respirologi.docx

9
Respirologi 1. Asma 2. Bronkiolitis 3. Bronchitis 4. Pneumonia 5. Sindroma croup 6. Tuberculosis 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). 2. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut “pneumonia” saja.

Upload: zesika-nur-annisa

Post on 09-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Respirologi1. Asma2. Bronkiolitis3. Bronchitis4. Pneumonia5. Sindroma croup6. Tuberculosis

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidungsampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).2. PneumoniaPneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapasseperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaranradiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam bukan merupakangejala yang spesifik pada Balita.Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia sepertibronkopneumonia, bronkiolitis disebut pneumonia saja.3. InfluenzaInfluenza adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan, disebabkan oleh virusinfluenza dengan gejala demam 380C disertai batuk dan atau sakit tenggorokan.4. Influenza Like Illness (ILI)Penyakit yang mempunyai gejala serupa influenza yaitu demam 380C disertai batuk danatau sakit tenggorokan.5. Episenter Pandemi Influenzaadalah lokasi titik awal terdeteksinya sinyal epidemiologis dan sinyal virologis yangmerupakan tanda terjadinya penularan influenza pandemi (influenza baru) antar manusiayang dapat menimbulkan terjadinya pandemi influenza.6. Sinyal EpidemiologiKlaster penderita atau klaster kematian karena Pneumonia yang tidak jelas penyebabnyadan terkait erat dengan faktor waktu dan tempat dengan rantai penularan yang berkelanjutanatau Klaster penderita Flu Burung dengan dua generasi penularan atau lebih tanpahubungan darah antar generasi dan atau adanya penularan kepada petugas kesehatanyang merawat penderita.7. Severe Acute Respiratory Infection (SARI)Adalah infeksi pernapasan akut berat sama dengan gejala ILI yang disertai dengan: napascepat atau sesak napas dan membutuhkan perawatan rumah sakit.8. Sinyal VirologiAdanya jenis virus influenza baru yang berasal dari percampuran materi genetik 2 virusinfluenza atau lebih (reassortment) dan atau berasal dari mutasi adaptif virus influenzaunggas atau manusia.Untuk jelasnya dapat dibaca pada pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenzayang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal PP & PL, Kementerian Kesehatan Tahun 2008.9. KLB (Kejadian Luar Biasa)KLB (Kejadian Luar Biasa) menurut PP Nomor40 tahun 1981 tentang PenanggulanganWabah Penyakit Menular adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan ataukematian secara epidemiologis pada suatu daerah, dalam kurun waktu tertentu danmerupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.10. WabahWabah menurut UU RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular adalahkejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanyameningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentuserta dapat menimbulkan malapetaka.11. Pandemi InfluenzaAdalah wabah penyakit influenza yang menjangkiti banyak negara di dunia yang ditetapkanoleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).12. Surveilans Sentinel PneumoniaAdalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatasuntuk mengetahui: besarnya kejadian pneumonia dan faktor risikonya; Ada tidaknya sinyalpandemi Influenza pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.13. ISPA akibat polusiISPA akibat polusi adalah ISPA yang disebabkan oleh faktor risiko polusi udara sepertiasap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas buang sarana transportasi dan industri,kebakaran hutan dan lain lain.14. Care seekingKegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga balitapneumonia dalam pencarian pelayanan kesehatan.Kegiatan ini dapat dipadukan dengan tindak lanjut atau pelacakan penderita pneumoniayang tidak kontrol ulang setelah dua hari pengobatan. Pada saat kunjungan ke rumahpenderita diharapkan petugas kesehatan/ISPA dapat melaksanakan penyuluhan tentangpneumonia kepada keluarga penderita dan sekitarnya

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negaraberkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negaraberkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta)dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yangterjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episodebatuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al BulletinWHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabunganpenyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 jutaBalita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita.Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karenabesarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakanatau the forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini,sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau the forgotten killerof children(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus pneumoniadisebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karenapneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsikematian Balita karena pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara majuumumnya disebabkan virus.Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif,gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan pendudukdan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dariseluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara.Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan Streptococcuspneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utamapneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO 2008).Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutamapada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan pembunuh nomordua pada Balita (13,2%) setelah diare (17,2%).Hasil survei morbiditas yang dilaksanakan oleh subdit ISPA dan Balitbangkesmenunjukkan angka kesakitan 5,12%, namun karena jumlah sampel dinilai tidakrepresentatif maka subdit ISPA tetap menggunakan angka WHO yaitu 10% darijumlah Balita. Angka WHO ini mendekati angka SDKI 2007 yaitu 11,2%. Jikadibandingkan dengan hasil penelitian oleh Rudan,et al (2004) di negara berkembangtermasuk Indonesia insidens pneumonia sekitar 36% dari jumlah Balita. Faktor risikoyang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASIekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campakrendah dan BBLR.Sejak tahun 2000, angka cakupan penemuan pneumonia Balita berkisar antara20%-36%. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode2000-2004 adalah 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah 46%-86%.Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan telahmengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim kemarau. Asapdari kebakaran hutan dapat menimbulkan penyakit ISPA dan memperberat kondisiseseorang yang sudah menderita pneumonia khususnya Balita. Disamping itu asaprumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar juga menjadi salah satu faktorrisiko pneumonia. Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dandapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar.Indonesia juga merupakan negara rawan bencana seperti banjir, gempa, gunungmeletus, tsunami, dll. Kondisi bencana tersebut menyebabkan kondisi lingkunganmenjadi buruk, sarana dan prasarana umum dan kesehatan terbatas. Penularan kasusISPA akan lebih cepat apabila terjadi pengumpulan massa (penampungan pengungsi).Pada situasi bencana jumlah kasus ISPA sangat besar dan menduduki peringkatteratas.Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90%mengenai Balita. Dikhawatirkan apabila anak Balita menderita penyakit campakdengan komplikasi pneumonia dapat menyebabkan kematian.Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi, demikian jugasebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap berbagai masalah kesehatansehingga apabila kekurangan gizi maka akan sangat mudah terserang infeksi salahsatunya pneumonia.