skripsi hubungan personal hygiene dan penggunaan …repository.stikes-bhm.ac.id/303/1/skripsi arika...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN APD DENGAN
KEJADIAN DERMATITIS PADA PETANI PADI DI DESA KEBONSARI
KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN
TAHUN 2018
Oleh :
ARIKA PUTRI PRAHAYUNI
NIM : 201403051
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN APD DENGAN
KEJADIAN DERMATITIS PADA PETANI PADI DI DESA KEBONSARI
KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN
TAHUN 2018
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
ARIKA PUTRI PRAHAYUNI
NIM : 201403051
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Arika Putri Prahayuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 28 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl.Candisari 4 No 11 Rt 20 Rw 06 Kelurahan
Patihan, Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Patihan Kota Madiun
2. SMP Negeri 13 Kota Madiun
3. SMA Negeri 5 Kota Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
vii
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN APD DENGAN
KEJADIAN DERMATITIS PADA PETANI PADI DI DESA KEBONSARI,
KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2018
ARIKA PUTRI PRAHAYUNI
(201403051)
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
JL.TAMAN PRAJA,MADIUN
ABSTRAK
Dermatitis merupakan salah satu penyakit yang ditandai dengan ruam
kemerahan, terasa gatal dan panas pada sekitar bagian telapak tangan,punggung
dan di sekitar kaki pada petani yang terpapar langsung oleh bahan bahan kimia
dan kondisi lingkungan kerja. Kejadian Dermatitis pada Petani Padi di Desa
Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Pada tahun 2017 mencapai
125 penderita. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan Personal
hygiene dan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis pada petani padi di desa
Kebonsari,Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan Case Control.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Dimana 32 sebagai
kasus dan 32 sebagai kontrol dengan total sampel sebanyak 64 responden. Teknik
analisis data menggunakan uji statistik chi square test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan
kejadian dermatitis pada petami padi berbeda. Personal hygiene kurang baik
sebanyak 27 orang (84,4%) termasuk kelompok kasus dan responden yang
memiliki Personal hygiene kurang baik sebanyak 16 orang (50,0%) termasuk
kelompok kontrol dengan hasil analisis uji chisquare test (p=0,008 , OR =5,4, CI
95% = 1,660-17,561) dan Penggunaan APD pada petani padi diketahui bahwa
responden yang Tidak menggunakan APD 27 orang (84,4%) termasuk kelompok
kasus dan responden yang Tidak menggunakan APD sebanyak 13 orang (40,6%)
termasuk kelompok kontrol dengan hasil analisis uji chisquare test ( p=0,001 , OR
= 7,8 , CI 95% = 2,409-25,857).
Berdasarkan penelitian ini, saran yang dapat diberikan yaitu, dengan
menggunakan APD (Baju Lengan Panjang,Topi, Sarung Tangan, Masker) dan
menjaga Personal hygiene dengan merawat kebersihan kulit dengan mandi
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir serta mencuci baju yang telah
digunakan saat beraktivitas di sawah dengan sabun dan air bersih.
Kata Kunci : Personal Hygine, Penggunaan APD, Dermatitis
viii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE AND USAGE OF
BODY PROTECTOR TOOL WITH DERMATITIS INCIDENT AT RICE FARMER
(Case Study In Kebonsari Village, Madiun Regency)
ARIKA PUTRI PRAHAYUNI
(201403051)
Dermatitis was one of disease that could be marked with redness wound in
skin, itchy and hot around hand and palm section, back and in around leg of
farmer which exposed by chemistry material and environment of work condition.
Dermatitis incident at rice farmer in Kebonsari Village Madiun Regency in 2017
has reached 125 sufferers. The purpose of this research was to know the
relationship between personal hygiene and usage of body protector tool with
dermatitis incident at rice farmer in Kebonsari Village Madiun Regency.
The design of this research was using case control design. Respondences
have taken from rice farmer that got dermatitis as much as 32 respondences.
Comparison case and control group was 1:1, so the number of research samples
were 32 case and 32 control. Sampling technique has used simple random
sampling, and Bivariat Analyisis was using chi square test.
This research result showed that the variable which had relation with
dermatitis incident at rice farmer was different, Personal Hygiene (p=0,008 , OR
=5,4) and Usage of Body Protector Tool to rice farmer ( p=0,001 , OR = 7,8).
Based from this research, the suggest that could to be gave that is, use
Body Protector Tool (the Long Arm Cloth, Hat, Gloves, and Mask) and pay
attention for Personal hygiene and keep caring skin cleanliness with bath use
soap and clean with flowing water, and also washed cloth that used while activity
in rice field with detergent and clean water.
Keywords : Personal Hygiene, Usage of Body Protector Tool, Dermatitis
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Hubungan Personal Hygiene dan Penggunaan APD dengan Kejadian
Dermatitis Pada Petani Padi di Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Madiun Tahun 2018.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd., M.Si, selaku dewan Penguji
5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti
ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
x
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan penelitian skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik
yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
proposal penelitiaan ini.
Penulis juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan dunia kesehatan
masyarakat pada khususnya.
Madiun, 31 Agustus 2018
Penulis,
ARIKA PUTRI PRAHAYUNI
NIM. 201403051
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i
SAMPUL DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 6
1.4 Manfaat ......................................................................................... 7
1.4.1 Secara Teoritis ................................................................... 7
1.4.2 Secara Praktis .................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene ........................................................................... 9
2.1.1 Definisi Personal Hygiene ................................................. 9
2.1.2 Tujuan Personal Hygiene ................................................... 10
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene ...... 11
2.1.4 Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal
Hygiene .............................................................................. 12
2.1.5 Jenis-jenis Personal Hygiene ............................................. 13
2.1.6 Personal hygiene Pada Petani ............................................ 17
2.1.7 Tanda dan Gejala Karakteristik Kurang Perawatan Diri ... 18
2.2 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................ 19
2.2.1 Definisi Alat Pelindung Diri ............................................. 19
2.2.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri ..................................... 20
2.2.3 Jenis Alat Pelindung Diri pada Petani ............................... 20
2.2.4 Syarat Alat Pelindung Diri yang Harus Diikuti Oleh
Petani dalam Mengaplikasikan Pestisida ........................... 26
2.2.5 Konsep Perilaku Individu Terhadap Penggunaan APD .... 27
2.3 Dermatitis ....................................................................................... 28
2.3.1 Definisi Dermatitis ............................................................. 28
2.3.2 Etiologi dan Deskripsi Pekerjaan Petani ............................ 29
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya dermatitis ............ 30
xii
2.3.4 Konsep Hubungan Antara Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri Dengan Resiko Penyakit Kulit Akibat
Kerja ................................................................................... 33
2.3.5 Konsep Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Dermatitis Kontak .............................................................. 34
2.4 Kerangka Teori ............................................................................. 35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 36
3.2 Hipotesa Penelitian ......................................................................... 37
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 39
4.2.1 Populasi ............................................................................. 39
4.2.2 Sampel ............................................................................... 40
4.3 Tehnik Sampling ............................................................................ 43
4.4 Kerangka Kerja ............................................................................. 44
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 45
4.5.1 Variabel Penelitian ............................................................ 45
4.5.2 Definisi Operasional ......................................................... 46
4.6 Instrumen Penelitian ....................................................................... 48
4.6.1 Uji Validitas ....................................................................... 49
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 51
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 52
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 52
4.7.2 Waktu Penelitian ................................................................ 52
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 52
4.9 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 54
4.9.1 Pengolahan Data ................................................................ 54
4.9.2 Analisa Data ....................................................................... 55
4.10 Etika Penelitian .............................................................................. 57
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 59
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 59
5.1.1 Gambaran Umum .............................................................. 59
5.1.2 Hasil Analisis Univariat .................................................... 60
5.1.3 Hasil Analisis Bivariat ...................................................... 62
5.2 Pembahasan ................................................................................ 64
5.2.1 Hubungan Personal hygiene dengan Dermatitis ............... 64
5.2.2 Hubungan APD dengan Dermatitis ................................... 67
5.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 71
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 73
6.2 Saran ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76
LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Odd Ratio (OR) Penelitian Terdahulu .............. 41
Tabel 4.2 Kriteria kriteria inklusi dan kriteria ekslusi ......................... 43
Tabel 4.3 Operasional Variabel Penelitian .......................................... 47
Tabel 4.4 Uji Validitas .......................................................................... 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ................................................................. 51
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas........................................................................ 52
Tabel 4.7 Coding ................................................................................... 55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mata Pencaharian Penduduk ................ 60
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur ..................................................................................... 60
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ............................................................... 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin ......................................................................... 61
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan antara Personal hygiene dengan
Kejadian Dermatitis pada Petani Padi di Desa Kebonsari .... 62
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan antara Penggunaan APD dengan
Kejadian Dermatitis pada Petani Padi di Desa Kebonsari ..... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Alat Pelindung Diri pada Petani ....................................... 22
Gambar 2.2 Gejala Klinis Dermatitis ................................................... 29
Gambar 2.3 Kerangka Teori .................................................................. 35
Gambar 3 1 Kerangka Konsep ............................................................... 36
Gambar 4.1 Kerangka Kerja .................................................................. 44
Gambar 5.1 Peta Wilayah Desa Kebonsari ........................................... 59
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal .............................................. 79
Lampiran 2 Surat Permohonan Uji Validasi ............................................... 80
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ................................................................. 81
Lampiran 4 Surat Permohonan Responden ................................................. 82
Lampiran 5 Surat Pernyataan Persetujuan .................................................. 83
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 84
Lampiran 7 Hasil Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Personal
Hygiene .................................................................................... 87
Lampiran 8 Hasil Output Validitas dan Reliabilitas Variabel
Penggungaan APD ................................................................... 90
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi ................................................................. 92
Lampiran 10 Hasil Uji SPSS Chi Square ...................................................... 95
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 99
Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 100
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................ 101
Lampiran 14 Lembar Revisi Skripsi ............................................................. 102
xvi
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri
AD : Atropic Dermatitis
ACD : Allergic Contact Dermatitis
DKA : Dermatitis Kontak Alergi
DKI : Dermatitis Kontak Iritan
DepKes : Departemen Kesehatan
KemenKes : Kementerian Kesehatan
KepMenKes : Keputusan Menteri Kesehatan
KLB : Kejadian Luar Biasa
MenKes : Menteri Kesehatan
PAK : Penyakit Akibat Kerja
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RI : Republik Indonesia
RisKesDas : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organization
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan kulit merupakan gangguan penyakit yang sering di alami
oleh masyarakat, terutama pada masyarakat yang bekerja di iklim yang
panas, lembab, serta kurang nya kebersihan perorangan yang kurang baik.
Salah satu pekerja yang rentang terkena penyakit kulita adalah petani.
Oleh karena itu , perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pola
kebersihan diri (petani) dengan maraknya penyakit kulit yang di alami
oleh petani. (Utami MF, 2015). Indonesia termasuk dalam negara
berkembang dimana mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian.
Menurut data dari Kementrian Pertanian menyebutkan tenaga kerja di
sektor pertanian pada tahun 2017 berjumlah 38,23 juta jiwa atau 33,89%
dari jumlah tenaga kerja Indonesia seluruhnya (Deptan, 2017).
Petani yang terpapar oleh pestisida secara langsung dan terpapar
secara terus menerus dengan kondisi lingkungan merupakan penyakit
akibat kerja. Salah satu Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. ”Penyakit Akibat Kerja
(Occupational disease) adalah penyakit yang diderita sebagai akibat
pemajanan terhadap faktor-faktor resiko yang timbul dari kegiatan bekerja.
Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi
pada hampir semua pekerjaan. (Siregar, RS. 2014)
2
Dermatitis merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang ditandai
dengan ruam kemerahan, terasa gatal dan panas pada sekitar bagian
telapak tangan,punggung dan di sekitar kaki pada petani yang terpapar
langsung oleh bahan bahan kimia dan kondisi lingkungan kerja yang yang
timbul karena melakukan kontak langsung dengan bahan pada lingkungan
pekerjaan dan tidak akan terkena dampak jika penderita tidak melakukan
pekerjaan tersebut. (Sularsito dan Djuanda, 2010).
Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit
Atropic Dermatitis (AD) didunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 %
pada orang dewasa. Selain itu, Allergic Contact Dermatitis (ACD) terjadi
sekitar 7 % dari populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan
33-64 % pada lansia (Silny, 2013). Berdasarkan sebuah penelitian yang
baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa penderita dermatitis yang
terbanyak adalah kelompok 45-64 tahun, jenis kelamin perempuan,
pekerjaan ibu rumah tangga, lokasi tersering kaki, penyebab tersering
diterjen dan karet, serta pemberian terapi tersering ialah antihistamin dan
kortikosteroid (Sunaryo, 2012).
Menurut penelitian di Amerika Serikat ada sekitar dua juta lahan
pertanian dengan jumlah pekerja petani sebanyak lima juta pekerja. Di
negara bagian Califirnia, kelain kulit tertinggi di sektor pertanian, itu di
karenakan oleh paparan posion oak, cow dander, di senfeksi, diterjen, wet
and dry work, dan karet merupakan faktor penyebab seringnya terjadi
penykit dermatitis di tangan pada petani. (Sunaryo, 2012)
3
Dermatitis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada penderita
rawat jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia, pada tahun 2012
ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya
yakni sebesar 147.953 kasus pada perempuan (Ahmad dkk, 2012). Dan
pada tahun 2014 terdapat 122.076 kasus diantaranya 48.576 kasus pada
laki-laki dan 73.500 kasus pada perempuan (Ahmad, 2014).
Menurut studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97%
dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah
dermatitis kontak iritan (DKI) dan 33,7% adalah Dermatitis kontak alergi
(DKA). Insiden dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan sebanyak 0,5
sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun. Perdoski (2015)
Penyakit kulit diperkirakan menempati 9% sampai 34% dari penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan. Dermatitis kontak akibat kerja
biasanya terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi
antara 2% sampai 10%. Diperkirakan sebanyak 5% sampai 7% penderita
dermatitis akan berkembang menjadi kronik dan 2% sampai 4% di
antaranya sulit untuk disembuhkan dengan pengobatan topical. (Tombeng,
2012)
Penderita Dermatitis Pada Petani Padi di Kabupaten Madiun pada
tahun 2017 Sebagai Berikut Kecamatan Wonoasri 2 Penderita Dermatitis,
Kecamatan Tulung 2 Penderita Dermatitis, Kecamatan Geger 2 Penderita
Dermatitis, Kecamatan Sawahan 4 Penderita Dermatitis, Kecamatan
Mejayan 4 Penderita Dermatitis, Kecamatan Jiwan 9 Penderita Dermatitis,
4
Kecamatan Gemarang 8 Penderita Dermatitis, Kecamatan Wungu 28
Kecamatan Dagangan 8 Penderita Dermatitis, Kecamatan Saradan 50
Penderita Dermatitis, Kecamatan Balerejo 110 Penderita Dermatitis,
Kecamatan Pilangkenceng 117 Penderita Dermatitis, Dan Kecamtan
Kebonsari 125 Penderita Dermatitis Total Keseluruhan Penderita
Dermatitis Pada Petani Padi Adalah 469 Penderita. (Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun Tahun, 2017)
Faktor yang dapat mempengaruhi Kejadian Dermatitis kontak yang
dapat terbagi dalam faktor eksogen dan endogen. Faktor eksogen meliputi
tipe dan karakteristik agen, karakteristik paparan serta faktor lingkungan.
Sedangkan faktor endogen meliputi faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras,
lokasi kulit dan riwayat atopi (Djuanda, 2010). Dihubungkan dengan jenis
pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi pada hampir semua pekerjaan.
Biasanya penyakit ini menyerang pada orang-orang yang sering berkontak
dengan bahan-bahan yang bersifat toksik maupun alergik, misalnya ibu
rumah tangga, petani, dan pekerja yang berhubungan dengan bahan-bahan
kimia (Orton, 2014) Pada Petani Padi sendiri Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah iklim yang panas dan lembab karena mereka setiap
harinya berkontak langsung yang memungkinkan bertambah suburnya
jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik yang sering dialami oleh
petani ketika mereka sering mengabaikan kebersihan diri mereka sendiri,
Kebanyakan dari mereka setelah slesai beraktivitas di sawah mencuci
tangan di aliran parit sungai yang berdekatan dengan sawah, setelah
5
pulang dari sawah mereka juga lupa untuk mengganti pakaian mereka
sehingga keringat yang dari sawah menempel pada kulit dan menyebabkan
tumbuhnya jamur, selain itu pada saat mereka melakukan pencampuran
pupuk mereka menggunakan tangan kosonng sehingga timbul rasa gatal
dan panas kemudian meradang hal inilah yang membuat petani sering
terkena dermatitis
Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat hubungan antara pola
kebersihan diri dengan terjadinya gangguan kulit pada petani padi di
Kelurahan nanggulan Wilayah Kerja Puskesmas Cawas Kecamatan Cawas
Kabupaten Klaten. Salah satu factor penyebabnya adalah pola kebersihan
diri yang kurang baik yang mengakibatkan terjadinya gangguan kulit pada
petani padi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani dan buruh
tani di Kelurahan Nanggulan yang berjumlah 767 orang. Penghitungan
sampel diperoleh sebanyak 89 responden. (Septina Sari, 2016)
Personal Hygiene dan Penggunaan APD dalam Praktek penyampuran
pestisida dan penyemprotan sangat perlu diperhatikan karena itu upaya
dalam menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja adalah
dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia (Cohen, 2016).
Untuk itu sangat perlu dianjurkan dalam Personal Hygiene menjaga dan
menggunakan APD Untuk menurunkan kejadian dermatitis pada petani
padi pada di Kebonsari Kabupaten Madiun dengan mengadakan sosialisasi
untuk memotivasi dan menambah pengetahuan petani tentang pentingnya
6
penggunaan APD dan Pentingnya Personal hygiene untuk mencegah
terjadinya kejadian dermatitis di Kebonsari Kabupaten Madiun.
Berkaitan dengan latar belakang di atas di kecamatan kebonsari belum
ada penelitian tentang Hubungan Personal hygiene dan Penggunaan APD
terhadap kejadian dermatitis maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan personal hygiene dan penggunaan APD
dengan kejadian Dermatitis pada petani padi di kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara personal hygiene dan penggunaan APD
dengan kejadian Dermatitis pada petani padi di kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan penggunaan APD
dengan kejadian dermatitis pada petani padi di kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Kejadian Dermatitis pada petani padi di Desa
Kebonsari Kabupaten Madiun.
2. Mengidentifikasi personal hygiene pada petani padi di Desa
Kebonsari Kabupaten Madiun.
7
3. Mengidentifikasi Penggunaan APD Pada Petani padi di Desa
Kebonsari Kabupaten Madiun.
4. Menganalisis hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis
pada petani padi di Desa Kebonsari Kabupaten Madiun.
5. Menganalisis hubungan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis
pada petani padi di Desa Kebonsari Kabupaten Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:
1.4.1 Secara Teoritis
1. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang
ilmu penyakit berbasis lingkungan yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan di peminatan Kesehatan Lingkungan khususnya mengenai
kejadian dermatitis pada petani dengan kondisi lingkungan dan
penggunaan APD.
2. Manfaat bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi keilmuan, serta
hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam rangka
pengembangan proses belajar mengajar.
8
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi Petani di Desa Kebonsari
Sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan petani tentang
bahaya pestisida serta pentingnya menggunakan alat pelindung diri
(APD)
2. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai objek
yang akan diteliti dan sebagai panduan bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian pada objek atau masalah yang sama.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene
2.1.1 Definisi Personal Hygiene
Personal Hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk menjaga
kesehatan mereka secara fisix dan pesikis. Dalam kehidupan sehari-hari
kebersihan sangatlah penting dan perlu diperhatikan karena kebersihan
mempengaruhi kesehatan dan pesikis seseorang. Kebersihan di pengaruhi
oleh nilai individu dan kebiasaan. jika seseorang sakit, biasanya kurang
menjaga kebesihannya. Hal itu terjadi karena kita menganggap masalah
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan
akan mempengaruhi kesehatan kita secara umum (Hidayat, 2010).
Personal Hygiene menurut Ambarwati & Sunarsih (2011) adalah
kebesihan seseorang atau tindakan untuk menjaga kebesihan seseorang.
Brooker (2014) mendefinisikan Personal Hygiene sebagai aktifitas yang
memiliki tujuan kebersihan dan penampilan tubuh. Aktifitas meliputi
mencuci, mandi, bercukur, perawatan mata dan alat bantu penglihatan,
perawatan telinga, kuku, gigi, gusi dan sebagainya.
Pemeliharaan Personal Hygiene di perlukan setiap individu untuk
kenyamanan, keamanan dan kesehatan, Seperti orang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan kesehatanya sendiri, pada orang sakit atau tantangan
fisik memperlukan bantuan perawatan untuk melakukan praktek kesehatan
yang rutin. Selain itu beberapa faktor seperti pribadi dan sosial budaya
10
mempengaruhi praktik hygine pasien. Perawatan menentukan menentukan
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan
perawatan hygine menurut kebutuhan dan pilihan pasien (Hidayat, 2010).
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat di simpulkan bahwa
kemandirian Personal Hygiene adalah kemampuan individu untuk
bersikap mandiri dalam perawatan diri untuk menjaga kesehatan mereka
secara fisik maupun psikis dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Tujuan Personal Hygiene
Menurut Tartowo (2010), Tujuan Personal Hygiene adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan derajat kemanusiaan
Setiap orang menginginkan tubuh dalam kondisi sehat dalam
menjalankan segala aktifitas, maka di perlukan upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan sendiri. Salah satu
cara untuk mendukung upaya tersebut adalah dengan menjaga Hygine
pribadi, yakni kebiasaan individu untuk menjaga kebesihan diri dalam
berbagai aktifitas sehari-hari.
2. Pelihara kesehatan diri
Personal Hygiene dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
meningkatkan kebesihan serta mempertahankan kebersihan diri.
3. Perbaiki Personal Hygiene
Personal Hygiene adalah upaya setiap individu dalam memelihara
kesbersihan dan kesehatan diri untuk memperoleh kesejahteraan fisik
11
dan psikologis. Pemenuhan Pesonal Hygiene di perlukan untuk
kenyamanan, keamanan dan kesehatan setiap individu.
4. Mencegah penyakit
Terpenuhinya Personal Hygiene ini akan membuat seseorang
terhindar dari berbagi macam organisme sumber penyakit shingga
dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang
lain.
5. Meningkatkan kepercayaan diri
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal
Hygiene adalah sebagai berikut :
1. Citra Tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada orang dewasa dalam kebersihan diri, akan terjadi perubahan pola
Personal Hygiene ketika usia mereka bertambah kebutuhan dalam
perawatan diri mereka juga berbeda.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
12
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan dan ini adalah persepsi yang salah.
6. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
7. Kondisi Fisik
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan orang lain untuk melakukannya.
2.1.4 Dampak yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
Menurut Wolf (2013), Dampak yang sering timbul pada masalah
Personal Hygiene meliputi:
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
13
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
2.1.5 Jenis-jenis Personal Hygiene
Menurut Wartonah (2013), Jenis-jenis Personal Hygiene meliputi :
1. Kebersihan Kulit
Kebersihan Kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-
baiknya.Pemeliharaan kulit tidak terlepas dari makanan yang
dimakan, kebersihan diri, kebersihan lingkungan serta kebiasaan
hidup sehari-hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan yang sehat harus
selalu diperhatikan, seperti:
a. Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun menjaga kesehatan
kulit dari kuman dan kotoran, merawat kulit agar tetap halus dan
terpelihara dengan baik, membuat kulit menjadi wangi karena
aroma yang diberikan sabun mandi tersebut, mengatasi masalah
penyakit kulit.
b. Menjaga kebersihan handuk agar tidak ada kuman dan jamur yang
menempel di handuk.
c. Menjaga kebersihan pakaian dengan mencuci pakaian yang telah
digunakan dan mencucinya menggunakan sabun agar tidak ada
14
kuman dan jamur yang menempel pada pakaian yang seharian
digunakan.
d. Makan makanan yang bergizi mampu menjaga tubuh agar tetap
menjaga keseimbangan tubuh sehigga terhindar dari penyakit.
e. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkannya
dengan memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar agar tidak
ada sarang kuman yang ada di lingkungan kita sehingga
meminimalisir timbulnya penyakit.
f. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
agar menghindari penularan penyakit yang diderita orang lain
karena jika kita bergantian menggunakannya kemungkinan besar
kita tertular penyakit kulit karena jamur yang menempel pada
handuk, pakaian, yang digunakan secara bergantian.
2. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh
dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan
tidak berbau yang tidak sedap. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan kebersihan rambut adalah:
a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang kurangnya 2x seminggu.
b. Mencuci rambut dengan shampoo atau bahan pencuci rambut
lainnya dapat mengurangi kuman karena dalam shampoo
15
mengandung bahan kimia yang mampu membantu membersihkan
kotoran yang menempel pada rambut.
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
3. Kebersihan Gigi
Menggosok gigi dengan baik dan teratur akan membersihkan gigi dan
menjaga gigi tetap sehat serta membuat gigi tidak mudah berlubang
karena sisa-sisa makanan yang tersisa di sela-sela gigi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan
gigi, yaitu:
a. Menggosok gigi secara benar dan teratur setiap sehabis makan
b. Menghindari mengkonsumsi makanan yang dapat merusak gigi
c. Mamakai sikat gigi sendiri
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksa gigi secara teratur.
4. Kebersihan Mata
Mata adalah organ penglihatan yang lebih banyak memberikan
informasi tentang dunia sekitar kepada kita dibandingkan keempat
indera lainnya. Agar tetap berfungsi dengan baik dan tetap terjaga
kebersihannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kebersihan mata, yaitu :
a. Membaca dan menulis di tempat yang terang
b. Memakan makanan yang bergizi terutama vit A
c. Istirahat yang cukup dan teratur
16
d. Memakai peralatan sendiri (seperti handuk/sapu tangan)
e. Memelihara kebersihan lingkungan
5. Kebersihan Telinga
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Membersihkan telinga dengan benar dan teratur
b. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam
6. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus juga dipelihara
dan diperhatikan kebersihannya. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
yang baik, sehat, dan bersih akan sangat mempengaruhi kesehatan dan
sebaliknya tangan, kaki, dan kuku yang kotor membawa pengaruh
buruk bagi kesehatan.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar tangan, kaki dan
kuku tetap terjaga kebersihannya :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan benar.
b. Memotong kuku dengan benar dan teratur.
c. Membersihkan lingkungan.
d. Mencuci kaki sebelum tidur.
Menurut Sajida (2017) yang mengutip dari National Compaign for
Handwashing with Soap, langkah-langkah yang tepat dalam mencuci
tangan pakai sabun adalah sebagai berikut:
1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan
tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.
17
2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
2.1.6 Personal Hygiene Pada Petani
Menurut Wartonah (2013), Personal hygiene Pada Petani meliputi :
1. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Tangan, kaki, dan kuku merupakan sarana kontak langsung dalam
kehidupan petani dalam hal ini sangat berpengaruh besar seperti halnya
tangan mereka wajin membersihkan tangan mereka dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah beraktifitas di sawah tangan yang kotor
dan tertempel bahan kimia sangat berpengaruh buruk bagi kesehatan
hendaknya para petani perlu memperhatikan halini dengan mencuci
tangan dengan sabun, menggunakan air mengalirsaat mencuci tangan,
dan memotong kuku, serta mencuci kaki dengan air mengalir dan
bersih dengan benar dan teratur agar tidak berdampak buruk bagi
kesehatan.
2. Kebersihan Badan
Kebersihan badan yang perlu diperhatikan pada seorang petani adalah
dengan mandi sepulang dari sawah setelah beraktifitas seharian tubuh
mengeluarkan keringat dan menimbulkan bau badan sehingga sangat
mudah tubuh untukditumbuhi jamur sehingga menyebabkan gatal-
gatal. Para petani hendaknya menjaga kebersihan diri mereka agar
kuman dan jamur tidak tumbuh di badan mandi menggunakan sabun
18
sangat disarankan karena mampu menghilangkan kotoran, debu, bau
badan sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
3. Kebersihan Rambut
Saat beraktifitas di sawah dibawah sinar matahari kulit mengeluarkan
keringat saat itu rambut yang bercampur debu dan kotoran menjadi
satu menggumpal pada rambut sehingga menyebabkan gatal berlebih
sehingga petani perlu mencuci rambut minimal 3x dalam seminggu
agar debu dan kotoran yang bersarang pada rambut tidak menyebabkan
bersarangnya penyakit.
4. Kebersihan Pakaian
Kebersihan pakaian yang digunakan petani merupakan hal yang
penting dalam menjaga kesehatan dalam hali ni para petani perlu
memperhatikannya dengan mencuci pakaian yang telah digunakan
petani kotoran, debu, keringat yang menempel menyebabkan
perkembang biakan kuman yang menyebabkan jamur sehingga sangat
rawan para petani terkena penyakit kulit seperti dermatitis, panu, kurap
dan penyakit kulit lainnya.
2.1.7 Tanda dan Gejala Karakteristik Kurang Perawatan Diri
Menurut Departemen Kesehatan RI (2016), tanda dan gejala individu
dengan kurang perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau dan pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
19
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a Malas dan tidak ada inisiatif
b Menarik diri atau isolasi diri merasa tak berdaya, rendah
bersosial.
c Interaksi kurang.
d Kegiatan kurangiri dan merasa hina.
e Tidak mampu berperilaku sesuai norma
f Cara makan tidak teratur, buang air besar dan kecil di sembarang
tempat dan tidak mampu melakukan merawat diri sendiri.
2.2 Alat Pelindung Diri (APD)
2.2.1 Definisi Alat Pelindung Diri
Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi no.
per.08/Men/VII/2016 tentang pelindung diri, Alat Pelindung Diri (APD)
adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya.
Alat pelindung diri sering disebut juga Personal Protective Equipment
(PPE).Perlengkapan pelindung pribadi harus digunakan dalam bersamaan
dengan kontrol ini untuk memberikan keselamatan dan kesehatan
karyawan di tempat kerja. Perlengkapan pelindung pribadi termasuk semua
20
pakaian dan aksesoris pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan
sebuah penghalang terhadap bahaya ditempat kerja.
2.2.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri
Menurut Sarwono (2012), ketentuan yang harus dipenuhi dalam
pemilihan APD adalah :
1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah
dalam penggunaannya.
7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya.
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
2.2.3 Jenis Alat Pelindung Diri Pada Petani
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.08/Men VII/2015 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
21
Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida pada Pasal 2 ayat (2)
menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-
alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung
tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung
pernafasan. Alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh petani saat
bekerja mengaplikasikan pestisida adalah :
1. Topi Jenis topi yang digunakan yang bertujuan untuk mencegah
masuknya racun melalui kulit kepala, maka diperlukan topi sebagai
penutup kepala. Jenis topi yang digunakan adalah jenis topi yang
berpinggiran lebar agar dapat melindungi area tengkuk dan tentunya
area kulit kepala agar terhindar dari percikan pestisida yang terbang
dan kemungkinan dapat menempel pada kulit kepala. Topi yang 17
digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak kedap air seperti kain
dan karet tetapi topi yang harus digunakan adalah topi yang berbahan
dari bahan plastik.
2. Kaca mata Kaca mata yang digunakan bertujuan untuk melindungi
mata dari percikan pestisida yang terbang terbawa angin. Jenis kaca
mata yang digunakan untuk bekerja adalah jenis kaca mata yang
terbuat dari bahan plastik.
3. Masker Masker yang digunakan bertujuan untuk melindungi area
pernapasan agar terhindar dari menghirup percikan pestisida. Jenis
masker yang digunakan saat bekerja ini adalah jenis masker yang
22
tahan terhadap cairan agar percikan pestisida tidak dapat menembus
masuk kedalam saluran pernapasan maupun saluran pencernaan.
4. Sarung tangan Sarung tangan yang digunakan yaitu sarung tangan
yang terbuat dari bahan karet yang panjang hingga menutupi bagian
pergelangan tangan. Hal ini bertujuan untuk melindungi tangan dari
percikan pestisida yang terbang akibat hembusan angin.
5. Pakaian lengan panjang dan celana panjang Pakaian lengan panjang
yang digunakan dalam bekerja mengaplikasikan pestisida adalah jenis
pakaian lengan panjang tanpa kantong dan tanpa lipatan pada lengan
18 dan dan leher serta untuk celana panjang yang digunakan adalah
jenis celana tanpa kantong dan juga lipatan hal ini bertujuan untuk
mencegah percikan pestisida berkumpul diarea lipatan dan kantong-
kantong pada pakaian dan celana tersebut.
6. Sepatu boots Sepatu boots digunakan untuk mencegah pestisida
menempel pada punggung kaki. Sepatu boot sangat penting bila
pekerja penyemprot pestisida yang berbentuk debu atau jenis residual.
Sepatu boot dapat terbuat dari neoprene.
Gambar 2.1 Alat Pelindung Diri pada Petani
23
Menurut Sama’ur (2014), Petani perlu memperhatikan perilaku
penggunaan pestisida dan kepatuhan menggunakan APD pada saat
melakukan pencampuran dan menyemprot tanaman. APD yang harus
dipakai antara lain masker, topi, kaca mata, baju lengan panjang dan
celana panjang, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot.Jenis-jenis Alat
Pelindung Diri Alat pelindung diri sangat diperlukan oleh petani atau
pekerja dalam mengaplikasikan pestsida. Adapun jenis-jenis alat pelindung
diri sebagai berikut :
1. Pakaian pelindung Untuk melindungi badan dari paparan pestisida,
kita harus menggunakan pakaian pelindung yang terdiri dari :
a. Baju lengan panjang Baju lengan panjang tidak boleh memiliki
lipatan-lipatan terlalu banyak, jika perlu tidak diberikan kantong
pada bagian depan dan kerah leher harus diikat atau setidaknya
menutupi bagian leher.
b. Celana panjang Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena
lipatan-lipatan itu akan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
partikel-partikel dari pestisida.
c. Pakaian terusan Merupakan pakaian dengan model tangan
panjang dan menutupi seluruh tubuh, praktis dan lebih khusus.
2. Alat pelindung tangan Alat pelindung tangan merupakan alat yang
paling banyak digunakan karena kecelakaan pada tangan adalah yang
paling banyak dari seluruh kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.
Pekerja harus memakai alat pelindung tangan ketika terdapat
24
kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka pada tangan karena
benda-benda keras, luka gores,terkena bahan kimia berbahaya dan
juga luka sengatan serangga. Bila pekerja menangani pestisida yang
mempunyai konsentrasi yang tinggi (high concentration) maka
diperlukan sarung tangan. Syarat-syarat sarung tangan yang digunakan
bagi pekerja penyemprot pestisida adalah :
a. Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi bagian
pergelangan tangan.
b. Sarung tangan untuk menangani pestisida tidak boleh terbuat dari
kulit karena partikel pestisida akan melekat dan akan sulit untuk
dibersihkan.
c. Sarung tangan harus dipakai untuk menutupi lengan baju bagian
bawah. Agar kemungkinan masuknya pestisida kedalam tubuh
melalui tangan dapat di cegah, atau kemungkinan mengalirnya
pestisida ke dalam sarung tangan dapat dihindari.
3. Alat pelindung kepala Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit
kepala, maka diperlukan topi penutup kepala. Beberapa persyaratan
topi yang perlu diperhatikan adalah:
a. Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan dan tidak terbuat
dari kain atau kulit.
b. Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-
bagian kepala (Tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh karena itu
topi harus berpinggiran lebar.
25
c. Topi yang dipergunakan tidak menyebabkan keadaan tidak
nyaman bila dipakai dibawah terik matahari.
4. Alat pelindung kaki Sepatu boot sangat penting bila pekerja
penyemprot pestisida yang berbentuk debu atau jenis residual. Sepatu
boot dapat terbuat dari neoprene. Sepatu 15 pelindung dan boot harus
dapat menahan kebocoran. Ketika bekerja ditempat yang mengandung
aliran listrik, maka harus menggunakan sepatu tanpa logam yang
dapat menghantarkan aliran listrik. Jika bekerja ditempat biasa
semacam persawahan maka harus menggunakan sepatu yang tidak
mudah tergelincir, sepatu yang terbuat dari karet ketika bekerja
dengan bahan kimia.
5. Alat Pelindung wajah Pelindung wajah merupakan suatu pelindung
yang terbuat dari bahan transparan yang anti api dan terikat
menggantung pada kepala juga dapat dengan mudah untuk dinaikkan
maupun diturunkan di depan wajah. Alat tersebut ringan dan dapat
digunakan untuk bekerja menyemprot pestisida. Pelindung wajah
berguna dari penetrasi pestisida. Masker adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (jenggot) untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit infeksi melalui saluran pernapasan (Depkes RI, 2017).
Biasanya masker terbuat dari bahan yang anti air, sehingga wajah
tidak terkena percikan partikel-partikel dari pestisida Masker
merupakan alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan
26
perlindungan organ pernapasan akibat pencemaran udara oleh faktor
kimia seperti debu, asap, gas beracun, dan sebagainya (Uhud dkk,
2010).
Penggunaan masker secara umum yaitu untuk mencegah
terhirupnya zat-zat polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin
dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan.
6. Alat pelindung telinga Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum
ditempat kerja dan sering tidak dihiraukan karena gangguan itu tidak
menimbulkan luka. Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang
antara bising dengan telinga dalam.
Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumbat telinga Sumbat telinga memberikan perlindungan paling
efektif karena langsung dimasukkan kedalam telinga.
b. Tutup telinga Alat ini dipakai diluar telinga dan penutupnya
terbuat dari spons untuk membuat perlindungan yang baik. Dalam
bekerja menggunakan pestisida yang berbentuk cairan atau debu
maka petani memerlukan alat pelindung diri yang sesuai.
2.2.4 Syarat Alat Pelindung Diri yang Harus Diikuti oleh Petani dalam
Mengaplikasikan Pestisida
Menurut Suma’mur (2014) syarat alat pelindung diri yang harus
diikuti oleh petani dalam mengaplikasikan pestisida adalah :
1. Perlengkapan pelindung diri tersebut harus terbuat dari bahan-bahan
yang memenuhi kriteria teknis perlindungan pestisida.
27
2. Setiap perlengkapan pelindung diri yang akan digunakan harus dalam
keadaan bersih dan tidak rusak.
3. Jenis perlengkapan yang digunakan minimal sesuai dengan petunjuk
pengamanan yang tertera pada label/brosur pestisida tersebut.
4. Setiap kali selesai digunakan perlengkapan pelindung diri harus dicuci
dan disimpan di tempat khusus dan bersih.
2.2.5 Konsep Perilaku Individu Terhadap Penggunaan APD
Perilaku individu tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi sekelompok stimulus. Terdapat
beberapa kelompok stimulus yang dikelompokan dalam beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD).
Bloom dalam Notoatmodjo (2011) mengungkapkan perilaku dipengaruhi
oleh faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.
Faktor predisposisi yang berupa pengetahuan dan sikap tentang alat
pelindung diri (APD). Sedangkan faktor pendukung mengacu pada daya
dukung lingkungan fisik meliputi ketersediaan alat pelindung diri (APD)
untuk menunjang perilaku penggunaa alat pelindung diri. Faktor
pendorong yaitu daya dukung sumber daya manusia disekitar individu
yang selalu melakukan pengawasan penggunaan alat pelindung diri saat
bekerja. Sedangkan batasan-batasan perilaku menurut Chaplin adalah:
respon (reaksi, tanggapan, jawaban, dan balasan) yang dilakukan suatu
organism, secara khusus merupakan bagian dari kesatuan pola reaksi suatu
perbuatan atau aktivitas, suatu gerak atau kompleks gerak-gerik.
28
2.3 Dermatitis
2.3.1 Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon endogen menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensesi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel skuama, likenifikasi) dan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
(Suria Djuanda & Sri Adi Sularsito, 2015).
1. Etiologi Dermatitis
Etiologi dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen ),misalnya
bahan kimia,fisik (contoh: sinar), mikro organisme (contoh: bakteri
jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Sebagian lain tidak dapat di ketahui (Suria Djuanda & Sri Adi
Sularsito, 2015).
2. Patogenesis Dermatitis
Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya,
terutama yang penyebabnya endogen.Yang telah banyak dipelajari
adalah tentang dermatitis kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan
primer. (Suria Djuanda & Sri Adi Sularsito, 2013).
3. Gejala Klinis Dermatitis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan
kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat
pula tidak tegas, penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan
29
universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah
(madidans). Stadium subkutan, eritema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak lesi kering,
skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin terdapat
erosi atau ekskoriasi akibat garukan. Stadium tersebut tidak selalu
berurutan, bias saja sejak awal suatu dermatitis member gambaran
klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis
efloresensinya tidak selalu polimorfi, mungkin hanya oligomorfi.
(Suria Djuanda & Sri Adi Sularsito, 2013).
Gambar 2.2 Gejala Klinis Dermatitis
2.3.2 Etiologi dan Deskripsi Pekerjaan Petani
Menurut Parisca (2015), Etiologi dan deskripsi pekerjaan petani
adalah :
Pekerja di bidang pertanian melakukan bervariasi pekerjaan yang
terpapar bahan kimia, biologi, dan bahan berbahaya lainnya. Mereka
30
memupuk, memanen ladang pertanian, membersihkan, serta memperbaiki
segala peralatan pertanian.Para pekerja pertanian khususnya petani
terpapar bahan-bahan kimia yang sering digunakan di bidang pertanian
dan juga faktor-faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan frekuensi
mencuci tangan dapat mempengaruhi mudahnya terjadi dermatitis kontak
akibat kerja.
Contoh bahan iritan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak akibat
kerja pada petani adalah sabun dan deterjen, pestisida, debu, kotoran,
keringat, desinfektan, petroleum, pupuk buatan, dan tanaman dan
sejenisnya. Sedangkan bahan allergen yang dapat menyebabkan dermatitis
kontak akibat kerja pada petani adalah bahan-bahan yang terbuat dari karet
(sarung tangan, sepatu bot), Potassium dichromate (alat-alat pertanian),
preservatives (pada pupuk buatan), pestisida, antimikrobial, cow dander,
serbuk gandum, tepung terigu, dan storagemyte, molds.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis
Menurut teori HL. Blum (2011) ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat keempat faktor tersebut
terdiri dari faktor perilaku atau gaya hidup (Life Style), Faktor Lingkungan
(Sosial, ekonomi, politik, budaya), Faktor pelayanan kesehatan (Jenis
cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor
tersebut saling berinteraksi yang dapat memepengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
31
Sehingga Faktor yang mempengaruhi kejadian Dermatitis pada petani
menurut teori HL. Blum (2011) adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh terjadinya dermatitis adalah
lingkungan pekerjaan dan Lingkungan Rumah
a. Lingkungan Pekerjaan disini adalah sawah karena petani setiap
harinya bekerja di sawah.
b. Lingkungan Rumah dimana setiap harinya petani tinggal
melakukan aktivitas setelah bekerja, tempat dimana mereka
beristirahat, berkumpul dengan sanak keluarga.
c. Lama Kontak petani terpapar oleh pestisida jangka waktu pekerja
berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Setiap
pekerja memiliki lama kontak yang berbeda-beda sesuai dengan
proses kerjanya. Lama kontak dengan bahan kimia yang berasal
dari pestisida akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak.
Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau
iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit
(Nuraga, et al., 2016). Pekerja yang berkontak dengan bahan
kimia menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin
lama berkontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak
sel kulit lapisan yang lebih dalam dan memudahkan untuk
terjadinya dermatitis. Kontak kulit dengan bahan kimia yang
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi
32
yang lama akan menyebabkan 13 kerentanan pada pekerja mulai
dari tahap ringan sampai tahap berat (Hudyono, 2012).
2. Perilaku
Perilaku yang berpengaruh dalam terjadinya dermatitis adalah
Perilaku petani dalam penggunaan APD, Personal Hygiene dan Lama
Kontak mereka terpapar di lingkungan pekerjaan mereka.
a. Perilaku petani dalam penggunaan Alat Pelindung Diri pada saat
petani melakukan aktivitas di sawah dan saat petani melakukan
pencampuran pupuk dan penyemprotan pestisida di sawah.
b. Personal Hygiene Petani setelah mereka melkukan aktivitas di
sawah dan pada saat petani berada di rumah.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang berpengaruh dalam kejadian dermatitis
pada petani adalah keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan yang
berada di sekitar tempat tinggal.
a. Keterjangkauan Tempat pelayanan Kesehatan
4. Genetik
Faktor genetik yang berpengaruh dengan kejadian dermatitis adalah
sebagai berikut :
a. Riwayat Penyakit Kulit pada petani sebelumnya
b. Riwayat Alergi pada petani yang khusus selaindermatitis.
33
5. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang berpengaruh dalam kejadian dermatitis
pada petani adalah keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan yang
berada di sekitar tempat tinggal.
a. Keterjangkauan Tempat pelayanan Kesehatan
2.3.4 Konsep Hubungan Antara Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
dengan Resiko Penyakit Kulit Dermatitis
Bloom dalam Notoatmodjo (2011) mengungkapkan perilaku
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor
pendorong. Faktor predisposisi yang berupa pengetahuan dan sikap
tentang alat pelindung diri (APD). Sedangkan faktor pendukung mengacu
pada daya dukung lingkungan fisik meliputi ketersediaan alat pelindung
diri (APD) untuk menunjang perilaku penggunaa alat pelindung diri.Faktor
pendorong yaitu daya dukung sumber daya manusia disekitar individu
yang selalu melakukan pengawasan penggunaan alat pelindung diri saat
bekerja.
Menurut Endif (2015) alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat
alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
Sedangkan Penyakit kulit akibat kerja menurut Ganong (2016),
merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen (bakteri, jamur).
Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-
bentol, bercak-bercak merah, lepuh, basah, keropeng kering, penebalan
34
kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah
gatal.
Pada pekerja yang sering bersentuhan dengan bahan-bahan kimia,
penyakit kulit yang paling sering mengenai pekerja adalah dermatitis
(eksema). Gejala yang ditimbulkan adalah peradangan kulit yang ditandai
oleh rasa gatal, dapat berupa penebalan/bintil kemerahan, multipel
mengelompok atau tersebar, kadang bersisik, berair dan lainnya. Akibat
permukaan kulit terkena bahan atau unsur-unsur yang ada di
lingkungannya (faktor eksogen). Namun demikian, untuk terjadinya suatu
jenis dermatitis atau beratnya gejala dermatitis, kadang-kadang
dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan kulit seseorang (faktor endogen).
Berdasarkan teori- teori dan pendapat dari berbagai ahli maka peneliti
dapat menjelaskan bahwa perilaku penggunaan alat pelindung diri sangat
diperlukan untuk melindungi kulit dari paparan serta kontak lingkungan
secara langsung sebagai faktor penyebab penyakit kulit akibat kerja.
2.3.5 Konsep Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis
Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan terhadap
penyakit kulit. Salah satu tindakan Personal Hygiene untuk mencegah
penyakit dermatitis kontak yaitu dengan cara menjaga kebersihan kulit.
Kebersihan kulit pada penelitian merupakan kebiasaan petani untuk
menjaga kebersihan kulitnya sebelum dan setelah bekerja yang meliputi
(mandi, memakai sabun, memakai handuk dan pakaian yang bersih).
35
Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan dan bersambungan dengan selaput lendir yang
melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya
kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai
masalah yang serius dalam kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi
sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam meminimalkan
setiap gangguan dan ancaman yang akan masuk melewati kulit. Untuk itu
diperlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. (Susanty
E., 2015)
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusunlah kerangka
teori mengenai kejadian dermatitis pada petani sebagai berikut :
6.
Gambar 2.3 : Kerangka Teori
Sumber : Teori HL. Blum (Notoatmodjo, 2011)
YANKES Keterjangkauan
Puskesmas
GENETIK Riwayat Penyakit Kulit
Riwayat Alergi
LINGKUNGAN
Lingkungan Pekerjaan
Lingkungan Rumah
PERILAKU
Penggunaan APD
Personal Hygiene
Lama Kontak
DERMATITIS
Masa Kerja
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan dasar
pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, onservasi,
dan tinjauan pustaka (Muchson, 2017). Kerangka konseptual dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
: Diteliti
: Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis pada petani yaitu
penggunaan APD dan Personal Hygiene yang menyebabkan dermatitis
pada petani.
VARIABEL BEBAS
Personal hygine
Pemakaian APD
KEJADIAN
DERMATITIS
VARIABEL TERIKAT
37
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan
dan secara umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu
dengan variabel yang lain (Rosjidi & Liawati, 2013: 27).
H1 : Ada hubungan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis pada
petani padi di Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun
H2 : Ada Hubungan penggunaan APD dengan kejadian Dermatitis pada
petani padi di Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun
38
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan untuk mengarahkan
penelitian yang mengontrol faktor yang mugkin mempengaruhi validitas
penemuan (Nonoatmodjo, 2010). Design penelitian yang digunakan adalah
desain studi case control, yaitu salah satu metode penelitian dengan survey
analitik yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi
kesehatan) dengan faktor risiko tertentu. Metode ini digunakan karena
mempunyai kelebihan yang merupakan satu-satunya cara untuk meneliti
kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, hasil dapat diperoleh
dengan cepat, biaya yang diperlukan relatif sedikit, memerlukan subyek
penelitian yang lebih sedikit. Studi kasus kontrol sering disebut juga
dengan study retrospektif, karena faktor risiko diukur dengan melihat
kejadian masa lampau untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko yang di
alami (Saryono, dan Anggraeni, 2013).
Pada penelitian ini dilakukan pendekatan retrospektif yang diawali
dengan mengamati pada kelompok kasus (dermatitis), kemudian
dilanjutkan dengan kelompok pembanding kontrol (tidak dermatitis).
Kemudian jumlah angka terpajan dan tidak terpajan dari masing-masing
kelompok kasus dan kontrol dianalisis dengan membandingkan frekuensi
pajanan antara kedua kelompok tersebut.
39
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
itu (Notoatmodjo, 2011). Populasi merupakan keseluruhan sumber data
yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
populasi penelitian adalah:
1. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah Semua Petani yang
berkunjung ke Puskesmas Kebonsari dan bertempat tinggal di desa
Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun dan tercatat oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
2. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah petani padi yang menderita dermatitis
dengan kriteria :
a. Kasus adalah semua petani padi penderita dermatitis yang datang
dan berobat berdasarkan diagnosis dokter/ perawat yang
bertempat tinggal di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
40
Kabupaten Madiun dan tercatat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Madiun.
b. Kontrol adalah semua Petani Padi bukan penderita dermatitis
bertempat tinggal di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi dengan ciri-cirinya yang diselidiki
atau di ukur (Sumantri, 2011). Sampel penelitian adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Sampel pada penelitian adalah responden penderita
dermatitis maupun bukan penderita dermatitis yang datang dan berobat ke
puskesmas berdasar diagnosis dokter/ perawat/ bidan dan bertempat
tinggal di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun dan
tercatat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
1. Sampel kasus adalah responden dimana pada satu tahun terakhir
menderita dermatitis yang datang dan berobat ke puskesmas/ pustu/
polindes berdasarkan diagnosa dokter/ perawat/ bidan dan bertempat
tinggal di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun
dan tercatat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
2. Sedangkan sampel kontrol adalah responden dimana pada satu tahun
terakhir tidak menderita dermatitis yang datang dan berobat
kepuskesmas berdasarkan diagnosa dokter/ perawat/ bidan dan
41
bertempat tinggal di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Madiun dan tercatat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun
Besar sampel minmal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P1 = OR x P2
(1 − P2) + (ORxP2)
P2 = b
b + d x 100%
Keterangan :
n1 = n2 : Perkiraan besar sampel minimal
P1 : Proporsi paparan pada kelompok kasus
P2 : Proporsi paparan pada kelompok kontrol
d : Taraf signifikansi (0,05)
zα : Nilai pada distribusi normal stándar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05 yaitu 1,96
zβ : Nilai pada distribusi normal stándar yang sama dengan
kuasasebesar yang diinginkan sebesar 80 % yaitu 0,84.
OR : Odd Ratio
Tabel 4.1 Distribusi Odd Ratio (OR) Penelitian Terdahulu
Variabel P1 P2 OR
Personal hygiene 49 47 5,4
Pemakaian APD 12 18 1,34
( )( ) ( )( )
( )2
21
2
22111
__
2/1 1112
pp
ppppZppZ
n−
−+−+
−
=
−−
42
Perhitungan besar sampel didasarkan pada uji hipotesis terhadap OR.
Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan derajat kemaknaan
(Confident Interval/ CI) 95. Maka perihitungan besar sampel sebagai
berikut :
P1 = ORx P2
(1 − P2) + (ORxP2)
= 1,34 x 0,18
(1 − 0,18) + (1,34 x 0,18)
=0,241
1,061
= 0,22
n = [Z1 − ɑ /2√[2P2(1 − P2)] + Z 1 − β √P1(1 − P1) + P2 (1 − P2] ²
(P1 − P2)²
= [1,96 √2(0,18)x(1 − 0,18) + 0,84√0,22(1 − 0,22) + 0,18(1 − 0,18)] ²
(0,87 − 0,65)2
= 1,904
0,06
= 31,7/ dibulatkan menjadi 32
Dari perhitugan diatas didapatkan sampel sebesar 32 responden. Dari
persamaan diatas dan didasarkan pada perhitungan, P2 dan OR hasil
penelitian yang dilakukan terdahulu, dimana jumlah sampel setiap variabel
α = 0,05, dengan perbandingan 1 : 1. Berdasarkan perhitungan, didapatkan
besar sampel yang diambil sebanyak 32 responden, dengan perbandingan
besar sampel antara jumlah responden pada kelompok kasus adalah 32
responden, dan 32 responden sebagai kelompok kontrol, sehingga jumlah
sampel secara keseluruhan adalah 64 responden.
43
4.3 Tehnik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu merupakan proses
sampling dengan cara pengambilan sampel secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2009).
Penggunaan tehnik Simpel Random Sampling dalam penelitian ini dipilih
karena keunggulannya lebih cepat dan lebih mudah pelaksanaannya
dibandingkan tehnik lainnya. Selain itu, cara ini juga megambil sampel
dilapangan dengan tanpa harus menggunakan kerangka sampel. Tehnik
Simpel Random Sampling memiliki 2 kriteria. Kriteria tersebut terdiri dari
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. (Saryono dan Anggraeni Dwi Mekar,
2013).
Tabel 4.2 Kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
Kasus 1. Petani yag menderita Dermatitis
dan tercatat oleh rekamedik di
wilayah Kebonsari dan dinas
kesehatan kabupaten Madiun.
2. Bertempat tinggal di desa
Kebonsari.
3. Petani padi berusia 18-80 tahun.
4. Bersedia menjadi Responden.
1. Petani yang menderita Dermatitis
yang terdaftar pada tempat
pelayanan swasta (dokter/
perawat/ bidan praktek swasta)
2. Petani yang menderita penyakit
kulit tetapi bukan dermatitis.
Kontrol 1. Tidak atau belum menderita
Dermatitis.
2. Bertempat tinggal di desa
Kebonsari.
3. Petani padi berusia 18-80 tahun.
4. Bersedia menjadi responden.
1. Bukan Petani padi
2. Petani yang bertempat tinggal
bukan di desa Kebonsari.
44
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian
mulai dari pengambilan data sampai menganalisa hasil penelitian (STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun, 2015:44).
Kerangka kerja dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Populasi pada penelitian ini 45 petani padi di desa kebonsari kabupaten madiun
yang tercatat di dinas kesehatan kabupaten madiun sebagai penderita dermatitis.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah petani padi yang menderita dermatitis di desa kebonsari
kabupaten madiun sebanyak 32 orang sebagai kasus dan 32 orang sebagai kontrol
Desain penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case
control study
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan yaitu data kuesioner dan observasi
Pengolahan data
Pengolahan data Editing, entry, coding, cleaning, tabulating
Penyajian hasil dan kesimpulan
Tekhnik Sampling
Simple Random Sampling
Analisa data univariat dan bivariat
45
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berada dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel ini dibedakan menjadi dua
yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat).
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel Independent (bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependent (Sugiyono, 20013). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah Personal hygiene yang meliputi kebersihan
petani pada saat petani pulang dari sawah dan kebersihan setelah
melakukan pencampuran pestisida dan penggunaan APD dan yang
meliputi : Sarung tangan, Topi, Baju lengan panjang dan sepatu boots
dan masker yang digunakan petani.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel Dependent (terikat) merupakan variabel yang di
pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2013). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
kejadian dermatitis. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan
kejadian dermatitis sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh
variabel bebas Personal hygiene dan penggunaan APD.
46
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah penjelasan tentang bagaimana
suatu variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk
mengukurnya. Definisi operasional variabel bukanlah define teoritis. Tidak
semua variabel peril diberikan definisi operasional, hanya variabel yang
mempunyai lebih dari satu cara pengukuran, atau variabel yang
pengukurannya spesifik, atau variabel yang belum memiliki alat ukur
standard an perlu dikembangkan alat ukur oleh penrliti (Rosjidi & Liawati,
2013: 81). Berikut definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
47
Tabel 4.3 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Hasil Ukur
Independen
Personal Hygiene
Personal hygiene adalah cara
perawatan diri manusia untuk
menjaga kesehatan mereka
secara fisix dan pesikis. Dalam
kehidupan sehari-hari
kebersihan Kebersihan di
pengaruhi oleh nilai individu
dan kebiasaan
1. Perawatan kebersihan
tangan
2. Perawatan kebersihan kulit
3. Perawatan kebersihan kaki
4. Kebersihan pakaian
5. Kebersihan rambut.
(Depkes RI, 2006).
Wawancara dan
Kuesioner
Ordinal 1 = Kurang Baik ≤50%
2 = Baik >50%
Idependen
Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD)
adalah seperangkat alat yang
mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam
pekerjaannya yang mengisolasi
tenaga kerja dari bahaya tempat
kerja
1. Menggunakan Sarung
tangan
2. Menggunakan sepatu boots
3. Menggunakan baju lengan
panjang
4. Menggunakan alat
pelindung kepala (topi)
Wawancara dan
kuesioner
Ordinal 1 = Tidak
menggunakan.≤ 50%
2= Menggunakan
>50%
Dermatitis Dermatitis adalah peradangan
pada kulit yang disebabkan oleh
subtansi yang menempel pada
kulit. Yang telah terdiagnosa
oleh dokter dan tercatat oleh
rekamedik.
1. Dermatitis
2. Tidak Dermatitis
Data Sekunder
Dinkes Kabupaten
Madiun Tahun
2017
Nominal 1 : Tidak
2 : Ya
48
4.6 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini
pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan lembar
kuesioner. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data penderita dermatitis dari dinas kesehatan kabupaten Madiun,
sedangkan lembar kuesioner untuk mendapatkan data Personal Hygiene
Petani dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Petani Di Desa Kebonsari
Kabupaten Madiun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang memuat
pertanyaan-pertanyaan peneliti mengenai suatu hal tertentu untuk
mengumpulkan data-data melalui proses wawancara. (Sugiyono, 2008).
Jenis kuesioner dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Kuesioner terbuka yaitu merupakan daftar prtanyaan yang memberi
kesempatan kepada responden untuk menuliskan pendapat mengenal
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
2. Kuesioner tertutup yaitu merupakan daftar pertanyaan yang alternatif
jawabannya sudah disiapkan oleh peneliti.
3. Kuesioner campuran adalah perpaduan antara bentuk kuesioner
terbuka dan tertutup.
49
Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner tertutup, cara ini sangat efektif karena responden dapat lansung
memberikan tanda centang atau melingkari nomor yang telah disediakan
oleh peneliti. Uji kuesioner sebagai alat ukur kuesioner dapat digunakan
sebagai alat ukur penelitian. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita
susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu
diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan skor totalkuesioner tersebut.
4.6.1 Uji Validitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan
beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas,
reabilitas dan ketepatan fakta atau kenyataan hidup (data) yang
dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-
kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau pengukuran oleh
pengumpul data (Nursalam, 2013). Prinsip validitas adalah pengukuran
dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam
mengumpulkan data, instrument dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur (Nursalam, 2013).
Untuk mengukur validitas soal menggunakan rumus korelasi product
moment person. Hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana df = n-2
dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid (Sujarweni, 2015).
50
1. Uji Validitas
Kuesioner diujikan pada kelompok petani yang berada pada
wilayah desa Pilang Kenceng Kabupaten Madiun. Peneliti melakukan
uji validitas kuesioner pada kelompok petani tersebut karena
kelompok tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
sampel penelitian. Jumlah sampel pada uji validitas kuesioner
sebanyak 30 responden. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian
ini menggunakan software SPSS versi 16.0. Untuk mengetahui bahwa
item-item pernyataan pada kuesioner tersebut jika r hitung > r tabel
product moment pearson. Nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r
product moment dengan df (degree of freedom) = n-2 , jadi jika
responden berjumlah 30 maka df=30-2=28 . Dengan taraf signifikansi
5%, maka diketahui bahwa r tabel product moment pearson sebesar
0,312. Hasil menunjukkan bahwa dari 24 item pernyataan pada
kuesioner, ada 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Untuk
mengetahui kuesioner tersebut benar-benar valid, maka dilakukan lagi
validasi dengan menggunakan komputer dengan syarat item-item
pernyataan yang tidak valid dihilangkan ke dalam entri data. Hasil
menunjukkan bahwa 22 item pernyataan pada kuesioner tersebut
valid. Berdasarkan uji validitas, didapatkan hasil instrumen yang tidak
valid diantaranya :
51
Tabel 4.4 Uji Validitas
No Variabel Pertanyaan Yang Tidak Valid
1 Personal Hygine Valid
2 Penggunaan APD (2), (3)
Sumber : Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas
VARIABEL R.HITUNG R.TABEL KETERANGAN
PAPD 1 0.546 0.312 VALID
PAPD 2 0.175 0.312 TIDAK VALID
PAPD 3 0.241 0.312 TIDAK VALID
PAPD 4 0.344 0.312 VALID
PAPD 5 0.599 0.312 VALID
PAPD 6 0.631 0.312 VALID
PAPD 7 0.492 0.312 VALID
VARIABEL R HITUNG R.TABEL KETERANGAN
PH 1 0.440 0.312 VALID
PH 2 0.468 0.312 VALID
PH 3 0.513 0.312 VALID
PH 4 0.739 0.312 VALID
PH 5 0.637 0.312 VALID
PH 6 0.652 0.312 VALID
PH 7 0.732 0.312 VALID
PH 8 0.764 0.312 VALID
Dari data Tabel 4.4 hasil uji validitas yang didapatkan, maka
pernyataan yang tidak valid sebaiknya disingkirkan dan tidak
dijadikan sebagai instrumen penelitian.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji
reliabilittas. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Uji reliabilitas
dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai alpha > 0,60 maka
kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel.
52
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbcah Alpha Simpulan
1 Personal Hygine 0,768 Reliabel
2 Penggunaan APD 0,664 Reliabel Sumber : Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Mei- selesai 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari jawaban atas kuesioner yang diberikan
kepada responden petani padi . Jenis Data antara lain :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari kuesiner yang langsung ke lokasi di
desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun dan
memberikan lembar kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah penderita
dermatitis di desa Kebonari Kabupaten Madiun.
Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
53
a. Meminta izin kepada Kaprodi Kesehatan Masyarakat STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun dan Pimpinan untuk
menandatangani surat ijin penelitian dan diserahkan kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Negara Kabupaten Madiun untuk
menyetujui surat ijin penelitian.
b. Mendapatkan ijin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Madiun dan Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
c. Mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan Madiun.
d. Mendatangi rumah atau tempat tinggal responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi bersama Ketua
paguyuban petani di desa Kebonsari Kabupaten Madiun.
e. Meminta kesediaan responden yang menjadi sampel dengan
terlebih
dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
f. Meminta kesukarelaan responden untuk menandatangani
informed consent.
g. Memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi. Pada saat
responden kesulitan maka kuesioner dibacakan dan responden
diminta menjawab sesuai pilihan dalam kuesioner.
h. Mengumpulkan hasil kuisioner yang telah diisi responden,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dan dianalisis.
54
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk mememeriksa atau pengecekan
kembali data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian
kuesioner, dan setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2010).
2. Entry
Mengisi masing–masing jawaban dari responden dalam bentuk
code dimasukkan ke dalam program atau kolom–kolom lembar code
(Notoatmodjo, 2010).
3. Cleaning
Cleanig merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2010).
4. Coding
Coding setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,
2010).
55
Tabel 4.7 Coding
NO VARIABEL CODING
1. JENIS KELAMIN 1 = Laki-Laki
2 = Perempuan
2. PENDIDIKAN 1 = Sd
2 = Smp
3 = Sma
3 DERMATITIS 1 = Dermatitis
2 = Tidak Dermatitis
4 PERSONAL HYGINE 1 = Kurang Baik ≤ 50%
2 = Baik > 50%
5 APD 1 = Tidak Menggunakan ≤ 50%
2 = Menggunakan > 50%
6 KELOMPOK 1 = Kasus
2 = Kontrol
5. Tabulating
Tabulating yaitu memasukkan data dari hasil penelitian kedalam
tabel-tabel sesuai kriteria (Notoatmodjo, 2010).
4.9.2 Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Data yang akan di analisis
dengan univariat adalah Personal Hygiene yang meliputi Perawatan
kebersihan tangan Perawatan kebersihan kulit, Perawatan kebersihan
kaki, Kebersihan pakaian, Kebersihan rambut dan Penggunaan APD
meliputi Pemakaian sarung tangan, baju lengan panjang, penggunaan
sepatu dan topi yang dipakai oleh petani pada saat bekerja di sawah.
56
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang
signifikan dari kedua variabel, yaitu variabel independent (Personal
Hygiene dan penggunaan APD) dan dependent (kejadian Dermatitis).
yang dianalisis dengan uji statistik Chi-square dan menggunakan
SPSS versi 16 for Windows dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Syarat Uji Chi Square adalah sebagai berikut :
a. Untuk tabel lebih dari 2 x 2, continuity correction untuk tabel 2 x
2 dengan expected count < 5.
b. Sedangkan Fisher’s exact digunakan untuk tabel 2 x 2 dengan
expected count > 5.
c. Semua pengamatan dilakukan dengan independen.
d. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel- sel
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari
total sel.
Hasil Uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/ tidaknya
perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat
menyimpulkan ada/ tidaknya hubungan antara dua variabel kategorik.
Dengan demikian Uji Chi Square dapat digunakan untuk mencari
hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya
atau tidak dapat mengetahui kelompok mana yang memiliki resiko
57
lebih besar (Sujarweni, 2015). Untuk mengetahui derajat hubungan,
dikenal ukuran Risiko Relatif (RR) dan Odds Ratio (OR). Keputusan
dari pengujian Chi Square:
a. Apabila p value ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
sehingga antara kedua variabel ada hubungan yang bermakna.
b. Apabila p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
antara kedua variabel tidak ada hubungan yang bermakna.
Syarat Odds Ratio, sebagai berikut (Saryono, 2013) :
1) OR (Odds Ratio) < 1, artinya faktor yang diteliti merupakan
faktor protektif resiko untuk terjadinya efek.
2) OR (Odds Ratio) > 1, artinya faktor yang diteliti merupakan
faktor resiko.
3) OR (Odds Ratio) = 1, artinya faktor yang diteliti bukan
merupakan faktor resiko.
Odds Ratio dipakai untuk mencari perbandingan kemungkinan
peristiwa terjadi di dalam satu kelompok dengan kemungkinan hal
yang sama terjadi di kelompok lain. Rasio odds adalah ukuran
besarnya efek dan umumnya digunakan untuk membandingkan hasil
dalam uji klinik (Sujarweni, 2015).
4.10 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
58
sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung
tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2012). Etika yang harus diperhatikan
antara lain :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Confidentially (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok dua tertentu yang
berhubungan dengan penelitian ini dilaporkan pada hasil riset.
3. Anomity (Tanpa Nama)
Selama untuk menjaga kerahasiaannya identitas nama responden
tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut
hanya diberikan kode tertentu (Hidayat, 2012)
59
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum
A. Keadaan Geografis Desa Kebonsari
Luas wilayah desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Madiun memiliki luas sekarang 462,26 Ha. Desa Kebonsari Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur. Adapun batas-batas
wilayah desa Kebonsari yaitu :
1. Sebelah Utara : Desa Balerejo, Kecamatan Kebonsari.
2. Sebelah Selatan : Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari.
3. Sebelah Timur : Desa Singgahan, Kecamatan Kebonsari.
4. Sebelah Barat : Desa Rejosari, Kecamatan Kebonsari.
Gambar 5.1 Peta Wilayah Desa Kebonsari
Sumber : Profil Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari, Tahun 2017
60
B. Kependudukan
Desa Kebonsari, Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun memiliki
jumlah penduduk 5.848 Jiwa dan Memiliki 1981 Kepala Keluarga. Desa
Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun terbagi dalam 39 RT
dan 4 RW.
Tabel 5.1 Mata Pencaharian Penduduk Desa Kebonsari Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 Petani 1496 69,5
2 Buruh Tani 518 24
3 Pns/Tni/Polri 60 2,5
4 Pedagang Keliling 36 1,3
5 Pensiun 24 1,1
6 Pengrajin 38 1,6
Total 2.152 100%
Sumber : Data Profil Desa Kebonsari, Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun, Tahun
2017
Berdasarkan tabel 5.1 di Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun pada tahun 2017 Jumlah mata Pencaharian paling
banyak adalah sebagai Petani 1.496 orang (69,5%) dan yang paling sedikit
adalah sebagai pensiunan 24 orang (1,1%).
5.1.2 Hasil Analisis Univariat
Berikut hasil analisis univariat pada Petani Padi di Wilayah Desa
Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun :
1. Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kelompok
umur pada Petani Padi di Desa Kebonsari Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun pada Tahun 2018
No UMUR (Tahun) Frekuensi
KASUS % KOTROL %
1 35-50 26 81,2 0 0
2 51-66 6 18,8 19 59,4
3 67-80 0 0 13 40,6
TOTAL 32 100 32 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
61
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui responden pada kelompok kasus
berusia 35-50 Tahun sebanyak 26 orang (81,2%) dan pada responden
Kelompok Kontrol sebagian besar berusia 51-66 Tahun sebanyak 19
orang (59,4%).
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Tingkat
pendidikan pada petani padi di Desa Kebonsari
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun pada Tahun
2018
NO PENDIDIKAN FREKUENSI
KASUS % KONTROL %
1 SD 15 46,9 18 51,6
2 SMP 11 34,4 9 28,1
3 SMA 6 18,8 5 15,6
TOTAL 32 100 32 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui pada responden kelompok kasus
Tingkat lulusan pendidikan SD sebanyak 15 orang (46,9%) dan
responden pada kelompok kontrol tingkat lulusan pendidikan SD 18
Orang (51,6%), Jadi rata-rata pendidikan petani di desa Kebonsari
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun berpendidikan sebagai
lulusan SD.
3. Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
pada Petani Padi di Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun pada Tahun 2018
No Jenis Kelamin Frekuensi
Kasus % Kontrol %
1 Laki-Laki 17 53,1 17 53,1
2 Perempuan 15 46,9 15 46,9
Total 32 100 32 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
62
Berdasarkan Tabel 5.4 pada Kelompok Kasus yang berjenis
kelamin Laki-Laki sebanyak 17 orang (53,1%) dan pada kelompok
kasus berjenis kelamin Perempuan sebanyak 15 orang (46,9%). Pada
Responden kelompok kontrol berjenis kelamin Laki-laki 17 orang
(53,1%) dan pada kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan 15
orang (46,9%).
5.1.3 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dan besarnya
odd ratio faktor resiko, dan digunakan untuk mencari hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan
dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan Chi-square dan
penentuan odds Ratio (OR) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% dan
tingkat kemaknaan 0,005. Beriku adalah analisis Bivariat Hubungan
Personal hygiene dan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis pada
petani padi di wilayah desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari, Kabupaten
Madiun. Berikut adalah hasil analisa bivariat penelitian menggunakan
aplikasi pengolah data statistik SPSS 16.0 :
1. Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian dermatitis
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Personal Hygiene dengan
Kejadian Dermatitis.
Personal
Hygine
Kejadian Dermatitis
Dermatitis
(Kasus)
Tidak
Dermatitis
(Kontrol) P- Value
OR
95% CI
F % F %
Kurang Baik 27 84,4 16 50
0,008
5,400
(1,660-17,561)
Baik 5 15,6 16 50
Total 32 100 % 32 100%
Sumber : data primer hasil penelitian bulan juli,2018
63
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki Personal hygiene kurang baik sebanyak 27 orang
(84,4%) termasuk kelompok kasus dan responden yang memiliki
Personal hygiene kurang baik sebanyak 16 orang (50,0%) termasuk
kelompok kontrol. Hasil analisis uji chisquare hubungan antara
Personal hygiene dengan kejadian dermatitis menunjukkan bahwa
nilai p-value = 0,008 kurang dari α = 0,05. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa secara statistik ada hubungan antara Personal
hygiene dengan kejadian dermatitis Nilai odds ratio (OR) = 5,400 > 1,
maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden yang
memiliki Personal hygiene kurang baik beresiko 5,4 kali terkena
dermatitis.
2. Hubungan Penggunaan APD dengan kejadian dermatitis
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Penggunaan APD dengan
Kejadian Dermatitis.
Penggunaan
APD
Kejadian Dermatitis
Dermatitis
(Kasus)
Tidak
Dermatitis
(Kontrol) P- Value
OR
95% CI
F % F %
Tidak
Menggunakan 27 84,4 13 40,6
0,001 7,892
(2,409-25,857) Menggunakan 5 15,6 19 59,4
Total 32 100 % 32 100%
Sumber : data primer hasil penelitian bulan juli, 2018
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa responden
yang Tidak menggunakan APD 27 orang (84,4%) termasuk kelompok
kasus dan responden yang Tidak menggunakan APD sebanyak 13
orang (40,6%) termasuk kelompok kontrol. Hasil analisis uji
chisquare hubungan antara Penggunaan APD dengan kejadian
64
dermatitis menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 kurang dari α = 0,05.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik ada hubungan
antara Personal hygiene dengan kejadian dermatitis Nilai OR = 7,892
> 1, maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak menggunakan APD beresiko 7,8 kali terkena dermatitis.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Hubungan Personal Hygiene Petani dengan Kejadian Dermatitis Pada
Petani Padi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara
Personal hygiene dengan kejadian dermatitis di desa Kebonsari kecamtan
kebonsari, kabupaten madiun hasil uji Chi-square diperoleh nilai p-value
(0,008) kurang dari α (0,05) yang berarti ada hubungan antara Personal
hygiene Petani dengan kejadian dermatitis.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Personal Hygiene
adalah cara perawatan diri manusia untuk menjaga kesehatan mereka
secara fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan sangatlah
penting dan perlu diperhatikan karena kebersihan mempengaruhi
kesehatan dan pesikis seseorang. (Mubarak, 2008)
Menurut Wartonah (2013), kebersihan diri termasuk kebersihan kulit
sangat penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2x
sehari menggunakan sabun dan air bersih. Salah satu bagian tubuh yang
cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit
merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
65
pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa
efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang
kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara
lain penyakit kulit (Harahap, 2015).
Berdasarkan observasi langsung pada responden (petani) terlihat
bahwa kondisi tempat para petani bekerja dalam hal ini adalah sawah
kondisi yang panas dan terik yang mampu membuat keringat muncul lebih
banyak sehingga membuat sarang kuman dan jamur yang menempel pada
badan dan pakaian yang membuat bau badan sehingga bersarangnya
kuman dan jamur.
Petani yang menderita dermatitis adalah petani yang memiliki
Personal hygiene kurang baik hal ini terjadi karena kurangnya petani
dalam memperhatikan kebersihan diri mereka seperti pada saat mereka
pulang dari sawah kebanyakan diantara mereka setelah beraktivitas dari
sawah mereka tidak mandi setelah mereka istirahat mereka hanya mandi
pada saat pagi dan sore hari dan mengganti pakaian mereka, pakaian yang
mereka kenakan pada saat di sawah mereka gunakan kembali ke esokan
harinya pada saat petani kembali ke sawah mereka mencuci pakaian
mereka setelah dipakai dua kali bahkan bila dalam dua hari masih bersih
mereka gunakan kembali kebiasaan dalam mencuci tangan menggunakan
sabun setelah beraktifitas dari sawah juga jarang mereka terapkan
kebanyakan diantara mereka hanya mencuci tangan dengan air biasa, air
tersebut berada di parit sawah (galengan) mereka mencuci tangan mereka
66
tidak menggunakan air mengalir sehingga mereka yang terkena dermatitis
kurang memperhatikan kebersihan diri mereka.
Pada dasarnya menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya
dermatitis dengan membiasakan mencuci tangan, kaki, dan mengganti
pakaian yang dia gunakan pada saat bekerja di sawah. Kebiasaan mencuci
tangan sangat penting karena tangan adalah anggota tubuh yang paling
sering kontak dengan bahan-bahan kimia bahan kimia dalam hal ini adalah
pupuk yang digunakan para petani seperti pupuk Urea (Amonium
Carbamide), pupuk ZA (Zwavelzure Amonium), Pupuk SP36 (Super
Phospate), Pupuk KCL (Kalium Klorida), ZK (Zwavelzure kali), Pupuk
NPK PHONSKA (Nitrogen Phospate Kalium), Dolomite (Kapur
Karbonat). Pupuk-pupuk tersebut sering digunakan para petani desa
Kebonsari Kecamtan Kebonsari Kabupaten Madiun. Mencuci tangan
menggunakan sabun dan membilasnya menggunakan air bersih dan
mengalir mampu menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit
khususnya dalam hal ini adalah tangan.
Mandi dengan menggunakan sabun dan air bersih dan menggunakan
air yang mengalir setelah beraktifitas dari sawah merupakan pencegahan
yang sangat tepat untuk para petani karena mandi menggunakan sabun dan
menggunakan air bersih yang mengalir merupakan hal yang wajib
dilakukan karena hal ini dapat mengurangi petani terkena penyakit kulit
khsusnya dermatitis karena setelah seharian beraktivitas disawah dan
menyebabkan keringat karena terik matahari dan aktivitas yang menguras
67
tenaga keringat itu mucul memicu kuman untuk tumbuh dan menempel
pada pakaian yang dikenakan petani padasaat itu untuk itu sangat
disarankan untuk petani mengganti pakaian yang mereka kenakan setelah
mandi, hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dalam hubungan Personal
hygiene dengan kejadian dermatitis pada petani adalah dengan mandi
menggunakan air bersih yang menggalir dan menggunakan sabun sepulang
beraktivitas dari sawah mengganti pakaian yang mereka kenakan dengan
pakaian yang bersih dan tidak menggunakan pakaian yang kotor yang
mereka kenakan pada saat beraktivitas disawah kemudian mencuci baju
yang kotor dengan sabun dan air yang bersih agar baju yang bercampur
keringat tidak menimbulkan sarang penyakit yang menempel pada pakaian
kemudian dikenakan kembali dan menyebabkan penyakit pada petani dan
jangan lupa untuk membersihkan kaki mencucinya dengan air bersih dan
mengalir menggunakan sabun agar tidak menjadi sarang penyakit dan
jamur sehingga tidak terkena penyakit kulit (Dermatitis).
5.2.2 Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian Dermatitis Pada
Petani Padi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara
Penggunaan APD dengan kejadian dermatitis di desa Kebonsari Kecamtan
Kebonsari, Kabupaten Madiun hasil uji Chi-square diperoleh nilai p-value
(0,001) kurang dari α (0,05) yang berarti ada hubungan antara Penggunaan
APD Petani dengan kejadian dermatitis.
Hal ini sesuai dengan Teori yang diungkapkan oleh Bloom dalam
Notoatmodjo (2011) mengungkapkan perilaku dipengaruhi oleh faktor
68
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi
yang berupa pengetahuan dan sikap tentang alat pelindung diri (APD).
Sedangkan faktor pendukung mengacu pada daya dukung lingkungan fisik
meliputi ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk menunjang perilaku
penggunaa alat pelindung diri. Faktor pendorong yaitu daya dukung
sumber daya manusia disekitar individu yang selalu melakukan
pengawasan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.
Menurut Endif (2015) alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat
alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
kecelakaan kerja.
Berdasarkan observasi secara langsung pada petani yang terkena
dermatitis mereka tidak menggunakan APD untuk melindungi diri mereka
dari bahaya lingkungankerja yang terik dan panas dan juga lembab
menyebabkan kontaks secara langsung dengan kulit. Petani hanya
menggunakan pelindung kepala (topi capil) tidak menggunakan baju
pelindung yang sesuai dengan pelindung untuk petani saat bekerja di
sawah. Mereka juga tidak memakai sarung tangan berbahan karet maupun
sarung tangan yang tebal yang disarankan untuk petani saat bekerja di
sawah, Para petani juga tidak menggunakan sepatu boots berbahan karet
mereka menggunakan kaki yang tanpa alas apapun sehingga sering
ditemui masalah penyakit kulit (dermatitis) pada petani di area kaki dan
tangan. Pada saat proses pencampuran pupuk mereka juga tidak
69
menggunakan masker dan sarung tangan sehingga sering terjadi masalah
gangguan kulit di sekitar telapak tangan dan di pergelangan tangan
kebanyakan pada telapak tangan kemudian mengeras dan mengakibatkan
penumpukan bahan-bahan kimia yang terserap oleh kulit yang
mengakibatkan kulit mengerak (Ngapal) karena sudah terlalu sering
berkontaks langsung dengan bahan-bahan kimia, hal yang pertama
dirasakan oleh petani yang terkena dermatitis pada telapak tangan terasa
seperti terasa terbakar, gatal, pedih, dan bahkan sampai melepuh kondisi
ini mereka anggap biasa maka para petani sering menganggap remeh akan
hal ini.
Tidak hanya disekitar telapak tangan dan pergelangan tangan petani
yang terkena dermatitis yang tidak menggunakan alas kaki disebabkan
oleh cuaca yang panas dan lembab yang bercampur dengan bahan kimia
yang berada di sawah pertama yang petani rasakan adalah gata, panas,
pedih dan melepuh mereka menganggap hal ini biasa dan petani hanya
menganggap remeh dan mereka menganggap ini sudah menjadi suka
dukanya menjadi petani.
Petani yang hanya menggunakan baju senyamanya sebenarnya tidak
disarankan oleh pemerintah kususnya dinas pertanian namun hal ini petani
mengabaikannya mereka terkadang menggunakan baju yang menganggap
mereka nyaman sehingga mereka hanya terkadang menggunakan baju
lengan panjang. Sehingga banyak diantara petani yang terkena dermatitis
70
kurang memperhatikan penggunaan baju pelindung dari sinar matahari dan
bahan-bahan kimia yang berkontak secara langsung dengan tubuh.
Pada dasarnya Menjaga tubuh dengan menggunakan APD merupakan
langkah yang terakhir dalam melindungi potensi bahaya namun hal ini
perlu diterapkan betul oleh petani karena mereka berkontak lansgung
dengan bahan-bahan kimia dan cuaca yang extreame padakondisi
lingkungan kerja mereka. Pemerintah sudah memberikan himbauan dan
sosialisasi dalam hal penggunaan APD namun para petani kurang
menyikapi betul dalam masalah ini karena mereka menganggap bahwa
menggunakan APD pada saat bekerja di sawah mereka rasa kurang
nyaman dan efisien karena mereka menganggap terlalu ribet sehingga
petani hanya menggunakan pelindung topi seadanya dan menggunakan
baju lengan panjang berbahan kain mereka sudah merasacukup aman dan
nyaman tanpa mereka sadari bahwakeringat yang bercampur bahan-bahan
kimia yang menempel pada tubuh dan pakaian yang mereka gunakan dapat
memicu terjadinya masalah-masalah pada gangguan penyakit kulit
khususnya dermatitis untuk itu perlu perhatian yang amat khusus bagi para
petani untuk menggunakan APD pada saat pencampuran pupuk,
Penyemprotan pupuk, dan pada saat aktivitas di sawah, agar mereka
terhindar dari masalah-masalah penyakit kulit seperti yang sudah mereka
alami, mereka hanya perlu membiasakan diri dengan menggunakan alat
pelindung diri seperti masker khusus saat menyemprot, menggunakan
sarung tangan berbahan karet, menggunakan sepatu boots berbahan karet
71
dan memakai apron pelindung baju saat menyemprot maupun beraktivitas
di sawah, menggunakan pelindung kepala serta pelindung wajah seperti
tebeng yang berbahan plastic yang transparan kegunaan ini tidak hanya
untuk melindungi kepala namun juga melindungi mata, wajah dan rambut
sehingga bahan-bahan kimia yang mereka gunakan tidak menempel
langsung pada kulit sehingga menyebabkan dermatitis, untuk itu mereka
perlu memperhatikan kesehatan kulit mereka agar tidak terkena dermatitis
secara terus menerus walaupun mereka sudah melakukan pengobatan
namun bila tidak didukung oleh diri sendiri dengan menjaga diri mereka
dengan menggunakan APD semuanya sama saja tidak berarti, jadi petani
perlu memperhatikan betul dan menyikapinya ini dengan sungguh-
sungguh.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan yaitu ada sebagian
responden yang buta huruf dan ada juga responden yang tidak
berkenan membaca kuesioner satu persatu, sehingga peneliti harus
membacakan kuesioner tersebut satu persatu kepada responden.
Pertanyaan dalam kuesioner bersifat tertutup (ya atau tidak ) sehingga
jawaban yang didapat dari responden sangat terbatas.
2. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan teori tentang faktor-faktor yang menjadi hubungan antara
72
variabel independent dan variabel dependent, dikarenakan belum ada
kuesioner yang baku. Maka peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner untuk membuktikan ketepatan dan kelayakan
kuesioner untuk mengukur variabel yang diteliti.
3. Uji statistik untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam
penelitian ini menggunakan uji non parametrik, sehingga memiliki
tingkat kepekaan yang kurang baik meskipun hasilnya berhubungan.
Namun peneliti telah melengkapi hasil penelitian dengan teori dan
penelitian terdahulu yang mendukung, sehingga memperkuat hasil
penelitian.
73
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang hubungan Personal hygiene dan
penggunaan APD dengan kejadian dermatitis pada petani padi di desa
kebonsari, kecamatan Kebonsari kabupaten madiun pada tahun 2018 , di
dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Sebagian besar petani yang terkena dermatitis memiliki perbandingan
1 : 1 dengan jumlah 32orang (50%) sebagai kelompok kasus dan 32
orang (50%) sebagai kelompok kontrol .
2. Responden yang memiliki Personal hygiene kurang baik terkena
dermatitis sebanyak 27 orang (84,4%) dan responden yang tidak
terkena dermatitis sebanyak 16 orang (50%) memiliki Personal
hygiene baik.
3. Responden yang mengalami dermatitis yang tidak menggunakan APD
sebanyak 27 (84,4%) orang dan responden yang tidak terkena
dermatitis menggunakan APD sebanyak 19 orang (59,4%).
4. Ada hubungan antara Personal hygiene dengan kejadian dermatitis di
Desa Kebonsari Kecamtan Kebonsari, Kabupaten Madiun diperoleh
nilai p-value (0,008) kurang dari α (0,05)
5. Ada hubungan antara Penggunaan APD dengan kejadian dermatitis di
Desa Kebonsari Kecamtan Kebonsari, Kabupaten Madiun dengan
nilai p-value (0,001) kurang dari α (0,05).
74
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat mengajukan saran
antara lain sebagai berikut
1. Bagi Tempat Penelitian (Desa Kebonsari Kab.Madiun)
Sebaiknya Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat maupun
kepada semua kelompok petani yang belum terkena dermatitis dan
yang sudah terkena dermatitis agar para petani di Desa Kebonsari
Kecamatan Kebonsari Memiliki Personal hygiene yang baik dan sadar
akan penggunaan APD agar terhindar dari bahaya yang timbul dari
bahan kimia
2. Bagi STIKES Bakti Husada Mulia Madiun
a. Diharapkan dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang
lebih kepada pembaca.
b. Diharapkan institusi pendidikan dapat mempergunakan hasil
penelitian ini sebagai referensi dan bahan tolak ukur untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini jauh lebih baik lagi dengan menganalisis kedua variabel .
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan variabel
yang berbeda.
75
4. Bagi Responden dan Masyarakat (Petani)
a. Sebaiknya untuk petani padi yang terkena dermatitis lebih
meningkatkan dan menjaga kebersihan diri dengan mandi
menggunakan sabun dan membilas dengan air bersih yang
mengalir.
b. Sebaiknya untuk petani padi yang kurang menjaga kebersihan
dirimereka dalam hal kebersihan pakaian sebaiknya mencuci
pakaian yang telah digunakan di sawah saat beraktivitas dengan
menggunakan sabun dengan air bersih yang mengalir agar
kotoran yang menempel pada baju hilang.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk. 2014. Dermatitis di indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Ambarwati, E.R., Sunarsih, T. 2011. KDPK Kebidanan: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Cohen. 2016. Penyakit Akibat Kerja. Hand Book off occupational Health. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Lokakarya Nasional Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes; 2012.
Departemen Pertanian. 2017. Data petani di Indonesia.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2015. Data APD Pada Pekerja
Djewarut H, Nurhudayah, Ernawati Askar. 2012. Hubungan pengetahuan dan
perilaku dengan kejadian dermatitis kontak di puskesmas canga di
Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng.
Djuanda S,Sularsito SA. Dermatitis Atopik. Dalam: Djuanda A,editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 6. Jakarta: FK UI; 2015. h.138-47.
Djuanda, H., Lokananta MD.2010. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia. 31(3). 27-33. Dalam : Mariz, DR.,
Hamzah., SM, Wintoko., R. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Petani rumput Laut,
Universitas Lampung. Lampung: 46.
Harahap, 2015. Buku Personal Hygine,Jakarta Penerbit Rineka Cipta
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Buku Panduan Personal Hygiene. Jakarta:
Salemba Medika.
HJ.Mukono, (2011). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya. Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair
Lestari, F. dan Utomo, H.S. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Depok:
FKM UI.
M Sopiyudin Dahlan, (2016). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.Jakarta
Epidemiologi Indonesia
77
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Orton, D.I., Wilkinson, J.D. 2014. Bahan kimia penyebab dermatitis. Cosmetic
Allergy: Incidence, Diagnosis, and Management. Am J Clin Dermatol.
Parisca, 2015. Etiologi dan Deskripsi pekerjaan petani. Jurnal 2015
Perdoski. 2015. Studi Epidemiologi Kasus dermatitis di indonesia.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Tahun 2017.
Sarwono, 2012. Syarat-syarat Alat Pelindung diri Pada Pekerja. Jurnal.2012
Suma’mur, 2014. Syarat Alat Pelindung Diri Yang Harus dipenuhi oleh petani
padi dalam mengaplikasikan pestisida.Jurnal.2014
Sajida, 2017. National Campaign for Handwashing with soap.Jurnal.2017
Septiana sari. 2014. Hubungan Masa Kerja, Higiene Perorangan dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri, pola kebersihan diri dengan keluhan
Gangguan Kulit Petani Rumput Laut di Kelurahan Kalumeme Bulukumba.
Jurnal. 2014, 22 Agustus.
Siregar, RS. 2014. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi: II. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.
Silny S,2013 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gangguan Penyakit Kulit.
Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar
Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2010: 129-53.
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta
sagung seto. Dalam: Aisyah, Faddilatul. dkk. 2015. Hubungan Hygiene
Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan
Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan
Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Medan.
Sunaryo, 2012. Professional Development Program Irritant contact dermatitis: A
review. Australasian Journal of Dermatology, 49: 1–11.
Susanty E. 2015. Hubungan Personal Hygiene dan Karakteristik Individu
terhadap kejadian dermatitis pada petani rumput laut di Dusun Puntondo
Kabupaten Takalar. Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.
78
Suria Djuanda, SriAdi S. 2015. DERMATITIS. Jakarta : IPUSNAS
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.Buku Panduan Penyusunan Tugas Akhir.
2018. Madiun.
Tarwaka, dkk. 2010. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: HARAPAN
PRESS.
Tombeng, Melina, IGK Darmada, IGN Darmaputra. 2012. Dermatitis Kontak
Akibat Kerja Pada Petani. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Tesis.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Utami MF. 2015. Analisis faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada perawat RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang
Tahun 2014. Jurnal. Universitas Sriwijaya.
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi ke-6. New York: The McGraw-Hill Companies;
2013:20-33.
Wiratna Sujarweni. Spss Untuk Penelitian. Pustaka Baru Press . 2015. Jakarta
79
Lampiran 1
80
Lampiran 2
Surat Permohonan Uji Validasi
81
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
82
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat di STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun. Saya mengadakan penelitian ini sebagai salah satu
kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Sarjana Kesehatan
Masyarakat Di STIKES Bhakti Husada Mulia Mulia Madiun.
Tujuan penelitian ini untuk “Hubungan Personal hygiene dan Penggunaan
APD Dengan Kejadian Dermatitis Di Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun Tahun 2018”,
Saya mengharap jawaban yang saudara berikan sesuai dengan kenyataan
yang ada. Saya menjamin kerahasiaan jawaban saudara serta informasi yang
diberikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu kesehatan
masyarakat dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, artinya saudara bebas
ikut atau tidak tanpa sanksi apapun. Apabila saudara setuju terlibat dalam
penelitian ini dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Arika Putri Prahayuni
NIM. 201403
83
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian
dengan judul “Hubungan Personal hygiene dan Penggunaan APD Dengan
Kejadian Dermatitis Di Desa Kebonsari Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun
Tahun 2018”, saya menyatakan setuju diikut sertakan dalam penelitian ini yang
bersifat sukarela. Oleh karena itu secara sukarela saya ikut berperan serta dalam
penelitian ini. Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiaannya.
Madiun, 2018
Responden,
( )
84
Lampiran 6
KUESIONER
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN APD DENGAN
KEJADIAN DERMATITIS PADA PETANI PADI DI DESA KEBONSARI
KECAMATAN KEBONSARI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2018
No. Responden :
IDENTITAS RESPONDEN :
Umur :
Kelompok : Kasus Kontrol
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
PETUNJUK PENGISIAN
a. Isilah identitas responden terlebih dahulu sebelum melangkah ke pertanyaan
(identitas asli).
b. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan cermat dan teliti dalam
angket/kuesioner sebelum menjawab.
c. Jawablah pernyataan dengan jujur sesuai keadaan yang sebenarnya.
d. Berilah tanda (√) pada kolom Bapak/Ibu/Sdr pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
e. Semua pernyataan wajib di jawab dan hanya diperkenankan memberi satu
jawaban.
f. Ada dua alternatif jawaban pada lembar kuesioner untuk variabel Lama
Kontak, Masa Kerja, Riwayat penyakit Kulit dengan kejadian Dermatitis
yaitu :
1. Tidak
2. Ya
Tidak Sekolah
SLTP
Lain-lain
Diploma
Magister
Sarjana
SLTA
85
g. Ada dua alternatif jawaban pada lembar observasi untuk variabel Personal
Hygiene dan Penggunaan APD yaitu:
1. Tidak
2. Ya
Berilah tanda ( √ ) pada kolom checklist ya atau tidak.
KUESIONER
UNTUK KASUS
PERSONAL HYGIENE Jawaban
NO Karakteristik YA TIDAK
1.
2.
3.
4.
5.
Kebiasaan Mencuci Tangan :
a. Mencuci tangan menggunakan sabun
b. Mencuci tangan dengan menggosok
tangan menggunakan sabun
c. Mencuci tangan dengan menggunakan air
yang mengalir
d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
beraktifitas
Mengganti baju setelah beraktivitas dari sawah
Membersihkan diri ( Mandi) sepulang dari
sawah
Mencuci baju yang telah dipakai saat
beraktivitas di sawah.
Mencuci peralatan APD yang telah digunakan.
(Sarung Tangan, Sepatu Boots, Topi,)
86
Berilah tanda ( √ ) pada kolom checklist ya atau tidak.
Penggunaan APD Jawaban
NO Karakteristik YA TIDAK
1. Menggunakan Alas kaki
(Sepatu boots saat beraktivitas di sawah).
2. Sarung Tangan digunakan setiap hari saat
bekerja dan pada saat aktivitas di sawah.
3. Menggunakan Masker pada saat
penyemprotan pupuk.
4. Menggunakan Topi pada saat beraktivitas di
sawah
5. Menggunakan Baju pelindung (Baju lengan
panjang) pada saat beraktivitas di sawah
87
Lampiran 7
HASIL OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS
VARIABEL PERSONAL HYGIENE
Correlations
PH1 PH2 PH3 PH4 PH5 PH6 PH7 PH8 TOTAL
PH1 Pearson Correlation 1 .583** .431* .085 .028 -.027 -.144 .247 .446*
Sig. (2-tailed) .001 .019 .656 .884 .885 .447 .188 .013
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
PH2 Pearson Correlation .583** 1 .858** .085 -.111 -.165 .000 .110 .474**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .656 .559 .384 1.000 .563 .008
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
PH3 Pearson Correlation .431* .858** 1 .209 .005 -.053 .127 .228 .570**
Sig. (2-tailed) .019 .000 .277 .980 .783 .512 .234 .001
N 29 29 29 29 29 29 29 29 29
PH4 Pearson Correlation .085 .085 .209 1 .649** .451* .636** .591** .734**
Sig. (2-tailed) .656 .656 .277 .000 .012 .000 .001 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
PH5 Pearson Correlation .028 -.111 .005 .649** 1 .659** .577** .384* .637**
Sig. (2-tailed) .884 .559 .980 .000 .000 .001 .036 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
88
PH6 Pearson Correlation -.027 -.165 -.053 .451* .659** 1 .809** .593** .653**
Sig. (2-tailed) .885 .384 .783 .012 .000 .000 .001 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
PH7 Pearson Correlation -.144 .000 .127 .636** .577** .809** 1 .666** .726**
Sig. (2-tailed) .447 1.000 .512 .000 .001 .000 .000 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
PH8 Pearson Correlation .247 .110 .228 .591** .384* .593** .666** 1 .761**
Sig. (2-tailed) .188 .563 .234 .001 .036 .001 .000 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .446* .474** .570** .734** .637** .653** .726** .761** 1
Sig. (2-tailed) .013 .008 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 29 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
89
OUTPUT RELIABILITAS VARIABEL PERSONAL HYGEINE
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.768 8
90
Lampiran 8
HASIL OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS
VARIABEL PENGGUNAAN APD
Correlations
PAPD1 PAPD2 PAPD3 PAPD4 PAPD5 PAPD6 PAPD7 TOTAL
PAPD1 Pearson Correlation 1 .293 -.293 .155 .365* .208 -.111 .546**
Sig. (2-tailed) .116 .116 .414 .047 .270 .559 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD2 Pearson Correlation .293 1 .040 -.247 -.293 .000 -.098 .175
Sig. (2-tailed) .116 .834 .189 .116 1.000 .608 .354
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD3 Pearson Correlation -.293 .040 1 -.035 -.098 .000 .293 .241
Sig. (2-tailed) .116 .834 .853 .608 1.000 .116 .199
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD4 Pearson Correlation .155 -.247 -.035 1 .155 .032 -.017 .344
Sig. (2-tailed) .414 .189 .853 .414 .866 .928 .063
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD5 Pearson Correlation .365* -.293 -.098 .155 1 .356 .206 .599**
Sig. (2-tailed) .047 .116 .608 .414 .053 .274 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD6 Pearson Correlation .208 .000 .000 .032 .356 1 .208 .631**
Sig. (2-tailed) .270 1.000 1.000 .866 .053 .270 .000
91
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PAPD7 Pearson Correlation -.111 -.098 .293 -.017 .206 .208 1 .492**
Sig. (2-tailed) .559 .608 .116 .928 .274 .270 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .546** .175 .241 .344 .599** .631** .492** 1
Sig. (2-tailed) .002 .354 .199 .063 .000 .000 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.664 5
92
Lampiran 9
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN
PENDIDIKAN * KATEGORI_KELOMPOK Crosstabulation
KATEGORI_KELOMPOK
Total KASUS KONTROL
PENDIDIKAN SD Count 15 14 29
Expected Count 14.5 14.5 29.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
46.9% 43.8% 45.3%
SMP Count 11 9 20
Expected Count 10.0 10.0 20.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
34.4% 28.1% 31.2%
SLTA Count 6 5 11
Expected Count 5.5 5.5 11.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
18.8% 15.6% 17.2%
PERGURUAN TINGGI
Count 0 4 4
Expected Count 2.0 2.0 4.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
.0% 12.5% 6.2%
Total Count 32 32 64
Expected Count 32.0 32.0 64.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
100.0% 100.0% 100.0%
93
JENIS_KELAMIN * KATEGORI_KELOMPOK Crosstabulation
KATEGORI_KELOMPOK
Total KASUS KONTROL
JENIS_KELAMIN
laki-laki Count 17 17 34
Expected Count 17.0 17.0 34.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
53.1% 53.1% 53.1%
perempuan Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
46.9% 46.9% 46.9%
Total Count 32 32 64
Expected Count 32.0 32.0 64.0
% within KATEGORI_KELOMPOK
100.0% 100.0% 100.0%
94
KATEGORI_UMUR * KATEGORI_KELOMPOK Crosstabulation
KATEGORI_KELOMPO
K
Total KASUS KONTROL
KATEGORI_UMUR 35-50 Tahun Count 26 0 26
Expected Count 13.0 13.0 26.0
% within
KATEGORI_KELOMPOK 81.2% .0% 40.6%
51-66 Tahun Count 6 19 25
Expected Count 12.5 12.5 25.0
% within
KATEGORI_KELOMPOK 18.8% 59.4% 39.1%
67-80 Tahun Count 0 13 13
Expected Count 6.5 6.5 13.0
% within
KATEGORI_KELOMPOK .0% 40.6% 20.3%
Total Count 32 32 64
Expected Count 32.0 32.0 64.0
% within
KATEGORI_KELOMPOK 100.0% 100.0% 100.0%
95
Lampiran 10
HASIL UJI SPSS
UJI CHI SQUARE
PERSONAL HYGINE
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KATEGORI PH *
DERMATITIS 64 100.0% 0 .0% 64 100.0%
KATEGORI PH * DERMATITIS Crosstabulation
DERMATITIS
Total
DERMATITIS
TIDAK
DERMATITIS
KATEGORI PH KURANG BAIK Count 27 16 43
Expected Count 21.5 21.5 43.0
% within DERMATITIS 84.4% 50.0% 67.2%
BAIK Count 5 16 21
Expected Count 10.5 10.5 21.0
% within DERMATITIS 15.6% 50.0% 32.8%
Total Count 32 32 64
Expected Count 32.0 32.0 64.0
% within DERMATITIS 100.0% 100.0% 100.0%
96
Chi-square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.576a 1 .003
Continuity Correctionb 7.087 1 .008
Likelihood Ratio 8.905 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear Association 8.442 1 .004
N of Valid Casesb 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KATEGORI
PH (KURANG BAIK / BAIK) 5.400 1.660 17.561
For cohort DERMATITIS =
DERMATITIS 2.637 1.186 5.863
For cohort DERMATITIS =
TIDAK DERMATITIS .488 .310 .771
N of Valid Cases 64
97
PENGGUNAAN APD
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KATEGORI APD *
DERMATITIS 64 100.0% 0 .0% 64 100.0%
KATEGORI APD * DERMATITIS Crosstabulation
DERMATITIS
Total
DERMATITIS
TIDAK
DERMATITIS
KATEGORI APD TIDAK
MENGGUNAKAN
Count 27 13 40
Expected Count 20.0 20.0 40.0
% within
DERMATITIS 84.4% 40.6% 62.5%
MENGGUNAKAN Count 5 19 24
Expected Count 12.0 12.0 24.0
% within
DERMATITIS 15.6% 59.4% 37.5%
Total Count 32 32 64
Expected Count 32.0 32.0 64.0
% within
DERMATITIS 100.0% 100.0% 100.0%
98
Chi-square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.067a 1 .000
Continuity Correctionb 11.267 1 .001
Likelihood Ratio 13.713 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.862 1 .000
N of Valid Casesb 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KATEGORI
APD (TIDAK
MENGGUNAKAN /
MENGGUNAKAN)
7.892 2.409 25.857
For cohort DERMATITIS =
DERMATITIS 3.240 1.443 7.276
For cohort DERMATITIS =
TIDAK DERMATITIS .411 .251 .671
N of Valid Cases 64
99
Lampiran 11
DOKUMENTASI PENELITIAN
100
Lampiran 12
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi
101
Lampiran 13
LEMBAR KONSULTASI BIMBING
102
103
Lampiran 14