terjun langsung ke lapangan….. · ginderaan jauh dan foto udara. ... mengenai teknologi...

17

Upload: hoangdieu

Post on 30-Apr-2018

245 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari
Page 2: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN…..

Volume 8 / No. 1 / April 2010 Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Selamat Kepada Dr. ASEP KARSIDI, yang telah dilantik untuk menjabat Kepala Bakosurtanal, semoga data spasial Indonesia semakin tersedia dengan baik, setelah terjun langsung ke lapangan para lulusan Geo UI. Pembangunan dan perencanaan pembagunan sangat perlu informasi spasial yang sesuai dengan sekala informasinya, agar pelaksanaan pembagunan sesuai dengan fakta wilayah dari masing-masing daerah yang membagun.

Kota Serang Tua yang terlupakan, Kota Kuala Lumpur yang bercahaya, Kawasan Wisata Salak Endah yang sejuk, menjadi tambahan daftar tempat-tempat yang layak dikunjungi, untuk melihat berbagai macam hal yang hanya bisa dilihat pada saat terjun langsung ke lapangan.

Tulisan ilmiah alumni tentang pemanfaatan Energy Hijau, Konferensi di Asean, perjalanan dari maha-siswa Geo ke ujung timur Indonesia, dan pemetaan berbasis komunitas, hingga belajar SIG ke negeri Malaysia, serta kegiatan kuliah lapang tentang pemetaan geomorfologi disajikan untuk menambah wawasan para pembaca.

TEAM REDAKSI

Redaksi

PENASEHAT Dr. Rokhmatuloh

REDAKSI Adi Wibowo, Iqbal Putut, LajuGandharum, Ratri Candra, Weling Suseno.

STAFF AHLI Astrid Damayanti, SugengWicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang

ADMINISTRARSI Ashadi Nobo

ALAMAT REDAKSI Gd. Departemen Geografi,FMIPA Universitas Indonesia,Kampus UI DepokTelp. (021) 7721 0658, 702 4405Fax. (021) 7721 0659

Diterbitkan oleh:Forum Komunikasi GeografiUniversitas Indonesia

Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan sarandari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisan ke alamat redaksiatau email dengan disertakan nama, alamat lengkap,nomor telepon serta Biografi.

Daftar Isi

2 I Advanced Spatial Techniques for

Environmental Analysis and

Management

5 I 17th Senior Officials’ Meeting, 7th Chief Ministers and Governors’ Forum, dan 17th Ministerial Meeting

(SOM/CMGF/MM) of IMT-GT

19 I Using Participatory GIS

for Remote Area Mapping

21 I Pemetaan Unit Geomorfologi dan

Wilayah Potensi Longsor di Kecamatan

Garung dan Kecamatan Kejajar,

Kabupaten Wonosobo

24 I Menristek Lantik

KEPALA BAKOSURTANAL

25 I Dr. Asep Karsidi on Story

28 I Real-Time Precipitation Data from G-WADI

GeoServer

30 I Kawasan Wisata Salak Endah, Bogor,

Jawa Barat

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

KONTRIBUTORAdi Wibowo Dosen Departemen Geografi

Anita Sitawati Staff Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Planologi, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Ellyza Mangkudum Asisten Deputi Urusan Gas Bumi, Deputi Bidang Koordinasi energi, sumberdaya Mineral dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

Iqbal Putut Alumni Geografi UI - Angkatan 2004

Kuswantoro Alumni Geografi UI - Angkatan 2002

Musnanda Satar Alumni Geografi UI - Angkatan 1989

Roland Sinulingga Mahasiswa Geografi UI - Angkatan 2007

Raldi Hendro Koestor Staf Peneliti P2K-LIPI

Page 3: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Latar Belakang

Spatialtech Workshop merupakan kegiatan pelatihan ta

hunan yang diselenggarakan oleh ASEAN European Uni

versity Network (ASEA UNINET) bagi para anggotanya

dalam bidang Geographic Information Science (GIScience).

Pada kegiatan tahun 2010 ini, ASEA UNINET bekerjasama

dengan Universiti Putra Malaysia (UPM) sebagai tuan

rumah penyelenggara, mengangkat tema mengenai

“Advanced Spatial Techniques for Environmental Analysis

and Management”. Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam kegiatan ini adalah membagi pengetahuan dan

pengamalan berbagai teknik dan metode GIScience dalam

pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanju

tan yang telah dikembangkan oleh institusi ahli kepada

institusi lainnya untuk meningkatkan kompetensi dan

pendidikan GIScience.

Universitas Indonesia sebagai salah satu anggota ASEA

UNINET diundang untuk dapat berpartisipasi dalam

kegiatan ini sebagai peserta pelatihan. Untuk merespon

undangan tersebut, Departemen Geografi – UI mengirim

kan tiga orang staf pengajarnya yang terdiri dari satu

dosen dan dua asisten dosen. Dengan komposisi peserta

yang dikirim tersebut diharapakan ilmu dan pengalaman

yang diperoleh dapat di transfer kepada institusi dan da

pat melakukan regenerasi terhadap staf pengajar muda

dalam skema pembimbingan dosen senior kepada para

asisten.

Tujuan

Adapun tujuan keikutsertaan dalam kegiatan ini antara

lain:

Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mengenai

berbagai teknik dan metode dalam aplikasi GIScience

terutama penerapannya dalam analisis dan mana

jemen lingkungan.

Memperkaya pengetahuan tentang perspektif

spasial (regional) dalam pengelolaan lingkungan.

Mampu membagi ilmu dan pengalaman yang

diperoleh kepada institusi (dalam hal ini Departemen

Geografi, Universitas Indonesia) terutama maha

siswa dalam bentuk materi ajar GIScience.

Dapat mengembangkan dan menerapkan berbagai

aplikasi GIScience untuk keperluan masyarakat luas

terutama dalam bidang konservasi lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan Pelatihan

Kegiatan pelatihan ASEA UNINET berlangsung di Fakultas

Perhutanan, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malay

sia. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 28 Juli dan berakhir

pada 1 Agustus 2010. Kegiatan yang berlangsung selama

satu minggu tersebut, mengambil tema “Advanced Spa

tial Techniques for Environmental Analysis and Manage

ment.” Kegiatan pelatihan ASEA UNINET diikuti oleh 16

peserta, serta mencakup beberapa aktivitas, antara lain

perkuliahan, diskusi, praktikum, dan individual assign

ment.

Peserta

Kegiatan pelatihan ASEA UNINET diikuti oleh 16 peserta

yang berasal dari 4 negara, antara lain Indonesia, Filipina,

Malaysia, dan Thailand. Berikut adalah daftar peserta

“ADVANCED SPATIAL TECHNIQUES FOR ENVIRONMENTAL

ANALYSIS AND MANAGEMENT” UNIVERSITI PUTRAMALAYSIA, SERDANG, SELANGOR, MALAYSIA

28 JULI – 1 AGUSTUS 2010

Titin Siswatining Univesity of Indonesia Iqbal Putut Ash Shidiq Univesity of Indonesia Imas S. Sitanggang Bogor Agricultural University Nur Indah Sari Dewi Gadjah Mada University Aditya Pandu W Gadjah Mada University Weling Suseno Univesity of Indonesia Adi Wibowo Univesity of Indonesia Norsaliza Usali Universiti Putra Malaysia Cho kn Ahmar Universiti Putra Malaysia Mohd Muhaizi Mat Daud Universiti Putra Malaysia Kasawani b. Ibrahim UMT Hamdan Bin Omar FRIM Suphamart Sirirat Chiang Mai University, Thailand Anujit Vansaroehana Naresuan University, Thailand Phirom Onseng Naresuan University, Thailand Trina Isorena University of the Philippines - Diliman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

No. Name Institutions

Perkuliahan

Untuk kegiatan perkuliahan, be

berapa pakar yang bergelut di

bidang GIScience turut hadir mem

berikan materi, antara lain:

Prof. Josef Strobl, University of

Salzburg (Austria).

Dr. Shahnawaz, International

Coordinator at University of

Salzburg.

Profesor Dr. Haji Kamaruzaman

Jusoff, Universiti Putra Malay

sia.

a. Prof. Josef Strobl – Director

Centre for Geoinformatics, Uni

versity of Salzburg, Austria

Prof. Josef Strobl merupakan

peneliti dan pengajar pada Austrian

Academy of Sciences, GIScience Insti

tute and the Centre for Geoinformat

ics, University of Salzburg, Austria.

Subyek pengajaran beliau adalah

GIScience dan tema tema terkait

dengan Geoinformasi (http://www.mapasia.org/2010/conference/

speakerbio.htm).

Pada kegiatan pelatihan ASEA

UNINET 2010, Prof. Josef Strobl

mendapat kesempatan untuk mem

berikan materi mengenai konsep

konsep GIScience serta beberapa

praktik sederhana untuk menjelas

kan konsep konsep tersebut. Beliau

juga memberikan beberapa infor

masi terkait dengan kegiatan yang

beliau lakukan di University of Salz

burg, Austria.

b. Dr. Shahnawaz – International

Coordinator, University of Salzburg

Dr. Shahnawaz merupakan salah

satu koordinator internal di Univer

sity of Salzburg. Beliau juga meru

pakan ahli dalam bidang Geografi.

Selain itu, beliau juga memahami

tema tema Natural Hazard Mapping

dan manajemen bencana (http://gis.urban futures.methodfinder.com/

contacts/participants/dr shahnawaz

shahnawaz).

Pada kegiatan pelatihan ASEA

UNINET Dr. Shahnawaz berkesem

patan untuk memberikan materi

mengenai konsep GIScience serta

pengetahuan dasar terkait dengan

perangkat lunak (software) yang

akan digunakan selama pelatihan

berlangsung. Pada kegiatan terse

but, beliau juga secara intensif mela

kukan diskusi dengan seluruh pe

serta untuk membahas permasala

han permasalahan yang ditemui

terkait dengan tema analisis dan

manajemen lingkungan.

c. Prof. Dr. Haji Kamaruzaman Ju

soff – Universiti Putra Malaysia

Profesor Dr. Haji Kamaruzaman Ju

soff, merupakan salah satu pengajar

dan peneliti di Fakultas Perhutanan,

Universiti Putra Malaysia, Selangor.

Bidang pengajaran dan penelitian

beliau adalah terkait dengan Geoin

formasi khususnya teknologi Pen

ginderaan Jauh dan Foto Udara.

Pada kegiatan pelatihan ASEA

UNINET tersebut, beliau berkesem

patan memberikan pemahaman

mengenai teknologi Penginderaan

Jauh dan Foto Udara yang sedang

dikembangkan saat ini di Universiti

Putra Malaysia. Beliau juga mema

parkan mengenai dasar dasar ilmu

Penginderaan Jauh dan Foto Udara.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 4: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Praktikum

Sesuai dengan tema yang diangkat, maka untuk menun

jang peningkatan sisi teknis (advanced spatial tech

niques) dalam analisis dan manajemen lingkungan,

diperlukan juga beberapa praktik yang terkait dengan

penggunaan alat bantu yaitu perangkat lunak GIS. Setiap

peserta kemudian dilatih untuk menggunakan perang

kat tersebut, agar dapat memanfaatkannya dalam men

yelesaikan permasalahan terkait dengan keruangan,

serta analisis dan manajemen lingkungan. Selain praktik

menggunakan perangkat tersebut, setiap peserta juga

dilatih dengan menggunakan praktik sederhana yang

akan membantu dalam memahami lebih lanjut men

genai konsep GIScience.

Diskusi

Para pengajar secara intensif melakukan diskusi dengan

masing masing peserta. Hal ini tentunya sangat mem

bantu para peserta dalam memahami konsep konsep

GIScience dan pengetahuan mengenai perangkat GIS

tersebut. Diskusi juga sering kali terjadi antar peserta

sebagai bentuk interaksi dan juga dapat membantu

memberikan solusi atas suatu permasalahan dari sudut

pandang yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap pe

serta memiliki latar belakang ilmu yang berbeda, walau

pun secara umum sebagian besar berlatar belakang ilmu

Geografi.

Individual Assignment

Individual Assignment diberikan kepada setiap peserta

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para pe

serta terhadap materi materi yang telah diberikan pada

saat perkuliahan. Pada tahap ini setiap peserta diha

ruskan untuk menentukan sebuah topik penelitian, ten

tunya yang berkaitan dengan tema analisis dan mana

jemen lingkungan. Melalui topik tersebut, para peserta

menentukan inti permasalahan yang akan coba disele

saikan menggunakan konsep dan teknologi GIS yang

telah diberikan pada saat perkuliahan. Sebagai akhir dari

kegiatan pelatihan tersebut, setiap peserta memapar

kan hasil yang telah diperoleh, dan mengumpulkan

pekerjaan tersebut untuk dipublikasikan kemudian.

Sertifikat

Sebagai penutup kegiatan pelatihan, pihak penyeleng

gara memberikan sertifikat kepada setiap peserta, seba

gai tanda bukti keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan

tersebut.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

17th Senior Officials’ Meeting, 7th Chief Ministers and Governors’ Forum, dan

17th Ministerial Meeting (SOM/CMGF/MM) of IMT-GT

Oleh: Raldi Hendro Koestoer

Pendahuluan

Pertemuan the 17th Senior Officials’

Meeting, 7th Chief Ministers and Gov

ernors’ Forum, dan 17th Ministerial

Meeting (SOM/CMGF/MM) of IMT GT

dilaksanakan pada tanggal 3 5 Agus

tus 2010 di Krabi, Thailand, yang di

hadiri oleh wakil wakil dari ketiga

negara yakni Indonesia, Malaysia,

dan Thailand. Disamping itu, hadir

pula perwakilan dari Pemerintah

Jepang, Asian Development Bank

(ADB), dan Economic Research Insti

tute for ASEAN and East Asia (ERIA).

Delegasi Indonesia (Delri) dipimpin

oleh SOM Leader Indonesia untuk

IMT GT, Dr. Raldi Koestoer, didamp

ingi oleh Konsul RI Songkhla (Sdr

Heru Wicaksono), dan Ir. Edward,

MBA, Ketua Seknas Kerjasama Eko

nomi Sub Regional (KESR) Indone

sia. Anggota Delri terdiri dari per

wakilan berbagai instansi terkait di

tingkat pusat, perwakilan pemerin

tah dae rah , se r t a j uga

menghadirkan wakil dari Joint Busi

ness Council (JBC) Indonesia dan

Kadin Provinsi Indonesia yang

daerah masuk dalam KESR IMT GT

(List of Delegates terlampir).

Di sela sela pertemuan SOM/CMGF/

MM, diadakan pula presentasi dari

ADB dan pertemuan SOM+Jepang

serta SOM+ERIA (Economic

Research Institute frorn East & SE

Asia) yang membahas berbagai

aspek tentang kemungkinan kerja

sama IMT GT dengan Jepang dan

institusi ERIA. Bagian berikut

merupakan ringkasan pelaksanaan

dari masing masing pertemuan.

Pelaksanaan Pertemuan 17th IMT GT

SOM

Ketua Delegasi Thailand, Dr. Poram

etee Vimolsiri, Deputy Secretary Gen

eral, the National Economic and So

cial Development Board (NESDB),

selaku Chair of the 17th IMT GT SOM

dalam sambutan pembukaannya

mengangkat isu pertumbuhan eko

nomi yang positif di negara anggota

IMT GT. Namun demikian, diakui

bahwa IMT GT mengalami

tantangan yang fundamental.

Secara kelembagaan, beberapa

pihak masih belum mengetahui IMT

GT, sementara beberapa pihak lain

yang telah mengetahui tentang IMT

GT masih melihat kerja sama ini

belum berjalan dengan optimal.

Untuk itu, kerja sama dengan

institusi eksternal seperti ADB amat

penting yang telah memfasilitasi

pelaksanaan kaji ulang/review

terhadap IMT GT Roadmap 2007 2011.

Hal ini diperlukan guna mengetahui

perkembangan yang sesungguhnya

dan membantu memberikan

masukan untuk menjawab

tantangan dimaksud.

Ketua Delegasi Malaysia, Mr. Razali

Che Mat, Director for Regional Devel

opment, Economic Planning Unit

(EPU), Outgoing Chairperson of the

IMT GT SOM memberikan paparan

mengenai IMT GT Progress and De

velopment 2009/2010. Dalam

paparan tersebut disampaikan

bahwa implementasi program dan

kegiatan berjalan sesuai rencana.

Dua kegiatan utama, yaitu The Mid

term Review (MTR) dan Business

Process Review (BPR) berhasil

diselesaikan pada waktunya

sebagaimana telah ditetapkan pada

pertemuan the 16th SOM IMT GT.

Pada periode ini pula dimulai

bebe rapa i n i s i a t i f un tuk

mengimplementasikan the Economic

Connectivity Corridors in the IMT GT

Roadmap. Disamping itu, pada

periode ini dimulai Priority

Connectivity Projects (PCP) yang

disusun secara bersama sama oleh

tiap tiap Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Sejalan dengan itu, Ketua Delegasi

RI, Dr Raldi Koestoer selaku Senior

Official Indonesia, juga menyampai

kan apresiasi terhadap kinerja se

mua pihak, antara lain: National Sec

retariats (NS), Working Groups

(WG), Centre of IMT (CIMT), ADB dan

panitya penyelenggara (NESDB

Thailand).

Directives from the 4th IMT GT Sum

mit

Selanjutnya Centre of IMT GT (CIMT)

selaku sekretariat IMT GT menyam

paikan perkembangan tindak lanjut

yang telah dilakukan berdasarkan

arahan dari Joint Statement of the

4th IMT GT Summit, 28 Februari 2009

di Cha Am, Hua Hin, Thailand. Tindak

lanjut yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

Page 5: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

10 PCP sebagai implementasi dari Connectivity Corri

dors telah dipilih pada saat pertemuan SOM/MM di

Melaka, Oktober 2009;

Gugus Tugas Customs, Immigration, and Quarantine

(CIQ) telah dibentuk oleh Working Group on Trade

and Investment (WGTI). Pertemuan pertama akan

dilaksanakan sekitar bulan September 2010;

Pertemuan pertama Gugus Tugas IMT Trade, Invest

ment, and Tourism Database (ITITD) telah dilaksana

kan pada bulan September 2009. Gugus tugas ini

dibentuk khususnya untuk membantu penyusunan

customized database;

Proyek kerja sama antara IMT GT, Prince of Songkhla

University (PSU), dan ERIA dilaksanakan akan ber

langsung di Songkhla, Thailand, 1 2 September 2010

dengan topik food and energy security. Kegiatan ini

dilaksanakan bersamaan dengan Biodiesel

Symposium yang akan diselenggrakan oleh ERIA;

Saat ini Business Opportunity Directory (BOD) berada

pada tahap kedua yang selanjutnya akan dikembang

kan menjadi IMT GT Contact Centre;

Report of the IMT GT Joint Business Council

Pada sesi berikutnya, the IMT GT Joint Business Council

(JBC) menyampaikan perkembangan kegiatan yang telah

dilaksanakan. Kegiatan kegiatan yang telah dilaksanakan

diantaranya adalah: (1) 28th JBC Meeting di Pekanbaru,

Riau, Indonesia pada tanggal 5 7 Februari 2010; dan

(2) 29th JBC Meeting & 2nd Business Opportunities Forum di

Penang, Malaysia pada tanggal 28 Juni 2010.

Report of the Working Groups

WG on Infrastructure and Transportation – Malaysia

Malaysia selaku Chair of the WG on Infrastructure and

Transportation (WGIT) menyampaikan bahwa dari 48

proyek/kegiatan yang terdapat di dalam rencana tindak

lanjut, 7 diantaranya telah berhasil dilaksanakan yakni:

IMT GT Study on Port Development and Maritime Trade,

IMT GT Logistics Study, Danok Padang Besar Road Infra

structure, Bukit Bunga Buketa Bridge, Rehabilitation of

Aceh Port, Improvement of Dumai Port and Improvement

of Existing Tammalang Port.

Malaysia juga menyampaikan 25 proyek/kegiatan akan

dijadikan sebagai top priority project diantaranya: Batawi

Ban Prakob/Durian Burong Alor Setar roads infrastructure

yang diharapkan selesai bulan April 2011, dan Harbor City

Development in Port Klang yang diharapkan selesai pada

tahun 2011.

WGIT juga menyampaikan beberapa top priorities project

dari Indonesia diantaranya pembangunan konstruksi

ASEAN Highway (AH) 25 antara Banda Aceh dan Palem

bang yang diharapkan selesai pada tahun 2011, dan

proyek jalan tol Binjai Medan Tebing Tinggi (AH 25). Pada

paparan ini, pertemuan diusulkan Port of Thungsong,

Nakhon Si Thammarat sebagai pusat distribusi kargo di

sub kawasan ini.

Working Group on Trade and Investment Malaysia

Malaysia selaku Chair dari Working Group on Trade and

Investment (WGTI) menyampaikan beberapa proyek/

program yang telah dilaksanakan. Disamping itu, pada

pertemuan ke empat WGTI di Penang, Juni 2010, telah

diidentifikasi dan diklasifikasi ulang beberapa proyek/

program. Dari proses yang telah dilakukan tersebut, 8

proyek/program dimasukkan dalam ‘top priority’, 11

‘medium priority’, dan 8 diidentifikasi sebagai ‘low

priority’. WGTI juga mengusulkan untuk menghapus

proyek yang tertunda akibat masalah pendanaan yakni

IMT GT Plaza di Phatthalung; dan Border Township at

Padang Besar (Friendship City). Disamping proyek/

program tersebut, the Account Trade or Bilateral Payment

Arrangements (BPAs) antara Thailand dan Malaysia telah

disepakati pada tanggal 20 September 2002. Sementara

itu, BPA antara Malaysia dan Indonesia, dan antara

Thailand dan Indonesia saat ini masih berada dalam

proses negosiasi.

Working Group on Tourism – Thailand

Thailand selaku Chair of theWG on Tourism (WGT) mema

parkan proyek/program yang telah dilaksanakan dianta

ranya sebagai berikut: a) “Visit IMT GT Year 2009” comple

tion in Medan, Indonesia; b) Publikasi the IMT GT three

star hotel directory oleh Thailand dan disitribusikan ke

Indonesia dan Malaysia; c) Program pertukaran pelajar,

ASEAN + 3 Tourism Student Summit, yang dilaksanakan

oleh Indonesia di Bali, Juni 2009; dan d) FAM trip oleh JBC

Malaysia untuk negara negara IMT, Oktober 2010.

Pada pertemuan ke empat WGI di Penang, Juni 2010, te

lah diidentifikasi 12 sebagai ‘top priority’, yakni: i) Develop

a Tourism Master Plan for IMT GT; ii) Develop and pursue a

joint tourism promotion and marketing programme; iii)

IMT GT Tour Packages; iv) Health and Wellness Tourism; v)

IMT GT tourism website;

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

vi) Promotion of regional and inter

national air linkages within IMT GT;

vii) ASEAN and IMT GT Family Rally;

viii) Malaysia and Thailand vehicle

licensing cross border issues; ix) IMT

GT Celebration Years 2009 2015; x)

Development of rest areas; xi) Crea

tion of network for home stay pro

gram in the IMT GT region; dan xii)

Strengthen the system for the collec

tion, compilation and dissemination

of information on cross border tour

ism.

Working Group on Halal Products and

Services Thailand

Untuk Working Group on Halal Prod

ucts and Services (WGHAPAS), Thai

land selaku Chair menyampaikan

beberapa perkembangan terkait

dengan hasil pertemuan di Penang,

Juni 2010. Dalam kesempatan

t e r s e bu t , T h a i l a nd j u g a

menyampaikan bahwa WGHAPAS

sepakat untuk melanjutkan kerja

s ama da l am pe r t u k a r a n

pengetahuan tentang halal diantara

ketiga negara.

WGHAPAS menyampaikan beberapa

proyek/program yang telah dilak

sanakan, diantaranya: training

course on Halal Forensic Laboratory,

Training Course on Polymerase Chain

Reaction for Halal Detection, World

Halal Forum, World Halal Research

Summit and Training course on HAL

Q system yang keseluruhannya

berada di bawah Halal Scientific and

Academic Networking project.

Disamping itu, the 3rd dan 4th Interna

tional Halal Science Symposium telah

dilaksanakan di Kuala Lumpur dan

Phuket pada bulan Desember 2009

dan Juni 2010. WGHAPAS juga mem

berikan status ‘high priority’ untuk

Business Incubator of Halal Products

and Services for Small Medium Enter

prises project. Kegiatan kegiatan

yang berada di bawah proyek ini

termasuk diantaranya training for

SME businessmen, slaughtering

houses and business matching.

Working Group on Human Resources

Indonesia

Untuk WG on Human Resource Devel

opment (WG HRD), Indonesia men

yampaikan rencana pelaksanaan

pertemuan di Palembang, sebelum

pelaksanaan SOM IMT GT 2011.

Working Group on Agriculture, Agro

industry, and Environment

Indonesia

Terkait laporan Working Group on

Agriculture, Agroindustry, and Envi

ronment (WGAAE), Indonesia selaku

Chair menyampaikan bahwa tujuan

dibentuknya WGAAE adalah untuk

mempromosikan perdagangan dan

investasi di bidang produksi, proses,

dan pemasaran produk pertanian

dengan mengambil manfaat dari

complementarities di dalam kawa

san. WGAAE telah menentukan Flag

ship Programs yang difokuskan pada

marine fisheries development, appli

cation of new technologies on live

stock production, trade facilitation,

and environmental friendly agricul

ture. Sejak 2007, WGAAE telah

menyelesaikan 4 proyek dan saat ini

sedang meneruskan 11 proyek. Dari

ke 11 proyek tersebut, 5

dikategorikan dalam ‘high priority’, 3

proyek sebagai ‘intermediate

priority’, dan 3 proyek sebagai ‘low

priority’. Proyek yang masuk dalam

kategori ‘high priority’ akan didesain

ulang dan diharapkan dapat selesai

pada periode 2010 2015. Kelima

proyek tersebut adalah:

IMT GT Network for Animal Pro

duction and Biotechnology

Cooperation on Rubber and Rub

ber Wood Industry

IMT GT Expo and Seminar for

Fisheries

Investment on Tuna Fish in West

Sumatra

Promote and support the use of

environmentally friendly tech

nologies and approaches in agri

culture, industry and tourism in

the IMT GT region

Update on the Legalization of the

Centre of OF IMT GT

Proses legalisasi CIMT saat ini masih

belum dapat dilaksanakan mengin

gat beberapa hal yang masih disele

saikan di tiap tiap negara peserta

IMT GT. Salah satu isu yang masih

menjadi permasalahan adalah

proses yang terjadi di Thailand.

Mengingat seluruh komitmen luar

negeri negara tersebut harus

melalui parlemen, proses legalisasi

belum dapat dilaksanakan dalam

beberapa waktu ke depan.

Disamping itu, untuk lebih

memperkuat pondasi dar i

pembentukan CIMT, masih

diperlukan kajian lebih lanjut dari

tiap tiap negara terhadap konsep

CIMT. Tanpa mengurangi respect

terhadap proses yang terjadi di

Thailand, Indonesia memandang

perlu untuk melakukan ulasan bagi

CIMT berkaitan dengan efektifitas

network yg dibangun bersama

ketiga NS di masing masing negara.

ADB’s Report

Dalam sesi ini, perwakilan ADB (Sdr.

Arjun Goswami) menyampaikan

hasil kajian Mid term Review (MTR)

yang telah dilakukan dan dilanjutkan

dengan Business Process Review

(BPR) melalui Eminent Person dari

Thailand.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 6: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

MTR yang dilaksanakan pada periode 2009 2010

dimaksudkan untuk reprioritize dan refocus, sekaligus

melakukan update dari seluruh program dan kegiatan

yang telah tercantum di dalam the Action Plan Matrix

(APM) untuk sisa waktu hingga 2011. Dalam paparan

Malaysia disebutkan bahwa di sela sela the Special

Consultation Meeting IMT GT yang berlangsung di

Penang, Juni 2010, diputuskan bahwa jumlah proyek

dikurangi sebanyak 61%. Dari sisa proyek sebesar 39%

tersebut, 55% diklasifikasi sebagai high priority projects.

BPR dilaksanakan untuk meningkatkan mekanisme

institusional dan delivery process dari IMT GT yang selama

ini dijalankan dengan mengadopsi model di ASEAN. Hal

ini dipandang kurang sesuai mengingat IMT GT

merupakan kerja sama yang lebih menganut prinsip

projects based and private sector driven. Beberapa

rekomendasi yang dihasilkan oleh BPR diantaranya

adalah perlunya meningkatkan kapasitas dan

kemampuan analisis dari tiap tiap National Secretariat

(NS). Hal ini perlu dilakukan mengingat NS memegang

peranan kunci dalam menentukan tingkat keberhasilan

dari kerja sama IMT GT. Disamping itu, rekomendasi BPR

juga meminta agar status Centre of IMT GT (CIMT), selaku

sekretariat, perlu untuk ditingkatkan menjadi lebih

otonom.

Dari hasil kajian ini, beberapa temuan kunci yang dila

porkan adalah: a) Absence of sector strategies to guide

project preparation and implementation; b) Too many flag

ship programs (37); c) No financial planning for infrastruc

ture projects, including for feasibility studies; d) Lack of

government response to facilitation requests from the

private sector; e) Slow progress in the implementation of

software activities to complement the connectivity pro

jects; f) Weak business processes and institutional mecha

nisms.

Berdasarkan temuan ini, ADB memberikan rekomendasi

sebagai berikut: a) focus on implementation of Roadmap

2007 2011 rather than a new Roadmap after 2011; b) Adopt

sector strategies as a basis for program/project formula

tion; c) Adopt the 12 flagship programs; d) Undertake fur

ther work on the Action Plan Matrix.

Updates on Matters Related to Japan and ERIA

Pertemuan menyambut baik maksud Jepang untuk men

jadi Development Partner dari IMT GT. Dalam pertemuan

kali ini, Jepang memaparkan tentang beberapa kerja

sama yang telah dilakukan dalam beberapa kerangka

kerja sama regional. Dalam kaitan ini, Delri menyatakan

bahwa keikut sertaan Jepang selaku Development Part

ners perlu dikaji lebih jauh untuk disesuaikan dengan ke

bijakan tiap tiap negara yang sudah berjalan sejauh ini

dengan Jepang. Sedangkan untuk institusi ERIA, perte

muan menyampaikan perlunya diperhatikan status dari

ERIA sebagai lembaga kajian yang dirasakan tidak

memiliki modalitas untuk menjadi Development Partner.

Untuk itu, Delri dalam hal ini mengusulkan agar JBC yang

mengambil inisiatif bekerjasama dengan ERIA, dan bukan

IMT GT yang berbasis kerja sama antar negara.

Other Matters

Pertemuan mencatat kesediaan Indonesia untuk menjadi

tuan rumah 18th SOM/MM/CMGF IMT GT 2011 dengan 3

(tiga) alternatif lokasi pelaksanaan di Provinsi Sumatera

Utara, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Provinsi

Sumatera Barat. Kepastian mengenai tempat dan waktu

penyelenggaraan akan disampaikan pada kesempatan

pertama. Untuk sementara, pada CMGF tanggal 4

Agustrus 2010, Wakil Gubernur Sumatera Utara secara

tentatif menyatakan kesediaan Provinsi Sumatera Utara

untuk menjadi tuan rumah.

Terkait dengan pelaksanaan Post Summit Planning

Meeting yang direncanakan berlangsung pada bulan

November 2010, pertemuan mengapresiasi kesediaan

Thailand untuk menjadi tuan rumah. Waktu dan tempat

pasti pertemuan akan disampaikan oleh pihak Thailand.

CMGF (Chief Ministers and Governors’ Forum)

Pada kesempatan ini Gubernur Provinsi Krabi

mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh

gubernur dan wakil gubernur yang telah meluangkan

waktu untuk hadir di pertemuan ini. Disampaikan bahwa

melalui pertemuan ini dapat diciptakan kerja sama yang

saling menguntungkan seluruh pihak dengan

mengimplementasikan IMT GT Roadmap secara efektif.

Disamping itu diharapkan kerja sama yang telah terjalin

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor

swasta dapat ditingkatkan. Digarisbawahi pula bahwa

pertemuan kali ini tidak hanya mengevaluasi kegiatan

yang telah dilaksanakan dan proyeksi kerja sama ke

depan, namun juga sebagai tempat untuk bertukar

pendapat dan bertukar pengalaman serta dapat

memberikan rekomendasi yang signifikan di akhir

pertemuan.

S e l a n j u t n y a , I n d o n e s i a

menyampaikan presentasi mengenai

potensi investasi di Sumatera Selatan

yang me l iput i i ) p royek

pembangunan jalan tol; ii) proyek

pembangunan rel kereta api; iii)

proyek perluasan pelabuhan; iv)

proyek pembangunan manufaktur

perkebunan untuk Palm Oil dan Crude

Palm Oil; v) proyek pembangunan

manufaktur perikanan. Sedangkan

Sumatera Barat menawarkan proyek

investasi untuk tuna baik cara

penangkapan, fasilitas pendukung

penjualan dan proyek industrial dan

animal husbandry. Adapun Provinsi

Sumatera Utara menawarkan proyek

proyek infrastruktur seperti

development highway (toll road)

Tanjung Morawa – Kuala Namu –

Lubuk Pakam – Tebing Tinggi (60

Km), Medan – Binjai (20 Km) dengan

total investasi sebesar Rp. 5,5 Triliun,

Construction of Railway Road

(Medan – New Polonia Airport Kuala

Namu, Trans Sumatera Railway), dan

development and expanding port of

Teluk Nibung (Tanjung Balai), Sibolga

(central Tapanuli), and Tanjung

Sarang Elang (Labuhan Batu).

Pada kesempatan yang sama Wagub

Sumut juga mengundang pemerintah

pusat dan daerah dari Malaysia dan

Thailand untuk dapat menghadiri

Lake Toba Festival yang rencananya

akan diselenggarakan pada tanggal

20 24 Oktober 2010, Ramadhan

Festival, dimana juga ditawarkan

booth untuk display barang barang

dari masing masing negara, serta

penyelenggaraan Seminar on Halal

Food pada saat yang sama.

IMT GT Ministerial Meeting (MM)

Dalam pertemuan ini Thailand di

wakili oleh H.E. Satit Wongnongtaey,

Minister Attached to the Prime Minis

ter Office, Kingdom of Thailand. Ma

laysia diwakili H.E. Mr. Tan Sri Nor

Mohamed Yakcop, Minister in the

Prime Minister Department. Semen

tara itu, Signing Minister Indonesia

for IMT GT diwakili oleh Staf Ahli VI

Menko Perekonomian yang juga se

bagai Senior Official Indonesia untuk

IMT GT dan BIMP EAGA.

Dalam sambutan pembukaan,

M e n t e r i W o n g n o n g t a y

menyampaikan keyakinannya bahwa

kerja sama IMT GT dapat semakin

ditingkatkan di masa datang. Secara

khusus Menteri Wongnongtay

menyatakan bahwa setelah

berakhirnya waktu implementasi IMT

GT Roadmap 2007 2011, perlu

dipikirkan di masa datang bagaimana

mengefektifkan peran dari seluruh

institusi yang terdapat di dalam IMT

GT seperti Working Group, SOM, MM,

dan CMGF. Disamping itu, kontribusi

dari Development Partner seperti ADB

perlu untuk lebih dioptimalkan.

Dalam hal prospek bidang kerja sama

di masa datang, disampaikan pula

usulan untuk pembahasan isu

alternative energy seperti bio fuel dan

palm oil.

Dalam MM ini disampaikan laporan

hasil pertemuan SOM dan CMGF yang

telah berlangsung pada tanggal 3 4

Agustus 2010. Laporan secara garis

besar memberikan catatan atas

berbagai inisiatif proyek dan aktivitas

yang telah dilaksanakan selama

periode 2009 2010. Disamping itu

dilaporkan pula hasil MTR dan BPR.

Pada bag ian awa l untuk

menyampaikan pandangan terhadap

hasil SOM, Ketua Delri telah

menyampaikan regret atas

ketidakhadiran Signing Minister dari

Indonesia karena agenda di dalam

negeri yang tidak mungkin

ditinggalkan. Secara khusus Delri

menyampaikan apresiasi terhadap

hasil SOM yang telah dilaporkan.

Ditegaskan bahwa dengan waktu

tersisa yang kurang dari 2 tahun

untuk mengimplementasikan IMT GT

Roadmap 2007 2011, perlu makin

ditingkatkan lagi kerja sama

a n t a r p e m e r i n t a h p u s a t ,

antarpemerintah daerah, serta

anta rsek tor swas ta untuk

memastikan proyek dan aktivitas

yang terdapat dalam Roadmap dapat

terlaksana dengan baik dan tepat

waktu. Delegasi Malaysia juga

menyampaikan kembali pentingnya

implementasi dari berbagai

komitmen dari hasil pertemuan di

IMT GT.

Catatan Pengamatan

Pertemuan 17th SOM/7th CMGF/17th MM IMT GT

merupakan pertemuan yang sangat strategis

untuk mempersiapkan pelaksanaan Leaders

Meeting yang direncanakan akan berlangsung

di Hanoi, Oktober 2010 di sela sela pertemuan

ASEAN Summit. Secara substansi, terdapat

beberapa kerja sama yang telah berlangsung

secara positif sebagai implementasi dari IMT

GT Roadmap 2007 2011 dan juga tindak lanjut

arahan yang telah diberikan dalam Joint State

ment the 4th IMT GT Summit 2009.

MTR yang telah dilakukan dengan dukungan

dari ADB sangat efektif untuk menjadi media

kaji ulang terhadap berbagai proyek/aktivitas

yang telah digariskan dalam berbagai komit

men di dalam IMT GT. MTR telah memberikan

arahan yang lebih feasible bagi kelanjutan

kerja sama di sub kawasan ini. Ke depan, perlu

dibangun kerjasama dengan Development

partners lain, seperti: Jepang, Cina Korea dll.,

sehingga kemajuan IMT GT akan tampak nyata

dalam konstelasi kerjasama internasional.

Dari sisi mekanisme pertemuan, IMT GT pada

dasarnya telah memiliki mekanisme yang

mapan dalam bentuk pertemuan di tiap tiap

negara melalui National Secretariat, Working

Group, SOM, MM, dan Leaders Meeting.

Keseluruhan mekanisme pertemuan sangat

membantu IMT GT untuk mengarahkan kerja

sama untuk lebih sejalan dengan kebutuhan

dari tiap tiap negara untuk membantu

pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Krabi, 5 Agustus 2010

Page 7: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Hari Minggu 17 Mei 2009 bersama

tim Geografi FMIPA UI Pak Eko, dan

Pak Abimanyu dari Arsitek FTUI

bertemu dengan tim dari Pemda

Kota Serang, yakni Pak Ridwan

(Kasubdit Tata Ruang) dan Sigit.

Berdasarkan informasi dari Pak Rid

wan bahwa ada rencana Pengem

bangan Kawasan Waterfront City di

Kecamatan Kesemen dengan dana

yang berasal dari Provinsi Banten.

Akan tetapi belum diketahui secara

persis, area mana yang akan diren

canakan.

Kota Serang baru saja berdiri 9 ta

hun yang lalu, sehingga kondisi ma

sih baru dengan permasalahan aset

yang masih bercampur dengan Ka

bupaten Serang, keterbatasan Sum

ber Daya Manusia dan juga alokasi

dana. Lokasi pertama yang dikun

jungi adalah Kantor Walikota Ser

ang.

Kantor Walikota Kota Serang, pada

Hari Minggu tidak banyak orang,

sehingga kondisi juga tidak terlalu

ramai. Setelah berdiskusi sejenak,

maka rombongan langsung menuju

lokasi yang disepakati sebagai tem

pat yang direncanakan akan dijadi

kan lokasi penelitian Hibah Kompe

tensi kerjasama antara Perguruan

Tinggi dan Pemerintah Kabupaten/

Kota.

Lokasi yang pertama adalah Kota

Lama Banten. Kota Lama Banten

pada Hari Minggu cukup ramai di

kunjungi para peziarah, disini terda

pat Kantor Museum, Masjid dan

juga Makam Kuno. Obyek wisata

utama adalah yang dikunjungi

adalah Masjid. Beberapa pengun

jung juga melihat lihat isi dari Mu

seum.

Banykanya pengunjung menjadikan

kondisi di sekitar Masjid dipadati

oleh pedagang Kaki Lima yang men

jajakan aneka barang, mulai dari

makanan, buku, souvenir, dan cd/

kaset, hanya disayangkan produk

tersebut tidak ada yang secara

langsung berhubungan dengan

Masjid dan Makam Tua yang ada

disana.

Terdapat Saluran Air/Drainase yang

melalui Kawasan Kota Tua Banten,

dengan air yang keruh berwarna

coklat dan tumbuhan eceng gondok

yang mendangkalkan saluran air.

Di sepanjang saluran air terdapat

permukiman masyarakat dan

Pesantren yang dikatakan oleh Pak

Ridwan dikelola oleh mereka yang

masih mempunyai hubungan kera

bat dengan Kerajaan Banten. Jalan

penghubung yang masih menguna

kan kayu sebagai jembatan, yang

bisa memperlihatkan pemandangan

yang eksotis, dari seberang saluran

air.

SERANG, Kota Tua yang Terlupakan

Masjid Kuno

Ki ka: Pak Sigit, Pak Abimanyu,Pak Ridwan, dan Pak Eko.

Museum

Saluran Air

Pedagang di Sekitar MasjidVolume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Di Kawasan ini juga terdapat Terminal

dan Pasar, namun sebagai Lokasi Obyek

Wisata, hal yang sangat disayangkan

adalah kondisinya tidak begitu baik,

karena para pedagang kios lebih banyak

memilih menjadi pedagang kaki lima dan

mendekati wisatawan yang berada di

sekitar masjid Kuno.

Ada pula peninggalan kuno yang lain

yakni Jembatan Rantai, yang kondisinya

tidak terawat dan tidak terlalu menarik.

Secara Garis besar kondisi sampah men

jadi pemandangan yang tidak layak se

bagi obyek wisata di Kota Serang yang

sangat terkenal dikalangan peziarah

Masjid.

RELOKASI PEMUKIMAN

Yang menarik dilokasi ini adalah adanya

pembuatan rumah untuk nelayan, yang

mana rumah lama yang telah dibebasa

kan sekarang telah ditempati oleh anak

dari orang tua rumah telah dibuatkan.

Disini juga terdapat jalan propinsi yang

akan menghubungkan antara Kota Ser

ang, Kabupaten Serang sampai dengan

Kabupaten Tangerang di Kecamatan

Kronjo.

Pelabuhan Karang Antu

Pelabuhan Karang Antu menjadi lokasi

terakhir yang dikunjungi rombongan. Di

Lokasi ini terdapat Sekolah Tinggi Peri

kanan Banten yang bekerjasama dengan

Pemda dan dimiliki oleh Departemen

Perikanan dan Kelautan, juga terdapat

Pos Polisi dan Angkatan Laut.

Disepanjang tepi Pantai Karang Antu

sudah terjadi abrasi dan jeti sebagai

tempat masuknya kapal untuk bersan

dar, juga sudah mulai hancur dan rusak.

Kondisi sangat disayangkan karena ban

yak masyrakat yang berkunjung untuk

menikmati keindahannya seperti terlihat

pada Gambar. Beberapa orang masih

asyik menikmati suasana memancing

ikan di Laut, dengan duduk di atas pem

bats jeti.

Di sebelah kanan Karang Antu masih

terdapat hutan mangrove. Tanaman

mangrove yang ditanam masih lebat,

namun beberapa diantaranya mulai hi

lang yang mungkin disebabkan akibat

abrasi atau ulah tangan manusia

Sebagai obyek wisata di Karang Antu

adalah suar. Kondisi disekitar suar men

jadi obyek wisata masyrakat sekitar un

tuk bermain pasir dan air laut. Beberapa

pohon bakau masih ada, sehingga ban

yak pengunjung yang duduk berteduh di

bawah pohon pohon tersebut.

Pada Gambar terlihat bagian belakang

STP Banten dari belakang dan pengolah

air laut untuk tambak percontohan/

percobaan di dalam area STP.

Demikian catatan perjalanan, dari Serang

Kota Tua yang terlupakan (Awe).

Terminal

Jembatan Rantai

Sampah disekitar kawasan masjid

Pelabuhan Karang Antu

Jeti Pengolah air laut untuktambak percontohan/

percobaan

Mangrove Suar

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 8: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Anita Sitawati Wartaman1, Ellyza Mangkudum2, Raldi H. Koestoer3

PEMANFAATAN ENERGI HIJAU (GAS BUMI)

DALAM KEBUTUHAN DOMESTIK

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

PENDAHULUAN

Salah satu sasaran Kebijakan Energi Nasional 2025

adalah terwujudnya energi (primer) mix yang optimal.

Peranan gas bumi sebagai salah satu sumber energi

terhadap konsumsi energi nasional menjadi lebih dari

30% (Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5

tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, 2006:5).

Dalam pelaksanaannya, gas bumi lebih banyak

dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor. Namun, sejalan

dengan dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah memberikan

prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk

kebutuhan dalam Negeri.

Masalah lain berkenaan dengan pemanfaatan gas bumi

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri adalah belum

terdistribusinya nya gas bumi tersebut sesuai dengan

kebutuhan. Hal ini disebabkan antara lain terbatasnya

pasokan gas sebagai akibat menurunnya kinerja

produksi gas, belum tersedianya jaringan transmisi dan

distribusi. Pemanfaatan ’energi hijau’ ini perlu mendapat

perhatian yang serius.

Berdasarkan ulasan di atas, tulisan ini berupaya untuk

menemukenali kondisi, perkembangan dan

permasalahan pemanfaatan gas bumi bagi kebutuhan

dalam negeri di 3 (tiga) wilayah, yaitu (i) Jawa Bagian

Barat, (ii) Jawa Bagian Timur dan (iii) Sumatera Utara.

Pilihan lokasi atas dasar konsentrasi persebaran

pasokan. Hasil penelitian dapat dijadikan dasar di dalam

merumuskan kebijakan pengembangan wilayah, antara

lain kebijakan pembangunan infrastruktur, kebijakan

pemanfaatan gas bumi sebagai salah satu sumber energi

di tingkat daerah.

METODOLOGI

Ulasan terhadap metodologi terdiri atas : (i) ulasan

metodologi pengumpulan data, dan (ii) ulasan metode

analisa.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada kajian ini adalah data primer

dan data sekunder. Pemanfaatan kombinasi data ini

dibutuhkan karena mempertimbangkan rekomendasi

yang dituangkan dalam kesimpulan merujuk pada

’multiplier effects’ yang dimungkinkan. Data primer

diperoleh melalui sistem informasi koordinasi dengan

Departemen/ Instansi terkait (baik di tingkat pusat

maupun daerah), dan Forum Diskusi berkelompok

(FGD). Data sekunder yang digunakan antara lain

kompilasi dari data PT Perusahaan Gas Negara (PGN)

Tbk, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Badan

Pelaksana kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP

Migas), Badan Pelaksana kegiatan Hilir Minyak dan Gas

Bumi (BPH Migas), PT Pertamina Gas (Pertagas) dan

Departemen Perindustrian.

Metode Analisa

Penelitian dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan

sebagai berikut :

Menganalisis pelaksanaan distribusi gas di 3 (tiga)

wilayah kerja kajian. Dari hasil analisis dapat

diindikasikan permasalahan permasalahan dan

kendala kendala pelaksanaan distribusi gas ke

wilayah wilayah.

Menganalisis kebutuhan gas bumi dalam negeri di 3

(tiga) wilayah kajian dalam 5 (lima) tahun kedepan.

Hasil analisis dapat mengindikasikan kecenderungan

kebutuhan gas dalam 5 (lima) tahun yang akan

datang.

Membandingkan antara kebutuhan gas dalam

negeri (domestik) dengan realisasi pasokannya,

sehingga akan terlihat tingkat pencapaian

pemenuhan kebutuhan gas domestik. Tingkat

pemenuhan gas bumi diartikan sebagai persentase

antara pasokan dengan kebutuhan rielnya.

M e n g e v a l u a s i t i n g k a t

pencapa ian pemenuhan

distribusi gas, yang pada

pokoknya adalah menyimpulkan

permasalahan permasalahan di

dalam kegiatan distribusi gas

bumi.

PEMANFAATAN GAS BUMI BAGI

KEBUTUHAN DALAM NEGERI

Secara umum, terdapat shortage

antara supply (realisasi pasokan)

dan demand. Shortage tersebut

terjadi hampir di seluruh wilayah

penelitian. Ulasan lebih rinci ter

hadap pemanfaatan gas bumi di

masing masing wilayah penelitian,

sebagai berikut :

Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah

Jawa Bagian Barat

Wilayah penelitian di Jawa Bagian

Barat meliputi 8 (delapan) distrik,

yaitu (1) Distrik Palembang, (2)

Distrik Banten Timur, (3) Distrik

Banten Barat, (4) Distrik Jakarta, (5)

Distrik Bekasi , (6) Distrik Bogor, (7)

Distrik Karawang, dan (8) Distrik

Cirebon.

Pada tahun 2009, total realisasi

pasokan gas untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri di 8

(delapan) distrik tersebut mencapai

590.14 BBTUD. Sedangkan,

kebutuhan gas di Jawa Barat relatif

tinggi. Berdasarkan neraca gas Jawa

Bagian Barat, kebutuhan gas bumi di

Jawa Barat per 1 Januari 2009

mencapai 1.500 BBTUD (Direktorat

Jenderal Minyak dan Gas Bumi,

2009 : 34).

Jika realisasi pasokan gas tersebut

dibandingkan dengan kebutuhan

menurut neraca, maka terdapat

shortage antara supply dan demand

sekitar 909,86 BBTUD. Realisasi

supply gas per 1 Januari 2009

tersebut hanya mencapai sekitar

39% nya. Shortage ini akan

bertambah besar bila aspek demand

diperhitungkan dengan adanya

penambahan kebutuhan gas di

pabrik pupuk Kujang Cikampek yang

cukup tinggi, yaitu 108 MMSCFD

(Departemen Perindustrian, 2010).

Secara lebih rinci, shortage tersebut

tidak terjadi di semua tempat.

Shortage supply dan demand yang

cukup besar terjadi antara lain di

PLN Muara Tawar Provinsi Banten,

pabrik pupuk di Cikampek.

Sedangkan, untuk sektor industri di

Kawasan Industri Krakatau terjadi

surplus sebagai akibat adanya

penurunan pemakaian gas di

kawasan industri tersebut.

Penurunan pemakaian gas tersebut

disebabkan karena menurunnya

kinerja industri sebagai akibat krisis

global.

Pemanfaatan gas bumi terbesar

terjadi di Distrik Bekasi. Hampir 60%

total gas yang tersedia di wilayah

Jawa Bagian Barat dipasok ke distrik

Bekasi. Sementara, Distrik Jakarta

hanya memanfaatkan gas bumi

sebesar 58,06 BBTUD atau sekitar

10% dari total. Namun, jika

dibandingkan dengan ketersediaan

jaringan distribusi nya. Panjang

jaringan distribusi di Distrik Bekasi

jauh lebih sedikit dibandingkan

dengan panjang jaringan di Distrik

Jakarta, yaitu sekitar 13% nya.

Begitupula halnya dengan jumlah

pelanggan. Jumlah pelanggan di

Distrik Jakarta adalah 13.689;

sementara jumlah pelanggan di

Distrik Bekasi hanyalah 3.175

pelanggan atau hanya sekitar 25%

dari jumlah pelanggan di Distrik

Jakarta. Ini mengindikasikan

volume pemakaian gas tidak

berband ing lurus dengan

ketersediaan panjang jaringan

distribusi dan jumlah pelanggan.

Rendahnya pencapaian realisasi

pasokan gas di wilayah Jawa Bagian

Barat dapat diindikasikan oleh

beberapa hal, antara lain :

Kurangnya sumber pasokan gas

bagi wilayah Jawa Barat

B e l u m o p t i m a l n y a

pengembangan jar ingan

distribusi ke area area industri

khususnya area industri di

Distrik Bekasi. Indikasi ini

d i p e ro l e h be rd a s a r k an

fenomena bahwa kebutuhan

gas di sektor industri cukup

tinggi (dalam neraca gas) dan

Bekasi memiliki beberapa

cluster industri. Sementara,

panjang jaringan distribusi di

Distrik Bekasi hanya sekitar 13%

dari total panjang jaringan

distribusi yang ada di wilayah

Jawa Barat dan jumlah

pelanggan sektor industri relatif

kecil.

B e l u m o p t i m a l n y a

pengembangan jar ingan

distribusi ke arah Cikampek

tempat dimana pabrik pupuk

Kujang berlokasi.

Tidak terlepas dari hal di atas,

dalam 5 (lima) tahun kedepan,

kebutuhan gas di wilayah Propinsi

Jawa Barat mengalami peningkatan.

Informasi rinci terhadap kebutuhan

gas tahun 2010 hingga 2014 dapat

dilihat pada Gambar 1.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 9: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Dari Gambar 1 di atas tampak bahwa dalam 5 (lima) tahun

kedepan, kebutuhan gas sektor listrik di wilayah Jawa

Bagian Barat cenderung menurun, meskipun penurunan

relatif sangat kecil. Namun, kebutuhan gas sektor

industri mengalami peningkatan. Dengan demikian,

secara keseluruhan kebutuhan gas di wilayah Jawa

Bagian Barat akan meningkat dalam lima tahun kedepan

(Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009 : 34).

Melihat kecenderungan tersebut, bilamana pasokan gas

untuk wilayah Jawa Barat tidak ditambah, dapat

diindikasikan bahwa Jawa Bagian Barat akan mengalami

kekurangan pasokan gas yang cukup besar. Disamping

kebutuhan gas menurut neraca di atas, menurut

Departemen Perindustrian (2010), terdapat penambahan

kebutuhan gas yang sangat tinggi bagi Jawa Bagian

Barat, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk

Kujang Cikampek sebesar 37.260 MMSCF (2010).

Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah Jawa Bagian Timur

Pemanfaatan gas di wilayah Jawa Bagian Timur pada

tahun 2009 mencapai sekitar 140,54 BBTUD (Pertamina

Gas Jawa Timur, 2009). Sementara, berdasarkan neraca

gas Jawa Timur per 1 Januari 2009, kebutuhan gas di

Jawa Timur cukup tinggi, yaitu sebesar 523 BBTUD

(Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009 : 41).

Jika realisasi supply gas tersebut di atas dibandingkan

dengan kebutuhan menurut neraca gas, secara umum

terdapat shortage antara supply dan demand sekitar

382,46 BBTUD. Realisasi supply gas per 1 Januari 2009

tersebut hanya mencapai sekitar 26,87% nya. Shortage

akan bertambah besar bila dihitung dengan penambahan

kebutuhan gas Pabrik Pupuk Gresik yang cukup besar,

yaitu 65 MMSCFD.

Jika di lihat lebih rinci lagi, dari neraca gas per 1 Januari

2009, tampak bahwa kebutuhan gas untuk sektor listrik

dan industri cukup tinggi, yaitu sekitar 294 BBTUD dan

179 BBTD (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,

2009 : 41). Namun, dari hasil monitoring tampak bahwa

supply gas untuk sektor listrik sama sekali tidak ada dan

supply gas untuk sektor industri di bawah kebutuhan

(realisasi + 140 BBTUD).

Disisi lain, saat ini sumur sumur yang ada di Jawa Timur

sudah menghasilkan gas yang cukup besar seperti : KEIL

sebesar 25 MMSCFD, Santos sebesar 115 MMSCFD,

Kodeco sebesar 180 MMSCFD, HESS sebesar 60

MMSCFD, Haski sebesar 60 MMSCFD dan Lapindo

sebesar 10 MMSCFD, belum termasuk Lengowangi dan

Petrochina Tuban. Total pasokan keseluruhan sumber

sumber gas di Jawa Timur adalah sebesar 450 MMSCFD.

Dengan demikian, ditinjau dari sudut ketersediaan

pasokan, pada dasarnya supply gas di Jawa Timur dapat

lebih banyak lagi.

Rendahnya kinerja wilayah Jawa Bagian Timur dalam

mendistribusikan gas dapat diindikasikan oleh antara lain

kurangnya alokasi pasokan gas, belum optimalnya

pengembangan jaringan distribusi, khususnya untuk

distribusi kebutuhan sektor listrik dan pupuk. Indikasi ini

diperoleh berdasarkan fenomena bahwa kebutuhan gas

bumi untuk listrik dan pabrik pupuk cukup tinggi serta

sumber pasokan tersedia. Sedangkan, realisasi supply

untuk sektor industri relatif sangat kecil, bahkan supply

untuk memenuhi kebutuhan listrik sama sekali tidak ada.

Tidak terlepas dari hal di atas, dalam 5 tahun kedepan,

kebutuhan gas sektor industri dan listrik di wilayah Jawa

Bagian Timur cenderung menurun, penurunannya relatif

tinggi. Gambaran terhadap kebutuhan gas tahun 2010

hingga 2014 yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Kebutuhan Gas Jawa Barat Tahun 2009 2014

Sumber : Neraca Gas Jawa Bagian Barat Per 1 Januari 2009,Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral Direktorat JenderalMinyak dan Gas Bumi, Januari 2009

Gambar 2. Kebutuhan Gas Jawa Timur Tahun 2010 2014

Sumber : Neraca Gas Jawa Bagian Timur Per 1 Januari 2009, Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral Direktorat Jenderal Minyakdan Gas Bumi, Januari 2009

Dari gambar 2 di atas tampak

bahwa kebutuhan gas dalam 5

(lima) tahun kedepan cenderung

menurun. Meskipun tampak

menurun, namun shortage antara

supply dan demand tetap akan

terjadi bila pasokan gas tidak

ditambah atau pengembangan

j a r i ngan d i s t r i bu s i t i d ak

dioptimalkan. Shortage supply dan

demand tersebut akan semakin

besar dengan adanya kenyataan

bahwa pabrik pupuk PT Petrokimia

Gresik membutuhkan gas cukup

besar, yaitu 65 MMSCFD atau 22.425

MMSCF per tahun (Departemen

Perindustrian, 2010).

Pemanfaatan Gas Bumi di Wilayah

Sumatera Utara

Wilayah penelitian di Sumatera

Utara meliputi 2 (dua) provinsi, yaitu

Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

(NAD) dan Provinsi Sumatera Utara.

Pada tahun 2009, total realisasi

pasokan gas untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri di 2 (dua)

provinsi tersebut mencapai 108

BBTUD. Sedangkan kebutuhan gas

di provinsi tersebut mencapai 198

BBTUD (Direktorat Jenderal Minyak

dan Gas Bumi, 2009 : 23 27). Jika

realisasi pasokan gas tersebut

dibandingkan dengan kebutuhan

menurut neraca, maka terdapat

shortage antara supply dan demand

sekitar 90 BBTUD. Realisasi supply

tersebut hanya mencapai sekitar

54,54% nya.

Rendahnya pencapaian realisasi

pasokan gas di wilayah Sumatera

Utara dapat diindikasikan oleh

beberapa hal, antara lain :

Kebijakan pemerintah lebih

berorientasi ekspor (khususnya

NAD).

Kurangnya sumber pasokan gas

(terutama untuk memasok

wilayah Sumatera Utara)

Jaringan distribusi belum

tersedia

Selanjutnya, dalam 5 (lima) tahun ke

depan, kebutuhan gas di wilayah

sumatera Utara relatif stabil.

Gambaran terhadap kebutuhan gas

yang dimaksud dapat dilihat pada

Gambar 3 di bawah ini.

Dari Gambar 3 di atas tampak bahwa

kebutuhan gas

dalam 5 (lima) tahun kedepan relatif

stabil. Penambahan kebutuhan gas

terjadi di sektor listrik, sementara

kebutuhan gas sektor industri

cenderung menurun. Dibandingkan

dengan tahun 2009, kebutuhan gas

tahun 2010 hampir mencapai satu

setengah kalinya. Dengan demikian,

bila pasokan gas bagi wilayah

Sumatera Utara tidak ditambah,

shortage yang terjadi pada tahun

2009 akan terus bertambah.

KESIMPULAN

Secara umum, terdapat shortage

antara supply (realisasi pasokan)

dan demand. Realisasi pasokan

hanya sekitar 30 hingga 40% dari

kebutuhan. Realisasi pasokan gas

dibandingkan dengan kebutuhan

tertinggi, terjadi di wilayah Jawa

Barat (39,34%), kemudian Sumatera

Utara sekitar 36,12% dan ter rendah

di wilayah Jawa Timur (26,87%).

Salah satu penyebab rendahnya

kiner ja Pemerintah dalam

mendistribuskan gas adalah karena

kurangnya sumber pasokan gas.

Namun, pada wilayah wilayah

tertentu, rendahnya kinerja

pemerintah dalam mendistribusikan

gas tersebut relatif tidak

b e r g a n t u ng p ad a a sp e k

ketersediaan sumber gas. Sebagai

contoh, tingkat realisasi pasokan

terhadap kebutuhan wilayah Jawa

Timur yang memiliki sumber sumber

gas, ter rendah dibandingkan ke dua

daerah lainnya. Hal lain yang

berpengaruh terhadap rendahnya

realisasi pasokan gas diindikasikan

oleh beberapa hal, antara lain :

Kebijakan distribusi gas lebih

berorientasi ekspor.

B e l u m o p t i m a l n y a

pengembangan jar ingan

transmisi dan distribusi.

Gambar 3. Kebutuhan Gas Sumatera Utara Tahun 2010 2014

Sumber : Neraca Gas Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Provinsi Sumatera Utara Per1 Januari 2009, Departemen Energi dan Sumerdaya Mineral

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Januari 2009

Page 10: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

REKOMENDASI

Agar terwujud energi (primer) mix yang optimal pada

tahun 2025, dimana kontribusi gas bumi sebagai salah

satu sumber energi diharapkan meningkat, maka dengan

hasil pantauan daerah terpilih dapat diberikan indikasi

kebijakan yang dibutuhkan, antara lain :

Mengurangi alokasi ekspor dan mengalihkannya

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pengembangan jaringan distribusi di Jawa Bagian

Barat, antara lain pengembangan jaringan distribusi

ke area area industri, khususnya area industri di

Distrik Bekasi dan ke Cikampek tempat dimana

pabrik pupuk Kujang berlokasi. Untuk wilayah Jawa

Bagian Timur, antara lain pengembangan jaringan

distribusi ke area area industri, listrik dan lokasi

pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik. Sedangkan

untuk Provinsi NAD, pengembangan jaringan

distribusi ke area area industri.

Dari sisi teknis, upaya penambahan sumber pasokan

gas dapat dilakukan melalui teknologi gasifikasi,

yaitu suatu proses teknologi yang mengubah bahan

padat menjadi gas. Bahan padat yang dimaksud

antara lain, batubara dan arang.

DAFTAR PUSTAKA

Agenda Penyempurnaan Peraturan Perundangan Bidang

Minyak dan Gas Bumi 2006 – 2025, Departemen

Energi dan Sumberdaya Mineral

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat

Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Neraca Gas Indonesia

Tahun 2009 – 2020

Departemen Perindustrian, Kebutuhan Gas Bumi untuk

Revitalisasi Tahap I dan Eksisting, 2010

Hanan Nugroho. Pengembangan industri hilir gas bumi

indonesia: Tantangan dan Gagasan. Perencanaan

Pembangunan No. IX/04 September 2004

Kebijakan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas

Bumi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,

Januari 2006

Kebijakan Pemerintah pada Kegiatan Usaha Hilir Migas,

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral

Keputusan Menteri ESDM No. 1397/K/20/MEM/2005

tentang Pedoman dan Pola Tetap Pengembangan

Industri Minyak dan Gas Bumi Nasional 2005 – 2020.

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Energi Nasional

Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 2002 tentang Badan

Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan

Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas

Bumi melalui Pipa

Peraturan Pemerintah No. 35, jo. Peraturan Pemerintah

No. 34 Tahun 2005 tentang Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 tentang

Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi

Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral

Nomor 19 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Gas

Bumi Melalui Pipa

Peraturan BPH Migas No. 02/P/BPH Migas/XII/2004 Tahun

2004

Undang Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

gas Bumi

www. BPHMigas.go.id

www. BPMigas.go.id

www.ESDM.go.id

1 Staff Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah danKota, Jurusan Teknik Planologi, Fakultas Arsitektur

Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti.Email : [email protected].

2Asisten Deputi Urusan Gas Bumi, Deputi Bidang Koordinasienergi, sumberdaya Mineral dan Kehutanan, Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia,[email protected]

3 Staf Peneliti P2K LIPI, [email protected]

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

PERJALANAN MENUJU SENYUMANUFUK TIMUR INDONESIA

Roland SinulinggaMahasiswa S1 Geografi FMIPA UI Angkatan 2007

[email protected]

Dari sabang sampai Merauke

Berjajar pulau pulau

Sambung – menyambung

menjadi satu

Itulah indonesia

Indonesia tanah airku

Aku berjanji padamumenjun

jung tanah airku

Tanah Airku Indonesia

Masih ingatkah lagu cipataan R.

Surajo yang sering kita nyanyikan

sewaktu bangku SD dahulu? Lagu

yang membanggakan dengan nilai

nilai semangat persatuan yang ter

tanam didalamnya. Saya Roland

Sinulingga (Geo 07) menapaki lang

kah ke kota ujung timur indonesia

yaitu Merauke dengan penuh per

juangan. Setelah melalui seleksi

pemilihan peserta K2N UI 2010 yang

cukup ketat mulai dari tes penulisan

essay, wawancara, lari, renang, ke

sehatan dan administrasi telah ter

catat ± 500 pendaftar sehingga

menjadi 117 orang peserta dan 117

orang peserta tersebut disebar ke

dalam 10 titik perbatasan terluar

NKRI yaitu Sabang, Pulau Subi Kecil,

Tanjung Dato,

Pulau Rote,

Pulau Moro

tai, Entikong,

Sebatik, Meos

Befondi, Pulau

Selaru, dan

Merauke.

Saya terpilih untuk menapaki lang

kah di distrik Sota, sebuah kampung

nun jauh di sana di ujung ufuk timur

Indonesia. Dia merupakan sebuah

distrik di wilayah Kabupaten

Merauke, tepatnya berada di area

Taman Nasional Wasur. Di dalamnya

tinggal segala macam etnis pen

duduk yaitu, mulai dari penduduk

asli Suku Kanoum, masyarakat trans

migran yang beraneka asal baik dari

Jawa, Sumatera, Kalimantan, Su

lawesi, dan Maluku.

Jenis hewan hewan langka yang

dilindungi, seperti Kasuari, dan

Kangguru. Tidak hanya itu, disana

pula terdapat patok patok batu se

bagai pemisah wilayah negara,

antara NKRI dengan PNG.

Jejak kaki pertamaku langsung dis

ambutnya dengan senyuman dan

tarian adat oleh suku Kanoum. I did

really excited. Ini adalah pengalaman

pertamaku bertandang ke tanah

Papua, bertemu masyarakat

pribumi, disambut secara adat pula!

Entah apa yang membuat mereka

susah susah mau menyambutku dan

rombongan selain ketulusan hati

mereka untuk menghargai setiap

tamu mereka. Dalam dirinya aku

merasakan Indonesia yang seu

tuhnya. Indonesia yang aku kenal

dari pelajaran PPKN semasa sekolah

dasar dulu. Indonesia yang ramah

penduduknya. Indonesia yang pe

nuh rasa saling hormat – menghor

mati antar sesama. Indonesia yang

gotong royong. Indonesia yang

tenggang rasa dan rukun antar suku

bangsa dan umat beragama. Indo

nesia yang saling sapa antar sesama.

Indonesia yang diwarnai dengan

senyuman yang hangat dari pen

duduknya.

Di Sota, masyarakat adat dan

masyarakat transmigran hidup ber

dampingan dan saling bergantung

satu sama lain. Masyarakat transmi

gran ada yang berasal dari Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, sam

pai Sumatra, dsb. Perbedaan suku

dan ras bukanlah masalah. Terinspi

rasi dari film Melodi Kota Rusa;

"Memang rambutku lurus, rambutmu

keriting dan kribo.Kulitku putih dan

kulitmu hitam. Tapi tidakkah kamu

tahu, bahwa kita memiliki darah dan

tulang yang sama. Darah kita Merah,

Tulang kita Putih. Iya kan ??!! Kita ini

sama".

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 11: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Transmigran Jawa banyak yang membuka kios kios. Di

kios kios itulah masyarakat biasa membeli kebutuhan

sehari hari mereka, bahkan ada juga penduduk PNG1

yang berbatasan langsung dengan Sota. Masyarakat

Adat masih aktif berburu. Dari merekalah masyarakat

transmigran mendapatkan kebutuhan daging untuk

makanan sehari hari mereka. Ah, memang setiap orang

tercipta untuk saling melingkapi antar sesamannya.

Di sana kamu pasti kenal siapa tetanggamu, mulai dari

rumah ujung A sampai ujung Z. Selain karena memang

tidak padat penduduknya, namun juga memang kesada

ran mereka untuk mengenal sesama sangat tinggi. Di

sana mereka menyadari bahwa mereka tidak akan bisa

hidup sendiri. Ya, kita saling membutuhkan. Di sana aku

tak pernah merasa sendiri. Selalu ada tegur sapa dan

senyuman tulus yang hangat tatkala kita berjumpa den

gan penduduk. Arggghh... jika ingat Jakarta, mana bisa

kita seperti itu. Bodo amat, sapa gue, sapa elo. Ingin

rasanya membudayakan bertegur sapa di Jakarta. Tapi

susah. Sudah terlalu banyak manusia manusia dan ke

canggihan teknologi yang mungkin membuat lupa akan

pentingnya aspek sosial.

Setiap Minggu pagi gereja gereja dipenuhi masyarakat

yang beribadah. Setiap Maghrib, adzan berkumandang

tanda umat Islam untuk sembhayang Maghrib kemudian

dilanjutkan dengan pengajian. Semua berjalan harmonis.

Tidak ada intimidasi setiap pemeluk agama dalam men

jalankan ibadahnya. Tidak ada rasa was was didalam

menjalankan ibadah. Sungguh indah hidup disana. Tat

kala umat kritstiani merayakan Natal, semua kampung

juga ikut bergembira. Demikian juga jika pemeluk agama

lain merayakan hari besarnya. Benar benar tentram sua

sana hati saat beribadah. Tingkat toleransinya melebihi

yang kita bayangkan.

Pernah suatu kali aku difasilitasi telpon seorang teman

Muslim di sana untuk berbicara dengan kepala adat2

yang beragama kristen protestan. Ketika kita sedang

asyik ngobrol, di saat adzan berkumandang. Saat itu

pula kepala adat mengatakan harus segera menutup

telpon dengan membuat alasan tertentu. Tentu mak

sudnya menutup telpon adalah supaya teman kami yang

muslim itu bisa beribadah ke masjid. Subhanallah3.

Mungkin teman teman kita dari FPI perlu banyak belajar

dari masyarakat Sota mengenai indahnya hidup ber

dampingan didalam perbedaan, walaupun perbedaan

agama sekalipun.

Pengalaman ini tidak akan mungkin bisa aku lupakan.

Walaupun hanya sebulan, banyak sekali pelajaran dan

hikmah yang aku rasakan. Di sinilah aku belajar dan

merasa benar benar INDONESIA. Sota Truly Indonesia .

Esoo4 Sota atas semua pelajaranmu untukku........

1 Dibaca Papua New Guinea2 Mempunyai fungsi hampir sama dengan kepala suku namun

beliau mengurusi masalah kematian, penyambutan, acaraacara besar, dan pernikahan

3 Maha Suci ALLAH4 Ucapan terimakasih yang biasa diucapkan oleh penduduk

Sota

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Using Participatory GIS for Remote Area Mapping

Musnanda Satarhttp://musnanda.wordpress.com

Spatial planning in remote area

always have problem with the

availability of spatial data. Spa

tial data available only from

satellite imageries and some

rough topographic maps in

small scale.

Combination of participatory

GIS approach and technical

mapping be able to solve the

problem. Using satellite im

agery for participatory mapping

be able to collect more infor

mation as base for spatial plan

ning.

Dalam perencanaan ruang

wilayah terpencil ada kendala

terkait dengan keberadaan

data data spatial yang sangat

minim. Sumber data spatial

yang ada terbatas hanya pada

d a t a p e t a t o p o g r a f i

sekala kecil misalnya peta

dengan sekala 1:250.000. Sum

ber data lain yang valid hanya

lah citra satelit yang meru

pakan sumber data valid ter

baru sesuai dengan pengambi

lan datanya. Bagaimana ini bisa

dikombinasikan dan dileng

kapi, dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan par

tisipatif.

Langkah langkah Pendekatan

Pendekatan dilakukan dengan

membuat sebuah perencanaan

awal yang sama dengan

kegiatan pemetaan lainnya.

1. Dimulai dengan menggum

pulkan data data spatial.

P e t a Topog r a f i y ang

tersedia; pada wilayah

wilayah yang terpencil peta

pe ta topogra f i yang

tersedia, sangat terbatas

pada sekala peta 1;250.000

atau paling detail adalah

peta peta dengan sekala

1:100.000. Sumber peta

bisa digunakan dari peta

Bakosurtanal atau pada

wi layah wi layah sepert i

Papua misalnya ada peta

J O G d e n g a n s k a l a

1:100.000.

Citra satelit; citra satelit

merupakan foto kondisi

wilayah terkini yang bisa

didapatkan. berbagai jenis

citra dapat digunakan mu

l a i d a r i L a n d s a t

(www.landsat.org),

IKONOS(www.satimagingcorp.com),

DEM data; juga merupakan

data yang bisa dimanfaat

kan untuk mendapat

kan gambaran mengenai

kondisi topografi serta

analisis lainnya terkait den

gan kelerengan, dll.

2. Proses partisipatif

Participatory GIS atau GIS par

tisipatif bukan merupakan

pendekatan baru, pendekatan

ini telah diaplikasikan di ban

yak negara dan beberapa

wilayah di Indonesia. Pendeka

tan partisipatif mampu mem

berikan masukan bukan hanya

terkait dengan usaha menjar

ing aspirasi, tetapi mampu di

jadikan alat untuk mendapat

kan data primer.

Beberapa langkah yang dilaku

kan terkait dengan pendekatan

partisipatif ini adalah:

Sosialiasi ke stakeholder;

j ika kegiatan akan dilaku

kan ditingkat kampung mis

a lnya di lakukan suatu

sosialiasasi ketingkat kam

pung mulai dari staff pe

m e r i n t a h a n , t o k o h

masyarakat dan juga be

berapa tokoh munci lain

nya.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 12: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Kegiatan workshop awal; dilakukan ditingkat

kampung, kegiatan ini bisa dimulai dengan

pemetaan dengan pembuatan sketsa kam

pung. lanjutannya adalah diskusi terarah

dalam rangka melengkapi data data yang ada

di lokasi mulai dari nama nama lokasi, nama

kampung, nama sungai serta yang juga bisa

dilakukan adalah membuat peta gambaran

penggunaan tanah. Pada tingkat yang lain,

peta citra misalnya mampu digenerate

menghasilkan peta landcover tetapi peta lan

duse harus digenerate dengan menggunakan

pendekatan ini yang nantinya ditambahkan

dengan survey.

Kegiatan survey lapangan; model pendekatan

PRA seperti pembuatan transek mampu

memberikan masukan bagi peta penggunaan

tanah yang ada. Survey yang dilakukan

mampu memberikan gambaran mengenai

penggunaan tanah yang sebenarnya.

Penggambaran hasil landcobver seperti

tanah kosong, hutan, dll bisa dikoreksi men

jadi ladang (terlihat kosong karena pada saat

pemotretan citra sedang selesai panen), hu

tan (yang ternyata adalah mix kebun dengan

belukar) atau bentukan land use yang lain.

Workshop akhir; merupakan tahap verifikasi

bersama masyarakat, hasil gabungan analisis

dengan GIS, workshop awal dan survey dipre

sentasikan kembali untuk kemudian disele

saikan sebagai hasil akhir peta. Beberapa

data seperti batas kampung misalnya dapat

ditarik sebagai bagian akhir dari kegiatan ini.

Mozaiking; kegiatan yang dilakukan di be

berapa wilayah kampung, digabungkan

dalam wilayah yang lebih luas seperti ke

camatan. Proses ini mampu menghasilkan

peta yang lebih luas cakupan areanya.

Output

Urutan kegiatan di atas sudah mampu memberi

kan gambaran mengenai output yang dapat diha

silkan dari kegiatan ini.

Update peta rupabumi dengan penambahan

informasi dan data toponimi, penggunaan

tanah, lokasi lokasi penting.

Update informasi terkait dengan beberapa

aspek seperti aspirasi terkait usulan pemban

gunan yang sesuai dengan kondisi masyara

kat dan kondisi medan dimana perencanaan

ruang akan dilakukan.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Pendahuluan

Kegiatan Kuliah Kerja Lapang yang

kembali di laksanakan oleh

Departemen Geografi UI pada tahun

2009 yang lalu berlokasi di

Kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah. Kegiatan tersebut secara

spesifik menggunakan Kecamatan

Garung dan Kecamatan Kejajar

sebagai daerah penelitian. Tema

yang dipilih pada kegiatan kali ini

adalah “Pengaruh Aktivitas Manusia

terhadap Kerusakan Lingkungan di

Daerah Pengunungan”. Dengan

tema seperti ini setiap mahasiswa

diharapkan dapat mendeskripsikan

dan menjelaskan kerusakan

lingkungan yang terjadi di daerah

p e n e l i t i a n , k e m u d i a n

mengkaitkannya dengan kondisi

fisik dan sosial daerah tersebut.

Degradasi lahan menjadi salah satu

bukti kerusakan lingkungan yang

terjadi di daerah Dataran Tinggi Di

eng, Kabupaten Wonosobo.

Degradasi lahan adalah suatu proses

yang disebabkan baik faktor alam

maupun faktor manusia, yang

berdampak pada penurunan

beberapa aspek lahan seperti aspek

fisik, biologi, kimiawi, serta

ekonomis. Hudson dan Alcántara

Ayala (2005)1 menjelaskan degradasi

lahan sebagai proses hasil pengaruh

manusia atau iklim yang berdampak

negatif pada fungsi lahan dan

ekosistem yang terkait dengan

keberadaan lahan tersebut.

Degradasi lahan adalah suatu istilah

yang bersifat multi disiplin dan sulit

untuk dipahami, oleh karena itu

diperlukan suatu indikator yang

dapat digunakan dalam menilai

bahaya degradasi lahan (Stocking

dan Murnaghan, 2000)2. Shresta, et

al. (2004)3 menyebutkan beberapa

faktor penyebab degradasi (seperti

iklim, topografi, litologi, tektonik,

dan properti tanah) serta

menggunakan perhitungan potensi

erosi dalam memodelkan kejadian

degradasi.

Hal ini pun coba diterapkan pada

kegiatan Kuliah Kerja Lapang II

2009. Kelompok yang tergabung

dalam fokus kajian Geomorfologi

secara khusus menganalisis kejadian

(potensi) erosi, mendeskripsikan

sebaran kejadian (potensi) erosi,

serta mengkaitkannya dengan ke

nampakan unit geomoformologi

yang terlihat di daerah penelitian.

Permasalahan

Bagaimana karakteristik unit

geomorfologi di Kecamatan

Garung dan Kecamatan Kejajar?

Bagaimana tingkat potensi erosi

di Kecamatan Garung dan Ke

camatan Kejajar?

Tujuan kegiatan

Mendapatkan gambaran men

genai kenampakan unit geomor

fologi di Kecamatan Garung dan

Kecamatan Kejajar.

Mengetahui tingkat potensi

erosi di Kecamatan Garung dan

Kecamatan Kejajar.

Kondisi umum daerah penelitian

Daerah penelitian merupakan Ke

camatan Garung dan Kecamatan

Kejajar, Kabupaten Wonosobo,

Jawa Tengah. Daerah penelitian

dicirikan dengan kenampakan

topografi yang kasar, lereng lereng

curam yang berkisar antara 15 40 %,

dan lembah lembah yang sempit

(Adriana, 2007)4. Ketinggian pada

daerah penelitian bervariasi mulai

dari 1000 – 3000 mdpl. Kenampakan

geomorfologi juga terlihat bervariasi

seperti lembah, perbukitan vulkanik,

hingga kerucut vulkanik. Dengan

kondisi geomorfologi seperti ini

dominasi lereng yang terlihat adalah

lereng lereng agak terjal hingga

terjal.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

PEMETAAN UNIT GEOMORFOLOGI DAN WILAYAH POTENSI LONGSOR di Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Kelompok Geomorfologi, Kuliah Kerja Lapang II Mahasiswa Geografi UI 2007 Departemen Geografi UI, 2009

Page 13: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Dengan kondisi seperti ini, masyarakat sekitar justru

memanfaatkan daerah ini sebagai tempat bercocok

tanam untuk beberapa komoditi pertanian, seperti

kentang, kubis, wortel, dan sebagainya. Aktivitas

pertanian tersebut berlangsung baik hingga terjadinya

penurunan produksi pada tahun 2001, terutama untuk

tanaman kentang (lihat Tabel 1). Hal ini dapat menjadi

salah satu indikasi terjadinya degradasi lahan di daerah

ini.

Tabel 1. Luas area tanam dan jumlah produksi Kentang tahun1996, 2001, dan 2007

* Hanya berlaku untuk Kecamatan KejajarSumber: 1996 dan 2001 didapatkan dari Wonosobo dalam angka, 2007didapatkan dari Kecamatan Kejajar dalam angka

Metodologi

Unit geomorfologi dapat didefinisikan sebagai wilayah

permukaan bumi yang mempunyai kesamaan dalam ben

tuk bentuk yang dipengaruhi oleh tenaga dari dalam

(endogen), maupun tenaga dari luar (eksogen). Satuan

bentuklahan yang merupakan objek kajian dalam geo

morfologi terbentuk pada batuan dasar tertentu, yang

mempuntai suatu kenampakan topografi dan relief ter

tentu sebagai akibat dari kerja iklim sejak terbentuknya

batuan dasar tersebut. Pendefinisian unit geomorfologi

dalam penelitian dilakukan dengan memperhatikan ke

nampakan/bentuk fisik di permukaan (ketinggian, lereng,

pola aliran sungai) dan jenis batuan dasar penyusun

daerah kajian tersebut (Gambar 1).

Erosi didefinisikan sebagai perpindahan atau terangkut

nya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat

lain oleh suatu media alami seperti air atau angin (Arsyad,

1989)5. Beberapa variabel yang digunakan dalam menilai

kejadian (potensi) erosi, antara lain: lereng, jenis tanah,

jenis batuan, penggunaan tanah, dan index vegetasi.

Penilaian potensi erosi dalam penelitian ini menggunakan

metode pembobotan. Setiap variabel diberikan bobot

yang berbeda untuk masing masing kelas dalam variabel

tersebut. Pembobotan dilakukan berdasarkan besar pen

garuh kelas dalam variabel tersebut terhadap kejadian

(potensi) erosi. Hasil pembobotan dijumlahkan dan dik

lasifikasikan sehingga mendapatkan beberapa tingkat

potensi erosi.

Tabel 2. Klasifikasi potensi erosi berdasarkan pembobotan

Deskripsi unit geomorfologi

Unit geomorfologi yang dominan terlihat pada daerah

penelitian adalah yang termasuk ke dalam bentukan vul

kanik, seperti Perbukitan Vulkanik, Lembah Vulkanik, Ler

eng Vulkanik, serta Kaki Vulkanik. Bentukan vulkanik

tersebut terlihat secara dominan di bagian selatan

daerah penelitian terutama Kecamatan Garung. Unit geo

morfologi lainnya yang juga terlihat dominan adalah ben

tukan struktural seperti blok sesar, perbukitan antiklinal,

dan lembah sinklinal. Bentukan struktural tersebut men

dominasi di bagian utara terutama Kecamatan Kejajar.

Tahun Area tanam (ha) Produksi (ton)

1996 6,188 135,637

2001 3,440 61,228

2007* 2,481 3,811

PetaRupabumi

PetaKetinggian

PetaLereng

Pola Aliran Sungai

Peta Bentuk Medan

Jenis Batuan

StrukturGeologi

PetaGeologi

Unit Geomorfologi (Sementara)

Peta Bentukan Asal

Verifikasi Lapang

Peta Unit Geomorfologi

Penggunaan Lahan

KerapatanVegetasi

Jenis Batuan

Jenis Tanah

Lereng

PotensiErosi

Total Bobot Potensi Erosi

13 – 16 Rendah

17 – 20 Sedang

21 – 25 Tinggi

Gambar 1. Diagram aliruntuk deskripsi unitgeomorfologi

Gambar 2. Diagram alir untuk deskripsi potensi erosi

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Potensi erosi

Secara umum potensi erosi pada

daerah penelitian adalah sedang. Po

tensi erosi sedang tersebut terutama

dipengaruhi oleh aktivitas pertanian

yang dilakukan penduduk sekitar.

Pada daerah Kecamatan Garung,

wilayah dengan potensi erosi sedang

hampir tersebar merata, dengan

luasan area sebesar 1670,22 hektar

atau sebesar 56 % dari seluruh daerah

Kecamatan Garung. Sedangkan untuk

potensi erosi di Kecamatan Kejajar

terlihat di bagian tengah dan selatan

wilayah kecamatan.

Referensi1 Hudson, Paul F. And Alcantara-Ayala, Irasema. (2005). Ancient and

Modern Perspectives on Land Degradation. Catena 65: 102-106. Elsevier B.V.

2 Stocking, Michael and Murnaghan, Niamh. (2000). Land Degradation – Guidelines For Field Assessment. Overseas Development Group, University of East Anglia, Norwich, UK.

3 Shrestha, D.P., Zinck, J.A., Van Ranst, E. (2004). Modelling Land Degradation in the Nepalese Himalaya. Catena 57: 135-156. Elsevier B.V.

4 Andriana, Reni. (2007). Evaluasi Kawasan Lindung Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

5 Arsyad, Sitanala. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

PETA UNIT GEOMORFOLOGI KECAMATAN KEJAJARKABUPATENWONOSOBO

Page 14: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Menristek Lantik

KEPALA BAKOSURTANAL Pada Selasa, 15 Juni 2010, tepat pu

kul 10.00 WIB, di Auditorium BAKO

SURTANAL, Cibinong, Menteri Riset

dan Teknologi, Suharna Surapranata

melantik Dr. Asep Karsidi, M.Sc.,

sebagai Kepala Bakosurtanal meng

gantikan pejabat lama, Ir. R.W. Mat

indas M.Sc, yang memasuki masa

purnabakti. Sebagai saksi pada Pe

lantikan Kepala BAKOSURTANAL

diantaranya Kepala Badan Tenaga

Nuklir Nasional (BATAN), Hudi Has

towo, dan Kepala Badan Pengawas

Tenaga Nuklir (BAPETEN) As Natio

Lasman.

Pelantikan Asep Karsidi sebagai

Kepala BAKOSURTANAL ini ber

dasarkan Keputusan Presiden RI no.

64 M/2010 tanggal 8 Juni 2010. Asep

Karsidi sebelumnya menduduki

Deputi I Bidang Koordinasi Kera

wanan Sosial pada Kementrian

Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat.

Dalam sambutannya Menristek, Su

harna Surapranata mengatakan per

gantian pejabat merupakan hal yang

biasa dalam suatu organisasi. Sia

papun pemimpinnya, organisasi ha

rus dapat berjalan dengan baik den

gan memanfaatkan dan mengopti

malkan sumberdaya yang tersedia.

Suharna mengingatkan tentang Ar

tikel 55 Piagam PBB menyatakan

pemetaan merupakan pelayanan

publik yang mampu memberikan

dan menyajikan informasi kebumian

(wilayah darat dan laut) yang dapat

digunakan sebagai indikator keber

hasilan pembangunan negara. Selain

itu, fungsi BAKOSURTANAL yang

mengacu pada Keppres 103 tahun

2003, sebagai lembaga yang melaku

kan kajian dan penyusun kebijakan

di bidang survei dan pemetaan,

pembinaan Infrastruktur Data

Spasial Nasional (IDSN), dan koordi

nasi kegiatan fungsional, peman

tauan, pemberian bimbingan dan

pembinaan terhadap instansi pe

merintah dibidang survei dan pe

metaan nasional.

Mengacu pada hal tersebut diatas

Menristek meminta pejabat yang

baru untuk tetap menjadikan Artikel

55 Piagam PBB dan Keppres 103 ta

hun 2003 sebagai acuan dan pegan

gan dalam pelaksanaan tugas yang

diembannya. Suharna pun berharap

Asep Karsidi agar terus melanjutkan

program program sebelumnya, se

lain juga melakukan perbaikan

perbaikan organisasi mengacu pada

RPJMN 2010 2014, Renstra BAKO

SURTANAL dan semangat reformasi

birokrasi.

Kepada Rudolf W. Matindas, Su

harna mengucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi tingginya

yang telah menyelesaikan tugasnya

dengan baik atas keberhasilan Lapo

ran Keuangan BAKOSURTANAL den

gan opini WTP (Wajar Tanpa

Pengecualian) dan Laporan Akunt

abilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

dengan nilai CC. Acara pelantikan

yang berlangsung khidmat ini di

hadiri para pejabat dari kementrian

terkait dan instansi pemerintah baik

sipil dan militer serta beberapa per

wakilan dari lembaga profesi,

akademisi, dan swasta.

Oleh Yudi Irwanto (http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/menristek lantik kepala bakosurtanal)

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Kepala BAKOSURTANAL

Dr. ASEP KARSIDI on Story

Dr. Asep Karsidi adalah salah satu alumni

Geografi UI. Beliau terdaftar sebagai salah satu maha

siswa Geografi UI pada tahun 1974, yang pada waktu itu

juga menjadi rekan satu angkatan dengan Yanuardi Ra

sudin (mantan Deputi III Kementrian Lingkungan Hidup).

Setelah mendapatkan gelar Sarjana Sains dari Jurusan

Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Indonesia, beliau melanjutkan pendidi

kan S2 di program Pasca Sarjana IPB, Bidang Agroklima

tologi, yang diselesaikan pada tahun 1987. Tidak hanya

mengenyam pendidikan di dalam negeri, beliau adalah

mahasiswa Post Graduate on Application of Remote Sens

ing and Geographic Information System for Water Re

sources Management, ITC, The Netherlands Belanda tahun

1990. Pendidikan terakhir beliau adalah S3 (PhD) di

bidang GIS dan Remote Sensing di Universitas Adelaide

South Austrlia, yang diselesaikan tahun 2003.

Sebelum menjabat sebagai Kepala BAKOSURTANAL, be

liau adalah Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan

Rakyat Bidang Kerawanan Sosial, sejak 27 April 2007

hingga 15 Juni 2010. Beberapa jabatan struktural yang

pernah beliau jabat antara lain; Kepala Unit Pelaksana

Teknis Hujan Buatan (Teknologi Modifikasi Cuaca) TPSA

BPPT sejak Maret 2004 hingga 31 Mei 2007, Direktur

Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam TPSA BPPT

1997 1998, Kepala Subdit Matra Dirgantara Teknologi

Inventarisasi Sumber daya Alam Deputi Bidang Pengem

bangan Kekayaan Alam, dan Ketua Kelompok Akuisisi

dan Pengolahan Matra Dirgantara dan Udara merangkap

Kepala LAB RS & GIS Direktorat. TISDA Deputi Bidang

Pengembangan Kekayaan Alam.

Menjadi mahasiswa geografi adalah pilihan beliau ber

dasarkan keyakinan bahwa geografi adalah cabang ilmu

dasar yang memiliki kebermanfaatan dan dapat mem

bawanya pada cita cita untuk menjadi seorang peneliti.

Sewaktu kuliah Beliau sering berkumpul bersama teman

teman untuk membahas permasalahan dalam kehidupan

sehari hari secara fundamental yang terkait dengan

geografi. Beliau mengakui bahwa semua hal yang pernah

Beliau jalani selama menjadi mahasiwa geografi sangat

berkesan, ditambah dengan didikan para dosen yang

masih menggunakan cara militer di masa itu.

Dr. Asep Karsidi pernah mendapatkan jasa/kehormatan

antara lain Satya Lencana Karyasatia (1997), Satya Len

cana Wira Karya (1996), Piagam Satya karya 10 (1991), dan

Piagam Satya Karta (2001). Aktivitas di kampus beliau isi

dengan banyak membaca di perpustakaan. Tak hanya

membaca, beliau juga mengaplikasikan ilmu yang beliau

dapatkan dari Departeman Geografi dengan melakukan

kegiatan alam seperti naik gunung.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Gambar 1. Pengambilan sumpah

Dr. Asep Karsidi sebagai

Kepala BAKOSURTANAL

Page 15: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Kemampuan leadership beliau sudah

tampak semasa kuliah, hal ini ter

bukti bahwa beliau pernah menjabat

sebagai Sekjen Senat FMIPA UI ber

sama Bapak Lukman Hakim (alumni

Farmasi) waktu itu. Beliau mengata

kan bahwa organisasi adalah wadah

untuk berkumpul, bertukar pikiran,

bukan untuk berorientasi politik,

namun lebih cenderung pada per

samaan persepsi untuk melakukan

kegiatan kegiatan yang bermanfaat.

Selain itu beliau juga salah satu ang

gota Himpunan Mahasiswa Indone

sia (HMI) dan anggota Youth Science

Club yang diadakan oleh LIPI.

Di tengah tengah kesibukannya, Dr.

Asep Karsidi selalu menyempatkan

diri untuk hadir pada acara alumni,

seperti Kegiatan Reuni menyambut

50 tahun Geografi UI pada waktu

yang lalu, serta menjadi pembicara

pada beberapa acara resmi di Uni

versitas Indonesia. Beliau sangat

memperhatikan kondisi almama

ternya dengan melibatkan alumni

maupun civitas akademika Geografi

UI dalam tim kerja beliau, terutama

saat masih bertugas di BBPT. Berkat

perhatian beliau tersebut, Departe

men Geografi UI dapat memperluas

jangkauannya dengan menempat

kan alumni alumninya di berbagai

instansi baik di pusat maupun

daerah (seperti Departemen Kelau

tan, Kehutanan, Kemenko Kesra,

dan sebagainya). Beliau sebisa

mungkin mengajak alumni Geografi

UI untuk berkarya, sehingga nanti

mereka juga bisa mengajak adik ke

las dikemudian hari, dalam kapasitas

profesional kerja bukan nepotisme

tanpa dasar keahlian.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010 Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Dr. Asep Karsidi juga terlibat aktif di

Departemen Geografi, baik sebagai

pengajar di S1 da S2 Geografi, seba

gai pembimbing tugas akhir maha

siswa, dan proses pengembagan

Geografi. Dr. Asep Karsidi ikut andil

dalam pembetukan PPGT dan S2

Geografi, yakni secara aktif mem

buat seminar dan bekerja sama den

gan instansi pemerintah seperti

Pemda DKI, BBPT, dan BMKG.

Beliau berpesan untuk mahasiswa

geografi dan mahasiswa FMIPA

pada umumnya agar terus berfikir

berdasarkan konteks geografi yang

membuat kita mengerti dan bisa

menanamkannya kepada masyara

kat. Sadar atau tidak sadar, setiap

aspek kehidupan selalu berorientasi

ke arah geografi yang selalu men

gaitkan konsep 'apa', 'dimana', dan

'mengapa'. Oleh karena itu, ilmu ini

harus kita dorong menjadi sebuah

ilmu yang benar dan sistematis.

Salah satu moto, yang perah terung

kap saat wawancaara dengan Dr.

Asep Karsidi adalah Ilmu itu ada,

pasti ada manfaatnya. Semoga ke

pemimpinan di BAKOSURTANAL

dengan bekal ilmu Geografi bisa

bermafaat untuk negara Indonesia.

Yulindra [G’89]: Saya mengucapkan selamat atas terpilhnya Bp. Asep men-jadi kepala BAKOSURTANAL. Semoga Bapak dapat menjalankan amanah yang di tugaskan dan membawa angin segar kedalam institusi baru yang akan Bapak pimpin, dan semoga pula Al-lah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada Bapak dalam men-jalankan tugasnya, amin.

Rani [G’77]: Selamat Kang Asep, ikut berbahagia dan berbangga diangkat-nya Kang Asep untuk berjibaku di Bako-surtanal, semoga sukses.

Mangapul [G’85]: I am very happy for you, as you have been elected as the Head of Bakosurtanal for 4 years (2010-2014). I hope that you will always healthy and success. Congratulation for you. Please, keep remember us at Geog-raphy-FMIPA UI.

Suryanto [G’85]: Saya sudah tidak perlu meragukan lagi kemapuan beliau dalam memimpin anak buah, baik yang se almamater maupun tidak. Dan saya sangatlah berterima kasih kepada be-liau yang merupakan Orang Tua, Dosen dan Sahabat yang sangat baik. Terima Kasih Pak Karsidi, dan Selamat Mengemban Amanah dari Pemerintah Untuk Rakyat, Semoga keberhasilan selalu menyertai Bapak dimanapun di tugaskan, amin.

Gema [G’81]: Selamat kepada Kang Asep, semoga ini menjadi dorongan bagi teman-teman lain untuk berkiprah dalam pembangunan Nasional umum-nya dan Jurusan Geografi pada khusus-nya.

Rahmat [G’91]: Selamat Mengemban Amanah Pak Asep, Semoga keberhasi-lan dan kesuksesan selalu menyertai Bapak, Amin

Ardi [G’84]: Selamat buat Pak asep, se-moga bisa mengemban amanah men-jadi kepala Bakosurtanal, dan mudah-mudahan apa yang Mba Diah sebut di email sebelumnya (pada kutipan ini)bisa tercapai"... ..pemimpin yang di-harapkan grass roots bakosurtanal, ...memberikan pembaharuan geospasial d i b a k o s u r t a n a l k h u s u s n y a dan Indonesia umumnya. Bisa menjadi pembaharu sistem di bakosurtanal, mendobrak benteng2 lama yang tidak menginginkan perubahan... . Reformasi Birokrasi cepat terlaksana……semogakeluarga besar Geo UI selalu mendu-kung Pak Asep dalam menjalankan tugasnya.

Satria [G’07]: Selamat buat Pak Asep Karsid, semoga dapat menjalankan amanah dengan baik, amin.

B Realino [G’84]: Buat Pak A. Karsidi, Selamat, semoga dapat mengemban amanah dengan baik. Beliau adalah Bos saya yang pertama kali setelah saya lulus dari Geo-UI dan telah banyak memberi bimbingan yang sangat ber-manfaat. Sukses untuk Pak A. Karsidi.

Ucapan selamat dari SPATIAL-NET @ yahoogroups

Ucapan selamat dari rsgisforum-net @ yahoogroups

Selamat kepada Pak Asep Karsidi yang

sudah secara resmi menjadi pemimpin

tertinggi di Bakosurtanal. Sukses selalu.

dan selamat memegang amanah, se-

moga bisa ikut membantu negara dalam

menyangkut aspek spasial.

(Ari Cahyono, Cartography and Remote

Sensing Dept. Faculty of Geography

UGM)

Selamat kepada pa Asep karsidi, semoga

Bakosurtanal lebih maju dan bisa mem-

berikan pelayanan kepada publik yang

lebih baik lagi

(Syamsul B. Agus ITK–IPB)

Selamat Pak Asep Karsidi semoga dapat

memberikan warna baru di dunia pe-

metaan di Indonesia sukses selalu.

(G.H Anto, Waindo)

Selamat buat pak Asep Karsidi. Selamat

menjalankan tugas dan semoga sukses

selalu.

(Roos Akbar, ITB)

Sumber artikel: http://psychosun.blogspot.com/2010/11/wawancara-alumni-geografi-part-2.html

Page 16: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Mungk in pembaca baru

mendengar G WADI (Global Water

And Development Information) yang

merupakan jaringan global (global

network) untuk pengelolaan sumber

daya air pada kawasan arid (kering)

maupun semi arid. Jaringan tersbut

beranggotakan negara negara yang

memiliki kawasan arid, Indonesia

tidak termasuk di dalamnya.

GWADI didirikan pada bulan April

2003 yang dihadiri oleh 24 peserta

dari 17 negara dan yang mewakili

o rgan i sas i yang memi l i k i

kewenangan terhadap pengelolaan

air di kawasan arid seperti UNESCO,

FAO, WMO, SAHRA, IAEA, Sahara

and Sahel Observatory (OSS),

International Association of

Hydrogeologists (IAH), the European

Space Agency (ESA), Programme

SudMed and L'Institut de Recherche

pour le Développement (IRD).

Misi G WADI adalah untuk

mempe r k u a t k em amp u a n

pengaturan sumber daya air di

daerah daerah arid dan semi arid di

dunia melalui jaringan kerja sama

regional dan internasional.

Produknya adalah G WADI

GeoServer yakni sebuah server

global yang menyediakan data curah

hujan real time. Produk tersebut

merupakan buah kerja sama

UNESCO IHP (The International

Hydrological Programme) dan Pusat

Hidrometeorologi dan Penginderaan

Jauh Universitas California, Irvine

(CHRS) dalam rangka membangun

kemampuan prediksi dan mitigasi

bencana hidrologis, khususnya pada

wi layah yang kekurangan

i n f r a s t r u k t u r pengama tan

hidrometeorologis.

Server tersebut dapat diakses

melalui http://hydis.eng.uci.edu/

gwadi/, yang dikembangkan oleh

CHRS untuk menyediakan visualisasi

dan pemetaan estimasi curah hujan

yang didasarkan pada citra satelit

dengan resolusi spasial 0.04°x0.04°

(mendekati 4 km pada lintang

tengah).

REAL TIME PRECIPITATION DATA FROM G-WADI GeoServer

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Kuswantoro

Estimasi curah hujan dihitung dari suhu bagian atas awan

inframerah (infrared cloud top temperature / IR, yang

diperoleh dari konstelasi global satelite satelite

geostasioner seperti GOES 8, GOES 10, GMS 5, Metsat 6,

and Metsat 7 yang disediakan oleh Climate Prediction

Center (CPC) NOAA.

Data IR diperkenalkan ke CHRS menggunakan algoritma

Precipitation Estimation from Remote Sensing Information

and Neural Networks with Cloud Classification System

(PERSIANN CCS), yang memproses data IR untuk

mendapatkan estimasi curah hujan setiap 30 menit.

Kemudian diakumulasi menjadi 3, 6, 12, 24, 48, dan 72 jam

real time dan ditransmisikan ke web server di seluruh

dunia yang dapat diakses kapan pun tanpa biaya (open

access).

Dalam upaya pemanfaatan data tersebut, kajian estimasi

curah hujan di Indonesia dapat dilakukan dengan

memanfaatkan data dari GWADI GeoServe. Karena

sifatnya global, dapat pula dimanfaatkan daerah daerah

yang bukan arid maupun semi arid, seperti Indonesia dan

negara Asia Tenggara lainnya.

Banyaknya bencana di Indonesia yang disebabkan oleh

kejadian hujan, menuntut pemerintah melalui institusi

penelitiannya seperti BMKG, LAPAN, LIPI, BPPT, dsb.

harus lebih sensitif lagi dalam menemukan solusi terbaik.

Tersedianya data curah hujan yang real time sangat

bermanfaat dalam upaya mengantisipasi bencana besar,

setidaknya mengurangi dampak negatif yang akan

terjadi. Dengan memanfaatkan data akumulasi curah

hujan real time mulai dari 3 jam hingga 72 jam (3 hari)

maupun akumulasi curah hujan ektrem dalam periode

yang sama, bencana banjir maupun longsor dapat

dikurangi dampaknya.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai G WADI

GeoServer, dapat dilihat pada :

http://www.gwadi.org/

http://chrs.web.uci.edu/index.html

http://www.tiger.esa.int/news_newsletters.asp issue

n.10, December 2008.

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010

Page 17: TERJUN LANGSUNG KE LAPANGAN….. · ginderaan Jauh dan Foto Udara. ... mengenai teknologi Penginderaan Jauh dan Foto Udara yang sedang ... MM, diadakan pula presentasi dari

Bogor tak pernah kekurangan tempat yang sejuk. Jalur

Wisata Puncak dan Kawasan Gunung Salak menjadi pili

han utama penikmat wisata hawa dingin dari sekitar Bo

gor, Tangerang, Bekasi dan terutama warga Jakarta.

Kawasan Wisata Gunung Salak terletak di Kecamatan

Pamijahan, Kabupaten Bogor. Di Tempat ini banyak ter

dapat air terjun, sungai jernih dan juga sumber air panas.

Biaya masuk ke kawasan ini sebesar Rp. 5.000/orang. Jika

ingin mandi atau berendam air panas siapkan donasi per

orang Rp. 4.000 plus Rp. 2.500 atau Rp. 5.000.

Departemen Geografi dalam rangka menyusun Kuriku

lum yang baru (2011) juga menggunakan salah satu villa

yang ada di Kawasan Wisata Gununng Salak Endah. Lo

kasi yang cukup jauh dari Jalan Utama memberikan satu

ketenangan tersendiri dalam berkonsentrasi membahas

kurikulum.

Jalan menuju Obyek cukup bagus aspal mulus, hanya

sempit saja jika berpapasan dengan Bis Pariwisata ukuran

Besar. Juga perlu sabar saat di pertigaan Cibatok, karena

banyak angkot “ngetem” (berhenti menunggu penum

pang). Selamat mencoba.

Kawasan Wisata

SALAK ENDAH Bogor, Jawa Barat

Volume 8 / No. 2 / Agustus 2010