20116_buddi wibowo & wilbert ham

12
| 63 | Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.20, No.1 Januari 2016, hlm. 63–74 Terakreditasi SK. No. 040/P/2014 http://jurkubank.wordpress.com Korespondensi dengan Penulis: Buddi Wibowo telp: +6281310931193 Email: [email protected] DAMPAK RISIKO DEFAULT BANK TERHADAP RISIKO SISTEMIK PERBANKAN DAN RISIKO SISTEMATIK BURSA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN Buddi Wibowo Wilbert Ham Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia Abstract Global financial crisis in 2008 has driven special attention to systemic banking sector risk that cause by individual bank default. Though, banking crisis significantly affect economic growth and national macroeco- nomic condition. Individual bank default non only affect banking industry but also has serious injured the economy. Bank default risk not only affect systemic risk but also systematic risk.ASEAN financial integration plan raise a need to understand characteristics of ASEAN banking industry. Close relationship and intercon- nection between ASEAN economies will make individual bank default a serious issue that its effect will spread to all ASEAN economy. This research aimed to investigate the effect of bank default risk on systemic and systematic risk in 5 ASEAN countries. We find that bank default risk significantlyraised systemic risk, esspecially in country with high concentration in its banking industry structure. Big banks tend to more serious effect on systemic risk. Systematic risk tend to be affected by macroeconomy condition, rather than default risk of individual bank. Key words: Systemic risk; systematic risk; bank default risk; banking Risiko defaults adalah risiko perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Seba- gai kompensasi dari risiko default sebuah per- usahaan, pemegang saham menuntut sebuah pre- mium dalam bentuk selisih imbal hasil saham bank tersebut di atas suku bunga bebas risiko. Semakin tinggi risiko default seharusnya semakin tinggi pula tuntutan premi risiko default, dan akan ter- cermin pada tingkat return yang semakin tinggi. Dalam konteks investasi portfolio, risiko de- fault individual bank, yang merupakan risiko spe- sifik perusahaan atau disebut juga sebagai idiosyn- cratic risk, akan hilang karena investor diasumsikan selalu mendiversifikasi portofolio investasi dengan sempurna. Teori portfolio modern seperti CAPM dan Arbitrage Pricing Theory mengasumsikan bahwa investor dapat mendiversifikasi investasinya secara penuh sehingga, dalam kondisi ekuilibrium, premi

Upload: lediep

Post on 04-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

| 63 |

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.20, No.1 Januari 2016, hlm. 63–74Terakreditasi SK. No. 040/P/2014http://jurkubank.wordpress.com

Korespondensi dengan Penulis:

Buddi Wibowo telp: +6281310931193

Email: [email protected]

DAMPAK RISIKO DEFAULT BANK TERHADAP RISIKO SISTEMIKPERBANKAN DAN RISIKO SISTEMATIK BURSA SAHAM

DI LIMA NEGARA ASEAN

Buddi WibowoWilbert Ham

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia

Abstract

Global financial crisis in 2008 has driven special attention to systemic banking sector risk that cause byindividual bank default. Though, banking crisis significantly affect economic growth and national macroeco-nomic condition. Individual bank default non only affect banking industry but also has serious injured theeconomy. Bank default risk not only affect systemic risk but also systematic risk.ASEAN financial integrationplan raise a need to understand characteristics of ASEAN banking industry. Close relationship and intercon-nection between ASEAN economies will make individual bank default a serious issue that its effect will spreadto all ASEAN economy. This research aimed to investigate the effect of bank default risk on systemic andsystematic risk in 5 ASEAN countries. We find that bank default risk significantlyraised systemic risk, esspeciallyin country with high concentration in its banking industry structure. Big banks tend to more serious effect onsystemic risk. Systematic risk tend to be affected by macroeconomy condition, rather than default risk ofindividual bank.

Key words: Systemic risk; systematic risk; bank default risk; banking

Risiko defaults adalah risiko perusahaan tidakmampu memenuhi kewajiban finansialnya. Seba-gai kompensasi dari risiko default sebuah per-usahaan, pemegang saham menuntut sebuah pre-mium dalam bentuk selisih imbal hasil saham banktersebut di atas suku bunga bebas risiko. Semakintinggi risiko default seharusnya semakin tinggipula tuntutan premi risiko default, dan akan ter-cermin pada tingkat return yang semakin tinggi.

Dalam konteks investasi portfolio, risiko de-fault individual bank, yang merupakan risiko spe-sifik perusahaan atau disebut juga sebagai idiosyn-cratic risk, akan hilang karena investor diasumsikanselalu mendiversifikasi portofolio investasi dengansempurna. Teori portfolio modern seperti CAPMdan Arbitrage Pricing Theory mengasumsikan bahwainvestor dapat mendiversifikasi investasinya secarapenuh sehingga, dalam kondisi ekuilibrium, premi

Page 2: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 64 |

risiko dari portfolio investasinya tidak dipengaruhioleh faktor idiosyncratic atau faktor spefisik per-usahaan. Premi risiko saham perusahaan hanya di-pengaruhi oleh covariance (atau sensitivitas) imbalhasil saham perusahaan tersebut dengan imbalhasil portfolio pasar (Sharpe, 1964) atau terhadapfaktor-faktor makroekonomi (Chen, Roll, dan Ross,1986).

Ada dua kemungkinan premi risiko investasimasih dipengaruhi risiko default individual bankyang bersifatidiosyncratic, pertama karena inves-tor tidak memegang portfolio yang terdiversifikasisempurna disebabkan oleh beberapa faktor, misal-nya likuiditas yang terbatas (Fu, 2009), kedua ka-rena risiko default bersifat systematic sehinggabersifat non-diversifiable (Fiordelisi dan Ibanez,2013). Di industri perbankan, risiko default sebuahbank dapat bersifat systematic yaitu kegagalan se-buah bank tidak hanya berdampak pada kesehatanbank itu saja namun juga dapat menular (spill over)ke institusi keuangan dan non keuangan. Kondisiseperti ini menyebabkan risiko finansial individualbank tidak dapat hilang dengan cara diversifikasiportfolio bahkan dapat berdampak luas terhadapsektor non keuangan sampai perekonomian secarakeseluruhan.

Risiko default sebuah bank secara teoretispatut diduga bersifat systematic karena industriperbankan memiliki karakteristik yang secaranaturaldimana kegagalan sebuah bank dapatber-sifat systemic. Sistem perbankan dapat default ka-rena dipicu defaultnya sebuah bank yang menye-babkan bank-bank lain di dalam sistem perbankantersebut ikut terbawa default pula (cascade offailures).Semakin besar probabilitas sebuah sistemperbankan untuk mengalami kegagalan bank-bankdi dalamnya secara bersamaan, maka risiko sis-temik dari sistem perbankan tersebut semakinbesar. Bank yang dapat memicu runtuhnya sistemperbankan disebut sebagai bank yang berdampaksistemik (systemicaly important bank). Oleh karenaitukesehatan sebuah bank tidak hanya akan mem-

pengaruhi harga saham bank tersebut saja namunjuga harga saham sebagian besar bank yang lain.Namun tidak semua bank punya dampak sistemikdan memicu cascading failure. Risiko default daribank yang tidak memiliki dampak sistemik akanbersifat idiosyncraticoleh karenanya investor dapatmenghilangkannya melalui diversifikasi portfolioinvestasinya.

Umumnya bank yang menimbulkan risikosistemik adalah bank yang besar sedemikianhingga dampak default dari bank tersebut dapatmenyeret bank-bank yang lain ikut menjadi de-fault. Oleh karena itu bank dengan dampak sis-temik yang sangat besar seperti ini dikenal denganistilah Too Big To Fail, terlalu berisiko bagi peme-rintah dan otoritas moneter untuk membiarkanbank ini sampai menderita default.

Karena sektor perbankan merupakan salahsatu sumber pendanaan utama perusahaan, kega-galan sebuah bank dapat pula berimbas kepadaperusahaan-perusahaan non keuangan. Defaultnyasebuah bank, apalagi bank dengan asset yangsangat besar dan berdampak sistemik, secara lang-sung mempengaruhi supply dana di pasar kredit.Defaultnya sebuah bank yang berdampak sistemikakan meningkatkan cost of financing dari pinjamanbank dan juga meningkatkan cost financing melaluipasar modal terutama ketika sektor perbankanmemiliki koneksi yang sangat kuat dengan pasarmodal (Boot and Thakor, 2010). Oleh karenanyapatut diduga bahwa ada bank-bank tertentu yangapabila default, tidak hanya akan membawa penga-ruh besar terhadap harga saham bank tersebut sajanamun juga berdampak kepada kegagalan sistemperbankan (systemic risk) dan berimbas secara luasjuga kepada seluruh saham perusahaan yang adadi pasar (systematic risk). Risiko systematic tidak da-pat dihilangkan dengan cara melakukan diver-sifikasi portfolio, sehingga investor akan menuntutsebuah premi untuk menanggung risiko sistematikberupa risiko defaultnya sebuah individual banktersebut.

Page 3: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Dampak Risiko Default Bank terhadap Risiko Sistemik Perbankan dan Risiko Sistematik Bursa Saham di Lima Negara ASEANBuddi Wibowo & Wilbert Ham

| 65 |

Beberapa studi sebelum ini telah menelitiapakah risiko default sebuah perusahaan bersifatsistematik yaitu seperti Asquith et al.,1994; Dichev,1998; Vassalou and Xing, 2004; dan Campbell etal., 2008), namun semua studi tersebut tidak mem-bedakan antara perusahaan yang ada di sektorperbankan dengan perusahaan non bank. Bijlsmaand Muns (2011) dan Buhler and Prokopczuk (2010)dengan menggunakan extreme value theory meng-ukur risiko sistemik pada berbagai sektor industridan menemukan risiko sistemik lebih besar adapada sektor perbankan.

Fiordelisi dan Marqués-Ibañez, 2013 dengandata perbankan di negara-negara Eropa menemu-kan bahwa indikator-indikator risiko default daribank-bank yang tercatat di bursa saham berhu-bungan positif dengan risiko sistemik dan risikosistematik di bursa saham masing-masing negara.Mereka juga mengungkapkan besarnya idiosyncraticvolatility pada level industri dan perusahaan, sertapengaruh faktor-faktor lain seperti diversifikasiasset dan kondisi makroekonomi terhadap risikosistemik dan risiko sistematik. Dengan mengetahuibank-bank mana saja yang memiliki dampak sis-temik dan sistematik yang sangat besar sertafaktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya,regulasi perbankan dapat didisain lebih tepat danefektif dalam menjaga stabilitas sistem perbankandan juga pasar keuangan secara keseluruhan.

Paper ini akan meneliti pengaruh risiko de-fault individual bank terhadap risiko sistemik dansistematik yang ada di negara-negara Asia. Imple-mentasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) padaakhir tahun 2015 akan membuat perekonomiannegara-negara ASEAN akan semakin terintegrasi.Integrasi sektor keuangan dapat meningkatkanrisiko sistem keuangan karena masalah industri ke-uangan di sebuah negara dapat menyebar ke ne-gara lainnya dengan lebih cepat. Oleh karenanyaperlu dipahami terlebih dahulu risiko sistemik dansistematik dari setiap negara anggota ASEANsebelum implementasi integrasi perekonomian dan

sektor keuangan berjalan secara efektif. Penelitianini akan mencoba menjawab permasalahan ini.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapatdiungkap lebih dalam bagaimana kondisi perbank-an serta risiko sistemik maupun sistematik yangdihadapi oleh bank-bank di ASEAN-5. Penelitianini akan menggunakan sampel bank dari negara-negara ASEAN-5 yaitu Indonesia, Malaysia,Singapura, Thailand dan Filipina.

Beberapa studi yang meneliti hubunganrisiko default dengan risiko sistematik menghasil-kan temuan yang bertentangan. Lang and Stulz(1992), Denis and Denis(1995) and Vassalou andXing (2004) menemukan bahwa risiko defaultberhubungan dengan faktor-faktor agregat pasarsehingga dapat disimpulkan bahwa risiko defaultberhubungan positif dengan risiko sistematik.Sebaliknya Opler and Titman (1994), Asquith etal. (1994) and Dichev (1998) menemukan bahwarisiko kebangkrutan sebuah industri lebih banyakdisebabkan oleh faktor-faktor idiosyncratic yaitufaktor yang spesifik ada pada sebuah perusahaanatau sebuah industri, bukan faktor umum (com-mon factors).

Hasil riset yang bertentangan ini didugakarena indikator yang digunakan oleh para penelititersebut dalam mengukur risiko default berbeda-beda. (Dichev, 1998; Griffin and Lemmon,2002)menggunakan model akuntansi, (HolthausenandLeftwich, 1986; Hand et al., 1992; Dichev andPiotroski, 2001) menggunakan informasi di pasarobligasi, dan (Vassalou and Xing, 2004; Campbellet al., 2008) menggunakan informasi di pasarsaham.

Dalam satu dekade terakhir beberapa pene-liti telah mengusulkan berbagai indikator yang da-pat digunakan untuk mengukur risiko default de-ngan menggunakan data dan informasi yang ber-beda demikian pula strategi pemodelannya (Jorion,2010). Metode dan model pengukuran risiko de-fault tergantung kepada definisi risiko default indi-vidual bank yang digunakan. Model Mertonian

Page 4: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 66 |

(dipelopori oleh Merton (1974) dan digunakancukup luas oleh para peneliti lainnya misalnya olehVassalou and Xing, 2004; dan Campbell et al., 2008)yang menggunakan formula Black-Scholes Option,mendefinisikan peristiwa default bank sebagaikondisi dimana nilai pasar asset bank lebih rendahdari pada nilai pasar kewajiban dan ekuitas bank.Model Merton ini sangat kuat intuisi dan logikaekonomi keuangan yang mendasarinya, namundalam aplikasinya menghadapi hambatan terbesaryaitu estimasi atas variabel-variabel yang ada didalam modelnya yaitu nilai pasar asset bank danvolatilitasnya yang tidak tersedia (unobservable).Sebagian peneliti mencoba memecahkan masalahestimasi variabel dari model Merton ini denganmenggunakan data nilai pasar ekuitas sepertiVassalou and Xing, 2004; dan Campbell et al., 2008,atau menggunakan posisi arus kas yang dipegangbank seperti Ayomi dan Hermanto (2013)

Sebagian peneliti seperti Dichev (1998), Grif-fin and Lemmon (2002) menggunakan dataakuntansi untuk memodelkan risiko default sebuahbank. Pendekatan ini banyak dipakai karena alasankepraktisan yaitu ketersediaan data laporanakuntansi bank yang terjamin secara reguler.Pendekatan akuntansi ini dapat bermasalah apabilakondisi lingkungan bisnis dan juga internal mana-jemen bank mengalami perubahan cukup drastissehingga data historis yang tercatat pada laporanakuntansi bank menjadi tidak relevan lagi untukmengggambarkan situasi terkini dari sebuah bank.Namun sebagai sebuah indikator kesehatan bank,laporan akuntansi bank tetap menjadi acuanpertama karena tersedia secara reguler denganinterval waktu yang tetap

Bijlsma and Muns (2011) menemukan risikosistemik di sektor perbankan secara signifikan lebihbesar dibandingkan dengan yang ada pada sektorasuransi, konstruksi, dan makanan. Bijlsma andMuns (2011) menyimpulkan bahwa saling keter-gantungan yang ada pada sektor perbankan dise-babkan oleh faktor-faktor yang sama (common fac-

tors) sementara sektor-sektor industri lainnyasecara umum dipengaruhi oleh idiosyncratic fac-tors.

Dalam mengamati hubungan antara risikodefault individual bank dengan risiko sistemik dansistematik terdapat beberapa faktor yang didugaikut mempengaruhi hubungan antar risiko ter-sebut. Faktor yang pertama adalah tingkat efisiensisetiap bank, dimana bank yang relatif tidak efisienakan akan cenderung memiliki profil risk takingyang agresif demi mencapai target profit tertentu.Risiko default dari bank seperti ini akan cenderungbesar dan secara bersamaan mempengaruhihubungannya dengan risiko sistemik dan risikosistematik (Fiordelisi et al., 2011).

Faktor kedua adalah model bisnis bank yaitubagaimana bank memperoleh pendapatan danbagaimana strategi pendanaannya. Model bisnisbank diduga mempengaruhi risiko default bankserta sekaligus mempengaruhi efek default tersebutke sistem perbankan dan juga pasar modal(Bertrand and Schoar, 2003). Model bisnis bankdapat terlihat dari diversifikasi pendapatan (yangdiukur dengan rasio antara pendapatan non bungadengan total pendapatan) serta liability diversifica-tion (yang diukur dengan rasio antara non depositliability terhadap total deposit). Pengukuran se-perti ini digunakan pula oleh (Baele et al., 2011;Lepetit et al. 2008; Fiordelisiet al., 2011).

Faktor keempat adalah ukuran bank (banksize). Semakin besar ukuran bank semakin besarpengaruhnya terhadap sistem keuangan dan per-ekeonomian secara lebih luas, apalagi jika inter-koneksi antar bank sangat erat dan perekonomianmasih bertumpu lebih banyak kepada kredit per-bankan. Oleh karena itu ukuran bank patut didugamemiliki pengaruh yang kuat terhadap hubunganrisiko default bank dengan risiko sistemik danrisiko sistematik.

Faktor kelima adalah faktor makroekonomi.Beberapa literatur perbankan menggunakanvariabel makroekonomi untuk menangkap kondisi

Page 5: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Dampak Risiko Default Bank terhadap Risiko Sistemik Perbankan dan Risiko Sistematik Bursa Saham di Lima Negara ASEANBuddi Wibowo & Wilbert Ham

| 67 |

lingkungan bisnis yang dihadapi bank. Pertum-buhan GDP tahunan dapat digunakan untuk men-cerminkan business cycle (Salas and Saurina, 2003,Yildirim and Philippatos, 2007), tingkat inflasidigunakan untuk menangkap kebijakan moneteryang dipercayai sangat mempengaruhi perilakuperbankan dalam mengelola risiko suku bunga dansekaligus dampaknya terhadap risiko perbankan(Borio and Zhu, 2008).

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis dan permasa-lahan yang telah dibahas sebelumnya, maka dapatdisusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

Pertama, hipotesis penelitian ini adalahsemakin berpotensi gagalnya sebuah bank makaakan berpengaruh langsung pada banking industryrisks di suatu negara. Hipotesis pertama yang akandiuji adalah hubungan antara risiko default indi-vidual bank dengan risiko sistemik perbankan.H1: Terdapat pengaruh yang signifikan risiko de-

fault bank terhadap risiko sistemik di 5 negaraASEAN pada periode 2005 hingga 2012Hipotesis kedua penelitian ini adalah semakinberpotensi gagalnya sebuah bank maka dapatberpengaruh langsung pada risiko seluruhsaham ataupun seluruh perusahaan yang adadi pasar saham, dimana kegagalan sebuahbank meningkatkan risiko pasar di suatunegara dan berdampak pada perekonomiansecara menyeluruh.

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan dari risikokebangkrutan bank terhadap risiko sistematikdi 5 negara ASEAN pada periode 2005 hingga2012

Metode

Sampel yang digunakan di dalam penelitianini adalah bank-bank yang sahamnya tercatat dibursa saham atau perusahan terbuka/publik di 5

negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,Thailand dan Filipina sejak tahun 2005 hingga 2007.Data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank, beberapa lembaga publikasi resmi,serta dari Thomson ReutersDatastream dan Eikon.Berdasarkan kriteria ketersediaan data yangdiperlukan untuk mengestimasi model penelitian,total sampel yang berhasil dikumpulkan dari 5negara yang diobservasi berjumlah sebanyak 54bank.

Estimasi Risiko Sistemik dan Risiko Sistematik

Dalam penelitian ini, pengukuran risiko sis-temik (banking industry risks) dan sistematik (mar-ket wide risks) mengacu pada penelitan Fiordelisidan Marqués-Ibañez (2013), yaitu dengan melihatpergerakan abnormal return saham bank terhadapabnormal return indeks sektoral perbankan danindeks pasar modal di setiap negara. Indeks sektoralyang digunakan untuk mencari nilai risiko sistemikdi dalam penelitian ini adalah indeks sektoralkeuangan (finance) setiap negara ASEAN yangdiobservasi. Estimasi dilakukan melalui modelberikut:푅푖,푐 ,푡 = 훽 ∗ 푅푀,푐 ,푡 + 훾 ∗ 푅퐼,푐,푡 + 휀푖 ,푡 (1)

푅푖 ,푐 ,푡 adalah Abnormalreturn harian sahambank i di negara c pada periode t

푅푀,푐,푡 adalah Abnormal return harian port-folio pasar saham (M) di negara c pada periode t

푅퐼,푐 ,푡 adalah Abnormal return harian industriperbankan (I) di negara c pada periode t

Abnormal return harian dihitung dari selisihreturn harian dengan yield obligasi pemerintahsetiap negara dengan maturity 10 tahun.

Besarnya 휀푖,푡 adalah bank specificresidualyang menunjukkan risiko idiosyncratic yang adapada setiap bank. Untuk setiap bank, setiap tahun,dihitung komponen risiko sistemik (MKTi,t) dansistematik (INDit) yang ada pada setiap bank de-ngan cara mengestimasi model regresi secara

Page 6: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 68 |

terpisah setiap tahun dengan menggunakan dataharian. Besarnya risiko sistemik dari sebuah banki akan tertangkap dari besarnya koefisien yangberhasil diestimasi dengan menggunakan model(1) di atas. Besarnya risiko sistematik dari sebuahbank i akan tertangkap dari besarnya koefisien pada model (1). Model (1) diregres secara terpisahsetiap tahun untuk setiap individu sehingga kitaperoleh data time series komponen risiko sistemik(MKTi,t) dan sistematik (INDit) yang ada pada setiapbank i. Dengan metode seperti ini, ukuran risikosistemik dan risiko sistematik setiap bank dapatdihitung secara terpisah dan secara langsung dapatdihubungkan dengan data individual bank yanglain.

Estimasi Risiko Kebangkrutan Bank (BankDefault Risk)

Definisi risiko kebangkrutan bank (bank de-fault risk) yang digunakan dalam penelitian inisama dengan definisi yang digunakan olehFiordelisi dan Marqués-Ibañez (2013) yaitu ke-mungkinan sebuah bank tidak mampu melakukanpembayaran yang atas utang-utangnya(pokok danbunga). Dengan definisi default seperti yang telahdisebutkan di atas risiko default adalah kemung-kinan bank menderita insolvensi sehingga untukmengukur besarnya risiko default itu kita dapatmenggunakan data akuntansi setiap bank yang da-pat digunakan sebagai indikator probabilita terjadi-nya insolvensi sebuah bank.

Risiko default sebuah individual bank (z-scorei,t) dihitung dengan menggunakan rumussebagai berikut.

dasarkan informasi akuntansi, yaitu rasio dari pen-jumlahan rata-rata return on assets assets (푅푂퐴) dan rata-rata capital ratio (σROA) dibagi dengan standardeviasi dari return on assets (óROA). Semakin kecilZ score, semakin besar probabilitas terjadinya de-fault.

Model Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apa-kah risiko kebangkrutan bank dapat berpengaruhterhadap risiko sistemik (banking industry risks)maupun risiko sistematik (market wide risks) di suatunegara. Penelitian ini menggunakan regresi datapanel pada kedua model berikut:

푍 − 푠푐표푟푒푖,푡 = 푅푂퐴+퐸/푇퐴휎푅푂퐴

(2)

Dengan mengacu pada Fiordelisi dan Marqués-Ibañez (2013), risiko kebangkrutan bank diukurdengan simplified z-score atau insolvency risk ber-

퐼푁퐷푡 ,푐 = 훼 + 훽1푍 − 푠푐표푟푒푖,푡 + 훽2퐶퐼푖,푡 + 훽3퐼푁퐶퐷푖 ,푡 + 훽4퐿퐼퐴퐷푖,푡 + 훽5푆퐼푍퐸푖,푡 + 훽6퐺퐺퐷푃푡 ,푐 + 훽7퐼푁푇푡,푐 + 휀푖,푡 (3)

푀퐾푇푡 ,푐 = 훼 + 훽1푍 − 푠푐표푟푒푖,푡 + 훽2퐶퐼푖,푡 + 훽3퐼푁퐶퐷푖 ,푡 + 훽4퐿퐼퐴퐷푖,푡 + 훽5푆퐼푍퐸푖,푡 + 훽6퐺퐺퐷푃푡 ,푐 + 훽7퐼푁푇푡,푐 + 휀푖,푡 (3)

Dimana INDt,c merupakan risiko sistemikpada suatu negara pada tahun tertentu dan MKTt,c

menunjukkan risiko sistematik pada suatu negarapada tahun tertentu. Besarnya kedua risiko terse-but diperoleh dengan menggunakan model (1) z-scoreit menunjukkan risiko kebangkrutan bank padasebuah bank individu pada periode atau tahuntertentu. Variabel lain yang merupakan variabelkontrol yang digunakan di dalam penelitian ini,adalah CIit merupakan tingkat inefisiensi bank (Co-efficient of Inefficiency) yang diperoleh dari rasioantara Biaya Operasi dibagi Pendapatan Operasi(BOPO), kemudian model bisnis bank yang diukurdari tingkat diversifikasi pendapatan dan kewajib-an sebuah bank. Tingkat diversifikasi pendapatansebuah bank diukur dengan menggunakan rasioantara pendapatan non bunga terhadap total pen-dapatan (INCDi,t) dan tingkat diversifikasi kewajib-an yang diukur dari rasio antara dengan rasioantara non deposit liability terhadap total deposit

Page 7: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Dampak Risiko Default Bank terhadap Risiko Sistemik Perbankan dan Risiko Sistematik Bursa Saham di Lima Negara ASEANBuddi Wibowo & Wilbert Ham

| 69 |

(LIATi,t). Variabel SIZEi,t adalah ukuran bank yangdiukur dari besarnya kredit yang disalurkan danvariabel makroekonomi yaitu pertumbuhan eko-nomi dan tingkat suku acuan bunga bank sentralGGDPt,c dan INTt,c.

Hasil dan Pembahasan

Gambar 1 memuat hasil estimasi risiko sis-temik dan sistematik di 5 negara ASEAN yang di-observasi, dimana risiko sistemik dan sistematiksetiap negara adalah rata-rata dari risiko sistemikdan risiko sistematik semua bank yang menjadisampel yang ada pada masing-masing negara.

Gambar 1 menunjukkan rata-rata risiko sis-temik (banking industry risks) cenderung lebih tinggidibandingkan risiko sistematik (market wide risks).Risiko sistemik besarnya cenderung fluktuatif danmenunjukkan tren peningkatan signifikan padatahun 2008, dimana seluruh negara mencatatkanpeningkatan risiko sistemik jauh lebih besar padatahun tersebut dibandingkan tahun-tahun sebe-lumnya. Hal ini menunjukkan adanya dampakkrisis di Amerika Serikat pada tahun 2008 terhadapsistem keuangan ASEAN-5. Peningkatan risiko sis-temik paling besar pada 2008 terjadi pada perbank-an Singapura karena bank-bank Singapura relatifmemiliki jaringan kerja yang lebih global dan eratinterkoneksi antar banknya sehingga peningkatanrisiko default individual bank secara langsung me-ningkatkan pula risiko sistemik perbankan Singapura.

Risiko sistematik juga meningkat pada tahun2008 sebagai dampak dari krisis global yang turutberdampak pada pelemahan ekonomi di kawasanAsia Tenggara. Pola yang berbeda terjadi di Thai-land dimana risiko sistematik bernilai negatif yangberarti pergerakan harga saham perbankan diThailand berlawanandengan pergerakan hargasaham-saham lain yang ada di bursa saham Thai-land. Pola yang aneh (anomaly) seperti ini didugakarena pada tahun tersebut bursa saham Thailandbergerak liar karena ketidakstabilan politik dan

pemerintahan yang diguncang kudeta dan de-monstrasi tak kunjung usai. Pola yang unik terjadijuga pada risiko sistematik di Singapura yang,walaupun mengalami kenaikan tajam pada tahun2008 dan setahun setelahnya, secara umum risikosistematik dari sektor perbankan relatif sangatrendah. Rendahnya risiko sistematik perbankanSingapura karena perekonomian Singapura tidakbertumpu pada sektor perbankan, sumber pen-danaan perusahaan Singapura lebih terdiversifikasidengan kondisi pasar modal yang lebih kuat danlikuid.

Tabel 1 menampilkan hasil regresi untuksetiap negara, dimana risiko sistemik terbuktisecara signifikan dipengaruhi oleh bank defaultriskyang diukur dengan menggunakan Z-score.Secara magnitude, efek risiko default bank ter-hadap risiko sistemik yang terbesar ada pada sis-tem perbankan Filipina. Struktur industri perbank-an Filipina yang didominasi oleh beberapa bankbesar dan interkoneksi antar bank yang cukuptinggi menyebabkan efek default sebuah bank diFilipina, Indonesia, dan Thailand mempunyai efekyang besar terhadap risiko sistemik perbankanketiga negara tersebut.

Risiko sistemik perbankan Malaysia danSingapura terbukti tidak signifikan dipengaruhioleh risiko default bank. Tidak signifikannya risikokebangkrutan bank terhadap risiko sistemik per-bankan di Malaysia dan Singapura diduga karenasistem perbankan di dua negara tersebut tidakdidominasi oleh beberapa bank besar saja sepertidi negara ASEAN lainnya. Dengan struktur indus-tri yang lebih kuat dan tingkat persaingan yanglebih merata serta interkoneksi antar bank yanglebih rendah, risiko default sebuah bank tidakcukup kuat untuk dapat meningkatkan risiko kega-galan sistem perbankan pada dua negara tersebut.Hal ini diperkuat dengan tidak signifikannyavariabel kontrol SIZE (ukuran besarnya bank) padadua negara tersebut. Ukuran bank tidak signifikanmempengaruhi risiko sistemik pada dua negara ini.

Page 8: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 70 |

Gambar 1. Risiko Sistemik dan Risiko Sistematik Bank

Page 9: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Dampak Risiko Default Bank terhadap Risiko Sistemik Perbankan dan Risiko Sistematik Bursa Saham di Lima Negara ASEANBuddi Wibowo & Wilbert Ham

| 71 |

Hampir seluruh variabel kontrol internalbank selain SIZE yaitu inefisiensi (CI) dan modelbisnis bank (INCD dan LIAD) tidak signifikanmempengaruhi risiko sistemik kecuali padaperbankan Filipina. Risiko sistemik lebih kuatdipengaruhi oleh besarnya bank daripada faktor-faktor internal bank lainnya. Fenomena seperti inisering disebut sebagai Too Big Too Fail.

Variabel makroekonomi yang secara konsis-ten signifikan pada semua negara adalah sukubunga bank sentral (INT). Kebijakan moneter se-cara langsung mempengaruhi risiko sistemik per-bankan, sedangkan siklus bisnis tidak signifikanmempengaruhi risiko sistemik perbankan kecualipada perbankan Filipina dan Malaysia. Siklus bisnistidak secara langsung mempengaruhi risiko sistemperbankan untuk dapat kolaps secara bersamaan,kebijakan suku bunga bank sentral lebih kuatmempengaruhi kerentanan sistem perbankan.

Hasil estimasi model (4) yang ada di bagiankanan Tabel 1 menunjukkan risiko sistematik darisektor perbankan terbukti tidak secara signifikandipengaruhi oleh risiko default individual bankpada semua negara yang menjadi sampel kecualidi Filipina. Risiko sistematik lebih disebabkan olehbesarnya bank (SIZE). Pergerakan harga sahamperusahaan-perusahaan lain dipengaruhi olehpergerakan harga saham bank karena bank-bankini memiliki kapitalisasi yang sangat besar sehinggasecara langsung mempengaruhi kondisi pasar.

Siklus bisnis dan kebijakan moneter secarasignifikan terbukti mempengaruhi risiko sistematikperbankan karena pergerakan harga saham secaralangsung memang dipengaruhi oleh kedua faktorini. Hasil penelitian ini mirip dengan hasil pene-litian Bystorm et al. (2005) yang mengungkapkanbangkrutnya suatu perusahaan tidak bersifat sis-tematik, tidak memengaruhi return saham per-usahaan-perusahaan lain. Risiko sistematik (pasar)suatu negara cenderung lebih dipengaruhi olehkondisi makroekonomi negara tersebut.

Kesimpulan

Lima negara ASEAN yang menjadi sampelmenunjukkan peningkatan risiko sistemik dansistematik yang signifikan pada tahun 2008 dan

setahun setelahnya. Krisis global pada tahuntersebut memiliki dampak negatif yang cukup kuatke negara-negara di kawasan ASEAN.

Risiko sistemik (banking industry risks) secarasignifikan dipengaruhi oleh risiko default indi-vidual bank pada negara dengan struktur industriperbankan yang didominasi oleh bank-bank besar.Pada negara dengan struktur persaingan industriperbankan yang lebih merata, pengaruh risikodefault individual bank tidak signifikan terhadaprisiko sistemik perbankan. Hal ini diperkuatdengan signifikannya variabel ukuran perusahaan(SIZE) terhadap risiko sistemik perbankan. Temu-an ini mirip dengan apa yang ditemukan oleh Fior-delisi dan Marques-Ibanez (2013) yang meng-ungkapkan semakin besar potensi gagalnya suatubank (lower z-score) maka semakin besar pula kon-tribusi bank tersebut terhadap risiko sistemikperbankan.

Risiko sistematik (market wide risks) tidak di-pengaruh secara signifikan oleh risiko default in-dividual bank, kecuali pada kasus Filipina. Per-gerakan harga-harga saham di negara-negara ber-kembang seperti di lima negara ASEAN yang men-jadi sampel lebih disebabkan oleh siklus bisnisdomestik seperti pertumbuhan ekonomi dankebijakan moneter seperti tingkat suku bunga pasar.Aktivitas investor asing yang cukup kuat di bursasaham lima negara ini menyebabkan pergerakanharga saham banyak juga dipengaruhi oleh kondisipasar keuangan global dan kebijakan moneternegara-negara maju. Aliran uang masuk dan keluarbursa negara berkembang pada periode penelitianini sangat dipengaruhi oleh kebijakan QuantititavieEasing yang dijalankan oleh Federal ReservesAmerika Serikat. Faktor-faktor inilah yang didugamenyebabkan risiko default bank tidak berpenga-ruh secara signifikan terhadap risiko sistematik.

Saran

Untuk dapat menekan dampak sistemikdefaultnya bank-bank besar, regulator perlu mening-katkan kompetisi pada industri perbankan se-hingga market power dari setiap bank menjadilebih merata.

Page 10: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 72 |

Tabe

l 1. H

asil

Regr

esi D

ata

5 Ne

gara

ASE

AN

Page 11: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Dampak Risiko Default Bank terhadap Risiko Sistemik Perbankan dan Risiko Sistematik Bursa Saham di Lima Negara ASEANBuddi Wibowo & Wilbert Ham

| 73 |

Daftar PustakaAcharya, V. (2009). A theory of systemic risk and design

of prudential bank. Journal of Financial Stability,224-255.

Asquith, P., Gertner, R., Sharfstein, D., 1994. Anatomy offinancial distress: an examination of junk-bondissuers. Quarterly Journal of Economics 109, 625–658.

Ayomi, S dan B Hermanto, 2013, Mengukur RisikoSistemik dan Keterkaitan Sektor FinansialPerbankan di Indonesia, Buletin EkonomiMoeneter dan Perbankan

Baele, L., De Bruyckere, V., De Jonghe, O., Vander Vennet,R., 2011. Bank business models, managerial dis-cretion and risk efficiency. Mimeo.

Bertrand, M., Schoar, A., 2003. Managing with style: theeffect of managers on firm policies. The QuarterlyJournal of Economics 118 (4), 1169–1208.

Bijlsma, M., Muns, S., 2011. Systemic Risk across Sectors;Are Banks Different?

Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis CPBDiscussion Paper 175.

Boot, A., and Thakor, A. (2010). “The Accelerating Inte-gration of Banks and Markets And its Implica-tions for Regulation”, in A. Berger, P. Molyneuxand J. Wilson (eds.). The Oxford Handbook of Bank-ing, 58-90.

Borio, C., Zhu, H., 2008. Capital Regulation, Risk-Takingand Monetary Policy: A

Missing Link in the Transmission Mechanism? Bank forInternationalSettlements Working Paper 268.

Buhler, W., Prokopczuk, M., 2010. Systemic risk: is thebanking sector special? Mimeo

Bystrom, H., Worasinchai, L., and Chongsithipol, S.(2005). Default Risk, Systematic Risk and ThaiFirms Before, During and After The Asian Crisis.Research in International Business and Finance19, 95-110.

Campbell, J.Y., Hilscher, J., Szilagyi, J., 2008. In search ofdistress risk. Journal of Finance 63 (6), 2899–2939.

Chen, N F, R Roll dan S Ross, 1986, Economic Forces andtock Market, The Journal of Business, Vol 59 no 3

Denis, D.J., Denis, D.K., 1995. Causes of financial distressfollowing leveraged

recapitalizations. Journal of Financial Economics 37,129–157.

Dichev, I., 1998. Is the risk of bankruptcy a systematicrisk? Journal of Finance 53, 1141–1148

Fiordelisi, F., Marques-Ibanez, D., Molyneux, P., 2011.Efficiency and risk in

European banking. Journal of Banking and Finance 35(5), 1315–1326

Fiordelisi, F., and Marques-Ibanez, D. (2013). Is BankDefault Risk Systematic? Journal of Banking and Fi-nance37, 2000-2010.

Fu, F., 2009. Idiosyncratic risk and the cross-section ofexpected stock returns.

Journal of Financial Economics 91, 24–37.

Griffin, J.M., Lemmon, M.L., 2002. Book-to-market equity,distress risk, and stock returns. Journal of Finance57, 2317–2336

Godlewski, C. J. (2004). Excess Credit Risk and Bank’sDefault Risk An Application of DefaultPrediction’s Models to Banks from Emerging Mar-ket Economics. Financial Economics and FinancialEconometrics.

Gropp, R., and Hartmann, P. (2004). Financial Conta-gion: Myth or Reality? Research Bulletin ECB.

Hand, J., Holthausen, R.W., Leftwich, R.W., 1992. Theeffect of bond rating agency announcements onbond and stock prices. Journal of Finance 47, 733–752.

Hausman, J.A., 1978. Specification tests in econometrics.Econometrica 46 (6), 1251–1271.

Holthausen, R.W., Leftwich, R.W., 1986. The effect of bondrating changes on common stock prices. Journalof Financial Economics 17, 57–89

Huang, X., Zhou, H., and Zhu, H. (2009). A Frameworkfor Assessing the Systemic Risk of Major Finan-cial Institutions. Journal of Banking and Finance 33,2036-2049.

Jorion, P., 2010. Financial Risk Manager Handbook, sixthed. Wiley.

Page 12: 20116_Buddi Wibowo & Wilbert Ham

Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKANVol. 20, No.1, Januari 2016: 63–74

| 74 |

Lang, L.H.P., Stulz, R.M., 1992. Contagion and competi-tive intra-industry effects of bankruptcy announce-ments: an empirical analysis. Journal ofFinancialEconomics 32, 45–60.

Lepetit, L., Nys, E., Rous, P., Tarazi, A., 2008. Bank in-come structure and risk: an

empirical analysis of European banks. Journal of Bank-ing and Finance 32 (8), 1452–1467

Levine, R., and Zervos, S. 1996. Stock Markets, Banks,and Economic Growth. Policy Research WorkingPaper Series 1960. The World Bank.

Merton R C, 1974, On the Pricing of Corporate Debt: TheRisk Structure of Interest Rate, The Journal of Fi-nance

Opler, T., Titman, S., 1994. Financial distress and corpo-rate performance. Journal of Finance 49, 1015–1040.

Ross, S., 1989. Finance. In: Eatwell, J., Milgate, M.,Newman, P. (Eds.), New Palgrave.

A Dictionary of Economics, 1987, vol. 1. The MacMillanPress, Ltd., London.

Salas, V., Saurina, J., 2003. Deregulation, market powerand risk behavior in Spanish banks. EuropeanEconomic Review 47, 1061–1075.

Sharpe, W F, 1964 Capital Asset Prices: Theory of MarketEquilibrium Under Condition of Risk, The Journalof Finance,

Vassalou, M., Xing, Y., 2004. Default risk in equity re-turns. Journal of Finance 59 (2), 831–868

Yildirim, H.S., Philippatos, G.C., 2007. Restructuring,consolidation and competition in Latin Americanbanking markets. Journal of Banking and Finance31 (3), 629–639.