sukses bisnis rasulullah saw
TRANSCRIPT
”Many greatmen started as newspapers boys,” (proverb)
“Kerasnya kehidupan masa kecil dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja
keras, pantang menyerah dan ketahanan dalam memimpin”
(Manfred Kets de Vries)
Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dalam diri Muhammad Saw tidak terjadi
begitu saja, tetapi hasil dari suatu proses panjang dan dimulai sejak beliau masih
kecil. (Antonio, 2008). Dari hasil penelitian Collin dan Moores (2964) dan
Zaleznik (1976), mereka menyimpulkan, ”The act of entrepreneurship is an act
patterned after modes of coping with early childhood experience.” Pendapat
semacam ini diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa; apa
yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan
yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya.
Menurut mereka, pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan seseorang. Pengalaman masa kecil juga bisa menimbulkan dorongan
dan daya kritis, kemauan mencoba, disiplin, dan sebagainya yang akan membantu
seseorang untuk mengembangkan rasa percaya diri serta keinginan berprestasi.
Sebaliknya, pengalaman masa kecil dapat pula menyebabkan seseorang untuk
tidak melakukan hal-hal tersebut.
Jauh sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah, beliau sudah dikenal sebagai
pedagang. Bahkan, sejak kecil, putra dari pasangan Abdullah dan Aminah ini telah
menunjukkan kesungguhannya terjun dalam bidang bisnis atau
kewirausahaan(entrepreneurship).
Jiwa Kewirausahaan Dalam Diri Muhammad Saw
1
Perbandingan Masa hidup Rasulullah Saw antara Bisnis dan Kenabian
Muhammad Saw mulai merintis karir dagangnya saat berusia 12 tahun dan
memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan sebagai pedagang
terus dilakukan hingga menjelang beliau menerima wahyu (berusia sekitar 37
tahun). Kenyataan ini menegaskan; Muhammad Saw telah menekuni dunia bisnis
selama lebih kurang 25 tahun. Lebih lama dari masa kerasulan beliau yang
berlangsung sekitar 23 tahun (lihat gambar).
Jiwa Kewirausahaan Dalam Diri Muhammad Saw
2
Terjunnya Muhammad Saw dalam perniagaan sejak dini, tidak terlepas dari
kenyataan yang menuntut beliau untuk belajar hidup mandiri. Maklumlah, tatkala
usia 6 tahun, Muhammad kecil sudah ditinggal wafat kedua orangtuanya. Sejak
itu beliau sempat diasuh sang kakek, Abdul Muthalib, dan dilanjutkan pamannya,
Abu Thalib, yang sangat sederhana kehidupan ekonominya.
Abu Thalib memiliki perasaan yang halus dan terhormat dikalangan Quraisy. Ia
mencintai Muhammad Saw sama seperti Abdul Muthalib mencintai beliau. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, membuat Abu
Thalib kian menyayanginya.
Kondisi ekonomi keluarga sang paman yang pas-pasan, membuat Muhammad
Saw merasa harus berusaha untuk meringankan bebannya. Beliau pun sempat
bekerja “serabutan”; membantu tetangga merapihkan pekarangannya, memikul
batu untuk sedikit upah atau mengambil kayu bakar dari hutan atau semak belukar
lalu menjualnya di pasar. Muhammad Saw kecil melakukukan apa saja yang
“halal” untuk memperkecil ketergantungannya kepada sang paman. Subhanallah,
suatu hal yang sangat jarang kita temukan pada anak anak seusia itu saat ini.
Dimana tidak sedikit anak anak kita hidup dalam “kenyamanan dan kemudahan”.
Mereka dipilihkan sekolah pavorit yang berafiliasi internasional dengan bayaran
SPP selangit. Berangkat ke sekolah diantar dengan mobil be A/C, ditunggu oleh
sang supir atau di jemputnya pulang saat sekolah usai. Seuai sekolah anak anak
bisa mengikuti berbagai kursus dan les atau bahkan hang-out bermain di mall dan
shoping centre. Untuk itu mereka di bekali hand phone dan ATM. Sangat jarang
anak anak kita memiliki kesadaran untuk meringankan beban keuangan orang
tuanya dengan menujual makanan makanan kecil di lingkungan sekolah, berjualan
koran sore hari atau menjajakan kue ke warung warung sekitar rumah.
Masa Kecil Membentuk Jiwa Wirausaha
3
Ketika berusia 12 tahun, Muhammad ikut berdagang dengan pamannya ke Syiria
(Syam). Awalnya, Abu Thalib tidak berniat mengajaknya karena medan perjalanan
yang sangat sulit; melewati padang pasir yang luas. Tapi, karena Muhammad kecil
berkeras untuk ikut, ia terpaksa mengabulkan permintaan tersebut. Kerasnya
keinginan Muhammas Saw untuk ikut ekspedisi dagang menunjukkan betapa
besar semangatnya untuk merubah nasib, memperbaiki keadaan dan tidak
merepotkan sang paman terlalu jauh.
Peta Perjalanan Dagang Muhammad di Masa Remaja
Sumber: Khalil, Shawqi Abu. 2003. Atlas on the Prophet‟s Biography. Riyadh:
Darussalam. Hal. 44.
Peta Perjalanan Dagang Nabi Muhammad SAW
4
"Berdasarkan peta di atas, maka tempat-tempat yang dikunjungi Muhammad Saw
muda saat ikut berdagang yaitu: Madinah, Khaibar, Taima, Daumatil Jandal,
Busra (dekat )"
Dalam perjalanan dagang tersebut, Muhammad melewati daerah Madyan, Wadi‟
al- Qura, serta peninggalan bangunan-bangunan Thamud. Beliau mendengar cerita
orang-orang Arab dan penduduk pedalaman tentang bangunan-bangunan tersebut
dan sejarahnya. Di Syam (Syiria), Muhammad Saw juga mendengar berita tentang
kerajaan Romawi dan agama Kristen, serta tentang kitab suci mereka. Meskipun
usia Muhammad baru 12 tahun, namun beliau sudah mempunyai persiapan
kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, mempunyai pengamatan yang
mendalam, serta ingatan yang kuat. (Haikal : 1980)
Saat menempuh perjalanan dagang itu, Muhammad dan pamannya bertemu
dengan seorang rahib (pendeta Nasrani) bernama Bahira atau Buhaira yang
melihat tanda kenabian pada diri beliau sesuai naskah (manuscript) Nasrani yang
disimpannya („Ali, Shahi-h al-Si-rah al-Nabawiyah, hal 58-59). Si Rahib
menasihati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syam.
Dikhawatirkan, orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan
berbuat jahat pada Muhammad.
Peta Perjalanan Dagang Nabi Muhammad SAW
5
Ayo gabung dengan
www.tazkiaonline.com
untuk belajar ekonomi syariah
secara online
Muhammad melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan anak-anak seusianya.
Tatkala merasa mampu bekerja sendiri, beliau mulai menggembala kambing milik
penduduk Makkah dan menerima upah atas jasanya itu. Kegiatan menggembala
kambing mengandung nilai-nilai yang luhur: pendidikan rohani, latihan
merasakan kasih sayang kepada kaum lemah, serta kemampuan mengendalikan
pekerjaan berat dan besar.
Berikut ini hikmah atau pengaruh dari kegiatan menggembala kambing terhadap
unsur-unsur manajemen:
Sumber: Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad: the Super Leader Super Manager, ProLM&
Tazkia Publishing,2009, hal.
Unsur-unsur Manajemen Nabi Muhammad SAW
6
Menjelang usia dewasa, beliau memutuskan untuk memilih sektor perdagangan
sebagai karirnya. Beliau menyadari bahwa pamannya bukanlah orang yang kaya
namun memiliki beban keluarga yang cukup besar. Oleh karena itu Muhammad
muda berpikir untuk berdagang. Terlebih lagi, sebagai salah seorang dari anggota
keluarga besar suku Quraisy yang umumnya pedagang, Muhammad Saw
diharapkan menjadi pedagang pula.
Rupanya, kondisi dan pengalaman berdagang masa kecil telah menempa diri
Muhammad sehingga dikemudian hari beliau menjadi seorang wirausahawan
yang handal dan sukses. Apalagi, nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan semangat
pantang menyerah sudah tampak pada pribadi Insan pilihan Allah ini. Tampak
jelas bahwa Muhammad muda ingin sekali untuk bisa hidup mandiri. Dalam
sebuah riwayat beliau bersabda, “Tidak seorang pun pernah memakan makanan
yang lebih baik, daripada yang dimakan dari hasil kerja dengan tangannya
sendiri. Nabi Daud As pun biasa makan hasil kerja tangannya” (HR. Bukhari).
INBOX
“Muhammad Saw telah membina dirinya menjadi seorang pedagang
profesional, yang memiliki reputasi dan integritas luar biasa. Beliau berhasil
mengukir namanya di kalangan masyarakat bisnis pada khususnya, dan kaum
Quraisy pada umumnya.” (Afzalurrahman, Encyclopedia of Seerah Vol. II
buku ke-3, The Moslem School Trust, 1982)
Karir Pertama Nabi Muhammad SAW
7
Aisyah Ra meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda, “Hal-hal yang paling
menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil tanganmu
sendiri,,,, dan anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan” (HR. Tirmidzi,
Nasa‟i dan Ibn Majah). Nabi Saw juga bersabda, “Berusaha mendapatkan nafkah
yang halal adalah kewajiban di samping tugas-tugas lainnya yang telah
diwajibkan” (HR. Baihaqi dalam Shu‟ab al-iman).
INBOX
Dimensi bisnis dan entrepreneurship yang melekat dalam diri Muhammad Saw,
nyaris luput dari perhatian kebanyakan orientalis. Barangkali, hal ini dikarenakan
tidak kontroversial dan tidak menarik dalam perdebatan teologis. Padahal, Nabi
Muhammad Saw telah mencontohkan etika bisnis yang seharusnya menjadi
perhatian umat manusia seluruhnya.
Sebelum Menikah Sudah Berbisnis
Ketika merintis karir di bidang bisnis, beliau mulai berdagang kecil-kecilan di
kota Makkah. Muhammad Saw membeli barang-barang dari suatu pasar, lalu
menjualnya kepada orang-orang. Fakta ini kian menegaskan; pekerjaan sebagai
pedagang sudah dilakukan oleh Muhammad Saw, jauh sebelum beliau menikah
dengan Khadijah.
Muhammad Saw sempat menerima modal dari para investor serta anak-anak
yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana peninggalan orangtuanya.
Mereka sangat mempercayai Muhammad Saw untuk menjalankan bisnis dengan
uang mereka berdasarkan kerjasama mudha-rabah.
Masa Usia Dewasa Nabi Muhammad SAW
8
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dalam suatu usaha atau
proyek tertentu. Pihak pertama (ma-lik, sha-hib al-ma-l) menyediakan seluruh
modal; pihak kedua („a-mil, mudha-rib, nasabah) bertindak selaku manajer atau
pengelola. Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Tetapi, jika terjadi kerugian akan ditinjau secara adil.
Seandainya kerugian timbul akibat risiko bisnis, akibat cuaca, gempa, atau force
majeur lainnya, maka akan ditanggung oleh pemilik modal. Namun bila kerugian
karena keteledoran atau kecurangan pengelola usaha, maka si pengelola atau
manajer wajib bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Masa Usia Dewasa Nabi Muhammad SAW
9
Dalam menjalankan bisnisnya, Muhammad Saw menghiasi diri dengan
kedisiplinan, memperkaya dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan
sifat-sifat mulia lainnya. Tidak mengherankan apabila penduduk Makkah
mempercayai sosoknya dan menggelari Muhammad Saw sebagai Al-ami-n (orang
yang terpercaya).
Sebuah riwayat menceritakan, Rabi bin Badr pernah melakukan kerjasama dagang
dengan Muhammad Saw. Tatkala mereka bertemu kembali, Muhammad Saw
bertanya, ”Apakah Anda mengenaliku?” Ia menjawab, ”Kau pernah menjadi
mitraku dan mitra yang paling baik pula. Engkau tidak pernah menipuku dan tidak
berselisih denganku.”
Para pemilik modal di Makkah semakin banyak yang membuka peluang
kemitraan dengan Muhammad Saw. Salah seorang diantaranya adalah Khadijah
yang menawarkan kemitraan berdasarkan mudha-rabah. Khadijah bertindak
sebagai pemodal (shahibul ma-l), sedangkan Muhammad Saw sebagai pengelola
(mudha-rib).
INBOX
Sebelum menikah dengan Khadijah, Muhammad telah berdagang-sebagai agen
dagang Khadijah ke Syiria, Palestina, Yaman, Bahrain dan tempat-tempat lainnya.
Banyak agen yang telah dipekerjakan oleh wanita itu sebelum Nabi. Namun tak
seorang pun yang bekerja lebih memuaskan dibanding beliau. Khadijah merasa
senang dengan kejujuran, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang Nabi
sehingga sifat-sifat ini menimbulkan rasa cinta yang suci dalam diri Khadijah.
Integritas Berdagang Nabi Muhammad SAW
10
Wilayah Perdagangan yang di Kunjungi Muhammad SAW
Wilayah perdagangan yang dikunjungi Muhammad Saw meliputi Yaman, Syria,
Busra, Iraq, Yordania, Bahrain, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab
lainnya. Menurut satu riwayat, sebelum menikah, beliau menjadi manajer
perdagangan Khadijah ke pusat perdagangan di Yaman. Muhammad pun empat
kali memimpin ekspedisi perdagangan ke Syria dan Jerash di Yordania.
Pusat perdagangan dan turisme Jerash Festival (Mahrajan Jerash) saat ini
Pusat perdagangan dan turisme Jerash Festival (Mahrajan Jerash) saat ini
Selain gigih, Muhammad Saw memang pandai dalam berdagang. Tatkala menjual
barang dagangannya di pasar-pasar di Busra, misalnya, beliau memperoleh
keuntungan dua kali lipat dibandingkan para pedagang lainnya. Itulah sebabnya
Khadijah memberikan bagian keuntungan yang lebih besar daripada yang telah
mereka berdua sepakati sebelumnya. (Al-Shalabi : 2004)
11
Dari catatan Afzalurrahman dikemukakan, Muhammad Saw menerima upah
seperti dalam bentuk unta. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Allamah Zahabi,
bahwa beliau melakukan dua kali perjalanan dagang untuk Khadijah dan
mendapat upah dua ekor unta betina dewasa.
Kecerdikan Muhammad Saw tampak pula ketika melakukan perjalananan dagang
ke Yaman bersama Maysarah, pembantu laki-laki Khadijah. Di samping menjual
dagangannya, beliau sengaja mendatangi sentra garmen dan tekstil di sana,
kemudian membeli bahan kain dan pakaian jadi untuk dijual di Makkah.
Wilayah Perdagangan yang di Kunjungi Muhammad SAW
12
Kompetensi Muhammad SAW Dalam Berdagang
Pengenalan wilayah dagang merupakan bagian dari “modal” kompetensi
Muhammad SAW dalam berdagang
Dagangan di pasar pasar tua Arabia.
Kehandalan Muhammad Saw dalam berbisnis, ditunjang oleh pengetahuannya
yang luas mengenai wilayah tujuan dagang yang strategis. Tatkala menjejakkan
kakinya ke Bahrain, umpamanya, menurut satu riwayat Imam Ahmad,
Muhammad Saw pernah menerima utusan salah satu kabilah dari Bahrain. Kepada
utusan itu beliau menanyakan; siapa pemimpinnya? Utusan tersebut menjawab;
pemimpinnya adalah Al-Ashajj.
Setelah Muhammad Saw bertemu Al-Ashajj, beliau bertanya kepadanya berbagai
hal dan mengenai orang-orang terkemuka. Muhammad Saw pun menyinggung
perihal kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar, dan Hijar. Al-
Ashajj sangat terkejut dengan luasnya wawasan geografis dan pengetahuan
tentang sentra-sentra komersial Muhammad Saw. Katanya, “Sungguh! Anda lebih
tahu tentang negeri saya daripada saya sendiri. Anda juga lebih banyak mengenal
kota-kota di negeri saya daripada yang saya ketahui.” Lalu Muhammad Saw
berkata, “Saya mendapat kesempatan menjelajahi negeri Anda, dan saya telah
diperlakukan dengan baik. Di usia muda, Muhammad Saw memang sudah
menjadi pedagang regional karena daerah perdagangannya meliputi hampir
seluruh Jazirah Arab.
13
Setelah Menikah Tetap Berbisnis
Afzalurrahman (2000) mencatat; setelah menikah, Muhammad Saw tetap
melanjutkan usaha perdagangannya. Di masa itu, beliau bertindak sebagai mitra
dalam usaha istrinya. Beliau melakukan perjalanan bisnis ke berbagai pusat
perdagangan di seluruh penjuru negerinya dan negeri-negeri tetangga.
Tidak banyak catatan sejarah yang merekam usaha perdagangan dan perjalanan
bisnis yang dilakukan Muhammad Saw setelah menikah. Tetapi, sebagaimana
dinyatakan lebih lanjut oleh Afzalurrahman, terdapat catatan tentang hubungan
dagang beliau dengan berbagai macam orang. Hal ini memberi petunjuk bahwa
beliau tetap menggeluti bidang perdagangan setelah menikah.
Satu hal yang berbeda, sebelum menikah, Muhammad Saw sebagai project
manager bagi Khadijah. Setelah menikah, beliau menjadi joint owner dan
supervisor bagi agen-agen perdagangan Khadijah.
Dalam ilmu entrepreneurship, yang dilakukan Muhammad Saw pasca menikah
merupakan suatu lompatan dari quadran pekerja pindah menjadi quadran business
owner dan co-investor. Muhammad Saw telah mengaplikasikan suatu teori seperti
yang pernah disarankan Robert T. Kiyosaki, teori cashflow quadrant. Uniknya
teori tersebut baru dikemukakansekitar 135 abad kemudian. Perbedaan lain Robert
T. Kiyosaki memilih untuk menjadi self employed dengan berprofesi sebagai
business networkconsultant dan book writer bukan sebagai trader dan business
investor berskala regional atau global.
14
Setelah Menikah Tetap Berbisnis
Source: Rober T kiyosaki, Cash-flow Quadrant,dengan modifikasi
Sejumlah hadits yang memberikan tuntunan perdagangan menunjukkan bahwa
Muhammad Saw mengetahui seluk-beluk bisnis. Beliau memahami strategi
supaya perdagangan bisa berhasil. Beliau mengetahui sifat dan perilaku yang
merusak atau menghambat bisnis perdagangan. Lebih dari itu, Muhammad Saw
memahami berbagai hal yang merusak sistem pasar secara keseluruhan, seperti
kecurangan timbangan, menyembunyikan cacat barang yang dijual, riba, gharar,
dan sebagainya. Beliau telah membuktikan; kesuksesan dalam bisnis dapat dicapai
tanpa menggunakan cara-cara terlarang
Catatan yang menegaskan bahwa Muhammad Saw tetap menekuni dunia bisnis
setelah menikah, didukung dengan sifat kemandirian beliau yang telah tertanam
sejak kecil. Apalagi, sekurang-kurangnya, tercatat tiga perjalanan dagang beliau
yang sempat diberitakan pasca pernikahannya dengan Khadijah; ke Yaman, Najed,
dan Najran. Di samping melakukan perjalanan dagang ke kota-kota lain, beliau
terlibat urusan dagang selama musim haji, misalnya di pasar Ukaz dan Dzul
Majaz. Beliau pun sibuk mengurus perdagangan grosir di kota Makkah.
15
Pusat Perdagangan Arab Masa Jahiliyah
Pusat pusat perdagangan Arab pra Islam dan awal masa Islam yang sebagiannya
telah dikunjungi Muhammad Saw.
Pusat-Pusat Perdagangan Arab Masa Jahiliyah
16
Pusat Perdagangan Arab Masa Jahiliyah
Semasa Muhammad Saw berdagang, sudah terdapat pusat-pusat perdagangan
yang dikunjungi para pedagang dari arah timur dan selatan. Sebagai seorang
pedagang, besar kemungkinan beliau pun mendatangi pasar-pasar itu berulang
kali seperti halnya para pedagang Quraisy lain. Hal ini dilakukan demi
mengembangkan serta mempertahankan langganan dan mitra bisnis. Pusat-pusat
perdagangan Arab yang sudah ada sebelum kedatangan Islam itu antara lain;
Daumatul Jandal, Al-Mushaqqar (Bahrain al-Ahsa), Suhar (Oman), Daba (Oman),
Shihr atau Shihr Mahrah Bukit (di Uhud), Souq Aden (Yaman), Souq San‟a
(Yaman), Al-Rabiyah (Hadramaut), Ukaz (di Arafah), Zil Majaz, Mina, An-Natah
(di Khaibar), dan Al-Hijr (Al-Yamamah). Ketika di Madinah, Muhammad Saw
sendiri yang membangun pasar berorientasi syariat Islam. Pasar ini bukanlah
seperti pasar yang dikuasai orang-orang Yahudi seperti halnya Pasar Qainuqa'
dulu (Qardhawi : 1993).
Pasar tersebut langsung diawasi oleh Rasulullah. Beliau menertibkan segala
sesuatunya, mengurus, serta memberi bimbingan dan pengarahan kepada
masyarakat setempat. Tujuannya adalah supaya tidak ada lagi segala bentuk
transaksi yang menyimpang dari ajaran Islam seperti penipuan, pengurangan
timbangan, penimbunan, dan yang lainnya.
17
Perkembangan Karir Bisnis Muhammad SAW
Sumber: Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad: the Super Leader Super Manager, ProLm &
Tazkia Publishing,2009, hal.
18
Perkembangan Karir Bisnis Muhammad SAW
Perjalanan karir Muhammad Saw di bidang perdagangan sebagaimana tertera
dalam tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pada usia 12 tahun, Muhammad Saw telah mengenal perdagangan yang dapat
diistilahkan dengan magang (internship). Hal ini terus dilakukan sampai usia 17
tahun ketika beliau telah mulai membuka usaha sendiri. Pada usia ini beliau sudah
menjadi seorang business manager. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika
pemilik modal Makkah mempercayakan pengelolaan perdagangan mereka kepada
Muhammad Saw beliau menjadi seorang investment manager.
Saat berusia 25 tahun dan menikah dengan Khadijah, Muhammad Saw tetap
mengelola perdagangannya sebagai mitra bisnis Khadijah. Dengan demikian
beliau termasuk sebagai business owner.
Menginjak usia 30-an, Muhammad Saw menjadi seorang investor dan mulai
memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat. Pada saat ini
Muhammad Saw sudah mencapai apa yang disebut sebagai kebebasan uang
(financial freedom)dan waktu. Sejak itulah beliau mulai sering menyendiri
(tahannuts) ke Gua Hira‟. Hal ini silakukan hingga mendapat wahyu pertama pada
usia 40 tahun. Periode baru dalam hidup Muhammad Saw sebagai seorang Nabi
dan Rasul dimulai.
19
Periode Kehidupan Muhammad SAW
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kehidupan Muhammad Saw
meliputi empat periode seperti tertuang dalam tabel:
INBOX
Perhatian terhadap aspek bisnis Muhammad Saw semakin mengemuka seiring
dengan munculnya kembali konsep ekonomi Islam. Selain membangun kerangka
teori ekonomi Islam dan berbagai aspeknya, juga dicari tokoh yang dapat
dijadikan teladan dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi. Nabi Muhammad
Saw merupakan figur yang tepat dijadikan sebagai teladan dalam bisnis dan
perilaku ekonomi. Beliau tidak hanya memberikan tuntunan dan pengarahan
tentang bagaimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau memberikan suri
tauladan dan model yang sukses karena telah mengalami sendiri menjadi seorang
pengelola bisnis atau wirausaha.
20