sinusitis dentogen maksilaris dextra
DESCRIPTION
sinusitisTRANSCRIPT
L A P O RA N KA S U S
SINUSITIS DENTOGEN MAKSILARIS DEXTRA
PembimbingDR. GUSTI AYU TRISNA, SP. THT-KL
PENDAHULUAN
• Sinus paranasalis yakni maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan sfenoid adalah rongga di sekitar hidung yang selalu terisi udara dan berhubungan dengan saluran hidung melalui ostium yang kecil
• Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemui pada praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan terserig didunia
• Sinus maxilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi
DEFINISI
• Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya adalah radang pada mukosa sinus paranasalis
ETIOLOGI
• Sinusitis adalah kondisi klinis yang karakteristiknya adalah radang pada mukosa sinus paranasalis
• Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Strretococcus Pneumonia (30-50%), Hemophylus Influenza (20-40%) dan Moraxella Catarrhalis (4%). Pada anak M.Catarrhalis lebih banyak ditemukan (20%).4
EPIDEMIOLOGI
• Di bagian THT Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta, pada tahun 1999 didapatkan data sekitar 25 % anak-anak dengan ISPA menderita sinusitis maksila akut
• Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5% dari infeksi saluran nafas atas karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut
KLASIFIKASI
• Berdasarkan beratnya penyakit, rinosinusitis dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan total skor visual analogue scale (VAS) (0-10cm) (Ringan = VAS 0-3 ; Sedang = VAS >3-7 ; Berat= VAS >7-10)
• Berdasarkan durasi penyakit : Akut dengan batas sampai 4 minggu, Subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik > 3 bulan
PATOGENESIS
• Faktor – faktor predisposisi sinusitis maksilaris adalah obstruksi mekanik, rinitis kronis, serta rinitis alergi, polusi, udara dingin dan kering, riwayat trauma, menyelam, renang, naik pesawat, riwayat infeksi pada gigi, infeksi pada faring.4
• Edema di daerah kompleks ostiomeatal yang sempit Mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus, lendir yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi kental. Lendir yang kental tersebut menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen sumbatan terus menerus hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.2,3,4,5
DIAGNOSIS
• Manifestasi klinisMayor Minor
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah
Sekret nasal purulen
Demam
Kongesti nasal
Obstruksi nasal
Hiposmia atau anosmia
Sakit kepala
Batuk
Rasa lelah
Halitosis
Nyeri gigi
Nyeri atau rasa tertekan pada telinga
Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien
dengan gejala lebih dari 7 hari.
• Pemeriksaan fisik• Tampak pembengkakan di daerah pipi dan kelopak mata
bawah sisi yang terkena.• Pada rinoskopi anterior, mukosa konka tempak hiperemi
dan edema, selain itu tampak mukopus atau nanah di meatus media.
• Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring.• Dengan pemeriksaan tranluminasi, sinus yang sakit akan
terlihat suram atau gelap.4,8 Akan lebih bermakna hasilnya bila hanya salah satu sisi sinus saja yang sakit, sehingga terlihat sekali perbedaanya antara yang suram atau sakit dengan yang normal.4,8
• Pemeriksaan penunjang• Pemeriksaan radiologi, yaitu foto Waters, PA, dan lateral.
Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau air- fluid level pada sinus yang sakit.4,8 CT scan merupakan tes yang paling sensitive dalam mengungkapkan kelainan anatomis selain melihat adanya cairan dalam sinus, tetapi karena mahal, CT scan tidak dipakai sebagai skrining dalam mendiagnosis sinusitis.1
• Pemeriksaan kultur, sample diambil dari sekret dari meatus medius atau meatus superior.4,8 Pasien harus dirujuk ke otolaringologis untuk aspirasi maksila dan kultur, bila tidak sembuh dengan pengobatan antibiotika yang sesuai dan adekuat.
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan spesifik
• Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal
• Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing nasal.
• Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa • Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti
amoksisilin. Jika diperkirakan bakteri telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik telah hilang.4
• Dekongestan baik oral maupun topikal• Antihistamin serta kortikosteroid diberikan lebih khusus
untuk penderita sinusitis yang dicetuskan karena keadaan rhinitis alergi
• Antihistamin memiliki efek untuk mengurangi rhinore, dan menghilangkan obstruksi
• Tindakan non invasif• Diatermi dengan gelombang pendek, digunakan pada
sinusitis subakut sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Bila belum membaik dilakukan pungsi sinus dan irigasi sinus yang harus dilakukan oleh ahli THT
• Tindakan pembedahan• Dilakukan bila pengobatan konservatif gagal, yaitu
dengan mengangkat mukosa yang patologis dan membuat drainase sinus yang terkena. Tipe pembedahan yang dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan operasi Caldwell-Luc.8 Selain itu ada pembedahan non radikal yaitu dengan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF
KOMPLIKASI
• Komplikasi lokal• Osteomielitis (Pott’s puffy tumor)
• Komplikasi orbital• Inflamatori edema• Abses orbital• Abses subperiosteal• Trombosis sinus cavernosus.
• Komplikasi intrakranial• Meningitis• Abses Subperiosteal
IDENTITAS
• Nama pasien : Tn. I Ketut Suketu Atmaja
• Umur : 69 tahun• Jenis kelamin : Laki-laki• Agama : Hindu• Alamat : Ampenan• Tanggal Pemeriksaan : 16 Februari 2015
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : hidung berbau• Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang mengeluhkan sering mencium bau
tidak enak yang dirasakan sejak sekitar ± 2 bulan sebelum datang ke rumah sakit. Keluhan tersebut dirasakan pasien secara tiba-tiba dan berlangsung sepanjang hari. Bersamaan dengan keluhan tersebut pasien juga mengeluhkan keluar sekret dari hidung kanan. Kosistensi sekret : kental. Warna sekret kuning-kehijauan, Keluhan timbul khas pada waktu atau musim tertentu (-). Hidung tersumbat : hilang timbul. Sebelumnya, pasien mengaku sering mengalami batuk dan pilek. Pasien mengaku batuk tidak berdahak. Penderita juga menderita sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu, dan bertambah berat. Demam disangkal oleh pasien. Selama 5 hari terakhir pasien sering merasa sesak ketika tidur terlentang namun membaik jika mengubah posisi dengan tidur menyamping. Pasien menyangkal pernah mengalami sakit gigi walaupun pasien memang memiliki gigi yang berlubang dibagian kanan bawah.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Keluhan serupa (-) DM (-) HT (-) • Riwayat Penyakit Keluarga: DM (-) HT (-)• Riwayat Alergi : (-)• Riwayat Pengobatan : Sebelumya pasien sudah pernah berobat ke Poli THT dan
disarankan untuk Rontgen gigi dan sinusnya serta untuk mencabut giginya yang berlubang.
PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis• Keadaan umum : Baik• Kesadaran : Compos Mentis• Tanda vital :
• TD : 120/90 mmHg• Nadi : 86 x/menit• Respirasi : 19 x/menit• Temperatur : 36,8 oC
No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun
telinga
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), nyeri tarik
aurikula (-)
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), nyeri
tarik aurikula (-)
3. Liang
telinga
Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), sekret (-)
Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), sekret(-)
4. Membran
timpani
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+)
MT perforasi (-)
Cone of light (+)
Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-),
perforasi (-), kolesteatom (-),
cone of light (+)
MT perforasi (-)
Cone of light (+)
No. Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
1. Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri tekan
(-),
Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri tekan (-)
2. Vestibulum nasi Massa (-) hiperemis (-) ulkus (-) Massa (-) hiperemis (-) ulkus (-)
3. Cavum nasi Bentuk dalam batas normal, pucat (-) Bentuk dalam batas normal, hiperemi (-)
4. Meatus nasi media perdarahan (-) secret (+) kuning-
kehijauan, massa (-)
perdarahan (-) secret (-), massa (-)
5. Konka nasi inferior -
media
Kongesti (-) hiperemis (-) hipertropi (-) Kongesti (-) hiperemis (-) edema (-) hipertropi
(-)
6. Septum nasi Deviasi (-) hiperemis (-) Deviasi (-) hiperemis (-)
7. Transluminasi Maxila dextra tidak tampak jernih
Frontalis dextra jernih
Maxilla sinistra tampak tidak jernih
Frontalis sinintra jernih
No. Area Hasil Pemeriksaan
1. Bibir & mulut Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N)
2. Geligi Ada lubang atau tanda infeksi pada gigi rahang atas, M2 Sinistra
3. Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
4. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
5. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
6. Faring Mukosa hiperemi (-)
7. Tonsila palatina Kanan : T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)
Kiri : T1, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (-)
PLANNING
• Diagnostik• Rontgen Waters• Kultur bakteri, tes resistensi
• Terapeutik• Pro. Irigasi Sinus Maksilaris Sinistra• Tablet Cefadroxil 500 mg 2 x 1 tablet dalam sehari selama
5-7 hari• Tablet Ambroxol 3 x 1 dalam sehari selama 5-7 hari
• Edukasi• Diet nutrisi TKTP
• Adanya hidung berbau dan sakit kepala adalah tanda penting dalam diagnosis sinusitis, yang didapatkan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik mengungkapkan adanya banyak discharge kuning kehijauan pada hidung, yang juga ada pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini. Selain itu, pasien ini juga terdapat karies gigi pada beberapa giginya yang juga menjadi salah satu faktor penyebab sinusitis maksilaris
• Pada pasien ini dipertimbangkan dengan irigasi karena belum ada perbaikan setelah pasien diberikan pengobatan medikamentosa sebelumnya. Pemberian antibiotika golongan broad spectrum untuk atasi infeksi yang disebabkan bakteri. Mukolitik agent seperti ambroxol diberikan untuk mengencerkan mukus yang kental pada sinus.
• Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menunjang diagnosis, rontgen Waters di sarankan untuk menilai ada tidaknya sumbatan pada sinus, apakah bersifat cairan atau massa/polip. Kultur bakteri dan tes resistensi diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang tepat atasi factor etiologi dari infeksi sinus
DAFTAR PUSTAKA
1. Van David C. ENT Emergencies Disorders of The Ear, Nose, Sinuses, Oropharynx, & Mouth. in: Stone C, Humprhries R, editors. Current Emergency diagnosis and treatment 4th editions (Lange current series). Mc Graw Hill, Philadelphia, 2004, p 348-350. 2. Johnson Jonas T, Ferguson Berylin J. Paranasal Sinuses. in: Cummings CW, Frederickson JM, Harker LA, Krause CJ, Richardson M, editors. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Mosby, St Luois-Missouri, 1998, p 1059-1118. 3. Handley John G, Tobin Evan, Tagge bryan. The Nose and Paranasal Sinuses. in: Rakel Robert E, editors. Textbook of family practice 6th editions. WB Saunders Company, Philadelphia, 2001, p 446-453. 4.Mangunkusumo Endang, Rifki nusjirwan. Sinusitis. in: Soepardi Efiaty A, Iskandar Nurbaiti, editor. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi 4. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2000, p 121-125.5. Shames Richard S, Kishiyama Jeffrey L. Disorders of The Immune System. in: McPhee Stephen J, Lingappa Vishwanath R, Ganong William F, editors. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine 4th editions. Mc Graw Hill, Philadelphia, 2003, p 31-57.6. Dykewicz Mark S, Corren Jonathan. Rhinitis, Nasal Polyps, Sinusitis, and Otitis Media. in: Adelman Daniel C, Casale Thomas B, Corren Jonathan, editors. Manual of Allergy and Immunology: diagnosis and therapy 4th editions. Lippincott Williams & Wilkins Publishers, New York, 2002, p 316-324.7. Adams, L george. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adams L, Boies L, Higler P. Boies buku ajar penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC, 1997, h 320-3558. Suardana W, et al. Rhinologi. in: Suardana W, Bakta M, editor. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUP Sanglah, Denpasar, 2000. h 1-139. Pracy R, Siegler J, Stell PM. Sinusitis Akuta. in: Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, Tenggorok. Gramedia, Jakarta, 1985, p 81-91.10. Fokkens W, Lund V, Mullol J. European Position Paper on Nasal Polyps. 2007. p 1-1011. Schwartz G, White S. Complications of Acute and Chronic Sinusitis and Their management; dalam Sinusitis from Microbiology to Management. Brook I. New York : Taylor and Francis Group. 2006; hal : 269-88.