skripsi mulat hubungan antara tingkat stres...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA
PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT
DI RUMAH SAKIT MARGA HUSADA
WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Mulat Hendarwati
NIM: ST 13050
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul ” Hubungan Tingkat Stres Perawat dengan Kinerja Perawat di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri”.
Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., M.Kep, selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta sekaligus Dosen
Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi
arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada
penulis.
4. dr. Suhari Affandi, SpOG, selaku direktur Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data
awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
v
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Seluruh responden yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dalam
penulisan skripsi ini.
7. Terima kasih yang dalam pada Eyang Uyut Purwitiyatmi dan Ayahanda
Bapak Suprapto Haryatno dan Umi tercinta ibu Hj. Kasihati yang telah
memberikan support luar biasa dan ketulusan do’a hingga selesai studi ini.
8. Terima kasih yang tak pernah habis pada suami tercinta
Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag. dan buah cinta kami Muhammad
Hanana Ramadhan kalian sumber inspirasi dan semangatku.
9. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Skripsi.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
Mulat Hendarwati
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
ABSTRAK .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 6
2.2 Kinerja ......................................................................................... 17
2.3 Keaslian Penelitian ...................................................................... 24
2.4 Kerangka Teori............................................................................. 27
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 28
vii
2.6 Hipotesis ...................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 29
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................. 29
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 30
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional
dan Skala Pengukuran ............................................................. 31
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 32
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 35
3.7 Etika Penelitian ........................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat .................................................................... 41
4.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 43
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Stres Perawat ................................................................... 44
5.2 Kinerja Perawat ............................................................................. 45
5.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kinerja Perawat ....................... 47
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 49
6.2 Saran .............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Tabel Halaman
Tabel 2.4 Keaslian Penelitian ........................................................................ 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Perawat ............................................ 33
Table 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ................................... 41
Table 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ...................... 41
Table 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ......................... 42
Table 4.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja .......................... 42
Table 4.4 Tingkat Stres perawat .................................................................... 42
Table 4.5 Kinerja Perawat ............................................................................. 43
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat
di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri ..................................... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.4 Kerangka Konsep 27
2.5 Kerangka Teori 28
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
1. F01 Usulan Topik Penelitian
2. F02 Pengajuan judul Skripsi
3. Fo4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4. F07 Pengajuan ini Penelitian
5. Jadwal Penelitian
6. Surat studi pendahuluan
7. Surat ijin Penelitian
8. Surat Keterangan Balasan Penelitian
9. Lembar Permohonan Responden
10. Lembat persetujuan menjadi Responden
11. Kuesioner
12. Tabulasi hasil penelitian
13. Hasil SPSS
14. Lembar Konsultasi
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Mulat Hendarwati
Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit
Marga Husada Wonogiri
Abstrak
Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres, karena
perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap
keselamatan nyawa manusia. Kinerja atau performance adalah usaha yang
dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing–masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres perawat dengan
kinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang akan digunakan semua perawat
di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri yang berjumlah 40 orang diperoleh
menggunakan tehnik total sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Marga Husada Wonogiri. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan korelasi spearman Rho ( r ).
Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil korelasi spearman rank
sebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan tingkat
stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.
Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan hubungan
tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin tinggi
tingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.
Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri dengan nilai korelasi spearman rank sebesar 0,618
dengan signifikan 0,000.
Kata Kunci : Stres, Kinerja perawat
Dafta Pustaka : 27 literatur (2005-2013)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan rumah sakit di Indonesia telah menuju pada era “industri
jasa kesehatan” yang menyangkut permasalahan yang komplek. Makin
cepatnya perubahan pada industri perumahsakitan ini, berakibat pada semakin
tingginya tekanan para pengelola Rumah Sakit di Indonesia, termasuk
manajemen rumah sakit dan para medisnya (Pranowo, 2014).
Kesehatan menjadi kebutuhan semua warga negara tanpa kecuali.
Pembangunan kesehatan yang bermutu akan meningkatkan derajat
kesejahteraan masyarakat. Kinerja pelayanan kesehatan yang merupakan
faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan (Pranowo, 2014).
Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing
dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011).
Perawat menjadi sumber daya yang signifikan dalam pelayanan
kesehatan. Perawat adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Dimana tenaga keperawatan bekerja selama 24 jam mendampingi dan
memonitor kesehatan pasien secara terus menerus dan berkesinambungan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan profesional
2
(Sondang, 2003). Diharapkan perawat bisa menjalankan tugas dengan sebaik-
baiknya.
Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres,
karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi
terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang sering dihadapi
mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja, karena dipacu harus selalu
maksimal dalam melayani pasien. Stres kerja karyawan tersebut, jika tidak
segera diatasi dapat berdampak pada perilaku yang tidak diharapkan oleh
pihak organisasi, seperti kepuasan kerja yang rendah serta turunnya komitmen
organisasional para karyawan. Kepuasan kerja akan tercapai bila kebutuhan
karyawan terpenuhi melalui pekerjaan (Karambut, 2012).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Januari 2015 di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri terdapat banyak stresor yang dihadapi
perawat,yaitu jadwal sift yang padat dan masih adanya perawat yang tukar
shift, jumlah pasien over load. Data perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri berjumlah 53 terdiri dari perawat dengan pendidikan D III 51 dan
perawat pendidikan SPK sebanyak 2. Pembantu perawat (PP) sebanyak 10
orang (Wiarsih, 2015).
Observasi yang dilakukan peneliti didapatkan data ada perawat dengan
kinerja yang kurang baik, perawat yang kurang disiplin dengan
pendokumentasian, datang terlambat, sering keluar tanpa ijin dan ada juga
perawat yang tetap menunjukkan perfoma kinerja yang baik seperti disiplin.
3
Fenomena itu membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat stres
perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.
1.2 Rumusan Masalah
Hambatan-hambatan untuk mewujudkan kinerja yang memenuhi
standar profesi baik secara intelektual, teknikal, dan interpersonal seorang
perawat salah satunya adalah stres kerja. Perubahan psikososial dapat
merupakan tekanan mental (stresor psikososial) sehingga bagi sebagian
individu/perawat dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan
berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya dan stres dapat terjadi apabila
tuntutan atau keinginan diri kita tidak terpenuhi. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yaitu:
Bagaimana hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan tingkat stres perawat di Rumah Sakit Marga
Husada Wonogiri
4
2. Mendeskripsikan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri.
3. Menganalisis hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini membuat
masyarakat dapat menerima pelayanan keperawatan profesional yang
lebih baik.
1.4.2 Bagi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan
untuk memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan
di profesi kesehatan.
1.4.3 Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya di bidang yang sama di masa yang akan datang.
1.4.4 Bagi peneliti
Sebagai pengalaman belajar dan menambah pengetahuan dalam
penelitian sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian dan
sebagai pengalaman yang nyata.
5
1.4.5 Bagi rumah sakit
Bahan evaluasi untuk rumah sakit untuk melakukan upaya penurunan
stres pada perawat sehingga terjadi peningkatan kinerja perawat yang
berdampak pada peningkatan mutu pelaanan di rumah sakit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Definisi stres
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
setiap tuntutan bebas atasnya. Misalnya bagaimana respon tumbuh
seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan
yang berlebihan. Bila sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang
bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya
dengan baik, maka disebut mengalami stres (Hawari, 2011).
2.1.2 Definisi stres kerja
Menurut Ubaidilah (2007) stres kerja dapat dipahami sebagai
suatu keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan
yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya.
Menurut Newman (Diahsari, 2001) stres kerja diartikan sebagai
suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang
mengubah fungsi fisik maupun fungsi psikis yang normal. Stres kerja
merupakan tuntutan pekerja yang tidak dapat diimbangi oleh
kemampuan karyawan dalam menjalankan tugasnya.
7
Stres kerja merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh
terhadap tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan pekerjaan yang melebihi
kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutan fisik atau lingkungan
dan situasi sosial yang menggangu pelaksanaan tugas, yang muncul
dari interaksi antara individu dengan pekerjaannya, dan dapat
merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai
membahayakan dan tidak menyenangkan (Widyasari, 2010).
2.1.3 Tahapan stres
Gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal stres timbul secara lambat, menurut Hawari (2011),
tahapan-tahapan stres sebagai berikut:
1. Stres tahap I
Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out)
disertai rasa gugup yang berlebihan.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin
bertambah semangat namun tanpa disadari cadangan energi
semakin menipis.
8
2. Stres tahap II
Tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan
sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi
tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagai
berikut:
a. Merasa letih bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
e. Detak jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
f. Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
g. Tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres
tahap II tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan
9
menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan
mengganggu, yaitu:
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan
maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam
dan sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu
pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa
mau pingsan)
Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh terapi atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat
guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter
sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas oleh
dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-
kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
10
bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal
istirahat makan gejala stres tahap IV akan muncul, yaitu:
a. Untuk bertahap sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b. Aktivitas pekerjaan yang semula tanggap terhadap situasi
membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggap terhadap situasi merespon secara
memadai (adequate)
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-
hari.
e. Gangguan pola tiduar disertai daenga mimpi-mimpi yang
menegangkan
f. Seringkali menolak ajakan (negativism karena tiada semangat
dan kegairahan
g. Daya konsetrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres\
tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical
and psychological exhaution)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana.
11
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder).
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah tersinggung, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang
orang mengalami stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit
Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stres tahap VI ini adlaah sebagai berikut:
a. Debaran jantung teramat keras
b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collaps).
2.1.4 Reaksi tubuh terhadap stres
Menurut Hawari (2011), seseorang yang mengalami stres dapat
dilihat ataupun dirasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya, antara lain:
1. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan
12
(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula
dnegan kerontokan rambut.
2. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya membaca tidak
jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi
fokus lensa mata.
3. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging
(tinitus).
4. Daya pikir
Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentasi menurun.
Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau
pusing.
5. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik
nampak serius tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau
tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
6. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Selain dari itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan
sehingga sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot
13
lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa tercekik.
7. Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh
terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih kering.
8. Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat
terganggu nafasnya terasa berat dan sesak disebabkan terjadi
penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan
berat dikarenakan otot-otot rongga dada mengalami spasme dan
tidak atau kurang elastis.
9. Sistem kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stres
10. Sistem pencernaan
Seseorang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan
pada sistem pencernaan. Pada lambung terasa kembung, mual dan
perih hal ini dikarenakan asam lambung yang berlebihan
(hiperacidity). Selain gangguan lambung dapat terjadi gangguan
pada usus sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas,
sulit buang airbesar atau sebaliknya diare.
14
2.1.5 Tingkat stres perawat
Stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh inidividu
mempersepsikan suatu peristiwa. Penilaian kognitif bersifat individual
difference, yaitu berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan
disebabkan oleh persepsi dan respon yang berbeda terhadap stres
tersebut. Penilain kognitif bisa mengubah cara pandang akan stres.
Respon tersebut bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
individu bila mempunyai cara pandang yang positif terhadap stres
tersebut.
Potter dan Perry (2005) membagi tingkatan dalam stres menjadi
tiga bagian, antara lain:
1. Situasi stres ringan
Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang
secara teratur, seperti telalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas
serta kritikan dari atasan. Kondisi ini berlangsung selama beberapa
menit sampai beberapa jam. Stressor ini bukan resiko siginifikan
yang dapat menimbulkan gejala yang muncul akibat stres. Akan
tetapi, stressor ringan dan banyak dalam waktu singkat dapat
meningkatkan risiko penyakit Holmes dan Rabe (1976) dalam
Potter dan Perry (2005).
2. Situasi stres sedang
Kondisi stres sedang berlangsung lebih lama, beberapa jam
sampai beberapa hari. Jenis stressor yang dihadapi misalnya
15
perselisihan dengan rekan kerja, anak yang sedang sakit, serta
ketidakhadiran anggota keluarga dalam waktu yang lama.
3. Situasi stres berat
Kondisi stres berat merupakan kondisi kronis yang berlangsung
lama diurainya mulai beberapa minggu sampai beberapa tahun.
jenis stressor yang dihadapi misalnya, perselisihan perkawinan,
kesulitan keuangan yang berkepanjangan, serta penyakit kornis.
Semakin sering dan semakin lama situasi stres, makin tinggi
risiko kesehatan yang ditimbulkan Wiebi dan William (1992)
dalam Potter dan Perry (2005).
Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena
stres, karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang
sering dihadapi mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja,
karena dipacu harus selalu maksimal dalam melayani pasien. Orang
yang terkena stres kerja (dengan catatan, tidak bisa
menangulanginya) cenderung tidak produktif, secara tidak sadar
malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan
tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah-pindah, dan berbagai
sikap yang dapat merugikan organisasi. Stres kerja karyawan
tersebut, jika tidak segera diatasi dapat berdampak pada perilaku
yang tidak diharapkan oleh pihak organisasi, seperti kepuasan kerja
yang rendah serta turunnya komitmen organisasional para karyawan.
16
Kepuasan kerja akan tercapai bila kebutuhan karyawan terpenuhi
melalui pekerjaan. Dimana kepuasan kerja merupakan keadaan emosi
yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan
atau pengalaman seseorang. Dengan kepuasan kerja yang tinggi akan
meningkatkan komitmen organisasional karyawan terhadap
organisasi tempat mereka bekerja.
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang
individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala
(constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat
diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti
dan penting (Robbins: 2006). Stres kerja merupakan perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres
kerja ini tampak dari Simpton, antara lain emosi tidak stabil, perasaan
tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan,
tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat
serta mengalami gangguan pencernaan.
Menurut Luthans (2006) dalam suatu organisasi, penyebab stres
(job stress) dapat berasal dari berbagai aspek, antara lain:
1. Stressor Ekstra organisasional
2. Stressor Organisasional
3. Stressor Kelompok
4. Stressor lndividu
17
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat
dihadapi sebelum menimbulkan dampak yang negatif. Manajemen
stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yaitu belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif.
2.2 Kinerja
2.2.1 Pengertian kinerja
Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang
atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu
(Tika, 2010). Sedangkan Mangkunegara (2009) Kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja atau performance
adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman,
2011).
Kinerja juga merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi (Bastian, 2006). Dengan pengukuran
18
kinerja secara berkelanjutan diharapkan akan memberikan umpan
balik, sehingga individu maupun organisasi dalam hal ini perawat dan
rumah sakit akan mengalami usaha perbaikan terus menerus untuk
mencapai keberhasilan.
Kinerja mengandung dua komponen penting, yaitu: Pertama,
kompetensi berati individu atau organisasi memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi tingkat kinerjanya. Kedua, produktivitas:
kompetensi tersebut diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-
kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome).
Pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari
fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Bila
disimak lebih lanjut dari apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau
jabatan adalah suatu proses yang mengolah in-put menjadi out-put
(hasil kerja).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit
memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan
bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter & Perry, 2005).
Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24
jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga
kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%. Oleh karena itu,
rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang
19
akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai
kepuasan pelanggan atau pasien (Suroso, 2011).
Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam
mengimplementasikan sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok
profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja
perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan.
Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang
terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan
dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu
untuk mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan
Winarsih, 2008).
2.2.2 Kinerja pelayanan kesehatan
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya
oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan
produktivitas (Swanburg 1987 dalam Nursalam 2012, h.287). Proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan
perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam
kualitas dan volume yang tinggi. Manajer perawat dapat
menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja
dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier, serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten. Perawat
sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan kerja,
20
dan bentuk evaluasi kerja untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan
evaluasi. Dengan demikian perawat maupun supervisor dapat
mendiskusikan evaluasi dari kinerja yang sama, karena kinerja
perawat yang kompeten dapat memenuhi tingkat kepuasan pasien
(Nursalam 2012).
Kinerja perawat adalah merupakan tenaga profesional yang
mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan
moral, bertanggung jawab serta berwenang melaksanakan asuhan
keperawatan pelayanan kesehatan dalam mengimplesentasikan sebaik-
baiknya suatu wewenang dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok
profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi kesehatan
tanpa melihat keadaan dan situasi waktu (Suriana, 2013).
Kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
internal maupun eketernal. Menurut hasil penelitian Syah (2004)
bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam
pemberian pelayanan antara lain umur, pendidikan, status
kepegawaian, masa kerja, peralatan, motivasi, kompensasi, dan iklim
kerja. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Lande yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
dan masa kerja) dengan kinerja perawat. Namun kinerja berhubungan
dengan imbalan, fasilitas, dan beban kerja perawat
(Mulyaningsih, 2013).
21
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kinerja
Tika (2010), menyatakan terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,
keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi
sikap, sifat–sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang
budaya dan variabel-variabel personal lainnya.
2. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan
ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi,
kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan–tindakan rekan
kerja jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan
sosial.
Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh
faktor, seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya
organisasional (Sutrisno, 2009). Sebagai seorang karyawan maka
perawat juga harus dievaluasi atau dinilai kinerjanya.
2.2.4 Penilaian kinerja
Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal,
performance evaluation, development review, performance review and
development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan
22
tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada
ukuran–ukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja
(Usman, 2011).
Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja
perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang
berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk
menjamin tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja
merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat
dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan
perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan
dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja
dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam,
2008).
Proses penilaian kinerja dengan langkah–langkah sebagai
berikut: mereview standar kerja, melakukan analisis jabatan,
mengembangkan instrument penilaian, memilih penilai, melatih
penilai, mengukur kinerja, membandingkan kinerja aktual dengan
standar, mengkaji hasil penilaian, memberikan hasil penilaian,
mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat rencana–rencana
23
pengembangan dengan menyepakati sasaran dan standar–standar
kinerja masa depan (Usman, 2011).
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat
efektivitas dan efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan
seorang pekerja/karyawan atau tim kerja dalam melaksanakan
tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya (Nawawi, 2006)
Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja
yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok
dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan
pelayanan di rumah sakit.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada
gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya
manusia secara keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan
umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
4. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program
pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga
rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk
pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
24
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja
dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk
mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain
yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga
dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
2.3 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang tingkat stress perawat dengan peningkatan kerja
pelayanan di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri sebelumnya belum
pernah dilakukan. Adapun penelitian yang sejenis telah dilakukan antara lain:
Tabel 2.3
Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Yesi Gustian Hubungan Stres
Kerja Dengan
Kinerja Perawat
Pelaksana
Dalam
Melaksanakan
Asuhan
Keperawatan Di
Ruang Rawat
Inap RSUD
Pasaman Barat
Tahun 2010
Korelasi 1. Lebih dari
separoh (67,8%)
perawat
pelaksana di
ruang rawat inap
RSUD Pasaman
Barat
mengalami
tingkat stres
kerja menengah.
2.Lebih dari
separoh (52,5%)
perawat
pelaksana di
ruang rawat inap
RSUD Pasaman
Barat
mempunyai
kinerja dengan
25
kategori baik.
3.Ada hubungan
yang bermakna
antara tingkat
stress kerja
perawat dengan
kinerja perawat
pelaksana dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan di
Ruang Rawat
Inap RSUD
Pasaman Barat
tahun 2010
(p=0,035)
Syamsiar S.
Russeng,
Mutmainnah
Usman, Lalu M.
Saleh
Stres Kerja
Pada Perawat
Instalasi Rawat
Inap Rumah
Sakit Dr.
Tadjudin Cholid
Makassar
Metode
pengambilan
sampel exhausing
sampling.
Pengumpulan data
melalui kuisioner
dan data sekunder.
Analisa data
dengan SPSS Versi
11.5 dan Microsoft
Excel. Penyajian
data tabel distribusi
dan tabel silang
Banyak perawat
berada pada
tingkat stres
sedang. Tingkat
stres sedang
berdasarkan
karakteristik
individu paling
banyak pada
perawat
berumur 31-40
tahun, berjenis
kelamin
perempuan,
masa kerja ≤ 10
tahun, dan status
kawin. Selain
itu, tingkat stres
sedang juga
laing banyak
pada beban kerja
berat dan beban
kerja ringan,
shift kerja
menganggu,
hubungan kerja
yang baik, dan
tipe kepribadian
B.
26
Jhonana Kurnia
Widyasari
Hubungan
Antara
Kelelahan Kerja
dengan Stres
Kerja Perawat
Rumah Sakit
Islam Surakarta
Pendekatan cross
sectional.
Purposive
sampling.
Pengukuran
kelelahan kerja dan
stres kerja. Data
diolah dengan
teknik analisis
kenall’s tau-b
Dari uji
kendall’s tau-b
diperoleh
koefisiien
korelasi 0,742
dengan nilai
asymp sig 0,00
lebih kecil dari
0,01 yang
berarti ada
hubungan antara
kelelahan
dengan stres
kerja.
27
2.4 Kerangka Teori
Secara skematis kerangka konseptual mengenai tingkat stres perawat
dengan peningkatan kerja pelayanan dir Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri
dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Tingkat stres
Stressor Ekstra
organisasional
Stres
perawat
Kinerja perawat
Stressor Organisasional
Stressor Kelompok
Stressor lndividu
Faktor eksternal Faktor internal
28
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, dapat disusun skema (kerangka penelitian
sebagai berikut:
Variabel bebas/Independen Variabel terikat/Dependen
Gambar 2.5 Kerangka teori
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permsalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010). Maka berdasarkan penyataan tersebut di atas, penelitian ini
menurunkan hipotesis sebagai berikut:
Hi : Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri
Ho : Tidak ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di
Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri
Kinerja Perawat Tingkat Stres
Perawat
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan jenis rancangan deskriptif correlation yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa
melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang
sudah ada. Data-data yang berupa numerikal (angka) akan diolah dengan
metode statistika, yang hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
hipotesis nihil (Nursalam, 2013).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,
masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi,
2012). Populasi adalah jumlah tenaga perawat di Rumah sakit Marga
Husada Wonogiri Data perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri
berjumlah 40 terdiri dari perawat
30
3.2.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan semua perawat di Rumah Sakit Marga
Husada Wonogiri yang berjumlah 40 orang diperoleh menggunakan tehnik
total sampling dengan asumsi semakin besar jumlah sampel akan semakin
mengurangi angka kesalahan yang diharapkan.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri yang berada di Jl. Letjen Sutoyo
Wonogiri.
3.3.2 Waktu
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juli 2015.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2010). Vairabel idenpenden (bebas) dalam penelitian ini yaitu tingkat
stres perawat.
31
2. variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel
independen (bebas) (Sugiyono, 2010). Variabel terikat dalam penelitian
yaitu kinerja perawat.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definsi yang membatasi ruang
lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
Tabel 3.4.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor
Variabel
bebas/Independen:
Tingkat stres
Respon tubuh
yang sifatnya
non spesifik
terhadap setiap
tuntutan bebas
atasnya.
Misalnya
bagaimana
respon tumbuh
seseorang
manakala yang
bersangkutan
mengalami
beban pekerjaan
yang berlebihan.
Kuesioner
Yang terdiri
dari 19
pertanyaan
dengan
jawaban TP,
KK, SR
(skala
likert) yang
telah valid
dan reliabel
dikutip dari
Sitepu
(2006)
Ordinal
1. Ringan : 0 -
12
2. Sedang : 13
– 25
3. Berat : 26 -
38
Variabel
terikat/Dependen:
Kinerja Perawat
Hasil kerja yang
dicapai setiap
perawat dalam
rangka melaksanakan
tanggungjawab
dan tugas
kerjanya
sehingga dapat
memberikan
kontribusi
terhadap rumah
sakit
Kuesioner Ordinal 1. Baik : 65 -
128
2. Kurang
baik : 0 – 64
32
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia
memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna
(Riduwan, 2012). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan
jawabannya (Arikunto, 2010).
1. Kuesioner tingkat stres perawat menggunakan kuesioner yang
berjumlah 19 pertanyaan dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (TK)
dengan skor ”0”, Kadang-kadang dengan skor ”1”, dan Sering dengan
skor ”2”. Kuesioner dikutip dari penelitian Sitepu (2006), dan telah
diuji validitas dengan hasil 0,873 dan reliabilitas dengan hasil 0,720.
2. Kuesioner kinerja perawat dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang berjumlah 32 pertanyaan dengan penilaian 5 point yang terdiri
dari : bila telah dilakukan sepenuhnya dengan tepat nilai ”4”, bila
dilakukan sepenuhnya kurang tepat nilai ”3”, bila dilaksanakan
sebagian nilai ”2”, bila hanya sedikit yang dilakukan diberi nilai ”1”,
bilan tidak dilakukan sama sekali dengan nilai “0”.
33
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Kinerja Perawat
Variabel Indikator No. Item Jumlah
Kinerja Perawat Pengkajian 1,2,3,4,5 5
Perencanaan 6,7,8, 3
Implementasi 9,10,11,12,13 5
Evaluasi 14,15,16 3
Perilaku bekerja 17,18,19,20,21,22 6
Cara berfikir 23,24,25,26 4
Perilaku sosial 27,28,29,30,31,32 6
Jumlah 32
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai
standar adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas
data. Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment.
Menurut Hidayat (2011), rumus product moment yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
34
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan
taraf signifikan 0,05. Berdasarkan penelitian Yesi Gustian (2010),
Dengan nilai validitas kinerja perawat yaitu dalam rentang 0,5006–
0,8607, artinya kuesioner kinerja perawat tersebut valid
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto,
2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan
Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for
Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas Kinerja perawat hasil uji
35
reliabilitas kinerja perawat dengan α = 0,9214, artinya kuesioner kinerja
perawat tersebut reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Croanbach
melebihi angka kritik dan mendekati nilai 1.
3.5.2 Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dimulai permohonan izin tempat penelitian
dengan mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada pihak
akademis yang digunakan sebagai surat tembusan Rumah Sakit Marga
Husada Wonogiri serta. Tahap Pelaksanaan peneliti membagikan
kuesioner kepada untuk mengisi kuesioner kinerja dan tingkat stress
dibantu peneliti untuk mengisi checklist. Kinerja perawat dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 32 pertanyaan. Tingkat stres
dengan kuesioner yang berjumlah 19 pertanyaan.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2012), teknik pengolahan data dan analisa
data adalah langkah terpenting untuk memperoleh hasil atau simpulan dari
masalah yang diteliti. Data yang sudah terkumpul sebelum dianalisis harus
selalu melalui pengolahan data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul,
kemudian diadakan pengolahan data dengan cara:
1. Editing (penyuntingan data)
Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner
perlu disunting (edit) terlebih dahulu, Apabila ada jawaban yang belum
36
lengkap kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang
untuk melengkapi jawaban tersebut, tetapi apabila tidak memungkinkan
maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah
atau tidak dimasukkan dalam pengolahan (data missing).
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng”kode”an atau “coding”, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atu huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding
atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data
entry). Dalam penelitian coding meliputi:
a. Usia
26 – 38 : 1
39 - 51 : 2
52 – 61 : 3
b. Jenis kelamin
Perempuan : 1
Laki-laki : 2
c. Pendidikan
SPk : 1
D3 : 2
SI : 3
d. Masa kerja
4 – 12 tahun : 1
13 – 21 tahun : 2
22 – 29 tahun : 3
37
e. Tingkat stres
Ringan : 1
Sedang : 2
Berat : 3
f. Kinerja
Baik : 1
Tidak baik : 2
3. Memasukkan data (data entry)
Data yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer.
4. Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.6.2 Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini tingkat stres perawat dan kinerja perawat yang
38
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan dan masa kerja.
2. Analisa bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi
spearman Rho ( r ). Teknik analisis ini digunakan untuk
menyelesaikan kasus dengan skala data ordinal. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
6 ∑ D2
ρ = 1 – –––––––––
N (N2 – 1)
Dimana :
ρ = koefisien korelasi tata jenjang
D = Difference adalah beda antara jenjang setiap sampel
N = banyaknya sampel
Dikatakan ada hubungan yang signifikan jika nilai r hitung > r tabel,
dan nilai signifikan 5%, dan dikatakan tidak ada hubungan yang
signifikan jika r hitung < r tabel (Riwidikdo, 2013).
3.7. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2007), dalam melaksanakan penelitian khususnya
jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus
memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam
39
menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar
menjunjung tinggi kebebasan manusia, etika penelitian meliputi:
3.2.1 Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui damapaknya, jika subyek bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut
anatara lain partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis
data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial
masalah yang akan terjadi, mafaat, kerahasiaan, informasi yang
mudah dihubungi, dan lain-lain.
3.2.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
40
3.2.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
Penelitian mengambil judul hubungan tingkat stres perawat dengan
kinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri dengan 40
responden. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:
4.1.1 Umur responden
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur f %
1
2
3
26 – 38 tahun
39 – 51 tahun
52 – 61 tahun
27
12
1
67,5
30,0
2,5
Total 40 100
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui umur responden
mayoritas berumur 26 – 38 tahun yaitu sebanyak 27 responden (67,5%).
4.1.2 Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin f %
1
2
Laki-laki
Perempuan
7
33
17,5
82,5
Total 40 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui umur responden mayoritas jenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 responden (82,5%).
42
4.1.3 Pendidikan Responden
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan f %
1
2
D3
S1
36
4
90
10
Total 40 100
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas responden dengan tingkat pendidikan
D3 yaitu sebanyak 36 responden (90%)
4.1.4 Masa Kerja Responden
Tabel 4.4 Kakateristik responden berdasarkan masa kerja
No Masa Kerja f %
1
2
3
4 – 12 tahun
13 – 21 tahun
22 – 29 tahun
22
14
4
55
35
4
Total 40 100
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan masa kerja responden dapat diketahui mayoritas bekerja
selama 4 – 12 tahun yaitu sebanyak 22 responden (55%)
4.1.5 Tingkat Stres perawat
Tabel 4.4 Tingkat Stres perawat
No Tingkat Stres f %
1
2
3
Berat
Sedang
Ringan
9
17
14
22,5
42,5
35,0
Total 40 100
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas tingkat stres perawat dengan paritas
multipara yaitu stres sedang sebanyak 17 responden (42,5%) .
43
4.1.6 Kinerja Perawat
Tabel 4.5 Kinerja Perawat
No Kinerja f %
1
2
Baik
Kurang Baik
37
3
92,5
7,5
Total 40 100
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak 37
responden (92,5%).
4.2 Analisa bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan
tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman
Rank dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri
Keterangan Korelasi Spearman Rank
Hubungan tingkat stres perawat dengan
kinerja perawat
rs P Value
0,618 0,000
Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil korelasi spearman rank
sebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan
tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri. Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan
hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga
44
Husada Wonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin
tinggi tingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.
45
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian tentang hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di
Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri, pembahasan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
5.1 Tingkat stres perawat
Hasil analisis data menunjukkan mayoritas tingkat stres perawat yaitu
stres sedang sebanyak 17 responden (42,5%). Menurut Robbins (2006), stres
adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu
dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan
yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stres kerja merupakan perasaan
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
Menurut Hawari (2011), stres adalah respon tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap setiap tuntutan bebas atasnya. Misalnya bagaimana respon
tumbuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan
yang berlebihan. Bila sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada
fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres.
Tetapi sebaliknya bila ternyata mengalami gangguan pada satu atau lebih
organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka disebut mengalami stres.
46
Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres,
karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi
terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang sering dihadapi
mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja, karena dipacu harus selalu
maksimal dalam melayani pasien. Orang yang terkena stres kerja (dengan
catatan, tidak bisa menangulanginya) cenderung tidak produktif, secara tidak
sadar malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan
tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah-pindah, dan berbagai sikap yang
dapat merugikan organisasi. Stres kerja karyawan tersebut, jika tidak segera
diatasi dapat berdampak pada perilaku yang tidak diharapkan oleh pihak
organisasi, seperti kepuasan kerja yang rendah serta turunnya komitmen
organisasional para karyawan.
5.2 Kinerja Perawat
Berdasarkan tabel di atas mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak
37 responden (92,5%). Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu (Tika, 2010).
Sedangkan menurut Mangkunegara (2009), kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
47
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing
dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Kinerja juga merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi (Bastian, 2006). Dengan pengukuran kinerja secara
berkelanjutan diharapkan akan memberikan umpan balik, sehingga individu
maupun organisasi dalam hal ini perawat dan rumah sakit akan mengalami
usaha perbaikan terus menerus untuk mencapai keberhasilan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang
peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter &
Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama
24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga
kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%. Oleh karena itu, rumah sakit
haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja
rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien (Suroso,
2011).
Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan
sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka
pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran
unit organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja
diperusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif
yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan
48
dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk
mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan Winarsih, 2008).
5.3 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman
Rank dengan program SPSS didapatkan hasil korelasi spearman rank sebesar
0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan tingkat stres
perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.
Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan hubungan
tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Wonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin tinggi
tingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.
Menurut Sutrisno (2009), baik buruknya kinerja seorang perawat dapat
dipengaruhi oleh faktor, seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja
dan budaya organisasional.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Yesi Gustian (2010),
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat stress kerja perawat
dengan kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat tahun 2010 (p=0,035).
Menurut Tika (2010), menyatakan terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,
keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi sikap, sifat–
sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
49
personal lainnya. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan
ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan
organisasi, kepemimpinan, tindakan–tindakan rekan kerja jenis latihan dan
pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
50
BAB VI
PENUTUP
Penelitian tentang hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di
Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Mayoritas tingkat stres perawat dengan paritas multipara yaitu stres
sedang sebanyak 17 responden (42,5%).
6.1.2 Mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak 37 responden (92,5%).
6.1.3 Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Marga Husada Wonogiri dengan nilai spearman rank sebesar 0,618
dengan signifikan 0,000.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat sehingga dapat
membuat masyarakat dapat menerima pelayanan keperawatan profesional
yang lebih baik.
6.2.2 Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk
memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di profesi kesehatan.
51
6.2.3 Bagi Peneliti lain
Diharapkan dapat meningkatkan penelitian yang sama dengan menambah
variabel-variabel yang mempengaruhi
6.2.4 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadikan bahan evaluasi untuk rumah
sakit dalam upaya penurunan stres pada perawat sehingga terjadi
peningkatan kinerja perawat yang berdampak pada peningkatan mutu
pelayanan di rumah sakit.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS .
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gustian, Yesi. 2010. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Psaman Barat Tahun 2010. Fakultas Keperawatan Padang.
Hawari, D. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medik.
________________, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medik.
Ilmi, B. 2003. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja.
www//ttp:adln.lib.unair.ac.id.
Karambut, CA dan Noormijati, EA. 2012. “Analisa Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitimen
Organisasional (Studi Pada Perawat Unit Rawat Inap RS Panti Waluya
Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol 10 No. 3; 655-668.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Terjemaan, Jakarta: Salemba Empat.
Mangkuneara, AP., 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
53
Nawai, H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamanteal Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Pranowo, G. 2014. Pidato Kunci ubernur Jawa Tengah Pada Pembukaan
Rakernas VIII Asosiasi Rumah Sakit Daerah (Arsada) Semarang, 11
Juni 2014.
Riduawan, 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Robbins, PS. 2006. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Jakarta:
Prenhallindo.
Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Suroso, J. 2011. Penataan Sistem Jejaring Karir Berdasar Kompetensi Untuk
Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah
Sakit.Ekzplanasi, Vol 6 No. 2 Hal: 123-131.
Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana.
Syamsiar S. 2010. Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Dr. Tadjudin Cholid Makassar.
Tika, P. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:
Bumi Aksara.
54
Usman, . 2011. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Verawati, Sitepu. 2006. Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam di
Ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan FKM-USU. Medan.
Widyasari, Jhonana Kurnia. 2010. Hubunan Antara Kelelaan Kerja denan Stres
Kerja Pada Perawat di Ruma Sakit Islam Yarsis Surakarta. Skripsi
Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Neeri Sebelas Maret Surakarta.
Yesi ustian 2010. Hubunan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Pasaman Barat.