seminar jurnal maternitas booklet 18-3-2015

28
SEMINAR AKHIR JURNAL DEPARTEMEN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT TK II DR. SOEPRAOEN-MALANG EFFECTIVENESS OF JASMINE OIL MASSAGE ON REDUCTION OF LABOR PAIN AMONG PRIMIGRAVIDA MOTHER Reeja Mariam Joseph and Philomena Fernandes Nitte University Journal of Health Science Oleh: Kelompok 4 MATERNITAS Desyana Artikawati (135070209111056) Didit Dwi Suhermanto (135070209111057) Esther Palupi (135070209111066) Nofa Sandika (135070209111076) Cicillia Otty Nurullitawati (135070209111072) Ingot Parlindungan (125070209111030) Road Fallah (125070209111000) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda- tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006). Persalinan normal dipengaruhi oleh 5 faktor penting yang dikenal dengan istilah 5 P, passenger (janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), power (kekuatan mendorong janin keluar yang mencakup his/ kekuatan uterus, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan

Upload: njank-putri

Post on 11-Feb-2016

70 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jurnal maternitas tentang jasmine essential oil

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

SEMINAR AKHIR JURNAL DEPARTEMEN MATERNITASDI RUMAH SAKIT TK II DR. SOEPRAOEN-MALANG

EFFECTIVENESS OF JASMINE OIL MASSAGE ON REDUCTION OF LABOR PAIN AMONG PRIMIGRAVIDA MOTHER

Reeja Mariam Joseph and Philomena Fernandes

Nitte University Journal of Health Science

Oleh:Kelompok 4 MATERNITAS

Desyana Artikawati (135070209111056)Didit Dwi Suhermanto (135070209111057)Esther Palupi (135070209111066)Nofa Sandika (135070209111076)Cicillia Otty Nurullitawati (135070209111072)Ingot Parlindungan (125070209111030)Road Fallah (125070209111000)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPersalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup

bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda-tanda

rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar

lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada

pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin,

2006).

Persalinan normal dipengaruhi oleh 5 faktor penting yang dikenal dengan

istilah 5 P, passenger (janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), power

(kekuatan mendorong janin keluar yang mencakup his/ kekuatan uterus,

kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum action),

position (posisi ibu) dan psychologic (psikologis ibu bersalin). Keseimbangan

faktor 5 P dapat membantu menciptakan persalinan normal yang berjalan

lancar. Gangguan pada faktor 5 P dapat menyebabkan ibu mengalami

kesulitan persalinan (Purwaningsih, 2010).

Persalinan kala II lebih dikenal dengan tahap pengeluaran bayi, lama

persalinan kala II pada primipara menghabiskan waktu 2 jam untuk bayi

melewati serviks yang berdilatasi pada jalan lahir (Wiknjosastro, 2008). Proses

persalinan kala II pada primipara akan berlangsung lebih lama dibandingkan

pada multipara. Hal ini disebabkan karena ibu primipara belum memiliki

pengalaman melahirkan sehingga otot-otot jalan lahir masih kaku dan belum

dapat mengejan dengan baik sedangkan pada multipara sudah memiliki

pengalaman bersalin sehingga otot-otot jalan lahir lebih fleksibel. Selain itu

Page 2: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

pada primipara kecenderungan untuk mengalami stress dan ketakutan saat

proses persalinan sangat tinggi dimana hal ini akan berpengaruh pada proses

persalinan yang lebih lama dibandingkan pada multipara. Seringkali pada

kehamilan primipara para ibu cenderung mengalami perasaan takut, khawatir,

ataupun cemas dimana perasaan tersebut dapat meningkatkan nyeri,

ketegangan otot, ibu menjadi cepat lelah, persepsi nyeri meningkat dan rasa

takut yang lebih parah pada akhirnya menghambat proses persalinan (Yanti,

2010 ; Bobak, 2005).

Hampir semua perempuan mengalami nyeri selama persalinan tetapi

respon setiap perempuan terhadap nyeri berbeda-beda. Tugas penting

penolong persalinan salah satunya perawat maternitas adalah membantu

klien mengatasi nyeri persalinan. Tugas ini dapat dilakukan baik dengan

kolaborasi dengan memberi obat-obatan pereda rasa nyeri, tetapi yang lebih

mendasar dan lebih penting adalah pendekatan non farmakologi yang dimulai

sejak perawatan prenatal, dengan memberikan informasi yang meyakinkan

kepada perempuan hamil, pasangan dan jika dibutuhkan oleh keluarg,

intranatal dan postnatal. Terapi non-farmakologi untuk mengurangi nyeri

persalinan salah satunya adalah terapi massage punggung ibu hamil selama

proses persalinan dengan menggunakan oil jasmine.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan2.1.1 Definisi

1. Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).

2. Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).

3. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

4. Persalinan adalah rangakaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini mulai dengan kontrasi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney.2007).

5. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).

Page 3: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persalinanPenyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa

teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)1. Penurunan kadar progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

2. Teori oxytocinPada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

3. Keregangan ototSeperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan otot-otot makin teregang dan otot-otot rahim makin rentan.

4. Pengaruh janinHypofise dan kelenjar suprarenal janin dianggap mempunyai peranan, karena pada anencephalus tidak terjadi proses persalinan.

5. Teori prostaglandinProstaglandin yang dihasilkan oleh desidua dianggap menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan, hal ini disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. (Obstetri Fisiologi, UNPAD)

6. LighteningTerbenamnya kepala janin ke dalam rongga panggul karena berkurangnya tempat di dalam uterus dan sedikit melebarnya symphisis. Keadaan ini sering meringankan keluhan pernafasan serta heartburn dan pada primigravida akan terlihat pada kehamilan 36 mingu sementara pada multipara baru tampak

setelah persalinan dimulai mengingat otot-otot abdomennya lebih kendor.

7. Kontraksi Braxton-HicksKontraksi Braxton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang itu menimbulkan distensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan. Helen Parrer, 2001

FAKTOR PERSALINAN1. PASSAGE (JALAN LAHIR)

a. Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.

b. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal

c. Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran seserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.

d. Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul

e. Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.

f. Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara

Page 4: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.Bidang-bidang :Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontoriumBidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

2. POWERa. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibub. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang

dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahimc. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinand. Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot

rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik

e. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi

f. His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah

g. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan

h. His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient,

i. Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan

kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul

j. Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik

Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari : His (kontraksi otot uterus)

Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.

kontraksi otot-otot dinding perut  kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat : kontraksi simetris fundus dominan relaksasi involuntir : terjadi di luar kehendak intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling) terasa sakit terkoordinasi kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikisPerubahan-perubahan akibat his :Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi). Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his: Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit

atau  persepuluh menit.

Page 5: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Intensitas his, Kekuatan his diukur dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.

Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik.

Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his

datang tiap 2 sampe 3 menit Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.3. PASSANGER

Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.4. PSIKIS (PSIKOLOGIS)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual Pengalaman bayi sebelumnya Kebiasaan adat Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibuSikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh: Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan Persalinan sebagai ancaman pada self-image Medikasi persalinan Nyeri persalinan dan kelahiran

5. PENOLONGPeran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.1.3 Tanda PersalinanTanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau

settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).

      Tanda-Tanda In Partu :1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan

kecil pada bagian  servik.3. Kadang-kadang ketuban pecah4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

2.1.4 Tahapan PersalinanKALA 1 – PERSALINAN : Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu : a. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam. b. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.

Page 6: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Fase aktif terbagi atas : - Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. - Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. - Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm). Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan multipara : o Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu

sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.

o Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

o Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Sifat His pada Kala 1 : o Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.

Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

o Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir o Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60

mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama >45 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

Peristiwa penting Kala 1 : 1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus

(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.

2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.

3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

KALA 2 PERSALINAN : Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam. Peristiwa penting pada Kala 2 : 1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai

dasar panggul. 2. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat. 3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis) 4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis

(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).

Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :

1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).

2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito bregmatikus (belakang kepala).

4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

Page 7: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.

7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

KALA 3 PERSALINAN : Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Sifat His : Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid). KALA 4 PERSALINAN : Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan : 1. Kontraksi uterus harus baik 2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain 3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap 4. Kandung kencing harus kosong 5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma 6. Resume keadaan umum ibu dan bayi.

2.2 Proses Persalinan Kala IIMenurut Prawiroharjo (2008) proses persalinan kala II dimulai dari

gerakan mekanisme persalinan meliputi masuknya kepala ke dalam PAP, penurunan kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar, ekspulsi. Kepala masuk pintu atas panggul berarti diameter biparietalis pada letak belakang kepala masuk melalui pintu atas panggul. Peristiwa ini dapat

terjadi beberapa minggu sebelum mulai persalinan. Penurunan kepala atau penurunan bagian presentasi melalui panggul terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan cairan amnion, tekanan akibat kontraksi fundus pada janin, kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada kala II. Beberapa tanda bahwa ibu sudah masuk kala II adalah bloody show (lendir bercampur darah) makin hebat, perasaan ingin muntah disertai ingin mengejan, perasaan ingin buang air besar, anus terbuka, kadang-kadang ketuban pecah spontan pada saat ini. Pada saat ini terjadi penurunan kepala dan putaran paksi dalam. Fleksi terjadi karena adanya rintangan kepala janin yang sedang turun. Putaran paksi dalam terjadi ketika kepala mencapai spina ischiadica, bentuk pelvis menyebabkan kepala berputar sehingga dapat melewati panggul yang sangat sempit. Eksistensi merupakan akibat dan ada dua kekuatan yang bekerja yaitu tenaga his yang arahnya kebawah dan tahanan yang ditimbulkan dasar panggul. Gerakan ini terjadi setelah oksiput mencapai tepi bawah simfisis pubis. Makin maju kepala, makin menekan perineum, kemudian terjadi eksistensi sehingga akan lahir bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu. Putaran paksi luar terjadi sehingga bahu menempati posisi anterior-posterior. Ekspulsi terjadi setelah putaran paksi luar, bahu depan kelihatan dibawah simfisis dan perineum diregangkan bahu belakang. Dengan tarikan ringan kearah posterior maka lahir bahu depan dan kearah anterior bahu belakang lahir, disusul bagian tubuh janin yang lain (Simkin, 2005).

Lama kala II pada primipara adalah 50 menit dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat bervariasi. Lama persalinan kala II maksimal pada ibu primipara adalah 2 jam, dan pada ibu multipara adalah 1 jam. Ibu yang mempunyai status paritas lebih tinggi dengan vagina dan perineum yang lemas, hanya membutuhkan dua atau tiga gaya dorong setelah pembukaan serviks lengkap. Ibu dengan panggul sempit, janin besar, atau terdapat gangguan daya dorong akibat anestesia regional atau sedasi kuat, akan mengalami proses kala II yang sangat lama (Cunningham et al, 2006).

Ketika kala II ibu diminta mengejan hanya pada saat ada kontraksi supaya efisien dan tidak melelahkan. Jika kepala janin sudah membuka pintu, ibu perlu mengatur diri dengan pengarahan penolong persalinan agar pengeluaran tidak terlalu cepat yang dapat menyebabkan robekan perineum. Kadang-kadang pada saat ini dilakukan episiotomi jika perineum kaku. Setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar (Simkin, 2005).

Page 8: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi lama persalinanSebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan tentu saja bergantung pengawasan selagi hamil, pertolongan persaiinan yang baik dan penatalaksanaannya (Mochtar, 1998). Faktor terjadinya partus lama di bagi menjadi dua yaitu faktor penyebab dan faktor resiko, faktor penyebab: his, mal presentasi dan mal posisi, janin besar, panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi fetovelvik, dan ketuban pecah dini, dan faktor resiko: analgesik dan anastesis berlebihan, paritas, usia, wanita dependen, respons stres, pembatasan mobilitas, dan puasa ketat (Oxorn, 1996). a.  His tidak efisien (adekuat) Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction (Wiknjosastro, 2005). Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan. b. Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar) Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks. Sedangkan malposisi merupakan posisi kepala janin relatif terhadap pelvis depan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak teratur. Letak janin dalam uterus terjadi pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempati diri dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya mal posisi di antaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, placenta previa dan panggul sempit, juga dapat disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan letak uterus (Wiknjosastro, 2002 ).c. Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama. d.  Disproporsi fetovelvik Disproporsi fetopelfik adalah ketidak mampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolut atau relati£ Absolut apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat melewati jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, keionggaran jaringan lanak, letak, presentasi dan kedudukan janin yang menguntungkan, dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal, dan ketidak mampuan kepala untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan persalinan menjadi lama, bahkan kemungkinan besar persalinan vaginal tidak mungkin. e.  Kerja uterus yang tidak efisien Kemajuan persalinan yang lambat sering kali disebabkan oieh kontraksi uterus yang tidak efisien. Jika tidak terdapat kontraksi yang efektif, penurunan bagian presentasi janin akan berlangsung lambat. Praktik prestriksi makanan dan cairan pada ibu bersalin dapat memberikan efek yang buruk pada kontraksi karena otot memerlukan suplai energi yang adekuat untuk berkontraksi secara efektif. Ambulasi dapat meningkatkan aktivitas uterus yang lebih efektif. f.  Usia Usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan.  Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh

Page 9: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

masih kuat. Tidak semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula. Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin,2009). g. Paritas Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama menurut Moechtar (1998) adalah kelainan his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya tidak menghambat persalinan. Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas tinggi. h.  Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar.Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, apabila kantong ketuban pada saat serviks masih panjang, keras dan menutup, maka sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lamban dan seringkali tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama. i. Analgesik dan anastesis yang berlebihan dalam fase laten Kadang-kadang besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen sangat menurun sehingga pelahiran pervaginan spontan tidak terjadi. Sedasi berat atau analgesia epidural yang berlebihan cenderung mengurangi refleks

keinginan untuk mengejan terlebih mengingat saat fase laten keadaan portio masih tebal dengan pembukaan kurang dari 4cm. Hai ini akan menyebabkan portio bertambah lama untuk menipis sehingga pembukaan menjadi semakin lamban. Analgesia epigural menurunkan kadar oksitosin alamiah dan merelaksasikan otot dasar pelvis yang normalnya keras. Bentuk penghilangan nyeri ini berhubungan dengan penurunan kontraksi dan peningkatan penggunaan oksitosin intravena (IV). Epidural meningkatkan insiden malrotasi, persalinan lama dan intervensi yang bersangkutan. j.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan merupakan calon persalinan lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya. k. Respons stres Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman. l. Pembatasan mobilitas dan postur semi-rekumben Percobaan cochrane review (Gupta dan Nikodem, 2002) mengemukakan bahwa imobilitas atau posisi terlentang memiliki beberapa efek sampling yaitu sebagai berikut : Penurunan kadar sirkulasi oksitosin alamiah Berefek buruk terhadap kontraksi dan juga kemajuan persalinan mengakibatkan rata-rata persalinan lama. Peningkatan penggunaan oksitosin untuk augmentasi. Posisi terlentang dapat berakibat kala dua persalinan memanjang. Ibu merasakan kontraksi lebih menyakitkan pada kala dua bila berbaring terlentang.

2.4 Terapi Herbal Bunga Melati (Jasmine)2.4.1 Pengertian

Bunga Melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.

Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir sampai agak

Page 10: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).

Melati mempunyai  bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih suci. Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Melati tidak membutuhkan pemeliharaan yang rumit. Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua kelebihan melati itu, tidak berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai bunga bangsa, salah satu dari 3 bunga nasional Indonesia.

Terapi herbal bunga melati adalah pemberian minyak bunga melati kepada ibu hamil untuk mengurangi nyeri persalinan.

2.4.2 Manfaat JasmineKhasiat dan Manfaat Minyak Atsiri bunga melatiMelati adalah bunga yang sangat terkenal, bunganya hanya mekar dimalam hari dan memiliki aroma yang kuat dan wangi. Selain menawarkan aroma yang harum, minyak bunga melati juga memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan. Hal ini dikaitkan dengan sifat-sifatnya sebagai antidepresan, antiseptik, afrodisiak, antispasmodic, cicatrisant, nifas, rahim, ekspektoran, penenang, dll. Berikut beberapa khasiat minyak bunga melati: Antidepresan :Aroma minyak atsiri melati memiliki efek yang menyenangkan dan membangkitkan semangat pada pikiran dan aktif terhadap depresi. Efek aromatik minyak melati merangsang pelepasan hormon tertentu dalam tubuh, termasuk serotonin, yang mendorong energi dan peningkatan mood. Antiseptik :Minyak melati juga merupakan disinfektan atau antiseptik yang sangat baik. Hal ini karena kandungan benzaldehida, Asam benzoat dan Benzyl Benzoat, yang memiliki sifat antikuman, bakterisida, fungisida dan antivirus yang sangat efektif. Ketika oleskan secara topikal pada luka, hal ini akan mencegah terjadinya infeksi dan tetanus. Hal ini juga dapat diaplikasikan secara internal dengan cara

dihirup, dan diketahui bisa mengurangi infeksi pada sistem pernapasan dan dapat meringankan pilek dan batuk. Membantu masalah pernafasan :Minyak atsiri melati sangat baik untuk mengobati kejang dan relaksasi. Hal ini bisa cepat meredakan batuk, kram, hidung tersumbat, asma, sesak napas dan bahkan kolera spasmodik. Selain itu juga meredakan kram usus dan nyeri akibat kejang di bagian tubuh bagian lain. Kejang adalah kondisi yang bisa berbahaya, dan bahkan bisa mematikan, sehingga setiap zat yang bisa meringankan kondisi serius ini sangat membantu. Aphrodisiac :Sifat afrodisiak dari minyak melati adalah membuat Anda merasa romantis atau cinta. Minyak ini akan membawa orang kedalam suasana hati yang baik untuk cinta dan juga meningkatkan libido. Semprotkanlah minyak melati didalam ruangan Anda dimalam-malam yang menyenangkan bersama pasangan. Hal ini juga bisa membantu menyembuhkan masalah-masalah yang berhubungan dengan keharmonisan pasangan. Dampak minyak melati akan memicu hormon dan reaksi kimia dalam tubuh, sehingga gairah Anda akan tercipta dengan cepat. Memudarkan bekas luka :Apakah Anda bermasalah dengan tanda bekas luka atau bintik-bintik bekas bisul, jerawat, atau luka lainnya?. Cobalah minyak melati, karena sifat cicatrisant-nya bisa membantu memudarkan tanda bekas luka atau jerawat. Hal ini juga dapat membantu Anda menghilangkan celah-celah lemak yang sering terjadi pada ibu hamil Ekspektoran :Sifat Ekspektoran minyak melati bisa membantu masalah batuk atau demam, sehingga Anda bisa tertidur dengan pulas. Hal ini karena minyak ini membantu mengeluarkan dahak pada saluran pernapasan. Selain itu juga membantu menghilangkan dengkuran, dengan cara membersihkan  hidung tersumbat dan saluran pernapasan. Memudahkan tidur :Kombinasi dari sifat minyak melati menjadikannya sebagai alat yang ideal untuk membuat tidur kita menjadi pulas dan lama. Hal ini karena sifat ekspektoran, penenang, dan antispasmodic yang tergabung menjadi satu, dan menciptakan situasi nyaman yang membuat Anda tertidur nyenyak sepanjang malam.

Page 11: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Membantu mengatasi berbagai masalah haid :Sifat senyawa ini maksudnya bisa membantu wanita yang menderita masalah haid tidak teratur, terhambat, sakit menstruasi, atau menopause sebelum waktunya. Senyawa emmenagogue minyak melati akan membantu mengatur siklus menstruasi, dan membuatnya menjadi lancar dan tanpa sakit. Hal ini juga membantu mengatasi masalah lain yang terkait dengan menstruasi, seperti kelelahan, gangguan mual, dan perubahan suasana hati. Mengatur periode haid juga merupakan cara yang baik untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh Anda, yang dapat membantu menjaga sejumlah besar fungsi tubuh lain yang terjadi secara alami dan dengan cara yang sehat. Kesehatan Kulit :Minyak Jasmine juga telah lama dihubungkan dengan perawatan kulit, khususnya dalam hal merawat kulit kering, rapuh, atau dehidrasi. Namun karena tidak memiliki efek nonsensitisasi tertentu, maka bisa tidak menyenangkan jika digunakan pada kulit pecah-pecah atau luka yang terbuka, karena dapat menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Namun itu masih sering digunakan untuk pengobatan eksim dan dermatitis. Merangsang sekresi air susu ibu (ASI) :Minyak esensial melati bisa meningkatkan sekresi susu, sehingga sangat baik untuk ibu yang menyusui. Senyawa ini juga membantu melindungi wanita dari tumor atau kanker payud*ra. Membantu wanita yang dalam masa nifas :Minyak melati juga bisa memfasilitasi dan memudahkan proses melahirkan dan mengurangi nyeri persalinan. Manfaat ini bisa sangat bermanfaat bagi ibu pasca persalinan yang normal, karena proses pemulihan setelah melahirkan lebih cepat dan mengurangi sakit. Selain itu juga dapat memperkuat kontraksi, sehingga bisa mempersingkat waktu melahirkan. Banyak wanita yang menderita depresi post partum, dan minyak esensial melati akan membantu karena memiliki sifat antidepresan. Menenangkan:Minyak melati bersifat menenangkan tubuh, pikiran, dan jiwa, juga menciptakan emosi yang positif dan konstruktif. Hal ini tentu bisa membantu mengurangi kecemasan, stres, jengkel, marah dan depresi. Meskipun penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan, sifat obat penenang dan anti inflamasi minyak melati mungkin bisa

memberikan manfaat kesehatan, mengurangi rasa sakit yang terkait arthritis dan gout. Kesehatan rahim :Minyak ini juga baik bagi kesehatan rahim, karena mempromosikan sekresi hormon tertentu yang menunjang berfungsinya organ dengan baik. Hal ini juga akan membantu melindungi rahim dari tumor, terutama setelah menopause dengan cara membatasi estrogen. Perhatian :Wanita hamil sebaiknya menghindari menggunakan minyak melati karena bisa merangsang kontraksi rahim. Karena bisa memberikan perasaan yang sangat santai dan menenangkan, maka hindari penggunaan berlebihan. Orang yang alergi terhadap minyak melati juga harus menghindari penggunaannya. Minyak Atsiri melati bisa menyatu dengan baik jika digabungkan dengan minyak Bergamot, minyak cendana, minyak mawar, dan minyak atsiri jeruk.

2.4.3 Jenis Jasmine

Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya.

Page 12: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Klasifikasi Bunga MelatiTanaman melati termasuk suku melati-melatian atau famili Oleaceae. Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : OlealesFamili : OleaceaeGenus : JasminumSpesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..Varietas Bunga Melati

Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai berikut:1. Jasmine sambac Air, (melati putih, puspa bangsa)2. Jasmine multiflora Andr, (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star

Jasmine, J,. pubescens willd).3. Jasmine officinale, (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan

J. floribundum=Jasmine grandiflorum). perdu setinggi 1, 5 meter.4. Jasmine rex, (melati Raja, King Jasmine).5. Jasmine parkeri, Dunn (melati pot).6. Jasmine mensyi, (Jasmine primulinum, melati pimrose).7. Jasmine revolutum Sims, (melati Italia)8. Jasmine simplicifolium, ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)9. Melati hibrida, Bunga pink dan harum.Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:1. Jasmine Sambac, (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans,

Grand Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke2. Jasmine multiflorum, (Star Jasmine)3. Jasmine officinale, (melati Gambir)

2.4.4 Kandungan Jasmine

Page 13: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015
Page 14: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Leaves: Kandungan utamanya phytoconstituents as alkaloids, glycosides, saponins, flavonoids and terpenoids. Mainly the Iridoid glycosides are present. These include sambacin, Jasminin, Sambacoside A (I), Sambacolingoside. Flavonoids include quercetin (II), isoquercetin (III), rutin (IV), kempferol (V) and luteolin (VI), Secoiridoid glucoside- sambacolignoside along with oleoside 11-methyl ester.Oligomeric irridoids like molihuasides A is a dimeric irridoid glycoside and Molihuasides C-E is a trimeric irridoid glycoside18. Leaves of J. sambac (L.) Ait. var. Trifoliatum Hort. (Oleaceace) has led to the isolation of oleoside 7,11-dimethyl ester, jasminoside, jaslanceosides B, sambacoside. Roots: oleanolic acid, and hesperidin (VII), iridane triol, iridane tetraol, and β-daucosterol, benzyl-o-β-D(1-6)-β-Dxylopyranoxyl, molihuaoside D, sambacoside A, sambacoside E, rutin, kaempferol-3-o-(2,6 di-o-α-Lrhamnopyranosyl)-β-D-galactopyranosideand quercetin-3-o-(2,6-di-o-α-Lrhamnopyranosyl)- β-D-galactopyranoside leaves and stem: isolated Jasminol (VIII) is characterised as lup-20-en-28beta-ol; C20-C30 hydrocarbons, palmitic(IX), stearic (X), linolenic, linoleic, malvalicacid, betulinic, ursolic (XI) and oleanolic acid, D- mannitol, inositol (XII), xylitol and sorbitol, friedelin (XIII), lupeol (XIV), betulin (XV), alpha-amyrin (XVI), triterpenoids, flavanoids, six oligomeric irridoid glycosideshave been isolated21. Flowers:

Page 15: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

3-hexenol, 2-vinylpyridine (XVII), indole (XVIII), myrcene (XIX), linalool (XX), geranyl linalool (XXI), alpha terpenol (XXII), beta terpenol, linalyl acetate (XXIII), nerolidol (XXIV), phytol (XXV), isophytol (XXVI), farnesol (XXVII), eugenol (XXVIII), benzyl alcohol (XXIX), methyl benzoate (XXIX) , benzyl cyanide (XXX), benzyl acetate (XXXI), methyl dihydrojasmonate, methyl anilate, cisjasmone, methyl N-methylanthranilate, vanillin (XXXII), cis-3-hexenylbenzoate, benzoate, methylpalmitate and methyl linoleate (XXXIII), 8,9-dihydrojasminin, 9-deoxyjasminigenin (XXXIV). Glycosidic aroma precursor like benzyl 6-O-β-D xylopyranosyl-β-D-glucopyranoside (β-primeveroside), 3(2-phenylethyl 6-O-α-Lrhamnopyranosiyl-β-D-glucopyranoside (β-rutinoside) are identified from the flowers. Benzyl acetate, benzyl alcohol and cisjasmone give the fruity aromatic jasmine qualities. Linalyl- β-D-glucopyranoside and its 6-O-malonate, the aroma precursor of linalool and farnesol give the flowery character and are the main compounds involved in the production of scented tea.25 Yellow-flower of some Jasminum spp. contains verbascoside but are absent from the white-flowered J. Sambac.Jasmine oil: Methyl jasmonate, Jasminoside (XXXV), Jasminol (XXXVI), Jasminolactone (XXXVII) Multiforin (XXXVIII), Olueropin (XXXIX), benzyl benzoate, linalool, linalyl acetate, benzyl alcohol, indole, jasmone, methyl anthranilate, P-cresol (XL), geraniol (XLI), racemic (5-pent-2-enyl)-5,1-pentanolide, benzyl benzoate, nerol, 1-áterpineol, d and dl-linalool, α-jasmolactone, farnesol, nerolidol and eugenol.

2.4.5 Cara kerja oil jasmine terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan

Hampir semua perempuan mengalami nyeri selama persalinan tetapi respon setiap perempuan terhadap nyeri berbeda-beda. Tugas penting penolong persalinan salah satunya perawat maternitas adalah membantu klien mengatasi nyeri persalinan. Tugas ini dapat dilakukan baik dengan kolaborasi dengan memberi obat-obatan pereda rasa nyeri, tetapi yang lebih mendasar dan lebih penting adalah pendekatan non farmakologi yang dimulai sejak perawatan prenatal, dengan memberikan informasi yang meyakinkan kepada perempuan hamil, pasangan dan jika dibutuhkan oleh keluarg, intranatal dan postnatal. Terapi non-farmakologi untuk mengurangi nyeri persalinan salah satunya adalah terapi massage punggung ibu hamil selama proses persalinan dengan menggunakan oil jasmine. Pada oil jasmine mengandung Methyl jasmonate, Jasminoside (XXXV), Jasminol (XXXVI), Jasminolactone (XXXVII) Multiforin (XXXVIII), Olueropin (XXXIX), benzyl benzoate, linalool, linalyl acetate, benzyl alcohol, indole, jasmone, methyl

anthranilate, P-cresol (XL), geraniol (XLI), racemic (5-pent-2-enyl)-5,1-pentanolide, benzyl benzoate, nerol, 1-aterpineol, dl-linalool, α-jasmolactone, farnesol, nerolidol and eugenol. Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh ibu selama persalinan akan ditangkap oleh sinyal tubuh bahwa tubuh mengalami nyeri yang disebabkan oleh pembukaan serviks, proses pengeluaran bayi, serta HIS saat persalinan. Sinyal nyeri ini akan di distribusikan ke sistem saraf. Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi adanya stimuli noksius, di perifer, ke sistem saraf pusat. Rangsangan noksius adalah rangsangan yang berpotensi atau merupakan akibat terjadinya cedera jaringan, yang dapat berupa rangsangan mekanik, suhu dan kimia. Terjadinya nyeri secara klasik dijelaskan dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi. Transduksi adalah proses konversi energi dari rangsangan noksius (suhu, mekanik, atau kimia) menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor sensorik untuk nyeri (nosiseptor). Sedangkan transmisi yaitu proses penyampaian impuls saraf yang terjadi akibat adanya rangsangan di perifer ke pusat. Persepsi merupakan proses apresiasi atau pemahaman dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai nyeri. Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang dihantarkan, dapat terjadi di setiap tingkat, namun biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan oleh otak terhadap proses di kornu dorsalis medulla spinalis. Minyak melati (oil jasmine) merupakan salah satu minyak esensial yang digunakan dalam proses persalinan. Kemampuan melati untuk mengurangi rasa nyeri, kram dan meningkatkan kekuatan kontraksi menjadikannya salah satu minyak esensial terbaik untuk mengurangi nyeri persalinan. Pijat di punggung bawah dengan melati, merangsang tubuh untuk melepaskan endhorphin, yang memblok rasa nyeri secara alami dan dapat menurunkan tingkat kecemasan, serta membuat rileks. Pijat ini direkomendasikan oleh ahli Sp.OG seperti yang telah ditunjukkan untuk meringankan rasa nyeri dan mengurangi kecemasan pada tahap pertama persalinan dan juga terkait dengan kelancaran proses persalinan dan resiko rendah untuk depresi postpartum

Page 16: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

BAB IIIISI JURNAL

A. METODE PENELITIAN1. Sampel

a. Jumlah SampelJumlah sampel dalam penelitian jurnal ini terdapat 40 sampel wanita primigravida. Sampel penelitian jurnal ini adalah wanita primigravida yang ada di Rumah sakit Mangalore. 40 sampel dibagi menjadi 2 kelompok dan tiap kelompok intervensi. Desain penelitian yang diadopsi adalah pendekatan true eksperimental dengan pre-test - post test control group design.

b. Kriteria SamplingSampel penelitian adalah 40 wanita hamil primigravida di Rumah Sakit Mangalore, India. Sampel dipilih menggunakan metode pendekatan true eksperimental dengan pre-test - post test control group design

c. Teknik SamplingPengambilan sampel dalam penelitian jurnal ini menggunakan teknik adalah pendekatan true eksperimental dengan pre-test - post test control group design dan menggunakan teknik purposive sampling untuk menyeleksi 40 sample, yang terbagi menjadi menjadi 2 yaitu teknik ekperimental dan kelompok control. Digunakan teknik random untuk menetapkan 20 untuk kelompok control dan 20 kelompok eksperimental.

d. Lokasi Penelitian jurnal ini dilaksanakan Rumah Sakit Mangalore, India.

e. Instrumen Penelitian Terapi dilakukan pada saat tahap kontraksi dengan menggosokkan minyak melati ke punggung ibu untuk menggurangi rasa nyeri pada saat kontraksi

f. Prosedur PenelitianPenelitian ini dimulai setelah peneliti memperoleh izin dari Kepala Rumah Sakit Mangalore, India.. Sebelum responden mendapatkan perlakuan, seluruh responden diberi penjelasan oleh peneliti mengenai penelitian yang akan dilakukan. Kemudian, responden diminta untuk mengisi inform consent. Setelah responden selesai mengisi inform consent, peneliti melakukan pengelompokan perlakuan menjadi 2 macam secara ramdom atau acak, yaitu kelompok responden eksperimental dan kelompok control. Sebelumnya semua sampel di kumpulkan dan dilakukan wawancara dengan menggunakan Visual Skala Analog (VAS) digunakan untuk mengukur tingkat nyeri persalinan .Pre-test dilakukan untuk menilai tingkat nyeri pada kedua kelompok menggunakan VAS. Setelah itu primigravida perempuan dalam kelompok eksperimen diberi minyak melati, kemudian pijat kembali selama 10 menit selama 3 kali dengan interval 30 menit dan wanita primigravida pada kelompok kontrol hanya diberi perawatan persalinan normal. Post-test dilakukan di pada kelompok eksperimen setelah setengah jam.setelah 3 interval.

Demographicvariables

experimentalgroup n= 20

control group

f % f %Age18-22years22-26 years26 -30years Education Illiterate Primary school High school PUC/Diploma Graduate/ PG Occupation Heavy workerModerate

1181

-3665

1469

55405

-15303025

5203045

992

-13

133

1298

454510

-5

156515

5104540

605

35

Attended Child Birth Education ClassesYesNo

614

3070

713

Page 17: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

Group Mean SD MeanDifference

't'value

df p-value

Pre-test Experime-ntal group n=20

5.35 1.31

0.15 0.36 38 0.72Controlgroup n=20

5.20 1.32

Post-test Experim-ental group n=20

3.10 1.1

4.85 11.75* 38 0.001Controlgroup n=20

7.95 1.5

B. HASIL PENELITIANHasil penelitian berdasarkan pre test dan post test ditunjukkan pada tabel

* Significant p<0.05 table value (2.024)

Dari kedua kelompok diatas menunjukkan bahwa Sebuah perbedaan

yang signifikan adalah ditemukan pada kelompok eksperimen (t 9,869, p

<0,05). Sebuah perbedaan yang signifikan ditemukan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pre-test ('t' 0,36, p> 0,05) dan post-test (t

11,75, p <0,05). Dalam penelitian ini minyak pijat Jasmine terbukti mengurangi

nyeri persalinan tahap pertama

C. PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah untuk mengetahui pengaruh

minyak pijat jasmine dalam mengurangi nyeri persalinan tahap pertama

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan pada kelompok eksperimen (t 9,869,

p <0,05). Sebuah perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol yang artinya minyak pijat Jasmine terbukti

mengurangi nyeri persalinan pada tahap pertama.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Nyeri pada persalinan adalah pengalaman hampir universal untuk

sebagian besar perempuan. Hal ini merupakan tantangan bagi para perawat

untuk memberikan asuhan keperawatan dengan terapi non farmakologi untuk

mengurangi nyeri. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan terkait pemberian

terapi minyak melati untuk mengurangi nyeri pada tahap pertama persalinan

pada ibu primigravida. Namun, direkomendasikan untuk melakukan penelitian

sampel yang besar.

Page 18: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

BAB IVPEMBAHASAN JURNAL

A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN1. Kelebihan jurnal :

a. Memberikan informasi yang mudah dipahami tentang manfaat terapi

herbal oil jasmine dalam proses persalinan bagi ibu primigravida.

b. Jurnal mampu menggambarkan masalah, tujuan, metode, hasil dan

pembahasan dan kesimpulan.

c. Memberikan referensi yang jelas tentang terapi herbal jasmine pada

ibu hamil primigravida.

d. Memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian tentang terapi nonfarmakologis

khususnya terapi jasmine dalam membantu mengurangi nyeri

persalinan pada ibu primigravida.

e. Peniliti jelas mencantumkan karakteristik demografi dan clinical data.

2. Kekurangan jurnal

a. Belum dijelaskan secara jelas keterbatasan penelitian secara jelas

dan mudah untuk dipahami.

b. Peneliti tidak menyebutkan kriteria inklusi dan eksklusi seperti kriteria

obstetrik yang meliputi taksiran berat janin, posisi janin, ukuran

panggul, status gizi ibu (LILA), intake oral ibu sebelum melahirkan

dimana hal ini berpengaruh pada proses persalinan.

c. Peneliti belum begitu menjelaskan tentang jenis jasmine yang

dipakai.

d. Peneliti belum menyebutkan kandungan oil jasmine secara spesifik

yang mampu menurunkan rasa nyeri persalainan.

B. PERBANDINGAN JURNALNo Judul Jurnal Peneliti Tahun Isi Jurnal1. Essential oils :

Management and treatment of gynecologic infection and stressors

Jane Buckkle, PhD,RN

2006 Ibu yang mendapatkan terapi herbal oil jasmine memiliki level nyeri dan tingkat kecemasan yang lebih rendah pada semua kala persalinan.

2. International journal of pharmaceuical research and bio-science

Swati Sabharwal, Swati Sudan, Vadi Ranjan

2013 Pada jurnal ini dijelaskan bahwa minyak melati yang digunakan sebagai bahan untuk pemijatan pada saat terjadi nyeri, baik nyeri persalinan, disminhorea, dan nyeri lainnya mengakibatkan parameter otonom, yaitu tekanan darah,denyut nadi, saturasi oksigen darah, tingkat, dan suhu kulit bernapas, yang dicatat sebagai indikator dari sistem saraf otonom. Kesimpulannya menunjukkanmerangsang / mengaktifkan efek minyak melati dan memberikan bukti untuk digunakan dalamaromaterapi untuk menghilangkan depresi dan suasana hati menggembirakan pada manusia

3. Extraction of essential oils from jasmine flowers using solvent extraction method

Faizal Sulong, Rasyid

2006 Jurnal ini menjelaskan bahwa minyak melati dapat digunakan sebagai massage dan berfungsi sebagai depresi, tekanan darah tinggi, sirkulasi yang buruk, infeksi, kekakuan otot, serta nyeri

Page 19: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015

C. APLIKASI JURNAL DI INDONESIATerapi herbal jasmine ini mampu diterapkan di Indonesia, minyak atau

ekstrak dari jasmine ini dapat dioleskan pada kulit dengan sedikit massage daerah

punggung pada ibu hamil dengan primigravida dimana oil jasmine ini memang

berkhasiat untuk efek menenangkan, Minyak melati bersifat menenangkan tubuh,

pikiran, dan jiwa, juga menciptakan emosi yang positif dan konstruktif. Hal ini tentu

bisa membantu mengurangi kecemasan, stres, jengkel, marah dan depresi.

Meskipun penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan, sifat minyak melati

mungkin bisa memberikan manfaat kesehatan, mengurangi rasa sakit yang terkait

dengan nyeri persalinan. Khasiat lainnya adalah minyak melati sangat baik untuk

relaksasi. Ibu rileks dan pikiran positif akan menjadikan ibu mudah di pimpin,

sehingga proses persalinan akan berlangsung dengan lancar dan benar.

Kemampuan melati untuk mengurangi rasa nyeri, kram otot dan

meningkatkan kekuatan kontraksi menjadikannya salah satu minyak esensial

terbaik untuk mengurangi nyeri persalinan. Pijat di punggung bawah dengan

melati, merangsang tubuh untuk melepaskan endhorphin, yang memblok rasa

nyeri secara alami dan dapat menurunkan tingkat kecemasan, serta membuat

rileks. Pijat ini direkomendasikan oleh ahli Sp.OG seperti yang telah ditunjukkan

untuk meringankan rasa nyeri dan mengurangi kecemasan pada tahap pertama

persalinan dan juga terkait dengan kelancaran proses persalinan dan resiko

rendah untuk depresi postpartum. Minyak melati sangat mudah di dapatkan di area

sekitar Malang dengan harga yang terjangkau yaitu 1CC minyak melati seharga

Rp. 15.000,-

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman

Doengoes, M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi, Edisi 2. Jakarta: EGC

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius

Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.

Moechtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2. Jakarta,EGC

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Saifudin, A.B, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana Prawirohardjo.

Page 20: Seminar Jurnal Maternitas Booklet 18-3-2015