studi analisis terhadap pasal 155 khi tentang...

97
STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG KETENTUAN IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS PERKAWINAN KARENA KHULU' SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: ROSIKA WAHYU ALAMINTAHA NIM: 032111117 AHWAL AL-SYAHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: trinhtram

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG

KETENTUAN IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS

PERKAWINAN KARENA KHULU'

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh: ROSIKA WAHYU ALAMINTAHA

NIM: 032111117

AHWAL AL-SYAHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

ii

DR. Ali Imron, M. Ag. Jl. Kyai Gilang Kauman No. 12 Mangkang Kulon Rt. 02/IV Tugu Semarang

NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi

an. Sdr. Rosika Wahyu Alamintaha

Kepada Yth, Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Di Semarang

Assalamu ’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirim naskah skripsi Saudara :

Nama : Rosika Wahyu Alamintaha

NIM : 032111117

Judul : STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155

KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG

KETENTUAN IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS

PERKAWINAN KARENA KHULU’

Dengan ini saya mohon kiranya naskah skripsi tersebut dapat segera

diujikan.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 3 Juni 2010 Pembimbing

DR. Ali Imron, M. Ag. NIP. 19730730 200312 1 003

Page 3: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

iii

Page 4: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

iv

M O T T O

وا في المجالس فافسحوا حذين آمنوا إذا قيل لكم تفسها الي يا أذين آمنوا منكم يفسح اهللا لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع اهللا ال

﴾١١: اادلة ﴿ذين أوتوا العلم درجات وال Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadalah:11)

Page 5: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

v

PERSEMBAHAN

Dengan segenap usaha dan doa serta nafas kehidupan dari-Nya kulalui

dimensi ruang dan waktu untuk menyelesaikan karya ilmiah ini, kupersembahkan

tulisan ini untuk mereka yang selalu ada untukku dalam suka maupun duka, baik

yang selalu hadir menemaniku atau mereka yang menyertakanku dalam selaksa

doanya. Kupersembahkan tulisan ini khususnya untuk :

o Bapak Suminto dan Ibu Indiyah selaku orang tuaku yang paling aku

cintai, yang telah mengasuh, membimbing, memberikan seluruh kasih

sayang tak bertepi untuk ananda, dan sekaligus sebagai teman

mencurahkan seluruh permasalahan yang ananda hadapi. Salam

sembah dan sayang yang tak terhingga sebagai wujud kasih dan

pengabdian ananda.

o Kakakku Nika Wahyu Indriyanto dan adik-adikku tersayang (Nuria

Wahyu Dinisari, Afif Wahyu Nur Putra, Aditya Utama dan Aditya

Rustama), yang selalu memberikan support dalam setiap langkahku,

serta seluruh keluargaku tercinta, semoga kan kita temukan istana

kebahagiaan di dunia serta di akhirat, semoga kita semua selalu berada

dalam perlindungan Allah SWT.

o Sahabat serta partner-ku semua (Jimat, Jumron, Akbar, Eka, Finta,

Naelis, Ali, Maskur, Kodir el-surento) dan yang tak dapat kusebutkan

satu persatu yang selalu bersama dalam menggapai cita.

Page 6: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Bila di

kemudian hari terbukti penulis melakukan plegiasi, maka penulis

bersedia dikenai sanksi menurut peraturan yang berlaku.

Semarang, Juni 2010 Yang membuat deklarasi,

NIM. 032111117

Page 7: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

vii

ABSTRAK

Rosika Wahyu Alamintaha (032111117). Studi Analisis Terhadap Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam Tentang Ketentuan Iddah Bagi Janda Yang Putus Perkawinan Karena Khulu’. Skripsi, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo 2010.

Kompilasi Hukum Islam menentukan bahwa waktu iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah talak. Ini menunjukkan bahwa bagi janda yang masih mengalami haid iddahnya selama tiga quru’. Yang menjadi perumusan masalah, bagaimana ketentuan Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam tentang iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) dengan data primer, yaitu Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam, sedangkan data sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi atau studi dokumenter. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan dan menganalisis ketentuan masa iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’ dalam Pasal 155 KHI.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam, waktu iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’ disamakan dengan iddah talak, yaitu bagi janda yang masih kedatangan haid iddahnya selama tiga quru’. Terdapat perbedaan pendapat mengenai makna quru’, sebagian fuqaha berpendapat bahwa quru’ adalah masa haid, sebagian berpendapat bahwa quru’ adalah masa suci, inilah yang dipakai KHI dalam menetapkan ketentuan masa iddah. Meski demikian perbedaannya tidak terlalu signifikan karena jika dikonversikan dalam hitungan hari sebenarnya hampir sama yaitu tiga bulan, menurut Amir Syarifuddin bila dibandingkan antara iddah dengan tiga kali suci dengan tiga kali haid, maka iddah dengan tiga kali haid lebih lama enam hari dibandingkan dengan tiga kali suci.

Menurut sebagian fuqaha waktu iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’ adalah selama satu kali haid. Alasannya adalah kasus Tsabit bin Qais. Pendapat ini dipegang oleh Utsman, Ibnu Abbas, dan pendapat lebih sahih dari Imam Ahmad dan pendapat Ishak bin Rahawaihi, juga pendapat Ibnu Taimiyyah. Ibnu Al-Qayyim menyatakan bahwa inilah pendapat amiril mukminin Utsman bin Affan, Abdullah bin Umar, Rubayyi' binti Mu'awidz dan pamannya.

Pasal 155 KHI menyamakan iddah-nya khulu’ dengan iddah talak karena kondisi sosiologi dan kultur bangsa Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Imam Syafi’i pada awalnya (qaul qadim) menyamakan khulu’ dengan fasakh namun dalam qaul jadid beliau menyamakan khulu’ dengan talak. Sedangkan Imam Malik berasalan dalam hadits Nabi dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan al-Nasa’i bahwa dalam hadits tersebut menggunakan istilah ةیقطلا تقھلوط yang dalam perintah tersebut secara jelas menyebutkan istilah talak.

Page 8: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

karya skripsi yang berjudul “STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI

TENTANG KETENTUAN IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS

PERKAWINAN KARENA KHULU’”

Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepangkuan beliau

Rasulullah SAW, yang membukakan jalan kebenaran bagi umat manusia, juga

kepada keluarga beliau, para sahabat dan para pengikutnya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof. DR. H. Abdul Djamil,

MA., beserta stafnya.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Kajur dan Sekjur Ahwal al-Syahsiyah Bapak Achmad Arief Budiman, M.

Ag. dan Ibu Anthin Lathifah, M. Ag.

4. Bapak DR. Ali Imron M. Ag. selaku Dosen Pembimbing yang dengan

kesabarannya telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas Syari’ah yang telah

memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen Pengajar dan staff di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis

mampu menyelesaikan penulisan skripsi.

Page 9: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

ix

7. Ayah dan Ibu yang senantiasa berdoa serta memberikan apa yang terbaik

yang dimilikinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat dalam

setiap langkahku.

9. Alm. nenekku yang tercinta, mohon maaf jika cucu ternyata tidak bisa

memberikan kesempatan kepadamu untuk menyaksikan cucu menjadi

Sarjana sebelum engkau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

10. Kakak-kakak, rekan-rekan dan adik-adikku keluarga besar Racana

Walisongo yang telah memberikan semangat baru kepada penulis untuk

kembali bangkit dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Jimat, Jumron, Ali, Maskur, Kodir, Akbar,

Komeng, Yusuf, Sugeng, Eka, Finta, Naelis, Uun, dan keluarga besar

Kwartir dan DKR Ngaliyan, thanks for your supports.

12. Sahabat-sahabat di posko 58 Sidomukti om Hilmi, Syaekhuna, Agus, Lek

Kron, Badrun, Ana, dan Ina. Good luck.

13. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moral

maupun materi dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan semuanya.

Tanpa bantuan dari semuanya, mustahil skripsi ini dapat selesai seperti

yang diharapkan. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih jauh

dari kesempurnaan dan kekurangan. Untuk itu saran dan kritik konstruktif dari

pembaca dan semua pihak senantiasa kami harapkan demi perbaikan keilmuan

penulis di masa mendatang.

Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat

balasan yang lebih dari Allah SWT. Amin.

Semarang, Juni 2010

Penulis

Page 10: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

DEKLARASI ............................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

D. Telaah Pustaka.. ................................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 13

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KHULU’ DAN IDDAH

A. Khulu’. ................................................................................ 15

1. Pengertian khulu’ .. ......................................................... 15

2. Dasar hukum khulu’ ....................................................... 16

3. Syarat dan rukun khulu’.. ................................................ 18

B. Iddah.. ................................................................................. 25

1. Pengertian iddah............................................................. 25

2. Dasar hukum iddah ........................................................ 27

3. Syarat wajib iddah .......................................................... 30

4. Ketentuan masa iddah .................................................... 32

Page 11: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

xi

BAB III: MASA IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS

PERKAWINAN KARENA KHULU' MENURUT PASAL

155 KHI

A. Sekilas tentang Kompilasi Hukum Islam .............................. 44

1. Pengertian Kompilasi Hukum Islam ................................. 44

2. Latar belakang penyusunan Kompilasi Hukum Islam ....... 47

B. Ketentuan iddah dalam pasal 155 KHI.. ............................... 56

BAB IV: ANALISIS TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

PASAL 155 TENTANG KETENTUAN IDDAH BAGI

JANDA YANG PUTUS PERKAWINAN KARENA

KHULU'

A. Analisis tentang Ketentuan Iddah dalam Pasal 155

Kompilasi Hukum Islam ...................................................... 60

B. Analisis terhadap pasal 155 Kompilasi Hukum Islam ........... 67

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 80

B. Saran-saran .......................................................................... 81

C. Penutup................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segala sesuatu di dunia diciptakan berpasang-pasangan, demikian juga

dengan manusia diciptakan berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan,

terdapat beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya, salah satunya adalah

mereka mempunyai rasa ketertarikan antara satu dengan yang lain, namun

hikmah yang paling utama adalah untuk kelangsungan hidup manusia di

dunia.

ؤذرا ياجوام أزعاألن نما واجوأز فسكمأن نم ل لكمعجيهف ١١:اشورى﴿ ... كم﴾ Artinya : “Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-

pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu”1

Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi tentu berbeda dengan

binatang atau makhluk yang lain, dalam Islam untuk menjalin hubungan

antara laki-laki dan perempuan terdapat aturan yang harus dilaksanakan,

dalam Kompilasi Hukum Islam perkawinan yang sah menurut hukum Islam

adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk

menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.2

Dalam menjalani bahtera rumah tangga tentu ada saat-saat merasakan

kebahagiaan, namun demikian adakalanya terdapat permasalahan rumah

1Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : cv Pustaka Agung

Harapan, 2006, hlm. 694. 2Departemen Agama RI, Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hlm. 14.

Page 13: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

2

tangga yang cukup kompleks yang dapat memicu terjadinya pertengkaran

yang tidak jarang kemudian mengakibatkan perceraian.

Putusnya perkawinan tidak hanya disebabkan karena perceraian saja,

dalam Undang-undang Perkawinan terdapat 3 (tiga) hal yang dapat

menjadikan putusnya perkawinan yaitu kematian, perceraian dan atas

keputusan Pengadilan.3 Lebih lanjut lagi dalam pasal 114 KHI Putusnya

perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau

gugatan perceraian.4 Dalam istilah fiqh terdapat beberapa hal yang

menyebabkan putusnya perkawinan, Fuad Said mengemukakan bahwa

perceraian dapat terjadi dengan cara : talak, khulu', fasakh, li'an dan ila'.5

Konsekuensi yang pertama kali muncul akibat terjadinya perceraian

adalah adanya masa iddah. Iddah bermakna perhitungan atau sesuatu yang

dihitung. Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari haid atau hari-hari

suci pada wanita. Sedangkan secara istilah, iddah mengandung arti masa

menunggu bagi wanita untuk melakukan perkawinan setelah terjadinya

perceraian dengan suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati, dengan

tujuan untuk mengetahui keadaan rahimnya atau untuk berpikir bagi suami.6

Para ulama mendefinisikan iddah sebagai nama waktu untuk menanti

kesucian seorang isteri yang ditinggal mati atau diceraikan oleh suami, yang

3UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 38. 4Departemen Agama RI, Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, op. cit., hlm. 53. 5Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994, hlm. 2. 6Abdul Aziz Dahlan, et. al, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 2, Jakarta: PT Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1997, hlm. 637.

Page 14: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

3

sebelum habis masa itu dilarang untuk dinikahkan.7 Menurut Imam Taqi al-

Din, iddah yaitu masa menanti yang diwajibkan atas perempuan agar

diketahui kandungannya berisi atau tidak.8 Dalam redaksi yang berbeda,

Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa iddah dalam istilah agama menjadi nama

bagi masa lamanya perempuan (isteri) menunggu dan tidak boleh nikah

setelah wafat suaminya, atau setelah pisah dari suaminya.9 Sejalan dengan itu,

menurut Sayuti Thalib, pengertian kata iddah dapat dilihat dari dua sudut

pandang :

Pertama, dilihat dari segi kemungkinan keutuhan perkawinan yang

telah ada, suami dapat rujuk kepada isterinya. Dengan demikian kata iddah

dimaksudkan sebagai suatu istilah hukum yang mempunyai arti tenggang

waktu sesudah jatuh talak, dalam waktu dimana pihak suami dapat rujuk

kepada isterinya. Kedua, dilihat dari segi isteri, maka masa iddah itu berarti

sebagai suatu tenggang waktu dalam waktu dimana isteri belum dapat

melangsungkan perkawinan dengan pihak laki-laki lain.10

Perempuan yang bercerai dari suaminya dalam bentuk apa pun, cerai

hidup atau mati, sedang hamil atau tidak, masih berhaid atau tidak, wajib

menjalani masa iddah itu. Demikian pula bagi janda yang putus perkawinan

karena khulu' maka wajib menjalani masa iddah.

7Abdurrrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz IV, Beirut: Dar

al-Fikr, 1972, hlm. 395. 8Imam Taqi al-Din, Kifâyah al-Akhyâr, Juz II, Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1973, hlm.

124 9Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz II, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 1970, hlm. 341. 10Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Berlaku bagi Umat Islam, Jakarta: UI

Press, 1986, hlm. 122.

Page 15: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

4

Khulu' adalah pemberian hak yang sama bagi wanita untuk melepaskan

diri dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak ada kemaslahatan

sebagai imbalan hak talak yang diberikan kepada laki-laki. Dimaksudkan

untuk mencegah kesewenang-wenangan suami dengan hak talaknya, dan

menyadarkan suami bahwa istri pun mempunyai hak sama untuk mengakhiri

perkawinan.

Bahkan, khulu' dapat dimintakan istri kepada suaminya akibat telah

hilangnya perasaan cinta dari istri kepada suaminya walaupun suami tidak

melakukan suatu perbuatan yang menyakiti istrinya. Hak yang sama juga

dapat dilakukan suami terhadap istrinya, yaitu manakala suami memang tidak

mempunyai lagi perasaan cinta kepada istrinya, dengan menjatuhkan talak.

Intisari dari terjadinya suatu ikatan perkawinan adalah kerelaan serta kecintaan

kedua belah pihak untuk melaksanakan hidup bersama. Oleh karena itu

seandainya kecintaan itu tidak didapati lagi dalam perkawinan, maka kerelaan

pun akan hilang. Akibatnya persekutuan itu tidak akan lagi dapat diharapkan

kemaslahatannya. Apabila hal itu terjadi, besar kemungkinan mereka yang

terlibat dalam persekutuan itu tidak dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan

Allah dan mereka akan terseret untuk memasuki wilayah-wilayah yang

diharamkan Allah.11

Khulu' dinamakan juga tebusan, karena istri menebus dirinya dari

suaminya dengan mengembalikan apa yang diterimanya. Dengan demikian,

khulu' menurut istilah syara' adalah perceraian yang diminta oleh istri dari

11Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 172

Page 16: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

5

suaminya dengan memberikan ganti sebagai tebusannya. Artinya istri

memisahkan dirinya dari suaminya dengan memberikan ganti rugi kepadanya.

Bagi seorang janda yang putus perkawinan karena khulu' maka ia

harus menjalani masa iddah. Masalah yang muncul adalah berapa lama

seorang janda yang putus perkawinan karena khulu' harus menjalani masa

iddah. Menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) waktu iddah bagi

janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah

talak. Dari bunyi Pasal tersebut menunjukkan bahwa bagi janda yang masih

kedatangan haid masa iddahnya adalah tiga kali haid.

Masa iddah dalam Pasal 155 KHI tersebut berbeda dengan pendapat

sebagian ulama yang menyatakan bahwa iddah wanita yang bercerai dengan

suaminya dengan cara khulu' adalah satu kali haid. Dasar hukumnya adalah

hadits riwayat al-Nasa’i dalam kasusnya Tsabit bin Qais yang isinya Nabi saw

memerintahkan istri Tsabit bin Qais yang mengajukan khulu’ untuk iddah satu

kali haid. Beriddah satu kali haid tersebut pendapat yang dipegang oleh

Utsman, Ibnu Abbas, dan pendapat lebih sahih dari Imam Ahmad dan

pendapat Ishak bin Rahawaihi.12

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu mengkaji

lebih lanjut tentang alasan KHI dalam menetapkan ketentuan iddah dalam

pasal 155 tersebut yang menyamakan antara iddah-nya janda yang putus

perkawinan karena khulu’ dengan iddah-nya janda yang putus perkawinan

12Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 328.

Page 17: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

6

karena talak dengan judul : Studi Analisis terhadap Pasal 155 KHI tentang

Ketentuan Iddah bagi Janda yang Putus Perkawinan Karena Khulu'

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, yang menjadi

perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan iddah dalam Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam?

2. Apa yang menjadi alasan dalam menyamakan iddah khulu’ dengan iddah

talak pada Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ketentuan iddah dalam Pasal 155 Kompilasi Hukum

Islam

2. Untuk mengetahui alasan dalam menyamakan iddah khulu’ dengan iddah

talak pada Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam

D. Telaah Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis, ada beberapa penelitian yang materi

bahasannya hampir sama dengan penelitian ini, namun fokus penelitiannya

belum menyentuh pada persoalan Pasal 155 KHI tentang ketentuan iddah bagi

janda yang putus perkawinan karena khulu'. Penelitian tersebut di antaranya :

1. Skripsi yang disusun Ali Zubaidi (NIM: 2101297) dengan judul "Studi

Analisis Pendapat al-Syafi'i tentang Hak-hak Isteri yang Sedang Iddah".

Pada intinya penyusun skripsi ini mengungkapkan bahwa tentang hak-hak

Page 18: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

7

isteri yang sedang iddah terjadi perbedaan pendapat. Pendapat pertama

menyatakan bahwa isteri tersebut tidak memperoleh tempat tinggal

maupun nafkah. Pendapat ini dikemukakan oleh Ahmad, Dawud, Abu

Tsaur, Ishaq. Pendapat kedua menetapkan bahwa isteri berhak mendapat

tempat tinggal dan nafkah. Pendapat ini dikemukakan oleh fuqaha Kufah.

Pendapat ketiga hanya menetapkan bahwa tempat tinggal untuk isteri

tersebut tanpa nafkah. Pendapat ini dikemukakan oleh Syafi'i. Silang

pendapat ini disebabkan adanya perbedaan riwayat tentang hadits Fatimah

binti Qais dan adanya pertentangan antara hadits tersebut dengan lahir ayat

al-Qur'an.

2. Skripsi yang disusun Muhammad Arifin Subki (NIM: 2198146) dengan

judul: "Studi Analisis Pendapat Imam Syafi'i tentang Khulu' yang

Dijatuhkan dengan Imbalan Barang yang Haram". Dalam kesimpulan

skripsi ini dijelaskan bahwa fuqaha berselisih pendapat tentang khulu'

yang dijatuhkan dengan imbalan barang yang haram, seperti khamr atau

babi, apakah istri harus mengganti atau tidak, setelah mereka sependapat

bahwa talak dapat terjadi.

3. Skripsi yang disusun Ahmad Mutohar (NIM: 2101104) dengan judul:

"Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Kedudukan Khulu' sebagai

Talak dan Fasakh". Pada intinya penyusun skripsi ini mengungkapkan

bahwa Imam Abu Hanifah menyamakan khulu' dengan talak dan fasakh

secara bersamaan. Sedangkan Imam Syafi'i berpendapat bahwa khulu'

Page 19: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

8

adalah fasakh. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ahmad dan Dawud,

dan sahabat yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abbas r.a.

Beberapa buku yang membahas persoalan khulu', di antaranya :

Abdurrrahmân al-Jazirî, dalam Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Juz.

4 menguraikan pendapat empat mazhab tentang persoalan khulu' dan akibat

hukumnya. Fuad Said dalam bukunya, Perceraian Menurut Hukum Islam

mengemukakan bahwa rukun khulu' itu ada empat yaitu 1. istri (yang

membayar iwad); 2. iwad; 3. shighat; 4. suami.13 Pendapat yang sama

dikemukakan Amir Syarifuddin dalam bukunya Hukum Perkawinan Islam di

Indonesia bahwa rukun khulu' ada empat (pertama, suami yang menceraikan

istrinya dengan tebusan; kedua, istri yang meminta cerai dari suaminya dengan

uang tebusan; ketiga, uang tebusan atau iwad; keempat, alasan untuk

terjadinya khulu'.14

Adapun tentang syarat khulu', maka menurut Ibnu Rusyd dalam

kitabnya Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz. II mengenai

syarat-syarat diperbolehkannya khulu', ada yang berkaitan dengan kadar harta

yang boleh dipakai khulu' dan ada juga yang berkaitan dengan sifat (keadaan)

di mana khulu' boleh dilakukan. Ada juga yang berkaitan dengan keadaan

wanita yang melakukan khulu', atau wali-wali wanita yang tidak boleh

bertindak sendiri.15

13Fuad Said, op.cit,, hlm. 102 14Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,

2006, hlm. 234. 15Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz. II, Beirut: Dâr Al-Jiil,

1409 H/1989, hlm. 51

Page 20: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

9

Imam Malik dalam Kitabnya al-Muwatta' menyatakan bahwa suami

isteri yang bercerai karena khulu' maka masa iddahnya adalah tiga priode

menstruasi.16 Sayyid Sabiq dalam Kitabnya Fiqh al-Sunnah menguraikan

pendapat para ulama tentang masa iddah bagi janda yang putus perkawinan

karena khulu'.

Dalam kitab Fiqh al-Sunnah tersebut dijelaskan bahwa jumhur ulama

berpendapat, iddah wanita yang bercerai dengan suaminya dengan cara khulu'

adalah tiga kali haid. Akan tetapi sebagian ulama menyatakan iddahnya satu

kali haid. Alasannya kasus Tsabit bin Qis. Beriddah satu kali haid adalah

pendapat Utsman, Ibnu Abbas, pendapat lebih sahih dari Imam Ahmad dan

pendapat Ishak bin Rahawaihi, dan ini juga pendapat Ibnu Taimiyyah. Ibnu al-

Qayyim menyatakan bahwa inilah pendapat amiril mukminin Utsman bin

Affan, Abdullah bin Umar, Rubaiyi' binti Mu'awidz dan pamannya.17

Adapun beberapa buku atau kitab yang membicarakan masalah iddah

di antaranya :

1. Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, dalam bukunya menyatakan

Seorang wanita yang telah dicerai oleh suaminya, dilarang melakukan

perkawinan dengan lelaki lain selama masa yang ditentukan oleh syari'at.

Masa yang ditentukan oleh syari'at ini dimaksudkan untuk memberi

kesempatan kepada suami dan istri untuk berpikir, apakah perkawinan

tersebut masih dapat dilanjutkan dengan cara ruju' (kembali), jika

16Al-Imam Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir al-Asbahi, Muwatta' Malik,

Mesir: Tijariyah Kubra, tth., hlm. 345. 17Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 328.

Page 21: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

10

perceraian itu terjadi pada talak raj'i (talak satu dan dua), atau perceraian

itu lebih baik bagi keduanya. Namun persoalannya berapa lama seorang

wanita menjalani masa iddah. Persoalan ini akan berlanjut pada masalah

arti quru' yang menjadi perbedaan pendapat.18

2. Imam Taqi al-Din dalam kitabnya menjelaskan bahwa perempuan yang

beriddah ada dua macam yaitu 1). Perempuan yang ditinggalkan mati

suaminya. 2). Perempuan yang tak ditinggalkan mati suaminya.

Adapun yang ditinggalkan mati suaminya, kalau perempuan

tersebut hamil, maka iddahnya ialah dengan melahirkan kandungan. Dan

kalau tidak hamil, maka iddahnya empat bulan sepuluh hari.19

3. Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya menyatakan bahwa iddah adalah

masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya

untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki lain.

Ditinjau dari sebab terjadinya perceraian, iddah dapat dibagi dua, yaitu

iddah kematian dan iddah talak. Ditinjau dari perhitungan masanya, iddah

dibagi tiga yaitu iddah dengan perhitungan bulan, iddah dengan

perhitungan suci dari mens dan iddah dengan melahirkan kandungan.20

Berdasarkan telaah pustaka yang telah disebutkan di atas, maka

penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu

penelitian yang telah dijelaskan tersebut belum mengungkapkan persoalan

18Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

Jakarta: kencana, 2006, hlm. 240-241. 19Imam Taqi al-Din, loc.cit. 20Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 1999, hlm. 94-

95.

Page 22: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

11

Pasal 155 KHI tentang waktu iddah bagi janda yang putus perkawinan karena

khulu'.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Dalam versi lain dirumuskan,

metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data,

sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan

data itu,21 maka metode penelitian skripsi ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:22

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library

research), yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumber-

sumber tertulis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Sedangkan library

research menurut Sutrisno Hadi, adalah suatu riset kepustakaan atau

penelitian murni.23 Dalam penelitan ini dilakukan dengan mengkaji

dokumen atau sumber tertulis seperti kitab/buku, majalah, dan lain-lain.

21Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002, hlm. 194. 22Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu yang

memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991, hlm. 24.

23Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM, 1981, hlm. 9.

Page 23: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

12

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer, yaitu Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam.

b. Data Sekunder, yaitu literatur pendukung lainnya yang relevan dengan

judul di atas, di antaranya: karya Abd Arrahmân al-Jazirî, Kitab al-

Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah; karya Imam Malik, kitab al-

muwatta’; karya Imam Syafi’i, al-Umm; karya al-Naisaburi Sahih

Muslim; karya Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al

Muqtasid; karya Imam Taqi al-Din, Kifâyah al-Akhyâr; karya sayyid

sabiq, Fiqh al-Sunnah; karya Amir Syarifuddin, Hukum Nikah Islam

di Indonesia; karya Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi atau studi

dokumenter24 yaitu dengan meneliti sejumlah buku di perpustakaan, jurnal

ilmiah dan hasil penelitian yang relevan dengan tema skripsi ini.

Kemudian memilah-milahnya dengan memprioritaskan sumber bacaan

yang memiliki kualitas, baik dari aspek isinya maupun kualitas penulisnya.

Untuk itu digunakan data kepustakaan yang berhubungan dengan

persoalan Pasal 155 KHI tentang waktu iddah bagi janda yang putus

perkawinan karena khulu'.

24Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi. yaitu mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, hlm. 206.

Page 24: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

13

4. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan dan

menganalisis Pasal 155 KHI tentang waktu iddah bagi janda yang putus

perkawinan karena khulu'.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang masing-

masing membahas permasalahan yang berbeda, namun dalam satu kesatuan

yang saling mendukung dan melengkapi.

Bab pertama berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari

keseluruhan pola berpikir dan dituangkan dalam konteks yang jelas serta

padat. Atas dasar itu deskripsi skripsi diawali dengan latar belakang masalah

yang terangkum di dalamnya tentang apa yang menjadi alasan memilih judul,

dan bagaimana pokok permasalahannya. Dengan penggambaran secara sekilas

sudah dapat ditangkap mengenai substansi skripsi. Selanjutnya untuk lebih

memperjelas maka dikemukakan pula tujuan penelitian baik ditinjau secara

teoritis maupun praktis. Penjelasan ini akan mengungkap seberapa jauh

signifikansi tulisan ini. Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan

penjiplakan maka dibentangkan pula berbagai hasil penelitian terdahulu yang

dituangkan dalam tinjauan pustaka. Demikian pula metode penulisan diungkap

apa adanya dengan harapan dapat diketahui apa yang menjadi jenis penelitian,

pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Pengembangannya kemudian tampak dalam sistematika penulisan. Dengan

Page 25: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

14

demikian, dalam bab pertama ini tampak penggambaran isi skripsi secara

keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi

pedoman untuk bab kedua, ketiga, bab keempat, dan bab kelima.

Bab kedua berisi tinjauan umum tentang khulu' dan iddah yang

meliputi tentang khulu' (pengertian khulu', dasar hukum khulu', syarat dan

rukun khulu'), tentang iddah (pengertian iddah, dasar hukum iddah, syarat

wajib iddah, ketentuan iddah).

Bab ketiga berisi ketentuan iddah bagi janda yang putus perkawinan

karena khulu' Pasal 155 KHI yang meliputi sekilas tentang Kompilasi Hukum

Islam (pengertian kompilasi hukum Islam, latar belakang penyusunan

kompilasi hukum Islam), ketentuan iddah dalam pasal 155 kompilasi hukum

Islam.

Bab keempat berisi analisis terhadap kompilasi hukum Islam Pasal 155

tentang ketentuan iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu' yang

meliputi analisis tentang ketentuan iddah dalam Pasal 155 Kompilasi Hukum

Islam, analisis terhadap Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam dalam tinjauan

perspektif fikih.

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran dan

penutup.

Page 26: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KHULU' DAN IDDAH

A. Khulu'

1. Pengertian Khulu'

Khulu' berasal dari kata khala'as tsauba (خلع الثوب) yang berarti

menanggalkan pakaian. Khulu' adalah mashdar dari khala'a seperti

khatha'a, yang artinya menanggalkan :

1 خلع الرجل ثوبه خلعا أزاله عن بدانه ونزعه عنه

Artinya : Laki-laki menanggalkan pakaiannya, atau dia melepaskan pakaiannya dari badannya.

2 امرأته وخالعت املرأة زوجهاخمالعة إذا افتدت منه الرجلخلع

Artinya : Seorang laki-laki meng-khulu' istrinya, berarti dia menanggalkan istrinya itu sebagai pakaiannya apabila istri membayar tebusan.

Abdurrahman Al-Jaziri memberikan definisi Khulu' menurut

masing-masing madzhab :3

a. Golongan Hanafi mengatakan :

اخللع ازالة ملك النكاح املتوقفة على قبول املرأة بلفظ اخللع اوما ىف معناة

Artinya : Khulu' ialah menanggalkan ikatan pernikahan yang diterima oleh istri dengan lafaz khulu' atau yang semakna dengan itu."

1Abdurrrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Juz. 4, Beirut : Dâr

al-Fikr, 1972, hlm. 299. 2Ibid.,hlm. 299-230 3Ibid., hlm. 300

Page 27: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

16

b. Golongan Malikiyah mengatakan :

اخللع شرعا هوالطالق بعوض

Artinya : Khulu' menurut syara' adalah talak dengan tebus.

c. Golongan Asy-Syafi'iyah mengatakan :

الدال على الفراق بني الزوجني بعوض فظلالشرعاهو اخللع متوفرة فيه الشروط

Artinya : Khulu' menurut syara' adalah lafaz yang menunjukkan perceraian antara suami istri dengan tebusan yang harus memenuhi persyaratan tertentu.

d. Golongan Hanabilah mengatakan:

امرأتـه الزوج امرأته بعوض يأخذه الزوج مـن فراقهو اخللع صوصة اوغريهابألفاظ خم

Artinya : Khulu adalah suami menceraikan istrinya dengan tebusan yang diambil oleh suami dan istrinya atau dari lainnya dengan lafaz tertentu.

Khulu' dinamakan juga tebusan, karena istri menebus dirinya dari

suaminya dengan mengembalikan apa yang diterimanya. Dengan

demikian, khulu' menurut istilah syara' adalah perceraian yang diminta

oleh istri dari suaminya dengan memberikan ganti sebagai tebusannya.

Artinya istri memisahkan dirinya dari suaminya dengan memberikan ganti

rugi kepadanya.

2. Dasar Hukum Khulu'

Khulu’ disyariatkan dalam hukum Islam, adapun yang menjadi

dasar hukum khulu’ adalah Firman Allah surat al-Baqarah :

Page 28: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

17

وال يحل لكم أن تأخذوا مما آتيتموهن شيئا إال أن يخافا أال يقيمـا يمـا يقيما حدود الله فال جنـاح عليهمـا ف حدود الله فإن خفتم أال

به تد٢٢٩: البقرة﴿افت﴾ Artinya : “tidak halal bagi kamu mengambil sesuatu dari yang telah kamu

berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya." (Q.S.Al-Baqarah: 229).4

Adapun yang menjadi dasar hukum khulu’ selain Firman Allah di

atas adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. :

ـنع ـدالا خثندح ياب الثقفهالودبا عثنديل حمج نب رها أزثندحعليه تت النبي صلى اللهأعكرمة عن ابن عباس أن امرأة ثابت بن قيس

وسلم فقالت يا رسول الله ثابت بن قيس ما أعتب عليه في خلق ولـا عليـه رسول الله صلى الله دين ولكني أكره الكفر في الإسلام فقال

درأت لمسقالو معن قالت هيقتدح هليع لى الله ينص ول اللهسر ـهليع )نسائرواه ال(وسلم اقبل الحديقة وطلقها تطليقة

Artinya : Telah mengabarkan kepada kami dari Azhar bin Jamil dari Abdul Wahhab al Tsaqafi dari Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas sesungguhnya istri Tsabit bin Qais Syammas datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata, "Wahai Rasulullah! aku tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak ingin mengingkari ajaran Islam. Maka jawab Rasulullah SAW., "Maukah kamu mengembalikan kebunnya (Tsabit suaminya?)" Jawabnya, "Mau" Maka Rasulullah SAW. bersabda,

4Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya :

DEPAG RI, 1978, hlm. 55.

Page 29: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

18

"Terimalah (Tsabit) kebun itu dan talaklah ia satu kali talak." (H.R. An-Nasai).5

Firman Allah dan hadits di atas menjadi dalil disyari'atkannya

khulu' dan sahnya khulu' yang diajukan oleh istri.

3. Syarat dan Rukun Khulu'

Menurut Fuad Said rukun khulu' itu ada empat yaitu 1. istri (yang

membayar iwad); 2. iwad; 3. shighat; 4. suami.6 Pendapat lain

dikemukakan Amir Syarifuddin bahwa rukun khulu' ada empat (pertama,

suami yang menceraikan istrinya dengan tebusan; kedua, istri yang

meminta cerai dari suaminya dengan uang tebusan; ketiga, uang tebusan

atau iwad; keempat, alasan untuk terjadinya khulu'.7 Adapun tentang syarat

khulu', maka menurut Ibnu Rusyd mengenai syarat-syarat

diperbolehkannya khulu', ada yang berkaitan dengan kadar harta yang

boleh dipakai khulu' dan ada juga yang berkaitan dengan sifat (keadaan) di

mana khulu' boleh dilakukan. Ada juga yang berkaitan dengan keadaan

wanita yang melakukan khulu', atau wali-wali wanita yang tidak boleh

bertindak sendiri.

a. Harta/barang yang dipakai untuk khulu'

Dalam hal ini, syarat khulu' bisa dilihat dari segi :

5Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-Nasa’i,

hadis No. 1210 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

6Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta : Pustaka al-Husna, 1994, hlm. 102

7Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2006, hlm. 234.

Page 30: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

19

1) Kadar harta yang boleh dipakai untuk khulu'

Imam Malik, Syafi'i dan segolongan fuqaha berpendapat

bahwa seorang istri boleh melakukan khulu' dengan memberikan

harta yang lebih banyak dari mahar yang pernah diterimanya dari

suami jika kedurhakaan itu datang dari pihaknya, atau bisa juga

memberikan yang sebanding dengan mahar atau lebih sedikit.

Segolongan fuqaha lain berpendapat bahwa suami tidak boleh

mengambil lebih banyak dari mahar yang diberikan kepada

istrinya.

Bagi fuqaha yang mempersamakan kadar harta dalam

khulu' dengan semua pertukaran dalam mu'amalat, maka mereka

berpendapat bahwa kadar harta itu didasarkan atas kerelaan.

Sedangkan fuqaha yang memegang hadis secara dhahir, maka

mereka tidak membolehkan pengambilan harta yang lebih banyak

daripada mahar. Mereka seolah-olah menganggap bahwa perbuatan

tersebut termasuk pengambilan harta tanpa hak.8

2) Sifat harta pengganti

Imam Syafi'i dan Abu Hanifah mensyaratkan bahwa harta

tersebut harus dapat diketahui sifat dan wujudnya. Sedangkan

Imam Malik membolehkan harta yang tidak diketahui kadar dan

wujudnya, serta harta yang belum ada. Perbedaan pendapat tersebut

disebabkan oleh adanya kemiripan harta pengganti khulu' dengan

8Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz. II, Beirut : Dâr Al-Jiil,

1409 H/1989, hlm. 51

Page 31: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

20

harta pengganti dalam hal jual beli, barang-barang hibah, atau

wasiat.

Bagi fuqaha yang mempersamakan harta pengganti dalam

khulu' dengan jual beli, mereka mensyaratkan padanya syarat-

syarat yang terdapat dalam jual beli dan harta pengganti dalam jual

beli. Sedang bagi fuqaha yang mempersamakan harta pengganti

dalam khulu' dengan hibah, mereka tidak menetapkan syarat-syarat

tersebut. Tentang khulu' yang dijatuhkan dengan barang-barang,

seperti minuman keras, fuqaha berselisih pendapat : apakah istri

harus mengganti atau tidak, setelah mereka sepakat bahwa talak itu

dapat terjadi. Imam Malik mengatakan bahwa istri tidak wajib

menggantinya. Demikian juga pendapat Imam Abu Hanifah.

Sedang Imam Syafi'i berpendapat bahwa istri wajib mengeluarkan

mahar misil.9

3) Keadaan yang dapat dan tidak dapat dipakai untuk menjatuhkan

khulu'

Jumhur fuqaha berpendapat bahwa khulu' boleh diadakan

berdasarkan kerelaan suami istri, selama hal itu tidak

mengakibatkan kerugian pada pihak istri. Dasarnya adalah Firman

Allah SWT :

و ةشبفاح نيأتإال أن ي نوهمتيا آتض معوا بببذهتل نلوهضعال ت ةنيب۱٩: النساء﴿م﴾

9Ibid., hlm. 51.

Page 32: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

21

Artinya : “dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.” (Q.S. An-Nisa:19).10

Selain ayat di atas yang menjadi dasar hukum yang lain

adalah surat al-Baqarah ayat 229 sebagaimana disebutkan di atas.

Abu Qilabah dan Hasan Al-Basri berpendapat bahwa suami

tidak boleh menjatuhkan khulu' atas istrinya, kecuali jika ia melihat

istrinya berbuat zina, karena mereka mengartikan bahwa "keji"

dalam ayat di atas dengan perbuatan zina. Daud berpendapat bahwa

suami tidak boleh menjatuhkan khulu' kecuali bila ada

kekhawatiran bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, berdasarkan ayat tersebut secara

zahir. Adapun An-Nu'man mengatakan bahwa khulu' dapat

dijatuhkan meskipun merugikan.

Berdasarkan aturan fiqih, khulu’ diberikan kepada istri

sebagai imbangan talak yang dimiliki oleh suami. Oleh karena itu,

talak diberikan kepada suami jika ia membenci istri, maka khulu'

diberikan kepada istri jika ia membenci suami. Dengan demikian

terdapat keseimbangan antara keduanya.11

b. Istri yang Boleh Mengadakan Khulu'

Di kalangan jumhur fuqaha telah disepakati bahwa istri yang

mampu boleh mengadakan khulu' untuk dirinya, sedangkan perempuan

10Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 55. 11Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, Jilid I, Bandung : CV Pustaka Setia,

1999, hlm. 91.

Page 33: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

22

hamba tidak boleh mengadakan khulu' untuk dirinya, kecuali dengan

seizin tuannya. Demikian juga istri yang bodoh (safihah) adalah

bersama walinya, sebagaimana pendapat fuqaha yang menetapkan

adanya kemampuan atasnya.

Imam Malik berpendapat bahwa seorang ayah boleh

mengadakan khulu' untuk anaknya (perempuan) yang masih kecil

sebagaimana ia boleh menikahkannya. Demikian pula untuk anak

lelakinya yang masih kecil, karena menurut Imam Malik seorang ayah

dapat menceraikan atas namanya. Kemudian timbul perbedaan

pendapat berkenaan dengan anak lelaki yang masih kecil (di bawah

umur). Imam Syafi'i dan Abu Hanifah berpendapat bahwa ayah tidak

boleh mengadakan khulu' atas namanya, karena itu seorang ayah tidak

boleh menjatuhkan talak atas namanya juga.

Selanjutnya, Imam Malik berpendapat bahwa, istri yang sedang

sakit keras boleh mengadakan khulu'. jika harta tebusannya sebesar

warisan dari suaminya. Tetapi Ibnu Nafi' mengatakan bahwa istri yang

sakit tersebut dapat mengadakan khulu' dengan sepertiga dari jumlah

harta seluruhnya.

Imam Syafi'i berpendapat bahwa apabila istri mengadakan

khulu' sebesar mahar misilnya, maka hal itu diperbolehkan, dan harta

tersebut diambil dari sebagian dari harta pokok. Apabila lebih dari

mahar misil, maka tambahan tersebut harus dari sepertiga dari harta

pokok.

Page 34: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

23

Adapun istri yang terlantar (Al-Muhmalah), yakni yang tidak

memiliki wasi dan ayah, maka Ibnu Qasim berpendapat bahwa ia boleh

mengadakan khulu' atas dirinya sebesar mahar misil. Jumhur ulama

mengatakan bahwa istri yang dapat menguasai dirinya boleh

mengadakan khulu'. Sebaliknya Al-Hasan dan Ibnu Sirin berpendapat

bahwa ia tidak boleh mengadakan khulu' kecuali dengan ijin penguasa.

Mengenai rukun khulu', selain dua hal tersebut di atas (adanya harta

yang digunakan. dan istri yang mengadakan khulu') juga harus ada

ucapan khulu'.12

Fuqaha berpendapat bahwa dalam khulu' harus diucapkan kata

" khulu' " خلع atau lafal yang terambil dari khulu'. Atau bisa juga kata

lain yang seperti dengannya. seperti: "mubara'ah" (مبارأة) = melepas

diri dan fidyah (فدیة) = tebusan.13

Jika tidak menggunakan kata khulu' atau yang searti

dengannya, misalnya suami berkata, "Engkau tertalak" sebagai imbalan

dari barang-barang seharga sekian, lalu istri mau menerimanya. Maka

perbuatan ini termasuk talak dengan imbalan harta. bukan termasuk

khulu'.

Ibnu Qayim menyangkal pendapat tersebut, katanya,

"Barangsiapa yang hendak memikirkan hakikat dan tujuan dari akad

atau perjanjian bukan hanya melihat kata-kata yang diucapkan saja.

12Ibid., hlm. 91. 13Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz II, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 1970., hlm. 320.

Page 35: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

24

tentu akan menganggap khulu' sebagai fasakh. bila diucapkan dengan

kata apapun, sekalipun dengan kata "talak". Pendapat ini juga

merupakan salah satu pendapat murid-murid Imam Ahmad. Juga

pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah dan diriwayatkan oleh Ibnu

Abbas. Kemudian Ibnu Taimiyah berkata, "Barang siapa hanya melihat

dan berpegang kepada lafal-lafal itu, dan memperhatikannya pula

bagaimana adanya dalam hukum akad, tentu ia akan menentukan lafal

"talak" untuk "talak" saja.

Selanjutnya Ibnu Qayim melemahkan pendapat ini. katanya,

"Orang yang membaca fiqh dan ushul fiqh akan dapat menyaksikan

bahwa dalam akad yang diperhatikan adalah hakikat dan maksud

akadnya, bukan formalitas dan sekadar kata-kata yang diucapkannya."

Alasannya ialah bahwa Nabi SAW. pernah menyuruh Tsabit Ibnu Qais

agar menalak istrinya secara khulu'. dengan sekali talak. Selain itu

Nabi SAW. menyuruh istri Tsabit untuk beriddah sekali haid. Hal ini

jelas menunjukkan fasakh, sekalipun terjadinya perceraian dengan

ucapan talak.14

Di samping itu, Allah SWT juga menghubungkannya dengan

hukum fidyah, karena memang ada fidyahnya. Telah diketahui bahwa

fidyah tidak mempunyai pernyataan dengan kata-kala khusus, dan

Allah pun tidak menetapkan lafal yang khusus untuk itu. Talak dengan

tebusan sifatnya terbatas dan tidak tergolong ke dalam hukum talak

14Slamet Abidin dan Aminuddin, op.cit., hlm. 93.

Page 36: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

25

yang umum sebagaimana ia tidak tergolong kepada hukum talak yang

dibolehkan rujuk kembali, dan beriddah dengan tiga kali suci seperti

ketentuan sunnah yang sah.

B. Iddah

1. Pengertian Iddah

Dalam Kamus Arab Indonesia, iddah berasal dari عدا -یعد –عد

(membilang, menghitung).15 Sedangkan dalam Kamus Al-Munawwir,

iddah berarti sejumlah (العدة).16 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

iddah berarti waktu menanti (lamanya 100 hari) bagi perempuan yang

ditalak atau kematian suaminya (selama waktu itu ia tidak boleh kawin

lagi) sampai iddahnya telah habis.17 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, iddah adalah masa tunggu (boleh belum menikah) bagi wanita

yang berpisah dengan suami, baik karena ditalak maupun bercerai mati:

wanita yang ditalak oleh suaminya harus menjalani selama tiga kali suci

dari menstruasi.18 Sedangkan dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia,

iddah berarti waktu yang lamanya 100 hari sesudah perempuan bercerai

dengan suaminya atau ditinggalkan suaminya sesudah meninggalnya.

15Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1973, hlm. 256. 16Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Yogyakarta : Pustaka Progressif, 1997, hlm. 903 17W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka,

Cet. 5, 1976, hlm. 368. 18Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, hlm. 416.

Page 37: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

26

Dalam waktu itu perempuan tidak boleh kawin, hal ini untuk mendapat

kejelasan siapa bapak dari anak itu.19

Dalam Fath al-Mu’în disebutkan :

اهلا على عدد اقراء واشـهر غالبـا هي مأخوذة من العدد الشتم العدةمدة تتربص فيها املرأة ملعرفة براءة رمحها من احلمـل او : وهي شرعا

ماال يعقل معناه عبادة كان اوغريها اولتفجعهـا :للتعبد وهو اصطالحا 20 على زوج مات

Artinya: "Kata دة دد diambil dari الع karena hal itu ,(bilangan) العmencakup bilangan beberapa quru' dan beberapa bulan, pada umumnya." "Iddah menurut syara' ialah masa menunggu buat wanita (tercerai), untuk bisa diketahui rahimnya bebas kandungan atau untuk ta'abbud; Ta'abbud yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima/dipikirkan oleh akal mengenai ma'nanya baik berupa ibadah atau bukan ibadah, atau bela sungkawanya atas kematian suami "

Dalam kitab Kifâyah Al Akhyâr dirumuskan:

21 معدوده تتربص فيهااملرأة ليعرف براءة رمحهاي العدة ه

Artinya : "Iddah yaitu masa menanti yang diwajibkan atas perempuan agar diketahui kandungannya berisi atau tidak."

Sayyid Sabiq memberi rumusan :

Iddah menurut istilah adalah :

ي اسم للمدة اليت تنتظرفيهااملرأة ومتتنع عن التزويج بعد وفـاة ه العدة 22زوجها

19Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta : Grafika, tth, hlm.

366. 20Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, Fath al-Mu’în, Kairo : Maktabah Dar al-

Turas, 1980, hlm. 116. 21Imam Taqi al-Din, Kifâyah Al Akhyâr, Juz II, Beirut : Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1973,

hlm. 124

Page 38: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

27

Artinya: "Iddah dalam istilah agama menjadi nama bagi masa lamanya perempuan (isteri) menunggu dan tidak boleh nikah setelah wafat suaminya, atau setelah pisah dari suaminya."

Dari beberapa rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa iddah

adalah masa tunggu yang ditetapkan oleh hukum syara’ bagi wanita untuk

tidak melakukan akad nikah dengan laki-laki lain dalam masa tersebut

sebagai akibat ditinggal mati oleh suaminya atau perceraian dengan

suaminya itu, dalam rangka membersihkan diri dari pengaruh dan akibat

hubungan dengan suaminya itu.

2. Dasar Hukum Iddah

Konsekuensi yang pertama kali muncul akibat pernyataan

perceraian adalah adanya masa iddah.23 Perempuan yang bercerai dari

suaminya dalam bentuk apa pun, cerai hidup atau mati, sedang hamil atau

tidak, masih berhaid atau tidak, wajib menjalani masa iddah itu.

Kewajiban menjalani masa iddah dapat dilihat dari beberapa ayat Al-

Qur'an, di antaranya adalah firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 228 :

كتأن ي نل لهحال يء ووثالثة قر بأنفسهن نصبرتي طلقاتالمـا وم نم هنامحي أرف الله لق٢٢٨: البقرة﴿خ﴾

Artinya : "Perempuan-perempuan yang ditalaq oleh suaminya hendaklah

menunggu masa selama tiga kali quru’. Tidak halal perempuan itu menyembunyikan apa yang dijadikan Allah dalam rahimnya” (QS. al-Baqarah: 228).24

22Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 341. 23Hammudah Abd. Al'ati, The Family Structure In Islam, Terj. Anshari Thayib, "

Keluarga Muslim", Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984, hlm. 310. 24Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Surya Cipta Aksara, 1993, hlm. 55.

Page 39: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

28

Di antara hadis Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah

tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah menurut riwayat Ibnu

Majah dengan sanad yang kuat yang bunyinya:

حدثنا علي بن حممد حدثنا وكيع عن سفيان عن منصور عن إبـراهيم النيب صلى اهللا عليه وسلم بريـرة أن عن األسود عن عائشة قالت أمر

25)رواه اىب داود( د بثالث حيضعتت

Artinya : “Telah mengabarkan kepada kami dari Ali bin Muhammad dari Waki' dari Sufyan dari Mansur dari Ibrahim dari Aswad dari A'isyah berkata: Nabi Saw menyuruh Barirah untuk beriddah selama tiga kali haid.” (HR. Abu Daud).

Adapun tujuan dan hikmah diwajibkanya iddah itu adalah

sebagaimana dijelaskan dalam salah satu definisi yang disebutkan

sebelumnya, yaitu :

Pertama : untuk mengetahui bersihnya rahim perempuan tersebut

dari bibit yang ditinggalkan mantan suaminya. Hal ini disepakati oleh

ulama. Pendapat ulama waktu itu didasarkan kepada dua alur pikir :

a. Bibit yang ditinggal oleh mantan suami dapat berbaur dengan bibit

orang yang akan mengawininya untuk menciptakan satu janin dalam

perut perempuan tersebut. Dengan pembauran itu diragukan anak

siapa sebenarnya yang dikandung oleh perempuan tersebut. Untuk

menghindarkan pembauran bibit itu, maka perlu diketahui atau

diyakini bahwa sebelum perempuan itu kawin lagi rahimnya bersih

dari peninggalan mantan suaminya.

25Al-Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Azdi as-Sijistani, hadis No. 2800 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 40: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

29

b. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah perempuan yang baru

berpisah dengan suaminya mengandung bibit dari mantan suaminya

atau tidak kecuali dengan datangnya beberapa kali haid dalam masa

itu. Untuk itu diperlukan masa tunggu.

Alur pikir pertama tersebut di atas tampaknya waktu ini tidak

relevan lagi karena sudah diketahui bahwa bibit yang akan menjadi janin

hanya dari satu bibit dan berbaurnya beberapa bibit dalam rahim tidak

akan mempengaruhi bibit yang sudah memproses menjadi janin itu.

Demikian pula alur pikir kedua tidak relevan lagi karena waktu ini sudah

ada alat yang canggih untuk mengetahui bersih atau tidaknya rahim

perempuan dari mantan suaminya. Meskipun demikian, iddah tetap

diwajibkan dengan alasan dibawah ini.26

Kedua : untuk ta’abbud, artinya semata untuk memenuhi kehendak

dari Allah meskipun secara rasio kita mengira tidak perlu lagi. Contoh

dalam hal ini, umpamanya perempuan yang cerai karena kematian suami

dan belum digauli oleh suaminya itu, masih tetap wajib menjalani masa

iddah, meskipun dapat dipastikan bahwa mantan suaminya tidak

meninggalkan bibit dalam rahim isterinya itu.

Adapun hikmah yang dapat diambil dari ketentuan iddah itu adalah

agar suami yang telah menceraikan isterinya itu berpikir kembali dan

menyadari tindakan itu tidak baik dan menyesal atas tindakannya itu.

26Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2000, hlm. 201.

Page 41: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

30

Dengan adanya iddah dia dapat menjalin kembali hidup perkawinan tanpa

harus mengadakan akad baru.27

3. Syarat Wajib Iddah

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa iddah adalah

masa di mana seorang wanita yang diceraikan suaminya menunggu.28

Yang dimaksud dengan syarat wajib di sini adalah syarat-syarat yang

menentukan adanya hukum wajib; bentuk syaratnya adalah alternatif;

dalam arti apabila tidak terdapat salah satu syarat-syarat yang ditentukan,

maka tidak ada hukum wajib, sebaliknya apabila salah satu di antara syarat

yang ditentukan telah terpenuhi, maka hukumnya adalah wajib. Syarat

wajib iddah ada dua, yaitu :

a. Matinya suami. Apabila isteri bercerai dengan suaminya karena

suaminya meninggal dunia, maka perempuan itu wajib menjalani

masa iddah, baik dia telah bergaul dengan suaminya itu atau belum.

Dalam hal ini tidak ada beda pendapat di kalangan ulama.29 Yang

menjadi dasar hukumnya adalah firman Allah dalam surat al-Baqarah

ayat 234 :

والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وعشرا فإذا بلغن أجلهن فال جناح عليكم فيما فعلن في

بريلون خمعا تبم اللهو وفرعبالم ٢٣٤: بقرةال﴿أنفسهن﴾

27Amir Syarifuddin, op.cit., hlm. 304 28Syekh Kamil Muhammad Uwaidah, al-Jami' fi Fiqh an-Nisa, Terj. M. Abdul Ghofar,

"Fiqih Wanita", Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1998, hlm. 448. 29Amir Syarifuddin, op.cit., hlm. 306.

Page 42: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

31

Artinya : “Orang-orang yang meninggal di antaramu dan meninggalkan isteri hendaknya dia menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari. Apabila telah sampai waktu yang ditentukan boleh dia berbuat terhadap dirinya dengan cara yang baik. Allah Maha Tahu terhadap apa yang mereka lakukan.” (QS. al-Baqarah (2): 234).30

Ayat ini secara tegas dan umum mengatakan keharusan isteri

yang ditinggal mati suami wajib menjalani masa iddah selama empat

bulan sepuluh hari. Meskipun dia belum digauli, tidak berlaku baginya

ketentuan tidak ber-iddah sebagaimana yang disebut dalam surat al-

Ahzab ayat 49. Ketentuan ini merupakan kesepakatan ulama.

b. Isteri sudah bergaul dengan suaminya. Apabila suami belum bergaul

dengan isterinya, maka isteri tersebut tidak memenuhi syarat untuk

dikenai kewajiban ber-iddah. Ketentuan ini berdasarkan kepada surat

al-Ahzab ayat 49:

مؤمنات ثم طلقتموهن من قبل أن يا أيها الذين آمنوا إذا نكحتم ال ﴾٤٩: األحزاب﴿تمسوهن فما لكم عليهن من عدة تعتدونها

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu menikahi

perempuan-perempuan yang beriman kemudian kamu menceraikannya sebelum kamu menggaulinya, maka tidak ada kewajiban baginya untuk beriddah terhadapmu.” (QS. al-Ahzab (33): 49).

Dalam memahami kata "bergaul" atau al-massu ulama berbeda

pendapat. Jumhur ulama mengatakan bahwa bergaul itu maksudnya

adalah hubungan kelamin. Apabila terjadi hubungan kelamin, maka

wajib iddah. Sedangkan perbuatan lain di luar itu seperti khalwah

30Depag RI, op.cit., hlm. 17.

Page 43: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

32

tidak mewajibkan iddah. Sebagian ulama di antaranya Imam Ahmad

dan al-Syafi'i, ulama ahlu ra'yi (Hanafiyah), berpendapat bahwa

apabila telah terjadi khalwah meskipun tidak sampai hubungan

kelamin, telah wajib iddah. Alasan yang dikemukakan golongan ini

adalah apa yang diriwayatkan dari Khalifah yang Berempat bahwa

bila sudah ditutup gorden atau telah ditutup pintu (maksudnya adalah

khalwah) telah wajib mahar dan telah wajib iddah.31

4. Ketentuan Masa Iddah

Masa iddah tidaklah selalu sama pada setiap wanita. Al-Qur'an

memberikan petunjuk dalam berbagai ungkapan yang menegaskan bahwa

masa iddah ditetapkan berdasarkan keadaan wanita sewaktu dicerai atau

ditinggal mati oleh suaminya dan juga berdasarkan atas proses perceraian,

apakah cerai mati atau cerai hidup. Uraian berikut dikemukakan

berdasarkan atas perbedaan ini.

a. Pembedaan Ditinjau dari Keadaan Wanita

Ada beberapa keadaan wanita sewaktu ia dicerai oleh

suaminya yang menjadi patokan dalam penentuan masa iddah.

1) Qabl al-mass dan ba'd al mass

Sudut tinjauan pertama yang dapat dilihat dalam al-Qur'an

adalah apakah wanita itu sudah digauli (ba'd al-mass) atau belum

(qabl al-mass):

31Amir Syarifuddin, op.cit., hlm. 307.

Page 44: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

33

يا أيها الذين آمنوا إذا نكحتم المؤمنات ثم طلقتموهن من قبل دع نم هنليع ا لكمفم نوهسما أن تهوندتعت ة

﴾٤٩:األحزاب﴿Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi

perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.” (Q.S.Al-Ahzab: 49).32

Ungkapan al-mass (an tamassu) dalam ayat ini dipahami

oleh para ulama dengan makna al-duhhul.33 Tampaknya para

ulama sepakat menyatakan bahwa ungkapan qabla an

tamassuhunna berarti qabla al-dukhul; sehingga ayat ini dipahami

sebagai petunjuk bahwa wanita ghair al-madkhul biha tidak perlu

menghitung masa iddah. Dengan demikian, wanita tersebut

dibolehkan melakukan akad perkawinan dengan laki-laki lain

selepas dari perceraian itu. Ini berarti bahwa persoalan iddah

dengan segala bentuk dan macamnya hanya dihubungkan dengan

wanita al-madkhul biha.34

Namun, persoalan dukhul tampaknya tidak mudah untuk

dijadikan patokan. Dari beberapa pembicaraan para ulama

berkenaan iddah, setidaknya ada dua istilah yang sering

digunakan, yaitu khalwat dan fi hukmi al dukhul. Khalwat yang

32Depag RI, op.cit., hlm. 675. 33Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz II, Beirut: Dâr Al-Jiil,

1409 H/1989, hlm. 66. 34Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 278.

Page 45: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

34

belum tentu terjadi di dalamnya dukhul, menurut jumhur ulama,

sudah mengharuskan adanya iddah. Oleh karena itu, menarik

untuk dipertanyakan, apakah ungkapan qabla an tamassuhunna

memang hanya berarti dukhul dalam arti sebenarnya, yaitu

hubungan biologis antara dua insan berlainan jenis. Setidaknya,

hal ini merupakan suatu persoalan yang perlu dipertimbangkan

sebab apabila iddah juga berkaitan dengan masalah psikologis, di

samping rahim, maka sepantasnyalah seorang wanita yang sudah

menjalin hubungan batin dan kasih sayang dengan seorang pria

tidak merasa langsung bebas dari suami yang karena sesuatu hal

mungkin belum sempat "menggaulinya". Dalam hal ini, bisa saja

terjadi bahwa seorang wanita dinikahi oleh seorang pria dan di

antara mereka telah tertanam hubungan kasih sayang yang

mengikat batin mereka dalam suatu ikatan serta mereka telah

hidup serumah, tetapi ada suatu halangan yang membuat mereka

belum sempat mengadakan hubungan biologis (dukhul), seperti

penyakit dan lain-lain. Kemudian, keadaan pula menghendaki

mereka untuk bercerai. Tentu saja, ikatan psikologis di antara

mereka tidaklah mungkin hilang begitu saja. Berdasarkan analisa

ini, agaknya kata al-mass dalam ayat di atas juga meliputi makna

lain, di samping dukhul haqiqi.

Sehubungan dengan hal ini pula, agaknya Ali Hasballah

menyatakan bahwa salah satu di antara sebab yang mewajibkan

Page 46: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

35

iddah adalah masa yang ditempuh seorang isteri karena cerai, baik

setelah hubungan seksual dengan suaminya secara sungguhan atau

secara hukum (dinyatakan telah berhubungan seksual dengan

suaminya) dalam suatu ikatan pernikahan yang sah.35

Yang jelas, menggunakan kata al-mass dalam arti dukhul

bukanlah penggunaan makna hakiki. Di samping itu, sewaktu ayat

ini dihadapkan dengan surat al-Baqarah ayat 234, para ulama

mendahulukan ayat terakhir ini. Oleh karena itu, seorang wanita

yang ditinggal mati oleh suaminya, baik ia al-madkhul biha

maupun ghair al-madkkul biha, harus beriddah seperti yang

dimaksud surat al-Baqarah ayat 234 tersebut. Pandangan ini dianut

dan dikemukakan dengan tegas, antara lain, oleh Sayyid Sabiq

dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah dan Ali Hasballah dalam kitabnya

al-Furqat bayan al-Zawjain. Bahkan secara lebih tegas dan

dengan argumentasi yang lengkap, Ali Hasballah mengemukakan

bahwa wanita yang ditinggal mati suaminya, baik al-madkhul biha

maupun ghair al-madkhul biha, harus menghitung iddahnya

selama 4 bulan 10 hari. Sehubungan dengan itu, ia menolak

riwayat yang dinisbahkan kepada Ibn Abbas yang menyatakan

bahwa wanita yang ditinggal mati suaminya sebelum digauli

(ghair al-madkhul biha) tidak perlu beriddah. Alasan yang

dikemukakannya untuk itu ialah keumuman maksud firman Allah

35Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed) Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (I), Jakarta: LSIK, 2002, hlm. 189..

Page 47: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

36

pada surat al-Baqarah ayat 234. Di samping itu, surat al-Ahzab

ayat 49 dipandangnya sebagai ayat yang khusus untuk wanita yang

dithalaq (al-muthallaqat). Sedangkan wanita yang ditinggal mati

suaminya tidak termasuk al-muthallaqat.36 Sementara itu, Sayyid

Sabiq menegaskan sebagai alasannya dengan pernyataan bahwa

iddah diwajibkan atas isteri dalam rangka mematuhi suami yang

meninggal, dan memperhatikan haknya, sekalipun dia belum

melakukan senggama terhadap isterinya itu.37 Dengan demikian,

iddah bagi wanita yang ditinggal mati suami ditetapkan sebagai

masa berkabung atas kematian suaminya itu.

Memahami ungkapan qabla an tamassuhunna dengan arti

al-dukhul tidak menimbulkan kesulitan dalam penerapannya sebab

lebih mudah membedakannya, seperti halnya dalam kasus

kematian yang sangat jelas batasannya. Jika ungkapan itu

dipahami dengan arti lain, maka batasannya tidak begitu jelas,

seperti halnya khalwat.38

2) Hamil atau tidak

Sisi kedua dari keadaan wanita sewaktu dicerai suaminya

yang menjadi patokan penetapan iddah adalah apakah ia hamil

atau tidak. Dalam hal ini, al-Qur'an mengemukakan dengan tegas

bahwa jika perceraian terjadi sewaktu wanita berada dalam

36Ibid., hlm. 189. 37Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 278. 38Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan Kompilasi Hukum

Islam, Yogyakarta : Total Media, 2006, hlm. 156.

Page 48: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

37

keadaan hamil, maka iddahnya berlangsung selama ia hamil, yaitu

sampai ia melahirkan kandungannya itu. Ketentuan ini

diungkapkan al-Qur'an :

﴾٤:قالطال﴿ن يضعن حملهن وأولات الأحمال أجلهن أ

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddahnya adalah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (Al-Thalaq : 4).39

Ketetapan iddah bagi wanita dalam keadaan ini begitu

tegas dan jelas. Ketegasan dan kejelasannya terletak pada

kelahiran kandungan yang dikandungnya. Ketentuan ini tidak

memandang jumlah hari. Mungkin saja iddah wanita seperti ini

berlangsung selama 9 bulan atau lebih. Akan tetapi, juga mungkin

hanya sesaat karena begitu ia dicerai oleh suaminya lantas ia pun

melahirkan kandungannya.

3) Dalam masa-masa haid atau tidak

Seperti dikemukakan di atas, bahwa bagi wanita yang tidak

hamil sewaktu dicerai oleh suaminya berlaku dua ketentuan.

Keduanya didasarkan pada kondisi wanita tersebut sewaktu

dicerai, apakah ia berada dalam masa-masa haid atau tidak.

Al-Qur'an menyatakan bahwa wanita yang dicerai

suaminya, sedangkan ia masih berada dalam masa-masa haid

sehingga ia dapat menjadikan masa-masa haid sebagai patokan

39Depag RI, op.cit., hlm. 946.

Page 49: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

38

waktu, iddahnya adalah tiga quru' sebagaimana Firman Allah

SWT dalam surat al-Baqarah ayat 228. Seorang wanita, biasanya sejak usia baligh (sekitar 15

tahun) sampai masa menopause (sekitar 50 tahun), senantiasa

mengalami pendarahan yang disebut haid atau menstruasi. Haid

ini terjadi pada umumnya sekali sebulan kecuali dalam masa-masa

hamil. Selama masa kehamilan, wanita tidak mengalami haid.

Meskipun al-Qur'an menyatakan dengan tegas masa iddah

wanita dalam keadaan ini, namun tidak berarti bahwa tidak ada

perbedaan pendapat yang timbul dalam masalah ini. Ketegasan al-

Qur'an terbatas pada penetapan tiga quru'. Akan tetapi, kata quru'

merupakan lafaz musytarak yang mengundang perbedaan di

kalangan ulama. Dengan demikian, walaupun lafadz tiga

(tsalatsat) qath'i al-dilalat, tetapi lafadz quru' dipandang sebagai

zhanni al-dilalat sehingga tetap ada perbedaan pendapat dalam

memahaminya.40 .

Sebagian ulama memahami quru' dalam arti masa suci. Di

antara mereka adalah Malik, Syafi'i, jumhur penduduk Madinah,

Abu Tsaur dan Jama'ah. Di kalangan sahabat pendapat ini dianut

oleh Ibnu Umar, Zaid bin Tsabit dan Aisyah. Sebagian ulama

lainnya berpendapat bahwa quru' berarti masa-masa haid.

Pendapat ini dianut oleh Abu Hanifah, al-Tsauri, al-Auza'i,

40Slamet Abidin dan Aminuddin, op cit., hlm. 129.

Page 50: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

39

Ibn Abi Laila dan lainnya. Dan kalangan sahabat, pendapat ini

dianut oleh Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Ibn Mas'ud dan

Abu Musa al-Asy'ari. Di samping itu ada pula yang memahami

quru' dalam pengertian perpindahan dari masa suci kepada masa

haid. Menurut Ali Hasballah, pendapat ini juga dianut oleh Syafi'i,

Malik dan Zhahiriah.41

Sebagai konsekuensi dari perbedaan pendapat ini adalah

perbedaan panjangnya masa iddah. Para ulama tampaknya sepakat

menyatakan bahwa thalaq yang sah (disebut thalaq sunni) adalah

thalaq yang dijatuhkan sewaktu wanita berada dalam keadaan suci

dan belum digauli sepanjang masa suci itu. Mereka yang

berpendapat bahwa quru,' adalah haid menetapkan berakhirnya

iddah dengan datangnya masa suci setelah haid ketiga. Ini berarti

bahwa masa iddah berlangsung selama dua masa suci dan tiga

masa haid ditambah masa suci antara terjadinya thalaq dengan

masuknya masa haid pertama. Ini berarti bahwa di awal masa haid

ketiga wanita tersebut sudah terlepas dari masa iddahnya. Dengan

demikian, masa iddah dalam pendapat pertama lebih panjang

selama hari-hari haid yang ketiga. Sedangkan masa iddah menurut

pendapat yang mengatakan bahwa quru' adalah perpindahan dari

41Ibnu Rusyd, op.cit., hlm. 67 – 70.

Page 51: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

40

masa suci ke masa haid sama panjangnya dengan pendapat

pertama yang mengatakan bahwa quru' berarti masa suci.42

b. Pembedaan Ditinjau dari Proses Perceraian

Perbedaan proses perceraian yang dimaksud adalah perceraian

karena thalaq dan perceraian karena meninggal. Dengan kata lain,

dapat disebut cerai hidup atau cerai mati. Perbedaan ini termasuk

salah satu faktor yang membedakan panjangnya masa iddah.

Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 234, seperti telah dikutip di

atas, masa iddah wanita yang kematian suami adalah empat bulan

sepuluh hari yang dibulatkan menjadi 130 hari. Sementara itu, iddah

wanita yang dicerai melalui proses thalaq (cerai hidup), pada dasarnya

lebih pendek dari itu, yaitu tiga quru' bagi mereka yang berada dalam

masa-masa haid atau tiga bulan bagi mereka yang belum baligh dan

yang sudah menopause.

Al-Qur'an tidak menyebutkan alasan yang menyebabkan

"panjangnya" masa iddah wanita yang kematian suami ini. Akan

tetapi, para ulama memahaminya sebagai masa duka bagi wanita yang

ditinggal mati oleh-suaminya. Seandainya dikaitkan dengan kondisi

rahim tentu iddahnya akan sama dengan wanita yang dicerai dalam

kondisi yang masih memungkinkan hamil, yaitu tiga quru'. Demikian

pula iddah dalam keadaan ini bukanlah masa untuk berfikir untuk

kemungkinan rujuk kembali karena salah satu pasangannya (suami)

42Ibnu Rusyd., op.cit., hlm. 68.

Page 52: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

41

sudah meninggal dan tidak mungkin diharapkan rujuk kembali kepada

isterinya.

Jika demikian halnya, maka tampaknya tidak juga

berhubungan dengan masalah etika. Setidaknya, seorang wanita harus

ikut merasakan duka dengan kematian suaminya. Dalam hubungan ini,

para ulama menetapkan kewajiban hidad (menghindarkan diri dari

perhiasan) atas wanita. Perceraian yang terjadi karena kematian suami

adalah musibah bagi wanita yang menjadi isterinya. Perceraian seperti

itu merupakan perceraian yang tidak terelakkan.43

Meskipun wanita yang dicerai mati tidak mungkin rujuk lagi

dengan suaminya, namun al-Qur'an melarang pria lain untuk

menyatakan pinangannya terhadap wanita itu secara terang-terangan.

Bahkan dianjurkan untuk menyembunyikan hasrat meminang itu.

Kalaupun hasrat itu susah dibendung, maka ia hanya boleh dilahirkan

dalam bentuk sindiran. Ketentuan ini sepertinya tidak terlepas dari

upaya menjaga perasaan wanita yang sedang dalam duka.44

Apabila dikhawatirkan bahwa wanita tersebut kehilangan

jaminan nafkah, maka al-Qur'an sebagaimana dalam surat al-Baqarah

ayat 240, menganjurkan agar wanita tersebut diberi biaya hidup

selama satu tahun melalui jalur wasiat. Hal ini mempertegas bahwa

wanita yang sedang menjalani iddahnya tidak boleh diganggu gugat.

43M.Karsayuda, op.cit., hlm. 187. 44Syekh Kamil Muhammad Uwaidah, op.cit., hlm. 450.

Page 53: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

42

Ketentuan iddah dalam kasus cerai mati cukup jelas dan tegas

serta mudah dilaksanakan. Akan tetapi, persoalan timbul apabila

wanita bersangkutan berada dalam keadaan hamil. Persoalannya,

bagaimanakah menentukan iddah wanita tersebut? Apakah yang

dilaksanakan iddah wafat atau iddah hamil? Mungkinkah seorang

wanita yang melahirkan anaknya sesaat setelah suaminya meninggal

dunia tidak menghadapi iddah?.

Dalam hal ini, ada pendapat yang mengatakan bahwa patokan

iddah adalah kelahiran anaknya, meskipun kelahiran itu terjadi sesaat

setelah kematian suaminya. Ini berarti bahwa wanita itu hampir-

hampir tidak menjalani iddah. Pendapat ini dikatakan sebagai

pendapat jumhur sahabat. Diriwayatkan bahwa Sayyidina Umar

mengatakan bahwa iddah wanita semacam itu ialah dengan

melahirkan bayinya. Walaupun mayat suaminya masih terbaring di

rumah duka. Pendapat inilah yang dilaksanakan di Mesir dan Sudan.45

Di samping itu, sebagian ulama berpendapat bahwa iddah

wanita hamil yang ditinggal mati suami adalah tenggang waktu

terlama di antara dua alternatif, empat bulan sepuluh hari (karena

kematian) atau kelahiran bayinya (karena iddah hamil). Ini berarti

bahwa iddah wanita seperti itu paling kurang empat bulan sepuluh

hari. Hal itu juga berarti bahwa akibat kematian tidak mungkin luput

karena kelahiran. Sebaliknya, apabila kelahiran yang menjadi patokan

45Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed) Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (I), Jakarta: LSIK, 2002, hlm. 197 – 198.

Page 54: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

43

karena waktunya lebih lama, maka masa-masa duka selama empat

bulan sepuluh hari sudah tercakup di dalamnya.

Pendapat pertama, di samping beralasan dengan riwayat

tentang Umar, tampaknya juga mendahulukan ulat al-ahmal daripada

ayat al-mutawaffa. Oleh karena itu, apabila keduanya bertemu maka

mereka berpegang pada ayat pertama. Hal ini, agaknya, juga erat

kaitannya dengan pandangan mereka tentang fungsi iddah. Bagi

mereka tampaknya iddah hanya berfungsi sebagai pembersih rahim.

Sementara pendapat kedua melihat bahwa fungsi iddah, di samping

pembersih rahim, juga ada segi-segi lainnya.

Page 55: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

44

BAB III

MASA IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS PERKAWINAN KARENA

KHULU' MENURUT PASAL 155 KHI

A. Sekilas tentang Kompilasi Hukum Islam

1. Pengertian Kompilasi Hukum Islam

Kata "kompilasi" berasal dari bahasa Latin compilare yang

mempunyai arti mengumpulkan bersama-sama, seperti mengumpulkan

peraturan-peraturan yang tersebar berserakan dimana-dimana. Dalam

bahasa Inggris ditulis "compilation" (himpunan undang-undang),1 dan

dalam bahasa Belanda ditulis "compilatie" (kumpulan dari lain-lain

karangan).2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kompilasi berarti

kumpulan yang tersusun secara teratur (tentang daftar informasi, karangan

dan sebagainya).3 Koesno memberi pengertian kompilasi dalam dua

bentuk. Pertama sebagai hasil usaha mengumpulkan berbagai pendapat

dalam satu bidang tertentu. Kedua, kompilasi diartikan dalam wujudnya

sebagai suatu benda seperti berupa suatu buku yang berisi kumpulan

pendapat-pendapat yang ada mengenai suatu bidang persoalan tertentu.4

1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesia

Dictionary, Jakarta : PT. Gramedia, 2000, hlm. 132. 2S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

1992, hlm. 123. 3Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, hlm. 584. 4M. Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan Kompilasi

Hukum Islam, Yogyakarta : Total Media, 2006, hlm. 94.

Page 56: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

45

Bustanul Arifin menyebut Kompilasi Hukum Islam sebagai "fiqih

dalam bahasa undang-undang atau dalam bahasa rumpun Melayu disebut

Peng-kanun-an hukum syara’".5 Wahyu Widiana menyatakan bahwa

"Kompilasi Hukum Islam adalah sekumpulan materi Hukum Islam yang

ditulis pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal, terdiri dan 3 kelompok

materi hukum, yaitu Hukum Perkawinan (170 pasal), Hukum Kewarisan

termasuk Wasiat dan Hibah (44 pasal), dan Hukum Perwakafan (14 pasal),

ditambah satu pasal Ketentuan Penutup yang berlaku untuk ketiga

kelompok hukum tersebut."6 Rumusan yang sama dikemukakan

Muhammad Daud Ali, Kompilasi Hukum Islam adalah kumpulan atau

himpunan kaidah-kaidah hukum Islam yang disusun secara sistematis. Isi

dari Kompilasi hukum Islam terdiri dari tiga buku, masing-masing buku

dibagi ke dalam beberapa bab dan pasal, dengan sistematika sebagai

berikut :

Buku I Hukum Perkawinan terdiri dari 19 bab dengan 170 pasal

Buku II Hukum Kewarisan terdiri dari 6 bab dengan 44 pasal (dari

pasal 171 sampai dengan Pasal 214)

Buku III Hukum Perwakafan, terdiri dari 5 Bab dengan 14 Pasal

(dari Pasal 215 sampai dengan Pasal 228).7

5Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah Hambatan dan

Prospeknya, Jakarta : Gema Insani Press, 1996, hlm. 49. 6M. Karsayuda, op.cit., hlm. 95. 7Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 267.

Page 57: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

46

Kebutuhan akan adanya Kompilasi Hukum Islam bagi Peradilan

Agama sudah lama menjadi catatan dalam sejarah Departemen Agama.

Keluarnya surat Edaran Kepala Biro Peradilan Agama No. B /1/735

tanggal 18 Pebruari 1958 tentang pelaksanaan peraturan permerintah

Nomor 45 Tahun 1957 yang mengatur tentang pembentukan Pengadilan

Agama/ Mahkamah Syar’iyah di luar pulau Jawa dan Madura

menunjukkan salah satu bukti tentang hal tersebut.8 Dari sudut lingkup

makna the ideal law, kehadiran Kompilasi Hukum Islam merupakan

rangkaian sejarah hukum nasional yang dapat mengungkapkan ragam

makna kehidupan masyarakat Indonesia.9

Kalau dilihat dari proses pembentukannya yang menghimpun

bahan-bahan hukum dari berbagai kitab Fiqih yang mu'tamad (dapat

dipertanggungjawabkan dan diakui ulama) yang biasa digunakan sebagai

rujukan para hakim dalam memutus perkara - maka Kompilasi Hukum

Islam dapat diartikan sebagai rangkuman berbagai hal mengenai hukum

Islam. Kompilasi Hukum Islam diolah, dikembangkan serta disusun secara

sistematis dengan berpedoman pada rumusan kalimat atau pasal-pasal

yang lazim digunakan dalam peraturan perundang-undangan.10

Secara materi, Kompilasi Hukum Islam dapat dikatakan sebagai

hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dikatakan tertulis sebab sebagian

materi Kompilasi Hukum Islam merupakan kutipan dari atau menunjuk

8Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

Surabaya : Arkola, 1997, hlm. 10. 9Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum

Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994, hlm. 61. 10M. Karsayuda, op.cit., hlm. 95.

Page 58: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

47

materi perundangan yang berlaku, seperti UU Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, UU Nomor 22 Tahun 1946 jo UU 32 Tahun 1954

tentang Pencatatan Nikah bagi Umat Islam, PP Nomor 9 Tahun 1975

tentang Aturan Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 dan sebagainya.

Dikatakan sebagai hukum tidak tertulis sebab sebagian materi Kompilasi

Hukum Islam merupakan rumusan yang diambil dari materi fiqh atau

ijtihad para ulama dan kesepakatan para peserta lokakarya. Kondisi

Kompilasi Hukum Islam yang bukan peraturan perundang-undangan itu

yang menjadikan Kompilasi Hukum Islam disikapi beragam oleh

Pengadilan Agama (PA) maupun Pengadilan Tinggi Agama (PTA).11

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kompilasi Hukum

Islam itu adalah ketentuan hukum Islam yang ditulis dan disusun secara

sistematis menyerupai peraturan perundang-undangan untuk sedapat

mungkin diterapkan seluruh instansi Departemen Agama dalam

menyelesaikan masalah-masalah di bidang yang telah diatur Kompilasi

Hukum Islam. Oleh para hakim peradilan agama Kompilasi Hukum Islam

digunakan sebagai pedoman dalam memeriksa, mengadili dan memutus

perkara yang diajukan kepadanya.

2. Latar Belakang Penyusunan Kompilasi Hukum Islam

Upaya mempositifkan hukum Islam melalui Kompilasi Hukum

Islam ini mempunyai beberapa sasaran pokok yang hendak dicapai.

11Ibid., hlm. 95.

Page 59: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

48

a. Melengkapi Pilar Peradilan Agama.

Bustanul Arifin berulangkali menyatakan bahwa ada tiga pilar

sokoguru Kekuasaan Kehakiman dalam melaksanakan fungsi peradilan

yang diamanatkan Pasal 24 UUD 1945 jo Pasal 10 UU No. 4 Tahun

2004. Salah satu pilar tidak terpenuhi, menyebabkan penyelenggaraan

fungsi peradilan tidak benar jalannya.

1) Pilar pertama, adanya badan peradilan yang terorganisir

berdasarkan kekuatan undang-undang.

Peradilan Agama secara legalistik berdasarkan Pasal 10 UU

No. 4 Tahun 2004, telah diakui secara resmi sebagai salah satu

pelaksana "judicial power" dalam Negara Hukum RI. Lebih lanjut,

kedudukan, kewenangan atau yurisdiksi dan organisasinya telah

diatur dan dijabarkan dalam UU No. 3 Tahun 2006.

Dilihat dari segi kelembagaan lahirnya Undang-undang No.

3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama dan beberapa peraturan

perundang-undangan lain yang mendasarinya, seperti Undang-

undang No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, telah

memperkokoh eksistensi kelembagaan Peradilan Agama. Sebagai

salah satu badan peradilan yang bertugas melaksanakan kekuasaan

kehakiman, keberadaan Peradilan Agama diakui dan dikehendaki

Page 60: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

49

oleh Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 10 ayat (2) Undang-

undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dengan

amandemen UUD 1945 dan adanya Undang-undang No. 3 Tahun

2006 tersebut, maka kedudukan, susunan dan kekuasaan Peradilan

Agama makin kuat dan menjadi jelas. Dengan demikian,

Pengadilan Agama, resmi mempunyai kedudukan sebagai

Pengadilan Negara yang berpuncak kepada MA sebagai Pengadilan

Negara Tertinggi. Peradilan Agama bukan peradilan swasta, tetapi

berkedudukan sebagai Peradilan Negara bagi golongan penduduk

yang beragama Islam.

Organisasi Peradilan Agama juga telah diatur dalam Bab II

(Pasal 16 - Pasal 48) UU No. 3 Tahun 2006. Bab ini mengatur

susunan dan organisasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

tuntutan masa kini dan masa mendatang. Diatur pula syarat-syarat

yang harus dimiliki aparat pelaksana, dan jenjang karirnya. Dengan

dilengkapinya susunan organisasi menjadikan Peradilan Agama

menjadi badan peradilan yang sempurna dan mandiri, sebagaimana

dimiliki Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara. Begitu

pula mengenai kewenangan yurisdiksi telah digariskan dalam

penjelasan Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2004, yang kemudian secara

"enumeratif" dijabarkan pada Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006.

Dengan penjelasan di atas, secara konstitusional dan teoritis

pilar pertama telah terpenuhi. Peradilan Agama sebagai salah satu

Page 61: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

50

badan lingkungan peradilan yang melaksanakan amanat Kekuasaan

yang ditentukan Pasal 24 UUD 1945. Secara organisatoris

kedudukan dan kewenangan telah mantap meskipun masih perlu

pembinaan dan pengembangan.

2) Pilar kedua, adanya organ pelaksana.

Pilar kedua, adanya organ atau pejabat pelaksana yang

berfungsi melaksanakan jalan peradilan. Hal ini sudah sejak lama

dimiliki oleh lingkungan Peradilan Agama sesuai dengan pasang

surut yang dialaminya dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Di masa lalu barangkali belum sempurna, tingkat kualitas,

integritas dan profesionalismenya belum memenuhi standar.

Namun dalam perjalanannya, sesuai dengan tekad Departemen

Agama dan Mahkamah Agung maka pembinaan dan pengawasan

untuk meningkatkan integritas profesionalisme aparat Peradilan

Agama terus berlangsung.

Sekalipun di sana sini masih banyak terdapat kekurangan

serta pendistribusian personil yang masih belum merata sesuai

dengan kebutuhan volume beban tugas, namun pada setiap

Pengadilan Agama yang telah ada di seluruh Indonesia, telah ada

organ pelaksanaannya. Dengan demikian sudah terpenuhi pilar

kedua.12 Dengan amandemen terhadap Pasal 11 UU No. 14 Tahun

1970 oleh Pasal 13 UU No. 4 Tahun 2004, maka kekuasaan

12M. Yahya Harahap, Informasi Materi Kompilasi Hukum Islam Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam dalam Berbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Yayasan al-Hikmah, 1993/1994, hlm 150-151.

Page 62: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

51

Departemen Agama untuk melakukan pembinaan organisasi,

administrasi dan finansial telah berakhir.13

Ketentuan di atas direalisasikan dengan penyerahan aset

Peradilan Agama oleh Menteri Agama kepada Ketua Mahkamah

Agung pada tanggal 30 Juni 2004. Dengan demikian maka sejak

tanggal 1 Juli 2004 pembinaan organisasi, administrasi dan

keuangan yang menjadi wewenang Departemen Agama berakhir.

Sejak 1 Juli 2004 seluruh persoalan Peradilan Agama berada di

bawah Mahkamah Agung RL 1 Juli 2004 awal bagi Peradilan

Agama satu atap dengan Mahkamah Agung.

3) Pilar ketiga adalah adanya sarana hukum positif yang pasti dan

berlaku secara unifikasi.

Sepanjang mengenai landasan, kedudukan, kewenangan

telah ada kodifikasi dan aturan hukumnya, dengan lahirnya UU No.

3 Tahun 2006, sudah mantap kedudukan dan kewenangannya.

Begitu juga mengenai hukum acaranya sudah positif dan unifikatif.

Pasal 54 UU No. 3 Tahun 2006 ditentukan bahwa hukum acara

yang diterapkan, disamakan dengan yang berlaku di peradilan

umum. HIR untuk pulau Jawa dan Madura, RBG untuk luar Jawa

dan Madura, ditambah dengan yang diatur oleh PP No. 9 Tahun

1975, plus dengan yang diatur sendiri dalam UU No. 3 Tahun 2006

13Pasal 13 ayat (1) : Organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Agung dan badan

peradilan yang ada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

Page 63: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

52

- sebagai aturan hukum acara khusus yang berkenaan dengan

pemeriksaan perkara cerai talak dan gugat cerai.

UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan PP No. 9

Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan, sebenarnya merupakan hukum materiil

Peradilan Agama bidang hukum perkawinan. Namun hanya

mengandung hal-hal pokok saja, sedangkan ketentuan-ketentuan

hukum perkawinan yang terjabar dan diatur khusus bagi umat

Islam belum ada. Itsbat nikah dan kawin hamil umpamanya,

sebagai realitas sosial dan kebutuhan hukum masyarakat, belum

diatur. Masalah masa iddah belum rinci, kedudukan dan porsi

mengenai harta bersama belum pasti, dan masih banyak hal-hal

yang dituntut syari'at Islam, namun belum jelas pengaturannya.

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik juga memuat hukum materiil Peradilan

Agama. Namun sebagaimana juga ketentuan mengenai

perkawinan, ketentuan mengenai perwakafan secara lebih lengkap

belum terpenuhi oleh PP ini, seperti fungsi, unsur-unsur dan syarat-

syarat wakaf, belum diatur.

Padahal persoalan ini sangat penting bagi Hakim Peradilan

Agama dalam menyelesaikan sengketa wakaf. Apalagi mengenai

hibah dan warisan, sampai saat ini hukumnya secara positif dan

unifikatif belum diatur.

Page 64: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

53

Kenyataan ini mendorong para Hakim Peradilan Agama

untuk merujuk doktrin yang ada pada kitab-kitab fiqih dan

pendapat para imam mazhab, yang mempunyai ciri sarat dengan

perbedaan pendapat. Akibatnya putusan dua hakim terhadap kasus

yang sama bisa berbeda, karena merujuk pendapat fuqaha yang

berbeda, kendati dirujuk dari kitab fiqih yang sama. Jalan satu-

satunya untuk mengatasi hal ini adalah melengkapinya dengan

prasarana hukum positif yang bersifat unifikatif. Untuk itu perlu

jalan pintas yang efektif, tetapi memenuhi persyaratan legalistik

yang formil, meski tidak sempurna dalam bentuk undang-undang,

jalan pintas yang sederhana berupa Kompilasi.14

Begitu pula mengenai hukum acara yang berlaku di

Pengadilan Agama telah diatur secara tegas dalam Pasal 54

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, yang menyebutkan: "Hukum

Acara yang berlaku pada Pengadilan di lingkungan Peradilan

Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada

Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah

diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini".

Persoalan yang masih dihadapi oleh Pengadilan Agama

adalah mengenai hukum materiil yang dipergunakan untuk

memutus perkara yang diajukan kepadanya, yang ternyata masih

berserakan pada berbagai kitab fiqih. Padahal adanya hukum yang

14M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 149-152.

Page 65: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

54

baik dan memadai merupakan salah satu syarat terwujudkan

peradilan yang baik. Sebagai kitab fiqih yang bercirikan adanya

perbedaan pendapat, berakibat pada beragamnya putusan

Pengadilan Agama terhadap persoalan yang sama. Menanggapi

kenyataan ini Daud Ali menyatakan, oleh karena "diffirent judge,

different sentence" (lain hakim, lain pula pendapat dan

putusannya), tidak jarang dua kasus yang sama ternyata putusannya

jauh berbeda. Keadaan ini dengan sendirinya menimbulkan

ketidakpastian hukum, yang pada gilirannya akan menimbulkan

sikap sinis dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Pengadilan

Agama.15

b. Menyamakan Persepsi Penerapan Hukum

Dengan adanya Kompilasi Hukum Islam, nilai-nilai tata hukum

Islam di bidang yang telah diatur Kompilasi Hukum Islam rumusan

dan ketentuannya menjadi sama dalam penerapannya oleh hakim di

seluruh nusantara. Kompilasi Hukum Islam sebagai bagian dari tata

hukum Islam, sudah dapat ditegakkan dan diterapkan serta dipaksakan

nilai-nilainya bagi masyarakat Indonesia melalui kewenangan yang

dimiliki Peradilan Agama. Posisi dan peran kitab-kitab fiqih (kitab

kuning) dalam penegakan hukum oleh dunia peradilan lambat laun

akan ditinggalkan. Peranannya hanya sebagai bahan orientasi dan

kajian doktrin. Semua hakim yang bertugas di lingkungan Peradilan

15Tim Ditbinbapera, Berbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, Jakarta :

Yayasan, 1993, hlm. 82.

Page 66: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

55

Agama, diarahkan ke dalam persepsi penegakan hukum yang sama.

Pegangan dan rujukan hukum yang mesti mereka pedomani sama di

seluruh Indonesia, yakni Kompilasi Hukum Islam sebagai satu-satunya

kitab hukum yang memiliki keabsahan dan otoritas.

Persamaan persepsi di atas diharapkan terwujud dalam

penegakan hukum, kebenaran dan keadilan. Namun demikian tidak

dimaksudkan sama sekali untuk memasung kebebasan dan

kemandirian para Hakim dalam menyelenggarakan fungsi peradilan.

Maksud pembinaan dan pengembangan persamaan persepsi di dunia

peradilan, bukan bertujuan memandulkan kreatifitas dan daya nalar.

Apalagi untuk maksud menutup pintu bagi para Hakim dalam

melakukan terobosan dan pembaharuan hukum ke arah yang lebih

aktual sesuai tuntutan perkembangan zaman.

Akan tetapi dengan kehadiran Kompilasi Hukum Islam, tidak

dibenarkan lagi adanya putusan Hakim yang disparitas. Dengan

mempedomani Kompilasi Hukum Islam, para Hakim diharapkan bisa

memberikan kepastian hukum yang seragam tanpa mengurangi

munculnya putusan Hakim yang variabel karena kasuistis. Hal ini

masih dimungkinkan sepanjang secara proporsional dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum.

Bagi pencari keadilan dalam setiap kesempatan yang diberikan

kepadanya oleh peraturan perundang-undangan, dapat melakukan

pembelaan dan segala upaya untuk mempertahankan hak dan

Page 67: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

56

kepentingannya dalam suatu proses peradilan, tidak boleh menyimpang

dari kaidah Kompilasi Hukum Islam. Mereka sudah tidak layak lagi

menggunakan dalil ikhtilaf. Tidak bisa lagi mengagungkan dan

memaksakan kehendaknya, agar Hakim mengadili perkaranya

berdasarkan mazhab tertentu. Dalam proses persidangan para pihak

tidak layak lagi mempertentangkan pendapat-pendapat yang terdapat

dalam kitab fiqih tertentu.

Begitu pula dengan penasihat hukum. Mereka hanya

diperkenankan mengajukan tafsir dengan bertitik tolak dari rumusan

Kompilasi Hukum Islam. Semua pihak yang terlibat dalam proses di

Peradilan Agama, sama-sama mencari sumber dari muara yang sama

yaitu Kompilasi Hukum Islam.16

B. Ketentuan Iddah dalam Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam

Bagi seorang janda yang putus perkawinan karena khulu' maka ia

harus menjalani masa iddah. Masalah yang muncul adalah berapa lama

seorang janda yang putus perkawinan karena khulu' harus menjalani masa

iddah. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) iddah dikenal dengan istilah

waktu tunggu, ketentuan iddah atau waktu tunggu dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) secara umum tercantum dalam pasal 153 yaitu :

(1) Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali qobla al dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami.

(2) Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut:

16M. Karsayuda, op.cit., hlm. 103.

Page 68: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

57

a. Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qobla al dukhul, waktu tunggu ditetapkan selama 130 hari (seratus tiga puluh) hari;

b. Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih haid ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 (Sembilan puluh) hari, dan bagi yang tidak haid ditetapkan 90 (Sembilan puluh) hari;

c. Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan;

d. Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.

(3) Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qobla al dukhul.

(4) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak jatuhnya Putusan Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami.

(5) Waktu tunggu bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali suci.

(6) Dalam hal keadaan pada ayat (5) bukan karena menyusui, maka iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun tersebut ia haid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali waktu suci.17

Menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) waktu iddah bagi

janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah

talak. Berdasarkan pasal 155 tersebut, ketentuan waktu iddah bagi janda yang

putus perkawinannya karena khulu’ maka merujuk pada pasal 153 ayat (2)

huruf b, yaitu bagi janda yang masih haid ditetapkan 3 (tiga) kali suci atau

sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari, dan bagi yang tidak haid

ditetapkan selama 90 (sembilan puluh) hari.

Penentuan masa iddah yang dikonversikan dalam bilangan hari yaitu

menjadi 90 (sembilan puluh hari) tersebut dengan melihat siklus haid/

menstruasi sebagai berikut :

17Departemen Agama RI, Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hlm. 67-68.

Page 69: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

58

Senin 7 14 21 28

Selasa 1 8 15 22 29

Rabu 2 9 16 23 30

Kamis 3 10 17 24 31

Jum’at 4 11 18 25

Sabtu 5 12 19 26

Minggu 6 13 20 27

Dari siklus di atas yang dimaksud masa suci adalah masa selain masa

haid tanpa memperhatikan perempuan tersebut sedang dalam masa subur atau

tidak, semisal pada tanggalan di atas adalah bulan Juli, maka masa sucinya

adalah dari tanggal 17 bulan lalu atau bulan Juni sampai tanggal 11 bulan Juli.

dan tanggal 17 bulan Juli yaitu tepat 1 hari setelah selesai masa haid sampai

tanggal 11 bulan Agustus.

Ketentuan pasal 153 ayat (2) huruf b tersebut sebenarnya mengatur

tentang ketentuan masa iddah bagi janda yang putus perkawinan karena

perceraian atau talak, alasan penetapan pasal dan ayat ini untuk dijadikan

dasar ketentuan masa iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’

karena tidak terdapat pasal maupun ayat yang secara spesifik membahas

tentang ketentuan masa iddah bagi janda yang putus perkawinan karena

khulu’, di samping itu alasan yang paling mendasar adalah yang paling

mendasar adalah dengan memperhatikan bunyi pasal 155 tentang ketentuan

masa iddah bagi janda yang putus perkawinan karena khulu’ diberlakukan

ketentuan iddah talak.

Keterangan :

Tanggal 1 – 11 : masa tidak subur

Tanggal 12 – 16 : masa haid

Tanggal 17 – 19 : masa tidak subur

Tanggal 20 – 28 : masa subur

Tanggal 29 – 30 : masa tidak subur

Page 70: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

59

Kedudukan khulu’ disamakan dengan talak ba’in sughro, oleh karena

itu tidak dapat diadakan rujuk, jika ingin melanjutkan hubungan suami istri

maka harus dilaksanakan akad nikah yang baru meskipun masih dalam masa

iddah. Sebagaimana yang tercantum dalam KHI pasal 119 ayat (2) huruf b

yang memposisikan khulu’ sebagai salah satu talak ba’in sughro. Lebih lanjut

lagi dijelaskan pada pasal 161 KHI ”perceraian dengan jalan khulu’

mengurangi jumlah talak dan tak dapat rujuk”, dengan bunyi pasal 161

tersebut mengindikasikan bahwa jika istri telah mengajukan khulu’ kemudian

diadakan akad nikah baru, maka setelah diadakan akad nikah baru tersebut

suami hanya mempunyai hak talak sebanyak 2 (dua) kali, karena hak talak

yang pertama telah jatuh / hilang saat istri mengajukan khulu’.

Jika khulu’ sudah dikabulkan oleh Pengadilan Agama maka tidak ada

upaya hukum untuknya, karena khulu’ merupakan keputusan final dan tidak

ada upaya banding ataupun kasasi. Hal ini sebagaimana diatur dalam KHI

pasal 148 ayat (4) yang berisi tentang ketentuan / cara-cara mengajukan

gugatan cerai dengan jalan khulu’ : setelah kedua belah pihak sepakat tentang

besarnya iwadl atau tebusan, maka Pengadilan Agama memberikan penetapan

tentang izin bagi suami untuk mengikrarkan talaknya di depan sidang

Pengadilan Agama. Terhadap penetapan itu tidak dapat dilakukan upaya

banding ataupun kasasi.

Page 71: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

60

BAB IV

ANALISIS TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM PASAL 155

TENTANG KETENTUAN IDDAH BAGI JANDA YANG PUTUS

PERKAWINAN KARENA KHULU'

A. Analisis tentang Ketentuan iddah dalam Pasal 155 Kompilasi Hukum

Islam

Menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) waktu iddah bagi

janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah

talak.

Dari bunyi Pasal tersebut menunjukkan bahwa bagi janda yang masih

kedatangan haid masa iddahnya adalah selama tiga quru'. Dalam pasal

tersebut yang menimbulkan perbedaan pendapat adalah apakah yang

dimaksud dengan kata "quru'".

Adapun yang menjadi dasar hukum iddah secara umum adalah firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 228 :

لق روء وال يحل لهن أن يكتمن ما خوالمطلقات يتربصن بأنفسهن ثالثة ق هنامحي أر٢٢٨: البقرة﴿اهللا ف﴾

Artinya : “Perempuan-perempuan yang ditalaq oleh suaminya hendaklah

menunggu masa selama tiga kali quru’. Tidak halal perempuan itu menyembunyikan apa yang dijadikan Allah dalam rahimnya.” (QS. al-Baqarah: 228).1

1Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993, hlm. 55.

Page 72: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

61

Mengenai arti quru' dalam ayat tersebut, terdapat perbedaan pendapat

di kalangan para ulama fikih. Sebagian fuqaha berpendapat bahwa quru' itu

artinya suci, yaitu masa di antara dua haid. Fuqaha lain berpendapat bahwa

quru' itu ialah haid itu sendiri. Fuqaha yang berpendapat bahwa quru' adalah

suci berasal dari kalangan fuqaha Amsar, seperti: Imam Malik, Imam al-

Syafi'i, dan kebanyakan fuqaha Madinah, juga Abu Saur, sedangkan dari

kalangan sahabat antara lain: Ibnu Umar, Zaid bin Tsabit, dan Aisyah r.a.

Adapun fuqaha yang berpendapat bahwa quru' adalah haid, terdiri dari Imam

Abu Hanifah, al-Tsauri, Al-Auza'i, Ibnu Abi Laila. Dari kalangan sahabat

antara lain: Ali r.a., Umar bin Khathab r.a., Ibnu Mas'ud r.a.,dan Abu Musa

Al-Asy'ari r.a.2

Al-Asram menceritakan dari Imam Ahmad bahwa para sahabat

Rasulullah SAW yang terkemuka mengatakan bahwa quru' adalah haid. Hal

itu diperkuat oleh Ibnu Qayyim yang mengatakan kata quru' hanya digunakan

oleh agama dengan arti haid. Tidak satu ayat pun menggunakan kata quru'

dengan arti suci dari haid. Oleh karena itu untuk memahami kata quru' dalam

ayat di atas lebih baik menurut arti yang populer dari titah agama. Rasulullah

telah bersabda kepada seorang perempuan yang berhaid, "Tinggalkanlah

shalatmu selama quru'mu (haidmu)."3

Perbedaan antara kedua pendapat tersebut adalah: bagi fuqaha yang

berpendapat bahwa quru' adalah masa suci, maka apabila isteri yang boleh

dirujuk telah memasuki haid yang ketiga, suami tidak boleh merujuk isteri

2Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz II, Beirut: Dâr Al-Jiil, 1409 H/1989, hlm. 67.

3Ibid

Page 73: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

62

tersebut dan ia pun menjadi halal bagi lelaki yang lain. Sebaliknya, bagi

fuqaha yang berpendapat bahwa quru' adalah masa haid, maka isteri baru

menjadi halal untuk dinikahi laki-laki lain sesudah lewat masa haid yang

ketiga. Silang pendapat ini disebabkan adanya keserupaan arti pada kata quru'.

Sebab, dalam bahasa Arab kata ini mempunyai dua arti (musytarak) yang

sama kuatnya, yaitu haid dan suci.4

Jika dalam al-Qur'an terdapat satu kata yang mempunyai beberapa arti,

maka semua arti tersebut boleh digunakan, selama tidak ada keterangan yang

menentukan untuk menggunakan salah satu arti saja. Jika sudah jelas kata

quru' dipakai dengan arti haid, maka sudah jelas bahwa itu memang arti yang

sesungguhnya.

Dengan demikian, maka arti kata quru' adalah haid. Hal ini juga

ditunjukkan oleh susunan kalimat surat al-Baqarah ayat 228 tersebut.

Begitulah pendapat kebanyakan ahli tafsir. Terwujudnya janin dalam rahim

hanya terjadi selama perempuan masih mengalami haid. Juga dalam Firman

Allah SWT:

نيض محالم نم نسئي ياللائن وإن كمائثال س نهتدفع متبتارر ثة أشهن يضعن حملهن ائي لم يحضن وأولات الأحمال أجلهن أوالل ﴾٤:الطالق﴿

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu, maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah

4Ibid.

Page 74: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

63

mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS. al-Thalaq: 4).5

Dalam ayat tersebut ditetapkan satu bulan untuk satu kali haid, dan

hukumnya dikaitkan dengan perempuan yang sudah tidak mengalami haid,

bukan suci dari haid atau haid.

Ibnu Qayyim juga berkata: Allah SWT berfirman:

فطل هنتدعل ن١: الطالق﴿قوه﴾ Artinya : “maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat

(menghadapi) iddahnya (yang wajar).” (Q.S. al-Thalak: l).6

Maksud ayat di atas adalah talak boleh dilakukan pada saat mereka

menjelang masa iddahnya bukan tepat pada waktu iddahnya. Jika iddah

perempuan yang ditalak jatuh sesudah perceraian, maka yang dimaksud

sesudah itu adalah masa haid. Karena perempuan dalam masa suci tidak lagi

menjalani masa suci, ia menjalani masa haid setelah sebelumnya dia berada

dalam masa suci.

Mengenai hal ini terdapat riwayat yang berbeda-beda dari Imam

Ahmad bin Hanbal. Diriwayatkan bahwa ia mengatakan, "Quru' adalah masa

suci, sesuai dengan pendapat Zaid bin Tsabit r.a., Ibnu Umar r.a., dan Aisyah

r.a., sedangkan pendapat dari Ibnu Mas'ud r.a. dan Ali r.a. bahwa quru' adalah

haid."7

Jika kata "qur'un" dimaksudkan untuk pengertian suci, tentu iddah

menurut golongan pertama dapat terjadi selama dua setengah qur'un, karena

5Ibid., hlm. 946. 6Ibid., hlm. 945. 7Ibnu Rusyd, op.cit., hlm. 68.

Page 75: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

64

mereka berpendapat bahwa isteri dapat beriddah dengan masa suci ketika ia

dijatuhi talak, meskipun sebagian besar masa tersebut telah lewat. Jika

demikian halnya, maka sebenarnya tiga kali masa suci tersebut tidak dapat

disebut tiga, karena bilangan yang disebut tidak dilampuai secara mutlak.

Padahal sebutan tiga itu jelas dipakai untuk kelengkapan masing-masing

qur'un. Dengan demikian hal itu tidak akan sesuai kecuali jika kata quru' itu

berarti haid. Karena telah terjadi ijma' bahwa apabila isteri diceraikan pada

waktu haid, maka waktu haid ini tidak dihitung dalam bilangan iddahnya.

Masing-masing golongan mempunyai alasan yang sama kuatnya dari

segi kata qur'un. Akan tetapi pendapat yang diterima oleh para cendikiawan

adalah bahwa ayat tersebut memuat ketentuan yang mujmal (tidak gamblang)

mengenai persoalan tersebut. Oleh karena itu harus dicari dalil untuk

persoalan ini dari segi yang lain.

Alasan terkuat yang dijadikan pegangan oleh fuqaha yang berpendapat

bahwa quru' itu berarti suci adalah hadits Ibnu Umar, Nabi SAW bersabda:

ى بيحا يثندع حافن نس عن أنب كاللى مع أتقال قر ييممى التيحي ندهي عف ضائح يهو هأترام طلق هأن رمن عن ابلى الله عص ول اللهسر

الله عليه وسلم عن عليه وسلم فسأل عمر بن الخطاب رسول الله صلىفقال له كلى الله ذلص ول اللهسا ركهرتيل ا ثمهاجعرفلي هرم لمسو هليع

حتى تطهر ثم تحيض ثم تطهر ثم إن شاء أمسك بعد وإن شاء طلق قبل

Page 76: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

65

رواه ( يمس فتلك العدة التي أمر الله عز وجل أن يطلق لها النساء أن 8) مسلم

Artinya : "Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Yahya al-Tamimiy

berkata saya telah mendengar dari Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar; sesungguhnya dia menceraikan isterinya ketika sedang dalam keadaan haid. Hal itu terjadi pada zaman Rasulullah Saw. Ketika hal itu ditanyakan oleh Umar bin Khaththab kepada Rasulullah saw. beliau bersabda kepada Umar: "Suruh dia untuk meruju'nya kembali. Kemudian biarkanlah ia sampai suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi. Kemudian setelah itu dia bisa menahannya kalau mau, dan kalau mau dia juga bisa menceraikannya sebelum menyentuhnya. Itulah masa iddah yang diperintahkan oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung bagi wanita yang diceraikan. (HR. Muslim)."

Mereka berpendapat bahwa ijma’ fuqaha adalah tentang terjadinya

talak suami pada masa suci yang tidak ada pergaulan padanya, demikian juga

perkataan Nabi saw Itulah iddah yang diperintahkan oleh Allah untuk

menceraikan isteri dan merupakan dalil yang jelas bahwa iddah adalah suci,

agar talak dapat bersambung dengan iddah. Tetapi kata-kata Nabi saw tersebut

dapat pula diartikan bahwa masa tersebut adalah masa menghadapi iddah,

agar quru' tidak terbagi-bagi dengan adanya talak di masa haid.

Alasan paling kuat bagi fuqaha golongan kedua adalah bahwa iddah

itu diadakan untuk mengetahui kosongnya rahim (tidak hamilnya) wanita

yang ditalak. Sedangkan kosongnya rahim hanya dapat diketahui dengan haid,

bukan dengan masa suci. Oleh karena itu iddah wanita yang sudah menopause

8Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahîh Muslim,

Juz. 2, Mesir: Tijariah Kubra, tth, hlm. 179.

Page 77: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

66

adalah dengan ukuran hari (yakni tiga bulan). Jadi haid merupakan sebab

adanya iddah dengan qur'un. Oleh karena itu qur'un harus diartikan haid.

Selanjutnya fuqaha yang mengatakan bahwa qur'un adalah masa suci

mengemukakan alasan bahwa yang menjadi pedoman bagi kosongnya rahim

seorang wanita adalah masa perpindahan dari suci kepada haid. Oleh karena

itu tidak ada artinya untuk berpegang pada haid yang terakhir. Jika demikian

halnya maka bilangan tiga yang disyaratkan harus lengkap adalah masa-masa

suci diantara dua haid.

Kedua golongan ini mempunyai alasan-alasan yang panjang.

Demikianlah pendapat para ulama seperti disebutkan di atas.

Melihat perbedaan pendapat di atas, Amir Nuruddin dan Azhari

Tarigan menyatakan: bagi ulama Malikiyah makna tsalatsata quru' adalah tiga

kali haid, sedangkan Imam al-Syafi'i memahaminya tiga kali suci, karena

Imam al-Syafi'i mengartikan quru' itu artinya suci sebagaimana ia ungkapkan

dalam kitabnya: al-Umm :

يتربصن بانفسهن ثالثة واملطلقات": الشافعي قال اهللا تبارك وتعاىل أخربناقال واألقراء عندنا واهللا تعاىل أعلم األطهاروقد قال غريكم احليض؟ " قروء

قيل له داللتان أوهلماالكتاب الذي دلت عليه السنة واالخراللسان فإن قال إذا طلقتم النساء فطلقوهن "وماالكتاب؟ قيل قال اهللا تبارك وتعاىل

9" لعدن

Artinya: "Syafi'i memberitakan pada kami: Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri

9al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. V, Beirut: Dâr al-

Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 224

Page 78: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

67

(menunggu) tiga kali quru' (QS. al-Baqarah: 228). Syafi'i berkata: aqra' (mufrad dari quru') menurut kami wallahu Ta'ala a'lam adalah suci. Jika ada orang yang berkata: " apakah yang menunjukkan bahwa quru' itu suci? Sedangkan orang selainmu berpendapat haid?" maka dikatakan kepadanya: "itu ada dua dalil, salah satu dari keduanya adalah kitab yang ditunjukkan atasnya oleh sunnah sedangkan yang lain adalah lisan (bahasa)". Jika ada yang berkata: " apakah yang dari kitab itu?" di jawab: firman Allah tabaraka wa ta'ala: apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka agar mereka dapat (menghadapi iddahnya yang wajar)" (QS. at-Thalaq: 1)

Meskipun demikian jika dikonversi ke dalam hitungan hari sebenarnya

hampir sama yaitu lebih kurang tiga bulan.10 Sedangkan menurut Amir

Syarifuddin, bila dibandingkan antara masa iddah menurut pendapat yang

mengatakan tiga suci dengan tiga haid, maka masa iddah bagi yang

mengatakan tiga haid lebih lama enam hari dibandingkan dengan yang

mengatakan tiga kali suci.11

B. Analisis terhadap Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam

Menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) waktu iddah bagi

janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah

talak.

Sebagian ulama terutama golongan Hanabilah mengatakan bahwa

iddahnya khulu’ adalah satu kali haid, alasannya kasus Tsabit bin Qais, di

mana Nabi saw bersabda:

10Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

Jakarta: kencana, 2006, hlm. 243. 11Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,

2006, hlm. 317.

Page 79: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

68

خبرنا أبو علي محمد بن يحيى المروزي قال أخبرني شاذان بن عثمان يحي نع كاربالم نب يلا عثندا أبي قال حثندان قال حدبو عن أبي أخى ب

كثري قال أخبرني محمد بن عبد الرحمن أن الربيع بنت معوذ بن عفراء يها وهدي رفكس هأترام براس ضمن شس بقي نب أن ثابت هتربأخ

الله صلى اللهأبي فأتى أخوها يشتكيه إلى رسول جميلة بنت عبد الله بنعليه وسلم إلى ثابت فقال له خذ رسول الله صلى الله عليه وسلم فأرسل

هرفأم معا قال نبيلهل سخو كليا عي لهالذسلى اللها رص ول الله هليع 12)النسائ(وسلم أن تتربص حيضة واحدة فتلحق بأهلها

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Abu Ali Muhammad bin Yahya al-Marwazi dari Syadzan bin Usman Saudara Abdan dari Bapakku dari Ali bin al-Mubarak dari Yahya bin Abu Kasir dai Muhammad bin Abdurrahman dari ar-Rubai' binti Mu'auwidz bin Afra' bahwa Tsabit bin Qais bin Syammas memukul isterinya, Jamilah binti Abdullah bin Ubaiy sehingga tangannya patah kemudian saudaranya Jamilah datang kepada Rasulullah Saw untuk mengadu maka Rasulullah mengutus seseorang kepada Tsabit lalu beliau bersabda kepadanya: "Ambillah sekedar apa yang telah engkau berikan kepadanya dan biarkanlah dia." Tsabit menjawab: "Ya, baiklah." Maka Rasulullah SAW pun menyuruh Jamilah supaya beriddah satu kali haid dan kembali kepada keluarganya." (HR. al-Nasa'i).

Dari hadits di atas menejelaskan bahwa iddahnya perempuan yang

mengajukan khulu’ adalah satu kali haid. Pendapat satu kali haid itu diikuti

oleh Utsman bin Affan dari Ibnu Abbas, Imam Ahmad bin Hanbal dan Ishak

bin Rahawaih, guru Imam Bukhari.

12Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-Nasa’i,

hadis No. 2152 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 80: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

69

Sebagian yang lain berpendapat bahwa iddah perempuan yang

mengajukan khulu’ adalah tiga kali haid, alasannya adalah hadits yang riwayat

Ibnu Abbas r.a. :

ياب الثقفهالودبا عثنديل حمج نب رها أزثندح ـنع ـدالا خثندحعليه أتت النبي صلى اللهعكرمة عن ابن عباس أن امرأة ثابت بن قيس

وسلم فقالت يا رسول الله ثابت بن قيس ما أعتب عليه في خلق ولـا هي أكرنلكين ولام فقال دي الإسف لى الله الكفرص ول اللهسر ـهليع

عليـه رسول الله صلى الله وسلم أتردين عليه حديقته قالت نعم قال )نسائرواه ال(وسلم اقبل الحديقة وطلقها تطليقة

Artinya : Telah mengabarkan kepada kami dari Azhar bin Jamil dari Abdul Wahhab al Tsaqafi dari Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas sesungguhnya istri Tsabit bin Qais Syammas datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata, "Wahai Rasulullah! aku tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak ingin mengingkari ajaran Islam. Maka jawab Rasulullah SAW., "Maukah kamu mengembalikan kebunnya (Tsabit suaminya?)" Jawabnya, "Mau" Maka Rasulullah SAW. bersabda, "Terimalah (Tsabit) kebun itu dan talaklah ia satu kali talak." (H.R. al-Nasai).13

Hadits tersebut memang tidak menjelaskan ketentuan iddah secara

jelas, namun di dalamnya secara jelas terdapat ungkapan perintah Nabi saw

kepada Tsabit bin Qais untuk men-talak istrinya dengan satu kali talak.

Mengenai kedudukan khulu’ sendiri terdapat perbedaan pendapat,

apakah sama dengan fasakh ataukah talak, masing-masing mempunyai akibat

hukum yang berbeda, termasuk dalam hal menentukan masa iddah-nya.

13Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-Nasa’i,

hadis No. 1210 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 81: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

70

Imam Abu Hanifah menyamakan khulu' dengan talak dan fasakh

secara bersamaan. Menurut Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Ibnu Abbas

ra. Khulu’ adalah fasakh, sedangkan Imam Syafi'i pada awalnya (qaul qadim)

berpendapat bahwa khulu' adalah fasakh, namun dalam qaul jadid beliau

berpendapat bahwa khulu’ adalah talak. Sedangkan Imam Malik berpendapat

bahwa khulu' adalah talak.

Abu Tsaur berpendapat bahwa apabila khulu' tidak menggunakan kata-

kata talak, maka suami tidak dapat merujuk istrinya. Sedang apabila khulu'

tersebut menggunakan kata-kata talak, maka suami dapat merujuk istrinya.

Fuqaha yang menganggap khulu' sebagai talak mengemukakan alasan bahwa

fasakh tidak lain merupakan perkara yang menjadikan suami sebagai pihak

yang kuat dalam pemutusan ikatan perkawinan tetapi tidak berasal dari

kehendaknya. Sedang khulu' ini berpangkal pada kehendak, oleh karenanya

khulu' bukanlah fasakh. Fuqaha yang tidak menganggap khulu' sebagai talak

mengemukakan alasan bahwa dalam al-Qur'an, mula-mula Allah SWT

menyebutkan tentang talak:

انترم ٢٢٩: البقرة﴿ الطالق﴾

Artinya : "Talak yang dapat dirujuki itu dua kali" (QS. al-Baqarah: 229).14 Kemudian Allah menyebutkan tentang tebusan (khulu'), dalam surat

al-Baqarah Allah berfirman:

﴾٢٣٠:البقرة﴿ غيره تنكح زوجا تحل له من بعد حتى فإن طلقها فال

14Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: DEPAG RI, 1978, hlm. 55.

Page 82: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

71

Artinya: "Jika suami menalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga ia kawin dengan suami yang lain." (QS. al-Baqarah: 230).15

Jika tebusan tersebut adalah talak, berarti yang menyebabkan istri

tidak halal lagi bagi suami kecuali sesudah ia kawin lagi dengan lelaki yang

lain itu menjadi talak yang keempat. Mereka berpendapat bahwa fasakh itu

dapat terjadi dengan suka sama suka karena disamakan dengan fasakh dalam

jual beli, yakni kegagalan atau pengunduran diri. Fuqaha yang menentang

pendapat ini mengatakan bahwa ayat tersebut memuat kedudukan tebusan

sebagai suatu tindakan yang disamakan dengan talak, bukan tindakan yang

berbeda dengan talak. Jadi silang pendapat ini terjadi disebabkan apakah

adanya imbalan untuk memutus ikatan perkawinan ini dapat dianggap keluar

dari jenis pemutusan perkawinan karena talak, dan menjadi jenis pemutusan

perkawinan karena fasakh atau tidak.16

Imam Malik dalam kitabnya al-Muwatta' menyatakan sebagai berikut:

يه اءتاء جفرن عب ذوعم تبن عيبع أن رافن نك عالم نى عيحثني يدحا فجهوز نم تلعتا اخهأن هتربفأخ رمن عب الله دبا إلى عهمعو انمي ز

نب الله دبقال عو هركني فان فلمع نان بثمع كلغ ذلفان فبن عان بثمععمر عدتها عدة المطلقة حدثني عن مالك أنه بلغه أن سعيد بن المسيب

وابن شهاب كانوا يقولون عدة المختلعة مثل عدة وسليمان بن يسار 17المطلقة ثلاثة قروء

15 Ibid., 16Ibnu Rusyd, op. cit., hlm. 52. 17Al-Imam Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir al-Asbahi, al-Muwatta'

Malik, Mesir: Tijariyah Kubra, tth, hlm. 345.

Page 83: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

72

Artinya : Yahya menyampaikan kepadaku (hadits) dari Malik, dari Nafi' bahwa Rubayyi' bint Mu'awwidh ibn 'Afra' datang dengan paman dari rumpun bapaknya kepada 'Abdullah ibn 'Umar dan memberitahunya bahwa ia telah bercerai dari suaminya dengan membayar pengganti kepadanya pada masa 'Utsman ibn 'Affan, dan 'Utsman ibn 'Affan mendengar tentang itu dan tidak menyalahkannya. 'Abdullah ibn 'Umar berkata: "Masa iddahnya adalah iddah seorang wanita yang bercerai." Yahya menyampaikan kepadaku (hadits) dari Malik bahwa ia telah mendengar bahwa Sa'id ibn al-Musayyab, Sulayman ibn Yasar dan Ibn Shihab kesemuanya berkata bahwa seorang wanita yang diceraikan suaminya demi pengganti memiliki masa iddahya seperti seorang wanita yang bercerai tiga periode menstruasi.

Dari keterangan di atas menurut perspektif Imam Malik bahwa khulu'

itu mempunyai kedudukan sebagai talak, sehingga khulu' mempunyai sifat

mengurangi jumlah talak yang dimiliki suami dan suami dapat merujuk

kembali istrinya selama dalam masa iddah.

Pendapat Imam Malik yang menempatkan khulu' sebagai talak tersebut

mempunyai akibat hukum yang berbeda dengan ulama lain yang

mendudukkan khulu' sebagai fasakh. Jika berpijak pada pendapat yang

mendudukkan khulu' sebagai fasakh maka itu berarti boleh melakukan khulu'

berapa kali pun tanpa memerlukan muhallil.18

Istilah muhallil adalah berkaitan dengan istilah pernikahan muhallil,

yang dimaksud dengan nikah muhallil adalah nikah untuk menghalalkan

mantan istri yang telah ditalak tiga kali. Menurut Ibnu Rusyd, nikah muhallil

adalah nikah yang dimaksudkan untuk menghalalkan bekas istri yang telah

ditalak tiga kali.19 Sayyid Sabiq mendefinisikan kawin tahlil adalah seorang

laki-laki menikahi seorang perempuan yang sudah bertalak tiga sesudah habis

18Ibid 19Ibnu Rusyd, op.cit., hlm. 44.

Page 84: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

73

masa iddahnya dan dia telah dukhul kepadanya kemudian ia mentalak wanita

itu dengan maksud agar dia dapat nikah kembali dengan bekas suaminya yang

pertama.20

Secara etimologi tahlil berarti menghalalkan sesuatu yang hukumnya

adalah haram. Kalau dikaitkan kepada nikah akan berarti perbuatan yang

menyebabkan seseorang yang semula haram melangsungkan nikah menjadi

boleh atau halal. Orang yang dapat menyebabkan halalnya orang lain

melakukan nikah itu disebut muhallil, sedangkan orang yang telah halal

melakukan nikah disebabkan oleh nikah yang dilakukan muhallil dinamai

muhallallah.21

Nikah tahlil dengan demikian adalah nikah yang dilakukan untuk

menghalalkan orang yang telah melakukan talak tiga untuk segera kembali

kepada istrinya dengan nikah baru. Bila seseorang telah menceraikan istrinya

sampai tiga kali, baik dalam satu masa atau berbeda masa, si suami tidak

boleh kawin lagi dengan bekas istrinya itu kecuali bila istrinya itu telah

menikah dengan laki-laki lain kemudian bercerai dan habis masa iddahnya.

Kembali pada persoalan khulu' bahwa sebagaimana dikatakan di atas

bahwa pendapat yang mengatakan khulu' itu fasakh maka itu berarti boleh

melakukan khulu' berapa kali pun tanpa memerlukan muhallil. Sedangkan

menurut pendapat Imam Malik yang menempatkan khulu' sebagai talak maka

khulu' tidak boleh lebih dari tiga kali. Bila istri yang telah melakukan khulu'

sebanyak tiga kali, ia baru dapat kembali kepada istrinya itu setelah adanya

20Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz. 2, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 1970, hlm. 134. 21Amir Syarifuddin, Hukum Nikah Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2006,

hlm.. 103.

Page 85: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

74

muhallil sebagaimana yang berlaku dalam talak. Dengan demikian pendapat

Imam Malik ini mengandung konsekuensi yaitu khulu' itu mengurangi jumlah

bilangan talak. Maksudnya jika khulu' disamakan dengan talak, maka khulu'

terbatas hanya sampai tiga kali, namun jika khulu' sebagai fasakh maka berapa

kali pun khulu' tidak jatuh sebagai talak.22

Bila terjadi fasakh baik dalam bentuk pelanggaran terhadap hukum

perkawinan atau terdapatnya halangan yang tidak memungkinkan melanjutkan

perkawinan, terjadilah akibat hukumnya. Khusus akibat hukum yang

ditimbulkan oleh putus perkawinan secara fasakh itu adalah suami tidak boleh

rujuk kepada mantan istrinya selama istri itu menjalani masa iddah, oleh

karena perceraian dalam bentuk fasakh itu berstatus bain sughra. Bila mantan

suami dan mantan istri berkeinginan untuk melanjutkan perkawinannya,

mereka harus melakukan akad nikah baru, baik masih dalam menjalani masa

iddah dari suami itu atau setelah selesainya masa iddah.23

Akibat yang lain dari fasakh itu ialah tidak mengurangi bilangan talak.

Hal itu berarti hak suami untuk men-talak istrinya maksimal tiga kali, tidak

berkurang dengan fasakh itu. Dalam bahasa sederhana fasakh boleh terjadi

berkali-kali tanpa adanya batasan.

Khulu' adalah pemberian hak yang sama bagi wanita untuk

melepaskan diri dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak ada

kemaslahatan sebagai imbalan hak talak yang diberikan kepada laki-laki.

Dimaksudkan untuk mencegah kesewenangan suami dengan hak talaknya,

22Ibnu Rusyd, op.cit., hlm. 52. 23Amir Syarifuddin, op.cit., hlm. 103.

Page 86: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

75

dan menyadarkan suami bahwa istri pun mempunyai hak sama untuk

mengakhiri perkawinan. Artinya dalam situasi tertentu, istri yang sangat

tersiksa akibat ulah suami atau keadaan suami mempunyai hak menuntut cerai

dengan imbalan sesuatu.24

Alasan-alasan yang dapat dijadikan untuk bercerai yang dikemukakan

undang-undang, pada akhirnya bermuara pada ketidaksenangan salah satu

pihak karena keadaan atau perlakuan pihak lain. Alasan-alasan yang

dikemukakan undang-undang tersebut bukanlah alasan yang otomatis dapat

menceraikan mereka, tetapi merupakan option bagi yang bersangkutan untuk

memakainya atau tidak. Kalau yang bersangkutan menerima keadaan atau

perlakuan seperti itu dari pasangannya, perkawinan dapat berjalan terus

walaupun keadaannya semrawut, kadang-kadang aman, kadang-kadang

gawat.25

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi

Muhammad SAW. pernah meluluskan permintaan khulu' dari istri Tsabit bin

Qais, hanya karena wanita tersebut tidak menyukai penampilan suaminya.

Padahal Tsabit bin Qais, secara moral maupun agama sama sekali tidak

bercacat. Sepintas permintaan si wanita tersebut seperti mengada-ada, namun

kalau kita kembalikan kepada inti suatu perkawinan, yaitu keridhaan dan

kecintaan, itu adalah sesuatu yang prinsip. Jadi ketiadaaan kecintaan dan

keridhaan kedua pihak atau salah satunya dapat menyebabkan terputusnya

24Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 172. 25Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994, hlm.

104

Page 87: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

76

perkawinan, sebab mempertahankan perkawinan pada kondisi yang seperti itu

hanya akan membuat mereka melanggar batas-batas Allah.

Namun demikian, seperti halnya penjatuhan talak, permintaan khulu'

pun hanya dapat diajukan dalam keadaan yang luar biasa. Namun, apabila

khulu' diadakan karena alasan yang lemah atau mengada-ada, si wanita

diancam oleh Nabi SAW dengan sabdanya : "... Wanita manapun yang

meminta cerai dari suaminya tanpa alasan (yang dapat diterima) diharamkan

baginya wewangian surga."26

Khulu' juga dinamai dengan talak tebus, karena si istri menebus

dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa-apa yang pernah

diterimanya dari suaminya. Tindakan istri seperti ini dibenarkan oleh al-

Qur’an, seperti tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 229.

Talak tebus ini boleh dilakukan dalam segala keadaan, di waktu suci

maupun di waktu haid sebab talak ini diajukan atas kemauan si istri dan dia

sendiri yang menanggung segala akibatnya. la akan menanggung resiko

materiil berupa pengeluaran harta serta resiko immateriil yang mengakibatkan

panjangnya masa iddah. Talak tebus ini biasanya tidak terjadi, kecuali bila

karena perasaan istri sudah tidak tertahankan lagi sehingga semua resiko

kerugian sudah tidak dihiraukan lagi.

Akibat hukum dari talak tebus ini adalah ba'in shughra sehingga suami

tidak dapat merujuk istrinya meski dalam masa iddah. Hal ini karena suami

tidak mempunyai hak lagi pada istrinya karena kehendak perceraian datang

26Rahmat Hakim, op.cit., hlm. 173.

Page 88: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

77

dari pihak istri. Hak-hak itu hilang karena suami telah menerima imbalan tadi.

Kalau hak rujuk itu tidak hilang, apa artinya pengorbanan materiil dari pihak

istri. Kalau ada keinginan untuk bersatu lagi dari pihak suami, maka harus

melalui perkawinan/akad nikah baru. Itu pun harus ditentukan oleh kerelaan

mantan istri sebab ia mempunyai hak pilih mutlak yang tidak dapat dipaksa,

seperti keadaan suami yang mempunyai rujuk pada kasus talak raj'i.27

Mengenai besarnya jumlah tebusan, para ulama berbeda pendapat.

Sebagian mengatakan bahwa kadar tebusan istri tersebut harus lebih banyak

daripada mahar (Imam Syafi'i dan Imam Malik), sebagian lain berpendapat

sejumlah harta yang pernah diterima istri, dan sebagian lagi mengatakan tidak

boleh lebih dari mahar. Kalau mahamya sangat tinggi atau mahal, sedangkan

pembayaran iwadh harus lebih banyak daripada mahar, hal itu akan sangat

memberatkan pihak istri dan kehendaknya untuk lepas dari beban penderitaan

akibat ketidaksenangan kepada suami akan sulit terlaksana. Sebaliknya bila

nilai maharnya sangat rendah dan bentuk maharnya bukan materil, maka pihak

suami tentu tidak mau menerima iwadh tersebut. Jalan tengah mengatasi

masalah iwadh ini menurut penulis adalah permufakatan kedua belah pihak

untuk mencari titik temu yang saling menguntungkan kedua pihak.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, masalah khulu' memang tidak

dijelaskan secara detil. Oleh karena itu, pasal yang membahas masalah ini

juga sangat terbatas. Di dalam KHI tidak dijelaskan suatu proses bagaimana

khulu' terjadi secara khusus serta penyelesaian khulu', hal ini karena khulu'

27Ibid., hlm. 174.

Page 89: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

78

dipandang sebagai talak. Dalam KHI alasan untuk melakukan khulu' juga

disandarkan pada alasan dalam menjatuhkan talak. Pasal yang langsung

berkaitan dengan khulu', yaitu pasal 124 dan pasal 161, serta pasal 119 ayat

(2) b, yang menyebutkan khulu' sebagai bagian dari talak ba'in shughra.

Adapun alasan yang dapat mendasari terjadinya khulu' adalah sama dengan

alasan talak, yaitu mengikuti pasal 116 dari huruf a sampai huruf h.28 Adapun

berapa besarnya iwadh, adalah berdasarkan kesepakatan atau permufakatan

kedua belah pihak sebagaimana dalam pasal 148 ayat (4). Namun untuk

menyelesaikan kasus khulu', KHI memberikan prosedur khusus melalui pasal

148 yang lengkapnya sebagai berikut:

Pasal 148

(1) Seorang istri yang mengajukan gugatan dengan jalan khulu', menyampaikan permohonannya ke Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya disertai alasan atau alasan-alasannya.

(2) Pengadilan Agama selambat-lambatnya satu bulan memanggil istri dan suaminya untuk di dengar keterangannya masing masing.

(3) Dalam persidangan tersebut Pengadilan Agama memberikan penjelasan tentang akibat khulu' dan memberikan nasihat-nasihatnya;

(4) Setelah kedua belah pihak sepakat tentang besarnya iwadh atau tebusan, maka Pengadilan Agama memberikan penetapan tentang izin bagi suami untuk mengikrarkan talaknya di depan sidang Pengadilan Agama. Terhadap penetapan ini tidak dapat dilakukan upaya banding dan kasasi.

(5) Penyelesaian selanjutnya ditempuh sebagaimana yang diatur dalam pasal 131 ayat(5).

(6) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan tentang besarnya tebusan atau iwadh, Pengadilan Agama memeriksa dan memutus sebagai perkara biasa.

Kembali pada Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

menyatakan bahwa waktu iddah bagi janda yang putus perkawinan karena

khulu', fasakh dan li'an berlaku iddah talak.

28Lihat Kompilasi Hukum Islam

Page 90: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

79

Ibnu Qayyim berkata dalam bukunya Zadul Ma'ad (V/197): "Iddah

wanita yang mengajukan Khulu' satu kali haid, ini lebih mendekati kepada

maksud syara. Karena Iddah itu dijadikan tiga kali haid dengan maksud untuk

memperpanjang kesempatan untuk rujuk, sehingga si suami dapat merujuknya

selama masa Iddah tadi. Apabila sudah tidak ada kesempatan untuk rujuk,

maka maksudnya adalah untuk membersihkan rahim saja (bara'atur rahm)

dari kehamilan, dan hal itu cukup dengan satu kali haid saja".29 Dalam hal ini

Ibnu Qayyim menyamakan khulu’ dengan fasakh oleh karenanya iddahnya

adalah satu kali haid.

Sedangkan menurut Imam Malik dalam Kitabnya al-Muwatta'

menyatakan bahwa suami isteri yang bercerai karena khulu' maka masa

iddahnya adalah tiga priode menstruasi30 sebagaimana yang telah penulis

sebutkan di awal. Dalam Kompilasi Hukum Islam waktu tunggu atau iddah

khulu' disandarkan pada iddah karena talak, seperti kita lihat pada pasal 155

karena KHI memandang khulu' sebagai bagian dari perceraian atau talak.

Hal tersebut karena melihat hadits dari Ibnu Abbas riwayat al-Nasa’i

yang telah penulis sebutkan di awal, dalam hadits tersebut menyebutkan

secara jelas tentang perintah Nabi saw kepada Tsabit bin Qais dengan istilah

ةیقطلا تقھلوط sudah jelas bahwa dalam perintah tersebut menyebutkan dengan

istilah satu kali talak. Dari istilah tersebut maka khulu’ disamakan dengan

talak begitu juga dengan akibat hukum yang ditimbulkan termasuk dalam hal

ini tentang mengurangi bilangan talak maupun dalam hal ketentuan iddah.

29 http://ujeberkarya.blogspot.com/2010/05/gugat-cerai-khulu.html 30Al-Imam Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir al-Asbahi, Muwatta' Malik,

Mesir: Tijariyah Kubra, tth., hlm. 345.

Page 91: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas dalam kajian analisis sebagaimana yang

diuraikan dari bab pertama hingga bab ke-empat, yang dilandasi dengan

berbagai argumen dan dalil yang berkaitan dengannya, maka agar lebih

memfokuskan pada pokok permasalahan yang dibahas, berikut ini penulis

memberikan kesimpulan atas permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Menurut Pasal 155 Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah waktu iddah

bagi janda yang putus perkawinan karena khulu', fasakh dan li'an berlaku

iddah talak. Dari bunyi Pasal tersebut menunjukkan bahwa bagi janda

yang masih mengalami haid adalah selama tiga kali haid.

2. Sebagian ulama menyatakan bahwa iddah wanita yang bercerai dengan

suaminya dengan cara khulu' adalah satu kali haid. Alasannya kasus Tsabit

bin Qais. Ber'iddah satu kali haid adalah pendapat yang dipegang Utsman,

Ibnu Abbas, pendapat lebih sahih dari Imam Ahmad dan pendapat Ishak

bin Rahawaihi, dan ini juga pendapat Ibnu Taimiyyah. Ibnu al-Qayyim

menyatakan bahwa inilah pendapat amiril mukminin Utsman bin Affan,

Abdullah bin Umar, Rubaiyi' binti Mu'awidz dan pamannya.

3. KHI menyamakan iddah khulu’ dengan iddah talak karena dalam hadits

dari Ibnu Abbas riwayat al-Nasa’i yang didalamnya Nabi saw

memerintahkan kepada Tsabit bin Qais dengan istilah ةیقطلا تقھلوط secara

Page 92: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

81

jelas, dengan demikian khulu’ adalah satu kali talak sehingga mengurangi

bilangan talak, demikian pula mengenai waktu iddahnya sam dengan

iddah talak.

B. Saran-Saran

Kompilasi Hukum Islam merupakan respon pemerintah terhadap

timbulnya berbagai keresahan di masyarakat akibat beragamnya keputusan

Pengadilan Agama untuk suatu kasus yang sama. Kemudian KHI dikukuhkan

sebagai pedoman resmi dalam bidang hukum material bagi para hakim di

lingkungan Peradilan Agama di seluruh Indonesia. Namun seiring dengan

berjalannya waktu dan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat,

dengan sejumlah penelitian baik dalam bentuk tesis maupun disertasi ataupun

dalam bentuk kajian ilmiah lainnya menyimpulkan bahwa KHI dalam dirinya

mengandung sejumlah persoalan. Berdasarkan hasil survey di empat wilayah:

Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat

ditemukan kenyataan bahwa mayoritas responden yang terdiri atas hakim

agama, kepala KUA, tokoh-tokoh agama menghendaki perubahan

KHI. (http://eello25.multiply.com/journal/item/42)

Adapun berkenaan dengan tulisan ini, apabila nanti pemerintah

mengadakan perubahan terhadap Kompilasi Hukum Islam, bagi pembentuk

undang-undang yang hendak merevisi Kompilasi Hukum Islam, maka ada

baiknya dalam penjelasan umum diberi keterangan tentang pengertian iddah

talak, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.

Page 93: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

82

C. Penutup

Alhamdulilahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, hidayah serta inayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang sederhana ini.

Semoga shalawat dan salamnya tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak

yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini. Dengan diiringi kesadaran

yang sedalam-dalamnya bahwa meskipun telah menempuh usaha secara

maksimal, namun kadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tulisan ini. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan pastilah milik

kita, dan hanya kepada Allah-lah penulis mohon petunjuk dan pertolongan.

Amin…!!! Alhamdulillahirabbil ‘alamin...!!!

Page 94: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al'ati, Hammudah, The Family Structure In Islam, Terj. Anshari Thayib, "Keluarga Muslim", Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984.

Abdullah, Abdul Gani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994.

Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, Jilid I, Bandung : CV Pustaka Setia, 1999.

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Arifin, Bustanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah Hambatan dan Prospeknya, Jakarta : Gema Insani Press, 1996.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Asbahi, Al-Imam Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir, Muwatta' Malik, Mesir: Tijariyah Kubra, tth.

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 1999.

Dahlan, Abdul Aziz, et. al, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : cv Pustaka Agung Harapan, 2006.

--------------------------------, al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Surya Cipta Aksara, 1993.

--------------------------------, Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesia Dictionary, Jakarta : PT. Gramedia, 2000, hlm. 132.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM, 1981.

Page 95: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Harahap, M. Yahya, Informasi Materi Kompilasi Hukum Islam Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam dalam Berbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Yayasan al-Hikmah, 1993/1994.

http://ujeberkarya.blogspot.com/2010/05/gugat-cerai-khulu.html

Jaziri, Abdurrrahman, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz IV, Beirut: Dar al-Fikr, 1972.

M. Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta : Total Media, 2006.

Malîbary, Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz, Fath al-Mu’în, Kairo : Maktabah Dar al-Turas, 1980.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta : Pustaka Progressif, 1997.

Naisaburi, Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahîh Muslim, Juz. 2, Mesir: Tijariah Kubra, tth.

Nasa’i, Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-, hadis No. 1210 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: kencana, 2006.

Rusyd, Ibnu, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz. II, Beirut: Dâr Al-Jiil, 1409 H/1989.

S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992, hlm. 123.

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Juz II, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 1970.

Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Surabaya : Arkola, 1997, hlm. 10.

Said, Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994.

Page 96: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

Sijistani, Al-Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Azdi, hadis No. 2800 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Syafi’î, al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris, Al-Umm, Juz. V, Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, tth.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2006.

Taqi al-Din, Imam, Kifâyah al-Akhyâr, Juz II, Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1973.

Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Berlaku bagi Umat Islam, Jakarta: UI Press, 1986.

Tim Ditbinbapera, Berbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Yayasan, 1993.

UU Nomor 1 Tahun 1974.

Uwaidah, Syekh Kamil Muhammad, al-Jami' fi Fiqh an-Nisa, Terj. M. Abdul Ghofar, "Fiqih Wanita", Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1998.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka, Cet. 5, 1976.

Yanggo, Chuzaimah T. dan Hafiz Anshary, (ed) Problematika Hukum Islam Kontemporer, (I), Jakarta: LSIK, 2002.

Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: DEPAG RI, 1978.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1973.

Zain, Sutan Muhammad, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta : Grafika, tth.

Page 97: STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 155 KHI TENTANG …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · 1 BAB I PENDAHULUAN ... Secara bahasa mengandung pengertian hari-hari

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosika Wahyu Alamintaha

TTL : Sragen, 16 Maret 1985

Alamat : Banaran RT. 10 RW. 05 Kalijambe Sragen

Agama : Islam

Nama Bapak : Suminto

Nama Ibu : Indiyah

Jenjang Pendidikan

Formal :

1. SD Negeri Jetis Karangpung 01 lulus tahun 1997

2. SMP N 01 Kalijambe Sragen lulus tahun 2000

3. MAN Gondangrejo Karanganyar lulus tahun 2003

4. IAIN Walisongo Semarang lulus tahun 2010

Non-formal :

1. Kursus Teknisi Komputer ALFABANK tahun 2009

Pengalaman Organisasi

1. Wakil Sekretaris Racana Walisongo tahun 2005

2. Wakil Ketua Racana Walisongo tahun 2006

3. Sekretaris Racana Walisongo tahun 2007

4. Bidang Litbang IPNU PPRT periode 2004-2006

5. Anggota Dojo Miftahul Jannah Kempo IAIN Walisongo tahun 2006-2008

6. Staff Sanggar Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Kecamatan Ngaliyan

periode 2005-2008