studi kasus perilaku hiperaktif dan faktor …/studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. wawancara...

117
1 STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI MRANGGEN 05 KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : ENY KUSUMAWATI NIM: X 3105004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: nguyendang

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

1

STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR

PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI

MRANGGEN 05 KECAMATAN POLOKARTO

KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

ENY KUSUMAWATI

NIM: X 3105004

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

2

STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR

PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI

MRANGGEN 05 KECAMATANPOLOKARTO

KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN

2009/2010

Oleh :

ENY KUSUMAWATI

NIM: X 3105004

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

3

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. SUTARNO M. Pd Dra. CHADIDJAH H.A M. Pd

NIP: 194802071975011001 NIP: 1953020919801002

Page 4: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

4

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 19 Januari 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. R. Indianto, M. Pd

Sekretaris : Dra. Chasiyah, M. Pd

Anggota I : Dr. Sutarno, M. Pd

Anggota II : Dra. Chadidjah H.A, M. Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 196007271987021001

Page 5: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

5

ABSTRAK

Eny Kusumawati. STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR PENYEBABNYA PADA TIGA SISWA KELAS III SD NEGERI MRANGGEN 05 KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Januari 2010.

Tujuan penelitian ini untuk: 1) Mendeskripsikan karakteristik perilaku hiperaktif, 2) Menjelaskan faktor penyebab perilaku hiperaktif pada siswa yang berperilaku hiperaktif kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subyek penelitian terdiri tiga siswa kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010 yang menunjukkan perilaku hiperaktif.

Teknik pegumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku hiperaktif. Teknik observasi untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif yang dilakukan subyek penelitian baik pada saat di dalam kelas maupun pada saat jam istirahat, sedangkan dokumentasi untuk mengetahui identitas siswa serta kunjungan rumah untuk mendapatkan data perilaku hiperaktif subyek pada saat di rumah

Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ketiga subyek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik perilaku hiperaktif adalah sebagai berikut: (a) Sering mondar-mandir pada waktu kegiatan belajar-mengajar atau pada waktu disuruh mengerjakan tugas oleh guru, (b) Melakukan gerakan fisik seperti tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh, (c) Memain-mainkan pensil atau benda yang ada di depannya sehingga timbul suara berisik pada waktu kegiatan belajar-mengajar, (d) Berlarian saat di dalam kelas, (e) Keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, (f) Mengoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas dan pada saat pelajaran berlangsung. 2. Faktor penyebab perilaku hiperaktif ada dua faktor human dan non human. Faktor human di antaranya orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan dan disiplin yang terlalu kaku, kurangnya pengawasan orang tua, pemanjaan, orientasi kesenangan. Faktor non human di antaranya proses ibu yang melahirkan dengan menggunakan alat atau secara normal, faktor genetik, dan aspek lingkungan. 3. Altenatif layanan bimbingan yang dapat diberikan untuk mengatasi perilaku hiperaktif adalah: memberikan penguatan setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak hiperaktif, mengajar disiplin pada anak hiperaktif agar ia dapat mengatur dirinya dan mengontrol dirinya dengan baik, modifikasi tingkah laku, memberikan kesempatan pada anak hiperaktif untuk menjalin komunikasi, menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi tekanan pada anak seperti tidak melebelkan anak sebagai anak yang nakal.

Page 6: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

6

MOTTO

“ Anak – anak belajar dari kehidupannya. Jika anak dibesarkan dengan celaan

ia belajar memaki. Jika dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.

Jika ia dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika dibesarkan

dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik –

baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika dibesarkan dengan kasih sayang

dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dan kehidupan “

( Terjemahan Dorothy Law Nolt)

Page 7: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

7

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan

Kepada:

Dengan segenap hormat dan baktiku

Untuk bunda dan ayah

Yang selalu ku harapkan doa dan ridhonya

Dengan penuh bangga

Untuk sahabatku dan almamater

Dengan bahagia

Skripsi ini didesikasikan

Untuk para pemerhati pendidikan

Page 8: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan ilmu

kepada segenap manusia dengan segala kelembutan-NYA. Segala puji bagi-NYA

yang telah menurunkan ujian-ujian sebagai tarbiyah untuk memahami kesabaran

dan nikmat perjuangan. Berkat pertolongan-NYA jualah, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan

banyak pihak hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas skripsi ini,

tentunya setelah melewati berbagai macam fase pembelajaran yang semua itu

tidak lepas dari dukungan dan bimbingan, baik dari langsung maupun tidak

langsung, doa serta bantuan dari orang-orang yang penuh cinta dan perhatian di

sekitar penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayattullah M. Pd Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bapak Drs. Rusdiana Indianto M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan

penulis untuk menyusun skripsi.

3. Ibu Dra Chasiyah selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memnbantu dalam

kelancaran studi penulis.

4. Bapak Dr. Sutarno M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi masukan atau ide-ide

terhadap penulisan skripsi ini.

Page 9: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

9

5. Ibu Dra Chadidjah H.A M. Pd selaku pembimbing pembimbing II yang tetap

dengan sabar membimbing hingga penulisan skripsi ini selesai.

6. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah berkenan berbagi ilmu dan pengetahuan yang

begitu berharga kepada penulis selama perkuliahan.

7. Kepala sekolah dan bapak ibu guru SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan

Polokarto Kabupaten sukoharjo yang telah memberikan kesempatan penulis

dapat mengadakan penelitian di SD tersebut.

8. Sahabat-sahabat terbaik Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 dan

Almarhumah Nalavi Oktavia yang selama ini telah menyertai penulis menuju

proses pendewasaan, untuk semangat, dorongan, motivasi, cinta serta teman-

teman BK angkatan 2008 terima kasih untuk persaudaraan, dan kebersamaan

selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

dengan ikhlas membantu dan memberikan semangat sampai terselesaikannya

skripsi ini.

Jazakumullah khairan katsira

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah maha karya yang

sempurna. Banyak kekurangan di dalamnya merupakan suatu keniscayaan. Akan

tetapi, semoga kehadirannya dapat memberikan manfaat bagi mereka yang suka

mencari pelajaran dan kebaikan dari hal-hal kecil.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 10: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN...................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK .......................................................................... v

HALAMAN MOTTO............................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI............................................................................................. x

DAFTAR TABEL..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

Page 11: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

11

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 6

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6

1.Tinjauan Hiperaktif .................................................................... 6

a. Pengertian Hiperaktif ............................................................. 6

b. Jenis-jenis Hiperaktif ............................................................. 7

c. Ciri-ciri Hiperaktif ................................................................. 9

d. Masalah yang Dihadapi Anak Hiperaktif .............................. 10

e. Dampak Hiperaktif................................................................. 13

2. Faktor-faktor Penyebab Hiperaktif ........................................... 15

3. Alternatif Bimbingan untuk Anak Hiperaktif ........................... 19

a. Pengertian Bimbingan............................................................ 19

b. Fungsi Bimbingan.................................................................. 20

c. Alternatif Bimbingan untuk Anak Hiperaktif ........................ 22

B. Kerangka Pemikiran....................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 31

B. Bentuk dan Jenis Penelitian........................................................... 31

1. Bentuk Penelitian ...................................................................... 31

2 Jenis Penelitian........................................................................... 32

a. ...................................................................................... Pengertian Studi Kasus ....................................................................... 32

b. ...................................................................................... Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 32

Page 12: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

12

c. ...................................................................................... Langkah-langkah Studi Kasus............................................................. 33

C. Sumber Data................................................................................... 35

1. Sumber Data Primer ................................................................... 35

2. Sumber Data Sekunder............................................................... 36

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 36

1. Teknik Observasi........................................................................ 37

2. Teknik Wawancara..................................................................... 38

3. Teknik Dokumentasi .................................................................. 40

4. Kunjungan Rumah...................................................................... 40

E. Validitas Data ................................................................................. 41

F. Analisis Data................................................................................... 41

G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................... 45

A. Sajian Data Penelitian .................................................................... 45

B. Temuan Hasil Penelitian ................................................................ 56

C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori .............. 85

BAB V PENUTUP................................................................................ 88

A. Kesimpulan ................................................................................... 88

B. Implikasi ....................................................................................... 89

C. Saran ............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 93

LAMPIRAN............................................................................................. 95

Page 13: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

13

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi observasi perilaku hiperaktif ..............................................95

Tabel 2 Pedoman observasi perilaku hiperaktif.............................................101

Tabel 3 Kisi-kisi wawancara perilaku hiperaktif ...........................................105

Tabel 4 Pedoman wawancara perilaku hiperaktif ..........................................110

Page 14: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi observasi perilaku hiperaktif .......................................95

Lampiran 2 Pedoman observasi perilaku hiperaktif ......................................101

Lampiran 3 Kisi-kisi wawancara perilaku hiperaktif.....................................105

Lampiran 4 Pedoman wawancara perilaku hiperaktif ...................................110

Lampiran 5 Hasil observasi subyek I.............................................................115

Lampiran 6 Hasil observasi subyek II ...........................................................133

Lampiran 7 Hasil observasi subyek III ..........................................................154

Lampiran 8 Hasil wawancara dengan guru kelas ..........................................178

Lampiran 9 Hasil wawancara dengan guru bahasa inggris............................182

Lampiran 10 Hasil wawancara dengan teman subyek...................................187

Lampiran 11 Hasil wawancara dengan orang tua subyek I ...........................191

Lampiran 12 Hasil wawancara dengan orang tua subyek II ..........................196

Lampiran 13 Hasil wawancara dengan orang tua subyek III.........................200

Lampiran 14 Hasil wawancara dengan subyek I ...........................................204

Page 15: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

15

Lampiran 15 Hasil wawancara dengan subyek II ..........................................208

Lampiran 16 Hasil wawancara dengan subyek III.........................................211

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan kerangka berpikir ...............................................................30

Page 16: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku hiperaktif merupakan perilaku menyimpang yang dapat

mengganggu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Zaviera (2008:

11) meyatakan bahwa “Anak hiperaktif adalah anak-anak yang mengalami

gangguan pemusatan perhatian dengan hiperkinetik”. Selaras dengan pendapat

tersebut anak yang mengalami perilaku hiperaktif ditandai dengan kurang

perhatian, mudah teralih perhatian, emosi yang meledak-ledak serta aktifitas yang

berlebihan (Prasetyono, 2008: 99).

Perilaku hiperaktif dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut

berasal dari diri sendiri maupun berasal dari luar. Faktor yang berasal dari diri

sendiri siswa disebut dengan faktor intrinsik, sedangkan faktor yang berasal dari

luar siswa disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik tersebut di antaranya

kesehatan yang terganggu, keadaan fisik yang lemah seperti mengalami gangguan

asma, elergi, dan infeksi tenggorokan. Lebih lanjut faktor ekstrinsik yang menjadi

penyebab perilaku hiperaktif siswa di antranya adalah dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sekolah dan faktor lingkungan keluarga. Faktor lingkungan sekolah

seperti kurangnya sarana dan prasarana sekolah, lingkungan yang tidak

mendukung siswa untuk belajar, hubungan dengan teman sebaya dan lingkungan

pergaulan yang kurang sehat. Faktor dari lingkungan keluarga di antaranya

disebabkan oleh orang tua yang memanjakan, disiplin yang terlalu kaku dari orang

tua, orientasi kesenangan, orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan orang tua yang

terlalu kaku, kurangnya pengawasan orang tua, serta kurangnya komunikasi antar

keluarga karena orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Berbagai faktor yang menyebabkan perilaku hiperaktif di atas,

memerlukan perhatian dari pendidik, baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah

Page 17: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

17

orang tua yang dianggap sebagai pendidik yang utama dan bertanggung jawab

atas anaknya diposisikan pada suatu kondisi yang sulit, karena tidak jarang

mereka tidak mengetahui dan mengerti apa yang harus mereka lakukan,

sedangkan di sekolah guru sebagai pendidik kedua dimungkinkan kurang dapat

memahami dan mengerti perilaku yang dialami siswanya. Dengan demikian

perilaku hiperaktif yang dialami oleh siswa tidak mendapat penanganan secara

tepat. Sebagai contoh, guru yang bersikap acuh tak acuh dan mengabaikan

perilaku hiperaktif anak serta memandang bahwa anak hiperaktif adalah anak

yang nakal. Sikap orang tua dan guru yang demikian akan memberikan dampak

yang kurang baik bagi siswa yang berperilau hieparaktif pada perkembangan

selanjutnya. Dengan demikian antara orang tua dan guru diperlukan usaha kerja

sama untuk menghadapi anak yang berperilaku hiperaktif agar permasalahan yang

dihadapi anak hiperaktif tidak semakin komplek.

Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa perilaku hiperaktif yang

tidak mendapat perhatian dan penanganan secara tepat akan membawa dampak

bagi anak terhadap perkembangan selanjutnya. Sebagai contohnya, siswa yang

mengalami perilaku hiperaktif sejak kecil akan berkelanjutan pada masa

perkembangan masa remajanya, misalnya anak dimungkinkan tidak mandiri, tidak

percaya diri, tidak memiliki konsep diri yang jelas serta memiliki perilaku anti

sosial. (http//:www.google.co.id, 9 Mei 2009)

Tidak menutup kemungkinan bahwa setiap sekolah, terdapat anak-anak

yang mengalami perilaku menyimpang, seperti perilaku hiperakrif. Salah satunya

di sekolah dasar. Hasil pengamatan penulis di sekolah dasar bahwa perilaku

hiperaktif terjadi di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Perilaku hiperaktif itu ditandai dengan ketidakmampuan siswa dalam

berkonsentrasi dalam waktu yang lama, mondar-mandir di dalam kelas, banyak

melakukan gerakan tangan dan kaki yang berlebihan, dan keluar masuk kelas

dengan berbagai alasan. Anak-anak yang mengalami perilaku hiperaktif akan

mengalami permasalahan baik fisik maupun psikologis. Permasalahan fisik

tersbut di antaranya tidak dapat duduk tenang, berlari-larian pada situasi yang

Page 18: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

18

tidak tepat, dan berbicara tanpa henti. Lebih lanjut permasalahan psikologis yang

dialami oleh anak hiperaktif di antaranya adalah merasa gelisah jika mendapat

giliran maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas, tingkat intelegensi yang

kurang, mudah marah, tidak adanya keseimbangan dalam aktifitas hidup karena

impulsive serta terdapat kemungkinan untuk dijauhi oleh teman-temannya.

Hasil pengamatan penulis bahwa di SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo Kelas III terdapat siswa yang mengalami perilaku

hiperaktif. Perilaku hiperaktif itu muncul baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Hal tersebut memberikan dampak negatif baik bagi siswa sendiri maupun bagi

teman sebayanya. Dengan demikian hal tersebut perlu mendapat perhatian dan

penanganan khusus.

Seburuk apapun tingkat penyimpangan perilaku hiperaktif yang dilakukan

siswa, diharapkan masih memiliki potensi yang baik untuk belajar. Potensi

tersebut diharapkan dapat dikembangkan agar siswa mendapatkan penilaian yang

positif dari orang-orang di sekitarnya.berbagai penanganan untuk mengendalikan

perilaku hiperaktif dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Menurut Kauffman

(dalam Sunarto, 1995: 89) teknik untuk mengendalikan perilaku hiperaktif, yaitu

dengan diet, lingkungan yang berstruktur, dan biofeedback. Lebih lanjut menurut

Ibrahim (1995: 227) “Penanggulangan untuk anak hiperaktif dapat dilakukan

dengan intervensi biofisik dan intervensi behavioral”. Intervensi biofisik di

antaranya dengan memakai obat dan melakukan diet. Intervensi behavioral di

antaranya dapat dilakukan dengan membuat daftar tingkah laku baik, member

imbalan, membuat perjanjian tertulis, memberi hukuman dan teguran serta latihan

belajar mandiri.

Terkait dengan berbagai penanganan di atas, usaha untuk mengatasi

perilaku hiperaktif perlu diadakan penelaahan secara mendetail. Dengan demikian

perlu dilakukan peneliian yang berusaha memahami secara mendetail tentang

suatu gejala, sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh suatu kasus yang disebut

dengan studi kasus. Yin (1997: 3) penelitian kasus atau penelitian lapangan

Page 19: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

19

merupakan strategi yang lebih cocok untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

berkenaan dengan how (bagaimana) dan why (mengapa) dengan penelitian yang

berfenomena komtemporer (masa kini).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneli tertarik mengadakan

penelitian dengan judul “Studi Kasus Perilaku Hiperaktif dan Faktor-faktor

Penyebab Pada 3 Siswa Kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik perilaku hiperaktif siswa kelas III SD Negeri

Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran

2009/2010?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadi perilaku hiperaktif siswa

kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 200/2010?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang

dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan:

1. Karakteristik perilaku hiperaktif siswa kelas III SD Negeri Mranggen 05

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun pelajaran 2009/2010.

2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku hiperaktif siswa kelas

III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2009/2010.

Page 20: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

20

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang perilaku hiperaktif ini diharapkan mempunyai manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang keahlian bimbingan yang berkaitan dengan upaya untuk mengantisipasi

anak hiperaktif.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan wawasan bagi guru untuk dapat mengetahui perilaku

hiperaktif siswa serta memberikan penanganan.

b. Menjadi rambu-rambu khususnya bagi guru pembimbing dalam mengenali

karakteristik perilaku hiperaktif dan mencari faktor-faktor penyebabnya.

c. Sebagai bahan acuan penelitian yang sama bagi peneliti berikutnya.

d. Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang perilaku hiperaktif

yang dihadapi siswanya yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses

kegiatan belajar-mengajar sehingga sekolah dapat mencarikan solusi yang

terbaik dalam pemecahan masalah tersebut.

Page 21: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Hiperaktif

a. Pengertian Hiperaktif

Pada dasarnya setiap manusia memiliki dorongan hidup untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dilakukan oleh manusia untuk

mendapatkan penghargaan atas dirinya. Namun, mengingat bahwa setiap manusia

atau individu memiliki sifat khas yang diperoleh dari lingkungan keluarga maka

dalam wujud pergaulan menunjukkan sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Salah

satunya adalah istilah ADHD (Marlina, 2007: 1). ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorders) dapat diterjemahkan dengan gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktifitas. Istilah ADHD dapat disebut juga dengan istilah

hiperaktif. ADHD atau hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan

timbul pada anak-anak. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam

hal menaruh perhatian dan pengontrolan diri. Keadaan yang demikian akan

menjadi masalah bagi anak-anak yang berperilaku demikian. Masalah yang akan

dialami oleh anak penderita ADHD di antaranya adalah masalah dalam pemusatan

perhatian dan bermasalah dengan waktu sehingga akan menimbulkan kesukaran

dalam kelas.

Menurut Zaviera (2008: 1) “Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami

gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas yang akan membawa

dampak untuk timbulnya masalah fisik, psikis dan masalah sosial”. Sedangkan

Baihaqi & Sugiarmin (2006: 2) menjelaskan bahwa anak hiperaktif adalah

“Kondisi anak-anak yang memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi,

Page 22: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

22

banyak gerak, emosi yang meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang

akan mengakibatkan anak tidak memiliki teman ”.

Lebih lanjut Prasetyono (2008: 99) mengatakan: ”ADHD merupakan

perilaku menyimpang yang menunjukkan tanda-tanda kurang perhatian, aktifitas

yang berlebihan mudah teralih perhatian, emosi yang meledak-ledak, mudah putus

asa, dan kecil hati yang disebabkan oleh berbagai faktor”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hiperaktif

adalah karakteristik atau pola tingkah laku pada seseorang anak yang

menunjukkan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan keadaan aktifitas fisik

seperti gerakan yang berlebihan seolah digerakkan oleh mesin, tidak dapat duduk

tenang, keadaan psikologis seperti emosi yang meledak-ledak, mudah putus asa

dan kecil hati serta hubungan sosial seperti tidak memiliki teman, berkelahi atau

berantem dengan teman, ingin menjadi pemimpin di antara teman-temannya yang

disebabkan oleh berbagai faktor.

b. Jenis-jenis Hiperaktif

ADHD atau hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan hal

tersebut banyak terjadi pada anak-anak. Perilaku yang dimaksud berupa

kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian dan pengontrolan diri. Perilaku

hiperaktif atau ADHD yang dialami oleh anak, dapat digolongkan ke dalam

beberapa jenis.

Julia Maria van Tiel (2006: 236—238) menyatakan “ADHD dibedakan

dalam jenis attention disorder, planning disorder, motoric hyperactivity, serta

ADHD yang disertai gangguan lain”. Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Attention disorder adalah jenis hiperaktif yang ditandai dengan adanya

gangguan pada peningkatan terhadap kepekaan terhadap berbagai faktor yang

Page 23: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

23

dapat menarik perhatian, misalnya anak mudah teralih perhatiannya jika

mendengar suara di luar dan tidak dapat memperhatikan hal yang seharusnya

diperhatikannya.

Planning disorder adalah bentuk perilaku yang ditandai dengan gejala

impulsivitas seperti bertindak tanpa berpikir dahulu, sulit menjalani satu aktivitas,

tidak sabar dalam menunggu giliran.

Motoric hyperactivity adalah bentuk perilaku yang ditandai dengan tidak

pernah tenang, misalnya banyak gerakan yang dilakukan anak seperti

dikendalikan oleh mesin, tidak dapat duduk tenang.

ADHD yang disertai gangguan lain yaitu bentuk perilaku yang disertai

dengan berbagai gangguan seperti gangguan kognitif, gangguan tidur (sleep

disorder) yang akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam

memperhatikan sesuatu dengan detail serta anak mengalami masalah dalam

tidurnya seperti banyak gerakan ketika dia tidur.

Ahli lain Marlina (2007: 12) menyatakan “Hiperaktif dibedakan menjadi

empat jenis yaitu berdasarkan gejala perilaku, berdasarkan jenis kelainan perilaku,

berdasarkan penyebab, serta berdasarkan berat ringannya penyimpangan

perilaku”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hiperaktif dapat

dibedakan dalam tiga jenis atau katagori yaitu jenis hiperaktif yang ditandai

dengan kurangnya daya perhatian (inattentive), jenis hiperaktifitas dan impulsive,

serta jenis hiperaktif kombinasi.

Hiperaktif dengan kecenderungan kurangnya perhatian ini ditandai

dengan ciri seperti sembarangan dalam melakukan aktifitas, kesulitan dalam

melakukan konsentrasi, minimnya ketrampilan organisasional, menghindari tugas-

tugas yang membutuhkan upaya, kesulitan bertahan dalam satu aktifitas, sering

tidak mendengarkan instruksi atau lawan bicara, serta sering kehilangan barang

yang dibutuhkan untuk tugas, sedangkan hiperaktif dengan jenis hiperaktifitas dan

Page 24: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

24

impulsive adalah jenis hiperaktif yang ditandai dengan adanya tindakan yang

dilakukan oleh seseorang anak tanpa berpikir resiko yang akan dihadapi maupun

pendapat orang lain mengenai tingkah laku dan tindakan yang dilakukannya.

Lebih lanjut adalah hiperaktif dengan jenis kombinasi. Hiperaktif dengan

jenis kombinasi ini adalah jenis hiperaktif gabungan yang ditandai dengan ciri

hiperaktif kurangnya perhatian dan hiperaktifitas yang disertai impulsive.

c. Ciri-ciri Hiperaktif

Pada umumnya setiap anak memiliki dorongan untuk bertingkah laku.

Namun dalam tingkah laku mereka terdapat anak-anak yang memiliki tingkah

laku yang sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, akan tetapi terkadang

kita jumpai terdapat anak-anak yang bertingkah laku meyimpang seperti halnya

anak hiperaktif. Hiperaktif ditandai dengan berbagai ciri yang merupakan akibat

dari hiperaktifitasnya.

Zaviera (2008: 27) “Ciri-ciri yang diperlihatkan oleh anak hiperaktif

meliputi: sulit untuk konsentrasi gerakan kacau, cepat lupa, mudah bingung,

kesulitan dalam mencurahkan perhatian tehadap tugas-tugas atau kegiatan

bermain, tidak sabar menunggu giliran, senang membantah”.

Ada tiga ciri yang menandai hiperaktif pada anak, yaitu sebagai berikut: 1) sangat mudah terganggu oleh rangsangan dari luar, 2) menampakkan aktivitas fisik yang terus menerus, 3) tidak mampu atau tidak dapat berpikir seperti anak normal lainnya sehingga aktivitasnya bervariasi, 4) gemetar pada saat menjwab pertanyaan guru, 5) ketakutan jika menjawab pertanyaan guru. (Farnham & Diggory dalam Marlina, 2007: 7)

Prasetyono (2008: 107) mengatakan, “Ciri-ciri hiperaktif yang dialami oleh anak ditandai dengan: 1) tidak fokus yang artinya anak hiperaktif tidak dapat berkonsentrasi pada waktu yang lama, 2) sikap menentang, yaitu anak hiperaktif cenderung untuk memiliki sikap menentang dan tidak mau dinasehati sehingga aktifitasnya bervariasi dan tidak kenal lelah, 3) memiliki perilaku yang distruktif dan merusak, 4) tidak sabar

Page 25: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

25

dan usil ketika bermain dengan temannya, 5) intelektualitas rendah yang disebabkan oleh perhatian yang mudah teralih”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas terkait dengan jenis-jenis

hiperaktif dapat disimpulkan bahwa hiperaktif dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu

hiperaktif dengan jenis tingkat kurangnya daya perhatian (inattentive) di

antaranya 1) Gagal dalam memperhatikan hal-hal detail, 2) Mengalami kesulitan

dalam memusatkan perhatian, 3) Tidak mendengarkan jika diajak bicara, 4) Tidak

mengikuti instruksi dengan baik dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan

sekolah atau di rumah, 5) Mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan

kegiatan, 6) Mudah tergangggu oleh rangsangan dari luar, 7) Mudah lupa dalam

menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Hiperaktif dengan jenis hiperaktifitas dan

impulsive ditandai dengan ciri-ciri 1) Menunjukkan tingkah laku gelisah seperti

sering menggerakkan tangan dan kaki, ketakutan jika disuruh menjawab

pertanyaan guru, 2) sering meninggalkan tempat duduk, 3) Banyak melakukan

gerakan pada waktu yang tidak tepat, sedangkan jenis hiperaktif kombinasi

ditandai dengan ciri-ciri 1) Bertindak tanpa berpikir, 2) Mudah berganti-ganti

aktivitas, 3) Membutuhkan perhatian lebih, 4) Tidak dapat menunggu giliran.

d. Masalah yang Dihadapi Anak Hiperaktif

Masalah yang dihadapi oleh anak yang hiperaktif menjadi beban bagi siswa itu

sendiri maupun orang lain. Izzaty (2005: 138) menyatakan bahwa “Permasalahan yang

dimungkinkan dialami oleh anak yang hiperaktif adalah problem bicara dan problem

kesehatan”. Lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut:

Problem bicara yang dihadapi siswa hiperaktif biasanya adalah seringnya ia

bericara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan

pemusatan perhatian membuat siswa sulit melakukan komunikasi yang timbale balik.

Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan dirinya sendiri dan kurang mampu merespon

lawan bicara secara tepat.

Page 26: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

26

Problem kesehatan secara umum dialami anak hiperaktif adalah memiliki

tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lainnya. Beberapa gangguan seperti

asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya

juga tidak setenang anak lainnya. Banyak anak hiperaktif yang mangalami sulit

tidur dan sering terbangun di malam hari. Selain itu tingginya tingkat aktivitas

fisik membuat anak yang mengalami perilaku hiperaktif juga beresiko tinggi

untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

Selain masalah yang telah terurai tersebut di atas masih ada lagi

permasalahan yang mungkin muncul pada siswa hiperaktif, antara lain: (1)

Masalah intelek (2) Masalah biologis, (3) Masalah emosi, (4) Masalah moral

”.(Rief, 1994: 6). Masalah intelek di antaranya adalah sulit dalam menyelesaikan

tugas sekolah dan tugas di rumah, sering tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa,

dan daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran

seperti matematika. Masalah biologis yang mungkin muncul sering melakukan

gerakan tanpa henti dan tidak dapat beristirahat, sensitif terhadap bahan kimia,

obat, dan debu, sedangkan masalah emosi di antaranya adalah anak hiperaktif

bersifat egois, kurang sabar, sangat emosional, suka merusak, tidak takut bahaya,

dan sembrono. Lebih lanjut masalah moral yang mungkin muncul adalah anak

hiperaktif cenderung tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani, sering tidak

mengembalikan barang yang ia pinjam, dan mencela pembicaraan orang lain

Lebih lanjut Baihaqi & Sugiarmin (2006: 62) menyatakan “Permasalah

yang dialami oleh anak hiperaktif dapat terjadi di rumah dan disekolah”. Lebih

lanjut dapat di uraikan sebagai berikut:

Problem di rumah yang dialami siswa yang berperilaku hiperaktif biasanya ia

lebih mudah cemas dan kecil hati.. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi

terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia akan mudah emosional.

Selain itu siswa yang berperilaku hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah

bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan tersebut akan membuat siswa

hiperaktif menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak

Page 27: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

27

hiperaktif tersebut akan dipandang sebagai anak yang nakal dan tidak jarang mengalami

penolakan baik dari keluarga maupun dari teman-temannya. Seringnya orang tua dibuat

jengkel tidak jarang membuat orang tua sering memperlakukan anak kurang hangat.

Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik

bahkan tidak jarang memberi hukuman. Hal tersebut akan membuat anak beraksi untuk

menolak dan berontak. Baik anak maupun orang tua yang demikian akan membuat

situasi rumah menjadi kurang nyaman, akibatnya anak menjadi lebih mudah frustasi.

Kegagalan bersosialisasi di mana-mana akan menumbuhkan konsep diri yang negatif.

Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.

Problem di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan ciri yang dialami oleh anak tidak

mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik, konsentrasi yang

mudah terganggu, rentang perhatian yang pendek membuat siswa ingin cepat selesai

bila mengerjakan tugas-tugas sekolah serta kecenderungan berbicara pada situasi yang

tidak tepat sehingga akan mengganggu siswa tersebut dan teman yang diajak berbicara.

Hal demikian membuat guru akan menyangka bahwa siswa tersebut tidak

memperhatikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah

yang dialami oleh anak hiperaktif ada dua yaitu masalah biofisiologis dan masalah psikis.

Masalah fisik di antaranya anak hiperaktif memiliki masalah dengan bicaranya, masalah

biologis dan memiliki tingkat kesehatan yang rendah tidak seperti anak pada umumnya.

Sedangkan masalah psikis yang dialami oleh anak hiperaktif di antaranya adalah masalah

intelek yang di antaranya adalah sulit dalam menyelesaikan tugas sekolah dan tugas di

rumah, sering tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa, dan daya pikir penangkapannya

lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran seperti matematika. Lebih lanjut

masalah emosi di antaranya adalah anak hiperaktif bersifat egois, kurang sabar, sangat

emosional, suka merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono dan masalah moral yang

mungkin muncul adalah anak hiperaktif cenderung tidak memiliki kepekaan dalam hati

nurani, sering tidak mengembalikan barang yang ia pinjam, dan mencela pembicaraan

orang lain

Page 28: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

28

e. Dampak Hiperaktif

Di dalam proses belajar-mengajar, sering kali terdapat hambatan baik dari

guru maupun dari siswa itu sendiri. Hambatan yang berasal dari siswa di

antaranya siswa yang berperilaku kurang baik pada saat proses belajar-mengajar.

Perilaku siswa tersebut di antaranya adalah berlari-lari atau mondar-mandir pada

saat guru menyampaikan materi pelajaran, siswa tidak dapat duduk dengan

tenang, siswa berbicara pada saat yang tidak tepat di dalam kelas, keadaan siswa

yang mudah marah dan berperilaku destruktif yang dapat merusak barang milik

temannya dan lain sebagainya. Perilaku yang demikian merupakan hiperaktif.

Hiperaktif pada anak dapat meresahkan banyak orang termasuk guru dan

orang tua. Hal ini dapat dipahami karena perilaku ini memiliki berbagai macam

dampak yang merugikan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku hiperaktif

dapat berdampak bagi diri siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Jika perilaku

hiperaktif ini tidak segera ditangani dan mendapat perhatian dari orang tua dan

guru, maka akan berpeluang besar dalam memberikan dampak baik dampak

terhadap diri siswa maupun dampak terhadap lingkungan. Di lingkungan sekolah,

anak hiperaktif cenderung ditakuti dan dijauhi teman-temannya sehingga anak

terisolir dari lingkungannya. Selain itu akan berpeluang besar terhadap siswa itu

sendiri yaitu menjadi perilaku yang menetap

Apabila hiperaktif yang dibiarkan begitu saja, akan memberikan dampak

pada perkembangan selanjutnya pada saatnya remaja nanti akan menjadi juvenile

deliquence yaitu perilaku khas kenakalan remaja. Selain itu perilaku hiperaktif

juga akan memberi dampak pada perkembangan anak yang mengalami perilaku

hiperaktif tersebut, seperti kurangnya perhatian terhadap pelajaran, anak sering

gagal dalam tugas yang diberikan. Di dalam kelas anak hiperaktif juga akan

mengganggu proses belajar-mengajar yang disebabkan perilaku anak hiperaktif

yang sering berteriak, berjalan atau berlari. Pengaruhnya terhadap anak lain

adalah merasa terganggu bahkan menjadi pemicu anak yang lain menjadi

berperilaku hiperaktif. (Izzaty, 2005: 138 ).

Page 29: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

29

Menurut Heri Widodo (dalam Anantasari, 2006: 96) menyatakan

”Dampak negatif dari perilaku hiperaktif yang dialami oleh anak adalah

ketergantungan pada perilaku, menjadi perilaku fondasi, menjadi model yang

buruk”. Ketergantungan pada perilaku yaitu ketika banyak hal yang diperoleh

lewat perilaku hiperaktif seperti penghargaan dan kesenangan seorang anak

cenderung melestarikan perilaku ini dalam hidupnya. Menjadi perilaku fondasi

yang dimaksud adalah kecenderungan banyak melakukan perilaku hiperaktif pada

masa kanak-kanak sebenarnya dapat menjadi fondasi bagi dilakukannya berbagai

perilaku hiperakitf di masa dewasa. Menjadi model yang buruk yaitu

dilakukannya perilaku hiperaktif oleh seorang anak ternyata memiliki dampak

sosial, seperti yang paling jelas adalah ketika perilaku menjadi model perilaku

ideal yang kemudian ditiru oleh anak-anak yang lain.

Hiperaktif yang demikian dapat mengganggu proses kegiatan belajar-

mengajar, oleh sebab itu guru kelas selain berfungsi sebagai peyampai materi

pelajaran juga berfungsi sebagai pembimbing. Kegiatan bimbingan dimaksudkan

untuk membantu anak dalam mengatasi kesulitan pribadi atau sosial yang dapat

menghambat perkembangan dirinya khususnya dalam kaitannya dengan proses

belajar-mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat perilaku hiperaktif dapat memberikan

dampak di antaranya berkurangnya perhatian terhadap pelajaran di kelas, anak

juga akan sering mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas yang diberikan

padanya karena perilakunya yang tidak dapat diam dan duduk tenang seperti

siswa lainnya sehingga akan berpengaruh pada prestasi yang siswa dapatkan tidak

optimal, selain itu anak hiperaktif juga cenderung ditakuti dan dijauhi oleh teman-

temannya sehingga anak cenderung akan terisolir karena perilakunya yang tidak

wajar seperti suka berkelahi dengan temannya, mudah emosi dan yang tidak

sabaran dalam menunggu giliran. Selain hal tersebut dampak bagi diri sendiri

anak yang berperilaku hiperaktif adalah dengan perilaku hiperaktifnya akan

memberikan dampak perilaku hiperaktifnya akan menjadi perilaku yang menetap

serta akan dicap oleh oang lain dan guru yang menganggap anak hiperaktif adalah

Page 30: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

30

anak yang nakal karena tidak memperhatikan dan tidak dapat berkonsentarsi pada

saat pelajaran serta perilakunya yang suka bertengkar atau berselisih dengan

teman-temannya.

Lebih lanjut dilakukannya perilaku hiperaktif juga memiliki dampak

seperti anak yang berperilaku normal akan cendrung merasa terganggu dengan

perilku hiperaktif tersebut karena perilaku anak hiperaktif yang mengganggu

proses belajar-mengajar seperti perilaku yang sering berteriak atau berlari-lari

serta tidak dapat diam pada saat pelajaran berlangsung. Selain hal tersebut

dilakukannya perilaku hiperaktif ternyata memiliki dampak pada lingkungan

sosial seperti menjadi model yang buruk yang kemudian akan ditiru oleh anak-

anak lainnya.

2. Faktor-faktor Penyebab Hiperaktif

Perilaku hiperaktif dapat mengganggu pada proses kegiatan belajar-

mengajar. Oleh karena itu pendidik diharapkan dapat memberikan perhatian dan

penanganan pada peserta didik. Perilaku hiperaktif dapat disebabkan oleh dua

faktor yaitu faktor human dan faktor non human. Faktor human adalah faktor

penyebab hiperaktif yang berasal dari manusia, sedangkan faktor non human

adalah faktor penyebab hiperaktif yang berasal dari lingkungan. Untuk dapat

mencapai hal tersebut, pendidik perlu mengetahui faktor-faktor yang menjadi

penyebab perilaku hiperaktif tersebut.

Ada beberapa faktor penyebab hiperaktif pada anak seperti “Faktor

genetik atau keturunan, faktor ibu pada saat hamil, faktor melahirkan”. (Izzaty,

2005: 135—136).

Ahli lain yang mengatakan faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak

adalah sebagai berikut: “Faktor psikologis, faktor pemanjaan, faktor kurang

disiplin dan pengawasan, faktor orientasi kesenangan,” (Musbikin, 2008: 190).

Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 31: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

31

Faktor psikologis yang dimaksud di sini adalah dipengaruhi karena anak

kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya karena terlalu sibuk, sehingga

perilaku hiperaktif tampil dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dari

lingkungan, terutama orang tua.

Faktor pemanjaan juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu

berlebihan. Anak yang yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri

agar terpenuhi kebutuhannya. Ia akan memperdaya orang tuanya untuk

memperoleh apa yang diinginkannya. Cara seperti itulah yang akan membuat

anak untuk berbuat sekehendak hatinya. Anak yang dimanja biasanya pengarahan

yang diberikan kepadanya berkurang dan kalau di sekolah ia akan memilih

berjalan-jalan dan berdiri sesukanya dari pada mendengarkan pelajaran yang

diberikan oleh guru.

Faktor kurangnya disiplin dan pengawasan yang dimaksud di sini adalah

anak yang kurang disiplin dan pengawasan ini akan membuat perilakunya

cenderung sesuka hati dan kurang dapat dibatasi. Apa yang dilakukan oleh anak

tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika anak

dibiarkan begitu saja tanpa adanya perhatian untuk berbuat sesuka hatinya dalam

rumah, maka anak hiperaktif tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain,

baik itu di sekolah dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya.

Faktor orientasi kesenangan maksudnya di sini adalah anak yang

memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan pada umumnya akan memiliki

ciri-ciri hiperktif secara sosio-psikologis. Hal tersebut harus dididik berbeda dari

pada anak normal sebayanya, agar anak hiperaktif tersebut mau mendengarkan

dan menyesuaikan diri. Anak yang memiliki orientasi kesenangan ingin

memuaskan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Ia lebih memperhatikan

kesenangan yang berasal dari perilakunya dari pada memperhatikan hukumannya.

Misalnya anak itu mungkin tahu bahwa ia melanggar tata tertib yang berlaku dan

ia akan menerima hukuman, namun jika itu menyenangkannya, ia akan

melakukannya juga walaupun ia mencemaskan hukumannya nanti. Ia akan

Page 32: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

32

melakukan apa yang menjadi kesenangannya dan tidak peduli dengan aturan yang

sudah ditentukan oleh orang lain.

Senada dengan hal di atas, Sunardi (1995: 87—88) menjelaskan faktor

yang menyebabkan hiperaktif adalah “Faktor biologis dan faktor psikologis”.

Faktor biologis adalah salah satu faktor penyebab perilaku hiperaktif.

Faktor biologis tersebut di antaranya adalah faktor keturunan dan aspek

lingkungan.

Faktor keturunan atau yang disebut dengan faktor genetik diasumsikan

bahwa anak hiperaktif adalah anak yang berasal dari keluarga yang memiliki

riwayat perilaku hiperaktif.

Aspek lingkungan juga diduga berkaitan dengan faktor genetik yang

dapat menyebabkan hiperaktifitas, di antaranya serbuk timah yang secara tidak

sadar terhirup atau termakan oleh manusia melalui pelapukan beberapa perabotan

yang terdapat di sekitar kita seperti alat-alat masak. Aspek lingkungan lainnya

seperti gangguan penerangan ruangan yang disertai dengan bau-bauan yang

merangsang. Selain itu aspek lingkungan lain yang dapat meyebabkan timbulnya

perilaku hiperaktif adalah pengaruh polusi udara, suhu udara, kebisingan serta

keadaan kemiskinan.

Faktor psikologis dapat diuraian bahwa hampir semua aliran psikologis

membicarakan hal ini. Teori psikoanalisa berasumsi bahwa hiperaktif disebabkan

oleh kurangnya stimulasi, sehingga perilaku hiperaktif merupakan usaha anak

untuk mengoptimalkan stimulasi syaraf mereka. Teori belajar sosial (sosial

learning theory) mempunyai asumsi bahwa perilaku hiperaktif diperoleh dan

dipelajari anak dengan observasi, meniru perilaku sejenis pada orang tua, saudara

sekandung atau teman sebaya dan lingkungan sekitar. Asumsi ini diperkuat

dengan adanya penelitian bahwa perilaku menyimpang dapat dimanipulasi dengan

intervensi atau penanganan sosial, seperti pembiasaan, penggunaan hadiah dan

hukuman yang intinya merupakan pengendalian perilaku hiperaktif.

Page 33: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

33

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor penyebab perilaku

hiperaktif dapat disebabkan oleh faktor pemanjaan, orientasi kesenangan,

kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang tua, tuntutan orang tua yang terlalu

tinggi serta kondisi ibu pada saat hamil pada saat melahirkan, serta faktor genetik

atau keturunan.

Pemanjaan yang dimaksudkan adalah anak yang yang terlalu dimanja itu

sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. Anak yang dimanja

biasanya pengarahan yang diberikan kepadanya berkurang dan kalau di sekolah ia

akan memilih berjalan-jalan dan berdiri sesukanya dari pada mendengarkan

pelajaran yang diberikan oleh guru.

Orientasi kesenangan yaitu Anak yang memiliki orientasi kesenangan

ingin memuaskan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Ia lebih memperhatikan

kesenangan yang berasal dari perilakunya dari pada memperhatikan hukumannya.

Kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang tua maksudnya adalah

anak yang kurang disiplin dan pengawasan ini akan membuat perilakunya

cenderung sesuka hati dan kurang dapat dibatasi. Apa yang dilakukan oleh anak

tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua serta faktor

human yang lainnya adalah tuntutan orang tua yang terlau tinggi terhadap anak

yaitu orang tua yang terlalu tinggi dan kaku dalam menerapkan tuntutan pada

anak juga akan mengakibatkan perilaku hiperaktif, karena anak merasa tidak

dapat mengekspresikan dirinya sehingga anak melakukan perilaku hiperaktif

sebagai upaya pengespresian diri ditempat lain seperti di sekolah.

Kondisi ibu pada saat hamil yang dimaksudkan adalah ibu ketika masa

hamil sering mengkonsumsi alkohol atau makanan yang tidak baik untuk janin

akan memberikan dampak pada anak yang dilahirkan akan berpeluang menjadi

anak hiperaktif.

Pada saat melahirkan pun juga akan berpengaruh untuk anak yang menjdi

anak yang hiperaktif, misalnya persalinan dalam waktu yang cukup lama serta

Page 34: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

34

menggunakan alat bantu persalinan besar resiko untuk mengakibatkan anak

menjadi anak hiperaktif.

Faktor genetik atau keturunan yaitu diasumsikan bahwa anak hiperaktif

adalah anak yang berasal dari keluarga yang memiliki riwayat perilaku hiperaktif

juga.

3. Alternatif Bimbingan Untuk Anak Hiperaktif

a. Pengertian Bimbingan

Prayitno dan Amti (1994: 100) menjelaskan bahwa “Bimbingan adalah

pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu

agar dapat mengembankan kemampuan dirinya sesuai dengan kekuatannya

berdasarkan norma-norma yang berlaku”.

Menurut Natawidjaja (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2005:

6) bimbingan adalah “Suatu proses pemberian bantuan secara berkesinambungan

agar dapat memahami diri, mengarahkan diri dan bertindak sesuai dengan

tuntutan lingkungan”. Lebih lanjut Sukardi (1995: 2) menjelaskan bahwa

pengertian bimbingan adalah “Proses pemberian bantuan kepada seseorang atau

sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing

agar menjadi pribadi yang mandiri”.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang

pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana prasarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Page 35: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

35

b. Fungsi Bimbingan

Berdasarkan pengertian bimbingan di atas maka terdapat fungsi

bimbingan Fungsi bimbingan terdiri dari sebagai berikut: (1) Fungsi preventif

(pencegahan) yaitu layanan bimbingan yang berfungsi sebagai pencegahan,

artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dalam hal ini

agar siswa terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat

perkembangannya, (2) Fungsi penyaluran yaitu fungsi bimbingan yang bertujuan

agar siswa yang dibimbing dapat berkembang secara optimal, (3) Fungsi

penyesuaian yaitu fungsi bimbingan yang bertujuan agar siswa yang dibimbing

dapat berkembang secara optimal, (4) Fungsi perbaikan, walaupun fungsi

pencegahan, penyaluran dan penyesuaian telah dilakukan, namun mungkin saja

siswa masih mengalami masalah-masalah tertentu. Di sinilah fungsi perbaikan

berperan. Bantuan bimbingan yang berusaha membantu siswa dalam memecahkan

masalah, (5) Fungsi pengembangan adalah layanan bimbingan yang diberikan

dengan tujuan membantu siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya

secara terarah dan mantap, dengan demikian siswa dapat mencapai perkembangan

kepribadian secara optimal. (Kartadinata, 2002: 6)

Menurut ahli lain fungsi bimbingan terdiri dari:” Fungsi pemahaman,

fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharan dan

pengembangan”.(Prayitno dan Amti, 1994: 197).

Lebih lanjut Departemen Pendidikan Nasional (2007: 200) menjelaskan

fungsi bimbingan dibagi menjadi sepuluh, yaitu: (1) Fungsi pemahaman, (2)

Fungsi fasilitasi, (3) Fungsi Penyesuaian, (4) Fungsi penyaluran, (5) Fungsi

adaptasi, (6) Fungsi pencegahan, (7) Fungsi perbaikan, (8) Fungsi penyembuhan,

(9) Fungsi pemeliharaan, (10) Fungsi pengembangan. Untuk lebih jelasnya akan

diuraiankan sebagai berikut:

Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu konseli agar

memiliki pemahaman atas dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman

Page 36: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

36

ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal

dan menyesuaikan dirinya secara dinamisdan konstruktif.

Fungsi fasilitasi, yaitu memberi kemudahan pada konseli dalam mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang

seluruh aspek konseli.

Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan yang bertujuan untuk

membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan secara

dinamis dan konstruktif.

Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan yang membantu konseli untuk

memilih jurusan, program studi, ekstrakulikuler, karir serta jabatan. Dalam

melaksanakan fungsi ini konselor harus menjalin kerja sama dengan pendidik lain.

Fungsi adaptasi, yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan

untuk meyesuaikan program pendidikan terhadap latarbelakang pendidikan,

minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.

Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor

untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan

berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.

Fungsi perbaikan, yaitu fungi bimbingan yang bertujuan untuk membantu

konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dan berpikir, berperasaan, dan

bertindak.

Fungi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungi

ini berkaitan dengan upaya pemberian bantuan terhadap konseli yang telah

mengalami masalah, baik pribadi, sosial, belajar dan karir.

Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan yang bertujuan untuk

membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi

kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.

Page 37: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

37

Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat lebih

proaktif dari fungsi-fungsi bimbingan yang lain. Konselor senantiasa berupaya

untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi

perkembangan konseli.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

bimbingan terdiri dari fungsi pendidikan, fungsi pengentasan, dan fungsi

pengembangan. Lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut:

Fungsi pendidikan adalah fungsi bimbingan yang bertujuan membantu

para pelaksana pendidikan untuk menghasilkan program pendidikan yang selaras,

serasi dan dinamis bagi peserta didik serta fungsi bimbingan yang bertujuan untuk

mendidik peserta didik agar dapat mengembangkan pribadinya secara terarah dan

dinamis. Fungsi pengetasan adalah fungsi bimbingan yang bertujuan untuk

membantu peserta didik dalam mengetaskan masalah yang dihadapi sehingga

akan mampu mengeambil keputusan yang seseuai dengan potensi dirinya.

Sedangkan fungsi pengembangan yang dimaksud adalah fungsi bimbingan yang

akan menghasilkan terpeliharanya berbagai potensi dan kondisi positif siswa

dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

c. Alternatif Bimbingan Terhadap Anak Hiperaktif

Bimbingan merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Pengertian

dari bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang

ahli kepada seseorang atau beberapa individu, agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan

kekuatan individu dan sarana prasarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pemberian bimbingan terkait dengan

perilaku hiperaktif memiliki tujuan yaitu dengan upaya bimbingan diharapkan

dapat mengurangi perilaku hiperaktif yang dilakukan siswa agar dapat bertingkah

laku normal seperti siswa pada umumnya dan siswa hiperaktif juga

Page 38: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

38

berkesempatan mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan

kemampuannya. Selain hal tersebut tujuan pemberian bimbingan yang diberikan

pada siswa hiperaktif adalah lebih dapat memahami karakteristik dari perilaku

hiperaktif serta faktor-faktor yang menjadi penyebab dari perilaku hiperaktif agar

dapat memberikan upaya bimbingan yang lebih tepat.

Hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada anak-

anak. Perilaku hiperaktif tersebut seperti kekurangmampuan dalam hal menaruh

perhatian dan pengontrolan diri. Keadaan yang demikian akan menjadi masalah

bagi anak-anak yang berperilaku demikian. Hal tersebut tentunya tidak dapat

dibiarkan begitu saja, maka dibutuhkan suatu bimbingan yang bertujuan untuk

membantu siswa yang mengalami perilaku hiperaktif agar mampu mengadakan

pengotrolan terhadap diri.

Ada beberapa intervensi yang dapat dillakukan terhadap perilaku

hiperaktif pada anak yaitu sebagai berikut: “Medikasi, diet, lingkungan yang

berstruktur, modifikasi tingkah laku, biofeedback”(Kauffman dalam Sunardi,

1995: 89).

Medikasi merupakan salah satu intervensi bagi anak hiperaktif. Pada

teknik ini biasanya yang dipakai adalah obat-obatan perangsang syaraf, seperti

methylphenidate atau dextraphetamine. Beberapa anak merasa bahwa obat lebih

besar pengaruhnya dari pada upaya mengendalikan diri sendiri. Peran guru BK

adalah menyarankan kepada orang tua untuk melakukan pengobatan secara medis

terhadap anaknya yaitu dengan menggunakan obat-obatan stimulan seperti

methylphenidate atau dextraphetamine. Obat-obatan tersebut diperacaya dapat

menstabilkan kerja otak pada anak hiperaktif sehingga anak dapat lebih tenang

dan dapat memfokuskan perhatiannya.

Diet yang dianjurkan bagi anak hiperaktif dengan tujuan untuk

mengurangi berbagai macam makanan pantangan terhadap anak hiperaktif

misalnya zat pewarna atau penyedap dalam makanan. Hal ini disebabkan adanya

kepercayaan bahwa zat pewarna dan penyedap dalam makanan mengandung

Page 39: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

39

salisilat yang akan mempengaruhi mekanisme fisiologis meskipun dalam jumlah

sedikit. Peran guru BK dalam hal ini adalah melakukan kerja sama dan

menyarankan pada orang tua untuk memantau makanan yang dikonsumsi anak

khususnya untuk mengurangi dan tidak mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat pewarrna atau menyedap makanan agar perilaku anak lebih dapat

dikendalikan.

Lingkungan yang berstruktur yang dimaksud adalah teknik yang

menekankan pada pengaturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi

penyebab munculnya perilaku hiperaktif. Beberapa pengaturan yang dilakukan

misalnya dengan mengurangi obyek atau benda di kelas yang dapat mengganggu

perhatian anak. Peran guru BK adalah bekerja sama dengan berbagai pihak,

khususnya dengan pihak sekolah dalam memberikan berbagai alternative pada

pihak sekolah dalam upaya menata ruang kelas, pencahayaan dan penggunaan cat

pada tembok untuk tidak terlalu terang serta gambar-gambar pada ruang kelas

yang dimungkinkan dapat menimbulkan perilaku hiperaktif siswa. Selain itu guru

BK bekerjasama dengan personil sekolah lainnya seperti dengan guru kelas dan

wali kelas untuk tidak memberikan cap atau lebel pada siswa hiperaktif sebagai

siswa yang nakal, karena perilaku hiperaktif tersebut bukan merupakan kesalahan

anak.

Modifikasi tingkah laku berarti menciptakan mekanisme yang memberi

konsekuensi yang menyenangkan atas munculnya perilaku yang diinginkan dan

tidak memberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atas munculnya setiap

perilaku yang tidak diinginkan. Menghilangkan tingkah laku yang tidak

dikehendaki adalah dengan jalan mencari faktor pemicu dari perilaku yang tidak

dikendaki tersebut. Contohnya jika anak tidak dapat duduk tenang dan bertingkah

laku yang tidak wajar, maka mencari alasan dari tingkah laku yang anak lakukan

tersebut. Sedangkan mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki yaitu

dengan cara terus mengembangkan dan meningkatkan tingkah laku yang yang

baik agar menjadi lebih baik. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara

pemberian reinforcement (penguatan), sedangkan modifikasi tingkah laku adalah

Page 40: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

40

salah satu intervensi yang dapat diterapkan pada anak hiperaktif dengan

pemberian kondisi yang menyenangkan untuk dapat mencapai tingkah laku yang

diinginkan

Biofeedback yang dimaksud adalah teknik yang dilakukan dengan cara

pengendalian perilaku atau dengan proses biologis internal yaitu dengan

memberikan informasi kepada siswa yang mengalami perilaku hiperaktif

mengenai kondisi perilakunya. Guru BK dalam hal berperan untuk memberikan

informasi kepada anak hiperaktif terkait perilakunya yang dianggap menyimpang

oleh orang laian dan dapat memberikan dampak baik bagi dirinya sendiri maupun

bagi orang lain. Dalam upaya penyampaiannya guru BK menggunakan bahasa

yang mudah dipahami oleh siswa hiperktif tersebut.

Sumber lain menjelaskan intervensi terhadap perilaku hiperaktif pada anak dapat dilakukan dengan cara: “ Mengajarkan disiplin pada anak hiperaktif agar ia dapat mengatur dirinya dan mengontrol dirinya dengan baik (assertif) seperti mengajarkan anak mengenai ketrampilan sosial, menjalin komunikasi yang baik dengan anak, dan pemberian tugas yang dapat menjamin keberhasilan anak. Lebih lanjut jangan menghukum anak karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak, hindarkan label pada anak hiperaktif bahwa ia anak nakal, berikan penguatan terhadap setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak yang hiperaktif, menggunakan program kegiatan belajar dengan role playing dan sosiodrama”(Intisari, 2001: 63).

Lebih lanjut Izzaty (2005: 140) menjelaskan “Intervensi untuk perilaku

hiperaktif pada anak dapat dilakukan dengan memberi tugas yang yang menjamin

keberhasilan anak, menciptakan lingkungan yang kondusif serta pada pelaksanaan

proses belajar, guru hendaknya menggunakan teknik penguatan”. Untuk lebih

jelasnya dapat dilakukan sebagai berikut:

Memberikan tugas yang menjamin keberhailan anak adalah anak yang

hiperaktif salah satu cirinya adalah dengan sulit untuk memusatkan perhatian pada

suatu tugas yang diberikan padanya. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena

anak selalu dikritik dan selalu mendapatkan penekanan yang terus menerus

terhadap kesalahan-kesalahan yang anak lakukan, sehingga anak akan mudah

putus asa serta mudah menyerah. Hal tersebut juga akan mengakibatkan anak

Page 41: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

41

mudah untuk berganti kegiatan sehingga seolah-olah anak tidak dapat

memusatkan perhatian pada satu aktifitas. Oleh karena itu orang tua dan guru

hendaknya memilihkan tugas atau kegiatan yang dapat diyakini akan berhasil

dikerjakan oleh anak dan tidak lupa untuk memujinya ketika anak selesai

mengerjakannya.

Menciptakan lingkungan yang kondusif dimaksudkan sebagai salah satu

upaya untuk pengendalian perilaku hiperaktif. Dalam upaya menciptakan

lingkungan yang kondusif diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang

berkenaan dengan anak selain orang tua, juga guru dan pihak sekolah lainnya.

Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi

tekanan pada anak seperti tidak melebelkan anak sebagai anak yang nakal karena

perilaku hiperaktif yang dilakukan bukan merupakan kesalahan anak. Diharapkan

dengan upaya tersebut perilaku hiperaktif pada anak dapat dikurangi.

Teknik penguatan sebaiknya dalam proses belajar-mengajar tidak

dilupakan oleh para guru, terlebih digunakan pada siswa hiperaktif. Tujuan dari

teknik penguatan yang diberikan pada siswa hiperaktif agar tingkah laku baik

yang dilakukan oleh siswa hiperaktif dapat dilakukan berulang-ulang sehingga

tingkah laku hiperaktif yang semula dilakukannya dapat diminimalisir.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat terdapat beberapa intervensi yang

dapat dilakukan terhadap anak hiperaktif yaitu dengan cara medis, penanganan

behavioral serta assertif. Penanganan medis dapat dilakukan dengan memakai

obat atau medikasi serta melakukan diet, sedangkan penanganan behavioral dapat

dilakukan dengan cara penggunaan teknik reinforcement untuk meningkatkan

tingkah laku yang dikehendaki dan mengurangi tingkah laku yang tidak

dikehendaki serta dengan teknik asertif seperti mengajarkan disiplin pada anak

hiperaktif agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik, mengajarkan anak

mengenai ketrampilan sosial. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

Penanganan dengan medis dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-

obatan serta melakukan diet. Pemberian obat-obatan dimaksudkan sebagai upaya

Page 42: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

42

perangsang syaraf, seperti pemberian methylphenidate atau dextraphetamine.

Beberapa anak merasa bahwa obat lebih besar pengaruhnya untuk mengurangi

perilaku hiperaktif. Selain itu melakuan diet adalah juga merupakan penanganan

terhadap anak hiperatif secara medis. Diet yang dilakukan adalah anak yang

mengalami perilaku hiperaktif disarankan untuk tidak mengkonsumsi beberapa

jenis makanan yang dapat merangsang perilaku hiperaktif seperti makanan yang

banyak mengandung zat pewarna dan penyedap yang diduga dapat menyebabkan

perilaku hiperaktif itu muncul.

Penanganan secara behavioral dapat dilakukan dengan mengurangi

tingkah laku yang tidak dikehendaki dan meningkatkan tingkah laku yang

dikehendaki dengan reinforcement. Sebagai contohnya, siswa hiperaktif diberi

kesempatan untuk duduk tenang dan memperhatikan pelajaran di dalam kelas jika

hal tersebut dapat dilakukan paling tidak selama lima menit atau pada batas waktu

yang ditentukan maka reinforcement yang diberikan pada siswa hiperaktif dapat

berupa acungan jempol atau pemberian pujian dan hadiah.

Penanganan dengan asertif yaitu mengajarkan disiplin dan

mengembangkan kontrol diri terhadap anak hiperaktif dengan cara memberikan

kesempatan pada anak hiperaktif untuk terbuka atau menjalin komunikasi dengan

anak hiperaktif, pemberian tugas yang dapat menjamin keberhasilan anak serta

mengajarkan ketrampilan sosial pada anak. Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan

sebagi berikut:

Berbicara secara pribadi kepada anak hiperaktif dengan penuh sikap kasih

sayang dan pengertian akan memberikan kesempatan pada anak dalam

mengekspresikan keinginan dan kekuatan dengan cara-cara tertentu, misalnya

dengan memberikan alternatif pada anak tentang kegiatan yang dapat

dilakukannya sehingga dapat menguragi emosi anak yang dapat menimbulkan

hiperaktifitas.

Selain itu pemberian tugas yang dapat menjamin keberhasilan anak juga

dapat dijadikan upaya untuk mengontrol dan meminialisir tingkat hiperaktifitas

Page 43: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

43

anak. Dalam upaya pemberian tugas pun orang tua atau guru hendaknya tidak

menekankan pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak, karena anak

hiperaktif yang mendapat tekanan terhadap kesalahan-kesalahannya akan

cenderung lebih mudah bosan dan berpindah kegiatan sehingga tugas yang

diberikan padanya tidak terselesaikan.

Lebih lanjut upaya assertif yang dapat dilakukan adalah mengajarkan

ketrampilan sosial pada anak hiperaktif. Anak hiperaktif perlu diajarkan

ketrampilan sosial dalam hubungannya dengan orang lain bertujuan agar anak

hiperaktif mampu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya

yang pada akhirnya anak hiperaktif dapat diterima dilingkungan sosialnya.

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar-mengajar di kelas melibatkan aktivitas guru dan siswa.

Proses pembelajaran akan berlangsung normal apabila berbagai unsur atau

komponen dalam sistem pembelajaran berfungsi sebagaimana mestinya.

Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki peran dan tugas

mengelola kegiatan belajae-mengajar. Sebagai pengelola guru dituntut memiliki

kemampuan yang tidak hanya sebagai penyaji materi pembelajaran, tetapi juga

diharapkan guru kelas mampu menjadi guru pembimbing bagi siswa khususnya

siswa yang bermasalah seperti siswa yang mengalami perilaku hiperaktif.

Salah satu unsur atau komponen dalam sistem pembelajaran adalah siswa,

terdapat siswa yang berperilaku normal dan siswa yang berperilaku hiperaktif.

Bagi siswa yang berperilaku hiperaktif memiliki keterbatasan dalam menerima

materi pelajaran yang diberikan guru kelas. Selain itu siswa yang berperilaku juga

mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku yang mereka alami,

sebagai contohnya siswa yang hiperaktif kurang dapat melakukan konsentrasi

pada hal-hal yang disampaikan oleh guru, banyak melakukan gerakan yang tidak

Page 44: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

44

tepat pada waktunya serta siswa tersebut kurang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sehingga kurang mendapat penerimaan dari lingkungannya, oleh

karena itu perlakuan yang diberikan kepada siswa yang berperilaku hiperaktif

tidak boleh sama dengan siswa yang berperilaku normal. Akan tetapi dalam

memberikan penanganan pada siswa hiperaktif juga harus memperhatikan faktor-

faktor yang menyebabkan perilaku hiperaktif tersebut, karena setiap siswa yang

berperilaku hiperaktif dimungkinkan oleh faktor penyebab yang berbeda-beda.

Faktor-faktor penyebab perilaku hiperaktif tersebut dapat dibedakan menjadi dua

yaitu faktor human dan faktor non human. Faktor human di antaranya adalah

pemanjaan, orientasi kesenangan, kurangnya disiplin dan pengawasan dari orang

tua serta tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, sedangkan faktor non human

sebagai penyebab perilaku hiperaktif di antaranya adalah kondisi ibu pada saat

hamil dan melahirkan, faktor genetik atau keturunan serta zat penambah pada

makanan.

Seburuk apapun penyimpangan yang dilakukan oleh anak yang

berperilaku hiperaktif diharapkan masih dapat melakukan kegiatan belajar dengan

baik, sehingga siswa hiperaktif juga berkesempatan mendapatkan hasil belajar

yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Sejalan dengan hal tersebut, anak

hiperaktif memerlukan bantuan atau alternatif bimbingan untuk menanggulangi

perilaku hiperaktif tersebut. Alternatif bimbingan yang diberikan dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti penanganan medis, penanganan behavioral serta

penanganan aseritf. Penanganan medis dapat dilakukan dengan memakai obat atau

medikasi dan melakukan diet, sedangkan penanganan behavioral dapat dilakukan

dengan cara mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki dan meningkatkan

tingkah laku yang dikehendaki dengan melakukan reinforcement, serta

penanganan dengan asertif yaitu mengajarkan disiplin dan mengembangkan

kontrol diri terhadap anak hiperaktif dengan cara memberikan kesempatan pada

anak hiperaktif untuk terbuka atau menjalin komunikasi dengan anak hiperaktif,

pemberian tugas yang dapat menjamin keberhasilan anak serta mengajarkan

ketrampilan sosial pada anak.

Page 45: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

45

Dari uraian di atas apabila digambarkan dalam kerangka pemikiran

mengenai perilaku hiperaktif tersebut adalah sebagai berikut:

Bagan I: Kerangka Pemikiran Hiperaktif

Siswa berperilaku hiperaktif

Perilaku

siswa di

sekolah Alternatif bimbingan

yang diberikan

Faktor-faktor

penyebab hiperaktif

Siswa berperilaku

normal

Page 46: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yaitu studi kasus terhadap perilaku

hiperaktif di pada siswa kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jumlah siswa di Kelas III. Alasan dipilihnya

sebagai tempat penelitian: (a) Diketemukannya siswa yang berperilaku

hiperaktif di Kelas III SD N Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo, (b) Peneliti ingin mengetahui gambaran anak yang

berperilaku hiperaktif di Kelas III SD N Negeri Mranggen 05 Kecemetan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo, (c) Belum banyaknya penelitian tentang

perilaku hiperaktif.

Waktu penelitian diadakan pada Semester I Tahun pelajaran

2009/2010 diawal sejak pengajuan judul, penyelesaian ijin penelitian,

pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan hasil penelitian.

B. Bentuk dan Jenis Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang akan diperoleh dan dikumpulkan berupa data

langsung tercatat dari kegiatan dilapangan maka bentuk pendekatan yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Sutopo (1993: 24) menegaskan metode deskriptif kualitatif mampu

mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskriptif yang penuh

Page 47: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

47

nuansa. Dengan demikian hasilnya akan lebih bermakna dari pada sekedar

pertanyaan maupun frekuensi dalam bentuk angket semata.

2. Jenis Penelitian

a) Pengertian Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah studi kasus tentang perilaku anak hiperaktif

siswa kelas III di SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. yang termasuk pendekatan kualitatif. Moleong (2004: 2)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang

tidak mengadakan perhitungan. Lebih lanjut Sutopo (2003: 24) menegaskan

metode diskriptif kualitatif mampu mengungkap berbagai informasi kualitatif

dengan diskripitf yang penuh nuansa, dengan demikian hasilnya akan lebih

bermakna dari pada sekedar pertanyaan.

Menurut Yin (1997: 3) penelitian kasus atau penelitian lapangan

merupakan jenis penelitian yang lebih cocok untuk menjawab pertanyaan

penelitian yang berkenaan dengan how (bagaimana) dan why (mengapa)

dengan penelitian yang berfenomena komtemporer (masa kini). Sedangkan

Surakhmad (1993: 143) mengatakan, “Studi kasus adalah unit kajian yang

mendalam”. Lebih lanjut Walgito (1983: 38) menyatakan studi kasus

merupakan suatu integrasi dari data yang diperoleh dengan metode-metode

studi kasus yang akan mendapatkan tinjauan mendalam.

Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa studi kasus

adalah jenis penelitian untuk mempelajari atau mengkaji suatu kejadian

dengan menggunakan berbagai pendekatan dan data yang dikumpulkan

meliputi seluruh aspek individu secara lengkap untuk mendapatkan tinjauan

terhadap kasus secara mendalam.

Page 48: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

48

b) Tujuan Studi Kasus

Selaras dengan pengertian studi kasus di atas, tujuan dari studi kasus

adalah untuk: (a) Memahami pengertian karakteristik topik penelitian, (b)

Memahami permasalahan yang terkandung di dalam suatu kasus, (c) Memiliki

wawasan tentang akibat yang akan timbul apabila kasus tidak ditangani, (d)

Memiliki wawasan tentang upaya pemahaman seluk-beluk dan sumber

permasalahan, (e) Penanganan kasus pada umumnya, (f) Memiliki sikap

tentang berat ringannya suatu kasus (Moleong, 1988: 110).

Lebih lanjut Yin (1997: 3) menyatakan bahwa penelitian kasus

merupakan “Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja

yang paling efisien. Hal tersebut berarti peneliti mengadakan telaah secara

mendalam tentang suatu kasus, kesimpulan hanya berlaku atau terbatas pada

kasus tertentu saja”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian studi kasus

bertujuan untuk dapat memahami dan mendeskripsikan suatu karakteristik

objek penelitian secara mendalam dengan menggunakan dan

menegembangkan metode-metode studi kasus.

c) Langkah-langkah Studi Kasus

Studi kasus adalah jenis penelitian untuk mempelajari atau mengkaji

suatu kejadian dengan menggunakan berbagai pendekatan dan data yang

dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu secara lengkap untuk

mendapatkan tinjauan terhadap kasus secara mendalam. Menurut Nazir (1998:

68) langkah-langkah dalam studi kasus adalah:

Page 49: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

49

(1) Merumuskan tujuan penelitian.

(2) Menentukan unit-unit studi, sifat mana yang akan diteliti, dan hubungan apa yang akan dikaji serta proses apa yang akan menuntun penelitian.

(3) Menentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang akan digunakan serta sumber data apa yang tersedia.

(4) Mengumpulkan data.

(5) Mengorganisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisa data untuk membuat interprestasi serta generalisasi.

(6) Menyusun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.

Lebih lanjut menurut Suryabrata (1981: 24) langkah-langkah dalam

studi kasus adalah:

(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai. Apakah yang akan dijadikan unit studi dan sifat-sifat, saling berhubungan proses mana yang akan menuntun penelitian.

(2) Merancang cara pendekatan. Bagaimana unit itu akan dipilih, sumber data mana yang tersedia, serta metode pengumpulan data mana yang akan digunakan.

(3) Pengumpulan data.

(4) Mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi rekontruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik.

(5) Meyususn laporan serta mendeskripsikan makna hasil tersebut.

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah dalam studi kasus adalah:

(1) Persiapan, dalam langkah persiapan ini ditentukan tujuan dari penelitian

kasus serta subyek yang benar-benar memiliki masalah. Dalam hal ini

tujuan yang ditetapkan oleh peneliti dan yang ingin dicapai oleh peneliti

adalah untuk mendeskripsikan karakteristik hiperaktif dan faktor-faktor

Page 50: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

50

penyebab hiperaktif pada siswa Kelas III SD Negeri Mranggen 05

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

(2) Penentuan unit kasus, rancangan serta pendekatan dalam penelitian.

Dalam langkah ini aspek yang menjadi kasus ditentukan, teknik yang

digunakan serta sumber data yang tersedia. Maksudnya adalah aspek pada

penelitian ini adalah karakteristik hiperaktif dan faktor-faktor penyebab

hiperaktif pada siswa Kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

(3) Pengumpulan data, data yang dikumpulkan dengan berbagai metode

pengumpulan data yang dapat mengungkap seluruh aspek kehidupan

individu, artinya dalam penelitian ini metode pengumpulan data dengan

menggunakan tiga teknik penelitian yaitu observasi, wawancara, serta

dokumentasi dengan menggunakan sumber data primer dan sumber data

sekunder.

(4) Pengolahan data dan pengumpulan data, data yang telah terkumpul diolah

sehingga dapat diketahui hubungan antara data satu dengan data yang

lainnya. Dengan mengolah data dan informasi yang telah terkumpul dapat

bermanfaat untuk menarik sebuah kesimpulan.

Selaras dengan uraikan di atas, strategi penelitian ini adalah studi

kasus yaitu penulis menggambarkan subyek penelitian di dalam keseluruhan

tingkah laku hiperaktif tersebut dan faktor-faktor penyebab perilaku hiperaktif

baik di dalam maupun di luar kelas.

C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sehingga

data yang dikumpulkan berbentuk kualitatif yang memberikan gambaran

Page 51: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

51

tentang perilaku hiperaktif dan faktor-faktor penyebabnya. Sumber data

tersebut diperoleh dua hal yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari proses

wawancara secara langsung dengan responden maupun dari wawancara dengan

beberapa orang di luar responden sebagai pelengkap melalui informan kunci

(Marzuki, 2002 : 55). Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah siswa yang berperilaku hiperaktif. Menurut Marzuki

(2002: 57) sumber data primer memiliki manfaat antara lain:

a. Data primer langsung bersangkutan dengan keperluan penelitian atau

dikumpulkan untuk mencapai tujuan penelitian.

b. Tidak ada resiko kadaluwarsa ( out of date ) karena baru dikumpulkan

setelah proyek penelitian dirumuskan.

c. Semua pekerjaan pengumpulan data statistik dipegang sendiri oleh

peneliti. Peneliti akan menelaahnya dengan cara yang dikehendaki.

d. Penelitian mengetahui kualitas dari metode-metode yang dipakainya,

karena ialah yang mengaturnya sejak permulaan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah orang yang dekat

dengan subyek, seperti wali kelas, teman dekat, orang tua subjek. Selain itu

berupa dokumen-dokumen atau berkas-berkas yang tersimpan di kantor SD

Negeri Mranggen 05 yang mendukung penelitian. Dokumen ini dapat berupa

daftar identitas siswa. Hal ini berguna untuk mengetahui identitas siswa yang

berperilaku hiperaktif.

Page 52: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

52

Sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

untuk mendapatkan keterangan serta identitas siswa Kelas III untuk

mendapatkan nama siswa Kelas III yang mengalami perilaku hiperaktif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan dengan tujuan

untuk mengungkap karakteristik hiperaktif yang di antaranya adalah jenis

kurangnya daya perhatian (inattentive) di antaranya (a) Gagal dalam

memperhatikan hal-hal detail, (b) Mengalami kesulitan dalam memusatkan

perhatian, (c) Tidak mendengarkan jika diajak bicara, (d) Tidak mengikuti

instruksi dengan baik dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah atau

di rumah, (e) Mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan, (f)

Mudah tergangggu oleh rangsangan dari luar, (g) Mudah lupa dalm

menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Hiperaktif dengan jenis hiperaktifitas dan

impulsive di antaranya (a) Menunjukkan tingkah laku gelisah seperti sering

menggerakkan tangan dan kaki, (b) Sering meninggalkan tempat duduk, (c)

Banyak melakukan gerakan pada waktu yang tidak tepat. Sedangkan jenis

hiperaktif kombinasi di antaranya adalah (a) Bertindak tanpa berpikir, (b)

Mudah berganti-ganti aktivitas, (c) Membutuhkan perhatian lebih, (d) Tidak

dapat menunggu giliran.

1. Teknik Observasi

Metode observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap

subyek yang diteliti untuk mendapatkan suatu kebenaran dan keadaan perilaku

obyek secara detail sesuai keadaan yang sebenarnya. Arikunto (1993: 234)

mengatakan metode observasi adalah “Metode ilmiah yang biasa diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan yang secara sistematis terhadap

Page 53: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

53

fenomena-fenomena yang terjadi”. Dari uarian tersebut dapat diketahui bahwa

observasi adalah suatu pengamatan atau penyelidikan yang dilaksanakan

secara sistematis dengan cara mencatat terhadap kejadian atau peristiwa yang

diamati.

Guba dan Licoln (dalam Moleong, 2004: 174) mengemukakan

terdapat beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif memanfaatkan

observasi, yaitu:

a. Teknik observasi dapat dilakukan secara langsung dan merupakan alat

pengumpul data yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.

b. Teknik observasi memungkinkan peneliti untuk mencatat keadaan yang

sebenarnya.

c. Observasi merupakan alat pengumpul data yang dapat digunakan untuk

menjawab keraguan peneliti atas data yang diperolehnya apabila terdapat

data yang keliru.

d. Observasi dapat memahami situasi yang rumit dan komplek.

e. Observasi dapat menjadi alat pengumpul data yang sangat bermanfaat

untuk meneliti kasus-kasus yang rumit dibanding teknik komunikasi

lainnya.

Penelitian ini observasi digunakan oleh peneliti untuk: (1) Aktifitas

siswa di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, (2) Hubungan

sosial siswa yang menjadi penyebab munculnya perilaku hiperaktif, (3)

Hubungan siswa dengan guru dan orang tua yang dapat menjadi penyebab

munculnya perilaku hiperaktif.

Metode observasi, peneliti dapat mengamati secara langsung situasi

atau keadaan dan kejadian yang ada hubungannya dengan fokus penelitian.

Teknik observasi ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik hiperaktif

yang di antaranya menyangkut ciri-ciri yang dimiliki dari ketiga jenis

hiperaktif. Prosedur yang digunakan peneliti dalan teknik observasi adalah (1)

Membuat kisi-kisi dan pedoman observasi yang akan menjadi sasaran obyek

Page 54: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

54

penelitian yaitu mengenai hiperaktif siswa yang dijadikan subyek penelitian,

(2) Menetapkan subyek penelitian yang sesuai dengan karakteristik hiperaktif,

(3) Mengadakan observasi terhadap subyek penelitian yang dilakukan pada

saat kegiatan belajar-mengajar dan pada saat istirahat.

Data yang diperoleh dari hasil observasi diharapkan berupa data yang

faktual, sehingga hal ini selain dapat digunakan sebagai data pendukung

terhadap fokus penelitian juga dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan

data yang telah diperoleh sebelumnya melalui metode pengumpulan data yang

lain.

2. Teknik Wawancara

Selain teknik observasi dalam penelitian ini juga menggunakan teknik

interview atau wawancara. Metode interview adalah metode pengumpulan data

yang dilaksanakan dengan jalan melakukan tanya jawab langsung dengan

subyek penelitian. Arikunto (1993: 145) mengatakan “Metode wawancara juga

sering disebut interview yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari yang diwawancara

(Interviewee)”.

Lebih lanjut Nasution (2003: 113) mengatakan: "Interview adalah

merupakan metode yang bersifat langsung dan merupakan suatu bentuk

komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

informasi."

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa wawancara adalah

percakapan atau tanya jawab yang dilakukan secara sistematis tentang keadaan

atau peristiwa yang diamati.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

berstruktur. Wawancara berstruktur adalah semua pertanyaan yang telah

dirumuskan sebelumnya dengan cermat dan biasanya secara tertulis.

Pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan sewaktu melakukan

Page 55: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

55

wawancara. Tujuan diadakan wawancara yaitu untuk mengetahui (a)

Mengungkap karakteritik siswa hiperaktif baik di kelas maupun di luar kelas

dan faktor-faktor penyebabnya, (b) Karakteristik tingkah laku siswa dan hal-

hal lain yang berkenaan dengan diri siswa di lingkungan keluarga dengan

mengadakan wawancara dengan orang tua. Langkah-langkah yang digunakan

peneliti dalam teknik wawancara adalah (a) Membuat kisi-kisi dan pedoman

wawancara terkait dengan karakteritik hiperaktif dan faktor-faktor yang

mempengaruhi hiperaktif, (b) Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak

yang terkait dengan subyek penelitian di antaranya adalah guru atau wali kelas

III, dan teman siswa.

Penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk membuktikan hasil

atau memberi keyakinan dari hasil observasi. Teknik wawancara ini

digunakan untuk mengtahui faktor-faktor yang menjadi peneyebab hiperaktif

serta membuktikan hasil observasi menyangkut ciri-ciri karakteristik

hiperaktif yang di antaranya menyangkut yang dimiliki dari ketiga jenis

hiperaktif.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata document (Bahasa Inggris) yang artinya

dokumen sedang “Dokumen yang berasal dari kata documentun (Bahasa Latin)

berarti tertulis atau tercetak”. Khozin Afandi (1993: 1557) mengemukakan, “

Dokumen pribadi adalah sesuatu yang mendeskripsikan seseorang dari laporan

(tulisan) orang itu sendiri mengenai keseluruhan atau sebagian kehidupannya”.

Ahli lain Arikunto (1993: 147) menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari

kata dokumen yang artinya segala sesuatu yang tertulis.

Berdasarkan pengertian tersebut dokumentasi adalah membuat catatan

atau membuat keterangan-keterangan tertulis ataupun tercetak yang dijadikan

dokumen. Pengumpulan data dengan mempergunakan metode dokumentasi

berarti suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil data dari sumber-

sumber dokumen. Bahan yang dianggap atau dapat dijadikan sebagai dokumen,

Page 56: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

56

misalnya buku-buku dan catatan lainnya. Dalam penelitian ini dokumen yang

digunakan berupa raport dan buku pribadi. Raport dan buku pribadi ini

digunakan pada awal penelitian untuk mengetahui identitas siswa yang

bermasalah dengan perilaku hiperaktif.

4. Kunjungan Rumah/ Home Visit

Home visit merupakan kunjungan guru ke rumah siswa dengan tujuan

untuk mengenal dan memahami lingkungan murid dalam keluarga dan

keterangan lain yang berkaitan dengan siswa.

Tujuan home visit adalah untuk mengenal dan memahami lingkungan

siswa dalam keluarga dan keterangan-keterangan lain tentang siswa yang

berkaiatan dengan perilaku hiperaktif siswa.

Alasan digunakannya home visit untuk mendapatkan data tentang

karakteristik perilaku hiperaktif subyek penelitian pada saat di rumah dan

faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.

Pelaksanaan home visit perlu direncanakan dengan baik agar data yang

diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan. Tahap pelaksanaan home visit adalah

(a) Permohonan izin kepada guru kelas, (b) Menyiapkan pedoman wawancara,

(c) Melaksanakan wawancara dengan orang tua subyek, (d) Mencatat hasil

wawancara, (e) Menganalisis hasil wawancara.

E. Validitas Data

Di dalam penelitian diperlukan adanya keabsahan data, maksudnya

adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang

sebenarnya diukur atau di teliti.

Page 57: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

57

Menurut Sutopo (2002: 78) dalam penelitian deskriptif kualitatif untuk

menguji kesahihan data digunakan triangulasi sumber, triangulasi metode,

triangulasi peneliti, dan tringaulasi teori.

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber

yaitu dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda, sedangkan

triangulasi metode adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

teknik yang berbeda.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data dan

mengorganisasikannya dengan menafsirkan yaitu member arti signifikan

terhadap data yang telah didapat, menjelaskan pola uraian dan mencari

hubungan antara uraian tersebut. Pekerjaan analisis pada dasarnya adalah

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkatagorikan data yang

diperoleh. Setelah itu ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Jika hasil analisis data sudah dapat menjawab penyataan dalam

penelitian berarti tujuan penelitian sudah dapat tercapai.

Analisis data kualitatif menurut Patton dalam Moleong (2004: 248)

merupakan “Proses mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu

pola, katagori, dan satuan uraian dasar”. Sedang menurut Sugiyono (2002:

110), analisis data adalah “Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan”

Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data

kualitatif adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk

mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan.

Menurut Sutopo (2003: 18) “Dalam proses analisa ada tiga komponen

yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah (1) Reduksi

data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Selaras

Page 58: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

58

dengan Rohidi (1992: 16—21) menyatakan: “Analisis data kualitatif terdiri

dari 3 alur kegiatan: (1) Reduksi (2) Penyajian data (3) Menarik kesimpulan

dan verifikasi”. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Reduksi data yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan, dirangkai,

dan dipilih sesuai dengan fokus penelitian kemudian disusun secara

sistematis yang pada akhirnya dapat memberi gambaran yang jelas tentang

hasil observasi dan wawancara sehingga dapat di tarik kesimpulan

finalnya.

2. Penyajian data yaitu pembatasan sebagai suatu kesimpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya suatu penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Di dalam menarik kesimpulan juga

harus diverifikasi makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya agar dapat diperoleh

yang valid.

G. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus perijinan penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan surat

ijin penelitian yang akan digunakan di tempat penelitian.

b. Menentukan lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk menentukan tempat

penelitian serta subyek yang benar-benar berperilaku hiperaktif yang

terdapat di tempat penelitian tersebut.

Page 59: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

59

c. Meninjau lokasi penelitian secara sepintas mempelajari keadaannya. Hal

ini bertujuan agar peneliti mampu mengenal dan menyesuaikan diri

dengan segala sesuatu yang terdapat pada tempat penelitian.

d. Menyusun instrument penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan

data (daftar pertanyaan dan petunjuk observasi) dan juga penyusunan

jadwal kegiatan secara rinci.

e. Konsultasi dengan kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk meminta ijin

kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

f. Konsultasi dengan guru kelas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data

mengenai perilaku hiperaktif selama mengikuti kegiatan di pada saat

kegiatan belajar-mengajar serta aktifitas sisw pada saat istirahat.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Observasi dan wawancara terhadap siswa yang berperilaku hiperaktif.

Observasi dan wawancara bertujuan untuk mengungkap karakteristik

perilaku hiperaktif dan faktor-faktor peneyebabnya baik di lingkungan

sekolah ( pada saat KBM ataupun pada saat istirahat)

b. Wawancara terhadap guru kelas

Wawancara dilakukan pada guru kelas dilakukan sebagai upaya untuk

memperoleh data mengenai karakteristik hiperaktif pada saat di

lingkungan sekolah dan faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya

perilaku hiperaktif.

c. Wawancara terhadap teman siswa

Wawancara terhadap teman khususnya teman akrab siswa bertujuan untuk

mengetahui karakteristik hiperaktif siswa tersebut.

d. Wawancara dengan orang tua siswa

Wawancara terhadap orang tua siswa bertujuan untuk mendapatkan

deskripsi tentang karakteristik perilaku hiperaktif anaknya serta faktor-

faktor yang menyebabkan perilaku hiperaktif tersebut apabila anak sedang

berada dirumah.

Page 60: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

60

3. Tahap Pelaporan Hasil

Tahap pelaporan hasil penelitian ini adalah pelaporan hasil penelitian. Pada

tahap ini setelah penulis merangkum, mencatat, menganalisis dan

mendeskripsikan semua hasil penelitian yang berupa data kualitatif kemudian

disusun secara sistematis sebagai bahan pelaporan hasil penelitian.

Page 61: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sajian Data Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Mranggen 05

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. SD Negeri Mranggen 05

merupakan sekolah yang terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk.

Adapun letak yang lebih jelas SD Negeri Mranggen 05 adalah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan dengan perkampungan penduduk, b) Sebelah

selatan berbatasan dengan perkampungan penduduk, c) Sebelah barat

berbatasan dengan SMP N 1 Polokarto, dan d) Sebelah timur juga berbatasan

dengan perkampungan penduduk.

SD Negeri Mranggen 05 memiliki 9 ruang yang terdiri dari 6 ruang

kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru serta ruang 1 ruang perpustakaan

dan UKS. Fasilitas di SD Negeri Mranggen 05 cukup memadai, yaitu

tersedianya perpustakaan, UKS, tempat ibadah, kantin yang bersih dan kamar

mandi, lapangan olah raga serta tempat parkir.

SD Negeri Mranggen 05 Kabupaten Sukoharjo yang menghadap ke

Utara dan di depan terdapat jalan menuju ke perkampungan penduduk.

Sehingga untuk menjaga keamanan anak saat berolah raga di halaman dan juga

saat istirahat maka pagar depan SD ini telah terbuat dari tembok yang tingginya

kurang lebih 2,5 meter, dan pintu masuk telah terbuat dari pintu tralis besi yang

memiliki ketinggian 2,5 meter. Selain itu untuk menjaga keamanan yang ada

dilingkungan SD Negeri Mranggen 05 Kabupaten Sukoharjo selalu terkunci

pada saat kegiatan belajar mengajar.

Page 62: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

62

Halaman sekolah sebagian besar telah di cor dengan semen yang

difungsikan sebagai lapangan olah raga serta kegiatan upacara bendera setiap

hari senin atau hari-hari yang telah diwajibkan untuk upacara. Kegiatan ekstra

kulikuler juga dilaksanakan pada halaman tersebut. Untuk kebersihan, di

sekolah tersebut dijadwalkan setiap hari dua kali penjaga kebersihan sekolah

melakukan kegiatan kebersihan yakni sebelum masuk sekolah dan saat jam

istirahat kedua dan dibantu oleh siswa di masing-masing kelas. Selain itu

kondisi anak-anak di SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo mengetahui arti pentingnya kebersihan bagi kesehatan sehingga

mereka selalu membuang sampah pada tempatnya. Untuk mengingatkan

pentingnya kebersihan maka di tempat-tempat yang strategi di SD ini dipasang

poster tentang pentingnya kebersihan. Pencahayaan setiap ruang cukup baik,

sehingga suasana terasa nyaman untuk terlaksananya proses belajar baik.

Tenaga pengajar atau guru di SD Negeri Mranggen 05 berjumlah 11

orang yaitu 6 guru kelas, 1 kepala sekolah, 1 guru agama, 1 guru bahasa

inggris, 1 guru komputer dan 1 penjaga sekolah. Jumlah siswa yang terdapat di

SD Negeri Mranggen 05 berjumlah 111 yang berjumlah 52 siswa putra dan 59

siswa putri. Sebanyak 105 siswa memeluk agama islam dan 6 siswa lainnya

beragama non islam.

2. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai perilaku hiperaktif.

Melalui penelitian ini, diharapkan penulis dapat mengetahui secara mendalam

yang kemudian dapat mendeskripsikan mengenai perilaku hiperaktif siswa

serta faktor-faktor yang menjadi penyebab perilaku hiperaktif dan pada

akhirnya diharapkan pada penelitian ini, penulis dapat memberikan alternatif

bimbingan untuk dapat mengenai perilaku hiperaktif siswa.

Page 63: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

63

Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa siswa yang ada di

lingkungan sekolah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

perilaku siswa, yaitu siswa yang mengalami perilaku hiperaktif. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang perilaku siswa yaitu siswa yang

mengalami perilaku hiperaktif tersebut di awal penelitian, dapat dideskripsikan

perilaku hiperaktif tersebut sebagai berikut:

a. Tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh.

b. Memain-mainkan pensil atau benda yang ada di depannya sehingga

timbul suara berisik pada waktu kegiatan belajar-mengajar.

c. Menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.

d. Berlarian saat di dalam kelas.

e. Mondar-mandir pada waktu pelajaran berlangsung.

f. Keluar masuk kelas dengan berbagai alasan.

g. Tidak dapat memfokuskan perhatian dalam jangka waktu yang lama.

h. Mudah teralih perhatian.

i. Mudah mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam satu kegiatan.

3. Deskripsi Subyek Penelitian

a. Subyek I

Data pribadi subyek I sebagai berikut:

Nama : Angga Dani Ananda

Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 14 Februari 2001

Page 64: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

64

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Kelas : III

Jumlah saudara : 3

Alamat : Pundung Sari

Bahasa sehari-hari : Jawa

Nama ayah : Surono

Pekerjaan : Polisi

Agama : Islam

Nama ibu : Sumarni

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Penyakit yang pernah atau : Radang tenggorokan

sedang diderita

1) Fisik Subyek

Berdasarkan dokumentasi, subyek I merupakan siswa yang

memiliki berat badan 25 kilogram dengan tinggi 143cm. Subyek memiliki

kesehatan yang baik dan tidak memiliki cacat tubuh serta tidak menderita

suatu penyakit yang membahayakan, akan tetapi subyek hingga kini

sering mengalami sakit radang tenggorokan.

Page 65: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

65

Gambaran fisik subyek yang lainnya adalah, subyek sering mengalami

sakit di pergelangan tangan atau kaki. Hal tersebut subyek alami karena

perilaku hiperaktif subyek seperti sering naik turun tangga di dalam

rumah, sering naik pohon yang ada di lingkungan rumah serta gerakan

tangan dan kaki subyek yang seolah-olah seperti gerak reflek, sehingga

subyek sering mengalami cidera atau sakit fisik karena perilakunya

tersebut.

2) Aktifitas Subyek

Aktifitas subyek baik di rumah dan di sekolah tidak jauh berbeda.

Aktifitas yang dilakukan subyek menunjukkan perilaku hiperakti, baik di

rumah maupun di sekolah. Perilaku hiperaktif yang dilakukan subyek

ketika berada di rumah di antaranya menggerak-gerakan tangan dan kaki

secara berlebihan seperti memukul-mukul benda yang ada di dekatnya,

jika bermain tidak dapat bertahan lama dengan satu permainan, tidak

dapat membereskan alat bermainnya setelah selesai bermaian selain itu

perilaku subyek juga destruktif seperti mudah merusak mainannya. Selain

hal tersebut jika di ajak bicara dengan orang tua atau pembantunya,

subyek tidak dapat memperhatikan. Hal tersebut juga subyek alami ketika

berada di sekolah. Aktifitas yang dilakukan subyek di sekolah

menunjukkan bahwa subyek mengalami perilaku hiperaktif. perilaku

hiperaktif pada saat di sekolah di antaranya sering menunjukkan sikap

cuek dan tidak memperhatikan ketika diajak berbicara dengan orang lain

dan cenderung semaunya sendiri, tidak dapat duduk tenang seperti

banyak menggeliat di kursi pada waktu pelajaran, meninggalkan tempat

duduk dan mondar-mandir dari bangku satu ke bangku teman satunya

Page 66: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

66

Hubungan subyek dengan teman, baik di rumah dan di sekolah

juga tidak jauh berbeda. Dalam bergaul dengan lingkungan sekitar subyek

selalu ingin menjadi pemimpin dalam permainan, ingin menang sendiri

dan tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lain.

3) Aktifitas Orang Tua

Kedua orang tua subyek merupakan orang tua yang jarang berada

di rumah. Ayah subyek bekerja sebagai polisi yang tidak tentu jadwal

pekerjaannya, sedangkan ibu subyek bekerja sebagai PNS. Kedua orang

tua subyek merupakan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.

Berangkat bekerja pagi dan pulang sore hari atau bahkan malam hari.

Kedua kakak subyek juga tidak tinggal bersama dengan orang tua, karena

bekerja dan kuliah di luar kota. Kondisi yang demikian membuat subyek

jarang berkumpul dengan kedua orang tuanya serta membuat subyek

hanya ditemani dengan pembantu di rumah. Hubungan subyek dengan

pembantu lebih dekat disbanding dengan orang tuanya, karena segala

sesuatu yang dibutuhkan subyek dibantu oleh pembantu, dari hal yang

dibutuhkan subyek sebelum berangkat sekolah hingga subyek pulang

sekolah, seperti peralatan sekolah hingga baju yang digunakan subyek

sepulang sekolah.

Kedua orang tua subyek merupakan orang tua yang memberikan

kasih sayang berlebihan, hal ini dapat terlihat dari sikap dan cara

pendidikan orang tua yang diterapkan pada subyek serta segala sesuatu

yang diinginkan subyek selalu dituruti oleh kedua orang tua(K. W. OT.

S1). Selain hal tersebut kedua orang tua subyek juga menerapkan disiplin

yang ketat pada subyek seperti sepulang sekolah harus segera pulang,

subyek harus dapat menjadi yang pertama di kelas, belajar harus tepat

Page 67: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

67

waktu dan tidak diperbolehkan main di luar rumah tanpa ditemani oleh

pembantunya. Hal tersebut dilakukan orang tua subyek dengan alasan

bahwa subyek merupakan anak laki-laki dalam keluarga dan

menginginkan subyek kelak dapat menjadi pemimpin yang lebih

dibanding orang tua. Selain hal tersebut, orang tua subyek terdapat

kekhawatiran jika subyek salah bergaul dengan lingkungan sekitar,

sehingga mereka memperlakukan subyek dengan demikian.(K.W.OT.SI)

b. Subyek II

Data pribadi subyek I sebagai berikut:

Nama : Adam Saputro

Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 09 Juni 2000

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Kelas : III

Jumlah saudara : 2

Alamat : Godegan

Bahasa sehari-hari : Jawa

Nama ayah : Agus Widodo

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Page 68: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

68

Nama ibu : Sumami

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Penyakit yang pernah atau : Step

sedang diderita

1) Fisik Subyek

Berdasarkan hasil dokumentasi, subyek II merupakan siswa yang

memiliki berat badan 28 dengan tinggi 135 cm. Kondisi fisik subyek II

tidak mengalami cacat tubuh.

Gambaran keadaan fisik subyek yang lain adalah subyek II juga

sama dengan subyek I yaitu sering mengalami sakit karena terjatuh atau

di akibatkan perilaku hiperaktif subyek seperti banyak melakukan

gerakan di antaranya sering berlarian baik di dalam ataupun di luar rumah

dan melakukan tindakan-tindakan berbahaya seperti naik pohon yang

tinggi. Sejarah kesehatan yang pernah subyek II alami adalah sejak kecil

kira-kira subyek berumur 2 tahun sering mengalami step hingga subyek

naik ke kelas dua dan hingga saat ini hal tersebut sudah tidak subyek

alami(KW.OT.S II).

2) Aktifitas Subyek

Aktifitas subyek II sama halnya dengan subyek I. Aktifitas subyek

II ketika di rumah juga menunjukkan perilaku hiperaktif. Perilaku

Page 69: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

69

hiperaktif yang subyek lakukan dirumah antara lain menggerakkan tangan

dan kaki ketika berada di rumah seperti memukul-mukul benda yang ada

di dekatnya dan mengoyang-goyangkan kaki ketika dalam keadaan

duduk, selain hal tersebut perilaku hiperaktif subyek yang lain adalah

subyek II merupakan anak yang tidak dapat duduk dengan tenang. Ada-

ada saja perilaku yang dilakukan ketika duduk, seperti sering menggeliat

pada waktu makan serta tidak dapat diam.

Lebih lanjut hubungan subyek dengan tetangga dan teman-teman

di sekitar rumah mendapat cap bahwa subyek adalah anak yang nakal

dengan perilaku hiperaktif yang dilakukan oleh subyek (K.W.T.SII).

Perilaku subyek ketika bermain dengan teman-teman di sekitar rumah

sering destruktif, tidak mau kalah, suka merebut mainan teman, dan selalu

ingin menjadi pemimpin dalam permainan. Selain hal tersebut, subyek

juga sering berkelahi dan bertengkar dengan temannya jika

permintaannya tidak dituruti atau tidak sesuai dengan keinginan subyek.

Subyek jugamemiliki kondisi psikologis yang mudah marah jika

keinginannya tidak segera dituruti. Hal tersbut subyek lakukan baik

dirumah maupun di sekolah.(K.W.OT.SII)

3) Aktifitas Orang Tua

Kedua orang tua subyek bekerja sebagai wiraswasta dengan

membuka warung di salah satu pasar dekat rumah subyek. Mereka

berangat pagi dan pulang pada sore hari menjelang waktu magrib.

Keseharian subyek jika ditinggal orang tuanya, subyek berada dirumah

dengan saudara dan neneknya. Hal tersebut membuat subyek jika pulang

sekolah jarang bertemu dengan kedua orang tuanya. Terkadang subyek

sepulang sekolah juga menyusul orang tua di pasar dan bermain di pasar

Page 70: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

70

hingga sore hari. di rumah nenek subyek juga kurang memperhatikan

aktifitas subyek. Kondisi demikian yang akhirnya membuat subyek dapat

berperilaku sekehendak dirinya karena tidak ada yang mengontrol

perilaku subyek, apalagi saudara subyek juga mengalami perilaku

hiperaktif yang sama dengan subyek.

c. Subyek III

Data pribadi subyek I sebagai berikut:

Nama : Muhammad David

Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 22 November 2001

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Kelas : III

Jumlah saudara : 2

Alamat : Kedung Rejo

Bahasa sehari-hari : Jawa

Nama ayah : Suroto

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Nama ibu : Asih

Page 71: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

71

Pekerjaan : Penjahit

Agama : Islam

Penyakit yang pernah atau : Radang tenggorokan dan Asma

sedang diderita

1) Fisik Subyek

Subyek III bernama Muhammad David. Subyek adalah anak

pertama dari dua bersaudara. Secara fisik subyek memiliki tinggi badan

130 cm dengan berat badan 27 kilogram. Subyek tidak mengalami

mengalami cacat fisik.

Sejarah kesehatan subyek tidak mengalami suatu penyakit yang

membahayakan, hanya radang tenggorokan dan subyek menderita

mengalami sakit asma.

Gangguan fisik lain yang sering subyek alami sama halnya kedua

subyek lainnya yaitu sering mengalami gangguan kesehatan fisik seperti

kaki atau tangan yang terkilir akibat perilaku hiperaktif yang subyek

alami seperti banyak melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya

sering memukul-mukul meja atau benda yang ada di sekitarnya. Selain itu

subyek juga senang bersepeda baik di dalam dan di luar rumah dengan

menunjukkan perilaku hiperaktifnya seperti banyak bergerak ketika

bersepeda dan tidak berpikir jika subyek akan terjatuh atau mengalami

luka dengan perilakunya tersebut.

2) Aktifitas Subyek

Page 72: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

72

Aktifitas subyek ketika berada dirumah dan di sekolah juga

menunjukkan perilaku hiperaktif. Perilaku hiperaktif yang sering subyek

lakukan ketika berada di rumah di antaranya adalah sering melakukan

gerakan tangan dan kaki di antaranya sering memukul-mukul meja, sering

menggerakkan tangan dan kaki dalam keadaan di ajak berbicara orang

lain. Selain hal tersebut perilaku hiperaktif yang subyek alami adalah

tidak dapat duduk tenang dalam kondisi yang tidak tepat seperti pada

waktu makan.(K.W.OT.SIII)

Selain aktifitas subyek ketika berada di rumah di atas, hubungan

subyek dengan teman-teman ketika berada di rumah dan di sekolah

mendapatkan perlakuan dan cap bahwa subyek adalah anak yang nakal,

sehingga subyek dijauhi dan dikucilkan oleh teman-temannya. Hal

tersebut disebabkan perilaku subyek yang seenaknya ketika bermain

dengan teman, seperti suka merebut permainan teman, suka bertengkar

dan berkelahi dengan teman, mudah mengalami kejenuhan dalam

bermain serta keadaan psikologis subyek yang mudah marah

(K.W.T.SIII)

3) Aktifitas Orang Tua

Kedua orang tua subyek bekerja sebagai buruh. Ayah subyek

bekerja sebagai tukang batu dan ibu bekerja sebagai penjahit konveksi.

Ayah dan ibu subyek berangkat sekitar pukul 07.30 dan pulang sekita

pukul 17.00WIB. Subyek merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Hubungan dalam keluarga subyek III ini juga seperti masyarakat

Page 73: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

73

pedesaan lainnya, seperti orang tua yang sibuk dengan bekerja tanpa

memperhatikan kegiatan yang dilakukan subyek ketika dirumah dan di

sekolah, walaupun sekedar menanyakan kegiatan di sekolah atau yang

menjadi PRnya. Orang tua yang merupakan pendidik pertama dan utama

dalam sebuah keluarga kurang dalam memberikan perhatian dan

pengawasan terhadap anak pada saat dirumah, misalnya menanyakan

kegiatan subyek ketika di sekolah, menanyakan problem yang dihadapi

subyek, serta bagaimana ketika subyek bermain dengan teman-temannya.

Orang tua subyek membiarkan subyek berperilaku seenaknya seperti

perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek. Kedua orang tua subyek

juga lebih mengutamakan untuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan

keluarga subyek sehari-hari. Hal tersebut membuat subyek merasa tidak

memiliki waktu yang cukup dengan kedua orang tuanya untuk

mendapatkan kasih sayang.

Kedua orang tua subyek merupakan orang tua yang lebih

menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga subyek dan saudaranya

kurang mendapat perhatian dari kedua orang tua. Hal demikian yang

mengakibatkan subyek berperilaku semaunya sendiri dan tidak

mendapatkan pengontrolan, akan tetapi kedua orang tua subyek jika

mendapati subyek berperilaku hiperaktif mereka langsung memberikan

hukuman bagi subyek, baik hukuman fisik seperti memukul subyek atau

memberikan hukuman verbal seperti memarahi subyek dengan kata-kata

kasar. Hal tersebut sering dilakukan oleh ayah subyek apabila subyek

berperilaku hiepraktif pada saat di rumah seperti berlarian di dalam

rumah, tidak fokus dan seolah tidak mendengarkan perintah orang tua

subyek.

B. Temuan Hasil Penelitian

Page 74: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

74

1. Perilaku Hiperaktif

a. Subyek I

1) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada saat di

dalam kelas maupun pada saat istirahat, perilaku hiperaktif yang dilakukan

subyek I adalah banyak melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya

adalah memukul-mukul meja dengan tangannya, melakukan gerakan kaki

pada saat pelajaran berlagsung sehingga menimbulkan suara gaduh. Selain

melakukan gerakan tangan dan kaki subyek I juga melakukan perilaku

hiperaktif yaitu tidak dapat duduk tenang di antaranya adalah sering

mengeliat ketika pelajaran berlangsung, mondar-mandir ketika guru

menjelaskan materi pelajaran, keluar masuk kelas dengan alasan meraut

pensil.

Selain perilaku hiperaktif tersebut, subyek I juga mengalami perilaku

hiperaktif yang lainnya seperti sering kehilangan benda-benda permainannya

serta peralatan sekolah karena subyek merupak anak yang ceroboh dan tidak

telaten dalam menyimpan alat-alat yang dimilikinya, sering menunjukkan

sikap cuek dan tidak memperhatikan ketika diajak berbicara dengan orang

lain dan perilaku yang semaunya sendiri, tergesa-gesa dalam mengerjakan

tugas dan lebih memilih menyontek, bernyanyi-nyanyi kecil pada waktu

guru menjelaskan materi sehingga menimbulkan suara berisik di dalam

kelas.

Hubungan subyek I dengan teman-teman subyek di sekolah juga

menunjukkan perilaku hiperaktif. Hal tersebut di antaranya adalah (a) Cepat

mengalami kejenuhan atau bosan dengan kegiatan bermain yang

dilakukannya serta waktu yang dilakukan dalam permainan singkat, sering

berkelahi dengan teman, terutama dengan Adam dan David, ingin menjadi

Page 75: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

75

pemimpin disetiap permainan serta dijauhi dan dimusuhi oleh teman-

temannya.

2) Hasil Wawancara

Penulis melakukan wawancara terhadap siswa berperilaku hiperaktif

(subyek I), teman siswa, guru kelas, guru bahasa inggris dan orang tua.

Kegiatan wawancara dilakukan pada saat di sekolah dan di rumah subyek.

Hasil kegiatan wawancara yang dilakukan penulis, dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dari kegiatan wawancara terhadap guru kelas,

guru bahasa inggris dan teman subyek, menyatakan bahwa subyek I

merupakan salah satu siswa hiperaktif dan dianggap oleh guru serta teman-

temannya sebagai anak yang nakal. Perilaku yang dilakukan subyek ketika

berada di dalam kelas selalu menimbulkan suara gaduh seperti (a) Gerakan

tangan dan kaki, (b) Suara nyanyian lirih yang di lakukan subyek, (c)

Subyek yang suka mengajak berbicara dengan temannya sehingga membuat

siswa lainnya merasa terganggu pada saat kegiatan belajar-mengajar, (d)

Tidak dapat memfokuskan perhatiaannya pada materi yang disampaikan

oleh gur dalam waktu yang lama serta mudah teralih perhatian .

Menurut guru bahasa inggris subyek merupakan siswa yang

memiliki tingkat fokus terhadap pelajaran dengan kapasitas dan daya ingat

yang rendah. Dalam mengingat lambang dan kosakata pelajaran bahasa

inggris subyek I mengalami masalah dengan hal tersebut.

Bagi teman siswa, subyek I sering berperilaku hiperaktif saat di

dalam ataupun di luar kelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilakunya

yang (a) Sering mondar-mandir di dalam kelas, (b) Suka berjalan-jalan di

Page 76: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

76

dalam kelas ketika guru menyampaikan materi, (c) Sering tidak

memperhatikan penjelasan guru dan asyik bermain sendiri, sehingga

mengakibat subyek I pada waktu pelajaran ulangan sering menyontek dan

dengan memaksa. Hal tersebut juga merupakan memicu kemarahan teman-

temannya, sehingga subyek memilki hubungan sosial yang tidak baik

dengan teman-temannya dan dijauhi oleh teman-temannya.

Selain hal tersebut kecendrungan untuk melanggar tata tertib

sekolah sering sekali subyek lakukan baik pada saat kegiatan belajar-

mengajar maupun pada waktu istirahat. Hal tersebut ditandai dengan

perilaku subyek yang suka keluar masuk kelas tanpa ijin dari guru, masuk

kelas setelah istirahat tidak tepat waktu. Selain itu berdasar hasil wawancara

dengan guru kelas, subyek juga berperilaku hiperaktif pada saat istirahat

dengan berlarian di lapangan sekolah seolah-olah jika waktu istirahat adalah

waktunya untuk bebas bagi subyek (K.W.G.SI)

Selain hal tersebut hasil wawancara yang diperoleh penulis dengan

orang tua subyek I, subyek merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam

keluarga. Kedua kakak subyek tidak tinggal bersama mereka. Semua

keinginan yang subyek mau pasti akan dituruti oleh kedua orang tua, baik

hal-hal yang berkaitan dengan sekolah maupun dalam hal bermain dengan

teman-temannya. Selain keinginan yang dituruti oleh kedua orang tua

subyek I, subyek juga diterapkan disiplin yang sangat ketat dari kedua orang

tuanya, khususnya ayah subyek I yang bekerja sebagai polisi sehingga di

dalam rumah subyek menunjukkan perilaku sebagai anak yang takut

terhadap orang tuanya. Disiplin tersebut seperti setiap kegiatan yang

dilakukan oleh subyek I harus dilakukan dengan tepat waktu dan

terjadwalkan yang telah dibuat ayah subyek.

Perilaku hiperaktif yang subyek I lakukan ketika berada di rumah di

antaranya (a) Sering melakukan tindakan-tindakan ceroboh seperti naik

turun tangga di dalam rumah dan walaupun sering terjatuh subyek merasa

Page 77: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

77

tidak jera, (b) Sering tidak mendengarkan dan terlihat cuak ketika diajak

berbicara oleh orang tuanya, (c) Ceroboh dalam menyimpan peralatan

bermain dan sekolahnya, (d) Sering melakukan gerakan tangan dan kaki

ketika berada di rumah sehingga sering memicu kemarahan orang tua, (e)

Tidak sabaran jika harus mengggu keinginannya untk segera dipenuhi, (f)

Tidak bisa memfokuskan perhatiannya pada satu hal kegitan yang

dilakukannya.

3) Kesimpulan Hasil Obsevasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah penulis

lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku hiperaktif yang dialami

oleh subyek I adalah sebagai berikut:

(a) Aktifitas fisik yang dilakukan subyek I dengan perilaku hiperaktif yang

dialaminya adalah melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya

adalah tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara

gaduh serta menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.

Tidak dapat duduk dengan tenang, yang ditandai dengan menggeliat di

kursi ketika guru meyampaikan materi, mondar-mandir dan suka

berpindah tempat dari tempat duduknya ketempat duduk temannya.

(b) Keadaan psikologis subyek I merupakan siswa yang tergolong mudah

marah serta mudah terpancing emosinya jika mendapatkan sesuatu yang

tidak sesuai keinginannya. Hal tersebut ditandai dengan nada bicara

yang tinggi dan terkesan keras.

(c) Hubungan dengan lingkungan sekitar baik dengan teman dan guru,

subyek I cenderung memiliki sedikit teman dan dijauhi serta dimusuhi

oleh teman-temannya karena subyek sering bertengkar dan berkelahi

dengan teman-temannya. Hubungan gurupun, subyek I dicap sebagai

anak yang nakal karena suka berkelahi dengan teman dan pada waktu

Page 78: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

78

kegiatan belajar-mengajar sering tidak fokus dan tidak memperhatikan

penjelasan guru, sehingga guru menganggap bahwa subyek I merupakan

anak yang nakal dan suka membuat gaduh pada waktu kegiatan belajar-

mengajar.

(d) Selain hal tersebut di atas, perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek I

yang lainnya adalah sering mengadu kehilangan benda-benda

permainannya serta peralatan sekolah karena subyek cenderung ceroboh

dalam mengerjakan sesuatu, tidak telaten dalam menyimpan alat-alat

yang dimilikinya, sering menunjukkan sikap cuek dan tidak

memperhatikan ketika diajak berbicara dengan orang lain dan cenderung

semaunya sendiri, tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas dan cenderung

lebih memilih menyontek, cepat mengalami kejenuhan atau bosan

dengan kegiatan bermain yang dilakukannya serta waktu yang dilakukan

dalam permainan cenderung singkat.

b. Subyek II

1) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada saat di

dalam kelas maupun pada saat istirahat, perilaku hiperaktif yang dilakukan

subyek II adalah banyak melakukan gerakan tangan dan kaki seperti (a)

Memukul-mukul meja atau memukul-mukul laci meja sambil menyanyikan

lagu sehingga membuat suasana kelas menjadi gaduh, (b) Memainkan

pensil atau peralatan sekolah pada saat guru menjelaskan materi, (c)

Memainkan kaki dengan memutar-mutarkan kaki pada saat diharapkan

siswa untuk tenang. Selain perilaku hiperaktif tersebut subyek II juga

Page 79: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

79

merupakan siswa yang tidak dapat duduk dengan tenang. Perilakunya

seperti banyak (a) Melakukan gerakan pada waktu duduk, (b) Sering

berpindah tempat dari bangkunya kebangku temannya yang lain, (c) Sering

keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi atau pergi kekantin

sekolah, (d) Mondar-mandir atau berlarian di dalam kelas pada saat disuruh

mengerjakan tugas dan pada waktu guru menjelaskan materi.

Hasil observasi yang di peroleh penulis terhadapb perilaku

hiperaktif lainnya yang dialami subyek II adalah (a) Sering tidak

memperhatikan penjelasan guru ketika menyampaikan materi, (b)

Memotong pembicaraan ibu atau bapak guru, (c) Tidak sabar dalam

menunggu giliran untuk masuk kelas atau pada saat di absen guru, (d)

Pandangan yang selalu tertuju kearah luar kelas, misalnya melihat kelas

lain yang sedang berolah raga, (e) Ekspresi wajah yang sering ketakutan

saat mendapat giliran untuk maju kedepan kelas atau menjawab pertanyaan

guru yang ditandai dengan raur wajah yang memerah dan menghela nafas

jika subyek berhasil terlewati untuk mengerjakan tugas di depan kelas.

Hasil dari observasi yang penulis peroleh dari perilaku hiperaktif

yang subyek II lakukan terkait dengan hubungan sosial dengan teman dan

guru pada saat istirahat dan di sekolah, yaitu subyek II merupakan salah

satu siswa yang mudah marah dan tidak dapat mengkontrol emosinya.

Keadaan psikologis yang mudah marah sering di alami oleh subyek. Hal

tersebut membuat subyek dimusuhi oleh teman-temannya. Selain itu

subyek juga sering bertengkar dan berkelahi dengan temannya, terkadang

hanya karena permintaan atau dalam bermain subyek kalah dari teman-

temannya dan tidak memimpin dalam suatu permainan serta perilaku uasil

yang dibuat subyek sendiri terhadap temannya.

2) Hasil Wawancara

Page 80: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

80

Penulis melakukan wawancara terhadap siswa berperilaku hiperaktif

(subyek II), teman siswa, guru kelas, guru bahasa inggris dan orang tua.

Kegiatan wawancara dilakukan pada saat di sekolah dan di rumah subyek.

Hasil dari kegiatan wawancara dapat penulis deskripsikan sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dari kegiatan wawancara terhadap teman dan guru

kelas serta guru bahasa inggris menyatakan bahwa subyek II merupakan

salah satu siswa hiperaktif. Berbeda dengan subyek I, subyek II Merupakan

siswa hiperaktif yang sudah terlihat sejak kelas I. Perilaku hiperaktif yang

dilakukan oleh subyek II memberikan dampak terhadap subyek II yaitu

pada tahun pelajaran 2008/2009 subyek II harus tinggal di kelas.

Selain itu perilaku hiperaktif yang dilakukan oleh subyek II membuat

subyek II tidak memiliki rasa takut baik terhadap guru maupun kepala

sekolah. Perilaku hiperaktif yang dilakukan subyek II menurut guru kelas

dan guru bahasa inggris bahwa subyek II sering melakukan (a) Gerakan

tangan dan kaki secara berlebihan, (b) Perilaku yang suka memukul-mukul

meja sambil menyanyikan lagu sering sekali subyek lakukan pada saat

kegiatan belajar-mengajar berlangsung, (c) Sering meninggalkan tempat

duduk, (d) Mondar-mandir di dalam kelas dengan tujuan yan tidak jelas,

misalnya hanya sekedar menjahili temannya atau sekedar bertukar tempat

duduk dengan subyek I atau dengan subyek III. Guru kelas dan guru mata

pelajaran lainnya seperti guru bahasa inggris dan guru agama, sudah sering

memberikan teguran dan peringatan terhadap subyek II atas perilakunya

tersebut, akan tetapi subyek II tidak pernah mendengarkan dan kalaupun

dapat sedikit tenang di dalam kelas hanya dalam waktu yang relatif singkat.

Hasil wawancara dengan teman siswa, subyek II merupakan anak

yang nakal (K. W.T.SII). Perilaku yang tidak mau diam dan membuat

gaduh di dalam kelas. Selain itu sikap yang ditunjukkan subyek II ketika

bermain dengan teman-temannya di antaranya (a) Ingin menjadi seorang

Page 81: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

81

pemimpin, (b) Selalu menyuruh-nyuruh, (c) Berperilaku semaunya

memberikan. Hal tersebut memberikan dampak bagi hubungan sosial yang

tidak baik antara subyek II dengan teman-temannya seperti subyek

dianggap sebagai anak yang nakal dan dijauhi oleh teman-temannya serta

sikap teman yang tidak mau bermain dengan subyek. Selain itu subyek II

merupakan siswa yang mudah sekali terpancing emosinya membuat subyek

II ditakuti oleh teman-temannya, karena subyek II sering mengajak

bertengkar, membuat menangis teman yang lain serta sering berkelahi

dengan teman membuat subyek II ditakuti oleh teman-temannya baik teman

yang sekelas maupun adik kelas.

Hasil wawancara dengan orang tua subyek II merupakan anak yang

berasal dari keluarga pas-pasan, sehingga untuk dapat memenuhi keinginan

subyek terkadang subyek diharuskan menunggu hingga orang tua subyek

mampu menurutinya. Tidak jarang hal tersebut dapat memancing emosi

subyek ketika berada di rumah. Perilaku hiperaktif yang dilakukan subyek

II ketika di rumah dan di sekolah tidak jauh berbeda. Di rumah perilaku

hiperaktif yang dilakukan subyek di antaranya adalah sering memainkan

benda apa saja yang subyek lihat dirumah dengan membuat bunyi-bunyian

dengan gerakan tangan dan kakinya. Selain itu perhatian yang tidak dapat

berlangusng lama juga ditunjukkan subyek ketika berada di rumah,

misalnya ketika di ajak berbicara dengan orang tua atau keluarga di rumah

subyek terlihat tidak memperhatikan dan berperilaku semaunya sendiri.

Selain perilaku hiperaktif yang di tunjukkan subyek II, saudara subyek II

juga mengalami perilaku hiperaktif yang sama dengan subyek II. Lebih

lanjut hasil kegiatan wawancara dengan orang tua subyek II, pada waktu

proses hamil dan melahirkan subyek II mengalami kendala sehingga harus

di bantu dengan alat bantu persalinan, agar subyek dapat di selamatkan.

Sejarah kesehatan subyek II pun mengalami permasalahan. Sejak kecil kira-

kira berumur 2 tahun subyek sering mengalami step hingga subyek

beranjak kelas II. Berdasarkan pengalaman tersebut, orang tua subyek

Page 82: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

82

cenderung membiarkan perilaku apa saja yang dilakukan oleh subyek II

sehingga subyek cenderung berperilaku semaunya sendiri. Selain itu orang

tua subyek juga sibuk dengan pekerjaannya sehingga subyek II kurang

mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Hasil lain dari kegiatan

wawancara yang diperoleh peneliti dengan orang tua subyek II bahwa

subyek sering mengalami sakit fisik yang di antranya sering mengalami

kaki terkilir atau tangan yang keleseleo. Berdasarkan keterangan orang tua

subyek II, hal tersebut di sebabkan karena perilaku hiperaktif yang dialami

oleh subyek II sehingga sering mengalami jatuh dan terkilir atau keseleo

karena suka naik turun kursi di dalam rumah, melakukan kegiatan ceroboh

seperti memanjat pohon yang berada di halaman rumah.

3) Kesimpulan Hasil Obsevasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan

dapat disimpulkan bahwa perilaku hiperaktif yang subyek II alami adalah

sebagai berikut:

(a) Aktifitas fisik dari perilaku hiperaktif yang subyek II lakukan, seperti

banyak melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya adalah (1)

Memukul-mukul meja atau benda yang ada di sekitarnya, (2)

Memukul-mukul laci meja sambil menyanyikan lagu sehingga

membuat suasana kelas menjadi gaduh, (3) Memainkan pensil atau

peralatan sekolah pada saat guru menjelaskan materi, (4) Memainkan

kaki dengan memutar-mutarkan kaki pada saat diharapkan siswa untuk

tenang. Selain itu aktifitas fisik lain yang dilakukan subyek II terkait

dengan perilaku hiperaktifnya subyek tidak dapat duduk dengan tenang

di antaranya (1) Sering berpindah tempat dari bangkunya kebangku

temannya yang lain, (2) Sering keluar masuk kelas dengan alasan ke

kamar mandi atau pergi kekantin sekolah, (3) Mondar-mandir serta (4)

Page 83: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

83

Berlarian di dalam kelas pada saat disuruh mengerjakan tugas dan pada

waktu guru menjelaskan materi.

(b) Keadaan psikologis subyek II juga tidak jauh berbeda dengan subyek I.

subyek II juga memiliki emosi yang mudah marah dengan emosi yang

mudah terpancing emosinya apabila tidak segera mendapatkan hal

yang diinginkannya atau hal yang tidak sesuai dengan harapan subyek.

(c) Hubungan sosial subyek dengan teman atau dengan guru yang tidak

baik. Hal ini ditandai dengan teman yang menjauhi dan memusuhi

subyek, karena subyek sering mengancam atau mengajak bertengkar

dan berkelahi dengan teman dalam kegiatan bermain atau tidak

mendapat contekan dari temannya. Selain itu dalam kegiatan bermain

subyek juga tidak mau kalah dan selalu ingin menjadi pemimpin dalam

permainan dan ingin menjadi pemenang. Hubungan dengan gurupun,

subyek II dicap sebagai siswa yang nakal dan siswa yang suka

membuat gaduh di dalam kelas karena perilaku hiperaktifnya.

(d) Perilaku hiperaktif lain yang dialami oleh subyek II di antaranya

adalah (1) Memotong pembicaraan ibu atau bapak guru, (2) Tidak

sabar dalam menunggu giliran masuk kelas atau pada saat di absen

guru, (3) Pandangan yang selalu tertuju kearah luar kelas, misalnya

melihat kelas lain yang sedang berolah raga, (4) Perilaku yang suka

melanggar tata tertib seperti masuk kelas sehabis olah raga atau setelah

istirahat tidak tepat pada waktunya, sering melepas sepatu di dalam

kelas, berpakaian seragam yang terlihat tidak rapi dan kotor.

c. Subyek III

1) Hasil Observasi

Page 84: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

84

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada saat

di dalam kelas maupun pada saat istirahat. Hasil observasi yang

dilakukan penulis dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Subyek III juga mengalami perilaku hiperaktif seperti sering

melakukan gerakan tangan dan kaki di antaranya (a) Memukul-mukul

meja sambil bernyanyi, (b) Mengerakkan kaki dengan sepatunya

sehingga menimbulkan suara dan membuat kelas menjadi gaduh. Selain

hal tersebut subyek III juga tidak dapat duduk tenang atau diam seperti

(a) Banyak melakukan gerakan di tempat duduknya seperti menggeliat

di kursi pada waktu guru menyampaikan materi, (b) Mondar-mandir

dan berkeliaran di depan kelas sehingga mengganggu proses kegiatan

belajar-mengajar.

Perilaku hiperaktif lain yang ditunjukkan subyek III ketika

berada di dalam kelas di antaranya adalah (a) Ekspresi wajah yang

ketakutan ketika harus mengerjakan tugas di depan kelas karena pada

saat guru menyampaikan materi pandangan subyek III tertuju kearah

lain dan keluar kelas sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru,

(b) Sering tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena tidak

memperhatikan guru pada saat meyampaikan materi dan asyik dengan

kegiatannya sendiri, (c) Tidak mengerjakan tugas dan PR yang

diberikan guru dengan berbagai alasan padahal subyek tidak paham

dengan tugas dan PR yang diberikan kepadanya, (d) Tidak dapat

melaksanakan instruksi guru dengan baik pada waktu baris-berbaris

atau hal-hal yang disuruh guru, (e) Mengerjakan tugas dengan tergesa-

gesa dan tidak teliti, (f) Tidak dapat fokus ketika diajak berbicara

dengan guru atau temannya, (g) Perhatiannya yang mudah teralih

dengan hal-hal yang ada di sekitarnya.

Page 85: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

85

Lebih lanjut, dalam hubungan sosial subyek dengan teman dan

guru di sekolah, subyek dicap sebagai anak yang nakal dan suka

bertengkar dan berkelahi dengan teman-temannya. Selain hal tersebut,

subyek juga suka usil dan menjahili teman-temannya sehingga

membuat subyek tidak disukai oleh teman-temannya.

2) Hasil Wawancara

Penulis melakukan wawancara terhadap siswa berperilaku

hiperaktif (subyek III), teman siswa, guru kelas, guru bahasa Inggris

dan orang tua. Kegiatan wawancara dilakukan pada saat di sekolah dan

di rumah subyek. Hasil kegiatan wawancara tersebut dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dari kegiatan wawancara terhadap teman

dan guru kelas serta guru bahasa inggris menyatakan bahwa subyek III

merupakan salah satu siswa hiperaktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan guru

bahasa inggris, subyek III merupakan siswa yang berperilaku hiperaktif

yang tidak jauh berbeda dengan subyek I dan subyek II, namun subyek

III masih memiliki rasa takut terhadap guru apabila ditegur, walaupun

hanya beberapa saat dan berlangsung singkat. (K.W.G.SIII)

Berdasarkan keterangan guru kelas dan guru bahasa inggris

subyek III merupakan siswa hiperaktif yang tidak dapat memfokuskan

perhatiannya pada saat kegiatan belejar-mengajar. Perilaku hiperaktif

yang sering dilakukan subyek III ketika di dalam kelas adalah mengajak

berbicara dengan teman di belakangnya atau sekedar berpindah tempat

Page 86: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

86

duduk ke bangku temannya yang lain dan dilakukan dengan intensitas

yang tinggi.

Hasil wawancara dengan teman subyek III mengenai perilaku

hiperaktif subyek III, bahwa subyek III tergolong siswa yang

berperilaku hiperaktif dan dicap sebagai anak nakal oleh teman-

temannya dan guru. Perilaku hiperaktif subyek III tidak hanya

berlangsung hanya pada saat di dalam kelas, melainkan di luar kelas

pada saat istirahat. Perilaku hiperaktif yang ditunjukkan subyek III

menurut guru dan teman-teman subyek, bahwa subyek hanya ingin

mencari dan mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitarnnya.

Hasil dari kegiatan wawancara yang diperoleh peneliti dengan

orang tua subyek III, perilaku hiperaktif subyek III juga dialami pada

saat di rumah, seperti (a) Membunyi-bunyikan segala sesuatu yang

dengan tangan dan kakinya, (b) Berlarian di dalam rumah, (c) Tidak

dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas seperti instruksi kedua orang

tua. Berdasarkan keterangan orang tua subyek III, sejak kecil subyek

sudah terlihat perilaku hiperaktifnya, berbeda dengan anak-anak

seusianya. Ketika subyek berumur kira-kira dua tahun subyek perilaku

hiperaktif subyek sudah terlihat.

Pada proses kehamilan dan pada saat melahirkan subyek, tidak

mengalami kendala dan hambatan. Orang tua subyek III mengakui

bahwa anaknya kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya,

dikarenakan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukan dan

kurangnya perhatian yang diberikan orang tua terhadap subyek III

mengakibatkan subyek III berperilaku semaunya sendiri. Apalagi

subyek dibiarkan oleh kedua orang tuanya dalam bermain dan

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar serta dalam berperilaku.

Lingkungan sekitar subyek pun juga diakui oleh orang tua subyek untuk

mendukung perilaku hiperaktif subyek III.

Page 87: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

87

3) Kesimpulan Hasil Obsevasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis

lakukan terhadap subyek III dapat disimpulkan bahwa perilaku

hiperaktif yang dialami oleh subyek III adalah sebagai berikut:

(a) Aktifitas fisik seperti melakukan gerakan tangan dan kaki

berlebihan yang di antaranya adalah (1) Tangan dan kaki yang

selalu bergerak-gerak sehingga menimbulkan suara gaduh, (2)

Mengerakkan kaki dengan sepatunya sehingga menimbulkan suara

dan membuat kelas menjadi gaduh. Selain hal tersebut subyek juga

mengalami perilaku hiperaktif sulit untuk melakukan duduk

dengan tenang di antaranya (1) Menggeliat di kursi pada waktu

guru menyampaikan materi, (2) Mondar-mandir dan berkeliaran di

depan kelas sehingga mengganggu proses kegiatan belajar-

mengajar.

(b) Keadaan psikologis subyek III yaitu mudah marah, mudah

terpancing emosinya, suka bertengkar dan berkelahi dengan teman,

menjahili serta usil dengan teman.

(c) Hubungan sosial subyek III dengan teman dan guru di sekolah

tidak baik. Hal ini ditandai dengan sikap dan perilaku teman-teman

yang menjauhi subyek dan memusuhinya karena subyek dianggap

sebagai siswa yang suka membuat gaduh di dalam kelas, siswa

yang nakal karena sering berkelahi dengan temannya serta siswa

yang usil dan jahil. Begitu pula hubungan subyek dengan guru

yang dicap sebagai anak nakal. Perilakunya yang tidak

memperhatikan penjelasaan guru, tidak fokus terhadap materi

pelajaran serta berbicara sendiri atau sibuk dengan kegiatannya

sendiri serta suka membuat gaduh pada saat pelajaran membuat

Page 88: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

88

subyek di cap sebagai anak yang tidak memperhatikan pada saat

guru menjelaskan materi di depan kelas.

(d) Perilaku hiperaktif yang lain yang dialami oleh subyek III di

antaranya adalah (1) Ekspresi wajah yang ketakutan ketika harus

mengerjakan tugas di depan kelas karena pada saat guru

menyampaikan materi pandangan subyek III tertuju ke arah lain

dan keluar kelas sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru,

(2) Sering tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena tidak

memperhatikan guru pada saat meyampaikan materi, (3) Tidak

mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru dengan berbagai

alasan padahal subyek tidak paham dengan tugas dan PR yang

diberikan kepadanya, (4) Tidak dapat melaksanakan instruksi guru

dengan baik pada waktu baris-berbaris atau hal-hal yang disuruh

guru, (5) Mengerjakan tugas dengan tergesa-gesa dan cederung

ceroboh dan tidak dapat fokus ketika diajak berbicara dengan guru

atau temannya, (6) Perhatian subyek yang mudah teralih dengan

hal-hal yang ada di sekitarnya.

Page 89: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

89

2. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Hiperaktif

a. Subyek I

1) Faktor Human atau Manusia

a) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada

saat subyek berada di dalam kelas dan pada saat istirahat perilaku

hiperaktif yang subyek alami merupakan hasil dari keinginan subyek

dalam mencari perhatian terhadap teman-teman dan gurunya.

Perilaku yang suka mondar-mandir dan menyanyikan lagu sambil

memukul-mukul meja merupakan bentuk keinginan subyek agar

lingkungan sekitar memperhatikan perilakunya tersebut.

Penulis juga melakukan observasi ketika berada di rumah pada

saat melakukan wawancara dengan orang tua subyek. Pada saat

observasi, subyek mengalami perilaku hiperaktif dengan mondar-

mandir dan memotong pembicaraan orang tua dengan penulis ketika

melakukan wawancara dengan menannyakan sesuatu yang bertujuan

untuk mencari perhatian.

Selain hal di atas, hasil observasi yang penulis peroleh adalah

subyek cenderung dimanjakan oleh kedua orang tua dan pembantu

dirumah. Hal ini ditandai pada saat penulis melakukan wawancara,

Page 90: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

90

subyek meminta sesuatu dengan segera dan orang tua subyek juga

langsung mengiyakan. Selain itu segala keperluan yang diinginkan

subyek juga tersedia dan di turuti oleh pembantunya.

b) Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang penulis peroleh dengan guru, orang tua

dan teman subyek I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Penulis melakukan wawancara dengan guru kelas dan guru

bahasa inggris tentang perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek I

adalah perilaku yang merupakan akibat dari kurangnya kasih sayang

dari orang tua serta sikap dan perlakuan yang diberikan orang tua

pada subyek I. (K.W.G.SI)

Menurut guru kelas dan guru bahasa inggris, subyek I

merupakan siswa hiperaktif, hal tersebut disebabkan subyek lebih

banyak menghabiskan waktu dengan pembantunya. Dari hal tersebut

menurut guru kelas dan guru bahasa inggris ketika berada di sekolah

subyek I berperilaku hiperaktif untuk mandapatkan perhatian dari

teman-teman dan bapak ibu guru di sekolah.

Lebih lanjut, hasil wawancara yang diperoleh penulis dengan

orang tua subyek I, menyatakan bahwa perilaku hiperaktif subyek

tersebut memang dibenarkan oleh orang tua subyek I. orang tua

subyek I juga mengakui bahwa subyek memang lebih banyak

Page 91: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

91

menghabiskan waktu bersama dengan pembantu. Selain hal tersebut

orang tua subyek juga menceritakan bahwa perlakuan orang tua yang

diberikan kepada subyek berlebihan. Hal ini ditandai dengan segala

sesuatu yang diinginkan subyek selalu dipenuhi dan tidak diajarkan

untuk sabar dalam meminta segala sesuatu pada orang tua subyek.

(K. W.OT.SI)

Gambaran lain dari hasil wawancara yang penulis dapatkan

bahwa ayah subyek memang menanamkan disiplin dan peraturan

yang mengharuskan subyek untuk dapat melaksanakannya. Apalagi

subyek I adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga tersbut.

Kedua orang tua terutama ayah subyek meginginkan subyek harus

menjadi anak yang sukses kelak nanti. Hal-hal kegiatan yang

dilakukan oleh subyek dikontrol tiap hari, namun yang melakukan

pengontrolan tersbut bukan ayah subyek sendiri melainkan dengan

bantuan pembantunya, yang disebabkan orang tua subyek sibuk

dengan pekerjaannya.

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis

lakukan, maka faktor human yang merupakan penyebab perilaku

hiperaktif pada subyek I adalah:

(1) Faktor pemanjaan

Orang tua subyek I menerapkan perlakuan dan sikap yang

memanjakan subyek I. Hal tersebut disebabkan subyek I

merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga mereka.

(2) Faktor orientasi dan kesenangan

Page 92: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

92

Selain pemanjaan yang diberikan orang tua terhadap subyek I,

orang tua subyek juga menanamkan perlakuan yang selalu

menuruti hal apa saja yang diinginkan subyek. Segala bentuk

permintaan yang diinginkan subyek selalu didapatkan subyek

dengan mudah.

(3) Pola pendidikan orang tua yang keras

Pemanjaan dan orientasi kesenangan diterapkan pada subyek I,

selain hal terbut orang tua subyek khususnya ayah subyek

selalu menerapkan disiplin yang terlalu ketat pada subyek I. hal

tersebut dilakukan orangtua subyek karena menginginkan kelak

subyek menjadi anak yang dapat di andalkan dan karena

subyek adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga

mereka.

2) Faktor Non Human atau Lingkungan

a) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis peroleh terkait

dengan faktor non human yang menjadi penyebab perilaku hiperaktif

siswa adalah lingkungan fisik yang mendukung munculnya perilaku

hiperaktif, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Suasana keluarga subyek I kurang adanya curahan kasih

sayang dari kedua orang tua subyek. Orang tua yang dari pagi hingga

sore dan terkadang jadwal pekerjaan orang tua yang tidak tentu

membuat subyek merasa kurang mendapatkan waktu untuk bersama

dengan kedua orang tuanya. Hanya ditemani seorang pembantu dari

Page 93: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

93

subyek pulang sekolah hingga tidur di malam hari, sedagaan dua

saudara subyek juga tidak tinggal bersama dengan kedua orang tua.

Berdasarkan hasil observasi terkait dengan perabot rumah

tangga di rumah subyek memiliki warna-warna yang terlalu

mencolok, seperti kamar subyek dengan cat tembok berwarna

kuning, ruang tamu yang berwarna merah jambu. Selain hal tersebut

menurut hasil observasi yang telah dilakukan penulis subyek

merupakan anak yang memiliki kelengkapan bermain secara lengkap

dibanding dengan anak-anak seumurannya, dari alat bermain robot-

robotan hingga PS 3 dimiliki subyek I. Hal tersebut dapat

dimunginkan karena subyek I merupakan anak yang dipandang dari

segi ekonomi serba kecukupan.

b) Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang penulis peroleh terkait dengan

lingkungan fisik yang mendukung untuk perilaku hiperaktif yang

dialami subyek I, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Menurut hasil wawancara dengan orang tua subyek I,

perilaku hiperaktif yang subyek tunjukkan memang sudah terlihat

dari kecil saat mengandung. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya

gerakan yang subyek lakukan ketika masih berada di dalam perut

ibu, hingga saat mengandung subyek I, ibu subyek merasa sering

mengalami kehabisan oksigen, dengan kata lain sewaktu

mengandung subyek memang sudah ada gerakan-gerakan yang

berlebihan sehingga mengakibatkan ibu subyek tidak kuat untuk

menahan gerakan tersebut. Akan tetapi pada saat melahirkan pun air

ketuban ibu terlanjur pecah dan terminum oleh subyek walaupun

Page 94: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

94

subyek pada waktu itu dapat diselamatkan dengan dilahirkan

memakai alat bantu.

Gambaran hasil wawancara yang penulis peroleh lainnya

dalah orang tua subyek memang mengakui segala yang diingikan

subyek dituruti dari alat-aat bermain hingga peralatan sekolah,

sehingga dari hal tersebut subyek I memiliki alat bermain dari

mainan robot-robotan dari kayu hingga PS 3 serta peralatan sekolah

yang lengkap untuk sekolah lebih dibandingteman-temannya yang

lain. Dari gambaran tersebut orang tua subyek juga membenarkan

bahwa subyek juga termasuk anak yang ceroboh dan tidak telaten

dalam menyimpan dalam menyimpan barang-barang yang subyek

miliki.

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis

lakukan, faktor non human/faktor lingkungan sebagai faktor

penyebab perilaku hiperaktif subyek I adalah:

(1) Suasana keluarga, yaitu dalam keluarga subyek I antara orang tua

dan anak kurang adanya komunikasi serta curahan kasih sayang.

Segala kebutuhan dan keperluan subyek selalu dituruti oleh

kedua orang tua tanpa menanyakan untuk apa hal yang

diinginkan subyek tersebut. Hubungan antara subyek dengan

orang tua serta saudara subyek pun juga tidak ada keakraban satu

dengan yang lainnya dan subyek lebih dekat dengan

pembantunya.

(2) Kelengkapan alat bermain, yaitu alat bermain yang dimiliki

subyek seperti permainan dari kertas, dari kayu, robot-robotan

hingga PS 3. Kelengkapan alat bermain tersebut serta sikap dan

Page 95: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

95

perlakuan orang tua yang berorientasi pada kesenangan membuat

subyek berperilaku hiperaktif seperti tidak telaten dalam

menyimpan alat-alat maianannya, ceroboh dalam menggunakan

alat bermainnya dan cenderung destruktif terhadap mainan dan

barang-barang yang dimiliki subyek.

(3) Proses ibu hamil dan melahirkan, yaitu pada hamil dan

melahirkan subyek I, sedikit mengaalami hambatan. Hambatan

tersebut sejak dalam kandungan subyek sudah memperlihatkan

gerakan janin yang aktif sehingga membuat ibu subyek sering

keluar masuk rumah sakit karenan kehabisan oksigen. Pada saat

melahirkan subyek, air ketuban ibu subyek sudah pecah serta air

ketuban tersebut terminum oleh subyek. Disamping itu berat

badan subyek pada waktu itu sekitar 3,9 kilogram sehingga

proses kelahiran subyek harus dibantu dengan alat.

b. Subyek II

1) Faktor Human atau Manusia

a) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada

saat subyek berada di dalam kelas dan pada saat istirahat perilaku

hiperaktif yang subyek lakukan memang merupakan perilaku

hiperaktif yang sudah dialami subyek dari kecil. Hal ini terlihat dari

catatan guru sejak kelas satu bahwa subyek merupakan siswa yang

Page 96: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

96

tidak dapat duduk tenang dan siswa yang di cap sebagai siswa

pembuat gaduh di kelas pada saat pelajaran berlangsung (K.O.SI)

Gambaran hasil observasi yang penulis lakukan ketika berada

di dalam kelas dan pada saat istirahat terkadang perilaku hiperaktif

yang dialami oleh subyek II adalah bentuk periaku yang kurang

mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini

ditunjukkan dari perilaku subyek yang suka menyanyi lirih ketika

pelajaran berlangsung agar mendapatkan pujian dari teman-

temannya atau dari guru yang sedang menyampaikan materi, selain

itu perilaku hiperaktif yang dilakukan subyek akan merasa senang

jika ditiru oelh teman-temannya baik pada saat pelajaran

berlangsung atau pada saat istirahat.

Gambaran perilaku hiperaktif yang diperoleh peneliti ketika

mengadakan wawancara di rumah subyek, perilaku hiperaktif

memang subyek alami juga ketika berada di rumah. Hal ini juga

diketahui oleh kedua orang tua subyek, akan tetapi orang tua subyek

membiarkan perilaku hiperaktif tersebut, tanpa memberikan teguran

atau nasihat.

Selain itu menurut hasil observasi penulis, subyek II

merupakan anak yang kurang dalam mendapatkan pengawasan

orang tua ketika di rumah. Kecenderungan untuk berperilaku

hiperaktif yang semaunya sendiri bebas subyek lakukan. Keadaan

orang tua yang sibuk bekerja di pasar dari adzan subuh hingga

menjelang magrib membuat subyek kurang mendapatkan

pengawasan dari orang tua ketika subyek berada di rumah.

b) Hasil Wawancara

Page 97: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

97

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua

subyek dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Subyek merupakan anak hiperaktif yang sudah terlihat sejak kecil,

bahkan saudara subyek pun juga berperilaku hiperaktif sama dengan

subyek II. Menurut hasil hasil wawancara dengan orang tua subyek

sewaktu hamil, orang tua subyek tidak memberikan perlakuan

secara khusus layaknya orang yang sedang hamil, yang dilakukan

adalah layaknya orang desa seperti makan dan minum yang menjadi

pantangan ketika hamil dan yang terpenting pada saat hamil dan

melahirkan nantinya berjalan normal dan sehat.

Berdasarkan keterangan orang tua subyek, perilaku hiperaktif

yang dilakukan anaknya diakui oleh kedua orang tua subyek, hal ini

dianggap orang tua sebagai hal yang wajar dan tidak perlu

mendapatkan perhatiaan yang khusus, karena selain saudara

kandung subyek, saudara dari pihak keluarga ayah subyek juga

mengalami perilaku hiperaktif yang sama dengan subyek.

Kurangnya pengawasan dan perhatian yang diberikan orang

tua terhadap subyek pun juga dibenarkan oleh orang tua subyek. Hal

ini dengan alasan bahwa kedua orang subyek bekerja sebagai

wiraswasta yang membuka warung di pasar dekat rumah mereka.

Mereka bekerja dari adzan subuh hingga menjelang magrib. Hal

tersebut dilakukan dengan alasan mencukupi kebutuhan keluarga.

Dengan alasan tersebut orang tua subyek mengakui untuk

memberikan pengawasan terhadap subyek memang tidak dapat

optimal.

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Page 98: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

98

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis

lakukan terkait faktor human sebagai faktor penyebab perilaku

hiperaktif pada subyek II adalah sebagai berikut:

(1) Kurangnya pengawasan dari orang tua, yaitu perilaku hiperaktif

subyek II merupakan akibat dari kurangnya pengawasan yang

diberikan orang tua subyek. Kedua orang tua subyek yang sibuk

dengan pekerjaannya dipasar dan di rumah subyek juga kurang

mendapatkan pengontrolan dari neneknya.

(2) Faktor genetik, yaitu terdapat kemungkinan bahwa perilaku

hiperaktif subyek II merupakan perilaku hiperaktif yang berasal

dari faktor keturunan atau genetik. Hal ini ditandai dengan

adanya saudara sekandung subyek yang juga berperilaku

hiperaktif sama halnya dengan subyek. Selain hal tersebut

berdasarkan keterangan orang tua bahwa saudara dari pihak

ayah subyek juga menglami perilaku hiperaktif.

2) Faktor Non Human atau Faktor Manusia

a) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi terkait dengan lingkungan fisik

yang dapat menjadi penyebab perilaku hiperaktif subyek II dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Keadaan lingkungan fisik yang terdapat pada subyek II

adalah suasana keluarga yang memberikan kenyamanan bagi

subyek. Hal tersebut ditandai dengan orang tua yang sibuk dan

Page 99: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

99

waktu yang dihabiskan untuk bekerja dipasar membuat subyek dan

saudara merasa kurang dalam mendapatkan kebersamaan dan

perhatian dari orang tua. Selain itu orang tua yang membiarkan

subyek dalam berperilaku hiperaktif juga tidak mendapatkan

perhatian dari kedua orang tua. Pada kegiatan sekolah, kedua orang

tua subyek jarang menanyakan hal-hal yang dilakukan subyek

ketika di sekolah serta tugas yang menjadi PR subyek.

Kelengkapan bermain subyek II dibanding subyek I

memang jauh berbeda. Jika subyek I memiliki peralatan bermain

yang lengkap, berbeda halnya dengan subyek II, hal ini ditandai

dengan alat bermain yang dimiliki subyek lebih banyak terbuat dari

kayu dan potongan kertas atau batang pisang.

Lebih lanjut, keadaan lingkungan fisik subyek II juga

berbeda dengan subyek I. Perbedaan itu terlihat dari bangunan dan

cat rumah subyek II yang terlihat masih apa adanya dengan

bangunan layaknya rumah di pedesaan.

b) Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi terkait dengan lingkungan fisik

yang dapat menjadi penyebab perilaku hiperaktif subyek II dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Orang tua subyek II menyatakan bahwa mereka kurang

dapat memperhatikan setiap kegiatan dan perilaku subyek ketika

berada di rumah. Biasanya subyek di titipkan pada nenek atau

tetangga dekat subyek.

Page 100: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

100

Orang tua subyek juga membenarkan jika anak mereka

mengalami perilaku hiperaktif. Hal tersebut ditandai jika subyek

berada di rumah (1) Sering melakukan gerakan tangan dan kaki, (2)

Sering terlihat tidak memperhatikan jika diajak berbicara dengan

orang lain, (3) Mudah mengalami kebosanan atau kejenuhan dalam

suatu kegiatan bermain. Hal tersebut diperoleh orang tua subyek

dari laporan para tetangga dan ketika kedua orang tua sedang ada di

rumah.

Berdasarkan keterangan orang tua subyek II, kehidupan

mereka pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dirasa

mereka kurang, apalagi kalau harus mencukupi kebutuhan subyek

terkait peralatan bermain atau kebutuhan subyek lainnya selain

keperluan untuk sekolah.

Suasana keluarga mereka antara orang tua dan anak tidak

ada kedekatan. Hal ini ditandai jika sudah pulang bekerja dan

kecapekan orang tua subyek membiarkan subyek belajar atau tidak.

Lebih lanjut, apabila subyek melakukan kesalahan atau berperilaku

hiperaktif ketika berada di rumah, subyek mendapat hukuman dari

ayahnya seperti di jewer, dipukul dan dimarahi dengan kata-kata

kasar (K.W.OT.SII)

Gambaran lainnya yang menunjukkan faktor non human

sebagai akibat dari perilaku hiperaktif subyek II adalah berdasarkan

keterangan orang tua subyek II, sejarah mengandung dan

melahirkan subyek II kendala sehingga harus di bantu dengan alat

bantu, agar subyek dapat di selamatkan. Begitu pula saat proses

kelahiran saudara subyek yang juga mengalami perilaku hiperaktif.

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Page 101: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

101

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, dapat

penulis simpulkan bahwa faktor yang menjadi penyebab perilaku

hiperaktif subyek II adalah:

(1) Suasana keluarga yang kurang memberikan rasa nyaman bagi

subyek dan cenderung memberikan hukuman bagi subyek jika

berperilaku hiperaktif.

(2) Kemiskinan, sehingga kebutuhan seperti alat bermain subyek

yang juga cenderung kurang.

c. Subyek III

1) Faktor Human atau Manusia

a) Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan baik pada

saat subyek berada di dalam kelas dan pada saat istirahat perilaku

hiperaktif dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Perilaku hiperaktif subyek III adalah akibat dari kurangnya

pengawasan dari orang tua. Orang tua subyek III juga sama halnya

Page 102: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

102

dengan orang tua subyek I dan II. Mereka memiliki pekerjaan yang

cukup menyita waktu dari pagi hingga sore hari. Ibu subyek bekerja

sebagai penjahit konveksi di sebuah pabrik di desa sebelah tempat

tinggal subyek, sedangkan ayah subyek bekerja sebagai buruh yaitu

sebagai tukang batu. Keseharian subyek tinggal bersama adik.

Gambaran dari sikap dan perlakuan yang diberikan orang

tua terhadap subyek berlebihan dalam memberikan pengawasan,

perhatian dan penerapan disiplin yang harus dilakukan subyek

dengan baik. Sikap orang tua membiarkan subyek dalam bergaul

dengan lingkungan sekitar, dalam berperilakupun subyek kurang

mendapatkan pengontrolan dari kedua orang tuanya. Bagi orang tua

subyek III, subyek sehat adalah hal yang diharapkan orang tua

subyek. Jadi untuk menanyakan aktifitas serta kegiatan dan hal-hal

yang berkaitan dengan subyek jarang orang tua lakukan terhadap

subyek.

b) Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan orang tua

subyek dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Orang tua subyek III mengakui bahwa subyek merupakan anak

yang memiliki perilaku hiperaktif. Perilaku yang tidak dapat duduk

tenang, banyak melakukan aktifitas fisik yang terkadang tanpa

didasari oleh tujuan dari subyek, mengakibatkan kedua orang tua

subyek jengkel jika melihat subyek berperilaku hiperaktif.

(K.W.OT.SIII)

Page 103: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

103

Orang tua subyek juga menyadari bahwa sebagai orang tua,

kurang dalam memberikan perhatian dan membiarkan perilaku

subyek yang demikian dan memberikan hukuman terhadap subyek

jika subyek berperilaku demikian. Jika subyek berperilaku

hiperaktif dan akhirnya memancing emosi orang tua tidak segan-

segan memberikan hukuman pada subyek berupa hukuman yang

bersifat fisik seperti menjewer dan memukul subyek.

Gambaran lain terkait dengan faktor human yang lainnya

adalah keadaan sewaktu mengandung subyek tidak ada masalah dan

hambatan dalam proses kehamilannya. Dari faktor keluarga pun

juga tidak ada yang berperilaku hiperaktif seperti subyek.

Terkadang subyek berperilaku hiperaktif merupakan pencotohan

dari perilaku hiperaktif yang dialami oleh lingkungan sekitar.

Pergaulan yang tidak mendapat pengawasan dari orang tua, diyakini

orang tua subyek sebagai pengaruh yang buruk bagi subyek III,

sehingga subyek berperilaku demikian.(K.W.OT.SIII)

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang

penulis peroleh, dapat disimpulkan bahwa faktor human/faktor

manusia yang menjadi penyebab perilaku hiperaktif pada subyek III

adalah kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari orang tuayaitu

orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan tidak ada waktu untuk

subyek, merupakan faktor penyebab perilaku hiperaktif subyek. Hal

tersbut timbul karena subyek kurang mendapatkan pengontrolan dan

membuat subyek berperilaku semaunya sendiri seperti perilaku

hiperaktif.

Page 104: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

104

2) Faktor Non Human atau Lingkungan

a) Hasil Observasi

Hasil observasi yang penulis dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

Suasana dalam keluarga subyek kurang adanya komunikasi

antara orang tua dengan subyek. Hal ini ditandai bahwa orang tua

subyek cenderung mengahabiskan waktu untuk bekerja sebagai

usaha mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga untuk upaya

pemenuhan kebutuhan subyek cenderung tidak terpenuhi seperti

halnya mainan yang dimiliki subyek cenderung mainan yang

seadanya saja. Selain itu perabot dan cat tembok juga biasa saja

layaknya rumah dipedesaan.

b) Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru kelas

dan guru bahasa inggris serta orang tua subyek dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas dan guru bahasa

inggris faktor penyebab perilaku hiperaktif yang dialami oleh

subyek III merupakan damapak dari suasana keluarga yang

mengakibatkan subyek tidak mendapatkan suasana yang nyaman di

Page 105: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

105

dalam keluarganya. Orang tua yang sibuk bekerja dan kurang

memperhatikan subyek merupakan salah satu penyebab subyek III

mengalami perilaku hiperaktif. Selain hal tersebut hasil wawancara

dengan guru kelas dan guru bahasa inggris subyek mengalami

perilaku hiperaktif merupakan pencontohan dari perilaku hiperaktif

yang dialami oleh subyek II dan lingkungan temapat tinggal subyek

yang mendukung munculnya perilaku hiperaktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua, sejarah

waktu mengandung dan melahirkan subyek tidak ada hambatan dan

kendala. Perilaku hiperaktif subyek merupakan kurangnya

pengawasaan dan perhatian dari orang tua. Faktor ekonomi keluarga

yang pas-pasan membuat orang tua subyek kurang dapat memenuhi

kebutuhan subyek.

c) Kesimpulan Hasil Observasi dan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis

lakukan, perilaku hiperaktif yang dialami oleh subyek III dapat

disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Kurangnya pengawasan, yaitu orang tua yang cenderung sibuk

dengan pekerjaan dan tidak ada waktu untuk subyek,

dimungkinan sebagai faktor penyebab perilaku hiperaktif

subyek. Hal tersbut timbul karena subyek kurang mendapatkan

pengontrolan dan membuat subyek berperilaku semaunya

sendiri seperti perilaku hiperaktif.

(2) Suasana keluarga, yaitu suasana dalam keluraga subyek yang

tidak adanya pengontrolan serta pengawasan dari orang tua

Page 106: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

106

membuat subyek merasa tidak mendapatkan perhatian. Akan

tetapi jika subyek berperilaku hiperaktif pada saat orang tua

berada di rumah subyek cenderung mendapatkan hukuman dari

kedua orang tuanya.

(3) Penokohan, yaitu dimungkinkan perilaku hiperaktif subyek

disebabkan karena lingkungan sekitar subyek yang mendukung

untuk subyek berperilaku hiperaktif. pergaulan subyek III

dengan subyek I dan II dapat menjadi pemicu munculnya

perilaku hiperaktif yang subyek III alami. Subyek III

beranggapan bahwa perilaku hiperaktinya adalah perilaku yang

wajar dan dengan perilakunya tersebut subyek mengharapkan

orang di sekitarnya akan memberikan perhatian padanya.

(4) Kemiskinan, yaitu segi ekonomi yang cenderung pas-pasan

dapat mengakibatkan perilaku hiperaktif. hal ini ditandai dengan

kurangnya pemenuhan kebutuhan yang diperlukan subyek

membuat kondisi psikologis subyek yang mudah marah dan

pada akhirnya subyek mengekspresikan dirinya dengan perilaku

hiperaktif.

C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori

Hasil dari pengumpulan data tentang perilaku hiperaktif terhadap tiga

subyek penelitian di SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi maka dapat di

simpulkan bahwa karakteristik perilaku hiperaktif adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik perilaku hiperaktif, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Aktifitas fisik anak hiperaktif di antaranya

Page 107: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

107

1) Melakukan gerakan tangan dan kaki seperti tangan selalu memukul-

mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh, menggoyang-

goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas.

2) Tidak dapat duduk tenang di antaranya menggeliat di kursi pada waktu

guru menyampaikan materi, mondar-mandir dan berkeliaran di depan

kelas sehingga mengganggu proses kegiatan belajar-mengajar, keluar

masuk kelas dengan berbagai alasan.

3) Selain perilaku di atas perilaku hiperaktif juga ditandai dengan adanya

perilaku destruktif yang dialami anak hiperaktif serta timbul perilaku lain

untuk melanggar tata tertib sekolah seperti masuk kelas tidak tepat waktu

dan berperilaku semaunya ketika pelajaran berlangsung.

b. Keadaan psikologis yang dialami anak hiperaktif yaitu anak hiperaktif

memiliki emosi yang mudah marah, mudah tersinggung dan kecil hati jika

mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaannya.

c. Hubungan sosial yang dialami anak yang berperilaku hiperaktif adalah

memiliki hubungan sosial yang kurang baik. Hal tersebut ditandai bahwa

anak hiperaktif memilki masalah dengan teman-temannya seperti dimusuhi

dan dijauhi oleh teman-temannya dengan alasan bahwa anak hiperaktif

adalah anak yang suka membuat gaduh. Selain itu anak hiperakitf juga

memiliki sedikit teman serta sering mendapatkan gertakan atau cemoohan

dari teman-temannya sebagai akibat dari perilaku hiperaktif yang

dialaminya. Lebih lanjut anak hiperaktif juga dicap lingkungan sekitar

sebagai anak yang nakal karena perilakunya yang mengganggu orang lain.

Selain hubungan sosial dengan lingkungan sekitar, anak hiperaktif juga

mengalami masalah dengan orang tuanya. Hal ini ditandai dengan sikap dan

perlakuan orang tua dalam menghadapi anak hiperaktif cenderung

menggunakan hukuman dan teguran yang tidak bersifat mendidik, seperti

menghadapi anak hiperaktif dengan memukul dan menjewer.

Page 108: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

108

2. Faktor-faktor penyebab perilaku hiperaktif ada dua yaitu:

a) Faktor human/faktor manusia

(1) Sikap orang tua

Sikap orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan orang tua yang terlalu

kaku, kurangnya pengawasan orang tua serta disiplin yang terlalu kaku

(2) Perlakuan orang tua

Perlakuan orang tua yang terlalu memanjakan dan berorientasi terhadap

kesenangan juga dapat memicu anak untuk berperilaku hiperaktif. hal

demikian akan mengakibatkan anak untuk berperilaku semaunya sendiri

terhadap keinginan yang anak kehendaki

(3) Faktor genetik. Perilaku hieparaktif juga disebabkan karena keturunan.

Hal tersebut dianggap bahwa jika dalam satu keluarga memiliki

kecenderungn untuk berperilaku hiperaktif, tidak menutup

kemungkinan akan menurun pada saudara dalam satu keluarga tersbut

untuk berperilaku hiperaktif.

b) Faktor non human/lingkungan

(1) Suasana keluarga yaitu suasana keluarga yang tidak dapat memberikan

rasa nyaman bagi anak untuk tinggal ditengah-tengah keluarga

merupakan salah satu faktor yang dapat memicu perilaku hiperaktif

anak.

(2) Kemiskinan, anak-anak hiperakti adalah anak-anak yang mengalami

perilaku tidak wajar seperti anak seumurannya. Berdasarkan hasil

penelitian anak hiperaktif berasal dari keadaan ekonomi yang miskin

atau tidak mampu, yang kedua orang tua mereka hidup secara pas-pasan

sehingga untuk memnuhi kebutuhan seperti alat permainan anak

hiperaktif tidak dapat dipenuhi. Hal tersebut merupakan salah satu

Page 109: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

109

pemicu anak hiperaktif untuk melampiaskan keinginannya dengan

berperilaku hieparakitf.

Page 110: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku hiperaktif pada siswa kelas

III SD Negeri Mranggen 05 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku hiperaktif di kelas yang sering dilakukan tiga siswa kelas III SD

Negeri Mranggen 05 adalah: (a) Sering mondar-mandir pada waktu kegiatan

belajar-mengajar atau pada waktu disuruh mengerjakan tugas oleh guru, (b)

Melakukan gerakan fisik seperti tangan selalu memukul-mukul meja

sehingga menimbulkan suara gaduh, (c) Memain-mainkan pensil atau benda

yang ada di depannya sehingga timbul suara berisik pada waktu kegiatan

belajar-mengajar, (d) Berlarian saat di dalam kelas, keluar masuk kelas

dengan berbagai alasan, (e) Tidak dapat memfokuskan perhatian dalam

jangka waktu yang lama, (f) Mudah mengalami kejenuhan atau kebosanan

dalam satu kegiatan, (g) Sering keluar masuk kelas dengan berbagai alasan,

(h) Menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas dan pada saat

jam pelajarn berlangsung.

2. Faktor yang menjadi penyebab munculnya perilaku hiperaktif pada subyek

penelitian terdiri dari dua faktor yaitu:

a. Faktor human atau faktor manusia meliputi sikap dan perlakuan orang tua,

yang meliputi orang tua yang terlalu otoriter, tuntutan orang tua yang

terlalu kaku, kurangnya pengawasan orang tua, disiplin yang terlalu kaku

dari orang tua, orang tua yang memanjakan, orientasi kesenangan.

b. Faktor non human atau faktor lingkungan di antaranya adalah proses ibu

yang melahirkan dengan menggunakan alat atau secara normal, faktor

genetik, dan aspek lingkungan

Page 111: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

111

3. Alternatif bimbingan yang perlu diberikan pada siswa yang berperilaku

hiperaktif adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penguatan setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak

hiperaktif. Sekecil apapun tingkah laku atau perbuatan baik yang

dilakukan anak hiperaktif di usahakan untuk selalu memberikan

penguatan. Hal ini bertujuan agar anak hiperaktif mengulang dan dapat

membiasakan perilaku baik tersebut sehingga perilaku hiperaktifnya dapat

dikendalikan.

b. Adanya kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu

dilakukan secara baik dalam upaya mengatasi perilaku hiperaktif siswa

sehingga masalah dan hambatan yang dihadapi siswa hiperaktif.

c. Mengajar disiplin pada anak hiperaktif agar ia dapat mengatur dirinya dan

mengontrol dirinya dengan baik.

d. Modifikasi tingkah laku

e. Memberikan kesempatan pada anak hiperaktif untuk menjalin komunikasi

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi tekanan pada

anak seperti tidak melebelkan anak sebagai anak yang nakal.

g. Menggunakan teknik modeling, perilaku hiperaktif yang dialami anak juga

merupakan akibat dari meniru contoh yang diberikan oleh teman sekelas

atau orang dewasa. Dengan asumsi ini, diharapkan dengan teknik

modeling dapat dipakai untuk menguragi perilaku hiperaktif.

B. Implikasi

Page 112: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

112

Bertitik tolak dari hasil penelitian di atas, maka implikasi hasil penelitian

ini secara umum adalah sebagai berikut:

Implikasi Bagi Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak. Pola asuh

yang diterapkan orang tua terhadap anak sangat berpengaruh dalam pembentukan

pribadi anak. Orang tua harus mampu menanamkan nilai-nilai positif pada anak,

yaitu dengan memberi contoh yang baik dalam sikap dan perilaku, karena orang

tua menjadi model bagi anak. Selain itu, orang tua haruslah waspada terhadap

lingkungan sosial anak. Sebagai upaya untuk mengantisipasi agar anak tidak

terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat.

Implikasi Bagi Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, selain bertujuan untuk

mencerdaskan peserta didiknya melalui penyampaian materi pada saat kegiatan

belajar-mengajar juga diharapkan mampu mendidik para peserta didiknya agar

memiliki kepribadian yang baik. Ada banyak faktor yang dapat menghambat

dalam pencapaian tujuan tersebut, salah satunya adalah munculnya perilaku

hiperaktif. Untuk itu, sekolah melalui guru harus mampu mengantisipasi dan

meminimalisir munculnya perilaku hiperaktif pada peserta didik, yaitu dengan

usaha-usaha sebagai berikut: penyediaan situasi yang kondusif bagi para peserta

didik, mengemas kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan bagi para peserta

didik, menyediakan fasilitas sesuai dengan kebutuhan peserta didik, menjalin

kerja sama secara terus-menerus antara guru dengan orang tua serta jika

diperlukan pihak-pihak lain yang dapat membantu dalam mengatasi munculnya

perilaku hiperaktif yang dialami oleh peserta didik.

Implikasi Bagi Peneliti

Page 113: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

113

Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan ilmu dan pengalaman

kepada peneliti sebagai calon guru pembimbing. Di lapangan tidak hanya

ditemukan problem yang berupa perilaku hiperaktif saja, namun akan banyak

ditemukan problem lainnya. Melalui penelitian ini, secara umum peneliti

diharapkan memiliki wawasan tentang problem-problem pendidikan dan secara

khusus memiliki wawasan tentang perilaku hiperaktif.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku hiperaktif terhadap siswa

kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo,

ada beberapa saran yang perlu disampaikan melalui hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah perlu mengintensifkan keberadaan bimbingan dan konseling di

sekolah dan peran guru kelas, terutama dalam mengatasi perilaku hiperaktif

yang akan membuat gaduh di kelas.

b. Menciptakan lingkungan sekolah yang positif, misalnya dengan mengemas

kegiatan belajar mengajar dengan modifikasi tingkah laku.

c. Sekolah sebaiknya juga perlu mengetahui hal-hal yang menjadi hambatan

yang dialami peserta didik seperti masalah perilaku hiperaktif, sehingga dapat

mengatur penataan ruang yang merupakan salah satu penyebab perilaku

hioperaktif.

2. Guru Kelas

Page 114: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

114

a. Sebaiknya setiap guru mata pelajaran di kelas III, meyampaikan laporan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar-

mengajar di kelas tersebut, terutama terhadap perilaku siswa selama

pelaksanaan proses belajar-mengajar.

b. Sebagai seorang guru, hendaknya mengetahui dan memahami karakteristik

masing-masing siswanya sebagai upaya mengetahui permasalahan yang

dihadapi oleh siswa.

c. Guru perlu memberikan perhatian dan selalu memantau terhadap perilaku

siswa di kelas, sehingga apabila terdapat perubahan perilaku yang dialami

siswa dapat segera teratasi.

d. Di samping pemberian perhatian secara klasikal diharapkan setiap guru kelas

memberikan perhatian secara individual, agar permasalahan yang dihadapi

oleh siswa dapat segera teratasi.

e. Bagi pihak sekolah terutama guru, dalam proses kegiatan belajar-mengajar di

usahakan menggunakan program kegiatan belajar dengan modifikasi tingkah

laku, role playing dan sosiodrama. Hal ini bertujuan untuk melatih

ketrampilan sosial siswa hiperaktif.

3. Orang Tua

a. Orang tua diharapkan dapat menyempatkan diri untuk mengamati dan

memperhatikan serta selalu tanggap pada setiap perubahan yang ada pada

perilaku subyek, khususnya yang berkaitan dengan perilaku hiperaktifnya.

b. Untuk kelancaran dan pencapaian tujuan pembelajaran pada diri subyek perlu

adanya perhatian dan motivasi secara terus-menerus orang tua.

Page 115: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

115

c. Orang tua perlu menciptakan iklim yang hangat dan penuh kasih sayang di

dalam kehidupan keluarga.

d. Orang tua sebagai pendidik, hendaknya memberikan penguatan terhadap

setiap tingkah laku baik yang dilakukan anak hiperaktif. Hal ini bertujuan

agar anak hiperaktif mengulang dan dapat membiasakan perilaku baik

tersebut sehingga perilaku hiperaktifnya dapat dikendalikan.

e. Kerja sama antara guru, orang tua, dan pihak-pihak lain perlu dilakukan

secara berkesinambungan dalam upaya untuk memantau perkembangan siswa

terkait perilaku siswa baik pada saat berada di rumah ataupun di sekolah.

Page 116: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

116

DAFTAR PUSTAKA

Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta:

Kanisius

Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV.

Pustaka Setia

Baihaqi & Sugiarmin. 2006. Memahami dan Menyikapi Anak ADHD. Bandung: Refika

Aditama

Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan

Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. 2007.

Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan

Nasional

Dewa Ketut Sukardi. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta

Eric Taylor. 1992. Anak Hiperaktif. Jakarta: PT Gramedia

Ferdinand Zaviera. 2008. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

HB Sutopo. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press.

Imam Muskibin. 2008. Mengatasi Anak Bermasalah. Yogyakarta. Mitra Pustaka

Khozin Afandi. 1993. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional

Majalah Intisari. 2001. Tips untuk Orangtua Penanggulangan Anak Hiperaktif.

Jakarta: PT. Intisari Mediatama

Marlina. 2007. Asesmen dan Strategi Intervensi Anak ADHD. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktoral Ketenagaan.

Jakarta

Marzuki. 2002. Metodologi Rizet. Yogyakarta: BPFE-UII

Page 117: STUDI KASUS PERILAKU HIPERAKTIF DAN FAKTOR …/Studi...dokumentasi serta kunjungan rumah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang perilaku hiperaktif dan penyebab perilaku

117

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

(Terjemahan Tjetjep Rohandi Rohidi). Jakarta: UI-Press

Moh Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Prasetyono. 2008. Serba Serbi Anak Autis dan Gangguan Psikologis Lainnya.

Yogyakarta: Diva Press

Prayitno dan Erman Amti. 1994. Pelayanan dan Bimbingan Di Sekolah Dasar. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Rita Eka Izzati. 2005. Mengenal Permasalahan Anak Usia TK. Jakarta: Dit. PPTK & KPT

Robert K. Yin. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). (Terjemahan M. Dzauzi

Mudzakir). Jakarta: Radar Jaya Offset

Sandra F. Rief. 1994. How To Reach and Teach ADD/ADHD Children. New York: The

Center For Applied Research In Education

Sunardi. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Laras I. Jakarta: Dit. PPTK & KPI

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.

Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syamsu Yusuf L N dan Ahmad Juntika Nurihsan. 2005.Landasan Bimbingan

dan Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya

Tiel Julia Van. 2006. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group

Winarno Surakhmad. 1993. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito