skripsi imam hadi wibowo modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan telekomunikasi di indonesia
DESCRIPTION
Skripsi ini berisi tentang hubungan modal kerja dengan likuiditas pada Perusahaan - perusahaan telekomunikasi di Indonesia bagaimana melihat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas seberapa besar berpengaruh bagi perusahaan tersebutTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Masalah Penelitian
1.1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini, menuntut agar setiap
perusahaan dapat maju dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada. Pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu dalam dunia usaha mendorong
para pelaku untuk berperan aktif dalam meningkatkan daya saing antar
perusahaan. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang
maksimal, untuk itu perusahaan harus melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menghasilkan laba/keuntungan. Dalam mengelola suatu perusahaan, terdapat
masalah masalah, salah satunya bagaimana menyediakan dan menggunakan
modal kerja secara efektif, efisien dan akuntabel.
Dalam kaitannya dengan perusahaan industri telekomunikasi, sejak 1961
layanan telekomunikasi di Indonesia telah diselenggarakan oleh perusahaan milik
negara. Indonesia sebagai negara berkembang perluasan dan modernisasi
infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting di dalam perkembangan
ekonomi nasional. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mendorong
peningkatan hidup masyarakat, termasuk kebutuhan telekomunikasi, membuat
banyak berdirinya perusahaan perusahaan telekomunikasi baru.
Pesatnya industri telekomunikasi memiliki dampak yang luar biasa bagi
pertumbuhan perekonomian indonesia, karena industri telkomunikasi menjadi
infrastruktur penggerak seluruh sektor ekonomi. Namun pada tahun 2007 terjadi
krisis keuangan global mengubah tatanan perekonomian dunia yang berawal dari
Amerika Serikat, disebabkan oleh krisis Subprime Mortage yang berdampak ke
seluruh dunia. Hal tersebut ternyata berdampak pada kondisi modal kerja pada
2
perusahaan telekomunikasi yang ada di indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel
1.1
Tabel 1.1
Modal Kerja perusahaan Telekomunikasi
Tahun 2007 – 2011
Nomor Nama perusahaan Tahun Modal Kerja
PT Bakrie Telecom 1 2007 412,616,099
2 2008 1,240,840,209
3 2009 (330,162,604)
4 2010 (323,465,613)
5 2011 (2,007,401,708)
PT. XL axiata tbk.
6 2007 (5,700,227)
7 2008 (2,477)
8 2009 (4,001)
9 2010 (2,335)
10 2011 (5,340)
PT. Smartfren tbk.
11 2007 1,129,215,008
12 2008 (378,194,859)
13 2009 (730,036,525)
14 2010 (1,628,654,569)
15 2011 (2,305,104,286)
PT. Telkomsel tbk.
16 2007 (4,696,534)
17 2008 (12,375,841)
18 2009 (10,707,101)
19 2010 (1,742,271)
20 2011 (931)
PT. Indosat tbk.
21 2007 (864,454)
22 2008 (1,015,472)
23 2009 (5,928,495)
24 2010 (5,787,999)
25 2011 (5,372,732)
Dapat dilihat bahwa hampir seluruh modal kerja perusahaan
telekomunikasi memiliki saldo negatif. Hanya pada PT. Bakrie Telecom tahun
2007 ke 2008 yang mengalami peningkatan yang signifikan, ada beberapa yang
mengalami peningkatan namun masih bersaldo negatif. Hal ini membuktikan
bahwa krisis tersebut berdampak pada modal kerja perusahaan telekomunikasi di
indonesia pada tahun 2007 - 2011.
3
Perusahaan harus dapat menggunakan modal kerja dengan baik, modal
kerja suatu perusahaan harus dalam jumlah yang cukup, dengan modal kerja yang
cukup maka akan mempermudahkan perusahaan untuk beroprasi dengan seefisien
mungkin sehingga perusahaan tidak akan menemukan kesulitan dalam
menghadapi resiko resiko yang mungkin terjadi karena krisis keuangan.
Perusahaan akan menghadapi masalah jika modal kerja yang dimiliki perusahaan
tidak cukup untuk menjalankan kegiatan ekonomi perusahaan.
Untuk menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan mengelola
likuiditasnya maka komposisi yang ada dalam modal kerja suatu perusahaan
dimana aset lancar harus lebih besar dari hutang lancarnya. Selanjutnya
mengetahui masalah cukup atau tidaknya modal kerja yang dimiliki perusahaan
akan berkaitan dengan sumber dan penggunaan modal kerja tersebut, yang dapat
diketahui dari analisa sumber dan penggunaan modal kerja, kemudian dapat
diketahui bagaimana perubahan posisi keuangan perusahaan serta penyebab dari
perubahan tersebut dan bagaimana hubungannya dengan likuiditas perusahaan.
Peranan modal kerja adalah untuk membiayai kegiatan oprasional
perusahaan. Modal kerja yang dimiliki perusahaan dapat berasal dari pendapatan
bersih, penjualan aset tetap, keuntungan dari penjualan surat berharga, maupun
dari pinjaman bank. Peranan modal kerja sangat penting bagi sebuah perusahaan,
baik perusahaan yang bergerak di bidang jasa, dagang maupun manufaktur.
Sedangkan likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar (Current Ratio) ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos pos aset lancar dan utang
lancar. Proyeksi likuiditas dalam penelitian ini sebagai rasio lancar atau Current
Ratio karena rasio tersebut karena paling banyak digunakan dan paling dominan.
4
Rasio ini menunjuk peran sejauh mana aset lancar menutupi kewajiban
kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aset lancar dengan utang lancar
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Dalam hal ini likuiditas lazim digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas
suatu perusahaan yang mencari laba. Untuk mengetahui dampak modal kerja
terhadap Rasio Lancar dapat dilihat pada table 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Data likuiditas perusahaan telekomunikasi
Tahun 2007 – 2011
Nomor Nama perusahaan Tahun Rasio Lancar
PT. Bakrie Telecom tbk.
1 2007 1,802
2 2008 2,162
3 2009 0,840
4 2010 0,816
5 2011 0,321
PT. XL axiata tbk.
6 2007 0,228
7 2008 0,600
8 2009 0,334
9 2010 0,488
10 2011 0,388
PT. Smartfren tbk.
11 2007 4,268
12 2008 0,663
13 2009 0,425
14 2010 0,215
15 2011 0,256
PT. Telkomsel tbk.
16 2007 0,773
17 2008 0,541
18 2009 0,602
19 2010 0,915
20 2011 0,958
PT. Indosat tbk.
21 2007 0,926
22 2008 0,905
23 2009 0,546
24 2010 0,516
25 2011 0,550
Dapat dilihat bahwa likuiditas perusahaan telekomunikasi pada tahun 2007
– 2011 hanya beberapa saja yang memenuhi standar, selebihnya hampir seluruh
5
perusahaan telekomunikasi tahun 2007 – 2011 memiliki rasio lancar yang tidak
memenuhi standar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih judul penelitian
“Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas pada Perusahaan Industri
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia” untuk mengetahui hubungan modal
kerja dengan likuiditas.
1.1.2 Rumusan Masalah Pokok Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok
penelitian “Berapa besar Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas pada
Perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 –
2011?”
1.1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pokok di atas maka penulis
menspesifikasikan masalah pokok tersebut dengan mengajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada
perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2007 - 2011?
2. Bagaimana hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada
perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2007 - 2011?
1.2 Kerangka Teori
6
1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Variabel variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas adalah variabel yang berdiri sendiri atau tidak bergantung
pada variabel lain. Dalam usulan ini yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah modal kerja ditandai dengan simbol (X). Modal kerja
menurut PSAK adalah selisih lebih antara aset lancar dari kewajiban
jangka pendeknya atau bias juga disebut dengan aset lancar bersih (net
current assets) atau modal kerja bersih (net working capital).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh faktor faktor
lain atau tergantung pada variabel independent. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah likuiditas dapat ditandai dengan simbol (Y). untuk
menilai tingkat likuiditas ada 2 hal yang harus diperhatikan perusahaan
yaitu aset lancar dengan kewajiban jangka pendek.
Dalam penelitian ini dilakukan analisa untuk mengetahui hubungan antara
modal kerja dengan tingkat likuiditas secara kualitatif dimana penentuan besar
kecilnya modal kerja dapat mengakibatkan meningkat atau menurunnya tingkat
likuiditas. Keterlibatan hubungan antara kedua variabel tersebut ditentukan oleh
salah satu variabel bebas dan variabel terikat.
1.2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teori dan masalah pokok diatas, dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ho : ρ = 0, Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara modal
kerja dengan likuiditas perusahaan Industri Telekomunikasi
di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2011.
Ha : ρ ≠ 0, Terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja
dengan likuiditas perusahaan Industri Telekomunikasi yang
ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2011.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan pokok penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara modal kerja dengan
likuiditas pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2007 - 2011.
2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara modal kerja dengan
llikuiditas pada perusahaan Industri Telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2007 – 2011.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam berfikir dan ilmu
pengetahuan, terutama mengenai hubungan antara modal kerja dengan
likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi dan dapat berguna bagi
peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan, selain itu bagi peneliti untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia Jakarta.
2. Perusahaan
Dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan khususnya dalam
pengambilan keputusan serta kebijakan perusahaan.
3. Pengembangan Disiplin Ilmu
Diharapkan dapat mengembangkan dan menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pokok bahasan yang diteliti oleh penulis yang nanti
nya dapat dijadikan pembanding bagi penelitian selanjutnya.
4. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua
pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai hubungan modal kerja
dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
BAB II
8
KAJIAN TEORI
Untuk dapat membandingkan keakuratan, kebenaran dan kejelasan suatu
penelitian, maka diperlukan suatu alat perbandingan, karena itu penulis
mengambil penelitian sebelumnya yang membahas mengenai variable yang
sedang diteliti dalam penelitiaan ini.
2.1 Review Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Setiawati (2008) dengan
judul “Hubungan antara Modal Kerja dengan Likuiditas pada Perusahaan Properti
dan Real Estate yang Go Public” yang mengungkapkan masalah penelitian yaitu
bagaimana hubungan antara modal kerja dengan likuiditas dan apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara modal kerja dengan likuiditas perusahaan.
Dimana pada hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hipotesis penelitian dinyatakan bahwa terdapat hubungan
yang kuat dan positif antara modal kerja dengan tingkat likuiditas pada
perusahaan property dan real estate yang go public. Hal ini dapat
dibuktikan melalui uji koefisien kolerasi yang telah dilakukan, dimana
nilai rxy yang diperoleh adalah sebesar 0,76. Hipotesis tersebut dapat
diterima kebenarannya berdasarkan pengujian signifikansi koefisien
kolerasi yang dilakukan dengan menggunakan uji t. Pada pengujian
tersebut diketahui bahwa thitung sebesar 6,1877, sedangkan ttabel sebesar
2,0484 dengan taraf signifikan 0,05 atau dengan kata lain thitung > ttabel. Hal
ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara modal
kerja dengan likuiditas pada perusahaan properti dan real estate yang go
pubic.
2. Tinggi atau rendahnya tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan
property dan real estate yang go public dipengaruhi oleh adanya
8
9
peningkatan atau penurunan aktiva lancar, penjualan atau pembelian aktiva
tetap, peningkatan atau penurunan aktiva ekuitas, besar kecilnya
kewajiban perusahaan, maupun keberadaan investor.
3. Tingkat likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan perusahaan property dan
real estate yang go public di Indonesia dapat disimpulkan dalam kondisi
baik, karena 30 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
termasuk dalam golongan perusahaan yang likuid, sehingga semua
perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, sebab
jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan perusahaan tersebut lebih
besar dari pada jumlah kewajiban jangka pendeknya.
Penelitian kedua diambil dari jurnal ilmiah Supriyadi dan Fani (2011)
Menyatakan bahwa hasil analisis regresi menunjukan koefisien kolerasi (R)
sebesar 0,993 atau sebesar 99,3%. Nilai 0,993 atau 99,3% ini bahwa hubungan
antara rasio perputaran modal kerja (working capital turn over) dengan rasio
lancar (Current Ratio) memiliki hubungan kolerasi positif yang kuat, hal ini
menunjukan bahwa erat nya hubungan variable rasio perputaran modal kerja
(Work Capital Turn Over) dengan rasio lancar (Current Ratio).
Nilai koefisien determinasi (r2), yaitu sebesar 0,986 atau sebesar 98,6%.
Nilai 0,986 atau 98,6% artinya adalah 0,986 keragaman rasio lancar (Current
Ratio) dapat dipengaruhi oleh perputaran modal kerja (Working Capital Turn
Over), oleh karena itu 0,986 atau 98,6% perputaran modal kerja 0,986 atau 98,6%
perputaran modal kerja mempengaruhi rasio lancar (Current Ratio) sedangkan
sisa nya yaitu sebesar 0,014 atau sebesar 1,4% dipengaruhi oleh beban usaha
seperti beban penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya eksplorasi,
pendapatan bunga, dan juga beban pajak.
Kemudian nilai F yaitu sebesar 209,661 dengan memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,001 atau sebesar 1%. Tingkat signifikan sebesar 0,001 atau
10
sebesar 1% lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 10%, hal ini
menunjukan bahwa perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over) sebagai
variabel bebas (independen value) dengan ratio lancar (current ratio) sebagai
variabel terikat (Dependen Value) memiliki pengaruh yang signifikan diantara
keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara
keduanya ini adalah baik.
Koefisien regresi pada kasus hubungan antara perputaran modal kerja pada
ratio lancar pada perusahaan PT TIMAH Tbk. Persamaan regresi adalah sebagai
berikut :
Y1 = 0,466 + 0,382X
Keterangan :
Y1 = Rasio Lancar (Current Ratio)
X = Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Pada kasus perusahaan PT. TIMAH Tbk. Memiliki nilai yang positiif yaitu
alpha (α) 0,466 dan nilai beta positif (β) 0,382 sehingga persamaan regresi diatas
menggambarkan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang positif
terhadap rasio lancar perusahaan. Hal ini berarti, jika perputaran modal kerja naik
sebesar Rp 1, maka rasio lancar (Current Ratio) bergerak berbanding lurus
mengalami kenaikan sebesar 0,382.
Hasil uji t adalah sebesar 14,480 sedangkan ttabel pada tingkat signifikan
10% dengan derajat bebas (df) adalah 3, maka uji dari ttabel adalah 2,353 dari
pengujian antara uji thitung dengan ttabel hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung lebih
besar dari ttabel atau 14,480 > 2,353 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap rasio lancar (Current Ratio).
Hasil uji F yaitu sebesar 209,661 dengan tingkat signifikan 10%,
sedangkan pada tingkat signifikan 10% dengan derajat bebas (df) adalah 3 maka
nilai dari Ftabel adalah 10,13. Dari pengujian antara Fhitung dengan Ftabel hal ini dapat
11
disimpulkan bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung >Ftabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti bahwa perputaran modal kerja memiliki hubungan
dengan Rasio Lancar (Current Ratio).
Kemudian penelitian ketiga hernawati (2007) didapat dari jurnal ekonomi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan
Solvabilitas terhadap Profitabilitas yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas
Negeri Semarang tahun 2007 pada halaman 58 – 61.
Penelitian ini menganalisis masalah - masalah berupa adakah pengaruh
efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan
seberapa besar pengaruhnya, adakah pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas
industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya? Adakah
pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan
seberapa besar pengaruhnya, adakah pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas,
solvabilitas terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa
besar pengaruhnya. Yang menghasilkan penelitian berupa Pengaruh Efisiensi
Modal Kerja terhadap Profitabilitas.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh efisiensi modal kerja
terhadap profitabilitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung
sebesar 2,055 dengan nilai p value 0,044. Karena nilai p value 0,044 < 0,05
dapat disimpulkan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
dan signifikan efisiensi modal kerja terhadap profitabilitas.
Dengan meningkatnya efisiensi modal kerja diikutidengan meningkatnya
profitabilitas pada industri barang konsumsi. Pengaruh Likuiditas terhadap
Profitabilitas berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS
diperolehthitung sebesar 1,468 dengan nilai signifikansi 0,147. Karena nilai p
value > 0,05 dapatdisimpulkan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas.
Dengan meningkatnya likuiditas tidak menjamin akan diikuti dengan
meningkatnya profitabilitas. Pengaruh Solvabilitas terhadap Profitabilitas
12
berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diperoleh
thitung sebesar -1002 dengan nilai signifikansi 0,320. Karena nilai p value >
0,05 dapatdisimpulkan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya solvabilitas
tidak menjamin akan diikuti dengan meningkat atau menurunnya profitabilitas.
2.2 Deskripsi Teoritis
2.2.1 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Modal kerja
merupakan sumber dana yang mendukung dan menjamin keberlangsungan
kegiatan perusahaan, karena setiap kegiatan perusahaan membutuhkan dana yang
digunakan untuk membiayai dan menjalankan usahanya.
Dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan ini digunakan untuk membiayai
berbagai kebutuhan operasi perusahaan seperti membayar tagihan listrik,
membayar upah, membayar gaji, membayar hutang, dan lain sebagainya.
Kebutuhan modal kerja untuk setiap jenis perusahaan berbeda-beda karena tingkat
operasi yang dilakukan setiap perusahaan berbeda-beda.
Semakin panjang operasi perusahaan maka semakin besar kebutuhan
modal kerja. Dikarenakan penelitian ini meneliti tentang perusahaan jasa maka
modal kerja atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat diperoleh
kembali oleh perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui pendapatan
jasa.
Dari penjelasan tersebut di atas bahwa dapat disimpulkan modal kerja
merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena modal kerja
sangat erat hubungannya dengan terlaksana atau tidaknya operasi perusahaan,
sehingga modal kerja merupakan jaminan bagi berlangsungnya kegiatan
perusahaan sehari hari.
Selain itu, keberadaan modal kerja juga menunjukkan tingkat keamanan
bagi kreditur terutama kreditur jangka pendek. Suatu perusahaan tidak boleh
13
mengalami kekurangan modal kerja karena dapat mengganggu kelancaran
kegiatan oprasional perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Modal kerja suatu
perusahaan dikatakan baik apabila berputar secara terus menerus membiayai
operasi perusahaan sehari hari.
Tersedianya modal kerja yang cukup akan memberikan peran yang sangat
penting bagi perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup maka
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin dan
perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah masalah
yang mungkin timbul karena adanya krisis keuangan. Jadi, modal kerja harus
tersedia dalam jumlah yang cukup memadai atau lebih dari cukup sehingga
kegiatan usaha akan terjamin kelancarannya.
Modal kerja dapat diartikan sebagai keseluruhan aset lancar yang dimiliki
perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari hari. Tersedianya modal kerja yang
segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aset
lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, persediaan dan aset lancar lainnya.
Banyak pendapat mengenai definisi modal kerja, antara lain Menurut
Ardiyos (2006:632) : “Modal kerja adalah dana yang di tanamkan dalam kas,
piutang dagang, persediaan, dan aktiva lancar dikurangi utang lancar lain suatu
perusahaan (modal kerja netto atau net working capital) yaitu aktiva lancar
dikurangi utang lancar. Modal kerja membiayai siklus konversi kas suatu bisnis,
waktu yang diperlukan untuk mengkonversi bahan mentah menjadi barang jadi,
barang jadi menjadi penjualan dan perkiraan piutang menjadi uang tunai”.
Menurut Subramanyam dan Wild (2008:241) :”Modal kerja adalah selisih
aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar” jadi modal kerja merupakan
investasi perusahaan pada aset jangka pendek dalam bentuk uang tunai, surat
14
berharga, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang digunakan
untuk membiayai aset lancar.
Sutrisno (2009:39): “Menyatakan bahwa modal kerja adalah dana yang
dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari hari.”
Houston (2006:131) : “Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan
pada aktiva aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas, persediaan dan piutang..”
Ambarwati (2010:111) : “Modal kerja (working capital) adalah suatu
aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan
pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan.”
Kasmir (2008:251) : “Modal kerja adalah seluruh komponen aktiva lancar
dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek).”
Weston dan Bringham (2005:410) : “Modal kerja adalah investasi
perusahaan pada aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas yang mudah
dipasarkan, persediaan dan piutang usaha.”
Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Halim (2007:105) bahwa
modal kerja mengacu pada net working capital, yaitu selisih antara aktiva lancar
dengan hutang lancar. Konsep ini menunjukan sampai sejauh mana perusahaan
dilindungi dari masalah likuiditas.
Selain itu, modal kerja juga dapat diartikan sebagai dana yang diperlukan
oleh perusahaan dan akan selalu berputar. Menurut Sukirno, Husin dan Sianturi
(2006:421) menyatakan modal kerja dalam buku nya sebagai berikut:
“Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan
usaha sehari hari, seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji, membayar
hutang jangka pendek, dan lain sebagainya. Modal kerja tersebut diharapkan akan
kembali masuk ke perusahaan dalam jangka pendek malalui penjualan.”
15
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
modal kerja merupakan sejumlah dana yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan
untuk dapat membiayai kegiatan operasionalnya dimana dana tersebut akan
berputar dan diharapkan akan kembali ke dalam perusahaan dalam jangka pendek.
Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bahwa setiap perusahaan
berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menyediakan modal kerja yang cukup.
Modal kerja merupakan dana yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan karena
dengan adanya modal kerja maka perusahaan akan dapat beraktivitas dengan
normal. Tanpa adanya modal kerja yang cukup perusahaan tidak mungkin dapat
berjalan karena setiap harinya perusahaan akan membutuhkan dana dalam
membiayai kegiatan operasinya.
Menurut Kasmir (2008:250) konsep modal kerja dapat dibagi menjadi 3
yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional
a. Konsep kuantitatifMenyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital)
b. Konsep kualitatifMerupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau (net working capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukan kepercayaan para kreditor kepada perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.
c. Konsep fungsionalYaitu menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusmya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana
16
yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadian nya tidak selalu demikian.
Konsep modal kerja juga dijelaskan oleh Sugiyarso dan Winarni (2005:17)
yang dibagi menjadi 3 konsep modal kerja yaitu:
1. Modal Kerja KuantitatifAdalah sejumlah dana yang tertanam dalam seluruh aktiva lancar. Konsep ini mendasarkan pada jumlah seluruh dana yang ditanamkan pada seluruh unsur unsur aktiva lancar.
2. Modal Kerja KualitatifAdalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar dikurangi jumlah utang lancar. Dengan kata lain modal kerja neto merupakan nilai lebih aktiva lancar diatas utang lancar, sehingga nilai lebih tersebut betul betul dapat dipergunkan untuk operasi dan perusahaan tidak akan terganggu dengan masalah likuiditasnya.
3. Modal Kerja FungsionalKonsep ini melihat fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Sebagian dana akan menghasilkan pendapatan untuk periode ini (current income) dan sebagian lagi akan menghasilkan pendapatan untuk periode yang kana datang (future income).
Dalam pratiknya secara umum, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam
dua jenis, yaitu:
1. Modal kerja kotor (gross working capital).
2. Modal kerja bersih (net working capital).
Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang
ada di aset lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja kotor.
Artinya mulai dari kas, bank, piutang, persediaan dan aset lancar lainnya. Nilai
total komponen aset lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki
perusahaan.
Kemudian, Modal Kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen aset lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak dan utang lancar lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering digunakan.
17
Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional perusahaan, disamping itu modal kerja juga memiliki beberapa tujuan tertentu. Untuk itu setiap perusahaan pasti berusaha memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditasnya. Dengan begitu perusahaan akan dapat memaksimalkan perolehan labanya.
Menurut Kasmir (2010:215) tujuan manajemen modal kerja bagi
perusahaan adalah:
1. Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, artinya likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja.
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayar secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya, memenuhi syarat seperti likuiditas yang terjamin.
5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minta pelanggan dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Guna memaksimalkan penggunaan assets lancar guna meningkatkan penjualan dan laba.
7. Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar.
Modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan ada
dua macam, yaitu Modal kerja jangka pendek dan Modal kerja jangka panjang.
Modal kerja jangka pendek dipergunakan untuk menjalankan kegiatan operasi
perusahaan untuk jangka waktu yang pendek, sedangkan modal kerja jangka
panjang digunakan untuk penambahan kapasitas produksi, pembelian aset tetap,
dsb.
Perusahaan harus menyediakan modal kerja yang cukup, karena akan
mempermudahkan perusahaan untuk beroprasi dengan seekonomis mungkin
sehingga perusahaan tidak akan menemukan kesulitan dalam menghadapi resiko
resiko yang mungkin terjadi karena krisis keuangan. Perusahaan akan menghadapi
masalah jika modal kerja yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk
menjalankan kegiatan ekonomi perusahaan.
18
Disamping itu, aspek lain yang tidak kalah penting adalah pengelolaan
modal kerja itu sendiri, perusahaan haruslah mempertahankan jumlah modal kerja
yang lebih besar dari pada jumlah hutang lancar. Hal ini dimaksudkan sebagai
jaminan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari hari.
Modal kerja yang baik selalu berputar secara terus menerus untuk
membiayai operasi perusahaan, sehingga diperlukan manajemen modal kerja yang
efektif agar terjamin kelangsungan hidup perusahaan secara terus menerus.
Menurut Kasmir (2008:251) Modal Kerja bersih ( Net Working Capital )
Merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dari rumus:
Modal Kerja Bersih = Aset – Kewajiban Lancar
Net Working Capital = Current Assets – Current Liabilities
2.2.2 Jenis jenis Modal Kerja
Ada beberapa jenis modal kerja menurut Taylor yang ada di dalam buku
Sjahrial (2009:122) :
1. Modal Kerja PermanenMerupakan modal kerja yang harus tetap ada atau terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha yang terdiri dari:a. Modal kerja primer: jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.b. Modal kerja Normal: jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi normal.2. Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah
ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Terdiri dari :a. Modal kerja musiman
merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah ubah karena pengaruh musim. Contoh: modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menjalankan pabrik gula. Pada saat panen tebu maka dibutuhkan modal kerja yang cukup besar, sedangkan pada saat tidak ada tebu modal kerja yang dibutuhkan hanya untuk biaya biaya tetap saja seperti gaji karyawan, biaya listrik karena tidak ada produksi.
b. Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang besarnya berubah ubah karena fluktuasi konyungtur. Jumlah modal kerja berubah ubah sesuai dengan keadaan perekonomian. Pada keadaan perekonomian baik maka kebutuhan modal kerja akan meningkat, sebaliknya pada keadaan perekonomian buruk kebutuhan modal kerja akan menurun.
19
c. Modal kerja darurat merupakan modal kerja yang besarnya berubah ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak dapat diduga sebelumnya. Misalnya: adanya pemogokan buruh, adanya banjir, adanya perubahan peraturan ekonomi yang mendadak antara lain devaluasi.
2.2.3 Sumber Sumber Modal Kerja dan penggunaan modal kerja
2.2.3.1. Sumber sumber Modal kerja menurut Kasmir (2010:219)
Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah
aktiva dan kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja
yang dapat digunakan. Yaitu:
1. Hasil operasi perusahaan.2. Keuntungan penjualan surat berharga.3. Penjualan saham.4. Penjualan aktiva tetap.5. Penjualan obligasi.6. Memperoleh pinjaman.7. Dana hibah.8. Dana sumber lainnya.
2.3.3.2.Penggunaan Modal Kerja menurut Kasmir (2008:259)
Penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Pengeluaran untuk gaji,upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya.
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.4. Pembentukan dana.5. Pembelian aktiva tetap (tanah,bangunan,kendaraan,mesin,dan lain
lain).6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank
jangka panjang).7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar.8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi9. Penggunaan lainnya.
Perubahan posisi modal kerja perlu mendapat perhatian dalam membuat
analisa tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Sumber sumber
modal kerja, penggunaan dan komposisi modal kerja pada akhir periode
merupakan faktor faktor penting dalam membuat aktivitas perusahaan yang telah
lampau dan dalam mempertimbangkan kemungkinan tujuan yang dapat dicapai
perusahaan pada waktu yang akan datang.
20
2.2.4 Penyusuan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan perubahan modal kerja menggambarkan baik mengenai sumber
sumber dari mana modal kerja diperoleh maupun bentuk bentuk penggunaan
modal kerja tersebut selama satu periode. Informasi ini akan menjelaskan adanya
perubahan modal kerja yang terjadi antara saat awal periode sampai akhir periode.
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja di buat oleh manajemen secara
periodik (bulanan, triwulan, semester, atau satu tahun).
Laporan ini sangat penting bagi pihak kreditur jangka pendek sesuai
dengan tujuan laporan ini dibuat yaitu:
a. Mengetahui sumber sumber modal kerja.
b. Mengetahui penggunaan modal kerja.
c. Mengetahui berapa kenaikan atau penurunan modal kerja pada tiap
periode.
Adapun langkah langkah dalam penyusunan laporan sumber dan
penggunaan modal kerja adalah sebagai beikut :
a. Menyusun laporan perubahan modal kerja, yaitu laporan yang
menggambarkan perubahan dari masing masing unsur modal kerja atau
unsur current accounts antara dua periode. Dengan laporan tersebut
dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja beserta
besarnya perubahan modal kerja.
b. Mengelompokkan perubahan perubahan dari unsur unsur non current
accounts antara dua periode tersebut kedalam golongan yang
mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang
mempunyai efek memperkecil modal.
c. Mengelompokkan unsur unsur dalam laporan laba ditahan ke dalam
golongan yang perubahan mempunyai efek memperbesar modal kerja
dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
21
2.2.5 Pengertian Likuiditas
Perkembangan usaha suatu perusahaan banyak dipengaruhi oleh besar
kecilnya dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini
menuntut pihak manajemen perusahaan untuk berusaha menyediakan dan
mengelola dana tersebut untuk kemajuan perusahaan. Agar perkembangan usaha
dapat dicapai, maka diperlukan adanya keseimbangan antara pencairan dana
hingga penggunaan dana tersebut untuk operasi perusahaan.
Salah satu yang harus di perhatikan oleh manajemen perusahaan adalah
keseimbangan antara sumber dana jangka pendek dengan penggunaan dana
tersebut. Keseimbangan ini dinyatakan dalam konsep likuiditas. Dalam
menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilihat dari posisi laporan
keuangan perusahaan tersebut, sehingga pihak pihak yang berkepentingan dapat
membuat keputusan yang tepat.
Likuiditas merupakan faktor terpenting dalam kelancaran usaha suatu
perusahaan. Apapun jenis usaha perusahaan tersebut harus benar benar
diperhatikan kerena tingkat likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.
Banyak pendapat mengenai definisi likuiditas, antara lain Wild,
Subramanyam dan Hasley (2005:185) menyatakan definisi likuditas adalah
mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah asset menjadi kas
atau kemampuan untuk memperoleh kas.
Menurut Bringham dan Houston (2006:95) : “likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancarnya”.
Menurut mardianto (2009:54) : “ Likuiditas adalah mengukur kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada
22
waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuhn tempo
pada tahun bersangkutan”.
Kemudian menurut Munawir (2007:31) : “likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dapat segera
dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban saat di tagih”
Menurut IAI dalam standar akuntansi keuangan likuiditas adalah tingkat
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan aktivitas usahanya sehari hari tanpa
mengalami kesulitan pendanaan/keuangan.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa likuiditas digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi
kewajiban keuangan yang segera jatuh tempo.
Di dalam dunia usaha Likuiditas merupakan kelancaran gerak usaha.
Gerak usaha perusahaan tersebut pada banyak faktor di antaranya kecukupan
dana, perputaran modal kerja yang lancar, kewajiban membayar hutang, dan lain
lain. Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajiban lancarnya.
2.2.6 Rasio Rasio Likuiditas
Analisis keuangan yang salah satunya mencakup analisis rasio keuangan
akan sangat membantu dalam menilai prestasi perusahaan dimasa lalu dan
prospeknya dimasa depan. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan melakukan analisa rasio dimana input dasar dari analisa rasio
keuangan adalah laporan neraca dan laba rugi periode tertentu yang akan
dievaluasi. Seseorang yang melakukan analisis keuangan biasanya menjadikan
tingkat likuiditas sebagai langkah pertama dalam menganalisis keuangan suatu
perusahaan. Analisa likuiditas digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
23
Untuk melakukan analisa ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan
prestasi perusahaan secara berkala dari waktu ke waktu sehingga dapat diketahui
kinerja perusahaan pada masa lampau dan prospeknya dimasa yang akan datang.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan beberapa perusahaan
sejenis dalam waktu yang sama.
Menurut Kasmir (2008:129) rasio likuiditas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau untuk menentukan tingkat likuiditas
perusahaan tersebut dapat digunakan beberapa cara seperti yang dikemukakan
oleh Kasmir (2010:134) bahwa tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah
untuk menilai suatu kemampuan suatu perusahaan dalam memnuhi kewajibannya.
Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat
menggunakan jenis jenis likuiditas yang ada.
Menurut Kasmir (2010:135) Jenis jenis rasio likuiditas yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan adalah:
1. Rasio lancar (Current Ratio) Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aset lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah dengan mengurangi persediaan dan piutang.
Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
24
Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid ratio merupakan ratio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar, dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total asset lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar,kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar dimuka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar.
Rumus untuk mncari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut:
Current Assets-InventoryQuick Ratio =
Current Liablities
Atau
Kas + Bank + Efek + PiutangQuick Ratio =
Current Liablities
3. Rasio Kas (Cash Ratio) Disamping kedua rasio yang sudah dibahas diatas, terkadang perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang yang tersedia untuk membayar utang. Rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang utang jangka pendeknya.
Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Cash + bank Cash Ratio =
Current Liablities
4. Rasio perputaran KasFungsi dari rasio perputaran kas adalah untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya biaya yang berkaitan dengan penjualan.
25
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih Rasio perputaran kas =
Modal kerja bersih
5. Inventory to Net Working CapitalInventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengukuran antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital dapat digunakan sebagai berikut :
Inventory Inventory to NWC =
Current Assets - Current Liablities
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio lancar untuk
menghitung tingkat likuiditas perusahaan industri telekomunikasi yang ada di
BEI. Menurut kasmir (2008:131) dalam praktiknya standar rasio likuiditas yang
baik adalah 200% atau 2:1. Sebagai contoh, total aset lancar Rp 2.000.000
sedangkan total kewajiban lancar 1.000.000. artinya dengan hasil rasio seperti itu,
perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam membayar kewajiban jangka
pendek. Namun standar tersebut hanya meruapakan kebiasaan (rule of tumb) dan
digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih
lanjut.
2.2.7 Faktor faktor yang Mempengaruhi Tingkat Likuiditas
Ada bebrapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas suatu
perusahaan antara lain menurut Sawir (2005:148):
26
1. Faktor intern Faktor intern berasal dari perusahaan itu sendiri, hal ini dapat mempengaruhi besar kecilnya fluktuasi likuiditas perusahaan tersebut. Faktor intern ini dapat terjadi karena situasi tertentu, antara lain:a. Pergantian pemimpin perusahaan
Kelangsungan hidup suatu perusahaan banyak tergantung dari pemimpin perusahaan tersebut. Seorang pemimpin selain harus memiliki kemampuan manajeril, juga harus memiliki hubungan yang luas sehingga perusahaan dapat memiliki customer di berbagai tempat.
b. Jangka waktu kredit Jangka waktu kredit yang diberikan juga mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan, semakin lama jangka waktu kredit yang diberikan akan semakin kecil peredaran dari jumlah dana yang dapat digunakan oleh perusahaan.
c. Administrasi organisasiSetiap perusahaan harus memiliki administrasi organisasi yang rapih dan teratur. Sehingga akan lebih mempermudah segala pencatatan dalam perubahan piutang yang dimiliki perusahaan.
d. Pembelian aktiva tetap atau pembelian dalam jangka waktu panjangPembelian aktiva tetap yang melebihi kemampuan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan akan mengakibatkan kesulitan likuiditas. Terkadang suatu perusahaan tidak memperhitungkan kondisi keuangan yang dimiliki, akan tetapi akan berusaha mencapai standar yang lebih tinggi dari kemampuan yang ada, sehingga hal ini menyebabkan tingkat likuiditas yang menurun. Contohnya, perusahaan berusaha untuk mengeluarkan dana yang begitu besar untuk pembelian aktiva tetap, yaitu kendaraan, tanah sebagai aset perusahaan dengan menggunakan dana pinjaman jangka pendek digunkan untuk membiayai pinjaman jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksuksesan pada perusahaan tersebut.
2. Faktor ekstern Faktor ini berasal dari pengaruh yang ditimbulkan dari luar perusahaan. Hal ini juga banyak menentukan berhasil atau tidak nya suatu perusahaan dalam mengendalikan likuiditas yang dimilikinya. Faktor faktor ini antara lain berupa peraturan peraturan dibidang ekonnomi dan moneter, kebiasaan masyarakat dan hubungan antar perusahaan.
2.2.8 Hubungan Antara Modal Kerja dengan Likuiditas
Suatu perusahaan baik yang besar maupun yang kecil memerlukan modal
untuk menjalakan usahanya. Bagi setiap perusahaan modal kerja memiliki
27
peranan yang sangat penting, meskipun kepentingannya selalu berlainan untuk
setiap jenis perusahaan. Sebenarnya pemenuhan modal kerja lebih bersifat
fleksibel, artinya modal kerja dapat dengan mudah diperbesar dan diperkecil
sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang mempunyai tipe modal kerja yang
berbeda sesuai dengan bidang usaha.
Sedangkan menurut Kasmir (2010:216) seperti sudah diketahui bahwa
salah satu nilai penting dari likuiditas perusahaan adalah untuk memenuhi
sejumlah dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan mempengaruhi aktivitas
usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana juga
merupakan bagian penting baik dalam hal penyediaan dana maupun penggunaan
dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha.
Perusahaan harus menguasai tentang bagaimana cara mengelola semua
unsur aset lancar sebagai modal kerja dengan tepat. Sebab dengan pengelolaan
modal kerja yang baik dan tepat akan memungkinkan perusahaan untuk
membiayai kegiatan operasionalnya. Sekaligus untuk mengetahui seberapa besar
perusahaan mampu membayar semua kewajiban jangka pendeknya saat jatuh
tempo.
Kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka
pendeknya disebut dengan istilah likuiditas. Setiap aset mempunyai tingkat
likuiditas yang berbeda beda. Tingkat likuiditas suatu aset menggambarkan
tingkat kecepatan aset tersebut dapat direalisasi menjadi kas. Berdasarkan tingkat
likuiditasnya, maka aset perusahaan dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar, yaitu Aset lancar dan aset tetap.
Aset lancar mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aset tetap. Komponen komponen dalam aset lancar itu sendiri juga
mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda beda. Kas adalah komponen aset
lancar yang paling likuid karena dapat langsung digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
28
Dalam keadaan yang normal, piutang dagang dapat mempunyai tingkat
likuiditas yang lebih tinggi dari persediaan. Sedangkan persediaan adalah
komponen aset lancar yang tingkat likuidasinya paling rendah. Perlu diingat
bahwa dalam suatu kegiatan usaha, modal kerja yang merupakan jumlah aset
lancar selalu berputar selama perusahaan masih berdiri.
Periode modal kerja dimulai dari kas yang diinvestasikan dalam bahan
baku kemudian barang dagang yang dijual secara tunai maupun kredit, dan
kembali menjadi kas, perputaran ini akan berlangsung terus menerus selama
perusahaan berdiri. Perputaran modal kerja tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan maupun peningkatan modal kerja perusahaan.
Hal tersebut dapat mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi kewajiban
lancarnya. Apabila terjadi peningkatan pada modal kerjanya, maka dengan
sendirinya perusahaan akan lebih cepat memenuhi kewajiban lancarnya.
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika
terdapat kenaikan pada modal kerja, maka akan meningkatkan pula kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya dengan tepat waktu.
Sebaliknya, jika terdapat penurunan modal kerja, maka kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban lancarnya akan ikut menurun.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
29
Lokasi penelitian dilakukan di PT Indonesian Capital Market Electronic
Library yang berada di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Tower 2 Lt. 1, Jalan
Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Telfon 5153787, dengan cara
mengumpulkan data sekunder dimulai dari tahun 2007-2011. Penelitian ini
dilakukan selama maksimal 6 bulan. Sejak Agustus 2012 – februari 2012
3.2 Strategi Penelitian
Strategi penelitian ini menggunakan strategi penelitian asosiatif
(hubungan) dengan pendekatan korelasional/hubungan. Pendekatan assosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
dua variabel atau lebih, Tujuan dari strategi ini adalah agar dapat memberikan
penjelasan tentang hubungan antara modal kerja dengan likuiditas.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian ex post facto, yaitu pengumpulan data dari semua kejadian yang telah
terjadi. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
dicapai, yaitu untuk mengetahui hubungan modal kerja dengan likuiditas
perusahaan selama waktu periode yang telah ditentukan, sehingga peneliti dapat
melihat akibat dari suatu keadaan dan menguji hubungan sebab akibat dari data
data yang tersedia dari perusahaan tersebut.
3.4. Populasi dan Sample Penelitian
3.4.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:115) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek,subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
29
30
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Adapun populasi tersebut dapat berupa orang atau subjek, objek, dan transaksi
atau kejadian. Sedangkan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Laporan Keuangan berupa neraca Perusahaan Industri Telekomunikasi di BEI
yaitu terdiri dari 8 perusahaan.
3.4.2 Sample Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:116) Sample adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam sebuah penelitian,
penentuan sampel merupakan hal yang penting terutama yang mempunyai
populasi yang cukup luas, yang sulit untuk diteliti secara keseluruhan. Untuk itu
melihat jumlah populasi dalam penelitian ini cukup banyak.
Diantara jenis jenis perusahaan yang ada, peneliti memilih untuk
mengambil sample dalam industri telekomunikasi karena peneliti melihat dalam
beberapa tahun terakhir industri ini sangat penting dan sangat berkembang. Hal
tersebut dapat dilihat dari hampir setiap orang memiliki alat telekomunikasi
berupa alat telfon genggam dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Karena
komunikasi pada saat ini memiliki peran yang sangat penting.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Non Probability Sampling, yaitu merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik ini menggunakan Purposive
Sampling.
Teknik Purposive Sampling ini bertujuan untuk mengambil subjek yang
memenuhi kriteria dan bukan didasarkan atas random tetapi didasarkan atas
adanya pertimbangan tertentu. Adapun kriteria dan pertimbangan yang ditetapkan
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah:
31
1. Perusahaan perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI)
pada tahun 2007-2011.
2. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan pada periode tahun
2007 sampai dengan 2011.
3. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka dapat ditentukan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 5 perusahaan telekomunikaasi
yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai
dengan 2011. Berikut ini adalah 5 perusahaan yang akan menjadi sampel dalam
penelitia ini :
1. PT Bakrie Telecom Tbk.
2. PT XL Axiata Tbk.
3. PT Smartfren Tbk.
4. PT Telekomuikasi Tbk.
5. PT Indosat Tbk
Berdasarkan Setiap teknik pengambilan sampel memiliki kekuatan dan
kelemahan masing masing. Kekuatan dari teknik pengambilan sampel ini adalah
lebih efisien dari segi dana, waktu, tenaga serta relevan jika dikaitkan dengan
tujuan penelitian ini. sedangkan kelemahannya yaitu rendahnya tingkat
keterwakilan (representative) karena pengambilan sampel dengan cara ini tidak
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang lain
untuk dipilih menjadi sampel.
3.5 Unit Analisis Penelitian
3.5.1 Unit Analisi Data
32
Unit analisis dalam penelitian ini adalah industri. Yaitu perusahaan
Telekomunikasi yang ada di BEI. Dalam hal ini data penelitian berupa laporan
neraca tahun 2007-2011.
3.5.2 Desain Penelitian
Berdasarkan hipotesis asosiatif, hubungan antara modal kerja (X) dan
likuiditas (Y) dapat digambarkan dalam bentuk desain penelitian sebagai berikut :
X Y
Keterangan :
X = Modal Kerja Kuantitatif
= Arah Hubungan
Y = Likuiditas
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dalam bentuk jadi, dalam hal ini adalah berupa neraca perusahaan
industri telekomunikasi dalam laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia. Pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan dengan cara
mengunjungi PT Indonesian Capital Market Electronic Library.
Selain melakukan penelitian lapangan (field research), untuk melengkapi
data sekunder tersebut dalam penelitian ini penulis juga melakukan penelitian
kepustakaan (library research), yaitu dengan mengambil literatur berbagai buku
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini untuk
mendapatkan definisi, teori serta analisis yang dapat digunakan dalam penelitian.
Selain definisi, teori serta analisis juga dilakukan pencarian melalui website serta
berbagai literatur yang berkaitan masalah yang diteliti.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Rencana Pengolahan Data
33
Data yang dikumpulkan kemudian akan diolah dan diproses lebih lanjut.
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan secara manual dan menggunakan
software SPSS 17.
3.7.2. Rencana Penyajian Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk
tabel, yang diharapkan akan mempermudah peneliti dan pembaca dalam
menganalisis dan memahami data, sehingga dapat disajikan secara sistematis.
3.7.3. Rencana Analisis Statistik
Analisis statistik data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan :
1. Analisis regresi linier sederhana
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data statistik regresi linier sederhana sebagai berikut:
Bentuk persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :
Ŷ = a + bX
Keterangan :
Ŷ = Taksiran variabel Y (likuiditas)
X = Variabel X (modal kerja)
a = Konstanta (taksiran variabel Y (likuiditas) yang diperoleh jika
X = 0)
b = Koefisien regresi yang menunjukkan besarnya perubahan
taksiran variabel Y (likuiditas) yang diakibatkan berubahnya
satu-satuan variabel X (modal kerja).
n = Jumlah Sampel
2. Analisis koefisien korelasi
34
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat kekuatan maupun kontribusi variabel X (modal kerja) terhadap
variabel Y (likuiditas).
Secara umum nilai koefisien korelasi terletak antara -1 dan 1 atau -1 < r
< 1 koefisien korelasi mempunyai nilai paling kecil (-1 atau paling besar
1) dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika r = 1 atau mendekati 1 hubungan antara variabel X dan variabel
Y adalah kuat dan searah (positif) dalam arti bahwa kenaikan atau
penurunan varibel X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau
penurunan variabel Y
b. Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel X dan
variabel Y adalah tidak ada atau dapat dikatakan lemah. Dengan
demikian dapat dikatakan pula antara variabel X dan variabel Y
tidak ada hubungan
c. Jika r = -1 mendekati -1 maka hubungan antara variabel X dan
variabel Y adalah hubungan yang kuat tetapi negatif, artinya jika
variabel X naik mak variabel Y akan turun dan sebaliknya jika
variabel X turun maka variabel Y akan naik.
Sedangkan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1.
Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,19
0,20-0,39
0,40-0,59
0,60-0,79
0,80-100
Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2007:250)
3. Koefisien determinasi
35
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur berapa persen
kontribusi atau pengaruh dari variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y). Rumus koefisien determinasi adalah :
KD = r2 x 100%
4. Pengujian hipotesis
Uji hipotesis mengenai koefisien regresi (ρ) berguna sebagai dasar
dalam memberikan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Penguji
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan formulasi Ho dan Ha (bentuk uji)
Ho : ρ = 0, Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara modal kerja terhadap likuiditas.
Ho : ρ ≠ 0, Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
modal kerja terhadap likuiditas.
b. Menetapkan taraf nyata (α) / tingkat keyakinan (1-α)
Pengujian hipotesis ini menggunakan taraf nyata (α) = 0,05 atau
tingkat keyakinan (1-α) = 1-5% = 95%
c. Memilih uji statistik
Uji statistik dilakukan dengan menguji t karena data/ sampel yang
digunakan sebanyak 5 tahun, dengan derajat kebebasan (dk) = n-2
d. Menentukan daerah kritis (daerah penolakan Ho)
Ho diterima apabila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
Ho ditolak apabila thitung < -ttabel atau thitung > ttabel
e. Menghitung nilai statistik uji
-ttabel 0 ttabel
36
bRumus dari tuji adalah sebagai berikut : tuji =
Sb
f. Membandingkan nilai statistik uji ( thitung) dengan daerah kritis
g. Menarik kesimpulan
Apabila thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara
variabel bebas (modal kerja) dengan variabel terikat (likuiditas)
Apabila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (modal
kerja) dengan variabel terikat (likuiditas).
BAB IV
37
HASIL – HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Perusahaan
4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan
Berdasarkan data perusahaan industri telekomunikasi periode 2007-2011
di Bursa Efek Indonesia yang tersedia di Indonesian capital market electronic
library terdapat sampel sebanyak 5 perusahaan.
1. PT. Bakrie Telecom Tbk.
adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia.
Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia, Wifone, dan
BConnect. Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT Radio Telepon
Indonesia (Ratelindo), yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak
perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang
telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time
Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003.
PT Ratelindo berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom, yang kemudian
bermigrasi ke CDMA 1x, dan memulai meluncurkan produk Esia. Pada awalnya
jaringan Esia hanya dapat dinikmati di Jakarta, Banten dan Jawa Barat, namun
sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia dan terus
berkembang ke kota-kota lainnya. Kemudian pada tahun 2006, Bakrie Telecom
telah go public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Bakrie Telecom per
Periode 2011 :
38
Dewan Komisaris
Komisaris Utama dan Komisaris Independen Soedjai Kartasasmita
Komisaris Independen Bungaran Saragih
Komisaris Independen Anton Apriantono
Komisaris Bobby Gafur S Umar
Komisaris Eddy Soeparno
Komisaris Anindya Novyan
Bakrie
Dewan Direksi
Direktur Utama Bambang Ari Wisena
Direktur Cholil Hasan
Direktur Howard J Sargeant
Direktur M Iqbal Zainuddin
Direktur Rudi Sarwono
2. PT. XL Axiata Tbk.
Yang dulu bernama PT. Excelcomindo Pratama Tbk atau disingkat XL
adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai
beroperasi secara komersial pada tanggal 8 oktober 1996 dan merupakan
perusahaan swasta pertama yang menyedikan layanan telepon selular di
Indonesia.
PT XL Axiata Tbk. ("XL") didirikan pada tanggal 8 Oktober 1989 dengan
nama PT Grahametropolitan Lestari, bergerak di bidang perdagangan dan jasa
umum. Enam tahun kemudian, XL mengambil suatu langkah penting seiring
dengan kerja sama antara Rajawali Group – pemegang saham PT
Grahametropolitan Lestari – dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui).
Nama XL kemudian berubah menjadi PT Excelcomindo Pratama dengan bisnis
utama di bidang penyediaan layanan teleponi dasar.
Pada tanggal 6 Oktober 1996, XL mulai beroperasi secara komersial
dengan fokus cakupan area di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hal ini menjadikan
39
XL sebagai perusahaan tertutup pertama di Indonesia yang menyediakan jasa
teleponi dasar bergerak seluler.
Bulan September 2005 merupakan suatu tonggak penting untuk XL.
Dengan mengembangkan seluruh aspek bisnisnya, XL menjadi perusahaan publik
dan tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Kepemilikan
saham XL saat ini mayoritas dipegang oleh Axiata Group Berhad (“Axiata”)
melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (66,6%) dan Emirates
Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International
Indonesia Ltd. (13,3%).
XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler
dengan cakupan jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan
ritel dan menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat.
Layanan XL mencakup antara lain layanan suara, data dan layanan nilai tambah
lainnya (value added services).
Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan teknologi
GSM 900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem IMT-
2000/3G. XL juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap
Tertutup, Ijin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Services
Provider/ISP), Ijin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan
Publik (Voice over Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa
Interkoneksi Internet (“NAP”).
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. XL Axiata Tbk. Per periode 2011:
40
DEWAN KOMISARISPresiden Komisaris Tan Sri Dato’ Ir.Muh. Radzi
Bin H. Mansor
Komisaris Dato’ Sri Jamaludin Bin
Ibrahim
Komisaris Ahmad Abdulkarim Mohd
Julfar
Komisaris Dr. Muhammad Chatib Basri
Komisaris Independen Peter J. Chambers
Komisaris Independen Dr. Ir. Giri Suseno
Hadihardjono
Komisaris Independen Elisa Lumbantoruan
Komisaris Independen Yasmin Stamboel Wijawan
DEWAN DIREKSI
Presiden Direktur Hasnul Suhaimi
Direktur Wiliem Lucas Timmermans
Direktur Joy Wahjudi
Direktur Paul Nicanor V. Santiago III
Direktur Dian Siswarini
3. PT. Smartfren Telecom Tbk.
Yang sebelumnya bernama PT. Mobile-8 Telecom Tbk. Adalah operator
penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi
selular dan mobilitas terbatas (Fixed Wireless Access/FWA), serta memiliki
cakupan jaringan CDMA. Smartfren menggunakan teknologi EV-DO (Jaringan
mobile broadband yang setara dengan 3G) pertama di Indonesia.
Perusahaan ini awalnya dimiliki oleh PT. Global Mediacom Tbk. Namun
akibat krisis financial dan penurunan penjualan produk maka perusahaan ini
diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada bulan November 2011.
41
Smartel didirikan berdasarkan Akta PT Indoprima Mikroselindo No. 60
tanggal 16 Agustus 1996, yang dibuat di hadapan Achmad Abid SH, Notaris
pengganti dari Sutjipto SH, Notaris di Jakarta juncto Akta Perubahan Anggaran
Dasar PT Indoprima Mikroselindo No. 195 tanggal 25 April 1997, yang dibuat di
hadapan Sutjipto SH, Notaris di Jakarta, yang telah :
1. Memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan No. C2-7023 HT.01.01.TH97 tanggal 25 Juli
1997
2. Didaftarkan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat di
bawah No. 1209/BH.09.05/VIII/1997 tanggal 26 Agustus 1997
3. Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) No. 90
tanggal 11 November 1997, Tambahan No. 5282.
Anggaran Dasar Perseroan sebagaimana dimuat dalam Akta Pendirian
telah mengalami beberapa kali perubahan dengan perubahan terakhir dilakukan
berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Smartel No. 23 tanggal 22 Juli
2011 dibuat di hadapan Sri Hidianingsih Adi Sugijanto SH, Notaris di Jakarta dan
telah diterima dan di catat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No. AHU-
AH.01.10.27540 tahun 2011 tanggal 24 Agustus 2011. Smartfren merupakan
operator telekomunikasi yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. B Phase
2 (setara dengan 3,5G dengan kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps) dan operator
CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry.
Jasa dan layanan smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai
mitra yang terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam
layanan-layanan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup
pelanggan dalam berkomunikasi. Sebagai operator CDMA yang menyediakan
jaringan internet kecepatan tinggi bergerak (mobile broadband) yang terluas di
42
Indonesia, Smartfren berkomitmen untuk menjadi penyedia layanan
telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat dengan kualitas terbaik.
Anak Perusahaan PT Smartfren Telecom Tbk yang dimerger yaitu :
PT Telekomindo Selular Raya (Telesera)
PT Metro Selular Nusantara (Metrosel)
Keempat anak perusahaan tersebut pernah menjadi bagian dari PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Global Mediacom
Tbk. (dulu Bimantara Citra) yang dileburkan bersama PT Mobile-8
Telecom Tbk dan selanjutnya diakuisisi oleh PT Smart Telecom Tbk.
menjadi PT Smartfren Telecom Tbk.
PT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo)
PT Menara Jakarta
Keempat anak perusahaan tersebut pernah menjadi bagian dari PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Global Mediacom Tbk (dulu
Bimantara Citra) yang dileburkan bersama PT Mobile-8 Telecom Tbk. dan
selanjutnya diakuisisi oleh PT Smart Telecom Tbk menjadi PT Smartfren
Telecom Tbk.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Smarfren Telecom
Tbk. Per periode 2001:
DEWAN KOMISARIS
Presiden Komisaris Sofjan Wanandi
Wakil Presiden Komisaris Gandi Sulistyanto Soeherman
Wakil Presiden Komisaris Henry Cratein Suryanaga
Wakil Presiden Komisaris/ Independen Sarwono Kusumaatmadja
Komisaris/Independen Reynold M. Batubara
Komisaris Hendra Karnadi
DEWAN DIREKSI
Presiden Direktur Rodolfo Pantoja
Direktur Merza Fachys
Direktur Antony Susilo
43
Direktur Marco Paul Iwan
Sumampouw
Direktur Yopie Widjaya
Direktur Lim Juliana Dotulong
4. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia yang biasa disebut Telkom Indonesia atau
Telkom saja. Telkom mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di
Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan
pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom merupakan salah satu
perusahaan BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia
(51,19%), Publik (40,21%) dan sisanya 8,60% dimiliki oleh The Bank of New
York dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham
mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT. Telekomunikasi Seluler
(Telkomsel).
Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan
pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT).
Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan jasa
telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan
Bogor (Buitenzorg). Pada Tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan
hari lahir Telkom.
Pada tahun 1961. status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos
dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965. PN Postel dipecah
menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan
Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
44
Pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan
Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi
nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian
Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa
telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga
mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1991. Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum
Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (keduanya sekarang
bernama Bursa Efek Indonesia (BEI)), Bursa Saham New York (NYSE) dan
Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa
pencatatan di Bursa Saham Tokyo.
Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke-21,
Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan
membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi
memonopoli telekomunikasi Indonesia.
Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di
Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan
kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002, terjadi
duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009 Telkom
45
meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian
identitas perusahaan.
Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Telekomunikasi
Indonesia per Periode 2011:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama Jusman Syafii Djamal
Komisaris Hadiyanto
Komisaris Independen Virano Nasution
Komisaris Independen Jhonny Swandi Sjam
Dewan Direksi
Direktur Utama Arief Yahya
Direktur Keuangan Honesti Basyir
Direktur Network and Solution Rizkan Chandra
Direktur Konsumer Sukardi Silalahi
Direktur Human Capital & General Priyantono Rudito
Affair
Direktur Enterprise and Wholesale Muh Awaludin
Direktur IT Solution & Strategic Indra Utoyo
Portfolio
Direktur Compliance & Risk Ririek Ardiansyah
Management
5. PT. Indosat Tbk.
PT. Indosat Tbk yang sebelumnya bernama PT. Indonesia Satelite
Corporation Tbk (Persero). Didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan modal
asing dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 indosat menjadi
46
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler,
telekomunikasi international dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan
broadcasting.
Tahun 1993 PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan dibawah
pengawasan PT. Indosat. Satelindo beroprasi pada tahun 1994 sebagai operator
GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan indosat menjadikan sebagai
operator GSM pertama di Indonesia. Yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari
dan pasca bayar Matrix.
Pada tanggal 19 oktober 1994 Indosat mulai memperdagangkan sahamnya
di Bursa Efek Indonesia dan Amerika Serikat ( New York Stock Exchange). Pada
tahun 2002, Indosat perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan
konsep syariah.
Setelah itu pengemplementasian obligasi syariah indosat mendapat
peringkat AA+ Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar RP 175.000.000.000,00.
Dalam tenor lima tahun. Pada akhir 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94%
saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte.Ltd,. Dengan demikian,
Indosat kembali menjadi PMA. Pada November 2003 Indosat melakukan
penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) yaitu PT. Satelindo, PT.
IM3, dan Bimagraha menjadi salah satu operator selular utama Indonesia.
Pada tanggal 1 maret 2007 STT menjual kepemilikan saham indosat
sebesar 25% di Asia Holdings Pte. Ltd ke Qatar Telecom. Pada tanggal 31
desember 2008 saham indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel) secara
tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan Indonesia
Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik
Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%. Pada tahun
2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan
24,19% saham seri B dari publik). Pada tanggal 25 mei 2011 di Ritz Carlton –
Pacific Place, Jakarta, launching Indosat Mobile.
47
Susunan kepengurusan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Indosat
Tbk Per Periode 2011:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama H.E Sheikh Abdullah Mohammed
S.A. Al-Thani
Komisaris Nasser Mohd A. Marafih
Komisaris Richard Fransworth Seney
Komisaris Rachmad Gobel
Komisaris Rionald Silaban
Komisaris Parikesit Suprapto
Komisaris Independen Soeprapto
Komisaris Independen Alexander Rusli
Komisaris Independen Thia Peng Heok George
Komisaris Independen Chris Kanter
Dewan Direksi
Direktur Utama Harry Sasongko Tirtotjondro
Direktur Peter Wladyslaw Kuncewicz
Direktur Hans C. Moritz
Direktur Fadzri Santosa
Direktur Laszlo Imre Barta
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Analisis Modal kerja
Modal kerja merupakan kelebihan aset lancar dikurangi kewajiban lancar.
Modal kerja merupakan dana dikeluarkan oleh perusahaan sehari hari. Dalam
48
penelitian ini modal kerja adalah sebagai variable bebas yang diberi simbol X.
Data modal kerja yang diperoleh untuk digunakan dalam penelitian ini merupakan
data yang berasal dari laporan keuangan berupa neraca tahun 2007-2011
perusahaan Industri telekomunikasi sebanyak 5 perusahaan.
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai dan
menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan tanpa modal kerja tidak dapat
melakukan itu semua, perusahaan juga tidak dapat memaksimalkan laba atau
keuntungan sesuai dengan tujuan utama dari perusahaan. Data mengenai modal
kerja ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan industri telekomunikasi yang
ada di BEI, laporan keuangan yang digunakan adalah berupa neraca perusahaan
selama tahun 2007-2011. Adapun data modal kerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Tabel 4.1.
Data Modal Kerja PT. Bakrie Telecom, Tbk
Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN Aset Lancar Kewajiban Jangka PendekModal Kerja (aset lancar - kewajiban jangka pendek )
PT. BAKRIE 2007 926.983 514.367 412.616
2008 2.308.318 1.067.478 1.240.840
2009 1.731.809 2.061.972 (330.163)
2010 1.436.140 1.759.606 (323.466)
2011 948.354 2.955.756 (2.007.402)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Bakrie Telecom, Tbk yang
memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2009 sebesar 1.240.840 sedangkan
modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar (2.007.402).
Tabel 4.2
Data Modal Kerja PT. XL axiata
Tahun 2007-2011 (dalam jutan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN Aset LancarKewajiban jangka
pendekModal Kerja (aset lancar – Kewajiban jangka pendek )
PT. XL AXIATA 2007 1.679.309 7.379.537 (5.700.228)
2008 3.719.563 6.196.57 (2.477.016)
49
9
2009 2.007.289 6.008.89
4 (4.001.605)
2010 2.228.017 4.563.03
3 (2.335.016)
2011 3.387.237 8.728.21
2 (5.340.975)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Excelcomindo Pratama yang
memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2010 sebesar (2.335.016,)
sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2007 sebesar (5.700.228).
Tabel 4.3
Data Modal Kerja PT. Smart Fren Telecom Tbk.
Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN Aset Lancar Kewajiban jangka pendekModal Kerja (aset lancar - Kewajiban jangka pendek )
PT. SMARTFREN 2007 1.474.706 345.491 1.129.215
2008 743.951 1.122.146 (378.195)
2009 539.174 1.269.211 (730.037)
2010 446.531 2.075.185 (1.628.655)
2011 794.529 3.099.634 (2.305.104)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Smart Fren & Telecom yang
memiliki modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 1.129.215 sedangkan
modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar (2.305.104).
Tabel 4.4
Data Modal Kerja PT. Telekomunikasi
Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN TAHUN Aset LancarKewajiban jangka
pendekModal Kerja (aset lancar – Kewajiban jangka pendek )
PT. TELEKOMUNIKASI 2007 15.978.09
5 20.674.
629 (4.696.534
)
50
2008 14.622.31
0 26.998.
151 (12.375.841
)
2009 16.186.02
4 26.893.
125 (10.707.101
)
2010 18.730.62
7 20.472.
898 (1.742.271
)
2011 21.25
8.000 22.
189.000 (931
.000)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Telekomunikasi yang memiliki
modal kerja terbesar yaitu pada tahun 2011 sebesar (931.000) sedangkan modal
kerja terkecil yaitu pada tahun 2008 sebesar (12.375.841).
Tabel 4.5
Data Modal Kerja PT. Indosat Tbk.
Tahun 2007-2011 (dalam jutaan rupiah)
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN Aset LancarKewajiban Jangka
PendekModal Kerja (aset lancar – Kewajiban jangka pendek )
PT. INDOSAT 2007 10.794.
127 11.658.581 (864.454)
2008 9.659.
773 10.675.245 (1.015.472)
2009 7.139.
627 13.068.122 (5.928.495)
2010 6.158.
854 11.946.853 (5.787.999)
2011 6.579.
439 11.952.171 (5.372.732)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Indosat yang memiliki modal
kerja terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar (864.454) sedangkan modal kerja
terkecil yaitu pada tahun 2009 sebesar (5.928.495).
Dari keseluruhan data tersebut terlihat bahwa perusahaan yang memiliki
modal kerja terbesar adalah PT. Bakrie Telecom Tbk pada tahun 2009 yaitu
sebesar 1.240.840 dan yang terkecil adalah PT. Telekomunkasi Indonesia pada
tahun 2008 sebesar (12.375.841).
Kenaikan atau penurunan modal kerja yang dialami perusahaan biasanya
dikarenakan keadaan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif yang dapat
berakibat menurunnya tingkat likuiditas.
Dalam penelitian ini meskipun terjadi masalah masalah diatas dan
berpengaruh kepada modal kerja yang mengalami penurunan namun cenderung
51
tidak berpengaruh terhadap penurunan/kenaikan harga produk dan penurunan
penjualan produk atau setidaknya sama dengan tahun sebelumnya.
Modal kerja harus tersedia dengan cukup dengan demikian perusahaan
tidak akan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan beroprasi secara
ekonomis dan efisien serta perusahaan dapat memaksimalkan laba usahanya
sesuai dengan tujuan utama perusahaan. Kecukupan modal kerja bagi perusahaan
akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya,
yaitu membayar kewajiban kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.
4.2.2. Analisis Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini diartikan sebagai alat ukur perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. Artinya
apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang
tersebut. Rasio yang digunakan dalam menganalisis tingkat likuiditas perusahaan
industri telekomunikasi dalam penelitian ini adalah menggunakan rasio lancar
(current ratio). Tingkat likuiditas pada penelitian ini merupakan variable terikat
yang diberi simbol Y. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat likuiditas
suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah laporan Neraca per 31 desember
2007-2011 perusahaan Industri telekomunikasi sebanyak 5 perusahaan.
Perhitungan menggunakan current ratio yaitu dengan membandinkan aset lancar
dengan kewajiban lancar.
Adapun data Rasio Lancar pada Perusahaan Industri Telekomunikasi yang
ada di BEI dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.6.
Data Rasio Lancar PT. Bakrie Telecom, Tbk
Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN
TAHUNAset Lancar
(dalam jutaan rupiah)Kewajiban Jangka Pendek
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar(Aset Lancar/ Kewajiban
Jangka Pendek)
52
PT. BAKRIE 2007 926.983 514.367 1,802
2008 2.308.318 1.067.478 2,162
2009 1.731.809 2.061.972 0,840
2010 1.436.140 1.759.606 0,816
2011 948.354 2.955.756 0,321
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Bakrie Telecom, Tbk yang
memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2008 sebesar 2,162 sedangkan
likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2011 sebesar 0,321.
Tabel 4.7
Data Rasio Lancar PT. XL axiata Tbk.
Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN
TAHUNAset Lancar
(dalam jutaan rupiah)Kewajiban Jangka Pendek
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar(Aset Lancar/ Kewajiban
Jangka Pendek)
PT. XL AXIATA 2007 1.679.309 7.379.537 0,228
2008 3.719.563 6.196.579 0,600
2009 2.007.289 6.008.894 0,334
2010 2.228.017 4.563.033 0,488
2011 3.387.237 8.728.212 0,388
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Excelcomindo Pratama yang
memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,600260725
sedangkan modal kerja terkecil yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,227562925
Tabel 4.8
Data Rasio Lancar PT. Smart Fren Telecom Tbk.
Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN
TAHUNAset Lancar
(dalam jutaan rupiah)Kewajiban Jangka Pendek
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar (Aset Lancar/ Kewajiban
Jangka Pendek)
PT. SMARTFREN 2007 1.474.706 345.491 4,268
2008 743.951 1.122.146 0,663
2009 539.174 1.269.211 0,425
53
2010 446.531 2.075.185 0,215
2011 794.529 3.099.634 0,256
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Smart Fren & Telecom yang
memiliki likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 4,268438366
sedangkan likuiditas terkecil yaitu pada tahun 2010 sebesar 0,21517634.
Tabel 4.9
Data Rasio Lancar PT. Telekomunikasi Tbk.
Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN TAHUNAset Lancar
(dalam jutaan rupiah)
Kewajiban Jangka Pendek
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar ( Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek)
PT. TELEKOMUNIKASI 2007 15.978.095 20.674.629 0,773
2008 14.622.310 26.998.151 0,542
2009 16.186.024 26.893.125 0,602
2010 18.730.627 20.472.898 0,915
2011 21.258.
000 22.189.00
0 0,958
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Telekomunikasi yang memiliki
likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2011 sebesar 0,958 sedangkan likuiditas
terkecil yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,542.
Tabel 4.10
Data Rasio Lancar PT. Indosat Tbk.
Tahun 2007-2011
NAMA PERUSAHAAN
TAHUNAset Lancar
(dalam jutaan rupiah)
Kewajiban Jangka Pendek
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar ( Aset Lancar/ Kewajiban Jangka Pendek)
PT. INDOSAT 2007 10.794.127 11.658.581 0,926
2008 9.659.773 10.675.245 0,905
2009 7.139.627 13.068.122 0,546
54
2010 6.158.854 11.946.853 0,516
2011 6.579.439 11.952.171 0,550
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa PT. Indosat yang memiliki
likuiditas terbesar yaitu pada tahun 2007 sebesar 0,926 sedangkan likuiditas
terkecil yaitu pada tahun 2010 sebesar 0,516.
Berdasarkan data diatas, dari keseluruhan sampel yang telah di uji maka
dapat disimpulkan hampir keseluruhan sampel perusahaan industri telekomunikasi
memiliki likuiditas dibawah standar yaitu kurang dari 200%.
Standar rasio ini sangat penting bagi perusahaan, karena standar rasio ini
sebagai alat ukur atau acuan bagi tingkat keamanan perusahaan untuk membayar
kewajiban lancarnya. Jadi perusahaan yang baik tidak hanya di ukur dari likuid
atau tidaknya saja, tetapi juga harus memenuhi standar likuiditas, sehingga tidak
membahayakan kewajiban lainnya.
Untuk itu seluruh perusahaan industri telekomunikasi yang memiliki
likuiditas dibawah standar harus lebih meningkatkan usahanya dalam
meningkatkan tingkat likuiditas agar pada tahun tahun berikutnya perusahaan
perusahaan tersebut dalam mencapai standar likuiditas bahkan diharapkan dapat
melebihi standar.
Tabel 4.11
Data berpasangan
Modal Kerja dan Rasio Lancar pada perusahaan Industri Telekomunikasi
Nomor Nama perusahaan TahunModal kerja
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar
PT. Bakrie Telecom Tbk.
1 2007 412.616 1,802
2 2008 1.240.840 2,162
55
3 2009 (330.163) 0,840
4 2010 (323.466) 0,816
5 2011 (2.007.402) 0,321
PT. XL Axiata Tbk.
6 2007 (5.700.22
8) 0,228
7 2008 (2.47
7.016) 0,600
8 2009 (4.00
1.605) 0,334
9 2010 (2.33
5.016) 0,488
10 2011 (5.34
0.975) 0,388
PT. Smarfren Telecom Tbk
11 2007 1.129.215 4,268
12 2008 (378.195) 0,663
13 2009 (730.037) 0,425
14 2010 (1.628.655) 0,215
15 2011 (2.305.104) 0,256
PT. Telekomunikasi Tbk.
16 2007 (4.69
6.534) 0,773
17 2008 (12.37
5.841) 0,542
18 2009 (10.70
7.101) 0,602
19 2010 (1.74
2.271) 0,915
20 2011
(931.000) 0,958
PT. Indosat Tbk.
21 2007 (86
4.454) 0,926
22 2008 (1.01
5.472) 0,905
23 2009 (5.92
8.495) 0,546
24 2010 (5.78
7.999) 0,516
25 2011 (5.37
2.732) 0,550
4.3. Teknik Analisis Data
4.3.1. Analisis Koefisien Korelasi
Adapun untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel
modal kerja (X) dengan variabel likuiditas (Y) maka perlu dilakukan analisis
korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus product moment. Tabel pengolahan data dapat dilihat pada (Lampiran 1)
dan hasilnya sebagai berikut :
56
Tabel 4.13
Korelasi Sederhana modal kerja (X) dengan likuiditas (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .443a .196 .161 ,773154
Dsew43a. Predictors: (Constant), modal kerja
Sumber : Data diolah (2012)
Nilai R sebesar 0, 443 menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan
likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi adalah sedang dengan
hubungan yang bersifat positif atau searah, dalam arti jika modal kerja itu naik,
maka likuiditas meningkat, dan sebaliknya.
4.3.2. Pengujian hipotesis
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
1) H0 : ρ = 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan modal kerja
terhadap likuiditas pada perusahaan industri
telekomunikasi
2) Ha : ρ 0, Terdapat hubungan yang signifikan modal kerja terhadap
likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi
3) Untuk mencari ttabel digunakan taraf nyata (α) = 5% atau tingkat
keyakinan (1-α) = 1-5% = 95% karena dengan semakin besar tingkat
kepercayaan maka akan semakin akurat hasil yang diperoleh.
4) ttabel = t (α/2) (n-2)
= t (0,05/2) (25-2)
= t (0,025) (23)
= 2,069
5) Statistik uji
57
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.15
Hasil Statistik Uji
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.17 .207 5.639 .000
modal kerja 0,0000001 .000 .443 2.369 .027
a. Dependent Variable: likuiditas
Sumber : Data diolah (2012)
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai thitung sebesar 2,369.
6) Menentukan daerah kritis (daerah penolakan H0)
Untuk memperjelas hasil perhitungan diatas, maka digunakan gambar
sebagai berikut :
7) Kriteria pengujian
- H0 diterima, Ha ditolak jika -t(α/2;n - 2) < thitung < t(α/2;n – 2)
- H0 ditolak, Ha diterima jika thitung < -t(α/2;n – 2) atau thitung > t(α/2;n – 2)
8) Kesimpulan
Dengan α = 5% dan n = 25 atau t (0,025;23) diperoleh ttabel sebesar 2,069
dan thitung sebesar 2,369 (thitung > ttabel), sehingga dapat disimpulkan H0
ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri
telekomunikasi.
-2,069 0 2,069 2,369
H0 ditolak
58
4.3.2. Interpretasi Hasil Penelitian
Setelah diteliti di dapatkan hasil bahwa hampir seluruh perusahaan
telekomunkasi pada periode 2007-2011 memiliki modal kerja negatif. Hal ini
dikarenakan hampir keseluruhan aset lancar lebih kecil dibandingkan dengan
kewajiban lancarnya yang berakibat pada likuiditas perusahaan perusahaan
tersebut tidak termasuk dalam standar likuiditas, kemudian pada persamaan Y= a
+ b X diperoleh b = 0,0000001 yang artinya setiap kenaikan modal kerja 1 juta
rupiah berpengaruh terhadap likuiditas sebesar 0,0000001. Jumlah ini tergolong
kecil karena tidak sebanding dengan setiap jumlah kenaikan / penambahan modal
kerja.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara modal kerja variable
(X) dengan likuiditas variable (Y) di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan Ho ditolak Ha diterima karena thitung 2,369 > ttabel 2,069 dengan
α = 5% dan n = 25.
Kemudian, hasil perhitungan kolerasi product moment diperoleh R sebesar
0,443 atau 44,3 % yang berarti adanya hubungan sedang dan searah antara modal
kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia.
Dari keterangan diatas dapat diinterpretasikan bahwa semakin besar modal
kerja maka semakin besar pula likuiditas yang diperoleh. Dengan demikian pula
sebaliknya semakin kecil modal kerja maka semakin kecil likuiditas yang
diperoleh. Hal ini menunjukan bahwa modal kerja memiliki hubungan terhadap
likuiditas pada perusahaan industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
Meskipun besarnya hubungan modal kerja terhadap likuiditas hanya sebesar
19,6%.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas Perusahaan Industri Telekomunikasi di
Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
60
1. Berdasarkan Hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan yang positif
antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan industri
telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia terlihat dari hasil uji koefisien
kolerasi yang telah dilakukan diperoleh nilai R sebesar 0,443. Kemudian
dari hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar 2,369 dan ttabel sebesar
2,069 dengan taraf nyata sebesar 0,05. Untuk itu, karena thitung 2,369 > ttabel
2,069, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara modal kerja dengan likuiditas pada perusahaan
industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Berdasarakan koefisien kolerasi dihasilkan R = 0,443. Hal ini berarti
hubungan antara modal kerja dengan tingkat likuiditas pada peerusahaan
industri telekomunikasi yang ada di BEI adalah Sedang, Artinya bahwa
modal kerja pada perusahaan industri telekomunikasi tahun 2007 - 2011
yang ada di BEI tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas dikarenakan
modal kerja perusahan perusahaan tersebut hampir seluruhnya negatif
akibat dari aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disampaikan
diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran yang mungkin berguna untuk
perusahaan perusahaan industri telekomunikasi.
Adapun saran saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dari keseluruhan sampel yang telah diuji hasilnya bahwa hampir
seluruh perusahaan perusahaan tersebut memiliki likuiditas di bawah
standar. Untuk itu perusahaan hendaknya memperhatikan modal kerja,
gunanya untuk menjaga likuiditas perusahaan yaitu dengan
61
memperkecil kewajiban lancar dan meningkatkan modal kerja, karena
kenaikan dan penurunan likuiditas perusahaan dapat mempengaruhi
tingkat keamanan bagi kreditur yang menginvestasikan modalnya.
2. Untuk meningkatkan likuiditas perusahaan, perusahaan dapat
melakukan peningkatan efisiensi dan efektivitas di semua bidang
dengan mengendalikan biaya biaya operasional.
3. Perusahaan sudah seharusnya meningkatkan modal kerjanya, selain
untuk meningkatkan tingkat likuiditasnya juga dapat lebih
mengembangkan usahanya.
4. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, bahwa
disarankan untuk menambah variabel X lain yang mempengaruhi
likuiditas agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini telah dilakukan uji hipotesis, tetapi Peneliti
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan mengenai
penelitian ini, yang mengakibatkan hasil penelitian yang diperoleh mungkin
menjadi kurang akurat. Kekurangan dan keterbatasan tersebut diantaranya sebagai
berikut:
1. Terbatasnya sampel, karena peneliti hanya mengambil 5 perusahaan
industi telekomunikasi selama 5 tahun terakhir yaitu mulai tahun 2007-
20011.
62
2. Peneliti hanya menghitung rasio perusahaan industri telekomunikasi saja
sehingga tidak ada pembanding dari perusahaan industri lain. Oleh karena
itu penelitian ini tidak dapat memberikan kesimpulan secara umum.
Walaupun demikian peneliti berharap penelitian ini dapat berguna bagi
peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian di bidang akuntansi
khususnya mengenai Hubungan modal kerja dengan Likuiditas.
Lampiran 1. Output SPSS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .443a .196 .161 ,773154
a. Predictors: (Constant), modal kerja
63
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.354 1 3.354 5.610 .027a
Residual 13.749 23 .598
Total 17.102 24
a. Predictors: (Constant), modal kerja
b. Dependent Variable: likuiditas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.17 .207 5.639 .000
modal kerja 0,0000001 .000 .443 2.369 .027
a. Dependent Variable: likuiditas
Lampiran 2. Tabel Distribusi t-student (t)
untuk uji dua fihak (two tail test)0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
untuk uji satu fihak (one tail test)Dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,00512345
1,0000,8160,7650,7410,727
3,0781,8861,6381,5331,486
6,3142,9202,3532,1322,015
12,7034,3033,1822,7762,571
31,8216,9654,5413,7473,365
63,6579,9255,8414,6044,032
64
67891011121314151617181920212223242526272829304060120
0,7180,7110,7060,7030,7000,6970,6950,6920,6910,6900,6890,6880,6880,6870,6870,6860,6860,6850,6850,6840,6840,6840,6830,6830,6830,6810,6790,6770,674
1,4401,4151,3971,3831,3721,3681,3561,3501,3451,3411,3371,3331,3301,3281,3251,3231,3211,3191,3181,3161,3151,3141,3131,3111,3101,3031,2961,2891,282
1,9431,8951,8601,8331,8121,7961,7821,7711,7611,7531,7461,7401,7431,7291,7251,7211,7171,7141,7111,7081,7051,7031,7011,6991,6971,6841,6711,6581,645
2,4472,3652,3062,2622,2282,2012,1782,1602,1452,1322,1202,1102,1012,0932,0862,0802,0742,0692,0642,0602,0562,0522,0482,0452,0422,0212,0001,9801,960
3,1432,9982,8962,8212,7642,7182,6812,6502,6242,6232,5832,5672,5522,5392,5282,5182,5082,5002,4922,4852,4792,4732,4672,4622,4572,4232,3902,3582,326
3,7073,4993,3553,2503,1653,1063,0553,0122,9772,9472,9212,8982,8782,8612,8452,8312,8192,8072,7972,7872,7792,7712,7632,7562,7502,7042,6602,6172,576
65
HUBUNGAN MODAL KERJA DENGAN LIKUIDITAS PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI
DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2007-2011
DISUSUN OLEH :
IMAM HADI WIBOWO
111170480
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
JAKARTA
2012
66
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Masalah Penelitian.................................................................................. 1
1.1.1. Latar belakang masalah.................................................................. 1
1.1.2. Perumusan masalah pokok............................................................. 3
1.1.3. Pertanyaan penelitian..................................................................... 3
1.2. Kerangka Teori........................................................................................ 3
1.2.1. Identifikasi variabel-variabel penelitian ........................................ 3
I.2.2. Hipotesis penelitian......................................................................... 4
I.3. Tujuan dan manfaat Penelitian .............................................................. 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................ 6
2.1. Review Hasil Penelitian Terdahulu........................................................ 6
2.2. Deskripsi Teoritis ................................................................................. 7
2.2.1. Pengertian modal kerja ............................................................... 7
2.2.2. Jenis-jenis modal kerja ............................................................... 11
2.2.3. Sumber-sumber modal kerja ...................................................... 12
2.3.3.1. Penggunaan modal kerja .............................................. 12
2.2.4. Penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja ....... 14
2.2.5. Pengertian likuiditas .................................................................. 15
2.2.6. Rasio-rasio likuiditas ................................................................. 16
2.2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas ................ 18
2.2.8. Hubungan antara modal kerja dengan tingkat likuiditas ........... 20
67
BAB III PROSEDUR PENELITIAN..................................................................... 22
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 22
3.2. Strategi dan Metode Penelitian.............................................................. 22
3.2.1. Strategi penelitian ....................................................................... 22
3.2.2. Metode penelitian ....................................................................... 22
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 23
3.3.1. Populasi penelitian ..................................................................... 23
3.3.2. Sampel penelitian ....................................................................... 23
3.4. Unit-unit Analisis Penelitian................................................................... 24
3.4.1. Unit analisis data ........................................................................ 24
3.4.2. Desain penelitian ........................................................................ 24
3.5. Metoda Pengumpulan Data..................................................................... 25
3.6. Metode Analisis Data ............................................................................. 25
3.6.1. Rencana pengolahan data ........................................................... 25
3.6.2. Rencana penyajian data .............................................................. 25
3.6.3. Rencana analisis data ................................................................. 25