temu 3 ; kejang & penanganannya
TRANSCRIPT
KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR (NEONATAL SEIZURES / FIT)
Yain Panggalo
Akademi Kebidanan Bina Sejahtera
2013
Kejadiannya meliputi 0,5% dari semua neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan
Kejadiannya lebih tinggi pada bayi kurang bulan (3,9%) yaitu pada bayi dengan usia kehamilan < 30 minggu
Kejadian Kejang Pada Neonatus :
Definisi :
Kejang merupakan gangguan sepintas fungsi otak yang bermanifestasi sebagai cedera episodik pada kesadaran yang berkaitan dengan kegiatan motorik atau otonom
Kejang adalah episode kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan kegiatan motorik atau sistem otonom abnormal
Definisi :
Perubahan tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik
Akibat kelebihan pancaran listrik pada otak.
PRINSIP DASAR
Kejang keadaan emergensi / tanda bahaya, mengakibatkan hipoksia otak, yang menimbulkan kematian / gejala sisa. Termasuk spasme, gangguan kesadaran
Kejang satu tanda atau gejala pada BBLApapun penyebab kejang harus segera
dikelola dengan baikDapat diantisipasi dengan tidakan promotif
atau preventif
Penyebab Kejang Yang Paling Sering
HIE (hipoksia iskemik ensefalopati) / asfiksia Infeksi (TORCH, meningitis, septicemia)Metabolik (Hipoglikemia, hipo/hiperkalsemia,
hypomagnesemia)Perdarahan Intrakranial (intraventrikular,
subdural, trauma, dll.)
Penyebab Kejang Yang Jarang
Kelainan bawaan otak/Anomali kromosomKesalahan metabolisme bawaanGejala penghentian obat pada ibu (heroin,
barbiturat, metadon, kokain, dll.)Kern ikterus Ketergantungan Pyridoxine (B6) HiponatremiaNeurodegeneratif
TUJUAN
TUJUAN UMUM
Meningkatkan kemampuan peserta tentang penyebab kejang, dampak kejang pada bayi baru lahir serta manajemen kejang dengan baik
TUJUAN KHUSUS Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonatus Menjelaskan terapi kejang pada neonatus Melakukan praktek menjaga potensi jalan nafas dan pemberian
oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Melakukan cara memotong kejang dengan baik Mampu melakukan pemasangan jalur IV dan beri cairan IV dengan
dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat.
Mengapa Tatalaksana Kejang Penting?
Seringkali tidak dilakukan secara baik.Diagnosis yang salahPenggunaan obat yang kurang tepat →
kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu
Gejala sisa (sekuele)Kematian
Kejang pada bayi baru lahir(Neonatal Seizures / Fit)
Kejang (serangan) pada 28 hari setelah lahir (term infant), usia konsepsi 44 minggu lengkap (usia kronologis + masa gestasi) (preterm infant)
Berbeda dengan anak/dewasa Batang otak+diensefalon lebih awal terbentuk
– Manifestasi serangan sesuai fungsi batang otak dan diensefalon
Korteks serebri belum sempurna (organisasi dan mielinisasi)
– Rangsang menetap satu hemisfer, menyebrang perlahan lahan
Kejang pada bayi baru lahir(Neonatal Seizures / Fit)
Anatomi :– Perkemb neuron : percab. dendrit dan akson– Sinaptogenesis belum komplit– Mielinisasi masih kurang
Fisiologi :– Daerah limbik dan neokorteks eksitasi berkembang
lebih awal– Hipokampus dan neuron korteks imatur rentan
rangsangan– Subs nigra belum sempurna inhibisi tak sempurna– Propagasi elektrik kurang sempurna
Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 kejang epileptik dan non epileptik
Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan berkaitan dengan perubahan EEG
Kejang non-epileptik berawal dari subkortikal dan biasanya tidak terdapat kelainan pada EEG
Klasifikasi Kejang pada Neonataus
Pathophysiology - Epileptic
Generated by an epileptic mechanismInitiated and maintained by abnormal
paroxysmal hypersynchronous electrical discharges of cortical neurons
Patofisiologi : Kejang Epileptik
Klonik fokal– Unifocal, Multifocal, Hemiconvulsive,Axial
Tonik fokal – Asymmetrical truncal posturing, Limb posturing, Sustained eye deviation
Mioklonik– Generalized, Focal
Spasme– Flexor, Extensor, Mixed extensor / flexor
(Mizrahi, 2001)
Pathophysiology - Epileptic
Generated by an epileptic mechanismInitiated and maintained by abnormal
paroxysmal hypersynchronous electrical discharges of cortical neurons
Occur in infants with forebrain depression cause by diffuse brain injury
Characteristic of movements generated or mediated at brainstem level
Patofisiologi : Kejang Non-Epileptic)
Mioklonik– Generalized, Focal, Fragmentary
Tonik Menyeluruh– Flexor, Extensor, Mixed extensor / flexor
Automatisme Motorik– Oral-buccal-lingual movements, Ocular signs, Progression movements, Complex purposeless movements
Electrical seizures without clinical seizures activity
(Mizrahi, 2001)
Jenis dan Presentasi Klinis Kejang Pada neonatus
Empat jenis kejang yang sering ditemui :
1. Kejang Tonik
2. Kejang Klonik
3. Kejang Mioklonik
4. Kejang “subtle”
Kejang Tonik
→ Kejang tonik dapat berbentuk umum atau fokal Kejang tonik umum:
- Terutama bermanifestasi pada neonatus kurang bulan (< 2500 gram).
- Fleksi atau ekstensi tonik pada ekstremitas bagian atas, leher atau batang tubuh dan berkaitan dengan ekstensi tonus pada ekstremitas bagian bawah
- Pada 85% kasus kejang tonik tidak berkaitan dengan perubahan otonomis apapun seperti meningkatnya detak jantung atau tekanan darah, atau kulit memerah
......Kejang Tonik
Kejang Tonik Fokal
- Terlihat dari postur asimetris dari salah satu ekstremitas atau batang tubuh atau deviasi tonik kepala atau mata
- Sebagian besar kejang tonik terjadi bersamaan dengan penyakit sistem syaraf pusat yang difus dan perdarahan intraventrikular
...............Kejang Klonik
Terdiri dari gerakan kejut pada ekstremitas yang perlahan & berirama (1-3 /menit), penyebabnya mungkin focal/multi-focal
Setiap gerakan terdiri dari satu fase gerakan yang cepat dan diikuti oleh fase yang lambat
Perubahan posisi atau memegang ekstremitas yang bergerak tidak akan menghambat gerakan tersebut
Biasanya terjadi pada neonatus cukup bulan Tidak terjadi hilang kesadaran Berkaitan dengan trauma fokal,infarks atau gangguan
metabolik
Kejang Mioklonik
→ Kejang mioklonik fokal, multi-fokal atau umum Kejang mioklonik fokal biasanya melibatkan otot fleksor
pada ekstremitas Kejang mioklonik multi-fokal terlihat sebagai gerakan
kejutan yg tidak sinkron pd beberapa bagian tubuh Kejang mioklonik umum terlihat sangat jelas berupa
fleksi masif pada kepala dan batang tubuh dengan ekstensi atau fleksi pada ekstremitas
Kejang ini berkaitan dengan patologi SSP yang difus
Kejang jenis ini terjadi sehubungan dengan adanya jenis kejang lain dan mungkin bermanifestasi dengan :
• Gerakan stereotip ekstremitas seperti gerakan mengayuh sepeda atau berenang
• Deviasi / gerakan kejut pada mata dan mengedip berulang
• Ngiler, gerakan menghisap atau mengunyah
• Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernapasan
• Fluktuasi yang berirama pada tanda vital
Kejang “Subtle”
Gerakan Ringan Yang bukan Kejang :
Jitteriness Apnea pada saat tidur Gerakan menghisap yang terisolasi Mioklonik ringan saat tidur
Jitteriness
Seringkali salah didiagnosis sebagai kejang klonik Secara klinis jitteriness berbeda dari kejang klonik
menurut aspek berikut ini :
•Amplitudo fase fleksi dan ekstensi sama
•Neonatus umumnya sadar, tidak ada gerakan atau kerlingan mata yang abnormal
•Fleksi pasif atau memindahkan posisi ekstremitas bisa menghilangkan tremor
•Tremor timbul karena rangsangan taktil meskipun mungkin spontan
•Tidak ada abnormalitas EEG
........Jitteriness
Seringkali terlihat pada neonatus dengan hipoglikemi, penghentian obat, hipokalsemia, hipotermia dan pada neonatus kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Secara spontan menghilang dalam waktu beberapa minggu, pemeriksaan neurologis normal pada masa selanjutnya, karena itu anti kejang pada umumnya tidak diperlukan
Gerakan Menghisap Yang Terisolasi
Gerakan menghisap yang tidak beraturan, tidak sering dan tidak berlangsung lama bukanlah kejang
Gerakan Mioklonik Ringan Saat Tidur
Umumnya pada bayi kurang bulan selama tidur, bisa fokal, multi-fokal, atau umum
Tidak akan berhenti meskipun bayi dikekang Menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa
menit dan tidak memerlukan pengobatan
→ Gerakan tersebut berbeda dengan kejang mioklonik :
• Dapat dipicu oleh bunyi atau gerakan
• Dapat berkurang jika bangun
• Tidak berkaitan dengan perubahan otonom apapun
Diagnostik
Anamnesis ibu dan obstetri, mengetahui faktor predisposisi
Pemeriksaan Fisis
- Kejang
- Spasme
Kriteria Jitteriness KejangGerakan ekstraokuler
Peka terhadap rangsang
Gerakan dominan
Dapat dihentikan dengan pasif
Perubahan autonom
Diagnosis banding
Diagnosis banding
Jitteriness Kejang Gerakan ekstraokular tidak
ya
Peka terhadap rangsang ya tidak
Gerakan dominan tremor jerking
Dapat dihentikan ya tidak dengan pasif
Perubahan autonom tidak ya
DIAGNOSTIK BANDING
1. Hipoglikemia- Anamnesis: ibu DM- Pemeriksaan: kejang, tremor, letargi atau tidak
sadar, bayi kecil ( berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu); bayi sangat besar (berat lahir > 4000 gr)
2. Tetanus neonatorum- Anamnesis: ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid,
malas minum, timbul pada hari ke 3 – 14, lingkungan kurang hiegenis, pengolesan bahan
tidak steril pada tali pusat
- Pemeriksaan : spasme
3. Curiga meningitis
- Anamnesis: hari ke 2 atau lebih
- Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, ubun-ubun
besar membonjol, letargi
- Tanda-tanda sepsis
4. Asfiksi / trauma lahir
- Anamnesis: riwayat resusitasi, timbul pada hari ke 1-
ke 4, persalinan dengan penyulit (misal partus lama
atau gawat janin)
- Kejang, tidak sadar, layuh/letargi, gangguan nafas,
suhu abnormal, mengantuk / aktifitas menurun
Iritabel atau rewel.
DIAGNOSTIK BANDING
5. Perdarahan Intrakranial
- Anamnesis: timbul hari ke 1-7, bayi mendadak
memburuk / pucat
- Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, bayi kecil (
berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37
minggu), gangguan nafas berat.
6. Ensefalopati bilirubin
- Anamnesis: ikterus hebat hari ke 2 tidak diobati,
ensefalopati timbul hari ke 3-7.
- Pemeriksaan fisis: kejang spastis, opistotonus
DIAGNOSTIK BANDING
Sindrom epilepsi
Benign Neonatal Familial Convulsions– Klonik fokal / tonik fokal– Neonatus normal dengan riwayat keluarga (+)– Kelainan kromosom 8 q dan 20q13
Benign Neonatal Convulsions (Fifth days fits)– Klonik unifokal, berhubungan dengan apnu– Neonatus normal, riwayat keluarga (-)– Terjadi pada hari ke 4 – 6, neurologi normal
Early Myoclonic Encephalophaty– Mioklonik, partial motor, spasm, neurologi abnormal– EEG : periodik ‘supression burst’– Ohtahara (1978): Early Infantile Epileptic Encep.
Sindrom epilepsi
Early Myoclonic Encephalophaty– Mioklonik, partial motor, spasm, neurologi abnormal– EEG : periodik ‘supression burst’
Early Infantile Epileptic Encephalophaty (Ohtahara syndrome)– Usia 3 bulan pertama– Neurologi abnormal, fokal motor, hemikonvulsif– EEG : periodik ‘ suppression burst’– Perkembangan selanjutnya menjadi Sindrom West
sampai Sindrom Lennox Gastaut
Pemeriksaan Fisis
Observasi aktivitas kejang-tipe kejangKesadaran Jejas trauma lahirPalpasi fontanel anteriorLingkaran kepalaKelainan kongenitalFunduskopi: perdarahan, korioretinitisTransiluminasi
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari penyebab kejang Laboratorium
- Darah rutin- Pengecatan gram- Kadar glukosa darah dengan dekstrostik.- Pada kecurigaan infeksi (meningitis)
* Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/mm3) atau lekopenia (<5000/mm3) dan trombositopenia (<150000/mm3)
- Gangguan metabolik* Hipoglikemi (Glukosa darh < 45 mg/gl)
Analisis gas darahElektrolit Darah :
– Ca, Mg, Na, K, analisa gas darah, bilirubin, amonia
Pungsi lumbal/kultur cairan serebrospinalTiter TORCHUSG/CT Scan kepalaEEGKelainan metabolisme lain
Pemeriksaan Penunjang
Langkah Awal Menghadapi Kejang
Memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan.
Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya
TATALAKSANA UMUM
Tujuan Umum :
1. Mencapai homeostasis sistemik (jalan napas, pernapasan dan sirkulasi)
2. Mengoreksi penyebab utamanya, jika mungkin
Bebaskan jalan nafas dan OksigenasiMedikamentosa untuk memotong kejangMemasang jalur infus intra venaPengobatan sesuai penyebab
Waspada dalam melakukan tatalaksana kejang jenis apapun
Larutan dextrose 10% (2cc/kg IV) secara empiris kepada neonatus yang sedang mengalami kejang
Kalsium glukonat (200mg/kg IV), jika dicurigai adanya hipokalsemia
Hipomagnesemia : 0,25 ml/kg atau 2 ml Eq/kg Magnesium sulfat 50% IM diulang tiap 12 jam
Pada ketergantungan pyridoxine, berikan 50 mg pyridoxin IV, kejang akan berhenti dalam beberapa menit
Antibiotika diberikan jika dicurigai adanya sepsis Obat anti kejang
TATALAKSANA MEDIS UNTUK KEJANG
Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
Obat anti kejang pilihan kedua : DiazepamJika kejang timbul lagi (kejang berulang),
ulangi pemberian Fenobarbital 1 kali lagi dengan dosis yang sama, minimal selang waktu 15 menit.
Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang, karena bisa terjadi aspirasi
Tatalaksana Antikonvulsan
1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit- Jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan
dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit
- Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler.
2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg.kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kg berat badan/menit.
Tatalaksana Antikonvulsan
Fenobarbital 100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml) diberikan secara intramuskular
Diazepam5 mg/ml (dalam ampul 1ml) atau 10mg/ 2ml (dalam ampul 2ml) diberikan per
rektal
Dosis : 30 mg = 0.6 ml Berat < 2500 gram diberikan 0.25ml*Berat ≥ 2500 gram diberikan 0.50ml*
* Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml
Tatalaksana antikonvulsan
Diazepam : – 0,25mg/kg IV atau 0,5mg/kg rektal, dapat
diulang 2 kaliPhenobarbital :
– 10-20mg/kg IV, rumatan 3-5 mg/kg : 2 dosisPhenytoin :
– 20 mg/kg IV, rumatan 4-8 mg/kg : 2-3 dosisAED: karbamazepin, asam valproat dll
Fenobarbital 3-5 mg/kg BB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau peroral, sampai bebas kejang 7 hari.
Fenitoin 4-8 mg/kg/hari intravena atau per oral. Dosis terbagi dua atau tiga
Maintenance/Rumatan
Jangka pendek:– Non epileptiform: 2 minggu setelah kejang
Jangka panjang :– Epileptiform : 1 tahun– Gambaran EEG– Evaluasi klinis, EEG tiap 2 - 3 bulan
Maintenance/Rumatan
Menghentikan Kejang Dengan Anti Kejang
Obat Dosis Keterangan Efek Samping
Pheno-barbital
•Dosis awal: 10 – 20 mg/kg. Tambahkan 5 mg/kg sampai maksimal 40 mg/kg•Pemeliharaan: 3-5 mg/kg/hari bagi dalam beberapa dosis dan berikan setiap 12 jam
• Merupakan obatpilihan.• Berikan secara IV selama 5 mnt .• Tingkat Terapeutik:20-40 μg/ml.• Berikan IM, IV, atauPO setiap 12 jam.• Mulai terapi 12 jamsetelah dosis rumatan.
• Hipotensi• Apnea
• Pantau status pernapasan selamapemberian dan periksa tempat masuknya infus.
• Jika kejang tidak dapat dikendalikan dengan Phenobarbital saja :
Obat Dosis Keterangan Efek Samping
Pheny-toin
• Dosis awal: 15-20 mg/kg IV selama 30 min.• Dosis rumatan:3-5 mg/kg/hari
• Berikan IV dgn kec.maksimal 0.5 mg/kg/min• Dosis rumatan: 4-8mg/kg/hari secara IVcepat atau PO.• Bagi dosis total danberikan IV setiap 12 jam
• Jangan berikansecara IM. • Keracunanmerupakanmasalah denganobat ini• Aritmia Jantung• Kerusakan otak
Benzo-diazepin
• Lorazepam:0.05 – 0.1 mg/kg• Diazepam: 0.1 –0.3 mg/kg/dosis
• Berikan secara IV• Ulangi setiap 15 menit untuk 2-3 dosis jika perlu• Dosis maksimal adalah 2-5 mg• Dapat diberikan sekali sebagai dosis PO sebesar 0.1-0.3 mg/kg
• Gawat napas• MenghambatPengikatan bilirubinterhadap albumin
Waktu Penghentian Obat Anti Kejang
→Tidak ada pedoman praktik yang spesifik untuk waktu penghentian obat tersebut, tapi:
• Menghentikan obat anti kejang 2 minggu setelah kejang terakhir dapat dilakukan karena pengobatan berkepanjangan dapat berpengaruh buruk pada perkembangan otak
• Penghentian obat anti kejang sebelum pulang umumnya direkomendasikan kecuali neonatus menunjukkan lesi otak yang signifikan pada hasil USG kepala atau CT, atau tanda neurologis abnormal
Tatalaksana Etiologi
Hipoglikemi: glukosa < 40 mg/dl– Glukosa 10% : 2 ml/kg IV– Rumatan: sampai 8 ml/kg IV
Hipokalsemia: Ca < 7 mg/dl– Kalsium glukonas 10% : 2 ml/kg IV perlahan > 3 menit– Rumatan: 8 ml/kg/hari
Hipomagnesemia: Mg < 1,2 mg/dl– MgSO4 50%: 0,25 ml/kg IM diulang tiap 12 jam
Ketergantungan piridoksin– Piridoksin 100mg Iv
Tatalaksana Etiologi
Hipoksik-iskemik ensefalopati– Antiedema dan pirasetam
Perdarahan intrakranial– Cari kausa, operasi?
Infeksi– Antibiotika selama 2-3 minggu
Infark– Perbaikan sirkulasi - piracetam
Kelainan kongenital otak– Operasi??
Prognosis - Etiologi
Baik– Hipokalsemia tanpa komplikasi– Ketergantungan pyridoxine– Trauma ringan (perdarahan subarachnoid)
Buruk– Hipoksik iskemik ensefalopati, anoksia– Hipoglikemi– Infeksi– Kelainan metabolik, asfiksia, – Kongenital/malformasi otak
Sekuele– Malformasi otak (15-20%)– Retardasi mental– Cerebral palsy
Prognosis - EEG
Baik (70-85% normal)– Normal (latar belakang)– Gelombang paku / tajam unifokal,
Buruk(< 12% normal)– Abnormal (latar belakang)– Gelombang tajam multifokal– ‘burst supression’– Gambaran isoelektrik
Langkah Promotif dan Preventif
Mencegah persalinan prematurMencegah asfiksia neonatorumMencegah infeksiMencegah hipoglikemi
MANAJEMEN SPESIFIK
Meningitis, pemberian antibiotika Gangguan metabolik, pemberian cairan infus, cara
pemberian minum Ensefalopati hiperbilirubin Hipoksia, jaga patensi jalan nafas dan oksigenisasi Tetanus/spasme
Meningitis
Antibiotika awal diberikan ampisilin dan gentamisisn, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan.
Tabel Dosis antibiotika
Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 jam
100 mg/kg setiap 8 jam
Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 12 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
Gentamisin IV, IM
< 2 kg
4 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari
≥ 2 kg
5 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari
GANGGUAN METABOLIK
Kejang metabolik ---- sulit ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di puskesmas
Gejala klinis tidak khas untuk beberapa kejang metabolik, misal hiponatremia, hipermatremia dan hipomagnesimia.
Manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolik ini, dan segera dirujuk
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (lihat manajemen hipoglikemia)
Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia. Untuk kasus ini di beri:– Kalsium gflukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquadest sama
banyak secara intrvena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis.
Terapi Suportif
Menjaga patensi jalan nafas Oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut Pasang jalur IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi
adekuat Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan
invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus.
Dietetik: pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan.
Tanda/Gejala : Spasme / Tetanus
Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan
Mulut mencucu seperti mulut ikanBiasanya kesadaran masih baik tetapi bayi
tak bisa menyusu.
Lakukan Tindakan :
Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.
Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.
RujukLihat Pedoman Eliminasi Tetanus
Neonatorum untuk tindakan berikutnya.
Spasme / Tetanus
Beri diazepam 10 mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/kg/hari
Bila frekuensi nafas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme
Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat.
Beri bayi– Human tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri
padanannya antitoksin tetanus 5000 IU IM toksoid tetanus IM pada tempat yang berbeda dengan tempat pemberian antitoksin
– Benzyl penicillin G 100000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari (bila tidak tersedia dapat diberi penisilin peroksin)
Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yang dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.
Hindari rangsang yang berlebihan Perhatikan asupan minuman, kalau perlu dengan ASI
peras dengan menggunakan pipa lambung.
Cara Memberikan Diazepam Rektal
Kasus– Perdarahan subdural
– Trauma SSP
– Hidrosefalus
Perlu tindakan bedah Rujuk