strategi dan tantangan alternativa ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital...belanja...
TRANSCRIPT
STRATEGI DAN TANTANGAN ALTERNATIVA
BOLIVARIANA PARA LAS AMERICAS (ALBA) DALAM
MENGHADAPI HEGEMONI AMERIKA SERIKAT DI
AMERIKA LATIN
Disusun Oleh:
A. AYU REZKI WULANDARY
E131 09 008
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ABSTRACT
A Ayu Rezki Wulandary, E 131 09 008 with title “The Strategy of Bolivarian
Alternative for Latin America and Caribbean (ALBA) to Face the United States
Hegemony in Latin America”, under consultation of Muh Nasir Badu as first
advisor and Muh. Ashry Sallatu as second advisor, International Relations
Department, Social and Political Science, Hasanuddin University. This research
aimed to identifying ALBA’s strategy toward United states hegemony in latin
America and how ALBA influence the economy of latin America, specially for the
member itself. The writer limited this research on economy aspect point of view.
Research method that the writer uses to reach the goals is descriptive type. A
library research is the data collection technique. And for the data analysis, writer
use qualitative method.
ALBA is a form of regional cooperation in Latin America that was established
since 2004 as Venezuela and Cuba is the founding father. The regional
cooperation formed based on the resistance toward United States hegemony in
Latin America trough neoliberals policy. The perlawanan by the regional
integration via ALBA toward neoliberalism system is by applying the policies
which is clash by the neoliberalism principles. That is, complementary (no
competition), solidarity (no dominations), working together (no exploitation) and
dignity toward society sovereignty (switch for corporation power) for the
development of the productive man powers from least developed country, as well
as became the stabilization other cooperation ever exist there. ALBA’s strategy to
let off from US hegemony and built Latin America consist of: 1. ALBA helped
their member of states to nationalization the state own company. 2. ALBA made
regional projects that is contra of hegemonic manifestation and built Latin
America that is free from neoliberals influence. 3. Established and developing
Bank of South to let off from IMF and World Bank influences. 4. Made Surce as a
currency to demolish US dollar currency domination. The states that is joined in
regional cooperation of ALBA is Venezuela, Kuba, Bolivia, Nikaragua, Ekuador,
Dominika, Antigua dan Barbuda, serta St. Vincent dan Granadinas
Keyword: ALBA, Neoliberalism, Regionalism, Hegemony, United States, Latin
America, Strategy.
ABSTRAKSI
A.Ayu Rezki Wulandary, E 131 09 008, “Strategi Bolivarian Alternative for
Latin America and Caribbean (ALBA) dalam Menghadapi Hegemoni Amerika
Serikat di Amerika Latin”, di bawah bimbingan Muh. Nasir Badu selaku
pembimbing I dan Muh. Asrhy Sallatu selaku pembimbing II, Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi ALBA dalam
menghadapi hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin dan bagaimana
pengaruh ALBA terhadap perekomian Amerika Latin Khususnya negara
anggotanya. Penulis membatasi penelitian ini pada aspek ekonomi. Tipe penelitian
yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah tipe penelitian
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi pustaka.
Adapun untuk menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif.
ALBA merupakan bentuk kerjasama regional di kawasan Amerika Latin yang
didirikan pada 2004 dengan Venezuela dan Kuba sebagai negara pelopor
kerjasama tersebut. Kerjasama regional ini dibentuk atas dasar perlawanan
terhadap hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin melalui kebijakan-kebijakan
neoliberalisme AS. Bentuk perlawanan dari integrasi regional yang dibentuk
melalui ALBA terhadap sistem neoliberalisme tersebut dengan menerapkan
kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan prinsip neoliberalisme yakni saling
melengkapi (tidak berkompetisi), solidaritas (tidak dominasi), kerja bersama (tidak
eksploitasi) dan penghormatan kedaulatan rakyat (menggantikan kekuasaan
korporasi) bagi kemajuan tenaga-tenaga produktif negara-negara yang lebih
miskin, sekaligus menjadi penyeimbang kerjasama kawasan yang telah ada.
Strategi ALBA dalam melepaskan diri dari hegemoni AS terdiri dari: 1. ALBA
membantu negara-negara anggotanya untuk melakukan nasionalisasi terhadap
perusahaan milik negara. 2. ALBA membentuk proyek regional yang bertentangan
dengan manifestasi hegemonik dan membangun Amerika Latin yang terlepas dari
pengaruh buruk neoliberalisme. 3. Mendirikan dan mengembangkan Bank of South
untuk melepaskan diri dari pengaruh IMF dan World Bank. 4. Membentuk Surce
sebagai mata uang untuk menghilangkan dominasi dollar AS. Adapun negara –
negara yang tergabung dalam kerjasama regional ALBA adalah Venezuela, Kuba,
Bolivia, Nikaragua, Ekuador, Dominika, Antigua dan Barbuda, serta St. Vincent
dan Granadinas.
Kata Kunci: ALBA, Neoliberalisme, Regionalisme, Hegemoni, Amerika
Serikat, Amerika Latin, Strategi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya Perang Dingin ditandai oleh kemenangan Amerika
Serikat (AS) melawan Uni soviet yang juga merupakan kemenangan bagi
neoliberalisme yang merupakan ideologi besar AS. Kemenangan paham
neoliberalisme merupakan sebuah momentum bagi AS menjadi sebuah
negara super power dan kekuatan untuk melaksanakan kepentingannya di
berbagai negara khususnya di negara-negara yang lemah. Neoliberalisme
kemudian dijadikan sebagai ideologi terbaik yang harus diadopsi oleh
beberapa negara baik negara maju maupun negara miskin. Dan sistem ini
pun kemudian merambah di setiap kawasan seperti kawasan Eropa, Asia,
Amerika Latin bahkan sampai ke Afrika.
Lahirnya sistem neoliberalisme dimulai saat perundingan oleh
lembaga keuangan internasioanl yakni World Bank dan International
Monetary Fund serta Departemen Keuangan AS yang disebut dengan
Washington Consensus pada tahun 1980. Washington Consensus
merekomendasikan sepuluh aspek sebagai dasar untuk reformasi ekonomi
politik internasional. Diantaranya, meliputi defisit fiskal, pemotongan
belanja publik, reformasi pajak, perdagangan bebas, liberalisasi pasar
modal, nilai tukar uang yang kompetitif, deregulasi ekonomi, investasi
asing, privatisasi, perlindunagan terhadap hak cipta milik negara.1
1 http://www.cid.harvard.edu/cidtrade/issues/washington.html. diakses pada tanggal 6 mei 2013
Agenda pokok paket kebijakan Washington Concensus yang
meliputi menu dasar program penyesuaian sturktural IMF tersebut dalam
garis besarnya meliputi empat pelaksanaan kebijakan diantaranya adalah:
(1) kebijakan anggaran ketat, termasuk kebijakan penghapusan subsidi; (2)
liberalisasi sektor keuangan; (3) liberalisasi sektor perdagangan; dan (4)
privatisasi BUMN.2
Pada umumnya, pilihan terhadap kebijakan neoliberal didasarkan
pada upaya kawasan untuk membuka pasar internasional serta mendorong
proses demokratisasi. Pembukaan pasar sangat penting bagi masuknya
pengaruh asing dan faktor sumber daya alam akan menjadi perhatian bagi
negara-negara maju ke negara berkembang yang kemudian akan
dikuasainya. Sementara pada aspek politik, demokratisasi diperlukan
karena sebagian besar kawasan Amerika Latin banyak melahirkan rejim
komprador dimana militer dan kudeta sering berlangsung.3
Kebijakan neoliberalime yang berjalan di Amerika Latin sebagai
upaya untuk mengatasi krisismengalami kegagalan. Pada periode 1990-
1993, pengangguran meningkat tajam mencapai angka resmi 8% di
negara-negara tersebut. Selain itu pengurangan tarif dan munculnya
perdangangan bebas telah membuka peluang besar untuk masuknya
perusahaan-perusahaan multinasional AS ke Amerika Latin. Hal yang
kemudian terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam maupun sumeber
daya manusia. Dominasi AS di Amerika Latin telah memberikan dampak
2 Ibid
3 http://ade.staff.umy.ac.id/?p=86. diakses 4 Februari 2013
yang begitu buruk bagi rakyat Amerika Latin yakni kesenjangan sosial
bagi pemilik modal dan kaum pekerja, sehingga mengakibatkan
meningkatnya tingkat kemiskinan dan pengangguran.4 Berikut ini adalah
contoh dari dampak neoliberalime di amerika latin.
Pada tahun 1994 jumlah orang miskin meningkat mencapai angka
210 juta hingga 222 juta pada tahun 2005. Di tingkat kota, potret
kesenjangan antar penduduk juga sangat timpang. Salah satu contohnya
adalah di ibu kota Argentina, rata-rata tingkat kemiskinan naik dari 4,7
persen populasi pada 1974 menjadi 57 persen pada seperempat abad
kemudian. Di Argentina ini, hampir 60 persen rakyat hidup miskin dan 1/3
melarat. Negara-negara Amerika Latin juga terlilit utang yang cukup
tinggi. Selama 1992 – 2001, 1,2 trilliun dollar AS digunakan untuk
membayar utang luar negeri.5
Beberapa kebijakan neoliberalisme AS yang diterapkan di Amerika
Latin yang dianggap telaha memberikan ketimpangan dan kesenjangan
pada rakyat dan menjadikan negara – negara di Amerika Latin mengalami
krisis ekonomi.
Berikut adalah kebijakan dana dampak sistem
neoliberalisme AS di Amerika Latin :6
4 http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/IDNwp10c.pdf. diakses pada tanggal 2 desember 2012
5 Hempi sutyana.2007. Eva Morales : Presiden Bolivia Menentang Arogansi Amerika. Jakarta:
Erlangga Hal. 48 6Maria Elyzabet Mena. Neoliberalisme, Solusi atau Dependensi? Studi kasus : Kegagalan
Neoliberalisme di Amerika Latin.
http://kopiitudashat.wordpress.com/2009/07/14/neoliberalisme-solusi-atau-dependensi-
studi-tentang-kegagalan-neoliberalisme-di-amerika-latin-oleh-maria-elysabet-mena/
.diakses pada 4 januari 2013
1. Kebijakan liberalisasi impor. Dengan substitusi impor, pemerintah mengenakan
pembatasan impor yang sangat ketat. Perusahaan domestik dilindungi dari
kompetisi luar negeri sehingga dapat mengatur harga komoditas dan
mengakomodasi kenaikan upah buruh. Inilah yang menyebabkan inflasi.
Dengan liberalisasi, korporasi diterjunkan dalam persaingan bebas sehingga
pemerintah tidak bisa bebas mengatur harga, inflasi memang dapat diatasi
namun buruh mengalami tekanan. Perusahaan lokal dengan modal yang tidak
besar pun harus gulung tikar. Kesejahteraan yang diharapkan ternyata tidak
sesuai dengan kenyataan karena kesejahteraan buruh semakin tertindas.
2. Kebijakan kedua adalah exchange-rate overvaluation yang mengurangi harga
mata uang lokal untuk komoditas impor. Konsumen memang diuntungkan
karena barang impor dengan kualitas lebih baik dapat diperoleh dengan harga
yang lebih murah daripada produk lokal namun dampaknya adalah
ketidakseimbangan neraca pembayaran karena surplus impor menjadi
meningkat sehingga mengurangi devisa.
3. Kebijakan ketiga adalah liberalisasi keuangan domestik. Deregulasi sektor
keuangan diharapkan dapat meningkatkan tabungan dan investasi namun yang
terjadi justru sebaliknya. Di Argentina, tingkat tabungan menurun dari 22 %
menjadi 17 % dalam 10 tahun pertama penerapan neoliberalisme .
4. Kebijakan keempat adalah reformasi fiskal (meningkatkan pajak dan memotong
pengeluaran) untuk menyeimbangkan neraca pembayaran. Kebijakan ini
memang berhasil menyeimbangkan neraca pembayaran, namun pembangunan
yang diharapkan tidak berjalan karena pemerintah harus menekan pengeluaran,
kesejahteraan sosial pun semakin tidak terwujud karena IMF menekankan
pemotongan pos-pos yang dianggap meningkatkan pengeluaran, termasuk
subsidi dan dana jaminan sosial.
5. Kebijakan yang terakhir adalah liberalisasi arus modal. Tujuannya untuk
menarik investor agar perekonomian dan industrialisasi dapat bangkit kembali,
namun kombinasi dari kelima kebijakan ini malah memicu kehancuran yang
semakin besar di Amerika Latin.
Kebijakan neoliberalime AS, tidak menjadi sebuah solusi bagi
Amerika Latin untuk keluar dari krisis ekonomi, namun menjadikan
kawasan ini lebih jatuh pada tingginya tingkat kemiskinan. Adanya
hubungan yang tidak imbang, keuntungan besar hanya berada pada
pemilik modal. Hal ini dapat dilihat dari komoditas yang dipasarkan oleh
Amerika Latin yakni hasil bumi (gas alam, minyak bumi), hasil pertanian
atau perkebunan, produk – produk industri yang mempekerjakan buruh
rumah.
Dilihat dari sumber daya alam yang banyak dikuasai oleh pemilik
modal. Sistem neoliberalisme ini AS adalah pihak yang mendapatkan
keuntungan karena setiap jalannya kebijakan ini menjadi dominasi AS
akan sistem yang berjalan di Amerika Latin. Sumber daya alam banyak
dikuasai oleh AS akibat adanya kebijakan yang memudahkan pemodal
asing untuk melakukan privatisasi. Sedangkan Amerika Latin sebagai
pemilik hasil alam tersebut hanya mendapat keuntungan yang kecil.
Antara tahun 1980 dan 1999, Amerika Latin mengalami stagnasi
yang diselingi dengan krisis-krisis sistemik dan langkah-langkah
penyelamatan yang sangat merugikan serta memperlemah struktur-struktur
ekonomi produktif. Bank -bank internasional mengeruk ekonomi regional
melalui transfer pembayaran hutang secara massif serta privatisasi
gelombang pertama. Renegosiasi hutang-hutang dan pinjaman baru akibat
kebijakan-kebijakan ekonomi yang memperlemah sistem produksi dan
menjual murah tenaga kerja dan investasi publik di bidang infrastruktur.7
Beberapa aset negara yang merupakan pemasok negara terbesar di
negara Amerika Latin berada dalam wewenang AS. Seperti halnya,
minyak bumi Venezuela yang telah memberikan konstribusi besar bagi
devisa AS. PDVSA (Petroleos de Venezuela SA) yang merupakan salah
satu perusahan yang menjadi pemasok minyak bumi terbesar yang juga
didominasi oleh AS8. Bukan hanya Venezuela yang merasakan hegemoni
AS ini tapi negara -negara di kawasan Amerika Latin lainnya.
Amerika Serikat juga terlibat dalam kerjasama regional yang
dibentuk oleh negara-negara di Amerika Latin seperti FTAA (Free Trafe
Agreement of the Americas). Organisasi yang didukung oleh AS untuk
Amerika Latin ini hanya memberikan ketimpangan dan krisis ekonomi
bagi rakyat Amerika Latin. Krisis ekonomi yang dirasakan oleh Argentina
pada tahun 1995 dan Venezuela sejak tahun 2000. Akibat hutang luar
7 http://repository.upnyk.ac.id/2740/1/ABSTRAKSI.pdf. diakses pada 2 desember 2012
8 Aditjondro G. Junus. 2008. Ernesto Laclau dan Kebangkitan Gerakan Kiri di Amerika Latin.
Sociae Polities Volume VIII No. 26. Hal.7 diakses pada 2 desember 2012
negeri yang semakin meningkat dan aset nasional yang dikuasai oleh
pemodal asing. 9
Sistem neoliberalisme yang membawa keterpurukan bagi rakyat
Amerika Latin ini menggerakkan mereka untuk membentuk sebuah
perlawanan. Hal ini didukung oleh pemimpin-pemimpin baru di Amerika
Latin yang memiliki sikap anti neoliberalisme AS. Hal ini kemudian
menjadi pelopor dari terbentuknya beberapa kebijakan yang menentang
kekuatan AS di Amerika Latin.
Hugo Chaves yang merupakan presiden dari Venezuela merupakan
salah satu pemimpin yang mengeluarkan kebijakan yang menentang AS
bersama dengan pemimpin anti AS lainnya seperti Fidel Castro dari Kuba
dan Evo Morales dari Bolivia, mereka berintegrasi dalam melakukan
perlawanan menghadapi hegemoni AS di kawasannya.
Pergerakan untuk keluar dari dominasi AS dimulai dengan
nasionalisasi aset-aset negara yang telah banyak dikuras oleh asing
khususnya AS. Beberapa negara telah memberlakukan kebijakan tersebut.
Misalnya di Venezuela melakukan nasionasasi terhadap PDVSA yang
telah lama didominsasi oleh AS dan Bolivia yang menaikkan royalti
terhadap aset gas alamnya. Semangat dari beberapa negara ini terinspirasi
dari Kuba yang dapat bertahan dan mengembangkan perekonomian serta
pendidikan dibawah embargo ekonomi yang telah dilakukan AS terhadap
negara Kuba.
9Michael Walton. Neoliberalism in Latin America. http://lasa
.univ.pitt.edu/larr/prot/fulltext/vol39no3/walton.pdf . diakses pada 4 januari 2013
Hugo Chavez mengumumkan rencananya untuk secara formal
menarik keanggotaan Venezuela dari Bank Dunia dan IMF . Segera
setelah berkuasa pada tahun 1999, Chavez telah membayar seluruh utang
Venezuela kepada IMF. Venezuela juga telah melunasi utangnya kepada
Bank Dunia lima tahun lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan.
Venezuela juga menyuntikkan dana bagi negara-negara Amerika Latin
lainnya dalam rangka pelunasan hutang negara-negara itu pada IMF dan
Bank Dunia untuk melepaskan dependensi regional Mercosur, menjadi
Mercosur yang independen.10
Perlawanan terhadap neoliberalisme AS ini kemudian dibentuk
dengan mendirikan kerjasama regional yang difokuskan dalam bidang
ekonomi yang terlepas dari campur tangan AS. Alternativa Bolivariana
Para Las Americas / Bolivarian Alternative for Latin Americas and the
Caribbean (ALBA) merupakan kerjasama ekonomi di kawasan Amerika
Latin. Integrasi ekonomi ini dibangun sebagai bentuk boikot terhadap
FTAA yang didominasi oleh AS. Jika FTAA dan lainnya berorientasi
untuk kepentingan modal internasional dan mengejar liberalisasi mutlak
dari perdagangan barang, jasa, dan investasi, ALBA menekankan pada
perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial.
ALBA berdiri pada Desember 2004. Awalnya, ALBA terdiri dari hanya
dua negara anggota: Venezuela dan Kuba. yang kemudian beberapa negara ikut
bergabung yaitu Bolivia pada 2006, Nikaragua pada 2007, Honduras dan
10
ibid
Dominica tahun 2008, dan Antigua serta Barbuda, Saint Vincent dan Grenadines,
dan Ekuador masuk tahun 2009.11
ALBA menolak neoliberalisme dengan tujuan
untuk membentuk alternatif yang berbeda dari perdagangan bebas. Negara-negara
anggota bekerja sama untuk mengintegrasikan ekonomi mereka, sehingga mereka
akan mampu untuk melengkapi, bukannya bersaing, dengan satu sama lain. Secara
umum tujuan ALBA adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapi
tujuan utama ini ALBA membentuk beberepa tujuan khusus yang diantaranya
adalah:12
- Untuk mempromosikan perdagangan dan investasi antara negara-negara
anggota, berdasarkan pada kerjasama, dan dengan tujuan untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat, tidak membuat keuntungan.
- Untuk negara-negara anggota untuk bekerja sama untuk menyediakan layanan
kesehatan gratis dan pendidikan gratis kepada orang-orang di seluruh negara
ALBA.
- Untuk mengintegrasikan energi anggota ALBA sektor untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
- Untuk membuat media alternatif untuk mengimbangi AS dan regional neo-
liberal media dan mempromosikan identitas asli Amerika Latin.
- Untuk memastikan redistribusi tanah dan ketahanan pangan dalam negara
anggota.
- Untuk mengembangkan perusahaan milik negara.
11
James Rochlin. Pembelokan Amerika Latin ke Kiri dan Medan Strategis Baru, kasus: Bolivia.
http://indonesianvoices.com. diakses pada 2 desember 2012 12
www.venezuelanaliysist.com diakses pada 2 desember 2012
- Untuk mengembangkan industri dasar sehingga negara-negara anggota ALBA
dapat mandiri secara ekonomi.
- Untuk mempromosikan gerakan buruh, gerakan mahasiswa, dan gerakan sosial.
- Untuk memastikan bahwa proyek-proyek di bawah ALBA yang ramah
lingkungan.
ALBA tidak hanya mempromosikan demokrasi partisipatif dalam struktur
sendiri, sebagai bukti komitmen negara-negara anggota untuk melaksanakan
demokrasi partisipatoris dalam perbatasan mereka. Tujuan mempromosikan
demokrasi partisipatif di ALBA membedakannya dari sistem neoliberalisme yakni
perjanjian perdagangan bebas yang sedang diterapkan pada negara-negara miskin
oleh AS dan juga sekutunya.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Sistem kapitalisme yang telah mendominasi dunia, akhirnya
dihadapakan dengan kekuatan baru yang cukup signifikan di kawasan
Amerika Latin. Dengan munculnya pemimpin-pemimpin yang anti akan
neoliberalisme AS ini, membuat AS mendapatkan perlawanan dari
beberapa negara-negara yang merasa tereksploitasi. Dengan munculnya
figur yang menjadi kekuatan rakyat, maka telah melahirkan terobosan -
terobosan besar yang menantang dominasi AS.
Munculnya tokoh masyarakat yang anti terhadap neoiberalisme
menjadi pemimpin di beberapa negara di Amerika Latin, yang kemudian
mengambil sebuah tindakan dalam mengeluarkan kebijakan yang
bertentangan dengan neoliberalisme AS. Misalnya dengan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing yang selama ini telah banyak melakukan
eksploitasi terhadap sumber daya alam milik negara. Beberapa negara di
Amerika Latin membentuk sebuah poros yang disebut dengan anti
neoliberalisme dan melakukan kerjasama dengan membentuk blok
regionalisme yang terlepas dari campur tangan AS.
Pergolakan terhadap neoliberalisme AS di Amerika Latin dipelopri
oleh Venezuela dan Kuba yang dipimpin oleh Hugo Chaves dan Fidel
Castro. Dan kemudian, menjadi pemicu dari munculnya negara-negara
lain yang sadar akan ketimpangan yang dialami oleh negaranya sehingga
memiliki keinginan untuk keluar dari kondisi tersebut. Dan dibentuknya
ALBA (Alternativa Bolivariana Para Las Americas Bolivarian /
Alternative for Latin Americas and the Caribbean), yang tujuannya
difokuskan pada kesejahteraan rakyat dengan menolak gagasan-gagasan
neoliberalisme yang diterapkan oleh AS dalam membentuk regionalisme
di kawasan Amerika Latin yaitu FTAA (Free Trade Agreement of
Americas ) membuat beberapa negara melihat adanya pilihan untuk keluar
dari sistem neoliberaliisme.
ALBA merupakan organisasi kerjasama regional yang relatif baru
namun kebijakan yang dilakukan organisasi ini dalam menentang
neoliberalisme AS menjadi penting untuk dikaji khususnya untuk negara-
negara yang merasakan hal yang sama dengan Amerika latin dari dampak
yang disebabkan oleh neoliberalisme AS. Latar belakang penentangan
ALBA terhadap neoliberalisme ini bisa menjadi sebuah pengetahuan baik
bagi Amerika Latin maupun bagi negara lain.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, penting untuk melihat bagaimana
strategi dan tantangan ALBA dalam menjalankan kebijakan yang telah
menjadi kesepakatan bersama oleh para naggotanya, dimana ALBA
diposisikan sebagai representasi dari perspektif yang kontra terhadap
neoliberalisme. Kekuatan besar AS menjadi sebuah tantangan yang besar
pula bagi negara-negara ALBA dalam menjalankan berbagai macam
kebijakannya yang mendapatkan pertentangan dengan negara adidaya
tersebut.
Adapun fokus dari penelitian ini adalah mengenai peluang dan
tantangan ALBA dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat di
Amerika latin yang terkhusus pada bidang ekonomi. Yang kemudian
melahirkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu ;
1. Bagaimana pengaruh ALBA terhadap perekonomian Amerika Latin?
2. Bagaimana strategi ALBA dalam menghadapi hegemoni AS di Amerika Latin
di bidang ekonomi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh ALBA terhadap perekonomian negara-negara
di kawasan Amerika Latin.
b. Untuk mengetahui bagaimana Strategi ALBA dalam menghadapi
hegemoni AS di Amerika Latin.
2. Kegunaan Penelitian
Apabila penelitian ini bisa tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat
berguna sebagai:
a. Sebagai informasi bagi mahasiswa, dosen, pengamat maupun praktisi yang
tertarik pembahasan ALBA dalam menghadapi hegemoni AS di Amerika
Latin.
b. Sebagi informasi bagi para pembuat kebijakan akan bentuk perlawanan
ALBA dalam menghadapi neoneoliberalisme yang dibawah oleh AS.
D. Kerangka Konseptual
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ilmiah diperlukan
kerangka konsep yang relevan. Adapun konsep yang akan digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Neoliberalisme
Di era globalisasi ini, sistem neoliberalisme menjadi paham yang
mendunia. Sistem ini muncul setelah kemenangan AS dalam perang dingin
melawan Uni Soviet. Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan
pada kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti
pada contoh kasus upah pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme
pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam
masalah kerjasepenuhnya urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si
pekerja. Dorongan utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah
privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang
dimiliki-dikelola pemerintah.
Neoliberalisme melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba
korporasi. Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan
pengeluaran dengan memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga
fasilitas-fasilitas kesejahteraan publik harus dikurangi. Misalnya dengan
sektor daya. Air dinilai sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun
harus dilakukan sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Hak
penguasaan atau konsesi atas sumber daya airini dapat dipindah dari satu ke
pemilik lainnya, dari satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme
transaksi jual beli.
Kredo inti neoliberalisme meliputi pertumbuhan ekonomi; pentingnya
pasar bebas untuk merangsang pertumbuhan; pasar babas yang tidak terbatas;
pilihan individu; pemangkasan regulasi pemerintahan dan dukungan pada
model pembangunan sosial yang evolusioner sesuai dengan pengalaman Barat
yang diyakini dapat diterapkan di seluruh dunia.13
Menurut Harvey ada dua hal yang perlu dilihat dalam sistem
neoliberalisme yaitu; Pertama, dalam konteks praktik, banyak negara
menyimpang dari derskripsi teorinya. Kedua, adanya dinamika neoliberalisme
yang sedemikian rupa memaksa berbagai bentuk adaptasi yang sangat
13
Manfred B. Steger. 2002. Globalisme BangkitnyaIdeologi Pasar. Yogyakarta : Lafadl. Hal 20
bervariasi dari negara satu dengan negara yang lain. Oleh Harvey
menyebutnya sebagai bersifat “transisional” atau “tidak stabil”. David Harvey
menyatakan bahwa:
Neoliberalisme dalam contoh pertama teori praktek ekonomi politik
yang mengusulkan bahwa kesejahteraan manusia dapat maju dengan
kebebasan kewirausahaan individu dan keterampilan dalam kerangka
kelembagaan yang kuat dicirikan oleh hak milik pribadi, pasar bebas
dan perdagangan bebas. Peran negara adalah untuk menciptakan dan
melestarikan kerangka kelembagaan yang tepat untuk praktek-praktek
tersebut. Negara harus menjamin, misalnya, kualitas dan integritas
uang. Hal ini juga harus mengatur militer mereka, pertahanan, polisi
dan struktur hukum dan fungsi yang diperlukan untuk mengamankan
hak milik pribadi dan menjamin, dengan kekerasan jika perlu. Selain
itu, jika pasar tidak ada (di daerah seperti tanah, air, pendidikan,
perawatan kesehatan, jaminan sosial, atau pencemaran lingkungan)
maka mereka harus diciptakan, oleh tindakan negara jika diperlukan.
Intervensi negara dalam pasar hanya secara minimal karena menurut
teori, negara tidak mungkin memiliki informasi yang cukup untuk
mengetahui ketentuan pasar (harga) dan pengaruh kelompok-kelompok
menmiliki peran yang kuat. 14
Di antara ketegangan-ketegangan itu kemudian terlihat sebuah kondisi
disparitas yang semakin nampak bahwa neoliberalisme dalam dirinya
menghadirkan banyak paradoks dan kontradiksi. Negara justru semakin
memantapkan peranan intervensionisnya sebagai institusi yang mempunyai
legitimasi untuk mengatur dan mencipta regulasi. Kekuasaan korporasi justru
banyak hal merampas kebebasan individu yang dijanjikan dalam retorika
kaum neoliberal. Dan integritas ekonomi yang dijanjikan sebagai cara untuk
14
Dag Einar Thorsen and Amund Lie. What is Neoliberalism?. Diakses dari
http://folk.uio.no/daget/What%20is%20Neo-Liberalism%20FINAL.pdf pada tanggal 25
mei 2013
pengaturan pasar telah membuka peluang spekulasi-spekulasi tidak
bertanggungjawab, skandal keuangan dan instabilitas sistem ekonomi yang
kronis. Selain itu, iklim kompetisi yang menjadi prasyarat pasar bebas telah
meningkatkan konsolidasi kekuatan oligopolistik, monopoli dan kekuasaan
korporasi yang sentralistik.
2. Teori Regionalisme
Munculnya kerjasama regional di bidang ekonomi merupakan
fenomena global yang terjadi di berbagai blok-blok ekonomi sebagai respon
terhadap globalisasi dan perdagangan bebas. Sistem regionalisme ini juga
salah satu alternatif dalam mencapai kepentingan kelompok yang kemudian
turun pada kepentingan nasional suatu negara.
Tatanan hubungan internasional saat ini telah mengalami pergeseran
paradigma di mana sangat terasa sekali suatu interdependensi. Pergeseran
tersebut, Menurut Thomas Kuhn dalam bukunya yang berjudul “The Structure
of Scientific Revolution”, terjadi paska berakhirnya Perang Dingin dan
melahirkan bentukan baru di berbagai kehidupan. Yaitu munculnya suatu
prioritas baru dalam bentuk integrasi regional sebagai dasar dari sebuah
paradigma bahwa kepentingan kelompok/regional yang utama, yang kemudian
akan memberikan manfaat pada kepentingan nasional masing-masing.
Paradigma ini diformulasikan ke dalam bentuk kerjasama regional di berbagai
kawasan dunia saat ini. 15
15
Anthonius Sitepu, Konsep integrasi regionalism dalam studi hubungan internasional,
http://repository.usu.ac.id. Diakses pada 2 desember 2012
Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan
untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama
mengemukanya regionalisme. Dengan membentuk organisasi regional dan
atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara tersebut telah
menggalang bentuk kerjasama intra-regional. Dengan kata lain, negara-negara
dalam suatu kawasan telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka
untuk mencapai tujuan bersama.
Joseph S. Jr. Nye, seorang teoritisi Hubungan iinternasional dai AS
yang cukup terkemuka mengemukakan bahwa konsep ini bersifat ambigious.
Lima karakteristik di dalam mengklasifikasikan suatu kawasan, yaitu :16
1. Negara-negara yang tergabung dalam suatu kawasan memiliki kedekatan
geografis.
2. Mereka memiliki pula kemiripan sosiokultural.
3. Terdapatnya kemiripan sikap dan tindakan politik seperti yang tercermin
dalam organisasi internasional.
4. Kesamaan keangotaan dalam organisasi internasional.
5. Adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar negeri
sebagai bagian dari proporsi pendapatan nasional.
Kerjasama regional yang menunjukan interdependensi termasuk
negosiasi-negosiasi bilateral sampai pembentukan rezim yang dikembangkan
untuk memelihara kesejahteraan, meningkatkan nilai-nilai bersama, serta
memecahkan masalah bersama terutama yang timbul dari meningkatnya
16
http://renalupitasari.student.umm.ac.id/2010/07/14/regionalisme/ Diakses pada 2 desember 2012
tingkat interdependensi regional. Disamping itu, kerjasama regional mungkin
mengarah pada terciptanya institusi formal, namun dengan struktur yang
longgar, berupa pertemuan-pertemuan rutin yang menghasilkan aturan-aturan
sekaligus dengan mekanisme pelaksanaan dan persiapan untuk menindak
lanjuti kegiatan tersebut.
3. Hegemoni Ekonomi
Gramsci memakai konsep hegemoni untuk menjabarakan dan
menganalisa bagaimana masyarakat masyarakat kapitalis moderen diorganisir.
Teori Gramsci tentang hegemoni merupakan perkembangan dari toeri Marx
yang mengatakan bahwa masyarakat membentuk negara, dan masyarakat
dibentuk pula oleh cara produksi yang didominan oleh hubungan-hubungan
produksi yang ada didalamnya. Dalam masyarakat berkelas seperti kapitalis,
negara didominasi oleh kaum borjuis. Dan hal ini, kemudian dikembangan
oleh Gramsci bahwa dominasi dalam masyarakat terjadi karena adanya
hegemoni yang mampu mempertahankan kekuasaan kaum borjuis yang berarti
kekuasaan dari kaum dominan. Maka, hegemoni selalu berhubungan dengan
penyusunan kekuatan negara sebagain klas diktator. 17
Menurut Gramsci, hegemoni adalah upaya untuk mengakomodasi
perhatian idealis atas pentingnya gagasan dan kehendak dalam penciptaan
tindakan. Hal ini, berkait erat dengan solusi tindakan politisnya untuk
melawan hegemoni kapitalisme dengan terlebih dahulu melawan aparatus
17
Patria Nezar dan Andi Arief. 2003. Antonio Gramci: Negara dan Hegemoni.
Yogayakarta:Pustaka Pelajar. Hal.18
ideologinya. Dengan demikian, formulasinya tentang hegemoni didukung oleh
saarana penekanan. Hegemoni sebagai superstruktur mempunyai pengaruh
dalam masyarakt sipil dalam melakukan perubahan sosial yang radikal.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenanagan yang didapat melalui
penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada beberapa cara yang dipakai
misalnya, melalui institusi yang ada dimasyarakat yang menentukan secara
langsung atau tidak langsung struktur-stukturkognitif dari masyarakat.18
Karena itu, hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang
agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang
ditentukan.
Teori hegemoni dibangun di atas preis pentingnya ide dan tidak
mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Menurut
Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya
harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma
penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas
subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni” atau
menguasai dengan “kepemimpinan moral dan intelektual” secara konsensual.
Dalam kontek ini, Gramci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai
satu bentuk supermasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang
lainnya, dengan bentuk supermasi lain yang ia namakan “dominasi” yaitu
kekuasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik.
18
Ibid. hal. 120
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui
mekanisme konsensus (consenso) dari pada melalui penindasan terhadap kelas
sosial lain. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui yang ada di
masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-
struktur kognitif dari masyarakat iu. Itulah sebabnya hegemoni pada
hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan
memandang problematika sosial dalam kerangka yang dalam konteks tersebut,
Gramsci lebih menekankan pada aspek kultural (ideologis).
Sebuah Konsensus yang diterima oleh klas pekerja bagi Gramsci pada
dasarnya bersifat pasif. Kemunculan konsensus bukan karena klas yang
terhegemoni menganggap stuktur sosial yang ada itu sebagai keinginan
mereka. Hal tesebut, terjadi karena kekurangan basis konseptual yang
membentuk kesadaran yang memungkinkan mereka memahami realitas sosial
secara efektif. Dalam hal ini Gramsci menagtakan bahwa:
Bahwa dalam tatanan sosial yang tertatur harus ada dasar persetujuan
(substratum of agreement) yang kuat yang dapat melawan kekuatan-
kekuatan yang menghancurkan yang muncul dari perbedaan-perbedaan
kepentingan. Konsensus dalam arti ini berada dalam hubungan dengan
objek-objek tertentu, pribadi, kepercayaan, nilai-nilai, lembaga-
lemabaga maupun yang lain.19
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
deskriptif eksplanatif yaitu menjelaskan dan menganalisis dengan jelas
19
Ibid. Hal.126
mengenai Strategi Bolivariana Alternative for Latin America and Caribbean
(ALBA) dalam menghadapi hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
para informan dan yang ahli di bidanganya.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur.
Seperti buku, jurnal, artikel, majalah, handbook, situs internet, institut dan
lembaga terkait.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research) antara
lain melalui buku-buku, dokumen, surat kabar dan situs internet. Data yang
terkumpul merupakan data sekunder. Selanjutnya data tersebut diolah dengan
menggunakan teknik konten analisis untuk mencapai suatu kesimpulan.
Adapun tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk mengumpulkan
data adalah :
a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Makassar
b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar.
c. CSIS (Centre for Strategic and International Studies) di Jakarta
d. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Jakarta
e. Departemen Luar Negeri Indonesia di Jakarta
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis
data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam
menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada,
kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga
menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif
memperkuat analisis kualitatif.
5. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif,
yaitu penulis mencoba menggambarkan secara umum masalah yang diteliti,
kemudian menarik kesimpulan secara khusus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Neoliberalisme
Di era globalisasi saat ini, ekonomi politik internasional saat ini telah
dikendalikan dalam satu kerangka sistem yang besar yang disebut dengan
neoliberalisme. Namun sebelum membahas mengenai neoliberalisme perlu untuk
membahas liberalisme terlebih dahulu. Liberalisme adalah sebuah faham ekomi
yang diperkernalkan oleh Adam Smith. Dalam pemikiran liberalisme, Adam
Smith mengungkapkan kelebihan dari pasar bebas dan keuntungan dari adanya
gerak tak terbatas dari modal, buruh dan barang-barang.
Liberalisme berjalan dibawah logika kapitalisme, yang sistem produksinya
berjala dengan alat-alat produksi dimiliki secara pribadioleh para pemilik modal
(kapitalis), sementara buiruh yang tidak memiliki apapun selain tenaganya,
menjual tanaganya kepada kapitalisme. Tiga hal yang mendasarinya yaitu:20
1. Deregulasi, yaitu menghapus semua aturan khususnya aturan ekonomi dalam
hal sistem produksi di suatu negara.
2. Akumulasi, yaitu penumpukan dan pemilikan modal dan alat produksi oleh
individu atau kelompok-kelompok yang memiliki modal besar.
3. Swastanisasi (privatisasi), yaitu milik bersamad dan menjadikan milik pribadi.
Dalam artian segala sesuatu yang dimiliki oleh negara menjadi barang
komoditi yang dimiliki segelintir orang.
20
http://www.nefos.org/?q=node/68 pada tanggal 25 mei 2013
Liberalisme mulai digunakan dan dijadikan sebagi acuan kebijakan
ekonomi di berbagai negara, dan mengakhiri sejarahnya pada tahun 1933, saat di
Amerika pengangguran meningkat menjadi 13 juta orang akibat krisis. Krisis
sosial politik yang berpotensial meledak , yang bukan saja berpengaruh pada
Amerika namun juga seluruh dunia. Liberalisme, pasar bebas, persaingan bebas
tanpa adanya kontrol yang bermuara pada pengertian kebebasan kaum kapitalisme
yang dicetuskan oleh Adam Smith dianggap telah mengalami kegagalan.21
Sebuah aliran ekonomi, oleh John Maynard Keynes dianggap
memecahkan masalah depresi besar tahun 11929-1930, terutama setelah diadopsi
oleh Presiden Roosevelt dengan program “New Deal” maupun Marshall Plan
untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia II. Dasar pokok dari
ajaran Keynes adalah kepercayaan pada intevensi negara kedalam kehidupan
ekonomi. menurutnya, kebijakan ekonomi haruslah mengikis penganggran
sehingga tercipata tenaga kerja penuh (Full Employment) serta adanya pemerataan
yang lebih bersar. Negara tidak hanya diharap untuk menjaga ketertiban umum
berdasarakan perangkat hukum, menyediakan prasaran umum dan sosial yang
memadai melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan ketimpangann
sosial, tetapi juga ikut serta secara langfsung dalam bidang industri.
Ide yang dituangkan Keynes kemudian menginspirasi Presiden Roosevelt,
untuk membuat program New Dealnya pada tahu 1935. Sebuah program yang
ditunjukkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam artian
meningkatkan daya beli. Keynesian membuktikan kelemahan liberalisme dengan
21
Ibid
lonjakan perbaikan ekonomi Amerika, depresi ekonomi perlahan berakhir dan
tingkat pengangguran yang dapat ditekan.
Sistem yang digunakan Keynesian telah mendorong suatu inflasi harga
barang dan jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis tidak bisa
memperluas pasar bagi penigkatan produksinya. Sehingga menyebabkan
pengangguran merajalela, sementara di pihak lain eksploitasi sumber daya
semakin tidak terkendali. Hal ini kemudian yang menyebabkan keynesiann
ditolak. Setelah gagalnya keynesian, neoliberalisme kembali muncul dengan
konsep kekuatan pasar. Pokok dari isi noeliberalisme adalah sebagai berikut:22
1. Aturan pasar. Membebaskan perusahaan-perusahaan swasta dari setipa
keterikatan yang dipaksakan pemerintahan. Keterbukaan sebesar-besarnya
atasa perdagangan internasional dan investasi. Mengurangi upah buruh lewat
pelemahan serikat buruh dan penghapusan ha-hak buruh. Tidak ada lagi
kontrol harga.
2. Memotong pengeluaran publik dalam hal pelayanan sosial. Hal menncankup
sektor pendidikan dan kesehatan, pengurangan hak untuk jaring pengaman
untuk orang miskin, dan pengurangan infrastruktur publik seperti jalan ,
jembatan, air bersih, hal ini tidak terlepas dari pengurangan peran pemerintah.
Di lain pihak mereka tidak menetang adanya subsidi dan manfaat pajak untuk
kalangan bisnis.
3. Deregulasi. Mengurangi peraturan-peraturan dari pemerintah yang bisa
mengurangi keuntungan kalangan pengusaha.
22
Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia. “What is Neoliberalism?”. Third World Resurgence
No. 99/1999. Hal 7-8
4. Privatisasi. Menual BUMN dibidang barang atau jasa kepadda investor
swasta. Termasuk bank, industri strategis , jalan raya, jalan tol, listrik ,
sekolah, rumah sakit, bahkan juga air minum. Dengan alasan efisiensi yang
lebih besar, yang nyatanya berakibat pada pemusatan kekayaan pada beberapa
kalangan dan membuat publik membayar lebih banyak.
5. Menghapus konsep barang-barang public atau komunitas, menggantinya
dengan kepemilikan individual yaitu menekankan rakyat miskin untuk
mencari sendiri solusinya atau atas tidak tersedianya perawatan
kesehatan,pendidikan, jaminan sosial dan lain-lain dan menyalahkan mereka
atas permasalahannya.
Dalam kaitannaya dengan pelaksanaan program di Bank Dunia dan IMF
ini, maka program neoliberal, mengambil bentuk sebagai berikut:23
1. Paket kebijakan Stuktral Adjusment (Penyesuaian Struktural), terdiri dari
komponen-komponen yaitu Liberalisasi impor dan pelaksanaan aliran uang
yang bebas, Devaluasi, kebijakan moneter dan fiscal dalm bentuk pembatasan
kredit, penghapusan subsidi, peningkatan pajak, kenaikan harga public
utilities, dan penekanan untuk tidak manaikkan upah dan gaji.
2. Paket kebijakan deregulasi, yaitu, intervensi pemerintah harus dihilangkan
atau diminimunkan karena dianggap telah mendistorsi pasar, privatisasi yang
seluas-luasnya dalam ekonomi sehingga mencangkup bidang-bidang yang
selama ini dikuasai negara, liberalisasi selutuh kegiatan ekonomi termasuk
23
Ibid hal 10-11
penghapusan segala jenis produksi, memperbesar dan memperlancar arus
masuk investasi asing dengan fasilitas-fasilitas yang lebih luas dan longgar.
3. Paket kebijakan yang direkomendasikan kepada beberapa negara Asia dalam
menghadapi krisis ekonomi akibat anjloknya nilai tukar mata uang tehadap
dollar AS, yang merupakan gabungan dua paket diatas tuntutan-tuntutan.
Neoliberaliisme sejauh ini telah menghegemonik ekonomi dunia, yang
dikenal sebagai istilah globalisasi. Dalam artian, globalisasi neoliberal
memberikan kesempatan kepada indivudu-individu, kelompok-kelompok dan
perusahaan untuk menguasai pasar. Negara-negara dunia ketiga yang kemudian
menggunakan cara-cara dari neoiberalisme ini dengan tujuan kesejahteraan rakyat
bahkan membuat sistem perekonomiannya semakin memburuk.
Sistem neoliberal dengan jantung kapitalismenya semakin berkembang
dan eksis. Bertahan dan tidaknya sistem ini tidak semata dibangun dengan logika
penguasaan material semata. Eksisnya sistem dan aturan yang dianut hampir
sebagian besar negara-negara di dunia juga ditopang oleh kekuatan-kekuatan
diskursif yang terus mengikutinya. Kekuasaan selalu membutuhkan tangan
keduanya yaitu ’gagasan’ atau’pengetahuan’ tentangnya. Kemampuan penguasaan
diskursif yang dominan inilah yang oleh analisis-analisis ”poststruktural’ menjadi
bagian yang amat penting. Kekuatan teknologi informasi dan media massa
sekaligus menjadi corong yang sangat vital untuk membangun dominasi
pemahaman yang titik akhirnya menciptakan kepatuhan. Dalam banyak hal,
aturan main yang menjadi hukum yang harus dipatuhi oleh setiap negara dalam
sistem neoliberal tidak semata-mata karena memang secara definitif aturan itu
benar-benar disepakati secara sadar tetapi ada pretensi ideologis yang selalu
menyertainya.
Neoliberalisme menginginkan suatu sistem ekonomi yang sama dengan
kapitalisme abad-19, dimana kebebasan individu berjalan sepenuhnya dan campur
tangan yang diminimalisir dari pihak pemerintah dalam bidang perekonomian.
Regulator utama yang berperan dalam perekonomian adalah mekanisme pasar.
Mekanisme pasar yang akan diatur oleh individu dan pengetahuan individu akan
dapat memecahkan kompleksitas ekonomi, sehingga mekanisme pasar dapat
menjadi alatuntuk memecahkan masalah sosial.
B. Regionalisme
Fenomena globalisasi di satu sisi menjadi dunia menjadi semakin kecil dan
memungkinkan menjadikan penyatuan wilayah baik dalam arti geografi, ekonomi,
politik dan budaya, namun di sisi lain, upaya pengelompokan negara-negara
dalam sebuah unit kecil yang bersatu. Kerjasama antar negara-negara yang berada
dalam suatu kawasan untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu
tujuan utama mengemukanya regioanlisme. Dengan membentuk organisasi
regional dan atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara tersebut
telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka untuk mencapai tujuan
bersama. Munculnya suatu prioritas baru (peran dunia) dalam bentuk integrasi
regional yang dijadikan sebagai dasar pada sebuah paradigma, dimana
kepentingan kelompok menjadi yang utama atau dengan perkataan lain,
paradigma kepentingan regional yang ada. Pada gilirannya akan memberikan
kontribusi bagi kepentingan nasional masing-masing.
Regionalisme merupakan perkembangan integrasi sosial dalam sebuah
wilayah yang kerapkali tidak secara langsung dalam interaksi sosial dan ekonomi.
Regionalisasi tidak berdasarkan kebijakan yang secara sadar dibuat oleh negara
maupun bukan sekumpulan negara dan pola regionalisasi tidak harus berdasarkan
batas negara. Sedangkan kesadaran regional dan identitas menekankan pada sense
of belonging atau rasa memiliki antar entitas-entitas yang terlibat di dalamnya.24
Pasca perang dinging, neoliberalisme yang bersifat low politics mulai
berkembang, dimana aspek-aspek seperti ekonomi, budaya lebih mendominasi
kerjasama antar Negara. Aspek ekonomi menjadi penting karena menyangkut
masalah pemenuhan kebutuhan manusia baik yang primer maupun sekunder. Oleh
sebab itu banyak Negara-negara yang saling berkejasama dalam bidang ekonomi
sehingga memunculkan kerjasama regionalisme yang berfokus pada bidang
ekonomi.
Perbedaan yang mendasar dari regionalisme dan neoregionalisme adalah
pertama, regionalisme pada dasarnya merupakan warisan perang dingin dimana
regionalisme dibentuk berdasarkan kalkulasi ideologi dan keamanan sebagaimana
yang terlihat di Eropa sebelum runtuhnya tembok Berlin. Sedangkan regionalisme
baru terbentuk berdasarkan struktur interaksi yang lebih bersifat multipolar.
Regionalisme dianggap penting karena merupakan wadah paling tepat dan
paling mungkin untuk menerima perubahan dan mengintensifkan resistensi dari
24
Nuraeni S, Deasy Silva, Arifin Sudirman.2010. Regionalisme dalam Hubungan Internasional.Yogyakarya:Pustaka Pelajar. Hal 21
tekanan kompetisi kapitalisme global. Menurut perspektif realis, ketidaksetaraan
kekuatan (unequal power) dapat menciptakan logika yang tidak mendukung pasar
kapitalis, oleh karena itu regionalisme digunakan untuk menciptakan kesetaraan
kekuasaan. Sedangkan perspektif kontra-realisme menyatakan bahwa
regionalisme merupakan sarana untuk memahami kondisi sosial-ekonomi yang
berubah yang akan mengubah karakter, lingkup, dan arena kompetisi kekuasaan.
Bagi negara yang cenderung berada dalam posisi lemah dalam organisasi
regional, Hurrell menjelaskan fungsi regionalisme adalah sebagai institusi
pembentuk peraturan dan prosedur. Selain itu, institusi tersebut juga membuka
“voice opportunities” atau kesempatan dan hak yang sama dalam berpendapat,
membuka peluang membentuk koalisi yang lebih kuat, dan membuka wadah
politis untuk membangun koalisi baru. Sedangkan bagi negara yang relatif kuat,
regionalisme berfungsi sebagai tempat untuk menjalankan strategi, tempat untuk
mewadahi hegemoni, dan tempat untuk melegitimasi power.25
Konsep
regionalisme bisa dibedah dalam lima kategori, yaitu:26
1. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pertumbuhan integrasi sosial di dalam suatu
kawasan dan proses interaksi sosial dan ekonomi secara tidak langsung. Ada
yang menyebutnya sebagai proses ekonomi yang berdampak kepada adanya
ketergantungan di antara negara-negara dalam suatu kawasan yang “given”.
Pemikir lama mengatakannya sebagai integrasi informal sedangkan pemikir
kontemporer mengatakannya sebagai “soft regionalism”. Kata kunci dari
25
Ibid. hal 48 26
Ibid. hal 6
regionalisasi adalah migrasi, pasar, jaringan sosial. Ketiga hal tersebut dapat
meningkatkan interaksi yang mengikat negara-negara dan membentuk
kawasan baru yang lintas batas.
2. Identitas dan kekhawatiran regional
Emmanuel Adler memberikan sebuah istilah “wewqqaacognitive
regions”. Menurutnya, kawasan itu seperti bangsa, merupakan komunitas yang
diimajinasikan yang mempunyai wilayah tertentu dan mengabaikan yang lain.
Jadi, ada persepsi tentang kepemilikan bersama terhadap sebuah komunitas
berdasarkan faktor internal yaitu kesamaan budaya, sejarah, atau tradisi
relijius dan faktor eksternal karena menganggap ada ancaman keamanan yang
sama atau budaya dari luar kawasan.
3. Kerjasama antarnegara dalam satu kawasan
Aktivitas regionalisme antara lain mencakup negosiasi dan konstruksi
kerjasama antarnegara atau antarpemerintahan atau rezim. Regionalisme bisa
dijadikan sebagai cara merespon tantangan eksternal, meningkatkan
kesejahteraan, menciptakan nilai-nilai bersama, dan menyelesaikan masalah
bersama.
4. Integrasi regional yang dipromosikan oleh Negara
Peter Smith memberikan beberapa dimensi untuk menggambarkan
integrasi regional ekonomi, yaitu scope (isu), depth (harmonisasi kebijakan),
institusionalisasi, dan sentralisasi (otoritas efektif). Pada awalnya, integrasi
berkonsentrasi pada eliminasi penghambat perdagangan dan pembentukan
kemudahan mobilisasi barang, jasa, modal, dan manusia.
5. Kohesi regional
Kohesi regional merupakan kemungkinan yang dapat terjadi apabila
keempat kategori sebelumnya bisa terpenuhi. Kohesi memiliki dua arti.
Pertama, ketika suatu kawasan memainkan peran penting dalam hubungannya
dengan negara atau dengan aktor lain. Kedua, ketika suatu kawasan
membentuk basis yang terorganisasi untuk mengambil kebijakan dalam setiap
isu.
Berdasarkan proses dalam politik global, Hurrell menganalisis
regionalisme berdasarkan level atau tingkat interaksinya, yaitu secara sistemik,
regionalisme dan interdependensi pada tingkat regional, dan teori pada level
domestik. Untuk menganalisis interaksi dalam ketiga level sitem tersebut,
digunakan dua teori, yaitu teori neo-realisme dan teori interdependensi struktural
dan globalisasi. Teori neo-realisme menekankan pada anarkisme sistem
internasional dan kompetisi power serta politik dalam mencapai kepentingan.
Berdasarkan perspektif ini, organisasi regional dipandang melalui kacamata politis
sebagai upaya untuk membentuk aliansi bersama untuk merespon tantangan
eksternal. Oleh karena penekanan perspektif ini pada politik dan power, maka
hegemoni menjadi penting.
Sedangkan teori interdependensi struktural dan globalisasi memandang
bahwa perubahan karakter dari sebuah sistem merupakan dampak dari perubahan
ekonomi dan teknologi, sekaligus globalisasi. Jadi, perspektif ini menekankan
pada perubahan sistem yang menyebabkan meningkatnya interdependensi antar
negara sehingga regionalisme perlu dibentuk untuk mendapatkan kepentingan
yang diinginkan. Selain itu, globalisasi ekonomi dan teknologi juga merupakan
katalis bagi terciptanya regionalisme.
Pada tingkat regional, digunakan analisis menggunakan teori neo-
fungsionalisme, neo-liberal institusionalisme, dan konstruktivisme. Kedua teori
pertama melihat regionalisme sebagai respon fungsional yang dilakukan oleh
negara untuk menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh adanya
interdependensi regional dan menekankan pada peran strategis institusi regional
dalam mengembangkan kepaduan regional. Sedangkan teori konstruktivisme
menekankan pada hubungan antara saling ketergantungan material dan
pemahaman bersama atas identitas dan komunitas dari suatu bentuk regionalisme
itu sendiri.27
Sedangkan, pada level domestik digunakan pendekatan regionalisme dan
koherensi negara, tipe rezim dan demokratisasi, serta teori konvergen. Ketiga teori
tersebut pada dasarnya menekankan pada cara-cara untuk mengartikulasikan dan
mengembangkan kepentingan nasional pada tingkat regional dengan tujuan untuk
memperbesar peluang tercapainya kepentingan tersebut. Peluang akan semakin
besar ketika kepentingan nasional tersebut dapat diperjuangkan menjadi
kepentingan regional. Dalam teori pada level domestik termasuk juga analisis
terhadap unsur-unsur dari dalam negara yang menjadi katalis terbentuknya
regionalisme, seperti demokratisasi dan pembentukan rezim.
27
Ibid. hal 57
C. Konsep Hegemoni
Gramsci memakai konsep hegemoni untuk menjabarakan dan menganalisa
bagaimana masyarakat masyarakat kapitalis moderen diorganisir. Teori Gramsci
tentang hegemoni merupakan perkembangan dari toeri Marx yang mengatakan
bahwa masyarakat membentuk negara, dan masyarakat dibentuk pula oleh cara
produksi yang didominan oleh hubungan-hubungan produksi yang ada
didalamnya. Dalam masyarakat berkelas seperti kapitalis, negara didominasi oleh
kaum borjuis. Dan hal ini, kemudian dikembangan oleh Gramsci bahwa dominasi
dalam masyarakat terjadi karena adanya hegemoni yang mampu mempertahankan
kekuasaan kaumn borjuis yang berarti kekuasaan dari kaum dominan. Maka,
hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagain klas
diktator. 28
Menurut Gramsci, hegemoni adalah upaya untuk mengakomodasi
perhatian idealis atas pentingnya gagasan dan kehendak dalam penciptaan
tindakan. Hal ini, berkait erat dengan solusi tindakan politisnya untuk melawan
hegemoni kapitalisme dengan terlebih dahulu melawan aparatus ideologinya.
Dengan demikian, formulasinya tentang hegemoni didukung oleh saarana
penekanan. Hegemoni sebagai superstruktur mempunyai pengaruh dalam
masyarakt sipil dalam melakukan perubahan sosial yang radikal.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenanagan yang didapat melalui
penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada beberapa cara yang dipakai
misalnya, melalui institusi yang ada dimasyarakat yang menentukan secara
28
Nezar Patria dan Andi Arief. 1999. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar . hal 18
langsung atau tidak langsung struktur-stukturkognitif dari masyarakat.29
Karena
itu, hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai
dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.
Teori hegemoni dibangun di atas preis pentingnya ide dan tidak
mencukupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Menurut
Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya harus
merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, lebih
dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Inilah
yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni” atau menguasai dengan
“kepemimpinan moral dan intelektual” secara konsensual. Dalam kontek ini,
Gramci secara berlawanan mendudukan hegemoni, sebagai satu bentuk supermasi
satu kelompok atau beberapa kelompok atas yang lainnya, dengan bentuk
supermasi lain yang ia namakan “dominasi” yaitu kekuasaan yang ditopang oleh
kekuatan fisik.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui
mekanisme konsensus (consenso) dari pada melalui penindasan terhadap kelas
sosial lain. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui yang ada di
masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-
struktur kognitif dari masyarakat iu. Itulah sebabnya hegemoni pada hakekatnya
adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika
sosial dalam kerangka yang dalam konteks tersebut, Gramsci lebih menekankan
pada aspek kultural (ideologis).
29
Ibid. hal 120
Sebuah Konsensus yang diterima oleh klas pekerja bagi Gramsci pada
dasarnya bersifat pasif. Kemunculan konsensus bukan karena klas yang
terhegemoni menganggap stuktur sosial yang ada itu sebagai keinginan mereka.
Hal tesebut, terjadi karena kekurangan basis konseptual yang membentuk
kesadaran yang memungkinkan mereka memahami realitas sosial secara efektif.
Dalam hal ini Gramsci menagtakan bahwa:
Bahwa dalam tatanan sosial yang tertatur harus ada dasar persetujuan
(substratum of agreement) yang kuat yang dapat melawan kekuatan-
kekuatan yang menghancurkan yang muncul dari perbedaan-perbedaan
kepentingan. Konsensus dalam arti ini berada dalam hubungan dengan
objek-objek tertentu, pribadi, kepercayaan, nilai-nilai, lembaga-lemabaga
maupun yang lain.30
Melalui konsep hegemoni, Gramsci beragumentasi bahwa kekuasaan agar
dapat bertahan, membutuhkan paling tidak dua perangkat kerja yaitu;31
Pertama,
adalah perangkat kerja yang mampu melakukan tindak kekerasan yang bersifat
memaksa atau dengan kata lain kekuasaan membutuhkan perangkat kerja yang
bernuansa law enforcemant. Perangkat kerja yang pertama ini biasanya dilakukan
ol`eh pranata negara (state) melalui lembaga-lembaga seperti hukum, militer,
polisi dan bahkan penjara.
Kedua, adalah perangkat kerja yang mampu membujuk masyarakat beserta
pranata-pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa melalui kehidupan
beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga keluarga. Perangkat kerja ini
biasanya dilakukan oleh pranata masyarakat sipil (civil society) melailui lembaga
lembaga masyarakat seperti LSM, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban
30
Ibid hal.126 31
Ibid hal. 48
paguyuban dan kelompok-kelompok kepentingan (interest groups). Kedua level
ini pada satu sisi berkaitan dengan fungsi hegemoni dimana kelompok dominan
menangani keseluruhan masyarakat dan disisi lain berkaitan dengan dominasi
langsung atau perintah yang dilaksanakan diseluruh negara dan pemerintahan
yuridis.
Kekuasaan hanya dicapai dengan mengandalkan kekuasaan memaksa,
hasil nyata yang berhasildicapai dinamakan “dominasi”. Stabilitas dan keamanan
memang tercapai, sementara gejolak perlawanan tidak terlihat karena rakyat
memang tidak berdaya. Namun hal ini tidak dapat berlangsung secara terus
menerus, sehingga para penguasa yang benar-benar sangat ingin melestarikan
kekuasaannya dengan menyadari keadaan ini akan melengkapi dominasi (bahkan
secara perlahan-lahan kalau perlu menggantikannya) dengan perangkat kerja yang
kedua, yang hasil akhirnya lebih dikenal dengan sebutan “hegemoni”. Dengan
demikian supermasi kelompok (penguasa) atau kelas sosial tampil dalam dua cara
yaitu dominasi atau penindasan dan kepemimpinan intelektual dan moral.
Pada struktur ekonomi, akar hegemoni berasal dari organisasi ekonomi.
Dalam hegemoni, aspek ekonomi harus didasarkan pada inti yang mentukan dari
kegiatan ekonomi, Gramsci menjelaskan hal ini melalui kutipan berikut:
fakta hegemoni mensyarakatkan kepentingan dan tendensi dari
kelompok-kelompok, dimana hegemoni-hegemoni akan dijalankan, dan
bahwa suatu keseimbangan kompromi tertentu harus terbentuk . dan
dengan kata lain kelompok yang memimpin harus mengorbankan
kerjasama (korporasi) ekonomi.
Konsep hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dirunut melalui
penjelasannya tentang basis dari supremasi kelas, di mana supremasi kelompok di
masyarakat menunjukkan eksistensinya melalui dua cara, yakni lewat dominasi
(dominance) dan kepemimpinan intelektual(direction). Kedua kelompok ini akan
terus-menerus saling menundukkan. Biasanya kelompok sosial yang satu
mendominasi kelompok-kelompok oposisi lewat berbagai cara. Di satu sisi,
kelompok-kelompok sosial yang dipimpin oleh para intelek akan berusaha
melawan dominasi rezim lewat mobilisasi kelompok kerabat, mahasiswa dan
stake holder basis masyarakat lainnya. Gramsci mengisyaratkan satu hegemoni
bisa hancur dan digantikan oleh kelompok sosial lainnya yang memiliki posisi
yang dominan, sehingga menghasilkan rezim baru (rulling elite).
Krisis ekonomi yang teradi dapat menciptakan kondisi dimana kaum
borjuis akan mengalami krisis hegemoni, diaman kaum borjuis berada pada posisi
yang telah mengakibatkan krisis tersebut, sehingga hal ini dapat mengakibatkan
munculnya kesadaran dari klas-klas bawah untuk melakukan revolusi.
Dari penjelasan hegemoni yang dijelaskna oleh Gramsci, signifikan
dengan adanya pengaruh besar yang terjadi Amerika Laitn oleh Amrika Serikat,
dimana, penerapan Washington Consensus menjadi salah satu bentuk peneapan
hegemoni Amerika Serikat di Amerika Latin. Seperti yang dijelaskna oleh
Gramsci bahwa salah satu jalan untuk menanakan hegemoni suatu negara adalah
melalui jalan konsensus.
Hegemoni merupakan dasar dari terjadinya dominasi, diamana hegemoni
akan lebih mempengaruhi ideologi. Dalam hal ini, ideologi sangat berpegaruh
dalam perumusan kebijakan suatu negara oleh sebab itu, dengan membentuk
hegemoni, Amerika Serikat akan lebih memegang kebijakan-kebijakan yang
dibentuk di Amerika Latin melalui aparatur negara. Dan oleh sebab itu, seperti
yang diakatakan oleh gramsci bahwa untuk melawan kapitalisme terlaebiih dahulu
adalah melawan aparatus negara.
Perlawanan yang dilakukan di Amerika Latin dengan mengubah
kebijakan-kebijakan yang ada di negara sebagai counter dari hegemoni. Karena
untuk melawan hegemoni bukan hanya dilakukan dengan tindak kekerasan tapi
dnegan perubahan ideologi. Dengan adanya perubahan kebijakan yang
bertentangan dengan ide-ide kapitalisme makan dominasi kaum borjuis pun dapat
digulirkan.