sken 2 respi caca

Upload: salsa-fadhzillah-zamiah

Post on 07-Jan-2016

272 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cgv

TRANSCRIPT

LI 1 Anatomi Saluran Pernafasan Bawah (Paru)

LO 1.1 MakroskopisParu-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelebung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah yang terdapat padaparu-paru kiridan kanan. Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni :Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus pulmo dekstra superior, Lobus medial Lobus inferiorTiap lobus tersusun oleh lobulus.Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.Paru-paru kirimempunyai 10 segment yaitu : 5 buah segment pada lobus superior dan, 5 buah segment pada inferiorParu-paru kananmempunyai 10 segmet yakni : 5 buah segment pada lobus inferior 2 buah segment pada lobus medialis 3 buah segment pada lobus inferiorTiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.LetakAnatomi Paru-paruParu-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura.Pleura dibagi menjadi dua : Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.Paru-paru diperdarahi oleh arteri-arteri pulmonalis yang berasal dari trunkus pulmonalis. Arteri pulmonalis membawa darah deoksigenasi (kadar oksigen rendah) ke paru-paru. Arteri pulmonalis kanan dan kiri memberikan cabang ke lobus superior sebelum memasuki hilus. Di dalam paru-paru a. pulmonalis berjalan posterolateral terhadap cabang bronkus utama dan memberikan cabang ke tiap-tiap lobus dan segmen. Cabang terminal a. pulmonalis kemudian terbagi menjadi kapiler-kapiler pada dinding alveoli di mana terjadi pertukaran gas. Darah yang sudah teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler alveoli, masuk ke cabang-cabang vena pulmonalis, yang berjalan di septal interlobular. Vena vena tersebut mengaliri setiap segmen bronkopulmonalis, biasanya di permukaan anterior bronkus. Pada paru kanan dan kiri, dua vena pulmonalis, yaitu superior dan inferior masuk ke dalam atrium kiri aspek posterior. Arteri-arteri bronkhialis mengalirkan darah ke jaringan ikat percabangan bronkus. Pembuluh darah ini berasal dari aorta torakalis dan berjalan di sepanjang aspek posterior bronkus sampai ke bronkiolus respiratorius. Vena bronkialis mengalir ke dalam vena azigos dan hemiazigo

LO 1.2 Mikroskopis

Foetal lung, human - H&EThe lung tissue on the slides available in the tray should according to the above scheme come from the late canalicular period. Mucous connective tissue fills fairly wide spaces between the terminal sacs. Both slides contain developing bronchi and cartilage.Have a quick look at the developing cartilage and note that histologically it somewhat resembles the intramembranous formation of bone.Draw a small section of developing lung including terminal sacs and connective tissue at high magnification.

LI 2 Fisiologi Saluran Peranafasan

LO 2.1 Mekanisme

Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu:1. Pernapasan luar (eksternal)

Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan.2. Pernapasan dalam (internal)

Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya.

LO 2.2 KerjaSistem respirasi bekerja melalui 4 tahapan yaitu :

1. Ventilasi

Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru. Dipengaruhi oleh :

a. Kadar oksigen pada atmosfer

b. Kebersihan jalan nafas

c. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru

d. Pusat pernafasan 2. Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Dipengaruhi oleh :

a. Ketebalan membran respirasi

b. Koefisien difusi

c. Luas permukaan membran respirasi

d. Perbedaan tekanan parsial

3. Transportasi Transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Transportasi gas dipengaruhi oleh :

a. Cardiac Output

b. Jumlah eritrosit

c. Aktivitas

d. Hematokrit darah

4. Regulasi Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut : Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. dipengaruhi oleh :

a. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi.

b. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.

c. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor.

d. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.

e. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran napas

LO 2.3 Pengaturan

LI 3 Mycobacterium sp.

LO 3.1 Klasifikasi

LO 3.2 Morfologi Mycobacterium tuberculosisMycobacterium tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-0,6/m. Dalam jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri berbentuk batang lurus dengan ukuran sekitar 0,43 m. Pada medium artifisial, bentuk kokoid dan filamen terlihat dengan bentuk morfologi yang bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya.

LO 3.3 Sifat Biokimia Mycobacterium tuberculosis

LO 3.4 Struktur Dinding Sel Mycobacterium tuberculosisPenyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal

LO 3.5 Identifikasi Mycobacterium tuberculosis

LI 4 TB Paru Berdasarkan Program P2M di Puskesmas

LO 4.1 Faktor Predisposisi, Prevalensi, dan Sebaran Geografis

LO 4.2 Preventif dan Promotif

LO 4.3 Sumber dan Cara Penularan

LO 4.4 Prinsip Dasar Program P2M

LO 4.5 Cara Menemukan Kasus TB Paru

LO 4.6 Tugas dan Peran PMO

LO 4.7 Tujuan Kunjungan Petugas Puskesmas

LI 5 Patogenesis dan Morfologi Jaringan Paru Pada Penyakit TBPatogenesis

Pada patogenesis Tuberkulosis primer, kuman Tuberkulosis akan masuk melalui saluran napas dan akan bersarang di jaringan paru. Kemudian, akan terbentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini bisa timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang pimer, akan kelihatan peradangan saluran getah bening yang menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Efek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenali sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sama ada sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali ataupun sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotic dan sarang perkapuran di hilus).Ia juga bisa menyebar dengan cara perkontinuitatum yaitu menyebar ke sekitarnya. Salah satu contohnya adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas yang bersangkutan dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Selain itu, kuman ini bisa menyebar melalui penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan. Ada juga yang menyebar secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa dan typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainyaMorfologi Jaringan Paru

LI 6 Diagnosis, Pemeriksaan, Komplikasi dan PrognosisDiagnosis

Pemeriksaan fisis

Konjungtiva mata atau kulit pucat karena anemia

Suhu demam (surfebris)

Badan kurus atau Berat Badan menurun

Pada kasus dini biasanya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fisis,hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi,perkusi dan auskultasi

Kelainan lesi TB paru adalah apeks paru (puncak paru)

Perkusi redup (karena infiltrat agak luas)

Auskultasi suara napas bronkial

Suara napas tambahan (ronki basah,kasar dan nyaring)

Napas vesikular melemah (bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura)

Perkusi hipersonor atau timpani (kavitas cukup besar)

Auskultasi memberikan suara amforik

Pada TB paru lanjut denan fibrosi luas : Atrofi dan retraksi otot-otot interkostal

Bagian paru yang sakit : menciut dan menarik isi mediastinum atau paru,paru yang sehat jadi hiperinflasi

Jaringan fibrotik amat luas,lebih dari setengah jumlah jaringan paru : pengecilan daerah aliran darah paru dan meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal),diikuti kor pulmonal dan gagal jantung kanan (takipnea,takikardia,sianosis,right ventrikular lift,right arial gallop,murmur graham-steel,bunyi P2 mengeras,tekanan vena jugularis meningkat,hepatomagali,asites dan edema.

TB mengenai pleura : efusi pleura,paru yang sakit agak tertinggal di dalam pernapasan,perkusi memberikan suara pekak,auskultasi lemah atau tidak memberikan suara sama sekali.

Pemeriksaan radiologis

Radiologis dada : biaya lebih dibanding sputum, digunakan pada TB anak dan TB milier

Lokasi lesi : APEKS PARU (segmen apikal lobus bawah,lobus bawah inferior,hilus menyerupai tumor paru)

Gambaran radiologis tuberkulosis paru:

Bercak-bercak seperti awan (saat lesi masih merupakan sarang pneumonia)

Memiliki batas tidak tegas

Saat lesi diliputi jaringan ikat maka memiliki batas tegas (tuberkuloma)

Kavitas bayangan berupa cincin yang mula mulanya berdinding tipis lama-lama dinding sklerotik dan menebal

Fibrosis :ada bayangan bergaris garis

Kalsifikasi : bercak-bercak padat berdensitas tinggi

Penebalan pleura (pleuritis)

Massa cairan dibawah paru (efusi pleura/empiema)

Bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/pleura (pneumotoraks)

Atelektasis : fibrosis yang luas

Penciutan pada sebagian lobus maupun satu bagian paru

Paru milier : bercak-bercak halus tersebar merata pada lapangan paru

Tuberkulosis sering memberikan gambaran aneh : tuberculosis is the greatest imitator Diagnostik radiologi butuh foto lateral,top lordotik,oblik,tomografi,foto dengan proyeksi densitas keras

Pada orang yang sudah tua ditemukan fibrotik,kalsifikasi,kavitas,schwarte namun gambaran ini bukanlah gambaran aktivitas penyakit melainkan memang gambaran yang biasa ditemukan pada orang tua.

Pemeriksaan khusus : BRONKOGRAFI (melihat kerusakan bronkus atau paru oleh karena tuberkulosis,umumnya dilakukan saat pasien akan menjalani pembedahan paru)

Pemeriksaan radiologis dada yang paling baik : CT SCAN (computed tomography scanning)

Pemeriksaan lain yang lebih baik : Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk evaluasi proses-proses dekat paru,tulang belakang,perbatasan dada perut.Sayatan secara transversal,sagital dan koronal.

Pemeriksaan laboratorium

Darah

Kekurangan : Hasil tidak sensitif

Hasil tidak spesifik

Tb baru mulai aktif : hasil leukosit sedikit meninggi

Jumlah limfosit di bawah normal

Laju endap darah meningkat

Pemeriksaan darah lain :

Anemia ringan (normokrom normositer)

Gama globulin meningkat

Natrium darah menurun

Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai :

Reaksi Takashi (menunjukkan proses tuberkulosis masih aktif atau tidak)

Kriteria positif di indonesia titer 1/128 (kurang mendapat perhatian karena angka-angka positif palsu dan negatif palsu)

Pemeriksaan serologis yang banyak dipakai adalah Peroksidase Anti Peroksida (PAP-TB) :

nilai sensitivitas dan spesifitasnya tinggi,namun tidak dapat dipakai sebagai sarana tunggal untuk dignosis TB.

Menentukan adanya antibodi IgG yang spesifik terhadap antigen M.tuberculosae

Hasil positif palsu dapat terjadi pada : pasien reumatik, Kehamilan dan masa 3 bulan revaksinasi BCG

Uji Mycodot : dipakai antigen LAM (lipoarabinomannan)dilekatkan pada alat berbentuk sisir plastik kemudian dicelupkan pada serum pasien,antibodi spesifik anti LAM dalam serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.

Sputum

Untuk memukan kuman BTA pada sputum,kuman dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses ini terbuka keluar jadi kuman BTA mudah keluar

Memberikan evaluasi pada pengobatan yang sudah diberikan

Pemeriksaan yang mudah dan murah (untuk puskesmas)

Pada pasien yang batuknya tidak produktif atau tidak batuk :

1 hari sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan meminum air sebanyak +2 liter dan melakukan refleks batuk.

Berikan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik 20-30 menit

Bila masih sulit,sputum diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (broncho alveolar lavage)

BTA dapat juga dengan bilasan lambung,bilasan bronkus,jaringan pleura,jaringan paru,cairan pleura,cairan lambung,jaringan kelenjar,cairan serebrospinal,urin dan tinja.

Sputum diperiksa saat masih segar

Kriteria BTA sputum ( +) bila : sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum.

Pewarnaan sediaan memakai cara Tan Thiam Hok (modifikasi gabungan cara pulasan kinyoun dan gabbet)

Cara pemeriksaan sediaan sputum :

Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluorosens (pewarnaan khusus) : jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auramin-rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik

Pemeriksaan sediaan dengan biakan (kultur) : setelah 4-6 minggu kuman tuberculosis mulai tampak,kalau lebih dari 8 minggu tak tampak maka hasil (-),medium yang dipakai lowenstein jensen,kudoh atau ogawa

Pemeriksaan terhadap resistensi obat

Sekarang sudah ditemukan pemeriksaan dengan cara bactec (bactec 400 radio metric system) : kuman terdeteksi 7-10 hari

Dengan PCR : mendeteksi lebih cepatPada pemeriksaan mikroskopis terkadang hasil pemeriksaan mikroskopis biasa kuman BTA (+),biakan (-) : karena dead bacilli atau non culturable bacilli karena keampuhan panduan obat TB jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA.

Tes Tuberkulin

Tes ini digunakan untuk :

Apakah seseorang pernah mengalami infeksi M tuberculosae,M bovis,vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya.

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Hasil tes matoux terbagi menjadi :

1.Pembengkakan (Indurasi) :05mm,uji mantoux negatif.Arti klinis : tidak ada infeksi Mikobakterium tuberkulosa.

2.Pembengkakan (Indurasi):69mm,uji mantoux meragukan.Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG.

3.Pembengkakan (Indurasi) : 10mm,uji mantoux positif.Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya.Komplikasi Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, laringitis, usus, Poncetsarthropathy Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT / fibrosis paru,kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napasdewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.Prognosis

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jikadisebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusialanjut, dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier.LI 7 TerapiINH bersifat bakterisidal dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman dalam keadaan diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan ascites, dan jaringan kaseosa. Efek toksik utama INH adalah hepatotoksik dan neuritis perifer yang frekuensi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Efek toksik lain yang dapat timbul adalah reaksi hipersensitifitas.

Rifampisin bersifat bakteriosidal pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan, dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Rifampisin diabsorbsi dengan baik pada perut dalam keadaan kosong. Selain itu, obat ini tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan obat anti TB yang lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Distribusi rifampisisn ke dalam cairan serebrospinal lebih baik dalam keadaan meningen yang sedang mengalami peradangan dibanndingkan dalam keadaan normal. Efek samping obat ini adalah gangguan gastrointestinal (mual dan muntah), hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, reaksi kulit, dan cairan tubuh berwarna oranye kemerahan.

Pirazinamid berpenetrasi baik pada cairan dan jaringan tubuh termasuk SSP, cairan serebrospinal, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam, dan diresorbsi baik pada saluran pencernaan. Obat ini baik diberikan ketika jumlah kuman masih sangat banyak di mana suasananya menjadi asam. Efek samping obat ini adalah arthralgia, arthritis, atau gout akibat hiperurisemia. Namun manifestasi klinis hiperurisemia sangat jarang terjadi pada anak. Efek samping lain adalah hepatotoksik, anoreksia, dan iritasi saluran cerna, sedangkan reaksi hipersensitivitas jarang timbul pada anak10.

Etambutol memiliki aktivitas bakteriostatik jika diberikan dengan dosis tinggi pada terapi intermiten. Etambutol tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan meningitis. Efek toksik obat ini adalah neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitifitas, dan gastrointestinal10.

Streptomisin bersifat bakteriosidal dan bakteriostatik kuman ekstraseluler pada keadaan basa atau netral. Obat ini sangat baik melewati selaput otak yang meradang. Streptomisin berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura. Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal terhadap INH atau jika anak menderita TB berat. Efek toksik obat ini adalah gangguan keseimbangan pendengaran berupa telinga mendengung dan pusing karena terganggunya nervus VIII. Kontraindikasi pemberian obat ini adalah pada wanita hamil karena obat ini dapat menemus plasenta yang nantinya dapat merusak saraf pendengaran janin.

Pengobatan TB minimal menggunakan 2 macam obat dan digunakan dalam waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Pemberian paduan obat seperti ini bertujuan mencegah terjadinya resistensi terhadap obat dan membunuh kuman intra maupun ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan terjadinya relaps.

Obat anti TB pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat. Paduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB pada anak adalah rifampisin, INH, dan pirazinamid, sedangkan fase lanjutannya hanya diberikan rifampsin dan INH.

Pada TB berat seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang pada fase intensif diberikan minimal 4 macam obat (rifampisi, INH, pirazinamid, etambutol, atau streptomisin). Sedangkan pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan INH selama 10 bulan. Untuk kasus TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. LI 8 Etika Batuk Dalam Islam