resume buku - al-qur'an tentang aqal & ilmu pengetahuan

17
AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan Disusun oleh: Eka Lusiandani Koncara/0101.0701.851 Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbiyah Semester 6 Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta 2008

Upload: eka-l-koncara

Post on 10-Jun-2015

4.260 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Al-Qur'an adalah sumber ilmu pengetahuan, maka di dalamnya penuh dengan ilmu pengetahuan di hampir setiap ayatnya. di buku ini diulas bagaimana al-Qur'an membahas akal dan ilmu pengetahuan.Bagi yang butuh unduhan file ini, baik dalam bentuk ‘.doc’, ‘.docx’, ‘.rtf’, atau ‘.pdf’, dapat menghubungi alamat berikut:[email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan Disusun oleh: Eka Lusiandani Koncara/0101.0701.851 Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbiyah

Semester 6 Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien – Purwakarta

2008

Page 2: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN

Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan

Penulis : Dr. Yusuf Qardhawi Penerbit : Gema Insani Tempat Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 1998 Tebal : 6 Bab / 329 halaman

Buku ini merupakan terjemahan dari buku

“Al-Aqlu’ wal ‘Ilmu fil-Qur’anil-Karim” yang diterbitkan oleh Maktabah Wahbah – Kairo

pada tahun 1996

Page 3: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

ISI BUKU BAB I KEDUDUKAN AKAL DAN OLAH FIKIR DALAM AL-QUR’AN

A. Al-Qur’an Memuji Kaum Ulul Albab dan Cendikiawan B. Ajakan Bertafakur C. Ajakan Bertadzakur D. Kesaksian Para Pemikir Barat yang Jujur

BAB II KEUTAMAAN ILMU DAN KEDUDUKAN ULAMA DALAM AL-QUR’AN A. Ilmu dan Iman B. Ilmu adalah Jalan Menuju Keyakinan C. Ilmu adalah Syarat Utama dalam Kepemimpinan D. Celaan Atas Perkara yang Dikerjakan Tanpa Ilmu E. Ilmu yang Tercela menurut Al-Qur’an

BAB III ILMU, FIQH, DAN HIKMAH MENURUT AL-QUR’AN A. Ilmu menurut Ulama Salaf B. Perkara Pertama yang Mesti Diketahui C. Ilmu yang Tidak Boleh Dipelajari D. Kunci-Kunci Keghaiban Hanya Diketahui oleh Allah E. Fiqh menurut Al-Qur’an F. Hikmah menurut Al-Qur’an

BAB IV BELAJAR DAN MENGAJAR DALAM AL-QUR’AN A. Rihlah Menuntut Ilmu B. Kepada Siapa Kita Belajar? C. Sarana Mencari Ilmu D. Mengajar Setelah Belajar

BAB V PEMBENTUKAN AKAL ILMIAH DALAM AL-QUR’AN A. Al-Qur’an Menamakan Hujah Sebagai Kekuatan B. Syirik adalah Bentuk Kebodohan C. Dalil atau Burhan Al-Qur’an D. Rumusan Dalil Al-Qur’an atas Permasalahan Akidah

BAB VI MUKJIZAT ILMIAH DALAM AL-QUR’AN A. Tuntutan Kaum Musyri akan Mukjizat dan Jawaban Al-Qur’an

terhadap Mereka B. Al-Qur’an sebagai Mukjizat Terbesar C. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an D. Beberapa Ketentuan dan Peringatan E. Yang Dituntut dari Pakar Sains Muslim

Page 4: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 1

BAB I

KEDUDUKAN AKAL DAN OLAH PIKIR DALAM AL-QUR’AN

“Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi

orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Ankabut 29 : 35)

Materi akal dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali, dalam bentuk kata

kerja ta’qilun sebanyak 24 kali, ya’qilun 22 kali, serta ‘aqala, na’qilu, dan ya’qilu

masing-masing 1 kali. Yang paling mencolok adalah penggunaan istifham inkari

(afala ta’qilun; tidakkah kamu berfikir?) yang terulang sebanyak 13 kali dala Al-

Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan untuk berfikir dan

menggunakan akalnya, baik untuk mentafakuri ayat-ayat qauliyah ataupun ayat-

ayat qauniyah. Pada kesempatan lain, akal juga disebutkan dengan istilah hijr

yang berarti ‘pencegah’. Al-Qu’an juga menyebut akal dengan term fu’ad (kalbu)

atau qalb (hati), begitu juga sam’ (pendengaran) dan abshar (penglihatan),

karena tanpa adanya komponen-komponen tersebut, akal tidak akan mampu

untuk melakukan proses berfikir.

Al-Qur’an memberi penghargaan terhadap ulul-albab (orang-orang yang

berakal) dan kaum cendikiawan. Term ulul-albab terulang dalam Al-Qur’an

sebanyak 16 kali. Imam al-Biqa’i berkata, “Albab adalah akal yang memberi

manfaat kepada pemiliknya dengan memilah sisi substansial dari kulitnya.” Al-

Harali menambahkan, “Ia adalah sisi terdalam akal yang berfungsi untuk

menangkap perintah Allah dalam hal-hal yang dapat diindera, mereka adalah

orang-orang yang menyaksikan Rabb mereka melalui ayat-ayat-Nya.” 13 kali

penyebutan term ulul-albab dalam Al-Qur’an menunjukkan dengan jelas akan

rasionalitas Al-Qur’an dan risalahnya. Apalagi jika dimasukkan term lainnya yang

menunjukkan pengertian cendikiawan, seperti ulin-nuha. Nuha adalah bentuk

plural dari nuhyah, yaitu salah satu nama akal.

Di antara term Al-Qur’an yang mempunyai hubungan erat dengan akal

adalah fikr (fikir). Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradatul-Fazhil-Qur’an

manulis, “Pemikiran adalah suatu kekuatan yang berusaha mencapai suatu ilmu

Page 5: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 2

pengetahuan. Dan tafakur adalah cara bekerjanya kekuatan itu dengan

bimbingan akal. Dengan kelebihan itulah manusia berbeda dengan hewan. Dan

objek pemikiran itu adalah sesuatu yang dapat digambarkan dalam hati.” Allah

memberi kebebasan, bahkan memberi kewajiban, kepada umat manusia untuk

berfikir tentang segala ciptaan-Nya, yang ada di langit maupun di bumi, yang

bersifat materi ataupun immateri. Tetapi Allah dengan tegas melarang manusia

untuk berfikir tentang zat Allah, mengingat berfikir tentang hal ini adalah di luar

jangkauan akal manusia. Allah juga melarang manusia untuk tidak menggunakan

fikiran mereka dan membuatnya beku.

Ustadz Abbas Mahmud al-Aqqad pernah menulis sebuah buku berjudul

at-Tafkir Faridhah Islamiyah ‘Berfikir adalah Wajib dalam Islam’. Judul tersebut

amat tepat, karena Allah di samping memerintahkan kita untuk melakukan

ibadah mahdhah, Ia juga memerintahkan kita untuk berfikir. Tafakur akan

mengantarkan orang kepada suatu derajat keimanan yang tidak bisa dihasilkan

oleh sekedar amal biasa. Imam al-Ghazali menjelaskan tentang objek pemikiran

yang terbagi atas: 1) objek yang tidak/belum diketahui wujudnya, dan 2) objek

yang diketahui asal dan jumlahnya, namun tidak diketahui secara rinci.

Selain bertafakur, Al-Qur’an juga mengajak manusia untuk bertadzakur.

Tadzakur (mengingat) adalah salah satu tugas akal yang paling tinggi. Dan,

dzakirah (ingatan) adalah tempat penyimpanan pengetahuan dan informasi yang

diperoleh manusia untuk dipergunakannya pada saat dibutuhkan. Hal-hal yang

perlu ditadzakuri adalah setiap hal yang ditafakuri, maka keduanya tidak dapat

dilepaskan antara satu dengan lainnya. Allah menetapkan tiga sebab tercapainya

tadzakur, yaitu: 1)mendengarkan, 2)hati yang khusyuk memperhatikan, dan

3)memahami isi pesan. Hakikat dari tadzakur adalah mengingat kembali apa yang

pernah ia ketahui.

Semakin jelaslah bagi kita, bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang penuh

dengan rasionalitas yang mengajak manusia untuk menggunakan akalnya dalam

berfikir serta senantiasa bertadzakur. Banyak kaum non-muslim yang mengakui

rasionalisme Al-Qur’an dan Islam. Seperti Jack Pirk, seorang sosiolog Perancis,

Page 6: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 3

yang menemukan rasionalisme yang sangat jelas dalam Al-Qur’an setelah 20

tahun lebih ia menterjemahkan Al-Qur’an. Rodinson, seorang Yahudi-Marxis asal

perancis, juga menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang

mengandung rasionalisme yang sangat besar, dimana Allah senantiasa

menyampaikan segala sesuatu dalam Al-Qur’an dengan disertai bukti-bukti yang

kuat yang dapat diterima oleh akal, bagi orang-orang yang berfikir. Rodinson

menambahkan bahwa rasionalisme Al-Qur’an tampak kokoh seperti cadas, tidak

dapat diruntuhkan oleh apapun juga.

Page 7: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 4

BAB II

KEUTAMAAN ILMU DAN KEDUDUKAN ULAMA DALAM AL-QUR’AN

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu,

meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya,

dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”

(QS. Al-Hajj 22 : 54)

Materi ‘ilm terdapat dalam Al-Qur’an dengan semua kata jadiannya,

sebagai kata benda, kata kerja, atau kata keterangan, beberapa ratus kali.

Redaksi ta’lamun terulang sebanyak 56 kali, fasata’lamun 3 kali, ta’lamu 9 kali,

ya’lamun 85 kali, ya’lamu 7 kali, ‘allama 47 kali, ‘alim 140 kali, dan kata ‘ilm

sebanyak 80 kali. Semua pengulangan itu menunjukkan dengan pasti akan

keutamaan ilmu pengetahuan dalam pandangan Al-Qur’an.

Imam Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradat Al-Qur’an

mengatakan bahwa ‘Ilmu’ adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya.

Ia menyatakan bahwa ilmu terbagi atas: 1)mengetahui inti sesuatu (tashawwur),

dan 2)menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan

sesuatu yang tidak ada (tashdiq). Ia juga membagi ilmu dari sisi lain, yaitu ilmu

teoritis dan ilmu aplikatif. Dari sudut pandang lain, ia juga membagi ilmu menjadi

ilmu rasional dan ilmu doktrinal.

Perlu diingat bahwa ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada

Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu perintah

membaca, dan membaca adalah kunci ilmu pengetahuan. Allah mengajarkan

hamba-Nya dengan kebijaksanaan-Nya, melalui tulisan, lafal, dan makna. Ilmu

adalah salah satu tanda yang paling jelas dan agung yang menunjukkan manusia

menuju Allah SWT.

Allah membedakan orang berilmu dengan orang bodoh seperti orsng

ysng melihst dengan orang buta, seperti orang hidup dan orang mati. Ibnu

Mas’ud mengatakan, “Cukup dengan takut kepada Allah sebagai ilmu, dan

Page 8: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 5

keberanian menentang Allah sebagai kebodohan.” Kemuliaan para ahli ilmu

pengetahuan Allah tunjukkan pada QS. Ali Imran ayat 18,

“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para

malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang

demikian itu).” (QS. Ali Imran : 18)

Hal ini menunjukkan kemulian ahli ilmu pengetahuan dari beberapa segi,

antara lain:

1. Allah meminta mereka bersaksi, tidak kepada yang lain.

2. Allah menggandengkan syahadat mereka dengan syahadat-Nya.

3. Allah menggandengkan syahadat mereka dengan syahadat para malaikat.

4. Secara implisit, bunyi ayat tersebut menunjukkan pujian Allah terhadap

orang berilmu, karena ia hanya meminta syahadat dari orang-orang yang

bersih.

5. Allah menyifati mereka sebagai ‘ahli’ ilmu, yang berarti mereka adalah

pemilik ilmu pengetahuan, bukan peminjam.

6. Allah bersaksi dengan diri-Nya sendiri, kemudian para malaikat dan ahli

ilmu. Ini merupakan kehormatan yang sangat besar bagi para ahli ilmu.

7. Allah meminta kesaksian terhadap sesuatu yang amat agung. Yang Maha

Agung hanya akan meminta persaksian terhadap sesuatu yang besar

hanya kepada makhluk-makhluk terkemuka.

8. Allah menjadikan kesaksian mereka sebagai hujjah bagi orang-orang yang

mungkir. Kesaksian mereka setara dengan dalil yang menunjukkan akan

keesaan-Nya.

9. Allah hanya menisbatkan persaksian tersebut kepada-Nya, kepada

malaikat, dan kepada para ahli ilmu. Ini menunjukkan kuatnya persaksian

mereka dengan persaksian-Nya.

10. Allah menjadikan mereka menunaikan hak-Nya atas mereka dengan

persaksian ini. Jika mereka telah melaksanakannya, maka mereka telah

menunaikan hak Allah.

Page 9: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 6

Semua nabi dan rasul yang diutus Allah, mulai dari Nabi Adam AS hingga

Nabi Muhammad SAW, dibekali ilmu pengetahuan oleh Allah SWT dan

menjadikan mereka para ahli ilmu. Al-Qur’an memuji ahli ilmu dengan sebutan

alladziina utul-‘ilma, dan Allah menisbatkan kepada mereka keutamaan

pemikiran, keimanan, serta akhlak. Al-Qur’an menyatakan ilmu sebagai

kehidupan dan cahaya bagi umat manusia dan semesta alam.

Beberapa perkara yang dicela oleh Al-Qur’an yang dikerjakan tanpa ilmu:

1. Debat tanpa ilmu

2. Membuka rahasia orang lain tanpa ilmu

3. Dakwaan Jabariyah tanpa ilmu

4. Menghalalkan dan mengharamkan tanpa ilmu

5. Menyesatkan dari jalan Allah karena tidak berilmu

Beberapa bentuk kebodohan menurut Al-Qur’an:

1. Bermain-main dalam situasi serius

2. Mengutamakan emosi ketimbang akal

3. Kejumudan atas pikiran-pikiran sesat dan perilaku menyimpang

4. Maksiat kepada Allah

5. Tidak berusaha untuk lebih cerdas (menuntut ilmu)

Ilmu yang tercela menurut Al-Qur’an, antara lain:

1. Ilmu yang memudharatkan dan tidak bermanfaat (sihir)

2. Ilmu perbintangan/Ramalan bintang (nujum)

3. Ilmu yang disembunyikan oleh pemiliknya

4. Ilmu yang tidak diamalkan oleh pemiliknya

5. Ilmu materialisme yang bertentangan dengan ilmu kenabian

6. Ilmu keduniaan yang melalaikan akhirat

7. Ilmu yang di-sombong-kan

8. Ilmu yang menimbulkan perselisihan

Page 10: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 7

BAB III

ILMU, FIQH, DAN HIKMAH MENURUT AL-QUR’AN

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia;

dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”

(QS. Al-Ankabut 29 : 43)

Ilmu menurut ulama salaf mencakup ilmu syara’, ilmu akal, dan ilmu

bahasa. Imam Abu Umar bin Abdul Birr r.a. dalam kitabnya Jami’u Bayanil Ilmi

berkata: “dalam makna ini ilmu adalah sesuatu yang dianggap yakin dan jelas,

karena itu, orang yang tidak meyakini sesuatu dan berpendapat secara taklid

berarti ia tidak berilmu.”

Menurut proses mendapatkannya, ilmu terbagi atas ilmu dharuri dan

ilmu muktasab. Ilmu dharuri adalah ilmu yang didapat melalui akal dan perasaan,

tanpa adanya proses pemikiran dan perenungan, sedangkan ilmu muktasab

adalah ilmu yang didapat dengan adanya proses penelitian dan pembuktian

terlebih dahulu.

Sementara itu, menurut semua agama, ilmu terbagi atas ilmu rendah,

ilmu tinggi, dan ilmu pertengahan. Ilmu rendah adalah menggunakan anggota

tubuh dalam pekerjaan dan ketaatan. Ilmu tinggi adalah ilmu agama yang tidak

boleh seseorang membicarakannya kecuali apa yang diturunkan Allah dalam

kitab-kitab-Nya. Ilmu pertengahan adalah mengetahui ilmu-ilmu dunia melalui

berbagai pembuktian dan pembandingan.

Beberapa perkara yang harus diketahui pertama kali oleh manusia

sebelum ilmu yang lainnya:

1. Ilmu tentang Allah dan sifat-Nya

2. Ilmu tentang nilai kehidupan dunia

3. Ilmu tentang risalah rasul

4. Ilmu aqidah dan ilmu hukum

Page 11: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 8

Beberapa macam ilmu yang tidak boleh dipelajari:

1. Ilmu tentang hal yang ghaib, karena perkara ghaib adalah haq Allah

semata. Ilmu tentang yang ghaib meliputi: ilmu tentang hari kiamat,

ilmu tentang turunnya hujan, ilmu tentang nasib janin dalam

kandungan, ilmu tentang kejadian di masa depan, ilmu tentang waktu

dan tempat kematian yang akan menjemput, ilmu tentang masa pra-

sejarah, dan ilmu tentang hakikat ruh.

2. Ilmu tentang hakikat dzat tuhan, karena akal manusia tidak akan

mampu mencapainya walau bagaimanapun caranya.

Selain memotivasi manusia untuk memiliki ilmu, Al-Qur’an juga

memotivasi manusia untuk memiliki pemahaman (fiqh). Fiqh menurut Al-Qur’an

adalah pemahaman terhadap ayat-ayat kekuasaan Allah di langit dan di jiwa, dan

merenungi sunnatullah di alam raya dan masyarakat berdasarkan bukti-bukti

sejarah dan petunjuk realita serta mengetahui rahasia penciptaan dan tujuan

syari’at-Nya.

Ilmu dan Fiqh adalah dua hal berbeda yang saling terkait. Salah satunya

tidak akan ada tanpa ada yang lainnya. Ilmu berjalan dengan akal, sedangkan fiqh

berjalan dengan hati. Maka, pantas saja bila Al-Qur’an mengklaim bahwa orang

kafir dan munafik tidak memiliki fiqh, karena mereka tidak menggunakan hatinya

untuk memahami ayat-ayat Allah.

Di antara istilah dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan objek ilmu

dan akal adalah hikmah. Ar-Raghib Al-Asfahani mengatakan bahwa hikmah

adalah mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal. Maka hikmah dari Allah

adalah mengetahui dan mendapatkan sesuatu seakurat mungkin, dan hikmah

dari manusia adalah mengetahui yang ada dan mengerjakan kebaikan. Imam Al-

Fakhrur Razi dalam tafsir Al-Kabirnya mengatakan bahwa hikmah adalah

mencapai kebenaran dalam ucapan dan perbuatan serta meletakkan segala

sesuatu pada tempatnya. Sedangkan Al-Qaffal mengatakan bahwa hikmah

adalah usaha menyerupai Tuhan sekemampuan manusia.

Page 12: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 9

Allah memerintahkan manusia untuk berdakwh di jalan-Nya dengan

hikmah dan nasihat yang baik. Hikmah yang paling jelas dalam mendialogi akal

manusia adalah untuk meyakinkan dan mencerahkan. Nasihat dalam mendialogi

akal adalah untuk mempengaruhi dan menggerakkan. Para nabi dan rasul

menyeru kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, bukan dengan

kebodohan dan kata-kata yang kasar.

Page 13: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 10

BAB IV

BELAJAR DAN MENGAJAR DALAM AL-QUR’AN

“Bacalah, dengan Nama Tuhanmu Yang Menciptakan.

Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS. Al-Alaq 96 : 1-5)

Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan, baik

secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku,

maupun terminologis, yaitu membaca ayat-ayat kauniyah. Al-Qur’an mengajak

umat manusia untuk mencari imu pengetahuan, dengan berbagi metode, salah

satunya adalah meode balajar langsung, yaitu mendatangi guru serta langsung

melakukan proses belajar bersamanya, sehingga ilmu yang didapat tidak samar.

Beberapa adab terpenting yang diajarkan Al-Qur’an dalam belajar antara

lain ialah berdo’a untuk menambah ilmu dan bertanya dengan pertanyaan dan

cara yang baik. Dengan senantiasa berdo’a untuk menambah ilmu, diharapkan

manusia selalu merasa bahwa ilmu yang dimilikinya belum seberapa, betapapun

cerdasnya ia, sehingga selalu diikuti dengan usaha untuk menambah ilmu

sepanjang hayatnya. Adapun pertanyaan yang baik seperti yang diajarkan oleh

Al-Qur’an ialah selalu mengajukan pertanyaan kepada ahlinya serta dengan cara

yang baik, yaitu tidak mempersulit diri dengan pertanyaannya itu, seperti yang

dilakukan oleh Bani Israil ketika Allah menyuruh mereka untuk menyembelih

seekor sapi betina (QS. Al-Baqarah : 67-71).

Al-Qur’an juga menghimbau agar manusia siap menempuh jarak sejauh

apapun untu mencari ilmu, apalagi jika sumber ilmu tersebut tidak terdapat di

tempat sekitar kita. Siapapun ahlinya, apabila ia berilmu, wajib kita datangi untuk

dipelajari ilmunya, tanpa peduli usia dan derajatnya. Sebagaimana yang

dilakukan Nabi Musa a.s. ketika ia mendatangi Nabi Khidir a.s. untuk menuntut

ilmu darinya (QS. Al-Kahfi : 71-82).

Page 14: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 11

Adapun adab murid terhadap guru, seperti yang dicontohkan oleh Nabi

Musa a.s., antara lain sebagai berikut:

1. Menjadikan dirinya sebagai pengikut gurunya.

2. Minta izin untuk mengikuti gurunya.

3. Mengakui kebodohan dirinya.

4. Menunjukkan kerendahan hati dengan hanya meminta sebagian dari

llmunya yang berasal dari Allah.

5. Mengakui bahwa hanya Allah yang memberikan ilmu.

6. Senantiasa meminta petunjuk gurunya.

7. Meminta gurunya untuk memperlakukan dirinya sebagaimana

seorang hamba yang senantiasa diberi nikmat ilmu pengetahuan.

8. Menyerahkan diri sepenuhnya kepada gurunya, tanpa membantah

sedikit pun.

9. Bersikap tawadhu dan tidak pernah menyombongkan diri dengan apa

yang dimiliki.

Adapun tiga unsur pokok yang harus dimiliki seorang pencari ilmu ialah:

1. As-sam’u (pendengaran),

2. Al-bashar (penglihatan), dan

3. Al-fu’ad (hati).

Page 15: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 12

BAB V

PEMBENTUKAN AKAL ILMIAH DALAM AL-QUR’AN

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus 10 : 36)

Fungsi Al-Qur’an yang paling berharga dalam wacana keilmuan kita

adalah pembentukan akal ilmiah. Ada bentuk akal yang bisa kita namakan

sebagai akal orang awam atau akal yang dipengaruhi khurafat. Akal seperti ini

membenarkan segala sesuatu yang diajukan kepadanya tanpa menelitinya

terlebih dahulu. Ada juga akal yang dibangun secara islami oleh Al-Qur’an, yaitu

akal ilmiah yang bebas dan objektif.

Sifat pertama yang dimiliki oleh akal ilmiah adalah menjauhkan prasangka

dan keragu-raguan di setiap perkara yang sudah jelas diyakini kebenarannya,

seperti adanya Tuhan, alam semesta, dan segala ciptaan-Nya. Akal ilmiah bukan

hanya bersebrangan dengan zhan (prasangka), tapi lebih dari itu ia juga menolak

sesuatu yang didorong oleh hawa nafsu, karena dengan hawa nafsu seseorang

menjadi buta dan tuli.

Akal ilmiah adalah bentuk pemikiran yang menolak kejumudan dan

stagnasi budaya warisan. Dengan kata lain, akal ilmiah tidak mengenal budaya

taklid atas apa yang telah dipercayai dan dilakukan oleh nenek moyang tanpa

seleksi. Akal ilmiah melarang kejumudan yang berpengaruh kepada mentalitas

kita sehingga tunduk terhadap para pembesar atau penguasa. Al-Qur’an sangat

mengecam kepatuhan buta, yang akhirnya membawa umat dalam kesesatan.

Al-Qur’an juga membangun akal ilmiah di atas nazhar dan atau tafakur,

yang mewajibkan manusia untuk menggunakan akalnya untuk berpikir dan

mengamati. Salah satu tanda akal ilmiah dalam Al-Qur’an ialah tidak menerima

ajakan atau dakwah yang tidak memiliki dalil ilmiah, yakni yang dapat

dipersaksikan kebenarannya. Tanda akal ilmiah lainnya ialah senantiasa

Page 16: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 13

memperhatikan sunnatullah atau hukum alam yang berlaku di setiap tatanan,

baik alam raya ini maupun tatanan masyarakat.

Hujjah dengan akal ilmiah ialah kekuatan yang dapat menguasai segala

hal. Adapun beberapa macam dalil atau burhan yang dapat dijadikan sandaran

dalam hujjah antara lain:

1. Dalil Hissi (perasaan), yaitu burhan yang menunjukkan secara

perasaan, seperti persaksian terhadap sesuatu.

2. Burhan Sam’i (pendengaran), yaitu dalil yang dapat kita dengar

melalui wahyu ilahi, yang dikuatkan dengan akal dan pembahasan

atas perintah dan larangan Allah SWT.

3. Burhan Tarikhi (sejarah), yaitu burhan yang diriwayatkan lewat perawi

yang tsiqah (terpercaya) tentang kejadian atau peninggalan umat

manusia pada masa lampau.

4. Burhan Nazhari (akal).

Page 17: RESUME BUKU - Al-Qur'an Tentang Aqal & Ilmu Pengetahuan

AL-QUR’AN Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan 14

BAB VI

MUKJIZAT ILMIAH DALAM AL-QUR’AN

“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini,

niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

(QS. Al-Isra’ 17 : 88)

Di antara keistimewaan Al-Qur’an bahwa ia merupakan kitab yang

bersifat i’jaz (melemahkan dan meyakinkan para penentangnya). Allah

menjadikannya sebagai tanda kekuasaan terbesar dan mu’jizat teragung bagi

pamungkas rasu-rasul-Nya, Muhammad SAW.

Seringkali kaum musyrikin menuntut dan mendesak agar diturunkan

tanda-tanda kekuasaan Allah yang luar biasa (mu’jizat). Al-Qur’an menjawab

mereka bahwa sebenarnya di hadapan mereka ada mu’jizat yang sangat jelas

dan paling bisa mencukupi dibanding mu’jizat lainnya, yaitu Al-Qur’an.

Sifat kemu’jizatan Al-Quran merupakan objek kajian yang sangat luas.

Bentuk-bentuknya sangat beragam, di antaranya i’jaz bayani wa adabi (i’jaz

secara bahasa dan sastra). Ada pula bentuk i’jaz lain berupa syari’at, arahan, dan

ajaran yang menyatukan antara idealisme dengan realita. Bentuk lainnya adalah

mu’jizat ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Kemudian muncul pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan oleh

seorang ilmuwan muslim yang beriman menanggapi keilmiahan Al-Qur’an.

Prof. Dr. Abdul Hafiz Hilmi menjelaskan bahwa para ilmuwan mukmin antara lain

dituntut untuk:

1. Merenungkan, memikirkan, dan mendalami ayat-ayat kauniyah.

2. Mencerahkan orang lain lewat ilmu dan kajian mereka.

3. Menghindari pengaruh imajinasi dan hawa nafsu dalam pemikirannya.