swine

15
PENDAHULUAN Swine influensa swine (flu, hog flu, pig flu) atau influensa babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu berupa batuk, dispnu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian (FENNER et al., 1987). Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (HAMPSON, 1996). Kasus tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi. Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987). Sementara itu, di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat. Setelah itu, virus menghilang untuk sementara waktu sampai muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian menyebar ke Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Sejak itu dengan cepat penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain. Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikat terjadi suatu peristiwa yang sangat menarik yaitu ditemukannya virus influensa babi yang dapat diisolasi dari manusia, selanjutnya dapat terungkap bahwa apabila manusia berhubungan dengan babi sakit, maka akan dapat menjadi terinfeksi dan menderita penyakit pernafasan akut (O’BRIAN et al., 1977; ROTA et al., 1989).

Upload: gusti-ayu-nita

Post on 09-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Swine

PENDAHULUANSwine influensa swine (flu, hog flu, pig flu)atau influensa babi adalah penyakit saluranpernafasan akut pada babi yang disebabkanoleh virus influensa tipe A. Gejala klinispenyakit ini terlihat secara mendadak, yaituberupa batuk, dispnu, demam dan sangatlemah. Penyakit ini dengan sangat cepatmenyebar ke dalam kelompok ternak dalamwaktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapatsembuh dengan cepat kecuali bila terjadikomplikasi dengan bronchopneumonia, akanberakibat pada kematian (FENNER et al., 1987).Penyakit virus influensa babi pertamadikenal sejak tahun 1918, pada saat itu diduniasedang terdapat wabah penyakit influensasecara pandemik pada manusia yang menelankorban sekitar 21 juta orang meninggal dunia(HAMPSON, 1996). Kasus tersebut terjadi padaakhir musim panas. Pada tahun yang samadilaporkan terjadi wabah penyakit epizootikpada babi di Amerika tengah bagian utara yangmempunyai kesamaan gejala klinis danpatologi dengan influensa pada manusia.Karena kejadian penyakit ini munculbersamaan dengan kejadian penyakit epidemikpada manusia, maka penyakit ini disebut flupada babi. Para ahli kesehatan hewanberpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkandari manusia. Selain di negara AmerikaSerikat, wabah influensa babi dilaporkanterjadi di berbagai negara Canada, AmerikaSelatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun1968 (FENNER et al., 1987). Sementara itu, diEropa influensa babi diketahui pada tahun1950-an, melanda negara Cekoslovakia,Inggris dan Jerman Barat. Setelah itu, virusmenghilang untuk sementara waktu sampaimuncul kembali wabah tahun 1976 di bagianItali, yang kemudian menyebar ke Belgia danbagian selatan Perancis pada tahun 1979. Sejakitu dengan cepat penyakit menyebar ke negaraEropa yang lain.Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikatterjadi suatu peristiwa yang sangat menarikyaitu ditemukannya virus influensa babi yangdapat diisolasi dari manusia, selanjutnya dapatterungkap bahwa apabila manusia berhubungandengan babi sakit, maka akan dapat menjaditerinfeksi dan menderita penyakit pernafasanakut (O’BRIAN et al., 1977; ROTA et al., 1989).Penyakit yang disebabkan oleh virus klasikinfluensa babi serotipe H1N1 merupakanpenyakit pernafasan pada babi yang sangatsignifikan di Amerika utara, hampir seluruhEropa dan Asia bagian barat, wabah umumnyaterjadi pada musim gugur atau musim dingin.Penyakit tersebut secara klinis tidak terdeteksidi Inggris hingga tahun 1986. Sementara itu, diAustralia belum pernah dilaporkan adanyapenyakit baik secara klinis maupun serologis.

Page 2: Swine

Dalam waktu 60 tahunan influensa babi tidakberubah secara signifikan di alamLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis103(EASTERDAY, 1986). Karena penyakitpernafasan babi selain disebabkan oleh virusinfluensa A juga disebabkan oleh agen lainnyamaka istilah influensa babi diubah menjadiEnzootic pneumonia.Kerugian yang disebabkan penyakitpernafasan sudah banyak dilaporkan, virus flubabi merupakan penyakit yang memicu gejalagejalaatau sindrom penyakit pernafasankomplex. virus flu babi sebagai penyebabpertama dicirikan dengan adanya kematianyang rendah, derajat kesakitan tinggi dankejadiannya sangat sebentar, jadi virus flu babidapat dikatakan sebagai pemicu adanya infeksibakteri sekunder.Kerugian ekonomis yang terjadidikarenakan infeksi virus influensa yang teruskembali berulang dan karena gejala klinis yangtidak terlihat akibat adanya respon kekebalanbeberapa babi yang akan menjadi sakit kronis.Pada kelompok ternak dengan kondisi baikakan terlihat babi kerdil oleh karena lajupertumbuhan bobot badan yang lama sehinggaterlambat untuk dijual. Dilaporkan juga adanyakenaikan kematian anak babi, fertilitasmenurun, terjadi abortus pada kebuntingan tuayang dapat diikuti wabah penyakit padakelompok ternak yang tidak kebal.Masuknya influenza babi di Indonesiaharus diwaspadai terutama dengan telahmerebaknya kasus avian influenza (AI) padaunggas yang disebabkan oleh H5N1 sejakbulan Agustus tahun 2003, yang didahuluidengan dilaporkannya influensa pada itik diIndonesia (RONOHARDJO P., 1983;RONOHARDJO et al., 1985; RONOHARDJO, etal., 1986). Virus AI yang menyerang kelompokunggas disebabkan sub tipe lain, yang berbedadengan penyebab kematian pada babi, tapimasih dalam tipe influensa A yang sama. VirusAI kemungkinan juga dapat menyerang babi.Namun demikian karena virus AI sangatmudah bermutasi, mungkin saja sangatmembahayakan, tetapi masih belum dilaporkanadanya kematian pada babi. Pada tulisan inidigambarkan penyakit influensa yangmenyerang babi secara umum berdasarkankumpulan tulisan2 mengenai influenza babi.EPIDEMIOLOGIPenyebaran virus influensa dari babi kebabi dapat melalui kontak moncong babi,melalui udara atau droplet. Faktor cuaca danstres akan mempercepat penularan. Virus tidakakan tahan lama di udara terbuka. Penyakitbisa saja bertahan lama pada babi breeder ataubabi anakan.Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4

Page 3: Swine

bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegahinfeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangitimbulnya kekebalan aktif.Transmisi inter spesies dapat terjadi, subtipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulariantara spesies terutama babi, bebek, kalkun danmanusia, demikian juga sub tipe H3N2 yangmerupakan sub tipe lain dari influensa A.H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3subtipe virus influenza yang umum ditemukanpada babi yang mewabah di Amerika Utara(WEBBY et al., 2000; ROTA et al., 2000;LANDOLT et al., 2003), tetapi pernah juga subtipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkenapneumonia di Canada (KARASIN et al., 2000).Manusia dapat terkena penyakit influensasecara klinis dan menularkannya pada babi.Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja dikandang babi di Eropa dan di Amerika.Beberapa kasus infeksi juga terbuktidisebabkan oleh sero tipe asal manusia.Penyakit pada manusia umumnya terjadi padakondisi musim dingin. Transmisi kepada babiyang dikandangkan atau hampir diruanganterbuka dapat melalui udara seperti padakejadian di Perancis dan beberapa wabahpenyakit di Inggris. Babi sebagai karierpenyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dankemungkinan Inggris telah dilaporkan.Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpawanita umur 32 tahun, pada bulan September1988, orang tersebut dirawat di rumah sakitakibat pnemonia dan akhirnya meninggal 8hari kemudian. Dari hasil pemeriksaanditemukan virus influensa patogen yang secaraantigenik berhubungan dengan virus influensababi (ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991).Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis104Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi.Sementara itu, hasil pengujian HI pada orangyang datang pada pameran babi tersebutmenunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang(76%) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadapflu babi. Walaupun disini tidak terjadi wabahpenyakit, namun terdapat petunjuk adanyapenularan virus (WELLS et al., 1991).PENYEBABPenyebab influensa yang ditemukan padababi, bersamaan dengan penyakit yanglangsung menyerang manusia. Pertama kali,virus influensa babi diisolasi tahun 1930, sudahbanyak aspek dari penyakit tersebut yangdiungkapkan, antara lain meliputi tanda klinis,lesi, imunitas, transmisi, adaptasi virusterhadap hewan percobaan dan hubunganantigenik dengan virus influensa lainnya sertakejadian penyakit di alam.Penyebab penyakit saluran pernafasan padababi adalah virus influensa tipe A yang

Page 4: Swine

termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus inierat kaitannya dengan penyebab swineinfluenza, equine influenza dan avian influenza(fowl plaque) (PALSE and YOUNG,1992).Ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm. Selain influensa A, terdapat influensaB dan C yang juga sudah dapat diisolasi daribabi. Sedangkan 2 tipe virus influensa padamanusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe inidiketahui sangat progresif dalam perubahanantigenik yang sangat dramatik sekali(antigenik shift). Pergeseran antigenik tersebutsangat berhubungan dengan sifat penularansecara pandemik dan keganasan penyakit. Halini dapat terjadi seperti adanya genetikreassortment antara bangsa burung danmanusia.. Ketiga tipe virus yaitu influensa A,B, C adalah virus yang mempunyai bentukyang sama dibawah mikroskop elektron danhanya berbeda dalam hal kekebalannya saja.Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNAdengan sumbu protein dan permukaanvirionnya diselubungi oleh semacam pakuyang mengandung antigen haemagglutinin (H)dan enzim neuraminidase (N). Perananhaemagglutinin adalah sebagai alat melekatvirion pada sel dan menyebabkan terjadinyaaglutinasi sel darah merah, sedangkan enzimneurominidase bertanggung jawab terhadapelusi, terlepasnya virus dari sel darah merahdan juga mempunyai peranan dalammelepaskan virus dari sel yang terinfeksi.Antibodi terhadap haemaglutinin berperandalam mencegah infeksi ulang oleh virus yangmengandung haemaglutinin yang sama.Antibodi juga terbentuk terhadap antigenneurominidase, tetapi tidak berperan dalampencegahan infeksi.Influensa babi yang terjadi di AmerikaSerikat disebabkan oleh influensa A H1N1,sedangkan di banyak negara Eropa termasukInggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkanoleh influensa A H3N2. Banyak isolat babiH3N2 dari Eropa yang mempunyai hubunganantigenik sangat dekat dengan A/PortChalmers/1/73 strain asal manusia. Peristiwarekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yangdilaporkan di Jepang (HAYASHI et al., 1993)kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1dan H3N2. Peristiwa semacam ini jugadilaporkan di Italy, Jepang, Hongaria,Cekoslowakia dan Perancis.BEVERIDGE (1977) melaporkan bahwa padatahun 1935, WILSON SMITH menemukan virusinfluensa yang dapat ditumbuhkan dengan caramenginokulasikannya pada telor ayamberembrio umur 10 hari. Setelah diuji dalam 2hari, cairan alantoisnya mengandung virussebanyak 10.000 juta (1010) partikel karenavirus tersebut dapat menyebabkan aglutinasisel darah merah, maka dari kejadian tersebut

Page 5: Swine

dikembangkan uji HA dan HI. Teknik inikemudian digunakan sebagai cara yangtermudah untuk digunakan di laboratorium.Setelah penemuan tersebut banyak parapeneliti tertarik untuk mempelajari virusinfluensa. Oleh sebab itu, sekarang banyakilmu pengetahuan mengenai virus influensatelah diungkapkan dibandingkan dengan viruslainnya yang menyerang manusia. Virusinfluensa selain dapat ditumbuhkan dalam telurberembrio juga dapat ditumbuhkan padasejumlah biakan jaringan (sel lestari) sepertichicken embryo fibroblast (CEF), caninekidney (CK), Madin-Darby canine kidney(MDCK), (FENNER et al., 1986).Virus influensa tidak dapat tahan lebih dari2 minggu di luar sel hidup kecuali pada kondisidingin. Virus sangat sensitif terhadap panas,detergen, kekeringan dan desinfektan. Sangatsensitif terhadap pengenceran tinggiLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis105desinfektan mutakhir yang mengandungoxidising agents dan surfactants seperti Virkon(Antec).PATOGENESISPada penyakit influensa babi klasik, virusmasuk melalui saluran pernafasan ataskemungkinan lewat udara. Virus menempelpada trachea dan bronchi dan berkembangsecara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithelbronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampirseluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkaneksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepatmenghilang pada hari ke 9 (ANON., 1991). Lesiakibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paruparukarena aliran eksudat yang berlebihandari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepattanpa meninggalkan adanya kerusakan.Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumoniaenzootica babi yang dapat bertahan lama.Pneumonia sekunder biasanya karena serbuanPasteurella multocida, terjadi pada beberapakasus dan merupakan penyebab kematian.(BLOOD and RADOSTITS, 1989)GEJALA KLINISPada kejadian wabah penyakit, masainkubasi sering berkisar antara 1-2 hari(TAYLOR, 1989), tetapi bisa 2-7 hari denganrata-rata 4 hari (BLOOD dan RADOSTITS, 1989).Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir100% babi yang rentan terkena, dan ditandaidengan apatis, sangat lemah, enggan bergerakatau bangun karena gangguan kekakuan ototdan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia,demam sampai 41,8oC. Batuk sangat seringterjadi apabila penyakit cukup hebat, dibarengidengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnudiikuti kemerahan pada mata dan terlihatadanya cairan mata. Biasanya sembuh secaratiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis.

Page 6: Swine

Terjadi tingkat kematian tinggi pada anakanakbabi yang dilahirkan dari induk babi yangtidak kebal dan terinfeksi pada waktu beberapahari setelah dilahirkan. Tingkat kematian padababi tua umumnya rendah, apabila tidak diikutidengan komplikasi. Total kematian babi sangatrendah, biasanya kurang dari 1%. Bergantungpada infeksi yang mengikutinya, kematiandapat mencapai 1-4% (ANON., 1991).Beberapa babi akan terlihat depresi danterhambat pertumbuhannya. Anak-anak babiyang lahir dari induk yang terinfeksi pada saatbunting, akan terkena penyakit pada umur 2-5hari setelah dilahirkan, sedangkan induk tetapmemperlihatkan gejala klinis yang parah. Padabeberapa kelompok babi terinfeksi bisa bersifatsubklinis dan hanya dapat dideteksi dengansero konversi. Wabah penyakit mungkin akanberhenti pada saat tertentu atau juga dapatberlanjut sampai selama 7 bulan. Wabahpenyakit yang bersifat atipikal hanyaditemukan pada beberapa hewan yangmempunyai manifestasi akut. Influensa jugaakan menyebabkan abortus pada umur 3 harisampai 3 minggu kebuntingan apabila babiterkena infeksi pada pertengahan kebuntingankedua. Derajat konsepsi sampai denganmelahirkan selama tejadi wabah penyakit akanmenurun sampai 50% dan jumlah anak yangdilahirkan pun menurun.PATOLOGIPada hewan yang terserang influensa tanpakomplikasi, jarang sekali terjadi kematian. Jikadilakukan pemeriksaan bedah bangkai lesiyang paling jelas terlihat pada bagian atas darisaluran pernafasan. Lesi terlihat meliputikongesti pada mukosa farings, larings, trakheadan bronkhus, pada saluran udara terdapatcairan tidak berwarna, berbusa, eksudat kentalyang banyak sekali pada bronkhi diikutidengan kolapsnya bagian paru-paru (BLOODdan RADOSTITS, 1989). Terlihat adanya lesiparu dengan tanda merah keunguan padabagian lobus apikal dan lobus jantung, yangjuga bisa terjadi pada lobus lainnya. Lesi lamabiasanya terdepresi, merah muda keabu-abuandan keras pada pemotongan. Pada sekitaratalektase paru-paru sering terjadi emphysemadan hemorhagis ptekhi. Lesi paru tersebutsama dengan lesi pada Enzootic pneumoniayang hanya bisa dibedakan denganhistopatologi (BLOOD dan RADOSTITS, 1989).Pada pemeriksaan mikroskopik influensa babi,akan terdeteksi adanya necrotizing bronkhitisdan bronkhiolitis dengan eksudat yangdipenuhi netrofil seluler. Terjadi penebalansepta alveolar dan perubahan epithel bronchial.Bronchi dipenuhi dengan neutrophil yangkemudian dipenuhi sel mononukleal, padaLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis106

Page 7: Swine

akhirnya terjadi pneumonia intersisial laluterjadi hiperplasia pada epithel bronchial. Padabeberapa kasus hanya terlihat kongesti. Adanyapembesaran dan edema pada limfoglanduladibagian servik dan mediastinal. Pada limpasering terlihat pembesaran dan hiperemi yanghebat terlihat pada mukosa perut. Usus besarmengalami kongesti, bercak dan adanyaeksudat kathar yang ringan.DIAGNOSISDiagnosis sementara terhadap penyakitinfluensa babi didasarkan pada gejala klinisdan perubahan patologi. Diagnosislaboratorium dapat berdasarkan isolasi viruspada alantois telur ayam berembrio dan dilihathemaglutinasi pada cairan alantois. Spesimenyang paling baik untuk isolasi virus padainfluensa babi adalah cairan hidung yangdiambil sedini mungkin atau organ paru yangdiperoleh dari bedah bangkai (FENNER et al.,1987) dan tonsils (SANFORD et al., 1989).Mendiagnosis influensa babi dengan metodaimunohistokimia sudah dilaporkan HAINES etal., (1993) dengan menggunakan antibodipoliklonal kemudian VINCENT et al., (1997)menggunakan antibodi monoklonal. Kualitaspengujian dengan antibodi monoklonal tersebutlebih konsisten, karena latar belakangpewarnaan yang rendah dan tidak terbatasnyapenyediaan antibibodi. Pada kasus penyakitinfluensa babi yang khronis, diagnosis dapatdilakukan secara serologi denganmemperlihatkan peningkatan antibodi padaserum ganda (paired sera) yang diambildengan selang waktu 3-4 minggu.Untuk memeriksa antibodi terhadap virusinfluensa dapat digunakan ujihaemagglutination inhibition (HI) (BLOOD danRADOSTITS, 1989), Immunodifusi single radialdan virus netralisasi. Kenaikan titer 4x lipatnyasudah dianggap adanya infeksi. Pada ujiserologis digunakan kedua antigen H1N1 danH3N2 (OLSEN et al., 2002).Pada suatu percobaan, strain H1N1(A/Swine/England/195852/92) yang diisolasidari babi pada saat terjadi kasus wabah, dicobadisuntikkan pada babi SPF umur 6 minggu,hasil menunjukkan bahwa diantara 1 dan 4 harisetelah inokulasi terlihat adanya pireksia,batuk, bersin, anoreksia. Sero konversi dapatdideteksi 7 hari setelah infeksi. Virus dapatdiisolasi dari swab hidung dan jaringan sampai4 hari setelah infeksi tetapi tidak dari feses.Virus hanya dapat diisolasi dari serum yangdiambil pada hari pertama setelah infeksi.Perubahan patologi pneumonia intersisialdapat dilihat sampai 21 hari setelah infeksi, lesibronchi dan bronchus sampai 7 hari setelahinfeksi dan limfoglandula mengalamihemoragik. Seperti juga yang ditulis BROWN etal., (1993) bahwa sampel untuk isolasi virus

Page 8: Swine

dapat berasal dari swab hidung/ tonsil, tracheadan paru-paru yang diambil 2-5 hari dari sejakmunculnya gejala klinis. Semua sampeldisimpan dalam media transpor. Selain isolasivirus, diagnosis juga dapat dilakukan denganmendeteksi antigen dengan uji fluorescentantibody technique (FAT) pada sampel paruparu,tetapi mempunyai kekurangan olehkarena lesi akibat virus sangat menyebarsehingga lesi dapat mendapatkan hasil sampelyang negatif dan sampel harus benar-benarsegar dengan sedikit perubahan otolisis sertaFA slide tidak dapat disimpan lama, warnaakan pudar sehingga ditawarkan VINCENT etal., 1997, metode deteksi swine influenza virus(SIV) pada jaringan yang difiksasi denganmetode imunohistokimia yang menggunakanantibodi monoklonal.DIAGNOSIS BANDINGPenyakit influensa A pada babi yang ringanakan dapat menjadi parah karena penyakit lainseperti Pseudorabies (Aujeszky's disease),Haemophillus parasuis, Mycoplasmahyopneumonia, Actinobacillus (H)pleuropneumonia atau Pasteurella multocida.Keganasan dari infeksi influensa A babidapat meningkat pula bersamaan denganadanya infestasi cacing paru-paru, migrasilarva ascaris melalui paru-paru dan serbuanbakteria sekunder. Pada beberapa kasuspenyakit mirip influensa (influenza-likeillness), tidak dibarengi terisolasinya virusinfluensa babi ataupun organisme lain, jugaterlihat adanya gejala klinis yang sama.Hasil observasi lapangan diperkirakanbahwa terdapat kemungkinan adanya hubunganvirus influensa babi (SIV) dengan porcinerespiratory coronavirus (PRCV) pada letupanpenyakit pernafasan. Pada observasi di tingkatLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis107laboratorium gambaran klinik akan terlihatlebih parah apabila berbarengan denganpenyakit PRCV. Adanya suhu tubuh yang lebihtinggi dari pada infeksi tunggal, juga akanterlihat bersin dan batuk pada infeksi gandaPRCV dan babi yang terinfeksi H3N2(LANZA et al., 1992). Sedangkan gejalademam, dispnu, pernafasan perut, batuk yangterus menerus dilaporkan merupakankombinasi penyakit porcine reproductive andrespiratory syndrome (PRRS) dan SIV(REETH et al., 1996).SITUASI PENYAKIT DI INDONESIAPenyakit influensa babi di Indonesia belumpernah dilaporkan, namun demikian dengansudah ditemukannya penyakit babi seperti hogcholera yang belum pernah ada sebelumnyadan sangat merugikan, perlu dilakukan suatusurvei untuk dapat membuktikan ada atautidaknya penyakit influensa babi di Indonesia.

Page 9: Swine

Mengingat kejadian pertama influensa padaitik di Indonesia sudah dilaporkan(RONOHARDJO P., 1983, RONOHARDJO P et al.,1985; RONOHARDJO P, et al., 1986), makauntuk meyakinkan ada atau tidaknya influensababi di Indonesia harus diadakan suatu penelitianpendahuluan seperti survei lapangan.Adanya penyakit influensa babi di negarayang berdekatan dengan Indonesia dan jugabanyaknya impor babi bibit dari negara yangberasal dari negara yang sudah banyakkejadian influensa babi, tidak tertutupkemungkinan adanya penularan penyakit darinegara tersebut ke Indonesia seperti penyakitPRRS. Pada penelitian yang dilakukan diBalitvet dan telah dilaporkan sudah dicobauntuk mengisolasi virus swine influensasebagai penyebab pneumonia pada babi, tetapimasih belum berhasil mengidentifikasi,sehingga penelitian tersebut masih perludilanjutkan (Komunikasi pribadi).PENGENDALIANTidak ada pengobatan yang spesifik untukpenyakit influensa. Hanya saja pengobatandengan antibiotika seperti dengan penisilin,sulfadimidin atau mungkin antibiotik yangberspektrum luas dapat menghadang infeksibakteri dalam mencegah infeksi sekunder.Pengamanan yang sangat penting adalah tidakmembuat stres hewan, seperti dengan membuatbersih lingkungan yang bebas dari debu danmenjaga hewan jangan sampai berdesakan,memperbaiki sistem kandang seperti alas yangbaik, memberikan air minum yang banyak danbersih (BLOOD dan RADOSTITS, 1989).Usaha pengendalian dalam mengantisipasidatangnya penyakit, terutama pada sekumpulanatau kelompok ternak sangat sulit, karenasekali penyakit datang, sangat sedikit sekaliyang dapat dikerjakan. Penyakit dengan sangatcepat menulari babi yang lain. Hewan yangsembuh biasanya hanya dapat tahan atau kebalsampai 3 bulan (EASTERDAY, 1972).RWEYEMAMU, 1970 melaporkan bahwa vaksininaktif yang berasal dari unggas denganmenggunakan adjuvan sudah mulai digunakan,namun oleh karena adanya perbedaan antigenikmaka harus dipikirkan kemungkinanpenggunaan vaksin lain yang mengandungstrain virus yang didapat dari daerah terkena.Pencegahan penyakit influensa babi yangtelah dicoba dengan perlakuan vaksinasidilaporkan oleh TAYLOR (1986). Dua dosisvaksin oil adjuvan (SuvaxynFlu-3, Duphor)yang diaplikasikan dengan jarak pemberian 3minggu. Cara ini banyak digunakan di Eropadengan tujuan untuk melindungi dari penyakitdengan gejala dan penurunan produksi. Vaksintersebut mengandung A/Swine Ned/25/80 yangdapat melindungi terhadap serangan virusEropa H1N1 dan A/Port Chalmers/1/73 yang

Page 10: Swine

akan melawan hampir seluruh virus strainH3N2. Sementara itu vaksin A/Philippines/2/82 berguna untuk melindungi babi terhadapvirus dari strain Bangkok H3N2. SedangkanMaxi VacTM FLU merupakan vaksin inaktif,oil adjuvant H1N1 yang diaplikasikan padababi umur 4-5 minggu, kemudian di vaksinulang setelah 2-3 minggu kemudian. Perlakuandapat menekan gejala klinis batuk dananoreksia.Penyembuhan dilakukan secarasimptomatis dan pengobatan denganantimikrobial untuk mencegah terjadinyainfeksi sekunder. Babi harus dipelihara dalamkeadaan sanitasi yang baik, kondisi kandangyang memadai dan eradikasi cacing askaris dancacing paru-paru. Desinfektan dapat digunakanuntuk melindungi hewan dari serangan kutu.Pada kasus-kasus penyakit yang dilakukanLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis108eradikasi, juga harus dilaksanakanpengurangan populasi dan restocking.KESIMPULAN DAN SARANPenyakit influensa babi adalah penyakityang dapat menular ke manusia disebabkanoleh virus influensa tipe A, sub tipe H1N1,H1N2 dan H3N2, sampai saat ini belumterbukti ada di Indonesia. Namun demikianpenyakit influensa babi harus selaludiwaspadai dengan banyaknya penyakit baruyang menyerang babi dan telah terdeteksi diIndonesia. Demikian juga dengan merebaknyapenyakit influensa unggas di Indonesia,sehingga dalam mencegah dan menghindaripenyakit influensa babi tersebut, harusdilaksanakan tata cara dan pelaksanaanpemeliharaan babi secara baik. Kandang babiharus diisolasi dan dipelihara jauh dariperkandangan unggas maupun perumahanpenduduk, tambahan pula biosekuritas harusdilaksanakan secara ketat karena sangatpenting dalam menjaga penularan virus.DAFTAR PUSTAKAANONIMUS. 1991. Swine Influenza (Hog flu, Pigflu). In the Merck Veterinary Manual 7th ed.Merck & Co. Inc., Rahway, New Jersey, USA:751-753.BEVERIDGE W.I.B. 1977. Influenza: The Last GreatPlaque. An unfinished story of discovery.Heinemann Educational Books Ltd. 48Charles St. London WIX 8AH: 1-124.BLOOD D.C. and O.M. RADOSTITS, 1989. SwineInfluenza. In "Veterinary Medicine". ATextbook of the disease of cattle, sheep, pigs,goats & horses, 7th ed. Bailliere Tindall,London, Philadelphia, Sydney, Tokyo,Toronto: 888-890.BROWN I.H., S.H. DONE, Y.I. SPENCER,W.A.COOLEY, P.A. HARRIS, and D.J.ALEXANDER, 1993. Pathogenicity of a swineinfluenza H1N1 virus antigenicallydistinguisable from classical and European

Page 11: Swine

strains. Vet. Record 132, 24: 598-602.CHOI Y.K., J.H. LEE, G.ERICKSON, S.M. GOYAL,H.S JOO., R.G. WEBSTER and R.J. WEBBY,2004. H3N2 Influenza Virus Transmissionfrom Swine to Turkeys, United StatesEmerging Infectious Diseases (10) 12 :2156-2168EASTERDAY B.C. 1986. Swine Influenza. In Diseasesof Swine. 6th ed. Iowa State University Press,Ames, Iowa, USA:244-254.EASTERDAY B.C., V.S. HINSHAW andD.A.HALVORSON, 1997. INFLUENZA. InDiseases of Poultry 10 th Edition. EditorCALNEK B.W., JOHN BARNES H., BEARD C.W.,MCDOUGALD L.R., SAIF Y.M.. Iowa StateUniversity Press, Ames, Iowa, USA.p: 583-605EASTERDAY B.C and I K. VAN REETH 1999:Swine Influenza. In Diseases of Swine 8 thEdition. Editor B.E. STRAW, S. D’ALLAIRE,W.L. MENGELING and D.J. TAYLOR Iowa StateUniversity Press, Ames, Iowa, USA.: 277-290FENNER F., P.A. BACHMANN, E.P.J. GIBBS, F.A.MURPHY, M.J. STUDDERT, and D.O. WHITE,1987. Veterinary Virology. Academic PressInc. London Ltd., 473-484HAINES D.M., E.H.WATERS, and E.G. CLARK, 1993.Immunohistochemical detection of swineinfluenza A virus in formalin-fixed andparaffin-embedded tissues. Canadian J. of Vet.Research 57, 1: 33-36.HAMPSON A. 1996. Influenza-Dealing with acontinually emerging disease. InCommunicable Diseases Intelligence. (20) 9:212-216.HAYASHI K., T. HASHIMOTO, and Y. MUKOHARA,1993. Outbreak of swine influenza due toH1N2 influenza virus in Nagasaki Prefecture.Journal of the Japan Vet. Med. Ass. 46, 6:459-462.KARASIN A.I., I.H. BROWN, S. CARMAN and C.W.OLSEN 2000. Isolation and Characterization ofH4N6 Avian Influenza Viruses from Pigs withPneumonia in Canada. J. of Vir. (74) 19:9322-9327.LANDOLT G.A., A.I. KARASIN, L.PHILLIPS andC.W.OLSEN, 2003. Comparison of thePathogenesis of Two Genetically DifferentH3N2 Influenza Virus in Pigs. J. ofClin.Microb. (41) 5: 1936-19041LANZA I., I.H. BROWN, and D.J. PATON, 1992.Pathogenicity of concurrent infection of pigswith porcine respiratory corona virus andswine influenza virus. Res. in Vet. Science 53:309-314.OLSEN C.W., L. BRAMMER, B.C. EASTERDAY, N.ARDEN, E. BELAY, I. BAKER and N.J. COX,2002. Serologic Evidence of H1 SwineLokakarya Nasional Penyakit Zoonosis109Influenza Virus Infection in Swine FarmResidents and Employees. EmergingInfectious Diseases. (8) 8: 814-819PALESE P. and J.F. YOUNG, 1982. Variation ofInfluenza A, B and C viruses. Science, (215) :1468-1474.REETH K.V., H. NAUWYNCK, M. PANSAERT, and K.VAN REETH, 1996. Dual infection of feeder

Page 12: Swine

pigs with porcine reproductive and respiratorysyndrome virus followed by porcinerespiratory corona virus or swine influenzavirus. A clinical and virological study. Vet.Microbiol. 48, 3-4: 325-335.RONOHARDJO P., 1983. Penyakit Cengesan atauSelesma Pada Itik Tegal, Bali danAlabio.Penyakit Hewan Vol. XV No. 25.Semester I : 61-71RONOHARDJO P., S. HARDJOSWORO, S.PARTOATMOJO and M. PARTADIREDJA, 1985.The Identification and Distribution ofInfluenza A virus in Indonesia. PenyakitHewan Vol. XVII, No. 29, Semester I: 249-257RONOHARDJO P., S. PARTOUTOMO, S. HASTIONO, N.GINTING and S. POERNOMO 1986. The Status ofDuck Diseases in Indonesia. Penyakit HewanVol. XVIII No. 31. Sem. I Th 1986. : 86-93ROTA P.A., E.P.ROCHA, M.W. HARMON, V.S.HINSHAW, M.G. SHEERAR, Y.KAWAOKA, N.J.COX and T.F.SMITH, 1989. LaboratoryCharacterization of a Swine Influenza VirusIsolated From A Fatal Case of HumanInfluenza. J. of Clin. Microb. (27) 6: 1413-1416SANFORD S.E., A.J. REHMTULLA and G.K.A.JOSEPHSON. 1989. Canadian VeterinaryJournal 30:4, 350.SAROSA A. 1997. Penyakit Aujeszky (Pseudorabies)pada ternak babi di Indonesia. Wartazoa (6). 2: 44-47.SHEERAR M.G., B.C. EASTERDAY, and V.S.HINSHAW, 1989. Antigenic Conservation ofH1N1 Swine Influenza Viruses. J. of Gen.Virol. (70)12: 3297-3303.STECH J., X. XIONG, C. SCHOLTISSEK and R.G.WEBSTER, 1999. Independence ofEvolutionary and Mutational Rates afterTransmission of Avian Influenza Viruses toSwine. J.of Vir. (73)3: 1878-1884TAYLOR D.J. 1989. Swine Influenza. In PigDiseases. 5th ed., The Burlington Press(Cambridge) Ltd.. Foxton, Cambridge, GreatBritain: 37-40.VINCENT L.L., B.H. JANKE, P.S. PAUL and P.G.HALBUR, 1997. A monoclonal antibody basedimmunohistochemical method for thedetection of swine influenza virus in formalinfixed, paraffin embedded tissues. J. Vet. Diag.Invest. 9: 191-195WEBBY R.J., S.L. SWENSON, S.L.KRAUSS,P.J.GERRISH, S.M.GOYAL and R.G.WEBSTER,2000. Evolution of swine H3N2 InfluenzaViruses in The United States, J. of Virol. (74)18 : 8243-8251WELLS D.L., D.J. HOPFENSPERGER, N.H. ARDEN,M.W. HARMON, J.P. DAVIS, M.A. TIPPLE, andL.B. SCHONBERGER, 1991. Swine influenzavirus infection transmission from ill pigs tohumans at a Wisconsin Agricultural Fair andsubsequent probable person to persontransmission. J. of the American Med. Ass.265, 4: 478-481.Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis110DISKUSIPertanyaan:

Page 13: Swine

Bagaimana Hubungan Penyakit Flu babi dengan Avian Influenza (AI) ?Apa implikasi penyakit ini dengan kebijakan penanganan AI di Indonesia ?Jawaban:Penyakit influensa babi (Swine Influenza, SI) adalah penyakit zoonosis yang sudah dikenal sejaksaat terjadinya pandemik pada manusia pada tahun 1918, yang disebabkan virus Influensa tipe A.yang berlainan sub tipe dengan AI, sub tipe virus influenza pada babi yang pernah mewabah didunia adalah 3 sub tipe: H1N1, H1N2 DAN H3N2. Sedangkan wabah infuensa A pada unggasyang sudah dilaporkan adalah disebabkan oleh sub tipe H5N1.Penyakit influensa pada babi sejak saat ditemukan adalah sudah terbukti merupakan penyakitzoonosis yang dapat menular ke manusia. Dalam penanganan AI di Indonesia sebaiknya dalampemeliharaan unggas harus jauh terpisah dengan kandang babi karena dimungkinkan adanyatransmisi virus influensa interspesies, dari babi ke unggas atau sebaliknya. Sehingga dapatmemicu terjadinya virus mengalami mutasi.