skripsi - oasis.iik.ac.id:7443
TRANSCRIPT
FORMULASI SARI DAUN TARUM (Indigofera tinctoria L.)
SEBAGAI SEDIAAN GEL PEWARNA RAMBUT DENGAN
BASIS CARBOPOL 940
SKRIPSI
Oleh :
SYENI TISNA RAHMA ATIKA
NIM : 10115119
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
ii
FORMULASI SARI DAUN TARUM (Indigofera tinctoria L.)
SEBAGAI SEDIAAN GEL PEWARNA RAMBUT DENGAN
BASIS CARBOPOL 940
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar S1 Farmasi
Oleh :
SYENI TISNA RAHMA ATIKA
NIM : 10115119
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
FORMULASI SARI DAUN TARUM (Indigofera tinctoria L.) SEBAGAI
SEDIAAN GEL PEWARNA RAMBUT DENGAN BASIS CARBOPOL
940
SKRIPSI
Oleh :
SYENI TISNA RAHMA ATIKA
NIM : 10115119
Telah Disetujui
19 Agustus 2019
Pembimbing I
Sony Andika Saputra, M.Farm
Pembimbing II
Munifatul Lailiyah, M.Farm., Apt
Mengetahui,
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Krisna Kharisma Pertiwi. S.Farm., M.Sc., Apt.
Ketua Program Studi
iv
HALAMAN PENGESAHAN
FORMULASI SARI DAUN TARUM (Indigofera tinctoria L.) SEBAGAI
SEDIAAN GEL PEWARNA RAMBUT DENGAN BASIS CARBOPOL
940
SYENI TISNA RAHMA ATIKA
NIM. 10115119
Telah Diuji
19 Agustus 2019
Oleh Tim Penguji :
Penguji I : Ida Kristianingsih, S.Si., M.Farm., Apt ( )
Penguji II : Tri Puji Lestari, M.Farm., Apt ( )
Penguji III : Sony Andika Saputra, M.Farm ( )
Sekretaris : Munifatul Lailiyah, M.Farm., Apt ( )
Mengetahui,
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Dewy Resty Basuki, M.Farm., Apt
Dekan
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SYENI TISNA RAHMA ATIKA
NIM : 10115119
Program Studi : S-1 Farmasi
Judul Skripsi :Formulasi Sari Daun Tarum (Indigofera Tinctoria L.)
Sebagai Sediaan Gel Pewarna Rambut Dengan Basis
Carbopol 940
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi, yang saya tulis ini benar – benar
hasil karya penulis sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kediri, 19 Agustus 2019
Yang membuat pernyataan
Syeni Tisna Rahma Atika
NIM.10115119
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“FORMULASI SARI DAUN TARUM (Indigofera tinctoria L.) SEBAGAI
SEDIAAN GEL PEWARNA RAMBUT DENGAN BASIS CARBOPOL
940”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang sebesar –besarnya atas terselesaikannya skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Dra. Ec. Lianawati., M.BA., selaku ketua Yayasan Pendidikan Bhakti
Wiyata Kediri.
2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
3. Dewy Resty Basuki, M.Farm., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. Krisna Kharisma Pertiwi, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Kepala Prosi S-1
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. Sony Andika Saputra, M.Farm., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan, saran, koreksi dan nasehat selama
penelitian dengan penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi
ini.
6. Munifatul Lailiyah, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian dengan
penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
7. Ida Kristianingsih, S.Si., M.Farm., Apt., selaku penguji I yang telah
memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian dengan
penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
vii
8. Tri Puji Lestari, M.Farm., Apt., selaku penguji II yang telah memberikan
waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian dengan penuh kesabaran
hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
9. Ayah dan Ibu yang terhormat dan seluruh keluarga yang selalu memberi
Do’a, dukungan dan semangat yang tak henti-hentinya selama ini dengan
penuh hati baik moril maupun spiritual sehingga penulisan Skripsi ini
dapat terselesaikan.
10. Rana Hardin, seseorang yang selalu mendukung dan membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi contoh dan
inspirasi hidup.
11. Viona, Rista, Novia, Dyah Ayu, Mifta, Riris, Dhita, Galuh, Danis, Indri
dan teman seperjuangan lainnya mahasiswa S-1 Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri serta semua pihak yang ikut membantu
demi kelancaran menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis berusaha memberikan sebaik mungkin dalam penyusunan skripsi
ini, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta
pengalaman penulis. Sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skipsi, maka dari itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Skripsi ini. Harapan penulis
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Kediri, 19 Agustus 2019
Penulis
viii
ABSTRAK
Formulasi Sari Daun Tarum (Indigofera Tinctoria L.) Sebagai Sediaan Gel
Pewarna Rambut Dengan Basis Carbopol 940
Syeni Tisna Rahma Atika1, Sony Putra Andika
2, Munifatul Lailiyah
3
Tanaman tarum oleh masyarakat banyak digunakan sebagai pewarna
alami. Bagian dari tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.) yang digunakan
sebagai pewarna alami adalah daunnya yang dapat menghasikan warna biru.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa gel sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) dapat digunakan sebagai pewarna alami rambut.
Pembuatan sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dilakukan dengan cara
merendam daun tarum (Indigofera tinctoria L.) segar selama 48 jam, kemudian
diambil sarinya. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dengan berbagai konsentrasi, yaitu 5%,
10%, dan 15%. Ketiga formulasi kemudian diuji organoleptis, sifat fisik ( uji
viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH), uji iritasi, dan uji pewarnaan.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis statistik menggunakan analisis One Way
ANOVA, Kruskall-Wallis, Mann Whitney, dan LSD (Least Significant Difference)
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas
yang paling besar pada F1 183,3±5,77, daya sebar yang paling besar pada F3
6,25±0, daya lekat yang paling besar pada F3 2,88±0,03, dan pH pada F3
6,7±0,05. Berdasarkan uji iritasi, sediaan gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.) tidak menyebabkan iritasi kulit pada daun telinga kelinci. Berdasarkan uji
pewarnaan semakin besar konsentrasi bahan aktif akan menyebabkan warna yang
dihasilkan menjadi semakin pekat yaitu pada konsentrasi 15%. Setelah dibilas
dengan shampoo, warna pada rambut tidak mengalami kelunturan. Dengan
demikian, sari daun tarum dapat digunakan sebagai pewarna rambut.
Kata Kunci: Daun Tarum (Indigofera Tinctoria L.), Pewarna Rambut,
Sediaan Gel, Carbopol 940
ix
ABSTRACT
Formulation of Tarum Leaf (Indigofera Tinctoria L.) As Hair Dye Gel With
Carbopol 940 As Gelling Agent
Syeni Tisna Rahma Atika1, Sony Putra Andika
2, Munifatul Lailiyah
3
Tarum plants are widely used as a natural coloring agent. Part of the tarum
plant (Indigofera tinctoria L.) that is used as a natural coloring agent is the leaf
which can produce a blue color. The purpose of this study was to determine that
tarum leaf extract gel (Indigofera tinctoria L.) can be used as a natural hair dye.
Tarum (Indigofera tinctoria L.) leaf extract is made by soaking fresh tarum
(Indigofera tinctoria L.) leaves for 48 hours, then taking the juice. Hair dye
preparations are made with a formula consisting of extracts of tarum (Indigofera
tinctoria L.) with various concentrations, namely 5%, 10%, and 15%. The three
formulations were then tested for organoleptic, physical properties (viscosity test,
diffusion test, adhesion test, pH test), irritation test, and staining test. The data
obtained were then analyzed statistically using One Way ANOVA, Kruskall-
Wallis, Mann Whitney, and LSD (Least Significant Difference) analyzes with a
confidence level of 95%. The results showed that the highest viscosity at F1 183.3
± 5.77, the greatest spreadability at F3 6.25 ± 0, the greatest adhesion at F3 2.88 ±
0.03, and the pH at F3 6.7 ± 0.05. Based on the irritation test, tarum leaf extract
gel (Indigofera tinctoria L.) does not cause skin irritation on the rabbit earlobe.
Based on the staining test, the greater the concentration of active ingredients will
cause the color produced to be more concentrated, namely at a concentration of
15%. After rinsing with shampoo, the color of the hair does not fade. Thus, tarum
leaf extract can be used as a hair dye.
Keywords: Tarum Leaves (Indigofera Tinctoria L.), Hair Dye, Gel
Preparations, Carbopol 940
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN ................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ....................... xv
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
A. Klasifikasi Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria L.) ......................... 5
1. Taksonomi Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria L.) .................. 5
2. Nama Daerah .................................................................................. 6
3. Morfologi ....................................................................................... 6
4. Manfaat .......................................................................................... 6
5. Kandungan Kimia .......................................................................... 7
B. Skrining Fitokimia ............................................................................... 7
C. Pigmen Indigo ...................................................................................... 8
D. Rambut ................................................................................................. 9
1. Anatomi Rambut ............................................................................ 9
a. Ujung Rambut .......................................................................... 10
b. Batang Rambut ......................................................................... 10
1) Selaput Rambut (Kutikula) ............................................... 10
2) Kulit Rambut ...................................................................... 11
3) Sumsum Rambut (Medula) ............................................... 11
c. Akar Rambut ............................................................................ 11
1) Kantong Rambut (Folikel) ................................................ 11
2) Papil Rambut ...................................................................... 12
3) Umbi Rambut (Matriks) .................................................... 12
2. Jenis Rambut .................................................................................. 13
a. Jenis Rambut Menurut Morfologinya ...................................... 13
xi
1) Rambut Velus ..................................................................... 13
2) Rambut Terminal ............................................................... 13
b. Jenis Rambut Menurut Sifatnya ............................................... 13
1) Rambut Berminyak ............................................................ 13
2) Rambut Normal .................................................................. 13
3) Rambut Keriting ................................................................. 13
E. Pewarnaan Rambut............................................................................... 14
1. Pewarnaan Berdasarkan Daya Lekat Zat Warna ............................ 14
a. Berdasarkan Daya Lekat Zat Warna .................................. 14
1) Pewarna Rambut Temporer................................................ 14
2) Pewarna Rambut Semipermanen ....................................... 15
3) Pewarna Rambut Permanen ............................................... 15
2. Berdasarkan Proses Sistem Pewarnaan .......................................... 16
a. Pewarna Rambut Langsung...................................................... 16
b. Pewarna Rambut Tidak Langsung ........................................... 17
F. Gel ........................................................................................................ 17
1. Dasar Gel Hidrofobik ..................................................................... 17
2. Dasar Gel Hidrofilik ....................................................................... 18
a. Keuntungan Sediaan Gel .......................................................... 18
b. Kerugian Sediaan Gel .............................................................. 18
Bahan-bahan Yang Digunakan ............................................................ 19
1. Carbopol ......................................................................................... 19
2. Gliserin ........................................................................................... 21
3. Trietanolamin ................................................................................. 22
4. Metil Paraben ................................................................................. 22
5. Propil Paraben ................................................................................ 23
6. Oleum Rosae .................................................................................. 24
7. Aquadestilata .................................................................................. 24
G. Stabilitas Sediaan ................................................................................. 24
1. Uji Organoleptis ............................................................................. 24
2. Uji Homogenitas ............................................................................ 25
3. Pengukuran pH ............................................................................... 25
4. Uji Daya Sebar ............................................................................... 25
5. Uji Daya Lekat ............................................................................... 25
6. Uji Viskositas ................................................................................. 26
7. Uji Iritasi ........................................................................................ 26
8. Uji Efektifitas Pewarnaan .............................................................. 27
H. Keaslian Penelitian ............................................................................... 27
BAB III : KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ............................... 28
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 28
B. Hipotesis ............................................................................................... 29
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 30
A. Desain Penelitian .................................................................................. 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 30
1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 30
2. Waktu ....................................................................................... 30
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31
1. Populasi .................................................................................... 31
xii
2. Sampel ...................................................................................... 31
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 31
1. Variabel Independent (Bebas) .................................................. 31
2. Variabel Dependent (Tergantung)............................................ 31
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................. 32
F. Formulasi Gel ....................................................................................... 33
G. Kerangka Kerja .................................................................................... 34
1. Kerangka kerja gel ................................................................... 34
2. Kerangka kerja uji pewarnaan .................................................. 35
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 36
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 36
1. Hasil determinasi tanaman tarum ............................................. 36
2. Hasil sari daun tarum ............................................................... 36
3. Hasil identifikasi kualitatif sari daun tarum ............................. 36
4. Hasil pemeriksaan organoleptis sari gel daun tarum................ 37
5. Hasil pemeriksaan homogenitas gel sari daun tarum ............... 38
6. Hasil pemeriksaan pH gel sari daun tarum .............................. 39
7. Hasil pemeriksaan daya sebar gel sari daun tarum .................. 39
8. Hasil pemeriksaan daya lekat sari gel daun tarum ................... 40
9. Hasil pemeriksaan viskositas gel sari daun tarum.................... 41
10. Hasil pemeriksaan iritasi gel sari daun tarum .......................... 42
11. Hasil pemeriksaan warna gel sari daun tarum.......................... 43
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 45
BAB VII PENUTUP ....................................................................................... 55
A. Kesimpulan .......................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Definisi Variabel ............................................................................ 32
Tabel IV.2 Formulasi Gel ................................................................................ 33
Tabel V.1 Hasil Sari Daun Tarum.................................................................... 36
Tabel V.2 Hasil Identifikasi Kualitatif Sari Daun Tarum ................................ 36
Tabel V.3 Hasil Uji Organoleptis Gel Daun Tarum ........................................ 37
Tabel V.4 Hasil Uji Homogenitas Sari Daun Tarum ....................................... 38
Tabel V.5 Hasil Uji pH Gel Sari Daun Tarum ................................................. 39
Tabel V.6 Hasil Uji Daya Sebar Gel Sari Daun Tarum ................................... 39
Tabel V.7 Hasil Uji Daya Lekat Gel Sari Daun Tarum ................................... 40
Tabel V.8 Hasil Uji Viskositas Gel Sari Daun Tarum ..................................... 41
Tabel V.9 Hasil Uji Iritasi Sari Daun Tarum ................................................... 42
Tabel V.10 Hasil Uji Efektivitas Pewarnaan Sari Daun Tarum....................... 43
xiv
DAFTAR GAMBA R
Gambar II.1 Profil Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria .L) ......................... 5
Gambar II.2 Struktur Indigo ............................................................................. 7
Gambar II.3 Pemungutan zat warna indigo...................................................... 9
Gambar II.4 Rambut......................................................................................... 10
Gambar II.5 Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut ...................... 16
Gambar II.6 Struktur Kimia Carbomer ............................................................ 19
Gambar II.7 Struktur Kimia Gliserin ............................................................... 21
Gambar II.8 Struktur Kimia Trietanolamin ..................................................... 22
Gambar II.9 Struktur Kimia Metil Paraben...................................................... 22
Gambar II.10 Struktur Kimia Propil Paraben .................................................. 23
Gambar III.1 Skema Kerangka Konsep ........................................................... 28
Gambar IV.3 Skema Kerangka Kerja Gel........................................................ 34
Gambar IV.4 Skema Kerangka Kerja Uji efektivitas Pewarnaan .................... 35
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang
% = Persen
< = Kurang dari
> = Lebih dari
º = Derajat
Daftar Singkatan
Cm = Centi meter
CMC = Carboxy Methyl Celulosa
dPas = desiPascal
g = gram
HPMC = Hydroxy Propil Methyl Celulosa
m = meter
mg = mili gram
ml = mili liter
mPas = miliPascal
pH = potensial Hidrogen
Arti Istilah
Emulsifying agent = Zat Pengemulsi
Et al = Dan kawan-kawan
Gelling agent = Bahan Pembentuk Gel
Independent = Variabel Bebas
Dependent = Variabel Terikat
Range = Rentang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar yang ada dalam lapisan
dermis dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit. Bagian yang
keluar dari kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Rambut berfungsi sebagai pelindung kulit, yaitu sebagai pelindung terhadap
rangsang fisik seperti panas, dingin, kelembaban, dan sinar. Disamping itu
rambut sering disebut sebagai mahkota bagi wanita, sedangkan bagi pria,
rambut mempengaruhi rasa percaya diri (Priskila, 2012).
Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang
ada dalam lapisan korteks rambut yaitu eumelanin dan pyomelanin. Bahan
asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut.
(Sutriningsih et al., 2017).
Warna rambut yang berubah menjadi putih, biasanya terjadi karena
sudah mencapai usia lanjut. Rambut menjadi putih dapat disebabkan karena
hilangnya aktivitas enzim dalam sel pigmen dan bisa juga akibat faktor
keturunan (Sutriningsih et al., 2017). Warna rambut dapat diubah-ubah
dengan menggunakan cat rambut atau dikenal dengan semir rambut.
Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata
rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna
rambut
2
asal atau mengubah menjadi warna lain (Sutriningsih et al., 2017).
Berdasarkan jenisnya ada dua pewarna rambut yaitu pewarna rambut sintetis
dan alami. Penggunaan sebagian besar pewarna rambut dari bahan sintetis
atau bahan aktif yang berasal dari bahan kimia dapat menimbulkan efek
samping pada kulit kepala atau rambut. Sebagai alternatif mulai
dikembangkan pewarna rambut alami yang menggunakan bahan aktif dari
bahan alam (Sutriningsih et al.,2017). Salah satu tanaman yang mempunyai
khasiat sebagai pewarna rambut adalah daun tarum (Indigofera tintcoria L).
Tarum (Indigofera tintcoria L.) mengandung tanin, flavonoid,
alkaloid, glikosida, dan fenol (Swadhini, 2011). Tanaman Indigofera tinctoria
L. merupakan salah satu penghasil zat warna biru alami (Apriyanti, 2017).
Zat warna ini dikenal dengan zat warna indigo dan merupakan salah satu
komoditas dagang yang penting (Apriyanti, 2017). Organ yang digunakan
sebagai penghasil warna adalah daun dan ranting atau cabang yang masih
muda. Zat warna yang banyak terdapat pada organ daun dan cabang muda
(Hariri, 2016). Zat pewarna alami menjadi salah satu pengganti zat pewarna
sintetis. Dimana pewarna sintetis dapat menimbulkan gangguan kesehatan
karena bersifat karsinogenetik dan beracun (Natalia et al., 2005). Sari daun
tarum dalam penelitian ini akan dibuat sediaan gel yang difungsikan sebagai
bahan aktif sebagai pewarna rambut.
Gel merupakan sistem setengah padat yang terdiri dari suatu disperse
yang tersusun baik dari partikel organik yang kecil (Sari, 2017). Sediaan gel
memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, mudah dioleskan,
mudah dicuci, bening dan transparan, formula yang relatif sedikit (Maulina
3
dan Sugihartini, 2015). Salah satu faktor penting dalam formulasi sediaan gel
adalah gelling agent. Gelling agent bermacam-macam jenisnya diantaranya
berupa turunan dari selulosa, carboxy methyl celulosa (CMC), hydroxy propil
methyl celulosa (HPMC), dan ada juga yang berasal dari polimer sintetik
seperti karbopol (Fujiastuti dan Sugihartini, 2015).
Carbopol merupakan basis gel hidrofilik (Rowe et al., 2009).
Keuntungan gel hidrofilik adalah daya sebarnya pada kulit baik, efek dingin
yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak
menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air, memungkinkan
pemakaian pada bagian tubuh yang berambut dan pelepasan obatnya baik
(Lieberman, 1998) dan tidak menimbulkan iritasi (Fujiastuti dan Nining,
2015). Carbopol 940 sendiri memiliki range viskositas 40.000-60.000 mPas
sedangkan carbopol 934 memiliki range viskositas 30.500-39.400 mPas
(Rowe et al., 2006). Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositasnya maka semakin
besar tahannya (Sari, 2017).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk membuat gel
pewarna rambut dari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) sebagai bahan
pengganti pewarna sintetis dengan dengan basis carbopol 940.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi sari daun tarum (Indigofera
tinctoria L.) dalam formulasi gel pewarna rambut ?
2. Bagaimana stabilitas fisik dan keamanan dari sediaan gel pewarna
rambut dengan sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) sebagai zat
warna ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi sari daun tarum (Indigofera
tinctoria L.) dalam formulasi gel pewarna rambut.
2. Mengetahui mutu fisik dan keamanan dari sediaan gel pewarna rambut
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) sebagai zat warna.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
a. Dapat menambah pengalaman bagi peneliti di bidang teknologi
farmasi khususnya pengembangan produk dari bahan alam.
b. Dapat mengetahui formulasi gel sari daun tarum (Indigofera
tinctoria L.).
c. Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi zat warna indigo sebagai
zat pewarna terhadap gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir
khususnya di bidang teknologi farmasi.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan tanaman yang ada di sekitarnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria L.)
1. Taksonomi Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Berdasarkan taksonomi, tanaman tarum diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Famili : Fabanceae
Spesies : Indigofera tinctoria
(Steenis, 1988).
Gambar II.1 Profil tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.).
(Hariri, 2016).
6
2. Nama Daerah
Tumbuhan ini dikenal dengan nama: Tom jawa, tarum alus, tarum
kayu (Indonesia), indigo (Inggris), nila, tarum (Malaysia), tagung-
tagung, taiom, taiung (Filipina). Merupakan tumbuhan asli Afrika
Timur dan Afrika bagian Selatan serta telah diperkenalkan ke Laos,
Vietnam, Filipina dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Sumba dan Flores)
(Adalina, dkk 2010).
3. Morfologi
Tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.) merupakan tanaman
perdu tegak, bercabang banyak, tinggi 1-1,80 m. Ujung ranting hijau
atau kemerahan. Anak-anak daunnya beukuran kecil tersusun ganda
dengan jumlah antara 5-13 helai. Bentuk helaiannya bundar telur
sampai lonjong. Tandan bunga ke luar di cabang sisi yang pendek atau
di ketiak daun yang tumbuh tegak atau agak tegak. Umumnya
polongnya berbentuk bulat lurus sampai agak melengkung, berisi 3-12
biji. Jumlah polong pada tiap pohonnya banyak (Steenis, 2005).
4. Manfaat
Daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dimanfaatkan sebagai
pewarna biru benang dalam pembuatan ulos (Niessen, 2009).
Tumbuhan tarum (Indigofera tinctoria L.) juga digunakan untuk
memberikan warna biru pada pembuatan batik, tenunan tradisional
kuno, dan tekstil lainnya (Suheryanto, 2012) dan juga dapat digunakan
sebagai pewarna rambut (Simanjuntak, 2013).
7
Tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.) juga dimanfaatkan
sebagai tanaman penutup tanah dan sebagai pupuk hijau, khususnya di
perkebunan teh, kopi, dan karet. Daunnya digunakan dalam
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit ayan, untuk
luka dan borok (Muzayyinah, 2012).
5. Kandungan Kimia
Daun tarum (Indigofera tinctoria L.) mengandung tanin, flavonoid,
alkaloid, glikosida dan fenol (Swadhini, 2011).
Daun tarum (Indigofera tinctoria L.) mengandung zat warna yang
disebut dengan indigo, merupakan senyawa indoksil yang larut dalam
air dan mudah teroksidasi menjadi indigo yang berwarna biru
(Lemmens, 1992).
Gambar II.2 Struktur indigo (Lemmens, 1992).
B. Skrining Fitokimia
Menurut Sequin-Frey (1981), pewarna alami termasuk ke dalam
golongan flavonoid, tanin, terpenoid, naftokuinon, antrakuinon, dan alkaloid.
Tumbuhan penghasil warna mengandung golongan flavon, flavonol,
isoflavon, chalcone, dan catechin. Senyawa ini biasanya larut dalam air panas
dan alkohol meskipun beberapa flavonoid yang sangat termetilasi tidak larut
dalam air (Robinson 1995).
8
Tanin merupakan golongan fenol yang banyak tersebar pada
tumbuhan. Tanin merupakan polimer dari polifenol yang mempunyai sifat
larut dalam air. Tanin terdiri dari tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Tanin digunakan pada perlakuan pendahuluan pada serat dan menghasilkan
warna coklat sampai hitam. Kompleks logam dapat terbentuk dalam larutan
tanin. Kemampuan tanin membentuk kompleks dengan logam merupakan
sifat yang sangat penting. Kompleks besi tanat yang berwarna biru-hitam
merupakan sumber tinta tulis pada beberapa abad yang lalu dan bangsa Mesir
kuno menggunakan senyawa kompleks tersebut sebagai pewarna rambut
(Slabbert 1992 dalam Bechtold dan Mussak 2009). Menurut Hunger (2003),
tanin terhidrolisis merupakan ester dengan berat molekul yang tinggi.
Senyawa ini bila terhidrolisis terutama menghasilkan asam galat, sedangkan
tanin terkondensasi merupakan turunan dari flavan, umumnya jenis katekin
yang terbentuk melalui ikatan karbon.
C. Pigmen Indigo
Indigo merupakan kelompok senyawa karbonil, adalah salah satu zat
pewama tertua yang dikenal dalam hal zat pewarna alami. Merupakan derivat
(turunan) dan kelompok senyawa organik g!ukosida yang tidak berwarna dari
bentuk "enol"nya dari suatu indoksil, misalnya indikan yang terdapat dalam
daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dan batang. Setelah tanaman ini
direndam di dalam air terjadi proses hidrolisis oleh enzim, menurut Hassan
Shadily dan Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo dalam bukunya disebutkan bahwa
glukosida indikan juga dapat dihidrolisis dengan asam encer, dalam bukunya
yang berjudul pengantar kimia buku panduan mahasiswa kedokteran Darmin
9
Sumardjo menyebutkan asam yang digunakan untuk menghidrolisis gugus
glikosida adalah asam mineral, yang akan mengubah indikan menjadi
indoksil (tarum putih) dan glukosa. Indoksil dapat dioksidasi menjadi indigo
dengan warna biru (Adalina et al., 2010; Shadily dan Pringgodigdo 1973;
Sumarjdo 2006).
Gambar II.3 Pemungutan zat warna indigo (Kim et al., 2009).
D. Rambut
Rambut merupakan salah satu andeksa kulit yang terdapat pada
seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis
rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis, yaitu
rambut terminal yang kasar, mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala,
alis, bulu mata, ketiak, serta rambut velus yang halus, sedikit mengandung
pigmen dan terdapat hampir di seluruh tubuh (Soepardiman, 2010).
1. Anatomi Rambut
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti
terlihat pada gambar II.4 berikut:
10
Gambar II.4. Rambut (Wasitaatmadja, 2003)
Menurut Bariqina dan Idewati (2001), rambut dapat dibedakan
menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai
berikut:
a. Ujung rambut
Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum atau
tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.
b. Batang rambut
Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas
permukaan kulit berupa benang-benang harus yang terdiri dari zat
tanduk atau keratin. Pada potongan melintang batang rambut dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur yaitu:
1) Selaput rambut (kutikula)
Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang
terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun
seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya.
Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik
memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi
11
semula, melindungi bagian dalam dari batang rambut, rambut
dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting atau cat
rambut dapat meresap dalam korteks rambut.
2) Kulit rambut (Korteks)
Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk
kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung
melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini
akan memberikan warna pada rambut. Sel-sel tanduk terdiri
atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap
serabut terbentuk oleh molekuk-molekuk keratin seperti tali
dala bentuk spiral.
3) Sumsum rambut (Medula)
Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang
rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat
renggang dan membentuk semacam jala atau anyaman
sehingga terdapat rongga-rongga ysng berisi udara.
c. Akar rambut
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di
dalam kulit, terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut).
Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:
1) Kantong rambut (folikel)
Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung
dan berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai dari
permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika
12
bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus, jika bentuk
folikel agak melengkung maka rambut agak berombak,
sedangkan jika bentuk folikel sangan melengkung maka
rambut akan keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2) Papil rambut
Papil rambut adalah bagian bawah folikel rambut berbentuk
lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka berisi
jaringan ikat tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk
pembuluh kapiler untuk mensuplai nutrisi ke umbi rambut.
Diantara sel-sel papil terdapat sel-sel melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin yang memberi wara pada kulit
yang disebarkan ke dalam korteks dan medula rambut
(Syaifuddin, 2009).
3) Umbi rambut (matriks)
Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang
melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan
struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut
berwarna keputih-putihan dan masih lembek. Pertumbuhan
rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak
secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak
rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu
rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).
13
2. Jenis rambut
a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:
1) Rambut velus
Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen
sedikit. Rambut ini terdapat diseluruh tubuh kecuali pada
bibir, telapak tangan, dan kaki.
2) Rambut terminal
Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal
serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu
seperti kepala, alis, bulu mata, dan ketiak.
b. Jenis rambut menurut sifatnya
1) Rambut berminyak
Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja
secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut
berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.
2) Rambut normal
Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang meproduksi
minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah
pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah
dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.
3) Rambut kering
Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah
rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar
14
lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar
minyak (Putro, 1998).
E. Pewarnaan Rambut
Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan
dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan
warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut
manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di
dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut
semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh
menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan
rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998).
Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik.
Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi (Ditjen POM, 1985).
1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.
a. Berdasarkan daya lekat zat warna
1) Pewarna rambut temporer
Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk
pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo
warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna,
krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM,
1985).
15
2) Pewarna rambut semipermanen
Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut
yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada
yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini
masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang
dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).
Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk
menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan
saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau
rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan
jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan,
setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya
rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan
(Bariqina dan Ideawati, 2001).
3) Pewarna rambut permanen
Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh
lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo
dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985). Pewarna ini
berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban,
serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-
warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman
(Bariqina dan Ideawati, 2001).
16
Gambar II.5. Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997)
Keterangan:
a = Pewarna rambut temporer
b = Pewarna rambut semi permanen
c = Pewarna rambut permanen
2. Berdasarkan proses sistem pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2
golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak
langsung (Ditjen POM, 1985).
a. Pewarna rambut langsung
Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat
warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan
rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan
pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:
1) Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam
2) Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik
Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari
komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik
berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.
17
b. Pewarna rambut tidak langsung
Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua
komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan
komponen pembangkit warna. Pewarna rambut tidak langsung
terdiri dari:
1) Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa
logam
2) Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif
Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh
jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis
senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat,
zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).
F. Gel
Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semiadat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Ditjen POM, 1995). Gel
umumnya sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang
mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut (Lachman et al., 1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik (Ansel, 1989).
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit
sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik,
18
bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus
dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik
yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari
fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya
daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan
dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem
koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki
stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989).
Keuntungan dan kerugian dari sediaan gel sebagai berikut
(Lachman, 1994):
a. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan,
penampilan sediaan yang jernih dna elegan, pada pemakaian di
kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis,
mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.
b. Kerugian sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti
surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur,
tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
19
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan gel yang mengandung
ekstrak daun tarum (Indigofera tinctoria L.) adalah:
1. Carbopol
Gambar II.6. Struktur Kimia Carbomer (Rowe, 2009)
Carbopol digunakan sebagian besar di dalam cairan atau sediaan
formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai agen
pensuspensi atau agen penambah kekentalan digunakan pada
formulasi krim, salep, gel, dan kemungkinan digunakan dalam sediaan
obat tetes mata dan sediaan topikal lainnya. Sinonim dari carbopol
adalah Acrypol, Acritamer, Asam poliakrilat, Karbomer, Karbopol,
Karboksi polymethylen, Karbosivinil polimer, Pemulen, Tego
Karbomer. Carbopol memiliki beberapa grade diantaranya carbopol
934 dan carbopol 940 (Rowe, 2009). Dalam formulasi ini carbopol
940 digunakan sebagai gelling agent.
Carbopol 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air
dengan adanya zat-zat alkali seperti trietanolamin atau
diisopropanolamin untuk membentuk suatu sediaan semipadat
(Lachman et al., 1994). Carbopol berwarna putih, serbuk halus,
20
bersifat asam, higroskopik, dengan memiliki bau sedikit khas.
Carbopol digunakan untuk emulsifying agent pada konsentrasi 0,1% -
0,5%, sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5% - 2%, suspending
agent pada konsentrasi 0,5% - 1,0%, dan tablet binder pada
konsentrasi 0,75% - 3%). Carbopol memiliki viskositas 40.000-60.000
cP pada 0,5% larutan dengan pH 7,5 (Rowe, 2009).
Carbopol merupakan bahan yang stabil dan higroskopis yang dapat
dipanaskan hingga temperatur dibawah 104ºC selama 2 jam tanpa
mempengaruhi viskositas. Pemanasan yang berlebihan akan
menyebabkan perubahan warna dan penurunan stabilitas. Carbopol
dapat mengalami dekomposisi pada suhu 260ºC selama 30 menit.
Carbopol yang telat didispersikan dengan air maka ada kemungkinan
tumbuhnya jamur dan kapang karena terdapat media air sebagai media
tumbuh. Pengawet ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan jamur
dan kapang pada sediaan gel.
Viskositas dispersi karbopol dapat terjaga selama penyimpanan
pada suhu kamar dan tingkat kelembaban ruangan yang normal.
Penyimpanan dihindarkan dari sinar matahari atau penamabahan
antioksidan dapat menjaga viskositas dispersi. Paparan sinar matahari
menyebabkan oksidasi terhadap dispersi karbomer ditunjukaan dengan
penurunan viskositas dispersi. Sediaan topikal dengan gelling agent
karbopol tidak menunjukan reaksi hipersensitif pada manusia (Rowe,
2009).
21
Carbopol digunakan dalam produk nonparenteral, khususnya cair
dan preparat topikal semipadat. Carbopol umumnya dianggap sebagai
basis tidak beracun dan bahan noniritan, tidak ada bukti pada manusia
reaksi hipersensitivitas terhadap carbopol yang digunakan secara
topikal (Rowe, 2009).
Menurut penelitian Trecya dan Nining 2015, Carbopol adalah
gelling agent yang paling baik dibandingkan gelling agent yang lain,
karena carbopol memiliki daya sebar yang baik, daya lekat yang baik,
dan tidak menimbulkan iritasi.
2. Gliserin
Gambar II.7. Struktur Kimia Gliserin (Rowe, 2009)
Gliserin memiliki pemerian jernih tidak berwarna, kental, cairan
higroskopis, rasa manis kurang lebih 0,6 kali semanis sukrosa.
Sinonim dari gliserin adalah Croder, Glycon G-100, Kemstrene,
Optim, Pricreine, 1,2,3-propanatiol, Trihidroksipropana gliserol.
Dalam formulasi ini gliserin digunakan sebagai emolien pada
konsentrasi 5%. Gliserin biasanya tidak terkait dengan efek samping,
pada umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak
mengiritasi (Rowe, 2009).
22
3. Trietanolamin (TEA)
Gambar II.8. Struktur Kimia Trietanolamin (Rowe, 2009)
Pemerian dari trietanolamin adalah cairan kental yang jernih, tidak
berwarna sampai kuning pucat memeiliki sedikit bau ammonia.
Sinonim dari trietanolamin adalah TEA, Tealan, Trihidroksitrietilamin,
Tris (hidroksietil) amin (Rowe, 2009). Trietanolamin adalah amina
tersier yang berisi kelompok hidroksi, dapat bereaksi khas dengan
amina tersier dan alkohol. Trietanolamin larut dalam aseton, benzene,
karbon tetraklorida, etil eter, methanol, dan air. Trietanolamin
digunakan sebagai alkali atau emulsifying. Trietanolamin umumnya
dianggap sebagai bahan tidak beracun (Rowe, 2009).
4. Metil Paraben
Gambar II.9. Struktur Kimia Metil Paraben (Rowe, 2009)
Metil paraben memiliki nama sinonim Aseptoform M, CoSept M,
E218, 4-hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Metil Parasept,
Nipagin M, Solbrol M, Tegosept M, Uniphen P-23 (Rowe, 2009).
23
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi, dan
digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi paraben lain atau
dengan antimkroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah
pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Paraben efektif
pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba dengan
spektrum yang luas (Rowe, 2009).
5. Propil Paraben
Gambar.10. Struktur Kimia Propil Paraben (Rowe, 2009)
Propil paraben memiliki sinonim Aseptoform P, CoSept P, E216,
4-hidroksibenzoat asam propil ester, Nipagin P, Nipasol M, Propagin,
Propil Aseptoform, Propil butex, Propil chemosept, Propil
parahidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Propil parasept, Sobrol
P, Tegosept P, Uniphen P-23 (Rowe, 2009). Propil paraben memiliki
ciri-ciri serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Propil paraben
banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam kosmetik,
produk makanan, dan formulasi farmasi, dan digunakan baik sendiri
atau dalam kombinasi paraben lain atau dengan antimkroba lain. Pada
kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling
sering digunakan. Paraben efektif pada kisaran pH yang luas dan
24
memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas (Rowe,
2009).
6. Oleum Rosae
Cairan berwarna kuning, bau menyerupai bunga mawar rasa khas
pada suhu 250 kental didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi
massa hablur (FI III : 459).
7. Aqua destilata
Aqua destilata atau air suling dibuat dengan menyuling air yang
dapat diminum. Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tdak
berasa. Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk
fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari
kontaminasi partikel-partikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik (Sari, 2017).
G. Mutu Fisik Sediaan
Berikut ini adalah beberapa macam uji mutu fisik gel, yaitu:
1. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra yang berasal dari
benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (Sensation)
jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Pengukuran terhadap
nilai atau tingkatan kesan, kesadaran, dan sikap disebut pengukuran
subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena
25
hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang
melakukan pengukuran (Soekarto, Soewarno. 1981).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat keseragaman partikel
dalam sediaan gel sehingga memberikan kualitas yang maksimal ketika
digunakan. Homogenitas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas dari sediaan gel. homogenitas dipengaruhi
dengan kecepatan pengadukan selama proses formulasi sediaan gel
(Priawanto, 2017).
3. Pengukuran pH
Digunakan untuk mengetahui pH gel, apakah sesuai dengan pH
sediaan kosmetik berkisar antara 4,5-7,5 (Tranggono, 2007).
4. Uji Daya Sebar
Daya sebar merupakan kemampuan penyebaran gel pada kulit.
Penentuannya dilakukan dengan perlakuan sampel gel dengan beban
tertentu diletakkan dipusat antara lempeng gelas, dimana lempeng
sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani anak timbangan di
atasnya. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan
beban, merupakan karakteristik daya sebar. Daya sebar yang baik akan
menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt, 1994: 381).
Daya sebar gel yang baik yaitu antara 3 sampai 7 cm (Erawati T et al.,
2005).
5. Uji Daya Lekat
26
Kemampuan sediaan untuk melekat di tempat aplikasi sangat
penting. Daya lekat merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung
jawab terhadap keefektifan sediaan dalam memberikan efek
farmakologis. Semakin lama daya lekat suatu sediaan pada tempat
aplikasi maka efek farmakologis yang dihasilkan semakin besar. Rentang
daya lekat yang telah ditetapkan, yaitu 2,00-300,00 detik (Betageri dan
Prabhu, 2002).
6. Uji Viskositas
Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya
suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan
besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas
maka makin besar tahanannya (Voight, 1994: 381). Rentang viskositas
adalah sebesar 50 sampai 1000 dPa’s, dan optimalnya adalah 200 dPa’s
(Langenbucher dan Lange, 2007).
Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan
suatu zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat
kekentalan zat tersebut (Martin et al., 1993).
7. Uji Iritasi
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen
harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan,
komposisi dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut
harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini
dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam formulasi sediaan pewarna
27
rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang
bersifat iritan atau toksik.
8. Uji Efektivitas Pewarnaan
Pengujian efektivitas bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang
terbaik dari sediaan gel yang mampu menghasilkan warna yang konstan
dan tidak hilang selama pencucian (Sutriningsih et al., 2017).
H. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa mengenai penggunaan sari daun tarum (Indigofera
tinctoria L.) sebagai sediaan gel pewarna rambut dengan basis carbopol 940
yang sudah pernah dilakukan adalah Uji Efektivitas dan Uji Iritasi Gel
Pewarna Rambut dari Ekstrak Biji Buah Pepaya (Sutriningsih et al., 2017)
dan Penggunaan Daun Salaon (Indigofera tinctoria L.) Sebagai Pewarna
Rambut (Simanjuntak, 2015). Pada penelitian Sutriningsih et al., (2017)
menggunakan basis carbopol yang fungsinya sebagai gelling agent dapat
membentuk sediaan gel yang stabil. Dan pada penelitian Simanjuntak (2015)
daun tarum dapat digunakan sebagai pewarna rambut, semakin besar
konsentrasi daun salaon atau tarum (Indigofera tinctoria L.) maka warna
rambut yang dihasilkan semakin gelap sampai konsentrasi 15%, di atas
konsentrasi 15% warna rambut yang dihasilkan semakin terang.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti,
penelitian tentang Formulasi Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Sebagai Sediaan Gel Pewarna Rambut dengan Basis Carbopol 940 belum
pernah dilakukan.
28
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Termasuk dalam penelitian
: Tidak termasuk dalam penelitian
Gambar III.1. Skema Kerangka Konsep
Rambut
Pewarna rambut
Sintetis Alami
Sari daun tarum
(Indigofera tinctoria
L.)
Daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
merupakan salah satu tanaman penghasil
zat warna biru alami. Zat warna ini
dikenal dengan zat warna indigo
(Kasmudjo dan Saktianggi, 2011).
Gel Gel umumnya sediaan semipadat yang jernih
dan tembus cahaya yang mengandung zat-zat
aktif dalam keadaan terlarut (Lachman et al.,
1994).
Zat pewarna Gelling agent
Uji efektivitas warna
Evaluasi sediaan
Analisis Data
Uji mutu fisik
Uji iritasi
29
B. Hipotesis
1. Semakin besar konsentrasi daun tarum (Indigofera tinctoria L.), maka
warna yang dihasilkan semakin gelap.
2. Menghasilkan mutu fisik memiliki daya sebar yang baik, daya lekat
baik, dan tidak menimbulkan iritasi
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil yang merupakan hasil akhir dari
suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan
bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Notoadmojo, 2012). Kategori
penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri untuk melaksanakan proses
penyarian daun tarum (Indigofera tinctoria L.). selanjutnya penelitian
dilakukan pada Laboratorium Teknologi Semi Solida, Fakultas Farmasi
IIK Bhakti Wiyata Kediri untuk melaksanakan formulasi sediaan gel dan
uji mutu fisik sediaan.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2019.
31
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoadmojo, 2012). Populasi penelitian ini adalah formulasi gel
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.).
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoadmojo, 2012). Sampel penelitian ini adalah formulasi gel
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dengan perbedaan konsentrasi
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent (Bebas)
Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependent (Notoadmojo, 2012). Variabel Independent dalam penelitian
ini adalah formulasi sediaan gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan berbagai konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
2. Variabel Dependent (Tergantung)
Variabel Dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independent (Notoadmojo, 2012). Variabel Dependent dalam penelitian
ini adalah hasil evaluasi mutu sediaan yang meliputi hasil uji
organoleptis, uji viskositas, uji daya sebar, uji homogenitas, uji pH, dan
uji iritasi, dan uji efektifitas pewarnaan.
32
E. Definisi Operasional Variabel
Tabel IV.1. Definisi Variabel
Variabel Definis Operasional Alat ukur Skala
ukur
Sari daun tarum
(Indigofera
tinctoria L.)
Sari yang berasal dari daun
tarum (Indigofera tinctoria
L.) dengan kandungan
indigo sebagai zat
pewarna.
Timbangan
analitik
Ml
Gel Gel, kadang disebut jeli,
merupakan sistem
semiadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik
yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan.
Timbangan
analitik
Gram
Gelling agent Gelling agent digunakan
untuk menstabilkan
sediaan gel.
Carbopol 940 Carbopol 940 adalah salah
satu gelling agent yang
digunakan sebagai agent
penambah kekentalan.
Timbangan
analitik
Gram
Uji Organoleptis Mengetahui bentuk,
warna, dan bau dari
sediaan gel.
Uji Homogenitas Mengetahui campuran dari
sediaan gel homogen atau
tidak.
Obyek glass
Uji pH Mengetahui campuran dari
sediaan sesuai dengan pH
kulit.
pH meter
Uji Daya Sebar Mengetahui daya sebar
sediaan gel.
Lempeng
gelas
Cm
Uji Daya Lekat Mengetahui daya lekat
sediaan gel.
Obyek glass detik
Uji Viskositas Mengetahui konsistensi
sediaan gel
Viskometer
brookfield
dPas
Uji Iritasi Mengetahui campuran dari
33
sediaan gel menimbulkan
iritasi atau tidak.
Uji Efektivitas
Pewarnaan
Mengetahui efektivitas dan
kestabilan warna pada
rambut
F. Formulasi Gel
Tabel IV.2. Formulasi Gel
Bahan
Formula (%/b/b)
Fungsi F1 F2 F3
Sari daun tarum
(Indigofera tinctoria
L.)
5 10 15 Zat aktif
Carbopol 940 1 1 1 Basis gel
Gliserin 5 5 5 Emolien atau
humektan
Trietanolamin 1 1 1 Menjernihkan gel dan
membuat transparan
Nipagin 0.18 0.18 0.18 Pengawet
Nipasol 0.02 0.02 0.02 Pengawet
Oleum Rosae Qs Qs Qs Pewangi
Aquadest ad 100 100 100 Pelarut
Keterangan :
F 1 = Formulasi 1, formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.) dengan konsentrasi 5%.
F 2 = Formulasi 2, formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.) dengan konsentrasi 10%.
F 3 = Formulasi 3, formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.) dengan konsentrasi 15%.
34
G. Kerangka Kerja
1. Kerangka Kerja Gel
Gambar IV.3. Skema Kerangka Kerja Sediaan Gel
Daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
Sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dengan
Direndam 48 jam
Formulasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
sebagai sediaan gel menggunakan basis carbopol
940 dengan berbagai konsentrasi zat aktif
F1 : 5% sari daun
tarum
(Indigofera
tinctoria L.)
F2 : 10% sari daun
tarum
(Indigofera
tinctoria L.)
F3 : 15% sari daun
tarum
(Indigofera
tinctoria L.)
Sediaan gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.)
Uji evaluasi mutu meliputi : Uji Organoleptis, Uji Viskositas, Uji Daya Sebar, Uji
Daya Lekat, Uji Homogenitas, Uji pH, Uji Iritasi, Uji Efektivitas Pewarnaan.
Uji iritasi pada daun
telinga kelinci
Uji efektivitas pewarnaan
35
2. Kerangka Kerja Uji Pewarnaan
Gambar IV.4. Skema Kerangka Kerja Uji Efektifitas Pewarnaan
Disiapkan beberapa ikat rambut uban masing-
masing seratus helai yang telah dipotong kira-kira
7 cm dan telah dicuci dengan shampoo.
Dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna
rambut.
Dioleskan selama 1-4 jam dengan satu ikat rambut
diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci,
dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna
yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman.
36
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Determinasi Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Determinasi tanaman dilakukan di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri Pada tanggal 5 Agustus 2019. Hasil dari determinasi
tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.) dengan kunci determinasi
sebagai berikut :
1b_2b_3b_4b_6b_7b_9b_10b_11b_12b_13b_14a_15b___
Hasil determinasi dapat diketahui bahwa tanaman yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.).
2. Hasil Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Tabel V.1 Hasil Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Warna Sari Bau Sari Bentuk
Hijau Kebiruan Sedikit Bau Cair
3. Hasil Identifikasi Kualitatif Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria
L.)
Tabel V.2 Hasil Identifikasi Kualitatif Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Identifikasi Pengujian Hasil (+)
Literatur
Hasil
Pengujian
Keterangan
Tanin Sampel +
Larutan
FeCl3
Warna hijau
kecokelatan
atau biru
hitam
Warna hijau
kecokelatan
Positif (+)
Hasil pemeriksaan kualitatif sari daun tarum (Indigofera tinctoria
L.) menunjukkan hasil positif mengandung senyawa tanin karena
terbentuk warna hijau kecokelatan. Tanin ini termasuk dalam tanin
37
terkondensasi karena endapan hitam kehijauan menunjukkan tanin
terkondensasi (Monisa et al., 2016).
4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gel Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Tabel V. 3 Hasil Uji Organoleptis Gel Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Formulasi Replikasi Warna Bau Bentuk
Formulasi I
1 Biru Keunguan Khas oleum rosae Kental
2 Biru Keunguan Khas oleum rosae Kental
3 Biru Keunguan Khas oleum rosae Kental
Formulasi II
1 Biru Tua Khas oleum rosae Kental
2 Biru Tua Khas oleum rosae Kental
3 Biru Tua Khas oleum rosae Kental
Formulasi
III
1 Biru Tua Pekat Khas oleum rosae Kental
2 Biru Tua Pekat Khas oleum rosae Kental
3 Biru Tua Pekat Khas oleum rosae Kental
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Gel dengan konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
5% berwarna biru keunguan, gel dengan konsentrasi sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) 10% berwarna biru tua, dan gel dengan
konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) 15% berwarna biru
tua pekat. Bau yang dihasilkan oleh gel yaitu aroma oleum rosae.
Pemeriksaan berdasarkan penampilan fisik pada tekstur gel dengan
konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) 5%, gel dengan
konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) 10%, dan gel
38
dengan konsentrasi sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) 15%
terbentuk gel kental.
5. Hasil Pemeriksaan Homogenitas Gel Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Tabel V.6 Hasil Uji Homogenitas Gel Sari Daun Tarum
(Indigofera tinctoria L.)
Formulasi Replikasi Keterangan
Formulasi I
1 Homogen
2 Homogen
3 Homogen
Formulasi II
1 Homogen
2 Homogen
3 Homogen
Formulasi III
1 Homogen
2 Homogen
3 Homogen
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Hasil Homogenitas gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
menunjukkan bahwa tidak ada butiran kasar atau partikel pada sediaan
yang terlihat pada obyek glass dan tercampur rata. Uji homogenitas
bertujuan untuk melihat keseragaman partikel dalam sediaan gel sehingga
memberikan kualitas yang maksimal ketika digunakan (Priawanto, 2017).
39
6. Hasil Pemeriksaan pH Gel Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Tabel V.7 Hasil Uji pH Gel Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Formulasi pH Rata-
rata±SD 1 2 3
Formulasi I 6,4 6,1 6,6 6,3±0,25
Formulasi II 6,6 6,7 6,7 6,6±0,05
Formulasi III 6,8 6,7 6,8 6,7±0,05
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Hasil pengujian pH menunjukkan bahwa nilai pH yang dihasilkan
gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dalam rentang pH sediaan
kosmetik berkisar antara 4,5-7,5 (Tranggono, 2007). Nilai rata – rata pH
formulasi I, II, III secara berturut – turut adalah 6,3; 6,6; dan 6,7.
Pengujian pH selanjutnya dianalisa menggunakan One Way
ANOVA. Hasil uji normalitas didapatkan nilai sig pada F1 0,780; F2
0,000; F3 0,000 yang berarti tidak normal karena <0,05. Hasil uji
homogenitas memiliki nilai sig 0,113 yang berarti data homogen karena
>0,05. Hasil uji Kruskal-Wallis memiliki nilai sig 0,041 yang berarti
<0,05. Hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai sig pada F1 dan F2 0,072;
F1 dan F3 0,046; F2 dan F3 0,099.
40
7. Hasil Pemeriksaan Daya Sebar Gel Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria .L
Tabel V.5 Hasil Uji Daya Sebar Gel Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Formulasi Replikasi Beban
(gram)
Diameter
(Cm)
Rata-rata
±SD(cm)
Formulasi I
1 200 5 5±0
2 200 5
3 200 5
Formulasi II
1 200 6 6,08±0,14
2 200 6
3 200 6,25
Formulasi III
1 200 6,25 6,25±0
2 200 6,25
3 200 6,25
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Daya sebar gel dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan gel
menyebar saat dioleskan. Hasil pengujian daya sebar gel sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) memiliki nilai rata - rata penyebaran pada
formulasi I, II, dan III berturut – turut sebesar antara 5 cm, 6,08 cm, dan
6,25 cm. Persyaratan hasil uji daya sebar yaitu 5 – 7 cm (Fujiastuti, 2013).
Pada hasil uji daya sebar ini masuk ke dalam rentang karena ≥ 5 cm.
Pengujian daya sebar selanjutnya dianalisa menggunakan One Way
ANOVA. Hasil uji normalitas didapatkan nilai sig 0,000 yang berarti tidak
normal karena <0,05. Hasil uji homogenitas didapatkan nilai sig 0,004
yang berarti tidak homogen karena <0,05. Hasil uji Kruskal-Wallis
41
didapatkan nilai sig 0,029 yang berarti <0,05. Hasil uji Mann Whitney
didapatkan nilai sig pada F1 dan F2 0,034; F1 dan F3 0,025; F2 dan F3
0,114.
8. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat Gel Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Tabel V.6 Hasil Uji Daya Lekat Gel Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Formulasi Beban
(gram)
Waktu (detik) Rata-rat a
±SD (detik) 1 2 3
Formulasi I 500 1,01 1,10 1,0 1,03±0,05
Formulasi II 500 2,30 2,35 2,27 2,30±0,04
Formulasi III 500 2,90 2,85 2,91 2,88±0,03
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Daya lekat gel dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan gel
melekat saat dioleskan. Hasil pengujian daya lekat gel sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) memiliki nilai rata - rata pada formulasi I, II, dan
III berturut – turut sebesarsar 1,03 detik, 2,30 detik, dan 2,88 detik.
Persyaratan hasil uji daya lekat yaitu 2,00 - 300,00 detik (Betageri dan
Prabhu, 2002). Pada hasil uji daya lekat ini hanya formulasi 1 yang tidak
masuk ke dalam rentang yang sudah ditetapkan.
Pengujian uji daya lekat selanjutnya dianalisa menggunakan One
Way ANOVA. Hasil uji normalitas pada F1 0,174; F2 0,726; F3 0,298
yang berarti data normal karena >0,05. Hasil uji homogenitas didapatkan
42
nilai sig 0,463 yang berarti data homogen karena >0,05. Hasil uji ANOVA
didapatkan nilai sig 0.000 yang berarti <0,05. Hasil uji LSD pada F1 dan
F2 0,000; F1 dan F3 0,000; F2 dan F3 0,000 yang berarti ada perbedaan
yang bermakna karena <0,05.
9. Hasil Pemeriksaan Viskositas Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria
L.)
Tabel V.7 Hasil Uji Viskositas Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Formulasi Viskositas (dPas) Rata-rata
(dPas)±SD 1 2 3
Formulasi I 185 190 195 190±5
Formulasi II 140 140 140 140±0
Formulasi III 120 135 140 131,6±10,4
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir, dimana semakin
besar viskositasnya maka sediaan tersebut semakin kental, demikian juga
sebaliknya. Hasil pengujian viskositas, diperoleh hasil yang bervariasi
pada tiap formulasi. Formulasi I, II, dan III memiliki rata- rata viskositas
berturut – turut sebesar 190 dPas; 140 dPas; 131,6 dPas. Hasil uji
viskositas ketiga sediaan menunjukkan bahwa viskositas sediaan gel yang
dihasilkan telah memenuhi kriteria sediaan semisolida yang baik, karena
termasuk dalam rentang yaitu 50 – 1000 dPas, dan optimalnya adalah 200
dPas (Langenbucher dan Lange, 2007).
43
Pengujian uji viskositas selanjutnya dianalisa menggunakan One
Way ANOVA. Hasil uji normalitas didapatkan nilai sig 1,000 yang berarti
data normal karena >0,05. Hasil uji homogenitas didapatkan nilai sig 0,216
yang berarti data homogen karena >0,05. Hasil uji ANOVA didapatkan
nilai sig 0,000 yang berarti <0,05. Hasil LSD nilai sig pada F1 dan F2
0,000; F1 dan F3 0,000; F2 dan F3 0,004 yang berarti ada perbedaan yang
bermakna pada setiap formulasi karena nilai sig <0,05.
10. Hasil Pemeriksaan Iritasi Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Tabel V.8 Hasil Uji Iritasi Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Waktu Hasil
Hari Pertama Tidak menimbulkan warna merah
dan gatal
Hari Kedua Tidak menimbulkan warna merah
dan gatal
Hari Ketiga Tidak menimbulkan warna merah
dan gatal
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Uji Iritasi dilakukan pada sediaan kosmetik sebelum dijual ke
masyarakat umum. Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit. Uji iritasi
dilakukan secara in vitro pada kelinci percobaan. Pengamatan untuk uji
iritasi yaitu dengan mengamati reaksi kulit yang timbul apakah terjadi
eritema (reaksi kemerahan) dan gatal yang timbul setelah perlakuan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sediaan gel aman digunakan
44
karena tidak menimbulkan iritasi pada hari pertama, kedua, maupun
ketiga.
11. Hasil Pemeriksaan Warna Sari Daun Tarum (Indigofera tinctoria L.)
Tabel V.9 Hasil Uji Efektivitas Pewarnaan Sari Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Formulasi Hasil Pewarnaan (Jam)
0 I II III IV
Formulasi I Putih + ++ ++ ++
Formulasi II Putih ++ ++ ++ +++
Formulasi III Putih ++ ++ +++ +++
Keterangan :
Formulasi I : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 5%
Formulasi II : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 10%
Formulasi III : Formulasi gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
dengan konsentrasi 15%
Warna yang dihasilkan adalah biru. Semakin bertambah nilai (+) warna
yang dihasilkan semakin pekat.
Uji efektivitas pewarnaan berfungsi mengetahui konsentrasi yang
terbaik dari sediaan gel yang mampu menghasilkan warna yang konstan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan warna formula I, II, dan
III sangat tipis. Dari ketiga formula, pada formulasi 3 didapatkan warna
yang paling pekat.
45
BAB VI
PEMBAHASAN
Determinasi tanaman bertujuan untuk menetapkan kebenaran jenis
tanaman yang akan diteliti yang berkaitan dengan ciri – ciri makroskopis dan
morfologi yang ada dalam tanaman dengan kunci determinasi pada buku pustaka.
Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel tanaman yang digunakan adalah
benar daun tarum (Indigofera tinctoria L.). Pembuktian kebenaran dari tanaman
yang digunakan diperkuat dengan adanya surat determinasi oleh Laboratorium
Biologi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Tanaman tarum (Indigofera tinctoria L.) adalah tanaman yang banyak
tumbuh terutama di sawah dan pekarangan. Tanaman tersebut merupakana
tanaman liar yang digunakan sebagai pewarna alami. Daun adalah penghasil
utama untuk menghasilkan warna biru dari hasil ekstraksi daun (Chanayat, 2002).
Sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) digunakan sebagai bahan aktif
untuk sediaan gel pewarna rambut. Langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan daun tarum (Indigofera tinctoria L.) segar dimana terdapat indikan,
diambil melalui proses fermentasi selama 48 jam. Indikan tergolong zat indigoida,
bersifat larut dalam air, yang karena pengaruh enzyme indimulase berubah
menjadi indoksil dan gula. Indoksil ini dalam suasana alkali mudah teroksidasi
oleh udara menjadi pigmen indigo yang berwarna biru (Lestari K & Riyanto,
2016).
Pemeriksaan sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) meliputi bentuk,
warna, dan bau. Sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) berbentuk cair dengan
46
berwarna biru dan bau yang khas. Pemeriksaan kualitatif sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) sebagai pewarna adalah uji tanin. Uji tanin dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan
larutan FeCl3 1%. Uji ini memberikan reaksi positif yang ditandai dengan
terbentuknya warna warna coklat kehijauan atau biru kehitaman (Marlinda dkk,
2012). Dan hasil yang didapatkan pada sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
terbentuk warna hijau kecokelatan yang menandakan terbentuknya senyawa
kompleks antara tanin dan Fe3+
yang memberikan indikasi perubahan warna hijau,
merah, ungu, biru atau hitam yang kuat. Tanin merupakan polimer dari polifenol
yang mempunyai sifat larut dalam air. Tanin terdiri dari tanin terhidrolisis dan
tanin terkondensasi. Tanin digunakan pada perlakuan pendahuluan pada serat dan
menghasilkan warna coklat sampai hitam. Kompleks logam dapat terbentuk dalam
larutan tanin. Kemampuan tanin membentuk kompleks dengan logam merupakan
sifat yang sangat penting. Kompleks besi tanat yang berwarna biru-hitam
merupakan sumber tinta tulis pada beberapa abad yang lalu dan bangsa Mesir
kuno menggunakan senyawa kompleks tersebut sebagai pewarna rambut (Slabbert
1992 dalam Bechtold dan Mussak 2009).
Sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) dibuat dalam sediaan gel, karena
sediaan gel memiliki banyak keuntungan daripada sediaan lain. Keuntungan
sediaan gel adalah adalah kemampuan penyebaran baik, menimbulkan efek dingin
di kulit, kemudahan pencuciannya dengan air, pelepasan obatnya baik (Voight,
1995).
Penelitian ini membuat 3 formulasi dengan perbandingan konsentrasi
bahan aktif yang berbeda. Tujuan dibuat 3 konsentrasi ini adalah untuk
47
menndapatkan efektivitas warna optimum. Pembuatan gel sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L.) menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent,
Carbopol 940 sebagai gelling agent memiliki konsentrasi yang digunakan sebesar
0,5% – 2%. Carbopol umumnya digunakan karena tidak beracun dan non iritan
(Rowe et al., 2009). Gel basis carbopol memiliki penampakan secara organoleptis
yang lebih menarik, viskositas, daya proteksi serta daya sebar yang lebih baik.
Dalam formulasi ditambahkan triethanolamine (TEA) sebagai alkalizing
agent yaitu menetralkan suasana asam carbopol agar sediaan mencapai pH yang
sesuai dengan karakteristik pH kosmetik yaitu 4,5 – 7,5, selain itu juga dapat
digunakan sebagai emulsifying agent (pembentuk massa gel) (Rowe et al., 2009).
Penambahan TEA mengakibatkan adanya pergeseran keseimbangan ion
membentuk garam yang larut. Adanya tolak – menolak ionik antara gugus
karboksilat menghasilkan polimer yang kaku, peningkatan viskositas dan gel yang
jernih. Metil paraben sebagai pengawet. Metil paraben merupakan bahan
pengawet yang baik karena kelarutannya 1 : 400 ml air. Metil paraben juga
berfungsi sebagai antimikroba karena formulasi gel memiliki kandungan air yang
tinggi dalam sediaan yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba,
dan aquadest digunakan sebaai pelarut dalam formulasi gel (Rowe et al., 2009).
Pengujian sifat fisik sediaan gel ini meliputi organoleptis yang bertujuan
untuk melihat perubahan bentuk, warna dan bau. Pemeriksaan homogenitas
bertujuan untuk melihat ketercampuran bahan – bahan dalam sediaan gel yang
menunjukkan susunan yang homogen. Pemeriksaan pH bertujuan untuk melihat
perubahan pH dan apakah sediaan sudah sesuai dengan pH kulit dan kosmetik
atau belum. Pemeriksaan uji daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan
48
menyebar sediaan di atas permukaan kulit saat pemakaian. Pemeriksaan daya
lekat bertujuan untuk melihat kemampuan waktu lekat sediaan di atas permukaan
kulit saat pemakaian. Pemeriksaan viskositas bertujuan untuk mengetahui
konsistensi suatu sediaan yang berpengaruh pada penggunaan topikal.
Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan sediaan formulasi I, II, dan
III berbentuk gel atau semi padat, dan berbau oleum rosae. Pada formulasi I
berwarna biru keunguan, pada formulasi II berwarna biru tua, dan pada formulasi
III berwarna biru tua pekat. Hal ini disebabkan karena pada setiap formulasi
berbeda konsentrasi bahan aktif, dimana bahan aktif tersebut berpengaruh
terhadap warna pada sediaan.
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat ketercampuran bahan – bahan
dalams ediaan gel yang menunjukkan susunan yang homogen. Pengujian yang
dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1995). Pada uji homogenitas
menunjukkan tidak adanya partikel atau butiran kasar, hal ini sesuai dengan
persyaratan homogenitas gel yaitu harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH tiap formulasi yang dibuat apakah
sudah sesuai pH kulit atau belum. Uji ini dilakukan dengan menggunakan pH
meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan larutan dapar pH netral (pH 7)
hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, kemudian elektroda dicuci dengan
aquadest lalu dikeringkan dengan tisu. Elektroda pH meter dicelupkan pada
49
sediaan gel yang sebelumnya telah diencerkan, sampai menunjukkan harga pH
yang konstan setelah beberapa saat dan kemudian dicatat nilai pH yang
dihasilkan. Hasil dari pengujian pH diperoleh nilai pH rata – rata gel sari daun
tarum (Indigofera tinctoria L.) pada formulasi I, II, dan III berturut – turut yaitu
6,3; 6,6; dan 6,7. Semua formulasi memiliki nilai pH yang berada pada rentang
sediaan kosmetik berkisar antara 4,5-7,5 (Tranggono, 2007).
Pengujian pH selanjutnya dianalisa menggunakan One Way ANOVA.
Sebelumnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data normal atau tidak,
setelah dianalisa dihasilkan nilai sig F1 0,780; F2 0,000; F3 0,000 yaitu tidak
terdistribusi normal karena <0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk
mengetahui data tersebut homogen atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig
0,113 yang berarti >0,05 yaitu homogen. Apabila hanya salah satu sampel yang
memenuhi syarat yaitu nilai sig normal <0,05 dan homogen >0,05, maka
sebaiknya tidak melakukan uji ANOVA melainkan uji non-parametrik yaitu uji
Kruskal-Wallis (Siegel, Sidney, 1988). Hasil dari uji Kruskal-Wallis didapatkan
nilai sig 0,041 yang berarti <0,05. Apabila hasil nilai sig Kruskal-Wallis <0,05
maka bisa dilanjutkan dengan uji lanjut atau disebut juga uji post hoc. Uji post
hoc setelah Kruskal-Wallis salah satunya adalah uji Mann Whitney U Test.
Dengan uji tersebut bisa diketahui nilai antar kategori apakah yang ada perbedaan
signifikan. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa data memiliki nilai sig
F1 dan F2 0,072; F1 dan F3 0,046; F2 dan F3 0,099. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang bermakna nilai karakterisasi pH pada F1 dan F3
karena penambahan konsentrasi yang cukup banyak.
50
Daya sebar merupakan parameter aseptabilitas yang harus dipenuhi oleh
sediaan topikal. Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan
penyebaran gel mudah atau tidaknya diaplikasikan pada kulit. Hasil pengujian
daya sebar gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) memiliki rata – rata
penyebaran pada formulasi I, II, dan III berturut – turut sebesar 5 cm, 6,08 cm,
dan 6,25 cm. Nilai daya sebar sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) pada
ketiga formulasi memenuhi persyaratan gel yang baik, karena sesuai dengan
rentang yang sudah ditetapkan yaitu 5 – 7 cm (Garg et al., 2002). Daya sebar
semisolid dibagi menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid. semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi sedangkan semifluid adalah sediaan
semisolid dengan viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang
ditetapkan adalah 3 - 5 cm2
dan untuk semifluid adalah 5 - 7 cm2. Pada sediaan gel
bentuk sediaan harus seperti semifluid yang berarti hasil dari uji daya sebar harus
masuk rentang 5 - 7 cm2. Pada formula I memiliki daya sebar yang rendah
dibandingkan dengan formulasi II dan III karena viskositas pada formula I
memiliki nilai yang tinggi. Daya sebar untuk sediaan gel berhubungan dengan
viskositas gel. Semakin besar jumlah gelling agent yang digunakan dapat
menyebabkan viskositas gel semakin besar. Semakin besar viskositas gel maka
semakin besar tahanan atau hambatan sediaan gel untuk menyebar yang
mengakibatkan daya sebar gel juga rendah (Voight R, 1995).
Pengujian daya sebar selanjutnya dianalisa menggunakan One Way
ANOVA. Sebelumnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data normal
atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig 0,000 yang berarti <0,05 yaitu
tidak terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk
51
mengetahui data tersebut homogen atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig
0,004 yang berarti <0,05 yaitu tidak homogen. Apabila sampel tidak memenuhi
syarat yaitu nilai sig normal dan homogen <0,05, maka sebaiknya tidak
melakukan uji ANOVA melainkan uji non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis
(Siegel, Sidney, 1988). Hasil dari uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai sig 0,029
yang berarti <0,05. Apabila hasil nilai sig Kruskal-Wallis <0,05 maka bisa
dilanjutkan dengan uji lanjut atau disebut juga uji post hoc. Uji post hoc setelah
Kruskal-Wallis salah satunya adalah uji Mann Whitney U Test. Dengan uji
tersebut bisa diketahui nilai antar kategori apakah yang ada perbedaan signifikan.
Hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai sig pada F1 dan F2 0,034; F1 dan F3
0,025; F2 dan F3 0,114. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
nyata nilai karakterisasi daya sebar pada ketiga formulasi yang menggunakan
berbagai variasi konsentrasi. Hal ini karena dari penambahan konsentrasi bahan
aktif mempengaruhi nilai daya sebar dari setiap formulasi.
Uji daya lekat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan gel
melekat pada kulit. Semakin lama waktu yang diperlukan kedua kaca objek untuk
terlepas, maka semakin tinggi daya lekatnya, sehingga semakin lama pula sediaan
melekat pada kulit dan efek zat aktif semakin lama. Daya lekat gel yang baik
adalah yang dapat melapisi kulit secara menyeluruh, tidak menyumbat pori, dan
tidak mengganggu fungsi fisiologi kulit (Voigt, 1994). Hasil pengujian daya lekat
sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.) memiliki rata – rata pelekatan pada
formulasi I, II, dan III berturut – turut 1,03 detik, 2,30 detik, dan 2,88 detik. Pada
hasil uji daya lekat ini formulasi I tidak memenuhi syarat daya lekat yang sudah
ditetapkan, sedangkan pada formulasi II dan formulasi III masuk ke dalam rentang
52
yang sudah ditetapkan, yaitu 2,00-300,00 detik (Betageri dan Prabhu, 2002). Daya
lekat sangat berkaitan dengan viskositas. Viskositas yang semakin tinggi
disebabkan oleh konsistensi sediaan yang lebih tinggi sehingga waktu daya
lekatnya menjadi lebih lama (Priawanto, 2017).
Pengujian daya lekat selanjutnya dianalisa menggunakan One Way
ANOVA. Sebelumnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data normal
atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig F1 0,174; F2 0,726 dan F3 0,298
yang berarti terdistribusi normal karena >0,05. Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak, setelah
dianalisa dihasilkan nilai sig 0,463 yang berarti >0,05 yaitu homogen. Apabila
sampel memenuhi syarat yaitu nilai sig normal dan homogen >0,05, maka
sebaiknya dilakukan uji One Way ANOVA. Hasil dari One Way ANOVA
didapatkan nilai sig 0,000 yang berarti <0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang nyata nilai karakterisasi daya lekat pada ketiga formulasi yang
menggunakan berbagai variasi konsentrasi, sehingga dilakukan uji lanjutan
menggunakan uji LSD untuk mengetahui nilai pada setiap formulasi. Hasil uji
LSD menunjukkan adanya perbedaan pada setiap formulasi dengan semua nilai
sig 0,000, hal ini dikarenakan adanya penambahan konsentrasi bahan aktif yang
berbeda pada setiap formulasi yang dapat mempengaruhi nilai daya lekat pada
setiap formulasi.
Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan yang mengalir, nilai
viskositas berbanding lurus dengan tahanannya (Sinko, 2011). Uji viskositas
bertujuan untuk mengetahui konsistensi suatu sediaan yang berpengaruh pada
penggunaan secara topikal. Viskositas diukur dengan membaca skala pada
53
viskometer rion VT-04F. Hasil dari pengujian viskositas bervariasi tiap formulasi.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan konsentrasi bahan aktif. Hasil
pengujian viskositas, diperoleh hasil yang bervariasi pada tiap formulasi.
Formulasi I, II, dan III memiliki rata- rata viskositas berturut – turut sebesar 190
dPas; 140 dPas; 131,6 dPas. Hasil uji viskositas ketiga sediaan menunjukkan
bahwa viskositas sediaan gel yang dihasilkan telah memenuhi kriteria sediaan
semisolida yang baik, karena termasuk dalam rentang yaitu 50 – 1000 dPas, dan
optimalnya adalah 200 dPas (Langenbucher dan Lange, 2007). Viskositas gel
mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Kemasan yang
kurang kedap dapat menyebabkan gel menyerap uap air dari luar, sehingga
menambah voume air dalam gel (Sihombing et all., 2007).
Pengujian Viskositas selanjutnya dianalisa menggunakan One Way
ANOVA. Sebelumnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data normal
atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig F1 dan F3 1,000 yang berarti
>0,05 yaitu terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas ntuk
mengetahui data tersebut homogen atau tidak, setelah dianalisa dihasilkan nilai sig
0,216 yang berarti >0,05 yaitu homogen. Apabila sampel memenuhi syarat yaitu
nilai sig normal dan homogen >0,05, maka sebaiknya dilakukan uji One Way
ANOVA. Hasil dari One Way ANOVA didapatkan nilai sig 0,000 yang berarti
<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata nilai
karakterisasi viskositas pada ketiga formulasi yang menggunakan berbagai variasi
konsentrasi, sehingga dilakukan uji lanjutan menggunakan uji LSD untuk
mengetahui nilai pada setiap formulasi. Hasil uji LSD menunjukkan adanya
perbedaan pada setiap formulasi dengan nilai sig F1 dan F2 0,000 F1 dan F3
54
0,000; F2 dan F3 0004. Hal ini dikarenakan adanya penambahan konsentrasi
bahan aktif yang berbeda pada setiap formulasi yang dapat mempengaruhi nilai
viskositas pada setiap formulasi. Perbedaan F2 dan F3 tidak terlalu banyak karena
penambahan konsentrasi bahan aktif juga selisih tidak terlalu banyak.
Uji iritasi Pengujian iritasi bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan gel
aman digunakan dengan parameter reaksi iritasi apabila diaplikasikan pada kulit.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sediaan gel aman digunakan yaitu tidak
menunjukkan reaksi iritasi, baik pada hari pertama, kedua maupun ketiga.
Uji efektivitas pewarnaan Pengujian efektivitas bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi yang terbaik dari sediaan gel yang mampu menghasilkan
warna yang konstan, Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan warna
formula I, II, dan III sangat tipis. Dari ketiga formula, pada formulasi 3
didapatkan warna yang paling pekat. Semakin besar konsentrasi zat aktif, maka
warna yang dihasilkan semakin pekat. Dari penggunaan berulang, didapatkan
bahwa semakin lama didiamkan, maka warna yang dihasilkan semakin pekat.
Pewarnan ini termasuk ke dalam pewarna semi permanen, dimana mekanisme
kerjanya rambut dipanaskan dengan tujuan membuka lapisan kutikula, maka cat
warna dapat terbawa dan tersimpan di dalam korteks. Di dalam korteks terbentuk
molekul warna sehingga tidak mudah hilang saat dicuci (Adiati, 2011).
55
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.)
sebagai pewarna rambut, formula sediaan gel yang paling baik adalah
formula 3 dengan konsentrasi bahan aktif sebesar 15%, dan warna yang
dihasilkan lebih pekat dibandingkan dengan formula lainnya.
2. Pada uji mutu fisik semua formulasi sesuai rentang dan tidak mengiritasi.
Gel daun tarum juga dapat meresap atau menempel pada rambut saat
diaplikasikan.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat stabilitas sediaan
gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.).
2. Perlu dilakukan lebih lanjut penelitian dengan menggunakan kompleks
logam pada sediaan gel sari daun tarum (Indigofera tinctoria L.).
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan sediaan semi
solid dan liquid yang lain seperti krim, pasta, shampoo, dan lain
sebagainya.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adalina, Y. dkk. 2010. Sumber Bahan Pewarna Alami Sebagai Tinta Sidik Jari
Pemilu. Bogor : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan
Konservas Alam Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan.
Adiati, B. 2011. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pewarna Ramut Yang
mengandung Bahan Berbahaya. Universitar Airlangga. Surabaya.
Apriyanti, 2017. Pengaruh Sitokinin Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Zat
Warna Indigo Tanaman Tarum (Indigofera tinctoria .L). Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut.
Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1-12, 83-86.
Bechtold T, Mussak R. 2009. Handbook of Natural Colorants. John Wiley and
Sons Ltd.
Betageri, G. & Prabhu, S., 2002, Semisolid Preparation, dalam Swarbrick, J., &
Boyland, J. C., (Eds), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,
2nd Ed, Vol 3, 2452-2456, Marcel Dekker, Inc., New York.
Chanayath, N., Lhieochaiphant, S., and Phutrakul, S. 2002. Pigment Extraction
Techniques from the Leaves of Indigofera tinctoria Linn. and
Baphicacanthus cusia Brem. And Chemical Structure Analysis of
Their Major Components. CMU Journal.
Daud, M. F. Sadiyah, E. R. Rismawati, E. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode
Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu
Biji (Psidium guajava l.) Berdaging Buah Putih. ISSN:2089-3582.
Universitas Islam Bandung. Bandung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi 2.
Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Erawati, T., Rosita. N., Hendroprasetyo, W., dan Juwita, D. R. 2005. Pengaruh
Jenis Basis Gel dan Penambahan NaCl (0,5% b/b) Terhadap Intensitas
Echo Gelombang Ultrasonik Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG
(Acoustic Coupling Agent). Majalah Farmasi Airlangga. Vol. 5 No.
2.
Fujiastuti dan Sugihartini, 2015. Sifat Fisik dan Daya Iritasi Gel Ekstrak Etanol
Herba Pegagan (Centella asiatica .L) dengan Variasi Jenis Gelling
Agent. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
57
Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, and A. K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid
Formulation: An Update. Pharmaceutical Tecnology. September: 84-
102.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Hariri, M. R. 2016. Keragaman Genetik Tarum (Indigofera tinctoria L.) di Pulau
Jawa dan Madura sebagai Pewarna Alami Batik Berdasarkan Marka
Inter Simple Sequence Repeate. Naskah Tesis Institut Pertanian
Bogor.
Harmita dan Radji, M., 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar
Analisis Hayati, Eds.3.EGC. Jakaerta:1-5.
Kim, J.Y. et al. 2009. Mining And Identification Of A Glucosidase Family
Enzyme With High Activity Toward The Plant Extract Indican.
Journal of Molecular Catalysis B: Enzymatic.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
Langenbucher dan Lange, 2007. “Reologi Farmasetik”. Dalam Lachman, L.,
Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Edisi Ketiga. Ni 1 Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Lemmens, R. H. M. J., Wessel-Riemens, P. C. 1992. Indigofera L. in: Lemmens,
R. H. M. J., Wulijarni-Soetjipto, N., editor. Plant Resources of South-
East Asia. No 3. Dye and Tannin-Producing Plants. Bogor (ID):
PROSEA.
Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed.,
324-361, Lea and Febiger, Philadelphia, London.
Maulina dan Sugihartini, 2015. Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana .L) dengan Variasi Gelling Agent Sebagai
Sediaan Luka Bakar. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Hal. 432.
Monisa, Fitriana. S., Maria, B., Mega, S., Syamsul, F., 2016. Potensi Ekstrak
Tanin Daun dan Kulit Batang Surian Sebagai Penghambat α-
Glukosidase. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muzayyinah, 2014. Indigofera Kini dan Nanti. Bioeduksi.
58
Niessen, Sandra. Legacy in Cloth, Batak Textiles of Indonesia. Netherland:
KITLV Publications, 2009.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Priawanto, G. P., dan Ingenida Hadning. 2017. Formulasi dan Uji Kualitas Fisik
Sediaan Gel Getah Jarak (Jatropha curcas). Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Priskila, Vany. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak
Air Bongol Pisang Kepok (Musa balbisiana) [Skripsi]. Depok.
Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Depok.
Putro, D.S. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal. 12- 15.
Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Sari, V. C. 2017. Optimasi dan Uji Efektivitas Antimemar Formulasi Gel Ekstrak
Kasar Kulit Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Menggunakan
Carbopol 940 dan Gliserin Secara Simplex Lattice Design. Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata. Kediri.
Shadily, H. dan Pringgodigdo. 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: kanisius.
Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral
Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.
Sihombing, C. N., Nasrul, W., dan Rusdiana, T., 2007, Formulasi Gel Antioksidan
Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan
Basis Aqupec HV-505, Jurnal Penelitian, Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran, Jawa Barat.
Simanjuntak R. P., 2013. Penggunaan Daun Salaon (Indigofera tinctoria .L)
Sebagai Pewarna Rambut. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sinko, P. J., 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Soepardiman. 2010. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 301-311.
59
Soewarno, dan T. Soekarto. 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan
Teknologi Pangan (Pusbangtepa). IPB Press. Bogor.
Suheryanto .D, 2012. Optimalisasi Waktu Fermentasi Pembuatan Zat Warna
Alam Indigo (Indigofera tinctoria). UPN “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya.
Steenis, C.G.G..J. van. 1972. The Mountain Flora ofJava, Leiden: E.J. Brill.
Steenis, C.G.G..J. van. 1988. The Mountain Flora ofJava, Leiden: E.J. Brill.
Steenis, C.G.G..J. van. 2005. The Mountain Flora ofJava, Leiden: E.J. Brill.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: Kedoteran EGC.
Syahputri, Mimi. Pemastian Mutu Obat: Kompendium Pedoman & Bahan-Bahan
Terkait Vol.I. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. 2005
Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Edisi kedua. Jakarta: Salemba
Medika. Hal. 404.
Tranggono, Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 2007.
Trifany, A.W, 2012, Kromatografi kolom, diakses pada 10 Desember 2013.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan
oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada
Press.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Hal. 9.
60
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DETERMINASI TANAMAN TARUM (Indigofera tinctoria L.)
61
LAMPIRAN 2
SERTIFIKAT HEWAN COBA
62
LAMPIRAN 3
SURAT KETERANGAN KELAYAKAN ETIKA PENELITIAN
63
LAMPIRAN ANALISA DATA SPSS
A. Uji pH
1. Normalitas
Tests of Normality
formulasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pH formulasi 1 .219 3 . .987 3 .780
formulasi 2 .385 3 . .750 3 .000
formulasi 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
pH
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.200 2 6 .113
3. Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
pH
Chi-Square 6.386
df 2
Asymp. Sig. .041
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
formulasi
64
4. Mann Whitney
Ranks
formulasi N Mean Rank Sum of Ranks
pH formulasi 1 3 2.17 6.50
formulasi 2 3 4.83 14.50
Total 6
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 6.500
Z -1.798
Asymp. Sig. (2-tailed) .072
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b
a. Grouping Variable: formulasi
b. Not corrected for ties.
Ranks
formulasi N Mean Rank Sum of Ranks
pH formulasi 1 3 2.00 6.00
formulasi 3 3 5.00 15.00
Total 6
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b
a. Grouping Variable: formulasi
b. Not corrected for ties.
65
Ranks
formulasi N Mean Rank Sum of Ranks
pH formulasi 2 3 2.33 7.00
formulasi 3 3 4.67 14.00
Total 6
Test Statisticsa
pH
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 7.000
Z -1.650
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: formulasi
b. Not corrected for ties.
B. Uji Daya Sebar
1. Normalitas
Tests of Normalitya,c
daya sebar
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
dayasebar formulasi 2 .385 3 . .750 3 .000
a. dayasebar is constant when daya sebar = formulasi 1. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
c. dayasebar is constant when daya sebar = formulasi 3. It has been omitted.
2. Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
dayasebar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
16.000 2 6 .004
66
3. Kruskal-Wallis
Test Statisticsa,b
dayasebar
Chi-Square 7.086
df 2
Asymp. Sig. .029
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: daya
sebar
4. Mann Whitney
Ranks
daya sebar N Mean Rank Sum of Ranks
dayasebar formulasi 1 3 2.00 6.00
formulasi 2 3 5.00 15.00
Total 6
Test Statisticsa
Dayasebar
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b
a. Grouping Variable: daya sebar
b. Not corrected for ties.
Ranks
daya sebar N Mean Rank Sum of Ranks
dayasebar formulasi 1 3 2.00 6.00
formulasi 3 3 5.00 15.00
Total 6
67
Test Statisticsa
Dayasebar
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b
a. Grouping Variable: daya sebar
b. Not corrected for ties.
Ranks
daya sebar N Mean Rank Sum of Ranks
Dayasebar formulasi 2 3 2.50 7.50
formulasi 3 3 4.50 13.50
Total 6
Test Statisticsa
Dayasebar
Mann-Whitney U 1.500
Wilcoxon W 7.500
Z -1.581
Asymp. Sig. (2-tailed) .114
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .200b
a. Grouping Variable: daya sebar
b. Not corrected for ties.
C. Uji Daya Lekat
1. Normalitas
Tests of Normality
formulasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ujilekat formulasi 1 .353 3 . .824 3 .174
formulasi 2 .232 3 . .980 3 .726
formulasi 3 .328 3 . .871 3 .298
a. Lilliefors Significance Correction
68
2. Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
ujilekat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.878 2 6 .463
3. ANOVA
ANOVA
ujilekat
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.372 2 2.686 1413.632 .000
Within Groups .011 6 .002
Total 5.383 8
4. LSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ujilekat
LSD
(I) formulasi (J) formulasi
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
formulasi 1 formulasi 2 -1.27000* .03559 .000 -1.3571 -1.1829
formulasi 3 -1.85000* .03559 .000 -1.9371 -1.7629
formulasi 2 formulasi 1 1.27000* .03559 .000 1.1829 1.3571
formulasi 3 -.58000* .03559 .000 -.6671 -.4929
formulasi 3 formulasi 1 1.85000* .03559 .000 1.7629 1.9371
formulasi 2 .58000* .03559 .000 .4929 .6671
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
69
D. Uji Viskositas
1. Normalitas
Tests of Normalityb
formulasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
viskositas formulasi 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
formulasi 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
b. viskositas is constant when formulasi = formulasi 2. It has been omitted.
2. Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
viskositas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.000 2 6 .216
3. ANOVA
ANOVA
viskositas
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 6950.000 2 3475.000 208.500 .000
Within Groups 100.000 6 16.667
Total 7050.000 8
70
4. LSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable: viskositas
LSD
(I) formulasi (J) formulasi
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
formulasi 1 formulasi 2 50.00000* 3.33333 .000 41.8436 58.1564
formulasi 3 65.00000* 3.33333 .000 56.8436 73.1564
formulasi 2 formulasi 1 -50.00000* 3.33333 .000 -58.1564 -41.8436
formulasi 3 15.00000* 3.33333 .004 6.8436 23.1564
formulasi 3 formulasi 1 -65.00000* 3.33333 .000 -73.1564 -56.8436
formulasi 2 -15.00000* 3.33333 .004 -23.1564 -6.8436
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
71
LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM
Daun Tarum (Indigofera
tinctoria L.)
Perendaman daun tarum
(Indigofera tinctoria L.)
dengan air 48 jam
Skrining fitokimia
senyawa tanin
Carbopol 940 1 gram Nipasol 0,20 gram Nipagin 0,18 gram
Air dimasukkan,
ditambahkan carbopol
940
Tunggu carbopol 940
mengembang Gerus ad homogen
72
Penambahan TEA Penambahan Gliserin
Penambahan Nipagin dan
Nipasol yang sudah
dilarutkan terlebih dahulu
dengan air panas
Ad aquadest
Penambahan sari daun
tarum (Indigofera
tinctoria L.) sesuai
konsentrasi
Gel + sari daun tarum
(Indigofera tinctoria L)
Organoleptis Gel Sari Daun Tarum Organoleptis Gel Sari Daun Tarum
73
Uji Daya Sebar Uji Daya Lekat
Uji Homogenitas Formula
1
Uji Homogenitas Formula
II
Uji Homogenitas
Formula III
pH F1 1 pH F1 2 pH F1 3
74
pH F2 1 pH F2 2 pH F2 3
pH F3 1 pH F3 2 pH F3 3
Viskositas F1 1 Viskositas F1 2 Viskositas F1 3
75
Viskositas F2 1 Viskositas F2 2 Viskositas F2 3
Viskositas F3 1 Viskositas F3 2 Viskositas F3 3
Uji Viskositas F1 Uji Viskositas F2 Uji Viskositas F3
76
Uji iritasi hari pertama Uji iritasi hari kedua Uji iritasi hari ketiga
Rambut sebelum diberi
perlakuan
Rambut setelah diberi
perlakuan 1 jam
Rambut setelah diberi
perlakuan 2 jam
Rambut setelah diberi
perlakuan 3 jam
Rambut setelah diberi
perlakuan 4 jam