scenario a blok 19 tahun 2014
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
SKENARIO A BLOK 19 TAHUN 2014
Seorang anak berumur 7 tahun dibawah ibunya berobat ke Poli Klinik Mata dengan keluhan
melihat ganda dan sering menonton televisi terlalu dekat.
Pemeriksaan Oftalmologi:
Mata kanan dan kiri (ODS) tenang, kedudukan bola mata ortoforia, gerakan bola mata baik
kesegala arah, AVOD: 6/9 dengan lensa Spheris (+) 0.75 D menjadi 6/6. AVOS: 5/60 dengan
lensa Spheris (+) 3.00 D menjadi 6/30. Tes Crowding Phenomena (+) maju satu baris Snellen
chart (OS). Pupil distance 45 mm. Segmen anterior: dalam batas normal. Pemeriksaan
funduskopi (Oftalmoskopik) tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan WFDT (Worth Four Dot
Test) didapatkan 5 lampu (Diplopia).
I. Klarifikasi Istilah
1. Melihat Ganda (Diplopia) : Persepsi adanya 2 bayangan dari 1 object
2. Ortoforia : kesetimbangan normal otot-otot mata atau
keseimbangan muskuler
3. ODS tenang : keadaan mata yang tidak merah
4. AVOD : acies visus oculi dextra ketajaman penglihatan sebelum
dikoreksi pada mata kanan
5. Lensa Spheris : lensa yang merukan satu segmen spheris (bulat), lensa
yang memiliki kekuatan yang sama pada bagianya
tetapi hanya memiliki satu titik fokus
6. AVOS : acies visus oculi sinistra ketajaman penglihatan
sebelum dikoreksi pada mata kiri
7. Dioptri : satuan untuk kekuatan refraktif lensa yaitu satu
perpanjang focus yang dinyatakan dalam ukuran meter
8. Crowding fenomena test : karakteristik dari ambliopia jika didapatkan hasil test +
yang ditunjukan oleh pengelihatan yang lebih baik
hanya dengan 1 mata
9. Snellen Chart : Sederetan huruf dengan ukuran berbeda dan bertingkat
1
serta disusun dalam baris mendatar
10. Funduskopi
(optolmoskopi)
: alat yang dilengkapi sebuah cermin berlubang dan
lensa yang digunakan untuk memeriksa struktur dalam
mata
11. Pupil distance : jarak antara pupil mata kanan ke mata kiri
12. Segmen anterior : bagian yang berbatas jelas dari suatu entitas ( sclera,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris dan lensa)
13. WFDT : uji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi,
korespondensi retina abnormal, supresi pada satu mata
dan juling
II. Identifikasi Masalah
1. Seorang anak berumur 7 tahun dibawah ibunya berobat ke poli klinik mata dengan
keluhan melihat ganda dan sering menonton televisi terlalu dekat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi:
Mata kanan dan kiri (ODS) tenang, kedudukan bola mata ortoforia, gerakan bola mata
baik kesegala arah, AVOD: 6/9 dengan lensa Spheris (+) 0.75 D menjadi 6/6. AVOS:
5/60 dengan lensa Spheris (+) 3.00 D menjadi 6/30. Tes Crowding Phenomena (+) maju
satu baris Snellen chart (OS). Pupil distance 45 mm. Segmen anterior: dalam batas
normal. Pemeriksaan funduskopi (Oftalmoskopik) tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan WFDT (Worth Four Dot Test) didapatkan 5 lampu (Diplopia).
III. Analisis Masalah
1. Seorang anak berumur 7 tahun dibawah ibunya berobat ke poli klinik mata dengan
keluhan melihat ganda dan sering menonton televisi terlalu dekat.
a. Anatomi dan fisiologi mata anak usia 7 tahun? (monokuler dan binokuler)
Jawab: ANATOMI MATA
2
FISIOLOGI PERKEMBANGAN PENGLIHATAN
1. Perkembangan Penglihatan Monokular (Menggunakan Satu Mata)
Pada saat lahir, tajam penglihatan berkisar antara gerakan tangan sampai hitung jari.
Hal ini karena pusat penglihatan di otak yang meliputi nukleus genikulatum lateral
dan korteks striata belum matang. Setelah umur 4-6 minggu, fiksasi bintik kuning
atau fovea sentral timbul dengan pursuit halus yang akurat. Pada umur 6 bulan
respon terhadap stimulus optokinetik timbul. Perkembangan penglihatan yang cepat
terjadi pada 2-3 bulan pertama yang dikenal sebagai periode kritis perkembangan
penglihatan. Tajam penglihatan meningkat lebih lambat setelah periode kritis dan
pada saat berumur 3 tahun mencapai 20/30 (Wright et al; 1995; Xie et al,2007).
2. Perkembangan Penglihatan Binokular (Penglihatan dengan Dua Mata
Bersamaan)
Perkembangan penglihatan binokular terjadi bersamaan dengan meningkatnya
penglihatan monokular. Kedua saraf dari mata kanan dan kiri akan bergabung
memberikan penglihatan binokular (penglihatan tunggal dua mata). Di korteks striata
jalur aferen kanan dan kiri berhubungan dengan sel-sel korteks binokular yang
mempunyai respon terhadap stimuli kedua mata, dan sel-sel korteks monokular yang
bereaksi terhadap rangsangan hanya satu mata. Kirakira 70% sel-sel di korteks striata
adalah sel-sel binokular. Sel-sel tersebut berhubungan dengan saraf di otak yang
menghasilkan penglihatan tunggal binokular dan stereopsis (penglihatan tiga
dimensi). Fusi penglihatan binokular berkembang pada usia 1,5 hingga 2 bulan,
sementara stereopsis berkembang kemudian pada usia 3 hingga 6 bulan.
3. Penglihatan binokular tunggal dan stereopsis
Penglihatan binokular normal adalah proses penyatuan bayangan di retina dari dua
mata ke dalam persepsi penglihatan tunggal tiga dimensi. Syarat penglihatan
binokular tunggal adalah memiliki sumbu mata yang tepat sehingga bayangan yang
sama dari masing-masing mata jatuh pada titik di retina yang sefaal, yang akan
diteruskan ke sel-sel binokular korteks yang sama. Obyek di depan atau belakang
horopter akan merangsang titik nonkorespondensi. Titik di belakang horopter empiris
3
merangsang retina binasal, dan titik di depan horopter merangsang retina bitemporal.
Ada daerah yang terbatas di depan dan di belakang garis horopter tempat obyek
merangsang titik-titik retina non korespondensi sehingga masih dapat terjadi fusi
menjadi bayangan binokular tunggal. Area ini disebut area fusi Panum. Obyek dalam
area ini akan menghasilkan penglihatan binokular tunggal dengan penglihatan
stereopsis atau tiga dimensi. Fovea atau bintik kuning mempunyai resolusi atau daya
pisah ruang yang tinggi, sehingga perpindahan kecil pada garis horopter pada lapang
pandang sentral dapat terdeteksi, menghasilkan stereopsis derajat tinggi.
4. Adaptasi sensoris pada gangguan rangsangan penglihatan
Hal ini terjadi karena kedua mata kita terpisah dan masingmasing mata mempunyai
perbedaan penglihatan saat melihat obyek. Perkembangan sistem penglihatan
menyesuaikan dengan kekacauan bayangan retina yang tidak sama dengan
menghambat aktivitas korteks dari satu mata. Hambatan korteks ini biasanya
melibatkan bagian sentral lapang pandang dan disebut supresi kortikal. Bayangan
yang jatuh dalam lapang supresi kortikal tidak akan dirasakan dan area ini disebut
skotoma supresi. Supresi tergantung pada adanya penglihatan binokular,dengan satu
mata berfiksasi sedang mata satunya supresi. Ketika mata fiksasi ditutup, skotoma
supresi hilang. Supresi korteks mengganggu perkembangan sel-sel kortikal bilateral
dan akan menghasilkan penglihatan binokular abnormal tanpa stereopsis atau
stereopsis yang buruk. Jika supresi bergantian antara kedua mata, tajam penglihatan
akan berkembang sama meskipun terpisah tanpa fungsi binokular normal sehingga
terjadi penglihatan bergantian atau alternating. Supresi terus menerus terhadap
aktivitas korteks pada satu mata akan mengakibatkan gangguan perkembangan
penglihatan binokularitas dan tajam penglihatan yang buruk.
b. Bagaimana visual development pada anak?
Jawab:
1. Bayi Baru Lahir
BBL sudah dapat melihat, tapi untuk penglihatan jarak kurang dari 8 inci (20 cm)
atau lebih jauh dari 18 inci (45 cm) penglihatan akan kabur dan tidak fokus. Pada
4
tahap ini bayi lebih mudah melihat wajah manusia dan objek yang terang seperti pola
hitam putih dan warna – warna yang cerah.
BBL tidak dapat melihat secara detail. Diperkirakan bahwa visus pada 75% BBL
mencapai 20/300. Koordinasi mata pada BBL masih lemah dan belum bisa
memfiksasi sebuah objek pada kedua mata. BBL kurang dapat melihat pada malam
hari, ini disebabkan karena lensa lebih cembung dibanding lensa dewasa, selain itu
BBL belum memiliki cukup pigmen dalam fotoreseptor.
2. 3 – 8 minggu.
Pada tahap ini penglihatan mulai memperhatikan objek yang bergerak terutama yang
berwarna cerah. Penglihatan binokuler mulai berkembang dan juga koordinasi kedua
mata mulai meningkat.
3. 2 – 3 Bulan
Mulai mengenal detail seperti pengenalan wajah dan mata.
4. 3 – 4 Bulan
Pada tahap ini mata mulai dapat melakukan akomodasi karena lensa mulai mendatar
dan otot siliaris mulai menguat. Penglihatan binokuler menjadi lebih baik, dan telah
dapat memfiksasi objek dengan kedua mata secara bersamaan. Selain itu bayi juga
telah dapat menggabungkan informasi visual dengan indera lainnya seperti suara dan
sentuhan. Mereka mulai menggengam benda yang mereka lihat dan melihat ke arah
suara yang mereka dengar. Pada tahap ini makula telah mulai matur.
5. 5 – 7 Bulan
Di usia ini koordinasi mata dan tangan mulai berkembang. Biasanya bayi telah
mampu untuk mempertahankan fiksasi mata pada benda yang diam untuk beberapa
detik. Visus pada usia 6 bulan telah mencapai 50/200 dan terus berkembang seiring
dengan perkembangan makula di retina. Pada tahap ini penglihatan malam mulai
sensitif sudah seperti penglihatan pada orang dewasa.
6. 8 – 9 Bulan
5
Usia 8 bulan makula telah matang dan penglihatan mulai jernih. Bayi juga mulai
menggunakan jari untuk menunjuk benda yang ada di lapangan penglihatan mereka.
7. 1 tahun
Pada usia 1 tahun visus telah mencapai 20/100. Fusi pada kedua mata juga telah
berkembang baik, tapi reflek tersebut masih mudah diganggu. Pada usia ini bayi
sudah dapat membedakan bentuk seperti kotak, bulat, dll.
8. 2 tahun
Visus balita usia 2 tahun telah mencapai visus 20/40. Balita usia ini sangat tetarik
dengan benda – benda kecil.
9. 3 tahun
Visus balita 3 tahun rata – rata 20/300. Kedua mata telah mampu
mengkonvergensikan lensa ketika melihat dekat.
10. 4 tahun
Visus telah mampu mencapai 20/20. Pada usia ini, balita telah siap untuk membaca.
11. 5 tahun
Pada usia 5 tahun telah memiliki penglihatan yang berkembang sempurna.
12. 6 tahun
Pada usia ini penglihatan sentral telah sempurna. Visus normalnya 20/20. Anak ini
dapat memperhatikan banyak aktivitas di sekitarnya selama +_ 20 menit.
13. 8 tahun
Pada usia ini ukuran bola mata telah mencapai ukuran dewasa.
c. Apa akibit bila dalam masa visual development terdapat gangguan?
Jawab:
Perkembangan sistem penglihatan menyesuaikan dengan kekacauan bayangan retina
yang tidak sama dengan menghambat aktivitas korteks dari satu mata. Hambatan
korteks ini biasanya melibatkan bagian sentral lapang pandang dan disebut supresi
kortikal. Bayangan yang jatuh dalam lapang supresikortikal tidak akan dirasakan dan
6
area ini disebut skotoma supresi. Supresi tergantung pada adanya penglihatan
binokular, dengan satu mata berfiksasi sedang mata satunya supresi. Ketika mata
fiksasi ditutup, skotoma supresi hilang. Supresi korteks mengganggu perkembangan
sel-sel kortikal bilateral dan akan menghasilkan penglihatan binokular abnormal
tanpa stereopsis atau stereopsis yang buruk. Jika supresi bergantian antarakedua mata,
tajam penglihatan akan berkembang sama meskipun terpisah tanpa fungsi binokular
normal sehingga terjadi penglihatan bergantian atau alternating. Supresi terus
menerus terhadap aktivitas korteks pada satu mata akan mengakibatkan
gangguan perkembangan penglihatan binokularitas dan tajam penglihatan yang
buruk.
d. Bagaimana etiologi dari melihat ganda?
Jawab:
Tabel 1. Penyebab Diplopia Monokuler
Kelainan refraksi
Defek kornea (astigmatisme ireguler)
Luka pada iris, iridektomi
Katarak
Defek makular (misal membran epiretinal, choroidal fold)
Opasitas media refraksi
Disfungsi kortikal serebral (diplopia monokuler bilateral)
Diplopia Binokuler
Dari mata hingga ke otak, terdapat 7 mekanisme berikut dan lokasi yang terkait
mengenai diplopia binokuler:
1. Displacement orbital atau okuler: trauma, massa atau tumor, infeksi, oftalmopati
terkait-tiroid.
2. Restriksi otot ekstraokuler: oftalmopati terkait-tiroid, massa atau tumor,
penjepitan otot ekstraokuler, lesi otot ekstraokuler, atau hematom karena
pembedahan mata.
7
3. Kelemahan otot ekstraokuler: miopati kongenital, miopati mitokondrial, distrofi
muskuler.
4. Kelainan neuromuscular junction: miastenia gravis, botulism.
5. Disfungsi saraf kranial III, IV, atau VI: iskemia, hemoragik, tumor atau massa,
malformasi vaskuler, aneurisme, trauma, meningitis, sklerosis mutipel.
6. Disfungsi nuklear saraf kranial di batang otak: stroke, hemoragik, tumor atau
massa, trauma, malformasi vaskuler.
7. Disfungsi supranuklear yang melibatkan jalur ke dan antara nukleus saraf kranial
III, IV atau VI: stroke, hemoragik, tumor atau massa, trauma, sklerosis multipel,
hidrosefalus, sifilis, ensefalopati Wernicke, penyakit neurodegeneratif.
e. Bagaimana mekanisme melihat ganda (patofis)?
Jawab:
Dua mekanisme utama diplopia adalah misalignment okuler dan
aberasiokuler (misal defek kornea, iris, lensa, atau retina). Kunci paling
penting untuk mengidentifikasi mekanisme diplopia adalah dengan
menentukan termasuk diplopia monokuler atau diplopia binokuler.
Misalignment okuler pada pasien dengan penglihatan binokuler yang normal
akan menimbulkan diplopia binokuler, karena menggangu kapasitas pengelihatan
binokuler. Misalignment okuler menyebabkan terganggunya kapasitas fusional
sistem binokuler. Koordinasi neuromuskuler yang normal tidak dapat menjaga
korespondensi visual objek pada retina kedua mata. Dengan kata lain, sebuah objek
yang sedang dilihat tidak jatuh pada fovea kedua retina, maka objek akan tampak
pada dua tempat spasial berbeda dan diplopia pun terjadi.
Pada hampir semua keadaan, diplopia monokuler disebabkan oleh aberasilokal pada
kornea, iris, lensa, atau yang jarang yaitu retina. Diplopia monokuler tidak pernah
disebabkan oleh misalignment okuler.
Mekanisme diplopia yang ketiga dan jarang terjadi adalah disfungsi korteksvisual
primer atau sekunder. Disfungsi ini akan menimbulkan diplopia monokuler
bilateral dan harus dipertimbangkan saat tidak ditemukan aberasi okuler
pada pasien.
8
Terakhir, diplopia yang terjadi tanpa penyebab patologis, biasa disebut
diplopia fungsional/ fisiologis.Pasien dengan diplopia fungsional juga
seringmengeluhkan berbagai gejala somatik atau neurologis.
f. Berapa jarak aman bagi sesorang untuk menonton televisi? Dan apa makna klinis dari
keterangan sering menonton televise terlalu dekat?
Jawab:
Jarak aman seseorang menonton TV yang aman adalah 5 kali jarang diagonal layar
televisi. Sebagai contoh, layar televisis yang ditonton seseorang selebar 14 inci, maka
jarang aman yang dianjurkan adalah : 5 X 14 = 70 inci, atau 1,778 m, atau kurang
lebih 2 meter.
Pada kasus ambliopia , pasien akan merasakan terjadinya penurunan tajam
penglihatan yang membuatnya merasa sulit untuk melihat sesuatu , karena itu pasien
akan berusaha agar penglihatannya menjadi jelas dengan berada di dekat objek yang
dilihatnya agar objek terlihat lebih jelas. Oleh karena itulah mengapa pasien pada
kasus sering menonton televisi terlalu dekat .
2. Pemeriksaan Oftalmologi:
Mata kanan dan kiri (ODS) tenang, kedudukan bola mata ortoforia, gerakan bola
mata baik kesegala arah, AVOD: 6/9 dengan lensa Spheris (+) 0.75 D menjadi 6/6.
9
AVOS: 5/60 dengan lensa Spheris (+) 3.00 D menjadi 6/30. Tes Crowding
Phenomena (+) maju satu baris Snellen chart (OS). Pupil distance 45 mm. Segmen
anterior: dalam batas normal. Pemeriksaan funduskopi (Oftalmoskopik) tidak
ditemukan kelainan. Pemeriksaan WFDT (Worth Four Dot Test) didapatkan 5
lampu (Diplopia).
a. Mengapa anak dalam kasus mengeluh diplopia sedangkan anatomi mata anak tersebut
normal?
Jawab:
Pada kasus, penglihatan diplopia disebabkan karena gangguan fungsional berupa
adanya perbedaan refraksi yang menimbulkan anisokonia (perbedaan hipermetropi
mata kanan dan kiri > 2D)
b. Bagaimana mekanisme kerja otot ekstraokuler dalam pergerakan bola mata?
Jawab:
c. Bagaimana interpretasi dari AVOD dan AVOS? (mekanisme)
Jawab:
AVOD: 6/9 dengan lensa Spheris (+) 0.75D menjadi 6/6. AVOD (Aacies Visus Oculi
Dextra) adalah ketajaman penglihatan sebelum dikoreksi pada mata kanan. Pada
kasus AVOD 6/9 interpretasi : Pasien dapat melihat huruf pada jarak 6 meter ,
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 9 meter .
AVOS: 5/60 dengan lensa Spheris (+) 3.00D menjadi 6/30. AVOS (Aacies Visus
Oculi Sinistra ) adalah ketajaman penglihatan sebelum dikoreksi pada mata kiri.
10
Pada kasus AVOS 5/60 interpretasi : Pasien dapat melihat huruf pada jarak 5
meter , yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 50 meter .
d. Mengapa terjadi perbedaan visus OS dan OD?
Jawab:
1. Usia (gangguan perkembangan mata >6 tahun)
2. Gen
3. Prematur atau keterlambatan perkembangan
4. rabun dekat yang lebih besar pada satu mata daripada mata yang lain. Jika satu
mata melihat jauh lebih jelas daripada mata yang lain, maka otak ( nukleus
genukulatum lateral dan corteks striata) mengabaikan gambar buram dari mata
yang lebih lemah karena kurang dipergunakan elemen visual retino kortikal pada
saat periode perkembangan
5. Masalah yang mencegah cahaya masuk ke mata untuk jangka waktu yang
panjang. Misalnya, masalah pada lensa, seperti katarak, atau di “jendela” pada
bagian depan mata (kornea) dapat menyebabkan amblyopia. Masalah jenis ini
jarang namun serius. Tanpa pengobatan dini, sang anak mungkin tidak pernah
mengembangkan penglihatan normal pada mata yang terkena masalah tersebut.
6. Bentuk bola mata abnormal atau perbedaan ukuran antara kedua mata juga
berkontribusi terhadap amblyopia
e. Pemeriksaan pada test crowding
Jawab:
- Tujuan pemeriksaan
Untuk mengetahui adanya amblipoia
- Cara pemeriksaan
Penderita diminta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien
disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam
penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya
fenomena ‘crowding’ pada mata tersebut. Mata ini menderita amblyopia.
11
- Interpretasi hasil
Pada kasus tes crowding (+) menunjukkan pasien menderita amblyopia.
f. Bagaimana interpretasi dan tujuan pemeriksaan dari pupil distance?
Jawab:
- Tujuan tes ini untuk melihat adakah strabismus pada mata pasien.
- Cara pemeriksaan
Untuk mengukur pupil distance kita memerlukan penggaris dalam ukuran mm dan
bantuan sinar terutama pada pasien dengan iris mata relative gelap. Sinar ini
diperlukan untuk mendapatkan reflek dari retina yang bisa kita lihat di kornea.
Hal yang perlu diperhatikan saat mengukur pupil distance adalah:
a. Posisi pasien dan pemeriksa sejajar
b. Gunakan senter atau sumber cahaya yang cukup terang
c. Gunakan jarak yang senyaman mungkin
d. Pegang lampu senter dengan tangan kiri dan penggaris dengan tangan kanan
e. Berikan cahaya ke mata pasien, jangan dari arah lurus mata pasien tetapi dari
arah tengah sedikit ke atas atau ke bawah. Pasien jangan melihat ke sumber
cahaya karena jarak itu dianggap jarak dekat yang akan mempengaruhi jarak
PD. Suruh pasien melihat jarak jauh
f. Posisikan angka nol di salah satu pupil mata pasien sementara pasien melihat
ke arah jauh
g. Pemeriksa melihat reflek pada mata kanan dan kiri pasien secara bergantian
dan cepat, baca skala pada penggaris
h. Untuk PD dekat pasien disuruh melihat hidung pemeriksa atau pegang lampu
pemeriksa dan pasien melihat lampu tersebut
Tambahkan 2mm untuk mengukur PD untuk penglihatan jauh
12
- Interpretasi
Nilai Normal : dewasa = 54-68 mm ; Anak-anak = 41-55 mm
PD pasien : 45 mm
Interpretasi : Normal
g. Pemeriksaan funduskopi
Jawab:
- tujuan pemeriksaan
Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli
- Cara pemeriksaa
Funduskopi langsung:
Funduskopi langsung memberikan gambaran normal atau tidak terbalik pada
fundus okuli. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan pasien duduk dan
dokter berdiri di sebelah mata yang diperiksa. Mata kanan diperiksa dengan mata
kanan demikian pula sebaliknya. Jarak pemeriksaan antara kedua mata pemeriksa
dan pasien adalah 15 cm. Setelah terlihat refleks merah pada pupil maka
funduskopi didekatkan hingga 2-3 cm dari mata pasien. Bila kelopak
memperlihatkan tanda menutup maka kelopak tersebut ditahan dengan tangan
yang tidak memegang alat funduskopi. Untuk memperluas lapang penglihatan
maka pasien dapat disuruh melirik ke samping ataupun ke bawah, dan ke atas.
Funduskopi tidak langsung:
13
Funduskopi tak langsung memberikan bayangan terbalik, dan kecil, serta
lapangan penglihatan yang luas di dalam fundus okuli pasien. Jarak periksa adalah
50 cm atau sejarak panjang lengan. Selain dipergunakan funduskopi tak langsung
juga dipergunakan lensa 15-20 dioptri yang diletakkan 10 cm dari mata sehingga
letak fundus berada di titik api lensa. Sama dengan funduskopi langsung pasien
dapat meminta untuk melihat ke berbagai jurusan untuk dapat diperiksa bagian-
bagian retina.
- Interpretasi hasil
Pemeriksaan funduskopi (Oftalmoskopik) pada kasus tidak ditemukan kelainan.
Menunjukkan tidak ada kelainan pada fundus.
h. Pemeriksaan WFDT
Jawab:
- Interpretasi pada kasus
Pada kasus pasien melihat 5 lampu pada WFDT, hal ini menunjukkan pasien
mengalami diplopia.
- Tujuan
Untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi, retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling
14
- Cara pemeriksaan
Penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru
mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1
putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh
mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau
hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan
sedang lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga
akan dilihat oleh mata juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang
tidak normal. Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata
kanan dominan atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3
merah dan 2 hijau bersilangan berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila
tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.
3. Ambliopia dan hipermetropi
a. Bagaimana cara menegakan diagnosis
Jawab:
Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat
dijelaskan dengan mudah. Tetapi hal tersebut ada kaitannya dengan riwayat atau
kondisi yang dapat menyebabkan ambliopia.
Anamnesis
15
Bila menemui pasien yang diperkirakan ambliopia yang harus kita lakukan adalah
mengajukan 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan harus dijawab
dengan lengkap yaitu :
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik ? (seperti strabismus,
anisometropia)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita
strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi
seorang anak menderita ambliopia.
Pemeriksaan serta mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sampai
usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk memberikan
perawatan.
Yang perlu diperiksa adalah pemeriksaan kedudukan mata, adanya reaksi pupil, dan
pemeriksaan fundus. Berikut ini adalah tes yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis adanya ambliopia pada mata anak :
1. Uji crowding phenomenon
Bila terjadi penurunan tajam pengelihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris
maka di nyatakan crowding test (+) ambliopia.
2. Uji densiti filter netral
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik
berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia
dilakukan uji pengelihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai
densiti filter netral) tidak akan terjadi penurunan tajam pengelihatan.
Jika abliopia fungsional maka paling banyak tajam pengelihatan berkurang satu
baris atau ridak terganggu sma sekali. Bila ambliopia organik, maka taam
pengelihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter tersebut.
16
3. Uji Worth’s Four Dot
Bila terlihat 5 titik, 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata dalam
kedudukan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti kedudukan mata
esotropia.
4. Pada mata ambliopia, hasil ERG maupun EEG hasilnya selalu normal,
menandakan tidak adanya kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.
5. Visuskop
Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan visuskop dapat menentukan fiksasi
monokular pada ambliopia.
b. DD
Jawab:
1. Ambliopia fungsional
Ambliopia yang dapat terjadi secara didapat atau kongenital, yang terdapat pada
satu mata, dengan tajam pengelihatan yang kurang tanpa kelainan organik, yang
tidak dapat diperbaiki dengan kacamata.
2. Ambliopia strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling, biasanya esotropia dalam waktu lama pada
anak sebelum pengelihatan tetap. Pada ambliopia strabismik, posisi bola mata
tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.
3. Ambliopia refraktif
Terjadi pada mata ametroptia atau anisometropia yang tidak dikoreksi dan mata
dengan isoametropia seperti pada hipermetropi dalam, atau miopia berat, atau
pada astigmatisme.
4. Ambliopia anisometropik
17
Terjadi akibat adanya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh. Perbedaan
refraksi ke dua mata yang berbeda jauh atau lebih dari 2,5 D dapat menganggu
pengelihatan binokular tunggal.
c. WD
Jawab:
Ambliopia anisometropik
d. Etiologi
Jawab:
Ambliopia anisometropik : terjadi akibat adanya kelainan refraksi antara kedua mata
yang berbeda jauh. Akibat anisometropik, bayangan benda yang dihasilkan dari
kedua mata yang berbeda refraksi tidak sama besar, akibatnya bayangan pada retina
di luar fokus
e. Patofisiologi
Jawab:
Perbedaan refraksi yang besar antara kedua mata menyebabkan terbentuknya
bayangan kabur pada satu mata (amblyopia anisometropik). Perbedaan refraksi yang
besar ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital.
Perbedaan refraksi yang besar dapat menyebabkan mata kabur, hal ini disebabkan
oleh bayangan benda yang dilihat kedua mata tidak sama besar yang menyebabkan
bayangan pada retina secara relatif di luar fokus di banding dengan mata lainnya,
selain itu gambaran retina yang ditampilkan kedua mata berbeda ukuran, sehingga
otak sulit untuk memfusikan bayangan benda dari kedua mata yang berbeda refraksi
tersebut.
f. Manifestasi klinik
Jawab:
1. Crowding phenomenon (+)
2. Berkurang oengelihatan satu mata
18
3. Menurunnya sensitivitas kontras
4. Mata mudah mengalamai fiksasi eksentrik
5. Tidak mempengaruhi pengelihatan mata
6. Adanya anisokoria
7. Daya akomodasi menurun
8. EEG dan ERG normal, artinya tidak terdapat kelainan organik pada retina
maupun korteks serebri.
g. Tatalaksana
Jawab:
Ambliopia, pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu
dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin
besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil hal ini tidak
menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap
waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan
”matang” (sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah – langkah berikut :
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak.
2. Koreksi kelainan refraksi.
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan
mata yang lebih baik
h. Prognosis
Jawab : dubia ed malam
i. SKDI
Jawab : ambliopia 2, hipermetropi ringan 4a
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
19
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakittersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penangananpasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudahkembali dari rujukan.
IV. Hipotesis
Pasien menderita hipermetropi simplex ODS dan ambliopia OS
V. Learning Issue
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA ANAK
Anatomi Bola Mata
Bola mata terdiri atas :
- Dinding bola mata
- Isi bola mata
Dinding bola mata terdiri atas sklera dan kornea, sedangkan isi bola mata terdiri atas uvea,
retina, badan kaca dan lensa.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera
merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata. Tebalnya kira-
kira 1 mm. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran
tekanan bola mata. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.
2. Uvea
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan
siliar, dan koroid.
20
- Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris terletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa yang memisahkan kamera anterior dan kamera
posterior yang berisi humor aquaes. Iris berwarna karena mengandung pigmen.
Pasok darah ke iris adalah dari circulus major iris. Persarafan iris adalah dari serat-
serat di dalam nervi siliares. Di bagian tengah iris terdapat bagian berlubang yang
disebut pupil. Iris berfungsi untuk mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata yaitu otot dilatator, sfingter iris dan otot
siliar. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan
akomodasi.
- Badan siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang.
Membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris, terdiri dari suatu
zona anterior yang berombak-ombak, pars plikata, dan zona posterior yang datar,
pars plana. Musculus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan
radial. Fungsi serat – serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat –
serat zonula yang beorigo di lembah – lembah diantara processus siliaris. Pembuluh
– pembuluh darah yang mendarahi korpus siliare berasal dari lingkaran utama iris.
Saraf sensorik iris adalah melalui saraf – saraf siliaris. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Retina
Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid
yang disebut ablasi retina.
Kornea
21
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan
dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
- Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.
5. Endotel
22
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden,
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Di belakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior terdapat humor aquaeus dan di sebelah posterior terdapat
vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane yang semi permiabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
yang dikenal dengan zonula ( zonula Zinnii ) ke badan siliare. Lensa mata berfungsi untuk
membiaskan cahaya.
Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pada waktu tidur pupil mengalami pengecilan akibat
dari berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan hambatan miosis.
Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi.
Bilik-bilik dalam mata
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan ruangan dibatasi oleh
kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos yang membawa makanan untuk
jaringan mata sebelah depan. Kemudian bilik mata belakang yang paling sempit pada mata.
Humor Aquaeus
Humor aquaeus diproduksi oleh korpus siliare, setelah memasuki kamera posterior humor
aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior. Humor aquaeus adalah suatu cairan
jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Tekanan intraocular ditentukan oleh
kecepatan pembentukan humor aquaeus.
2. Visual development
3. Ambliopia (hub ambliopia, diplopia dan hipermetrofi)
23
4. Hipermetropi
5. Pemeriksaan pada kasus dan pemeriksaan penunjamg lain
Otot-otot penggerak mata
FISIOLOGI MATA
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan
analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata
terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap
mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya,
suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem
24
sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual
ke otak (Junqueira, 2007).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena
adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di
dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke
bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu
sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil
mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran
pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk (Sherwood, 2001).
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan lensa
yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga
baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai
akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot
siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah
anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung
dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksirelaksasi otot
siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi
otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001)
25
Index bias
Konvergensi adalah proses pembiasan sinar yang memusat, dihasilkan dari sebuah sistem
lensa positif. Positif atau negatif merupakan ukuran indeksi bias (refraction index), yaitu
rasio antara kecepatan rambat cahaya melalui media hampa dibandingkan dengan kecepatan
rambat cahaya melalui media tertentu yang spesifik.Pembiasan sistem lensa bersifat
konvergen menuju ke retina. Konvergensi pembiasan sistem lensa menjamin tajam
pengihatan (visus) normal manusia.
n = c/v ,dimana c adalah kecepatan rambat cahaya pada media hampa dan v adalah
kecepatan rambat cahaya pada media tertentu yang spesifik
Pembiasan terjadi ketika sinar melalui 2 atau lebih media dengan indeks bias yang berbeda.
Konvergensi terjadi bila sinar dari media yang memiliki kerapatan molekul lebih rendah
melalui media yang memiliki kerapatan molekul yang lebih tinggi, sehingga diperoleh sinar
hasil pembiasan yang cenderung dibelokan menuju garis median. Divergensi terjadi bila
sinar dari media yang memiliki kerapatan molekul lebih tinggi melalui media yang memiliki
kerapatan molekul yang lebih rendah, sehingga diperoleh sinar hasil pembiasan yang
cenderung menjauhi garis median. Data indeks bias setiap komponen sistem lensa dapat
dilihat pada tabel berikut:
Setiap perubahan indeks bias yang terjadi pada komponen system lensa mata menyebabkan
kelainan pembiasan (refraksi). Gangguan pembiasan menyebabkan sinar hasil refraksi tidak
tepat pada retina, sehingga menyebabkan tajam penglihatan (visus) mengalami penurunan.
Gangguan yang muncul dapat berupa penambahan dan pengurangan konvergensi system
lensa. Contoh kelainan yang menyebabkan perubahan system lensa mata antara lain :
xerophthalmia pada kornea, katarak pada korteks dan medulla lensa, dan galukoma pada
anterior dan posterior chamber.
Refraksi mata
Sistem lensa mata yang positif menyebabkan terkumpulnya sinar hasil pembiasan pada
retina.Posisi bintik kuning retina sendiri terletak pada garis median dari system lensa mata.
Bila sinar datang sejajar sumbu utama akan dibelokan melalui jari-jari lensa, sedangkan bila
26
sinar datang melalui pusat kelengkungan lensa akan diteruskan dan bila sinar datang dari
arah selain itu akan dibelokan sejajar sumbu utama.
Konvergensi tepat pada retina hanya diperoleh bila benda yang dilihat berada 6 meter atau
lebih jauhnya dari mata. Bila jarak benda kurang dari 6 meter, maka konvergensi berkurang
dan bayangan yang terbentuk tidak tepat pada retina. Jarak 6 meter adalah jari-jari
kelengkungan lensa mata, sehingga benda harus berada di ruang 3 agar bayangan yang
terbentuk tepat pada retina. Semakin jauh jarak benda, semakin jelas bayangan yang
terbentuk.
Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan
sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui
cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal.
Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel
epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai
myoepithelial cells (Saladin, 2006).
27
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga
lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi
dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke
benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki
mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata
(Saladin, 2006).
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33), dan lensa
(n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya
berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang
dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina,
tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial
yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,
2006).
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada
pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama
dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan
dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.
Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan
ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron
dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic (Seeley, 2006).
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan
diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus,
superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006). Gambaran jaras penglihatan yang telah
dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity" yang
didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada tingkat
kejelasan upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakankemampuan sistem
28
penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang
optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata
yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat (Riordan-Eva, 2009).
Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity.
Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail dari huruf
terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah
kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai
dua objek yang terpisah (Leat, 2009).
Jarak 6 meter menjadi standar pengukuran tajam penglihatan. Tes tajam penglihatan (visus)
dilakukan pada jarak 6 meter dari Snellen chart. Hasil pemeriksaan visus normal adalah 6/6,
artinya benda yang seharusnya dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter, ternyata dapat
dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter. Bila hasil pemeriksaan menyatakan visus < 6/6,
misal 4/6 atau 5/6, maka benda yang seharusnya dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6
meter, ternyatadapat dilihat dengan jelas pada jarak 4 dan 5 meter.
Akomodasi
Benda yang terletak pada jarak kurang dari 6 meter, maka perlu ada penambahan
konvergensi lensa. Akomodasi mata merupakan upaya penambahan konvergensi lensa agar
mata tetap dapat melihat benda yang jaraknya kurang dari 6 meter. Kemampuan akomodasi
semakin berkurang dengan bertambahnya umur. Hal ini terlihat dari ukuran titik dekat pada
setiap kelompok umur yang semakin bertambah. Titik dekat adalah jarak terdekat benda dari
mata yang masih dapat diidentifikasi dengan jelas.
Akomodasi terjadi karena kontraksi dari m ciliaris yang memiliki origo pada lensa dan
insersi pada orbita. Kontraksi m ciliaris menarik orbita mendekat ke media sehingga jarak
superior dengan posterior orbita berkurang. Secara tidak langsung hal ini menyebabkan
tekanan pada lensa mata ke arah medial, sehingga menyebabkan kelengkungan lensa
(terutama posterior) bertambah cembung.
29
Akomodasi menyebabkan seakan-akan jarak benda bertambah, atau menjauh karena bagian
posterior lensa bertambah cembung ke dalam. Selain jarak benda, jari-jari dan diameter lensa
juga bertambah saat akomodasi. Efek samping lain yang muncul saat akomodasi adalah
peningkatan tekanan chamber, terutama posterior. Hal inilah yang menyebabkan munculnya
rasa nyeri tumpul (kemeng), ditambah dengan terbentuknya asam laktat dari kontraksi m
ciliaris menyebabkan akomodasi mata tak dapat dilakukan terlalu lama.
2. VISUAL DEVELOPMENT
Perkembangan Sistem Visual
Pada saat kelahiran, ketajaman visual masih buruk, dalam rentang gerakan tangan hingga
menghitung jari. Hal ini sebagian besar disebabkan karena imaturitas dari pusat visual di
otak yang berperan untuk pemrosesan penglihatan. Ketajaman visual secara cepat meningkat
selama beberapa bulan pertama kehidupan ketika bayangan retina yang jelas menstimulasi
perkembangan neural dari pusat visual, termasuk nukleus genikulatum lateral dan korteks
striatum. Perkembangan visual normal memerlukan stimulasi visual yang sesuai, meliputi
bayangan retina yang jelas, dengan kejernihan bayangan yang sama pada kedua mata.
Perkembangan visual paling aktif dan rentan selama 3 bulan pertama kehidupan, yang
diistilahkan sebagai periode kritis perkembangan visual. Gambar 5 menunjukkan suatu
kurva dari peningkatan ketajaman visual dibandingkan terhadap usia. Perhatikan bahwa
kurva paling curam sewaktu bulan-bulan pertama kehidupan, relatif terhadap periode kritis
dari perkembangan visual. Perkembangan ketajaman visual berlanjut sampai usia 7 hingga 8
tahun, tapi perkembangan lebih lambat dan plastisitas secara progresif berkurang pada masa
kanak-kanak akhir. Stimulasi visual abnormal oleh suatu bayangan retina yang kabur atau
30
strabismus selama perkembangan visual awal (contohnya, katarak kongenital, strabismus)
dapat mengakibatkan kerusakan permanen terhadap pusat visual di otak. Terapi dini dari
penyakit mata pediatrik penting untuk mempertahankan perkembangan visual yang
normal.
Proses dari perkembangan visual itu sendiri adalah kompleks dan hanya dipahami
sebagian. Fase perkembangan yang penting dalam perkembangan visual adalah :
Saat lahir, tidak terdapat fiksasi sentral dan mata bergerak secara acak.
Pada bulan pertama kehidupan, refleks fiksasi mulai berkembang dan telah berkembang sempurna pada saat usia 6 bulan.
Pada usia 6 bulan, stereopsis makular dan refleks akomodasi telah berkembang sepenuhnya.
Pada usia 6 tahun, ketajaman visual penuh (6/6) telah diperoleh dan penglihatan binokular tunggal telah berkembang sempurna.
Gambar 1. Kurva di atas menampilkan peningkatan eksponensial pada ketajaman visual sewaktu periode kritis dari perkembangan visual (dari lahir hingga 3 bulan).
Perkembangan penglihatan binokular terjadi bersamaan dengan peningkatan penglihatan monokular. Persyaratan untuk perkembangan penglihatan binokular normal meliputi stimulasi retina yang jelas dan setara dan kesejajaran mata yang tepat. Penglihatan binokular dan fusi telah ditemukan terdapat di antara usia 1,5 dan 2 bulan sementara stereopsis berkembang kemudian, di antara usia 3 dan 6 bulan
Perkembangan Refleks Fusi
31
Refleks fusi adalah refleks bersyarat, didapat dan dipertahankan oleh aktivitas otak. Refleks tersebut berkembang pada seseorang berdasarkan pengalaman. Elemen-elemen dari mekanisme fusi adalah :
Reflek fiksasi.
Reflek refiksasi.
Reflek fusional konjugasi yang mempertahankan keparalelan dari kedua mata pada semua posisi pandangan.
Refleks disjungtif yaitu refleks konvergens dan divergens.
Saat lahir refleks fiksasi belum berkembang dengan baik, dengan anak hanya memiliki pergerakan okular yang acak, nonkonjugasi dan tidak bertujuan. Terdapat ketidakmampuan untuk melakukan gerakan pursuit selama beberapa minggu pertama kehidupan. Perkembangan refleks optomotor pada dasarnya merupakan kejadian postnatal, dengan urutan kejadian adalah :
Pada usia 2-3 minggu, mengikuti cahaya secara uniokular.
Pada usia 6 minggu hingga 6 bulan, mengikuti cahaya secara binokular.
Kemampuan konvergensi yang belum muncul saat lahir mulai berkembang pada usia 1 bulan dan sudah berkembang sempurna pada usia 6 bulan.
Perkembangan akomodasi mengalami keterlambatan daripada perkembangan konvergensi yang disebabkan keterlambatan dalam perkembangan otot siliar, pararel dengan konvergensi pada usia 6 bulan.
Perkembangan Stereopsis
Sejak era Wheatstone (1838), stereopsis telah menjadi salah satu bidang penelitian penglihatan yang paling populer, dan secara rutin diukur dalam praktik klinis. Penyakit yang mempengaruhi stereopsis termasuk kekaburan, strabismus, dan ambliopia, dan pengukuran klinis dari stereopsis bernilai sebagai suatu metode skrining tidak langsung.
Stereopsis tidak terdapat saat lahir tapi telah ditunjukkan pada saat usia 3 hingga 4 bulan. Stereopsis muncul dengan onset yang tiba-tiba dengan perkembangan selanjutnya yang cepat menuju tingkat dewasa dalam beberapa minggu, dan terjadi lebih awal secara signifikan pada wanita daripada pria. Worth mempostulasikan suatu kemajuan dari satu tingkat dari penglihatan binokular hingga tingkat selanjutnya, dengan stereopsis merupakan tingkat tertinggi. Bagaimanapun, merupakan hal yang mungkin untuk memiliki fusi sensoris dan motoris tanpa stereopsis atau, yang lebih jarang, stereopsis tanpa fusi motoris.
32
Perkembangan Penglihatan Binokular (Penglihatan dengan Dua Mata Bersamaan)
Perkembangan penglihatan binokular terjadi bersamaan dengan meningkatnya
penglihatan monokular. Kedua saraf dari mata kanan dan kiri akan bergabung memberikan
penglihatan binocular (penglihatan tunggal dua mata).
Di korteks striata jalur aferen kanan dan kiri berhubungan dengan sel-sel korteks
binokular yang mempunyai respon terhadap stimuli kedua mata, dan sel-sel korteks
monokular yang bereaksi terhadap rangsangan hanya satu mata. Kira- kira 70% sel-
sel di korteks striata adalah sel-sel binokular. Sel-sel tersebut berhubungan dengan saraf di
otak yang menghasilkan penglihatan tunggal binokular dan stereopsis (penglihatan tiga
dimensi). Fusi penglihatan binokular berkembang pada usia 1,5 hingga 2 bulan, sementara
stereopsis berkembang kemudian pada usia 3 hingga 6 bulan.
Penglihatan binokular normal adalah proses penyatuan bayangan di retina dari dua mata
ke dalam persepsi penglihatan tunggal tiga dimensi. Syarat penglihatan binokular tunggal
adalah memiliki sumbu mata yang tepat sehingga bayangan yang samadari masing-masing
mata jatuh pada titik di retina yang sefaal, yang akan diteruskan kesel-sel binokular korteks
yang sama. Obyek di depan atau belakang horopter akan merangsang titik
retinanonkorespondensi. Titik di belakang horopter empiris merangsang retina binasal, dan
titikdi depan horopter merangsang retina bitemporal. Ada daerah yang terbatas di depan dan
di belakang garis horopter tempat obyek merangsang titik-titik retina non
korespondensisehingga masih dapat terjadi fusi menjadi bayangan binokular tunggal. Area
ini disebutarea fusi Panum. Obyek dalam area ini akan menghasilkan penglihatan binokular
tunggaldengan penglihatan stereopsis atau tiga dimensi. Fovea atau bintik kuning
mempunyairesolusi atau daya pisah ruang yang tinggi, sehingga perpindahan kecil pada
garis horopter pada lapang pandang sentral dapat terdeteksi, menghasilkan stereopsis derajat
tinggi.
Adaptasi sensoris pada gangguan rangsangan penglihatan
Hal ini terjadi karena kedua mata kita terpisah dan masing- masing mata mempunyai
perbedaan penglihatan saat melihat obyek. Perkembangan sistem penglihatan menyesuaikan
dengan kekacauan bayangan retina yang tidak sama dengan menghambat aktivitas korteks
33
dari satu mata. Hambatan korteks ini biasanya melibatkan bagian sentral lapang pandang
dan disebut supresi kortikal. Bayangan yang jatuh dalam lapang supresikortikal tidak akan
dirasakan dan area ini disebut skotoma supresi. Supresi tergantung pada adanya penglihatan
binokular, dengan satu mata berfiksasi sedang mata satunya supresi. Ketika mata fiksasi
ditutup, skotoma supresi hilang. Supresi korteks mengganggu perkembangan sel-sel kortikal
bilateral dan akan menghasilkan penglihatan binokular abnormal tanpa stereopsis atau
stereopsis yang buruk. Jika supresi bergantian antarakedua mata, tajam penglihatan akan
berkembang sama meskipun terpisah tanpa fungsi binokular normal sehingga terjadi
penglihatan bergantian atau alternating. Supresi terus menerus terhadap aktivitas korteks
pada satu mata akan mengakibatkan gangguan perkembangan penglihatan binokularitas dan
tajam penglihatan yang buruk.
3. AMBLIOPIA
Amblyopia lebih dikenal dengan sebutan Lazy Eye (mata malas). Mata malas atau
Amblyopia adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan penglihatan yang tidak bisa
dibantu meskipun menggunakan kacamata maupun lensa kontak.
Amblyopia tidak disebabkan karena adanya kesalahan pada mata. Pada kondisi ini, otak
tidak tidak sepenuhnya melakukan fungsinya dalam menggambarkan objek yang dilihat oleh
mata. Amblyopia hampir selalu terjadi hanya pada satu mata saja, tapi di beberapa kasus
sangat jelas menunjukkan bahwa amblyopia mempengaruhi penglihatan pada kedua belah
mata. Sebagian besar penderita Amblyopia adalah anak-anak.
Penyembuhan Amblyopia sendiri banyak dilakukan pada tahun pertama ketika seseorang
di diagnosis menderita Amblyopia ketika mata masih dapat berkembang dengan baik.
Amblyopia adalah kondisi neurogikal bawaan atau karena sebab di atas. Otak akan
menghalangi mata untuk melihat objek secara jelas dan proses tersebut dapat menyebabkan
penurunan permanen pada penglihatan yang tidak dapat ditolong dengan kacamata, lensa
kontak atau operasi lasik sekalipun. Kebanyakan orang tua dan anak dapat secara dini
mencegah kondisi ini, dengan menjaga kondisi mata dari penyakit yang sangat sulit
disembuhkan.
34
Kedua mata harus menerima objek benda yang dilihat dengan jelas selama masa awal
penglihatan (pada anak hingga usia 6 tahun). Semua hal yang menghalangi penglihatan yang
jelas pada mata selama masa tersebut diakibatkan karena Amblyopia. Pada umumnya
penyebab Amblyopia adalah Atrabismus konstan (bola mata turun sebelah), Anisometropia
(penglihatan yang berbeda), adanya penyumbatan pada mata karena trauma dan kelopak
mata yang layu.
Anisometropia adalah penyebab utama amblyopia, dan banyak penelitian
menginformasikan bahwa ia sering tidak terdiagnosa dan tertangani. Untuk membantu
faktor-faktor risiko amblyopia (kekeruhan media refraksi, strabismus dan atau kesalahan
refraksi), The vision screening committee of the American Association forPediatric
Ophthalmology and Strabismus (AAPOS) telah mengembangkan petunjuk (guidelines)
skrening penglihatan. Seorang anak yang memenuhi criteria kegagalan ini harus dirujuk
untuk menjalanai evaluasi oftamologik untuk mencegah amblyopia.
Waktu yang tepat saat memberikan kacamata yang dapat mengkoreksi anisometropia
yang nyata masih belum jelas. Namun, umur anak, tipe dan derajat anisometropia yang
dialami oleh seorang anak dapat berguna dalam memprediksi tindakan yang rasional untuk
mengembangkan sistem penglihatan.
Berbagai modalitas terapi amblyopia dan seberapa berhasil terapi ini dalam
mengembalikan penglihatan yang sempurna masih terus digali sampai saat ini. Adaptasi
refraktif, patching enam jam dalam sehari, penggunaan atropin dan kombinasi atropin
dengan optical penalization telah terbukti efektif dalam menangani amblyopia
anisometropia yang moderat. Faktor risiko untuk masing-masing metode, tipe dan derajat
anisometropia serta umur pasien dan tajam penglihatan harus dipertimbangkan kapan
memilih rencana terapi terbaik untuk si pasien.
Patofisiologi
Walaupun terdapat berbagai macam ambliopia, ia dipercaya memiliki mekanisme dasar
yang sama bahkan meskipun masing-masing faktor berperan terhadap tipe spesifik
ambliopia. Pada umumnya, amblyopia dipercaya disebabkan karena ketiadagunaan dari
fovea atau stimulus retina perifer yang tidak adekuat dan/atau interaksi binokular yang
menyebabkan perbedaan input visual dari fovea.
35
Tiga periode kritis perkembangan visus manusia telah diketahui. Selama periode ini,
penglihatan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam mekanisme untuk bisa menyebabkan
atau membalikkan amblyopia. Tiga periode ini adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan visus dari kisaran 20/200 sampai menjadi 20/20, yang terjadi dari
kelahiran sampai umur 3-5 tahun.
2. Periode risiko tinggi munculnya amblyopiam dari umur beberapa bula sampai 7 atau 8
tahun.
3. Periode selama penyembuhan amblyopia dapat disembungkan, yaitu dari periode waktu
nomor 2 sampai remaja atau bahkan kadang-kadang dewasa
Epidemiologi
Prevalensi amblyopia sangat sulit dinilai dan bervariasi pada berbagai literature, yang
berkisar dari satu sampai tiga persen pada anak sehat dan empat sampai lima persen pada
anak-anak dengan masalah mata. Sebagian besar data menunjukkan bahwa kira-kira 2%
populasi umum menderita amblyopia.
Amblyopia seperti yang ditunjukkan pada Visual Acuity Impairment Survey yang
disponsori oleh National Eye Institute (NEI) merupakan penyebab utama hilangnya
penglihatan monokular pada dewasa yang berumur 20-70 tahun atau lebih. Prevalensi
amblyopia tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Amblyopia was shown in the Visual Acuity Impairment Survey sponsored by the National
Eye Institute (NEI) to be the leading cause of monocular vision loss in adults aged 20-70
years or older. Prevalence of amblyopia has not changed much over the years.
Amblyopia merupakan masalah sosioekonomi yang terjadi masyarakat. Banyak studi
menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu hilangnya penglihatan monokular pada orang
dewasa. Lebih jauh lagi, seseorang dengan amblyopia memiliki risiko yang lebih tinggi
menjadi buta karena penyebab potensial dari sebab lain. Tidak terdapat faktor ras dan jenis
kelamin pada kelainan ini. Risiko yang tinggi ada pada anak-anak yang perkembangannya
terlambat seperti lahir premature, dan atau mempunyai riwayat keluarga amblyopia.
Etiologi
36
Amblyopia dapat disebabkan oleh banyak kelainan yang mendahului. Sebagian besar
penyebab tersebut antara lain :
1. Anisometropia. Amblyopia jenis ini lebih sering terjadi pada pasien anisohipermetropia
daripada anisomyopia. Hiperopia anisometropia derajat ringan, seperti 1-2 dioptri, dapat
menginduksi amblyopia. Pada myopia, miopia anisometropia sampai -3 dioptri biasanya
tidak menyebabkan amblyopia. Hipermetropia anisometropia 1,5 dioptri atau lebih besar
adalah faktor risiko jangka panjang untuk perburukan tajam penglihatan setelah terapi
oklusi
2. Strabismus. Insidensi amblyopia lebih besar pada pasien estropia dibandingkan dengan
eksotropia
3. Pasien yang suka memfiksasi satu mata. Hal ini menyebabkan inhibisi input visual ke
jalur retinokorteks.
4. Strabismic anisometropia. Pasien ini menderita strabismua yang berhubungan dengan
anisometropia.
5. Defisit visual. Amblyopia dapat disebabkan oleh diuse atau understimulation retina.
Kondisi ini dapat bersifat unilateral atau bilateral. Contohnya seperti katarak, kekeruhan
kornea, ptosis dan pembedahan penutupan kelopak mata.
6. Organik. Kelainan struktur retina atau nervus optikus dapat saja terjadi. Amblyopia
fungsional dapat bersuperimposisi dengan kelainan visual organik.
Diagnosis
Anamnesis
Hal ini diperlukan untuk mencari riwayat kelainan sebelumnya. Perlu pula
dicari informasiriwayat bedah mata sebelumnya. Sebagai tambahan informasi rutin,
penggalian informasimengenai riwayat strabismus dalam keluarga atau masalah mata lain
adalah sangat penting karena keberadaan masalah mata tersebut dapat merupakan faktor
predisposisi terjadi amblyiopia pada anak-anak.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan visus
37
Diagnosis amblyopia biasanya memerlukan dua garis perbedaan tajam penglihatan yang
bermakna antara kedua mata; namun definisi ini masig membingungkan dan
perbedaan yang hanya sedikit sering terjadi.
Crowding phenomenon : karakteristik yang umum terjadi pada mata amblyopia adalah
kesulitan dalam membedakan optotipe yang saling berdekatan. Visus sering lebih baik
ketika pasien dihadirkan huruf tunggal daripada sebaris huruf.
2. Tes pada anak yang belum bisa bicara.
Kesukaan memfiksasi mata lebih mudah dinilai terutama ketika terdapat strabismus.
Induced tropia test dapat dilakukan dengan cara memegang prisma 10 dioptri pada kasus
orthophoria atau microtropia.
Pada bayi yang matanya terfiksasi silang, yaitu dengan cara memberikan perhatian ketika
perpidahan fiksasi (fixation switch) terjadi. Jika ini terjadi mendekati posisi primer,
maka visusnya sama pada kedua mata.
1. Sensitifitas kontras (contrast sensitivity). Mata amblyopia strabismus dan anisometropia
mengalami kehilangan ambang sensitifitas kontras yang nyata, terutama pada frekuensi
spasial yang besar. Kehilangan ini meningkatkan perburukan amblyopia.
2. Neutral density filters. Pasien dengan amblyopia strabismus mempunyai visus yang lebih
baik atau hanya mengalami sedikit penurunan ketika diuji dengan neutral density
filtersdibandingkan mata normal. Hal ini tidak ditemukan pada pasien dengan amblyopia
anisometropia atau penyakit organik.
3. Fungsi binokular. Amblyopia biasanya berhubungan dengan perubahan pada fungsi
binokular atau stereopsis.
4. Eccentric fixation. Beberapa pasien dengan amblyopia dapat secara konsisten memfiksasi
mata dengan menggunakan daerah nonfovea retina di bawah penggunaan monokular
mata yang amblyopia. Mekanismenya belum diketahui. Hal ini dapat didiagnosis dengan
cara memegang lampu fiksasi pada garis tengah di depat pasien dan memintanya untuk
memfiksasi pada titik ini ketika mata normal ditutup. Refleksi dari cahaya tersebut tidak
akan dipusatkan.
38
5. Refraksi. Refraksi sikloplegik harus dilakukan pada semua pasien, dengan menggunakan
retinoscopy untuk mendapatkan refraksi yang objektif. Pada sebagian besar kasus,
semakin hiperopia atau astigmatis sebuah mata maka semakin besar kemungkinan mata
tersebut menjadi amblyopia.
Pemeriksaan Penunjang
Jika timbul kecurigaan adanya sebab organik penurunan penglihatan dan pemeriksaan
mata menunjukkan normal, investigasi lebih jauh terhadap retina atau nervus optikus harus
dilakukan. Pemeriksaan lain yang memerlukan pencitraan sistem visual adalah melalui CT
scan, MRI, dan fluorescein angiography untuk menilai retina.
Pemeriksaan histologik pada nukleus genikalatum lateral pada anak kucing dengan
amblyopia telah menunjukkan keadaan sel tersebut, yang mana sel yang menerima input dari
mata yang terganggu mengalami pengecilan (atrofi), sedangkan sel yang menerima input
dari mata yang tidak terganggu mengalami pembesaran.
Penatalaksanaan
Ambliopia, pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu
dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula
peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap
untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan ”matang” (sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah – langkah berikut :
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak.
39
2. Koreksi kelainan refraksi.
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata yang
lebih baik
4. Meluruskan posisi bola mata sebaik mungkin
Prognosis
Sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama setelah 1
tahun.7 Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal
ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Masa sensitif dimana amblyopia
bisa disembuhkan s/d 8 tahun pada strabismus dan s/d 12 tahun pada anisometropi.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :
Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik
prognosisnya paling baik.
Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakin
baik.
Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal
pada mata amblyopia maka prognosisnya juga semakin baik
4. HIPERMETROPIA
Hipermetropia dapat disebabkan :
40
1. Hipermetroia sumbu atau Hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola
mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek .
2. Hipermetropia kurvatur , dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga
bayangan difokuskan di belakang retina.
3. Hipermetropia refraktif , dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik
lensa .
Definisi Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Hipermetropia
merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang makula lutea (Ilyas, 2004).
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang
menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di
belakang retina (Istiqomah, 2005). Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak
berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika
kekuatan yang tidak sesuai antara bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa
lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina (Patu, 2010).
Klasifikasi Hipermetropia
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola
mata yang lebih pendek, bayangan benda akan dfokuskan di belakang retina (Ilyas, 2006).
Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas (Ilyas, 2006):
a. Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek
atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina.
c. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik
mata.
Secara klinis, hipermetropia terbagi dalam 3 kategori (AOA, 2008):
41
a. Simple hyperopia, karena variasi normal biologis, bisa disebabkan oleh panjang sumbu
aksial mata ataupun karena refraksi.
b. Pathological hyperopia, disebabkan anatomi mata yang abnormal karena gagal
kembang, penyakit mata, atau karena trauma.
c. Functional hyperopia adalah akibat dari paralisis akomodasi.
Hipermetropia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat kelainan refraksinya, yaitu:
(AOA, 2008)
a. Hipermetropia ringan (≤ +2,00 D)
b. Hipermetropia sedang (+2,25 - +5,00 D)
c. Hipermetropia berat (≥+5,00 D)
Terdapat berbagai gambaran klinik hipermetropia seperti (Ilyas, 2006):
a. Hipermetropia manifes, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri
atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia
manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan
koreksi kacamata maksimal.
b. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang hanya mempunyai
hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata
positif yang memberikan penglihatan normal, maka otot akomodasinya akan
mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga akomodasi
disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
c. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang
ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropi absolut.
d. Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (atau dengan otot
yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia
laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin muda makin besar komponen
42
hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan
menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan
akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien muda dan daya akomodasinya masih
kuat.
e. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan
siklopegia.
Contoh pasien hipermetropia :
Pasien usia 25 tahun , dengan tajam penglihatan 6/20
Dikoreksi dengan sferis + 2.00 6/6
Dikoreksi dengan sferis + 2.50 6/6
Dikoreksi dengan sikloplegia , sferis + 5.00 6/6
Maka pasien ini mempunyai :
Hipermetropia absolut sferis + 2.00
Hipermetropia manifes sferis + 2.50
Hipermetrofia fakultatif sferis (+2.50)-(+2.00)= + 0.50
Hipermetrofia laten sferis +5.00 – ( +2.50) = +2.50
Manifestasi Klinik
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia yaitu sakit kepala terutama di daerah dahi
atau frontal, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda (Ilyas, 2006).
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan
yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut
astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama
melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau
juling ke dalam (Ilyas, 2006).
Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa
akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan
kekuatan hipermetropia antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu
mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal (Ilyas, 2004).
43
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya
masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien
yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang lanjut, akan
memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala,
mata terasa pedas dan tertekan (Ilyas, 2006).
Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah mata
lelah, sakit kepala, dan penglihatan kabur bila melihat dekat (Ilyas, 2006). Pada usia lanjut,
seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena berkurangnya daya akomodasi
mata dan penglihatan akan berkurang (Ilyas, 2006).
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa
siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal (6/6) (Ilyas, 2006).
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia
total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kacamata
koreksi positif kurang (Ilyas, 2006). Tidak ada pembedahan yang dapat bertahan untuk
mengatasi hipermetropia. RK dan PRK dicoba untuk merubah permukaan kornea dengan
hipermetropia (Ilyas, 2006).
Penyulit yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia dan
glaukoma.Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan
akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang
akan mempersempit sudut bilik mata (Ilyas, 2006).
Etiologi Hipermetropia
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat
bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.
Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek
atau sumbu anteroposterior yang pendek. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan
kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina. Hipermetropia
indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata (Ilyas,
2006).
44
Patofisiologi
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan terfokus di
belakang retina (Wong, 2008).
Pengobatan
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk mematahkan sinar
lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di berikan koreksi lensa positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia sebaiknya diberikan
kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan maksimal (Ilyas,
2006).Bila pasien dengan +3.0 ataupun dengan +3.25 memberikan ketajaman penglihatan
6/6 , maka diberikan kaca mata +3.25 . Hal ini memberikan istirahat pada mata . Pada pasien
dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak – anak , maka sebaiknya pemeriksaan
dilakukan dengan sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi . Dengan melumpuhkan
otot akomodasi , maka pasien akan mendapatkan koreksi kaca matanya dengan ,ata yang
istirahat
Komplikasi
Penyulit yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia dan
glukoma . Esotropia atau juling ke dalam dapat terjadi akibat pasien selamanya melakukan
akomodasi . Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar
yang akan mempersempit sudut bilik mata .
SKDI
45
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas. 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakittersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penangananpasien selanjutnya. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudahkembali dari rujukan.
5. PEMERIKSAAN PADA KASUS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
1. Snellen Chart
Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan optotype snellen, kartu
cincin landolt, kartu uji E, dan kartu uji sheridan/gardiner. Dan yang dipakai dalam
percobaan visus ini adalah optotype snellen. Optotype snellen terdiri atas sederetan
huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar.
Huruf teratas berukuran besar yang kemudian dilanjutkan ke bawah dan ukurannya
pun semakin ke bawah semakin kecil.
Dengan gambar kartu optotype snellen ditentukan tajam penglihatan dimana mata
hanya dapat membedakan dua titik tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf
hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya
dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian
46
dipisahkan dengan sudut satu menit. Semakin jauh huruf harus terlihat, maka semakin
besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus tetap lima menit.
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak lima atau enam
meter karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau
tanpa akomodasi. Dengan optotype snellen dapat ditentuk tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti :
1. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter.
2. Bila hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 30, berarti
tajam penglihatan adalah 6/30.
3. Bila hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti
tajam penglihatan adalah 6/50.
4. Bila tajam penglihatan 6/60 berarti ia dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
Gambar Optotype huruf dan optotype gambar
Alat-Alat Yang Digunakan
Optotype dari snellen
47
Orang percobaan (OP) berdiri sejuah 6 meter dari optotype-optotype. Oleh pelaku
percobaan ditunjukkan optotype satu demi satu mulai dari optotype yang besar dan
ditetapkan huruf yang kecil/terkecil yang masih dapat dibaca oleh orang percobaan
(OP). Bila satu huruf dari satu baris sudah dibaca salah, berarti bahwa huruf-huruf
yang lain dari baris itu juga tidak kelihatan jelas.
Kesimpulan
Kejernihan penglihatan tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata
dan sensifitas dari otak. Agar dapat menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata
harus memproyeksi gambar yang fokus pada fovea. Ketajaman visus dipengaruhi oleh
diameter pupil dalam mata seseorang.
Dari percobaan di atas, orang percobaan memiliki penglihatan yang tergolong
normal karena ketika pelau percobaan menunjukkan ke optotype yang terkecil orang
percobaan tetap bisa melihat dengan baik.
Aplikasi
1. Dapat digunakan oleh dokter untuk memeriksa ketajaman penglihatan pasiennya.
2. Biasanya digunakan pada tes fisik militer.
3. Digunakan untuk tes masuk ke suatu perusahaan otomotif.
4. Dalam tes seleksi perguruan tinggi ada juga yang menggunakan tes visus.
2. Pemeriksaan Oftalmoskopi
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi
interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur lubang
cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan
refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan Filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang
besar,dan filter bebas –merah. Lubang kecil untuk pupil yang tidak berdilatasi, lubang
besar untuk pupil yang berdilatasi;dan filter bebas merah menyingkirkan sinar merah
dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan filter ini, retina
tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning, dan darah tampak berwarna
hitam.
48
Langkah-langkah Pemeriksaan
- Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
- Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata (direct
ophthalmoscope). Ruangan dibuat setengah gelap, penderita diminta melepas
kacamata dan pupil dibuat midriasis dengan tetes mata midriatil.
- Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca mata penderita.
- Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa
memeriksa mata kiri penderita.
- Jika pemeriksaan menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya
dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang
dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan diopter lensa diatur
pada angka “0” jika ia tidak menggunakan kaca mata.
- Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang pemeriksa.
- Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks fundus
dengan posisi/cara pegang yang benar. Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan sinar
berwarna merah, reflex merah, dapat dilihat pada pupil. Pemeriksaan harus
memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
- Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm.
- Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop.
- Jika sudah terjadi kontak dengan retina pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus
atau pembuluh darah, dengan memutar roda diopter dengan jari telunjuk, pemeriksa
akan bisa melihat struktur ini dengan focus yang tajam. Amati secara sistematis
struktur retina dimulai dari papil N. optik, arteri dan vena retina sentral, area makula,
dan retina perifer.
- Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata
- Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita
49
Inspeksi Diskus Optikus
Daerah yang sangat menyolok dari retina adalah diskus saraf optikus. Diskus
tersebut harusnya bulat,dengan batas yang tajam. Batas sisi nasal biasanya agak
buram. Diskus berwarna agak merah muda pada orang berkulit terang dan jingga
kekuningan pada orang berkulit gelap. Cup adalah bagian diskus yang terletak
ditengah,warnanya lebih muda, dan dimasuki oleh retina. Rasio normal cup-to-disc
bervariasi dari 0,1 sampai 0,5. Pemeriksa harus mengecek kesimetrisan rasio cup-to-
disc pada kedua mata.
Inspeksi Pembuluh Darah Retina
Pembuluh darah diperiksa karena mereka tampak diatas retina. Ukuran arteri
adalah dua pertiga sampai empat perlima dari ukuran diameter vena dan mempunyai
refleks cahaya yang mencolok. Refleks cahaya adalah refleksi dari cahaya
oftalmoskop pada dinding arteri dan normalnya sekitar superempat diameter kolumna
darah. Vena memberikan pulsasi spontan 85 % pasien. Pulsasi paling baik terlihat
pada vena retina yang memasuki nervus optikus, dimana pulsasi dapat dilihat pada
ujungnya.
Karena pembuluh darah berjalan menjauhi papil, mereka tampak menyempit.
Persilangan arteri dan vena terjadi pada 2 diameter papil dari papil.
Dinding pembuluh darah normal tidak terlihat, dengan refleks cahayanya yang
tipis. Pada hipertensi, pembuluh darah dapat mempunyai daerah penyempitan atau
spasme setempat atau umum, menyebabkan refleks cahaya menjadi menyempit.
Berjalan sesuai dengan waktu, dinding pembuluh darah menebal dan sklerotik, dan
terjadi pelebaran refleks cahaya menjadi lebih dari separuh diameter kolumma darah.
Refleks cahaya berkembang sebagai gambaran Jingga metalik, yang disebut kawat
tembaga. Bila arteri seperti itu menyilang sebuah vena,akan tampak sepertinya
kolumna vena terputus akibat pelebaran,tetapi dinding dapat terlihat.keadaan ini
disebut sebagai takik arteriovenosa (AV).
50
Ikuti pembuluh darah ke empat arah : superior temporal, superior nasal, inferior
nasal, dan inferior temporal. Ingatkan untuk menggerakkan kepala dan oftalmoskop
sebagai satu kesatuan.
Inspeksi Makula
Jika Oftalmoskop tetap setinggi papil dan digerakkan ke temporal sekitar 2
diameter papil, makula akan terlihat. Makula tampak sebagai daerah avaskular dengan
titik pusat refleksi, yaitu foveo. Jika pemeriksa mengalami kesulitan dalam melihat
makula, pasien dapat diperintahkan untuk melihat langsung kearah cahaya; sehingga
foveo dapat terlihat. Filter bebas–merah juga membantu untuk mengetahui lokasi
makula.
Menggambarkan setiap Lesi Retina
Dalam skrining fundus, pemeriksa mungkin menemukan kelainan. Jika terlihat
suatu lesi, warna dan bentuknya penting untuk menentukan penyebabnya. Apakah
berwarna merah, hitam, abu-abu atau keputihan/lesi merah biasanya adalah
pendarahan. Hal ini paling baik ditentukan lokasinya dengan menggunakan filter hijau
dari oftalmoskop. Perdarahan berbentuk linear, atau seperti api, terjadi pada lapisan
saraf dari retina, sedangkan perdarahan berbentuk bundar terletak pada lapisan retina
yang lebih dalam.
Lesi hitam yang berbentuk seperti spikula tulang, berhubungan dengan retinitis
pigmentosa. Pada keadaan ini, melanin cenderung untuk melapisi pembuluh darah
retina. Lesi berbentuk ”donat” sering ditemukan pada korioretinitis yang lama. Lesi
berpigmen, meninggi, berbentuk cakram menandakan melanoma. Bercak yang
menyebar pada retina seringkali merupakan keadaan degeneratif. Lesi abu-abu, rata,
biasanya nevi jinak. Lesi putih dapat tampak sebagai daerah lunak, cotton-wool, atau
dapat juga padat. Lesi putih sangat lazim dan sering berkaitan dengan hipertensi atau
diabetes. Perbedaan dari lesi-lesi putih di retina.
3. Pemeriksaan Segmen Anterior
51
Seperti telah dibahas sebelumnya, oftalmoskop langsung langsung dapat
difokuskan lebih ke anterior sehingga memberi pandangan diperbesar konjungtiva,
kornea dan iris. Slitlamp memungkinkan pemeriksaan jauh lebih unggul dan
pembesaran yang lebih kuat untuk daerah-daerah ini, namun tidak portabel dan tidak
selalu tersedia.
4. Test Crowding Phenomena
Dilakukan untuk mengetahui adanya amblipoia. Penderita diminta membaca
huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi,
kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama.
Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka
ini disebut adanya fenomena ‘crowding’ pada mata tersebut. Mata ini menderita
amblyopia.
5. Worth Four Dot Test
Uji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi, korespondensi, retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling.
Penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru
mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau 1 putih.
Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata kiri.
Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat
oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih akan
terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata
juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat
supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan atau 3 hijau bila
mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan
berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata
berkedudukan estropia.
6. Uji Densiti Filter netral
52
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang amblyopia secara fisiologik
berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata amblyopia
dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter
density netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata amblyopia fungsional tidak akan
atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.
Dibuat terlebih dahulu gabungan filter (kodak # 96,N.D.2.00 dengan 0,50)
sehingga tajam penglihatan pada mata yang normal turun dari 20/20 menjadi 20/40
atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut ditaruh pada mata
yang diduga ambiopia.
Bila amblyopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan
berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut amblyopia
organic maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter
tersebut.
7. Visuskop
Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat ditentukan
bentuk fiksasi monocular pada amblyopia.
8. Uji diplopia
Pasien memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan kaca filter
hijau pada mata kiri. Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan akan menanyakan
letak lampu merah dan hijau yang terlihat. Secara normal atau bila mata berkedudukan
ortoforia dan bayangan difokuskan pada macula maka lampu merah terletak di sebelah
kiri bayangan biru, ini terlihat pada mata eksotropia.
Bila letak lampu merah di sebelah kanan lampu hijau ini disebut diplopia
homonym yang terjadi pada mata dengan esotropia.
9. Pemeriksaan Pupil Distance
53
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur jarak antara pupil kiri dan pupil
kanan. Untuk mengukur pupil distance kita memerlukan penggaris dalam ukuran mm dan
bantuan sinar terutama pada pasien dengan iris mata relative gelap. Sinar ini diperlukan
untuk mendapatkan reflek dari retina yang bisa kita lihat di kornea. Hal yang perlu
diperhatikan saat mengukur pupil distance adalah:
a. Posisi pasien dan pemeriksa sejajar
b. Gunakan senter atau sumber cahaya yang cukup terang
c. Gunakan jarak yang senyaman mungkin
d. Pegang lampu senter dengan tangan kiri dan penggaris dengan tangan kanan
e. Berikan cahaya ke mata pasien, jangan dari arah lurus mata pasien tetapi dari arah
tengah sedikit ke atas atau ke bawah. Pasien jangan melihat ke sumber cahaya
karena jarak itu dianggap jarak dekat yang akan mempengaruhi jarak PD. Suruh
pasien melihat jarak jauh
f. Posisikan angka nol di salah satu pupil mata pasien sementara pasien melihat ke
arah jauh
g. Pemeriksa melihat reflek pada mata kanan dan kiri pasien secara bergantian dan
cepat, baca skala pada penggaris
h. Untuk PD dekat pasien disuruh melihat hidung pemeriksa atau pegang lampu
pemeriksa dan pasien melihat lampu tersebut
i. Tambahkan 2mm untuk mengukur PD untuk penglihatan jauh
Mengukur jarak pupil dapat juga dilakukan dengan mengukur jarak limbus to
limbus. Dengan cara menempatkan skala nol pada limbus mata kanan bagian lateral,
kemudian membaca skala penggaris pada bagian medial limbus mata kiri
54
WFDT 5 lampu
Anatomi mata normalMedia refraksi bermasalahVisus tidak sesuai umurCrowding fenomena
AVOD lensa Spheris + 0.75 D 6/6AVOS lensa Spheris + 3.00 D 6/30
Hipermetropi simplex
Faktor kongenital/ keturunan
Diplopia
Ambliopia anisometropi
Tidak dikoreksi
Untuk tingkat ketelitian dan kestabilan pada pemeriksaan ini masih kurang, karena
kemungkinan mata pasien bergerak saat kita membaca skala pada penggaris sehingga
titik nol tidak tepat.
VI. Kerangka Konsep
VII. Kesimpulan
Seorang anak usia 7 tahun menderita hipermetropia simplex ODS dan ambliopia OS
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
2. Swartz mark H. buku ajar diagnostic fisik, Jakarta, 1995, EGC
3. Skuta Gregory, Cantor Luis, Weiss Jayne. 2008. Growth and Developtment of The Eye.
Pediatric Ophtalmology and Strabismus. American Academy Ophtalmology. Singapura.
4. Hayes, Gerry et all. Physiology of the Eye. www.iknow.net last update tahun 2000
5. Lang, Gerhard K. 2000. Ophtalmology. New York : Thieme
6. Moore, Bruce ., Arol R, A., et al. 2008. Optometric Clinical Practice Guideline Care of the
Patient with Hyperopia. St. Louis : American Optometric Association
7. Vaughan & Asbury. 2007. General Ophtalmology 17th Edition. Mc Graw Hill
8. http://plazamedis.com/amblyopia-anisometropia
56