sidang tugas akhir -...
TRANSCRIPT
Pendekatan Supply Chain Risk Management pada Aktivitas Supply
Chain PG. Pesantren Baru
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Nyka Fahma Utami - 2509100106 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D
Sidang Tugas Akhir
Latar Belakang (1) Gula merupakan
kebutuhan pokok. Industri gula merupakan
produk agroindustri yang sangat penting
Meningkatnya
permintaan akan kebutuhan gula pada
setiap tahun
Kebutuhan gula mencapai 2,7 juta ton, sedangkan produksi gula
Indonesia untuk konsumsi hanya 2,1 juta ton per tahun (Kamar Dagang
dan Industri Indonesia, 2012)
Hanya 175 dari 240 juta penduduk Indonesia yang dapat mengonsumsi gula
nasional dengan perhitungan konsumsi gula 12 kg per kapita per tahun
Impor gula
Latar Belakang (2)
Sumber : PTPN X (2012)
PRODUKSI GULA PTPN X TAHUN 2008-2012
Berkontribusi sekitar 20 %
dari produksi gula nasional
Tahun 2013, PTPN X akan memantapkan
perannya untuk menjadi kontributor
terbesar dalam produksi gula
nasional
Latar Belakang (3)
PG. Pesantren Baru adalah bagian dari PTPN X yang bergerak dalam bidang produksi dan distribusi gula
PG. Pesantren Baru terletak di kota Kediri yang merupakan penghasil tebu terbesar di P. Jawa
PG. Pesantren Baru ditunjuk oleh Direksi PTPN X untuk meningkatkan produktivitas dan kapasitas gilingnya
Sumber : PG. Pesantren Baru (2012)
Mengalami penurunan
0.24%
Latar Belakang (4)
Lahan tebu PG. Pesantren
TR (Tebu Rakyat)
TS (Tebu Sewa)
Sumber : PG Pesantren Baru (Desember 2012)
10,688.934 ha
79,574.08 ton
Latar Belakang (5)
Aktivitas Supply Chain PG.
Pesantren Baru
Pengadaan bahan baku
Kerjasama dengan petani
Penanaman tebu (TS & TR)
Tebang angkut tebu Proses produksi
Pengemasan gula
Penyimpanan gula
Sistem Bagi Hasil Usaha Gula direksi : Gula petani = 34:66
Distribusi gula KPTR
Tender / pengusaha
Latar Belakang (6)
PG. Pesantren Baru perlu melakukan assessment risiko pada setiap kegiatan supply chain sebagai proses evaluasi perusahaan dalam kegiatan supply chain
Dari hasil analisis risiko akan dilakukan usulan strategi mitigasi untuk penanganan risiko
Perumusan Masalah
Bagaimana melakukan assessment risiko pada aktivitas supply chain PG. Pesantren Baru serta menentukan urutan prioritas risiko untuk dilakukan perancangan strategi mitigasi risiko agar perusahaan dapat meningkatkan produksi gula dan menurunkan kegiatan impor gula
• Melakukan assessment risiko yang berpotensi timbul pada aktivitas supply chain PG. Pesantren Baru
• Menganalisis risiko untuk menentukan urutan prioritas risiko yang terjadi
• Merancang strategi mitigasi risiko
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat bagi perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui risiko-risiko yang mengganggu kegiatan supply chain,
sehingga dapat mengklasifikasikan risiko yang perlu diprioritaskan dan terdapat cara tersendiri dalam penanganan risiko.
Perusahaan dapat meningkatkan produksi gula dan menurunkan kegiatan impor gula.
Batasan dan Asumsi
Batasan Pengambilan data dilakukan di internal perusahaan yang
terkait dengan aktivitas supply chain PG. Pesantren Baru
Penelitian yang dilakukan hanya pada produk jenis gula
Mitigasi yang dilakukan hanya merupakan rekomendasi
Asumsi Perubahan kebijakan tidak mempengaruhi
proses bisnis PG. Pesantren Baru
Selama penelitian, kegiatan supply chain perusahaan berjalan
normal
Tinjauan Pustaka
Supply chain management (SCOR) • Simchi-Levi et al (2000), Pujawan, I.N (2010)
Supply chain risk management • Geraldin, Pujawan, Dewi (2007) ; Tang and Tomlin
(2008)
SCRMP framework • Tummala and Schoenherr (2011)
Strategi mitigasi risiko • Tang (2006)
FMEA (severity, occurrence, detection) • Anderson, Dale (2001) ; McDermott, et.al (1996) &
Dieter (2000)
Metodologi Penelitian
Lahan tebu
Lahan tebu
Lahan tebu
Petani tebu
Petani tebu
Petani tebu
PG. Pesantren Baru
Gudang
KPTR
Tender
Upstream partner Manufacturer Downstream
partner
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Aliran Supply Chain PG. Pesantren Baru
• Pengadaan bahan baku dimulai dari proses penanaman tebu sampai dengan proses tebang angkut
Pengadaan Bahan Baku
Lahan tebu PG. Pesantren
TR (Tebu Rakyat)
TS (Tebu Sewa) 100% milik PG
90% milik petani dan 10% milik PG
Fase Kecambah1 – 4 minggu
Fase Pertunasan5 - 9 minggu
Fase Batang Memanjang3 - 9 bulan
Fase Kemasakan10-13 bulan
TLT1 bulan menjelang
tebang
Alur Persiapan Tebu Layak Tebang
• Penentuan waktu tebang dilakukan berdasarkan analisis kemasakan tebu yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu yang telah mencapai kadar gula optimal
• Tanaman tebu yang telah mencapai kadar rendemen maksimal namun belum ditebang dapat mengakibatkan rendemen tersebut menjadi menurun
PG. Pesantren Baru mempunyai
hasil produksi utama yaitu gula SHS (Super High Sugar) yaitu gula
putih dengan kualitas 1A
PG. Pesantren Baru juga
mempunyai produk sampingan
yang berupa ampas, blotong,
dan tetes
Proses Produksi
Stasiun Gilingan
Stasiun Masakan
Stasiun Puteran
Stasiun Penyelesaian
Stasiun Penguapan
Stasiun Pemurnian
Nira mentah
Nira Encer
Nira Kental
Masecuite
SHS
Tetes
Blotong
Ampas
Stasiun Power House
Gula
Pengemasan dan Penyimpanan Gula
Gudang penyimpanan berfungsi untuk menyimpan gula kristal putih / SHS sebelum diangkut atau dikirim kepada konsumen agar kualitasnya tidak menurun
Gula yang masuk ke dalam gudang harus memiliki persyaratan yang berhubungan dengan kualitas gula, ketepatan timbangan, dan kerapihan kemasan
Arus keluar masuk gula yang dilakukan umumnya dengan First In Last Out.
Laporan produksi PG. Pesantren baru
Sistem bagi hasil
Gula petani 66%Gula direksi 34%
Perencanaan penjualan gula
Informasi lelang
Melalui media masa
Mengirim surat langsung kepada pembeli
Menetapkan harga gula standar (bersifat intern)
Pelaksanaan lelang
Kesepakatan harga
Negosiasi dengan pertimbangan biaya
produksiSepakat
Tidak sepakat
Petani tebu
10% diserahkan sepenuhnya kepada petani
90% melalui DPD
Delivery order
Pasar
Delivery order
Pemenang lelang
Sistem Bagi Hasil dan Distribusi Gula
Identifikasi Aktivitas Supply Chain PG. Pesantren Baru
Identifikasi Risiko (1)
Identifikasi Risiko (2)
Identifikasi Risiko (3)
Identifikasi Risiko (4)
Terdapat 47 risiko
teridentifikasi
Penilaian Risiko (1)
Penilaian Risiko (2)
Evaluasi Risiko
Analisis Aktivitas Supply Chain Perusahaan
Analisis Identifikasi Risiko
Analisis Penilaian Risiko
Analisis Evaluasi Risiko
Mitigasi Risiko
Analisis dan Pembahasan
• Identifikasi aktivitas supply chain perusahaan dengan menggunakan SCOR dapat membantu mengintepretasikan kegiatan apa saja yang dilakukan perusahaan dalam suatu sistem rantai pasok dan dapat memberikan aliran informasi keseluruh bagian perusahaan
• Berdasarkan pengolahan data menggunakan metode SCOR, didapatkan hasil identifikasi sebanyak 4 level yaitu level 1, level 2, level 3, dan level 4
Analisis Aktivitas Supply Chain Perusahaan
Level 1 Proses pada
perusahaan yang terbagi menjadi 4 proses inti yaitu
plan, source, make, dan deliver
Level 2
Aktivitas-aktivitas dari proses inti.
Didapatkan 8 aktivitas pada proses plan, 9
aktivitas pada proses source, 11 aktivitas
pada proses make, dan 5 aktivitas pada proses
deliver
Level 3 Risiko-risiko yang
terjadi pada setiap aktivitas di level 2
Level 4 Agen atau
penyebab risiko dari setiap kejadian risiko di level 3
Identifikasi risiko didapatkan dari review data historis, hasil wawancara serta grup diskusi dengan manajemen perusahaan yang mengetahui proses bisnis perusahaan
secara menyeluruh
Analisis Identifikasi Risiko
Wawancara dan grup diskusi bertujuan untuk mengetahui risiko yang berpotensi terjadi dan sekaligus
melakukan verifikasi terhadap risiko yang telah teridentifikasi.
• Penilaian risiko dengan menggunakan metode FMEA • Memperhatikan nilai severity, occurrence, dan detection
Analisis Penilaian Risiko
Hasil penyebaran kuisioner serta grup diskusi dengan level manajemen yang memiliki wewenang, kompetensi, dan pemahaman secara keseluruhan terhadap kondisi perusahaan.
• Tujuan dilakukan penilaian risiko adalah untuk mengetahui risiko mana yang paling berpengaruh terhadap aktivitas supply chain perusahaan
• Nilai risiko dapat diketahui dengan melihat nilai RPN. Risiko paling kritis ditunjukan dengan nilai RPN yang paling tinggi.
Analisis Evaluasi Risiko (1)
Kode P.7.1 : risiko pada aktivitas pembuatan PBHE untuk petani. Kejadian
risiko nya adalah SMIS (Sugar Maintenance Information System) kurang dimanfaatkan.
Disebabkan kurangnya capabilty dari
resource dalam penggunaan SMIS. Apabila tidak menggunakan software SMIS, maka pengerjaan PBHE akan semakin lama.
Tujuan utama dalam penggunaan SMIS adalah meningkatkan keakuratan dalam
pengerjaan PBHE serta lebih efektif.
Kode S.5.1 : risiko pada aktivitas jumlah tebu yang ditebang. Kejadian risiko nya adalah
produktivitas ton tebu/ha menurun.
Disebabkan karena jumlah batang tebu/ha tidak tercapai, kurangnya ketersedian air,
dan kandungan bahan organik < 2% . Beberapa penyebab risiko tersebut
mengakibatkan proses pertumbuhan tebu tidak dapat maksimal dan tebu yang dihasilkan banyak yang kualitasnya
dibawah standar.
Analisis Evaluasi Risiko (2)
Kode M.2.2 : risiko pada aktivitas penggilingan tebu menjadi nira mentah.
Kejadian risiko nya adalah kapasitas giling tidak memenuhi.
Disebabkan karena kerusakan pada
peralatan dan operasional. Jenis risiko ini mempunyai nilai RPN tertinggi dikarenakan dapat mengakibatkan jumlah jam berhenti
semakin meningkat, sehingga kapasitas giling tidak bisa terpenuhi.
Kode D.2.1 risiko pada aktivitas pelayanan gula kepada petani. Kejadian risiko nya
adalah keterlambatan proses pelayanan.
Disebabkan karena pihak yang berwenang dari PG. Pesantren Baru mempunyai jadwal
yang padat. Mengakibatkan adanya keterlambatan pada proses pelayanan yang disebabkan oleh ketidakpastian
jadwal pihak yang berwenang dari PG. Pesantren Baru untuk bisa ditemui. Sehingga pelayanan gula menjadi molor dan dapat
mengecewakan pihak konsumen.
• Penentuan peringkat risiko dengan menggunakan skala kategori risiko tinggi, sedang, dan rendah yang merupakan hasil judgement serta brainstorming dengan pihak perusahaan
• Risiko dengan nilai RPN 80 sampai dengan RPN 150 masuk ke dalam risiko tinggi • Risiko dengan nilai RPN 40 sampai dengan RPN 79 masuk ke dalam risiko sedang • Risiko dengan nilai RPN 0 sampai dengan RPN 39 masuk ke dalam risiko rendah • Risiko-risiko yang masuk dalam kategori risiko tinggi adalah risiko yang dapat
mengganggu aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya
Analisis Evaluasi Risiko (3)
8 risiko kategori
risiko tinggi
14 risiko kategori
risiko sedang
25 risiko kategori
risiko rendah
Usulan Mitigasi Risiko
• Pada penelitian ini terdapat 8 risiko yang masuk dalam kategori risiko tinggi yang akan dimitigasi
Usulan mitigasi risiko tersebut merupakan hasil diskusi dengan pihak manajemen PG. Pesantren
Baru antara lain dengan kepala bagian tebang angkut, SKK bagian tanaman, RC Quality Control,
dan pihak manajemen lainnya.
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Produktivitas Ton Tebu/Ha Menurun
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (supply
management)
Meningkatkan pemberian
biokompos agar kandungan bahan
organic dalam tanah sesuai standar 5 %
Penggunaan manajemen trash
serta meningkatkan kualitas kultivasi
dalam pengolahan lahan
Membuat sumur bor untuk sumber
pengairan
Penataan komposisi varietas antara masak awal, masak tengah, dan masak akhir agar varietas menjadi ideal
(40:40:20)
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Agen Bibit Tebu Tidak Segera Mencairkan Bibit
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (supply and
information management)
Perusahaan perlu melakukan peningkatan kinerja para pegawai,
mulai dari level bawah sampai dengan level tertinggi
Perusahaan perlu melakukan perbaikan dalam proses administrasi, karena keberlangsungan para petani dalam melakukan penanaman tebu sangat
bergantung dari kelancaran proses adminitrasi dan keuangan yang diberikan oleh PG. Pesantren Baru
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Pol Tebu
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (supply and product management)
Pemberian pestisida secara
kontinyu
Penataan varietas menuju komposisi
varieats ideal (40:40:20) khususnya untuk varietas masak
tengah
Untuk menghasilkan tebu yang MBS maka seharusnya tebu yang digiling masa tunggunya maksimal 20 jam dengan syarat penggunaan sistem FIFO (First In First Out) pada saat
proses penggilingan tebu
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Kurangnya Penataan Tebang Angkut
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (information
management)
Meningkatkan kinerja mandor tebu dalam melakukan pengawasan dalam hal
penataan tebang angkut, penataan varietas
Pemanfaatan teknologi yang tepat guna dalam melakukan
kegiatan tebang angkut
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Kapasitas Giling Tidak Memenuhi
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan
(product management)
Melakukan tindakan preventive maintenance secara berkala, hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya breakdown mesin pada saat proses produksi
Pergantian peralatan pada mesin yang umurnya sudah tidak reliable. Karena kapasitas giling
sangat menentukan jumlah tebu yang nantinya akan diproses menjadi gula, sehingga risiko
kapasitas giling yang tidak memenuhi sangat perlu diantisipasi agar tidak terjadi
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Mundurnya Jadwal Produksi dan Penambahan Jam Berhenti
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (product
management)
Melakukan tindakan preventive maintenance secara berkala, hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya kerusakan mesin pada saat proses produksi.
Perusahaan juga perlu menambah jumlah resource yang mengerti tentang
permesinan pabrik gula, sehingga apabila terjadi breakdown sewaktu-waktu dapat
diantisipasi.
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Rendemen Tebu yang Dihasilkan Tidak Sesuai
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan (information and
supply management)
Meningkatkan kinerja pengawasan oleh mandor sistem tebang angkut. Karena tebu yang masuk ke dalam pabrik lebih dahulu
harus diproses lebih awal, hal ini untuk mengantisipasi penurunan kualitas tebu
Agar rendemen tinggi, diusahakan mutu tebangan harus baik
Kotoran maksimal 3%, karena setiap kenaikan kotoran 1% maka rendemen akan turun 0,194%
Penebangan harus bebas dari pucuk tebu karena pucuk tebu kadar gulanya sedikit, setiap 36,9 kg pucuk tebu yang
tergiling di dalam 10 kw tebu maka menyebabkan hilangnya 1 kg gula
Usulan Mitigasi Risiko pada Risiko Jumlah Tebu TS Tidak Sesuai
Hasil identifikasi faktor penyebab risiko dengan Root Cause Analysis 5 why
Pendekatan mitigasi yang direkomendasikan
(supply management)
Penataan varietas menuju ideal antara masak awal, masak
tengah, dan masak akhir.
Pencegahan hama penyakit dengan cara pemberian pestisida.
Peningkatan kualitas kulitivasi lahan.
Kesimpulan Pemetaan aktivitas supply chain dengan menggunakan model SCOR. Aktivitas-aktivitas yang diidentifikasi pada model SCOR yaitu aktivitas yang ada pada proses plan, source, make, dan deliver. Dari hasil pemetaan aktivitas supply chain pada masing-masing proses dengan model SCOR dapat dilakukan identifikasi risiko. Hasil kejadian risiko yang teridentifikasi sebanyak 11 risiko pada proses plan, 15 risiko pada proses source,16 risiko pada proses make, dan 5 risiko pada proses deliver
Dari masing-masing kejadian risiko yang teridentifikasi kemudian dilakukan penilaian risiko dengan menggunakan metode FMEA. Penilaian risiko dilakukan untuk mencari nilai RPN dengan memperhatikan skala severity, occurrence dan detection. Penentuan peringkat risiko berdasarkan nilai RPN yang didapatkan. Peringkat risiko yang didapatkan kemudian dilakukan penentuan kategori risiko berdasarkan hasil judgement dan brainstorming dengan perusahaan. Hasil dari evaluasi risiko didapatkan 8 kejadian risiko termasuk dalam kategori tinggi, 14 kejadian risiko termasuk dalam kategori sedang dan 25 risiko termasuk dalam kategori rendah.
Terdapat 8 risiko yang dilakukan perancangan mitigasi risiko. Mitigasi dilakukan dengan mencari terlebih dahulu akar penyebab masalahnya dengan bantuan metode RCA 5 why. Mitigasi dilakukan dengan pendekatan supply management, demand management, product management, dan information management.
Saran Perusahaan dapat mempertimbangkan kejadian-kejadian risiko yang teridentifikasi dalam aktivitas supply chain perusahaan sebagai wujud antisipasi
Perusahaan dapat mempertimbangkan usulan rekomendasi perbaikan yang diberikan sebagai tindakan mitigasi risiko
Perusahaan dapat menerapkan manajemen risiko pada aktivitas supply chain secara berkelanjutan
Pada penelitian selanjutnya, manajemen risiko yang dilakukan diharapkan dapat mempertimbangkan perhitungan analisis biaya
Referensi (1) • Anderson, Dale. (2001), “Hazard Analysis in Engineering Design”, Lousiana Tech University. • Aldridge, J.R. and Dale, B.G., (2003), “Managing Quality:Fourth Edition”, Blackwell Publishing Ltd, Berlin. • Anityasari, M., & Wessiani, N. (2011), Analisis Kelayakan Usaha Dilengkapi Kajian Manajemen Risiko, Guna Widya,
Surabaya. • Chapman, P., Christopher, M., Juttner, U., Peck, H. & Wilding, R. (2002). “Identifying and managing supply-chain
vulnerability”, Logistics & transport focus: the journal of the Institute of Logistics and Transport., Vol. 4, 59-64. • Chen, Peng., Yuan, Qingmin, (2010), “Research on the agricultural supply chain management and its strategies”, IEEE
:173-176. • Chopra, S. and Sodhi, S.M. (2004), “Managing risk to avoid supply-chain breakdown”, Sloan Management Review, Vol.
46 No. 1, pp. 53-61. • Clark, D. (2004), “Risk Management Framework”, Charles Darwin University. • Dieter, George E. (2000), “Engineering Design”, 3rd ed., McGraw-Hill, New York. • Geraldin, L.H. (2007), Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust, Tesis
Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. • Karningsih, P. D. (2011), Development of a Knowledge Based Supply Chain Risk Identification System. Doctor Philosophy,
University of New South Wales. • Kusuma, L.D. (2011), Risk assessment pada proyek pembangunan packing plant PT. Semen Gresik (Persero) tbk
menggunakan framework ISO 31000 dan metode value at risk (Var), Tugas Akhir Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
• McDermott, R. E., R. J. Mikulak and M. R. Beauregard, (1996). “The Basics of FMEA”, Productivity, Portland, OR. • Middendorf, W. H. and R. H. Englemann, (1998), “Design of Devices and Systems”, 3rd ed., Marcel Dekker, NewYork. • Olson, D.L & Wu, D. (2011), “Risk management models for supply chain : a scenario analysis of outsourcing to china”,
International Journal of Supply Chain Management, Vol. 16 No. 6, pp. 401-408.
Referensi (2) • Pujawan, I.N. & E.R, M. (2010), “Supply Chain Management”. Surabaya, Guna Widya. • Pujawan, I.N & Geraldin, L.H. (2009), “House of Risk : a model for proactive supply chain risk management”, Business
Process Management Journal, Vol. 15 No.6, pp. 953-967. • Satria, Y.A. (2012), Pengelolaan Risiko Pada Supply Chain PT. Graha makmur Cipta Pratama, Tugas Akhir Teknik Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. • Shoenherr, T. & Tummala (2011), “Assessing and managing risks using the Supply Chain Risk Management Process
(SCRMP)”, International Journal of Supply Chain Management, Vol. 16 No. 6, pp. 474-483. • Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. & E, S. L. (2000), “Designing and Managing the Supply Chain”, Boston, McGraw Hill. • Steven D. Staugaitis. (2002). “A Summary of Root Cause Analysis and its use in State Developmental Disabilities
Agencies” , Human Service Research Institute. • Tang, C.S. (2006a), “Perspectives in supply chain risk management: a review”, International Journal of Production
Economics, Vol. 103, pp. 451-488. • Tang, C.S. (2006b), “Robust strategies for mitigating supply chain disruptions”, International Journal of Logistics:
Research and Application, Vol. 9 No. 1, pp. 33-45. • Tang, C.S. & Tomlin, B. (2008), “The power of flexibility for mitigating supply chain risks”, International Journal of
Production Economics, Vol. 116, pp. 12-27. • Taqwa, M.I. (2008), Manajemen Risiko untuk Mengatasi Gangguan pada supply chain (Studi kasus : PT. Susanti Megah),
Tugas Akhir Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. • Wedgwood, I. (2006), Lean Sigma : A Practitioner’s Guide, Prentice Hall. • Widodo, K.H., Nagasawa, H., Morizawa, K., Ota, M. (2006), “A periodical flowering-harvesting model for delivering
agricultural fresh product”, European Journal of Operational Research volume 170 : halaman 24-43.
TERIMA KASIH Nyka Fahma Utami - 2509100106