teknologi pengolahan dan pemanfaatan .sejarah yang ada bahwa minyak kapur banyak dimanfaatkan ......
Post on 05-Feb-2018
219 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN
DRYOBALANOPS SP. UNTUK PENINGKATAN
NILAI TAMBAH
1. Gunawan Pasaribu, S.Hut., M.Si 2. Dra. Gusmailina, M.Si 3. Dra. Sri Komarayati 4. Dra. Zulnely 5. R. Esa Pangersa Gusti, S.Hut
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BOGOR, DESEMBER 2014
ii
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN
PEMANFAATAN DRYOBALANOPS SP UNTUK
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Bogor, Desember 2014 Mengetahui Ketua Kelti,
Gunawan Pasaribu, S.Hut, M.Si. NIP. 19770527 200212 1 003
Ketua Tim Pelaksana,
Gunawan Pasaribu, S.Hut, M.Si NIP. 19770527 200212 1 003
Menyetujui Koordinator,
Ir. Totok K. Waluyo, M.Si NIP. 19600506 198703 1 004
Mengesahkan Kepala Pusat,
Dr. Ir. Rufiie, MSc. NIP. 19601207 198703 1 005
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........... ii
DAFTAR ISI ...... iii
DAFTAR TABEL ...... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... vi
ABSTRAK..... 1
BAB I. PENDAHULUAN .. 2
A. Latar Belakang ..... 2
B. Tujuan dan Sasaran ................................................... 3
C. Luaran ...... ................................................................... 4
D. Hasil yang Telah Dicapai ............ 4
E. Ruang Lingkup.............................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................. 6
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................. 10
A. Lokasi Penelitian........................................................... 10
B. Bahan dan Peralatan...................................................... 10
C. Prosedur Kerja ............................................................. 10
D. Analisis Data.................................................................. 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................... 16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 35
LAMPIRAN................................................................................... 37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Formulasi lilin aromaterapi................................................................ 10
Tabel 2. Formulasi sabun antijerawat.......... 11
Tabel 3. Analisis Statistik (Kruskal wallis test).............................................. 24
Tabel 4. Aktivitas antimikroba C. albicans dan S. aureus pada minyak dan
kristal D. aromatica............................................
30
Tabel 5. Komponen kimia miyak Dryobalanops aromatica..................... 32
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kristal D. keithii, D. lanceolata..................................................... 7
Gambar 2. Struktur kimia borneol................................................................. 8
Gambar 3. Vegetasi utama pandan duri yang tumbuh di rawa basah...... 18
Gambar 4. Tegakan hutan rawa kering........................................................ 18
Gambar 5. Minyak kapur (Dryobalanops aromatica) dan pengumpul......... 19
Gambar 6. Kristal kapur (Dryobalanops aromatica) kualitas 1.................... 20
Gambar 7. Kristal kapur (Dryobalanops aromatica) kualitas 2.................... 20
Gambar 8. Kristal kapur (Dryobalanops aromatica) kualitas 3.................... 20
Gambar 9. Batang dan daun Dryobalanops aromatica.................................. 21
Gambar 10. Pembuatan takik sadapan......................................................... 22
Gambar 11. Daerah penyebaran Dryobalanops aromatica di Tapanuli Utara 23
Gambar 12. Lilin aromaterapi......................................................................... 23
Gambar 13. Kesukaan aroma lilin sebelum dibakar....................................... 25
Gambar 14. Kesukaan aroma lilin setelah dibakar......................................... 26
Gambar 15. Efek aromaterapi........................................................................ 27
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Pengujian Organoleptik..................................... 37
Lampiran 2. Hasil uji organoleptik formulasi minyak wangi................... 38
Lampiran 3. Analisis Kruskal wallis........................................................ 39
Lampiran 4. Laporan Hasil Uji Aktifitas Anti bakteri P. acnes............... 40
Lampiran 5. Laporan Hasil Uji Aktifitas Anti bakteri S. epidermis....... 41
Lampiran 6. Laporan Hasil Uji Aktifitas Antioksidan.............................. 42
Lampiran 7. Kromatogram minyak Dryobalanops aromatica................ 43
1
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DRYOBALANOPS SP UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Oleh: Gunawan Pasaribu, Gusmailina, Sri Komarayati, Zulnely & Esa Pagersa G
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemanfaatan minyak Dryobalanops untuk produk kosmetik, dengan sasaran pada pembuatan lilin aromaterapi, sabun antijerawat dan informasi hasil uji. Hasilnya menunjukkan bahwa teknik pemanfaatan minyak Dryobalanops untuk kosmetik adalah melalui teknik formulasi lilin aromaterapi dan sabun antijerawat. Formulasi lilin aromaterapi yang dibuat berupa parafin, stearin, odoran, pewarna minyak Dryobalanops dan nilam. Terdapat perbedaan yang sangat nyata tentang kesukaan sebelum lilin dibakar antar formulasi yang dibuat. Formula yang paling disukai adalah formula 1. Terhadap lilin yang sudah dibakar, tidak terlihat perbedaan yang nyata antar formulasi yang dibuat. Akan tetapi terlihat kecenderungan bahwa lilin dengan formula 2 lebih disukai. Demikian halnya tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap tingkat efek aromaterapi pada formula yang dibuat. Formulasi lilin aromaterapi nomor 1 merupakan formulasi yang memberi efek positif pada responden. Aktifitas antibakteri Propionibacterium acnes yang ditunjukkan dengannilai MIC tidak menunjukan adanya aktivitas antibakteri, dimana nilai MIC semua sampel lebih besar dari 2.0 mg/ml. Sementara, kontrol positif yang digunakan yaitu tetrasiklin dan kloramfenikol dengan MIC lebih kecil 0,016 mg/ml sedangkan sampel tidak memberikan nilai MIC yang lebih rendah dari kontrol positif tersebut. Dengan nilai aktifitas MIC yang rendah, sehingga tidak dapat dihitung nilai MBC-nya. Hasil penelitian aktivitas antioksidan pada minyak, kristal dan sabun menunjukkan bahwa semua sampel memiliki aktivitas antioksidan yang rendah karena semua sampel memiliki nilai IC50 > 10000 ppm.Analisis komponen kimia menunjukkan adanya senyawa borneol dalam hal ini sebagai senyawa penciri dari Dryobalanops aromatica dalam bentuk endo borneol. Kata kunci : Dryobalanops, produk, kosmetik
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dryobalanops spp merupakan jenis yang termasuk ke dalam suku
Dipterocarpaceae. Penyebarannya mulai dari Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau dan seluruh Kalimantan. Dryobalanops juga dikenal
dengan nama Kapur, diantaranya yang penting adalah: Dryobalanops
aromatica Gaertn. (kapur singkel), Dryobalanops fusca V.Sl. (kapur empedu),
Dryobalanops lanceolata Burck (Kapur tanduk), Dryobalanops beccarii Dyer
(Kapur sintuk), Dryobalanops rappa Becc. (Kapur kayat), Dryobalanops keithii
Symington (kapur gumpait), dan Dryobalanops oblongifolia Dyer (kapur
keladan) (Heyne, 1987)
Beberapa jenis Dryoblanops seperti aromatica, terkenal sebagai
penghasil barus atau kamper. Di Korea dan Jepang, pohon yang menghasilkan
barus atau kamper ini dikenal dengan nama Cinnamomum camphora dari
keluarga Lauraceae, sedangkan kamper di Indonesia diperoleh dari pohon D.
aromatica Gaertn, yang masuk dalam keluarga Dipterocarpaceae. Unsur yang
dimanfaatkan dari pohon kapur ini adalah kristal kapur dan minyak kapur.
Kristal kapur diperoleh pada bagian tengah (dalam) batang pohon (Gambar 1).
Data tentang produksi minyak dan kristal kapur berikut perdagangannya
belum tersedia sampai saat ini. Informasi produksi dan perdagangan menurut
beberapa masyarakat, terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Pemanfaatan produk turunan minyak kamper belum banyak dilakukan di
Indonesia, padahal pengembangan produk berbahan minyak kamper akan
mampu meningkatkan nilai tambah. Bahan aktif utama minyak kamper berupa
borneol mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sangat dibutuhkan
dalam pengembangan produk kosmetika dan obat. Borneol banyak dicari
sekarang, terutama yang berasal dari pohon Dryobalanops, karena manfaatnya
sebagai bio medicine untuk mencegah pengentalan dan pembekuan darah
(Duke, 2005). Borneol yang beredar di pasaran internasional kebanyakan
berasal dari Cinnamommum, atau tumbuhan perdu lainnya seperti sembung,
3
kunyit atau jahe. Teknik pengolahan juga berbeda, karena bukan berasal dari
getah pohon.
Ibnu Masawayh dalam Guillot (2002) menyebutkan bahwa kamper
merupakan salah satu dari lima rempah wewangian dasar. Kelima rempah
tersebut adalah kesturi, ambar abu-abu, kayu gaharu, kamper dan safran.
Selanjutnya disebutkan bahwa pada zaman Dinasti Abbasiyah, hanya orang
kaya dan golongan pem