status pasien demam tifoid
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
1/36
1
BAB 1
STATUS PASIEN
ILMU KESEHATAN ANAK
I. IDENTITASNama Lengkap : An. Zikra Baehaki
TTL : Jakarta, 26 Mei 2010
Umur : 3 tahun
Kelamin : lakilaki.
Nama Ayah : Bpk Dedi.
Usia : 37 thn.
Pendidikan : D3
Nama Ibu : Ny. Naumi
Usia : 35 thn.
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Tanggal Berobat : 31 Juli 2013
II. ANAMNESIS (Alloanamnesis)KELUHAN UTAMA : Panas tinggi sejak 8 hari SMRS.
KELUHAN PENYAKIT SEKARANG :
Os panas tinggi sejak 8 hari MSRS. Panas tinggi timbul secara mendadak, suhu
mencapai 390c panas bersifat naik turun. Os semakin panas pada sore hari menjelang
malam. Pada saat panas di malam hari Os di sertai dengan menggigil dan mengigau.
Panas tidak di sertai dengan kejang. Os pada 6 hari yang lalu sudah dibawa ke dokter
tetapi tidak ada perubahan. Menurut ibu Os tidak pernah mimisan dan bintikbintik
merah di kulit. Pada hari pertama demam Os juga mengalami mual dan muntah 1 kali,
berisi air dan sisa makanan. Ibu Os mengeluh Os belum BAB semenjak 2 hari SMRS.
BAK seperti biasa. Os kadang kadang batuk dan sedikit sesak pada waktu panas
tinggi.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
2/36
2
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Riwayat demam typoid 1 tahun yang lalu.
RIWAYAT PENGOBATAN :
6 hari yang lalu sudah berobat ke dokter, meminum obatnya tetapi tidak ada
perubahan.
RIWAYAT KEBIASAAN MAKAN :
Os mendapatkn asi ekslusif. Di berikan makanan pendamping asi pada usia 6 bln.
Sebelum sakit pasien makan 3 porsi atau lebih, porsi cukup dan bervariasi. Kadang-
kadang pasien suka jajan makanan dan minuman di luar rumah,seperti burger
dan chiki-chikian. Namun, saat sakit nafsu makan pasien berkurang.
RIWAYAT KEHAMILAN :
Ibu Os ANC rutin ke bidan. Dan tidak ada keluhan atau sakit selama kehamilan .
RIWAYAT KELAHIRAN :
Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG :
Os tengkurap bolak balik 6 bulan.
Os merangkak pada usia 9 bulan.
Os berjalan dan berbicara 12 bulan.
RIWAYAT IMUNISASI :
1. Hepatitis 3 kali.2. BCG 1 kali.3. DPT 3 kali.4. Polio 4 kali.5. Campak 1 kali.
Kesan imunisasi dasar lengkap.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
3/36
3
III. PEMERIKSAAN FISIKA. KESAN UMUM : Tampak sakit sedanag
B. KESADARAN : Composmentis
C. TANDA VITAL1. Teknan Darah : 80/50 mmHg.2. Nadi : 110 kali/menit (tertur/tidak)3. Frekwensi pernafasan : 30 kali/menit (torakal/abdominal)4. Suhu : 37,6 0C
D. .STATUS GIZI1. Tinggi badan : 96 cm2. Berat badan : 13,5 kg3. Lingkar kepala : 48 cm4. Lingkar lengan atas : 12 cm5. Ukuran UUB : Sudah menutup.
6. Luas permukaan badan: (BB)/(TB)2 = (13,5)/(0,95)2 = 15
7. TB/Umur : TB/U= 96/95x100% = 101 %(Tinggi baik)
8. BB/Umur : BB/U= 13,5/16x100% = 84,3%(Gizi baik)
9. BB/TB : BB/TB= 13,5/16x100%=84,3%(Gizi kurang)
Kesimpulan status gizi : Gizi Baik
E. PEMERIKSAAN KHUSUS1. Kulit : Warna :
Turgor :
2. Kelenjar limfe : Tidak / terlihat pembeseran kelenjar getah bening.3. Kepala dan lehar :
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
4/36
4
a. Bentuk : Normocephal.b. Ubunubun besar : Sudah menutup.c. Rambut : Warna hitam pendek, distribusi merata, tidak mudah di cabut.d. Mata : Sklera taidak ikterik (-/-), konjungtiva tidak anemis (-/-), pupil
bulat isokor.
e. Telinga :tidak terdapat serumen (-/-), perdrahan (-/-).f. Hidung : deviasi septum (-), sekret (-/-).g. Mulut : bibir kering (+), lidah kotor di bagian tengah dan tepi
lidah hiperemis.
h. Gigi : gigi tidak berlubang.i. Phariynx : tidak terdapat tanda peradangan.
j. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.4. Thorax :
a. Paruparu :a. Inspeksi : Dada simetris, retraksi (-/-)
b. Palpasi : Bagian dada yang tertinggal (-/-), vocal fremitus kanandan kiri sama
c. Perkusi : sonor pada seluruh lapang parud. Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung :a. Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)
b. Palpasi : Ictus cordis teraba (+)c. Perkusi : Batas jantung setinggi ICS IVd. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, gallop (-), murmur (-)
5. Abdomen :a. Inspeksi : Perut datar, simetris
b. Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomogali (-)c. Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomend. Auskultasi : Bising usus (+) normal
6. Ekstremitas atas :a. Akral hangat
b. Edema (-/-)c. Paralisis (-/-)d. RCT < 2detik
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
5/36
5
7. Estremitas bawah :a. Akral hangat
b. Edema (-/-)c. Paralisis (-/-)d. RCT < 2detik
8. Genitalia : lakilaki tidk terdapat kelainan pada alat genitalia.9. Anus : tidak terdapat kelainan anus dari luar.
Tungakai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Kuat Kuat Kuat Kuat
Trofi Tdk terdapat
trofi
Tdk terdapat
trofi
Tdk terdapat
trofi
Tdk terdapat
trofi
Klonus Tdk terdapat
klonus
Tdk terdapat
klonus
Tdk terdapat
klonus
Tdk terdapat
klonus
Refleks fisiologis Baik Baik Baik Baik
Refleks patologis Negatif Negatif Negatif Negatif
M. sigh Negatif Negatif Negatif Negatif
Sensibilitas Positif Positif Positif Positif
IV. PEMERIKSAAN LABORAATORIUM ( 31 Juli 2013 )Hemoglobin 13,5 gr/% (normal)
Leukosit 6500 ul (normal)
Trombosit 347.000 (normal)
Hematokrit 34%
LED 25 mm/jam
Serologi/immunologi
S. typhi O (+) 1/320
S. paratyphi AO (-)
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
6/36
6
S. paratyphi BO (-)
S. paratyphi CO (-)
S. typhi H (-)
S. paratyphi AH (-)S. paratyphi BH (-)
S. paratyphi CH (-)
V. RESUMESeorang anak laki laki datang ke RS. Pondok Kopi dengan keluhan utama
demam tinggi timbul sejak 8 hari yang lalu. Demam hilang timbul dan meninggi
sewaktu sore menjelang malam. Terkadang disertai menggigil dan mengigau pada
malam hari. Pasien juga merasakan mual dan munta satu kali, muntah berisi air dan
sisa makanan. Pasien mengeluh belum BAB 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit.
Pada pemerksaan fisik : Tanda vital dalam batas normal. Pada pemerksaan
sistemik di dapatkan pada lidah terlihat kotor dan hiperemis di bagian tepi lidah. Pada
hasil laboratorium di dapatkan serologi salmonella typi O (+) 1/320.
VI. DIAGNOSIS KERJADemam Typhoid
VII. PENATALAKSANAANa. Tirah baring selama 2 minggu
b. Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat.c. Causal
Kloramfenikol 13,5 kg x 50 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis): 4 x 175 mg sehari
d. Simptomatis Paracetamol 13,5 kg x 10 mg/kgBB/kali: 3 x 135 mg (bila demam)
e. Metoclopramid 13,5 kg x 0,1 mg/kgBB/kali: 1,35mg (bila mual)
f. Gliseril Guaiakolat 100 mg x6 (tiap 4 jam)
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
7/36
7
VIII. ANJURAN PEMERIKSAANa. Daraah tepi perifer
b. Pereiksaan biakan salmonella.c. Kadar igM dan igG (typhidot)
IX. FOLLOWUPa. Tanggal 1 Agustus 2013
S : demam (+), mual (+), nyeri perut (+), batuk (+), pilek (-), BAB danBAK dalam batas normal.
O :Tanda vital :
Teknan Darah : 80/50 mmHg.
Nadi: 110 kali/menit (tertur/tidak)
Frekwensi pernafasan : 30 kali/menit (torakal/abdominal)
Suhu: 37,6 0C
Pemeriksaan fisik : Lidah kotor di bagian tengah dan tepi
lidah hiperemis.
A : Demam Typhoidb. Tanggal 2 Agustus 2013
S : demam (+), mual (-), nyeri perut (+), batuk (+), pilek (-), BAB danBAK dalam batas normal.
O :
Tanda vital :
Teknan Darah : 80/45 mmHg.
Nadi: 98 kali/menit (tertur/tidak)
Frekwensi pernafasan : 28 kali/menit (torakal/abdominal)
Suhu: 37,3 0C
Pemeriksaan fisik : Lidah kotor di bagian tengah dan tepi
lidah hiperemis.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
8/36
8
BAB II
PENDAHULUAN
Dema tifoid adalah suatu penykit infeksi sistemik bersifat akut
yangdisebabkan olehsalmonella typh.1 Sampai saat ini tifoid masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat serta keterkaitan erat dengan sanitasi yang buruk terutama di
negara berkembang. 2
Pada tahun 1813 Bretoneau melaporkan pertama kali tentang gambaran klinis
dan kelainan anatomi dari demam tifoid, sedangkan Cornwalls Hewett (1826)
melaporkan perubahan patologisnya2. Pada tahun 1829 Pierre Louis (Perancis)
mengeluarkan istilah mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti
typhus.1 Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata Yunani typhos yang
berarti asap/kabut.1 Terminologi ini di pakai pada penderita yang mengalami demam
disertai dengan kesadaran yang tergaggu.1 Baru pada tahun 1837 Willam Word
Gerhard dari Phila Delpia dapat membedakan typoid dengan typhus.1
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di indonesia yang cenderungg
meningkat pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan yang rendah.1 96%
khasus demam tifoid di sebabkan oleh salmonella typh, khaus demam tifoid terjadi
pada umur 5-19 tahun dan kejadian meningkat setelah umur 5 thun. Penykit demm
tifoid termsuk penykit menulat yang tercantum dlm UUD nomor 6 tahun 962 tentang
wabah .3
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
9/36
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi pda usu halus (terutama di daerah
illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran
pencernaan, dengan gangguan kesadaran.2 Penyakit ini ditandai dengan demam
berkepanjangan, dipotong dengan bakteriamia tanpa keterlibatan struktur endotel atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit mononuklear
dari hati, limpa,kelenjar limfe usus, dan Peyers patch.2
EPIDIMIOLOGI
Cara penyebaran tifoid ini sangat berbeda di negara maju dan negara
berkembang, insiden pada negara maju sangat menurun. Demam tifoid menjadi
penyakit endemis di Indonesia, dan 98% demam tifoid di sebabkan oleh salmonella
typhi dan sisanya di sebebkan olehsalmonella partypi. 90% kasus demam typhi pada
umur 3-19 tahun, kejadian meningkat pada umur 5 tahun.2
Diperkirakan setiap tahun msih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000
kematian diseluruh dunia. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk yang
pendapatannya rendah, terutama pada daerh Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika
Latin. Di negara berkembang diperkirkan angka kejadianya 540 per 100.000
penduduk. Meskipun angka kejadian tifoid turun dengan adanyaa pembaikan senitasi
pembuangan di berbagai negera berkembang. Di negara maju perkiraan angka
kejadian demam tifoid lebih rendh yakni 0,2-0,7 kasus per 100.000 penduduk.1
Angka kejadian demam tifoid di indonesia diiperkiraakan 350-810 per
100.000 penduduk pertahun, atau kurang lebih sekitar 600.000 1,5 juta kasus setiap
tahunnya. Diantara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus, demam
tifoidmenduduki urutan kedua setelah gastroenteritis. Di bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSCM sejak tahun 1992 1996 tercatat 550 kasus demam tifoid yang
dirawatdengan angka kematian antara 2,635,13%.3
Penyakit ini tidak tergantung iklim dan musim, penyakit ini sering merebak di
daerah yang kebersihannya kurang diperhatikan.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
10/36
10
ETIOLOGI
Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kumansalmonella typhi,
salmonella paratypi A, salmonella paratypi B, salmonela paratypi C. Padasalmonella
parathypi gejalanya lebih ringan di bandingkn dengansalmonella typhi. Pada minggu
pertama saki t, demam ti foid sangat suk ar dibedakan dengan penyaki t
demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan
biakan kuman untuk konfirmasi.1
Salmonella typhi termasuk bakteri familli Demam tifoid disebabkan oleh
Salmonella typhi .Salmonella termasuk family Enterobakteriaceae dari genus
Salmonella. Kuman berbentuk batang, Gram (-), anaerob fakultatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, berkapsul, tumbuh baik pada suhu optimal 370C dan
hidup subur pada media yang mengandung empedu. Kuman ini mati pada pemanasan
suhu 54,40C selama 1 jam dan 60% selama 15 menit serta tahan terhadap pembekuan
dalam jangka lama, Salmonella mempunyai karakteristik fermentasi terhadap glukosa
dan manosa namun tidak terhadap laktosa dan sukrosa.4
Kuman ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen,yaitu:
a. Antigen O (somatic, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida)b. Antigen H (Flagel)c. Antigen Vi (Virulensi)
Dalam serum penderita terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.Etiologi lainnya adalah Salmonella paratyphi A, B, C.4
PATOFISIOLOGI
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti
organisme, yaitu:
1. Penempelan dan invasi sel sel Mpeyers patch,2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag peyers patch,
nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem
retikuloendotelial.
3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah.4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus
dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
11/36
11
Sebenarnya tubuh mempunyai mekanisme pertahanan untuk melawan dan
membunuh kuman yang masuk yaitu dengan adanya:
1. Mekanisme pertahanan nonspesifik disaluran pencernaan, baik secara kimiawimaupun fisik.
2. Mekanisme pertahanan spesifik yaitu kekebalan tubuh humoral dan seluler.4Jalur Masuknya Bakteri ke Dalam tubuh
Kuman Salmonella typhi masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman
yang tercemar ke dalam tubuh melalui mulut.Setelah kuman sampai di lambung maka
mula-mula timbul usaha pertahanan non spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya
suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkan.1
Kurang lebih ada dua faktor yang dapat menentukan apakah kuman dapat
melewati barrier asam lambung, yaitu:
1. Jumlah asam lambung yang masuk2. Kondisi asam lambung.1
Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan sekurang-kuraangnya 105109
yang tertelan melalui makanan dan minuman. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaaan-keadaan seperti
aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2,
Inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
bakteri. Sebagian kuman yang masuk ke lambung akan dimusnahkan oleh asam
lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus yaitu kuman yang memiliki pertahanan
lokal berupa motilitas dan flora normal usus kuman berusaha menghanyutkan kuman
dengan usaha pertahanan tubuh nonspesifik yaitu oleh kekuatan peristaltik usus.1
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri
melekat pada sel sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus
dinding usus, tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang
melapisi peyers patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjer limfe mesenterika
bahkan ada yang melewati sirkulasi sitemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan
limfe.1
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
12/36
12
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi), yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk
kedalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ
manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh Salmonella typhi adalah hati, limpa,
sumsum tulang, kandung empedu dan peyer patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran
retrograd dari empedu. Eksresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding
usus atau dikeluarkan melalui tinja.1
Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasannya lebih ringan jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Masa tunas 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi melalui makanan, bisa sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman.1
Pada minggu pertama sakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi
pada umumnya yaitu:1
a. Demamb. Nyeri kepalac. Nyeri ototd. Anoreksiae. Mualf. Muntahg. Obstipasih. Perasaan tidak enak diperuti. Batuk-batuk
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
13/36
13
Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas, berupa:1
a. Demamb. Bradikardi relatifc. Lidah yang khas (kotor ditengah dan tepi,ujung merah,lidah tremor)d. Hepatomegalie. Splenomegalif. Meteorismusg. Gangguan mental atau kesadaran
Dari literatur lain diperjelas lagi bahwa selama masa inkubasi dapat ditemukan
gejala prodromal yaitu:4
a. Perasaan tidak enak badanb. Lesuc. Nyeri kepalad. Pusinge. Tidak bersemangat
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
Demam
Pada kasus-kasus yang khas, Demam berlangsung 3 minggu bersifat remiten.
Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.Pada minggu
kedua penderita terus dalam keadaan demam, dalam minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur turun dan kembali normal kembali pada akhir minggu ketiga.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
14/36
14
Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah ditutupi selaput kotor (coated tongue) ujung dan tepinya kemerahan,
jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan perut kembung
(meteorismus), hati dan limpa membesar (hepatomegali dan spleenomegali) disertai
nyeri pada perabaan, biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin juga normal
bahkan dapat terjadi diare.4
Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu
apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.Disamping gejala-
gejala yang biasa ditemukan tersebut mungkin juga dapat ditemukan gejala lain. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu (bercak mukopapuler)
bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan
pada minggu pertama demam, ukuran 16 mm ditemukan 40 % - 80 % penderita dan
berlangsung singkat ( 2 3 hari ). Jika tidak ada komplikasi dalam 2 4 minggu,
gejala dan tanda klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap 1 2 bulan.
Kadang-kadang ditemukan bradikardi pada anak besar dan mungkin pula ditemukanepistaksis.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
15/36
15
Langkah Diagnosis
Anamnesis
Keluhan:
a. Demamb. Nyeri kepala (frontal)c. Kurang enak diperutd. Nyeri tulang, persendian dan otote. Konstipasi, Obstipasif. Mual,Muntah
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteri yang
mengakibatkan gejala toksik umum, seperti letargi, sakit kepala, demam dan
bradikardi. Demam ini khas karena gejala peningkatan suhu setiap hari seperti naik
tangga sampai dengan suhu 400C atau 410C, yang dikaitkan dengan nyeri kepala,
malaise dan menggigil. Ciri utama demam tifoid adalah demam menetap yang
persisten ( 4 sampai 8 minggu pada pasien yang tidak diobati ).1
Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikuloendotelial,
misalnya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri perut. Kelompok gejala
lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di usus dengan penyulitnya. Masa
tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada kasus ringan dan
sedang, penyakit biasannya berlangsung 4 minggu. Timbulnya berangsur, mulai
dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh badan, letargi dan
demam.1
Pada minggu pertama terdapat demam remitten yang berangsur makin tinggi
dan hampir selalu disertai nyeri kepala. Biasanya terdapat batuk kering dan tidak
jarang di temukan epistaksis. Hampir selalu ada rasa tidak enak atau nyeri pada perut.
Konstipasi sering ada, namun diare juga ditemukan.4
Pada minggu kedua, demam umumnya tetap tinggi (demam kontinu) danpenderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
16/36
16
pencernaan. Diare dapat mulai, kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan
berat ini berlangsung sampai dengan minggu ketiga. Selain letargi, penderita
mengalami delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia.4
Pada minggu ketiga tampak gejala fisik lain berupa bradikardi relatif limpa
membesar lunak. Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu
badan menurun dan keadaan umum tampak membaik. Tifus abdominalis dapat
kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang.kekambuhan ini dapat ringan
dapat juga berat, dan mungkin terjadi sampai dua atau tiga kali.4
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:4
a. Demam yang tinggib. Perut distensi disertai dengan nyeri tekan perutc. Bradikardi relatifd. Hepatosplenomegalie. Kelainan makulopapularberupa roseola (rose spot) dengan diameter 2 5 mm
terdapat pada kulit perut bagian atas dan dada bagian bawah. Rose spot tersebut
agak meninggi dan dapat menghilang jika ditekan.Kelainan yang berjumlah
kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama 2 4 hari pada minggu pertama>
Bintik merah muda juga dapat berubah menjadi perdarahan kecil yang tidak
mudah menghilang yang sulit dilihat pada pasien berkulit gelap (jarang ditemukan
pada orang Indonesia)
f. Jantung membesar dan melunakg. Bila sudah terjadiperforasi maka akan didapatkan tekanan sistolik yang menurun,
kesadaran menurun, suhu badan meningkat, nyeri perut dan defans muskuler
akibat rangsangan peritoneum.
h. Perdarahan usus sering muncul hipovolemik .Kadang ada pengeluaran melena ataudarah segar.
i. Bila telah adaperitonitis difusa akibat perforasi usus, perut tampak distensi, bisingusus hilang,pekak hati hilangdanperkusi daerah hati menjadi timpani. Selain itu,
pada colok dubur terasa sfinger yang lemah dan ampulanya kosong. Penderita
biasannya mengeluh nyeri perut, muntah dan kurva suhu denyut nadimenunjukkan tanda salib maut.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
17/36
17
j. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya udara bebas di bawah diafragma,sering disertai gambaran ileus paralitik.4
Pemeriksaan Laboratorium
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat diagnosis Observasi tifus
abdominalis. Untuk memastikan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan:
Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosa
a. Pemeriksaan darah tepiTerdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Pada
permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. Pemeriksaandarah tepi ini sederhana, mudah dikerjakan di laboratorium yang sederhana akan
tetapi sangat berguna untuk membantu diagnosis yang tepat.4
b. Pemeriksaan sumsum tulangDapat digunakan untuk menyokong diagnosa, pemeriksaan ini tidak termasuk
pemeriksaan rutin sederhana. Terdapat sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan
adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoeisis, granulopoeisis dan
trombopoiesis berkurang.4
Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
Biakan empedu untuk menemukan Salmonella typhosa dan pemeriksaan widal
adalah pemeriksaan yang dapat dipakai untuk membuat diagnosis tifus abdominalis
yang pasti. Kedua pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya.
a. Biakan EmpeduSalmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita biakan dalam
minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses,
mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, pemeriksaan
yang positif dari contoh darah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis,
sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturut-turut
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
18/36
18
digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak
menjadi pembawa kuman (karier).4
Biakan Darah
Seringkali positif pada awal penyakit sedangkan biakan urin dan tinja positif
setelah terjadi septikemia sekunder. Biakan sumsum tulang dan kelenjer limfe atau
jaringan retikuloendotelial lainnya.sering masih positif setelah darah steril.1
Biakan darah positif ditemukan pada 70% - 80% penderita pada minggu
pertama sakit, sedangkan pada akhir minggu ketiga, biakan darah positif hanya pada
10 penderita. Setelah minggu keempat penyakit sangat jarang kuman ditemukan
dalam darah. Bila terjadi relaps maka biakan darah akan positif kembali.1
Pada penelitian mendeteksi DNA kuman Salmonell typhi dalam darah dengan
teknik hibridisasi asam nukleat dan metode penggandaan DNA dengan polymerase
chain reaction (PRC). Cara ini dilaporkan dapat mengidentifikasi kuman dalam
jumlah yang amat sedikit.1
Identifikasi kuman melalui Uji Serologi
Pemeriksaan Widal
Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif
ialah bila terjadi reaksi aglutinasi.yang bertujuan untuk menentukan adanya antibodi,
yaitu agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita tifoid. Dengan jalan
mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan yaitu pengenceran
tertinggi yang dapat menimbulkan reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang
diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O.Titer yang bernilai 1/200 atau lebih
atau menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosa. Titer
terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis, karena dapat tetap tinggi setelah
mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. Tidak selalu pemeriksaan
widal positif walaupun penderita sungguh-sungguh menderita tifus abdominalis
sebagaimana terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal dunia.1
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
19/36
19
Sebaliknya titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:
a. Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, Karenainfeksi basil Coli patogen dalam usus.
b. Pada Neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui talipusat
c. Terdapat infeksi silang dengan ricketsia.d. Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya kuman peroral atau
pada keadaan infeksi subklinis.2
Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap salmonella typhi akan positif
dalam serum pada:
a. Pasien demam tifoidb. Orang yang pernah tertular Salmonella.c. Orang yang pernah di vaksinasi terhadap demam tifoid.4
Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, maka didalam tubuh pasien membuat
antibodi (aglutinin), yaitu:
Aglutinin O
Aglutinin O adalah antibody yang dibuat karena rangsangan dari antigen O
yang berasal dari tubuh kuman.4
Aglutinin H
Aglutinin H adalah antibodi yang dibuat karena rangsangan dari antigen H
yang berasal dari flagella kuman.4
Aglutinin Vi
Aglutinin Vi adalah antibody yang dibuat karena rangsangan dari antigen Vi
yang berasal dari simpai kuman.4
Dari ketiga aglutinin diatas, hanya aglutinin O dan aglutinin H yang
ditentukan titernya untuk menegakkan diagnosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi uji Widal, yaitu:
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
20/36
20
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien
1. Keadaan umum pasien2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit3. Pengobatan dini dengan antibiotik4. Penyakit-penyakit tertentu5. Obat-obat imunosupresif atau kortikosteroid6. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya.1
Faktor-faktor yang berhubungan dengan teknis
a. Aglutinasi silangb. Konsentrasi suspensi antigenc. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.1Interpretasi uji Widal, yaitu:
1. Makin tinggi titernya, maka makin besar kemungkinan pasien menderitademam tifoid
2. Tidak ada konsensus mengenai tingginya titer uji Widal yang mempunyai nilaidiagnostik pasti untuk demam tifoid
3. Uji Widal positif atau negatif dengan titer rendah tidak menyingkirkandiagnosis demam tifoid.
4. Uji Widal positif dapat disebabkan oleh septicemia karena Salmonella lain.5. Uji Widal bukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kesembuhan
pasien, karena pada seseorang yang telah sembuh dari demam tifoid, aglutinin
akan tetap berada dalam darah untuk waktu yang lama.
6. Uji Widal tidak dapat menentukan spesies Salmonella sebagai penyebabdemam tifoid, karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen
O dan H yang sama, sehingga dapat menimbulkan reaksi aglutinasi yang sama
pula.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
21/36
21
Tubex TF
Tes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang
berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.4
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX ini,
beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.
Penelitian oleh Lim dkk (2002)
mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. Penelitian lain
mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%.9 Tes ini dapat
menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin
karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.
Interpretasi tes Tubex TF:
Scoring 2 : (-)
Scoring 3 : (Borderline, ulangi pemeriksaan 35 hari kemudian)Scoring 45 : (+) Lemah
Scoring 610 : (+) Kuat, indikasi mutlak4
Metode enzyme immunoassay (EIA)
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM
dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan
fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG
menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis
dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi
peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus
akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M yang merupakan modifikasi
dari metode Typhidot telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga
menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen
terhadap Ig M spesifik.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
22/36
22
Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid
bahwa spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai
prediksi positif sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%. Sedangkan
penelitian oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam tifoid
mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan efisiensi
uji sebesar 84%.Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan spesifisitas
sebesar 89%.4
Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non tifoid
bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji
Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna
tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.2,8 Dikatakan bahwa Typhidot-Mini dapat
menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk mendapatkan
diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.4
Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang
dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran
nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan
secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum
tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran
lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6
bulan bila disimpan pada suhu 4C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3 jam
setelah penerimaan serum pasien.
Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak
antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen
flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering
dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah
double antibody sandwich ELISA. Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas
uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel
sumsum tulang. Pada penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uji ELISA
pada sampel urine didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95%
pada pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%.
Penelitian oleh Fadeel dkk (2004)
terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
23/36
23
100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi antigen O9 dan
antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih memerlukan penelitian
lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada
minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai
positif juga pada kasus dengan Brucellosis.2
Pemeriksaan dipstik.
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana
dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan
menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita
pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol.
Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan
alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas
laboratorium yang lengkap.1
Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar
69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila dibandingkan
dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif
sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30 penderita demam
tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan spesifisitas sebesar 96%.
Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata sensitivitas sebesar 65.3% yang
makin meningkat pada pemeriksaan serial yang menunjukkan adanya serokonversi
pada penderita demam tifoid Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan
dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang
menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana
penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara
luas. 4
Diagnosis Pasti
Bila ditemukan kuman Salmonella typhi dari darah, urin, tinja, dan sumsum
tulang belakang, cairan duodenum, atau rose spots. Berkaitan dengan pathogenesis
maka kuman lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang diawal
penyakit, Sedangkan pada stadium berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan
positif memastikan demam tifoid, namun hasil yang negatif tidak menyingkirkan
demam tifoid, karena hasilnya bergantung pada beberapa faktor, seperti:
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
24/36
24
1. Jumlah darah yang diambil2. Perbandingan volume darah dan media empedu3. Waktu pengambilan darah
Menurut Watson jumlah rata-rata kuman 7,6 per ml darah, walaupun penderita
dalam keadaan bakterimia, sehingga untuk biakan diperlukan 5 10 ml darah. Untuk
menetralisir efek bakterisidal oleh antibodi atau komplemen yang dapat menghambat
pertumbuhan kuman, maka darah harus diencerkan 5 - 10 kali, waktu pengambilan
darah yang paling baik ialah saat demam tinggi atau sebelum pemakaian antibiotik.
Karena setelah pemberian antibiotik kuman sudah sukar ditemukan dalam darah.4
Penyulit (Komplikasi)
Relaps, febris timbul kembali setelah 10 hari afebris atau setelah 3 minggu
diberikan terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan
setelah beberapa bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak
adekuat (Manson-Bahr), limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari impending
relaps. Insidensi 10% - 20%.4
Patogenesa :
Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain yang
bermanifestasi, sedang strain yang lainnya bersembunyi, waktu relaps disebabkan
oleh kuman yang tersembunyi.4
Chloramfenikol menghambat atau memperlambat pembentukkan antibodi,
sehingga memudahkan relaps tapi justru relaps pada titer antibodi yang tinggi hal ini
dibuktikan dengan titer widal, yaitu penularan bukan oleh karena kekebalan.
Salmonella typhi istirahat dalam sel dan baru aktif pada saat sel tubuh tersebut mati.
Perdarahan usus, biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan
penyakit. Dapat berupa perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi
yang masif. Yang ditandai dengan :Penurunan suhu mendadak.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
25/36
25
Tanda-tanda shock.
Tensi turun mendadak sampai dibawah normal. Nadi cepat dan kecil. Sianosis. Tachypnoe. Kulit dingin dan lembab. Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.4Perforasi usus, biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya
terjadi di daerah sekitar 60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita
dapatkan adalah:
KU buruk. Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat. Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut. Muntah-muntah. Suhu tiba-tiba turun. Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal. Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah
kanan (pada lokasi ileum).
Pekak hati menghilang. Perkusi menjadi tympani. Bising usus menurun sampai hilang.4
Foto RO BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama dibawah
diafragma. Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan pengumpulan exudat.Miokarditis, keluhan klinis terjadi pada minggu ke II sampai minggu ke III, berupa :
Takikardia. Nadi kecil dan lemah. Bunyi jantung redup. Gallop rhythm. Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejala
dekompresi lain. 4
http://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htm -
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
26/36
26
Cholecystitis
Thypoid toxic, secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari
disorientasi, kebingungan, delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa
munculnya gejala neurologis : afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-
lainnya. Thypoid toxic dapat dibagi menjadi : 4
Meningocerebral
Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak sadar. Selalu ada kaku kuduk. Tanda kernig dapat positif atau negatif. Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR. Liquor cerebro spinal normal. Prognosa: dapat sembuh sempurna.4
Encephalitis diffus
Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran. Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut negatif. Rangsang meningen negatif. Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.4
Encephalitis akut
Tiba-tiba hiperpireksia. Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset. Bisa timbul kejang ulang. Prognosa : buruk.4
Meningitis akut
Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan. Electro encephalograph : gambaran encephalopati. Bisa terjadi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan
seseorang.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
27/36
27
Dapat dikaitkan pula dengan kepribadian seseorang, orang yang gampanghisteris, akan lebih gampang jatuh ke dalam toxic typhoid.
Pasien dalam keadaan delirium / bicara ngaco / berteriak-teriak danmengalami agitasi.
Terdapat gerakan-gerakan seperti menarik-narik seprei.4Hepatitis typhosa, Pneumotyphoid, Pankreatitis typhosa
Carrier typhosa, setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan
masih tetap positif (pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).1
Diagnosis Banding
Bila terdapat demam lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang dapat
menerangkan demam itu belum jelas, perlulah dipertimbangkan pula penyakit selain
tifus abdominalis, yaitu penyakit sebagai berikut:
Paratifoid A,B,C Influenza Malaria Tuberkulosis Dengue
Salmoneilosis Pneumonia lobaris. 4
Penatalaksanaan
Terapi secara umum (Non medikamentosa)
Perawatan :
Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi sebaiknya sampai
akhir minggu ke III oleh karena bahaya perdarahan dan perforasi.1
Tuj uannya untuk:
Mempercepat penyembuhan. Mencegah perforasi usus.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
28/36
28
Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan peristaltik meningkat,dengan peningkatan peristaltik maka akan terjadi peningkatan dari aktifitas
pembuluh darah, hal ini akan meningkatkan kadar toksin yang masuk ke
dalam darah, dapat menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.
Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 hari bebas demam.1Dietetik :
Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit. Mudah dicerna dan halus. Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.
Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien yang demam
tanpa komplikasi.Typhoid diet II : Bubur saring.Typhoid diet III : Bubur biasa.
Typhoid diet IV : Nasi tim.4
Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini, rendah serat/rendahselulosa.
Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari bebas demam menjadiTD III, sampai 3 hari kemudian dapat diganti kembali menjadi TD IV.
Harus diberikan rendah serat karena pada typoid abdominalis ada luka diileum terminale bila banyak selulosa maka akan menyebabkan peningkatan
kerja usus, hal ini menyebabkan luka makin hebat.
Medika mentosa:
Antibiotik Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x 500 mg/hari
selama 7 hari afebris atau sampai 1 minggu bebas demam.
Kontra indikasi :
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil trisemester 3. Grey baby syndrome. Partus premature. Kematian intrauterine (IUFD).
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
29/36
29
Jangan berikan pada pasien yang leukositnya kurang dari 2000. Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol resisten) bila dalam 10 hari
pemberian pasien tetap demam, gunakan antibiotik yang lain.
Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari sampai 7 hariafebris.RSHS2 x 3 tablet.
Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu sama denganchloramfenicol.
Tidak terjadi krisis toksik. Gejala lebih cepat hilang. Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan delirium. Lebih unggul dalam mencegah relaps. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah trombositopenia, untuk
menghindarkannya kita berikan asam folic.
Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15 hari (RSHS) Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan untuk karier.
Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk ukuranbesar)/hari.Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu
Golongan Quinolon.
Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu, untuk menanggulangikarier, karena pasien dapat menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usia kurang dari 15 tahun,karena bisa menyebabkan penutupan epifise tulang lebih cepat.
Keuntungan dari Quinolon:
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
30/36
30
Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih pendek.
Bersifat bakterisida. Hati-hati akan terjadi reaksi harxheimer reaction yang merupakan reaksi
yang hebat dari pemberian awal dari antibiotic pada perderita typhoid, oleh
karena dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah besar, antigen dari
kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik syok, dimana pasien dapat jatuh
kedalam keadaan komatous).4
Simptomatik:
Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol) angan menggunakan asam salisilat, karena bisa menyebabkan
hiperhidrosis.
Jangan pada penderita hepatitis. Dapat merangsang mukosa usus. Efek anti piretik dapat berlebihan. Menghambat efek dari chloramfenicol. Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang air besar. Hati-hati perdarahan dan perforasi. Muntah-muntah.4
Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg atau 3 x 10 mg.
1. Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg2. Diare3. Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x 2 tab4. Meteorismus5. Intake diganti dengan parenteral6. Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam. 1
Supportif
Kortikosteroid Hanya dianjurkan untuk penderita dengan toksemia berat dan hiperpireksi
berat.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
31/36
31
Tidak boleh dipergunakan secara rutin. Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila ada perdarahan kita
tidak tahu dari penyakit atau dari kortikosteroid.
Memperpendek deman dan gejala cepat hilang. Menghambat pembentukkan immunitas sehingga mudah untuk relaps.
Dosis:
Hari ke I : - Hidrokortison 200 mg im- Prednison 3 x 15 mg Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg
Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg. Roborantia Vitamin B dan vitamin C. Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan medikamentosa kita
lakukan cholecystectomy.4
Perforasi usus. Cito operasi Persiapan :
Puasakan pasien. Infus dengan Ringer Lactat. Berikan Antibiotika dosis tinggi. Gunakangastric suction untuk kompresi.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
32/36
32
PROGNOSIS
Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:Umur. Keadaan umum sebelum pembedahan. Diagnosa yang lambat (>24 jam).
Terdapat sepsis intraperitoneal. Perforasi ulang atau penyulit lainnya.
Toxic typhoid
Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk pemberian nutrisi : Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I. Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II yang telah diblender dahulu. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila sudah
membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet selama 2 minggu.
Kortikosteroid Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau dextran 5% atau Ringer
Lactat.
1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan. 8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV. 30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan selanjutnya diberikan 1
mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul kalmethasone = 4 ml) dalam waktu 2 hari.
Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III karena bisa merangsang gastermenambah bahaya terjadinya perforasi.
Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena pada minggu ke I pasti olehkortikosteroid, sedangkan pada minggu ke II atau ke III, kita tidak tahu penyebab dari
melena karena bisa dari perforasi atau karena obat.
Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp = 200 mg) larutkan dalamdextrose 5% dengan kecepatan 8 tetes permenit sampai shock teratasi ganti dengan
Dextran saja 10 tetes per menit.
Prognosa, sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi bilaterdapat gangguan SSP.4
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
33/36
33
Keberhasilan Terapi
Pengobatan terhadap demam tifoid akan berhasil baik bila penegakan
diagnosis dilakukan dengan tepat. Pengobatan demam tifoid adalah gabungan antara
pemberian antibiotik yang sesuai, perawatan penunjang termasuk pemantauan,
pemberian cairan serta pengenalan dini terhadap komplikasi.4
Terapi tifoid toksik:
Penderita diawasi intensif Diberikan antibiotik parenteral kombinasi dua macam antibiotic Diberikan kortikosteroid seperti deksametason bolus 3 mg/kgBB IV selama 30
menit, dilanjutkan pemberian 6 jam kemudian 1-3 mg/kgBB selanjutnya setiap 6
jam selama 2 hari.4
Resistensi Antibiotik
Masalah resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhi telah dilaporkan 50-
70% kasus demam tifoid Apabila Salmonella typhi telah resisten terhadap dua atau
lebih antibiotic yang dipergunakan untuk pengobatan demam tifoid secara
konvensional yaitu ampisilin, Kloramfenikol, kotrimoksazol. Adanya resistensiterhadap Salmonella typhi maka diperlukan antibiotik yang poten. Pada kasus demam
tifoid yang tidak tampak perbaikan setelah pengobatan maka sefiksim merupakan
pilihan pertama.4
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di Negara maju, dengan terapi
antibiotic yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di Negara berkembang, angka
mortalitasnya > 10%, biasannya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan
pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan
hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.4
Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S.ser.typhi
3 bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier padaanak-anak rendak dan meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
34/36
34
seluruh pasien demam tifoid. Insidens penyakit traktus biliaris lebih tinggi pada karier
kronis dibandingkan dengan populasi umum.Walaupun karier urin kronis juga dapat
terjadi, hal ini jarang dan dijumpai terutama pada individu dengan skistosomiasis.4
Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella typhi,
maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Salmonella typhi didalam air mati apabila dipanasi setinggi 570 C
untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.1
Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara
merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu
Negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.
Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.1
Vaksin Demam Tifoid
Saat sekarang dikenal tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu
yang berisi:
Kuman yang dimatikan Kuman hidup Komponen Vi dari Salmonella typhiVaksin yang berisi kuman Salmonell typhi, Salmonella paratyphi A,
Salmonella paratyphi B yang dimatikan (TAB vaccine) telah puluhan tahun
digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan; namun vaksin ini hanya
memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping lokal pada
tempat suntikan yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup
yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan peroral tiga kali dengan interval pemberian
selang sehari, member daya perlindungan 6 tahun. Vaksi Ty-21a diberikan pada anak
berumur diatas 2 tahun. Pada penelitian dilapangan didapat hasil efikasi proteksi yang
berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit. Vaksin yang berisi komponen
Vi dari Salmonella typhi diberikan secara suntikan intramuskular memberikan
perlindungan 60-70% selama 3 tahun.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
35/36
35
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatifSalmonella typhi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan
dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua
penampakan klinis.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun,sakit perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik
hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore
dan malam hari.
Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi
terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-
pecah /terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan
tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung.
Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur
pasif, acuh tak acuh (apatis) sampai berat (delirium, koma).
2 Saran
Agar laporan ini berguna bagi penulis dan pembaca. Laporan ini sebaiknya
jangan dibaca saja. Tapi, disarankan untuk membaca, menelaah dan
mengaplikasikannya ke pasien. Sehingga tugas ini tidak sia-sia dikerjakan begitu aja.
-
7/22/2019 Status Pasien demam tifoid
36/36
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anakinfeksidan penyakit tropis., ed 3. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia,2012: h.338-52
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anakinfeksidan penyakit tropis., ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia,2008: h.367-75
3. Pusponegoro HD, dkk. Standar pelayanan medis kesehatan anak, ed 1. Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004: h.91-4
4. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbookof pediatrics, 18 Th ed. Philadelphia, 2007: p.1186-1190.