skripsi hubungan persepsi ibu hamil tentang …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG VOLUNTARRY COUNCELLING AND TEST (VCT) DENGAN
MINAT PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI RSUD. DR.H. KUMPULAN PANE KOTA TEBING TINGGI
TAHUN 2018
DESI ENJELINA NAINGGOLAN
P07524414011
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG VOLUNTARRY COUNCELLING AND TEST (VCT) DENGAN
MINAT PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI RSUD. DR.H. KUMPULAN PANE KOTA TEBING TINGGI
TAHUN 2018
Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
DESI ENJELINA NAINGGOLAN
P07524414011
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI DIV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, JULI 2018 DESI ENJELINA NAINGGOLAN HUBUNGAN PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG VOLUNTARRY COUNCELLING AND TEST (VCT) DENGAN MINAT PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI RSUD DR. H. KUMPULAN PANE KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2018
ix + 40 halaman, 3 tabel, 2 gambar, 11 lampiran
Abstrak
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yaitu penyakit yang menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Di Indonesia pada tahun 2013 ada 29.037 kasus baru HIV positif dan jumlah penderita AIDS ada 52.348 kasus. Di Indonesia Tahun 2014 jumlah ibu hamil yang positif mengidap Virus HIV sebanyak 4.562 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganpersepsi Ibu Hamil tentang VCT dengan minat pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 50 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitas. Metode analisa data dengan menggunakan chi square test dengan derajat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan perspsi Ibu Hamil Tentang VCT dengan Minat pencegahan HIV dan AIDS di RSUD.dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dengan nilai p =0,019 (< 0,05) dengan RP= 2,17(Ci 1,04-4,52) artinya ibu hamil yang memiliki persepsi baik, memiliki kemungkinan 2,17 kali lebih banyak minat pencegahan HIV dan AIDS dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kurang.
Diharapkan bagi RSUD. Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi hasil penelitian ini perlu dilakukan edukasi yang melibatkan banyak pihak untuk mengetahui minat ibu hamil untuk melakukan VCT.
Kata kunci: Persepsi, Minat, HIV dan AIDS, VCT, dan Tebing Tinggi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Berkat dan Kasih KaruniaNya sehingga penyusunan Skripsi ini telah
terselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Program khusus D-IV 0 Tahun
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018 dengan judul yaitu
“Hubungan Persepsi Ibu Hamil Tentang Voluntary Councelling and Testing (VCT)
Dengan Minat Pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. dr. H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi Tahun 2018”.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan, sekaligus Ketua penguji yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan Skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Plt Kaprodi D-IV Kebidanan 0 Tahun
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Bebaskita Br. Ginting, SSiT, MPH selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan
bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Julietta Hutabarat, SST, M.Keb selaku penguji I yang telah memberikan
kritikan dan masukan dalam penulisan Skripsi ini.
6. Pimpinan RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian dan membimbing dalam
pembuatan Skripsi ini.
7. Seluruh ibu hamil yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
8. Hormat dan sembah sujud ananda kepada kedua orang tua, ayahanda
tercinta Pdt. M. Nainggolan, STh dan ibunda tersayang T. Simbolon, SPd
yang telah membesarkan, membimbing dan mengasuh penulis dengan
penuh cinta dan kasih sayang yang selalu menjadi sumber inspirasi dan
motivasi buat penulis dan juga telah memberikan dukungan moril dan
material sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Abang dan penulis, Jerry Fassur Nainggolan,S.Pd, Romauli, M.Kes, Ida
Merdekawati Nainggolan,S.Tr.Keb, Rudy Hartono Nainggolan,SE yang
telah memberikan dukungan, cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.
10. Adik Piri Penulis, Ilvi Puspha Juliani Siregar, Natalia Nainggolan, dan Lely
Sinaga yang selalu memberikan doa, kasih sayang yang tak terhingga
dan dukungan kepada penulis.
11. Memet Kesayangan Penulis, Mince Bidora Siahaan, Lestari Oktaviani
Ginting, dan Larasati Utami yang selalu berbagi cinta dan kasih sayang.
Yang selalu ada di saat suka maupun duka, dan selalu bersama
menjalani manis dan pahitnya kehidupan sejak masuk asrama hingga
saat terselesainya skripsi ini.
12. Adik Penulis, Putri Valensari Simamora dan Feby Achirani Alwiyah yang
tak lupa juga memberikan doa dan dukungan kepada penulis, serta
13. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes
Medan yang telah berbagi pengalaman, masukan dan memberikan
dorongan moril terhadap penulis dalam pembuatan Skripsi ini, juga untuk
kebersamaan yang bermakna dan tak akan terlupakan selama
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Baik dari
teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya Skripsi
ini. Semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya.
Medan, 24 Juli 2018
Desi Enjelina Nainggolan
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii ABSTRAK ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR......................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ........................................................................ 1 B Rumusan Masalah ................................................................. 5 C Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum .................................................................. 5 C.2 Tujuan Khusus ................................................................. 5
D Manfaat Penelitian D.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 5 D.2 Manfaat Praktis ................................................................ 5
E Keaslian Penelitian.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
A.1 Konsep Persepsi ibu hamil............................................... 7 A.1.1 Pengertian Persepsi ..................................................... 7 A.1.2 Teori yang Mempengauhi Persepsi .............................. 10 A.1.3 Cara Pengukuran Persepsi .......................................... 11 A.1.4 Pengertian Kehamilan .................................................. 12 A.2 Konsep VCT .................................................................... 13 A.2.1 Pengertian VCT ........................................................ 13 A.2.2 Prinsip VCT ............................................................... 14 A.2.3 Model Layanan VCT ................................................. 14 A.2.4 Tahapan Layanan VCT.... . ....................................... 15 A.3 Minat Pencegahan HIV dan AIDS .................................... 17 A.3.1 Pengertian Minat ....................................................... 17 A.3.2 Pengukuran Minat ..................................................... 18 A.3.3 Defenisi HIV dan AIDS .............................................. 19 A.3.4 Cara Penularan HIV dan AIDS. ................................. 20 A.3.5 Aspek Klinik HIV dan AIDS ....................................... 21
B. Kerangka Teori ..................................................................... 23 C Kerangka Konsep ................................................................... 24
D Definisi Operasional ................................................................ 24 E Hipotesis ................................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN A Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 26 B Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 26 C Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 26 D Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................ 27 E Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian .............................. 28 F Uji Validitas dan Realibitas ...................................................... 29 G Prosedur Penelitian ................................................................ 30 H Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................ 30 I Etika Penelitian ......................................................................... 31
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
A Hasil penelitian ........................................................................ 32 B Pembahasan .......................................................................... 33
BAB V. Kesimpulan dan Saran
A Kesimpulan ............................................................................. 40
B Saran ...................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Definisi Operasional ...................................................................... 24
Tabel 4.1 Hubungan Persepsi ibu hamil yang melakukan
ANC tentang VCT dengan minat pencegahan
HIV dan AIDS ............................................................................... 33
Tabel 4.2 Hubungan Persepsi ibu hamil yang melakukan
ANC tentang VCT dengan minat pencegahan
HIV dan AIDS ............................................................................. 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ........................................................ 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Waktu Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Hasil Olah Data
Lampiran 4 Uji Validitas
Lampiran 5 Surat Permohonan Survey Pendahuluan
Lampiran 6 Surat Balasan Survei Pendahuluan
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 9 Etical Clearence
Lampiran 10 Lembar Konsultasi
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS) yaitu penyakit yang menyerang sel darah putih khusus yang
disebut dengan T-lymphocytes. World Health Organization dan United Nations
Acquired Immunodeficiency Syndrome, dua organisasi dunia memberi
peringatan bahaya kepada 3 negara di Asia yaitu negara China, India
dan Indonesia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV.
Bisa dikatakan ketiga negara tersebut berada pada posisi serius. Apalagi ketiga
negara tersebut mempunyai populasi penduduk terbesar di dunia
(Khosidah, 2014).
Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV
yang meliputi 16 Juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 Tahun, dan 15,8
juta laki-laki serta anak berusia > 15 Tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada
tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak
berusia <15 Tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri
dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 Tahun (Infodatin, 2014).
Di Indonesia pada tahun 2013 ada 29.037 kasus baru HIV positif dan
jumlah kumulatif penderita AIDS ada 52.348 kasus. Jumlah Infeksi baru AIDS
pada tahun 2013 sebesar 5.608 kasus (Kemenkes RI, 2013).
Jumlah infeksi baru HIV pad a tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri
dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15 Tahun. Jumlah kematian
akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa
dan 190.000 anak berusia <15 Tahun (Kemenkes RI, 2014).
Kasus kumulatif HIV dan AIDS di Sumut, sampai tanggal 30 Juni 2014
adalah 10.367 yang terdiri atas 8,794 HIV dan 1,573 AIDS. Jumlah ini
menempatkan Sumut pada peringkat ke-10 secara nasional. Jika kasus HIV
sampai pada masa AIDS, itu artinya jumlah kasus AIDS di Sumut akan melonjak
(Kemenkes RI, 2014).
Di Indonesia pada tahun 2014 jumlah ibu hamil yang dites HIV sebanyak
10.785 orang terdapat 2.364 orang ibu hamil dengan usia kehamilan muda yang
positif mengidap virus HIV dan 2.198 orang ibu hamil dengan usia kehamilan tua
yang positif mengidap virus HIV (Kemenkes, 2014)
Salah satu target Millenium Development Goals (MDG)
kesehatan ibu dan anak adalah menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, dan mencegah penyebaran HIV dan AIDS pada
tahun 2015. Sementara sesuai hasil pertemuan United Nation General Assembly
Special Session on HIV dan AIDS tahun 2007, dicapai komitmen untuk
menurunkan bayi yang terinfeksi HIV dan AIDS ( 20% pada tahun 2005
dan 50% sampai dengan tahun 2010), serta menjaminkan 80% ibu hamil yang
berkunjung ke pelayanan antenatal care (ANC) untuk mendapat konseling dan
pelayanan pencegahan HIV dan AIDS (Philippe, 2009).
Menurut Depkes RI (2012), Prevention Mother to Child Transmission
(PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke Anak (PPIA),
merupakan program pemerintah untuk mencegah penularan HIV dan AIDS
dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Program tersebut mencegah terjadinya
penularan pada perempuan usia produktif, kehamilan dengan HIV Positif,
penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya. Prevalensi kasus AIDS
lebih besar karena merupakan kewajiban untuk melaporkan kasus kematian
karena AIDS, tetapi kasus HIV cenderung tidak dilaporkan. Kecenderungan tidak
melaporkan ini secara tidak langsung menunujukan masih banyak stigma
terhadap HIV dan AIDS di masyarakat.
Masalah penyakit HIV dan AIDS di ibaratkan seperti fenomena gunung
es, dimana yang tampak hanyalah puncaknya saja. Sama halnya dengan
penyakit HIV dan AIDS yang tampak hanyalah kasus yang dilaporkan saja.
Namun demikian, infeksi HIV dan AIDS di Indonesia tersebut telah berkembang
menjadi ancaman nasional berdasarkan dua fakta yang meyakinkan.
Pertama, sejak deka-de terakhir jumlah kasus yang ditemukan memper-lihatkan
kecenderungan yang terus meningkat. Kedua, jumlah kasus HIV dan AIDS
yang dilaporkan tersebut ternyata tidak mencerminkan kondisi
yang sesungguhnya didalam masyarakat. (Riyarto, 2010)
Kasus HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan pane Kota Tebing Tinggi
hingga Februari 2015 adalah 43 penderita HIV dan AIDS, dimana 23 diantaranya
merupakan warga dalam kota dan 20 warga luar kota. Dari jumlah penderita
dalam kota itu , 11 perempuan, 10 laki-laki, dan 2 bayi yang terkontaminasi
dari ibunya.
Faktor resiko penularan HIV dan AIDS dapat menular melalui hubungan
seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara
bergantian, transfusi darah dengan orang yang terkena HIV dan AIDS,
dan penularan ibu ke bayi yang dikandungnya. Faktor resiko penularan
HIV dan AIDS melalui hubungan seks yang tidak aman antara lain terjadi
pada kelompok homoseksual, heteroseksual dan kelompok biseksual, IDU,
transfusi darah, transmisi perinatal dan tidak diketahui penyebabnya
yang berganti-ganti pasangan seksualnya dan tidak menggunakan kondom
(Purwanti, 2014).
Faktor penyebab tingginya kejadian HIV dan AIDS pada kelompok
perempuan antara lain karena faktor perempuan masih dianggap kelas dua,
sehingga mereka tidak berdaya menolak atau memilih pasangan seksualnya
seperti kaum laki-laki. Risiko ini semakin tinggi bagi perempuan pada umumnya,
ketika budaya patriakal di Indonesia masih terjadi, sehingga menempatkan
perempuan pada posisi paling rentan untuk sisi manapun. Di beberapa suku,
perempuan yang telah ”dibeli”, sudah menjadi milik laki-laki. Oleh karena sudah
”dibeli” dengan harga demikian maka laki-laki di tempat lainnya akan selalu
menempatkan perempuan sebagai warga masyarakat kelas dua, dan harus rela
diperlakukan apa pun oleh laki-laki. Di beberapa daerah di Indonesia penularan
HIV dan AIDS pada kelompok perempuan dapat terjadi akibat banyaknya
hubungan seks berganti-ganti pasangan,berhubungan seks di usia muda,
serta rendahnya pemakaian kondom (Purwanti, 2014).
Faktor resiko angka kejadian HIV dan AIDS di Indonesia sampai
dengan Juni 2013 didominasi oleh faktor resiko kelompok heteroseksual
sebanyak 26.158 dengan angka kejadian HIV dan AIDS tertinggi pada golongan
umur 20-29 tahun dan umur 30-39 tahun (Khosidah, 2014).
Meningkatnya prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir ini dan dampak akibat penyebaran infeksi HIV dan AIDS,
maka masalah HIV dan AIDS dianggap bukan hanya masalah medik
dari penyakit menular semata tapi sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang menyangkut semua aspek kehidupan manusia baik medik,
psikologik, sosial dan budaya. Program penanggulangan HIV dan AIDS
baik pencegahan antara lain: pengamanan darah, komunikasi-informasi
dan edukasi (KIE) telah berjalan cukup baik, namun program pelayanan
dan dukungan masih sangat terbatas, khususnya program VCT
(Khosidah, 2014).
VCT merupakan bentuk pembinaan dua arah atau dialog
yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan
untuk mencegah penularan HIV, memberi dukungan moral, informasi,
serta dukungan lainnya kepada Orang dengan HIV dan AIDS, keluarga, dan
lingkungannya. VCT seharusnya dimanfaatkan secara maksimal khususnya oleh
kelompok ibu rumah tangga yang menduduki peringkat kedua tertinggi kasus HIV
dan AIDS sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan HIV dan AIDS. Akan
tetapi, pada kenyataannya profesi ibu rumah tangga menduduki peringkat
terendah atau persentase terkecil yang melakukan upaya pencegahan HIV dan
AIDS melalui VCT. Melalui VCT diharapkan dapat mendorong ibu rumah tangga
untuk menjaga kesehatan dan memberikan informasi pada ibu rumah tangga
agar terhindar dari penyebaran HIV dan AIDS.
Teori L.Green dan Health Belief Models menyatakan bahwa perilaku
dibentuk oleh persepsi terhadap kegawatan , persepsi terhadap kerentanan,
persepsi terhadap manfaat dan hambatan dan faktor pencetus.
Orang yang memiliki persepsi yang baik tentang VCT maka dia akan memiliki
minat dan tujuan untuk melakukan VCT.
Berdasarkan data yang didapat dari RSUD.Dr.H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi, jumlah ibu hamil yang melakukan ANC pada bulan Januari 2018
sebanyak 98 orang dan Jumlah ibu hamil yang melakukan VCT sebanyak
8 Orang.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian yang dilakukan: bagaimana
hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat pencegahan HIV dan
AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini adalah: “Bagaimana hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat
pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
Tahun 2018 ?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan persepsi Ibu Hamil tentang VCT dengan
minat pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi Tahun 2018.
C.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persepsi Ibu Hamil tentang VCT
di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui minat ibu hamil dalam pencegahan HIV dan AIDS di
RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui hubungan persepsi Ibu Hamil dengan Minat
pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota
Tebing Tinggi Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
Data atau informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman peneliti tentang
persepsi Ibu Hamil tentang Voluntary Councelling ang Testing (VCT)
dengan minat pencegahan HIV dan AIDS.
D.2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan bagi Rumah sakit dalam melakukan konseling VCT
untuk mencegah penularan HIV dan AIDS.
E. Keaslian penelitian
Penelitian Yeni Tasa, dkk (2016) tentang Pemanfaatan Voluntary Counseling
and Testing oleh Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Belu. Variabel dependen
adalah pemanfaatan VCT, sedangkan variabel independen adalah umur, tingkat
pendidikan, persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan kesehatan,
pekerjaan suami, pendapatan keluarga, keterjangkauan, persepsi keparahan
penyakit, dan persepsi stigma diri sendiri. Instrumen pengumpulan data
menggunakan kuesio ner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Metode yang digunakan kuantitatif dengan disain cross sectional. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Belu pada bulan Januari sampai Juli 2015. Populasi
adalah ibu rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS berjumlah 90 orang. Sampel
berjumlah 90 orang atau total populasi. Persamaan dengan penelitian tersebut
terletak pada metode penelitian. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak
pada Variabel penelitian dan Jenis penelitian yang digunakan bersifat analitik.
Penelitian oleh Amik Khosidah, Sugi Purwanti tentang persepsi ibu rumah
tangga tentang Voluntarry Councelling and Testing (VCT) terhadap perilaku
pencegahan hiv-aids di wilayah kerja Puskesmas Baturaden. Jenis penelitian
survey analitik, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian yang dilakukan
adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dengan menggunakan logika
triangulasi yaitu hasil penelitian kuantitatif dapat dicek (dicroscek) dengan hasil
penelitian kualitatif, sehingga kedua hasil penelitian diharapkan saling
memperkaya dan meningkatkan validitas kesimpulan penelitian. Populasi
penelitian kuantitatif adalah semua wanita usia subur sejumlah 893 orang yang
berasal dari 2 desa di wilayah kerja Puskesmas Baturaden. Besar sampel dalam
penelitian ini adalah sejumlah 90 orang wanita usia subur. Prosedur dan teknik
pengambilan sampel penelitian kuantitatif menggunakan metode stratified
sampling. Sampel kualititaif dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria
informan penelitian yang kaya informasi tentang VCT yaitu ibu rumah tangga
yang melakukan VCT dengan hasil positif dan negative serta petugas
Puskesmas. Jenis penelitian survey analitik, dengan pendekatan waktu cross
sectional. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada Tempat penelitian,
Waktu penelitian, Variabel penelitian yaitu persepsi ibu hamil tentang VCT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1. Konsep Persepsi Ibu Hamil
A.1.1. Pengertian Persepsi
“Persepsi merupakan proses internal yang diakui individu
dalam menyeleksi, dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Stimuli itu
ditangkap oleh indera, secara spontan pikiran dan perasaan kita akan memberi
makna atas stimuli tersebut. Secara sederhana persepsi dapat dikatakan
sebagai proses individu dalam memahami kontak/ hubungan dengan dunia
sekelilingnya”(Suranto Aw, 2010).
Persepsi itu bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam individu, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan
dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam
mempersepsikan stimulus, hasil dari persepsi mungkin dapat berbeda satu
dengan yang lain karena sifatnya yang sangat subjektif (Walgito, 2010)
Menurut Walgito (2010), proses terjadinya persepsi tergantung dari
pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil
pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli,
pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation,
begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat
seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian
pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses
closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan
yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh.
Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan
stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya,
sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut.
1. Faktor Eksternal
a. Kontras
Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat
kontras baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
b. Perubahan Intensitas
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang
berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
c. Pengulangan (repetition)
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut
tidak termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat
perhatian kita.
d. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada
sesuatu yang telah kita ketahui.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik
perhatian seseorang.
2. Faktor Internal
a. Pengalaman atau pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus
yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari
akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
b. Harapan (expectation)
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi
terhadap stimulus.
c. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan
stimulus secara berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian
sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli
sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli
rumah.
d. Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang
termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan
rokok sebagai sesuatu yang negatif.
e. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus
yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan
mempersepsikan semuanya serba indah.
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,
namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya
sebagai sama saja.
Menurut Becker yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
dimana perilaku ini mencakup, antara lain:
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang
adalah dalam arti kualitas mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh
dan kuantitas menyatakan jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.
2. Olahraga teratur yang mencakup kualitas dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa
tujuan positif bagi kesehatan manusia.
4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras
dan menggunakan narkoba akhir-akhir ini cenderung meningkat.
Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai
kebiasan sendiri.
5. Istirahat cukup, dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
dan penyesuaian dengan lingkungan modern mengharuskan orang
untuk bekerja keras dan berlebihan sehingga kurang waktu istirahat.
6. Mengendalikan stres. Stress akan terjadi pada siapa saja, apalagi akibat
tuntutan hidup yang keras. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap
orang. Stres tidak dapat dihindari yang penting agar stres tidak mengganggu
kesehatan, dengan cara mengendalikan dan mengelola stres
dengan kegiatan-kegiatan positif.
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,
misalnya tidak berganti-ganti pasangan, penyesuaian diri dengan lingkungan.
A.1.2 Teori yang Memengaruhi Persepsi
1. Health Belief Model
Menurut Edberg (2007), Health Belief Model (HBM) merupakan teori
yang paling luas digunakan. HBM dicetuskan pada tahun 1950-an berkat
penelitian psikolog sosial dari U.S Public Health Service yakni Godfrey
Houchbaum, Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles. HBM dalam promosi
kesehatan harus memperhatikan komponen-komponen atau konstruksi
yang merupakan pengungkit bagi faktor yang mempengaruhi perilaku.
Komponen-komponen model hubungan kesehatan dengan kepercayaan HBM
adalah:
a. Persepsi kerentanan
Derajat risiko yang dirasakan seseorang terhadap masalah kesehatan.
b. Persepsi keparahan
Tingkat kepercayaan seseorang bahwa konsekuensi masalah kesehatan
yang akan menjadi semakin parah.
c. Persepsi manfaat
Hasil positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari tindakan.
d. Persepsi hambatan
Hasil negatif yang dipercayai sebagai hasil dari tindakan.
e. Petunjuk untuk bertindak
Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.
f. Efikasi diri.
Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan tindakan.
2. Teori Stimulus-Organisme-Respon
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas dan kepemimpinan akan berpengaruh pada perubahan
perilaku seseorang atau sekelompok orang. Menurut Hosland, et al (1953)
dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa perubahan perilaku ada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar yang terdiri dari:
a. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Jika stimulus ditolak maka stimulus tersebut tidak efektif. Tetapi bila stimulus
diterima maka ada perhatian dan stimulus efektif.
b. Apabila stimulus mendapat perhatian maka stimulus akan dilanjutkan
pada proses selanjutnya.
c. Setelah organisme mengolah stimulus tersebut hingga kesediaan
untuk bertindak akan diterima (bersikap).
d. Adanya dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan adanya efek
tindakan (perubahan perilaku).
Pada penelitian ini lebih dibahas mengenai tahap terbentuknya sebuah
perilaku pencegahan terhadap HIV dan AIDS.
A.1.3 Cara Pengukuran Persepsi
Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat,opini
atau sikap (attitude). Menurut Mar’at (1991), persepsi sebagai aspek kognitif dari
sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif dari sikap, maka
untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen
pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar’at mengemukakan tiga pendekatan untuk
mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan peryataan sikap.
Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu
objek psikologis, Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa ada tiga metode, yaitu
skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya
menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif.
Kendati demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua
atau tiga pilihan. Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai
arah penyataan sikap atau persepsi.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang
terjadi. Hal ini sudah spesifik di jelaskan oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut
sebgai variabel penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi
sub-variabel, kemudian menjadi indikator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk
menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan
variabel penelitian ( Iskandar, 2009:83).
Pernyataan atau pertanyaan tadi kemudian di respon dalam bentuk skala
liker, yang diungkapkan melalui kata-kata, misalnya: Sangat setuju, setuju,
kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
Sehubungan dengan itu, persepsi ibu diukur dengan menggunakan model
Likert.
A.1.4. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan sperma laki-
laki dengan ovum perempuan. Spermatozoa mempertahankan fertilisasinya
selama 2 sampai 4 hari, kemudian sel telur (ovum) akan hidup maksimal 48 jam
setelah ovulasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kelender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 Trimester, di mana
Trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, Trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan Trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (Hutahaean S,2016).
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio
dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang
pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya
menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses
konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin.
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan kedua dari bulan keempat sampai keenam
dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai kesembilan. Faktor resiko pada
ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak dan beberapa faktor
biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko
kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang
berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya
pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko
yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan beresiko
tinggi.
A.2. Konsep VCT
A.2.1. Pengertian VCT
VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung
tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan lainnya
kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya.
VTC mempunyai tujuan sebagai :
1) Upaya pencegahan HIV dan AIDS
2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi
atau pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang
terinfeksi HIV.
3)Upaya mengembangkan perubahan perilaku, sehingga secara dini
mangarahakan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan
termasuk akses terapi antiretroviral (ARV), serta membantu mengurangi
stigma dalam masyarakat.
Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan
dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV dan AIDS,
mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku
yang bertanggungjawab, pengobatan antiretroviral (ARV) dan memastikan
pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV dan AIDS yang bertujuan
untuk perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan lebih aman
(Depkes, 2006).
A.2.2. Prinsip Layanan VCT
Menurut KPA (2009), VCT merupakan salah satu strategi kesehatan
masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV dan
AIDS berkelanjutan yang berdasarkan prinsip:
a. Sukarela dalam melaksanakan testing HIV
Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa
paksaan dan tanpa tekanan. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak
ditangan klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga
tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah,
pekerja seksual, Injecting Drug User (IDU), rekrutmen pegawai / tenaga kerja
Indonesia dan asuransi kesehatan.
b. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas.
Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat
semua klien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga
kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan
didiskusikan diluar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis
harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak
berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien maka
informasi kasus dari diri klien dapat diketahui.
c. Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif
Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti
pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi prilaku beresiko.
Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima
hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif.
d. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT.
World Health Organization (WHO) dan Departemen Kesehatan RI telah
memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV.
Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh
konselor yang sama atau konselor lain yang disetujui oleh klien.
A.2.3. Model Layanan VCT
Dalam Depkes (2007), Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai
layanan terkait yang dibutuhkan, misalnya klinik Infeksi Menular Seksual (IMS),
klinik Tuberkulosa (TB), Klinik Tumbuh Kembang Anak dan sebagainya.
Lokasi layanan VCT hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga
mudah diakses dan mudah diketahui oleh klien VCT. Namun klinik cukup mudah
dimengerti sesuai dengan etika dan budaya setempat dimana pemberian nama
tidak mengundang stigma dan diskriminasi. Model layanan VCT terdiri atas :
a. Mobile VCT (Penjangkauan dan keliling)
Mobile VCT adalah model layanan dengan penjangkauan dan keliling
yang dapat dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau layanan
kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat
yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV dan AIDS di wilayah
tertentu. Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok
masyarakat di wilayah tersebut dan survei tentang layanan kesehatan
dan layanan dukungan lainnya di daerah setempat.
b. Statis VCT (Klinik VCT tetap)
Statis VCT adalah sifatnya terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana
kesehatan lainnya,artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan
yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya harus memiliki
kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan VCT, layanan pencegahan,
perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV dan AIDS.
A.2.4. Tahapan Layanan VCT
a. Pre-test counseling
Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor
yang bertujuan untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan pengetahuan
pada klien tentang HIV dan AIDS. Isi diskusi yang disampaikan adalah klarifikasi
pengetahuan klien tentang HIV dan AIDS, menyampaikan prosedur tes
dan pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi
hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan
informed consent dan konseling seks yang aman.
b. HIV testing
Pada umumnya, tes HIV dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi
dalam darah seseorang. Jika HIV telah memasuki tubuh seseorang,
maka di dalam darah akan terbentuk protein khusus yang disebut antibodi.
Antibodi adalah suatu zat yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh manusia
sebagai reaksi untuk membendung serangan bibit penyakit yang masuk. Pada
umumnya antibodi terbentuk di dalam darah seseorang memerlukan waktu 6
minggu sampai 3 bulan tetapi ada juga sampai 6 bulan bahkan lebih. Jika
seseorang memiliki antibodi terhadap HIV di dalam darahnya, hal ini berarti
orang itu telah terinfeksi HIV.
Tes HIV yang umumnya digunakan adalah Enzyme Linked Imunosorbent
Assay (ELISA), Rapid Test dan Western Immunblot Test. Setiap tes HIV
ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda.
Sensitivitas adalah kemampuan tes untuk mendeteksi adanya antibodi HIV
dalam darah sedangkan spesifisitas adalah kemampuan tes untuk mendeteksi
antibodi protein HIV yang sangat spesifik.
1. Enzyme Linked Imunosorbent Assay (ELISA)
Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap
virus HIV. Tes ELISA ini dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur,
atau air kencing. Hasil positif pada ELISA belum dapat dipastikan bahwa orang
yang diperiksa telah terinfeksi HIV karena tes ini mempunyai sensitivitas tinggi
tetapi spesifisitas rendah. Oleh karena itu masih diperlukan tes
pemeriksaan lain untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi
walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang
tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.
2. Rapid Test
Penggunaan dengan metode rapid testmemungkinkan klien mendapatkan
hasil tes pada hari yang sama dimana pemeriksaan tes hanya membutuhkan
waktu 10 menit. Metode pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah jari
dan air liur. Tes ini mempunyai sensitivitas tinggi (mendekati 100%)
dan spesifisitas (>99%). Hasil positif pada tes ini belum dapat dipastikan apakah
dia terinfeksi HIV. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan tes lain
untuk mengkonfirmasi hasil tes ini.
3. Western Immunoblot Test
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Western blot digunakan sebagai tes konfirmasi untuk tes HIV
lainnya karena mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi untuk memastikan
apakah terinfeksi HIV atau tidak.
c. Post-test counseling
Post-test counseling adalah diskusi antara konselor dengan klien
yang bertujuan menyampaikan hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi
dengan hasil tes, menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental
emosional klien, membuat rencana dengan menyertakan orang lain
yang bermakna dalam kehidupan klien, menjawab, menyusun rencana
tentang kehidupan yang mesti dijalani dengan menurunkan perilaku berisiko
dan perawatan, dan membuat perencanaan dukungan.
A.3. Minat Pencegahan HIV dan AIDS
A.3.1. Pengertian Minat
Minat itu adalah pernyataan suatu kebetulan yang tidak terpenuhi.
Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada
suatu instink. Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertatik pada
sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi, 2006).
Menurut Crow, Minat adalah pendorong yang menyebabkan seseorang
memberi perhatian terhadap orang, sesuatu, aktivitas-aktivitas tertentu.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat :
Menurut Basu Swasta dan Hani Handoko (2000) menyebutkan
bahwa minat mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku.
Minat (intention) merupakan variabel perantara yang menyebabkan terjadinya
perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel minat adalah:
a. Minat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor motivasional
yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba.
c. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
seseorang untuk dilakukan.
d. Minat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.
Minat dipandang sebagai suatu variabel penentu bagi perilaku
yang sesungguhnya. Artinya, semakin kuat minat terhadap sesuatu,
semakin besar pula keberhasilan prediksi perilaku atau tujuan keperilakuan
tersebut untuk terjadi.
Lebih lanjut Purwanto (2011) menyatakan bahwa proses terjadinya suatu
minat terdiri dari:
a) Motif (alasan, dasar, pendorong).
b) Perjuangan motif, sebelum mengambil pada batin terdapat beberapa motif
yang bersifat luhur dan disini harus dipilih.
c) Keputusan, inilah yang sangat penting berisi pemilihan antara motif yang ada,
meninggalkan kemungkinan yang lain sebab tidak mungkin seseorang
mempunyai macam keinginan pada waktu yang sama.
Menurut Hurlock dalam Rahmanto (2011) faktor yang mempengaruhi
perkembangan minat individu dapat dikelompokan menjadi diantaranya:
a. Faktor internal yang terdiri dari faktor jasmaniah, kematangan fisik
maupun psikis dan faktor fisiologis yang bersifat bawaan maupun herediti;
b. Faktor eksternal yang terdiri dari faktor sosial meliputi lingkungan keluarga
dan sekolah, faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan
dan teknologi, faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah,
iklim dan sebagainya, dan faktor spiritual.
A.3.2. Pengukuran Minat
Minat merupakan suatu perasaan antara sikap yang timbul dari pada
pengalaman subjektif. Keberadaan dan kekuatan minat hanya dapat diketahui
melalui suatu pengukuran dengan menggunakan alat ukur tertentu.
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap minat
seseorang, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurkancana dan Sumartana
dalam Rahmanto (2011 ) bahwa pengukuran minat dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Observasi
Pengukuran dengan metode observasi ini memiliki keuntungan karena
dapat mengamati minat seseorang dalam kondisi wajar.
Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun
di luar kelas. Kelemahannya tidak dapat dilakukan terhadap situasi
atau beberapa hasil observasi yang bersifat subjektif.
b.Interview
Interview baik digunakan untuk mengukur minat, sebab biasanya siswa
gemar memperbicarakan hobinya atau aktivitas lain yang menarik hatinya.
Pelaksanaan interview sebaiknya dilakukan dalam situasi santai,
sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas.
c. Kuesioner / Angket
Yaitu mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis. Isi pertanyaan
yang diajukan dalam angket pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi
pertanyaan wawancara. Dibandingkan dengan wawancara dan observasi,
angket lebih efisien.
d.Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau
penilaian yang sejenis kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar
pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner reponden
menulis jawaban relatif panjang sedangkan pada inventoriresponden
memberikan jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor
atau dengan tanda-tanda lain yang berupa jawaban singkat.
Dalam penelitian ini, pengukuran minat diukur dengan cara menggunakan
kuesioner.
A.3.3 Definisi HIV dan AIDS
Menurut Gallant (2010), HIV adalah virus yang menyerang kekebalan
tubuh manusia. HIV ini menyerang sel-sel darah putih yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit. Salah satu unsur yang penting dalam
sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4 yang merupakan salah satu jenis sel
darah putih. Namun sel CD4 dibunuh ketika HIV menggandakan diri dalam
darah. Semakin lama individu terinfeksi HIV maka semakin banyak sel CD4
dibunuh sehingga jumlah sel semakin rendah dan kemampuan sistem kekebalan
tubuh untuk melindungi diri dari infeksi semakin rendah. Seseorang yang
terinfeksi HIV tetapi tanpa gejala disebut HIV positif dan ketika gejala seperti
infeksi oportunistik yang lain muncul maka individu tersebut memasuki
fase AIDS.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disertai oleh infeksi HIV.
Gejala-gejala tersebut tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya.
Infeksi oportunistik terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh
yang disebabkan rusaknya imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut
(Pegangan Konselor HIV dan AIDS, 2003). Individu yang terinfeksi HIV
dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit
tertentu akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Kerusakan sistem kekebalan tubuh terjadi secara bertahap yaitu mula-mula
tidak ada gejala, kemudian diikuti oleh gejala seperti pembesaran kelenjar getah
bening, diare, penurunan berat badan dan sariawan. Gambaran klinik yang berat
mulai timbul ketika jumlah limfosit CD4 kurang dari 200 per mm3
(Djoerban, 2006).
A.3.4. Cara Penularan HIV dan AIDS
HIV tidak dapat tersebar dengan sendirinya atau bertahan lama diluar
tubuh manusia. Virus tersebut membutuhkan cairan tubuh manusia untuk bisa
hidup, bereproduksi dan mampu menularkan ke orang lain. Virus tersebut
ditularkan melalui darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu dari pengidap
HIV. Menurut Widjajanti (2009) , ada tiga metode penyebaran virus HIV, yaitu:
1. Hubungan seks tidak aman
Hubungan seks melalui vagina, anal, dan oral dengan pengidap
HIV atau penderita AIDS merupakan cara yang banyak terjadi pada penularan
HIV dan AIDS.
2. Melalui Darah yang Tercemar HIV
Penyebaran virus HIV juga terjadi ketika orang menggunakan jarum suntik
atau alat injeksi yang tidak steril secara bersama, biasanya terjadi di kalangan
para pengguna narkoba yang di antara mereka ada yang mengidap HIV.
Penyebaran juga terjadi di beberapa tempat-tempat perawatan kesehatan
yang tidak memenuhi standar atau melalui transfusi darah yang belum
dilakukan screening terhadap HIV. Penggunaan peralatan tato dan alat tindik
yang tidak steril dapat juga menyebarkan virus HIV.
3. Melalui Ibu kepada Anaknya
Seorang wanita yang mengidap HIV dapat menularkan virus HIV kepada
anaknya pada saat kehamilan, kelahiran atau pada masa menyusui.
A.3.5. Aspek Klinik HIV dan AIDS
Global Programme on AIDS dari WHO (dalam Djoerban, 2006)
membagi tingkat klinik infeksi HIV menjadi empat yaitu:
a. Tingkat klinik I (Asimptomatik)
Pada tingkat ini terjadi pembesaran kelenjar getah bening di beberapa
tempat yang menetap namin belum tampak gejala sama sekali dan masih
dapat melakukan aktivitas secara normal.
b. Tingkat klinik II (Dini)
Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala seperti penurunan
berat badan kurang dari 10%, kelainan mulut dan kulit yang ringan
misalnya dermatitis, seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku,
ulkus pada mulut berulang dan cheilitis angularis
dan infeksi saluran pernafasan misalnya sinusitis tetapi aktivitas
tetap normal.
c. Tingkat klinis III (Menengah)
Pada tingkat ini, penderita biasanya mengalami gejala-gejala
seperti penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik
lebih dari 1 bulan dan penyebab tidak diketahui,
panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang
timbul maupun terus menerus, kandidiasis di mulut, bercak putih
berambut di mulut, tuberkulosis paru setahun terakhir, infeksi bakteril
yang berat misalnya pneumonia dan lebih banyak berbaring di tempat
tidur lebih dari 12 jam sehari selama sebulan lebih.
d. Tingkat klinik IV (Lanjutan)
Pada tingkat ini badan menjadi kurus dimana berat badan turun
lebih dari 10% dan mengalami diare kronik tanpa diketahui sebabnya
selama lebih dari satu bulan atau kelemahan kronik dan panas tanpa
diketahui sebabnya selama lebih dari satu bulan.
1. Pneumonia Pneumosistis Karinii
2. Toksoplasmosis otak
3. Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan
4. Kriptokokosis di luar paru
5. Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh kecuali di limpa hati
atau kelenjar getah bening
6. Infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari 1 bulan atau
di alat dalam lamanya tidak dibatasi
7. Leukoensefalopati mutifokal progesif
8. Mikosis (infeksi jamur) apa saja yang endemik yang menyerang
banyak organ tubuh
9. Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus atau paru.
10. Mikobakteriosis atipik, disseminate
11. Septikemia salmonella non tifoid
12. Tuberkulosis di luar paru
13. Limfoma
14. Sarkoma Kaposi
15. Ensefalopati HIV yaitu gangguan kognitif yang mengganggu
aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu
atau beberapa bulan tanpa dapat ditemukan penyebabnya.
B. Kerangka teori
Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada teori Lawrence Green
tentang Health Belief Model (HBM) dimana perilaku kesehatan
yaitu minat pencegahan HIV dan AIDS dapat dipengaruhi
oleh faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforcing. Untuk lebih
jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhinya perilaku kesehatan dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
↓↓
↓
Gambar 2.1. Kerangka Teori Health Belief Model (HBM) dari Lawrence
Green dalam Notoatmodjo,2012
Faktor Predispossisi
(Predisposing Factor)
- Pengetahuan
- Sikap
- Persepsi
- Kepercayaan
Faktor Pemungkin
(Enabling Factors)
- Ketersediaan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
- Ketercapaian Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Perilaku
Kesehatan
Faktor Pendorong
(Reinforcing Factors)
- Keluarga
- Tenaga Kesehatan
C. Kerangka Konsep
Gambar 1.1 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini memilki dua variabel
yaitu variabel independen dan variable dependen. Variable independen (bebas)
adalah Persepsi ibu hamil tentang VCT, sedangkan variabel dependen (terikat)
adalah Minat Pencegahan HIV dan AIDS.
D. Definisi operasional
D.1 Persepsi ibu hamil tentang VCT
Persepsi adalah penilaian ibu hamil tentang VCT berdasarkan
faktor internal dan eksternal. Kuesioner penelitian persepsi
terdiri dari 10 pernyataan dengan alternatif jawaban sangat setuju (diberi skor 5),
setuju (diberi skor 4), kurang setuju (diberi skor 3), tidak setuju (diberi skor 2),
dan sangat tidak setuju (diberi skor 1). Jumlah kuesioner persepsi 10 pertanyaan,
maka skor tertinggi 50 dan skor terendah 5 , kemudian dikategorikan menjadi 2
(dua) kategori:
a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 31-50 dari skor tertinggi.
b. Kurang, jika responden menjawab dengan skor 10-30 dari skor tertinggi.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Variabel
Terikat
Minat
Pencegahan HIV-
AIDS
Variabel Bebas
Persepsi ibu hamil tentang
Voluntarry Councelling and
Testing (VCT)
D. 2 Minat pencegahan HIV dan AIDS
Minat Pencegahan HIV dan AIDS adalah keinginan atau dorongan
ibu hamil dalam melakukan pencegahan HIV dan AIDS. Kuesioner penelitian
minat terdiri dari 10 pernyataan dengan alternatif jawaban sangat setuju
(diberi skor 5), setuju (diberi skor 4), kurang setuju (diberi skor 3), tidak setuju
(diberi skor 2), dan sangat tidak setuju (diberi skor 1). Jumlah kuesioner minat
10 pertanyaan, maka skor tertinggi 50 dan skor terendah 5, kemudian
dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:
a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 31-50 dari skor tertinggi.
b. Kurang, jika responden menjawab dengan skor 10-30 dari skor tertinggi.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
E. Hipotesis
Ada Hubungan persepsi tentang VCT dengan minat pencegahan HIV dan
AIDS pada ibu hamil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik dengan desain
penelitian cross sectional, yaitu suatu metode dalam penelitian seksional silang,
yaitu mengetahui hubungan persepsi Ibu Hamill tentang VCT dengan minat
pencegahan HIV dan AIDS dengan variabel independen (persepsi Ibu Hamil
tentang VCT) dengan variabel dependen (minat pencegahan HIV dan AIDS).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane
Kota Tebing Tinggi Tahun 2018. Karena di tempat tersebut masih ditemukan ibu
hamil yang tidak melakukan VCT.
B.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di mulai pada bulan November 2017 sampai dengan
bulan Juli 2018 (jadwal terlampir).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan
ANC di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi . Jumlah ibu hamil yang
melakukan ANC sebanyak 98 Orang.
C.2 Sampel
Menurut (Sugiyono, 2017) sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel dilakukan dengan
metode Slovin sebagai berikut :
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁(𝑑)2
Keterangan :
𝑛 = Besar Sampel
𝑁 = Jumlah populasi
𝑑 = Tingkat kesalahan yang ditolerier (0,1)
Maka sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
𝑛 = 98
1+98 (0,1)2
𝑛 = 49,5
Jadi, jumlah sampel yang diambil adalah 50 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling
dengan cara mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia disatu
tempat saat peneliti melakukan penelitian.
Adapun kriteria inklusi :
(1) Seluruh ibu Hamil TM 1- 3
(2) Bisa membaca dan menulis
(3) Bersedia menjadi responden.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung diperoleh dilapangan
dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang selanjutnya
diisi oleh responden.
2. Data sekunder yaitu data atau dokumen yang diperoleh
dari RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi
D.2 Cara pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data secara primer
dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada responden.
Data primer yang dikumpulkan yaitu mencangkup (persepsi Ibu Hamil tentang
VCT dan minat pencegahan HIV dan AIDS). Sebelum membagikan kuesioner
kepada responden, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin
pelaksanan penelitian RSUD.Dr.H.Kumpulan Pane KotaKumpulan Pane Tebing
Tinggi.
Setelah mendapat izin, peneliti melakukan pengumpulan data kepada 50
orang ibu hamil yang melakukan ANC. Sebelum membagikan kuesioner peneliti
menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian
kuesioner. Kuesioner di bagikan kepada responden, dan setelah responden
mengisi lembar kuesioner peneliti mencek kembali dan memberi kode pada
setiap lembar kuesioner.
E. Alat Ukur/ Instrumen dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori
yang ada, yang akan diuji validitas dan reabilitasnya, yang akan diberikan
kepada responden yaitu ibu hamil yang melakukan VCT
di RSUD. Dr. H Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi berisi pertanyaan tentang
persepsi Ibu hamil tentang VCT dan minat pencegahan HIV dan AIDS.
Adapun kisi kisi dari pertanyaan kuesioner tentang persepsi tersebut
adalah:
NO Kisi-Kisi Pertanyaan Jumlah
Soal
No. Soal
1 Pengertian VCT 1 1
2 Kegunaan VCT 1 2
3 Manfaat VCT 3 5, 6, 7,
4 Siapa saja yang melakukan
VCT
2 3, 4
5 Respon terhadap Hasil VCT 3 8, 9, 10
Kisi-kisi dari petanyaan kuesioner tentang minat tersebut, adalah:
NO Kisi-Kisi Pertanyaan Jumlah
Soal
No. Soal
1 Cara pencegahan penularan
HIV dan AIDS
2 1, 4,
2 Perilaku yang berisiko tinggi
dalam penularan HIV dan AIDS
3 2, 6, 9
3 Cara Pencegahan HIV dan
AIDS
3 3, 5, 7,
4 Program untuk HIV dan AIDS 2 8, 10
F. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner
sebagai alat ukur, harus mengukur apa yang akan diukur.
Uji validitas dilakukan pada 20 orang ibu hamil di RSU. Herna Kota Tebing
Tinggi. Jika instrumen yang diuji telah valid, maka kuesioner dapat digunakan
pada responden penelitian. Uji validitas instrumen (kuesioner) dilakukan
dengan membandingkan nilai Corrected Item-Total Correlation dengan nilai
tabel r sebesar 0,444. Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment,
setelah itu diuji dengan menggunakan SPSS, dilihat penafsiran dan indeks
korelasinya, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
dan sebaliknya (Hidayat, 2010).
G. Prosedur penelitian
Peneliti mencari data awal yaitu jumlah ibu hamil yang melakukan ANC
di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi dengan menyerahkan surat izin
pengambilan data. Setelah mendapat izin pengambilan data
dari pihak RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi, peneliti mengumpulkan data ibu
hamil yang melakukan ANC. Selanjutnya peneliti mulai menetapkan populasi dan
menentukan sampel penelitian. Peneliti melakukan uji kuesioner yang terhadap
10 orang responden yaitu ibu hamil yang melakukan VCT di Rumah Sakit lain.
Setelah peneliti melakukan uji kuesioner, kemudian peneliti mencari data primer
dengan membagikan kuesioner kepada responden yang ada
di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Peneliti juga memberikan
lembar permohonan menjadi responden dan lembar persetujuan
menjadi responden.
H. Pengolahan dan Analisis Data
H.1. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali
dengan tahapan :
a. Editing
Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban responden pada lembar kuesioner
untuk memastikan semua pertanyaan di jawab oleh responden.
b. Coding
Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pengkodean
untuk mempermudah analisis data.
c. Tabulating
Memasukkan data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensinya.
d. Entry (Memasukkan data)
Memasukkan jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk (angka)
kedalam program komputer.
H.2 Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh
gambaran dalam bentuk distribusi frekuensi pada variabel independen
yang meliputi persepsi Ibu Hamil tentang VCT, dan variabel dependen
yang meliputi minat pencegahan HIV dan AIDS.
b. Analisa bivariat
Analisis data dilakukan terhadap hasil perolehan jawaban kuesioner
dari semua responden. Instrument statistik yang dipakai
adalah uji dengan Chi Square (data kategorik) untuk melihat
persepsi Ibu Hamil tentang VCT terhadap minat pencegahan HIV dan AIDS.
Uji chi square digunakan untuk menguji hipotesis antara independen
dan dependen bila dalam populasi datanya berbentuk kategorik.
Hasil analisis di katakan bermakna apabila nilai p<α atau pada derajat
kemaknaan 95% (α=0,05) (Riyanto, 2009).
.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin
dari institusi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan untuk melakukan
suatu penelitian, dan izin dari RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi untuk tempat
penelitian. Setelah mendapat izin barulah melakukan penelitian
dengan menekankan masalah etik yang meliputi.
1. Lembaran Persetujuan ( Info rmend Consent ).
Lembaran persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria disertai topik yang diteliti
dengan tujuan supaya responden dapat mengerti maksud
dan tujuan peneliti. Bila dalam pelaksanaan penelitian, respoden menolak
atau tidak bersedia maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
hak-hak subjek.
2. Setelah responden setuju, peneliti Menjaga privasi/data responden
yang sudah terkumpul dengan baik tanpa mempublikasikannya
ke banyak orang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah proses pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Mei
sampai dengan Juni 2018 di RSUD.Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi,
terhadap 50 orang responden ibu hamil, diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Analisa Univariat
Tabel 4.1 Hubungan persepsi Ibu hamil yang melakukan ANC tentang VCT
dengan Minat Pencegahan HIV dan AIDS
No. Variabel f Persentase
1. Persepsi Baik Kurang
29 21
58 42
2. Minat Ibu Baik Kurang
24 26
48 52
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persepsi ibu hamil mayoritas
baik sebanyak 29 orang (58,0%) dan Minat ibu hamil mayoritas kurang
sebanyak 26 orang (52,0%).
4.1.2 Analisa Bivariat
Tabel 4.2 Hubungan persepsi Ibu hamil dengan Minat Pencegahan HIV dan
AIDS
Persepsi Minat pencegahan
HIV dan AIDS
Jumlah Nilai p RP (95%
CI)
Baik Kurang
N % N % N %
Baik
Kurang
18
6
62,1
28,6
11
15
37,9
71,4
29
21
100
100
0,019
2,17
(1,04-4,52)
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa persepsi ibu hamil mayoritas baik
dengan minat pencegahan HIV dan AIDS baik sebanyak 18 orang (62,1%) dan
persepsi ibu hamil yang kurang dengan minat pencegahan HIV dan AIDS kurang
sebanyak 15 Orang (71,4%). Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji
Chi-square diketahui bahwa p = 0,019 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat ibu hamil dalam
pencegahan HIV dan AIDS di RSUD.Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.
Dari analisis ini diperoleh juga nilai RP (Ratio Prevalens) =2,17
(Ci 1,04–4,52) artinya ibu hamil yang memiliki persepsi baik, memiliki
kemungkinan 2,17 kali lebih banyak minat dalam pencegahan HIV dan AIDS
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kurang (Sudigdo, 2008).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel
maupun narasi pada bagian sebelumnya, untuk selanjutnya peneliti membahas
mengenai hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat pencegahan
HIV dan AIDS di RSUD.Dr.H.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dengan jumlah
sampel 50 orang.
4.2.1. Persepsi ibu hamil tentang VCT
Berdasarkan hasil penelitian, ibu hamil yang memiliki persepsi yang baik
sebanyak 29 orang (58 %) dan yang kurang sebanyak 21 orang (42 %).
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Proses
terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang
diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai
pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah
mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi
dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi
terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung
proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan
tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun
menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi
berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap
informasi tersebut secara menyeluruh (Meylina, 2017).
Persepsi tentang hambatan yang akan dirasakan merupakan unsur yang
signifikan dalam menentukan apakah terjadi perubahan perilaku atau tidak.
Berkaitan perilaku baru yang akan diadopsi, seseorang harus percaya bahwa
menfaat dari perilaku baru lebih besar daripada konsekuensi melanjutkan
perilaku lama. Hal ini memungkinkan hambatan yang harus diatasi dan perilaku
baru yang akan diadopsi. (Priyoto, 2014: 137).
Persepsi tentang penyakit adalah penilaian atau tanggapan responden
tentang VCT. Hasil penelitian didapatkan sebagian responden memiliki persepsi
yang kurang tentang VCT.
Penelitian Hariyanti (2015) menyatakan bahwa minat melakukan VCT
merupakan ketertarikan atau rasa lebih suka yang datang dalam diri seseorang
untuk melakukan VCT dan menerima kegiatan yang ada di dalamnya, tanpa ada
paksaan serta dilakukan secara sukarela. Berdasarkan hasil penelitian di atas
bahwa sebagian responden memiliki minat yang baik untuk melakukan tes HIV.
Persepsi tentang VCT adalah penilaian atau tanggapan responden
tentang sarana pelayanan kesehatan yang digunakan dalam upaya
penanggulangan kasus HIV/AIDS. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar
responden memiliki persepsi yang baik tentang VCT. Ibu rumah tangga dengan
persepsi yang baik tentang VCT lebih banyak berminat melakukan pencegahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2014), bahwa perilaku yang
terbentuk di dalam diri seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor eksternal
dan internal. Persepsi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku.
Persepsi kerentanan adalah tingkat respon atau pendapat responden
tentang dirinya rentan atau tidak rentan terhadap HIV/AIDS, termasuk persepsi
tentang konsekuensi spesifik pada resiko dan kondisi yang akan terjadi
(mudah/tidak mudah tertular) akibat tindakan seksual yang dilakukan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Becker dalam teori HBM yang menyatakan
bahwa kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), adalah persepsi
subyektif seseorang tentang resiko terkena penyakit. Seseorang akan bertindak
untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, bila ia merasa bahwa ia atau
keluarganya rentan terhadap serangan penyakit tersebut. Oleh karena itu
persepsi responden yang baik tentang kerentanan dirinya terkena HIV akan
mendasari untuk terjadinya perilaku VCT. Akan tetapi apabila persepsi tentang
kerentanan HIV/AIDS kurang baik maka akan menimbulkan perubahan perilaku
yang kurang baik pula.
Keparahan yang dirasakan (perceived seriousness), adalah persepsi
seseorang terhadap tingkat keparahan penyakitnya yang dideritanya. Tindakan
seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit didorong oleh
ancaman penyakit tersebut. HIV/AIDS belum ditemukan obatnya tetapi hanya
memperlambat perkembangannya. Penanganan yang dapat diupayakan adalah
pengobatan suportif, pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan
antiretroviral. Pengobatan suportif untuk meningkatkaan kondisi umum orang
dengan HIV/AIDS. Pengobatan terhadap infeksi oportunistik dilakukan karena
kekebalan tubuh ODHA sangat menurun. Pengobatan antiretroviral dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh.
4.2.2. Minat ibu hamil dalam pencegahan HIV dan AIDS
Minat pencegahan HIV dan AIDS kurang sebanyak 15 orang (71,4%).
Ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan HIV baik yang berpresepsi baik ataupun
kurang kemungkinan disebabkan karena mereka masih dalam proses
berperilaku. Hal ini sesuai dengan Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa persepsi akan diperoleh dari proses penginderaan,
mengaplikasikan (application), memahami (analisys), merangkum (synthesis)
serta menevaluasi (evaluation) yang pada akhirnya akan menimbulkan perilaku
tertentu. Faktor penyebab lain kemungkinan kerena belum ada faktor penguat
(reinforcing factors) yang mempengaruhi ibu hamil untuk berperilaku, misalnya
dukungan suami atau keluarga untuk melakukan pemeriksaan HIV.
Hal ini sesuai dengan Teori Health Belief Model yang menyatakan bahwa
persepsi tentang keseriusan penyakit akan menyebabkan sesorang mengambil
tindakan untuk mengatasi penyakitnya. Penelitian oleh Purwaningsih (2011),
menyatakan bahwa perceived seriousness merupakan kriteria yang kuat pada
pemanfaatan VCT pada orang berisiko tinggi HIV/AIDS. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Khairurrahmi (2009) yang menyatakan persepsi
keparahan penyakit tidak berpengaruh pada pemanfaatan VCT oleh odha.
Menurut penelitian Hariyanti (2015) Minat melakukan pencegahan HIV
dan AIDS merupakan ketertarikan atau rasa lebih suka yang datang dalam diri
seseorang untuk melakukan pencegahan HIV dan AIDS dan menerima kegiatan
yang ada di dalamnya, tanpa ada paksaan serta dilakukan secara sukarela.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif
untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan
menggunakan minat-minat yang telah ada. Di samping memanfaatkan minat
yang telah ada, Tanner & Tanner (1975) menyarankan agar memberikan
informasi.
4.2.3. Hubungan Persepsi ibu hamil dengan minat pencegahan
HIV dan AIDS
Berdasarkan hasil penelitian persepsi ibu hamil yang baik dengan minat
pencegahan HIV dan AIDS baik berjumlah 18 Orang (62,1%), sedangkan
Persepsi ibu hamil kurang dengan minat pencegahan HIV dan AIDS kurang
sebanyak 15 orang (71,4%). Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji
Chi-square diketahui bahwa p = 0,019 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat ibu hamil dalam
pencegahan HIV dan AIDS di RSUD.Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khosidah (2014), yang
menyatakan bahwa ada hubungan persepsi ibu rumah tangga tentang Voluntarry
Councelling and Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan HIV-AIDS,
dengan nilai p value = 0.001 nilai exp.B 7.023 (OR ≥ 2). Hasil penelitian Tassa,
dkk tahun 2016 didapatkan bahwa ada hubungan persepsi terhadap
pemanfaatan dengan pemanfaatan VCT.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Burhan (2013), bahwa
persepsi tentang penyakit berhubungan dengan minat pemanfaatan VCT pada
perempuan terinfeksi HIV/AIDS, demikian juga dengan penelitian Hariyanti
(2015) Minat melakukan VCT merupakan ketertarikan atau rasa lebih suka yang
datang dalam diri seseorang untuk melakukan VCT dan menerima kegiatan yang
ada di dalamnya, tanpa ada paksaan serta dilakukan secara sukarela.
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa sebagian responden memiliki minat
yang rendah untuk melakukan tes HIV.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Mujiati (2013),
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi responden tentang
klinik VCT dengan pemanfaatan klinik VCT pada kelompok berisiko HIV/AIDS di
Kota Bandung.
Ibu hamil dengan persepsi yang baik tentang VCT lebih banyak
melakukan pencegahan HIV dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2014), bahwa perilaku yang terbentuk di dalam diri seseorang
dipengaruhi dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Persepsi merupakan
salah satu faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya perilaku.
Melalui VCT diharapkan dapat mendorong ibu hamil untuk menjaga
kesehatan dan memberikan informasi pada ibu hamil agar terhindar dari
penyebaran HIV-AIDS. Teori L.Green dan Health Belief Models menyatakan
bahwa perilaku dibentuk oleh persepsi terhadap kegawatan, persepsi terhadap
kerentanan, persepsi terhadap manfaat dan hambatan dan faktor pencetus.
Berdasarkan teori David Hume dalam (Keraf dan Kahel) bahwa persepsi
yang benar akan melalui minat dan panca indera artinya walaupun individu
memiliki persepsi yang tinggi dari penginderaannya belum tentu dia memiliki
minat yang tinggi pula tentang hal yang sama. Misalnya ibu hamil yang memiliki
persepsi baik, namun tidak mempunyai minat langsung mengenai HIV/AIDS,
begitu pula sebaliknya, ibu hamil yang memiliki persepsi rendah tapi memiliki
minat yang tinggi tentang HIV/AIDS maka ibu hamil tersebut akan melakukan
pemeriksaan HIV. Penyebab lain ibu hamil yang persepsi baik dan kurang tidak
melakukan pemeriksaan HIV kemungkinan karena adanya hambatan dari suami
atau keluarga yang kurang mendukung.
Ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan HIV baik yang berpresepsi baik
ataupun kurang kemungkinan disebabkan karena mereka masih dalam proses
berperilaku. Hal ini sesuai dengan Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa persepsi akan diperoleh dari proses penginderaan,
mengaplikasikan (application), memahami (analisys), merangkum (synthesis)
serta menevaluasi (evaluation) yang pada akhirnya akan menimbulkan perilaku
tertentu. Faktor penyebab lain kemungkinan kerena belum ada faktor penguat
(reinforcing factors) yang mempengaruhi ibu hamil untuk berperilaku, misalnya
dukungan suami atau keluarga untuk melakukan pemeriksaan HIV.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan persepsi tentang VCT dengan
minat pencegahan HIV dan AIDS. Teori Green mengemukakan bahwa persepsi,
sikap, nilai-nilai dan keyakinan merupakan faktor predisposisi yang
mempengaruhi perilaku manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya
peningkatan persepsi tentang VCT. Peningkatan persepsi tentang VCT dapat
dilakukan melalui kelompok dukungan sebaya dan pelatihan bagi ibu hamil.
Pendidikan kesehatan yang berulang-ulang juga dapat mempengaruhi perilaku
pemanfaatan VCT. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui diskusi
kelompok, seminar, diskusi interaktif melalui media elektronik baik televisi
maupun radio. Penggunaan media informasi seperti leaflet dan buku pedoman
dapat mempermudah penyampaian dan penerimaan informasi yang dibutuhkan.
Persepsi ancaman (perceived threats) merupakan persepsi dari
perpaduan ancaman dan kerentanan. Makin berat resiko suatu penyakit dan
makin besar resiko individu itu terserang suatu penyakit tersebut, makin
dirasakan ancamannya, yang merupakan hasil perpaduan antara persepsi
keseriusan dan kerentanan. Ketika persepsi akan ancaman AIDS tinggi, hipotesis
HBM menyatakan bahwa dalam memutuskan perilaku terhadap pencegahan dan
perlindungan HIV/AIDS yaitu dengan VCT harus memperoleh keuntungan yang
Iebih besar dari pada hambatan, sehingga hal tersebut mampu mengubah
perilaku. Jika persepsi akan ancaman HIV/AIDS tidak tinggi maka keuntungan
untuk melakukan perlindungan terhadap perilaku VCT mungkin tidak akan
berpengaruh pada perubahan perilaku. Jika persepsi terhadap ancaman
HIV/AIDS tinggi dan persepsi akan keuntungan untuk melakukan tindakan
preventif terhadap HIV/AIDS (VCT) melebihi dari persepsi akan hambatan yang
akan diperoleh, maka HBM memprediksikan bahwa dalam melakukan suatu
tindakan yang akan diambil, dapat mendorong seseorang untuk melakukan VCT.
Hal yang terbaik untuk menganalisis petunjuk dalam berperilaku harus dapat
dikombinasikan dengan persepsi akan ancaman yang akan terjadi. Petunjuk
dalam bertindak harus lebih kuat bila dihubungkan terhadap perilaku VCT di
antara orang yang memiliki ancaman HIV/AIDS yang tinggi.
Menurut asumsi peneliti, rendahnya minat untuk melakukan VCT tidak
semata-mata karena persepsi yang kurang tetapi beberapa variabel lain yang
tidak di teliti.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam minat melakukan VCT
menurut Joseph (2010) meliputi stigma, kekhawatiran status dirinya HIV positif,
kurang terjaminnya kerahasiaan klien, jauhnya jarak untuk mencapai klinik VCT,
serta lamanya waktu untuk kembali lagi ke klinik VCT untuk melihat hasil tes.
Faktor-faktor struktural lainnya seperti diskriminasi, kekerasan berbasis orientasi
seksual dan identitas gender, serta kriminalisasi terhadap HIV dan AIDS,
sehingga diharapkan banyak pihak medis dan non medis untuk terlibat
meningkatkan cakupan orang untuk melakukan VCT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Mayoritas 29 orang (58%) ibu hamil memiliki persepsi yang baik tentang
VCT.
2. Sebanyak 26 orang (52%) ibu hamil memiliki minat yang kurang dalam
pencegahan HIV dan AIDS.
3. Ada hubungan persepsi ibu hamil dengan VCT dengan minat pencegahan
HIV dan AIDS di RSUD.Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
dengan nilai p value= 0,019 dan Rasio Prevalens= 2,17.
5.2. Saran
5.2.1 Bagi RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk edukasi
terhadap RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi tentang
hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat Pencegahan HIV
dan AIDS.
5.2.2 Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi
peningkatan persepsi maupun wawasan peserta didik kebidanan tentang
hubungan persepsi ibu hamil tentang VCT dengan minat Pencegahan HIV
dan AIDS.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian
berikutnya yang terkait dengan minat Pencegahan HIV dan AIDS.
Diharapkan pada peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian
dengan megidentifikasi variabel terkait minat terhadap Pencegahan HIV
dan AIDS, antara lain Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha Dharmmesta dan T. Hani Handoko. (2000). Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Burhan, R. 2013. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Perempuan Terinfeksi
HIV/AIDS. Jurnal Kesmas Nasional, 8 (1): 33-38.
Bloom. Benyamin. 1908. Psikologi Pendidikan. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan Konseling Dan Testing Secara Sukarela (Voluntary Counseling And Testing). Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. http://aids-ina.org/files/publikasi/panduanvct.pdf [ accessed 15 Maret 2018]
_____. 2007. Pedoman Pengembangan Jejaring Layanan Dukungan, Perawatan dan Pengobatan HIV dan AIDS. Jakarta
_____. 2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012.(Online).Tersedia : http://www.depkes.go.id. 13 Maret 2018
_____. 2014. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. [Online] Available at:http://www.depkes.go.id/resources/download/Pusdatin/infodatin /infodatin.pdf.
Djoerban. 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 1825-1829.
Edberg, Mark, 2007. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial dan
Perilaku. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Gallant, J. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai HIV dan AIDS, Jakarta: PT Indeks.A
Hani , 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hariyanti, R. (2015). Hubungan Stigma HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga Dengan Minat Melakukan Voluntary Counselling And Testing HIV/AIDS Di Kelurahan Kricak Tegalrejo. Skripsi. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
Hidayat A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.
Hutahaean S, 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press
Joseph. M. (2010). Determining The Dinamics Of HIV Vouluntary Counselling And Testing Uptake Among the Rural And Urban Communities OF Nakuru District Kenya. Available online at http://researcherchive.vuw.ac.nz/b litstream/handle/10063/165/thesis. pdf [Diakses 30 Juni 2018]
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta : Kemenkes
RI.
_____. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI.
_____. 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI Situasi dan Analisis HIVAIDS.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf. 14/3/2018
_____. 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2014. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI; 2014.
Khosidah A, dan Purwanti S. 2014. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang
Voluntary Councelling and Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan HIV-AIDS. Bidan Prada. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 5. No. 2. Desember. 2014.
KPA. 2009. Analisis Situasi HIV & AIDS di Indonesia. Jakarta : KPA
Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mujiati.2013. Gambaran Pelaksanaan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan Sarana Prasarana Klinik VCT di Kota Bandung Tahun 2013. Bandung: Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
_____. 2005. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT. Rineka Cipta
_____. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan 2 Jakarta: PT.Rineka Cipta
_____. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: TIM.
Philippe, M. (2009) Improving mother’s acces to PMTCT program in West Africa: a public health perspective. Social Science and Medicine, 69(6):807-12.
Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
_____. 2011. Evaluasi Hasil Belajar . Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Rahmanto, Hari. 2011. Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Minat Berwiraswasta Siswa Kelas XI teknik Otomotif SMKN 2 Pengasih.
Riwidikdo, H. 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.
Riyanto A., 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.
Riyarto S. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan diagnosis HIV
dan AIDS di Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Yogyakarta: Universitas GajahMada;
Sudigdo Sastroasmoro, (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Kesehatan
Klinis Edisi ke-4. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cipta: Jakarta
Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sulistyorini A., Purwanta. 2011. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 5(4): 178- 184.
Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG VOLUNTARY COUNCELLING DI RSUD
KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2018
Kode Responden :
I. Data demografi
No : ...................
Umur : …………....Tahun
Pendidikan Terakhir : 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. PT
II. Kuesioner persepsi Ibu Hamil tentang Voluntary Councelling Test
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1. Menurut saya VCT adalah program untuk HIV/AIDS dalam melakukan konseling dan tes sukarela
2. Menurut persepsi saya yang menjadi kegunaan klinik VCT adalah mengubah perilaku dan memberikan informasi tentang HIV/AIDS, memberi pengetahuan/edukasi tentang cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS, dan untuk mengetahui status seseorang positif HIV/ tidak
3 Menurut saya yang menjadi kegiatan dalam klinik VCT adalah konseling pra dan pasca tes HIV, Tes laboratorium (tes HIV), dan pengobatan dan perawatan
4 Menurut saya yang seharusnya yang menggunakan klinik VCT adalah ibu rumah tangga, wanita pekerja seks,Waria dan pelanggannya, dan pengguna jarum suntik
5 Saya mendapatkan banyak manfaat dengan berkonsultasi ke klinik VCT
6. Memanfaatkan layanan VCT dan melakukan VCT merupakan hal yang
seharusnya saya lakukan, meskipun saya tidak beresiko HIV
7. Saya memanfaatkan layanan VCT karena keinginan sendiri
8. Saya yakin akan mengikuti semua proses tahapan VCT, jikahasil tes saya dinyatakan HIV positif
9. Saya yakin untuk mengikuti hasil rekomendasi VCT, jika hasil tes saya dinyatakan HIV positif
10. Saya yakin akan mengikuti VCT lagi 3 bulan
kemudian, Jika hasil tes saya dinyatakan HIV negatif.
Keterangan :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
III. Kuesioner Minat Pencegahan HIV-AIDS
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1. Cara pencegahan penularan HIV dan AIDS yang paling baik untuk kaum muda adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah dan setia pada pasangan seks setelah menikah
2. Perilaku beresiko tinggi dalam penularan HIV dan AIDS adalah mempunyai banyak pasangan seksual
3 Saya akan memanfaatkan Klinik VCT untuk pencegahan HIV dan AIDS
4 Konseling diperlukan sebelum seseorang mengikuti tes HIV karena dapat mencegah penularan HIV dan AIDS, HIV dan AIDS mengancam kehidupan dan terapinya seumur hidup
5 Memeriksakan kesehatan perlu agar Kita terhindar dari bahaya penyakit HIV
dan AIDS
6. Heteroseksual (ganti-ganti pasangan seks) merupakan perilaku yang sangat beresiko
tertular dan menularkan HIV dan AIDS
7. Orang yang sudah terinfeksi virus HIV tidak akan menularkan jika berjabat tangan dengan orang sehat
8. Program untuk HIV dan AIDS dilakukan melalui konseling dan tes sukarela.
9. Kegunaan klinik VCT adalah mengubah perilaku dan memberikan informasi tentang HIV dan AIDS, memberi pengetahuan/edukasi tentang cara penularan dan pencegahan
HIV dan AIDS dan untuk mengetahui status seseorang positif HIV/ tidak
10. Penyuluhan kesehatan sangat perlu dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan agar kita dapat mengetahui pencegahan dan bahaya penyakit HIV dan AIDS
Keterangan :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
HASIL OLAH DATA
ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
Persepsi Minat
N Valid 50 50
Missing 0 0
Frequency Table
Persepsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 29 58.0 58.0 58.0
Kurang 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Minat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 24 48.0 48.0 48.0
Kurang 26 52.0 52.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Crosstabs
Persepsi * Minat Crosstabulation
Minat
Total
Baik Kurang
Persepsi Baik Count 18 11 29
% within Persepsi 62.1% 37.9% 100.0%
% within Minat 75.0% 42.3% 58.0%
% of Total 36.0% 22.0% 58.0%
Kurang Count 6 15 21
% within Persepsi 28.6% 71.4% 100.0%
% within Minat 25.0% 57.7% 42.0%
% of Total 12.0% 30.0% 42.0%
Total Count 24 26 50
% within Persepsi 48.0% 52.0% 100.0%
% within Minat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.0% 52.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.476a 1 .019
Continuity Correctionb 4.216 1 .040
Likelihood Ratio 5.611 1 .018
Fisher's Exact Test .025 .019
Linear-by-Linear Association 5.366 1 .021
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.476a 1 .019
Continuity Correctionb 4.216 1 .040
Likelihood Ratio 5.611 1 .018
Fisher's Exact Test .025 .019
Linear-by-Linear Association 5.366 1 .021
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Persepsi
(Baik / Kurang)
4.091 1.222 13.690
For cohort Minat = Baik 2.172 1.043 4.524
For cohort Minat = Kurang .531 .310 .910
N of Valid Cases 50
UJI VALIDITAS
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.967 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan 1 19.05 91.208 .876 .964
Pertanyaan 2 18.85 86.555 .807 .965
Pertanyaan 3 18.80 84.589 .888 .962
Pertanyaan 4 19.00 92.421 .822 .965
Pertanyaan 5 18.70 85.063 .952 .959
Pertanyaan 6 18.95 88.682 .851 .963
Pertanyaan 7 18.55 88.576 .748 .967
Pertanyaan 8 18.90 85.989 .734 .969
Pertanyaan 9 18.70 83.379 .959 .959
Pertanyaan 10 18.60 80.358 .954 .959
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20.90 106.621 10.326 10
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.967 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan 1 18.50 75.421 .890 .963
Pertanyaan 2 18.40 74.463 .781 .966
Pertanyaan 3 18.35 71.924 .911 .961
Pertanyaan 4 18.50 76.684 .869 .964
Pertanyaan 5 18.30 74.642 .932 .961
Pertanyaan 6 18.45 75.313 .857 .963
Pertanyaan 7 18.05 73.313 .823 .964
Pertanyaan 8 18.40 72.779 .703 .970
Pertanyaan 9 18.15 68.766 .944 .960
Pertanyaan 10 18.05 66.050 .939 .961
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20.35 89.713 9.472 10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Nama : Desi Enjelina Nainggolan
Tempat Lahir : Tebing Tinggi
Tanggal Lahir : 05 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 5 dari 5 bersaudara
E-mail : [email protected]
Alamat : Jl. Baja,Lk.III, Kelurahan Tambangan,
Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi
Data Orangtua
Nama Ayah : Pdt. M. Nainggolan, S.Th
Nama Ibu : T.Simbolon,S.Pd
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Pendidikan Pendidikan
2002-2008 SD Negeri 163088 Tebing Tinggi
2008-2011 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi
2011-2014 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
2014-2018 D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan