sistem pengindeksan pascalaras pada karya …repository.uinjambi.ac.id/2082/1/novi safitri,...
TRANSCRIPT
-
i
SISTEM PENGINDEKSAN PASCALARAS PADA KARYA MONOGRAF
DAN DAMPAKNYA TERHADAP SISTEM TEMU BALIK INFORMASI
DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Ilmu Perpustakaan
OLEH:
NOVI SAFITRI
NIM: IPT150459
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" (Al-Baqarah: 31)1
1 Departemen Agama RI, As-Syifa Al-Quran dan Terjemahannya, (Mesir: Surabaya,
2014)
-
vi
PERSEMBAHAN
” Sujud syukur ku persembahkan pada
Allah yang maha kuasa, berkat rahmat
detak jantung, denyut nadi, nafas, dan
putaran roda kehidupan yang diberikan-Nya
hingga saat ini saya dapat
mempersembahkan skripsi ku ini pada
orang tersayang yaitu untuk kedua orang
tua ku, Bapak Katiyo dan Ibu Yasriani
tercinta yang tak pernah lelah
membesarkanku dengan penuh kasih
sayang, serta memberi dukungan, motivasi
doa dan pengorbanan dalam hidup ini.
Terimakasih ma’e dan pak’e”
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga skripsi ini yaitu
“Sistem Pengindeksan Pascalaras Pada Karya Monograf dan Dampaknya
Terhadap Temu Balik Informasi di Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi”
dapat terselesaikan, dan tak luput pula kita kirimkan salam dan salawat kepada
Nabi Muhammad saw. Yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju
kealam terang bendrang sampai sekarang ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan
pengalaman lebih bagi penulis didalam mengetauhi dunia perpustakaan demi
menunjang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Serta memberikan
manfaat bagi perpustakaan yang dilakukan penelitian serta bagi semua orang yang
terkait.
Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
berbagai aktifitas yang penulis lakukan.
2. Bapak Prof. Dr.H.Suai’di Asy’ari,MA,ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor II. Ibu Dr. Hj. Fadillah,
M.Pd Selaku Wakil Rektor III di lingkungan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Prof. Dr. Maisah, M. Pd.I selaku Dekan, Bapak Alfian, S. Pd., M. Ed
selaku wakil Dekan I, Bapak Muhammad Fadhil, M. Ag selaku wakil Dekan
II, dan Ibu Raudhoh, S. Ag., SS., M. Pd.I selaku wakil Dekan III Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
-
viii
-
ix
ABSTRACT
Safitri, Novi. 2019.Pascalaras Indexing system on the work of monographs and
their impact on the information retrieval system at the Adiwangsa Jambi University Library. Majoring in Library and Information Science Faculties of
Manners and Humanities. Advisor I : Muhammad Rum, S.Ag. SS., M. Si. dan
Advisor II : Rory Ramayanti, M. IP.
This is discusses the Pascalaras Indexing system on the work of monographs and
their impact on information retrieval in the library of Adiwangsa Jambi. The
purpose of this study was to determine how the pascalaras indexing system in the
work of monographs in the library of Adiwangsa Jambi and to find out the
information retrieval system at the library of Adiwangsa Jambi, and to find out the
impact of the pascalaras indexing system on the work of monographs on the
information retrieval system at the Adiwangsa Jambi University Library. This
research uses descriptive qualitative method with a purposive sampling
apporoach. The results of this study indicate the level of effectiviness of
information retrieval in the library of Adiwangsa Jambi can be said to be
effective. This is related to the average level of recovery (recall) of 96,467% and
the average level of precision (precision) produced by 100%. But the problem is
the user who rerely uses OPAC. They prefer directly looking for library materials
on the shelf or directly asking the birarians, so librarians who directly search for
and get the desired library materials. In information retrieval using information
retrieval system not all librarians who do not use OPAC because of lack of
undrstanding in using it. In this library there is also a lack of coordination between
on librarian and other librarians in the indexing process.
Keyword: Indexing; Pascalaras; Information Retrieval; recall and precision;
university library.
-
x
ABSTRAK
Safitri, Novi. 2019. Sistem Pengindeksan Pascalaras Pada Karya Monograf dan
Dampaknya Terhadap Sistim Temu Balik Informasi di Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi. Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan
Humaniora. Pembimbing I : Muhammad Rum, S.Ag. SS., M. Si. dan Pembimbing
II : Rory Ramayanti, M. IP.
Penelitian ini membahas tentang Sistem Pengindeksan Pascalaras Pada Karya
Monograf dan Dampaknya Terhadap Sistim Temu Balik Informasi di
Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui bagaimana sistem pengindeksan pascalaras pada karya monograf di
Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi dan untuk mengetahui sistim temu
balik informasi di Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi serta untuk
mengetahui dampak sistem pengindeksan pascalaras pada karya monograf
terhadap sistim temu balik informasi di perpustakaan Universitas Adiwangsa
Jambi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
pendekatan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
efektifitas temu balik di Universitas Adiwangsa Jambi sudah bisa dikatakan
efektif. Hal ini terlihat dari rata-rata tingkat perolehan (recall) sebesar 96,467%
dan rata-rata tingkat ketepetan (precision) yang dihasilkan sebesar 100%.Tetapi
kendalanya adalah pemustaka yang jarang menggunakan OPAC. Mereka lebih
memilih langsung mencari bahan pustaka ke rak ataupun langsung bertanya
kepada pustakawan, sehingga pustakawan yang secara langsung mencari dan
mengambilkan bahan pustaka yang diinginkan. Dalam penelusuran informasi
menggunakan sistim temu balik informasi tidak semua pustakawan
menggunakannya, ada sebagian pustakawan yang tidak menggunakan OPAC
karena ketidakpahamannya dalam menggunakannya. Di perpustakaan ini juga
kurangnya koordinasi antara satu pustakawan dengan pustakawan yang lain dalam
proses pengindeksan.
Kata Kunci: Pengindeksan; Pascalaras; Temu balik Informasi; Recall dan
Precision; Perpustakaan Universitas Tinggi.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
NOTA DINAS ........................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ........................................................ iii
MOTTO .................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ......................................................................................... 6
1. Pengindeksan Pascalaras ................................................................... 6
2. Karya Monograf ................................................................................ 9
3. Pengertian Temu Balik Informasi ..................................................... 11
4. Sistem Temu Balik Informasi ............................................................ 12
5. Efektivitas Sistem Temu Balik Informasi ......................................... 17
6. Perpustakaan Perguruan Tinggi ......................................................... 20
B. Studi Relevan ............................................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 29
-
xii
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 29
C. Subjek Penelitian ...................................................................................... 29
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 30
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 31
F. Analisis Data ............................................................................................. 32
G. Pengecekan Keabsahan Temuan .............................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ......................................................................................... 36
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi ........ 38
2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi .................. 36
3. Tata tertib dan prosedur layanan Perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi ................................................................................. 40
4. Jenis koleksi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi .................. 43
5. Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi ....... 46
B. Temuan Khusus ........................................................................................ 46
1. Sistem Pengindeksan Pascalaras Pada Karya Monograf di
Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi ....................................... 46
2. Sistim Temu Balik informasi di Universitas Adiwangsa Jambi .......... 52
3. Dampak sistem pengindeksan pascalaras pada karya monograf
terhadap sistim temu balik informasi di Perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi ................................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 63
B. Saran ......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks recal dan precision ................................................................. 18
Tabel 2.2 Studi Relevan ....................................................................................... 22
Tabel 4.1 Jenis Koleksi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi ................. 41
Tabel 4.2 Koleksi yang ditelusur ......................................................................... 54
Tabel 4.3 Hasil Penelususran ............................................................................... 55
Tabel 4.4 Matriks recal dan pecision ................................................................... 57
Tabel 4.5 Analisis Hasil Penelusuran ................................................................... 57
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi .... 43
Gambar 4.2 Sampul Buku .................................................................................... 47
Gambar 4.3 Daftar isi ........................................................................................... 47
Gambar 4.4 Daftar Pustaka .................................................................................. 48
Gambar 4.5 Pengantar .......................................................................................... 48
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan penyedia informasi bagi pemustaka. Selain
sebagai penyedia informasi, perpustakaan juga bertugas melayani setiap
pemustaka yang berkunjung. Perpustakaan pastinya mengetahui bahwa setiap
pemustaka yang dilayani membutuhkan informasi yang berbeda-beda untuk
itu sebagai penyedia informasi perpustakaan harus memiliki informasi yang
beragam. Setiap perpustakaan atau pusat dokumentasi dilengkapi dengan
seperangkat alat bantu untuk memudahkan pengguna dalam mencari
dokumen atau koleksi pustaka yang dibutuhkan. Sarana temu balik informasi
sangat menentukan keberhasilan dalam menjawab pertanyaan dan memenuhi
kebutuhan informasi pengguna.
Bahasa yang digunakan dalam sarana temu kembali bukan bahasa
yang digunakan secara umum, tetapi yang dimodifikasi, baik kosakata
maupun sintaksisnya, sehingga tercipta bahasa yang terkendali yaitu bahasa
indeks.2 Bahasa indeks adalah suatu bahasa artifisial karena ia tidak timbul
dan tumbuh dengan spontan seperti bahasa alamiah, tetapi khusus diciptakan
untuk tujuan tertentu dan dikembangkan secara terarah. Terdapat dua jenis
bahasa indeks yaitu bahasa indeks non-verbal : Skema (bagan) klasifikasi
(classification scheme) dan bahasa indeks verbal: daftar tajuk subyek (list of
subject heading) dan tesaurus.3
Indeks menurut Sulistyo-Basuki adalah nama, subjek, kata kunci atau
topik lain yang disusun menurut urutan tertentu untuk memudahkan proses
temu kembali dokumen/informasi. Berdasarkan pengertian tersebut, pusat
dokumentasi telah menyimpan dan mengolah dokumen kemudian berupaya
menemukan kembali dokumen atau dapat disebut sebagai kegiatan
2 Vivit Wardah Rufaidah. “Pralaras (Precoordination) vs Pascalaras (Postcoordination)
Dalam Tajuk Subjek dan Katalog Sebagai Titik Akses)” Jurnal Perpustakaan Pertanian
(2009).vol.18, No.2.hlm.50 3 IUA/DOI/pengindeksan dan bahasa indeks. hlm. 1
-
2
pegindeksan.4 Pengindeksan merupakan salah satu bentuk kegiatan
kepustakawanan (librarianship) yang harus dilakukan oleh para pustakawan
khususnya pada pustakawan tingkat ahli di lingkungan pusat dokumentasi dan
informasi (pusdokinfo). Tujuan dilakukan pengindeksan adalah untuk
memberikan kemudahan bagi pemustaka (user) dalam proses temu balik
(retrive) informasi. Evan menyebutkan bahwa pengindeksan pada karya
monograf sesungguhnya lebih mudah dilakukan jika sesuai dengan proses
atau langkah-langkah pengindeksan yang telah diatur bersama pada
pustakawan.5
Sistem pascalaras (Post-coordinate indexing) adalah sistem koordinasi
atau penggabungan istilah indeks pada tahap penelusuran dengan
menggunakan istilah tunggal, sehingga dalam tahap pengindeksan atau
pemasukan, istilah-istilah indeks dibiarkan berdiri sendiri. Selanjutnya,
penelusur menggabungkan istilah indeks sesuai dengan kebutuhan dengan
memperluas atau mempersempit strategi penelusuran menggunakan operator
logika Boole (Boolean Logic) seperti AND, OR, dan NOT yang dimungkinkan
penggunaannya dengan bantuan komputer (Online Public Access Catalogue,
OPAC).6 Skema klasifikasi dan daftar tajuk subjek merupakan indeks
konvensional yang biasa digunakan dalam sistem pralaras, sedangkan
tesaurus terutama digunakan dalam sistem pascalaras.7 Istilah thesaurus
berasal dari bahasa Yunani dan berarti tempat penyimpanan harta benda atau
kekayaan. Dalam bahasa Inggris kata ini kemudian mendapat arti “Jexion” or
“treasury of words”. Dalam Shorter Oxford English Dictionary tahun 1736
untuk pertama kali tercatat penggunaan kata thesaurus dengan makna
4 Feby Ayu dan Desriyeni. “Pembuatan Indeks Tugas Akhir Mahasiswa D4 Dari Tahun
2013-2017 di Perpustakaan Politeknik Negeri Padang” Jurnal Informasi Perpustakaan dan
Kearsipan (2017).vol.5, No.1, Seri C. hlm.232 5 Khatimah Harys. “Dampak Sistim Penentuan Kosa Kata Indeks pada Karya Monograf
Terhadap Temu Balik Informasi Pemustaka di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Jambi” jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2017).vol.1, hlm.2 6 Vivit Wardah Rufaidah. “Pralaras (Precoordination) vs Pascalaras (Postcoordination)
Dalam Tajuk Subjek dan Katalog Sebagai Titik Akses)” Jurnal Perpustakaan Pertanian
(2009).vol.18, No.2.hlm.51-53 7 Vivit Wardah Rufaidah. “Pralaras (Precoordination) vs Pascalaras (Postcoordination)
Dalam Tajuk Subjek dan Katalog Sebagai Titik Akses)” Jurnal Perpustakaan Pertanian
(2009).vol.18, No.2.hlm.51
-
3
khazanah pengetahuan, seperti kamus, ensiklopedi dan sebagainya. Kamus
Amerika Webster’s mendefinisikan thesaurus sebagai suatu “buku berisi kata
atau informasi mengenai bidang subyek tertentu atau suatu kelompok konsep,
seperti kamus sinonim”.8
Perkembangan yang telah terjadi dalam bidang pengindeksan subyek.
Metode pengindeksan konsep dan pralaras dan sarana yang dulu lazim
digunakan, metode dan sarana yang lebih mutakhir. Semua metode dan
sarana tersebut hingga kini masih dipakai, termasuk yang lama. Pilihan
metode dan sarana tergantung dari situasi dan kondisi lembaga informasi atau
perpustakaan, dan fungsi serta format indeks yang sedang dibuat. Indeks yang
tercetak misalnya, masih tetap meggunakan pengindeksan pra-koordinasi
dengan kosa kata terkendali seperti tajuk subyek atau deskriptor (istilah
indeks) dari tesaurus. Katalog subyek OPAC pada umumnya menerapkan
pengindeksan konsep dengan kosa kata terkendali. Tapi ada pula OPAC yang
menerapkan kedua-duanya, yaitu pengindeksan konsep maupun kata
(keywords).9
Untuk perpustakaan yang ruang lingkupnya kecil terkadang
pustakawan juga menggunakan daftar tajuk subjek dalam melakukan
pengindeksan pascalaras, karena membuat tesaurus baru bukanlah pekerjaan
yang mudah. Untuk penyusunan tesaurus diperlukan staf yang mempunyai
pengetahuan yang sesuai dan pengalaman yang memadai. Waktu dan biaya
yang akan habis juga merupakan kendala. Tajuk subjek biasanya
dicantumkan pada bagian awal entri katalog yang disusun dalam katalog
subyek berabjad, baik dalam bentuk kartu, bentuk buku, bentuk mikro,
maupun OPAC.10
Dalam hal ini peneliti menjadikan perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi sebagai tempat penelitian. Perpustakaan Universitas
Adiwangasa Jambi dikelola oleh 2 orang, terdiri dari 1 kepala perpustakaan
8 IUA/KKI/Tesaurus1/07/09/97/.hlm.1
9 Agnes Martines. “Pengindeksan subyek buku pada Perpustakaan Universitas Sumatra Utara”. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara. 2017.
10 IUA/KKI/Tesaurus 1
-
4
dan 1 pustakawan. Jumlah judul koleksi monograf 561 dan jumlah exemplar
1989. Dalam tahap pengindeksan perpustakaan ini menggunakan metode
klasifikasi DDC. Perpustakaan ini sudah menerapkan sistem automasi yaitu
menggunakan aplikasi Inlislite versi 3.1, dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dengan motto selalau memberikan pelayanan prima.11
Berdasarkan hasil observasi Di perpustakaan Universitas Adiwangsa
Jambi, pemanfaatan OPAC sebagai media temu balik informasi oleh
pemustaka dihadapkan dengan beberapa masalah yaitu cara pustakwan dalam
mengindeks, kurangnya pustakawan dan ketidakpahaman sebagian pemustaka
dalam menelusur lewat OPAC, padahal media-media temu balik informasi
telah disediakan oleh pihak perpustakaa, sehingga pengguna Perpustakaan
Universitas Adiwangsa Jambi menjadi kesulitan dalam menemukan informasi
yang diinginkannya, seperti pencarian informasi menggunakan media OPAC.
Masalah ini terkadang terjadi dikalangan pengguna perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi dan hal itu menjadi salah satu penyebab pengguna
perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi jarang untuk melakukan
pencarian informasi menggunakan OPAC dan sering mencari informasi
langsung ke rak atau langsung bertanya pada pustakawan dari pada menelusur
informasi menggunakan OPAC kurang efektif dan efesien.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti mengambil judul
“Sistem Pengindeksan pascalaras pada karya monograf dan dampaknya
terhadap sistem temu balik Informasi di Perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengindeksan pascalaras pada karya monograf di
Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi?
2. Bagaimana sistem temu balik informasi di Perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi?
11 Dokumen Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi
-
5
3. Apa dampak sistem pengindeksan pascalaras pada karya monograf
terhadap sistem temu balik informasi di Perpustakaan A diwangsa
Jambi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis menentukan tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengindeksan pascalaras pada
karya monograf di Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi.
2. Untuk mengetahui sistim temu balik informasi di Perpustakaan
Universitas Adiwangsa Jambi.
3. Untuk mengetahui dampak sistem pengindeksan pascalaras pada karya
monograf terhadap sistim temu balik informasi di Perpustakaan
Adiwangsa Jambi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah referensi ilmu tentang sistem pengindeksan pascalaras
sebagai sistim temu balik informasi
2. Manfaat praktis
a. Bagi pihak perpustakaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak perpustakaan untuk menjadikan sistem pengindeksan pascalaras
sebagai salah satu alternatif untuk sarana temu balik informasi.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang dapat
dijadikan bekal ketika terjun langsung kelapangan.
UserTypewriterA. Sejarah Berdirinya Desa Pasar Singkut
-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengindeksan Pascalaras
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, diikuti ilmu
informasi memunculkan konsep baru dalam pengelolaan perpustakaan,
yaitu perpustakaan digital. Perpustakaan berdasarkan konsep baru ini
sangat mengandalkan berbagai alat, sumber informasi, fasilitas
komunikasi, dan kompetensi yang bersifat digital. Internet dan informasi
elektronok menawarkan berbagai informasi baru dan sekaligus
melengkapi sumber informasi tradisional yang ada. Pencarian informasi
dapat dilakukan lebih cepat dengan memanfaatkan fasilitas mesin pencari.
Di perpustakaan memiliki banyak koleksi karya monograf yang
mana memiliki judul yang banyak sehingga harus memiliki sarana temu
balik informasi seperti indeks untuk memudahkan pengguna dalam
mencari koleksi dan informasi. Umumnya indeks diketahui sebagai daftar
istilah yang menyertakan halaman istilah tersebut berada. Indeks berasal
dari bahasa latin indicare yang artinya menunjuk. Indeks memberi
petunjuk tentang karya tulis yang telah diterbitkan mengenai subjek
tertentu, baik dalam bentuk majalah atau dalam bentuk dokumen lain.
Menurut Lasa Indeks sebagai daftar kata atau istilah disusun alfabetis dan
biasanya terletak dibagian akhir atau suatu buku, berupa nama orang,
subjek, dan sebagainya. Selain itu Suwarno juga memberi definisi dari
indeks adalah daftar berisi petunjuk, lebih tepatnya indeks merupakan
daftar yang sistematis, mengandung istilah atau frasa (yang menyatakan
nama pengarang, judul, konsep, dan sebagainya) yang dilengkap petunjuk
ke isi, atau ke lokasi di mana istilah atau frasa tersebut ditemukan.12
12 Iin Fridayani Veronika Purba, Malta Nelisa. “Pembuatan Indeks beranotasi jurnal
ilmiah bidang humaniora di Perpustakaan Kopertis wilayah X” Jurnal ilmu informasi
perpustakaan dan kearsipan (september 2012). vol.1, no.1, seri A.hlm.1-2
-
7
Kosa kata indeks adalah kosa kata yang terdiri dari satu atau kata
lebih dari dokumen (monograf atau terbitan berseri). Kosa kata indeks
sering kali disebut sebagai bahasa indeks (controlled vocabulary) yakni
sekelompok istilah terbatas yang harus digunakan untuk mewakili subyek
dokumen dalam suatu sistim temu balik informasi. Salah satu bentuk
kegiatan indeks adalah pengindeksan. Pengindeksan merupakan salah satu
bentuk kegiatan kepustakawanan (librarianship) yang harus dilakukan
oleh para pustakawan khususnya pada pustakawan tingkat ahli di
lingkungan pusat dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Pengindeksan
merupakan kegiatan pendeskripsian isi dokumen dengan memilih istilah
yang aling tepat sehingga mewakili isi dokumen. Pengindeksan subyek
merupakan bagian dari proses pengolahan dokumen/bahan pustaka di
perpustakaan. Pengindeksan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat
wakil dokumen yang relevan dengan suatu permintaan.13
Indeks dihasilkan dari langkah kerja yang sistematis, seperti yang
diungkapkan Sulistyo-Basuki pelaksanaan pengindeksan mencakup
langkah-langkah seperti: a. pengamatan awal terhadap dokumen atau
koleksi, b. menentukan subjek utama, c. Menentukan elemen yang
dideskripsikan dan istilah berkaitan, d. Memastikan relevansi istilah-
istilah tersebut, e. Mengubah istilah dari bahasa sehari-hari ke bahasa
dokumenter atau bahasa pengindeksan, f. Memastikan relevansi deskripsi,
g. Pengaturan deskripsi sesuai dengan ketentuan formal yang digunakan
oleh sistem informasi bersangkutan.14
Materi pustaka harus dikelola sesuai perkembangan teknologi
tersebut agar dapat diidentifikasi dengan cepat dan tepat untuk memenuhi
permintaan pengguna. Pengorganisasian materi informasi meliputi
katalogisasi/klasifikasi dan pengindeksan subjek. Sistem pascalaras
13 Khatimah Harys. “Dampak Sistim Penentuan Kosa Kata Indeks pada Karya Monograf
Terhadap Temu Balik Informasi Pemustaka di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Jambi” jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2017).vol.1, hlm.3 14
Iin Fridayani Veronika Purba, Malta Nelisa. “Pembuatan Indeks beranotasi jurnal
ilmiah bidang humaniora di Perpustakaan Kopertis wilayah X” Jurnal ilmu informasi
perpustakaan dan kearsipan (september 2012). vol.1, no.1, seri A.hlm.1-3
-
8
adalah sistem koordinasi atau penggabungan istilah indeks pada tahap
penelusuran dengan menggunakan istilah tunggal, sehingga dalam tahap
pengindeksan atau pemasukan, istilah-istilah indeks dibiarkan berdiri
sendiri. selanjutnya, penelusuran menggabungkan istilah indeks sesuai
dengan kebutuhan dengan memperluas atau mempersempit strategi
penelusuran menggunakan operator logika Boole (Boolean logic) seperti
AND, OR, dan NOT yang dimungkinkan penggunannya dengan bantuan
komputer (Online Public Access Catalogue, OPAC).
Keuntungan sistem pascalaras adalah: (1) tidak menggunakan
urutan sitasi, cepat dan murah; (2) pencarian tidak memperhatikan istilah
dan subjek suatu dokumen, sehingga tiap istilah bisa menjadi titik temu;
dan (3) jumlah tajuk lebih sedikit karena hanya menggunakan istilah
indeks yang menyatakan konsep tunggal (foci). Kekurangan pascalaras
adalah: (1) entri tidak spesifik, banyak dokumen yang dapat terakses
lewat istilah tertentu, padahal isi dokumen yang dikehendaki lebih khusus
daripada makna atau cakupan istilah indeks; dan (2) tidak dapat
digunakan untuk mengatur penyimpanan bahan informasi dalam koleksi
perpustakaan. Pascalaras memiliki kelemahan: a. Entri tidak bersifat
spesifik. b. Jumlah entri (perolehan) sangat banyak). Pada sistim
pascalaras istilah indeks maksimal hanya 45.
Dengan demikian dalam sistim pascalaras: (1) tajuk (istilah indeks)
relatif sedikit, tetapi dibawah satu istilah mungkin diindeks sejumlah
besar dokumen; (2) dibawah istilah indeks tidak ditemukan entri, tetapi
ditemukan nomor identifikasi dokumen tersebut; dan (3) untuk
mendapatkan wakil dokumen yang berisi data bibliografi lengkap,
penelusur harus mencarinya dalam jajaran lain, yaitu jajaran entri yang
disusun menurut nomor identifikasi atau nomor induk dokumen. Untuk
mendapatkan dokumen bersubjek majemuk, penelusur mengabungkan
konsep tunggal (foci yang relevan)pada saat penelusuran. Sebelum era
komputer, sistem pascalaras menggunakan beberapa metode seperti
Uniterm Cards(Mortimer Taube), Peek-a-boo (H.W. Batten), dan
-
9
EdgeNotched Cards. Sistem pengindeksan pascalaras berkembang dengan
baik dengan adanya komputer. Komputer dengan cepat dapat
membandingkan sejumlah besar istilah indeks dan nomor dokumen untuk
memilih istilah yang memenuhi kriteria penelusuran. Sistem berbantuan
komputer yang baik harus memungkinkan pengembangan strategi
penelusuran dengan operasi Boolean AND, OR, dan NOT.
Pada sistem pascalaras, untuk mengoptimalkan fungsinya
diperlukan infrastruktur yang memadai, seperti komputer dan perangkat
lunak. Dengan adanya fasilitas internet, penelusuran tingkat lanjut
(advancesearch) dioptimalkan antara lain dengan operasi Boolean (AND,
OR, NOT) dan String. Untuk memperluas displai indeks pralaras perlu
dimasukkan pula unsurunsur indeks web seperti .com, .edu, .gov, dan
.org, sehingga indeks dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.15
2. Karya Monograf
Monograf adalah sebutan lain untuk buku, dan digunakan untuk
membedakan terbitan tersebut dengan terbitan berseri. Monograf berisi
satu topik atau sejumlah topik (subjek) yang berkaitan, dan biasanya
ditulis oleh satu orang. Selain itu, monograf merupakan terbitan tunggal
yang selesai dalam satu jilid dan tidak berkelanjutan.
Dalam ilmu perpustakaan, definisi monograf adalah terbitan yang
bukan terbitan berseri yang lengkap dalam satu volume atau sejumlah
volume yang sudah ditentukan sebelumnya. Monograf berbeda dengan
terbitan berseri seperti majalah, jurnal, atau surat kabar.
Buku merupakan koleksi yang paling umum yang dihimpun
perpustakaan. Pengertian buku adalah terbitan yang membahas informasi
tertentu disajikan secara tertulis sedikitnya setebal 64 halaman tidak
termasuk halaman sampul, diterbitkan oleh penerbit atau lembaga
tertentu, serta ada yang bertanggung jawab terhadap isi yang
dikandungnya(pengarang).
15
Vivit Wardah Rufaidah. “Pralaras (Precoordination) vs Pascalaras (Postcoordination)
Dalam Tajuk Subjek dan Katalog Sebagai Titik Akses)” Jurnal Perpustakaan Pertanian
(2009).vol.18, No.2.hlm.52-53
-
10
Bahan pustaka yang termasuk monograf ialah:
a. Buku Teks atau Buku Pelajaran
Buku teks adalah buku tentang satu bidang ilmu tertentu yang
ditulis berdasarkan sistematika dan organisasi tertentu sehingga
memudahkan proses pembelajarannya baik oleh guru maupun murid.
b. Buku Teks Pelengkap
Buku-buku yang masih terbilang kedalam jenis buu teks, namun
berfungsi sebagai penunjang pelajaran atau penunjang buku-buku
teks. Materi buku teks pelengkap ini tetap didasarkan kepada
kurikulum di sekolah.
c. Buku Penunjang
Buku pelajaran penunjang adalah buku yang sifatnya sebagai
penunjang atau pelengkap dari buku pelajaran pokok yang digunakan
oleh guru dan siswa.
d. Buku Referensi atau Rujukan
Koleksi referensi sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang
membedakan dengan buku adalah isi dan cara penyusunannya. Isi
buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat
informasi tertentu saja seperti arti kata, seperti kamus, ensiklopedi,
buku tahunan, buku pedoman atau buku petunjuk, direktori, almanak,
bibliografi, abstrak, dokumen pemerintah.
e. Buku Fiksi
Buku fiksi adalah buku cerita seseorang pengarang berdasarkan
khayalan. Walaupun pengarang terkadang memakai fakta sebagai
bahan karangannya, karya itu tidak dapat dianggap sebagai
karyabukan hasil khayalan, seperti novel dan cerpen. Koleksi
monograf dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Isinya membuat satu pokok permasalahannya, kalaupun terdiri dari
beberapa makalah (misalnya dalam prosiding seminar) maka semua
makalah berhubungan dengan tema pokok dari permasalahan tersebut.
b. Berjilid.
-
11
c. Mempunyai halaman judul.
d. Terdaftar daftar isi.
e. Teks yang dibagi-bagi dalam bab.
f. Terdaftar lembaran pendahuluan dan atau pengantar.
g. Terbit dalam satu jilid atau beberapa voume dengan bentuk jilid sama.
h. Umumnya memiliki ISBN (International Standard Book Number).
Monograf mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Monograf seri, memiliki ciri umum seperti monograf, tetapi
disamping itu mempunyai judul seri yang tetap dan memiliki nomor
seri yang berkesinambungan selain ISBN, pada monograf seri sering
memiliki juga ISSN (International Standard Serial Number).
b. Monograf Analitik memiliki ciri umum seperti monograf, tetapi isinya
baik seluruh maupun sebagian terdiri dari sekumpulan makalah yang
berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berkaitan dalam satu
subjek, memiliki ISBN.
c. Monograf Analitik berseri memiliki ciri umum seperti monograf
analitik dan monograf seri. Pada monograf analitik berseri terdapat
judul seri yang tetap disertai nomor seri yang berkesinambungan,
biasanya ada ISBN dan ISSN, ada kalanya juga hanya memiliki
ISBN.16
3. Pengertian Temu Balik Informasi
Temu balik informasi merupakan keseragaman dari operasi
berurutan yang dilakukan untuk menentukan lokasi informasi yang
diperlukan atau dokumen yang berisi informasi tersebut, disusul dengan
penyediaan dokumen atau kopinya dan dihasilkan oleh sarana sistem temu
balik informasi.17
Purwono menjelaskan tentang definisi dari temu balik
informasi (Information retrieval) adalah suatu proses yang melibatkan
16
Jamila,Evaluasi Keterpakaian koleksi monograf di perpustakaan Madrasah Aliyah
Negeri Insan Cendekia Muaro Jambi. 2017. Hlm. 13-16. 17 Titan Violeta. “Pengaruh Sistem temu kembali informasiterhadap pemanfaatan koleksi
oleh pemustaka di perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara” Jurnal Ilmu Perpustakaan (2013).
volume 2, nomor3
-
12
upaya untuk menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
pemakai. Sementara itu Houghton dalam Purwono menjelaskan bahwa
pada prinsipnya dalam temu balik informasi adalah penelusuran yang
merupakan interaksi antara user dan sistem dan pernyataan kebutuhan
pengguna diekspresikan sebagai suatu istilah tertentu. Selanjutnya
dinyatakan bahwa komponen fundamental dari sistem temu balik
informasi adalah penyimpanan (storage), dan proses temu kembali
(retrieval).18
Lancaster dalam Hardi menyatakan bahwa “temu kembali
informasi sebagai suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan
istilah luas untuk mengidentifikasi dokumen yang berhubungan dengan
subjek tertentu”. Artinya dalam proses penemuan informasi perlu
digunakan istilah-istilah tertentu.19
4. Sistem Temu Balik Informasi
Penerapan teknologi informasi di perpustakaan sekarang ini,
merupakan bentuk wujud dari suatu perubahan layanan. Perubahan ini
mendorong perpustakaan untuk melakukan modernisasi layanan dan
mulai menerapkan teknologi informasi dalam aktivitasnya keseharian.
Oleh karena itu, agar perpustakaan menjadi lebih maju, perpustakaan
harus tetap memperhatikan kebutuhan penggunanya yaitu dengan
menghadirkan sebuah perombakan pada perpustakaan yang dulunya
mengguanakan sistem secara manual berubah menjadi perpustakaan yang
berbasiskan sistem automasi (komputer).20
Sebagai pusat dan penyedia informasi, perpustakaan diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Serta menyediakan
dan memberikan informasi dengan mudah, cepat dan tepat. Kemudian
18 Titan Violeta. “Pengaruh Sistem temu kembali informasiterhadap pemanfaatan koleksi
oleh pemustaka di perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara” Jurnal Ilmu Perpustakaan (2013).
volume 2, nomor 3 19 Sudia Ajjronisa. “Sistem temu balik informasi menggunakan google scholer” UPT
Perpustakaan UNP, 2016.hlm 2 20
Titan Violeta. “Pengaruh Sistem temu kembali informasiterhadap pemanfaatan koleksi
oleh pemustaka di perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara” Jurnal Ilmu Perpustakaan (2013).
volume 2, nomor 3
-
13
diciptakan sebuah sistem telusur informasi berupa katalog online atau
yang sering disebut dngan online public access catalog (OPAC).
Pembuatan sistem temu kembali informasi sudah ada sejak tahun
1908 oleh United Kingdom dan United State dimulai dengan pembuatan
kode katalog yang kemudian menghasilkan Anglo-America Catalog Rule
(AACR). Sedangkan alat temu kembali online public access catalog
(OPAC) sendiri sudah ada sejak tahun 1970. Sejak pertama kali
diciptakan, pembuatan sistem temu kembali informasi telah mengalami
proses perubahan sesuai perkembangan zaman. Perubahan sistem temu
kembali informasi pada era saat ini terlihat dari semakin beragam
pedoman dalam pembuatan kode katalog. Seperti DDC sebagai penentu
nomor klasifikasi, pengguna LCSH, search list dan lain sebagainya
sebagai penentu tajuk subjek, dan pedoman-pedoman lainnya yang masuk
pada sistem temu kembali informasi. OPAC merupakan bentuk dari
sistem temu kembali informasi yang digunakan pengguna untuk
menentukan informasi yang relevan pada sistem information retrieval
(IR). 21
Sebuah sitem temu balik informasi pada umumnya dibentuk oleh
bahasa temu balik informasi dan kriteria pencocokan yang dirancang
untuk penelusuran informasi pada koleksi informasi tertentu. Sistem temu
balik informasi diwujudkan dengan sarana fasilitas teknis tertentu seperti
katalog, tesaurus, komputer dan sebagainya. Sistem temu balik informasi
didesain untuk menemukan dokumen atau informasi yang diperlukan
masyarakat pengguna.22
Sistem temu balik informasi merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai
jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemakai.
21 Nisa Putri Lestari, Uji Recall and Precision Sistem Temu Kembali Informasi OPAC
Perpustakan ITS Surabaya. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas
Airlangga.hlm.1-2 22
Wahyuddin, Pemanfaatan sistem temu balik informasi di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Barru. Fakultas adab dan humaniora Uin Alauddin Makassar. 2017.hlm.9
-
14
Ada beberapa fungsi utama sistem temu balik informasi seperti
yang dinyatakan Chowdhury, bahwa ada tujuh fungsi utama sistem temu
balik informasi yang antara lain adalah:
a. To identify the information (sources) relevant to the areas of interest
of the target users comunity;
b. To analyse the contents of the sources (documents);
c. To represent the contens of the analysed sources in a way that will be
suitable for matching users queriesw;
d. To analyse users queries and to represent them in aform that will be
suitable for matching with the database;
e. To match the search statement with the stored database;
f. To retrieve the information that is relevant, and
g. To make necssary adjustments in the system based on feedback from
the usesr.
Pernyataan diatas diartikan sebagai berikut:
a. Untuk mengidentifikasi informasi (sumber informasi) yang relevan
dengan bidang-bidang yang sesuai dengan minat dan tujuan komunitas
pemakai;
b. Untuk menganalisis isi dari sumber informasi (dokumen)
c. Untuk mempresentasikan isi dan sumber informasi yang telah
dianalisis dengan cara yang sesuai untuk kemudian menyesuaikannya
dengan permintaan pemakai;
d. Untuk menganalisis permintaan-permintaan pemakai dan
mempresentasikannya kedalam bentuk yang disesuaikan, untuk
disesuaikan dengan database;
e. Untuk menyesuaikan pernyataan penelusuran dengan database;
f. Untuk menemukaninformasi yang relevan;
g. Untuk membuat penyesuaian kebutuhan pada dasar sistem arus balik
dari pemakai.23
23
Sudia Ajjronisa. “Sistem temu balik informasi menggunakan google scholer” UPT
Perpustakaan UNP, 2016.hlm.2-3
-
15
Sistem temu balik infomasi bertujuan menghasilkan dokumen yang
paling relevan berdasarkan keyword pada query yang diberikan pengguna.
Sistem temu balik informasi ini digunakan untuk mengurangi informasi
yang terlalu banyak sehingga sulit untuk dikelola.24
Tague-Sutcliffe dalam Hasugian menyatakan bahwa tujuan utama
sistem temu balik informasi adalah untuk menemukan dokumen yang
sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna secara efektif dan efesien,
sehingga dapat memberikan kepuasan baginya.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa sistem temu balik informasi
merupakan proses pencarian kembali informasi sesuai dengan kebutuhan
pencari informasi. Dalam proses perolehan informasi pencari
merumuskan pertanyaan (query) atau menggunakan istilah-istilah
berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan.
a. Komponen Sistem Temu Balik Informasi
Sistem temu balik informasi terdiri dari komponen-komponen
yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut Chowdury dalam
Zaenab ”Pada intinya dalam sistem temu balik informasi terdapat tiga
komponen utama yang saling mempengaruhi, yaitu (1) kumpulan
dokumen; (2) kebutuhan informasi pengguna, dan (3) proses
pencocokan (matching) antara keduanya”
Pernyataan yang sama juga diuraikan Hasibun dalam Hasugian
bahwa “ Secara garis besar komponen sistem temu balik informasi
terdiri dari pemekai (user), dokumen, dan matcher-machine”.
Adapun komponen-komponen sistem temu balik informasi
menurut Hasugian antara lain, (1) pengguana; (2) Query; (3)
Dokumen; (4) Indeks Dokumen dan (5) Pencocokan/Matcher
Function.
24
Meisya Fitri.”Perancangan sistem temu balik informasi dengan metode pembobotan
kombinasi TF-IDF untuk pencarian dokumen berbahasa indonesia”, Program studi teknik
informatika jurusan teknik elektro fakultas teknik universitas Tanjungpura
-
16
1) Pengguna
Pengguna STBI adalah orang yang menggunakan atau
memanfaatkan STBI dalam rangka kegiatan pengelolaan dan
pencarian informasi. Berdasarkan perannya, pengguna STBI
dibedakan atas 2 (dua) kelompok yaitu pengguna (user) dan
pengguna akhir (end user).
2) Query
Query adalah format bahasa permintaan yang di input
(dimasukan) oleh pengguna kedalam STBI. Dalam interface
(antar muka) STBI selalu disediakan kolom/ruas sebagai tempat
bagi pengguna untuk mengetikkan (menuliskan) query nya.
3) Dokumen
Dokumen adalah istilah yang digunakan untuk seluruh
bahan pustaka, apakah itu artikel, buku, laporan penelitian dsb.
Seluruh bahan pustaka dapat disebut sebagai dokumen.
4) Indeks dokumen
Indeks adalah daftar istilah atau kata (list of terms).
Dokumen yang dimasukkan/disimpan dalam database dapat
diwakili oleh indeks, indeks itu disebut indeks dokumen.
5) Pencocokan (Matcher Function)
Pencocokan istilah (query) yang dimasukkan oleh pengguna
dengan indeks dokumen yang tersimpan dalam database adalah
dilakukan oleh mesin komputer. Komputerlah yang melakukan
proses pencocokan itu dalam waktu yang sangat singkat sesuai
dengan kecepatan memory dan procesing yang dimiliki oleh
komputer itu.
Dalam beberapa uraian di atas disimpulkan bahwa sistem
temu balik informasi memiliki komponen-komponen penyusun
yang paling sedikit terdiri tiga bagian yaitu dokumen, pencari
informasi dan proses pencocokan atau penghubung antara
dokumen dan pencari informasi. Dan lebih rincinya sistem temu
-
17
balik informasi terdiri atas lima komponen yaitu pengguna, query,
dokumen, indeks dokumen, dan pencocokan.25
5. Efektivitas Sistem Temu Kembali Informasi
a. Pengertian Efektivitas Sistem Temu Kembali Informasi
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai
tujuan. Dalam memanfaatkan efektivitas temu kembali informasi,
harus digunakan parameter untuk mengevaluasi agar hasil yang
diberikan sistem sesuai dengan permintaan pengguna. Evaluasi
dilakukan untuk menjelaskan bagaimana sistem beroperasi atau untuk
mengetahui mengapa sistem berfungsi pada tingkat efisiensi tertentu.
Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih
dikaitkan dengan hasil kerja. Menurut pendapat lain efektivitas sistem
temu balik informasi adalah kemampuan dari sistem itu untuk
memanggil berbagai dokumen dari suatu database sesuai dengan
permintaan pengguna.26
Lancaster menyatakan bahwa efektivitas dari suatu sistem temu
kembali informasi adalah kemampuan dari sistem untuk memanggil
berbagai dokumen dari suatu basis data sesuai dengan permintaan
pengguna.27
Pengukuran efektivitas suatu sistem temu kembali dapat
dilakukan dengan perhitungan terhadap nilai perolehan (recall), nilai
ketepatan (precision), dan jatuhan semu (fallout). Namun, diantara
metode tersebut, perhitungan ketepatan merupakan cara yang paling
umum digunakan.28
25 Sudia Ajjronisa. “Sistem temu balik informasi menggunakan google scholer” UPT
Perpustakaan UNP, 2016.hlm.3-4 26 Wahyuddin, Pemanfaatan sistem temu balik informasi di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Barru. Fakultas adab dan humaniora Uin Alauddin Makassar. 2017.hlm 12 27
. Diakses pada tanggal 22 oktober 2019, pukul. 20.22 28 Nisa Putri Lestari, Uji Recall and Precision Sistem Temu Kembali Informasi OPAC
Perpustakan ITS Surabaya. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas
Airlangga.hlm.7
-
18
b. Recall dan Precision
Recall adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat ditemukan
kembali oleh sebuah proses pencarian di sistem IR (Information
retrieval). Rumusnya: Jumlah dokumen relevan yang ditemukan /
Jumlah semua dokumen relevan di dalam koleksi. Lalu, precision
adalah proporsi jumlah dokumen yang ditemukan dan dianggap
relevan untuk kebutuhan si pencari informasi. Rumusnya: Jumlah
dokumen relevan yang ditemukan / Jumlah semua dokumen yang
ditemukan.
Sedangkan Precision dapat diartikan sebagai kepersisan atau
kecocokan (antara permintaan informasi dengan jawaban terhadap
permintaan itu). Jika seseorang mencari informasi disebuah sistem,
dan sistem menawarkan beberapa dokumen, maka kepersisan ini
sebenarnya juga adalah relevansi. Artinya, seberapa persis atau cocok
dokumen tersebut untuk keperluan pencari informasi, bergantung pada
seberapa relevan dokumen tersebut bagi si pencari.
Sulistyo Basuki menyatakan bahwa Rasio perolehan (recall)
adalah perbandingan dokumen ditemukan dngan jumlah total
dokumen relevan dalam sistem. Sedangkan rasio ketepatan (precision)
adalah perbandingan antara dokumen relevan dengan jumlah dokumen
yang ditemu balik dalam penelusuran.
Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk
memanggil dokumen yang relevan. Untuk menghitung nilai perolehan
(recall) digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Dokumen Relevan yang Terambil
Recall (R) = ------------------------------------------------------------
Jumlah Dokumen Relevan dalam Database
Ketepatan (precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk
tidak memanggil dokumen yang tidak relevan. Untuk menghitung
nilai ketepatan (precision) digunakan rumus sebagai berikut:
-
19
Jumlah Dokumen Relevan yang Terambil
Precision (P) = ----------------------------------------------------------
Jumlah Dokumen terambil dalam Pencarian
Lancaster dalam Pendit merumuskan matriks terkenal berikut ini
sebagai ukuran recall-precision:
Tabel 2.1
Matriks Recall and precision Lancaster
Dokumen Relevan Tidak
Relevan
Total
Ditemukan a (hits) b (nois) a+b
Tidak
ditemukan
c (misses) d (rejected) c+d
Total a+b c+d a+b+c+d
Lalu, berdasarkan Tabel tersebut, rumus recall – precision pun
menjadi:
Recall = [a/(a+c)] x 100
Precision = [a/ (a+b)] x 100
Lewat rumus ini kita dapat membayangkan bahwa sebuah sistem
harus meningkatkan nilai recall dengan memperbesar nilai a di rumus
diatas (atau nilai hits). Nilai a yang besar ini dapat terjadi jika jumlah
dokumen yang diberikan oleh sebuah sistem dalam sebuah pencarian
juga besar. Semakin besar jumlah dokumen yang diberikan, semakin
besar kemungkinan nialai a. Tetapi pada saat yang sama, muncul
kemungknan bahwa nilai b (atau jumlah dokumen yang tidak relevan)
juga semakin besar. Ini artinya, nilai precisionnya semakin kecil.
Dalam berbagai eksperimen ditemukan kenyataan bahwa nilai recall
-
20
dan precision ini cenderung berlawanan alias berbanding terbalik. Jika
recall tinggi, besar kemungkinannya precision rendah.
Menurut Rowley dalam Hasugian, suatu sistem temu kembali
informasi dinyatakan efektif apabila hasil penelusuran mampu
menunjukkan ketepatan (precision) yang tinggi sekalipun
perolehannya rendah. Kondisi ideal dari keefektifan suatu sistem temu
kembali informasi adalah apabila rasio recall dan precision sama
besarnya (1:1). Akan tetapi karena rasio dari recall sebenarnya sulit
diukur karena jumlah seluruh dokumen yang relevan dalam database
sangat besar, oleh karena itu precesionlah yang menjadi salah satu
ukuran yang digunakan untuk menilai keefektifan suatu sistem temu
kembali informasi.29
6. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Perguruan Tinggi ialah perpustakaan yang terdapat
pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang
berfiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan perguruan tinggi di
Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat) maka perpustakaan perguruan
tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga darma perguruan
tinggi. Yang termasuk perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan
jurusan, bagian, fakultas, universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi, maupun perpustakaan program non gelar. Bagi perpustakaan
badan bawahan yang bernaung di bawah universitas, institut, maupun
sekolah tinggi, misalnya lembaga penelitian dan lembaga pengabdian
masyarakat, juga dimasukkan ke dalam kelompok perpustakaan
perguruan tinggi, walaupun ada juga yang menggolongkannya ke dalam
perpustakaan khusus.
29 Nisa Putri Lestari, Uji Recall and Precision Sistem Temu Kembali Informasi OPAC
Perpustakan ITS Surabaya. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Universitas
Airlangga.hlm.7-8
-
21
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya
staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup pula tenaga
administrasi perguruan tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) padasemua tingkat
akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke
mahasisswa program pasca sarjana dan pengajar.
3. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada
lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.
Perpustakaan perguruan tinggi sebenarnya juga termasuk dalam
kelompok perpustakaan khusus. Dalam berbagai terbitan berupa direktori
perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan tinggi juga dimasukkan ke
dalam kelompok perpustakaan khusus. Namun berdasarkan tradisi,
perpustakaan perguruan tinggi digolongkan sebagai kelompok tersendiri.30
Untuk melaksanakan tujuan dengan baik, Perpustakaan perguruan
tinggi memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika,
oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang
mendukung tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran
setiap program studi koleksi tentang strategi belajar mengajar dan
materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses
oleh pencarian dan pengguna informasi.
30
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta: Gramedia pustaka utama,
1993.hlm.
-
22
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan
sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan
penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak
dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-
karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan
pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna
untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya
inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Buplikasi
Perpustakan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya
yang dihasilakan oleh sivitas akademik dan staf non akadmik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan
pengetahuan yang dihasilakan oleh sivitas akademik. Secara umum
dapat dirumuskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi memiliki
fungsi yang dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta
penelitian dengan menyadiakan informasi yang dibutuhkan dan
melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi, dengan memiliki fungsi
edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi,
dan fungsi deposit.31
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 24
berbunyi:
(1) Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan
memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.
31
Gusmiati Ayu, Pemanfaatan Online Public Access Catalog (OPAC) Terhadap layanan
di perpustakaan Universitas Dharma Andalas Padang. 2016, hlm. 32-34
-
23
(2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang
mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
(4) Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan guna memenuhi standar nasional
pendidikan dan standar nasional perpustakaan.32
B. Studi Relevan
Tabel 2.2
Studi Relevan
NO Nama Judul Tahun Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Iin Fridayani,
dkk
Pembuatan
Indeks
Beranotasi
Jurnal Ilmiah
Bidang
Humaniora Di
Perpustakaan
Kopertis
Wilayah X
2012 Deskriptif Sebelum
membuat
indeks, ada
baiknya
dibuat suatu
persiapan
seperti:
menentukan
jenis indeks,
bahasa
indeks, dan
peraturan
pengindeksa
n.
Selanjutnya
proses
pembuatan
indeks
beranotasi
dapat
disimpulkan
dengan
urutan kerja:
menentukan
32
Undang-undang Republik Indonesia Nomor.43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Yogyakarta:Pustaka Mahardika.hlm.20
-
24
prosedur
pengindeksa
n yang
disesuaikan
dengan
kondisi di
Perpustakaan
Kopertis
Wilayah X,
adanya
ketentuan-
ketentuan
yang
digunakan
dalam
pengindeksa
n, dan yang
terakhir yaitu
pengetikan
indeks
beranotasi.
2 Muhammad,
dkk
Sistem Temu-
Kembali
Dalam
Dokumen
Menggunakan
Metod Latent
Semantic
Indexing
Eksperiment 1. Berdasarkan pengujian
yang
dilakukan,
sistem
temu-
kembali
informasi
menggunak
an metode
LSI dapat
memberika
n hasil
pencarian
recall 96.67%
dan
precision
55.48%
pada batas
ambang
0.6.
2. Operasi teks sangat
mempenga
-
25
ruhi ukuran
matriks dan
basis data
yang
digunakan
oleh
sistem.
Jumlah
total
seluruh
kata yang
berbeda
(unik) yang
tersimpan
dalam basis
data dan
matriks
term-
dokument setelah
operasi
teks adalah
sebanyak
3888 kata
(dalam
bentuk kata
dasar,
tanpa
stopwords) pada
pengujian
sistem.
Jumlah
tersebut
menunjukk
an bahwa
operasi
teks
menggunak
an bahasa
yang sesuai
dengan
bahasa
dokumen
akan
menghemat
-
26
penggunaa
n basis data
dan
memperkec
il ukuran
matriks,
sehingga
memori
yang
digunakan
untuk
menghitun
g matriks
menjadi
lebih
efisien.
3. Proses pengindeks
an yang
dilakukan
dalam
pengujian
sistem
memakan
waktu yang
relatif lama
yaitu 135
menit 32
detik untuk
jumlah
dokumen
sebanyak
40 dengan
rata-rata
jumlah kata
hasil
operasi
teks adalah
478 kata
disetiap
dokumen.
Akan tetapi
setelah
pengindeks
an
dokumen
-
27
selesai
dilakukan,
proses
pencarian
dapat
dilakukan
dalam
waktu yang
relatif
singkat.
3 Wahyuddin Pemanfaatan
Sistem Temu
Balik
Informasi di
Dinas
Perpustakaan
dan Kearsipan
Kabupaten
Barru
2017 Deskriptif
Pemanfaatan
sistem temu
balik
informasi
(katalog
kartu) kurang
yang
menggunaka
nnya, hal
tersebut
disebabkan
oleh
beberapa
faktor yaitu
susah dalam
menggunaka
nnya dan
tidak
mengerti apa
yang
dimaksud
dengan
katalog, tidak
adanya
pedoman
atau petunjuk
dalam
menggunaka
n katalog
kartu dan
kurangnya
peran
pustakawan
dalam
mensosialisa
sikan katalog
-
28
kartu di
Dinas
Perpustakaan
dan
Kearsipan
Kabupaten
Barru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
-
29
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holostik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.33
Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha menemukan
sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi sebuah masalah
penelitian melalui prosedur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.34
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Adiwangsa Jambi. Jl.Sersan Muslim
RT.24 Kebun Kopi, Kelurahan Thehok Jambi Selatan, Kota Jambi.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral
karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada
dan diamati oleh peneliti.35
Subjek dalam penelitian ini adalah informan-informan yang diharapkan
dapat memberi informasi kepada peneliti, informan disini adalah kepala
perpustakaan, pustakawan dan pemustaka. Untuk memudahkan peneliti dalam
menentukan subjek penelitian, peneliti memilih metode purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
33
21Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005) hlm. 6 34
Mukhtar,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta Selatan: Referensi,
2013) hlm 11. 35 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm. 90
-
30
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.36
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah penelitian yang dikenal dengan data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang
peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan atau
diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui proses
wawancara. Ada juga data dokumentasi yang dihimpun dari situasi
sosial atau lembaga secara langsung, akan tetapi tidak dikategorikan
sebagai data primer, karena hal ini difungsikan sebagai pendukung
data observasi dan data wawancara.37
Data primer diambil dengan cara wawancara dan observasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atauu
ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung atau
pelengkap data utama yang dapat digunakan oleh peneliti. Jenis data
sekunder ini dapat berupa gambar-gambar, dokumentasi, grafik,
manuscrip, tulisan-tulisan tangan dan berbagai dokumentasi lainnya.38
Data sekunder pada penelitian ini adalah dokumentasi.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang
peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan
dalam sebuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Sumber
36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2014) hlm. 218-219 37 Mukhtar,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, hlm.100 38 Mukhtar,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, hlm.100
-
31
data dapat diperoleh dari lembaga atau situasi sosial, subjek/informen,
dokumentasi lembaga, badan atau historis. 39
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
startegis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.40
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian kualitatif
ialah untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya;
pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana
dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti
fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya
dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu;
pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data;
pengamatan juga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang
diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.41
b. Wawancara
Teknik melalui wawancara adalah teknik memperoleh informasi
secara langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada
pihak pertama yang dipandang dapat memberikan keterangan atau
jawaban terhadap pertanyaan yang diajaukan. Mereka yang
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Datanya berupa jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
39
Mukhtar,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, hlm.107 40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 224 41 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.175
-
32
diajukan seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang tersusun dalam
suatu daftar.42
Peneliti menggunakan jenis wawancara tak berstruktur yaitu
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahn yang akan ditanyakan.43
c. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan seperangkat
alat atau instrumen yang memandu untuk pengambilan data-data
dokumen. Ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen mana yang
dipandang dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak diperlukan.
Data dokumen dapat berupa: poto, gambar, peta, grafik, struktur
organisasi, catatan-catatan bersejarah dan sebagainya.44
F. Analisa Data
Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
a. Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
b. Data Display (Penyajian data)
42 Mukhtar, Metode praktis penelitian deskriptif kualitatif, hlm. 101 43 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatid dan R&D, hlm. 233-234 44 Mukhtar, Metode praktis penelitian deskriptif kualitatif, hlm.101
-
33
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data
ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram
dan sejenisnya. Melalui penyajian tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan “the most
fequent form of display data for qualitative research data in the past
has been narrative text”. Yang paling sering dignakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Conclusion Drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kreadibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
-
34
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di
lapangan.45
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reliabilitas. Dalam pengujian keabsahan data, metode
penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
creadibility (validityasninterbal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).46
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data, tetapi disini
peneliti hanya menggunakan teknik trianggulasi yang memiliki tiga jenis
trianggulasi yaitu: trianggulasi sumber, trianggulasi teknik, dan
trianggulasi waktu.
1. Trianggulasi
Trianggulasi dalam dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber,
trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
a. Trianggulasi sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Trianggulasi teknik
Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
c. Trianggulasi waktu
45 Sugiyono, Metode Penelitian ku29antitatif kualitatid dan R&D, hlm.246-253 46 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatid dan R&D, hlm.267-270
-
35
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu
dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara pengecekan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya. 47
BAB IV
47 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatid dan R&D, hlm.273-274
-
36
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi
Tuntutan akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang professional
sesuai dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi merupakan motivasi yang
kuat untuk Yayasan Pendidikan Prima Medan dalam menyelenggarakan
pendidikan Diploma III Kebidanan, DIII Keperawatan, Sekolah Kesehatan
Masyarakat, DIV Kebidanan. Program ini merupakan program pendidikan
vokasional yang bertujuan menghasilkan lulusan yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki
integritas keribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan
dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Selain itu, lulusan
diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat
khususnya yang berkaitan dengan bidang kesehatan sehingga ikut berperan
aktif meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2001 izin penyelenggaraan Akademi Kebidanan Prima
berada di Medan dengan izin penyelenggaraan Akademi Kebidanan
206/D/O/2001. Pada tahun 2002 pihak Yayasan merasa perlu untuk
mengembangkan pendidikan menjadi lebih besar, sehingga pendidikan di
kembangkan menjadi STIKES, STIKES dengan nama STIKES PRIMA
HUSADA MEDAN dengan izin operasinal 15/YA/NOT/RAP 2002.
Sehubungan dengan adanya 2 izin penyelenggaran di Yayasan Prima
Medan, maka Yayasan berkeinginaan untuk mengurus perpindahan
Akademi Kebidanan ke tempat daerah yang dianggap membutuhkan
pendidikan dibidang kesehatan. Sehingga Provinsi Jambi dianggap
merupakan daerah yang sesuai. Pada tahun 2003 Yayasan mengajukan
permohonan perpindahan lokasi ke Dirjen Dikti Pusat Jakarta, sehingga
tahun 2005 keluarlah izin perpindahan penyelenggaraan Akademi
Kebidanan dengan izin operasional Mendiknas RI 09/D/0/2005 dan
bekerjasama dengan dinas kesehatan Propinsi Jambi. Pada tahun 2010
Yayasan Pendidikan Prima Medan mengembangkan pendidikan Akbid
-
37
Prima Jambi menjadi STIKes Prima Jambi dengan izin penyelenggaran SK
MENDIKNAS RI 05/D/O/2010 tanggal SK penyelenggaraan Dikti 19
Januari 2010. STIKes Prima Jambi memiliki 3 Program Studi yaitu
Program Studi S 1 Kesehatan Masyarakar, D IV Bidan Pendidik dan D III
Kebidanan.
STIKes Prima Jambi berada di Kota Jambi, mudah dijangkau oleh
berbagai kendaraan, luas tanah 18000 m2 dengan luas bangunan 15000 m2
terdiri dari ruangan kelas, kantor dosen, ruang administrasi, ruang
perpustakaan, laboratorium, ruang audiovisual, asrama, mushola dan
sarana olah raga, serta dilengkapi dengan berbagai alat bantu belajar
seperti LCD dan peralatan audio visual, dalam penyelenggaraannya
STIKes Prima Jambi senantiasa melakukan pembenahan dan pembaharuan
serta meningkatkan kualitas pembelajaraan sesuai dengan kebutuhan,
untuk mempelancar proses Tri Drama Pendidikan Perguruan Tinggi, harus
ada sarana penunjang yaitu, laboratorium, perpustakaan, dan ruang
audiovisual. Perpustakaan Stikes Prima Jambi, pada awalnya berada di
Thehok dari tahun yang sejak masa berdirinya Stikes Prima perpustakaan
sudah dipimpin oleh tiga pemimpinan Kepala Perpustakaan yaitu :
1. Siti Fatimah, S.Pd, tahun 2008 s/d 2009 (Akademi Kebidanan)
2. Krisna Natalia L. Tobing tahun 2010 s/d 2011 (Stikes Prima)
3. Eko Rainaldi, S.IP tahun 2011 s/d 2017 (Stikes Prima)
4. Musriyanto, S.IP tahun 2017 s/d sekarang (Universitas Adiwangsa
Jambi)
Pada tahun 2015-2016 pihak Stikes Prima telah bebenah untuk
mengembangkan menjadi Universitas dan telah melalui proses dan
akhirnya pada tanggal, 19 September 2017 visitasi dari
MENRISTEKDIKTI RI untuk uji kelayakan peralihan status dan akhirnya
keluarlah izin dari MENRISTEKDIKTI RI Nomor: 495/KPT/I/2017
tanggal SK penyelenggaraan MENRISTEKDIKTI 19 September 2017,
mulai menerima pendaftaran mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018
pada bulan November 2017, perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi,
-
38
sudah terdaftar di Perpustakaan Nasional RI dengan nomor regestrasi/
Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) 1571022D2000001.
Universitas Adiwangsa Jambi memiliki 5 (Lima) Fakultas dan 12
Prodi yaitu:
1. Fakultas Hukum.
1. S1 Hukum.
2. Fakultas Ekonomi,
1. S1 Manajemen
2. S1 Akuntansi
3. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.
1. S1 Arsitektur
2. S1 Sistem Informasi
3. S1 Teknologi Informasi
4. Fakultas Kesehatan dan Farmasi
1. S1 Kesehatan masyarakat,
2. S1 Farmasi,
3. S1 Gizi.
4. DIV Bidan Pendidik
5. DIII Kebidanan
5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
1. S1 Pendidikan Matematika48
2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi
a. Visi
Menjadikan Perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi sebagai
The Heart Of University dalam menunjang Tri Darma Perguruan
Tinggi.49
b. Misi
48
Universitas Adiwangsa Jambi 49 Universitas Adiwangsa Jambi
-
39
1) Menjadi mitra profesional bagi masyarakat akademis (academic
community) dengan berperan sebagai penyedia informasi.
2) Memberikan pelayanan prima dan inovatif dengan orientasi kepada
kepuasan pemustaka.
3) Mendukung proses belajar mengajar, penelitian dan program
pengabdian pada masyarakat.
c. Tugas
1) Menyusun rencana kerja, program kerja, rencana biaya dan rencana
kerja, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di
bidangnya sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
2) Menyusun laporan bulanan, triwulan, semester dan laporan tahunan
sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggunganjawaban
pelaksanaan tugas
3) Melakukan tugas evaluasi, pengembangan dan pengajaran sesuai
dengan kebutuhan
4) Menjalin kerjasama dengan instansi terkait baik internal maupun
external dalam rangka menyelenggarakan pelayanan perpustakaan
5) Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan perpustakaan
6) Membuat laporan secara periodik kepada pimpinan
7) Merencanakan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan pelayanan
perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi.
8) Menjalankan tugas-tugas/ kegiatan lain yang dapat mendukung
keberhasilan tugas perpustakaan.
d. Tujuan
1) Terwujudnya perpustakaan yang memenuhi standard sebagai
perpustakaan induk dengan berbagai fasilitasnya.
2) Meningkatkan fungsi perpustakaan sebagai pusat belajar dan
penelitian bagi segenap sivitas akademika universitas.
3) Meningkatkan peran perpustakaan sebagai sarana pendorong
pembelajaran bagi mahasiswa dengan pelayanan prima (cepat,
tepat dan efesien).
-
40
4) Memenuhi kebutuhan informasi masyarakat Perguruan Tinggi (staf
pengajar/peneliti, mahasiswa, dan tenaga administrasi).
5) Menyediakan bahan perpustakaan reference pada semua tingkat
akademis, baik mahasiswa, tenaga pengajar maupun peneliti.
e. Motto
Selalu memberikan Pelayanan Prima
3. TataTertib dan Prosedur Layanan UPT. Perpustakaan Universitas
Adiwangsa Jambi
a. Tata Tertib Umum
1) Wajib mengisi buku kunjungan perpustakaan yang telah disiapkan
oleh perpustakaan.
2) Menitipkan Hand bag/ box file, tas atau sejenisnya pada loker.
3) Pengunjung diharapkan berpakaian rapi dan sopan, tidak
diperkenankan memakai dan membawa topi, jas, jaket atau
sweater, tas, map, kotak, sandal japit, makanan, minuman atau
sejenisnya.
4) Apabila ingin mengembalikan buku, buku yang dipinjam tersebut
harap langsung dikembalikan ke petugas sirkulasi sebelum
membaca buku di perpustakaan.
5) Pengunjung diharapkan menjaga kenyamanan dan ketertiban
sehingga tidak mengganggu pengunjung lainnya.
6) Penggunjung tidak boleh menggunakan fasilitas dan koleksi
perpustakaan di luar ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Layanan Sirkulasi
1) Syarat dan ketentuan Peminjaman
a) Peminjam adalah mahasiswa, dosen atau karyawan Universitas
Adiwangsa Jambi yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan.
b) Peminjam harus membawa kartu perpustakaan dan
menunjukkan kepada petugas setiap kali peminjaman, kartu
tidak bo]leh memakai kartu perpustakaan orang lain.
-
41
c) Lama peminjaman maksimal 1(satu) minggu untuk mahasiswa,
dan 2 (dua) minggu untuk dosen/staf/ karyawan.
d) Bila diperlukan, peminjam boleh memperpanjang 1 (satu) kali
dengan lama perpanjangan sampai 7 (tujuh) hari.
e) Bagi mahasiswa maksimal buku yang dipinjam adalah
sebanyak 2 exsemplar, sedangkan
f) Dosen/staf dan karyawan maksimal 3 eksmplar.
g) Koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang adalah
koleksi umum.
h) Sedangkan koleksi khusus, seperti buku referensi dan skripsi
pemustaka hanya bisa baca di tempat, dan tidak dipinjamkan
untuk dibawa pulang.
i) Bahan perpustakaan seperti, Skripsi dan KTI tidak dibenarkan
untuk difotocopy.
j) Setiap transaksi baik peminjaman maupun pengembalian akan
disimpan dalam pangkalan data secara otomatis oleh komputer.
2) Syarat dan Ketentuan Pengembalian
a) Peminjam wajib mengembalikan buku sebelum batas maksimal
waktu peminjaman berakhir sesuai tanggal yang tertera pada
lembaran akhir buku.
b) Peminjam diharapkan datang sendiri dengan membawa kartu
perpustakaan.
c) Setiap transaksi pengembalian akan dicatat secara otomatis
oleh komputer.
3) Syarat dan ketentuan Perpanjangan
a) Perpanjangan boleh dilakukan oleh setiap peminjam atas buku
yang dipinjamnya.
b) Peminjam harus datang sendiri dengan menyerahkan kartu
perpustakaan dan membawa buku yang akan diperpanjang.
c) Buku yang akan diperpanjang tidak dalam status keterlambatan.
-
42
d) Perpanjangan hanya boleh dilakukan 1 kali saja.
e) Setiap transaksi perpanjangan akan dicatat secara otomatis oleh
komputer.
4) Syarat dan Ketentuan bebas pustaka/bebas pinjam
a) Bebas administrasi dari akademik.
b) Menunjukkan kartu perpustakaan.
c) Telah mengembalikan buku yang telah dipinjam
d) Tidak ada catatan pinjaman di perpustakaan.
e) Menyerahkan buku sumbangan
5) Syarat dan