sejarah dan sistem mata pencaharian suku duano …
TRANSCRIPT
SEJARAH DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN SUKU DUANO DI
KAMPUNG NELAYAN KUALA TUNGKAL KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Oleh :
Suhaimi
AS.150521
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2019
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Suhaimi
NIM : AS.150521
Pembimbing I :Prof. Dr. H. AdrianusChatib, SS., M.Hum
Pembimbing II : Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Judul Skripsi : “Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di
Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung
Jabung Barat”
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta
telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari, ternyata telah ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi
dalam karya ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
v
vi
PERSEMBAHAN
حِيمِ ِ الَّرَحْمنِ الرَّ بسِْمِ اللّه
SembahsujudsertasyukurkepadaAllah SWTataskasihsayangdankarunia-
Nya yang
telahmemberikankukekuatansertamembekalikudenganilmupengetahuansehinggadi
berikankemudahandalampenyusunanskripsiini.Sholawatdansalamselaluterlimpah
kankeharibaanRasulullahMuhammad
SAWsemogakelakkitamendapatkansyafaatdaribeliau. Aamiin..
Teristimewakupersembahkankaryakecilinikepadacahayahidup yang
sangatkusayangiAyahanda(Musa)danIbunda(Saripah)tercinta, terkasih, dan
yang tersayangsebagaitandabakti, hormatdanterimakasih yang setulusnya.Tiada
kata yang bisamenggantikansegalasayang, usaha, do’a, semangatdanmateri yang
telahdiberikanuntukpenyelesaiantugasakhirinidibangkukuliah.Semogainimenjadia
waluntukmembuatIbundadanAyahandabahagia.
Seluruhkeluargabesarku yang tercinta, untukAdikku yang tercinta
(Zulkifli, Taufik Hidayat, Anisa Rahma, dan Nur Sanainah, Dini puspita)
terimakasihatasdo’a, cinta, kasihsayangdanbantuan kalian selamaini. Serta
keponakan-
keponakankutersayangterimakasihuntuksenyumdantawanya.Hanyakaryakecilini
yang dapatkupersembahkan, semogadapatmenjadikebanggaan kalian semua.
TerkhususuntukAlmamaterdankampusbirutercinta.
TaklupauntuksahabatdantemanseperjuanganSPI’15.Serta sahabat,
kawan-kawansehidup, seperjuangandansependeritaandikontrakan,
Terimakasihuntukdo’a, nasehat, hiburan, kerjasama, ide, traktiran,
tebengandansemangat yang kalian
berikanselamaini.SuksesuntukkitasemuaAaminn..
vii
KATA PENGANTAR
حِيمِ ِ الَّرَحْمنِ الرَّ بسِْمِ اللّه
AssalamualaikumWrWb
Alhamdulillah,pujidansyukurtakhenti-hentinyapenulisucapkankehadirat
AllahSWT,yangtelahmemberikananugrahkepadapenulissehinggapenulisdapatmen
yelesaikanskripsiinidenganjudu “Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku
Duano Di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
Shalawatdansalampenulishadiahkankepadajunjunganalam,yakniRasulullah
MuhammadSAW,karenaberkatperjuanganbeliauummatnyaterbebasdarialamkegela
pan menuju alam yang terang benderang seperti yang dirasakansaatsekarangini.
Padakesempataninitaklupapenulismengaturkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnyakepada:
1. Yth. Bapak Dr. H.Hadri Hasan,MA Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idiAsyari, MA., Ph.D, Yth. Bapak Dr. H. Hidayat,
M.Pd, Yth. Ibu Dr.Hj. Fadhilah.M.Pd Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Prof.Dr. Hj. Maisah, M.Pd.IDekanFakultasAdabdanHumaniora UIN
SulthanThahaSaifuddin Jambi.
4. Yth. Bapak Dr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil,
M.Ag, Yth. Ibu Dr.Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.IWakil Dekan I, II, dan
IIIFakultasAdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
5. Yth. BapakAliyas, S.Th.I., M.Fil.I KetuaJurusanSejarahPeradaban Islam UIN
SulthanThahaSaifuddin Jambi.
6. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Adrianus Chatib, SS., M.Humdan Yth. Bapak
Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah
membantu dan memberi kritikan maupun saran serta nasehat dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Yth. Bapak Dr.Samsul Hadi, M.Ag Dosen Pembimbing Akademik.
8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas AdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambiyang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis.
9. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan FakultasAdabdanHumaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya
serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi
11. Yth. Seluruh Guru-guru di SMAN 7 MendaharaIlir Tanjung Jabung Timur.
12. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a
yang tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabati SPI’15 yang sama-sama berjuang di Fakultas
AdabdanHumanioraUIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/B yang telah
menjadi partner diskusi yang baik bagi penulis.
14. Teman-teman Madrasah Aliyah MisbahulWathan dan Sekolah Menengah Atas
Negeri 7 Tanjung Jabung Timur yang sama-sama berjuang dibangku kuliah
ix
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan Motivasi dan
Nasehat selama berada dibangku kuliah.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah
SWT memberikan keberkahan kepada kita semua. Akhir kata penulis sangat
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
x
ABSTRAK
Suhaimi.2019.Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duanu Di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.JurusanSejarahPeradaban Islam FakultasAdabdanHumanioraUniversitas
Islam NegeriSulthanThahaSaifuddin Jambi.PembimbingI : Prof. Dr. H.
AdrianusChatib, SS., M.HumdanPembimbing II : Aminuddin, S.Ag., M.Fil.I.
PenelitianinimembahastentangSukuDuano, yang
lebihdikenaldengansukulautsebagaisalahsatusukutertua yang mendiamipesisir
Kuala Tungkaltepatnya di
KampungNelayan.Adapuntujuanpenelitianiniialahuntukmelihatasal-
usulkedatanganSukuDuano, mengetahuibagaimanasistemmatapencaharianseharai-
harinyasertaapasajaupaya yang dilakukanSuku Duano untukbertahanhidup.
Adapunmetode yang
digunakandalampenelitianiniialahmetodekualitatifdeskriptif.Penentuaninformande
nganmenggunakancaraPurposive
Samplingyaitumenentukansecarasengajasiapasaja yang
dianggappantasmengetahuimasalah yang akanditeliti.
HasilpenelitianinimenunjukanbahwaSuku Duano iniberasaldari Kepulawan Riau
kemudianberlayarhinggasampailah di Kampung Nelayan Kuala
Tungkal.Aktivitaskehidupansehari-harinyabiasanyadilalukan di
ataslautmenggunakanperahu, tapikinisebagiandarisukuinitidaklagihidupdilaut,
merekapindah di daerahpesisirpantaidanmenetapdisana.Mata
pencaharianmerekadulunyahanyabergantungpadalaut,
hampirsetiapharimerekamelautuntukmencarinafkah.Akan
tetapikiniselaindarimelautatausebagainelayanadajuga yang
berkebundansebagiankecilSuku Duano ini yang menjadi toke
ataubospenampunghasiltangkapandarilaut.
Kata Kunci :SukuDuano, Asal-usul, Sistem Mata pencaharian.
xi
DAFTAR ISI
NOTA DINAS .......................................................................................................... I
PENGESAHAN ........................................................................................................ II
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... III
MOTTO .................................................................................................................... IV
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... V
KATA PENGANTAR .............................................................................................. VI
ABSTRAK ................................................................................................................ IX
DAFTAR ISI ............................................................................................................. X
DAFTAR TABEL .................................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
D. Batasan Masalah ................................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 8
G. JadwalPenelitian ................................................................................. 9
BAB II KERANGKA TEORI
A. KerangkaTeori .................................................................................... 12
1. Sejarah .......................................................................................... 12
2. Kebudayaan .................................................................................. 13
3. Sistem Mata Pencaharian ............................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. PendekatanPenelitian .......................................................................... 18
B. Sumber Data ....................................................................................... 18
1. Sumber Primer ............................................................................. 18
2. Sumber Sekunder ......................................................................... 19
xii
C. TeknikPengumpulanInforman ............................................................ 19
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20
1. Observasi ...................................................................................... 20
2. Wawancara ................................................................................... 20
3. Dokumentasi ................................................................................ 21
E. TeknikAnalisaData ............................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum objek penelitian ...................................................... 27
1. Luas Daerah ................................................................................. 27
2. Iklim ............................................................................................. 27
3. Jumlah Penduduk ......................................................................... 28
4. Sumber Daya Alam ...................................................................... 30
5. Poleksosbud Hankam ................................................................... 31
6. Pendidikan .................................................................................... 32
7. Hankam ........................................................................................ 34
8. Keadaan Penduduk ....................................................................... 35
9. Pembangunan ............................................................................... 35
10. Lingkungan Hidup ..................................................................... 36
B. Hasildanpembahasan .......................................................................... 36
1. Sejarah Suku Duano dikampung Nelayan ................................... 36
2. Sistem Mata Pencaharian Suku Duano di Kampung Nelayan ... 44
a. Tongkah ................................................................................... 44
b. Pedagang ................................................................................. 53
c. Berkebun .................................................................................. 53
3.Alasan Masyarakat Mempertahankan sistem mata pencaharian
Sebagai Nelayan ............................................................................ 54
4. Upaya Yang Dapat dilakukan Masyarakat Suku Duano dalam
Mempertahankan Hidup dan Memajukan Perekonomian di
Kampung Nelayan Kuala Tungkal ................................................ 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Kata Penutup ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.1 JadwalPenelitian ........................................................................................ 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1KelompokUsia ............................................................................................ 28
Tabel 4.2KelompokPendidikan .................................................................................. 28
Tabel 4.3KelompokTenagaKerja ............................................................................... 29
Tabel4.4Kelompok MataPencaharian ........................................................................ 29
Tabel 4.5SemberdayaAlam ........................................................................................ 30
Tabel 4.6PendidikanAnakUsiaDini............................................................................ 32
Tabel 4.7 SD/MI/Sederajat......................................................................................... 33
Tabel 4.8 SaranaIbadah .............................................................................................. 34
Tabel 4.9 Mata Pencaharian...................................................................................42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki wilayah yang luas, termasuk sebagai salah satu negara
yang srategis karena terletak di samudera india, fasifik dan juga dua benua asia
australia, hal ini memudahkan Indonesia terbuka terhadap perdagangan dan
berbagai macam kebudayaan yang masuk ke Indonesia. hal ini mempengaruhi
tingginya keanekaragaman suku bangsa pada negri ini.
Indonesia dikenal sebagai tempat yang memiliki berbagai macam
kebudayaan, baik itu berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut
menghasilkan sebuah proses akulturasi budaya.1 Selain kekayaan alamnya yang
berlimpah adanya keanekaragaman suku bangsa di Indonesia menjadikan negara
kita kaya akan budaya yang harus tetap dipertahankan kelestariannya.
Bangsa Indonesia yang terdiri atas suku-suku bangsa yang besar ataupun
yang kecil, masing-masing mengembangkan kebudayaan sebagai perwujudan
berbangsa aktif mereka terhadap lingkungan pendukungnya.2 Di antara tujuh
unsur kebudayaan salah satunya adalah sistem mata pencaharian. Berbicara
mengenai mata pencaharian erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Setiap daerah di Indonesia
1Akulturasi Budaya merupakan perpaduan dua kebudayaan atau lebih akibat dari interaksi
yang terjadi antara sekelompok masyarakat yang memilki kebudayaan tertentu, dengan kelompok
masyarakat lain sehingga terjadi perubahan pola kebudayaan yang original, namun tidak
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan tersebut.
2Heni Gustini Nuraeni, Studi Budaya Di Indonesia, (Bandung : Pustaka Setia, 2012). hal.
35.
2
tentunya memiliki sistem mata pencaharian yang berbeda-beda seperti beternak,
bertani, ataupun yang lebih modern lagi seperti industri. Clifford Geertz
menyederhanakan beragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dalam dua
tipe yang berbeda berdasarkan ekosistemnya, yaitu kebudayaan yang berkembang
di “Indonesia dalam” (Jawa, Bali). Kebudayaan yang berkembang di “Indonsia
dalam” ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan
telah menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam
disawah.3
Dalam sistem mata pencaharian tersebut masyarakat menggunakan
teknologi yang bisa membantu masyarakat dalam berkerja. Tentunya dengan
pengetahuan dalam menggunakannya. Pengetahuan dan teknik-teknik suatu
bangsa yang digunakan untuk membangun materialnya. Dengan pengetahuan dan
teknik-teknik yang dimilikinya, suatu bangsa membangun lingkungan fisik, sosial
dan psikologis yang khas. Sebagai hasil penerapan ilmu, teknologi adalah cara
kerja manusia. Dengan teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan
alam dan membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dunia primer
(alam). Dewasa ini teknologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap manusia,
tidak hanya terhadap cara hidup manusia tetapi juga menentukan teknologi
berikutnya.4
Unsur mata pencaharian atau aktivitas ekonomi melihat kehidupan
masyarakat dari sisi bagimana mata pencaharian mereka atau bagaimana sistem
perekonomian mereka mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi
3Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanius, 1992), hal. 113.
4Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2007),
hal. 43.
3
masyarakat tradisional antara lain seperti berburu, meramu, beternak, bercocok
tanam di ladang, menangkap ikan, ataupun bercocok tanam menetap dengan
sistem irigasi. Sistem ini merupakan mata pencaharian tertua dan dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat lampau. Namun saat ini sudah banyak masyarakat
yang sudah beralih ke mata pencaharian yang lain. Meramu sudah lama
ditinggalkan karena terbatasnya sumber mata pencaharian karena semakin
banyaknya jumlah penduduk. Saat ini sistem mata pencaharian atau ekonomi
sudah berkembang pesat ditandai dengan munculnya berbagai profesi dalam
masyarakat.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi
masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber
daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
sektor pertanian hanya bisa ditemukan didaerah pedesaan yang relative belum
terpengaruh oleh modernisasi.5 dalam hal sistem teknologi yang digunakan untuk
mencari mata pencaharian, seperti halnya Suku Duano yang merupakan suku yang
mendiami daerah pesisir laut. Mereka adalah warga Suku Laut di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Dikenal juga dalam bahasa Melayu sebagai Suku Duano, yang artinya Suku Laut.
Mereka hampir mirip dengan nelayan Suku Duano di Kepulauan Riau dan pesisir
lain yang keberadaannya telah menyebar.
Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat ini
bahwa mereka juga berasal dari kepulauan Riau, Tidak diketahui pasti tepatnya
5Triyadi Haryanto, Antropologi, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012). hal. 48.
4
pada tahun berapa mereka sampai di Tanjung Jabung Barat dan menetap disana.
Mereka mayoritas adalah nelayan yang hidup bergantung dengan laut. Sebagian
kehidupan mereka habiskan di tengah laut untuk mencari nafkah. Karena posisi
mereka melaut berpindah-pindah dari satu daerah kedaerah yang lain hingga
sampai pada daerah perairan Kampung Nelayan. Karena mereka melaut terlalu
jauh dari tempat asal mereka kepulauan Riau akhirnya mereka membangun
sebuah pemukiman di pesisir pantai Kampung Nelayan sebagai tempat
persinggahan mereka ketika melaut, namun karena dirasakan ada kenyaman
dengan tempat mereka yang baru yaitu Kampung Nelayan akhirnya mereka
menetap di sana hingga ke anak cucu mereka saat ini.6
Umumnya mereka berkulit gelap karena selalu berdamaian dengan teriknya
matahari. Rahang wajah juga menampakkan jiwa-jiwa yang gigih dan keras. Suku
Duano yang berada di Kampung Nelayan ini tetap memiliki kebudayaan yang
sama dengan kebudayan yang terdapat pada daerah kepulauan Riau. Namun pada
saat ini adat istiadat dan kebudayaan mereka seperti ritual-ritual yang dilakukan
pada saat acar-acara tertentu dan tata bahasanya mulai tidak terpakai lagi di
karenakan mulai membaur dengan masyarakat Melayu lainnya dan bahkan saat ini
tempat tersebut bukan hanya dihuni oleh Suku Duano dan Suku Melayu namun
juga telah terdapat beberapa suku seperti Jawa, Bugis, Banjar bahkan warga
Tionghoa, sehingga terjadi percampuran budaya. Oleh karena saat ini komunitas
Suku Duanuo lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat setempat atau
mereka menjadi suku minoritas di tengah masyarakat Melayu lainnya, sehingga
6Observasi tanggal 20-12-2018.
5
perlahan-lahan kebudayaan mereka mulai tidak terpakai lagi dan mengikuti
kebudayaan atau kebiasaan masyarakat lainnya. Namun hal yang menarik adalah
ketika mereka yang saat ini sebagai minoritas namun masih bisa bertahan hidup di
Kampung Nelayan Tanjung Jabung Barat.7
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti suku duanu di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dilihat dari sistem teknologi mereka dalam mata
pencaharian mereka sebagai nelayan, untuk mengetahui sistem teknologi atau alat
yang digunakan mereka dalam mencari rezeki sehingga dapat bertahan hidup
hingga sekarang walaupun alat yang digunakan masih sangat sederhana dan
tradisional seperti Papan Tongkah. Kegunaannya adalah menangkap Udang Nene’
dan Kerang. Inilah alat yang digunakan masyarakat setempat dalam membantu
mereka mencari Udang Nene’ dan Kerang di laut sebagai nelayan. Alat yang
digunakan tersebut sangat unik dan masih dipertahankan hingga saat ini. Selain itu
penulis ingin mengangkat kearifan budaya lokal Suku Duano dalam sistem
teknologi yang digunakan mereka sebagai nelayan agar dikenal bayak masyarakat
luas, sehingga masyarakat Suku Duano tetap diakui sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia. Untuk diketahui bahwa masyarakat suku Duano ini lebih suka
dikatakan Suku Duano dari pada Suku Laut. Suku Duano ini mendiami di pesisir
pantai, selat, muara sungai, dan kuala di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kehidupan mereka inilah membuat mereka disebut suku laut. Membangun rumah
dipinggirlaut dan bermata pencaharian dan bergantung pada laut. Dari latar
7 Desma, Y. (2016). “ Sejarah Perkembangan Suku Duano di Tnjung Gundap Kelurahan
Tembesi Kecematan Sagulung Batam Tahun 1982-2012”. Historia, 1(2):139,151
6
belakang di atas penulis tertarik untuk menelitinya dan mengangkat kedalam
sebuah skripsi dengan judul
“Sejarah dan Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi fokus dari masalah
penelitian ini adalah mendeskripsikan sejarah dan sistem mata pencaharian
masyarakat suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal. Dari masalah inti
satuan variabel yang akan digali lebih mendalam dan sekaligus sebagai ruang
lingkup penelitian ini yang berkaitan dengan:
1. Dari mana asal-usul Suku Duano di kampung Nelayan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
2. Bagaimana Sistem Mata Pecaharian Suku Duano di kampung Nelayan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
3. Upaya apa yang dilakukan masyarakat Suku Duano dalam mempertahankan
hidup di Kampung Nelayan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Sejarah Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Untuk mengetahui sestem mata pencarian Suku Duano di Kampung Nelayan
Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
7
3. Ingin mengetahui upaya yang dilakukan masyarakat Suksu Duano dalam
mempertahankan hidup di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi kalangan akademisi, hususnya bagi mahasiswa dapat memperkaya
memperkaya pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih
lanjut baik yang berkenaan dengan kehidupan nelayan secara umum atau pun
masyarakat nelayan suku duanu hususnya.
2. Bagi masyarakat umum dapat menambah wawasan mengenai sturuktur sosial-
ekonomi nelayan Khusunya Nelayan Suku Duano.
3. Bagi pemerintah, khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan Kampung
Nelayan dapat menjadi suatu pertimbangan dalam meyusun program ekonomi
Nelayan yang berbasis kearifan lokal.
E. Batasan masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup kajian dalam penelitian ini, maka
penulis cukup membatasi permasalahan hanya terbatas pada sejarah kedatangan
suku duano, cara dan alat yang digunakan suku duano dalam sistem mata
pencahariannya.
F. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang ditulis oleh Juliana, Sistem Pengetahuan Suku Duano di
Kelurahan Tanjung Solok Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian
8
Etnografi”. Penelitian tersebut membahas tentang sistem pengetahuan suku duano
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang fauna dan
pengetahuan alam di sekitar mereka.8
Jurnal penelitian yang di tulis oleh Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana
Tanjung.Jurnal penelitian ini diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial penelitian pada tahun 2018 oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah
dan Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Dengan judul “ Perubahan
Pola Pemukiman Orang Laut Suku Duano”. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa
pemukiman Suku Duano yang ada di Tanjung Solok Kuala Jambi Tanjung
Jabung Timurini yang awalnya hanya tinggal di atas perahu-perahu kemudian
mengalami perubahan dan mulai tinggal dan menetap di daratan/pesisir.9
Skripsi penelitian yang di tulis oleh Nur Aini Jurusan Sejarah Kebudayaan
Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin Jambi 2015. Dengan judul “ Sistem Mata Pencarian Suku Duano di
Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur. Penelitian tersebut menjelaskan cara
masyarakat suku Duano Mempertahankan hidup dengan cara mempertahankan
sistem mata pencaharian yang ada yaitu menongkah dan cara pola pikir mereka
masih bersifat tradisional.10
8 Juliana, Sistem Pengetahuan Suku Duanu di Kelurahan Tanjung Solok Kuala Jambi
Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian Etnografi, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi, 2015). 9Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana Tanjung, Perubahan Pola Pemukiman Orang
Laut Suku Duano, (Universitas Negeri Medan : Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 2018). Hlm.
223-234. 10
Nur Aini,Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur. (
Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2015)
9
Setelah mengkaji beberapa tulisan diatas, maka penulis berkesimpulan
bahwa ada beberapa hal yang dapat membedakan penelitian ini dengan penelitian
diatas. Pada penelitian dengan tema Suku Duano memang banyak yang mengkaji
akan tetapi permasalahan yang di angkat berbeda-beda dan juga wilayah
penelitian ini juga berbeda. Penelitan ini yang menfokuskan pada Sejarah Dan
Sistem Mata Pencaharian Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungka
Tanjung Jabung Barat.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab, antara bab nya ada yang
terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri,
tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab yang berikutnya. Untuk
memberikan gambaran secara mudahagar lebih terarah dan jelas mengenai
pembahasan skripsi ini penyusunan menggunakan sistematika penulisan membagi
pembahasan sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, tinjauan
pustakadan diakhiri dengan sistematika penulisan dan jadwal penelitian.
Bab II, merupakan bab yang membahas tentang kerangka teori penelitian.
Bab III, merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian mulai
dari pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik
analisa data.
Bab IV, merupakan bab pembahasan digunakan untuk memaparkan
pembahasan dan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah
10
dimulai dari menjawab pertanyaan pertama, dilanjutkan ke pertanyaan kedua dan
ketiga yaitu tentang sejarah suku duano, sistem mata pencaharian suku duano.
Bab V,pada bab ini berisikan kesimpulan, rekomendasi, saran-saran dan
diakhiri dengan kata penutup.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan
dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan
riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi, dan analisa data
dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis akan berkonsultasi kepada dosen
pembimbing sebelum diajukan sidang munaqasah nantinya. Hasil sidang
munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan skripsi.
11
Tabel 1.I Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
2018/2019
No
vem
ber
Desem
ber
Janu
ari
Feb
ruari
Maret
Ap
ril
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
x
2 Pengajuan
dosen
pembimbing
X
3 Bimbingan,
perbaikan
proposal dan
izin seminar
x
x
x
x
x
x
x
4 Seminar
proposal
x
5 Revisi hasil
seminar dan
Surat izin
riset
x
x
x
6 Pengumpulan
data
x x x x
7 Pengolahan
data
x x x x x
8 Penulisan
skripsi
x x x x x
9 Bimbingan
dan
perbaikan
x
x
x
x
10 Agenda dan
ujian skripsi
11 Perbaikan
dan
penjilidan
12
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori
1. Pengertian sejarah
Sejarah yang merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau yang mempunyai bukti dan fakta-fakta sejarah.Sejarah juga
terbagi menjadi dua bagian yaitu sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai
peristiwa. Sejarah sebagai kisah ialah sejarah dalam pengertian subjektif
karena peristiwa masa lalu itu telah menjadi pengetahuan manusia.
Sedangkan sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah secara objektif
sebab peristiwa masa lampau itu sebagai kenyataan yang masih diluar
pengetahuan manusia. Sebab lapangan sejarah meliputi segala pengalaman
manusia yang mengungkap fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana dan
bagaimana peristiwa itu terjadi.11
Salah satu sumber yang dilakukan dalam penelitian sejarah adalah
sumber lisan. Terdapat dua kategori sumber lisan, yakni sejarah lisan (Oral
History) dan tradisi lisan (Oral tradition). Sejarah lisan atau disebut juga
dengan ingatan lisan merupakan ingatan tangan pertama yang dituturkan
secara lisan. Seorang veteran perang kemerdekaan Indonesia atau seorang
diplomat pada masa perang kemerdekaan Indonesia yang aktif berunding
dengan Belanda merupakan sumber sejarah lisan. Tradisi lisan merupakan
11
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
Hlm.1
13
narasi dan deskripsi tentang peristiwa pada masa lampau yang disampaikan
dari mulut kemulut.12
2. Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “budhayah”
ialah bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal. Disamping itu ada juga ahli yang berpendapat bahwa kata
kebudayaan berasal dari budi dan daya. Budi berarti akal-pikiran dan daya
berarti tenaga, kekuatan dan kesanggupan. Maka kebudayaan mengandung
makna leburan dari pada dua makna tadi, dan artinya himpunan segala
usaha dan daya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi,
untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.13
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia untuk
memenuhi kehidupannya. Dengan kata lain kebudayaan adalah
keseluruhan aktivitas manusia yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, dan adat istiadat sebagai anggota masyarakat.
Dengan memahami arti kebudayaan tersebut menunjukkan bahwa
segala aspek yang dibuat oleh manusia adalah kebudayaan, kecuali
agama.14
Menurut Endang Saifuddin Anshari, kebudayaan (kultur) adalah
hasil karya cipta pengolahan, dan pengarahan terhadap alam oleh manusia
12
Muhammad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, (Bandung: Yrama Widya, 2011), Hlm. 36 13
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), hal. 12.
14
Thoifuri, dan Suci Rahayu, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ganeca Exact, 2013),
hal. 60
14
dengan kekuatan jiwa, pikiran, kemauan, institusi, imajinasi dan Fakultas-
fakultas kerohanian lainnya dan raganya yang menyatakan diri dalam
berbagai kehidupan hidup rohaniah dan penghidupan hidup jasmaniah
manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan tuntutan dan dorongan
dari antra diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju arah terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual dan material manusia, baik
individu maupun masyarakat.15
Sedangkan menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan
belajar.16
Secara umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya
manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan
merupakan wadah tempat hakikat manusia mengembangkan diri. Antara
hakikat manusia dan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan lahir dari akal budi,
jiwa atau hati nurani manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu
mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini, dirasa, dan diharapkan
memberikan kebaikan dalam hidup.17
Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terkandung didalamya
antara lain sebagai berikut:
a. Sistem Pengetahuan
b. Organisasi Sosial
15
Endang Saifuddin Anshori, Agama dan Kebudayaan, (Surabaya: Bina Ilmu,1981) hal. 8 16
Koenjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta ) hal. 180 17
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Erlangga, 2011), hal.185
15
c. Sistem teknologi dan peralatan
d. Sistem mata pencaharian
e. Sistem Religi
f. Kesenian
g. Bahasa.18
Dari satu kesatuan unsur budaya inilah akan menghasilkan subuah
kajian etnografi yang menggambarkan dan mendeskripsikan aktivitas
kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan suku-suku bangsa. Menurut
Koenjaraningrat ada tiga wujud kebudayaan, yaitu sebagai berikut:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,
norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.19
3. Sistem Mata Pencaharian
Arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus
Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta, sistem
mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:20
a. Sistem
Pengertian sistem ada tiga yaitu:
18
Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta; Renika Cipta, 2009) hal 165
19
Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta ) hal. 150
20
Dessy Wahyuni, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano Menuju
Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)
16
1. Sekelompok bagian alat yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan sesuatu urat saraf dalam tubuh-pemerintahan.
2. Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan, Yang
disusun dan diatur baik-baik-filsafat.
3. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu pengajaran
bahasa.
b. Mata Pencaharian
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu
atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk
biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu nelayan
(Perikanan).
Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang
dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna
usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan
baginya. Ada Berbagai macam sistem mata pencaharian tersebut
yaitu:21
c. Berburu dan meramu
d. Beternak
e. Bercocok tanam di ladang
f. Menangkap ikan/nelayan
g. Bercocok tanam menetap dengan irigasi.
21
Dessy Wahyuni, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano Menuju
Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk deskriptif kualitatif.
Metode penelitian desktiptif adalah suatu metode yang di gunakan untuk
menemukan pengetahuan tehadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu.
Deskriptif berasal dari bahas latin yang berarti urayan. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai subjek peneliti dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode
tertentu. Peneliti kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian di lakukan.22
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari peneliti kepada
sumbernya tanpa adanya perantara. sumber yang di maksud, dapat berupa
dokumentasi dan lain sebagainya. Data primer yaitu data yang langsung di
kumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Data primer di peroleh
melalui hasil wawan cara kepada informan dan responden dari Masyarakat
Suku Duano yang mana target responden adalah sesepuh Suku Duano dan
masyarakat Suku Duano,
22
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,( Jakarta : Refrensi,2013). hal.
10-11
18
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti data dapat berupa majalah, koran, skripsi,
jurnal, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.
Pada prinsipnya sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga
bagian yaitu, sumber data berupa manusia, dokumen dan peristiwa yang
berhubungan dengan pembahasan penelitian.23
a. Sumber data berupa manusia, yaitu tokoh masyarakat suku duanu,
perangkat desa, serta masyarakat.
b. Sumber data berupa dokumen, yaitu buku dan dokumnetasi yang
berhubungan dengan permasaahan penelitian.
C. Tehnik Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam peneltian,
seorang informan merupakan “orang nomor satu” setelah peneliti. Karena tanpa
informan, penulis mungkin akan buta dan kebingunan untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Untuk menentukan informan,
peneliti menentukan informan yang benar-benar paham terhadap budaya yang
dibutuhkan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, artinya sejalan
dengan tujuan penelitian dan dalam pemilihan infroman berdasarkan seleksi
penulis dengan unsur kesengajaan.24
Dengan teknik purposive sampling ini, maka
23
Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yokyakarta: Ombak, 2015), hal.
55. 24
Suardi endaswara, Metode Penelitian Kebudayaan, (Yokyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006 ), hal. 206.
19
jumlah informan sudah jelas jumlahnya. Karakterisktik informan juga di tentukan
oleh peneliti, samapai data yang di peroleh mendapatkan kesatuan yang utuh.
Penyeleksian ini penulis lakukan karena informan yang akan di pilih sebagai
informan merupakan orang yang mengetahui tentang informasi yang penulis
butuhkan dalam penelitian ini.
D. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.25
Pada
penelitian ini penulis menggunakan metode peneltian kualitatif (penelitian
lapangan). Metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Hasil
observasi tersebut selanjutnya dicatat dalam lembar catatatan peneltian. Teknik ini
dipergunakan untuk memperoleh data tentang bagaima kegiatan sehari-sehari
Suku Duanu yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung
Barat mulai dari kehidupan beragama, mata pencaharian, sosial masyarakat,
hingga sosial budayanya.26
b. Wawancara
Teknik melalui wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara
langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang
25
Sugiono, Metode Kuantitatif Kualitatif , (Bandung: Alfabeta,2013) hal. 224 26
Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd. Metode Praktis penelitian Deskriptif Kualitatif, (GP Press
group, 2013) hal. 118
20
di pandang dapat meberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang di
ajukan. Dalam hal ini peneliti dibantu dengan alat perekaman atau Hp, dengan
wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang diguanakan hanya brupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.27
c. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau
instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan,
agar dapat menyeleksi dokumen mana yang di pandang dibutuhkan secara
langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa video,
foto, gambar dan sebagainya. Pengamatan peneliti dibantu dengan dokumentasian
melalui foto meliputi data yang sudah terdokumen. Namun peneliti tentunya
berhati-hati dalam pengambilan gambar. Peneliti melakukan konfirmasi dahulu
kepada informan dalam pengambilan gambar, untuk menentukan mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh diambil.
E. Teknik analisis data
Analisa data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data tersebut. Semua data yang
berhasil diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi dimasukkan
dalam analisa data. Analisa data berguna untuk mereduksi data menjadi
perwujudan yang dapat dipahami melalui pendeskripsian secara logis dan
27
Sugiono, Metode Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, 2013, hal. 233-234
21
sistematis, sehingga fokus studi dapat di telaah, di uji dan di jawab secara cermat
dan teliti. Setelah penelitian ini, maka data yang diperoleh terlebih dahulu
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisa melalui segi
kualitatif. Analisa data penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil
wawancara, pengamatan, dan dokumen yang telah terkumpul. Data tersebut
sangat banyak jumlahnya, yang kurang relevan patut direduksi. Analisis bersifat
terbuka, open ended dan induktif.28
a. Analisis Domain (Domain Analysis)
Dalam proses penelitian kualitatif, peneliti melakukan tiga langkah
persiapan, yaitu memilih situasi sosial, melakukan observasi partisipan dan
membuat catatan etnografis. Setelah ketiga langkah awal ini di lakukan,
maka peneliti harus melakukan observasi deskriptif dan selanjutny
melakukan analisa data. Apabila peneliti telah mengumpulkan dan memiliki
catatan mengenai observasi deskriptif yang di lakukannya, dengan
pertanyaan-peratanyaan yang berupa grand-tour dan mini tour, maka
peneliti siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dan
kemudian memngumpulkan data yang lebih baik. Secara umum domain
budaya ini dikelompokkan dalam 9 dimensi yaitu ruang, objek, tindakan,
kejadian, waktu, pelaku, tujuan dan perasaan.
28
Suardi Endaswara, Metode Penelitian Kebudayaan, (Yokyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006 ), hal. 215.
22
b. Analisis Taksonomis (Taxonomic Analysis)
Seorang peneliti memulai suatu penelitian secara mendalam dengan
memilih beberapa atau satu dominan budaya untuk diteliti secara cermat.
Tujuan utamanya adalah untuk menemukan sejumlah domain yang
menungkinkan. Melalui hal ini peneliti belajar untuk mengeksplisitkan
perbedaan prilaku manusia dalam kehiduan sehari-hari. Dalam tahapan ini
seorang peneliti ingin mendapatkan penelitian secara medalam mengenai
domain budaya yang dihadapinya dengan cara mengorganisisr doamin
tersebut. Dengan demikian peneliti sebenarnya merupakan bagian dari
doamain yang lebih besar. Sebagaimana domain budaya, taksonomi
merupakan seperangkat kategori yang disusun berdasarkan hubungan
semantis yang tunggal. Perbedaan utama di anatara keduanya adalah bahwa
taksonomi menunjukkan hubungan yang lebih banyak diantara hal-hal yang
ada didalam domain budaya.
c. Analisi Komponensial (Componential Analysis)
Tujuan seorang peneliti yang melakukan peneltian kualitatif adalah
untuk menemukan pola budaya yang diguanakan masyarakat untuk
mengorganisasikan prilaku mereka, untuk membuat dan menggunakan
objek, untuk menyususn ruang dan untuk mengekspresikan pengalaman
mereka. Seorang peneliti memulai penelitiannya dengan memilih suatu
situasi sosial dan melakukan observasi secara tidak langsung. Budaya
merupakan seperangkat simbol yang memiliki makna kompleks yang ingin
diteliti oleh seorang. Sistem makna ini dapat dinyatakan secara tacit
23
(tersembunyi) atau secara eksplisit, tergantung pada pengamata yang
dilakukan oleh penelti. Oleh karna itu, seorang penelti menemukan makna
dalam suatu budaya.
d. Menemukan Tema Budaya (Cultural Theme Analysis)
Seorang peneliti harus selalu ingat bahwa peneltian dilakukan pada
dua tingkatan pada waktu yang sama. Salah satunya menguji detail-detail
kecil dari sebuah budaya dan pada saat yang sama juga mencari gambaran
yang luas mengenai budaya tersebut. Deskripsi budaya ini meliputi analisis
secara mendalam mengenai domain yang terpilih dan juga meliputi
peninjauan terhadap budaya dan pernyataan yang disampaikan secara
keseluruhan. Beberapa peneliti menyampaikan hal ini dengan isitilah
pendekatan inventaris dan mereka mengindetifikasikan semua doamin yang
berbeda ini dalam sebuah budaya yang terdiri dari kategori seperti
“kekeluargaan”, “budaya material”, dan “hubungan sosial”. Hal ini perlu
untuk menemukan tema budaya yang telah dipelajari oleh anggota
masyarakat dan menggunakannya untuk menghubungkan domain-domain
yang ada. Tahap analisis untuk menemukan tema budaya ini merupakan
suatu langkah yang digunakan untuk memberikan suatu padanagan yang
menyeluruh tentag suatu budaya.29
29
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, (Jakarta : Gaung Persada Press,
2007), hal. 165-166
24
e. Triangulasi data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Dilaur data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. uji keabsahan
melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk
menguji keabsahan informasi tidak dapt dilakukan dengn alat-alat uji
statistik. denzin telah mengemukakan empat model triangulasi yaitu dengan
penggunaan sumber, metode, peneltidan teoriyang ganda/berbeda. Dalam
hal ini peneliti memilih triangulasi sumber. Penelitian dengan sumber ini
dapat dilakukan dengan cara :
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneltian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandigkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biaya, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan pemerintah.
5. Menbandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.30
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut diatas, maka dimaksud untuk
mengecek kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tentang
30
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, (Jakarta : Gaung Persada Press,
2010), hal 116-129
25
kebudayaan suku Duanu di KampungNelayan Kuala Tungkal Tanjung
Jabung Barat.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran umum objek penelitian
1. Luas Daerah
Luas wilayah hukum dan administrasi Kelurahan Kampung Nelayan
yaitu dengan Luas + 1,33 Km2, yang memiliki 16 Rukun Tetangga (RT)
dengan batas-batas serta jarak tempuh wilayah sebagai berikut.31
a. Sebelah Utara berbatas dengan : Sungai Pengabuan/ Kuala Baru
b. Sebelah Selatan berbatas dengan : Kelurahan Tungkal II
c. Sebelah Timur berbatas dengan : Desa Tungkal I
d. Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Tungkal II
e. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 2,0 Km
f. Jarak ke ibu kota Kabupaten : 3,0 Km
g. Jarak ke ibu kota Provinsi : 135 Km
2. Iklim
Keadaan iklim diwilayah Kelurahan Kampung Nelayan tidak jauh
berbeda dengan dengan keadaan iklim didaerah sekitarnya, termasuk
kategori trofis basah karena temperatur udaranya cukup panas dan
kelembaban tinggi.Rata-rata curah hujan harian diwilayah Kelurahan
Kampung Nelayan berkisar 56 – 210 mm, curah hujan tertinggi terjadi
pada Bulan Februari yaitu 256,28 mm/bulan dan terendah terjadi pada
Bulan Juni yaitu 118,12 mm/bulan.
31
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 6.
27
3. Jumlah Penduduk
a. Kelompok Usia
Tabel 4.1
Kelompok Usia
No UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 00 – 06 Tahun 512 Orang 431 Orang 943 Orang
2 07 – 17 Tahun 1.157 Orang 849 Orang 2.006 Orang
3 18 – 45 Tahun 1.819 Orang 2.442 Orang 4.261 Orang
4 46 – 60 Tahun 743 Orang 550 Orang 1.293 Orang
5 Di atas 60 Tahun 291 Orang 358 Orang 649 Orang
Jumlah 4.522 Orang 4.630 Orang 9.152 Orang
Dapat kita lihat dari tabel di atas angka pertumbuhan yang sangat bayak
adalah orang dewasa, remaja, lansia dan di lanjutkan anak-anak.32
b. Kelompok Pendidikan33
Tabel 4.2
Kelompok Pendidikan
No UMUR LAKI-LAKI
PEREMPUA
N JUMLAH
1 Belum Sekolah 220 Orang 205 Orang 425 Orang
2 Tidak Tamat Sekolah 827 Orang 723 Orang 1.550 Orang
32
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 7. 33
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 7.
28
3 Play Group/TK /PAUD 55 Orang 38 Orang 93 Orang
4 Tamat SD/ Sederajat 549 Orang 475 Orang 1.024 Orang
5 Tamat SMP/ Sederajat 188 Orang 197 Orang 385 Orang
6 Tamat SMA/ Sederajat 217 Orang 180 Orang 397 Orang
7 Tamat Diploma 3 Orang 2 Orang 5 Orang
8 Tamat Sarjana 11 Orang 10 Orang 21 Orang
Jumlah 2.070 Orang 1.830 Orang 3.900 Orang
c. Kelompok Tenaga Kerja34
Tabel 4.3
Kelompok Tenaga Kerja
1 18-60 Tahun yang bekerja 2.023 Orang 1.112 Orang 3.135 Orang
2 18-60 Tahun yang tidak
bekerja
539 Orang 1.880 Orang 2.419 Orang
3 0-6 Tahun sekolah dasar 512 Orang 431 Orang 943 Orang
4 7-18 Tahun yang masih
sekolah
571 Orang 858 Orang 1.429 Orang
d. Kelompok Mata Pencaharian35
Tabel 4.4
Kelompok Mata Pencaharian
No MATA PENCAHARIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Petani 209 Orang 34 Orang 243 Orang
2 Buruh 88 Orang 17 Orang 105 Orang
34
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 8. 35
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 8.
29
3 PNS 23 Orang 20 Orang 43 Orang
4 TNI 0 Orang 0 Orang 0 Orang
5 Polri 1 Orang 0 Orang 1 Orang
6 Bidan Swasta 2 Orang 10 Orang 12 Orang
7 Wiraswasta 212 Orang 34 Orang 246 Orang
8 Pedagang 24 Orang 5 Orang 29 Orang
9 Peternak 1 Orang 0 Orang 1 Orang
10 Nelayan 2800 Orang 97 Orang 2.897 Orang
11 Pegawai Swasta 600 Orang 137 Orang 737 Orang
12 Pembantu Rumah Tangga 1 Orang 390 Orang 391 Orang
13 Industri Rumah Tangga 37 Orang 26 Orang 63 Orang
14 Lain-Lain 3 Orang 1 Orang 4 Orang
Jumlah 4.001 Orang 771 Orang 4.772 Orang
4. Sumber daya alam
Kekayaan alam yang ada diwilayah Kelurahan Kampung
Nelayan,36
sebagian besar yaitu :
Tabel 4.5
Sumber Daya Alam
No SUMBER DAYA ALAM JENIS KETERANGAN
Ada Tidak
1
PERIKANAN
1. Penangkapan Ikan
2. Penangkapan Udang
3. Penangkapan Kerang
Ada
Ada
Ada
36
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 9.
30
4. Penangkapan Udang Ketak Ada
2 PERTANIAN
3 PERKEBUNAN
4
PETERNAKAN
5 PERTAMBANGAN -
6 PARIWISATA -
7
INDUSTRI KECIL/
KERAJINAN
1. Kerupuk
2. Belacan
3. Keletek
8
INDUSTRI RUMAH
TANGGA
- Kerupuk RT.07
- Penjemur Ikan Bilis RT.04
Ada
Ada
5. Poleksosbud Hankam
a. Ideologi
Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan Kecamatan Tungkal Ilir
menganut Ideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.37
b. Politik
Di Kelurahan Kampung Nelayan sampai saat ini keadaan politik
berjalan aman dan kondusif seperti dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif dan
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dimana pada pemilu tersebut berjalan
37
Profil kelurahan Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal 20 Februari 2019.Hlm, 11.
31
aman, lancar dan damai sehingga tidak terjadi perpecahan dalam masyarakat
itu sendiri.
c. Ekonomi
Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan terdiri dari berbagai macam
suku sehingga akan mempengaruhi ke tingkat perekonomian dan mata
pencarian masing-masing atau individunya itu sendiri, mata pencarian
masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan terdiri dari Nelayan, Buruh Harian,
Buruh Harian Lepas, PNS, Pedagang, Tukang ojek, Tukang Becak, Gerobak,
Pensiunan dll. Adapun bantuan perekonomian yang sudah dibantu dan diterima
oleh masyarakat yaitu baik dari Provinsi dan Kabupaten pada tahun 2014 ini
masyarakat sangat terbantu dalam rangka meningkatkan usahanyaseperti :
Pinjaman Modal dari Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui
Dinas Koperasi dan UMKM dan dari Provinsi Jambi melalui Kube (Kelompok
Usaha Bersama).38
d. Sosial Budaya
6. Pendidikan
Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Kampung Nelayan :
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
38
Profil kelurahan Kampung NelayanKuala Tungkal, Tanggal 20 Februari 2019, Hlm. 13.
32
Tabel 4.6
Pendidikan Anak Usia Dini
No Nama Sekolah Lokasi Keterangan
1 Miftahul Khair JL. Musyawarah RT.07
2 Sakinah JL. Manunggal II RT. 11
3 Anggrek II JL. Sentral RT. 17
4 Daaruttaufiq Jl. Bahari RT. 16
2) SD/ MI /Sederajat
Tabel 4.7
SD/ MI /Sederajat
No Nama Sekolah Lokasi Keterangan
1 SD N 14 / V Kuala Tungkal JL. SD 14
2 SD N 24 / V Kuala Tungkal JL. SENANGIN
3 SD N 190/V Kuala Tungkal JL. NURUL BAYAN
4 MI Nurul Bayan JL. NURUL BAYAN
5 MI Mambaul Ulum LRG. KANDAU
6 MI Tarbiyatul Islamiyah JL. SENTRAL
33
3) Sarana Ibadah
Tabel 4.8
Sarana Ibadah
No Nama Tempat Ibadah Lokasi Ket
1 IFTIFAQUL MUSLIMIN JL. TENGGIRI RT. 01
2 SYAHADATUL
MUKKARAMMAH
JL. BAWAL RT. 05
3 SYA’ADATUL ABADIAH JL. BAHARI UJUNG RT.13
4 BAITUL ATIQ LRG. KANDAU RT.07
5 NURHASANAH JL. DELIMA RT.17
7. Hankam
a. Hukum
Masyarakat Kelurahan Kampung Nelayan yang terdiri dari suku dan
etnis selalu hidup rukun dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan selalu mentaati terhadap hukum yang berlaku di Republik
Indonesia serta tidak mengabaikan tatanan adat setempat walaupun terdiri
dari berbagai suku/etnis hal tersebut tidak menimbulkan
perbedaan/pertentangan dalam kehidupan sehari-hari didalam pergaulan
dilingkungan masyarakat itu sendiri dan tidak menghambat penerapan
34
hukum serta telah menyadari adanya KADARKUN (Keluarga Sadar
Hukum), Dengan adanya kesadaran masyarakat akan hukum maka di
Kelurahan Kampung Nelayan telah bekerja sama dan berkoordinasi
dengan BKTM, Babinsa, Ketua RT serta masyarakat di lingkungan nya
masing-masing, adapun sarana pendukung keamanan tersebut seperti :
1) BKTM Pol Air = 1 Orang
2) BKTM Kepolisian = 1 Orang
3) Babinsa = 1 Orang
4) RT = 16 Orang
8. Keadaan penduduk
Kelurahan Kampung Nelayan yang heterogen penduduknya terdiri
berbagai suku bangsa seperti Suku Duano/Suku Laut, Banjar, Bugis, Melayu,
Jawa, Batak, Minang, Palembang dan lan-lain, walaupun terdiri dari berbagai
macam suku bangsa namun tetap hidup berdampingan dan tidak adanya
konflik yang berkepentingan antar suku dan ras.
9. Pembangunan
Pembangunan yang telah dilaksanakan selama tahun 2014 khususnya
Pembangunan Kantor Kelurahan Kampung Nelayan melalui Program Gemma
Desa yang beralamat di Jalan Manunggal II RT. 11 sertatelah
dilaksanakannya bedah rumah yaitu melalui Program Samisake sebanyak
Rumah dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2014.39
39
Profil desa Kampung Nelayan Kuala Tungkal,tanggal 20 Februari 2019.Hlm, 15.
35
10. Lingkungan hidup
`Untuk mendukung program lingkungan hidup yang sehat, peran
Pemerintah sebagai motivator sangat diperlukan. Disamping itu peran
masyarakat yang hidup dan berdomisili rata-rata di perairan juga sangat
diharapkan. Hal ini ditandai dengan perencanaan gerakan lingkungn bersih
terutama berrsih laut hal ini dapat dilihat dari kegiatan telah dilaksanakan
oleh Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
dalam menyambut Hari Nusantara dengan melaksanakan gotong royong
bersama nelayan membersihkan pesisir pantai laut dan Kegiatan yang
dilaksanakan Pemprov Jambi bekerjasama dengan Pemkab Tanjab Barat
yakni kegiatan gerakan Bersih Laut dan adanya penyuluhan kebersihan
lingkungan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Kelurahan dan
instansi terkait.
B. Hasil dan pembahasan
1. Sejarah Suku Duano di Kampung Nelayan Kuala Tungkal
Menurut keterangan dari Bapak Raja sesepuh Suku Duano di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat asal mula Suku Duano ini dari
Kepulawan Riau yang pada saat itu melakukan peyebaran lewat perairan
dengan menggunakan perahu-perahu mereka karna suku ini tergolong suku
yang tidak menetap tempat tinggalnya yang selalu berpindah-pindah hingga
sampailah ke Kampung Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, ke datangan Suku Duano ini sekitar tahun 1930 han menurut
penyampaian Bapak Raja, kemungkinan besar Suku Duano datang pada tahun
36
tersebut karena pada tahun 1615 Belanda masuk ke Kota Jambi. Dan Jambi
malukan perlawanan terhadap Belanda Pada Tahun 1858 pada masa Sulthan
Tahaha Saifuddin, karena pada saat itu mereka ikut melakukan perlawanan
terhadap penjajahan Belanda dalam hal ini Suku Duano juga ikut terlibat dalam
melawan penjajahan sebagai mana suku-suku lainya, namun Suku Duano yang
dikenal hanya mendiami perairan hidupnya dihabiskan di dalam perahu
membuat Suku Duano termaksud suku tergolong penakut dimasa Penjajahan,
karena pada masa penjajahan Suku Duano haya bisa bersembuyi di suak-suak
kecil untuk menghindari serangan penjajah pada masa itu dengan
menggunakan perahu-perahu mereka.
“Kami pada saat Penjajahan sudah ada di Kampung Nelayan ni namun
kami tidak seperti sekarang ni bertempat tinggal dipesisir pantai kami masih
berdiam di dalam perahu pada masa penjajahan menghindari serangan belanda
kami bersembuyilah di suak-suak kecil di pinggir-pinggir pantai”.40
Sebagian pendapat juga mengatakan salah satu Sesepuh Suku Duano
bahwa Suku Duano ini berasal dari Jeddah (arab), sewaktu rasullullah
mengislamkan manusia di sana yang belum Islam, jadi ada sebagian orang di
sana takut di sunat, takut mati dipotong kemudian lari, mereka buat perahu 7
buah perahu dan setelah lengkap peralatannya berangkatlah orang tadi dari
Jed’dah sementara yang lain tidak ikut, kemudian siang malam belayarlah
orang itu, mereka meminta angin yang kuat untuk agar mudah berlayar.
Dengan tujuan yang tidak menentu kemana mau dituju, selama 7 hari 7 malam
40
Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
37
mereka berlayar di lautan lepas hanya dengan mengikut kemana arah angin
yang mengemudikan perahu layar mereka.
Setelah begitu lama belayar dengan tiada tujuan yang pasti mereka
melihat air di laut itu ada yang keruh tidak sama dengan air laut biasa
kemudian mereka mengarahkan perahu kesana dan setelah sampai ketempat
yang berair keruh tersebut mereka menancapkan pendayung ke bawah, ternyata
sampai ke pasir,.41
Karena sudah terlalu kelelahan dan akhirnya tertidur di
perahu masing-masing, kemudian setelah bangun perahu-perahu mereka tidak
bergoyang-goyang lagi seperti semula dan mereka melihat ke sekeliling
ternyata mereka berada di atas amparan pasir yang luas di namakan Pulau
Perca dan perahu-perahu sudah kandas tidak berada di atas air lagi.
Namun cerita ini hanyalah di artikan masyarakat sebagai Mitos belaka
karena cerita pelayaran yang mereka lakukan selama 7 hari 7 malam dari
Jeddah (Arab) tidak mungkin dilakukan dengan kurun waktu sesingkat itu,
namun kita juga tidak bisa menghilangkan atau tidak menerima pendapat orang
lain yang mungkin cerita itu memang tidak dapat kita terima namun kita bisa
menjadikan sebuah cerita mitos belaka di masa itu dan menjadikan bahan
perbandingan untuk hasil penelitian kita.
Pulau Perca yang dimaksud itu adalah Kampung Laut, karena pemekaran
daerah maka sekarang Kampung Laut di bagi menjadi 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan Tanjung Solok di bawah naungan
Kecamatan Kuala Jambi, masyarakat suku Duano yang ada di daerah tersebut
41
Wawancara dengan Bapak Raja Sesepuh Suku Duanu Kampung Nelayan, Tanggal 19
Februari 2019.
38
tepatnya di Jl. Trio Perkasa RT.07 Kelurahan Tanjung Solok Kabupaten
Tanjung Jabung Timur pada saat sekarang, sementara sebagian dari mereka
yang terus berlayar sekarang kebanyakan menetap di Sungai Belah, Cuncung
luar, Cuncung Dalam, Kuala Enok, Tembilahan dan daerah lain disekitarnya
yang termasuk dalam naungan Provinsi Kepulauan Riau. Di Provinsi Jambi
selain di Tanjung Solok Kabupaten Tanjung Jabung Timur masyarakat Suku
Duano dapat juga kita temukan di Kampung Nelayan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
Di awal kedatangan ke Indonesia Suku Duano dikenal juga sebagai Suku
Kuala, atau Melayu Mantang kadang juga disebut Suku Laut atau Suku
Nelayan. Suku Duano merupakan salah satu suku proto melayu. Di lihat dari
sejarah Suku Duano ini asal mula buyut ayah kami ialah Melayu Mantang
Namun komunitas dan cara hidup yang berbeda. Untuk membedakanya, maka
orang-orang di Kampung Nelayan Kuala Tungkal lebih sering meyebut
komunitas ini dengan Suku Laut. sebenarnya asal mula dari nenek moyang
kami adalah Melayu mantang pada dasarnya juga sama kehidupan kami di
habiskan dilaut. Istilah Duano sendiri, muncul belakangan ini. Istilah ini
merupakan Bahasa Belanda, dari kata Duano yang berarti upeti, pajak, atau
cukai. Di masa Kerajaan Lingga, orang-orang ini sering disuruh Raja Lingga
untuk memungut pajak kepada setiap pemilik kapal yang sedang berlabuh.
Bahasa Duano merupakan bahasa yang unik bagi kalangan masyarakat
luas. Kata-kata Duano sendiri ada yang berbeda dan unik untuk di ucapkan
bagi Masyarakat atau Suku lain. Kata rumah misalnya, diungkapkan orang
39
Duano adalah Bonu. Kalau dalam Bahasa melayu hanya beda pengucapan.
misalkan makan dalam Bahasa Duano Engkan. Kata meja, dalam Bahasa
Duano Meju. Menanyakan apa kabar mu, Aeng Kaba mu.
Suku Duano di Kelurahan Kampung Nelayan Tanjung Jabung Barat ini
menurut hasil wawancara penulis bahwa mereka berasal dari kepulauan Riau,
mereka adalah mayoritas nelayan yang hidup begantung dengan laut. Sebagai
sumber mata pencarian kehidupan mereka, mereka habiskan di tengah laut
untuk menghidupi keluarga mereka, karena dulunya mereka tidak menetap dan
sering berpindah-pindah dari daerah ke daerah yang lain hingga sampai pada
perairan Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat. Seperti yang
Di ungkapkan Bapak Raja berikut ini:
“Ya karna dahulunya pada zaman penjajahan Belanda kami bersembuyi di
suak-suak kecil bagian tepi pantai menghindari serangan Belanda pada masa
itu,oleh karna itulah orang kami Suku Duano suka berdiam di tepi pantai
dahulunya kami berdiam di dalam perahu dan melakukan aktifitas pun di
dalam perahu dengan berkembangan jaman kami pun meyesuaikan diri
mulailah kami membikin pemukiman di tepi-tepi pantai, karena merasa
nyaman diam di tepi pantai kami menetaplah di Kampung Nelayan Kuala
Tungkal”.42
Suku ini mempuyai berapa sebutan seperti pada kepulawan Riau dan
Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi disebut dengan Suku Bajau
dan Suku Laut namun terdapat di Kelurahan Kampung Nelayan Kuala Tungkal
disebut dengan Suku Duano, berdasarkan ovservasi penelitian pada tanggal 20-
Februari-2019 menurut salah satu tokoh masyarakat Suku Duano, yang
menjadi perbedaan antara Suku Bajau dan Suku Duano adalah menurut salah
42
Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
40
satu masyarakat Suku Duano mengatakan sejarah Suku Bajau adalah suku yang
hidup di lautan mulai, semua aktifitas menikah, dan beranak di laut, singkatnya
mereka melakukan rutinitasnya dan kehidupanya di laut, berbeda dengan Suku
Duano mereka memang mencari nafkah di laut namun tidak menetap di laut
seperti Suku Bajau, mereka tetap tinggal di daratan tepatnya di pesisir pantai
dan berbaur dengan masyarakat dan suku-suku lainya yang juga bertempat
tinggal di pesisir pantai sementara orang tua yang mencari nafkah pergi ke laut
dengan membawa perbekalan mulai dari perbekalan makanan, pakaian, sebab
mereka melakukan perjalanan yang cukup lama sampai berminggu-minggu di
tengah laut dan kemudian kembali lagi kepemukiman mereka membawa dan
menjual hasil yang mereka peroleh, namun ada juga sebagian dari mereka yang
tidak melaut tetapi menjadi penadah yaitu sebagai penjual ikan atau kerang
hasil laut yang di jual di pasaran.
“ Saat ini kami tidak lagi melakukan aktifitas sehari-hari seperti memasak,
mencuci dan aktivitas yang lainnya di atas sampan atau perahu dilautan, kalau
dahu nenek moyang kami memang seperti itu, dan dulu nenek moyang kami
juga belum memiliki agama masih meyembah matahari, pohon dan lain-lain,
namun kami sekarang sudah mempuyai agam yaitu Agama Islam dan tidak lagi
bermukim atau bertempat tinggal di laut tetapi kami menetap tempat tinggal di
dekat dengan laut.”43
Jumlah penduduk di Kampung Nelayan 9.152 orang, terdiri dari 4.522
laki-laki dan 4.630 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.763
Sementara itu jumlah penduduk suku laut (Duano) itu sendiri berjumlah 837
jiwa terdiri dari 4.36 laki-laki dan 3.21 perempuan dengan jumlah 1.85 kepala
keluarga toko masyarakat Suku Duano
43
Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019
41
Masyarakat Suku Duano dengan mata pencarian sebagai nelayan atau
Menongkah Kerang dan Udang Nenek yang berada di Rt. 04, dapatlah di tebak
beberapa penghasilan mereka perharinya. Kadang pulang membawa hasil yang
banyak dan terkadang juga membawa hasil yang sedikit, tidak ada ketentuan
tentang pendapatan mereka disana. Mereka beranggapan hal itu dipengaruhi
oleh musim. Hal itu dapat dibuktikan dari kehidupan mereka sehari-hari yang
hanya bergantung pada hasil tangapan udang nenek dan kerang. dan banyak
pula di antara mereka yang menjadi buruh nelayan, yang kerjanya hanya
membersihkan udang dan kerang di gudang. Menurut penuturan dari Bapak
Lurah, banyak dari mereka yang tidak mempuyai tempat tinggal sendiri bahkan
ada yang menumpang di tanah orang lain. Kehidupan Suku Duano yang selalu
berhadapan dengan paparan sinar mata hari, rentan dengan ombak untuk
mencari nafkah untuk keluarga mereka, disaat musim gelombang dan angin
pada bulan Desember hingga Maret, seperti penuturan dari masyrakat Duano :
“itulah terkadang kami bingung saat musim ombak kuat dan angin di
bulan Desember hingga Maret nak berbuat ape, saat-saat itulah kami tidak bisa
mencari ikan atau kerang karnah musim yang tidak bersahabat dengan kami
sedangkan kami mau mengidupi keluarga dan anak-anak kami. Kami hanya
punye perahu dan pompong kecil yang memiliki layar tak memadai, belum lagi
ditambah jika BBM naik. Kalau sudah begitu dengan terpakse kami ke toke
atau bos tempat kami jual Udang Nenek dan kerang nak minjam duit, kalau dak
macam ini nak ngasi ape keluarge dirumah itulah kendala kami kalau lagi hari
yang tidak bersahabat dengan kami pada bulan desember hingga maret.”44
Suku Duano yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal telah
lama bermukim di perkampungan di pesisir pantai, pemukiman mereka yang
44
Wawancara dengan bapak Bahria nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
42
juga tidak jauh beda dengan pemukiman masyarakat lainya, sehingga tetap
mudah menjalankan aktivitas melaut. Di antara kegiatan yang mereka lakukan
selain mencari bekal kehidupan keluarga sehari-hari, ada kebiasaan yang sering
mereka lakukan saat sore hari setelah pulang dari laut, setelah berhari-hari di
laut mereka berkumpul, bercerita, bergurau untuk melepaskan rasa lelah yang
ada selepas pulang dari mencari nafkah kebahagian ini hanya bisa merika
lakukan saat-saat ada waktu ketika berkumpul bersama keluarga saja. Anak
bagi mereka jika telah mampu dan sampai umurnya mereka ikut kelaut,
sehingga anak tak segan-segan ikut melaut bersama ayahnya, untuk membantu
orang tua mengais rezeki, bahkan tak menutupi kemungkinan bagi mereka
yang sudah tau mencari uang dan tidak mau lagi bersekolah, dan ada juga yang
rela bolos sekolah untuk agar mereka bisa membantu perekonomian keluarga.
2. Sistem mata pencaharian Suku Duana di Kampung Nelayan
KualaTungkalTanjung Jabung Barat
a. Tongkah
Menurut kamus besar bahasa indonesia Tongkah adalah salah satu alat
bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk mencari kerang dan
udang nene di padang lumpur. Kegiatan ini adalah dengan menggunakan
sebuah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan tempat
mengumpulkan kerang yang telah di dapatkan. Sementara sebelah kakinya
lagi adalah pengayuh tongkah. Sebuah tongkah biasanya terbuat dari
sebuah kayu besar dalam keadaan utuh, panjang tongkah rata-rata 2 M s/d
2,5 M dengan lebar 50 Cm dan ketebalan 3 Cm s/d 5 Cm. Tongkah
43
umumnya terbuat dari jenis kayu pulai jelutung dan lain-lain, kedua ujung
tongkah berbentuk lonjong dan melentik ke atas, hal ini dimaksudkan agar
pergerakan lancar dan kalau kurang melentik sering kali tongkah
menghujam menancap ke dalam lumpur, bentuk tongkah secara umum
seperti papan selancar.
Tongkah ini adalah salah satu alat pencarian nafkah bagi Suku Duano
untuk mencari kerang dan udang nene memakai tongkah memang agak
sulit dan membutuhkan tenaga yang luar biasa karena kita melakukanya di
atas lumpur dengan berpangku kekuatan haya satu kaki saja, tongkah ini
sangat populir di gunakan oleh masyarakat Suku Duano, namun seiring
perkembangan teknologi suku ini mulai mengubah perupisi mereka, tak
banyak lagi masyarakat Suku Duano yang menggunakan tongkah dalam
mencari nafkah, banyak sudah di antara mereka merubah sistem mata
pencarian mereka dengan menggunakan jaring, belat, dan sondong, seperti
yang di lakukan oleh Bapak Rasid salah satu masyarakat Suku Duanao
yang kini menggunakan jaring untuk mencari udang ketak.
“kami merasa kami tertinggal dengan nelayan yang lain yang
menggunakan alat-alat lain untuk mencari kerang dan udang, dan juga
kami ingin tidak haya mencari kerang dan udang nene saje yang kami cari,
tapi kami juga mulai berpikir ingin mencari ikan, udang menggunakan
jaring atau alat tangkap lain dan memakai perahu atau pompong yang
digunakan nelayan lain dan kini kami merasa nyaman menggunakan alat
tangkap sekarang dibandingkan cara kami yang dulu yang harus berburu
diatas lumpur dengan menggunakan tongkah kini pun kami juga bisa
mendapar hasil yang lebih daari pada biasanya klau dulu kami menongkah
dapat 50/100 ribu perhari kini kami bisa menghasilkan 500/700 ribu
perharinya”45
45
Wawancara dengan bapak Bahria nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
44
Berbicara mengenai sistem mata pencarian. Sistem mata pencarian
masyarakat yang masih bersifat tradisional tentu hanya berpusat dengan
berburu, berternak, bercocok tanam dan menangkap ikan. Seperti halnya
masyarakat Suku Duano mereka hanya berpusat dengan mata pencarian
mereka sebagai nelayan. Hanya saja bedanya mereka hanya menangkap
Udang jenis Nenek dan juga kerang menagkap ikan dan sejenisnya, lalu
hasil yang didapat mereka jual kepada pembeli (Tokeh).
Namun pada saat ini sistem mata pencarian sudah berkembang pesat
dengan ditandai dengan banyaknya prupisi dalam masyarakat. Begitu juga
masyarakat Suku Duano mulai bayak berpindah peropisi menjadi
pedagang, tokeh, nelayan namun sudah menggunakan pompong atau
terol,tidak lagi hanya bisa mengandalkan mata pencarian yang bersifat
tradisional saja sebagai nelayan yang cukup mengenal kemajuan zaman
pada saat ini. Karena mereka sudah mulai mengenal alat-alat modernisasi.
Adapun sistem mata pencarian yang dipilih oleh masyarakat Suku
Duano dahulunya menongka alat untuk mencari kerang atau udang nene
namun saat ini masyarakat Kampung Nelayan Kuala Tungkal tidak lagi
terpatok dengan menongka saja sebagai mata pencarian merika namun
bayak juga yang berperupisi sebagai pedagang, tokeh, menjaring, dan
menerol, karena kondisi geografis setempat yang merupakan laut sehingga
mendukung masyarakat setempat untuk menjadi seorang nelayan. Dan
diperkuat pula dengan sistem yang mereka anut seperti yang diwariskan
oleh nenek moyang mereka dan sesuai dengan kemampuan dan letak
45
geografis yang mendukung mereka untuk menjadi seorang nelayan.
Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Raja berikut ini:
“ kami ni dibilang masyarakat orang laut memang diam dekat-dekat
pinggir pantai, dan kebetulan pule lokasi dan desa kami juga dekat dengan
laut sehingga kami hanya bise memamfaatkan kondisi yang ada, bagi
sebagian orang kami ada juga yang anaknya sekolah tinggi sudah, jadi dak
ada ikut melaut lagi tapi kerja lain.”46
Mata pencarian masyarakat Suku Duano sebagai nelayan, untuk
membantu masyarakat dalam bekerja, penulis melihat ada keunikan dari
alat yang digunakan masyarakat dalam bekerja ketika melaut. Bahwa pada
masyarakat tradisional yang berpindah-pindah atau masyarakat yang hidup
dari pertanian mengenal tujuh macam tehnologi tradisional yang salah
satunya adalah alat-alat produktif yaitu alat-alat untuk melaksanakan suatu
pekerjaan berupa alat sederhana seperti batu untuk menumbuk gandum
atau untu menumbuk padi dan alat-alat berteknologi kompleks seperti alat
untuk menenun kain. Jenis-jenis alat-alat produktif ini dapat dibagi
berdasarkan bahan mentahnya yaitu yang terbuat dari batu, kayu, logam,
bamboo, dan tulang binatang. Adapun alat teknologi tradisional yang
digunakan masyrakat Suku Duano disebut dengan Papan Tongkah. Jadi
masyrakat ketika melaut mereka harus menongkah untuk mendapatkan
udang atau kerang.
Menongkah berasal dari kata dasar Tongkah yang berarti sebilah
papan datar dari kayu alam. Tongkah adalah papan untuk tumpuan ( titian
) biasanya dipasang ditempat becek atau basah. Kuala Jambi, Tongkah
46
Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
46
adalah salah satu alat bantu yang tergolong unik yang digunakan untuk
mencari atau menangkap kerang dan udang nenek, Tiangan dalam ialek
Duano. Tongkah digunakan oleh masyarakat sedangkan aktifitasnya
disebut mengongkah (Mut tiangan- dalam dialek Duanu atau Mud Ski atau
Ski Lumpur).
Sementara menongkah kerang adalah tehnik suku Duano Islsm
menangkap udang nenek dan kerang di lumpur. Kegiatan ini adalah
dengan mengunakan sebilah papan sebagai tumpuan sebelah kakinya dan
tempat mengumpulkan kerang yang telah didapatkan. Sementara sebelah
kakinya lagi dalah sebagai pengayuh tongkah, sebuah tingkah biasanya
terbuat dari belahan kayu besar dalam keadaan utuh, tetapi tidak jarang
juga tongkah terdiri dari gabungan dari belahan papan.
“Kami sekarang tidak lagi bikin kayu papan tongkah tapi kami
sekarang bayak beli dengan orang kalian,beli yang sudah jadi tidak lagi
bikin dewek, Papan tongkah tu biasanye di buat dari kayu pulai tapi bise
juge pakai papan meranti tapi harus ditambah biak lebar, karena papan
meranti agak ringan sebagai penganti kayu pulai sebab kayu tu sudah
susah nyarinye, kalaupun ade harganye tu mahal. Care buat papan tongkah
dari kayu pulai tu pertame-tame kayu pulainye dibelah, selesai dibelah
barulah di pahat biak ujung-ujungnye tu melentik keatas, papannye juge
disugu biyak halus. Enaknye pakai papan tongkah yang dibuat dari kayu
pulai dak ade lubangnye, jadi dak banyak nian lumpur naik diatas papan
tongkah,paling hanya da disampingnye,lain kalau yang dibuat dari kayu
meranti lumpur bise naik dari tengahnye soalnye kalau buat dari papan
meranti ni due papan tu digabungkan supaya lebar tengah-tengah papan
tongkah tu ade lubang, di situlah lumpur naik, papan lambat, papannye
penuh oleh lumpur jadi berat papan tingkahnye.panjang papan tongkah tu
biasanye 2 M s/d 2,5 M lebar 50 Cm s/d 80 Cm dengaan ketebalan 3 Cm
s/d 5 Cm”47
47
Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
47
Pada umumnya membuat tongkah dari jenis kayu pulai dan jelutung
dan lain-lain. Kedua ujung tongkah berbentuk lonjong dan melentik
keatas, dengan bertujuan agar pergerakannya dapat lancar jika papan
kurang lentik acapkali tongkah menghujam atau menancap de dalam
lumpur, bentuk dari tongkah itu sendiri secara umumnya seperti papan
selacar yang digunakan olahragawan air.
“ masyarakat Duano itu pada umumnya adalah sebagai nelayan dan
mereka adalah nelayan tangkap. Menongkah dengan alat tangkap
tongkahnya. Suku Duano atau Suku laut merupakan masyarakat yang
berpindah-pindah atau nomaden, yang dari satu tempat ketempat lain dari
satu pulau kepulau yang lain, dari satu ceruk keceruk lain dalam kerangka
untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai nelayan”.48
Menongkah merupakan sebuah aktifitas yang unik, atau khusus yang
dimiliki oleh masyarakat Duano. Dalam mencari kerang, alat mata
pencaharian ini juga tidak dimiliki oleh komunitas-komunitas lain hanya
ada pada masyrakat Duano, karena mereka menongkah dengan sekeping
papan di atas hamparan pantai yang sangat becek dan cukup licin.
“care kite pake papan tongkah tu, badan kite di atas papan
tongkah,kaki sebelah didalam lumpur dipake untuk mendayung di lumpur,
dan kaki sebelah nye lagi tetap lah diatas papan tongkah, gunanye agar
mempermudah kite tu jalankan di atas lumpur, kalau dak pake papan
tongkah bejalan diatas lumpur tu susah bise-bise kite tebenam, soalnye
lumpur tu lembek”.49
Dengan demikian maka dapat kita ketahui masyarakat menggunakan
kayu pulai untuk membuat papan tongkah, terkadang masyarakat juga
mengunakan paralon, namun kwalitas dari kedua bahan tersebut berbeda.
48
Wawancara dengan bapak Raja sesepuh di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019. 49
Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
48
jika mengunakan kayu pulai sebagai bahan untuk membuat tongkah akan
lebih mudah di gunakaan dan lebih awet sedangkan apabila mengunakan
paralon maka agak susah pergerakan dari tongkah itu sendiri dan
cenderung tidak tahan lama.
Untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana prosesi ketika
masyarakat Duano melakukan aktifitas kerjanya (melaut). Berikut penulis
uraikan ke dalam dua tahapan, yaitu tahapan persiapan dan tahapan
melaut:
a) Tahap Persiapan
Sebelum masyarakat Suku Duano pergi melaut, biasanya
mereka terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan seperti melihat mengecek mesin perahu atau pompong
yang akan mereka gunakan apakah dalam kondisi yang bisa
digunakan untuk dibawa melaut, mengisi Bahan Bakar Minyak jenis
solar terlebih dahulu untuk pompong, meyiapkan papan tongkah,
tempat atau bak yang digunakan untuk meletakkkan kerang mapun
udang nene, dan tak lupa mereka mempersiapkan alat penerang seperti
lampu untuk berjaga-jaga apabila nantik diperlukan jika mereka pergi
melaut di malam hari. Lalu mereka juga mempersiapkan pembekalan
untuk mereka makan dilaut jika sedang istirahat dari rutinitas kerja
mereka. Masyarakat Suku Duano masih mempergunakan cara
tradisional yaitu dengan cara menggunakan papan tongkah untuk
menangkap udang nene dan kerang. Pengunaan dari papan tongkah ini
49
sendiri tergolong unik karena dalam proses pengunaannya sama
dengan seperti saat mengunakan alat untuk bermain Ski Air , hanya
saja papan tongkah di gunakan dilumpur. Gunanya dari papan tongkah
itu sendiri untuk mempermudah dari nelayan atau masyarakat Suku
Duano untuk mencari kerang dan udang nenek yang berada di lumpur.
b) Tahapan Melaut
1. Mencari Kerang
Dalam proses mencari kerang masyarakat Suku Duano
mengunakan alat utamanya yaitu papan tongkah agar dapat
mempermudah mereka berjalan diatas lumpur, mereka juga membawa
keranjang agar bisa menyimpan kerang yang telah mereka cari. Proses
mencari kerang pada umumnya tergolong sederhana, karna hanya
mengerakan papan tongkah ke arah kerang yang berada di dalam
lumpur dengan ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil di atas
permukaan lumpur.
2. Mencari Udang Nenek
Proses dalam mencari udang Nenek pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan proses pencarian kerang, karena sama-sama
mengunakan papan tongkah dan bak/keranjang untuk menampang
udang nenek, namun dalam proses pencarian udang nenek ini biasanya
masyarakat Suku Duano mengunanakan kayu bulat panjang yang
ujungnya diberi alat yang berbentuk bukat dan berbahan plastik yang
tebal (alat pompah). Cara untuk menangkap udang nenek Masyarakat
50
Suku Duano menaiki papan tongkah dan mengerakkan papan tongkah
ke arah lobang udang nenek bersarang. Biasanya untuk mengetahui ada
atau tidak nya udang nenek masyarakat Suku Duanuo mereka melihat
adanya lubang-lubang Di permukaan tebing ( pantai ).
Alat pompah digunakan setelah berada di lubang tempat udang
nenek berada dengan cara memompa di dalam lubangnya. Jika udang
nenek sudah keluar dari sarangnya barulah mereka mengambil udang
tersebut dan menyimpannya di dalam bak/keranjang yang sudah
disediakan sebelumnya. Masyarakat Suku Duano tidak bisa memastikan
pergi melaut, siang, sore atau malam dalam mencari kerang dan udang
nenek karena air laut surut tidak menentu. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Umar berikut ini:
“pergi melaut itu tidak tentu, kadang kami pegi pagi, sore juge
ade kadang-kadang malam pun kami pergi kelaut juge semuanye tu
tergantung air lautnye surut nye kapan. Bile air laut pasang kami tak
bise nongkah. Hasil yang kami dapat tu kami jual ke bos yang membeli
hasil tangkapan kami”50
.
Apabila air surut di malam hari nelayan menggunakan alat
penerang untuk mencari udang dan kerang jika sudah terkumpul
semuanya barulah kerang dan udang nenek di letakkan ditempat yang
telah disediakan. Dari paparan di atas dapat Kita simpulkan bahwa
masyarakat Suku Duano bisa melaut kapan saja dengan waktu yang
tidak tentu. Kadang siang, sore dan bahkan malam hari, semuanya
tergantung kepada cuaca saat itu dan keadaan surutnya air laut.
50
Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
51
b. Pedagang
Pedagang adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua
aktivitas yang melibatkan penjual barang secara langsung ke konsumen
akhir untuk penggunaan peribadi, seorang yang menjalankan bisnis ini
adalah pengencer pedagang juga mudah kita temui dimana saja tidak
haya di kota besar saja pedagang juga bisa kita temui di perdesaan,
banyak sekali masyarakat yang menjadi pedagang dalam mencari nafkah,
salah satunya adalah masyarakat Suku Duano yang kita tahu bahwasanya
masyarakat Suku Duano mata pencaharianya adalah Menongkah namun
banyak sudah diantara mereka yang berubah profesi menjadi pedagang.
Berdagang juga salah satu mata pencarian Suku Duano sebagian di
antara mereka, ada mempuyai warung kecil-kecilan untuk menambah
penghasilan merika selain nelayan saja seperti yang dilakukan Bapak
Jaka masyarakat Suku Duano beliau adalah dulunya seorang pelaut asli
salah satu Suku Duano namun karena sering laut yang tidak bersahabat,
angin kencang, obak kuat, membuat Bapak Jaka ini berpikir untuk
mencari usaha tambahan selain nelayan saja, dan hasil laut yang tidak
menentu setiap harinya membuat Bapak Jaka membuka usaha dagang
untuk menambah hasil perekonomian merika dan dagangan ini ditunggu
oleh istrinya namun beliau tetap melaut.
52
Dari segi kehidupan melaut dengan hasil tangkap yang tidak kita
ketahui membuat Bapak Jaka berusaha berpikir untuk mencari
perekonomian tambahan tidak mudah mencari masyarakat Suku Duano
yang merubah profesi mereka sebagai nelayan yang mereka lakukan dari
nenek moyang mereka hingga dapat merubah mata pencaharian sebagai
pedagang dengan masih kentalnya pemikiran mereka nelayan sebagai
mata pencaharian mereka. Merasakan sebagai pedagang Bapak Jaka
juga merasakan kehidupanya lebih mudah dibanding dengan haya
menjadi nelayan saja dan merasa terbantu karna usaha yang di kelolanya
di jaga oleh istrinya dan ia pun menuturkan semenjak mempuyai warung
kecil-kecilan ini dirinya pun bisa istirahat untuk tidak melaut, karena ada
hasil kalaupun tidak pergi melaut untuk beberapa hari. Kalau dahulu
haya sekedar melaut saja boleh di katakan tidak ada istirahat untuk
melaut karna disitulah tempat mereka mencari nafkah.
“kami ni kan istri kami tinggal di rumah ngurus anak dan dak ada
yang di gawe pikir-pikir kami nambah-nambah penghasilan kami buka
warung lah supaya istri kami ni dak suntuk lah die diam dirumah sambil
bantu-bantu penghasilan kami lah yang melaut, kami ni anak 3 itu yang
pertama sudah sekolah MTS satunya lagi SD jadi bayak lah pengeluaran
kami perharinya yang kami pikirkan”51
c. Berkebun
Berkebun adalah salah satu kegiatan sosial yang mana perkebunan
dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan non-produktif di perkotaan
dengan cara menanaminya dengan berbagai macam tanaman yang
51
Wawancara dengan bapak Jaka pedagang di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
53
bermanfaat dan menjadikan sebagai kebun yang produktif, berkebun
juga bayak tahapan-tahapanya yang diisi oleh kegiatan yang sangat
menyita waktu dan butuh waktu yang lama, hampir separuh permukaan
bumi ini penuh dengan perkebunan karena dengan hasil panen yang
menjanjikan membuat sebagian orang bayak melakukan pergelutan ini,
walaupun di lakukan dengan kurun waktu yang cukup lama membuka
lahan juga harus bisa melihat posisi tempat kita membuka lahan
perkebunan karena harus bisa mempertimbangkan akses yang bisa
mempermudah kita untuk membuka lahan perkebunan, tidak sampai di
situ saja kita juga harus tau kadar tanah yang kita kelola karena lahan
yang baru dibuka kadar tingkat ke asamanya masih sangat tinggi
sehingga tidak baik untuk bibit yang kita tanam, adapun tahapan dalam
mengelola perkebunan sebagai berikut.
1. Merancap atau menebas
Meracap betujuan untuk membersihkan lahan-lahan dari semak-
semak dan pohon-pohon kecil pekerjaan ini dengan menggunakan
parang atau kapak yang berukuran kecil untuk membersihkan lahan
tersebut menebang pohon yang kecil-kecil dan menebas rumput-
rumput dilahan tersebut kegunaan dari Merancap adalah untuk
mempermudah nanti di waktu penebangan pohon-pohon besar.
2. Penebangan pohon
Penebangan dilakukan untuk secara selektif dengan dengan
menggunakan senso agar memudahkan pekerjaan kita dan bisa
54
meyelesaikan kurun waktu yang cukup cepat, melakukan
penebangan juga harus menyisakan sejumlah pohon-pohon yang
berguna seperti kayu-kayu besar yang ukuranya jumbo gunanya
adalah nantinya akan di bikin menjadi papan, tongkat, pondasi
rumah, dan lain-lain yang bertujuan nantinya untuk membangun
pondok-pondok kecil di lahan yang kita buka untuk Perkebunan
tersebut yang digunakan adalah kayu tersebut.
3. Pemotongan cabang dan ranting
Pekerjaan ini dilakukan untuk memotong cabang-cabang dan
ranting-ranting pohon yang sudah ditebang. Potongan cabang dan
ranting lalu dikumpulkan di lokasi tertentu yang masih bisa
dijangkau matahari sehingga bisa mempermudah pengeringan
ranting yang tadinya kita kumpulkan lalu kita bakar saat-saat musim
curang hujan yang dibakar secara perlahan sedangkan kayu besarnya
dibiarkan begitu saja dengan lapuk sendirinya.
4. Tahapan penanaman bibit
Pada tahapan ini petani sudah melakukan penanaman yang mana
bibit yang sudah lama di bibitkan karena pada saat ini kadar asam
sudah kurang, dan tanah juga sudah normal penanaman bibit ini
dilakukan yang lebih baik saat-saat curah hujan yang cukup baik agar
bibit tidak kekeringan dan tidak mudah mati saat-saat penanaman
dilakukan.
55
Dari hasil opservasi saya dilapangan saya menemukan salah satu
tokoh masyarakat Suku Duano yang tidak lagi melaut namun masih
bertempat tinggal pesisir pantai beliau tidak lagi melakoni pekerjaan
seperti masyarakat Suku Duano umumnya yang melaut, tapi bapak ini
membuka kebun sendiri dan membuka lahan orang lain,setelah empat
tahun mempuyai hasil dibagi dua dengan yang punya lahan yang di
kelola itu ditanami pinang dan kelapa, inilah yang di lakukan Bapak Lani
yang salah satu Suku Duano yang pindah profesi sebagai pekebun yang
dulunya profesinya melaut juga.
Dari yang kita ketahui bahwasanya Suku Duano yang dulu Mata
Pencaharianya adalah nelayan kini diantara mereka juga ada yang
berkebun, sama dengan masyarakat lainya yg berada di Kuala Tungkal
mereka juga berkebun pinang dan kelapa untuk memenuhi kehidupan
mereka, dan mulai berpikir bahwasanya tidak bisa hanya sekedar nelayan
saja sebagai sumber kehidupan bagi mereka
“angin kuat, cuaca yang dak bagus, hasil tangkapan yang tidak
menentu yang membuat kami ingin berkebun, kalau kita kerja laut ikan di
laut dak nampak dak tau hasilnya berapa apakah banyak atau tidak dan
kerja laut air yang nentukan kita kapan kita harus pergi kelaut, tetapi kalau
kita berkebun terserah kita mau pergi jam berapa, dan berkebun sudah
pasti ada hasil yang di tunggu setiap teripnya atau satu bulan sekalai atau
tiga bulan sekali kami nyabit pinang dan kelapa dan kerjanya pun bisa
santai”52
3. Alasan masyarakat mempertahankan sistem mata pencarian sebagai
nelayan
52
Wawancara dengan bapak Lani pekebun di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
22 Februari 2019.
56
Di Provinsi Jambi terdapat Masyarakat Suku Duano mereka
bertempat tinggal di daerah pantai Kampung Nelayan, yaitu di Kuala
Tungkal Tanjung Jabung Barat. Suku Duano sudah lama menetap di
daerah tersebut mulai dari adanya pelayaran antar pulau mereka sudah
menempati Kampung Nelayan sampai saat ini. Jika ditinjau dari tingkat
pendidikan Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal
Tanjung Jabung Barat mulai mengenal pendidikan, sekarang anak-anak
mereka sudah mulai bersekolah ada yang masih Sekolah Dasar (SD) dan
ada juga yang sudah melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Secara Geografis Kampung Nelayan menghadap ke laut lepas.
Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung
Jabung Barat ini sudah bisa hidup berdampingan dengan masyarakat
setempat, hal ini terbukti ada beberapa dari mereka menikah dengan
masyarakat suku lain yang menetap di daerah tersebut. Tanjung Solok
ditempati oleh berbagai macam suku/etnis diantaranya Suku Bugis,
Melayu, Jawa, Sunda, Banjar, Melayu Jambi, dan termasuklah Suku
Duano yang juga menempati daerah tersebut.
Suku Duano yang ada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal
Tanjung Jabung Barat secara umum pekerjaan mereka sebagai nelayan
penangkap ikan laut. Hasil tangkapan yang diperoleh dalam sehari tidak
dapat dipastikan tergantung keadaan cuaca, jika cuaca bagus penghasilan
mereka akan banyak banyak begitu juga sebaliknya, sebagian besar
Masyarakat Suku Duano melaut bekerja sebagai buruh laut, mereka tidak
57
mempunyai kendaraan dan alat tangkap sendiri sehingga pendapatan
mereka tersebut setelah dikurangi dengan ongkos minyak harus dibagi
antara pemilik dengan buruh laut. Pembagian hasil tangkapan antara
pemilik alat dengan para pekerja dengan cara: semua hasil tangkapan
dalam sehari dibagi dua terlebih dahulu antara pemilik alat dengan pekerja,
setelah itu baru dibagi lagi dengan berapa orang pekerja dalam satu alat
tangkap tersebut, hasil bagian antara beberapa pekerja tadi yang menjadi
pendapatan harian setiap pekerja buruh laut Masyarakat Suku Duano,
dengan penghasilan menjadi buruh laut yang tidak menentu, namun jarang
sekali kita temukan mereka bekerja dalam bentuk usaha lain seperti
bertani, berladang, berdagang, wirasuasta dan lain sebagainya.
Tetapi sekarang ada beberapa dari mereka yang sudah mulai
bekerja dalam bentuk usaha lain seperti berdagang ikan, udang, dan terasi
namun penghasilan yang mereka dapatkan tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, pendapatan dari kegiatan berdagang
dan mencari ikan di laut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari saja, tidak dapat menyisihkan uang untuk keperluan
lain. Misalnya menabung, sementara masyarakat lain yang mempunyai
pekerjaan sama dengan mereka bisa hidup lebih layak jika kita bandingkan
dengan kehidupan Masyarakat Suku Duano di daerah tersebut.
Profesi sebagai nelayan merupakan suatu profesi yang telah
diwariskan oleh nenek moyang dari masyarakat Suku Duano dan telah
menjadi keahlian dari masyarakat itu sendiri dalam mencari udang nenek
58
dan kerang yang mengunakan papan tongkah sebagai alat utama dalam
rutinitas tersebut. Pendidikan dari masyarakat Suku Duano ini sendiri pada
umumnya berpendidikan rendah dimana mayoritas nya paling tinggi
tingkatan pendidikannya yaitu SMA sehingga menjadi salah satu
penghambat masyarakat Suku Duano yang berada di kuala jambi dan
memilih menjadi nelayan sebagai salah satu pekerjaan tetap mereka.
Mereka juga memiliki alasan tersendiri untuk tetap memilih pekerjaan
sebagai nelayan, alasannya yaitu penghasilan melaut terkadang tak
menentu terkadang mereka mendapatkan penghasilan yang banyak dan
cukup menguntungkan tetapi terkadang juga sedikit, seperti yang
diungkapkan oleh bapak Rudi berikut ini:
“ mayoritasnye dak ade yang mengenyam pendidikan same sekali.
Kami hanye bisa melaut itu pun masih make peralatan yang seadanye yang
masih bersifat tradisional care pakainye pun lebih mudah dan dipami oleh
masyarakat sini serta lebih murah dari peralatan yang modren,keadaan
gografis tempat kami juge mendukung buat kami menjadi seorang
nelayan. Mungkin pekerjaan sebagai nelayan ni sudah turun menurun dari
nenek moyang kami yang melaut juge dahulunye sehingge kami yang anak
cucunye ni meneruskan tradisi melaut untuk memenuhu perekonomian
keluarga kami”.53
Pendidikan yang rendah menjadi faktor dari masyarakat Suku
Duano dimana mereka hanya bisa menjadi nelayan, dan ditambah pula
dengan keadaan geografisnya memperkuat alasan untuk tetap bertahan
dengan profesi sebagai nelayan, selain alasan-alasan itu mereka juga tidak
mungkin bisa meninggalkan tradisi nenek moyang Suku Duano itu sendiri
karena hal tersebut sudah menjadi kearifaan budaya lokal yang perlu
53
Wawancara dengan bapakUmar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
59
dilestarikan, bahkan anak-anak nya yang beranjak remaja pun sudah
mengikuti jejak orang tuanya untuk melaut.
Selain itu alasan mengapa masyarakat Suku Duano masih
mempertahankan mata pencarian mereka yaitu karena alat yang digunakan
untuk melaut terbilang murah dapat dibuat sendiri tanpa mengeluarkan
banyak biaya, seperti yang diungkapkan oleh bapak Baharia berikut ini:
“Untuk buat tongkah dak ada susah dak cuman dari papan pulai be,
die juge lebih mudah digunakkan untuk ngambek kerang, lagian juge
papan tongkah ni sudah jadi turun temurun dari nenek moyang kami, tapi
kini bayak sudah orang kami makai jaring untuk cari udang tapi modalnya
agak besak tapi memudahkan kami, kalau dulu dilumpur kami sekarang di
dalam pompong be tinggal terjunkan jaring tapi tu lah jaring harus sering-
sering di ganti mudah rusak beda dengan tongkah bisa di pakai betahun-
tahun.”54
Papan tonggkah merupakan warisan dari nenek moyang suku
duano sehingga saat ini masih dipergunakan dan dipertahankan oleh
masyarakat sebagai alat untuk menunjang dalam rutinitas mereka
menangkap udang nenek dan kerang, masyarakat Suku Duano berangapan
hal semacam itu harus tetap dilestarikan serta dipertahankan.
“karna kegiatan kami ni cume ngambil kerang same udang nenek
pakai tongkah tu sudah jadi tradisi dan menjadi kebiasaan yang turun
menurun dari nenek moyang kami, oleh karna tu lah kami ni masih
mempertahankan dan mempelihara nye walapunterkadang tu penuh
dengan resiko, kadang kami kerap kali kene gigit ular , nemu ikan beracun
namun macam mane lah lagi kami masih tetap juge lah mempertahankan
papan tongkah ni, tak ada pilihan lain lagi selain itu dengan keterbatasan
pendidikan kami ni yang rendah jadi kami susah cari kerje lain”55
54
Wawancara dengan bapak Bahari nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019. 55
Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
21 Februari 2019.
60
4. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat suku duanu dalam
mempertahankan hidup dan memajukan perekonomian di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal
Pekerjaan masyarakat suku duanu yang ada di Kampung Nelayan
Tanjung Jabung Barat ini secara umum adalah sebagai nelayan penangkap
ikan dan segala hasil tangkapan laut. Alat-alat yang digunakan seperti
Perahu, Pompong/ ketek, jala, jaring, belat dan alat-alat lainnya sebagian
besar bukan milik sendiri, Nelayan Suku Duano yang ada di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat ini hanya sebagai pekerja
saja, namun pada saat ini bayak diantara merika yang memiliki alat
sendiri.
Penghasilan yang mereka dapatkan tergantung dari kondisi alam
sebab jika alam tidak bersahabat seperti angin kuat mereka tidak dapat
melaut walaupun dipaksakan mereka tidak juga mendapatkan hasil yang
sesuai. Pada kondisi seperti inilah mereka selalu mencari celah
pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, ada
sebagian kecil dari mereka yang berdagang, namun ada juga yang bekerja
sebagai tukang rumah dan tukang pompong/ketek, sementara masyarakat
yang tidak mempunyai keterampilan selain melaut mereka tetap melaut
setelah angin agak teduh.
Jika pada musim barat atau musim gelombang tinggi nelayan
sangat susah untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan laut. pada saat itulah
61
harga ikan meningkat, nelayan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil tangkapan ikan sebayak mungkin walaupun dengan
risiko yang sangat besar. Pada musim barat ikan sangat susah didapat hasil
tangkapan laut yang masih dapat diharapkan hanyalah kerang, pada waktu
sore hari angin teduh nelayan berlomba-lomba untuk menangkap kerang di
pantai sebanyak mungkin, namun jika semua cara itu tidak dapat mereka
tempuh jalan terakhir adalah meminjam uang ke toke/bos pembeli ikan
dan semua hasil tangkapan laut.
Koperasi belum ada sehingga mereka belum dapat menikmati
layanan dari koperasi, pernah ada rencana ingin mendirikan koperasi
hanya saja selalu menjadi kendala adalah modal. Modal yang sangat
minim sehingga keinginan untuk mendirikan koperasi hanya menjadi
impian saja, selain itu sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola
koperasi masih sangat minim. Dengan kondisi perekonomian masyarakat
suku duano seperti ini perhatian pemerintah daerah masih saja belum
maksimal, ada bantuan yang digulirkan pihak pemerintah melalaui dinas
kelautan dan perikanan seperti bantuan alat bak penampung ikan untuk
masyarakat Suku Duano namun masih saja tidak mengenai sasaran dan
tidak dapat meringankan beban perekonomian yang mereka derita selama
ini. Bantuan yang diberikan tidak dapat memberi manfaat lebih misal
masyarakat lain mendapat bantuan 10 unit sedangkan masyarakat suku
duanu hanya mendapatkan 1 unit saja, sehingga mereka merasa kurang
diperhatikan oleh pihak pemerintah daerah.
62
Secara umum masyarakat suku duanu yang menetap di Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat memiliki tingkat
perekonomian yang masih berada pada golongan kelas bawah, namun ada
juga sebagian kecil dari mereka yang mempunyai tingkat perekonomian
yang sudah baik mereka ini adalah para toke/bos ikan dan segala hasil
tangkapan laut, masyarakat suku duanu yang bekerja sebagai buruh laut
pendapatan mereka tergantung dari hasil tangkapan yang mereka dapat
sekali melaut, cara pembagian hasil tangkapan laut antara pemilik
pompong/ketek dan pekerja/buruh laut ini sebagai berikut:
Misal: sekali melaut mendapatkan hasil 800.000 dengan pekerja 2
orang buruh laut, hasil Rp.800.000 ini dibagi dua terlebih dahulu sebagian
untuk pemilik pompong/ketek dan sebagian lagi baru di bagi oleh
pekerja/buruh laut. Jika mereka berdua maka dibagi dua dan begitu
seterusnya.
Sebagian besar masyarakat suku duanu yang menempati daerah
Kampung Nelayan hanya menumpang dan tidak memiliki hak milik atas
tanah, namun ada sebagian kecil dari mereka yang memiliki hak milik atas
tanah yang mereka tempati, sampai saat ini belum ada kejelasan dari pihak
pemerintah tentang status tempat tinggal mereka sekarang. Pernah mereka
mengusulkan kepada pihak pemerintah daerah untuk pembebasan tanah di
daerah Parit 4 (empat) Kampung Nelayan sebagai lokasi perkampungan
mereka namun sampai pada saat ini belum juga ada realisasinya dari pihak
Pemerintah Daerah.
63
Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk dapat hidup
dengan aman dan dapat melakukan hal untuk mempertahankan hidup
sehingga teteap menjadi bagian dari wilayah NKRI. Begitu juga dengan
masyarakat suku duano yang berada di kuala tungkal jambi, mereka
mempunyai cara tersendiri untuk bertahan hidup dan memunuhi kebutuhan
ekonomi mereka. Hingga saat ini tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
masyarakat suku duana untuk mempertahankan hidup dikuala tungkal,
kecuali hanya bisa melaut, hasil tangkapan mereka seperti kerang dan
udang di berikan kepada tokeh untuk ditukar dengan pundi-pundi
ekonomi, perangkat desa mereka juga meminta bantuan pemerintah
setempat untuk membantu memasarkan hasil nelayan, dan memberikan
peralatan nelayan kepada masyarakat.
Mayarakat juga tidak serta merta mengandalkan hasil dari
tangkapan udang nenek dan kerang melainkan mereka mencari tambahan
penghasilan dengan cara berdagang kecil-kecilan, bagi yang ibu-ibu nya
ada yang menjadi asisten rumah tangga bagi warga yang sedikit lebih
mampu, serta pekerjaan lain yang bisa dilakoni sebagai sampingan untuk
menambah pengasilan dan pasokan mereka untuk makan dan yang lainya.
“profesi sebagai nelayan merupakan rutinitas yang utama untuk
kelangsungan hidup kami,namanye juge mencari rezeki terkadang tu dak
mulu untung, udang dan kerang tu susah dicarinye kalau air tu lagi
konda/tohor,sehingga kami ni cari alternatif lain dengan care bedagang
kecil-kecilan,mencari nafkah ni bukan serta merte kami selaku kepala
64
keluarga je yang mencari terkadang orang rumah kami pun ikut kerje juge
semcam jadi buruh cuci dan yang lain nye”56
Hal tersebut dapat kita pahami bahwa tidak terlalu banyak yang
bisa dilakukan oleh masyarakat untung menunjang perekonomian mereka,
mereka hanya bisa melakoni dan tetap setia menjadi profesi sebagai
nelayan tersebut. Memang penghasilanya tidak seberapa namun ada yang
menjadi hal terpentingnya yaitu mereka masih mempertahan kan kearifan
dari budaya lokal dari Suku Duano tersebut. Uluran tangan dari
pemerintah setempat sangat diharapkan untuk mengembangkan potensi
alam dari Kampung Nelayan terkhusunya bagi masyarakat suku duana.
Kebudayaan dari suku duano ini sendiri berbeda dengan kebudayaan
daerah lain yang ada di indonesia, baik itu dari segi peralatan hidup serta
mata pencariannya dimana masing-masing daerah memiliki kearifan
budaya lokal yang bukan hanya perlu dilestarikan namun juga perlu
dikembangkan. Didalam suatu mayarakat terdapat individu dan kelompok
masyarakat pendukung kebudayaan yang melestarikan kebudayaan
masyarakat tesebut.
Dengan keragaman kebudayaan, indonesia dapat dikatakan
mempunyai keungulaan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Beberapa
contoh seperti yang diuraikkan diatas dapat dijadikan penegasaan bahwa
indonesia pada dasarnya bangsa yang kaya raya, memiliki segalnya.
56
Wawancara dengan bapak Umar nelayan di Kampung Nelayan Kuala Tungkal, tanggal
20 Februari 2019.
65
Indonesia penuh dengan kekayaan alam yang terlengkap didunia, di
ibaratkan sebagai sesuatu yang bagus dan menjadi rebutan bagi yang
menginginkaannya. Hal itu pun berlaku untuk masyarakat suku duano,
mereka memilki kearifan budaya lokal salah satunya dibidang mata
pencarian yang merupakaan bagian dari tujuh unsur kebudayaan. Kearifan
budaya lokal didalamnya yang berisi unsur kecerdasaan kreativitas dan
pengetahuan lokal dari para elite dan masyarakatnya, sangat menentukan
dalam perkembangan masyarakat. Bukan hanya perlu dilestarikan namun
juga perlu dikembangkaan.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dalam penelitian ini maka penulis
mendapatkan beberapa kesimpulan. Dalam penelitian yang berjudul
Sejarah dan Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kampung Nelayan
Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Beberapa kesimpulan
yang didapat adalah.
Pertama, menurut keterangan sesepuh Suku Duano Bapak Raja Suku
Duano yang berada di Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung
Barat asal mula Suku Duano ini dari Kepulawan Riau yang pada saat itu
melakukan peyebaran lewat perairan dengan menggunakan perahu-perahu
mereka karna suku ini tergolong suku yang tidak menetap tempat
tinggalnya yang selalu berpindah-pindah hingga sampailah ke Kampung
Nelayan Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ke datangan
Suku Duano ini sekitar tahun 1930 han menurut penyampaian Bapak Raja.
Di awal kedatangan ke Indonesia Suku Duano dikenal juga sebagai Suku
Kuala, atau Melayu Mantang kadang juga disebut Suku Laut atau Suku
Nelayan Suku ini juga di katakan Suku Melayu tertua, orang ini dahulunya
belum islam masih meyembah matahari, bulan dan bintang, dan orang ini
melakukan aktifitas merika di habiskan di dalam perahu dari makan,
mandi, memasak, hingga melakukan hubungan suami istripun di dalam
perahu.
67
Namun saat ini Suku Duano tidak lagi tinggal di perahu banyak
diantara mereka yang mempuyai tempat tinggal di pesisir pantai, dan
melakukan rutinitas seperti masyarakat umumnya.
Kedua, saat ini mata pencarian Suku Duano sebagian besar ada
Menongkah untuk mencari udang nene dan kerang yang dilakukan di
lumpur saat sedang air surut dengan menggunakan dua kaki. dari mereka
banyak juga yang mempuyai toko-toko kecil/berdagang yang di jaga
istrinya di rumah saat suaminya pergi melaut, untuk menambah
penghasilan mereka Berkebun Suku Duano juga ada yang membuka
perkebunan seperti berkebun sawit, kelapa, dan pinang di karnakan hasil
laut yang tidak memadai membuat mereka berubah profesi menjadi
pekebun.
Ketiga, Secara umum masyarakat suku duanu yang menetap di
Kampung Nelayan Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat memiliki tingkat
perekonomian yang masih berada pada golongan kelas bawah, untuk
mempertahankan hidup mereka masih bayak yang melaut, namun ada juga
sebagian kecil dari mereka yang mempunyai tingkat perekonomian yang
sudah baik mereka ini adalah para toke/bos ikan dan segala hasil
tangkapan laut, masyarakat suku duanu yang bekerja sebagai buruh laut
pendapatan mereka tergantung dari hasil tangkapan yang mereka dapat
sekali melaut, dan selanjutnya di bagi hasil dengan yang mempuyai
perahu, atau pompong, bagi Suku Duano melautlah tempat mereka
mencari nafkah untuk bertahan hidup.
68
B. Kata Penutup
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya
berupa kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak
sekali terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi.
Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. semoga Allah SWT senantiasa memberikan
petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin yarabbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Arif, Muhammad. 2011, Pengantar Kajian Sejarah, Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suarmi, 2006.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
A. Daliman, Prof. M. Pd. Metode Penelitian Sejarah, (Yokyakarta: Ombak,
2015), hal. 55
Aini, Nur, Sistem Mata Pencarian Suku Duano di Kuala Jambi Tanjung Jabung
Timur. ( Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2015)
Endaswara, Suardi, 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yokyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Fadil SJ, 2008,Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang:
UIN-Malang Press.
Geertz, Clifford 1992. Tafsir Kebudayaan, Yogyakarta: Kanius.
Gustini Nuraen, Heni, 2012,Studi Budaya Di Indonesia, Bandung:Pustaka Setia.
Haryanto, Triyadi, Antropologi, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012).
hal. 48.
Ichwan Azhari, Onggal Sihite dan Liana Tanjung, 2018, Perubahan Pola
Pemukiman Orang Laut Suku Duano, Universitas Negeri Medan : Jurnal
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial.
Juliana, 2015,Sistem Pengetahuan Suku Duanu di Kelurahan Tanjung Solok
Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur (Sebuah Kajian Etnografi), Skripsi
Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Antropologi, Jakarta:Rineka Cipta.
Mahfud, Rois, 2011,Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Erlangga.
Mukhtar, 2007, Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, Jakarta : Gaung
Persada Press.
Mukhtar, 2013,Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta : Refrensi
Raga Maran, Rafael, 2007. Manusia & Kebudayaan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono, 2013, Metode Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Saifuddin Anshori, Endang, 1981. Agama dan Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu.
Thoifuri, dan Suci Rahayu, 2013,Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ganeca
Exact.
Wahyuni, Dessy, Fistival Menongkah; Revitalisasi Budaya Dan Bahasa Duano
Menuju Industri Kriatif (Diakses pada tanggal 16 mei 2019)
Y, Desma. (2016). “ Sejarah Perkembangan Suku Duano di Tnjung Gundap
Kelurahan Tembesi Kecematan Sagulung Batam Tahun 1982-2012”. Historia,
1(2):139,151
CURRICULUM VITAE
Nama : SUHAIMI
Tempat dan Tanggal Lahir : Mendahara, 10 Mie 1995
NIM : AS. 150521
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Musa
Nama Ibu : Sarifah
Anak Ke : 1 dari 5 Bersaudara
Alamat Asal : Parit 10 Darat RT.10 Kel. Kuala Betara Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi
Nomor Telepon : 082373120683
E-mail : [email protected]
Alamat Sekarang : JL Patimura
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2003 – 2009 : SD N 144/X Mendahara
Tahun 2009 – 2012 : MTsN Parit 9 Darat
Tahun 2012 – 2015 : SMA Negri 7 Mendahara
Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi