teks reading1 jalan lahir
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Proses persalinan biasanya ditandai dengan keluarnya air ketuban (likuor amnii).
Likuor amnii ini terdapat dalam lapisan amnion. Amnion membentuk dinding ruang amnion.
Ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor
amnii). Cairan amnion diproduksi oleh sel-sel dinding amnion. Cairan amnion berwarna
putih keruh, berbau amis, dan terasa manis. Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan
berat jenis 1,008. Volume cairan amnion mencapai 1000-1500 cc (99% air dan 1% glukosa,
protein, garam mineral) pada akhir kehamilan. Cairan amnion terus bersirkulasi dan 1/3
volumenya tiap jam mengalir, sehingga urin ibu hamil meningkat.
Pertumbuhan janin menyebabkan ruangan amnion semakin membesar, amnion dan
korion menjadi lisut, tali penghubung bersama dengan yolk sac membentuk tali pusat. Bila
tidak ada cairan amnion yang memadai selama hamil, janin akan mengalami hipoplasia paru
bahkan kematian.
Jadi amnion berfungsi untuk Fungsi amnion antara lain: Melindungi janin dari trauma
atau benturan dengan benda di luar uterus, sebagai pembersih atau pelicin jalan lahir,
menahan tekanan uterus, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat, memungkinkan
janin bergerak bebas, tempat perkembangan musculoskeletal, dan menjaga perkembangan
dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan traktus gastro intestinal
Likuor amnii atau air ketuban pada saat hamil cukup dengan volume 1000-1500 ml,
warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang sangat khas, agak amis dan manis.
Cairan ini dengan berat jenis 1,080, terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik
serta bahan organic dan bila diteliti benar, terdapat rambut lanugo (sama dengan rambut
halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel, dan verniks kaseosa (sama dengan lemak yang
meliputi kulit bayi). Protein ditemukan rata-rata 2,6% gram per liter, sebagian besar albumin.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Jalan Lahir
Pada setiap persalinan harus di perhatikan 3 faktor yaitu jalan lahir, janin dan
kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu.
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-
sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan atau ligamen-ligamen.
Tulang-Tulang Panggul
Tulang –tulang panggul terdiri dari os koksa yang terdiri atas os ilium, os iskium, os
pubis, os sacrum dan os koksigis.
Tulang-tulang ini satu dengan lainnya saling berhubungan. Didepan terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disbut simfisis. Dibelakang terdapat
artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat
artikulasio sakro-kosigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Di luar
kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pegeseran sedikit, tetapi pada waaktu
kehamilan dan persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os
koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung koksigiss menonjol kedepan pada partus, dan pada pengeluaran kepala
janin dengan cuman ujung os koksigis ini dapat ditekan kebelakang.
Pada seorang wanita hamil yang bergerak terlampau cepat dari duduk langsung
berdiri, sering dijumpai pegeseran yang lebar pada artikulasio sakro-iliaka. Hal demikian
dapat menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersebut. Juga pada simfisis tidak jarang
di jumpai simfisifis atau ketika tergelincir karena longgarnya hubungan disimfisis. Hal
demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan jalan. Secara fungsional panggul
tediri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 2
Pelvis mayor adalah bagian pelvi yang terletak di atas linea terminalis , disbut juga
false pelvis. Bagian yang terletak dari linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya bayi
melewatinya. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung kedepan (sumbu carus) sumbu ini secara klasik adalah garis yang
menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan pintu
atas panggul dengan titik-titik hodge 1,2 dan 4. Sampai dekat hodge 3 sumbu itu lurus sejajar
dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung kedepan , sesuai dengan lengkungan sakrum.
Hal ini penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar upaya
arah penarikan cunam itu disesuaikan dengan jalannya sumbu jalan-lahir tersebut.
Bidang atas saluran normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul (pevis
inlet). Bidang bawah saluran tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan
tetapi terdiri atas dua bidang disebut pintu bawah panggul (pelvis outlet).
Diantra kedua pintu terdapat ruang panggul (pelvis cavity). Ruang panggul
mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di
panggul tengah untuk kemudian menjadi lebih luas lagi sedikit. Penyempitan panggul tengah
ini disebabkan adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol kedalam ruang
panggul.
Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vetebra sakral 1 line innominata (terminalis ) dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari
pinggir atas simfisi ke promontorium lebih kurang 11cm, dsebut konjugata vera. Jarak
terjauh garis melintang pada pintu ats panggul lebih kurang 12.5-13cm, disebut diamter
tranversa. Bila ditarik garis dari atikulasio sakro iliaka ketitik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan dilinea innominata, ditemukan diameter disebut
diameter obliqua sepanjang lebih kurang 13cm.
Ca mengukur konjugata vera ialah, jari tengah dan telunjuk dimasukan kedalam
vagina untuk meraba promontorium, jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 3
dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik di ketahui bahwa konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis di potong 1.5 cm. Selain kedua konjugata ini, dikenal juga
konjugata obstetrika yaitu jarak bagian tengah ke promontorium. Konjugata ini paling
penting, walaupun perbedaan dengan konjugata vera sedikit sekali.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai
berikut:
A. Jenis ginekoid yaitu panggul paling baik untuk wanita, bentuk pin tu atas panggul
hampir bulat. Panjang diameter anterior-posterior kira-kira sama dengan diamter
trasnversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
B. Jenis android yaitu bentuk atas panggul hampir segitiga, umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini , panjang diamter anterior-posterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan
demikian bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangakan bagian depatnya
menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
C. Jenis antropoid yaitu bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang
diameter anterior posterior lebih besar dari pada diameter transversa. Jenis ini
ditemukan pada 35% wanita.
D. Jenis platipelloid yaitu jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar dari pada ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada 5% wanita.
Tidak jarang di jumpai jenis kombinasi ke empat jenis klasik ini. Disinilah tempat
kegunaaan pelvimetri rontgen, untuk mengetahui jenis bentuk, dan ukuran-ukuran pelvis
secara tepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pevis bagian belakang
dahulu, kemudian bagian depan. Misalnya jenis andoid-ginekoid itu berarti jenis pelvis
bagian belakang adalah jenis android dan bagian depan adalah ginekoid. Dapat dsini
dikemukakan bahwa pelvimetri rontgen itu hanya dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya
adanya dugaan ketidak seimbangan antara janin dan panggul (feto pelvic disporpotion)
adanya riwayat trauma atau penyakit turbokolosis pada tulang panggul, bekas sersio sesarea
dan akan direncanakan partus pervaginam pada letak sungsang,presentasi muka, atau
kelainan letak lain. Pembatasan pemakaian sinar rontgen berdasrkan pengaruh terhadap sel-
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 4
sel kelamin janin yang masih amat muda itu serta ovaria ibu. Dewasa dapat digunakan MRI
(magnetic resonance imaging).
Pintu Bawah Panggul
Seperti yang dijelaskan pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar,
tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing membentuk segi tiga yaitu bidang
yang dibentuk oleh garis antara kedua tubera ossis iskii denga ujung os sakrum dan segitiga
laian nya yang alasnya juga garis antara tubera oasii iski dengan bagian bawah simfisis.
Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan suduk (arkus pubis) ,
dalam keadaan normal besarnya sudut ini lebih kurang 90% atau lebih sedikit. Bila kurang
sekali dari 90%, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena diperlukan tempat lebih
banayak ke dorsal. Dalam hal ini perlu di perhatikan apakah ujung os sakrum tidak menonjol
kedepan hingga kepal janin tidak dapat dilahirkan. Jarak diantara kedua tuber ossis iski
(distansia tuberum) diambil dari bagian dalamnya adalaha lebihkurang10,5cm. Bila lebih
kecil, jarak diantara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung sakrum (diameter sagitalis)
posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat dilahirkan.
Ruang Panggul (Pelvic Cavity)
Seperti telah dikemukakan, ruang panggul dibawah pintu atas panggul mempunyai
ukuran yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina
iskiadika. Jaraak antara kedua spina ini (distansia interspinarum) normal lebih kurang 10,5
cm. Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan bentuk os sakrum,
apakah seperti normal melengkung baik dari atas ke bawah dan kesamping cekung ke
belakang. Dan selanjutnya bagaimanakah bentuk rongga panggul seluruhya. Dinding sampin
pada panggul genekoid misalnya umunya lurus dari atsa kebawah.
Dari bentuk dan ukuran berbagai bidang rongga panggul tampak ronga ini merupakan
saluran yang tidak sam luasnya di antara tiap-tiap bidang. Bidang yang terluas dibentuk pada
pertengahn simfisis dengan os sakral 2-3 , yang kepala janin di mungkinkan bergeser melalui
pintu atas panggul masuk dalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih mudah
masuk kedalam ruang panggul diperbesar jika ruang mulut anatar sakrum dam lumbal, yang
disebut iklinasi lebih besar.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 5
Bidang Hodge
Bidang-bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian
terendah janin turun pada panggul dalam persalinan.
1. Bidang hodge l : bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
dengan bagian atas simfisis dan promontorium
2. Bidang hodge ll : bidang ini sejajar dengan hodge l terletak setinggi bagian
bawah simfisis
3. Bidang hodge lll : bidang sejajar dengan bidang-bidang hodge l dan ll terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri
4. Bidang hodge lV : bidan ini sejajar dengan bidang-bidang hodge l ll dan lll
terletak setinggi os koksigis
Ukuran-Ukuran Ruang Panggul
Ukuran-ukuran luar ini masih dapat dipergunakan dimana pelvimetri rontgen sulit
dilakukan. Dengan cara ini masih dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang di
pakai antara ain jangkar-jangkar panggul.
Yang di ukur yaitu :
A. Distansia spinarum (± 24-26cm) jarak yang terpanjang antara kedua spina anterior
superior, sinistra dan dekstra.
B. Distansia kistarum (± 28-30cm) jarak yang terpanjang antra duan tempat yang
simestris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umunya ukuran-ukuran ini tidak
penting, tetapi pada ukuran ini lebih kecil 2-3cm dari angka normal, maka dapat di
curigai panggul itu patologik.
C. Distansia oblikus eksterna (ukuran miring luar) yaitu jarak antara iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari sspina iliaka posterior
dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra. Kedua ukuran ini bersilang. Jika
panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda , akan tetapi jika
panggul itu asimetrik (miring) maka kedua ukuran itu jelas berbeda sekali .
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 6
D. Distansia intertrokanterika yaitu jarak antara kedua trokanter mayor.
E. Konjugata eksterna (boudeloque) ±18cm jarak antara bagian atas simfisis ke
prosessus spinosus lumbal 5
F. Distansia tuberum (± 10,5 cm) yaitu jarak antara tuber iskii kanan dan kiri. Untuk
mengukurnya dipakai os cander. Angka yang ditunjuk jangkar harus ditambah
1,5cm karena danya jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangkar, yang
menghalangi pengukuran secara tepat. Bila jarak ini kurang dari normal, dengan
sendirinya arkus pubis lebih kecil dari90 derajat.
Kelainan-kelainan panggul yang mencolok dengan ukuran-ukuran luar dapat lebih
ditegaskan, akan tetapi untuk kelainan-kelainan yang ringan diperlukan pelvimetri rontgen.
Seperti di dean telah dikemukakan, pemaakian pelvimetri rontgen ini mempunyai pengaruh
tidak baik terhadap janin. Jadi hendaknya pemakaiannya dibatasi pada hal-hal dengan
indikasi anatra lain adanya keganjilan ringan antara kepala janin dan panggul (minor
cephalopelvic disporpotion). Akan tetapi dapat pula disini dikemukakan bahwa meskipun
pelvimetri rontgen menyatakan adanya keganjilan antara kepala dan panggul, janin masih
dapat lahir spontan. Oleh karena kekuatan yang ada pada ibu dan daya maulage (daya
berubah bentuk) kepala janin kedua hal ini sukar diukur, ikut menentukan sekaali pada tiap
persalinan.
Dewasa ini pemakaian MRI (magnetic resonance imaging) dalam anatomi maternal
mulai dipakai dan ternyata lebih bermanfaat dan lebih aman dari pada rontgen yang jelas
menimbulkan pengaruh tidak baik untuk ibu maupun pada janinnya. Pula MRI dalam
beberapa lebih menguntungkan dari pada pemakaian USG yang kadang-kadang tidak dapat
mencapainya. Umpama plasenta previa yang letak dibelakang. Dianjurkan meskipun
pengaruh buruk dari MRI tersebut (genetik atau ongkologik) belum diketahui maka
pemakaiannya dalam trimester pertama, sewaktu organogenesis sedang berlangsung dengan
hebatnya seyogianya tida dilakukan indikasi pemakaian MRI dalam anatomi maternal antara
lain plasenta previa pelvimetri solusio plasenta, penyakit trofoblas, kelainan letak janin,
adanya tumor pelvic.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 7
Bagian Lunak Jalan Lahir
Pada kala pengeluaran (kala ll) ikut membentuk jalan lahir segmen bawah uterus
serviks uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan ± 38 minggu serviks lebih pendek dari pada
waktu kehamilan 16 minggu. Seperti telah dikemukakan, ismus uteri pada kehamilan 16
minggu menjadi bagian uterus tempat jani berkembaang. Umunya serviks tersebut menjadi
matang bila teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada kehamilan 34 minggu. Pada
primigravida hal ini ditemukan bila hampir aterm kanalis servikalis sendiri terbuka untuk
satu jari.
Disamping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringan ikat, dan ligamen-ligamen
yang berfungsi menyongkong alat-alat urogenitalis perlu diketahui oleh karena semuanya
mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
Otot-otot yang menahan dasar panggul dibagian luar dalah musvculus sfingter ani
eksternus, musculus bulbkarvenosus yang melingkar vagina dan musculus perinei transversus
superfisialis.
Dibagian tengan h]ditemukan otot-otot yang melingakri uretra (musculus sfingter
uretrrae) otot-otot yang melingakri vagina bagian tengah dan anus antara lain, musculus
iliokosigeus , musculus iskiokoksigeus , musculus perinei transversus profundus dan
musculus koksigeus. Lebih kedalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat disebut
diafragma pelvis, terutama musculus levator yang berfungsi menahan dasar panggul. Letak
musculus levator ini adalah sedemikian rupa sehingga bagian depan musculus ini berbentuk
segitiga disebut trigonum progenitalis (hiatus genitalis). Didalam trigonum ini berada uretra,
vagina dan rectum.
Dalam diafragma pelvis berjalan nervus pedendus yang masuk ke rongga panggul
melalui kanalis alcock, terletak antara spina iskiadika dan tuber iskii. Pada persalinan sering
dilakukan pudendus block anaethesia , sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada ekstraksi
cunam, ekstrasi vacum, penjahitan ruptura perinei, dan sebagainya. Arteria dan vena yang
berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria dan vena uterina serta
cabang-cabang arteria dan vena hemoroidalis superior.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 8
2.2 Cairan Amnion atau Likuor Amnii
Fisiologi Cairan Amnion
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang
menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin
membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami
prolaps ke dalam rongga amnion.
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya
campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel,
dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau
antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume
adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30
minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran
tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar
diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit
janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai
kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi
cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml perhari cairan amnion di sekresikan dari urin
janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan
radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan
menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti
atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 9
2.3 Fungsi Cairan Amnion
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari
matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada
usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin.
Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus,
tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui
bahwa cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan
ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan
mencegah trauma mekanik dan trauma termal.
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid
antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion
adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada
beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki fungsi sebagai
biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun
belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor
pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia
kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan medikasi stem
cell .
Likuor amnii makin banyak menarik perhatian untuk pembuatan diagnosis mengenai
kelainan atau keadaan janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah ABO, janin dalam
Rhesus isoimunisasi, apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam kelainan genetic, dan
lain-lain. Obstetric modern menginginkan deteksi kelainan pada kehamilan sedini mungkin.
Untuk membuat diaknosa umumnya dipakai sel-sel yang terdapat didalam likuor amnii
dengan melakukan amniosentesis. Amniosentesis dewasa ini lebih sering dilaksanakan
melalui perut (transabdominal), umunya pada kehamilan ke 14-16. Bila amniosentesis
dilakukan lebih dini, maka resiko terjadinya abortus akan lebih tinggi. Dengan
ultrasonografiditentukan sebelumnya letak plasenta, untuk menghindarkan plasenta
ditembus. Funsi melalui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran likuor
amnii oleh darah. Bila ini terjadi, maka likuor amnii itu tidak dapat dipakai untuk
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 10
mengadakan analisis kimiawi dan sitogenetika. Amniosentesis ini bukan tiadak berbahaya, ia
dapat menimbulkan trauma pada janin, plasenta, percampuran darah antara janin dan ibu
dengan kemungkinan sensitisasi dan abortus, meskipun komplikasi ini jarang terjadi. Maka
dari itu, amniosentesis hendaknya hanya dikerjakan bila ada indikasi yang tepat.
Likuor amnii sendiri tanpa sel-sel merupakan suatu bahan untuk penyelidikan lebih
lanjut, misalnya dalam pemeriksaan adrenogenital syndrome, tay-sacks disease, methyl
malonic academia dan sebagainya. Disamping banyaknya lipid dan polipeptid di dalamnya,
ditemukan pula enzim-enzim yang terdapat di cellular prganelles. Mengingat banyaknya
hal-hal tersebut diatas yang dapat diselidiki di dalam likuor amnii secara biokimiawi, maka
jelas bahwa hanya pusat penyelidikan tertentu saja yang dapat mengerjakan hal tersebut.
2.4 Volume Cairan Amnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum
volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat
menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun
secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal
volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400
ml pada pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm
jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12
penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat
pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400-2100 ml.
2.5 Pengukuran Cairan Amnion
Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan
teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif
pemeriksa.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 11
Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning
dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap
sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.
Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis
sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan
ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan
volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini
menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik.
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara
langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan
cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin,
dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang.
2.6 Distribusi Cairan Amnion
1. Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin
sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Wladimirof
dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi setiap 15 menit sekali,
dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia
kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm.
Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan yang
dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan
menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel menunjukkan rata-
rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi, produksi
urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm.
2. Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion.
Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-paru janin
memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut ditelan
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 12
kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun pengukuran secara langsung ke
manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini memiliki nilai yang representratif bagi
manusia. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau
gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru
janin juga berperan dalam pembentukan cairan amnion.
3. Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses
menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Sherman dan
teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan volume
sekitar 100-300 ml/kg/hari.
Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan amnion
yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat
sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan
menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan rata-rata menelan
janin adalah 72 sampai 262 ml/kg/hari.
Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan menemukan
bahwa volume menelan janin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang ini karena faktor etik,
namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan
seluruh volume cairan amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada
mekanisme serupa dalam mengurangi volume cairan amnion.
2.7 Kandungan Cairan Amnion
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal
trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin
sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah 20 minggu, kornifikasi kulit
janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama terdiri dari urin janin.
Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat dibandingkan
plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo
dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia
gestasi, osmolalitas cairan amnion berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 13
volume amnion secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan
membentuk sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein,
peptid, karbohidrat, lipid, dan hormon.
Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan amnion, di antaranya adalah
protein total, albumin, globulin, alkalin aminotransferase, aspartat aminotransferase, alkalin
fosfatase, γ-transpeptidase, kolinesterase, kreatinin kinase, isoenzim keratin kinase,
dehidrogenase laktat, dehidrogenase hidroksibutirat, amilase, glukosa, kolesterol, trigliserida,
High Density Lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-low-density
lipoprotein (VLDL), apoprotein A1 dan B, lipoprotein, bilirubin total, bilirubin direk,
bilirubin indirek, sodium, potassium, klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea,
kreatinin, anion gap , urea, dan osmolalitas.
Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor, EGF) dan factor
pertumbuhan mirip EGF, misalnya transforming growth factor-α, terdapat di cairan amnion.
Ingesti cairan amnion ke dalam paru dan saluran cerna mungkin meningkatkan pertumbuhan
dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan inspirasi dan menelan cairan amnion.1-7
Beberapa penanda (tumor marker) juga terdapat di cairan amnion termasuk α-
fetoprotein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125),
dan 199 (CA-199).
1. Alfa Feto Protein (AFP)
Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan
Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian
akan berkurang.
Jika kadar AFP ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin
esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defect atau defek
janin lainnya.
Jika peningkatan kadar AFP tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase
menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin.
2. Lesitin – Sfingomielin
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 14
Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam
formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan
respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sfingomielin dalam cairan
amnion sama konsentrasinya. Setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sfingomielin
relatif meningkat .
Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sfingomielin
( L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika
perbandingan kadar lesitin sfingomielin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada
janin meningkat. Karena lesitin dan sfingomielin juga ditemukan pada darah dan mekonium,
kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat membiaskan hasil. Selama kehamilan
sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion, kompartemen cairan amnion merupakan
suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan
persalinan.
Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan
merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan. Suatu hal yang unik dari agen agen
bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE2 , PGF2 , PAF dan endothelin-1, produk-
produk ini dapat dilihat pada vagina dan cairan amnion setelah proses persalinan dimulai.
Agen-agen inflamasi ini penting peranannya dalam proses dilatasi servik.
3. Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses
persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapat melakukan penetrasi normal melalui membran
janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya inflamasi dari desidua pada
partus preterm, leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion, fenomena juga pada partus
yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkinkan melewati
membran janin.
4. Interleukin -1β
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 15
Interleukin -1β merupakan sitokin primer, yang diproduksi secara cepat sebagai respon
dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1β akan merangsang sitokin lain dan
mediator inflamasi lainnya.
Interleukin -1β secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan, Interleukin -
1β baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi
dari infeksi pada cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, seperti prostaglandin, Interleukin -1β diproduksi pada desidua
setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan didistribusikan pada
cairan amnion dan vagina.
Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau
Interleukin – 8.
5. Prostaglandin
Prostaglandin terutama PGE2 juga PGF2α di dapatkan pada cairan amnion pada semua
tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid dalam cairan amnion
dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit , paru-paru dan tali pusat.
Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat
secara bertahap.
Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat
dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. Faktanya jumlah total kadar
prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan
dimulai sangat kecil (sekitar 1µg) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion
sangat lama yaitu 6 – 12 jam jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat
kecil.
Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi
dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir.
2.8 Proses Pecahnya Air Ketuban
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 16
Sebagaimana kita ketahui, janin dilindungi oleh selaput ketuban yang berisi cairan
amnion. Selama fase aktif, selaput itu akan pecah akibat adanya kontraksi. Akibatnya cairan
amnion akan keluar, mengalir atau memancar. Tidak mungkin memperkirakan kapan selaput
ketuban pecah. Selaput akan pecah ketika fase aktif saat kontraksi begitu kuat; sekitar 10%
ketuban pecah sebelum fase aktif. Sangat jarang terjadi bayi lahir dalam keadaan selaput
ketuban yang masih utuh.
Kadangkala, saat proses persalinan berlangsung dokter melakukan pemecahan selaput
dengan sengaja untuk mengetahui kesejahteraan janin dengan melihat warna air ketuban atau
merangsang kontraksi yang dirasa kurang. Prosedur ini tidak sakit. Dokter atau bidan akan
menggunakan alat panjang dengan ujung yang runcing. Selaput dipecahkan melalui liang
vagina.
Keluar air dari kemaluan kemungkinan menandakan selaput ketuban telah pecah.
Cairan ini mengalir melalui vagina dan tidak bisa ditahan. Perhatikan dan bedakan dengan air
kencing (urine). Untuk membedakannya dapat diketahui dari bentuk dan warnanya. Biasanya
urine berwarna kekuning-kuningan dan bening, sedangkan air ketuban agak keruh dan
bercampur dengan lanugo, (rambut halus janin) dan mengandung vernik kaseosa (lemak pada
kulit janin). Air ketuban juga dibedakan dengan urine dari baunya, urine berbau pesing,
sedangkan ketuban tidak pesing.
Ketuban pecah bisa terjadi pada fase persalinan telah dimulai (telah ada kontraksi
yang teratur dan pembukaan mulut rahim), namun bisa juga terjadi sebelum fase persalinan
dimulai, yang disebut dengan ketuban pecah dini. Setelah ketuban pecah, maka terjadi
hubungan antara janin dan dunia luar sehingga ada resiko terjadi infeksi. Apabila kehamilan
telah cukup bulan maka persalinan harus segera dimulai, namun apabila kehamilan belum
cukup bulan maka dokter akan memberikan anti biotik untuk mencegah infeksi dan
menyuntikan obat untuk merangsang pematang paru janin. Tindakan persalinan akan
dipelihara dahulu (konservatip) atau langsung dilakukan induksi persalinan akan disesuaikan
dengan usia kehamilan, keadaan ibu dan janin.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 17
Ketuban pecah merupakan keadaan darurat ketika anda harus segera datang ke dokter,
karena penundaan akan mengakibatkan terjadinya infeksi, air ketuban habis, atau keluarnya
tali pusat (prolaps tali pusat) yang kesemuanya akan mengakibatkan meningkatnya angka
kematian dan kesakitan ibu dan bayi.
Jadi pecahnya air ketuban bisa disebabkan karena :
- Adanya pelepasan Enzim Lisozim
- Adanya kontraksi otot-otot uterus.
- Adanya desakan dari kepala bayi yang akan lahir.
- Adanya trauma
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran
tersendiri pada setiap usia kehamilan. Cairan amnion merupakan komponen penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Telah diketahui bahwa cairan
amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi
janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah trauma
mekanik dan trauma termal.
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin
sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Cairan paru
janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion.
Keluarnya cairan amnion bias karena sudah waktunya, karena adanya pelepasan
enzim lisozim, karena kontraksi otot-otot uterus, karena desakan kepala bayi yang akan lahir,
dank arena adanya trauma.
Keluarnya Air dari Jalan Lahir Page 19