skripsi pengaruh distraksi menonton animasi kartun ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full...

121
SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT STRES HOSPITALISASI PADA ANAK SAAT DILAKUKAN INJEKSI BOLUS (Studi di Paviliun Seruni RSUD Jombang) Disusun Oleh: DESSY EKAWATI 13.321.0013 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017 i

Upload: others

Post on 13-Jul-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

SKRIPSI

PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

STRES HOSPITALISASI PADA ANAK SAAT DILAKUKAN INJEKSI BOLUS

(Studi di Paviliun Seruni RSUD Jombang)

Disusun Oleh:

DESSY EKAWATI 13.321.0013

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG 2017

i

Page 2: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

STRES HOSPITALISASI PADA ANAK SAAT DILAKUKAN INJEKSI BOLUS

(Studi di Paviliun Seruni RSUD Jombang)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1

Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

DESSY EKAWATI

13.321.0013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG 2017

ii

Page 3: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

iii

Page 4: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

iv

Page 5: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

v

Page 6: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang, 17 Desember 1994. Penulis merupakan anak

pertama dari empat bersaudara dan merupakan anak dari pasangan Bapak Baderi

dan Ibu Muni’ah.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SDN Mancar 01 Peterongan, Jombang,

pada tahun 2010 penulis lulus dari SMPN 2 Jombang, pada tahun 2013 penulis

lulus dari SMAN 01 Mojoagung , pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk

STIKes “Insan Cendekima Medika” Jombang melalui PMDK. Penulis memilih

program studi S1 Keperawatan di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

Jombang, Mei 2017

DESSY EKAWATI 13.321.0013

vi

Page 7: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

MOTTO

“Bagaimanapun keadaan kita, sedih, bahagia, waktu tidak pernah berhenti untuk menunggu. Waktu tetap berjalan. “

vii

Page 8: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan akan kehadirat Allah SWT atas rahmat

serta hidayah-Nya yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai sesuai dengan yang dijadwalkan. Dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan.

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya (Bapak Baderi dan Ibu Muni’ah) yang tak henti

mencurahkan do’a serta kasih sayang yang tak terhingga. Dengan semangat

dan dukungan yang tiada hentinya , baik secara moril maupun materi.

Hanya do’a dan prestasi yang dapat saya berikan. Terima kasih ayah dan ibu

atas do’a dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

2. Semua keluarga saya khususnya ketiga adik saya serta nenek saya yang

telah banyak memberi do’a , semangat serta dukungan demi kelancaran

kuliah saya.

3. Teman – teman Mahasiswa S1 – Keperawatan STIKes ICMe Jombang yang

selalu sabar mendengarkan keluh kesah saya dan memotivasi disetiap

langkah saya.

4. Kedua dosen pembimbing saya, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep.

serta Bapak Sumarsono, S.Si., M.MT yang telah membimbing saya dengan

sabar dan teliti dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga ilmu dan nasehat

yang beliau berdua berikan dapat bermanfaat.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen S1 Keperawatan terima kasih banyak atas

semua ilmu , nasehat serta motivasi yang telah diberikan dan semoga

bermanfaat.

6. Kepala ruangan dan seluruh perawat di Paviliun Seruni RSUD Jombang

yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitiandan membantu dalam

menyelesaikan penelitian ini.

viii

Page 9: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Distraksi Menonton Animasi Kartun Terhadap Tingkat Stres

Hospitalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi Bolus (Studi di Paviliun Seruni

RSUD Jombang)“ ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak H.Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku ketua STIKes ICMe

Jombang; Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns,.M.Kep. selaku Kaprodi S1

Keperawatan dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi

kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini; Bapak Sumarsono, S.Si.,

M.MTselaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta

pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini; Direktur RSUD Jombang yang telah

memberikan ijin penelitian serta kepala ruangan dan seluruh perawat Paviliun

Seruni yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data yang

diperlukan selama menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

Jombang, Mei 2017

Penulis

ix

Page 10: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

ABSTRAK

PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

STRES HOSPITALISASI PADA ANAK SAAT DILAKUKAN INJEKSI BOLUS (Studi di Paviliun Seruni RSUD Jombang)

Oleh :

Dessy Ekawati

Hospitalisasi bagi anak merupakan suatu tindakan yang akan membatasi

anak dengan dunia luar. Saat anak dalam masa perawatan sering didapatkan anak

menangis, terlihat gelisah, rewel dan bersikap tidak kooperatif. Anak sering

merasa ketakutan dan cemas karena bertemu dengan orang baru, lingkungan baru

serta tindakan medis maupun keperawatan yang diberikan pada anak. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh distraksi menonton animasi kartun

terhadap tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di

Paviliun Seruni RSUD Jombang. Desain penelitian ini adalah one group pre test post test design. Populasi

dalam penelitian ini adalah rata – rata pasien anak per bulan usia 3 – 5 tahun

selama tahun 2016 di Paviliun Seruni RSUD Jombang sejumlah 57 anak,

sampelnya berjumlah 50 anak dengan teknik consequtive sampling. Variabel

independent yakni distraksi menonton animasi kartun serta variabel dependent

yaitu tingkat stres hospitalisasi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi

Modifikasi DASS 21. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon

test. Hasil penelitian ini didapatkan dari 50 responden, sebelum pemberian

distraksi sebagian besar responden mengalami tingkat stres hospitalisasi berat

sejumlah 28 anak (56%) dan stres sedang sejumlah 22 anak (44%), sesudah

pemberian distraksi hampir seluruh responden mengalami tingkat stres

hospitalisasi ringan sejumlah 40 anak (80%) dan stres sedang sejumlah 10 anak

(20%). Uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p = 0.000 < α (0.05)

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah ada pengaruh distraksi menonton animasi kartun

terhadap tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di

Paviliun Seruni RSUD Jombang.

Kata Kunci: anak, distraksi, stres hospitalisasi

x

Page 11: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

ABSTRACT

THE EFFECT OF DISTRACTION WATCHING CARTOON ANIMATION ON THE LEVEL

OF STRESS HOSPITALIZATION TO CHILDREN WHEN BOLUS INJECTION WAS DONE

(Studied in the Pavilion of Seruni RSUD Jombang)

by :

Dessy Ekawati

Hospitalization for children is an act that will limit children to the outside

world. When the child in the treatment often found the child crying, looking

anxious, fussy and uncooperative. Children often feel frightened and anxious

about meeting new people, new surroundings as well as the medical or nursing

actions given to the child. The purpose of this research was to analyze the effect of

distraction watching cartoon animation on level of stress hospitalization to

children when bolus injection was done in the Pavilion of Seruni RSUD Jombang. This research design was one group pre test post test design. The population

in this research was the average pediatric patient per month of age 3 – 5 years

old during the year 2016 in the Paviliun of Seruni RSUD Jombang numbered 57

children, the samples were numbered 50 children with technique of consequtive

sampling. The independent variabel which was distraction of watching cartoon

animation and the dependent variabel which was the level of stres hospitalization.

Data collecting used observation sheet of modification DASS 21. Data analyzing

techniques used a statistical test of Wilcoxon test. The results was obtained that’s from 50 respondents, before giving

distraction most of respondents experienced severe hospitalization stress levels in

number were 28 children (56%) and moderate hospitalization stress levels in

number were 22 children (44%),while after giving disraction almost all of

respondent experienced light hospitalization stress levels in number were 40

children (80%)and moderate hospitalization stress levels in number were 10

children (20%). The statistical test of Wilcoxon showed that’s the value of p =

0.000 < α (0.05) so H0 was rejected and H1 was accepted. The conclusion was there’s an influence distraction of watching cartoon

animation on the stress level of hospitalization in children When bolus injection was done in the Pavilion of Seruni RSUD Jombang.

Keywords : child, distraction, hospitalization stress

xi

Page 12: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................................. ii

LEMBAR KEASLIAN ................................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iv

PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi

MOTTO ........................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix

ABSTRAK ....................................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak ............................................................................................... 6

2.1.1 Pengertian Anak ........................................................................... 6

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ................................... 7

2.1.3 Prinsip – prinsip Keperawatan Anak ........................................ 21

2.2 Konsep Stres Hospitalisasi ....................................................................... 23

2.2.1 Definisi Stres Hospitalisasi ........................................................ 23

2.2.2 Stresor dan Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi .................. 23

2.2.3 Dampak Hospitalisasi .................................................................. 26

xii

Page 13: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

2.2.4 Tingkat Stres Hospitalisasi

27

2.2.5 Pengukuran Tingkat Stres

Hospitalisasi 28

2.2.6 Cara Mengatasi Dampak

Hospitalisasi Pada Anak 29

2.3 Teknik Distraksi ......................................................................................... 32

2.3.1 Definisi Teknik Distraksi

32

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Teknik

Distraksi 32

2.3.3 Prosedur Teknik Distraksi

32

2.3.4 Kelemahan dan Kelebihan Animasi Sebagai Media

Distraksi Stres Hospitalisasi 35

2.4 Injeksi Intravena Secara Tidak Langsung (Bolus) .............................. 36

2.4.1 Definisi Bolus 36

2.4.2 Tujuan Bolus 36

2.4.3 Pengaruh Injeksi Bolus Terhadap Stres Hospitalisasi

Anak 36

2.4.4 Hal Yang Harus

Diperhatikan Selama Pemberian Obat 37

2.5 Pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat

stres hospitalisasi anak 38

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsetual .................................................................................. 41

3.2 Hipotesis ...................................................................................................... 42

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 43

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 44

4.3 Populasi, sampel dan sampling ............................................................... 44

4.4 Kerangka Kerja ........................................................................................... 46

4.5 Identifikasi Variabel .................................................................................. 47

4.6 Definisi Operasional .................................................................................. 47

4.7 Instrumen Penelitian .................................................................................. 48

4.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 51

4.9 Pengolahan dan analisa data .................................................................... 52

4.10 Etika penelitian........................................................................................... 56

Page 14: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

4.11 Keterbatasan penelitian ……………………………………….... 56

xiii

Page 15: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 57

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 57

5.1.2 Data Umum 58

5.1.3 Data Khusus 61

5.2 Pembahasan 64

5.2.1 Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi

bolus sebelum pemberian distraksi menonton animasi

kartun 64

5.2.2 Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi

bolus sesudah pemberian distraksi menonton animasi

kartun 67

5.2.3 Pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap

tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi

bolus 70

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan 73

6.2 Saran 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

Page 16: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR TABEL

No. Daftar Tabel Halaman

2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pieget ........................................... 11

2.2 Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg ......................................... 13

2.3 Tahap Perkembangan Spiritual Menurut Fowler ......................................... 16

2.3 Teori Psikoseksual Menurut Freud ................................................................. 20

2.5 Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erikson ................... 20

4.1 One Group Pretest – Posttest Design ............................................................. 43

4.2 Definisi operasional............................................................................................ 48

5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pasien

anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang ...................................................... 58

5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pasien anak di

Paviliun Seruni RSUD Jombang ..................................................................... 59

5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama masuk rumah sakit

(MRS) pasien anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang ........................... 59

5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman

hospitalisasi pasien anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang .................. 60

5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis penyakit pasien

anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang ...................................................... 60

5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni

RSUD Jombang .................................................................................................. 61

5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudah

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni

RSUD Jombang .................................................................................................. 62

5.8 Tabulasi silang pengaruh distraksi menonton animasi kartun

terhadap tingkat stres hospitalisasi pada aak saat dilakukan injeksi

bolus di Paviliun Seruni RSUD Jombang ..................................................... 63

xv

Page 17: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR GAMBAR

No. Daftar Gambar Halaman

3.1 Kerangka konseptual .............................................................................................. 41

4.1 Kerangka kerja ......................................................................................................... 46

xvi

Page 18: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Lembar Observasi Modifikasi DASS 21

4. Lembar SOP Teknik Distraksi Menonton Animasi Kartun

5. Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan

6. Lembar Surat Studi Pendahuluan

7. Lembar Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian dari

RSUD Jombang

8. Lembar Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

9. Lembar Konsultasi Proposal Penelitian dan Skripsi

10. Jadwal Kegiatan Penelitian

11. Lembar Tabulasi Data Umum

12. Lembar Tabulasi Data Khusus

13. Lembar Hasil Output SPSS Data Umum

14. Lembar Hasil Output SPSS Data Khusus

15. Lembar Bebas Plagiasi

xvii

Page 19: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR LAMBANG

1. H1 : hipotesis alternatif

2. % : prosentase

3. : alfa (tingkat signifikansi)

4. O1: sebelum perlakuan (pretest)

5. O2: sesudah perlakuan (posttest)

6. X : perlakuan

7. N : jumlah populasi

8. n : jumlah sampel

9. > : lebih besar

10. < : lebih kecil

11. ≥: lebih besar sama dengan

12. ≤: lebih kecil sama dengan

13. ∑ : Total (sigma)

DAFTAR SINGKATAN

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

DASS : Depression Anxiety Stress Scale

SPSS : Statistic Package for The Social Software

SOP : Standart Operasional Prosedur

xviii

Page 20: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hospitalisasi bagi anak merupakan suatu tindakan yang akan membatasi

anak dengan dunia luar. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi

anak terlebih bila anak tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan

barunya di rumah sakit (Supartini, 2012). Fenomena yang terjadi di rumah sakit

saat anak dalam masa perawatan sering didapatkan anak sering menangis, terlihat

gelisah, rewel dan bersikap tidak kooperatif. Hal tersebut dapat terjadi karena

adanya rasa takut anak terhadap pengobatan, lingkungan yang asing bagi anak

serta takut pada petugas kesehatan yang datang meskipun hanya untuk mengukur

suhu sekalipun (Ambarwati, 2015). Pengalaman hospitalisasi yang dialami anak

selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi anak, tetapi juga

akan sangat berpengaruh pada psikososial anak dalam berinteraksi terutama pihak

rumah sakit termasuk pada perawat. Masalah tersebut akan berpengaruh pada

pelayanan keperawatan yang akan diberikan misalnya saat pemberian obat melalui

injeksi bolus.

Timbulnya berbagai jenis penyakit yang menyerang anak – anak membuat

populasi anak yang dirawat dirumah sakit meningkat, sehingga semakin banyak

anak – anak yang mengalami stress akibat hospitalisasi. Berdasarkan data

Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta

anak/tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17

tahun (CDC National Health Report, 2013). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi

1

Page 21: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

2

Nasional (Susenas) tahun 2016, angka kesakitan anak umur 0 – 6 tahun tertinggi

terdapat pada umur 1 – 2 tahun yakni pada anak laki – laki sebesar 49% dengan

perawatan selama 4 hari sedangkan untuk anak perempuan sebesar 49,6% dengan

perawatan selama 4 hari. Proporsi angka kesakitan pada umur 7 – 12 tahun

menurut Susenas 2016 terdapat angka tertinggi pada umur 7 tahun yakni sebesar

27,7% pada anak laki – laki dan 28,2% pada anak perempuan dengan rata – rata

perawatan selama 3 – 4 hari (Susenas, 2016). Angka proporsi kesakitan anak di

Paviliun Seruni RSUD Jombang pada bulan Januari 2017 sebesar 399 anak dan

pada bulan Februari 2017 sebesar 272 anak.

Berdasarkan penelitian Cut (2012) yang dilakukan di Rumah Sakit Anak

dan Bunda Harapan Kita Jakarta tentang “Hubungan Lama Rawat Inap Dengan

Stres Anak Akibat Hospitalisasi” melaporkan bahwa rata – rata anak usia sekolah

mengalami stres sedang (47,5%) saat menjalani hospitalisasi. Studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Maret 2017 di Paviliun Seruni RSUD

Jombang didapatkan hasil bahwa dari 10 anak usia 3 – 5 tahun yang menjalani

hospitalisasi, seluruh anak mengalami gejala stres hospitalisasi saat dilakukan

injeksi bolus, seperti menangis, memanggil nama ibunya, tidak bersikap

kooperatif bahkan memukul orang yang berada disekitarnya tanpa disengaja. Hal

tersebut membuktikan bahwa anak yang dirawat di rumah sakit hampir seluruhnya

mengalami stress hospitalisasi.

Asuhan keperawatan selama proses hospitalisasi pada umumnya

memerlukan tindakan invasif berupa pemasangan infus dan injeksi (Nursalam,

2005). Tindakan invasif tersebut dapat menimbulkan sugesti secara langsung pada

anak. Anak akan meyakini bahwa dirawat dirumah sakit (hospitalisasi) adalah

.

Page 22: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

3

pengobatan yang menakutkan. Stress yang dialami anak memberikan berbagai

dampak yang cukup mempengaruhi proses perawatan selama di rumah sakit,

misalnya waktu perawatan yang seharusnya diperlukan untuk kesembuhan anak

hanya 4 hari, akan menjadi lebih lama karena anak tidak dapat bersikap kooperatif

akibat stress yang anak alami dan mengakibatkan waktu perawatan yang

dibutuhkan semakin lama (Ibung, 2008).

Perawat memerlukan teknik komunikasi terapeutik yang efektif dalam setiap

tindakan yang akan diberikan kepada klien termasuk untuk prosedur pemberian

injeksi bolus, selain itu diperlukan pula teknik non farmakologis agar anak dapat

bersikap kooperatif misalnya dengan teknik distraksi (pengalihan) (Prasetyo,

2010). Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan pada anak adalah

menonton kartun animasi (Wong, 2009). Ketika anak lebih fokus pada kegiatan

menonton film kartun, hal tersebut mengakibatkan impuls nyeri yang disebabkan

adanya cidera tidak mengalir melalui tulang belakang, pesan nyeri tidak

tersampaikan ke otak sehingga anak tidak merasakan nyeri (Brannon dkk, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Chusniyah (2016) pada anak usia 6-9 tahun

dengan judul “Pengaruh Bimbingan Imajinasi Mengunakan Media Audio Visual

(Video) Terhadap Stress Hospitalisasi Anak di RS Islam Surabaya” menunjukan

hasil analisa perbedaan rerata didapatkan pada kelompok perlakuan nilai rerata

sebelum intervensi (pretest) 12.25 (stres sedang ) dan setelah dilakukan bimbingan

imajinasi menggunakan media video (post test) memiliki nilai rerata 6.75 (stres

ringan). Penelitian tersebut membuktikan bahwa tingkat stres hospitalisasi juga

dapat diturunkan dengan metode distraksi jenis lain berupa imajinasi terbimbing.

.

Page 23: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

4

Dari uraian diatas dan melihat fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi

terhadap tingkat stress hospitalisasi anak saat dilakukan prosedur injeksi bolus.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat

diambil adalah apakah ada pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi

terhadap tingkat stress hospitalisasi pada anak saat dilakukan prosedur injeksi

bolus ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap

tingkat stress hospitalisasi pada anak saat dilakukan prosedur injeksi bolus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stress hospitalisasi pada anak saat dilakukan

prosedur injeksi bolus sebelum pemberian teknik distraksi menonton kartun

animasi.

2. Mengidentifikasi tingkat stress hospitalisasi pada anak saat dilakukan

prosedur injeksi bolus sesudah pemberian teknik distraksi menonton kartun

animasi.

3. Menganalisis pengaruh teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap

tingkat stress hospitalisasi pada anak saat dilakukan prosedur injeksi bolus.

.

Page 24: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

5

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian pustaka

untuk menambah kasanah keilmuan dalam bidang keperawatan anak .

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat rumah sakit

Sebagai bahan masukan guna lebih meningkatkan kreatifitas saat

memberikan asuhan keperawatan terutama dalam mengatasi stres

hospitalisasi yang dialami anak.

2. Bagi Institusi STIKes ICME

Sebagai bahan tambahan pengetahuan dalam memberikan materi tentang

keperawatan anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai informasi serta menjadi referensi ilmiah pada penelitian lebih lanjut

untuk lebih menyempurnakan pembahasan dan penggunaan perlakuan atau

metode lain guna membantu mengatasi stres hospitalisasi yang dialami anak

– anak saat perawatan dirumah sakit. Penelitian lanjutan dapat berupa

penelitian dengan sampel yang lebih besar, jenis dan rancangan penelitian

yang berbeda serta penggunaan kelompok kontrol.

.

Page 25: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep anak

2.1.1 Pengertian Anak

Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak yaitu masa

pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

bermain/toddler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)

hingga remaja (11-18 tahun) (Wong, 2009). Anak satu dengan anak lainnya

memiliki rentang yang berbeda mengingat latar belakang anak berbeda. Anak

memiliki rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat

dan lambat. Anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan

perilaku sosial dalam proses perkembangannya (Winarno, 2012).

Perkembangan konsep diri anak sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum

terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan

pertambahan usia pada anak. Pola koping yang dimiliki anak juga sudah terbentuk

mulai bayi, hal ini dapat terlihat saat bayi menangis (Supartini, 2012).

Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti saat anak

lapar, sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.

Perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk

mulai bayi. Perilaku sosial pada anak saat masih bayi sudah terlihat seperti saat

anak mau diajak orang lain, bersama dengan orang banyak dengan menunjukkan

keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku sosial

yang sesuai dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial juga dapat

6

Page 26: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

7

berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti saat anak sudah mau bermain

dengan kelompoknya (Azis, 2005).

Anak merupakan individu yang rentan karena perkembangan kompleks

yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Anak juga secara

fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa serta memiliki pengalaman

yang terbatas, yang mempengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai

dunia (Supartini, 2012). Penyakit awal yang menyerang anak seringkali

mendadak dan penurunan status kesehatan dapat berlangsung dengan cepat. Faktor

yang mempengaruhi adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular yang belum

matang, memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, pertukaran gas yang lebih

besar dan asupan cairan serta asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat

badan dibandingkan orang dewasa. Kerentanan terhadap ketidakseimbangan

cairan pada anak adalah akibat jumlah dan distribusi cairan di dalam tubuh

(Wong, 2009).

Tubuh anak terdiri dari 70 – 75% cairan, dibandingkan dengan 57 – 60%

cairan pada orang dewasa. Sebagian besar cairan pada anak – anak berada di

kompartemen cairan ekstrasel , sehingga cairan ini lebih dapat diakses. Oleh

karena itu apabila anak kehilangan cairan yang relatif sedang dapat mengurangi

volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin, 2006).

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan aspek yang menjelaskan

mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial.

Winarno (2012) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:

.

Page 27: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

8

1. Faktor Herediter

Supartini (2004) menjelaskan bahwa faktor herediter merupakan faktor

pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras dan jenis kelamin.

2. Faktor Lingkungan (Hidayat, 2008)

Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam

menentukan tercapai dan tidak suatu potensi yang sudah dimiliki. Faktor

lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu: a) Faktor Pranatal

Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari

konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi ibu hamil, lingkungan

mekanis, toksin/zat kimia, hormon, radiasi, infeksi, kelainan

imunologis dan kondisi psikologis ibu.

b) Faktor Paskanatal

Faktor paskanatal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi

anak setelah lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi

lingkungan biologis, faktor fisik, faktor psikososial, dan faktor

keluarga.

I. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan anak yaitu bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam

arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multifikasi sel-sel tubuh serta

bertambah besarnya ukuran sel (Wong, 2009). Adanya multifikasi dan

pertambahan ukuran sel berarti terdapat pertambahan secara kuantitatif dan hal

tersebut terjadi sejak dimu/lai proses konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan

sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Pertumbuhan lebih ditekankan pada

.

Page 28: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

9

bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih

matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan

lingkar kepala.

Pertumbuhan pada masa anak-anak bervariasi sesuai dengan bertambahnya

usia anak. Pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan

pertumbuhan pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, lalu secara

berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pertumbuhan kepala pada

masa fetal lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu 50 % dari

total panjang badan. Pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur.

Besar kepala pada usia dua tahun kurang dari seperempat panjang badan

keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih dari seperempatnya.

II. Perkembangan

Perkembangan yaitu bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-

organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2000). Aspek perkembangan

bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing

bagian tubuh. Perkembangan diawali dengan berfungsinya jantung untuk

memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak

untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya

serta kematangan emosi dan sosial anak. Perkembangan anak menurut

Winarno (2012) meliputi :

.

Page 29: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

10

1. Perkembangan Kognitif

Piaget (Winarno, 2012) mengemukakan ada empat tahap

perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara

kronologis, yaitu :

a. Tahap Sensori Motorik 0 – 2 tahun (Sensory Motoric Stage)

Anak yang berada di tahap ini memperoleh pengalaman melalui fisik

(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada tahap

ini, bayi lahir dengan reflek bawaan, skema dimodifikasi dan

digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks.

Anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak

hanya dapat mengetahui hal – hal yang ditangkap dengan indranya

(Winarno, 2012).

b. Tahap Pre Operasi 2 – 7 tahun (Pre Operational Stage)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian tindakan

kognitif yang konkret, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek,

menata letak benda – benda menurut urutan tertentu, dan membilang.

Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya tetapi masih terbatas pada

hal – hal yang dapat dijumpai dilingkungannya saja (Winarno, 2012).

c. Tahap operasi konkret 7 – 11 tahun (Concrete Operational Stage) Anak

– anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah

Dasar dan telah memahami operasi logis dengan bantuan benda

– benda konkret. Anak telah dapat mengetahuii simbol – simbol

sistematis tetapi belum dapat menghadapi hal – hal yang abstrak (tak

berwujud) (Winarno, 2012).

d. Tahap operasi formal 11 tahun keatas (Formal Operational Stage)

Anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak

dibingungkan oleh isi argumen. Pada tahap ini, anak telah memasuki

.

Page 30: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

11

tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan

penalran abstrak. Operasi formal memungkinkan berkembangnya

sistem nilai dan ideal serta pemahaman untuk masalah filosofis

(Winarno, 2012).

Tabel 2.1 Fase Perkembangan Kognitif Menurut Pieget

Fase dan Tahap Usia Perilaku Signifikan

Fase Sensorimotor Lahir – 2 tahun

Tahap 1 Lahir – 1 bulan Sebagian besar tindakan bersifat reflek Penggunaan Reflek

Tahap 2 1 – 4 bulan Persepsi tentang berbagai kejadian terpusat pada Reaksi Sirkuler tubuh

Primer Objek merupakan eksistensi diri

Tahap 3 4 – 8 bulan Mengenali lingkungan eksternal

Reaksi Sirkuler dan Membuat perubahan secara aktif di dalam lingkungan

Sekunder

Tahap 4 8 – 12 bulan Dapat membedakan tujuan dari cara pencapaian Koordinasi Skema tujuan tersebut

Sekunder

Tahap 5 12 – 18 bulan Mencoba dan menemukan tujuan serta cara baru Reaksi Sirkuler untuk mencapai tujuan

Tersier Ritual merupakan hal penting

Tahap 6 18 – 24 bulan Menginterpretasi lingkungan dengan kesan mental Penemuan Arti Melakukan permainan imajinasi dan imitasi

yang Baru

Fase Prakonseptual 2 – 4 tahun Menggunakan pendekatan egosentrikuntuk mengakomodasi tuntutan lingkungan

Semua hal bermakna dan berkaitan dengan “aku”

Mengeksplorasi lingkungan

Bahasa berkembang dengan cepat

Mengasosiasikan kata dengan objek

Fase Pemikiran 4 – 7 tahun Pola pikir egosentrik berkurang

Intuitif Memimikirkan sebuah ide pada satu waktu Melibatkan orang lain di lingkungan tersebut Kata – kata mengekspresikan pikiran

Fase Operasi 7 – 11 tahun Menyelesaikan masalah yang konkret Konkret Mulai memahami hubungan seperti ukuran

Mengerti kanan dan kiri

Sadar akan sudut pandang orang

Fase Operasi 11 – 15 tahun Menggunakan pemikiran yang rasional Formal Pola pikir yang deduktuf dan futuristik

Sumber : Piaget, J. (1996). The Origin of Intelligence in Children. International Universities Press, Inc.

2. Perkembangan Moral

Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan dari

perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama , yaitu : 1.

Pre Conventional 2. Conventional 3. Post Conventional (Supartini, 2012).

.

Page 31: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

12

a. Fase Pre Conventional

Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya sebagai

dasar dari peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan.

Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak. Tahap dua

yaitu orientasi hukumandan ketaatan. Tahap selanjutnya yaitu anak

berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan.

b. Fase Conventional

Anak berorentasi pada mutualitas hubungan interpersonal dengan

kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan kelompok dan

mempelajari serta mengadpsi norma – norma yang ada di dalam

kelompok selain norma yang ada di keluarganya. Anak

mempersepsikan perilakunya sebagai suatu kebaikan ketika perilaku

anak menyebabkan mereka diterima oleh keluarga atau teman

sekelompoknya. Anak akan mempersepsikan perilakunya sebagai

suatu keburukan ketika tindakannya mengganggu hubungannya

dengan keluarga, temannya atau kelompoknya. Anak melihat keadilan

sebagai suatu yang saling menguntungkan antar individu.

c. Fase Post Conventional

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip

yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya

dipersepsikan sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini,

yaitu orientasi pada hukum dan orientasi pada prinsip etik yang

umum. Pada fase pertama , anak mendapatkan nilai budaya, hukum

dan perilaku yang tepat yang menguntungkan bagi masyarakat sebagai

.

Page 32: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

13

sesuatu yang baik. Fase kedua adalah dapat menilai perilaku baik dan

buruk pada dirinya sendiri.

Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

Tingkat Tahap Usia Rata – rata

1. Pra Convensional 1. Orientasi Hukuman dan Kepatuhan Todler – usia 7 Anak berespon terhadap Takut terhadap hukuman, bukan rasa tahun

peraturan budaya mengenai label hormat terhadap otoritas merupakan

baik buruk , benar atau salah. alasan terbentuknya keputusan, perilaku

Peraturan yang terbentuk secara dan konformitas.

eksternal menentukan tindakan 2. Orientasi Relavist Instrumental Prasekolah – usia

yang benar atau salah. Anak Konformitas didasarkan pada sekolah

memahaminya dalam istilah kebutuhan egosentrik dan narsisistik.

hukuman, penghargaan atau Tidak ada rasa keadilan, loyalitas dan pertukaran kebaikan. terima kasih.

Fase Egosentrik 2. Convensional 3. Orientasi Persetujuan Interpersonal Usia sekolah – Individu memikirkan upaya Keputusan dan perilaku didasarkan dewasa (sebagian

untuk mempertahankan harapan pada kekhawatiran akan reaksi orang besar wanita berada

dan peraturan keluarga, lain. Individu menginginkan pada tahap ini)

kelompok, negara serta persetujuan dan penghargaan dari masyarakat. Perasaan bersalah orang lain. Respon empati, yang

telah berkembang dan didasarkan pada pemahaman tentang

mempengaruhi perilaku. perasaan orang lain, merupakan faktor

Individu menerima nilai tertentu terbentuknya keputusan dan

konformitas, loyalitas dan perilaku. Remaja dan dewasa berusaha aktif dalam 4. Orientasi Hukum dan Tata Tertib (sebagian besar

mempertahankan tata tertib dan Individu ingin menerapkan peraturan pria berada pada

kontrol sosial. yang berasal dari otoritas. Alasan tahap ini)

terbentuknya keputusan dan perilaku

Fokus Sosial adalah bahwa peraturan dan tradisi

sosial dan seksual menuntut respon

tersebut.

3. Post Convensional 5. Orientasi Legalistik Kontrak Sosial Usia pertebgahan Individu hidup secara otonom Peraturan sosial bukan merupakan satu atau lansia

dan mendefinisikan nilai serta – satunya dasar terbentuknya keputusan

prinsip moral yang membedakan dan perilaku. Sebab, individu meyakini

antara identifikasi pribadi adanya prinsip moral yang lebih tinggi.

dengan kelompok. Individu 6. Orientasi Prinsip Etis Universal Usia pertengahan

hidup menurut prinsip yang Kepuusan dan perilaku didasarkan pada atau lansia.

disetujui secara universal dan peraturan yang terinternalisasi , lebih Beberapa orang

yang dianggap sesuai untuk kepada hati nurani ukan hukum sosial, mencapai atau

kehidupannya. dan juga berdasar prinsip etis dan mempertahankan

abstrak pilihan pribadi yang bersifat tahap ini.

Fokus Bersifat Universal universal, komperehensif dan

konsisten. Sumber : Murray, R.B., Zentner, J.P. (2001). Health Promotion Strategies Through the

Life Span, 7th

ed. (hlm. 252 – 253).Upper Saddle River, NJ : Merril/Prentice Hall

.

Page 33: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

14

3. Perkembangan Spiritual

James Fowler (1993, 2000) mengemukakan bahwa antara

kebutuhan kognitif dan emosional tidak dapat dipisahkan dalam

perkembangan spiritual. Spritual tidak dapat berkembang lebih cepat dari

kemampuan intelektual dan tergantung pada perkembangan kepribadian.

Jadi teori perkembangan spiritual Fowler meliputi ketidaksadaran,

kebutuhan, kemampuan seseorang, dan perkembangan kognitif. Menurut

Fowler (2000) dalam buku karangan Dacey, et.al.(2004) melihat ada 6

fase perkembangan spiritual yaitu :

a. Intuitive-projective faith

Fase ini minimal terjadi setelah usia 4 tahun. Pada fase ini manusia

hanya fokus pada kualitas secara permukaan saja, seperti apa yang

digambarkan oleh orang dewasa dan tergantung pada luasnya fantasi

dari manusia itu sendiri. Di sini konsep Tuhan direfleksikan sebagai

sesuatu yang gaib.

b. Mythical-literal faith

Fase ini terjadi pada usia minimal 5 sampai 6 tahun. Pada fase ini,

fantasi sudah tidak lagi menjadi sumber utama dari pengetahuan, dan

pembuktian fakta menjadi perlu. Pembuktian kebenaran bukan berasal

dari pengalaman aktual yang dialami sendiri, tapi berasal dari sesuatu

yang dianggap lebih ahli, seperti guru, orang tua, buku, dan tradisi.

Kepercayaan di fase ini mengarah pada sesuatu yang konkrit dan

tergantung dari kredibilitas orang yang bercerita.

.

Page 34: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

15

c. Poetic-conventional faith

Terjadi pada usia minimal 12 sampai 13 tahun. Pada fase ini

kepercayaan tergantung pada konsensus dari opini orang lain, orang

yang lebih ahli. Mempelajari fakta masih menjadi sumber informasi,

tapi individu mulai percaya pada penilaian mereka sendiri. Meskipun

demikian mereka belum sepenuhnya percaya terhadap penilaian mereka

tersebut.

d. Individuating-reflective faith

Fase ini terjadi pada usia minimal 18 sampai 19 tahun. Pada fase yang

ketiga remaja tidak dapat menemukan area pengalaman baru karena

tergantung pada orang lain di kelompoknya yang belum tentu dapat

menyelesaikan masalah. Individu di fase ini mulai mengambil

tanggungjawab atas kepercayaannya, perilaku, komitmen, dan gaya

hidupnya. Tapi individu pada tahap ini tetap masih membutuhkan

figure yang bisa diteladani.

e. Paradoxical-consolidation faith

Fase ini terjadi pada usia minimal 30 tahun. Pada fase ini individu

mulai bisa memahami dan mengintegrasikan elemen spiritual seperti

simbolisasi, ritual, dan kepercayaan. Individu di fase ini juga

menganggap bahwa semua orang termasuk dalam kelompok yang

universal dan memiliki rasa kekeluargaan terhadap semua orang.

f. Universalizing faith

Fase ini terjadi pada usia minimal 40 tahun. Tapi meskipun begitu

Fowler menganggap bahwa sangat sedikit orang yang mampu mencapai

fase ini, sama seperti fase terakhir dari perkembangan moral Kohlberg.

.

Page 35: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

16

Tabel 2.3 Tahap Perkembangan Spiritual Menurut Fowler Tahapan Usia Deskripsi

Tahapan ke – 0 0 – 3 tahun Bayi tidak mampu merumuskan konsep Tidak Terdeferensiasi mengenai diri sendiri ataupun lingkungan.

Tahapan ke – 1 4 – 6 tahun Suatu kombinasi gambaran dan kepercayaan Intuitif – Proyektif yang diberikan oleh orang lain yang

dipercaya, yang digabungkan dengan

pengalaman dan imainasi anak sendiri.

Tahapan ke – 2 7 – 12 tahun Dunia fantasi dan khayalan pribadi, m=simbol Mitos – Faktual – simbol mengacu pada sesuatu yang khusus;

kisah dramatik dan mitos digunakan untuk

menyampaikan maksud spiritual.

Tahapan ke – 3 Remaja Dunia dan lingkungan yang mendasar yang Sintetik– konvensional dewasa tersusun atas pengharapan dan penilaian orang

lain; fokus interpersonal.

Tahapan ke – 4 Setelah 18 Membangun sistem pribadi yang eksplisit; Individualisasi – Refleksi tahun kesadaran diri tinggi.

Tahapan ke – 5 Setelah 30 Kesadaran akan kebenaran yang berasal dari Paradoksial– Konsolidatif tahun berbagai sudut pandang.

Tahapan ke – 6 Mungkin tidak Menjadi perwujudan prinsip cinta dan Universalizing akan pernah keadilan.

Sumber: Fowler, J. (1985). Life Maps : Conversation in The Journey of Faith. Waco, TX

: Word Books.

4. Perkembangan Psikoseksual

Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk pada

usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam

pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian

hari. Jika tahap – tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya

adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan

pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi merupakan suatu fokus

yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan,

individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang

terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan

dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.

Kozier (2012) menjelaskan perkembangan psikoseksual menurut teori

Freud, yaitu :

.

Page 36: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

17

a. Fase Oral

Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut,

sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.

Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi mendapat kesenangan

dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi

dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh

(yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga

mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi

oral.

Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus

menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi

pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan

ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah

dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.

b. Fase Anal

Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido

adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar.

Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet training, anak

harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.

Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan

kemandirian. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini

tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet.

Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk

menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan

.

Page 37: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

18

membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya

bahwa pengalaman positif selama tahap ini berperan sebagai dasar

orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan

kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan

dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang

tua bahkan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk

kecelakaan.

Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan

hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu

longgar, Freud menyarankan bahwa kepribadian anak dapat

berkembang di mana individu menjadi boros atau merusak

kepribadian mereka. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet

training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian anal

berkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.

c. Fase Phalic

Pada tahap phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat

kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan

wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah

mereka sebagai saingan untuk kasih sayang ibu. Kompleks Oedipus

menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk

menggantikan ayah. Namun, anak juga memiliki kekhawatiran bahwa

ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini.

.

Page 38: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

19

d. Fase Latent

Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap

ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan

interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan

keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud

menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil.

Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak

membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak

selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi

sebagai suatu periode terpisah.

e. Fase Genital

Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu

mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana

dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu,

kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika

tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus

seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk

menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

.

Page 39: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

20

Tabel 2.4 Teori Psikoseksual Menurut Freud

Tahap – Usia Karakteristik

Fase Oral Sumber kenikmatan utama bayi melibatkan aktivitas berorientasi mulut (Lahir – 12 bulan) (menghisap dan menelan)

Konflik utama : Penyapihan

Fase Anal Anak mendapatkan kepuasan seksual dengan menahan atau (12 – 18 bulan) melepaskan feses. Zona kepuasan anak adalah daerah anal

Konflik utama: toilet training

Fase Phalic Anak menjjadi lengket dengan orang tua dari jenis kelamin berlainan (3 – 6 tahun) kemudian mengidentifikasinya dengan orang tua berjenis kelamin

sama. Superego berkembang. Zona kepuasan bergeser pada daerah

genital.

Fase Latency Energi digunakan untik aktivitas fisik dan intelektualitas. Impuls (6 tahun – pubertas) seksual yang muncul cenderung ditekan. Membangun hubungan

dengan teman sebaya yang berjenis kelamin sama.

Fase Genital Kemunculan kembali dorongan seksual tahap phalic, disalurkan (Pubertas – dengan seksualitas masa dewasa. Energi diarahkan untuk kematangan

Kedewasaan) dan fungsi seksual yang utuh dan perkembangan keterampilan

dibutuhkan untuk menghadapi lingkungan. Sumber : Murray, R.B., Zentner, J.P. (2001). Health Promotion Strategies Through the

Life Span, 7th

ed. (hlm. 238).Upper Saddle River, NJ : Merril/Prentice Hall

5. Perkembangan Psikososial

Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak

adalah dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial ,

yaitu percaya vs tidak percaya (0 – 1 tahun), otonomi vs rasa malu dan

ragu (1 – 3 tahun), inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 tahun), industry vs

infiority (6 – 12 tahun), serta identitas vs kerancuan peran (12 – 18 tahun).

Tabel 2.5 Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

Tahap – Tugas Pokok Indikator Resolusi Positif Indikator Resolusi Negatif Usia

Bayi Percaya vs Belajar untuk mempercayai Tidak percaya, menarik diri, (Lahir – 18 tidak percaya orang lain mengasingkan diri, isolasi

bulan) sosial

Kanak – Otonomi vs Kendali diri tanpa kehilangan Kendali diri kompulsif atau kanak Awal rasa malu dan harga diri kepatuhan

(18 bulan – ragu Kemampuan untuk bekerjasama Kurang kemauan dan

3 thn) dan mengekspresikan diri ketidakpatuhan

sendiri

Kanak – Inisiatif vs Mempelajari sejauh mana sikap Kurang percaya diri, kanak Akhir rasa bersalah asertif dan tujuan pesimisme, takut membuat

(3 – 5 thn) mempengaruhi lingkungan kesalahan Memulai kemampuan untuk Kendali dan pematasan

mengevaluasi perilaku diri aktivitas diri yang

sendiri berlebihan

Usia Industri vs Mulai untuk menciptakan, Putus harapan, merasa diri Sekolah inferioritas mengembangkan, dan biasa – biasa saja

(6 – 12 thn) memanipulasi sesuatu Menarik diri dari teman

Mengembangkan rasa potensi sekolah dan teman sebaya

dan ketekunan

.

Page 40: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

21

Remaja Identitas vs Sadar akan diri sendiri Perasaan bingung, tidak (12 – 20 th) kebingungan Bermaksud untuk mampu membuat keputusan

peran mengaktualisasikan diri sendiri dan mungkin terdapat

perilaku anti – sosial

Dewasa Keakraban vs Memiliki hubungan yang intim Hubungan impersonal Muda isolasi dengan orang lain Menghindari komitmen

(18 – 25 thn) Memiliki komitmen terhadap dalam hubungan, karier atau

pekerjaan dan hubungan gaya hidup

Dewasa Generativitas Kreativitas, produktivitas dan Mengikuti kata, memikirkan (25 – 65 th) vs stagnasi kepedulian terhadap orang lain diri sendiri dan kurang minat

serta komitmen

Lanjut Usia Integritas vs Penerimaan terhadap kelebihan Merasa kehilangan, (65 th – putus asa dan keunikan diri sendiri memandang rendah orang

wafat) Penerimaan akan kematian lain. Sumber : Erikson, E. (1963). Childhood and Society, 2

nded., (pp.247 – 274). W.W Norton

& Company,Inc., New York.

2.1.3 Prinsip – prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai

pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus

memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan

asuhan keperawatan. Menurut Aziz (2005), prinsip dalam asuhan keperawatan

anak tersebut adalah:

1. Anak bukan miniature orang dewasa melainkan sebagai individu yang unik.

Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa perawat tidak boleh

memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa

melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola

pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola

tersebut harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi

kemampuan dan kematangannya.

2. Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

dengan tahap perkembangan. Anak memiliki berbagai kebutuhan yang

berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang.

Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi

.

Page 41: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

22

dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Anak juga

sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan

spiritual. Hal tersebut terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak.

Perawat perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh

anak.

3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit

dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

Hal tersebut berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

4. Keperawatan anak adalah disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

5. Praktik keperawatan anak terdiri atas kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai

dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

6. Tujuan keperawatan anak dan remaja yaitu untuk meningkatkan maturasi

atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk

biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

7. Keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh

kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak.

.

Page 42: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

23

2.2 Konsep stres hospitalisasi

2.2.1 Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu proses yang menjadi alasan yang berencana atau

darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi

pengobatan dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang

baru pertama kali dirawat di rumah sakit menunjukan perilaku kecemasan. Orang

tua akan menunjukkan perasaan cemasnya juga apabila kurang mendapat

dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat, maupun petugas kesehatan

(Supartini, 2012).

2.2.2 Stresor dan Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada

anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak tersebut akan mudah

mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan yang terjadi baik

terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari –

hari serta anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian – kejadian yang bersifat menekan. Reaksi

anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,

pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan yang

tersedia, serta keterampilan koping dalam menangani stres (Ambarwati, 2015).

Adapun stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak prasekolah menurut

Wong (2009) dalam Ambarwati (2015) adalah sebagai berikut :

1. Cemas akibat perpisahan

Sebagian besar stres terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak

periode pra sekolah, khususnya anak yang berumur 0 sampai 30 bulan

.

Page 43: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

24

adalah cemas karena perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta memiliki pengertian

yang terbatas tentang realitas. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat pada

usia ini, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa

kehilangan pada anak sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan

tidak aman dan rasa cemas. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi

dalam 3 tahap, yaitu :

a. Tahap Protes (Phase of Protes)

Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan

memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif seperti

menendang , menggigit, memukul, mencubit , mencoba membuat orang

tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal,

anak menyerang dengan rasa marah , seperti mengatakan “pergi”.

Perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Perilaku menangis tersebut akan terus berlanjut dan hanya akan

berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang lain

secara tergesa – gesa akan meningkatkan protes.

b. Tahap Putus Asa (Phase of Despair)

Pada tahap ini anak nampak tegang, tangisannya berkurang, tidak aktif,

kurang berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, tidak

mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya mengompol

atau menghisap jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan

karena anak menolak makan, minum ataupun bergerak.

.

Page 44: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

25

c. Tahap Menolak (Phase of Denial)

Pada tahap ini, secara samar – samar anak menerima perpisahan, mulai

tertarik dengan apa yang ada disekitarnya, dan membina hubungan

dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya

terjadi pada anak setelah perpisahan yang lama dengan orang tuanya.

2. Kehilangan Kendali

Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya.

Hal ini terlihat jelas pada kemampuan mereka dalam hal motorik, bermain,

melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari – hari

serta berkomunikasi. Balita telah mampu menunjukkan kestabilan dalam

mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan – kegiatan

rutin misalnya bermain. Saat sakit dan dirawat dirumah sakit, anak akan

kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan

otonominya. Hal tersebut akan menimbulkan regresi. Ketergantungan

merupakan kharakteristik dari peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap

ketergantungan dengan sikap negatif, terutama anak akan menjadi lebih

mudah marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu

yang lama, maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan

menarik dri dari hubungan interpersonal (Wong, 2009 dalam Ambarwati,

2015).

3. Cidera tubuh dan adanya nyeri

Konsep tentang citra tubuh (body image) , khususnya pengertian mengenai

perlindungan tubuh (body boundaries) sedikit sekali berkembang pada

balita. reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti

.

Page 45: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

26

reaksi terhadap tindakan yang sangat menyakitkan. Reaksi balita terhadap

respon nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun jumlah variabel yang

mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam – macam (Wong,

2009).

Menurut Potter & Perry (2005) , semua prosedur atau tindakan

keperawatan baik yang menimbulkan nyeri maupun tidak, keduanya akan

menyebabkan kecemasan bagi anak usia prasekolah selama hospitalisasi

sehingga anak usia prasekolah lebih mudah mengalami stres hospitalisasi.

Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan menyeringaikan wajah,

menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, membuka amata dengan lebar,

atau melakukan tidakan yang agresif seperti mengigit, menendang,

memukul atau berlari keluar. Pada akhir periode balita, anak biasanya sudah

mampu menyampaikan rasa nyeri yang mereka alami dan menunjukkan

lokasi nyeri. Namun demikian, kemampuan mereka dalam menggambarkan

bentuk dan intensitas nyeri belum berkembang (Ambarwati, 2015).

2.2.3 Dampak Hospitalisasi

Dampak hospitalisasi bagi anak tidak hanya terjadi pada anak tersebut,

melainkan kepada orang tua serta saudara-saudaranya. Dampak hospitalisasi pada

anak dan orang tua adalah sebagi berikut :

1. Dampak Ke Anak

Salah satu dampak hospitalisasi pada anak adalah perubahan perilaku.

Anak akan bereaksi terhadap stres pada saat sebelum, selama dan setelah

proses hospitalisasi. Perubahan perilaku yang dapat diamati pada anak

setelah pulang dari rumah sakit berupa merasa kesepian,tidak mau lepas dari

.

Page 46: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

27

orang tua, menuntut perhatian dari orang tua serta takut adanya perpisahan

(Supartini, 2012). Faktor yang mempengaruhi dampak negatif hospitalisasi

adalah lamanya rawat inap, tindakan invasif yang dilakukan serta

kecemasan orang tua. Respon yang biasa muncul pada anak akibat

hospitalisasi adalah regresi, cemas karena perpisahan, apatis, takut, dan

gangguan tidur terutama terjadi pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun

(Ramdaniati, 2011).

2. Dampak Ke Orang tua

Perawatan anak di rumah sakit menimbulkan berbagai macam

perasaan yang muncul pada orang tua yaitu takut, rasa bersalah, stres dan

cemas. Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua

mengalami stres maka orang tua tidak dapat merawat anaknya dengan baik

dan akan menyebabkan anak akan menjadi semakin stres (Supartini, 2012).

Perasaan takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang banyak

diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan

keseriusan penyakit dan prosedur medis yang dilakukan. Kecemasan yang

paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak.

Perasaan frustasi sering berhubungan dengan prosedur dan pengobatan,

ketidaktahuan tentang peraturan rumah sakit, rasa tidak diterima oleh

petugas,serta prognosis yang tidak jelas, atau takut mengajukan pertanyaan

(Wong, 2009).

2.2.4 Tingkat Stres Hospitalisasi

Rasmun (2004) mengatakan bahwa stres hospitalisasi dibagi menjadi empat

tingkatan. Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

.

Page 47: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

28

seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan setiap anak misalnya lupa, lapar,

ketiduran, dan lain-lain. Stres ringan biasanya hanya terjadi beberapa menit atau

beberapa jam. Situasi ini tidak menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus

– menerus.

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Contoh yang dapat menimbulkan stres sedang adalah berpisah dari orang tua

ataupun orang terdekat anak dengan waktu yang cukup lama, anak tidak dapat

menyesuaikan lingkungan yang baru, serta riwayat hospitalisasi sebelumnya. Hal

ini dapat menyebabkan anak rewel, terus menangis dan tidak dapat bersikap

kooperatif.

Stres berat dan sangat berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres

berat dan sangat berat adalah perceraian kedua orang tua, putus sekolah, adanya

musibah yang menyebabkan trauma dan penyakit kronis yang dialami. Stres ini

dapat membuat anak menjadi lebih pemurung, tidak ingin berkomunikasi dengan

orang lain, bersikap destruktif (merusak) bahkan bunuh diri jika tidak cepat

diatasi.

2.2.5 Pengukuran Tingkat Stres Hospitalisasi

Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria

modifikasi dari DASS (Depression Anxiety Stress Scale) 21. DASS 21 terdiri dari

21 respon yang dapat diamati dari klien. Respon yang dinilai yaitu respon

fisiologis dan respon emosional / perilaku. Jika klien mengalami respon yang

terdapat di dalam DASS 21, maka cukup diberikan nilai 1 pada kolom YA dan

apabila klien tidak mengalami respon tersebut dapat diberikan nilai 0 pada kolom

.

Page 48: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

29

TIDAK. Selanjutnya dihitung jumlah tanda centang di kolom YA. Jumlah yang

didapat pada kolom YA dikalikan dua lalu dimasukkan ke dalam indikasi

penilaian derajat stres, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Ringan : 15 – 18

2. Sedang : 19 – 25

3. Berat : 26 – 33

4. Sangat Berat : ≥ 34

Penelitian ini menggunakan lembar observasi / kuisioner modifikasi dari

DASS 21 dalam mengukur tingkat stress hospitalisasi anak. Modifikasi DASS 21

juga dipergunakan oleh Bottesi, et.al., (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

The Itallian Version of Depresion Anxiety Stress Scale – 21 : Factor Structure and

Psychometric Properties on Community and Clinical Sampel yang menyatakan

bahwa Modifikasi DASS 21 sangat berguna untuk praktek klinik komunitas

maupun individu. Instrumen Modifikasi DASS 21 juga digunakan oleh Yosiana,

et.al., (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Tingkat Stress Pada

Anak Hospitalisasi Di Ruang Kelas Tiga Rumah Sakit Al Islam , Bandung. Dari

dua penelitian tersebut, terbukti bahwa instrumen Modifikasi DASS 21 valid

untuk dipergunakan dalam pengukuran tingkat stres hospitalisasi anak.

2.2.6 Cara Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada Anak

Ketakutan yang dialami anak akibat hospitalisasi biasanya disebabkan

karena tidak mempunyai pengalaman dirawat atau ketidaktahuan tentang prosedur

tindakan. Penelitian Karuniawati (2011) menyatakan bahwa dampak dari lama

masuk rumah sakit akibat hospitalisasi juga dapat berakibat pada tingkat

kecemasan. Apabila kecemasan anak tidak segera ditangani, maka anak tersebut

akan mengalami stres hospitalisasi. Apabila anak tidak mempunyai koping yang

.

Page 49: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

30

efektif, hal tersebut akan menimbulkan stres. Stres yang terjadi dapat dicegah

dengan cara memberikan penjelasan kepada anak, seperti membawa anak

berkeliling rumah sakit , atau melalui teknik distraksi (pengalihan). Ketika anak

didaftarkan untuk dirawat, perawat sebaiknya menjelaskan mengenai prosedur –

prosedur yang akan dilakukan pada anak (Wong, 2009). Pelander & Leino-Kilpi

(2010) dalam Utami (2014) menyatakan bahwa semakin sering seorang anak

berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin kecil tingkat stres hospitalisasi

yang dialami. Cara mengatasi dampak hospitalisasi pada anak juga dijelaskan oleh

Ambarwati (2015) yaitu :

1. Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan

a. Rooming In

Rooming In berarti orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa,

sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk

mempertahankan kontak / komunikasi antara orang tua dan anak

b. Partisipasi Orang Tua

Oraang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang

sakit, terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan. Perawat dapat

memberikan kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan

anak atau memandikannya. Dalam hal ini, perawat berperan dalam hal

pendidik kesehatan (health educator) bagi keluarga.

c. Membuat Ruang Perawatan

Ruang perawatan dibuat seperti situasi dirumah dengan mendekorasi

dinding memakai poster / kartu bergambar sehingga anak merasa aman

jika berada di ruangan tersebut.

.

Page 50: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

31

2. Meminimalkan Perasaan Kehilangan Kendali

a. Mengusahakan kebebasan bergerak

Pembatasan fisik / imobilisasi pada anak untuk mempertahakan aliran

infus dapat dicegah apabila anak bersikap kooperatif.

b. Mempertahankan kegiatan rutin anak

Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan

sehari – hari adalah dengan jadwal kegiatan yang terstruktur yang

meliputi seua kegiatan penting bagi anak, seperti prosedur tindakan,

bermain, serta menonton TV. Jadwal tersebut disusun oleh perawat,

orang tua dan anak bersama – sama.

c. Dorongan anak untuk independen

Anak sebaiknya diberi kesempatan untuk berpartisipsi dalam setiap

kegiatan misalnya, anak diberikan kesempatan untuk memilih makanan

atau mengatur waktu tidur.

3. Mencegah dan Meminimalkan Perlukaan Tubuh dan Rasa Sakit

Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah

penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat dapat menjelaskan apa yang

akan dilakukan , siapa yang daat ditemi oleh anak jika anak merasa takut,

dan lain – lain. Memanipulasi prosedur juga dapat megurangi ketakutan

akibat perlukaan tubuh, misalnya jika anak takut diukur temperaturnya

melalui anus maka hal tersebut dapat dilakukan melaui ketiak (axila). Untuk

mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan obat maupun tanpa obat,

misalnya dengan teknik distraksi.

.

Page 51: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

32

2.3 Teknik distraksi

2.3.1 Definisi Teknik Distraksi

Distraksi merupakan pengalihan perhatian klien ke hal yang lain sehingga

dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi

terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Pada prinsipnya teknik distraksi merupakan suatu

cara untuk mengalihkan fokus anak dari rasa sakit pada kegiatan lain yang

menyenangkan bagi anak (Pillitteri, 2010).

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Teknik Distraksi

Teknik distraksi dalam intervensi keperawatan bertujuan untuk pengalihan

atau menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya

rasa nyeri. Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang

yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada

situasi yang lebih menyenangkan. Apabila tujuan dan manfaat distraksi tercapai,

maka stress yang dialami saat hospitalisasi dapat diatasi. (Asmadi, 2012).

2.3.3 Prosedur Teknik Distraksi

Menurut Asmadi (2012) ,teknik distraksi dapat bekerja secara efektif

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Komunikasi antar perawat dan klien

2. Media distraksi yang dipakai

3. Jangka waktu yang digunakan

4. Tingkat stress, cemas maupun depresi yang dialami klien

Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain (Asmadi, 2012) :

.

Page 52: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

33

1. Distraksi visual

Distraksi visual merupakan jenis distraksi yang menggunakan indra melihat.

Contoh distraksi visual adalah dengan melihat majalah, melihat

pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).

2. Distraksi pendengaran (audio)

Distraksi visual merupakan jenis distraksi yang menggunakan indra

mendengar. Contoh distraksi pendengaran berupa mendengarkan musik

yang disukai, suara burung, atau gemercik air. Klien diminta untuk

memilih musik yang disukai dan musik yang tenang, seperti musik klasik.

Klien diarahkan untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga

dianjurkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti

bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

3. Distraksi pernafasan

Distraksi pernafasan dilakukan dengan beberapa tahap yakni tahap

pertama, yaitu bernafas ritmik. Klien dianjurkan untuk memandang fokus

pada satu objek atau memejamkan mata, kemudian melakukan inhalasi

perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati),

lalu menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan

menghitung satu sampai empat (dalam hati). Klien dianjurkan untuk

berkosentrasi pada sensasi pernafasan serta terhadap gambar yang

memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola

pernafasan ritmik. Tahap kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase, klien

diintruksikan untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang

.

Page 53: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

34

bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri

dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

4. Distraksi intelektual

Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti mengisi

teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur),

misalnya mengumpulkan perangko atau menulis cerita. Pada anak dapat

digunakan teknik menghitung benda atau barang yang ada di sekeliling

anak.

5. Teknik sentuhan

Distraksi sentuhan merupakan distraksi dengan memberikan sentuhan pada

lengan, mengusap, atau menepuk-nepuk tubuh klien. Tindakan ini dapat

digunakan untuk mengaktifkan saraf lainnya guna menerima respons atau

teknik gateway control. Teknik sentuhan memungkinkan impuls yang

berasal dari saraf penerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke medula

spinalis sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau nyeri tersebut.

Impuls yang berasal dari input saraf nyeri tersebut diblok oleh input saraf

yang menerima rangsang sentuhan karena saraf yang menerima sentuhan

lebih besar dari saraf nyeri .

6. Distraksi audiovisual

Distraksi audiovisual merupakan jenis distraksi gabungan dari distraksi

audio dan distraksi visual. Contoh distraksi audioviual adalah menonton

animasi kartun yang menggunakan media animasi kartun dalam

pelaksanaannya. Media animasi adalah media berupa gambar yang

bergerak disertai dengan suara (Utami, 2007). Kartun biasa disebut dengan

.

Page 54: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

35

animasi 2 dimensi. Kartun berasal dari kata Cartoon yang berarti gambar

lucu. Contohnya: Looney Tunes, Pink Panther, Tom and Jerry, Scooby

Doo, Doraemon, Mulan, Lion King, Brother Bear, Spirit, Snow White and

Pinocchio. Teknik ini dapat menggunakan bantuan dari media elektronik

seperti TV, Tablet, Handphone, dan lain-lain tergantung dari usia anak.,

misalnya untuk anak usia dini dapat menggunakan media yang sesuai

dengan ukuran tubuhnya agar anak dapat menikmati animasi kartun yang

diberikan. Anak-anak menyukai unsur-unsur seperti gambar, warna dan

cerita pada film kartun animasi. Unsur-unsur seperti gambar, warna, cerita,

dan emosi (senang, sedih, seru, bersemangat) yang terdapat pada film

kartun merupakan unsur otak kanan dan suara yang timbul dari film

tersebut merupakan unsur otak kiri. Sehingga dengan menonton film

kartun animasi otak kanan dan otak kiri anak pada saat yang bersamaan

digunakan duaduanya secara seimbang dan anak fokus pada film kartun

(Windura, 2008).

Penggunaan teknik distraksi menonton animasi kartun dapat efektif

dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:

a. Komunikasi antar perawat dan klien

b. Media distraksi yang dipakai

c. Jangka waktu yang digunakan

d. Tingkat stress, cemas maupun depresi yang dialami klien

.

Page 55: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

36

2.3.4 Kelemahan dan Kelebihan Animasi Sebagai Media Distraksi Stres

Hospitalisasi

Artawan (2010) mengemukakan bahwa animasi memiliki beberapa

kelemahan serta kelebihan apabila digunakan sebagai media distraksi, diantaranya

sebagai berikut :

1. Kelemahan

a. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk

mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media

distraksi

b. Memerlukan media yang sesuai dengan usia untuk membukanya.

Penggunaan media yang sesuai usia juga perlu diperhatikan agar saat

digunakan dapat berfungsi dengan baik, misalnya ukuran gadget yang

sesuai dengan usia anak.

2. Kelebihan

a. Memudahkan tenaga kesehatan untuk membuat anak kooperatif saat

tindakan keperawatan

b. Memperkecil ukuran objek yang cukup besar.

c. Mengalihkan perhatian anak terhadap stressor dengan menghadirkan

daya tarik bagi anak terutama animasi yang dilengkapi dengan suara.

d. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya

menggabungkan unsur audio dan visual.

2.4 Injeksi intravena secara tidak langsung (Bolus)

2.4.1 Definisi Bolus

Bolus merupakan tindakan memasukkan/menyuntikan obat-obatan melalui

intravena (IV) lewat selang infus (Ambarawati, 2009).

.

Page 56: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

37

2.4.2 Tujuan Bolus

Tujuan bolus yaitu untuk memudahkan pemberian obat injeksi IV lewat

selang infus tanpa harus menyuntikan jarum lagi ke tubuh pasien, agar pasien

tidak merasa sakit karena suntikan langsung ke kulit (Setyorini, 2006 : 5).

2.4.6 Pengaruh Injeksi Bolus Terhadap Stres Hospitalisasi Anak

Asuhan keperawatan selama proses hospitalisasi pada umumnya

memerlukan tindakan invasif berupa pemasangan infus dan injeksi (Nursalam,

2005). Injeksi intravena secara tidak langsung (bolus) merupakan injeksi yang

sering diberikan dalam proses keperawatan anak. Anak sering takut untuk disuntik

karena mereka menganggap bahwa suntik itu sakit. Torrance (1989) dalam Jin,

et.al. (2015) mencantumkan sejumlah faktor yang menyebabkan rasa sakit:

1. Jarum

2. Komposisi kimia dari obat.

3. Teknik

4. Kecepatan suntikan.

5. Volume obat.

Kecemasan anak akan berkurang apabila tenaga medis bersikap tenang dan

percaya diri, pemberian informasi yang sesuai serta teknik injeksi yang baik.

Teknik pengalihan perhatian atau modifikasi perilaku dapat berguna, terutama

untuk program pengobatan yang panjang, juga persiapan yang dilakukan tidak

terlihat oleh anak dapat mengurangi kecemasan. Apabila hal tersebut tidak

diperhatikan, maka kecemasan anak akan semakin meningkat dan anak menjadi

lebih mudah mengalami stres selama proses hospitalisasi. Stres yang dialami anak

saat proses hospitalisasi akan membuat proses perawatan dan penyembuhan anak

.

Page 57: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

38

terganggu. Anak akan sering rewel, menangis, memanggil nama orang

terdekatnya dan bersikap tidak kooperatif pada petugas medis, sehingga proses

perawatan yang dibutuhkan akan semakin lama (Ibung, 2008).

2.4.7 Hal Yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian Obat

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan selama prosedur pemerian

obat menurut Setyorini (2006) yaitu :

1. Obat suntikan yang akan diberikan harus sesuai dengan program

pengobatan.

2. Sebelum menyiapkan obat suntikan, bacalah dengan teliti petunjuk

pengobatan yang ada dalam catatan medis atau status pasien, meliputi

nama obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya.

3. Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label dari tiap obat.

4. Perhatikan teknik septik dan antiseptiknya.

5. Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik pasien

yang lain sebelum disterilkan.

6. Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat,

atau ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi.

7. Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak

melukai tangan dan pecahannya tidak masuk ke dalam obat.

8. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu

sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.

2.5 Pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres

hospitalisasi anak

Penelitian terkait pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap

tingkat stres hospitalisasi pada anak telah banyak dilakukan. Penelitian yang

.

Page 58: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

39

dilakukan oleh Chusniyah (2016) pada anak usia 6-9 tahun dengan judul

“Pengaruh bimbingan imajinasi menggunakan media audio visual (video)

terhadap stress hospitalisasi anak di RS Islam Surabaya” menunjukan hasil analisa

perbedaan rerata didapatkan pada kelompok perlakuan nilai rerata sebelum

intervensi 12.25 (stres sedang) dan setelah dilakukan bimbingan imajinasi

menggunakan media video memiliki nilai rerata 6.75 (stres ringan). Penelitian

tersebut menggunakan media video kartun animasi dan membuktikan bahwa

tingkat stres hospitalisasi juga dapat diturunkan dengan metode distraksi jenis lain

berupa imajinasi terbimbing menggunakan media video kartun animasi.

Kaur ,et.al.(2014) melakukan penelitian yang berjudul “Effectiveness of

cartoon disraction on pain perception and distress in children during intravenous

injection”. Penelitian tersebut menggunakan metode jenis penelitian quasy –

experimental design dan menggunakan sampel sebesar 30 responden anak yang

berumur 4 sampai 12 tahun. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

distraksi kartun adalah sebuah distraksi yang efektif untuk menurunkan nyeri dan

distres anak yang menjalani proses injeksi intravena.

Teknik distraksi sangat diperlukan dalam suatu pendekatan pada anak

hospitalisasi guna membantu proses asuhan keperawatan. Selain teknik distraksi

menonton animasi kartun, terdapat juga distraksi dengan aktifitas mewarnai

gambar. Aizah dan Wati (2014) melakukan sebuah penelitian yang berjudul

“Upaya menurunkan tingkat stres hospitalisasi dengan aktifitas mewarnai gambar

pada anak usia 4-6tahun di ruang Anggrek, RSUD Gambiran Kediri”. Dari

penelitian tersebut didapatkan adanya perbedaan yang signifikan dari rata-rata

anak mengalami stres berat kemudian menurun ke tingkat stres ringan sampai

.

Page 59: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

40

dengan sedang sehingga dapat disimpulkan bahwa distraksi dengan aktifitas

mewarnai gambar dapat menurunkan tingkat stres hospitalisasi anak usia 4-6

tahun di ruang anggrek RSUD Gambiran Kota Kediri.

Sarfika, et.al. (2015) juga menggunakan animasi kartun sebagai media teknik

distraksi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh teknik distraksi menonton

kartun animasi terhadap nyeri anak usia pra sekolah saat instalasi pemasangan

infus di instalasi rawat inap anak RSUP.DR.M.Djamil Padang”. Penelitian

tersebut menggunakan sampel sebanyak 22 orang anak usia prasekolah (2-6

tahun) yang terbagi atas 11 orang kelompok eksperimen dan 11 orang kelompok

kontrol. Melalui Skala FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)

didapatkan hasil penelitian adanya perbedaan rata-rata skala yeri yang signifikan

(P<0,05) antara anak yang diberikan teknik distraksi menonton kartu animasi

dengan anak yang tidak diberikan teknik distraksi saat dilakukan pemasangan

infus. Hal ini membuktikan bahwa distraksi menonton kartun animasi juga dapat

menurunkan skala nyeri yang dialami anak akibat pemasangan infus.

Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Olliveira, et.al. (2016) juga

meneliti tentang distraksi audiovisual dengan judul “Audiovisual distraction for

pain relief in paediatric inpatients: A crossover study”. Penelitian tersebut

menggunakan kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan sampel sebanyak 40

responden (anak). Hasil penelitian tersebut memberikan hasil perbedaan yang

sangat signifikan antara kelompok kasus yang diberikan perlakuan distraksi

berupa menonton animasi dengan kelompok kontrol yang tidak diberik perlakuan

distraksi menonton animasi. Hasil tersebut membuktikan bahwa distraksi

.

Page 60: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

41

menonton animasi dapat sangat efektif digunakan untuk meredakan nyeri akut

pada anak hospitalisasi.

Distraksi menonton animasi kartun juga dapat digunakan untuk menurunkan

kecemasan anak sebelum operasi. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Lee,

et.al (2012) dengan judul Cartoon Distraction Alleviates Anxiety in Children

During Induction of Anesthesia yang memberikan hasil bahwa distraksi menonton

animasi kartun sangat efektif dalam menurunkan kecemasan anak selama

menunggu proses anestesi. Peneliti juga sangat menganjurkan intervensi distraksi

menonton animasi kartun karena murah, mudah diterapkan serta merupakan salah

satu metode yang komprehensif dalam menurunkan kecemasan anak dalam proses

operasi pada anak.

.

.

Page 61: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Tingkat stress

Faktor yang

hospitalisasi anak

saat dilakukan

mempengaruhi: Distraksi menonton injeksi bolus

1. Komunikasi antar kartun animasi 1. Ringan

perawat dan klien 2. Sedang

2. Media distraksi 3. Berat

yang dipakai 4. Sangat Berat

3. Jangka waktu

yang digunakan

4. Tingkat stress,

cemas maupun

depresi yang

Tidak dapat

dialami klien Dapat

menurunkan

(Asmadi, 2012) menurunkan

tingkat stres

tingkat stres

hospitalisasi

hospitalisasi

1. Anak dapat bersikap 1. Anak tidak dapat

kooperatif bersikap kooperatif

2. Waktu penyembuhan 2. Waktu penyembuhan

yang dibutuhkan lebih yang dibutuhkan lebih

singkat lama

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Pengaruh

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres hospitalisasi anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni RSUD Jombang.

42

Page 62: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

43

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah

penelitian (Sujarweni, 2014). Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan

secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk

pernyataan yang dapat diuji (Noor, 2013). Hipotesis pada penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh distraksi menonton animasi terhadap tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni

RSUD Jombang

.

Page 63: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan, memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2011).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen. Dikatakan

pre – experimental design karena desain ini belum merupakan eksperimen

sungguh – sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh

terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi, hasil eksperimen yang merupakan

variabel dependen itu bukan semata – mata dipengaruhi oleh variabel independen

(Sugiyono, 2009).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pretest posttets design yang merupakan rancangan eksperimen dengan cara

dilakukan pretest terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan kemudian setelah

diberi perlakuan dilakukan posttest, dengan demikian hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum

diberi perlakuan (Sugiono, 2010).

Tabel 4.1 One Group Pretest – Posttest Design (Sugiono, 2010). Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Pengukuran tingkat stress hospitalisasi anak saat injeksi bolus sebelum diberi perlakuan.

X : Perlakuan distraksi menonton animasi kartun. O2 : Pengukuran tingkat stress hospitalisasi anak saat injeksi bolus sesudah

diberi perlakuan.

44

Page 64: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

45

4.2 Waktu dan tempat penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei

2017

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Paviliun Seruni RSUD

Jombang

4.3 Populasi, sampel dan sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualtas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi

dalam penelitian ini adalah rata – rata pasien anak per bulan usia 3 – 5 tahun

selama tahun 2016 di Paviliun Seruni RSUD Jombang sejumlah 57 anak.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam menentukan

besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Noor, 2011) dengan

tingkat kesalahan 5% atau 0.05 yaitu sebagai berikut :

=

Keterangan :

n = Jumlah elemen / anggota sampel

1 + ( 2)

N = Jumlah elemen / anggota populasi

e = Error level / tingkat kesalahan, 5% atau 0.05

=

57

1 + (57 0.052)

57 57

=

=

= 49.8 = 50

1 + (57 0.0025) 1.1425

.

Page 65: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

46

Jadi jumlah elemen sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 pasien anak.

Sampel dipilih dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi yang

sudah ditentukan. Berikut kriteria inklusi dan ekslusi di dalam penelitian ini:

1. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2015) yaitu:

a. Anak hospitalisasi yang mendapat injeksi bolus dengan usia 3 – 5 tahun

b. Anak hospitalisasi yang dirawat inap dihari pertama

c. Anak hospitalisasi yang tingkat kesadaran (GCS) 14 – 15 atau dalam

keadaan sadar penuh

d. Anak hospitalisasi yang bersedia menjadi responden atau yang sudah

mendapat persetujuan dari orang tua

2. Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2015) sebagai berikut:

a. Anak hospitalisasi yang demam tinggi

b. Anak hospitalisasi yang sedang tidur

c. Anak hospitalisasi yang menjalani perawatan intensif/isolasi

d. Anak hospitalisasi yang mengalami trauma post fracture, trauma post

operasi

4.3.3 Sampling

Sampling penelitian adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling adalah cara – cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel guna memperoleh sampel yang benar –

benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995

& Nursalam, 2008 dalam Nursalam , 2013). Penelitian ini menggunakan teknik

sampling yaitu consequtive sampling.

.

Page 66: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

47

4.4 Kerangka kerja (Frame Work)

Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah – langkah dalam aktivitas ilmiah

yang dilakukan dalam sebuah penelitian / kegiatan sejak awal hingga akhir

penelitian (Nursalam, 2013). Frame Work dalam peneltian ini adalah sebagai

berikut :

Penyusunan proposal

Populasi Rata – rata per bulan seluruh pasien anak selama tahun 2016

di Pav. Seruni RSUD Jombang sebanyak 57 anak

Teknik Sampling Consequtive sampling

Sampel Sebagian rata – rata per bulan pasien anak selama tahun 2016

di Pav. Seruni RSUD Jombang sebanyak 50 anak

Desain Penelitian Pre - eksperimental: one group pretest posttets design

Variabel Independent Distraksi menonton animasi kartun

Variabel Dependent Tingkat stres hospitalisasi pada anak

Pengumpulan Data Lembar observasi / kuesioner tingkat stres modifikasi DASS 21

Pengolahan data (Editing, Coding, Scoring, Tabulating)

Analisa data Univariate, Bivariate (Uji Wilcoxon)

Penarikan kesimpulan

Penyajian hasil penelitian

Gambar 4.1 : Kerangka kerja pengaruh distraksi menonton kartun animasi

terhadap tingkat stres hospitalisasi pada anak saat injeksi bolus di Paviliun Seruni RSUD Jombang.

.

Page 67: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

48

4.5 Identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009 dalam Sujarweni, 2014).

4.5.1 Variabel independent (bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

penyebab munculnya maupun perubahan pada variabel dependent

(Sujarweni, 2014). Variabel independent pada penelitian ini adalah

distraksi menonton animasi kartun.

4.5.2 Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variable bebas (Sujarweni, 2014). Variabel dependent dalam

penelitian ini adalah tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan

injeksi bolus.

4.6 Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Hidayat, 2011).

.

Page 68: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

49

Tabel 4.2. Definisi operasional Pengaruh Distraksi Menonton Animasi Kartun Terhadap Tingkat Stres Hospitalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi

Bolus.

Variabel Definisi

Parameter Alat Ukur Skala

Skor

Operasional

Independent Merupakan - Jenis Handphone - -

pengalihan animasi

Distraksi perhatian klien kartun

Menonton ke hal yang lain yang

Animasi dengan media diberikan

Kartun animasi kartun - Media

sehingga dapat gambar,

menurunkan suara

kewaspadaan

terhadap nyeri,

bahkan

meningkatkan

toleransi

terhadap nyeri

Dependent Perasaan anak Respon Lembar O Skor:

yang terjadi fisiologis observasi / R Ringan = 1

Tingkat Stres karena anak dan respon kuesioner D Sedang = 2

Hospitalisasi berusaha untuk emosi / modifikasi I Berat = 3

beradaptasi perilaku DASS 21 N Sangat berat = 4

dengan A

lingkungan baru L Kriteria:

yaitu rumah 1. Stres ringan

sakit, sehingga apabila

kondisi tersebut mendapat nilai

menjadi faktor 15 – 18

stresor bagi 2. Stres sedang

anak baik apabila

terhadap anak mendapat nilai

maupun orang 19 – 25

tua dan 3. Stres berat

keluarga. apabila

mendapat nilai

26 – 33

4. Stres sangat

berat apabila

mendapat nilai

≥ 34

(Modifikasi DASS 21)

4.7 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan

maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data

.

Page 69: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

50

kuantitatif (Nursalam, 2013). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah dengan menggunakan handphone yang dipergunakan untuk

memutar video animasi kartun dan lembar observasi / kuesioner Modifikasi DASS

21 yang terdiri dari 21 pernyataan yang sudah dimodifikasi guna mengukur

tingkat stress hospitalisasi anak. Modifikasi DASS 21 juga dipergunakan oleh

Bottesi, et.al., (2015) dalam penelitiannya yang berjudul The Itallian Version of

Depresion Anxiety Stress Scale – 21 : Factor Structure and Psychometric

Properties on Community and Clinical Sampel yang menyatakan bahwa

Modifikasi DASS 21 sangat berguna untuk praktek klinik komunitas maupun

individu. Instrumen Modifikasi DASS 21 juga digunakan oleh Yosiana, et.al.,

(2012) dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Tingkat Stress Pada Anak

Hospitalisasi Di Ruang Kelas Tiga Rumah Sakit Al Islam , Bandung. Dari dua

penelitian tersebut, terbukti bahwa instrumen Modifikasi DASS 21 valid untuk

dipergunakan dalam pengukuran tingkat stres hospitalisasi anak.

4.8 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk

mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai lingkup

penelitian (Sujarweni, 2014). Prosedur yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengurus perijinan surat pengantar penelitian dari STIKes ICMe Jombang

yang akan diberikan kepada Direktur RSUD Kabupaten Jombang.

2. Peneliti memberikan surat pengantar penelitian dari Stikes Icme kepada

Direktur RSUD Jombang untuk memperoleh ijin melakukan penelitian.

.

Page 70: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

51

3. Menjelaskan kepada orang tua anak (calon responden) tentang penelitian

dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

inform concent.

4. Jika disetujui, dilakukan observasi tingkat stress hospitalisasi pada anak

saat injeksi IV (bolus) sebelum diberikan intervensi distraksi menonton

animasi kartun.

5. Menanyakan pada orang tua responden tentang jenis kartun yang disukai

anak (responden).

6. Memberikan distraksi menonton animasi kartun pada anak beberapa menit

sebelum dilakukan injeksi bolus.

7. Memberikan kembali distraksi menonton animasi kartun pada anak

sekaligus mengobservasi tingkat stress hospitalisasi pada anak saat

dilakukan injeksi IV (bolus).

8. Data yang terkumpul dari klien kemudian dilakukan pengolahan data

menggunakan SPSS.

4.9 Pengolahan dan analisa data

4.9.1 Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2011) setelah angket dari responden terkumpul,

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

.

Page 71: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

52

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu

kode dari suatu variabel.

a. Data Umum

1) Responden 1 : R1

Responden 2 : R2

Responden 3 : R3

2) Jenis Kelamin : K

Laki – laki : K1

Perempuan : K2

3) Umur :

3 tahun : U1

4 tahun : U2

5 tahun : U3

4) Lama masuk rumah sakit (MRS) : J

1 – 8 jam : J1

9 – 16 jam : J2

17 – 24 jam : J3

5) Pengalaman Hospitalisasi : P

Pertama kali : P1

.

Page 72: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

53

Pernah ( 1 – 2 kali ) : P2

Sering (lebih dari 2 kali): P3

6) Jenis Penyakit : I

Akut : I1 (DHF, diare, Dengeue Fever, Gastroenteritis Acute,

Faringitis dan lain-lain)

Kronis : I2 ( Talasemia, Epilepsi, dan lain – lain)

b. Data Khusus

Lembar observasi / kuisioner Modifikasi DASS 21 meliputi 21

pertanyaan dengan dikelompokkan dalam 2 respon utama.

1) Respon fisiologis

(Respon ada atau tidaknya peningkatan denyut nadi, tekanan darah,

frekuensi pernafasan, frekuensi BAK, adanya dilatasi pupil,

gemetar serta keringat dingin).

Tidak : 0

Ya: 1

2) Respon emosional / perilaku

(Respon ada atau tidaknya kegelisahan, sulit tidur, menolak makan,

menangis, tidak kooperatif, perilaku regresi, agresif, depresi,

represi, menarik diri serta diplesemen).

Tidak : 0

Ya: 1

3. Scoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk tingkat stress hospitalisasi

dengan baik dan benar, dengan kategori :

Ringan : 1

Sedang : 2

.

Page 73: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

54

Berat : 3

Sangat Berat : 4

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah

diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah

dirancang.

Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan menggunakan

skala kumulatif :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden

50 % = Setengah responden

26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya

1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden

0 % = Tidak ada satupun dari responden

(Arikunto, 2010).

4.9.2 Analisa Data

1. Analisa Univariate

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu variabel distraksi

menonton animasi kartun dan tingkat stress hospitalisasi pada anak pra

sekolah saat dilakukakan injeksi bolus.

Variabel dependent dianalisa dengan menggunakan prosentasi frekuensi :

.

Page 74: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

55

= 100%

Keterangan :

P = prosentase penilaian tingkat stres hospitalisasi

f = frekuensi jumlah responden di masing – masing tingkat stres

hospitalisasi

n = jumlah keseluruhan responden

2. Analisa Bivariate

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji wilcoxon

yaitu dengan mencari perbedaan mean pretest dan posttest. Analisis ini

digunakan untuk mengetahui tingkat stres hospitalisasi pada anak saat

dilakukan injeksi bolus sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan

terapi. Setelah data terkumpul dan telah diskoring kemudian dilakukan uji

wilcoxon untuk mengetahui perbandingan pengamatan sebelum dan sesudah

perlakuan terhadap variabel independent dan variabel dependent.

Untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel apakah signifikansi atau

tidak dengan menggunakan tingkat signifikansi atau kebenaran (α) 0,05

dipergunakan software SPSS versi 17, dimana nilai p (p value) lebih kecil

dari nilai alpha () (p < = 0,05) maka ada perbedaan yang signifikan,

sehingga akan diketahui pengaruh perlakuan distraksi menonton kartun

animasi terhadap tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi

bolus dengan membandingkan nilai posttest dengan pretest. Sedangkan

apabila p > = 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga

diketahui tidak ada pengaruh distraksi menonton kartun animasi terhadap

tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus.

.

Page 75: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

56

4.10 Etika penelitian

4.10.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberi kan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya.

4.10.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2011).

4.11 Keterbatasan penelitian

Sebagaimana penelitian yang lain, penelitian ini juga tidak lepas dari

keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini sebagai berikut :

1. Waktu penelitian yang belum ditentukan sehingga peneliti tidak dapat

menyampaikan secara jelas kepada pihak rumah sakit terkait dengan lama

penelitian yang akan dilakukan.

2. Responden dalam penelitian ini terbatas pada anak yang sakit tanpa

membedakan penyakit akut dan kronis, sehingga distraksi yang diberikan

pada anak dengan penyakit kronis tidak memberikan hasil yang maksimal.

.

Page 76: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Paviliun

Seruni RSUD Jombang dimulai pada tanggal 30 Maret 2017 sampai 13 April

2017 dengan responden 50 pasien anak. Penelitian ini menggunakan alat berupa

lembar observasi Modifikasi DASS 21 untuk mengumpulkan data umum dan data

khusus tentang pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus. Hasil penelitian disajikan

dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat

karakteristik jenis kelamin, umur, lama masuk rumah sakit (MRS), riwayat

hospitalisasi serta jenis penyakit yang diderita pasien. Sedangkan data khusus

terdiri dari tingkat stres hospitalisasi anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

dan sesudah diberikan distraksi menonton animasi kartun serta tabel perbedaan

yang menggambarkan pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap

tingkat stres hospitalisasi anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni

RSUD Jombang.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Kabupaten Jombang terletak di Kota Jombang. Rumah sakit ini

memiliki batas wilayah yaitu sebelah utara : JL. Jaya Negara, sebelah selatan : JL.

Kaliwungu, sebelah barat: JL. Wahid Hasyim, dan sebelah timur : JL.

Adityawarman. RSUD Kabupaten Jombang dikelola oleh pegawai RS dan para

stafnya. Fasilitas yang ada di RSUD Kabupaten Jombang yaitu terdapat ruang

57

Page 77: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

58

rawat inap, aula, IGD, Poli klinik, kamar mandi, ruang administrasi , ruang

informasi dan masih banyak lagi. Penelitian ini dilakukan di Paviliun Seruni

dimana ruang ini terletak disebelah mushola dan memiliki tenaga dokter spesialis

anak sebanyak 3 orang, kepala ruangan 1 orang, wakil kepala ruangan 1 orang,

kepala tim perawat 2 orang serta perawat sebanyak 25 orang. Selain itu terdapat

tenaga non perawat yakni dibagian administrasi sebanyak 4 orang, asper 4 orang

dan bagian kebersihan sebanyak 2 orang. Paviliun seruni memiliki 35 tempat tidur

yang terbagi dalam beberapa ruangan, meliputi ruang HCU 6 tempat tidur, kelas I

ada 6 tempat tidur, kelas II ada 8 tempat tidur, serta kelas III ada 15 tempat tidur,

selain itu Paviliun Seruni juga memiliki taman bermain untuk pasien.

5.1.2 Data Umum

Data umum responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur,

lama masuk rumah sakit (MRS), riwayat hospitalisasi serta jenis penyakit yang

diderita responden. Hasil ulasan deskripsi data umum berupa tabel adalah sebagai

berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik jenis kelamin akan menjelaskan tentang jenis kelamin

responden. Hasil ulasan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pasien anak

di Paviliun Seruni RSUD Jombang Jenis Kelamin Jumlah ( anak ) Presentase (%)

Laki – laki 18 36

Perempuan 32 64

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

.

Page 78: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

59

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sejumlah 32 anak (64 %).

2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik umur akan menjelaskan tentang umur responden. Hasil

ulasan karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pasien anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang

Umur (Tahun) Jumlah (anak) Presentase (%)

3 12 24

4 22 44

5 16 32

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir dari setengah

responden berumur 4 tahun sejumlah 22 anak (44%).

3. Karakteristik responden berdasarkan lama masuk rumah sakit (MRS)

Karakteristik lama masuk rumah sakit (MRS) akan menjelaskan tentang

waktu dimana responden pertama kali masuk rumah sakit hingga bertemu

dengan peneliti. Hasil ulasan karakteristik responden berdasarkan lama masuk

rumah sakit (MRS) adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama masuk rumah sakit

(MRS) pasien anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang

MRS (Jam) Jumlah (anak) Presentase (%)

1 – 8 22 44

9 – 16 27 54

17 – 24 1 2

Total 50 100 Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

masuk rumah sakit antara 9 – 16 jam sejumlah 27 anak (54%).

.

Page 79: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

60

4. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman hospitalisasi

Karakteristik pengalaman hospitalisasi akan menjelaskan tentang

pengalaman hospitalisasi yang mungkin dialami responden sebelumnya.

Hasil ulasan karakteristik responden berdasarkan pengalaman hospitalisasi

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman hospitalisasi

pasien anak di Paviliun Seruni RSUD Jombang

Pengalaman hospitalisasi (kali ) Jumlah (anak) Presentase (%)

1 17 34

2 23 46

>2 10 20

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir dari setengah

responden pernah dirawat 2 kali sejumlah 23 anak (46%).

5. Karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit

Karakteristik jenis penyakit akan menjelaskan tentang jenis penyakit yang

diderita responden Hasil ulasan karakteristik responden berdasarkan jenis

penyakit adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis penyakit pasien anak

di Paviliun Seruni RSUD Jombang Jenis Penyakit Jumlah (anak) Presentase (%)

Akut 38 76

Kronis 12 24

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden

mengalami jenis penyakit akut sejumlah 38 anak (76%).

.

Page 80: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

61

5.1.2 Data Khusus

Data khusus responden dalam penelitian ini meliputi tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum pemberian distraksi

menonton animasi kartun, tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan

injeksi bolus sesudah pemberian distraksi menonton animasi kartun serta tabulasi

silang pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni RSUD

Jombang. Hasil ulasan deskripsi data khusus berupa tabel adalah sebagai berikut :

1. Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni RSUD

Jombang

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni RSUD Jombang

Tingkat Stres Hospitalisasi Pre Test

Jumlah (anak) Presentase (%)

Ringan 0 0

Sedang 22 44

Berat 28 56

Sangat berat 0 0

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami tingkat stres hospitalisasi berat saat dilakukan injeksi bolus

sebelum pemberian distraksi menonton animasi kartun sejumlah 28 anak

(56%).

.

Page 81: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

62

2. Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudah

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni RSUD

Jombang

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudah

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun

Seruni RSUD Jombang

Tingkat Stres Hospitalisasi Post Test

Jumlah (anak) Presentase (%)

Ringan 40 80

Sedang 10 20

Berat 0 0

Sangat berat 0 0

Total 50 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden

mengalami tingkat stres hospitalisasi ringan saat dilakukan injeksi bolus

sesudah pemberian distraksi menonton animasi kartun berada sejumlah 40

anak (80%).

3. Tabulasi silang pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap

tingkat stres hospitalisasi pada aak saat dilakukan injeksi bolus.

Tabulasi silang akan mendiskripsikan dan menyampaikan hasil pengaruh

distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres hospitalisasi pada

anak saat dilakukan injeksi bolus. Hasil tersebut disajikan pada tabel tabulasi

silang berikut ini :

.

Page 82: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

63

Tabel 5.8 Tabulasi silang pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres hospitalisasi pada aak saat dilakukan

injeksi bolus di Paviliun Seruni RSUD Jombang.

Teknik distraksi Tingkat stres hospitalisasi pada anak

sangat Total

menonton ringan sedang berat

berat

animasi kartun

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Sebelum 0 0 22 44 28 56 0 0 50 100

Sesudah 40 80 10 20 0 0 0 0 50 100

Hasil uji statistik Wilcoxon signed rank test diperoleh p =

0.000 Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa diketahui adanya

perubahan jumlah responden sebelum diberikan perlakuan berupa distaksi

menonton animasi kartun sebagian besar mengalami tingkat stres berat

sejumlah 28 anak (56%) sedangkan jumlah responden sesudah diberikan

perlakuan berupa distraksi menonton animasi kartun hampir seluruh

responden mengalami tingkat stres ringan sejumlah 40 anak (80%). Hasil

penelitian tersebut diperkuat oleh hasil perbedaan melalui nilai uji beda

Wilcoxon signed rank test didapatkan p value sebesar 0.000. Nilai p value

penelitian ini menunjukkan nilai p value < α (0,05) yang berarti memiliki

perbedaan nilai yang sangat bermakna. Berdasarkan nilai tingkat stres

hospitalisasi sebelum dan sesudah distraksi menonton animasi kartun

diketahui bahwa sebelum distraksi menonton animasi kartun, sebagian besar

responden mengalami stres berat sedangkan sesudah distraksi menonton

animasi kartun, hampir seluruh responden mengalami stres ringan sehingga

dapat disimpulkan ada pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap

tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun

Seruni RSUD Jombang.

.

Page 83: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

64

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun.

Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun berdasarkan penelitian yang

dilakukan di Paviliun Seruni RSUD Jombang didapatkan bahwa sebagian besar

responden mengalami stres berat sejumlah 28 anak (56%).

Menurut peneliti, hasil dari penelitian sebelum diberikan distraksi menonton

animasi kartun ditemukan sebagian besar responden mengalami stres berat

disebabkan karena anak bertemu dengan orang – orang baru yang belum

dikenalnya seperti dokter, perawat serta petugas kesehatan lainnya. Anak merasa

asing dengan orang baru dan lingkungan yang baru di rumah sakit. Adanya

lingkungan baru di rumah sakit membuat anak yang tidak dapat beradaptasi

menjadi lebih mudah stres terutama bagi anak yang pertama kali mengalami

hospitalisasi. Selain tingkat stres berat, terdapat pula tingkat stres sedang sejumlah

22 anak (44%). Hal tersebut disebabkan juga oleh adanya prosedur injeksi bolus

yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang dialami oleh anak. Anak meyakini

bahwa apapun jenis injeksi yang diberikan kepada anak akan menyakiti tubuhnya.

Lamanya proses hospitalisasi yang mengharuskan anak menjalani berbagai

prosedur perawatan di rumah sakit serta adanya trauma dari riwayat hospitalisasi

sebelumnya yang mungkin dialami oleh anak akan mempengaruhi tingkat stres

hospitalisasi yang dialami oleh anak.

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada

anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak tersebut akan mudah

.

Page 84: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

65

mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan yang terjadi baik

terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari –

hari serta anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian – kejadian yang bersifat menekan

(Ambarwati, 2015). Stressor utama yang dialami anak saat proses hospitalisasi

menurut Wong (2009) dalam Ambarwati (2015) yakni cemas akibat perpisahan,

kehilangan kendali, citra tubuh dan adanya nyeri. Pemberian prosedur injeksi

bolus merupakan jenis prosedur invasif yang sering diberikan pada anak saat

menjalani proses hospitalisasi dan tindakan tersebut sering membuat anak merasa

cemas dan nyeri.

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa hampir dari setengah

responden berumur 4 tahun sejumlah 22 anak (44%). Usia 4 tahun tergolong

dalam usia pra sekolah. Menurut peneliti, anak usia pra sekolah lebih mudah

mengalami stres hospitalisasi karena mereka sulit beradaptasi dengan lingkungan

barunya di rumah sakit, selain itu adanya prosedur injeksi bolus membuat anak

sering mengalami kecemasan dan ketakutan. Selain usia 4 tahun, terdapat pula

responden yang juga termasuk dalam usia prasekolah yakni berusia 3 tahun

sejumlah 12 anak (24% ) dan usia 5 tahun sejumlah 16 anak (32%). Respon yang

ditunjukkan oleh anak usia pra sekolah akibat rasa cemas dan takut dari

hospitalisasi adalah anak sering rewel, mudah marah dan tidak dapat bersikap

kooperatif pada petugas kesehatan. Menurut Potter & Perry (2005) , semua

prosedur atau tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri maupun tidak,

keduanya akan menyebabkan kecemasan bagi anak usia prasekolah selama

.

Page 85: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

66

hospitalisasi sehingga anak usia prasekolah lebih mudah mengalami stres

hospitalisasi.

Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 , dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan waktu masuk rumah sakit (MRS) dan riwayat hospitalisasi didapatkan

hasil bahwa sebagian besar responden masuk rumah sakit hingga bertemu dengan

peneliti berkisar antara 9 – 16 jam sejumlah 27 anak (54%) serta hampir dari

setengah responden pernah dirawat 1 – 2 kali sejumlah 23 anak (46%). Menurut

peneliti, riwayat hospitalisasi serta lama masuk rumah sakit (MRS) juga

mempengaruhi tingkat stres hospitalisasi yang dialami oleh anak. Anak yang tidak

memiliki riwayat hospitalisasi sebelumnya dan belum terlalu lama masuk rumah

sakit (MRS) pasti memiliki tingkat stres hospitalisasi yang tinggi. Meskipun

begitu, anak yang memiliki riwayat hospitalisasi sebelumnya juga masih

mengalami stres hospitalisasi namun tingkat stres hospitalisasi yang dialami lebih

rendah dibandingkan dengan yang belum memiliki riwayat hospitalisasi. Sesuai

dengan teori Pelander & Leino-Kilpi (2010) dalam Utami (2014) bahwa semakin

sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin kecil tingkat

stres hospitalisasi yang dialami. Penelitian oleh Chusniyah (2016) juga

mengatakan bahwa selain umur, pengalaman dirawat di rumah sakit juga sangat

berpengaruh pada kondisi stres hospitalisasi pada anak. Hal ini berarti pengalaman

dirawat di rumah sakit mempengaruhi anak mengalami kondisi stres saat

menjalankan hospitalisasi.

Berdasarkan Tabel 5.3 dan 5.4 terdapat pula responden yang pertama kali

mengalami hospitalisasi sejumlah 17 anak (34%) dan responden yang lebih dari 2

kali mengalami hospitalisasi sejumlah 10 anak (20%). Lamanya waktu masuk

.

Page 86: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

67

rumah sakit yang dialami responden dari awal masuk rumah sakit hingga bertemu

dengan peneliti bervariasi, diantaranya sekitar 1 – 8 jam sejumlah 22 anak (44%)

dan 17 – 24 jam sejumlah 1 anak (2%). Menurut peneliti, stres hospitalisasi yang

dialami anak akan menurun apabila anak tersebut telah memiliki riwayat

hospitalisasi sebelumnya, selain itu kemampuan anak dalam beradaptasi dengan

lingkungan di rumah sakit dari awal masuk hingga bertemu dengan peneliti akan

sangat mempengaruhi tingkat stres hospitalisasi pada anak. Sesuai dengan hasil

penelitian Karuniawati (2011) bahwa dampak dari lama masuk rumah sakit akibat

hospitalisasi juga dapat berakibat pada tingkat kecemasan. Apabila kecemasan

anak tidak segera ditangani, maka anak tersebut akan mengalami stres

hospitalisasi.

5.2.2 Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudah

pemberian distraksi menonton animasi kartun.

Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudah

pemberian distraksi menonton animasi kartun berdasarkan penelitian yang

dilakukan di Paviliun Seruni RSUD Jombang didapatkan bahwa hampir seluruh

responden mengalami stres ringan sejumlah 40 anak (80%).

Menurut peneliti, tingkat stres hospitalisasi yang dialami pasien anak di

Paviliun Seruni setelah diberikan distraksi menonton animasi kartun mengalami

penurunan. Hal ini dibuktikan pada hasil tabel 5.6 bahwa tidak ada responden

yang mengalami stres ringan, namun pada tabel 5.7 justru hampir seluruh

responden mengalami stres ringan meskipun masih terdapat sebagian kecil

responden yang mengalami stres sedang sejumlah 10 anak (20%). Penurunan stres

hospitalisasi yang dialami responden disebabkan karena adanya pengalihan

.

Page 87: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

68

(distraksi) yang diberikan oleh peneliti saat dilakukan injeksi bolus berupa

tontonan animasi kartun yang disukai responden. Anak terutama usia prasekolah

sangat menyukai animasi kartun yang sering dilihatnya saat dirumah sebelum

mengalami proses hospitalisasi. Saat diberikan injeksi bolus, anak akan

memberikan respon berupa gelisah, takut, atau bahkan kesakitan dengan cara

menangis, memukul, dan tidak ingin ditinggal oleh orang tuanya. Namun disaat

yang bersamaan, peneliti memberikan distraksi berupa tontonan animasi kartun

sehingga anak menjadi lebih rileks, dan perhatian anak terhadap injeksi bolus

yang akan diberikan padanya teralihkan. Hal ini yang membuat tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus menurun.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarfika, et.al (2015) bahwa

anak usia prasekolah sangat mudah didistraksi atau dialihkan perhatiannya

terhadap apa yang membuatnya mengalami stres hospitalisasi. Pada prinsipnya

teknik distraksi merupakan suatu cara untuk mengalihkan fokus anak dari rasa

sakit pada kegiatan lain yang menyenangkan bagi anak (Pillitteri, 2010). Anak-

anak menyukai unsur-unsur seperti gambar, warna dan cerita pada film kartun

animasi. Unsur-unsur seperti gambar, warna, cerita, dan emosi (senang, sedih,

seru, bersemangat) yang terdapat pada film kartun merupakan unsur otak kanan

dan suara yang timbul dari film tersebut merupakan unsur otak kiri. Sehingga

dengan menonton film kartun animasi otak kanan dan otak kiri anak pada saat

yang bersamaan digunakan duaduanya secara seimbang dan anak fokus pada film

kartun (Windura, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5, hampir seluruh responden

mengalami penyakit akut sejumlah 38 anak (76%). Beberapa jenis penyakit akut

.

Page 88: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

69

yang dialami responden yakni demam, diare, faringitis, dan lain-lain. Menurut

peneliti, jenis penyakit akut juga mempengaruhi tingkat stres hospitalisasi anak

sesudah diberikan distraksi menonton animasi kartun. Anak yang mengalami

penyakit akut sebagian besar memiliki riwayat hospitalisasi sebanyak 1 – 2 kali.

Hal tersebut tentunya membuat rutinitas anak di rumah menjadi berubah dan

dihadapkan oleh lingkungan dan rutinitas yang baru di rumah sakit. Hampir

seluruh anak memiliki rutinitas / kebiasaan menonton animasi kartun saat

dirumah, namun saat anak menderita penyakit akut dan menjalani proses

hospitalisasi, anak diharuskan untuk lebih sering istirahat serta mendapatkan

berbagai prosedur tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan teori Price dan

Gwin (2005) dalam Utami (2014) bahwa aturan ataupun rutinitas rumah sakit,

prosedur medis yang dijalani seperti tirah baring, pemasangan infus dan lain

sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan kemandirian anak yang sedang

dalam taraf perkembangan.

Berdasarkan Tabel 5.5, terdapat pula sebagian kecil responden mengalami

penyakit kronis sejumlah 12 anak (24%). Menurut peneliti, anak yang memiliki

penyakit kronis seperti thalasemia, epilepsi dan lain-lain masih mengalami stres

hospitalisasi namun tingkat stresnya lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena anak

sudah mampu beradaptasi dan terbiasa dengan lingkungan dirumah sakit. Anak

akan menganggap bahwa rumah sakit adalah rumah kedua yang harus sering ia

kunjungi. Meskipun begitu, anak masih mengalami kecemasan apabila ditinggal

oleh orang tuanya walaupun hanya sebentar. Sehingga, teknik distraksi menonton

animasi kartun yang diberikan pada anak penderita penyakit kronis yang

mengalami stres tidak akan memberikan respon baik terlalu besar karena anak

.

Page 89: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

70

tersebut sudah mengerti bahwa distraksi menonton animasi kartun adalah sebuah

pengalihan dari rasa nyeri yang dialaminya akibat injeksi bolus.

5.2.3 Pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa diketahui adanya perubahan

jumlah responden sebelum diberikan perlakuan berupa distaksi menonton animasi

kartun sebagian besar mengalami tingkat stres berat sejumlah 28 anak (56%)

sedangkan jumlah responden sesudah diberikan perlakuan berupa distraksi

menonton animasi kartun hampir seluruh responden mengalami tingkat stres

ringan sejumlah 40 anak (80%). Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil

perbedaan melalui nilai uji beda Wilcoxon signed rank test didapatkan p value

sebesar 0.000. Nilai p value penelitian ini menunjukkan nilai p value < α (0,05)

yang berarti memiliki perbedaan nilai yang sangat bermakna. Berdasarkan nilai

tingkat stres hospitalisasi sebelum dan sesudah distraksi menonton animasi kartun

diketahui bahwa sebelum distraksi menonton animasi kartun, sebagian besar

responden mengalami stres berat sedangkan sesudah distraksi menonton animasi

kartun, hampir seluruh responden mengalami stres ringan sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat

stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni RSUD

Jombang.

Cemas dan nyeri yang dialami oleh anak termasuk faktor yang

meningkatkan stres hospitalisasi pada anak. Teknik distraksi berupa pemberian

tontonan animasi kartun sangat efektif dalam menurunkan cemas dan

mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan anak sehingga stres hospitalisasi yang

.

Page 90: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

71

dialami anak menurun. Anak diberikan kebebasan dalam pemilihan kartun

favoritnya dengan durasi yang rata – rata sama yakni 2 – 3 menit selama

menggunakan teknik distraksi sehingga anak dapat menjalani prosedur tindakan

keperawatan dengan tenang dan meminimalkan trauma. Begitu pula dengan orang

tua anak, orang tua yang mendampingi anak selama hospitalisasi tidak cemas

karena melihat anaknya tenang saat dilakukan tindakan invasif seperti injeksi

bolus. Keefektifan distraksi menonton animasi kartun juga dapat dibuktikan

dengan penurunan jumlah responden yang mengalami stres sedang saat sebelum

diberikan distraksi menonton animasi kartun sejumlah 22 anak (44%) sedangkan

saat sesudah diberikan distraksi menonton animasi kartun turun menjadi 10 anak

(20%).

Manfaat lain juga dirasakan oleh perawat sebagai tenaga kesehatan yang

sering melakukan prosedur injeksi bolus pada anak. Ketika anak lebih fokus pada

kegiatan menonton film kartun, hal tersebut mengakibatkan impuls nyeri yang

disebabkan adanya cidera tidak mengalir melalui tulang belakang, pesan nyeri

tidak tersampaikan ke otak sehingga anak tidak merasakan nyeri. Perawat dapat

dengan mudah dan cepat melakukan injeksi bolus, karena anak tidak lagi

menangis keras, meronta – ronta, menendang bahkan memukul perawat saat

dilakukan injeksi bolus. Nyeri yang dirasakan anak dapat teralihkan dengan

menonton film kartun animasi, dan tindakan injeksi bolus dapat berjalan dengan

lancar.

Penelitian teknik distraksi menonton kartun animasi ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan beberapa ahli seperti James, et.al.(2014) dengan

menggunakan desain penelitian quasi-eksperiment. Penelitian tersebut bertujuan

.

Page 91: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

72

untuk melihat pengaruh menonton film kartun animasi terhadap respon perilaku

dari persepsi nyeri anak usia prasekolah yang menjalani venipuncture. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa adanya penurunan nyeri yang signifikan setelah

anak menonton film kartun saat dilakukan venipunctur. Dari hasil penelitian

tersebut peneliti menyarankan bahwa menonton film kartun dapat digunakan

untuk mengatasi respon prilaku nyeri anak saat menjalani tindakan invasif secara

efektif.

Distraksi menonton animasi kartun sangat efektif dalam mengalihkan

perhatian pasien terhadap rasa cemas, ketakutan, dan depresi yang dialami pasien

namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Asmadi (2012),

faktor yang mempengaruhi distraksi menonton animasi kartun yaitu komunikasi

antar perawat dan klien, media distraksi yang dipakai, jangka waktu yang

digunakan serta tingkat stress, cemas maupun depresi yang dialami pasien.

.

Page 92: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sebelum

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni RSUD

Jombang sebagian besar responden mengalami stres berat.

2. Tingkat stres hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus sesudag

pemberian distraksi menonton animasi kartun di Paviliun Seruni RSUD

Jombang hampir seluruh responden mengalami stres ringan

3. Ada pengaruh distraksi menonton animasi kartun terhadap tingkat stres

hospitalisasi pada anak saat dilakukan injeksi bolus di Paviliun Seruni

RSUD Jombang

6.2 Saran

1. Bagi perawat rumah sakit

Teknik distraksi menonton kartun animasi perlu menjadi rujukan

intervensi keperawatan dalam hal menurunkan tingkat stres hospitalisasi

saat dilakukan injeksi bolus pada anak.

2. Bagi penunggu pasien selama rawat inap

Dapat memfasilitasi anak dengan melakukan distraksi menonton animasi

kartun secara mandiri jika pasien mengalami stres hospitalisasi atau saat

pasien akan menghadapi prosedur tindakan keperawatan yang

membuatnya cemas dan takut.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar, jenis

dan rancangan penelitian yang berbeda serta penggunaan kelompok

73

Page 93: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

74

kontrol. Pemberian distraksi selain dengan menonton animasi kartun, juga

dapat dilakukan dengan cara memberikan distraksi berupa menggambar,

mewarnai, bermain clay therapy, dan lain sebagainya yang memungkinkan

lebih baik lagi dalam menurunkan tingkat stres hospitalisasi pada anak.

.

Page 94: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Nasution. 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita,

cetakan I. Cakrawala Ilmu ,Yogyakarta.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Cetakan ke – 15 . Rajawali Pers, Jakarta.

Artawan, R. 2010. Relaksasi dan Distraksi. Erlangga, Jakarta.

Asmadi.2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika, Jakarta.

Azizah, Siti, et al., 2014. Upaya Menurunkan Tingkat Stres Hospitalisasi Dengan

Aktifitas Mewarnai Gambar Pada Anak Usia 4-6 Tahun di Ruang Anggrek RSUD Gambiran, Kediri. Jurnal Kesehatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk,

Vol.1, No. 25 , hal 8 – 9 .

Brannon, L, Feist, J, and Updegraff, J.A. 2013. Health psychology : an

introduction to behavior and health, eight edition. Wadsworth, USA.

CDC (Centers of Disease Control and Prevention) National Health Report 2005 –

2013 : Leading Causes of Morbidity and Mortality and Associated Behaviour Risk and Protective Factors. United States

Chusniyah, Nurul ; Santy, Wesiana Heris. 2016. Pengaruh Bimbingan Imajinasi

Mengunakan Media Audio Visual (Video) Terhadap Stress Hospitalisasi

Anak di RS Islam Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,Vol. 9, No. 2, Agustus

2016, hal 200-208.

Cut, 2012. Gambaran tingkat stres pada anak usia sekolah selama hospitalisasi di

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1347, sitasi 16 Februari 2017.

Dacey, J.S., & Travers, J.F. 2004. Human Development: Across The Lifespan. New

York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Hidayat. 2011. Menyusun Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Informatika, Bandung.

Ibung, Dian. 2008. Stres Pada Anak (usia 6 – 12 tahun). Media Komputindo, Jakarta.

Jin JF, Zhu LL, Chen M, et al. 2015. The optimal choice of medication

administration route regarding intravenous, intramuscular, and

subcutaneous injection 9: 923–42.Patient Prefer Adherence

Kozier, Barbara et al. 2012. Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. (9ed). New Jersey, USA: Pearson Education, Inc.

.

Page 95: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Nuha, Yogyakarta.

Noor, Juliansyah. 2013. Metodologi Penelitian, Cetakan Ke – 3. Prenada Media

Group, Jakarta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,

Jakarta

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan – Pendekatan Praktis

Edisi Ke – 3. Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan – Pendekatan Praktis

Edisi Ke – 4. Salemba Medika, Jakarta.

Nurtjahjawilasa. 2004. Efektifitas Multimedia dalam Menunjang Pembelajaran.

http://www.pusdiklathut.com/silvika_eng.php disitasi pada tanggal 24

Februari 2017

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu, Jakarta.

Ramdaniati, Sri. 2011. Analisis Determinan Kejadian Takut pada Anak Pra

Sekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister

Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Setyorini. 2006. Skill Labs. Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif . Alfabeta, Bandung.

Sujarweni, V. Wiratma. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan, Cetakan Pertama. Gava Media, Yogyakarta.

Supartini, Yupi.2012. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC ,

Jakarta.

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) .2016. http://microdata.bps.go.id

Susiati, Maria . 2008. Keterampilan Keperawatan Dasar. Erlangga, Jakarta.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC , Jakarta.

Utami, Dina. 2007. Animasi Dalam Pembelajaran.

http://www.uny.ac.id/akademi/default.php disitasi pada tanggal 24 Februari

2017

Winarno. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Platinum, Jakarta.

Wong, L. Donna. 2009. Pedoman Klinis Keerawatan Pediatrik. EGC, Jakarta.

Page 96: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

.

Page 97: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Pengaruh Distraksi Menonton Animasi Kartun Terhadap Tingkat

Stres Hospitalisasi Pada Anak Saat Injeksi Bolus

Peneliti : Dessy Ekawati

NIM : 133210013

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

Sarjana Keperawatan di STIKes ICMe Jombang, saya bermaksud untuk

mengadakan penelitian. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya

dapat saya peroleh dengan kerjasama dari Anda dalam memberikan ijin agar anak

Anda bersedia menjadi responden.

Dalam penelitian ini, saya hanya akan memberikan sebuah video animasi

kartun pada anak Anda saat dilakukan injeksi bolus, setelah itu dilakukan

pengukuran tingkat stres hospitalisasi dengan mengisi kuesioner. Untuk pengisian

kuesioner dilakukan oleh saya sebagai peneliti. Semua pernyataan dari kuesioner

akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk penelitian ini saja.

Bantuan Anda dalam memberikan perijinan merupakan bantuan yang sangat

besar dan berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas kerjasamanya, saya

ucapkan terima kasih.

Jombang, Maret 2017

Peneliti

(Dessy Ekawati)

.

Page 98: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

(Informed – Consent)

Setelah membaca, mendengarkan dan memahami isi penjelasan tentang

tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya :

Bersedia menjadi responden penelitian.

Tidak bersedia menjadi responden penelitian.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan STIKes

ICMe Jombang yaitu :

Nama : Dessy Ekawati

NIM : 133210013

Judul : Pengaruh Distraksi Menonton Animasi Kartun Terhadap

Tingkat Stres Hospitalisasi pada Anak Saat Injeksi Bolus

Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jombang, Maret 2017

Peneliti Responden

Dessy Ekawati ………………………

.

Page 99: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 3

Instrumen Pengukuran Tingkat Stress saat Hospitalisasi pada Anak

MODIFIKASI DASS 21

DASS 21 merupakan bentuk pendek dari DASS yang terdiri atas 21 pertanyaan.

Nilai yang didapat harus dikalikan dua sebelum dikategorikan.

Ketentuan :

Ya bernilai 1

Tidak bernilai 0

Kriteria :

Stres ringan : 15 – 18

Stres sedang : 19 – 25

Stres berat : 26 – 33

Stres sangat berat : ≥ 34

No. Respon YA TIDAK

Fisiologis

1 Peningkatan denyut nadi

2 Peningkatan Tekanan Darah

3 Peningkatan frekuensi buang air kecil

4 Gemetar

5 Keringat dingin

6 Peningkatan frekuensi bernapas

7 Dilatasi pupil

Emosional / Perilaku

8 Gelisah

9 Sulit tidur

10 Menolak makan

11 Menolak bekerja sama

.

Page 100: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

12 Menangis diam – diam

13 Tidak mau ditinggalkan orang tua

14 Terus bertanya kapan orang tua kembali

15 Regresi

16 Proyeksi

Melimpahkan perasaan emosionalnya

pada orang lain

17 Agresif

- Anak mengamuk

- Menggigit

18 Depresi

- Diam

- Murung

- Sering menjawab “saya tidak tahu”

19 Diplesemen

Mengalihkan emosi kepada benda

20 Menarik diri

- Sedih

- Hilangnya minat bermain

- Tidak memberikan respon

21 Represi

Memukul orang terdekat tanpa disengaja

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Hurlock,E.B.2000. Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga :

Jakarta

.

Page 101: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 4

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN

SOP DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN

Salah satu distraksi audiovisual yang merupakan jenis

PENGERTIAN distraksi gabungan dari distraksi audio dan distraksi visual

menggunakan media animasi kartun.

TUJUAN Pengalihan atau menjauhkan perhatian klien terhadap

sesuatu yang sedang dihadapi.

MANFAAT Pasien merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada

pada situasi yang lebih menyenangkan.

1. Pasien yang mengalami nyeri akut dan memiliki skala

INDIKASI ringan sampai sedang

2. Pasien yang mengalami stres hospitalisasi

KONTRAINDIKASI -

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Membaca status kesehatan pasien

Tahap Pra Interaksi 2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan peralatan (media untuk menonton, video

animasi kartun)

1. Memberikan salam kepada pasien

Tahap Orientasi 2. Validasi kondisi pasien

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

pada pasien dan keluarga

1. Berikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk

bertanya jika kurang jelas

2. Menanyakan keluhan pasien

3. Menjaga privacy pasien

4. Mengatur posisi pasien agar rileks

Tahap Kerja 5. Memberikan salah satu teknik distraksi yakni menonton

animasi kartun, animasi kartun yang diberikan berupa

video dengan durasi 2 – 3 menit

6. Menganjurkan keluarga pasien untuk melakukan teknik

distraksi menonton animasi kartun bila pasien merasakan

ketidaknyamanan.

1. Evaluasi hasil kegiatan Tahap Terminasi2. Akhiri kegiatan dengan baik

3. Cuci tangan 1. Catat waktu pelaksanaan tindakan

Dokumentasi2. Catat respon pasien terhadap teknik distraksi 3. Paraf dan nama perawat jaga.

.

Page 102: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 5

.

Page 103: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 6

Page 104: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 7

.

Page 105: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 8

.

Page 106: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 9

Page 107: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

.

Page 108: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT
Page 109: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

.

Page 110: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 10

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“INSAN CENDEKIA MEDIKA”

JOMBANG

2017

No Jadwal Kegiatan Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi judul dan studi kepustakaan

2 Studi pendahuluan

3 Menyusun dan konsultasi BAB 1

4 Menyusun dan konsultasi BAB 2

5 Menyusun dan konsultasi BAB 3

6 Menyusun dan konsultasi BAB 4

7 Konsultasi lembar observasi

8 Sidang Proposal

9 Revisi Proposal

10 Pengambilan data

11 Pengolahan data

12 Konsultasi tabulasi

13 Menyusun dan konsultasi BAB 5 dan 6

14 Konsultasi abstrak dan kelengkapan

sidang skripsi

15 Sidang hasil skripsi

.

Page 111: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 11

Tabulasi Data Umum Pengaruh Distraksi Menonton Animasi KartunTerhadap

Tingkat Stres Hosptalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi Bolus

No. Jenis Umur

Lama Masuk Riwayat Jenis

Responden Kelamin Rumah Sakit Hospitalisasi Penyakit

R1 K1 U3 J1 P1 I1

R2 K2 U3 J1 P3 I2

R3 K2 U3 J1 P1 I1

R4 K2 U1 J2 P1 I1

R5 K1 U1 J2 P1 I1

R6 K2 U1 J1 P2 I2

R7 K1 U1 J2 P1 I1

R8 K2 U1 J1 P2 I1

R9 K2 U1 J1 P2 I1

R10 K2 U2 J2 P1 I1

R11 K1 U1 J1 P1 I1

R12 K1 U3 J1 P2 I1

R13 K2 U1 J3 P3 I2

R14 K1 U2 J2 P2 I1

R15 K1 U2 J2 P1 I1

R16 K1 U1 J1 P2 I1

R17 K2 U1 J1 P2 I1

R18 K1 U2 J2 P3 I2

R19 K2 U3 J2 P2 I1

R20 K2 U2 J1 P1 I1

R21 K2 U2 J1 P2 I1

R22 K2 U2 J2 P1 I1

R23 K1 U3 J2 P2 I1

R24 K2 U2 J2 P3 I2

R25 K2 U3 J1 P1 I1

R26 K1 U2 J1 P2 I2

R27 K2 U2 J2 P1 I1

R28 K2 U2 J2 P2 I1

R29 K2 U2 J2 P1 I1

R30 K2 U3 J1 P3 I2

R31 K1 U1 J1 P2 I1

R32 K2 U2 J2 P2 I1

R33 K2 U3 J2 P2 I1

R34 K1 U2 J2 P1 I1

R35 K2 U3 J2 P3 I2

R36 K2 U3 J2 P2 I1

R37 K2 U3 J1 P2 I1

R38 K1 U2 J1 P3 I2

.

Page 112: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

R39 K1 U2 J2 P2 I1

R40 K2 U2 J2 P2 I1

R41 K2 U3 J1 P1 I1

R42 K2 U2 J2 P3 I2

R43 K1 U3 J1 P2 I1

R44 K2 U3 J2 P2 I1

R45 K2 U2 J1 P1 I1

R46 K2 U2 J2 P2 I1

R47 K1 U1 J2 P2 I1

R48 K1 U2 J2 P1 I1

R49 K2 U2 J2 P3 I2

R50 K2 U3 J1 P3 I2 ∑ = reponden ∑ jenis ∑ umur = ∑ waktu MRS = ∑ riwayat ∑ jenis 50 kelamin = 3 tahun = 1 – 8 jam = 22 hospitalisasi = penyakit =

Laki – laki = 12 9 – 16 jam = 27 1 kali =17 Akut = 38

18 4 tahun = 17 – 24 jam = 1 2 kali =23 Kronis = 12

Perempuan = 22 >2 kali =10

32 5 tahun =

16

Keterangan :

1) Nomor Responden : 4) Lama Masuk Rumah Sakit : J

R 1 – 8 jam : J1

Responden 1 : R1 9 – 16 jam : J2

Responden 2 : R2 17 – 24 jam : J3

Responden 3 : R3

5) Pengalaman Hospitalisasi : P

2) Jenis Kelamin : K Pertama kali : P1

Laki – laki : K1 Pernah ( 1 – 2 kali ) : P2

Perempuan : K2 Sering (lebih dari 2 kali): P3

3) Umur : U 6) Jenis Penyakit : I

3 tahun : U1 Akut : I1 (DHF, diare, Dengeue

4 tahun : U2 Fever, Gastroenteritis

5 tahun : U3 Acute, Faringitis dan

lain-lain) Kronis : I2 ( Talasemia, Epilepsi,

dan lain – lain)

.

Page 113: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 12

Tabulasi Data Khusus Pengaruh Distraksi Menonton Animasi KartunTerhadap

Tingkat Stres Hosptalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi Bolus

SEBELUM (PRE) DIBERIKAN SESUDAH (POST) DIBERIKAN

DISTRAKSI MENONTON ANIMASI DISTRAKSI MENONTON ANIMASI

KARTUN KARTUN

No. Skor Tingkat Kategori No. Skor Tingkat Kategori

Respon Stres Tingkat Respon Stres Tingkat Stres

den Hospitalisasi Stres den Hospitalisasi Hospitalisasi

Hospitalisasi

R1 2 Sedang R1 1 Ringan

R2 2 Sedang R2 1 Ringan

R3 2 Sedang R3 1 Ringan

R4 3 Berat R4 1 Ringan

R5 3 Berat R5 2 Sedang

R6 2 Sedang R6 1 Ringan

R7 3 Berat R7 1 Ringan

R8 3 Berat R8 1 Ringan

R9 3 Berat R9 2 Sedang

R10 3 Berat R10 1 Ringan

R11 3 Berat R11 1 Ringan

R12 2 Sedang R12 1 Ringan

R13 2 Sedang R13 1 Ringan

R14 2 Sedang R14 1 Ringan

R15 3 Berat R15 1 Ringan

R16 3 Berat R16 1 Ringan

R17 3 Berat R17 2 Sedang

R18 2 Sedang R18 1 Ringan

R19 2 Sedang R19 1 Ringan

R20 3 Berat R20 1 Ringan

R21 3 Berat R21 1 Ringan

R22 3 Berat R22 1 Ringan

R23 2 Sedang R23 1 Ringan

R24 2 Sedang R24 1 Ringan

R25 3 Berat R25 2 Sedang

R26 2 Sedang R26 1 Ringan

R27 3 Berat R27 1 Ringan

R28 3 Berat R28 1 Ringan

R29 3 Berat R29 2 Sedang

R30 2 Sedang R30 1 Ringan

R31 3 Berat R31 1 Ringan

R32 3 Berat R32 1 Ringan

R33 2 Sedang R33 1 Ringan

R34 3 Berat R34 2 Sedang

.

Page 114: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

R35 2 Sedang R35 1 Ringan

R36 2 Sedang R36 1 Ringan

R37 2 Sedang R37 1 Ringan

R38 2 Sedang R38 1 Ringan

R39 3 Berat R39 2 Sedang

R40 3 Berat R40 1 Ringan

R41 3 Berat R41 1 Ringan

R42 2 Sedang R42 1 Ringan

R43 3 Berat R43 2 Sedang

R44 2 Sedang R44 1 Ringan

R45 3 Berat R45 2 Sedang

R46 3 Berat R46 1 Ringan

R47 3 Berat R47 1 Ringan

R48 3 Berat R48 2 Sedang

R49 2 Sedang R49 1 Ringan

R50 2 Sedang R50 1 Ringan

∑ Sedang = 22 ∑ Ringan = 40

responde Berat = 28 responde Sedang 10 n n

berdasar berdasar

kan kan

tingkat tingkat

stres stres

.

Page 115: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 13

HASIL UJI SPSS DATA UMUM Pengaruh Distraksi Menonton Animasi KartunTerhadap

Tingkat Stres Hosptalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi Bolus

1. Jenis Kelamin

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

Jeniskelamin

N Valid 50

Missing 0

Jenis kelamin Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki – laki 18 36.0 36.0 36.0

Perempuan 32 64.0 64.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Umur

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

Umur

N Valid 50

Missing 0

Umur Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid3 tahun 12 24.0 24.0 24.0

4 tahun 22 44.0 44.0 68.0

5 tahun 16 32.0 32.0 100.0

.

Page 116: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

Umur Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid3 tahun 12 24.0 24.0 24.0

4 tahun 22 44.0 44.0 68.0

5 tahun 16 32.0 32.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Lama Masuk Rumah Sakit (MRS)

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

MRS

N Valid 50

Missing 0

MRS Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 - 8 jam 22 44.0 44.0 44.0

9 - 16 jam 27 54.0 54.0 98.0

17 - 24 jam 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Riwayat Pengalaman

Hospitalisasi Frequencies

[DataSet0]

Statistics Pengalaman N Valid 50

Missing 0

Pengalaman

.

Page 117: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pertama 17 34.0 34.0 34.0

1 - 2 23 46.0 46.0 80.0

>2 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

5. Jenis Penyakit

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

Penyakit

N Valid 50

Missing 0

Penyakit Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid akut 38 76.0 76.0 76.0

kronis 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

.

Page 118: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 14

HASIL UJI SPSS DATA KHUSUS Pengaruh Distraksi Menonton Animasi KartunTerhadap

Tingkat Stres Hosptalisasi Pada Anak Saat Dilakukan Injeksi Bolus

NPar Tests

[DataSet0]

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah distraksi - Negative Ranks 50a 25.50 1275.00

sebelum distraksi

Positive Ranks 0 b .00 .00

Ties 0c

Total 50

a. sesudah distraksi < sebelum distraksi b. sesudah distraksi > sebelum distraksi c. sesudah distraksi = sebelum distraksi

Test Statisticsb

sesudah

distraksi - sebelum

distraksi

Z -6.398a

Asymp. Sig. (2- .000

tailed)

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptives

[DataSet0]

Descriptive Statistics Std.

N Minimum Maximum Mean Deviation

sebelum distraksi 50 2 3 2.56 .501

.

Page 119: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

sesudah distraksi 50 1 2 1.20 .404

Valid N (listwise) 50

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

sebelum sesudah

distraksi distraksi

N Valid 50 50

Missing 0 0

Mean 2.56 1.20

Median 3.00 1.00

Std. Deviation .501 .404

Minimum 2 1

Maximum 3 2

Frequency Table

sebelum distraksi

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sedang 22 44.0 44.0 44.0

berat 28 56.0 56.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

sesudah distraksi

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ringan 40 80.0 80.0 80.0

sedang 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

.

Page 120: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT

LAMPIRAN 15

.

Page 121: SKRIPSI PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/55/1/skripsi_full Dessy Ekawati.pdf · PENGARUH DISTRAKSI MENONTON ANIMASI KARTUN TERHADAP TINGKAT