terjun langsung ke lapangan….. · ginderaan jauh dan foto udara. ... mengenai teknologi...
TRANSCRIPT
TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN…..
Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Selamat Kepada Dr. ASEP KARSIDI, yang telah dilantik untuk menjabat Kepala Bakosurtanal, semoga data spasial Indonesia semakin tersedia dengan baik, setelah terjun langsung ke lapangan para lulusan Geo UI. Pembangunan dan perencanaan pembagunan sangat perlu informasi spasial yang sesuai dengan sekala informasinya, agar pelaksanaan pembagunan sesuai dengan fakta wilayah dari masing-masing daerah yang membagun.
Kota Serang Tua yang terlupakan, Kota Kuala Lumpur yang bercahaya, Kawasan Wisata Salak Endah yang sejuk, menjadi tambahan daftar tempat-tempat yang layak dikunjungi, untuk melihat berbagai macam hal yang hanya bisa dilihat pada saat terjun langsung ke lapangan.
Tulisan ilmiah alumni tentang pemanfaatan Energy Hijau, Konferensi di Asean, perjalanan dari maha-siswa Geo ke ujung timur Indonesia, dan pemetaan berbasis komunitas, hingga belajar SIG ke negeri Malaysia, serta kegiatan kuliah lapang tentang pemetaan geomorfologi disajikan untuk menambah wawasan para pembaca.
TEAM REDAKSI
Redaksi
PENASEHAT Dr. Rokhmatuloh
REDAKSI Adi Wibowo, Iqbal Putut, LajuGandharum, Ratri Candra, Weling Suseno.
STAFF AHLI Astrid Damayanti, SugengWicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang
ADMINISTRARSI Ashadi Nobo
ALAMAT REDAKSI Gd. Departemen Geografi,FMIPA Universitas Indonesia,Kampus UI DepokTelp. (021) 7721 0658, 702 4405Fax. (021) 7721 0659
Diterbitkan oleh:Forum Komunikasi GeografiUniversitas Indonesia
Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan sarandari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisan ke alamat redaksiatau email dengan disertakan nama, alamat lengkap,nomor telepon serta Biografi.
Daftar Isi
2 I Advanced Spatial Techniques for
Environmental Analysis and
Management
5 I 17th Senior Officials’ Meeting, 7th Chief Ministers and Governors’ Forum, dan 17th Ministerial Meeting
(SOM/CMGF/MM) of IMT-GT
19 I Using Participatory GIS
for Remote Area Mapping
21 I Pemetaan Unit Geomorfologi dan
Wilayah Potensi Longsor di Kecamatan
Garung dan Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo
24 I Menristek Lantik
KEPALA BAKOSURTANAL
25 I Dr. Asep Karsidi on Story
28 I Real-Time Precipitation Data from G-WADI
GeoServer
30 I Kawasan Wisata Salak Endah, Bogor,
Jawa Barat
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
KONTRIBUTORAdi Wibowo Dosen Departemen Geografi
Anita Sitawati Staff Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Planologi, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti
Ellyza Mangkudum Asisten Deputi Urusan Gas Bumi, Deputi Bidang Koordinasi energi, sumberdaya Mineral dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Iqbal Putut Alumni Geografi UI - Angkatan 2004
Kuswantoro Alumni Geografi UI - Angkatan 2002
Musnanda Satar Alumni Geografi UI - Angkatan 1989
Roland Sinulingga Mahasiswa Geografi UI - Angkatan 2007
Raldi Hendro Koestor Staf Peneliti P2K-LIPI
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Latar Belakang
Spatialtech Workshop merupakan kegiatan pelatihan ta
hunan yang diselenggarakan oleh ASEAN European Uni
versity Network (ASEA UNINET) bagi para anggotanya
dalam bidang Geographic Information Science (GIScience).
Pada kegiatan tahun 2010 ini, ASEA UNINET bekerjasama
dengan Universiti Putra Malaysia (UPM) sebagai tuan
rumah penyelenggara, mengangkat tema mengenai
“Advanced Spatial Techniques for Environmental Analysis
and Management”. Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam kegiatan ini adalah membagi pengetahuan dan
pengamalan berbagai teknik dan metode GIScience dalam
pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanju
tan yang telah dikembangkan oleh institusi ahli kepada
institusi lainnya untuk meningkatkan kompetensi dan
pendidikan GIScience.
Universitas Indonesia sebagai salah satu anggota ASEA
UNINET diundang untuk dapat berpartisipasi dalam
kegiatan ini sebagai peserta pelatihan. Untuk merespon
undangan tersebut, Departemen Geografi – UI mengirim
kan tiga orang staf pengajarnya yang terdiri dari satu
dosen dan dua asisten dosen. Dengan komposisi peserta
yang dikirim tersebut diharapakan ilmu dan pengalaman
yang diperoleh dapat di transfer kepada institusi dan da
pat melakukan regenerasi terhadap staf pengajar muda
dalam skema pembimbingan dosen senior kepada para
asisten.
Tujuan
Adapun tujuan keikutsertaan dalam kegiatan ini antara
lain:
Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mengenai
berbagai teknik dan metode dalam aplikasi GIScience
terutama penerapannya dalam analisis dan mana
jemen lingkungan.
Memperkaya pengetahuan tentang perspektif
spasial (regional) dalam pengelolaan lingkungan.
Mampu membagi ilmu dan pengalaman yang
diperoleh kepada institusi (dalam hal ini Departemen
Geografi, Universitas Indonesia) terutama maha
siswa dalam bentuk materi ajar GIScience.
Dapat mengembangkan dan menerapkan berbagai
aplikasi GIScience untuk keperluan masyarakat luas
terutama dalam bidang konservasi lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan Pelatihan
Kegiatan pelatihan ASEA UNINET berlangsung di Fakultas
Perhutanan, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malay
sia. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 28 Juli dan berakhir
pada 1 Agustus 2010. Kegiatan yang berlangsung selama
satu minggu tersebut, mengambil tema “Advanced Spa
tial Techniques for Environmental Analysis and Manage
ment.” Kegiatan pelatihan ASEA UNINET diikuti oleh 16
peserta, serta mencakup beberapa aktivitas, antara lain
perkuliahan, diskusi, praktikum, dan individual assign
ment.
Peserta
Kegiatan pelatihan ASEA UNINET diikuti oleh 16 peserta
yang berasal dari 4 negara, antara lain Indonesia, Filipina,
Malaysia, dan Thailand. Berikut adalah daftar peserta
“ADVANCED SPATIAL TECHNIQUES FOR ENVIRONMENTAL
ANALYSIS AND MANAGEMENT” UNIVERSITI PUTRAMALAYSIA, SERDANG, SELANGOR, MALAYSIA
28 JULI – 1 AGUSTUS 2010
Titin Siswatining Univesity of Indonesia Iqbal Putut Ash Shidiq Univesity of Indonesia Imas S. Sitanggang Bogor Agricultural University Nur Indah Sari Dewi Gadjah Mada University Aditya Pandu W Gadjah Mada University Weling Suseno Univesity of Indonesia Adi Wibowo Univesity of Indonesia Norsaliza Usali Universiti Putra Malaysia Cho kn Ahmar Universiti Putra Malaysia Mohd Muhaizi Mat Daud Universiti Putra Malaysia Kasawani b. Ibrahim UMT Hamdan Bin Omar FRIM Suphamart Sirirat Chiang Mai University, Thailand Anujit Vansaroehana Naresuan University, Thailand Phirom Onseng Naresuan University, Thailand Trina Isorena University of the Philippines - Diliman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
No. Name Institutions
Perkuliahan
Untuk kegiatan perkuliahan, be
berapa pakar yang bergelut di
bidang GIScience turut hadir mem
berikan materi, antara lain:
Prof. Josef Strobl, University of
Salzburg (Austria).
Dr. Shahnawaz, International
Coordinator at University of
Salzburg.
Profesor Dr. Haji Kamaruzaman
Jusoff, Universiti Putra Malay
sia.
a. Prof. Josef Strobl – Director
Centre for Geoinformatics, Uni
versity of Salzburg, Austria
Prof. Josef Strobl merupakan
peneliti dan pengajar pada Austrian
Academy of Sciences, GIScience Insti
tute and the Centre for Geoinformat
ics, University of Salzburg, Austria.
Subyek pengajaran beliau adalah
GIScience dan tema tema terkait
dengan Geoinformasi (http://www.mapasia.org/2010/conference/
speakerbio.htm).
Pada kegiatan pelatihan ASEA
UNINET 2010, Prof. Josef Strobl
mendapat kesempatan untuk mem
berikan materi mengenai konsep
konsep GIScience serta beberapa
praktik sederhana untuk menjelas
kan konsep konsep tersebut. Beliau
juga memberikan beberapa infor
masi terkait dengan kegiatan yang
beliau lakukan di University of Salz
burg, Austria.
b. Dr. Shahnawaz – International
Coordinator, University of Salzburg
Dr. Shahnawaz merupakan salah
satu koordinator internal di Univer
sity of Salzburg. Beliau juga meru
pakan ahli dalam bidang Geografi.
Selain itu, beliau juga memahami
tema tema Natural Hazard Mapping
dan manajemen bencana (http://gis.urban futures.methodfinder.com/
contacts/participants/dr shahnawaz
shahnawaz).
Pada kegiatan pelatihan ASEA
UNINET Dr. Shahnawaz berkesem
patan untuk memberikan materi
mengenai konsep GIScience serta
pengetahuan dasar terkait dengan
perangkat lunak (software) yang
akan digunakan selama pelatihan
berlangsung. Pada kegiatan terse
but, beliau juga secara intensif mela
kukan diskusi dengan seluruh pe
serta untuk membahas permasala
han permasalahan yang ditemui
terkait dengan tema analisis dan
manajemen lingkungan.
c. Prof. Dr. Haji Kamaruzaman Ju
soff – Universiti Putra Malaysia
Profesor Dr. Haji Kamaruzaman Ju
soff, merupakan salah satu pengajar
dan peneliti di Fakultas Perhutanan,
Universiti Putra Malaysia, Selangor.
Bidang pengajaran dan penelitian
beliau adalah terkait dengan Geoin
formasi khususnya teknologi Pen
ginderaan Jauh dan Foto Udara.
Pada kegiatan pelatihan ASEA
UNINET tersebut, beliau berkesem
patan memberikan pemahaman
mengenai teknologi Penginderaan
Jauh dan Foto Udara yang sedang
dikembangkan saat ini di Universiti
Putra Malaysia. Beliau juga mema
parkan mengenai dasar dasar ilmu
Penginderaan Jauh dan Foto Udara.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Praktikum
Sesuai dengan tema yang diangkat, maka untuk menun
jang peningkatan sisi teknis (advanced spatial tech
niques) dalam analisis dan manajemen lingkungan,
diperlukan juga beberapa praktik yang terkait dengan
penggunaan alat bantu yaitu perangkat lunak GIS. Setiap
peserta kemudian dilatih untuk menggunakan perang
kat tersebut, agar dapat memanfaatkannya dalam men
yelesaikan permasalahan terkait dengan keruangan,
serta analisis dan manajemen lingkungan. Selain praktik
menggunakan perangkat tersebut, setiap peserta juga
dilatih dengan menggunakan praktik sederhana yang
akan membantu dalam memahami lebih lanjut men
genai konsep GIScience.
Diskusi
Para pengajar secara intensif melakukan diskusi dengan
masing masing peserta. Hal ini tentunya sangat mem
bantu para peserta dalam memahami konsep konsep
GIScience dan pengetahuan mengenai perangkat GIS
tersebut. Diskusi juga sering kali terjadi antar peserta
sebagai bentuk interaksi dan juga dapat membantu
memberikan solusi atas suatu permasalahan dari sudut
pandang yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap pe
serta memiliki latar belakang ilmu yang berbeda, walau
pun secara umum sebagian besar berlatar belakang ilmu
Geografi.
Individual Assignment
Individual Assignment diberikan kepada setiap peserta
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para pe
serta terhadap materi materi yang telah diberikan pada
saat perkuliahan. Pada tahap ini setiap peserta diha
ruskan untuk menentukan sebuah topik penelitian, ten
tunya yang berkaitan dengan tema analisis dan mana
jemen lingkungan. Melalui topik tersebut, para peserta
menentukan inti permasalahan yang akan coba disele
saikan menggunakan konsep dan teknologi GIS yang
telah diberikan pada saat perkuliahan. Sebagai akhir dari
kegiatan pelatihan tersebut, setiap peserta memapar
kan hasil yang telah diperoleh, dan mengumpulkan
pekerjaan tersebut untuk dipublikasikan kemudian.
Sertifikat
Sebagai penutup kegiatan pelatihan, pihak penyeleng
gara memberikan sertifikat kepada setiap peserta, seba
gai tanda bukti keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan
tersebut.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
17th Senior Officials’ Meeting, 7th Chief Ministers and Governors’ Forum, dan
17th Ministerial Meeting (SOM/CMGF/MM) of IMT-GT
Oleh: Raldi Hendro Koestoer
Pendahuluan
Pertemuan the 17th Senior Officials’
Meeting, 7th Chief Ministers and Gov
ernors’ Forum, dan 17th Ministerial
Meeting (SOM/CMGF/MM) of IMT GT
dilaksanakan pada tanggal 3 5 Agus
tus 2010 di Krabi, Thailand, yang di
hadiri oleh wakil wakil dari ketiga
negara yakni Indonesia, Malaysia,
dan Thailand. Disamping itu, hadir
pula perwakilan dari Pemerintah
Jepang, Asian Development Bank
(ADB), dan Economic Research Insti
tute for ASEAN and East Asia (ERIA).
Delegasi Indonesia (Delri) dipimpin
oleh SOM Leader Indonesia untuk
IMT GT, Dr. Raldi Koestoer, didamp
ingi oleh Konsul RI Songkhla (Sdr
Heru Wicaksono), dan Ir. Edward,
MBA, Ketua Seknas Kerjasama Eko
nomi Sub Regional (KESR) Indone
sia. Anggota Delri terdiri dari per
wakilan berbagai instansi terkait di
tingkat pusat, perwakilan pemerin
tah dae rah , se r t a j uga
menghadirkan wakil dari Joint Busi
ness Council (JBC) Indonesia dan
Kadin Provinsi Indonesia yang
daerah masuk dalam KESR IMT GT
(List of Delegates terlampir).
Di sela sela pertemuan SOM/CMGF/
MM, diadakan pula presentasi dari
ADB dan pertemuan SOM+Jepang
serta SOM+ERIA (Economic
Research Institute frorn East & SE
Asia) yang membahas berbagai
aspek tentang kemungkinan kerja
sama IMT GT dengan Jepang dan
institusi ERIA. Bagian berikut
merupakan ringkasan pelaksanaan
dari masing masing pertemuan.
Pelaksanaan Pertemuan 17th IMT GT
SOM
Ketua Delegasi Thailand, Dr. Poram
etee Vimolsiri, Deputy Secretary Gen
eral, the National Economic and So
cial Development Board (NESDB),
selaku Chair of the 17th IMT GT SOM
dalam sambutan pembukaannya
mengangkat isu pertumbuhan eko
nomi yang positif di negara anggota
IMT GT. Namun demikian, diakui
bahwa IMT GT mengalami
tantangan yang fundamental.
Secara kelembagaan, beberapa
pihak masih belum mengetahui IMT
GT, sementara beberapa pihak lain
yang telah mengetahui tentang IMT
GT masih melihat kerja sama ini
belum berjalan dengan optimal.
Untuk itu, kerja sama dengan
institusi eksternal seperti ADB amat
penting yang telah memfasilitasi
pelaksanaan kaji ulang/review
terhadap IMT GT Roadmap 2007 2011.
Hal ini diperlukan guna mengetahui
perkembangan yang sesungguhnya
dan membantu memberikan
masukan untuk menjawab
tantangan dimaksud.
Ketua Delegasi Malaysia, Mr. Razali
Che Mat, Director for Regional Devel
opment, Economic Planning Unit
(EPU), Outgoing Chairperson of the
IMT GT SOM memberikan paparan
mengenai IMT GT Progress and De
velopment 2009/2010. Dalam
paparan tersebut disampaikan
bahwa implementasi program dan
kegiatan berjalan sesuai rencana.
Dua kegiatan utama, yaitu The Mid
term Review (MTR) dan Business
Process Review (BPR) berhasil
diselesaikan pada waktunya
sebagaimana telah ditetapkan pada
pertemuan the 16th SOM IMT GT.
Pada periode ini pula dimulai
bebe rapa i n i s i a t i f un tuk
mengimplementasikan the Economic
Connectivity Corridors in the IMT GT
Roadmap. Disamping itu, pada
periode ini dimulai Priority
Connectivity Projects (PCP) yang
disusun secara bersama sama oleh
tiap tiap Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Sejalan dengan itu, Ketua Delegasi
RI, Dr Raldi Koestoer selaku Senior
Official Indonesia, juga menyampai
kan apresiasi terhadap kinerja se
mua pihak, antara lain: National Sec
retariats (NS), Working Groups
(WG), Centre of IMT (CIMT), ADB dan
panitya penyelenggara (NESDB
Thailand).
Directives from the 4th IMT GT Sum
mit
Selanjutnya Centre of IMT GT (CIMT)
selaku sekretariat IMT GT menyam
paikan perkembangan tindak lanjut
yang telah dilakukan berdasarkan
arahan dari Joint Statement of the
4th IMT GT Summit, 28 Februari 2009
di Cha Am, Hua Hin, Thailand. Tindak
lanjut yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
10 PCP sebagai implementasi dari Connectivity Corri
dors telah dipilih pada saat pertemuan SOM/MM di
Melaka, Oktober 2009;
Gugus Tugas Customs, Immigration, and Quarantine
(CIQ) telah dibentuk oleh Working Group on Trade
and Investment (WGTI). Pertemuan pertama akan
dilaksanakan sekitar bulan September 2010;
Pertemuan pertama Gugus Tugas IMT Trade, Invest
ment, and Tourism Database (ITITD) telah dilaksana
kan pada bulan September 2009. Gugus tugas ini
dibentuk khususnya untuk membantu penyusunan
customized database;
Proyek kerja sama antara IMT GT, Prince of Songkhla
University (PSU), dan ERIA dilaksanakan akan ber
langsung di Songkhla, Thailand, 1 2 September 2010
dengan topik food and energy security. Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan Biodiesel
Symposium yang akan diselenggrakan oleh ERIA;
Saat ini Business Opportunity Directory (BOD) berada
pada tahap kedua yang selanjutnya akan dikembang
kan menjadi IMT GT Contact Centre;
Report of the IMT GT Joint Business Council
Pada sesi berikutnya, the IMT GT Joint Business Council
(JBC) menyampaikan perkembangan kegiatan yang telah
dilaksanakan. Kegiatan kegiatan yang telah dilaksanakan
diantaranya adalah: (1) 28th JBC Meeting di Pekanbaru,
Riau, Indonesia pada tanggal 5 7 Februari 2010; dan
(2) 29th JBC Meeting & 2nd Business Opportunities Forum di
Penang, Malaysia pada tanggal 28 Juni 2010.
Report of the Working Groups
WG on Infrastructure and Transportation – Malaysia
Malaysia selaku Chair of the WG on Infrastructure and
Transportation (WGIT) menyampaikan bahwa dari 48
proyek/kegiatan yang terdapat di dalam rencana tindak
lanjut, 7 diantaranya telah berhasil dilaksanakan yakni:
IMT GT Study on Port Development and Maritime Trade,
IMT GT Logistics Study, Danok Padang Besar Road Infra
structure, Bukit Bunga Buketa Bridge, Rehabilitation of
Aceh Port, Improvement of Dumai Port and Improvement
of Existing Tammalang Port.
Malaysia juga menyampaikan 25 proyek/kegiatan akan
dijadikan sebagai top priority project diantaranya: Batawi
Ban Prakob/Durian Burong Alor Setar roads infrastructure
yang diharapkan selesai bulan April 2011, dan Harbor City
Development in Port Klang yang diharapkan selesai pada
tahun 2011.
WGIT juga menyampaikan beberapa top priorities project
dari Indonesia diantaranya pembangunan konstruksi
ASEAN Highway (AH) 25 antara Banda Aceh dan Palem
bang yang diharapkan selesai pada tahun 2011, dan
proyek jalan tol Binjai Medan Tebing Tinggi (AH 25). Pada
paparan ini, pertemuan diusulkan Port of Thungsong,
Nakhon Si Thammarat sebagai pusat distribusi kargo di
sub kawasan ini.
Working Group on Trade and Investment Malaysia
Malaysia selaku Chair dari Working Group on Trade and
Investment (WGTI) menyampaikan beberapa proyek/
program yang telah dilaksanakan. Disamping itu, pada
pertemuan ke empat WGTI di Penang, Juni 2010, telah
diidentifikasi dan diklasifikasi ulang beberapa proyek/
program. Dari proses yang telah dilakukan tersebut, 8
proyek/program dimasukkan dalam ‘top priority’, 11
‘medium priority’, dan 8 diidentifikasi sebagai ‘low
priority’. WGTI juga mengusulkan untuk menghapus
proyek yang tertunda akibat masalah pendanaan yakni
IMT GT Plaza di Phatthalung; dan Border Township at
Padang Besar (Friendship City). Disamping proyek/
program tersebut, the Account Trade or Bilateral Payment
Arrangements (BPAs) antara Thailand dan Malaysia telah
disepakati pada tanggal 20 September 2002. Sementara
itu, BPA antara Malaysia dan Indonesia, dan antara
Thailand dan Indonesia saat ini masih berada dalam
proses negosiasi.
Working Group on Tourism – Thailand
Thailand selaku Chair of theWG on Tourism (WGT) mema
parkan proyek/program yang telah dilaksanakan dianta
ranya sebagai berikut: a) “Visit IMT GT Year 2009” comple
tion in Medan, Indonesia; b) Publikasi the IMT GT three
star hotel directory oleh Thailand dan disitribusikan ke
Indonesia dan Malaysia; c) Program pertukaran pelajar,
ASEAN + 3 Tourism Student Summit, yang dilaksanakan
oleh Indonesia di Bali, Juni 2009; dan d) FAM trip oleh JBC
Malaysia untuk negara negara IMT, Oktober 2010.
Pada pertemuan ke empat WGI di Penang, Juni 2010, te
lah diidentifikasi 12 sebagai ‘top priority’, yakni: i) Develop
a Tourism Master Plan for IMT GT; ii) Develop and pursue a
joint tourism promotion and marketing programme; iii)
IMT GT Tour Packages; iv) Health and Wellness Tourism; v)
IMT GT tourism website;
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
vi) Promotion of regional and inter
national air linkages within IMT GT;
vii) ASEAN and IMT GT Family Rally;
viii) Malaysia and Thailand vehicle
licensing cross border issues; ix) IMT
GT Celebration Years 2009 2015; x)
Development of rest areas; xi) Crea
tion of network for home stay pro
gram in the IMT GT region; dan xii)
Strengthen the system for the collec
tion, compilation and dissemination
of information on cross border tour
ism.
Working Group on Halal Products and
Services Thailand
Untuk Working Group on Halal Prod
ucts and Services (WGHAPAS), Thai
land selaku Chair menyampaikan
beberapa perkembangan terkait
dengan hasil pertemuan di Penang,
Juni 2010. Dalam kesempatan
t e r s e bu t , T h a i l a nd j u g a
menyampaikan bahwa WGHAPAS
sepakat untuk melanjutkan kerja
s ama da l am pe r t u k a r a n
pengetahuan tentang halal diantara
ketiga negara.
WGHAPAS menyampaikan beberapa
proyek/program yang telah dilak
sanakan, diantaranya: training
course on Halal Forensic Laboratory,
Training Course on Polymerase Chain
Reaction for Halal Detection, World
Halal Forum, World Halal Research
Summit and Training course on HAL
Q system yang keseluruhannya
berada di bawah Halal Scientific and
Academic Networking project.
Disamping itu, the 3rd dan 4th Interna
tional Halal Science Symposium telah
dilaksanakan di Kuala Lumpur dan
Phuket pada bulan Desember 2009
dan Juni 2010. WGHAPAS juga mem
berikan status ‘high priority’ untuk
Business Incubator of Halal Products
and Services for Small Medium Enter
prises project. Kegiatan kegiatan
yang berada di bawah proyek ini
termasuk diantaranya training for
SME businessmen, slaughtering
houses and business matching.
Working Group on Human Resources
Indonesia
Untuk WG on Human Resource Devel
opment (WG HRD), Indonesia men
yampaikan rencana pelaksanaan
pertemuan di Palembang, sebelum
pelaksanaan SOM IMT GT 2011.
Working Group on Agriculture, Agro
industry, and Environment
Indonesia
Terkait laporan Working Group on
Agriculture, Agroindustry, and Envi
ronment (WGAAE), Indonesia selaku
Chair menyampaikan bahwa tujuan
dibentuknya WGAAE adalah untuk
mempromosikan perdagangan dan
investasi di bidang produksi, proses,
dan pemasaran produk pertanian
dengan mengambil manfaat dari
complementarities di dalam kawa
san. WGAAE telah menentukan Flag
ship Programs yang difokuskan pada
marine fisheries development, appli
cation of new technologies on live
stock production, trade facilitation,
and environmental friendly agricul
ture. Sejak 2007, WGAAE telah
menyelesaikan 4 proyek dan saat ini
sedang meneruskan 11 proyek. Dari
ke 11 proyek tersebut, 5
dikategorikan dalam ‘high priority’, 3
proyek sebagai ‘intermediate
priority’, dan 3 proyek sebagai ‘low
priority’. Proyek yang masuk dalam
kategori ‘high priority’ akan didesain
ulang dan diharapkan dapat selesai
pada periode 2010 2015. Kelima
proyek tersebut adalah:
IMT GT Network for Animal Pro
duction and Biotechnology
Cooperation on Rubber and Rub
ber Wood Industry
IMT GT Expo and Seminar for
Fisheries
Investment on Tuna Fish in West
Sumatra
Promote and support the use of
environmentally friendly tech
nologies and approaches in agri
culture, industry and tourism in
the IMT GT region
Update on the Legalization of the
Centre of OF IMT GT
Proses legalisasi CIMT saat ini masih
belum dapat dilaksanakan mengin
gat beberapa hal yang masih disele
saikan di tiap tiap negara peserta
IMT GT. Salah satu isu yang masih
menjadi permasalahan adalah
proses yang terjadi di Thailand.
Mengingat seluruh komitmen luar
negeri negara tersebut harus
melalui parlemen, proses legalisasi
belum dapat dilaksanakan dalam
beberapa waktu ke depan.
Disamping itu, untuk lebih
memperkuat pondasi dar i
pembentukan CIMT, masih
diperlukan kajian lebih lanjut dari
tiap tiap negara terhadap konsep
CIMT. Tanpa mengurangi respect
terhadap proses yang terjadi di
Thailand, Indonesia memandang
perlu untuk melakukan ulasan bagi
CIMT berkaitan dengan efektifitas
network yg dibangun bersama
ketiga NS di masing masing negara.
ADB’s Report
Dalam sesi ini, perwakilan ADB (Sdr.
Arjun Goswami) menyampaikan
hasil kajian Mid term Review (MTR)
yang telah dilakukan dan dilanjutkan
dengan Business Process Review
(BPR) melalui Eminent Person dari
Thailand.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
MTR yang dilaksanakan pada periode 2009 2010
dimaksudkan untuk reprioritize dan refocus, sekaligus
melakukan update dari seluruh program dan kegiatan
yang telah tercantum di dalam the Action Plan Matrix
(APM) untuk sisa waktu hingga 2011. Dalam paparan
Malaysia disebutkan bahwa di sela sela the Special
Consultation Meeting IMT GT yang berlangsung di
Penang, Juni 2010, diputuskan bahwa jumlah proyek
dikurangi sebanyak 61%. Dari sisa proyek sebesar 39%
tersebut, 55% diklasifikasi sebagai high priority projects.
BPR dilaksanakan untuk meningkatkan mekanisme
institusional dan delivery process dari IMT GT yang selama
ini dijalankan dengan mengadopsi model di ASEAN. Hal
ini dipandang kurang sesuai mengingat IMT GT
merupakan kerja sama yang lebih menganut prinsip
projects based and private sector driven. Beberapa
rekomendasi yang dihasilkan oleh BPR diantaranya
adalah perlunya meningkatkan kapasitas dan
kemampuan analisis dari tiap tiap National Secretariat
(NS). Hal ini perlu dilakukan mengingat NS memegang
peranan kunci dalam menentukan tingkat keberhasilan
dari kerja sama IMT GT. Disamping itu, rekomendasi BPR
juga meminta agar status Centre of IMT GT (CIMT), selaku
sekretariat, perlu untuk ditingkatkan menjadi lebih
otonom.
Dari hasil kajian ini, beberapa temuan kunci yang dila
porkan adalah: a) Absence of sector strategies to guide
project preparation and implementation; b) Too many flag
ship programs (37); c) No financial planning for infrastruc
ture projects, including for feasibility studies; d) Lack of
government response to facilitation requests from the
private sector; e) Slow progress in the implementation of
software activities to complement the connectivity pro
jects; f) Weak business processes and institutional mecha
nisms.
Berdasarkan temuan ini, ADB memberikan rekomendasi
sebagai berikut: a) focus on implementation of Roadmap
2007 2011 rather than a new Roadmap after 2011; b) Adopt
sector strategies as a basis for program/project formula
tion; c) Adopt the 12 flagship programs; d) Undertake fur
ther work on the Action Plan Matrix.
Updates on Matters Related to Japan and ERIA
Pertemuan menyambut baik maksud Jepang untuk men
jadi Development Partner dari IMT GT. Dalam pertemuan
kali ini, Jepang memaparkan tentang beberapa kerja
sama yang telah dilakukan dalam beberapa kerangka
kerja sama regional. Dalam kaitan ini, Delri menyatakan
bahwa keikut sertaan Jepang selaku Development Part
ners perlu dikaji lebih jauh untuk disesuaikan dengan ke
bijakan tiap tiap negara yang sudah berjalan sejauh ini
dengan Jepang. Sedangkan untuk institusi ERIA, perte
muan menyampaikan perlunya diperhatikan status dari
ERIA sebagai lembaga kajian yang dirasakan tidak
memiliki modalitas untuk menjadi Development Partner.
Untuk itu, Delri dalam hal ini mengusulkan agar JBC yang
mengambil inisiatif bekerjasama dengan ERIA, dan bukan
IMT GT yang berbasis kerja sama antar negara.
Other Matters
Pertemuan mencatat kesediaan Indonesia untuk menjadi
tuan rumah 18th SOM/MM/CMGF IMT GT 2011 dengan 3
(tiga) alternatif lokasi pelaksanaan di Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Provinsi
Sumatera Barat. Kepastian mengenai tempat dan waktu
penyelenggaraan akan disampaikan pada kesempatan
pertama. Untuk sementara, pada CMGF tanggal 4
Agustrus 2010, Wakil Gubernur Sumatera Utara secara
tentatif menyatakan kesediaan Provinsi Sumatera Utara
untuk menjadi tuan rumah.
Terkait dengan pelaksanaan Post Summit Planning
Meeting yang direncanakan berlangsung pada bulan
November 2010, pertemuan mengapresiasi kesediaan
Thailand untuk menjadi tuan rumah. Waktu dan tempat
pasti pertemuan akan disampaikan oleh pihak Thailand.
CMGF (Chief Ministers and Governors’ Forum)
Pada kesempatan ini Gubernur Provinsi Krabi
mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh
gubernur dan wakil gubernur yang telah meluangkan
waktu untuk hadir di pertemuan ini. Disampaikan bahwa
melalui pertemuan ini dapat diciptakan kerja sama yang
saling menguntungkan seluruh pihak dengan
mengimplementasikan IMT GT Roadmap secara efektif.
Disamping itu diharapkan kerja sama yang telah terjalin
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor
swasta dapat ditingkatkan. Digarisbawahi pula bahwa
pertemuan kali ini tidak hanya mengevaluasi kegiatan
yang telah dilaksanakan dan proyeksi kerja sama ke
depan, namun juga sebagai tempat untuk bertukar
pendapat dan bertukar pengalaman serta dapat
memberikan rekomendasi yang signifikan di akhir
pertemuan.
S e l a n j u t n y a , I n d o n e s i a
menyampaikan presentasi mengenai
potensi investasi di Sumatera Selatan
yang me l iput i i ) p royek
pembangunan jalan tol; ii) proyek
pembangunan rel kereta api; iii)
proyek perluasan pelabuhan; iv)
proyek pembangunan manufaktur
perkebunan untuk Palm Oil dan Crude
Palm Oil; v) proyek pembangunan
manufaktur perikanan. Sedangkan
Sumatera Barat menawarkan proyek
investasi untuk tuna baik cara
penangkapan, fasilitas pendukung
penjualan dan proyek industrial dan
animal husbandry. Adapun Provinsi
Sumatera Utara menawarkan proyek
proyek infrastruktur seperti
development highway (toll road)
Tanjung Morawa – Kuala Namu –
Lubuk Pakam – Tebing Tinggi (60
Km), Medan – Binjai (20 Km) dengan
total investasi sebesar Rp. 5,5 Triliun,
Construction of Railway Road
(Medan – New Polonia Airport Kuala
Namu, Trans Sumatera Railway), dan
development and expanding port of
Teluk Nibung (Tanjung Balai), Sibolga
(central Tapanuli), and Tanjung
Sarang Elang (Labuhan Batu).
Pada kesempatan yang sama Wagub
Sumut juga mengundang pemerintah
pusat dan daerah dari Malaysia dan
Thailand untuk dapat menghadiri
Lake Toba Festival yang rencananya
akan diselenggarakan pada tanggal
20 24 Oktober 2010, Ramadhan
Festival, dimana juga ditawarkan
booth untuk display barang barang
dari masing masing negara, serta
penyelenggaraan Seminar on Halal
Food pada saat yang sama.
IMT GT Ministerial Meeting (MM)
Dalam pertemuan ini Thailand di
wakili oleh H.E. Satit Wongnongtaey,
Minister Attached to the Prime Minis
ter Office, Kingdom of Thailand. Ma
laysia diwakili H.E. Mr. Tan Sri Nor
Mohamed Yakcop, Minister in the
Prime Minister Department. Semen
tara itu, Signing Minister Indonesia
for IMT GT diwakili oleh Staf Ahli VI
Menko Perekonomian yang juga se
bagai Senior Official Indonesia untuk
IMT GT dan BIMP EAGA.
Dalam sambutan pembukaan,
M e n t e r i W o n g n o n g t a y
menyampaikan keyakinannya bahwa
kerja sama IMT GT dapat semakin
ditingkatkan di masa datang. Secara
khusus Menteri Wongnongtay
menyatakan bahwa setelah
berakhirnya waktu implementasi IMT
GT Roadmap 2007 2011, perlu
dipikirkan di masa datang bagaimana
mengefektifkan peran dari seluruh
institusi yang terdapat di dalam IMT
GT seperti Working Group, SOM, MM,
dan CMGF. Disamping itu, kontribusi
dari Development Partner seperti ADB
perlu untuk lebih dioptimalkan.
Dalam hal prospek bidang kerja sama
di masa datang, disampaikan pula
usulan untuk pembahasan isu
alternative energy seperti bio fuel dan
palm oil.
Dalam MM ini disampaikan laporan
hasil pertemuan SOM dan CMGF yang
telah berlangsung pada tanggal 3 4
Agustus 2010. Laporan secara garis
besar memberikan catatan atas
berbagai inisiatif proyek dan aktivitas
yang telah dilaksanakan selama
periode 2009 2010. Disamping itu
dilaporkan pula hasil MTR dan BPR.
Pada bag ian awa l untuk
menyampaikan pandangan terhadap
hasil SOM, Ketua Delri telah
menyampaikan regret atas
ketidakhadiran Signing Minister dari
Indonesia karena agenda di dalam
negeri yang tidak mungkin
ditinggalkan. Secara khusus Delri
menyampaikan apresiasi terhadap
hasil SOM yang telah dilaporkan.
Ditegaskan bahwa dengan waktu
tersisa yang kurang dari 2 tahun
untuk mengimplementasikan IMT GT
Roadmap 2007 2011, perlu makin
ditingkatkan lagi kerja sama
a n t a r p e m e r i n t a h p u s a t ,
antarpemerintah daerah, serta
anta rsek tor swas ta untuk
memastikan proyek dan aktivitas
yang terdapat dalam Roadmap dapat
terlaksana dengan baik dan tepat
waktu. Delegasi Malaysia juga
menyampaikan kembali pentingnya
implementasi dari berbagai
komitmen dari hasil pertemuan di
IMT GT.
Catatan Pengamatan
Pertemuan 17th SOM/7th CMGF/17th MM IMT GT
merupakan pertemuan yang sangat strategis
untuk mempersiapkan pelaksanaan Leaders
Meeting yang direncanakan akan berlangsung
di Hanoi, Oktober 2010 di sela sela pertemuan
ASEAN Summit. Secara substansi, terdapat
beberapa kerja sama yang telah berlangsung
secara positif sebagai implementasi dari IMT
GT Roadmap 2007 2011 dan juga tindak lanjut
arahan yang telah diberikan dalam Joint State
ment the 4th IMT GT Summit 2009.
MTR yang telah dilakukan dengan dukungan
dari ADB sangat efektif untuk menjadi media
kaji ulang terhadap berbagai proyek/aktivitas
yang telah digariskan dalam berbagai komit
men di dalam IMT GT. MTR telah memberikan
arahan yang lebih feasible bagi kelanjutan
kerja sama di sub kawasan ini. Ke depan, perlu
dibangun kerjasama dengan Development
partners lain, seperti: Jepang, Cina Korea dll.,
sehingga kemajuan IMT GT akan tampak nyata
dalam konstelasi kerjasama internasional.
Dari sisi mekanisme pertemuan, IMT GT pada
dasarnya telah memiliki mekanisme yang
mapan dalam bentuk pertemuan di tiap tiap
negara melalui National Secretariat, Working
Group, SOM, MM, dan Leaders Meeting.
Keseluruhan mekanisme pertemuan sangat
membantu IMT GT untuk mengarahkan kerja
sama untuk lebih sejalan dengan kebutuhan
dari tiap tiap negara untuk membantu
pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Krabi, 5 Agustus 2010
Hari Minggu 17 Mei 2009 bersama
tim Geografi FMIPA UI Pak Eko, dan
Pak Abimanyu dari Arsitek FTUI
bertemu dengan tim dari Pemda
Kota Serang, yakni Pak Ridwan
(Kasubdit Tata Ruang) dan Sigit.
Berdasarkan informasi dari Pak Rid
wan bahwa ada rencana Pengem
bangan Kawasan Waterfront City di
Kecamatan Kesemen dengan dana
yang berasal dari Provinsi Banten.
Akan tetapi belum diketahui secara
persis, area mana yang akan diren
canakan.
Kota Serang baru saja berdiri 9 ta
hun yang lalu, sehingga kondisi ma
sih baru dengan permasalahan aset
yang masih bercampur dengan Ka
bupaten Serang, keterbatasan Sum
ber Daya Manusia dan juga alokasi
dana. Lokasi pertama yang dikun
jungi adalah Kantor Walikota Ser
ang.
Kantor Walikota Kota Serang, pada
Hari Minggu tidak banyak orang,
sehingga kondisi juga tidak terlalu
ramai. Setelah berdiskusi sejenak,
maka rombongan langsung menuju
lokasi yang disepakati sebagai tem
pat yang direncanakan akan dijadi
kan lokasi penelitian Hibah Kompe
tensi kerjasama antara Perguruan
Tinggi dan Pemerintah Kabupaten/
Kota.
Lokasi yang pertama adalah Kota
Lama Banten. Kota Lama Banten
pada Hari Minggu cukup ramai di
kunjungi para peziarah, disini terda
pat Kantor Museum, Masjid dan
juga Makam Kuno. Obyek wisata
utama adalah yang dikunjungi
adalah Masjid. Beberapa pengun
jung juga melihat lihat isi dari Mu
seum.
Banykanya pengunjung menjadikan
kondisi di sekitar Masjid dipadati
oleh pedagang Kaki Lima yang men
jajakan aneka barang, mulai dari
makanan, buku, souvenir, dan cd/
kaset, hanya disayangkan produk
tersebut tidak ada yang secara
langsung berhubungan dengan
Masjid dan Makam Tua yang ada
disana.
Terdapat Saluran Air/Drainase yang
melalui Kawasan Kota Tua Banten,
dengan air yang keruh berwarna
coklat dan tumbuhan eceng gondok
yang mendangkalkan saluran air.
Di sepanjang saluran air terdapat
permukiman masyarakat dan
Pesantren yang dikatakan oleh Pak
Ridwan dikelola oleh mereka yang
masih mempunyai hubungan kera
bat dengan Kerajaan Banten. Jalan
penghubung yang masih menguna
kan kayu sebagai jembatan, yang
bisa memperlihatkan pemandangan
yang eksotis, dari seberang saluran
air.
SERANG, Kota Tua yang Terlupakan
Masjid Kuno
Ki ka: Pak Sigit, Pak Abimanyu,Pak Ridwan, dan Pak Eko.
Museum
Saluran Air
Pedagang di Sekitar MasjidVolume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Di Kawasan ini juga terdapat Terminal
dan Pasar, namun sebagai Lokasi Obyek
Wisata, hal yang sangat disayangkan
adalah kondisinya tidak begitu baik,
karena para pedagang kios lebih banyak
memilih menjadi pedagang kaki lima dan
mendekati wisatawan yang berada di
sekitar masjid Kuno.
Ada pula peninggalan kuno yang lain
yakni Jembatan Rantai, yang kondisinya
tidak terawat dan tidak terlalu menarik.
Secara Garis besar kondisi sampah men
jadi pemandangan yang tidak layak se
bagi obyek wisata di Kota Serang yang
sangat terkenal dikalangan peziarah
Masjid.
RELOKASI PEMUKIMAN
Yang menarik dilokasi ini adalah adanya
pembuatan rumah untuk nelayan, yang
mana rumah lama yang telah dibebasa
kan sekarang telah ditempati oleh anak
dari orang tua rumah telah dibuatkan.
Disini juga terdapat jalan propinsi yang
akan menghubungkan antara Kota Ser
ang, Kabupaten Serang sampai dengan
Kabupaten Tangerang di Kecamatan
Kronjo.
Pelabuhan Karang Antu
Pelabuhan Karang Antu menjadi lokasi
terakhir yang dikunjungi rombongan. Di
Lokasi ini terdapat Sekolah Tinggi Peri
kanan Banten yang bekerjasama dengan
Pemda dan dimiliki oleh Departemen
Perikanan dan Kelautan, juga terdapat
Pos Polisi dan Angkatan Laut.
Disepanjang tepi Pantai Karang Antu
sudah terjadi abrasi dan jeti sebagai
tempat masuknya kapal untuk bersan
dar, juga sudah mulai hancur dan rusak.
Kondisi sangat disayangkan karena ban
yak masyrakat yang berkunjung untuk
menikmati keindahannya seperti terlihat
pada Gambar. Beberapa orang masih
asyik menikmati suasana memancing
ikan di Laut, dengan duduk di atas pem
bats jeti.
Di sebelah kanan Karang Antu masih
terdapat hutan mangrove. Tanaman
mangrove yang ditanam masih lebat,
namun beberapa diantaranya mulai hi
lang yang mungkin disebabkan akibat
abrasi atau ulah tangan manusia
Sebagai obyek wisata di Karang Antu
adalah suar. Kondisi disekitar suar men
jadi obyek wisata masyrakat sekitar un
tuk bermain pasir dan air laut. Beberapa
pohon bakau masih ada, sehingga ban
yak pengunjung yang duduk berteduh di
bawah pohon pohon tersebut.
Pada Gambar terlihat bagian belakang
STP Banten dari belakang dan pengolah
air laut untuk tambak percontohan/
percobaan di dalam area STP.
Demikian catatan perjalanan, dari Serang
Kota Tua yang terlupakan (Awe).
Terminal
Jembatan Rantai
Sampah disekitar kawasan masjid
Pelabuhan Karang Antu
Jeti Pengolah air laut untuktambak percontohan/
percobaan
Mangrove Suar
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Anita Sitawati Wartaman1, Ellyza Mangkudum2, Raldi H. Koestoer3
PEMANFAATAN ENERGI HIJAU (GAS BUMI)
DALAM KEBUTUHAN DOMESTIK
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
PENDAHULUAN
Salah satu sasaran Kebijakan Energi Nasional 2025
adalah terwujudnya energi (primer) mix yang optimal.
Peranan gas bumi sebagai salah satu sumber energi
terhadap konsumsi energi nasional menjadi lebih dari
30% (Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5
tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, 2006:5).
Dalam pelaksanaannya, gas bumi lebih banyak
dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor. Namun, sejalan
dengan dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah memberikan
prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk
kebutuhan dalam Negeri.
Masalah lain berkenaan dengan pemanfaatan gas bumi
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri adalah belum
terdistribusinya nya gas bumi tersebut sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini disebabkan antara lain terbatasnya
pasokan gas sebagai akibat menurunnya kinerja
produksi gas, belum tersedianya jaringan transmisi dan
distribusi. Pemanfaatan ’energi hijau’ ini perlu mendapat
perhatian yang serius.
Berdasarkan ulasan di atas, tulisan ini berupaya untuk
menemukenali kondisi, perkembangan dan
permasalahan pemanfaatan gas bumi bagi kebutuhan
dalam negeri di 3 (tiga) wilayah, yaitu (i) Jawa Bagian
Barat, (ii) Jawa Bagian Timur dan (iii) Sumatera Utara.
Pilihan lokasi atas dasar konsentrasi persebaran
pasokan. Hasil penelitian dapat dijadikan dasar di dalam
merumuskan kebijakan pengembangan wilayah, antara
lain kebijakan pembangunan infrastruktur, kebijakan
pemanfaatan gas bumi sebagai salah satu sumber energi
di tingkat daerah.
METODOLOGI
Ulasan terhadap metodologi terdiri atas : (i) ulasan
metodologi pengumpulan data, dan (ii) ulasan metode
analisa.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada kajian ini adalah data primer
dan data sekunder. Pemanfaatan kombinasi data ini
dibutuhkan karena mempertimbangkan rekomendasi
yang dituangkan dalam kesimpulan merujuk pada
’multiplier effects’ yang dimungkinkan. Data primer
diperoleh melalui sistem informasi koordinasi dengan
Departemen/ Instansi terkait (baik di tingkat pusat
maupun daerah), dan Forum Diskusi berkelompok
(FGD). Data sekunder yang digunakan antara lain
kompilasi dari data PT Perusahaan Gas Negara (PGN)
Tbk, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Badan
Pelaksana kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP
Migas), Badan Pelaksana kegiatan Hilir Minyak dan Gas
Bumi (BPH Migas), PT Pertamina Gas (Pertagas) dan
Departemen Perindustrian.
Metode Analisa
Penelitian dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan
sebagai berikut :
Menganalisis pelaksanaan distribusi gas di 3 (tiga)
wilayah kerja kajian. Dari hasil analisis dapat
diindikasikan permasalahan permasalahan dan
kendala kendala pelaksanaan distribusi gas ke
wilayah wilayah.
Menganalisis kebutuhan gas bumi dalam negeri di 3
(tiga) wilayah kajian dalam 5 (lima) tahun kedepan.
Hasil analisis dapat mengindikasikan kecenderungan
kebutuhan gas dalam 5 (lima) tahun yang akan
datang.
Membandingkan antara kebutuhan gas dalam
negeri (domestik) dengan realisasi pasokannya,
sehingga akan terlihat tingkat pencapaian
pemenuhan kebutuhan gas domestik. Tingkat
pemenuhan gas bumi diartikan sebagai persentase
antara pasokan dengan kebutuhan rielnya.
M e n g e v a l u a s i t i n g k a t
pencapa ian pemenuhan
distribusi gas, yang pada
pokoknya adalah menyimpulkan
permasalahan permasalahan di
dalam kegiatan distribusi gas
bumi.
PEMANFAATAN GAS BUMI BAGI
KEBUTUHAN DALAM NEGERI
Secara umum, terdapat shortage
antara supply (realisasi pasokan)
dan demand. Shortage tersebut
terjadi hampir di seluruh wilayah
penelitian. Ulasan lebih rinci ter
hadap pemanfaatan gas bumi di
masing masing wilayah penelitian,
sebagai berikut :
Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah
Jawa Bagian Barat
Wilayah penelitian di Jawa Bagian
Barat meliputi 8 (delapan) distrik,
yaitu (1) Distrik Palembang, (2)
Distrik Banten Timur, (3) Distrik
Banten Barat, (4) Distrik Jakarta, (5)
Distrik Bekasi , (6) Distrik Bogor, (7)
Distrik Karawang, dan (8) Distrik
Cirebon.
Pada tahun 2009, total realisasi
pasokan gas untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri di 8
(delapan) distrik tersebut mencapai
590.14 BBTUD. Sedangkan,
kebutuhan gas di Jawa Barat relatif
tinggi. Berdasarkan neraca gas Jawa
Bagian Barat, kebutuhan gas bumi di
Jawa Barat per 1 Januari 2009
mencapai 1.500 BBTUD (Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
2009 : 34).
Jika realisasi pasokan gas tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan
menurut neraca, maka terdapat
shortage antara supply dan demand
sekitar 909,86 BBTUD. Realisasi
supply gas per 1 Januari 2009
tersebut hanya mencapai sekitar
39% nya. Shortage ini akan
bertambah besar bila aspek demand
diperhitungkan dengan adanya
penambahan kebutuhan gas di
pabrik pupuk Kujang Cikampek yang
cukup tinggi, yaitu 108 MMSCFD
(Departemen Perindustrian, 2010).
Secara lebih rinci, shortage tersebut
tidak terjadi di semua tempat.
Shortage supply dan demand yang
cukup besar terjadi antara lain di
PLN Muara Tawar Provinsi Banten,
pabrik pupuk di Cikampek.
Sedangkan, untuk sektor industri di
Kawasan Industri Krakatau terjadi
surplus sebagai akibat adanya
penurunan pemakaian gas di
kawasan industri tersebut.
Penurunan pemakaian gas tersebut
disebabkan karena menurunnya
kinerja industri sebagai akibat krisis
global.
Pemanfaatan gas bumi terbesar
terjadi di Distrik Bekasi. Hampir 60%
total gas yang tersedia di wilayah
Jawa Bagian Barat dipasok ke distrik
Bekasi. Sementara, Distrik Jakarta
hanya memanfaatkan gas bumi
sebesar 58,06 BBTUD atau sekitar
10% dari total. Namun, jika
dibandingkan dengan ketersediaan
jaringan distribusi nya. Panjang
jaringan distribusi di Distrik Bekasi
jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan panjang jaringan di Distrik
Jakarta, yaitu sekitar 13% nya.
Begitupula halnya dengan jumlah
pelanggan. Jumlah pelanggan di
Distrik Jakarta adalah 13.689;
sementara jumlah pelanggan di
Distrik Bekasi hanyalah 3.175
pelanggan atau hanya sekitar 25%
dari jumlah pelanggan di Distrik
Jakarta. Ini mengindikasikan
volume pemakaian gas tidak
berband ing lurus dengan
ketersediaan panjang jaringan
distribusi dan jumlah pelanggan.
Rendahnya pencapaian realisasi
pasokan gas di wilayah Jawa Bagian
Barat dapat diindikasikan oleh
beberapa hal, antara lain :
Kurangnya sumber pasokan gas
bagi wilayah Jawa Barat
B e l u m o p t i m a l n y a
pengembangan jar ingan
distribusi ke area area industri
khususnya area industri di
Distrik Bekasi. Indikasi ini
d i p e ro l e h be rd a s a r k an
fenomena bahwa kebutuhan
gas di sektor industri cukup
tinggi (dalam neraca gas) dan
Bekasi memiliki beberapa
cluster industri. Sementara,
panjang jaringan distribusi di
Distrik Bekasi hanya sekitar 13%
dari total panjang jaringan
distribusi yang ada di wilayah
Jawa Barat dan jumlah
pelanggan sektor industri relatif
kecil.
B e l u m o p t i m a l n y a
pengembangan jar ingan
distribusi ke arah Cikampek
tempat dimana pabrik pupuk
Kujang berlokasi.
Tidak terlepas dari hal di atas,
dalam 5 (lima) tahun kedepan,
kebutuhan gas di wilayah Propinsi
Jawa Barat mengalami peningkatan.
Informasi rinci terhadap kebutuhan
gas tahun 2010 hingga 2014 dapat
dilihat pada Gambar 1.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Dari Gambar 1 di atas tampak bahwa dalam 5 (lima) tahun
kedepan, kebutuhan gas sektor listrik di wilayah Jawa
Bagian Barat cenderung menurun, meskipun penurunan
relatif sangat kecil. Namun, kebutuhan gas sektor
industri mengalami peningkatan. Dengan demikian,
secara keseluruhan kebutuhan gas di wilayah Jawa
Bagian Barat akan meningkat dalam lima tahun kedepan
(Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009 : 34).
Melihat kecenderungan tersebut, bilamana pasokan gas
untuk wilayah Jawa Barat tidak ditambah, dapat
diindikasikan bahwa Jawa Bagian Barat akan mengalami
kekurangan pasokan gas yang cukup besar. Disamping
kebutuhan gas menurut neraca di atas, menurut
Departemen Perindustrian (2010), terdapat penambahan
kebutuhan gas yang sangat tinggi bagi Jawa Bagian
Barat, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk
Kujang Cikampek sebesar 37.260 MMSCF (2010).
Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah Jawa Bagian Timur
Pemanfaatan gas di wilayah Jawa Bagian Timur pada
tahun 2009 mencapai sekitar 140,54 BBTUD (Pertamina
Gas Jawa Timur, 2009). Sementara, berdasarkan neraca
gas Jawa Timur per 1 Januari 2009, kebutuhan gas di
Jawa Timur cukup tinggi, yaitu sebesar 523 BBTUD
(Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009 : 41).
Jika realisasi supply gas tersebut di atas dibandingkan
dengan kebutuhan menurut neraca gas, secara umum
terdapat shortage antara supply dan demand sekitar
382,46 BBTUD. Realisasi supply gas per 1 Januari 2009
tersebut hanya mencapai sekitar 26,87% nya. Shortage
akan bertambah besar bila dihitung dengan penambahan
kebutuhan gas Pabrik Pupuk Gresik yang cukup besar,
yaitu 65 MMSCFD.
Jika di lihat lebih rinci lagi, dari neraca gas per 1 Januari
2009, tampak bahwa kebutuhan gas untuk sektor listrik
dan industri cukup tinggi, yaitu sekitar 294 BBTUD dan
179 BBTD (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
2009 : 41). Namun, dari hasil monitoring tampak bahwa
supply gas untuk sektor listrik sama sekali tidak ada dan
supply gas untuk sektor industri di bawah kebutuhan
(realisasi + 140 BBTUD).
Disisi lain, saat ini sumur sumur yang ada di Jawa Timur
sudah menghasilkan gas yang cukup besar seperti : KEIL
sebesar 25 MMSCFD, Santos sebesar 115 MMSCFD,
Kodeco sebesar 180 MMSCFD, HESS sebesar 60
MMSCFD, Haski sebesar 60 MMSCFD dan Lapindo
sebesar 10 MMSCFD, belum termasuk Lengowangi dan
Petrochina Tuban. Total pasokan keseluruhan sumber
sumber gas di Jawa Timur adalah sebesar 450 MMSCFD.
Dengan demikian, ditinjau dari sudut ketersediaan
pasokan, pada dasarnya supply gas di Jawa Timur dapat
lebih banyak lagi.
Rendahnya kinerja wilayah Jawa Bagian Timur dalam
mendistribusikan gas dapat diindikasikan oleh antara lain
kurangnya alokasi pasokan gas, belum optimalnya
pengembangan jaringan distribusi, khususnya untuk
distribusi kebutuhan sektor listrik dan pupuk. Indikasi ini
diperoleh berdasarkan fenomena bahwa kebutuhan gas
bumi untuk listrik dan pabrik pupuk cukup tinggi serta
sumber pasokan tersedia. Sedangkan, realisasi supply
untuk sektor industri relatif sangat kecil, bahkan supply
untuk memenuhi kebutuhan listrik sama sekali tidak ada.
Tidak terlepas dari hal di atas, dalam 5 tahun kedepan,
kebutuhan gas sektor industri dan listrik di wilayah Jawa
Bagian Timur cenderung menurun, penurunannya relatif
tinggi. Gambaran terhadap kebutuhan gas tahun 2010
hingga 2014 yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Kebutuhan Gas Jawa Barat Tahun 2009 2014
Sumber : Neraca Gas Jawa Bagian Barat Per 1 Januari 2009,Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral Direktorat JenderalMinyak dan Gas Bumi, Januari 2009
Gambar 2. Kebutuhan Gas Jawa Timur Tahun 2010 2014
Sumber : Neraca Gas Jawa Bagian Timur Per 1 Januari 2009, Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral Direktorat Jenderal Minyakdan Gas Bumi, Januari 2009
Dari gambar 2 di atas tampak
bahwa kebutuhan gas dalam 5
(lima) tahun kedepan cenderung
menurun. Meskipun tampak
menurun, namun shortage antara
supply dan demand tetap akan
terjadi bila pasokan gas tidak
ditambah atau pengembangan
j a r i ngan d i s t r i bu s i t i d ak
dioptimalkan. Shortage supply dan
demand tersebut akan semakin
besar dengan adanya kenyataan
bahwa pabrik pupuk PT Petrokimia
Gresik membutuhkan gas cukup
besar, yaitu 65 MMSCFD atau 22.425
MMSCF per tahun (Departemen
Perindustrian, 2010).
Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah
Sumatera Utara
Wilayah penelitian di Sumatera
Utara meliputi 2 (dua) provinsi, yaitu
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) dan Provinsi Sumatera Utara.
Pada tahun 2009, total realisasi
pasokan gas untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri di 2 (dua)
provinsi tersebut mencapai 108
BBTUD. Sedangkan kebutuhan gas
di provinsi tersebut mencapai 198
BBTUD (Direktorat Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, 2009 : 23 27). Jika
realisasi pasokan gas tersebut
dibandingkan dengan kebutuhan
menurut neraca, maka terdapat
shortage antara supply dan demand
sekitar 90 BBTUD. Realisasi supply
tersebut hanya mencapai sekitar
54,54% nya.
Rendahnya pencapaian realisasi
pasokan gas di wilayah Sumatera
Utara dapat diindikasikan oleh
beberapa hal, antara lain :
Kebijakan pemerintah lebih
berorientasi ekspor (khususnya
NAD).
Kurangnya sumber pasokan gas
(terutama untuk memasok
wilayah Sumatera Utara)
Jaringan distribusi belum
tersedia
Selanjutnya, dalam 5 (lima) tahun ke
depan, kebutuhan gas di wilayah
sumatera Utara relatif stabil.
Gambaran terhadap kebutuhan gas
yang dimaksud dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini.
Dari Gambar 3 di atas tampak bahwa
kebutuhan gas
dalam 5 (lima) tahun kedepan relatif
stabil. Penambahan kebutuhan gas
terjadi di sektor listrik, sementara
kebutuhan gas sektor industri
cenderung menurun. Dibandingkan
dengan tahun 2009, kebutuhan gas
tahun 2010 hampir mencapai satu
setengah kalinya. Dengan demikian,
bila pasokan gas bagi wilayah
Sumatera Utara tidak ditambah,
shortage yang terjadi pada tahun
2009 akan terus bertambah.
KESIMPULAN
Secara umum, terdapat shortage
antara supply (realisasi pasokan)
dan demand. Realisasi pasokan
hanya sekitar 30 hingga 40% dari
kebutuhan. Realisasi pasokan gas
dibandingkan dengan kebutuhan
tertinggi, terjadi di wilayah Jawa
Barat (39,34%), kemudian Sumatera
Utara sekitar 36,12% dan ter rendah
di wilayah Jawa Timur (26,87%).
Salah satu penyebab rendahnya
kiner ja Pemerintah dalam
mendistribuskan gas adalah karena
kurangnya sumber pasokan gas.
Namun, pada wilayah wilayah
tertentu, rendahnya kinerja
pemerintah dalam mendistribusikan
gas tersebut relatif tidak
b e r g a n t u ng p ad a a sp e k
ketersediaan sumber gas. Sebagai
contoh, tingkat realisasi pasokan
terhadap kebutuhan wilayah Jawa
Timur yang memiliki sumber sumber
gas, ter rendah dibandingkan ke dua
daerah lainnya. Hal lain yang
berpengaruh terhadap rendahnya
realisasi pasokan gas diindikasikan
oleh beberapa hal, antara lain :
Kebijakan distribusi gas lebih
berorientasi ekspor.
B e l u m o p t i m a l n y a
pengembangan jar ingan
transmisi dan distribusi.
Gambar 3. Kebutuhan Gas Sumatera Utara Tahun 2010 2014
Sumber : Neraca Gas Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Provinsi Sumatera Utara Per1 Januari 2009, Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Januari 2009
REKOMENDASI
Agar terwujud energi (primer) mix yang optimal pada
tahun 2025, dimana kontribusi gas bumi sebagai salah
satu sumber energi diharapkan meningkat, maka dengan
hasil pantauan daerah terpilih dapat diberikan indikasi
kebijakan yang dibutuhkan, antara lain :
Mengurangi alokasi ekspor dan mengalihkannya
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pengembangan jaringan distribusi di Jawa Bagian
Barat, antara lain pengembangan jaringan distribusi
ke area area industri, khususnya area industri di
Distrik Bekasi dan ke Cikampek tempat dimana
pabrik pupuk Kujang berlokasi. Untuk wilayah Jawa
Bagian Timur, antara lain pengembangan jaringan
distribusi ke area area industri, listrik dan lokasi
pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik. Sedangkan
untuk Provinsi NAD, pengembangan jaringan
distribusi ke area area industri.
Dari sisi teknis, upaya penambahan sumber pasokan
gas dapat dilakukan melalui teknologi gasifikasi,
yaitu suatu proses teknologi yang mengubah bahan
padat menjadi gas. Bahan padat yang dimaksud
antara lain, batubara dan arang.
DAFTAR PUSTAKA
Agenda Penyempurnaan Peraturan Perundangan Bidang
Minyak dan Gas Bumi 2006 – 2025, Departemen
Energi dan Sumberdaya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Neraca Gas Indonesia
Tahun 2009 – 2020
Departemen Perindustrian, Kebutuhan Gas Bumi untuk
Revitalisasi Tahap I dan Eksisting, 2010
Hanan Nugroho. Pengembangan industri hilir gas bumi
indonesia: Tantangan dan Gagasan. Perencanaan
Pembangunan No. IX/04 September 2004
Kebijakan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,
Januari 2006
Kebijakan Pemerintah pada Kegiatan Usaha Hilir Migas,
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
Keputusan Menteri ESDM No. 1397/K/20/MEM/2005
tentang Pedoman dan Pola Tetap Pengembangan
Industri Minyak dan Gas Bumi Nasional 2005 – 2020.
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional
Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 2002 tentang Badan
Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan
Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas
Bumi melalui Pipa
Peraturan Pemerintah No. 35, jo. Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2005 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Nomor 19 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Gas
Bumi Melalui Pipa
Peraturan BPH Migas No. 02/P/BPH Migas/XII/2004 Tahun
2004
Undang Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
gas Bumi
www. BPHMigas.go.id
www. BPMigas.go.id
www.ESDM.go.id
1 Staff Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah danKota, Jurusan Teknik Planologi, Fakultas Arsitektur
Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti.Email : [email protected].
2Asisten Deputi Urusan Gas Bumi, Deputi Bidang Koordinasienergi, sumberdaya Mineral dan Kehutanan, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia,[email protected]
3 Staf Peneliti P2K LIPI, [email protected]
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
PERJALANAN MENUJU SENYUMANUFUK TIMUR INDONESIA
Roland SinulinggaMahasiswa S1 Geografi FMIPA UI Angkatan 2007
Dari sabang sampai Merauke
Berjajar pulau pulau
Sambung – menyambung
menjadi satu
Itulah indonesia
Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamumenjun
jung tanah airku
Tanah Airku Indonesia
Masih ingatkah lagu cipataan R.
Surajo yang sering kita nyanyikan
sewaktu bangku SD dahulu? Lagu
yang membanggakan dengan nilai
nilai semangat persatuan yang ter
tanam didalamnya. Saya Roland
Sinulingga (Geo 07) menapaki lang
kah ke kota ujung timur indonesia
yaitu Merauke dengan penuh per
juangan. Setelah melalui seleksi
pemilihan peserta K2N UI 2010 yang
cukup ketat mulai dari tes penulisan
essay, wawancara, lari, renang, ke
sehatan dan administrasi telah ter
catat ± 500 pendaftar sehingga
menjadi 117 orang peserta dan 117
orang peserta tersebut disebar ke
dalam 10 titik perbatasan terluar
NKRI yaitu Sabang, Pulau Subi Kecil,
Tanjung Dato,
Pulau Rote,
Pulau Moro
tai, Entikong,
Sebatik, Meos
Befondi, Pulau
Selaru, dan
Merauke.
Saya terpilih untuk menapaki lang
kah di distrik Sota, sebuah kampung
nun jauh di sana di ujung ufuk timur
Indonesia. Dia merupakan sebuah
distrik di wilayah Kabupaten
Merauke, tepatnya berada di area
Taman Nasional Wasur. Di dalamnya
tinggal segala macam etnis pen
duduk yaitu, mulai dari penduduk
asli Suku Kanoum, masyarakat trans
migran yang beraneka asal baik dari
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Su
lawesi, dan Maluku.
Jenis hewan hewan langka yang
dilindungi, seperti Kasuari, dan
Kangguru. Tidak hanya itu, disana
pula terdapat patok patok batu se
bagai pemisah wilayah negara,
antara NKRI dengan PNG.
Jejak kaki pertamaku langsung dis
ambutnya dengan senyuman dan
tarian adat oleh suku Kanoum. I did
really excited. Ini adalah pengalaman
pertamaku bertandang ke tanah
Papua, bertemu masyarakat
pribumi, disambut secara adat pula!
Entah apa yang membuat mereka
susah susah mau menyambutku dan
rombongan selain ketulusan hati
mereka untuk menghargai setiap
tamu mereka. Dalam dirinya aku
merasakan Indonesia yang seu
tuhnya. Indonesia yang aku kenal
dari pelajaran PPKN semasa sekolah
dasar dulu. Indonesia yang ramah
penduduknya. Indonesia yang pe
nuh rasa saling hormat – menghor
mati antar sesama. Indonesia yang
gotong royong. Indonesia yang
tenggang rasa dan rukun antar suku
bangsa dan umat beragama. Indo
nesia yang saling sapa antar sesama.
Indonesia yang diwarnai dengan
senyuman yang hangat dari pen
duduknya.
Di Sota, masyarakat adat dan
masyarakat transmigran hidup ber
dampingan dan saling bergantung
satu sama lain. Masyarakat transmi
gran ada yang berasal dari Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, sam
pai Sumatra, dsb. Perbedaan suku
dan ras bukanlah masalah. Terinspi
rasi dari film Melodi Kota Rusa;
"Memang rambutku lurus, rambutmu
keriting dan kribo.Kulitku putih dan
kulitmu hitam. Tapi tidakkah kamu
tahu, bahwa kita memiliki darah dan
tulang yang sama. Darah kita Merah,
Tulang kita Putih. Iya kan ??!! Kita ini
sama".
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Transmigran Jawa banyak yang membuka kios kios. Di
kios kios itulah masyarakat biasa membeli kebutuhan
sehari hari mereka, bahkan ada juga penduduk PNG1
yang berbatasan langsung dengan Sota. Masyarakat
Adat masih aktif berburu. Dari merekalah masyarakat
transmigran mendapatkan kebutuhan daging untuk
makanan sehari hari mereka. Ah, memang setiap orang
tercipta untuk saling melingkapi antar sesamannya.
Di sana kamu pasti kenal siapa tetanggamu, mulai dari
rumah ujung A sampai ujung Z. Selain karena memang
tidak padat penduduknya, namun juga memang kesada
ran mereka untuk mengenal sesama sangat tinggi. Di
sana mereka menyadari bahwa mereka tidak akan bisa
hidup sendiri. Ya, kita saling membutuhkan. Di sana aku
tak pernah merasa sendiri. Selalu ada tegur sapa dan
senyuman tulus yang hangat tatkala kita berjumpa den
gan penduduk. Arggghh... jika ingat Jakarta, mana bisa
kita seperti itu. Bodo amat, sapa gue, sapa elo. Ingin
rasanya membudayakan bertegur sapa di Jakarta. Tapi
susah. Sudah terlalu banyak manusia manusia dan ke
canggihan teknologi yang mungkin membuat lupa akan
pentingnya aspek sosial.
Setiap Minggu pagi gereja gereja dipenuhi masyarakat
yang beribadah. Setiap Maghrib, adzan berkumandang
tanda umat Islam untuk sembhayang Maghrib kemudian
dilanjutkan dengan pengajian. Semua berjalan harmonis.
Tidak ada intimidasi setiap pemeluk agama dalam men
jalankan ibadahnya. Tidak ada rasa was was didalam
menjalankan ibadah. Sungguh indah hidup disana. Tat
kala umat kritstiani merayakan Natal, semua kampung
juga ikut bergembira. Demikian juga jika pemeluk agama
lain merayakan hari besarnya. Benar benar tentram sua
sana hati saat beribadah. Tingkat toleransinya melebihi
yang kita bayangkan.
Pernah suatu kali aku difasilitasi telpon seorang teman
Muslim di sana untuk berbicara dengan kepala adat2
yang beragama kristen protestan. Ketika kita sedang
asyik ngobrol, di saat adzan berkumandang. Saat itu
pula kepala adat mengatakan harus segera menutup
telpon dengan membuat alasan tertentu. Tentu mak
sudnya menutup telpon adalah supaya teman kami yang
muslim itu bisa beribadah ke masjid. Subhanallah3.
Mungkin teman teman kita dari FPI perlu banyak belajar
dari masyarakat Sota mengenai indahnya hidup ber
dampingan didalam perbedaan, walaupun perbedaan
agama sekalipun.
Pengalaman ini tidak akan mungkin bisa aku lupakan.
Walaupun hanya sebulan, banyak sekali pelajaran dan
hikmah yang aku rasakan. Di sinilah aku belajar dan
merasa benar benar INDONESIA. Sota Truly Indonesia .
Esoo4 Sota atas semua pelajaranmu untukku........
1 Dibaca Papua New Guinea2 Mempunyai fungsi hampir sama dengan kepala suku namun
beliau mengurusi masalah kematian, penyambutan, acaraacara besar, dan pernikahan
3 Maha Suci ALLAH4 Ucapan terimakasih yang biasa diucapkan oleh penduduk
Sota
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Using Participatory GIS for Remote Area Mapping
Musnanda Satarhttp://musnanda.wordpress.com
Spatial planning in remote area
always have problem with the
availability of spatial data. Spa
tial data available only from
satellite imageries and some
rough topographic maps in
small scale.
Combination of participatory
GIS approach and technical
mapping be able to solve the
problem. Using satellite im
agery for participatory mapping
be able to collect more infor
mation as base for spatial plan
ning.
Dalam perencanaan ruang
wilayah terpencil ada kendala
terkait dengan keberadaan
data data spatial yang sangat
minim. Sumber data spatial
yang ada terbatas hanya pada
d a t a p e t a t o p o g r a f i
sekala kecil misalnya peta
dengan sekala 1:250.000. Sum
ber data lain yang valid hanya
lah citra satelit yang meru
pakan sumber data valid ter
baru sesuai dengan pengambi
lan datanya. Bagaimana ini bisa
dikombinasikan dan dileng
kapi, dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan par
tisipatif.
Langkah langkah Pendekatan
Pendekatan dilakukan dengan
membuat sebuah perencanaan
awal yang sama dengan
kegiatan pemetaan lainnya.
1. Dimulai dengan menggum
pulkan data data spatial.
P e t a Topog r a f i y ang
tersedia; pada wilayah
wilayah yang terpencil peta
pe ta topogra f i yang
tersedia, sangat terbatas
pada sekala peta 1;250.000
atau paling detail adalah
peta peta dengan sekala
1:100.000. Sumber peta
bisa digunakan dari peta
Bakosurtanal atau pada
wi layah wi layah sepert i
Papua misalnya ada peta
J O G d e n g a n s k a l a
1:100.000.
Citra satelit; citra satelit
merupakan foto kondisi
wilayah terkini yang bisa
didapatkan. berbagai jenis
citra dapat digunakan mu
l a i d a r i L a n d s a t
(www.landsat.org),
IKONOS(www.satimagingcorp.com),
DEM data; juga merupakan
data yang bisa dimanfaat
kan untuk mendapat
kan gambaran mengenai
kondisi topografi serta
analisis lainnya terkait den
gan kelerengan, dll.
2. Proses partisipatif
Participatory GIS atau GIS par
tisipatif bukan merupakan
pendekatan baru, pendekatan
ini telah diaplikasikan di ban
yak negara dan beberapa
wilayah di Indonesia. Pendeka
tan partisipatif mampu mem
berikan masukan bukan hanya
terkait dengan usaha menjar
ing aspirasi, tetapi mampu di
jadikan alat untuk mendapat
kan data primer.
Beberapa langkah yang dilaku
kan terkait dengan pendekatan
partisipatif ini adalah:
Sosialiasi ke stakeholder;
j ika kegiatan akan dilaku
kan ditingkat kampung mis
a lnya di lakukan suatu
sosialiasasi ketingkat kam
pung mulai dari staff pe
m e r i n t a h a n , t o k o h
masyarakat dan juga be
berapa tokoh munci lain
nya.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Kegiatan workshop awal; dilakukan ditingkat
kampung, kegiatan ini bisa dimulai dengan
pemetaan dengan pembuatan sketsa kam
pung. lanjutannya adalah diskusi terarah
dalam rangka melengkapi data data yang ada
di lokasi mulai dari nama nama lokasi, nama
kampung, nama sungai serta yang juga bisa
dilakukan adalah membuat peta gambaran
penggunaan tanah. Pada tingkat yang lain,
peta citra misalnya mampu digenerate
menghasilkan peta landcover tetapi peta lan
duse harus digenerate dengan menggunakan
pendekatan ini yang nantinya ditambahkan
dengan survey.
Kegiatan survey lapangan; model pendekatan
PRA seperti pembuatan transek mampu
memberikan masukan bagi peta penggunaan
tanah yang ada. Survey yang dilakukan
mampu memberikan gambaran mengenai
penggunaan tanah yang sebenarnya.
Penggambaran hasil landcobver seperti
tanah kosong, hutan, dll bisa dikoreksi men
jadi ladang (terlihat kosong karena pada saat
pemotretan citra sedang selesai panen), hu
tan (yang ternyata adalah mix kebun dengan
belukar) atau bentukan land use yang lain.
Workshop akhir; merupakan tahap verifikasi
bersama masyarakat, hasil gabungan analisis
dengan GIS, workshop awal dan survey dipre
sentasikan kembali untuk kemudian disele
saikan sebagai hasil akhir peta. Beberapa
data seperti batas kampung misalnya dapat
ditarik sebagai bagian akhir dari kegiatan ini.
Mozaiking; kegiatan yang dilakukan di be
berapa wilayah kampung, digabungkan
dalam wilayah yang lebih luas seperti ke
camatan. Proses ini mampu menghasilkan
peta yang lebih luas cakupan areanya.
Output
Urutan kegiatan di atas sudah mampu memberi
kan gambaran mengenai output yang dapat diha
silkan dari kegiatan ini.
Update peta rupabumi dengan penambahan
informasi dan data toponimi, penggunaan
tanah, lokasi lokasi penting.
Update informasi terkait dengan beberapa
aspek seperti aspirasi terkait usulan pemban
gunan yang sesuai dengan kondisi masyara
kat dan kondisi medan dimana perencanaan
ruang akan dilakukan.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Pendahuluan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapang yang
kembali di laksanakan oleh
Departemen Geografi UI pada tahun
2009 yang lalu berlokasi di
Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Kegiatan tersebut secara
spesifik menggunakan Kecamatan
Garung dan Kecamatan Kejajar
sebagai daerah penelitian. Tema
yang dipilih pada kegiatan kali ini
adalah “Pengaruh Aktivitas Manusia
terhadap Kerusakan Lingkungan di
Daerah Pengunungan”. Dengan
tema seperti ini setiap mahasiswa
diharapkan dapat mendeskripsikan
dan menjelaskan kerusakan
lingkungan yang terjadi di daerah
p e n e l i t i a n , k e m u d i a n
mengkaitkannya dengan kondisi
fisik dan sosial daerah tersebut.
Degradasi lahan menjadi salah satu
bukti kerusakan lingkungan yang
terjadi di daerah Dataran Tinggi Di
eng, Kabupaten Wonosobo.
Degradasi lahan adalah suatu proses
yang disebabkan baik faktor alam
maupun faktor manusia, yang
berdampak pada penurunan
beberapa aspek lahan seperti aspek
fisik, biologi, kimiawi, serta
ekonomis. Hudson dan Alcántara
Ayala (2005)1 menjelaskan degradasi
lahan sebagai proses hasil pengaruh
manusia atau iklim yang berdampak
negatif pada fungsi lahan dan
ekosistem yang terkait dengan
keberadaan lahan tersebut.
Degradasi lahan adalah suatu istilah
yang bersifat multi disiplin dan sulit
untuk dipahami, oleh karena itu
diperlukan suatu indikator yang
dapat digunakan dalam menilai
bahaya degradasi lahan (Stocking
dan Murnaghan, 2000)2. Shresta, et
al. (2004)3 menyebutkan beberapa
faktor penyebab degradasi (seperti
iklim, topografi, litologi, tektonik,
dan properti tanah) serta
menggunakan perhitungan potensi
erosi dalam memodelkan kejadian
degradasi.
Hal ini pun coba diterapkan pada
kegiatan Kuliah Kerja Lapang II
2009. Kelompok yang tergabung
dalam fokus kajian Geomorfologi
secara khusus menganalisis kejadian
(potensi) erosi, mendeskripsikan
sebaran kejadian (potensi) erosi,
serta mengkaitkannya dengan ke
nampakan unit geomoformologi
yang terlihat di daerah penelitian.
Permasalahan
Bagaimana karakteristik unit
geomorfologi di Kecamatan
Garung dan Kecamatan Kejajar?
Bagaimana tingkat potensi erosi
di Kecamatan Garung dan Ke
camatan Kejajar?
Tujuan kegiatan
Mendapatkan gambaran men
genai kenampakan unit geomor
fologi di Kecamatan Garung dan
Kecamatan Kejajar.
Mengetahui tingkat potensi
erosi di Kecamatan Garung dan
Kecamatan Kejajar.
Kondisi umum daerah penelitian
Daerah penelitian merupakan Ke
camatan Garung dan Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah. Daerah penelitian
dicirikan dengan kenampakan
topografi yang kasar, lereng lereng
curam yang berkisar antara 15 40 %,
dan lembah lembah yang sempit
(Adriana, 2007)4. Ketinggian pada
daerah penelitian bervariasi mulai
dari 1000 – 3000 mdpl. Kenampakan
geomorfologi juga terlihat bervariasi
seperti lembah, perbukitan vulkanik,
hingga kerucut vulkanik. Dengan
kondisi geomorfologi seperti ini
dominasi lereng yang terlihat adalah
lereng lereng agak terjal hingga
terjal.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
PEMETAAN UNIT GEOMORFOLOGI DAN WILAYAH POTENSI LONGSOR di Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Kelompok Geomorfologi, Kuliah Kerja Lapang II Mahasiswa Geografi UI 2007 Departemen Geografi UI, 2009
Dengan kondisi seperti ini, masyarakat sekitar justru
memanfaatkan daerah ini sebagai tempat bercocok
tanam untuk beberapa komoditi pertanian, seperti
kentang, kubis, wortel, dan sebagainya. Aktivitas
pertanian tersebut berlangsung baik hingga terjadinya
penurunan produksi pada tahun 2001, terutama untuk
tanaman kentang (lihat Tabel 1). Hal ini dapat menjadi
salah satu indikasi terjadinya degradasi lahan di daerah
ini.
Tabel 1. Luas area tanam dan jumlah produksi Kentang tahun1996, 2001, dan 2007
* Hanya berlaku untuk Kecamatan KejajarSumber: 1996 dan 2001 didapatkan dari Wonosobo dalam angka, 2007didapatkan dari Kecamatan Kejajar dalam angka
Metodologi
Unit geomorfologi dapat didefinisikan sebagai wilayah
permukaan bumi yang mempunyai kesamaan dalam ben
tuk bentuk yang dipengaruhi oleh tenaga dari dalam
(endogen), maupun tenaga dari luar (eksogen). Satuan
bentuklahan yang merupakan objek kajian dalam geo
morfologi terbentuk pada batuan dasar tertentu, yang
mempuntai suatu kenampakan topografi dan relief ter
tentu sebagai akibat dari kerja iklim sejak terbentuknya
batuan dasar tersebut. Pendefinisian unit geomorfologi
dalam penelitian dilakukan dengan memperhatikan ke
nampakan/bentuk fisik di permukaan (ketinggian, lereng,
pola aliran sungai) dan jenis batuan dasar penyusun
daerah kajian tersebut (Gambar 1).
Erosi didefinisikan sebagai perpindahan atau terangkut
nya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat
lain oleh suatu media alami seperti air atau angin (Arsyad,
1989)5. Beberapa variabel yang digunakan dalam menilai
kejadian (potensi) erosi, antara lain: lereng, jenis tanah,
jenis batuan, penggunaan tanah, dan index vegetasi.
Penilaian potensi erosi dalam penelitian ini menggunakan
metode pembobotan. Setiap variabel diberikan bobot
yang berbeda untuk masing masing kelas dalam variabel
tersebut. Pembobotan dilakukan berdasarkan besar pen
garuh kelas dalam variabel tersebut terhadap kejadian
(potensi) erosi. Hasil pembobotan dijumlahkan dan dik
lasifikasikan sehingga mendapatkan beberapa tingkat
potensi erosi.
Tabel 2. Klasifikasi potensi erosi berdasarkan pembobotan
Deskripsi unit geomorfologi
Unit geomorfologi yang dominan terlihat pada daerah
penelitian adalah yang termasuk ke dalam bentukan vul
kanik, seperti Perbukitan Vulkanik, Lembah Vulkanik, Ler
eng Vulkanik, serta Kaki Vulkanik. Bentukan vulkanik
tersebut terlihat secara dominan di bagian selatan
daerah penelitian terutama Kecamatan Garung. Unit geo
morfologi lainnya yang juga terlihat dominan adalah ben
tukan struktural seperti blok sesar, perbukitan antiklinal,
dan lembah sinklinal. Bentukan struktural tersebut men
dominasi di bagian utara terutama Kecamatan Kejajar.
Tahun Area tanam (ha) Produksi (ton)
1996 6,188 135,637
2001 3,440 61,228
2007* 2,481 3,811
PetaRupabumi
PetaKetinggian
PetaLereng
Pola Aliran Sungai
Peta Bentuk Medan
Jenis Batuan
StrukturGeologi
PetaGeologi
Unit Geomorfologi (Sementara)
Peta Bentukan Asal
Verifikasi Lapang
Peta Unit Geomorfologi
Penggunaan Lahan
KerapatanVegetasi
Jenis Batuan
Jenis Tanah
Lereng
PotensiErosi
Total Bobot Potensi Erosi
13 – 16 Rendah
17 – 20 Sedang
21 – 25 Tinggi
Gambar 1. Diagram aliruntuk deskripsi unitgeomorfologi
Gambar 2. Diagram alir untuk deskripsi potensi erosi
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Potensi erosi
Secara umum potensi erosi pada
daerah penelitian adalah sedang. Po
tensi erosi sedang tersebut terutama
dipengaruhi oleh aktivitas pertanian
yang dilakukan penduduk sekitar.
Pada daerah Kecamatan Garung,
wilayah dengan potensi erosi sedang
hampir tersebar merata, dengan
luasan area sebesar 1670,22 hektar
atau sebesar 56 % dari seluruh daerah
Kecamatan Garung. Sedangkan untuk
potensi erosi di Kecamatan Kejajar
terlihat di bagian tengah dan selatan
wilayah kecamatan.
Referensi1 Hudson, Paul F. And Alcantara-Ayala, Irasema. (2005). Ancient and
Modern Perspectives on Land Degradation. Catena 65: 102-106. Elsevier B.V.
2 Stocking, Michael and Murnaghan, Niamh. (2000). Land Degradation – Guidelines For Field Assessment. Overseas Development Group, University of East Anglia, Norwich, UK.
3 Shrestha, D.P., Zinck, J.A., Van Ranst, E. (2004). Modelling Land Degradation in the Nepalese Himalaya. Catena 57: 135-156. Elsevier B.V.
4 Andriana, Reni. (2007). Evaluasi Kawasan Lindung Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
5 Arsyad, Sitanala. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
PETA UNIT GEOMORFOLOGI KECAMATAN KEJAJARKABUPATENWONOSOBO
Menristek Lantik
KEPALA BAKOSURTANAL Pada Selasa, 15 Juni 2010, tepat pu
kul 10.00 WIB, di Auditorium BAKO
SURTANAL, Cibinong, Menteri Riset
dan Teknologi, Suharna Surapranata
melantik Dr. Asep Karsidi, M.Sc.,
sebagai Kepala Bakosurtanal meng
gantikan pejabat lama, Ir. R.W. Mat
indas M.Sc, yang memasuki masa
purnabakti. Sebagai saksi pada Pe
lantikan Kepala BAKOSURTANAL
diantaranya Kepala Badan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN), Hudi Has
towo, dan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir (BAPETEN) As Natio
Lasman.
Pelantikan Asep Karsidi sebagai
Kepala BAKOSURTANAL ini ber
dasarkan Keputusan Presiden RI no.
64 M/2010 tanggal 8 Juni 2010. Asep
Karsidi sebelumnya menduduki
Deputi I Bidang Koordinasi Kera
wanan Sosial pada Kementrian
Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat.
Dalam sambutannya Menristek, Su
harna Surapranata mengatakan per
gantian pejabat merupakan hal yang
biasa dalam suatu organisasi. Sia
papun pemimpinnya, organisasi ha
rus dapat berjalan dengan baik den
gan memanfaatkan dan mengopti
malkan sumberdaya yang tersedia.
Suharna mengingatkan tentang Ar
tikel 55 Piagam PBB menyatakan
pemetaan merupakan pelayanan
publik yang mampu memberikan
dan menyajikan informasi kebumian
(wilayah darat dan laut) yang dapat
digunakan sebagai indikator keber
hasilan pembangunan negara. Selain
itu, fungsi BAKOSURTANAL yang
mengacu pada Keppres 103 tahun
2003, sebagai lembaga yang melaku
kan kajian dan penyusun kebijakan
di bidang survei dan pemetaan,
pembinaan Infrastruktur Data
Spasial Nasional (IDSN), dan koordi
nasi kegiatan fungsional, peman
tauan, pemberian bimbingan dan
pembinaan terhadap instansi pe
merintah dibidang survei dan pe
metaan nasional.
Mengacu pada hal tersebut diatas
Menristek meminta pejabat yang
baru untuk tetap menjadikan Artikel
55 Piagam PBB dan Keppres 103 ta
hun 2003 sebagai acuan dan pegan
gan dalam pelaksanaan tugas yang
diembannya. Suharna pun berharap
Asep Karsidi agar terus melanjutkan
program program sebelumnya, se
lain juga melakukan perbaikan
perbaikan organisasi mengacu pada
RPJMN 2010 2014, Renstra BAKO
SURTANAL dan semangat reformasi
birokrasi.
Kepada Rudolf W. Matindas, Su
harna mengucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi tingginya
yang telah menyelesaikan tugasnya
dengan baik atas keberhasilan Lapo
ran Keuangan BAKOSURTANAL den
gan opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) dan Laporan Akunt
abilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)
dengan nilai CC. Acara pelantikan
yang berlangsung khidmat ini di
hadiri para pejabat dari kementrian
terkait dan instansi pemerintah baik
sipil dan militer serta beberapa per
wakilan dari lembaga profesi,
akademisi, dan swasta.
Oleh Yudi Irwanto (http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/menristek lantik kepala bakosurtanal)
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Kepala BAKOSURTANAL
Dr. ASEP KARSIDI on Story
Dr. Asep Karsidi adalah salah satu alumni
Geografi UI. Beliau terdaftar sebagai salah satu maha
siswa Geografi UI pada tahun 1974, yang pada waktu itu
juga menjadi rekan satu angkatan dengan Yanuardi Ra
sudin (mantan Deputi III Kementrian Lingkungan Hidup).
Setelah mendapatkan gelar Sarjana Sains dari Jurusan
Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia, beliau melanjutkan pendidi
kan S2 di program Pasca Sarjana IPB, Bidang Agroklima
tologi, yang diselesaikan pada tahun 1987. Tidak hanya
mengenyam pendidikan di dalam negeri, beliau adalah
mahasiswa Post Graduate on Application of Remote Sens
ing and Geographic Information System for Water Re
sources Management, ITC, The Netherlands Belanda tahun
1990. Pendidikan terakhir beliau adalah S3 (PhD) di
bidang GIS dan Remote Sensing di Universitas Adelaide
South Austrlia, yang diselesaikan tahun 2003.
Sebelum menjabat sebagai Kepala BAKOSURTANAL, be
liau adalah Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat Bidang Kerawanan Sosial, sejak 27 April 2007
hingga 15 Juni 2010. Beberapa jabatan struktural yang
pernah beliau jabat antara lain; Kepala Unit Pelaksana
Teknis Hujan Buatan (Teknologi Modifikasi Cuaca) TPSA
BPPT sejak Maret 2004 hingga 31 Mei 2007, Direktur
Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam TPSA BPPT
1997 1998, Kepala Subdit Matra Dirgantara Teknologi
Inventarisasi Sumber daya Alam Deputi Bidang Pengem
bangan Kekayaan Alam, dan Ketua Kelompok Akuisisi
dan Pengolahan Matra Dirgantara dan Udara merangkap
Kepala LAB RS & GIS Direktorat. TISDA Deputi Bidang
Pengembangan Kekayaan Alam.
Menjadi mahasiswa geografi adalah pilihan beliau ber
dasarkan keyakinan bahwa geografi adalah cabang ilmu
dasar yang memiliki kebermanfaatan dan dapat mem
bawanya pada cita cita untuk menjadi seorang peneliti.
Sewaktu kuliah Beliau sering berkumpul bersama teman
teman untuk membahas permasalahan dalam kehidupan
sehari hari secara fundamental yang terkait dengan
geografi. Beliau mengakui bahwa semua hal yang pernah
Beliau jalani selama menjadi mahasiwa geografi sangat
berkesan, ditambah dengan didikan para dosen yang
masih menggunakan cara militer di masa itu.
Dr. Asep Karsidi pernah mendapatkan jasa/kehormatan
antara lain Satya Lencana Karyasatia (1997), Satya Len
cana Wira Karya (1996), Piagam Satya karya 10 (1991), dan
Piagam Satya Karta (2001). Aktivitas di kampus beliau isi
dengan banyak membaca di perpustakaan. Tak hanya
membaca, beliau juga mengaplikasikan ilmu yang beliau
dapatkan dari Departeman Geografi dengan melakukan
kegiatan alam seperti naik gunung.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Gambar 1. Pengambilan sumpah
Dr. Asep Karsidi sebagai
Kepala BAKOSURTANAL
Kemampuan leadership beliau sudah
tampak semasa kuliah, hal ini ter
bukti bahwa beliau pernah menjabat
sebagai Sekjen Senat FMIPA UI ber
sama Bapak Lukman Hakim (alumni
Farmasi) waktu itu. Beliau mengata
kan bahwa organisasi adalah wadah
untuk berkumpul, bertukar pikiran,
bukan untuk berorientasi politik,
namun lebih cenderung pada per
samaan persepsi untuk melakukan
kegiatan kegiatan yang bermanfaat.
Selain itu beliau juga salah satu ang
gota Himpunan Mahasiswa Indone
sia (HMI) dan anggota Youth Science
Club yang diadakan oleh LIPI.
Di tengah tengah kesibukannya, Dr.
Asep Karsidi selalu menyempatkan
diri untuk hadir pada acara alumni,
seperti Kegiatan Reuni menyambut
50 tahun Geografi UI pada waktu
yang lalu, serta menjadi pembicara
pada beberapa acara resmi di Uni
versitas Indonesia. Beliau sangat
memperhatikan kondisi almama
ternya dengan melibatkan alumni
maupun civitas akademika Geografi
UI dalam tim kerja beliau, terutama
saat masih bertugas di BBPT. Berkat
perhatian beliau tersebut, Departe
men Geografi UI dapat memperluas
jangkauannya dengan menempat
kan alumni alumninya di berbagai
instansi baik di pusat maupun
daerah (seperti Departemen Kelau
tan, Kehutanan, Kemenko Kesra,
dan sebagainya). Beliau sebisa
mungkin mengajak alumni Geografi
UI untuk berkarya, sehingga nanti
mereka juga bisa mengajak adik ke
las dikemudian hari, dalam kapasitas
profesional kerja bukan nepotisme
tanpa dasar keahlian.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010 Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Dr. Asep Karsidi juga terlibat aktif di
Departemen Geografi, baik sebagai
pengajar di S1 da S2 Geografi, seba
gai pembimbing tugas akhir maha
siswa, dan proses pengembagan
Geografi. Dr. Asep Karsidi ikut andil
dalam pembetukan PPGT dan S2
Geografi, yakni secara aktif mem
buat seminar dan bekerja sama den
gan instansi pemerintah seperti
Pemda DKI, BBPT, dan BMKG.
Beliau berpesan untuk mahasiswa
geografi dan mahasiswa FMIPA
pada umumnya agar terus berfikir
berdasarkan konteks geografi yang
membuat kita mengerti dan bisa
menanamkannya kepada masyara
kat. Sadar atau tidak sadar, setiap
aspek kehidupan selalu berorientasi
ke arah geografi yang selalu men
gaitkan konsep 'apa', 'dimana', dan
'mengapa'. Oleh karena itu, ilmu ini
harus kita dorong menjadi sebuah
ilmu yang benar dan sistematis.
Salah satu moto, yang perah terung
kap saat wawancaara dengan Dr.
Asep Karsidi adalah Ilmu itu ada,
pasti ada manfaatnya. Semoga ke
pemimpinan di BAKOSURTANAL
dengan bekal ilmu Geografi bisa
bermafaat untuk negara Indonesia.
Yulindra [G’89]: Saya mengucapkan selamat atas terpilhnya Bp. Asep men-jadi kepala BAKOSURTANAL. Semoga Bapak dapat menjalankan amanah yang di tugaskan dan membawa angin segar kedalam institusi baru yang akan Bapak pimpin, dan semoga pula Al-lah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada Bapak dalam men-jalankan tugasnya, amin.
Rani [G’77]: Selamat Kang Asep, ikut berbahagia dan berbangga diangkat-nya Kang Asep untuk berjibaku di Bako-surtanal, semoga sukses.
Mangapul [G’85]: I am very happy for you, as you have been elected as the Head of Bakosurtanal for 4 years (2010-2014). I hope that you will always healthy and success. Congratulation for you. Please, keep remember us at Geog-raphy-FMIPA UI.
Suryanto [G’85]: Saya sudah tidak perlu meragukan lagi kemapuan beliau dalam memimpin anak buah, baik yang se almamater maupun tidak. Dan saya sangatlah berterima kasih kepada be-liau yang merupakan Orang Tua, Dosen dan Sahabat yang sangat baik. Terima Kasih Pak Karsidi, dan Selamat Mengemban Amanah dari Pemerintah Untuk Rakyat, Semoga keberhasilan selalu menyertai Bapak dimanapun di tugaskan, amin.
Gema [G’81]: Selamat kepada Kang Asep, semoga ini menjadi dorongan bagi teman-teman lain untuk berkiprah dalam pembangunan Nasional umum-nya dan Jurusan Geografi pada khusus-nya.
Rahmat [G’91]: Selamat Mengemban Amanah Pak Asep, Semoga keberhasi-lan dan kesuksesan selalu menyertai Bapak, Amin
Ardi [G’84]: Selamat buat Pak asep, se-moga bisa mengemban amanah men-jadi kepala Bakosurtanal, dan mudah-mudahan apa yang Mba Diah sebut di email sebelumnya (pada kutipan ini)bisa tercapai"... ..pemimpin yang di-harapkan grass roots bakosurtanal, ...memberikan pembaharuan geospasial d i b a k o s u r t a n a l k h u s u s n y a dan Indonesia umumnya. Bisa menjadi pembaharu sistem di bakosurtanal, mendobrak benteng2 lama yang tidak menginginkan perubahan... . Reformasi Birokrasi cepat terlaksana……semogakeluarga besar Geo UI selalu mendu-kung Pak Asep dalam menjalankan tugasnya.
Satria [G’07]: Selamat buat Pak Asep Karsid, semoga dapat menjalankan amanah dengan baik, amin.
B Realino [G’84]: Buat Pak A. Karsidi, Selamat, semoga dapat mengemban amanah dengan baik. Beliau adalah Bos saya yang pertama kali setelah saya lulus dari Geo-UI dan telah banyak memberi bimbingan yang sangat ber-manfaat. Sukses untuk Pak A. Karsidi.
Ucapan selamat dari SPATIAL-NET @ yahoogroups
Ucapan selamat dari rsgisforum-net @ yahoogroups
Selamat kepada Pak Asep Karsidi yang
sudah secara resmi menjadi pemimpin
tertinggi di Bakosurtanal. Sukses selalu.
dan selamat memegang amanah, se-
moga bisa ikut membantu negara dalam
menyangkut aspek spasial.
(Ari Cahyono, Cartography and Remote
Sensing Dept. Faculty of Geography
UGM)
Selamat kepada pa Asep karsidi, semoga
Bakosurtanal lebih maju dan bisa mem-
berikan pelayanan kepada publik yang
lebih baik lagi
(Syamsul B. Agus ITK–IPB)
Selamat Pak Asep Karsidi semoga dapat
memberikan warna baru di dunia pe-
metaan di Indonesia sukses selalu.
(G.H Anto, Waindo)
Selamat buat pak Asep Karsidi. Selamat
menjalankan tugas dan semoga sukses
selalu.
(Roos Akbar, ITB)
Sumber artikel: http://psychosun.blogspot.com/2010/11/wawancara-alumni-geografi-part-2.html
Mungk in pembaca baru
mendengar G WADI (Global Water
And Development Information) yang
merupakan jaringan global (global
network) untuk pengelolaan sumber
daya air pada kawasan arid (kering)
maupun semi arid. Jaringan tersbut
beranggotakan negara negara yang
memiliki kawasan arid, Indonesia
tidak termasuk di dalamnya.
GWADI didirikan pada bulan April
2003 yang dihadiri oleh 24 peserta
dari 17 negara dan yang mewakili
o rgan i sas i yang memi l i k i
kewenangan terhadap pengelolaan
air di kawasan arid seperti UNESCO,
FAO, WMO, SAHRA, IAEA, Sahara
and Sahel Observatory (OSS),
International Association of
Hydrogeologists (IAH), the European
Space Agency (ESA), Programme
SudMed and L'Institut de Recherche
pour le Développement (IRD).
Misi G WADI adalah untuk
mempe r k u a t k em amp u a n
pengaturan sumber daya air di
daerah daerah arid dan semi arid di
dunia melalui jaringan kerja sama
regional dan internasional.
Produknya adalah G WADI
GeoServer yakni sebuah server
global yang menyediakan data curah
hujan real time. Produk tersebut
merupakan buah kerja sama
UNESCO IHP (The International
Hydrological Programme) dan Pusat
Hidrometeorologi dan Penginderaan
Jauh Universitas California, Irvine
(CHRS) dalam rangka membangun
kemampuan prediksi dan mitigasi
bencana hidrologis, khususnya pada
wi layah yang kekurangan
i n f r a s t r u k t u r pengama tan
hidrometeorologis.
Server tersebut dapat diakses
melalui http://hydis.eng.uci.edu/
gwadi/, yang dikembangkan oleh
CHRS untuk menyediakan visualisasi
dan pemetaan estimasi curah hujan
yang didasarkan pada citra satelit
dengan resolusi spasial 0.04°x0.04°
(mendekati 4 km pada lintang
tengah).
REAL TIME PRECIPITATION DATA FROM G-WADI GeoServer
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Kuswantoro
Estimasi curah hujan dihitung dari suhu bagian atas awan
inframerah (infrared cloud top temperature / IR, yang
diperoleh dari konstelasi global satelite satelite
geostasioner seperti GOES 8, GOES 10, GMS 5, Metsat 6,
and Metsat 7 yang disediakan oleh Climate Prediction
Center (CPC) NOAA.
Data IR diperkenalkan ke CHRS menggunakan algoritma
Precipitation Estimation from Remote Sensing Information
and Neural Networks with Cloud Classification System
(PERSIANN CCS), yang memproses data IR untuk
mendapatkan estimasi curah hujan setiap 30 menit.
Kemudian diakumulasi menjadi 3, 6, 12, 24, 48, dan 72 jam
real time dan ditransmisikan ke web server di seluruh
dunia yang dapat diakses kapan pun tanpa biaya (open
access).
Dalam upaya pemanfaatan data tersebut, kajian estimasi
curah hujan di Indonesia dapat dilakukan dengan
memanfaatkan data dari GWADI GeoServe. Karena
sifatnya global, dapat pula dimanfaatkan daerah daerah
yang bukan arid maupun semi arid, seperti Indonesia dan
negara Asia Tenggara lainnya.
Banyaknya bencana di Indonesia yang disebabkan oleh
kejadian hujan, menuntut pemerintah melalui institusi
penelitiannya seperti BMKG, LAPAN, LIPI, BPPT, dsb.
harus lebih sensitif lagi dalam menemukan solusi terbaik.
Tersedianya data curah hujan yang real time sangat
bermanfaat dalam upaya mengantisipasi bencana besar,
setidaknya mengurangi dampak negatif yang akan
terjadi. Dengan memanfaatkan data akumulasi curah
hujan real time mulai dari 3 jam hingga 72 jam (3 hari)
maupun akumulasi curah hujan ektrem dalam periode
yang sama, bencana banjir maupun longsor dapat
dikurangi dampaknya.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai G WADI
GeoServer, dapat dilihat pada :
http://www.gwadi.org/
http://chrs.web.uci.edu/index.html
http://www.tiger.esa.int/news_newsletters.asp issue
n.10, December 2008.
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010
Bogor tak pernah kekurangan tempat yang sejuk. Jalur
Wisata Puncak dan Kawasan Gunung Salak menjadi pili
han utama penikmat wisata hawa dingin dari sekitar Bo
gor, Tangerang, Bekasi dan terutama warga Jakarta.
Kawasan Wisata Gunung Salak terletak di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Di Tempat ini banyak ter
dapat air terjun, sungai jernih dan juga sumber air panas.
Biaya masuk ke kawasan ini sebesar Rp. 5.000/orang. Jika
ingin mandi atau berendam air panas siapkan donasi per
orang Rp. 4.000 plus Rp. 2.500 atau Rp. 5.000.
Departemen Geografi dalam rangka menyusun Kuriku
lum yang baru (2011) juga menggunakan salah satu villa
yang ada di Kawasan Wisata Gununng Salak Endah. Lo
kasi yang cukup jauh dari Jalan Utama memberikan satu
ketenangan tersendiri dalam berkonsentrasi membahas
kurikulum.
Jalan menuju Obyek cukup bagus aspal mulus, hanya
sempit saja jika berpapasan dengan Bis Pariwisata ukuran
Besar. Juga perlu sabar saat di pertigaan Cibatok, karena
banyak angkot “ngetem” (berhenti menunggu penum
pang). Selamat mencoba.
Kawasan Wisata
SALAK ENDAH Bogor, Jawa Barat
Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010