responsi kista bartolini
DESCRIPTION
kistaTRANSCRIPT
RESPONSI
KISTA BARTHOLLINI
Oleh :
Ardelia Kurniawan G99122017
Raja Amelia Putriana G99122099
Medika Putri Perwita S G99131051
Nimfa Christina R W G99122084
Prisca Priscilla G99122093
Pembimbing :
dr. Eriana Melinawati, Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
ABSTRAK
Seoran P0A0 32 tahun dengan keluhan ada benjolan di perut, riwayat
fertilitas buruk, riwayat obstetri belum diketahui, teraba massa dengan konsistensi
kistik, berbatas tegas, permukaan tidak berbenjol, dengan batas atas : 3 jari di
bawah pusat, batas kanan : linea medioclavicularis dextra, batas kiri linea
medioclavicularis sinistra, batas bawah : kesan masuk panggul.
Hasil USG: menyokong gambaran kistoma ovarii
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. MIOMA UTERI
1. Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot
polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat
jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya
yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma
uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan
yaitu satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. 11
Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operatif. Walaupun
kebanyakan mioma muncul tanpa gejala tetapi sekitar 60% ditemukan
secara kebetulan pada laparatomi daerah pelvis. 1,3,15 Mioma uteri yang
tidak memberikan gejala klinik yang bermakna paling sering ditemukan
pada dekade ke-4 dan ke-5 serta lebih sering pada wanita kulit hitam, dan
sekitar 5-10% merupakan submukosa. 1,3,14 Diet dan lemak tubuh juga
berpengaruh terhadap resiko terjadinya myoma. Marshall (1998), Sato
(1998) dan Chiaffarino menemukan bahwa resiko myoma meningkat
seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan konsumsi daging dan ham.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi,
karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan demikian
mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarke dan akan mengalami regresi
setelah menopause, tetapi tidak jika mioma uteri tidak regresi setelah
menopause atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan besar mioma
uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri.
Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu pasti
bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan resiko
2
untuk mengalami keganasan sangat besar.
2. Etiologi dan Patogenesis
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15. 5 Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan
fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu
HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan
3
yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil
dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor
yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,
yaitu :
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari faktor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga
terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang
distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
4
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada
mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan
karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini
kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.
3. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus
yang terkena.
a. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina
menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan
nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan
lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya
dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1). Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat
berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
5
2). Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya
multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi
bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang
kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang
sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
3). Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai
maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis
servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi.
Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti
yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada
mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan
cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil
selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan
permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih
dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas
dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor
mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi
kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka
konsistensi menjadi keras.
6
4. Gambaran Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengandung satu tumor dalam uterus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik
meliputi:
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien
yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya
area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan
kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di
sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
1). Terasa berat di abdomen bagian bawah.
2). Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine,
obstruksi ureter dan hidronefrosis.
3). Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
4). Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
c. Nyeri, dapat disebabkan oleh
1). Penekanan saraf.
2). Torsi bertangkai.
3). Submukosa mioma terlahir.
7
4). Infeksi pada mioma.
d. Infertilitas,
Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa
dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi
dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa.
e. Kongesti vena
Disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi :
1). Kehamilan dapat mengalami keguguran.
2). Persalinan prematuritas.
3). Gangguan proses persalinan.
4). Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
5). Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan.
5. Diagnosis
Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
1. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
2. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
1. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
2. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
3. Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
8
3. Gejala klinis
1. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat
kenyal.
2. Adanya perdarahan abnormal.
3. Nyeri, terutama saat menstruasi.
4. Infertilitas dan abortus.
4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
6. Pemeriksaan penunjang
1. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat
dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal
dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat
jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan. 1
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan
uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur. 3
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan. 3,5,6,8,14
9
6. Komplikasi
Mioma uteri dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari :
1). Mioma uteri subserosa.
2). Mioma uteri submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
1. Infertilitas.
2. Abortus.
3. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
4. Inersia uteri.
5. Gangguan jalan persalinan.
6. Perdarahan post partum.
7. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
2. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
7. Diagnosis Banding
a. Tumor solid ovarium.
b. Uterus gravid.
c. Kelainan bawaan rahim.
d. Endometriosis, adenomiosis.
e. Perdarahan uterus disfungsional.
8. Penanganan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor, dan terbagi atas :
1. Penanganan konservatif, bila : mioma yang kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik
10
setiap 3-6 bulan.
b. Bila anemia,
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM
pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan
dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai
efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan
pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.
2. Penanganan operatif, bila :
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e. Hipermenorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan
anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh
ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
11
tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
1) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau
yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan :
i. Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-
ulang selama lebih dari 8 hari.
ii. Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
i. Nyeri hebat dan akut.
ii. Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis.
iii. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-
ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih. 1,6,10
c. Penanganan Radioterapi
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad
risk patient).
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3) Bukan jenis submukosa.
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
12
B. KISTOMA OVARII
Kistoma ovarii merupakan golongan tumor neoplastik ovarium. Klasifikasi
tumor neoplastik jinak ovarium belum dapat diberikan secara tuntas karena masih
belum dapat diterima karena tumor-tumor yang sama bisa dari asal yang berbeda.
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda merupakan akibat
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
Adanya tumor pada rongga perut bawah bisa menyebabkan benjolan perut.
Pembesaran dari tumor dapat memberikan gejala yang mengganggu antara lain :
gangguan miksi, tekanan dari tumor dapat menyebabkan obstipasi, odema pada
tungkai, rasa sesak nafas dan pada tumor yang besar dapat mengurangi nafsu
makan. Komplikasi komplikasi yang ditimbulkan dari tumor neoplastik jinak
ovarium antara lain : perdarahan kista, Torsio lebih sering jika diameter >5 cm
dan bertangkai, infeksi, robekan dinding kista, perubahan keganasan.
Pada kasus kasus tertentu ditemukannya komplikasi ascites dan
hidrothorax disebut dengan sindroma Meigs.
Kistoma ovarii mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
didalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Terapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan
harus segera dilakukan pemeriksaan secara histologi untuk menilai apakah ada
keganasan.
13
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Alamat : Mojolaban, Sukoharjo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 19 Agustus 2014
Tanggal Pemeriksaan : 19 Agustus 2014
No RM : 01177521
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : benjolan di bibir vagina kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien, seorang P1A0, usia 28 tahun merupakan rujukan dari Puskesmas
Mojolaban dengan keluhan benjolan di labia kanan. Benjolan dirasakan
pasien sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan
semakin lama semakin mengganjal. Nyeri?? BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Hipertensi : Disangkal
R. DM : Disangkal
R. Penyakit Jantung : Disangkal
R. Penyakit Asma : Disangkal
R. Alergi Obat : Disangkal
R. Operasi : Disangkal
R. Mondok di RS : Disangkal.
14
d. Riwayat Penyakit Keluarga
R. Hipertensi : Disangkal
R. DM : Disangkal
R. Asma : Disangkal
R. Alergi Obat : Disangkal
f. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama Haid : 6-7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Nyeri haid : (-)
g. Riwayat Fertilitas : baik
h. Riwayat Obstetri : I. Laki-laki, 4 tahun
j. Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali dengan suami sekarang,
selama 5 tahun
k. Riwayat KB : Tidak KB
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Interna
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital : Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,60 Celcius
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat.
Thorak
Cor : I : Ictus cordis tidak tampak
P: Ictus cordis tidak kuat angkat.
P : Batas Jantung kesan tidak melebar.
15
A: BJ I-II interval normal, regular, bising (-)
Pulmo : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri
P: Sonor/ sonor
A: SDV (+/+), Suara tambahan (-/-).
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba, tidak teraba
massa
Ekstremitas : Oedem (-/-), akral dingin (-/-)
Genital : Tampak benjolan pada labium majus dextra dengan
ukuran 3x2 cm. Benjolan berupa massa kistik,
terfiksir, konsistensi kenyal, warna sama dengan
sekitarnya, permukaan rata, nyeri (-).
b. Status Ginekologis
Pemeriksaan Dalam
VT : V/U tenang, dinding vagina dbN, portio. kenyal,
OUE tertutup, CU sebesar kepala bayi, teraba massa
seukuran kepalan tangan dewasa, konsistensi padat,
terfiksir, kesan berasal dari adnexa, massa
digerakkan portio tidak bergerak, darah (-),
discharge (-)
Inspekulo : V/U tenang, dinding vagina dbN, portio livid (-),
utuh, OUE tertutup, darah (-), discharge (-)
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 28 Agustus 2014 :
Hb : 14,7 g/dl Ureum : 31 mg/dl
Hct : 44,1 % Creatinin : 1,1 mg/dl
Eritrosit : 4.790.000/µL Na : 144 mmol/L
Leukosit : 7.200 /µL K : 5,7 mmol/L
Gol Darah : O Cl : 110 mmol/L
16
GDS : 89 mg/dL PP test : negatif
Trombosit : 343.000 /µL HBsAg : negatif
USG :
VU terisi cukup, tampak uterus berubah menjadi massa tumor ukuran 11 x
10 cm, tak tampak endometrial line, ekhostruktur in homogen. Tampak
massa hipoechoic ukuran 8 x 9 cm kesan dari adnexa kiri.
Kesan : menyokong gambaran myoma uteri + kistoma ovarii.
Foto thoraks
Kesan : cor dan pulmo dbN
Pemeriksaan Ca-125 : 76,29 u/ml (N : <35 u/ml)
V. KESIMPULAN
Seorang P1A0 38 tahun, pada abdomen teraba massa dengan konsistensi
padat, berbatas tegas, permukaan tidak berbenjol, dengan batas atas : 1 jari
di bawah pusat, batas kanan : linea medioclavicularis dextra, batas kiri linea
medioclavicularis sinistra, batas bawah : kesan masuk panggul
VI. DIAGNOSIS
Kista Barthollini
VII. PENATALAKSANAAN
- Mondok VK
- Pro marsupialisasi
- Konsul Anestesi
- Inform consent
- Inj Ceftriaxone 1 gr skintest
VIII. PROGNOSIS
Dubia
17
18
BAB II
PEMBAHASAN
Mioma Uteri
Myoma uteri merupakan tumor yang paling sering terjadi pada saluran
reproduksi wanita yang berasal dari otot polos uterus. Penyebab myoma uteri
tidak diketahui. Faktor keturunan tidak berperan dalam hal ini walaupun pada
orang berkulit hitam kejadian myoma uteri 10 kali lebih sering ditemukan.
Pada kasus ini penegakan diagnosis diperoleh dari :
Anamnesis :
Benjolan pada perut. Benjolan dirasa sejak ± 1 tahun yang lalu, semakin lama
dirasa semakin membesar, disertai rasa mules dan pinggang mules. Menstruasi
tidak teratur, perdarahan di luar siklus menstruasi (+) pada bulan Agustus.
Menstruasi yang banyak jumlahnya (+) pada bulan Juli, selama 7 hari, 3-4 kali
ganti pembalut/hari. Nyeri haid (+) Saat haid darah banyak.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Vital sign : T : 110/70 mmHg Rr : 16 x/menit
N : 80 x/menit S : 36,7°C
Abdomen : Supel, NT (-), TFU teraba 1 jari di bawah pusat, teraba
massa dengan konsistensi padat, berbatas tegas,
permukaan tidak berbenjol, dengan batas atas : 1 jari di
bawah pusat, batas kanan : linea medioclavicularis dextra,
batas kiri linea medioclavicularis sinistra, batas bawah :
kesan masuk panggul.
Status Ginekologis :
VT : V/U tenang, dinding vagina dbN, portio kenyal, OUE tertutup,
CU sebesar kepala bayi, teraba massa seukuran kepalan tangan
dewasa, konsistensi padat, terfiksir, kesan berasal dari adnexa,
massa digerakkan portio tidak bergerak, darah (-), discharge (-)
19
Inspekulo : V/U tenang, dinding vagina dbN, portio livid (-), utuh, OUE
tertutup, darah (-), discharge (-)
Pemeriksaan Penunjang :
USG : VU terisi cukup, tampak uterus berubah menjadi massa tumor ukuran 11 x
10 cm, tak tampak endometrial line, ekhostruktur in homogen. Tampak massa
hipoechoic ukuran 8 x 9 cm kesan dari adnexa kiri.
Kesan : menyokong gambaran myoma uteri + kistoma ovarii.
.
Sumber bacaan:
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2002. Ilmu Kandungan, Edis ketigai. Jakarta, yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
20