syarat pengembangan pembelajaran pai
DESCRIPTION
Dijabarkan tentang syarat-syarat dalam pengembangan pembelajaran PAITRANSCRIPT
1
Syarat Pengembangan Pembelajaran PAI
I. PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki posisi yang sangat vital jika melihat
tujuannya. Betapa tidak, dengan pembelajaran PAI para siswa yang merupakan
generasi penerus bangsa ini, diharapkan menjadi generasi yang tidak hanya
memiliki keluasan ilmu pengetahuan tetapi juga memliki kedalaman akhlak
dengan berlandas pada keimanan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
PAI ibarat sebuah jembatan yang mengharmonisasikan antara Imtak dan
Imtek. Menjadi penyeimbang dan penyempurna bagi Intellegence Quotion
(IQ), karena keberadaannya yang lebih menekankan pada pengasahan
Emotional Quotion (EQ) serta Spiritual Quotion (SQ).
Oleh karena itu, pembelajaran PAI tidak boleh dilangsungkan dengan
asal-asalan. Tanpa persiapan yang matang, tidak memiliki konsep manajemen
pembelajaran yang jelas, monoton, membosankan, atau hal-hal lain yang
serupa dengan keadaan negatif tadi. Hal tersebut jelas berimplikasi pada
kualitas pembelajaran PAI yang diselenggarakan, yang pada ujungnya
mempengaruhi ketercapaian tujuan PAI itu sendiri. Jangankan untuk mencapai
tujuan yang ideal, untuk mendapat perhatian dari siswa saja kemungkinan
besar tidak akan dapat dicapai.
Sebaliknya, pembelajaran PAI harus diselenggaran dengan
kesungguhan yang kuat dari para gurunya. Manajemen pembelajaran yang
jelas konsepnya, berusaha untuk selalu mempersiapkan secara matang setiap
detail pembelajaran, update dengan informasi dan perkembangan terkini, tidak
monoton, dan hal-hal positif lainnya. Dengan demikian pembelajaran PAI akan
2
mampu memberikan pengalaman belajar yang mendalam bagi semua siswa.
Mampu menyentuh pengalaman keilmuan terlebih pengalaman ruhani (jiwa)
peserta didiknya.
Sejalan dengan hal tersebut, kecakapan guru untuk melakukan
pengembangan pembelajaran PAI menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Makalah ini mencoba mengupas bagaimana mempersiapkan serta melakukan
pengembangan pembelajaran PAI. Semoga bermanfaat.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Urgensi pengembangan pembelajaran PAI.
B. Landasan pengembangan pembelajaran PAI.
C. Model-model pengembangan pembelajaran PAI.
III. PEMBAHASAN
A. Urgensi pengembangan pembelajaran PAI
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya ”pengajaran”
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Kemudian pembelajaran PAI
adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar,
terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari
agama islam.
Konsep pembelajaran mengandung beberapa implikasi yaitu: 1. perlu
di upayakan agar dapat terjadi proses pembelajaran yang intteraktif. 2. di
tinjau dari sudut peserta didik, proses itu mengandung makna bahwa terjadi
proses internal interaksi antara potensi, fasilitator dan bahan ajar. 3. ditinjau
dari sudut pemberi rangsangan perancangan pembelajaran pendidikan agama.
3
Inti kegiatan desain pembelajaran agama islam adalah memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang cocok dengan
kondisi yang ada untuk mencapai hasil pembelajaran agama islam yang di
harapkan. Terdapat asumsi-asumsi yang dapat di jabarkan bahwa hakikat
perencanaan pembelajaran sebagai acuan dalam melakukan perencanaan
pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:
1. Mengacu pada kualitas pembelajaran PAI
Permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah
rendahnya kualitas pembelajaran, termasuk pembelajaran PAI.
Perencanaan pembelajaran pendidikan agama dapat di jadikan titik awal
upaya perbaikan kualitas pembelajaran . hal ini di dukung oleh hasil
penelitian chair, yang menunjukan kegiatan penyesunan perencanaan
pembelajaran akan meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan
agama adalah memperbaiki kualitas pembelajaran pendidikan agama
adalah memperbaiki kualitas pembelajaran agama melalui perancangan
pembelajaran yang profesional.
2. Mengacu pada pendekatan sistem
Untuk menghasilkan pembelajaran pendidikan agama yang berkualitas
harus dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan
pendekatan sistem akan memperbesar peluang untuk mengintegrasikan
semua komponen atau variable yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antara komponen atau variable pembelajaran pendidikan
agama.
4
3. Mengacu pada teori belajar dan pembelajaran.
Belajar dan pembelajaran yang banyak di jadikan dasar pijakan sampai
saat ini, antara lain yang di kembangkan behavioristic, cognitivistic,
humanistic dan construkcivistic. Teori-teori tersebut dapat di gunakan
sesuai dengsn metode pembelajaran pendidikan agama yang di pilih
untuk kondisi tertentu dalam mencapai tujuan pendidikan agama yang di
inginkan.
4. Mengacu pada belajar perorangan (individual)
Setiap orang yang belajar memiliki karakteristi sendiri-sendiri, karena itu
rancangan pembelajaran pendidikan seharusnya di acukan kepada peserta
didik secara perorangan dan bila tidak dirancang dengan mengacu pada
karakter perorangan maka peserta didik yang lambat akan selalu
kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar, dan
sebaiknya bagi peserta didik yang cepat akhirnya akhirnya suasana kelas
akan menjadi tidak seimbang. Atas dasar realitas karakteristik individu
atau perseorangan sehingga bisa berkembang maju dalam pemahaman,
pengalaman beragamanya sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.
5. Mengacu pada hasil belajar
Hasil pembelajaran pendidikan agama mencakup hasil langsung
(instructional effect) dan hasil pengiring (nurturant effect). Hasil ini
(pendidikan agama) tidak senua berupa hasil nyata yang dapat di ukur.
Langsung seperti ranah sikap. Ranah sikap merupakan hasil penndidikan
agama yang paling banyak di alihkan. Dan sikap lebih merupakan hasil
pembelajaran pendidikan agama yang terbentuk secara komulatif (dalam
5
waktu lama) dan berupa integrasi internalisasi dari hasil sejumlah
perlakuan pembelajaran pendidikan agama.
6. Mengacu pada kemudahan belajar
Guru PAI tidak hanya sebagai salah satu sunber belajar dan sumber nilai.
Guru PAI harus mampu mengintegrasikan diri sebagai salah satu
komponen yang terintegrasi dari keseluruhan sumber belajar pendidikna
agama. Oleh karena itu , sangat tidak tepat kalau dikatakan bahwa
pembuat perancanaan pembelajaran pendidikan agama dimaksudkan
untuk memudahkan guru dalam mengajar. Jadi, perencanaan
pembelajaran PAI lebih tepat dikatakan untuk memudahkan peserta didik
belajar.
7. Mengacu pada interrelasi variable pembelajaran
Variable-variable yang mempengaruhi terjadinya perilaku belajar dapat di
kelompokkan menjadi tiga, yaitu kondisi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
8. Mengacu pada kualitas metode pembelajaran pendidikan agama.
Inti dari perencanaan pembelajaran pendidikan agama adalah memilih
dan menetapkan metode pembelajaran pendidikan agama yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Karena itu, tekanan
utama dalam perencanaan pembelajaran adalah pada pemilihan,
penetapan, dan pengembangan variable metode pembelajaran pendidikan
agama.
B. Landasan pengembangan pembelajaran PAI
1. Teori belajar dan pembelajaran
6
Teori belajar menaruh perhatian pada apa yang terjadi selama seseorang
melakukan kegiatan belajar. teori ini bersifat deskriptif dalam
membicarakan bagaimana seseorang belajar (proses belajar). Sedangkan
teori pembelajaran menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang di tetapkan. Teori ini bersifat
perspektif, yaitu menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan untuk
memecahkan masalah-masalah belajar.
Ada beberapa pandangan teori belajar dan pembelajaran dapat di
jadikan pijakan dalam melakukan perencanaan pembelajaran yaitu:
a. Teori behaviorisme
Menurut teori ini segala kejadian di lingkungan sehingga mempengaruhi
perilaku seseorang da akan memberikan pengalaman tertentu dalam
dirinya. Maka belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
berdasarkan paradigma S-R (stimulus respon) yaitu suatu proses yang
memberikan respon tertentu terhadap apa yang datang dari luar diri
individu.
Ada beberapa teori behaviorisme yang terkenal antara lain:
- Classical conditioning (pavlov)
Teori ini didasari oleh reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri
individu dan reaksi emosional yang di kontrol oleh sistem urat saraf
otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulasi dari luar.
- Operant conditioning (skinner)
Teori ini mengatakan setiap kali memperoleh stimulus seseorang
akan memberikan respon berdasarkan hubungan S-R respon yang di
berikan beragam, bisa sesuai (benar) atau tidak sesuai (salah) .respon
7
yang benar perlu di berikan penguat agar pelajar mau melakukan
kembali.
b. Teori kognitivisme
Menurut teori ini tingkah laku seseorang di tentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan
tujuan yang ingin di capainya. Maka belajar adalah perubahan persepsi
dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sehingga perubahan
tingkah laku yang kongkret. Beberapa teori kognitif untuk menyusun
perencanaan pembelajaran, yaitu:
Teori perkembangan (piaget)
Teori kognitif (buner)
Teori belajar bermakna (ausubel)
Teori gaghe
c. Teori construktif
Menurut teori ini pengetahuan dan proses belajar pada dasarnya berakar
dari interpretasi untuk peserta didik terhadap dunianya atau lingkungan
sekitarnya. Maka belajar adalah suatu proses alami dan bersifat
individual. Pandangan construktif tentang tujuan pembelajaran adalah
bahwa tujuan pembelajaran di letakkan pada belajar bagaimana belajar,
bagaimana menciptakan pemahaman baru, menurut aktivitas kreativitas
produktif dalam konteks nyata dengan mendorong peserta didik untuk
berpikir dan berpikir ulang serta mendenostrasikan apa yang sedang
atau telah di pelajari.
Pandangan konstruktivistik tentang strategi pembelajaran adalah ;
1) penyajian isi.
8
2) pembelajaran lebih banyak di arahkan untuk melayani pertanyaan
atau tanggapan peserta didik terhadap apa yang di pelajari dan
kaitannya dengan konteks nyata.
3) aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan
bahan manipulatif.
4) pembelajaran di tekankan pada proses bukan pada hasil.
Belajar konstruktif memiliki beberapa strategi dalam proses belajar
diantaranya adalah:
Top-down processing
Cooperative learning
Generative lerning
2. Teori perkembangan kepercayaan
Dengan pendekatan faith development teory menyebutkan bahwa kata
kuncinya adalah faith yang berarti kepercayaan eksistensial pribadi atau
keimanan. Asumsi antropologis fundamental fowler ialah bahwa manusia
merupakan meaning maker atau pencipta arti yang memikul tugas berat,
mengolah sejumlah masalah eksistensial yang mengganggunya dan
mengangkat semuanya menjadi satu susunan dunia hidup yang berati.
Fowler hendak menjelaskan faith dengan kategori pemberian arti,
kendati lebih luas dari pada kepercayaan, namun bagi fowler, kepercayaan
menjadi sinonimdengan tidak pengertian.
Fowler mengidentifikasikan tahap-tahap perkembangan
kepercayaan sebagai berikut:
a) Tahap1: kepercayaan awal dan elementer (usia 0-2 tahun)
9
b) Tahap2: kepercayaan intuitif-projektif (masa kanak-kanak usia
2-6 tahun)
c) Tahap3: kepercayaan mistis harfiah (masa kanak-kanak
selanjutnya usia 6-11 tahun)
d) Tahap4: kepercayaan sintesis-konvensional (masa remaja dan
seterusnya usia 12-dewasa)
e) Tahap5: kepercayaan individual-reflektif (masa dewasa awal
usia 18 tahun dan seterusnya)
f) Tahap6: kepercayaan konjungtif (usia setengah baya, umur
sekitar 35/40 tahun)
g) Tahap7: dalam konteks keberagaman, kepercayaan yang
mengacu pada universalitas (usia pertengahan atau sekitar 30
tahun)
3. Teori perkembangan moral
Kohelberg mengidentifikasikan 6 tahap tingkatan petibangan moral
sebagai berikut:
a) Orientasi hukuman dan kepatuhan
b) Orientasi instrumental-relatif.
c) Orientasi masuk kelompok anak manis atau baik.
d) Orientasi hukum dan ketertiban.
e) Orientasi kontak sosial dan legalitas.
f) Orientasi prinsip kewajiban.
C. Model-model pengembangan pembelajaran PAI
Model di artikan sebagai kerangka konseptual yang di pergunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut briggs, model
10
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses
seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Dalam pengembangan pembelajaran ada beberapa model desain
pembelajaran yang mengacu pada pendekatan sistem antara lain model yang
di kembangkan oleh Jerrold E. Kemp dan model Walter Dick & Lou Carey.
1. Model J.E. Kemp
Desain pengembangan pembelajaran PAI dengan menggunakan model
kemp berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran yang
merupakan wujud jawaban atas pertanyaan:
Untuk siapa program itu di rancang? Peserta didik.
Kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Tujuan.
Bagaimana isi pelajaran atau keterampilan dapat di pelajari? Metode.
Bagai mana anda menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah
di capai? Evaluasi.
Perancangan pembelajaran PAI yang mengikuti model kemp adalah
sebagai berikut:
Perkirakan kebutuhan belajar PAI (learning needs) untuk merancang
program pembelajaran.
Pilih dan tetapkan pokok bahasan atau tugas-tugas penbelajaran PAI
untuk di laksanakan dan tujuan umum PAI yang akan tercapai.
Teliti dan identifikasi karakteristik peserta didik yang perlu mendapat
perhatian selama perencanaan pengembangan pembelajaran PAI.
Tentukan isi pelajaran PAI dan uraikan unsur tugas yang berkaitan
dengan tujuan PAI.
11
Nyatakan tujuan khusus belajar PAI yang akan di capai dari segi isi
penalaran dan unsur tugas.
Rancanglah kegiatan-kegiatan belajar mengajar PAI untuk mencapai
tujuan PAI yang sudah dinyatakan.
Pilih sejumlah media untuk mendukungkegiatan pengajaran PAI.
Rincikan pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan
dan melaksanakan smua kegiatan dan untuk memperoleh atau membuat
bahan ajar PAI.
Kembangkan alat evaluasi hasil belajar PAI dan hasil program
pengajaran PAI.
Lakukan uji awal kepada peserta didik untuk mempelajari produk
pembelajaran PAI yang anda kembangkan.
2. Model Dick Dan Carey
Pendekatan sistem (sistem aproach) memandang bahwa pembelajaran
adalah suatu proses sistematik, yang tiap komponennya penting sekali
bagi keberhasilan peserta didik, yaitu:
a) Langkah pertama: mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran PAI
b) Langkah kedua: melakukan analisis pembelajaran PAI (analisis
instruction)
c) Langkah ketiga: mengenali tingkah laku masukan dan karakteristik
siswa.
d) Langkah keempat: merumuskan tujuan performasi (tujuan khusus
pembelajaran).
12
e) Langkah kelima: mengembangkan butir tes acuan patokan (criterion
referenced test / CRT).
f) Langkah keenam: mengembangkan strategi pembelajaran PAI.
g) Langkah ketujuh: menyeleksi dan mengembangkan bahan
pembelajaran.
h) Langkah kedelapan: merancang dan melakukan evaluasi formatif.
i) Langkah kesembilan: merivisi bahan pembelajaran.
j) Langkah kesepuluh: evaluasi sumatif, setelah hasil evaluasi formatif
telah direvisi tahap akhir.
3. Model Degeng
Model degeng dikembangkan dengan berpijakan pada variable-variable
yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu kondisi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Keterkaitan antar komponen
dalam pembelajaran di formulasikan dalam langkah-langkah desain
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah:
a) Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi.
b) Analisis sumber belajar (kendala).
c) Analisis karakteristik pelajar.
d) Menekankan pada tujuan belajar dan isi pembelajaran.
e) Menekankan strategi penyampaian isi pembelajaran.
f) Menekankan pada pengelolaan pembelajaran.
g) Mengadakan pengembangan prosedur pengukuran hasil
pembelajaran.
Cara yang terbaik untuk mendesain pembelajaran PAI adalah memulai
dari out comes yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat
13
alternatif bagi tujuan pembelajaran PAI tersebut. Refleksi kebutuhan
masyarakat terhadap tujuan pendidikan yang di ungkapkan secara tipikal
dalam pernyataan yang menjelaskan tentang kategori aktifitas
masyarakat. Tujuan PAI merupakan pernyataan out comes PAI. Tujuan
PAI secara khusus menunjukkan aktifitas yang dimungkinkan dalam
pembelajaran PAI.
Adapun kategori sasaran yang di harapkan melalui out comes
pembelajaran PAI ada 4 yaitu:
Kemampuan intelektual (intellectual skill)
Strategi kognitif
Informasi verbal
Kemampuan bergerak (motor-skill)
IV. KESIMPULAN
Perencanaan pembelajaran sebagai acuan dalam melakukan perencanaan
pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:
a) Mengacu pada kualitas pembelajaran PAI
b) Mengacu pada pendekatan sistem
c) Mengacu pada teori belajar dan pembelajaran.
d) Mengacu pada belajar perorangan (individual)
e) Mengacu pada hasil belajar
f) Mengacu pada kemudahan belajar
g) Mengacu pada interelasi variable pembelajaran.
h) Mengacu pada kualitas metode pembelajaran pendidikan agama.
Landasan desain pengembangan pembelajaran PAI, meliputi:
14
a) Teori belajar dan pembelajaran
b) Teori perkembangan kepercayaan
c) Teori perkembangan moral
V. PENUTUP
Demikian makalah ini saya susun, saya menyadari tentunya dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, dan masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan guna perbaikan makalah yang akan datang. Semoga dibalik segala
kekurangan yang ada, makalah ini dapat memberikan perubahan dalam
penyusunan makalah yang akan datang. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Amin.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Herry, H.A.dkk. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Universitas Terbuka. 2005.
Majid, A. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2002.
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Misaka Galiza,
2003.
Pendekatan Sistem Dalam Desain Pembelajaran dalam
www.wanipinter.blogspot.com, diakses tanggal 25 November 2012.
Suryaman Babam, Pengertian, Dasar, Fungsi, Ruang Lingkup Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam http://www.kosmaext2010.com/pengertian-dasar-fungsi-
ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam-pai.php, diakses 25 November 2012.
Wahyuni, Nur Bahrudin, Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2008.