan selama periode
Januari - Desember Tahun 2006 seperti tertera pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No Bulan Jumlah Pelayanan
1 Januari 67 2 Februari 62 3 Maret 75 4 April 78 5 Mei 100 6 Juni 100 7 Juli 125 8 Agustus 144 9 September 123
10 Oktober 160 11 November 146 12 Desember 131
Jumlah 1.311 Sumber: Bagian Rekam Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006
Pelayanan hemodialisis selama tahun 2006 di RSU Methodist Medan yang
berjumlah 1.311 kali pelayanan hemodialisis sebanyak 18 kali merupakan single use
sedangkan sisanya sebesar 1.293 kali merupakan reused.
Untuk tahun 2006 di mana rata-rata 1 mesin melakukan 327,75 tindakan
hemodialisis dalam satu tahun atau dengan perkataan lain dalam 312 hari kerja per
tahun setiap mesin hanya melayani 1,05 pasien per hari. Dalam penelitian ini didapat
Universitas Sumatera Utara
total hemodialisis yang dilakukan 4458 jam sehingga didapat rata-rata 3,4 jam per
pasien per kali hemodialisis ditambah waktu persiapan (priming time) serta waktu
mengakhiri hemodialisis (ending time) maka diperkirakan satu pasien memerlukan
waktu rata-rata 4-5 jam per pasien per kali hemodialisis.
4.2. Mekanisme Perhitungan Biaya Satuan
Pertama sekali dilakukan pengelompokan unit-unit yang ada di RSU
Methodist Medan yang dibagi menjadi unit penunjang dan unit produksi.
1. Unit penunjang
a. Direksi dan Administrasi.
b. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS).
c. Laundry.
2. Unit Produksi yang terdiri dari 2 kelompok yakni:
a. Unit Hemodialisis.
b. Kelompok Non-Hemodialisis yang terdiri dari.
1). Kamar operasi,
2). Rawat jalan,
3). Rawat darurat,
4). Kebidanan,
5). Rawat inap,
6). Laboratorium,
7). Radiologi,
Universitas Sumatera Utara
8). Farmasi,
9). Gizi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan biaya satuan di Unit Pelayanan
Hemodialisis RSU Methodist Medan adalah merupakan biaya total dibagi dengan
jumlah produk pelayanan hemodialisis yang dihasilkan selama tahun 2006. Biaya
total merupakan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam
proses pelayanan hemodialisis di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama
tahun 2006. Kegiatan analisis biaya ditelusuri melalui perhitungan biaya langsung
dan biaya tak langsung.
4.2.1. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dimanfaatkan langsung di Unit
Hemodialisis yang dibentuk dari 2 komponen biaya yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
4.2.1.1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya di Unit Hemodialisis selama tahun 2006 yang
besarnya relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah output atau produksi yang dihasilkan
yang terdiri dari:
a. Biaya investasi gedung.
b. Biaya mesin hemodialisis.
c. Biaya peralatan medis lain.
d. Biaya peralatan non-medis.
e. Biaya gaji personel.
Universitas Sumatera Utara
Investasi gedung besarnya ditetapkan dengan menghitung biaya penyusutan
gedung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu setelah diketahui harga
perolehan gedung di mana unit hemodialisis berada yang kemudian dibagi dengan
umur ekonomisnya. Demikian juga halnya untuk menetapkan biaya penyusutan
mesin hemodialisis, biaya penyusutan peralatan baik peralatan medik maupun non-
medik.
Berikut ini adalah Tabel 4.6 yang menunjukkan tentang distribusi luas lantai
di RSU Methodist Medan menurut unit kerja masing-masing.
Tabel 4.6. Distribusi Luas Lantai di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Luas Lantai (m2) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 216 7,93 2. Laundry 328 12,04 3. IPSRS 50 1,84 4. Dapur 101 3,72 5. Kamar Operasi 157 5,76 6. Rawat Jalan 120 4,41 7 ICU 240 8,82 8. Kebidanan 69 2,54 9. Rawat Inap 1107 40,61 10. Laboratorium 33 1,21 11. Radiologi 190 6,97 12. Farmasi 35 1,30 13. Hemodialisis 80 2,94
Jumlah 2726 100,00 Sumber: IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)
Dalam perhitungan biaya penyusutan gedung nilai ekonomis gedung
diperhitungkan untuk jangka waktu 20 tahun. Adapun harga perolehan gedung adalah
sebesar Rp. 3.319.673.080,00.- Dengan metode garis lurus diperoleh biaya
Universitas Sumatera Utara
penyusutan gedung RSU Methodist Medan tahun 2006 adalah sebesar
Rp. 165.983.654,00.-
Tabel 4.6 di bawah ini menampilkan besaran biaya penyusutan gedung RSU
Methodist Medan tahun 2006 dengan jumlah total Rp. 165.983.654,00.- yang
diuraikan menurut unit kerja sebagai berikut:
Tabel 4.7. Data Biaya Penyusutan Gedung RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Biaya Penyusutan (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 13.152.043,02 7,93 2. Laundry 19.971.620,88 12,04 3. IPSRS 3.044.454,40 1,84 4. Dapur 6.163.466,87 3,72 5. Kamar Operasi 9.543.432,57 5,76 6. Rawat Jalan 7.306.690,56 4,41 7. Rawat darurat 14.613.381,12 8,82 8. Kebidanan 4.208.388,67 2,54 9. Rawat Inap 67.284.513,30 40,61 10. Laboratorium 2.004.783,58 1,21 11. Radiologi 11.548.216,15 6,97 12. Farmasi 2.153.899,72 1,30 13. Hemodialisis 4.871.127,04 2,94
Jumlah 165.983.654,00 100,00 Sumber: Sub Bagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan-2006, data diolah
Berdasarkan Luas Lantai Masing-masing Unit Dari Tabel 4.7 di atas tampak bahwa biaya penyusutan gedung terbesar berada
di unit rawat inap sebesar Rp. 67.284.513,30.- (40,61%). Biaya penyusutan gedung
untuk Unit Hemodialisis adalah sebesar Rp. 4.871.127,04 (2,94%).
Tabel 4.8 menunjukkan distribusi pemakaian listrik menurut masing-masing
unit kerja di RSU Methodist Medan selama tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Data Distribusi Pemakaian Listrik di Masing-Masing Unit Kerja di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Pemakaian Listrik (VA) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 9.005 3,36 2.
Laundry 200 0,08
3. IPSRS 27.372 10,21 4. Dapur 1.507 0,57 5. Kamar Operasi 19.056 7,11 6. Rawat Jalan-UGD 4.392 1,64 7. ICU 8.799 3,28 8. Kebidanan 2.813 1,05 9. Rawat Inap 53.822 20,07 10. Laboratorium 4.227 1,58 11. Radiologi 119.695 44,63 12. Farmasi 1.805 0,68 13. Hemodialisis 15.504 5,78
Jumlah 268.197 100,00 Sumber: IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)
Dalam perhitungan penyusutan peralatan medis nilai ekonomis
diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Untuk perhitungan penyusutan peralatan
medis dipisahkan antara mesin hemodialisis dengan peralatan medis lainnya. Mesin
hemodialisis yang berjumlah 4 (empat) unit di mana satu unit merupakan mesin yang
kontrak kerjasama dan yang 3 unit merupakan mesin yang dibeli pihak rumah sakit.
Biaya yang dikenakan untuk mesin kontrak kerjasama itu dibebankan ke bahan-bahan
habis pakai. Jadi dalam perhitungan biaya bahan habis pakai untuk keperluan
hemodialisis sudah termasuk biaya kontrak mesin tersebut. Dalam hal ini kontrak
pemakaian bahan habis pakai untuk satu unit mesin hemodialisis adalah 2400 set
bahan habis pakai. Jika target 2400 set tersebut telah dipenuhi maka mesin tersebut
menjadi milik pihak rumah sakit. Dalam kontrak kerjasama pemakaian mesin
Universitas Sumatera Utara
hemodialisis sudah termasuk satu unit water treatment dengan sistem Reverse
Osmosis (RO).
Satu mesin dibeli tahun 2003 seharga Rp. 99.010.769.- per unit dan satu unit
merupakan mesin dengan sistem kontrak. Sedangkan 2 unit mesin dibeli pihak rumah
sakit pada tahun 2005 seharga Rp. 115.559.990.- per unit. Total harga perolehan
mesin hemodialisis adalah sebesar Rp. 330.130.749,00.- Dengan demikian dengan
perhitungan penyusutan metode garis lurus didapat penyusutan 3 unit mesin
hemodialisis adalah sebesar Rp. 66.026.149,80.-
Jadi total penyusutan mesin hemodialisis selama tahun 2006 adalah
Rp. 66.026.149,80
Dalam perhitungan biaya penyusutan peralatan medis lain, nilai ekonomis
juga diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Total harga perolehan peralatan
medis lain selama tahun 2006 adalah Rp. 2.213.145.275,00.- Dengan perhitungan
memakai metode garis lurus diperoleh biaya penyusutan peralatan medis lain tahun
2006 adalah sebesar Rp. 442.629.055,00.- Tabel 4.9 di bawah ini menampilkan biaya
penyusutan peralatan medis lain di RSU Methodist Medan tahun 2006 sebesar Rp.
442.629.055,00.- dengan dasar alokasi jumlah pemakaian listrik di masing-masing
unit kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Data Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Biaya Penyusutan
(Rp) Persentase (%)
1. Direksi dan Administrasi 14.861.742,08 3,36 2.
Laundry 330,077.56 0,08
3. IPSRS 45.174.414,68 10,21 4. Dapur 2.522.985,61 0,57 5. Kamar Operasi 31.470.925,81 7,11 6. Rawat Jalan 7.259.116,50 1,64 7. Rawat darurat 14.518.233,00 3,28 8. Kebidanan 4.647.605,08 1,05 9. Rawat Inap 88.835.651,34 20,07 10. Laboratorium 6.993.539,07 1,58 11. Radiologi 197.545.347,25 44,63 12. Farmasi 3.009.877,57 0,68 13. Hemodialisis 25.587.612,35 5,78
Jumlah 442.629.055,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006
dengan Distribusi Berdasarkan Pemakaian Listrik (Data Diolah)
Untuk peralatan non medis, seperti pada peralatan medis nilai ekonomi
diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Harga perolehan peralatan non medis
adalah Rp. 487.344.635,00.- Dengan perhitungan metode garis lurus diperoleh biaya
penyusutan peralatan non medis selama tahun 2006 adalah sebesar
Rp. 97.468.927,00.-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Data Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Biaya Penyusutan (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 3.272.623,06 3,36 2. Laundry 72.684,58 0,08 3. Umum dan Pemeliharaan 9.947.611,16 10,21 4. Dapur 555.652,21 0,57 5. Kamar Operasi 6.931.030,21 7,11 6. Rawat Jalan 1.598.718,64 1,64 7. Rawat darurat 3.197.437,29 3,28 8. Kebidanan 1.023.569,87 1,05 9. Rawat Inap 19.564.806,78 20,07
10. Laboratorium 1.540.228,94 1,58 11. Radiologi 43.506.593,26 44,63 12. Farmasi 662.883,34 0,68 13. Hemodialisis 5.634.508,38 5,78
Jumlah 97.468.927,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 dengan Dasar
Distribusi Pemakaian Listrik (Data Diolah) Tabel 4.11 merupakan daftar gaji personel di Unit Hemodialisis RSU
Methodist Medan tahun 2006 berupa gaji pokok, tidak termasuk insentif.
Tabel 4.11. Daftar Gaji Personel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006
Gaji Personel Unit Hemodialisis No Bulan
A B C D E F 1 Januari 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 2 Februari 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 3 Maret 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 4 April 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 5 Mei 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 6 Juni 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 7 Juli 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 8 Agustus 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 9 September 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 10 Oktober 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 11 Nopember 1.176.500 1.013.000 978.000 805.000 925.500 807.500 12 Desember 1.176.500 1.013.000 978.000 925.500 925.500 807.500 Jumlah 13.818.000 12.146.000 11.726.000 9.780.500 9.901.000 4.845.000
Sumber: Subbagian Keuangan RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data Diolah)
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.11 di atas didapat jumlah gaji 6 orang perawat di Unit
Hemodialisis selama tahun 2006 adalah sebesar Rp. 62.216.500.-
Tabel 4.12 merupakan rangkuman dari komponen biaya yang membentuk
biaya tetap di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tahun 2006.
Tabel 4.12. Biaya Tetap Unit Hemodialisis RSU Methodist Selama Tahun 2006
No. Jenis Biaya Nilai (Rp) Persentase (%) 1. Biaya penyusutan gedung 4.871.127,04 2,99 2. Biaya penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 40,43 2. Biaya penyusutan peralatan medis lainnya 25.587.612,35 15,67 3. Biaya penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 3,45 4. Gaji personel 62.216.500,00 38,10
Jumlah 163.335.897,57 100,00
4.2.1.2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan
selama tahun 2006 yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya produksi. Biaya
variabel di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan terdiri dari:
a. Biaya listrik.
b. Biaya air.
c. Biaya bahan habis pakai/obat.
d. Biaya honor supervisor.
e. Biaya insentif perawat.
f. Biaya cucian.
Untuk tahun 2006 total biaya pemakaian listrik di RSU Methodist Medan
adalah sebesar Rp. 312.475.745,00.- Pada Tabel 4.13 menunjukkan data
Universitas Sumatera Utara
pendistribusian biaya pemakaian listrik berdasarkan jumlah pemakaian listrik
di masing-masing unit kerja.
Tabel 4.13. Data Distribusi Biaya Pemakaian Listrik di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Pemakaian
Listrik (VA)
Biaya Pemakaian Listrik (Rp)
Persentase (%)
1. Direksi dan Administrasi 9.005 10.491.706,04 3,36 2. Laundry 200 233.019,57 0,08 3. IPSRS 27.372 31.891.058,04 10,21 4. Dapur 1.507 1.781.366,06 0,57 5. Kamar Operasi 19.056 22.220.197,70 7,11 6. Rawat Jalan 4.392 5.125.333,93 1,64 7. Rawat darurat 8.799 10.250.667,86 3,28 8. Kebidanan 2.813 3.281.463,80 1,05 9. Rawat inap 53.822 62.722.836,54 20,07 10. Laboratorium 4.227 4.937.821,71 1,58 11. Radiologi 119.695 139.477.837,31 44,63 12. Farmasi 1.805 2.125.138,46 0,68 13. Hemodialisis 15.504 18.063.676,89 5,78
Jumlah 268.197 312.475.745,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006
dengan Dasar Distribusi Pemakaian Listrik (Data Diolah) Selama tahun 2006 total biaya pemakaian air di RSU Methodist Medan adalah
sebesar Rp. 173.966.625,00.- Pada Tabel 4.14 menunjukkan distribusi biaya
pemakaian air berdasarkan luas lantai di masing-masing unit kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Data Distribusi Pemakaian Air di Masing-Masing Unit Pelayanan di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Biaya Pemakaian Air (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 13.795.553,37 7,93 2. Laundry 20.945.581,65 12,04 3. IPSRS 3.200.985,90 1,84 4. Dapur 6.471.558,45 3,72 5. Kamar Operasi 10.020.477,60 5,76 6. Rawat Jalan 7.671.928,17 4,41 7. Rawat darurat 15.343.856,33 8,82 8. Kebidanan 4.418.752,28 2,54 9. Rawat Inap 70.647.846,42 40,61 10. Laboratorium 2.104.996,17 1,21 11. Radiologi 12.125.473,77 6,97 12. Farmasi 2.261.566,13 1,30 13. Hemodialisis 5.114.618,78 2,94
Jumlah 173.966.625,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data
Diolah Berdasarkan Luas Lantai Masing-masing Unit)
Dalam proses hemodialisis dibutuhkan biaya untuk bahan habis pakai/obat
yang terdiri dari bahan utama, bahan tambahan dan biaya reuse seperti yang tertera
pada Tabel 4.15 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Bahan Habis Pakai dalam Proses Sekali Hemodialisis Tahun 2006
No Bahan Jumlah A Bahan Utama
1 Dialyzer 118.781,00 2 Bloodlines 45.685,00 3 AV Fistula 2x Rp.5.482 10.964,00 4 Concentrate 105.075,00
Jumlah 280.505,00 B Bahan Tambahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15
Sodium Chloride 0,9% 1000ml 2xRp 8300.- Infusion set Spuit 20ml, 5ml, 1ml Surgical Glove Nebacetine powder 1/10 Betadine solution 10 ml Alkohol 70% 25 ml Heparin 5000 3 cc Lidocain 2ml Band aid 2 bh Microspore Gauz pad/10 buah Masker/2 buah Sodium Hypocloride (Bayclin)-desinfectant mesin Citric acid 25 gr
16.600,00 4.700,00 9.800,00 8.150,00 1.900,00 1.350,00
500,00 14.500,00 1.000,00
400,00 1.375,00 2.750,00
600,00 1.100,00
575,00 Jumlah 65.300,00
C Biaya reuse 1 Formalin 4%, 300 cc 1.500,00 2 H2O2, 3% 150 cc 900,00 3 Air RO, 20 l 2.000,00
Jumlah 4.400,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Instalasi Hemodialisis RSU Methodist Medan
Tahun 2006 (Data Diolah)
Untuk single use biaya bahan yang habis dipakai per set Rp. 280.505.- Untuk
per set bahan habis pakai tanpa dialyzer Rp. 161.724.- Untuk yang reuse dengan
asumsi setiap dialyzer dipakai berulang sebanyak 5 kali sehingga didapat dari jumlah
Universitas Sumatera Utara
1293 kali hemodialisis 258,6 kali dengan dialyzer baru dan 1034,4 kali dengan
dialyzer reuse, tanpa memakai dialyzer baru. Setiap kali dialyzer yang sudah dipakai
dibersihkan kembali dengan suatu proses dan bahan-bahan pembersih
di mana dibutuhkan biaya tambahan sebesar Rp. 4.400.- per kali reuse. Dialyzer yang
dipakai berulang hanya untuk pasien yang bersangkutan, tidak dipakai untuk pasien
lain.
Untuk total hemodialisis selama tahun 2006 sebanyak 1311 kali dibutuhkan
biaya bahan disposible/obat sebagai berikut:
Bahan utama untuk Single use 18 x Rp 280.505 = Rp 5.049.090,00.-
Bahan utama untuk Reuse a. 258,6 x Rp 280.505 = Rp 72.538.593,00.-
b. 1034,4 x Rp 161.724 = Rp167.287.305,60.-
Biaya reuse 1034,4 x Rp 4.400.- = Rp 4.551.360,00.-
Bahan tambahan 1311 x Rp 65.300.- = Rp 85.608.300,00.-
Jumlah = Rp335.034.648,60.-
Honor Supervisor Medis diberikan Rp. 60.000.- per kali tindakan hemodialisis. Jadi
untuk jumlah tindakan yang 1311 kali hemodialisis tahun 2006 dikeluarkan biaya
Supervisor Medis sejumlah Rp. 78.660.000.-.
Jumlah insentif yang diberikan kepada perawat Unit Hemodialisis adalah
Rp. 15.000.- per kali hemodialisis. Jadi selama tahun 2006 telah dikeluarkan biaya
sebesar Rp. 19.665.000.- sebagai insentif perawat hemodialisis.
Universitas Sumatera Utara
Biaya cucian di masing-masing unit kerja dihitung berdasarkan berat cucian
(kg). Tabel 4.16 menunjukkan distribusi biaya cucian RSU Methodist Medan tahun
2006.
Tabel 4.16. Data Distribusi Cucian RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Kg.Cucian Kering
Biaya Persentase (%)
1. Direksi dan Administrasi 0,00 0,00 0,00 2. Laundry 0,00 0,00 0,00 3. Umum dan Pemeliharaan 0,00 0,00 0,00 4. Dapur 0,00 0,00 0,00 5. Kamar Operasi 3.790,00 3.895.833,67 26,96 6. Rawat Jalan 1.095,00 1.088116,75 7,53 7. Rawat darurat 1.570,00 1.560.645,54 10,80 8. Kebidanan 63,00 63.581.86 0,44 9. Rawat inap 7.370,00 7.323.473,67 50,68 10. Laboratorium 0,00 0,00 0,00 11. Radiologi 0,00 0,00 0,00 12. Farmasi 0,00 0,00 0,00 13. Hemodialisis 655,50 651.714,02 4,51
Jumlah 14.543,50 14.450.421,60 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Instalasi Laundry RSU Methodist Medan Tahun
2006 dengan Dasar Distribusi Berat Laundry (Data Diolah) Dari perhitungan di atas seluruh biaya variabel dapat dirangkum dalam Tabel
4.17 di bawah ini.
Tabel 4.17. Biaya Variabel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Jenis Biaya Jumlah (Rp) Persentase (%) 1. Biaya listrik 18.063.676,89 3,96 2. Biaya air 5.114.618,78 1,12 3. Bahan habis pakai 335.034.648,60 73,29 4. Honor supervisor medis 78.660.000,00 17,21 5. Insentif perawat 19.665.000,00 4,31 6. Biaya cucian 651.714,02 0,15
Jumlah 457.189.658,29 100,00
Universitas Sumatera Utara
Biaya langsung terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Pada Tabel 4.18
berikut ini menggambarkan biaya langsung beserta komponen-komponennya hasil
perhitungan di atas.
Tabel 4.18. Biaya Langsung Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006
Jenis Biaya Jumlah (Rp) Persentase (%)
Penyusutan gedung 4.871.127,04 0,79 Penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 10,64 Penyusutan peralatan medis lainnya 25.587.612,35 4,13 Penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 0,91
Biaya Tetap
Gaji personel 62.216.500,00 10,03 Biaya listrik 18.063.676,89 2,92 Biaya air 5.114.618,78 0.83 Bahan habis pakai 335.034.648,60 54,00 Honor supervisor 78.660.000,00 12.68 Insentif perawat 19.665.000,00 3,17
Biaya Variabel
Biaya cucian 651.714,02 0,11 Jumlah 620.525.555,86 100,00
4.2.2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung berasal dari biaya yang terjadi di unit-unit penunjang
yang didistribusikan ke Unit Hemodialisis. Biaya yang terjadi di unit-unit penunjang
terdiri dari biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan medis lain, biaya
penyusutan peralatan non-medis, gaji pegawai, biaya listrik dan biaya air yang terjadi
di unit penunjang tersebut. Biaya ini didistribusikan dari unit-unit penunjang tersebut
ke Unit Hemodialisis dengan menggunakan metode distribusi ganda. Distribusi ini
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing item sehingga akan selalu tampak
item komponen tersebut di dalam biaya satuan yang dihasilkan. Untuk biaya-biaya
Universitas Sumatera Utara
yang hanya terjadi di Unit Hemodialisis seperti biaya penyusutan mesin
hemodialisis, biaya bahan habis pakai/obat, honor supervisor, insentif perawat dan
biaya cucian tidak didistribusikan karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya
langsung yang hanya terjadi di Unit Hemodialisis.
Distribusi tahap pertama adalah melakukan alokasi biaya yang dikeluarkan
oleh setiap unit penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Pada distribusi
tahap kedua dilakukan alokasi biaya yang diterima oleh unit penunjang sebagai hasil
alokasi pertama ke seluruh unit produksi. Distribusi kedua ini dilakukan secara tuntas
sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit-unit penunjang.
Distribusi biaya ini, baik pada tahap pertama maupun tahap kedua, dilakukan
dengan menggunakan dasar alokasi yang berbeda-beda tergantung pada jenis
pelayanan yang diberikan oleh unit penunjang yang bersangkutan dan relevan
terhadap unit-unit yang menerima alokasi tersebut.
a. Biaya penyusutan gedung
Biaya penyusutan gedung dari unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh
unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi
yang dipergunakan adalah perhitungan luas lantai (Tabel 4.6). Distribusi biaya
penyusutan gedung dihitung berdasarkan luas lantai dengan asumsi semakin luas
lantai tempat unit tersebut semakin besar beban biaya penyusutan gedung yang
dibebankan ke unit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan didapatkan alokasi biaya penyusutan gedung unit-unit
penunjang seperti tergambar pada Lampiran I di mana biaya yang harus dialokasikan
ke Unit Hemodialisis adalah seperti yang diuraikan pada Tabel 4.19 di bawah ini.
Tabel 4.19. Alokasi Biaya Penyusutan Gedung dari Unit-unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Metodist Medan Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 419.188,62 76.723,67 495.912,29 2 Laundry 666.275,93 78.492,88 744.768,81 3 IPSRS 91.015,08 25.456,49 116.471,57
Jumlah 1.357.152,67 b. Biaya penyusutan peralatan medis lain
Biaya penyusutan peralatan medis lain dari unit penunjang didistribusikan ke
seluruh unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar
alokasi yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik seperti yang diuraikan
pada Tabel 4.8. Distribusi biaya penyusutan peralatan medis lain mempergunakan
jumlah pemakaian listrik dengan asumsi makin besar jumlah pemakaian listrik makin
banyak peralatan medis yang dipakai di unit yang bersangkutan.
Dari hasil perhitungan distribusi biaya penyusutan peralatan medis unit-unit
penunjang ke Unit Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 2, biaya yang
harus dialokasikan ke Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel
4.20 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20. Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 888.979,79 113.811,10 1.002.790,89 2 Laundry 19.095,45 3.278,86 22.374,31 3 IPSRS 2.908.270,01 107.312,99 3.015.583,00
Jumlah 4.040.748,20
c. Biaya penyusutan peralatan non-medis
Biaya penyusutan peralatan non-medis dari unit penunjang didistribusikan ke
seluruh unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar
alokasi yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik seperti yang diuraikan
pada Tabel 4.8. Distribusi biaya penyusutan peralatan non medis mempergunakan
jumlah pemakaian listrik dengan asumsi makin besar jumlah pemakaian listrik makin
banyak peralatan non medis yang dipakai di unit yang bersangkutan.
Dari hasil perhitungan distribusi biaya penyusutan peralatan non medis unit-
unit penunjang ke Unit Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 3, biaya yang
harus dialokasikan ke Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel
4.21 di bawah ini.
Tabel 4.21. Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 195.757,38 25.061,72 220.819,10 2 Laundry 4.204,90 722,02 4.926,92 3 IPSRS 640.414,26 23.630,81 664.045,07
Jumlah 889.791,09
Universitas Sumatera Utara
d. Biaya gaji pegawai
Biaya gaji yang terjadi pada unit penunjang didistribusikan ke seluruh unit
produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi yang
dipergunakan adalah distribusi jumlah pegawai seperti yang diuraikan pada Tabel
4.22 di bawah ini. Distribusi gaji pegawai berdasarkan jumlah personil dengan asumsi
makin banyak personilnya makin besar beban gaji yang dibebankan di unit
bersangkutan.
Tabel 4.22. Data Distribusi Gaji Berdasarkan Jumlah Pegawai di RSU Methodist Medan Tahun 2006
No. Unit Kerja Jumlah Pegawai
(Orang) Gaji (Rp)
Persentase (%)
1. Direksi dan Administrasi 25 329.152.031,05 11,42 2. Laundry 6 78.996.487,45 2,74 3. IPSRS 32 421.314.599,74 14,62 4. Dapur 16 210.657.299,87 7,31 5. Kamar Operasi 11 144.826.893,66 5,03 6. Rawat Darurat 13 171.159.056,14 5,94 7. Rawat Jalan 18 236.989.462,35 8,22 8. Kebidanan 6 78.996.487,45 2,74 9. Rawat Inap 67 882.127.443,19 30,60
10. Laboratorium 8 105.328.649,92 3,66 11. Radiologi 5 65.830.406,19 2,29 12. Farmasi 6 78.996.487,46 2,74 13. Hemodialisis 6 78.996.487,45 2,74
Jumlah 219 2.883.371.792,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Subbagian Personalia RSU Methodist Medan
Tahun 2006 Didistribusikan Berdasarkan Jumlah Personel (Data Diolah)
Jumlah gaji seluruh pegawai RSU Methodist Medan tahun 2006 adalah
Rp. 2.883.371792,00.-
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan distribusi biaya gaji unit-unit penunjang ke Unit
Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 4, biaya yang harus dialokasikan ke
Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.23 berikut ini.
Tabel 4.23. Alokasi Biaya Gaji Pegawai dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 10.179.959,72 2.522.975,75 12.702.935,47 2 Laundry 2.225.253,17 911.464,43 3.136.717,60 3 IPSRS 13.518.115,50 2.544.659,05 16.062.774,55
Jumlah 31.902.427,62 e. Biaya listrik
Walaupun Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan telah menanggung biaya
listrik yang terjadi di Unit Hemodialisis sebagai biaya variabelnya, juga harus
menerima biaya listrik yang terjadi di unit-unit penunjang terkait sebagai biaya tak
langsung. Biaya listrik yang terjadi di unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh
unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi
yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik di masing-masing unit seperti
yang diuraikan pada Tabel 4.8. Distribusi biaya listrik mempergunakan jumlah
pemakaian listrik secara proporsional di masing-masing unit pelayanan.
Dari hasil perhitungan distribusi biaya listrik dari unit-unit penunjang ke Unit
Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 5, biaya yang harus dialokasikan ke
Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.24 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24. Alokasi Biaya Listrik dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan administrasi 627.578,82 80.345,40 707.924,22 2 Laundry 13.480,51 2.314,73 15.795,24 3 IPSRS 2.053.104,80 75.758,03 2.128.862,83
Jumlah 2.852.582,29 g. Biaya air
Walaupun Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan telah menanggung biaya
air yang terjadi di Unit Hemodialisis sebagai biaya variabelnya juga harus menerima
biaya air yang terjadi di unit-unit penunjang terkait sebagai biaya tak langsung. Biaya
air yang terjadi di unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh unit produksi dengan
menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi yang dipergunakan
adalah luas lantai di masing-masing unit seperti yang diuraikan pada Tabel 4.6.
Distribusi biaya air berdasarkan luas lantai dengan asumsi makin luas unit pelayanan
makin banyak pemakaian air.
Dari hasil perhitungan distribusi biaya air dari unit-unit penunjang ke Unit
Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 6, biaya yang harus dialokasikan ke
unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.25 di bawah ini.
Tabel 4.25. Alokasi Biaya Air dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006
No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 439.349,47 80.413,69 519.763,16 2 Laundry 698.320,41 82.267,99 780.588,40 3 IPSRS 95.392,44 26.680,81 122.073,25
Jumlah 1.422.424,81
Universitas Sumatera Utara
Jadi dari perhitungan di atas seperti yang terlihat pada Tabel 4.19, Tabel 4.20,
Tabel 4.21, Tabel 4.23, Tabel 4.24 dan Tabel 4.25 dapat diketahui besarnya biaya
tidak langsung yang dialokasikan dari unit-unit penunjang ke Unit Hemodialisis RSU
Methodist Medan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.26 di bawah ini.
Tabel 4.26. Alokasi Biaya Tidak Langsung dari Unit-Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006
Asal Biaya
Jenis Biaya Dir & Adm Laundry IPSRS
Jumlah %
Peny. gedung 495.912,29 744.768,81 116.471,57 1.357.152,67 3,20 Peny. peral. medis lain 1.002.790,89 22.374,31 3.015.583,00 4.040.748,20 9,52 Peny.peral. non medis 220.819,10 4926,92 664.045,07 889.791,09 2,10 Gaji pegawai 12.702.935,47 3.136.717,60 16.062.774,55 31.902.427,62 75,13 Biaya listrik 707.924,22 15.795,24 2.128.862,83 2.852.582,29 6,72 Biaya air 519.763,16 780.588,40 122.073,25 1.422.424,81 3,35
Jumlah 15.650.145,13 4.705.171,28 22.109.810,27 42.465.126,68 100,00
4.2.3. Biaya Total
Setelah didapatkan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung,
selanjutnya hasil kedua biaya tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh angka total
biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan periode Januari-Desember 2006
dengan rincian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.27. Biaya Total Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006
Komponen Biaya Jumlah
(Rp)
Persentase (%)
Penyusutan gedung 4.871.127,04 0,74 Penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 9,96 Penyusutan peralatan medis lain 25.587.612,35 3,86 Penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 0,85
Biaya Tetap
(24,80%) Gaji personel 62.216.500,00 9,39 Biaya listrik 18.063.676,89 2,73 Biaya air 5.114.618,78 0,78 Biaya habis pakai 335.034.648,60 50,54 Honor supervisor 78.660.000,00 11,87 Insentif perawat 19.665.000,00 2,97
Biaya Langsung (93,79%)
Biaya Variabel (68,79%)
Biaya cucian 651.714,02 0,10 Penyusutan gedung 1.357.152,67 0,21 Penyusutan peralatan medis lain 4.040.748,20 0,61 Penyusutan peralatan non medis 889.791,09 0,14 Gaji pegawai 31.902.427,62 4,82 Biaya listrik 2.852.582,29 0,43
Biaya Tak Langsung (6,21%)
Biaya air 1.422.424,81 0,22 Biaya total 662.990.682,54 100,00
Dari Tabel 4.27 di atas dapat disimpulkan komponen-komponen yang
membentuk biaya total di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama tahun
2006 adalah sebesar Rp. 662.990.682,54.-.
Pada biaya langsung yang merupakan 93,79% dari total biaya, terlihat
komponen bahan habis pakai sebesar Rp. 335.034.648,60.- dan ini merupakan porsi
terbesar (50,54%) dari total biaya dan porsi kedua terbesar merupakan komponen
honor supervisor medis sebesar Rp. 78.660.000.- (11,87%).
Dari biaya tak langsung, yang merupakan 6,42% dari total biaya terlihat
komponen biaya terbesar ada pada biaya gaji pegawai sebesar Rp. 31.902.427,62.-
(4,82%) dan kedua terbesar pada komponen peralatan medis lain Rp. 4.040.748,20.-
(0.61%).
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian ini total financial requirements Unit Hemodialisis RSU
Methodist adalah sebesar Rp. 662.990.682,54.- selama tahun 2006.
4.2.4. Biaya Satuan
Biaya satuan Unit Hemodialisis adalah biaya total Unit Hemodialisis dibagi
dengan jumlah pelayanan di Unit Hemodialisis.
Biaya total yang didapat adalah Rp. 662.990.682,54.- selama tahun 2006.
Jumlah pelayanan yang dihasilkan selama tahun 2006 adalah 1311 kali
pelayanan hemodialisis.
Dengan demikian didapat biaya satuan adalah sebagai berikut:
Rp 662.990.682,54.- = Rp. 505.713,72.- per kali pelayanan hemodialisis. 1311 Jadi biaya satuan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama tahun
2006 adalah sebesar Rp. 505.713,72.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pendapatan Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan
Jumlah pendapatan yang seharusnya dari Unit Pelayanan Hemodialisis RSU
Methodist Medan selama tahun 2006 seperti tertera pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Pendapatan yang Seharusnya Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan, Periode Januari 2006 - Desember 2006
No. Jenis
Hemodialisis
Tarif Hemodialisis
(Rp)
Jumlah Tindakan (kali)
Total (Rp)
1. Single-use 600.000.- 18 10.800.000.- 2. Reused 520.000.- 1293 672.360.000.-
Jumlah 1.311 683.160.000.-
Jumlah pendapatan yang sebenarnya dari Unit Pelayanan Hemodialisis RSU
Methodist Medan selama tahun 2006 yang didapat dari laporan keuangan rumah sakit
selama 2006 seperti tertera pada Tabel 5.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Pendapatan yang Sebenarnya Unit Hemodialisis RSU Methodist yang Diperoleh dari Laporan Keuangan Rumah Sakit Selama Tahun 2006
No. Bulan Penghasilan (Rp) 1. Januari 25.630.000.- 2. Februari 37.192.000.- 3. Maret 38.328.000.- 4. April 32.902.000.- 5. Mei 40.966.000.- 6. Juni 61.036.000.- 7. Juli 63.193.000.- 8. Agustus 77.090.000.- 9. September 66.368.000.- 10. Oktober 77.468.000.- 11. Nopember 73.588.000.- 12.. Desember 65.138.000.-
Jumlah 658.899.000.- Sumber: Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Rekam Medis RSU Methodist
Medan Tahun 2006 (Data Diolah)
Pendapatan seharusnya adalah nilai moneter pendapatan yang didapatkan dari
hasil perkalian antara tarif dengan jumlah pelayanan hemodialisis yang diberikan.
Sedangkan pendapatan sebenarnya adalah sejumlah nilai moneter pendapatan yang
diperoleh dari pendapatan realita laporan keuangan.
Dari Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 didapatkan bahwa ada selisih antara pendapatan
sebenarnya dan pendapatan seharusnya sebesar Rp. 24.261.000.- Hal ini disebabkan
adanya keringanan yang diberikan kepada pasien tertentu atas dasar permintaan dan
rekomendasi dari pihak Yayasan Rumah Sakit Gereja Methodist Indonesia Gloria/
Gereja Methodist Indonesia Jemaat Gloria sebagai wujud dari fungsi sosial lembaga
keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Total Financial Requirements Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan
Dibandingkan dengan tarif hemodialisis yang berlaku biaya satuan yang
didapat dalam penelitian ini masih lebih rendah, dengan demikian tarif yang berlaku
sebenarnya masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan Unit Hemodialisis RSU
Methodist Medan tetapi dalam perhitungan total financial requiments yang didapat
yaitu Rp. 662.990.682,54.- (Tabel 4.27). Secara keseluruhan masih lebih tinggi dari
penghasilan Unit Hemodialisis RSU Methodist yang sebenarnya yaitu
Rp. 658.899.000.- (Tabel 5.2), Jadi ternyata Unit Hemodialisis RSU Methodist
Medan masih mengalami defisit sebesar Rp. 4.091.682,54.- selama tahun 2006.
Dengan perkataan lain ternyata Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan masih
memberikan subsidi sebesar rata-rata Rp. 3.121,04 untuk setiap tindakan hemodialisis
selama tahun 2006. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pihak yayasan rumah sakit
yang memberikan potongan khusus untuk pasien-pasien kurang mampu sebesar Rp.
24.261.000.- selama tahun 2006 sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang
berbasis keagamaan.
5.3. Biaya Satuan Versus Tarif
Biaya satuan yang didapat sebesar Rp. 505.713,72.- sebenarnya masih
di bawah tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit. Untuk yang single use
di mana tarif yang berlaku Rp. 600.000.- per kali hemodialisis terdapat profit yang
cukup besar yaitu Rp. 94.286,28 (15,72%), dan untuk tarif hemodialisis reuse dengan
tarif Rp. 520.000.- per kali hemodialisis masih memberikan profit walaupun sedikit
Universitas Sumatera Utara
yaitu Rp. 14.286,28.- (2,75%) per kali hemodialisis sehingga secara perhitungan Unit
Hemodialisis masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
pelayanan hemodialisis.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak
mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak
dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan.
2. Dengan pengolahan data secara double distribution method Unit Hemodialisis
RSU Methodist Medan selama tahun 2006 memerlukan total biaya sebesar
Rp. 662.990.682,54 dalam melakukan 1311 kali tindakan hemodialisis, sedangkan
penghasilan sebenarnya dari Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama
tahun 2006 adalah Rp. 658.899.000,00. Dengan demikian didapat defisit sebesar
Rp. 4.091.682,54 untuk seluruh tindakan hemodialisis selama tahun 2006.
3. Dari penelitian di atas didapat biaya satuan untuk tindakan hemodialisis selama
tahun 2006 adalah Rp. 505.713,72 per kali tindakan hemodialisis.
4. Biaya satuan yang didapat yaitu Rp. 505.713,72 lebih rendah dari tarif
hemodialisis yang berlaku yaitu Rp. 600.000,00.- per kali tindakan hemodialisis
untuk single use dan juga lebih rendah dari tarif tindakan hemodialisis reuse yang
tarifnya Rp. 520.000.-.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tarif hemodialisis yang ditentukan
RSU Methodist Medan sejak tahun 2003 di mana untuk single use maupun reuse
Universitas Sumatera Utara
masih dapat menutupi biaya satuan yang dibutuhkan per kali hemodialisis. Untuk
single use tarif masih lebih besar Rp. 94.286,28 (15,72%) di atas biaya satuan per
kali hemodialisis sedangkan untuk reuse tarif berada sedikit di atas biaya satuan
yaitu Rp. 14.286,28 (2,75%) per kali hemodialisis, tetapi secara keseluruhan Unit
Hemodialisis mengalami defisit atau rumah sakit memberikan subsidi kepada
pasien karena pemberian potongan khusus kepada pasien tertentu atas permintaan
pihak yayasan sebagai wujud fungsi sosial sebagai rumah sakit keagamaan.
5. Dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata satu mesin hanya melayani 1,05
pasien per hari kerja. Dengan waktu hemodialisis yang rata-rata 3,4 jam per
pasien per kali hemodialisis ditambah waktu persiapan (priming time) serta waktu
mengakhiri hemodialisis (ending time) maka diperkirakan satu pasien
memerlukan waktu rata-rata 4-5 jam per pasien per kali hemodialisis. Dengan
demikian sebenarnya mesin akan sangat efisien jika dapat dipakai untuk minimal
2 tindakan per hari per mesin hemodialisis.
6. Walaupun pelayanan hemodialisis di RSU Methodist Medan untuk tahun 2006
secara keseluruhan mengalami defisit tetapi dengan adanya Unit Hemodialisis dan
pasien-pasiennya ini telah memberikan intangible benefits kepada rumah sakit
antara lain pemanfaatan unit produksi lain seperti laboratorium klinik, radiology,
kamar obat, pemanfaatan kamar untuk opname dan lainnya. Unit Hemodialisis
juga sebagai pelengkap pelayanan terhadap pasien yang membutuhkan. Dengan
demikian walaupun mengalami defisit Unit Hemodialisis ini semestinya tetap
dipertahankan sambil dicari jalan perbaikan kinerja dan tarif yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran
6.2.1. Saran untuk Pihak Manjemen Rumah Sakit
a. Meningkatkan kinerja Unit Hemodialisis dengan meningkatkan efisiensi
pemakaian mesin atau dengan perkataan lain jumlah pasien yang dilayani
diperbanyak, sehingga mesin tidak �idle� (menganggur).
b. Untuk menutupi defisit, tarif tindakan hemodialisis reuse yang memiliki
margin keuntungan yang sangat tipis (2,75%) disarankan untuk ditetapkan
lebih jauh di atas harga biaya satuan yang didapat dalam penelitian ini
sesuai dengan profit yang diinginkan pihak rumah sakit.
c. Disarankan pihak rumah sakit lebih selektif dalam pemberian subsidi atas
permintaan pihak yayasan dengan lebih memperketat ketentuan dan
kriteria dalam memberikan potongan khusus kepada pasien kurang
mampu.
6.2.2. Saran untuk Peneliti Lain
a. Penelitian yang sama dapat dilakukan di unit-unit pelayanan rumah sakit
yang lain sehingga tarif yang berlaku adalah berdasarkan unit cost
sehingga tarif yang ditentukan memberikan profit sesuai dengan keinginan
pihak manajemen rumah sakit.
b. Penelitian ini dapat lebih dikembangkan lagi sehingga didapatkan suatu
formulasi tarif yang benar-benar dapat bersaing di era globalisasi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adomakoh, S.A, Adi C.N, Fraser, H.S, Nicholson, G.D,. 2004. Dialysis in Barbodos: the Cost of Hemodialysis Provision at Queen Elizabeth Hospital. Rev. Panam Salud Publica.
Arikunto, S, 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, Penebit Rineka Cipta,
Jakarta. Ariono, RPS, Analisis Biaya dan Alternatif Tarif Hemodialisis di Unit Renal RSPAD
Gatot Subroto selama Tahun Anggaran 1997/1998. Azwar, A, 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa
Aksara. Jakarta. Berkowizt, E. N., 1996. Essentials of Health Care Marketing, Aspen Publishers, Inc,
Gaithersburg. Berman, H. J. et.al, 1986, The Financial Management of Hospital. 6th edt. Health
Administration Press. Michigan. Biro Perencanaan Depkes RI, Indoconsult, FKM, 1997. Analisis Biaya dan Penetapan
Tarif Rumah Sakit, Jakarta. Brown, C. 2001. Current Opinion and Controversies of Dialyzer Reuse. Saudi Journal
of Kidney Diseases and Transplantation. Vol 12;Issue 3;Page 352-363 Cleverley, W.O, 1986. Essentials of Health Care Finance, Aspen Publishers, Inc,
Rockville, Aryland. Depkes RI., 1992, Modul Pelatihan Rumah Sakit, Penganggaran dan Penetapan Tarif.
Vo. 3. Jakarta. Depkes RI., 1997. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pola
Tarif Rumah Sakit Pemerintah, Jakarta. Depkes RI. 1999. Modul Pelatihan Perhitungan Unit Cost Rumah Sakit, Ditjen
Pelayanan Medik, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Finkler, S A. 1994. Cost Accounting for Health Care Organizations, Aspen Publishers, Inc., Gaithersburg, Mirlenand.
FKM UI. 1998. Ekonomi Layanan Kesehatan, Program Studi Kajian Administrasi
Rumah Sakit Universitas Indonesia, Jakarta. Fresinius Medical Care. 2001, Manual Prosedur Klinis Hemodialisis Gani, A. 1990. Pricing Policy untuk Rumah Sakit, Kursus Manajemen Rumah Sakit
Pasca Kongres PERSI 1990, IRSJAM, Jakarta. Gani, A. 1992a. Pentarifan Rumah Sakit, Pelatihan Pelaksanaan RS. Unit Swadana di
5 Rumah Sakit, Dirjen Yanmed Depkes RI Gani, A. 1992b. Analisis Biaya Rumah Sakit, FKM UI. Jakarta. Gani, A., 1996. Analisa Biaya dan Break Even Point Rumah Sakit, Cisarua, Bogor. Gani, A., 2002a. Rumah Sakit Sebagai Public Enterprise, Jurnal Manajemen &
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Vol 3, No.2. Gani, A., 2002b. Perimbangan Pembiayaan Rumah Sakit Dalam Konteks
Kebijaksanaan Desentralisasi, Jurnal Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Vol 3, No.2.
Gani, A, 1995, Teori Biaya. Buku Panduan Analisis Biaya dan Penyesuaian Tarif
Pelayanan Kesehatan di Indonesia, FKM UI.Jakarta. Hansen, DR, Mowen, MM., 2000. Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian,
Edisi Pertama Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Isanov, D., 2003, Analisis Biaya Satuan Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Dumai, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Kotler, P., 2002. Management Pemasaran, Edisi Milenium, Prenhallindo, Jakarta. Kusnadi, D, Mencari Bentuk dan Kelembagaan Rumah Sakit, Harian Pikiran Rakyat,
25 Januari 2007.
Universitas Sumatera Utara
Lameire, N., 2002. Management of Hemodialysis Patient: A Europen Perpective. Blood Purification.
Lazuardy, L., Penetapan Tarif Rasional Berdasarkan Biaya Satuan dan Kemampuan
Membayar Masyarakat di Poliklinik Kesehatan Gigi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun Anggaran 1996/1997
Ludigdo, U., 2001. Strategic Cost Management: Suatu Perspektif Perkembangan
Akuntansi Management, Lintas Ekonomi, Vol. XVIII, No.1. Muninjaya, A.A.G, 2004. Manajemen Kesehatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran
EGC. Pasten,S., Bailey,J. 1998. Medical Progress: Dialysis Therapy. New England Journal
of Medicine, 338 (20), 1428-1437 Porter. ME. 1994. Keunggulan Bersaing, Binarupa Aksara, Jakarta. Shepard, DS, et al. 2000. Analysis of Hospital Cost: A Manual for Managers, World
Health Organization, Geneva. Sjaaf, AC. 1994. Pengawasan Biaya di Rumah Sakit; Keputusan Manajerial dalam
Lingkup Akuntansi Biaya, Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No.4. Sjaaf, AC., 2000. Analisis Biaya Layanan Kesehatan Rumah Sakit, Program studi
Kajian Administrasi Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Sjaaf, AC., 1998. Analisis Biaya-Volume-Profit (Cost-Volume-Profit), Program Studi
Kajian Administrasi Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Supriyono, RA., 1999. Akuntansi Manajemen I, Konsep Dasar Akuntansi Manajemen
dan Proses Perencanaan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sulastomo. 2003. Manajemen Kesehatan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Soeparman, Waspadji, S., 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI-Jakarta.
Suver, JD., 1995. Management Accounting for Healthcare Organizations, Fourth
edition, Healthcare Financial Management Association and Precept Press, Westchester, Illionis.
Tambunan, L. 2001. Akuntansi Biaya, Konsep, Sistem dan Metode, Edisi 2, Penerbit
Universitas HKBP Nommensen, Medan. Thabrany, H dan Najib, M. 1996. Penetapan Tarif Rumah Sakit.Buku Rujukan
Analisis Biaya dan Penyesuaian Tarif Pelayanan Kesehatan di Indonesia, FKM UI, Jakarta.
Tim LPPM. 1996. Penetapan Tarif Dalam Manajemen Pemasaran. LPPM. Jakarta. Trisnantoro, L. 1994. Konsep Penetapan Tarif Dalam Manajemen Rumah Sakit, MM.
UGM. Trisnantoro, L. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen
Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Penerbit Gajah Mada University Press. Trisnantoro, L. 2006. Tarif Pelayanan Kesehatan: Sekarang dan Kecenderungannya,
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM.
Universitas Sumatera Utara