relevansi pendidikan perempuan dalam buku sarinah...
TRANSCRIPT
-
RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM
BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN
PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Lilik Setyowasih
NIM: 111-13-246
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
َواْسَتِعيُنوا بِالصَّْبِر َوالصَّالِة َوِإن ََّها َلَكِبيَرٌة ِإال َعَلى اْلَخاِشِعينَ
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk ( Qs. Al-Baqarah: 45)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan
mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa
kehilangan semangat.
-Winston Chuchill-
-
viii
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua saya bapak Riyanto dan ibu Muji Rahayu, yang telah
memberikan dukungan moril maupun doa yang tiada henti untuk kesuksesan
saya. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan
orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk bapak dan
ibuku.
Kakak saya Watik Ariyanti dan Ery Pitono, yang selalu memberikan motivasi
yang tiada hentinya kepada saya. Semoga menjadi kakak yang terbaik dalam
hidupku. Dan adik saya Ika Purdiasari, yang merupakan motivator dalam
hidupku, dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti.
Sahabat-sahabat saya Ani Rufaidah, Putri Laelatul Fauziah, Ani Erfiana, dan
Gatot Tomy Pamungkas, terima kasih atas motivasi dan bantuan semoga tetap
terjalin silaturrahmi yang tak pernah putus.
Teman-teman angkatan 2013 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas kebersamaannya, bantuan, kritik dan saran semoga tetap terjalin
silaturahmi yang tak pernah putus.
Teman-teman PPL di MA AL-BIDAYAH, terima kasih atas kebersamaan selama
PPL yang penuh dengan canda tawa, tangis, dan kasih sayang selama, semoga
tetap terjalin silaturahmi yang tak pernah putus.
Teman-teman KKN di Desa Sendang Rejo, terima kasih untuk canda tawa, tangis,
dan kasih sayang, semoga tetap terjalin silaturahmi yang tak pernah putus.
-
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendidikan Perempuan menurut Soekarno”
dapat diselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, dan mudah-mudahan kita mendapat Syafa’atnya di hari kiamat. Amin.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja
keras, semangat dan do’a, terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan banyak waktu dalam memberikan arahan, bimbingan kritik
dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis
Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis
-
x
-
xi
ABSTRAK
Setyowasih, lilik. 2017. Relevansi Pendidikan Perempuan dalam Buku Sarinah
Karya Soekarno Dengan Pendidikan Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan. Institut Agama
Islam Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: Pendidikan Perempuan, Menurut Soekarno
Dalam sejarah, posisi perempuan berada di bawah kezaliman kaum laki-laki,
tidak mendapatkan hak dan kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat, terutama
hak untuk mendapatkan pendidikan. Masyarakat menganggap kaum perempuan
adalah kaum yang lemah dan bodoh. Sehingga menjadikan pendidikan bagi
perempuan menjadi terbatas. Dengan demikian, Soekarno mempunyai gagasan
terhadap kaum perempuan untuk mendapatkan hak yang seharusnya diberikan, yaitu
pendidikan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahaui gagasan Soekarno
terhadap pendidikan bagi perempuan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah 1) Bagaimana pendidikan perempuan menurut Soekarno 2)
Bagaimana relevansi pendidikan perempuan menurut Soekarno dengan pendidikan
Islam.
Penelitian ini bersifat Library Research yaitu penelitian yang menggunakan
cara untuk mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada
diperpustakaan dengan menggunaka salah satu sumber, yaitu buku. Adapun sumber
data menggunakan sumber data primer, yaitu: buku, “Sarinah Kewajiban Wanita
dalam Perjuangan Republik Indonesia”. Dan sumber data sekunder, yaitu: buku,
“Pendidikan di Mata Soekarno”.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 22
Desember 1928 Soekarno menyampaikan pendapatnya tentang hak perempuan. Hak
yang sama dengan laki-laki dalam masyarakat, yaitu pendidikan. Menurut Soekarno
Pendidikan perempuan adalah pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki, tidak
ada perbedaan dalam jenis kelamin, kedudukan, status, dan umur. Relevansi
pendidikan perempuan menurut Soekarno dengan pendidikan Islam terbagi menjadi
empat, pertama pendidikan Islam dalam politik, kedua pendidikan Islam dalam
pekerjaan, ketiga pendidikan Islam dalam keluarga, keempat pendidikan Islam dalam
berhias diri. Keempat pendidikan Islam tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan ayat
Al-Qur’an bahwa perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
kaum laki-laki.Maka semakin jelaslah bahwa pendidikan perempuan menurut
Soekarno sesuai dalam pendidikan Islam.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHASAAN......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
E. Kajian Pustaka yang Relevan ..................................................................... 9
F. Definisi Operasional ..................................................................................... 10
G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 13
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16
-
xiii
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar Cover Buku Sarinah
2. Lembar Konsultasi Pembimbing
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Surat Keterangan Kegiatan
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah milik kaum laki-laki.
Tema-tema sentral dalam sejarah dipenuhi dengan tema sejarah politik dan militer
yang erat kaitannya dengan masalah kekuasaan dan keperkasaan, yang dapat
dikatakan milik kaum laki-laki. Corak sejarah yang androsentris seperti ini
menempatkan perempuan hanya sebagai figuran. Keadaan ini memang tidak adil
karena sesungguhnya perempuan dapat dipandang sebagai pribadi yang mandiri,
yang bisa menggerakkan sejarah (Astuti, 2013: 138).
Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan fakta jika perempuan
mempunyai peran penting. Peningkatan derajat kaum perempuan merupakan
salah satu pokok dalam masalah kesejahteraan umum dan perkembangan
kecerdasan penduduk Indonesia tidaklah kuat dan cepat apabila pendidikan kaum
perempuannya diabaikan (Kartodirjo, 1977: 244). Apalagi pendidikan
mempunyai peran penting dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat termasuk memajukan peradapan suatu bangsa. Melalui pendidikan,
manusia akan lebih mengenal diri, lingkungan dan perubahan yang terjadi
disekitar. Jadi, dengan pendidikan manusia akan jauh lebih peduli dengan apa
yang telah terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.
Pendidikan perempuan adalah suatu proses ditransfer ilmu kepada
perempuan. Dimana pendidikan perempuan harus sama dengan pendidikan laki-
-
2
laki. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan, semua memiliki hak yang sama untuk belajar, belajar merupakan
suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Islam atas setiap muslim laki-laki dan
wanita (Al-Abrasyi, 1970:6).
Pada zaman dulu, kaum perempuan selalu berada di bawah kezaliman
kaum laki-laki, tidak memperoleh hak-hak menurut undang-undang dan tidak
mendapatkan kedudukan dalam masyarakatsebagaimana yang sewajarnya
diberikan kepada mereka. Perempuan sama sekali tidak mempunyai hak untuk
mendapatkan pendidikan, perempuan harus tinggal dirumah dan tidak mempunyai
andil dalam kehidupan masyarakat, dipaksa kawin dan bertindak, diwarisi dan
tidak mewarisi, dikuasai dan tidak pernah menguasai (Nizar, 2011: 207).
Perempuan Indonesia haruslah bersyukur kepada Allah Swt, karena jaman
sekarang banyak perempuan Indonesia memiliki hak yang sama dengan laki-laki,
dimana kaum perempuan diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih tinggi dan mencapai kebebasan untuk berkarir dalam bidang apapun, baik
dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang beranggotakan
perempuan dibandingkan dengan kaum laki-laki, bahkan ribuan perempuan-
perempuan Indonesia tidak mendekam di rumah, tetapi bekerja di luar rumah,
seperti kantor-kantor, pabrik-pabrik, guru, dokter, wartawandan sebagainya.
Bahkan saat ini banyak perempuan-perempuan Indonesia tidak ingin kalah
dengan kaum laki-laki, agar mereka tidak dianggap sebagai kaum yang lemah dan
tidak mempunyai keahlian seperti yang dimiliki laki-laki. Tetapi, disisi lain
-
3
perempuan juga tidak lupa untuk mengemban tugas perannya sebagai pengurus
rumah tangga.
Berbeda dengan masa lalu, dimana pendidikan menjadi suatu hal yang
tidak penting bagi perempuan Indonesia. Hanya perempuan yang dari keluarga
terhormat yang dapat mengenyam pendidikan, bukan cuma pendidikan saja yang
dibatasi tetapi juga pekerjaan. Dulu, perempuan tidak diperbolehkan untuk
bekerja diluar rumah, mereka harus melakukan pekerjaan rumah, seperti
memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Menurut Nurani Soyomukti
mengatakan, jaman dulu kaum laki-laki selalu diutamakan daripada kaum
perempuan karena kaum laki-laki dianggap mempunyai kemampuan berpikir
yang baik dan dianggap lebih layak untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
tenaga dan pikirannya. Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai budak,
sehingga menyebabkan mereka harus terkurung dan terkucilkan (Soyomukti,
2009: 9). Semua itu diperkuat dengan adanya budaya feodalisme yang
menempatkan perempuan sebagai manusia kedua yang layak ditempatkan sebagai
pelengkap, dimana perempuan dijadikan sebagai selir dan pembantu istana pada
para tuan tanah, raja, dan bangsawan. Cara pandang feodal ini, tentunya juga
melanggengkan cara pandang masyarakat terhadap perempuan, yang berakibat
pada penindasan perempuan yang memalukan, para perempuan yang diserahkan
kehormatannya pada penguasa-penguasa dan tentara-tentaranya. Bisa dilihat pada
zaman penjajahan Jepang perempuan diperbudak untuk melampiaskan nafsu
tentara Jepang dengan kerja romusha yang memakan banyak korban, darah, dan
air mata). Apalagi dengan adanya budaya patriaki, yang menempatkan posisi laki-
-
4
laki lebih superior dibandingkan dengan perempuan, akhirnya telah menempatkan
kaum perempuan pada situasi yang tidak menguntungkan. Dalam kondisi sepereti
itu muncullah Soekarno untuk menyerukan perlunya persamaan hak dan adanya
kesetaraan gender, juga mengajak kaum perempuan untuk mempejuangkan nasib
mereka. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah,
yaitu:
“Berjuanglah, bangkitlah sehebat-hebatnya, sebab tiada orang lain dapat
menolong wanita, melainkan wanita sendiri!” (Soekarno, 2010: 332).
Perempuan adalah salah satu agent of change yang tidak bisa
dipandang sebelah mata. Keberadaannya sangat menentukan peradapan suatu
bangsa. Baik buruknya perempuan menjadi cerminan baik buruknya suatu
bangsa. Sejarah pun telah mencatat nama-nama agung perempuan yang pernah
dilahirkan di dunia ini. Hampir setiap negara memiliki perempuan-perempuan
agung yang mampu menjadi perubahan bagi masyarakatnya, tidak terkecuali
negara Indonesia (Astuti, 2013: 138). Tampilnya perempuan Indonesia
disebabkan karena keresahannya melihat kondisi sosial disekitarnya yang tidak
adil. Ketidakadilan dan kezaliman ini terlihat jelas ketika Indonesia berada
dibawah cengkeraman penjajah, baik Portugis, Belanda, dan Jepang. Rakyat
yang tertindas, kemiskinan yang merajalela, dan pembantaian semena-mena
sehingga menyebabkan tampilnya perempuan-perempuan agung ke ranah publik.
Sebagai seorang pemikir dan aktivis, Soekarno memiliki perhatian luas
terhadap permasalahan-permasalahan bangsa, salah satunya adalah masalah
perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Memang sejak lama Soekarno
-
5
memiliki perhatian khusus terhadap masalah perempuan. Ketika Soekarno Pidato
dalam Kongres Kaum Ibu pada tanggal 22 Desember 1928, kemudian ia
mengambil kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang
perempuan. Kongres tersebut sangat penting dan merupakan satu-satunya
kongres yang membahas persoalan perempuan, yang menyatakan bahwa
pentingnya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki untuk mewujudkan
persatunan nasional. Soekarno menungkapkan didalam bukunya yang berjudul
Sarinah, yaitu:
“Hak dan kewajiban kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, jika
kaum laki-laki selalu ambil bagian dalam setiap aktivitas sosial
kemasyarakatan, maka kaum perempuan juga memiliki hak dan
kewajiban yang sama pula untuk ambil bagian di dalamnya, untuk
mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan, maka yang sangat
krusial untuk dilakukan adalah pemberdayaan perempuan di segala
aspek kehidupan, dan terutama adalah di bidang pendidikan”
(Soekarno, 2010: 196).
Rendahnya akses kaum perempuan ke dunia pendidikan, antara lain
disebabkan oleh masih berkembangnya anggapan bahwa laki-laki adalah tulang
punggung keluarga, dan merekalah yang lebih memperoleh pendidikan agar
kelak mendapat pekerjaan yang layak. Sementara perempuan tidak memiliki
tanggung jawab sebesar laki-laki dalam hal memperoleh pekerjaan dan
memberikan nafkah kepada keluarga.
Pada tahun 1946 ibu kota Indonesia pindah di Yogyakarta, Soekarno
memberikan beberapa kursus-kursus informal bagi kader-kader politik Indonesia
tentang topik perempuan. Materi-materi yang disampaikan dalam kursus-kursus
-
6
politik itulah yang kemudian dijadikan buku yang berjudul Sarinah, Kewadjiban
Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Sarinah merupakan nama
seorang perempuan yang menjadi pembantu di keluarga Soekarno. Tetapi,
Soekarno tidak memperlakukannya sebagai pembantu dan dimatanya Sarinah
adalah orang yang sangat berjasa bagi pembentukan jiwa dan kepribadian
dirinya, itulah sebabnya Soekarno sangat mengagumi sosok perempuan yang
bernama Sarinah (Kurniawan, 2009: 153). Penghormatan Soekarno terhadap
seorang Sarinah, menuntunnya pada satu cita-cita untuk memperjuangkan hak-
hak kaum perempuan. Jadi, Soekarno ingin mengenang perempuan yang telah
berjasa dalam merawatnya sejak kecil dengan melekatkan nama perempuan itu
menjadi judul buku tersebut.
Soekarno bukanlah seorang pemikir yang memfokuskan perhatian
pada masalah perempuan. Namun, lewat pemikirannya yang tertuang dalam buku
Sarinah, Soekarno berhasil meyakinkan rakyat bahwa dia adalah orang yang
berpihak pada perempuan, terutama peran perempuan dalam kehidupan bangsa.
Soekarno adalah tokoh masa lalu yang mampu berbicara banyak hal tentang
situasi kehidupan sosial-politik yang tengah dihadapinya dan dihadapi
negaranya, yaitu terutama rakyatnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, kemudian mendorong saya untuk
meneliti pemikiran Soekarno tentang perempuan. Perempuan adalah ciptaan
Tuhan yang dianugerahi potensi dan kemampuan untuk berperan dan bekerja
sebagaimana laki-laki. Pendidikan sangat penting untuk perempuan agar
-
7
mendapat kesempatan mengembangkan jiwanya, mendapat pendidikan sekolah
dan bekerja diluar rumah dalam bidang-bidang yang sesuai dengan bakatnya.
Sehingga saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut melalui skripsi ini yang
berjudul “RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU
SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini
dapat saya rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno?
2. Bagaimana Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dengan
Pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang dapat diambil
oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya:
1. Untuk mengetahui Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno
2. Untuk mengetahui Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno
dengan Pendidikan Islam.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritik, adanya penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran
serta tambahan wawasan pengetahuan pada para pembaca dalam pendidikan
yang terkait dengan pendidikan perempuan menurut Soekarno
-
8
2. Manfaat praktik
a. Untuk menjadikan anak bangsa bisa lebih bebas medapatkan pendidikan
baik laki-laki maupun perempuan.
b. Untuk menjadikan generasi masa depan yang unggul, inovatif, kreatif,
mandiri sesuai dengan kemampuan zaman tanpa membedakan laki-laki
maupun perempuan.
c. Agar timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
perempuan sebagaimana halnya bagi kaum laki-laki. Karena seorang
perempuan mempunyai peranan yang sangat penting untuk anak dan
keluarganya.
E. Kajian Pustaka yang Relevan
Untuk menghindari kesalah pahamanan dalam mengartikan, maka
penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah yang digunakan
dalam penelitian ini. Dan akan lebih mudah setelah dijelaskan lebih lanjut secara
terperinci sebagai berikut:
1. Achmad Rois Wizda tahun 2009 jurusan Syari’ah berjudul “Pemikiran
Soekarno Tentang Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-laki (Studi
Konteks Analisis Dalam Buku Sarinah)” Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini fokus membahas dalam kemitrasejajaran
laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Perbedaan antara skripsi ini dengan
skripsi yang ditulis oleh peneliti adalah dalam skripsi ini lebih menekankan
pada konsep kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga
yang berperan dan kedudukan suami istri dalam memimpin keluarga,
-
9
sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh peneliti lebih menekankan tentang
pemikiran Soekarno terkait dengan pendidikan yang menyoroti posisi
perempuan. Dimana perempuan harus diberi kebebasan dan hak yang sama
dengan laki-laki agar mereka dapat mengembangkan pemikirannya dan
keahlian dalam bidang apapun, dengan demikian mereka dapat menciptakan,
memperdayakan diri dan berkontribusi bagi kehidupan.
2. Mahide Hayshfgal tahun 1996 jurusan Aqidah Filsafat berjuduul “Status dan
Fungsi Wanita (Kajian atas Buku Sarinah)” Institut Agama Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang status dan fungsi
Wanita menurut Soekarno dalam keluarga. Dimana antara perempuan dan
laki-laki terdapat kesetaraan, oleh karena itu perempuan dalam rumah tangga
berkedudukan sebagai ibu dan berkewajiban menjalankan fungsi kodrati yang
ada pada dirinya dengan penuh kemerdekaan memilih. Sedangkan, skripsi
yang peneliti tulis membahas tentang pemikiran Soekarno dalam pendidikan
perempuan yang harus sejajar dengan laki-laki, agar perempuan mempunyai
kemampuan dan keahlian yang sama dengan laki-laki, dengan demikian
perempuan-perempuan tidak dapat ditindas oleh kaum laki-laki.
Dari beberapa literatur yang penulis temukan, belum ada penelitian
pemikiran Soekarno tentang pendidikan perempuan. Soekarno yang berusaha
untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan melepaskan dari belenggu
tradisi, yang atas nama agama, telah mempersempit kebebasan kaum perempuan
untuk mendapatkan peluang untuk maju sebagaimana peluang yang dimiliki laki-
-
10
laki. Berdasarkan hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang mengenai relevansi pendidikan perempuan dalam buku Sarinah
karya Soekarno dengan pendidikan Islam.
F. Definisi Operasional
1. Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai Social Continuity of Life.
Pendidikan sebagai upaya manusia dewasa dalam membimbing kepada yang
belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Jadi, pendidikan dalam arti luas
meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan
(melimpahkan) pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta ketrampilannya
kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Mansur, 2007:
199).
Menurut (Purwanto,1998:10) Pendidikan ialah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,
dalampertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri
dan bagi masyarakat. Maka pendidikan dapat diartikan sebagai suatu sistem
sosial yang menjadikan keluarga dan sekolah berperan penting untuk
membentuk generasi muda tidak hanya dari aspek intelektual saja tetapi juga
dari aspek jasmani dan rohani sehingga akan terbentuk generasi muda
penerus bangsa yang dapat mempertahankan budaya dan lingkungannya.
-
11
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara umum dapat diartikan
sebagai pengajaran, bimbingan, dan pembiasaan sehingga tujuan hidupnya
lebih tertata. Namun, pendidikan disini juga tidak lupa menekankan arti
penting moral yang tinggi sehingga akan tercipta manusia yang tidak hanya
cakap namun juga beradap.
2. Perempuan
Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah
orang yang mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan
menyusui (Alwi, 2002:856). Adapun pengertian perempuan secara etimologi
berasal dari kata empu yang artinya dihargai.
Perempuan dalam Islam diibaratkan tiang negara, oleh karena itu
bila wanitanya rusak maka rusaklah suatu negara. Perempuan merupakan
satu soal masyarakat yang teramat penting. Dalam hal pendidikan, Islam
tidak membeda-bedakan tua maupun muda, tanpa membedakan umur, tanpa
membedakan dan melihat keunikan tabiat antar laki-laki dan wanita. Oleh
karena itu, perempuan perlu diaktualisasikan, dikembangkan semua potensi
yang ada agar bisa menjadi manusia yang mempunyai kepribadian utuh
(kafah), karena dengan pendidikan, perkembangan individu akan menjadi
mandiri.
Jadi, pendidikan perempuan merupakan wahana untuk
mengembangkan sumber daya manusia terutama bagi perempuan yang
bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa
(imtak), yaitu sumber daya manusia yang mampu menerapkan,
-
12
mengembangkan dan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai-nilai
agama, moral dan budaya luhur bangsa.
3. Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno dengan
Pendidikan Islam
Kaum perempuan harus menempatkan dirinya pada posisi yang
lebih tinggi, setidaknya dalam konteks pendidikan. Ilmu pengetahuan harus
dijadikan pegangan bagi kelompok perempuan karena mereka adalah guru
yang paling pertama bagi anaknya kelak. Tugas perempuan yang cukup
berat itulah yang mulia dimata Soekarno.
Dengan kehadiran Islam telah dimulai satu tradisi bagi kaum
perempuan dengan diberikannya kemerdekaan dan hak-hak mereka yang
selama ini tidak pernah mereka dapatkan, derajat mereka terangkat sebagai
manusia. Selain itu, dalam Islam terkandung unsur-unsur persamaan antara
manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan
keturunannya yang merupakan tema utama sekaligus prinsip dalam ajaran
Islam. Perbedaan yang diakui dalam Islam kemudian menjadi ukuran tinggi
rendahnya seseorang, hanyalah nilai ibadah dan takwanya kepada Allah.
Manusia dalam pandangan Islam baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kedudukan yang sama. Maka Islam juga tidak membedakan antara amal
perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan.
Dalam bidang pendidikan, Al-Qur’an dan Hadist memberikan
pujian kepada siapa pun, termasuk kaum perempuan yang mampu
meningkatkan prestasinya dalam ilmupengetahuan. Jelaslah bahwa
-
13
perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti laki-
laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan
perempuan. Posisi perempuan selalu berada pada ruang yang tidak memiliki
posisi tawar tinggi, setidaknya di dalam rumah tangga atau kehidupan
bermasyarakat.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian skripsi ini termasuk jenis penelitian kepustakaan atau
disebut Library Research yaitu penelitian yang menggunakan cara untuk
mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
perpustakaan seperti buku, koran, majalah dan lain sebagainya (Mardalis,
1996: 28)
2. Sumber data
Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan (Arikunto, 1987: 135). Sedangkan data-data tersebut dibagi
menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini. Adapun
sumber data primer dalam penelitian ini, yaitu: Buku, “Sarinah
Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia”, penulis
Soekarno
b. Sumber Data Sekunder
-
14
Sumber data sekunder adalah buku-buku, artikel, dan sumber
data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantara sumber tersebut,
yaitu:
1) Buku “Pendidikan di Mata Soekarno”, penulis Syamsul Kurniawan.
2) Buku “Perempuan di Mata Soekarno”, penulis Nurani Soyomukti
3) Buku “Dwitunggal Soekarno-Hatta Pahwalan Proklamator
Kemerdekaan Indonesia”, penulis Tugiyono Ks, Sutrisno Kutoyo
dan Ratna Evy
4) Buku “Bung Karno Panglima Revolusi”, penulis Peter Kasenda.
3. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian dicari dengan pendekatan Library Research, yaitu
penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian
permasalahan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku-buku maupun
data mengenai Soekarno dan Pendidikan Perempuan menurut Soekarno.
b. Mengidentifikasi semua permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.
Setelah diperoleh data mengenai pendidikan perempuan menurut
Soekarno, kemudian diidentifikasi berdasarkan rumusan masalah yang
ingin dijawab oleh penulis.
c. Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok
permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis
menarik kesimpulan mengenai pendidikan perempuan menurut
Soekarno.
-
15
4. Analisis Data
Untuk menganalisis data penulis menggunakan dua metode, yaitu:
a. Metode Deskriptif
Metode Deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada referensi
pada masalah konkret sedetail-detailnya” (Anton dan Achmadi, 1994:
112). Penulis melakukan analisis data dengan metode deskripsi, yaitu
menggambarkan pemikiran Soekarno tentang Pendidikan Perempuan.
b. Metode Analisis
Metode analisis (content analysis), yaitu menganalisis semua
data yang telah didapatkan sehingga nantinya akan mendapatkan data
yang akurat untuk ditulis dan dapat dikombinasikan sesuai dengan
materi data yang dibutuhkan. Metode content analisis adalah suatu
metode untuk mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang diteliti
(Nawawi, 1995:68). Soedjono memberikaan definisi content analysis
adalah usaha untuk mengungkapkan isi buku yang menggambarkan
situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono,
1999: 14).
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk
membahas Pendidikan Perempuan Menurut Soekarno. Adapun sistematika atau
urutan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
-
16
Bab 1 Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi, Bab yang berisi: (1)
latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat
penelitian, (5) metode penelitian, (6) penegasan istilah dan (7) sistematika
penulisan skripsi.
Bab II biografi Ir. Soekarno, dalam bab ini berisi tentang, mengenai
Perjalanan hidup Ir. Soekarno, masa kecil Ir. Soekarno, masa remaja Ir.
Soekarno, pendidikan masa kecil Ir. Soekarno, pendidikan masa remaja Ir.
Soekarno, penddikan masa dewasa Ir. Soekarno, dan gelar doctor Ir. Soekarno.
Bab III deskripsi pemikiran, bab ini berisi tentang posisi perempuan pada
masa Soekarno dan pendidikan perempuan menurut Soekarno dalam buku
Sarinah.
Bab IV pembahasan, Bab ini berisi tentang Relevansi Pendidikan
Perempuan menurut Soekarno dalam pendidikan Islam, terdiri dari: (1)
Pendidikan islam dalam politik, (2) Pendidikan islam dalam pekerjaan, (3)
Pendidikan islam dalam keluarga, (4) Pendidikan islam dalam kecantikan.
Bab V kesimpulan dan kritik saran, berisi kesimpulan dan kritik saran
-
17
BAB II
BIOGRAFI Ir. SOEKARNO
A. Perjalanan Hidup Ir. Soekarno
Seokarno lahir pada Kamis Pon tanggal 18 sapar 1831 tahun saka,
bertepatan dengan 6 juni 1901 di Lawang Sekateng Blitar, Surabaya. Saat fajar
menyingsing, karena itu ia disebut sebagai Putra Sang Fajar. Hari lahirnya
ditandai oleh angka serba enam, tanggal enam bulan enam. Bintangnya adalah
Gemini, lambang kekembaran. Gemini adalah simbol kecerdesan dan memiliki
banyak akal. Ia adalah anak kedua dari bapak dan ibunya. Kakak perempuan
Soekarno adalah Sukarmini lahir dua tahun sebelumnya (Soyomukti, 2012: 13).
Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, semasa hidupnya
menjabat sebagai guru dan kepala sekolah. Ayah Bung Karno adalah keturunan
raja-raja Kediri pada abad ke-12. Sosok ayah yang banyak memberikan ajaran
kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama. Ayahnya adalah seorang pemegang
teguh kearifan lokal Jawa yang berdasarkan semangat “welas asih” dan cinta
kasih. Pak Sukemi adalah penganut Theosof, Beliau mengajarkan prinsip
menyayangi makhluk hidup dalam perkataan “Tat Twan Asi, Tat Twam Asi”
yang artinya “Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku dan Aku
adalah Engkau” (Soyomukti, 2012: 15).
Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai lebih dikenal dengan sebutan
Idayu, ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan Bali yang
-
18
menentang penjajahan Belanda. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman
Ibunda Bung Karno.
Waktu kecil Soekarno diberi nama Koesnososro Soekarno. Tapi nasib
malang menimpa Kusno. Ia dihadapkan pada kondisi yang sulit karena ia sering
sakit-sakitan dan badannya menjadi kurus. Banyak sumber yang mengatakan
bahwa Kusno terserang penyakit Thypus yang hebat sehingga kondisi
kesehatannya melemah dan kondisi tersebut semakin parah saat dia menginjak
usia 11 tahun. Selain itu, riwayat kesehatan Kusno saat kecil tidak hanya masalah
Thypus namun tercatat penyakit lain yang dideritanya, diantaranya yaitu Malaria
dan Disentri(Suseno, 2014: 15-16).
Raden Sukemi yang menginginkan putranya menjadi seorang kesatria
yang akan mengabdi tanah air. Ia mengubah nama Kusno menjadi Soekarno.
Soekarno berasal dari Karna, yaitu seorang pahlawan terbesar dalam cerita
Mahabarata, Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang
sakti(Kasenda, 2014: 220).
Soekarno memiliki Sembilan istri dan 13 anak, yaitu (1) Siti Oetari, (2)
Inggit Ganarsih ibu angkat dari Ratna Djuami dan Kartika. (3) Fatmawati ibu dari
Guntur Soekarnoputera, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputi,
Sukmawati Soekarnoputeri dan Guruh Soekarnoputera. (4) Hartini ibu dari
Muhammad Taufan Soekrnoputera, tetapi pada tahun 1986, dia telah meninggal
dalam usia 30 tahun karena sakit kanker usus, dan Bayu Soekarnoputera. (5)
Ratna Sari Dewi Soekarno ibu dari Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. (6)
Haryati ibu dari Ayu Gembirowati, (7) Yurike Sanger, (8)
-
19
Kartini Manoppo ibu dari Totok Suryawan, (9) Heldy Djafa(Susilo, 2008: 34-
58).
Selama hidupnya, Soekarno mempunyai beberapa orang terdekat yang
mampu mempengaruhi kepribadian dan kemimpinannya. Di antara mereka ada
yang mengajari tentang makna kasih sayang dan mengajarinya makna ketulusan
sebuah persahabatan dan juga ada yang menjadi teman setia dalam perjuangan
meraih kemerdekaan. Berikut beberapa orang yang terdekat Bung Karno, yaitu:
(1) Sarinah, pengasuh sekaligus pembimbing: mengajari Bung Karno untuk
mengenal cinta kasih tetapi bukan dalam pengertian jasmaniah dan mengajari
untuk mencintai rakyat. (2) Oei Hong Kian, Dokter gigi yang murah hati: Seorang
dokter gigi yang sering melayani kesehatan gigi Bung Karno dalam kondisi
apapun, Oei Hong Kang selalu menunjukkan kesetiaannya pada Bung Karno,
termasuk ketika ia sudah lengser dari jabatan sebagai presiden. (3) Arif, Supir
Taksi dan Teman Sejati: Arif mengabdi menjadi sopir pribadi Bung Karno hingga
tahun 1960-an. (4) HR. Rasuna Said, Teman pejuang kemerdekaan: Hubungan
Bung Karno dengan Hajah Rangkoyo Rasuna Said dalam hal memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia sangatlah dekat. Ia mengawali kiprahnya dalam
organisasi Sarekat Rakyat dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim
Indonesia (permi). (5) Kennedy, teman yang paling mengerti: John F. Kennedy
adalah presiden Amerika Serikat pada periode 20 Januari 1961 sampai 22
November 1963. Kennedy adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang
dapat mengerti dan menghormati Bung Karno sebagai sosok sahabat dan
pemimpin sekaligus.
-
20
Keduanya juga mempunyai persamaan sifat, sama-sama gemar membaca dan
menanyakan segala peristiwa. Kennedy juga memberikan bantuan kepada
Indonesia berupa menyumbangkan 10 pesawat Hercules tipe B terdiri dari 8
kargo dan 2 tanker, beras 37.000 ton, dan ratusan senjata selama perang perebutan
Irian Barat. Tetapi, hubungan mereka harus berakhir di tahun 1963 karena
terbunuhnya kennedy. (6) Fidel Castro, kawan terbaik: Fidel Castro merupakan
Presiden Kuba yang anti Amerika. Ia juga menjalin persahabatan yang hangat
dengan Bung Karno. Mereka juga mempunyai kemiripan sifat, yakni tidak pernah
mau didikte Amerika. Salah satu peristiwa yang sempat menunjukkan kedekatan
kedunya adalah pasca terjadinya peristiwa G30S/PKI di Indonesia (Islafatun,
2013: 87-105).
1. Masa Kecil Ir. Soekarno
Sejak kecil, Soekarno memiliki kegemaran membaca buku.
Perkenalannya dengan dunia buku pertama kali adalah saat ia sudah bisa
membaca di umur 6 tahun. Jika ayahnya pulang dari mengajar dan membawa
buku cerita tipis tentang cerita-cerita anak belanda, sejak itu Soekarno suka
sekali membaca buku. Suatu saat ayahnya mengajak ke perpustakaan di
tengah kota dan Soekarno melihat sebuah buku yang amat menarik judulnya
“David Copperfield” karangan Charles Dickens, buku inilah yang kemudian
membawa Soekarno pada kesukaan membaca dunia sastra(Suseno, 2014: 18).
Dalam masa kanak-kanak Soekarno hidup bersama ayah bundanya
serta neneknya di Tulungagung, Jawa Timur. Ketika masih
-
21
kecil Soekarno sering mendengar cerita-cerita kepahlawanan dari ibunya,
sehingga berbagai kisah kepahlawanan itu ikut membina watak dan
kepribadian Bung Karno.Waktu Soekarno masih kecil, ia merupakan anak
yang pemberani dan suka berkelahi, tidak aneh bila sering pulang kerumah
dengan muka bengkak-bengkak atau benjut karena dipukul temannya.
Hebatnya lagi kalau berkelahi ia jarang kalah karena sifatnya yang
pemberani. Sifat pemberaninya itu merupakan warisan dari kedua orang
tuanya.
Pada usia 10 tahun Soekarno suka bergaul dengan semua orang,
bahkan di antara teman-temannya ia seakan-akan menjadi jago atau
pemimpinnya.Ia adalah seorang anak yang prakarsa, sehingga ia sering
menentukan permainan apa yang menjadi acara pada hari itu. Kalau
Soekarno bermain jangkrik semua temannya pun juga bermain jangkrik,
dalam berbagai permainan Soekarno selalu menang saat bermian seperti
urusan memanjat pohon, berkelahi, mengumpulkan cap rokok dan cap cerutu.
Pada umumnya Soekarno tetap seorang anak yang baik dan berjiwa
pemimpin pada masa kecilnya, ia memang suka berkelahi tetapi dengan
alasan yang jelas, seperti membela teman-temannya yang tidak kuat.
Salah satu kesukaan Soekarno waktu kecil adalah menonton wayang.
Dalam permainan wayang yang ia sukai adalah tokoh Bima, yang dilukiskan
sebagai keadilan, pembela kebenaran, dan satria sejati.
-
22
Pahlawan Bima di dalam cerita wayang itu mempengaruhi jiwa Soekarno.
Tokoh wayang Bima disebut Werkudara.
Saat Soekarno berumur 6 tahun, ayahnya dipindahtugaskan untuk
mengajar di Mojokerto, walaupun gaji ayahnya dinaikkan kehidupan
ekonominya masih serba pas-pasan dan tak jauh berubah. Bahkan, dalam
buku biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Bung Karno menamakan
Mojokerto sebagai kota yang identik dengan “kesedihan di masa muda”. Ia
dan orang tuanya tinggal di tempat yang kondisinya miskin. Dikisahkan,
bahwa saat malam lebaran, anak-anak seusianya bergembira dengan bermain
petasan, Bung Karno tidak bisa melakukan hal yang sama. Bahkan, pada saat
Hari Lebaran Bung Karno hanya bisa berbaring di tempat tidurnya yang
kecil, hatinya sedih karena teman-temannya diluar bersuka ria bermain
petasan, sementara ia hanya berdiam diri dirumah, walaupun ia juga
menginginkannya tetapi harapannya tidak terkabulkan karena kondisinya
yang serba pas-pasan (Soyomukti, 2009: 58-59).
Kehidupan Soekarno pada masa kecilnya masih serba pas-pasan,
bahkan masih banyak kekurangan. Ibunda Soekarno seorang wanita yang ulet
dan hemat, guna menghemat uang belanja seringkali Ibu Idayu tidak
langsung membeli beras, tetapi membeli gabah. Tiap hari gabah itu ditumbuk
di lesung supaya menjadi beras kemudian ditanak sampai matang. Seringkali
Soekarno ikut membantu ibunya untuk menumbuk gabah, ia
mengerjakkannya dengan hati yang sangat gembira.
-
23
Pada waktu kecil, Soekarno sudah akrab dengan rakyat kecil. Di
rumah Soekarno lebih banyak diasuh oleh pembantu rumah tangga, bernama
Mbok Sarinah. Mbok Sarinah ini mempunyai pengaruh besar pada jiwa
Soekarno, ia pernah memberi nasihat pada Soekarno waktu masih kecil
dengan kata-kata,
“Karno, yang terutama harus engkau cintai adalah ibumu.
Kemudian engkau harus pula mencintai rakyat jelata. Engkau harus
mencintai manusia sesamanya” (Soyomukti, 2012: 90).
Satu bagian di dalam riwayat hidup Soekarno, di zaman kanak-
kanak yang menarik perhatian ialah perasaan belas kasih terhadap orang-
orang yang hidup melarat, yang kemudian dinamakannya Kaum Marhaen. Ia
suka bergaul dengan orang-orang yang miskin. Dari pergaulan itu ia menarik
beberapa pelajaran dan kesan yang kemudian hari ternyata menentukan
aliran peruangannya. Perhatian terhadap rakyat kecil ini atau Wong Cilik
adalah pengaruh dari pegasuhannya yaitu Mbok Sarinah.
2. Masa Remaja Ir. Soekarno
Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat dari Europesche Lagere
School (ELS), kemudian ia meneruskan sekolahnya ke Hogere Burger Scool
(HBS) di Surabaya. Selama bersekolah di Surabaya, ia tinggal di rumah
H.U.S Tjokroaminoto. Selama Soekarno di rumah Haji Umar Said
Tjokrominoto, ia membayar uang kost sebesar 11 gulden. Di tempat kostnya,
Soekarno juga hidup sederhana, kamarnya sungguh sempit, tanpa jendela,
hanya ada kursi dan meja belajar dari kayu,
-
24
gantungan baju dan tempat tidur sangat sederhana, lampunya juga hanya
remang-remang dengan watt kecil. Orang tuanya tiap bulan hanya mengirim
12,5 gulden. Jadi, uang saku Soekarno harus berhemat sehingga tidak pernah
jalan-jalan di restoran, tidak pernah hidup berfoya-foya dan berhura-hura.
Kadang-kadang Soekarno memang menonton bioskop, biasanya ia duduk di
kelas belakang layar. Bagi yang karcisnya mahal disediakan tempat duduk di
depan layar, tetapi ada juga karcis kelas kambing, yaitu di belakang layar.
Pada saat Soekarno muda, di Indonesia belum ada orang yang
memiliki sepeda motor, hanya ada sepeda yang merupakan harta kekayaan
berharga. Pada masa itu ia belum mempunyai sepeda, seingga ia giat untuk
menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sepeda tersebut. Kemudian
tabungannya yang berbulan-bulan sudah terkumpul berjumlah 8 Rupiah dan
cukup untuk membeli sepeda baru merk Fongers yang paling bermutu pada
waktu itu.
Pada suatu hari, Harsono putera Haji Umar Said Tjokroaminoto
meminjam sepeda Soekarno tanpa izin terlebih dahulu pada pemiliknya.
Tiba-tiba Harsono mengalami nasib yang sial, ia menabrak pohon sehingga
sepeda itu bengkok-bengkok. Mula-mula ia berdiam diri karena takut.
Setelah Soekarno mengetahui, bahwa Harsono yang merusakkan sepeda
barunya, ia menjadi sangat marah kemudian menendang pantatnya Harsono
sampai menangis karena kesakitan. Setelah itu, Soekarno menjadi iba
hatinya dan menyesali kelakuannya, lalu berdiam
-
25
diri dan giat menabung lagi, setelah tabungannya terkumpul ia membeli
sepeda Fongers baru. Tetapi, sepeda barunya itu diberikan kepada Harsono
Tjokroaminoto. Sementara sepedanya yang rusak sudah lama
diperbaiki(Tugiyono, 2000: 9-10).
Pada pertunjukkan wayang, tokoh yang menjadi idolanya adalah
Bima atau Werkudara, sosok Bima merupakan pahlawan yang saleh dari
tradisi Jawa. Selain Bima, Karna juga menjadi panutan Soekarno. Pada
bioskop, Soekarno juga mempunyai tokoh idola, yaitu Norman Kerry.
Bahkan ia juga pernah terpengaruh pada gaya sisiran rambut dan potongan
kumis Norman Kerry, untuk beberapa waktu itu ia menyisir rambutnya dan
membiarkan kumisnya tumbuh seperti model tokoh idolanya. Tetapi, masa
puber itu hanya sebentar, ia kembali pada kepribadiannya. Rekreasi yang
disukai Soekarno adalah suka berjalan kaki dan naik sepeda berkeliling kota
dan masuk kampung keluar kampung, bahkan pernah bersepeda keliling
Pulau Jawa pada masa mudanya(Kasenda, 2014: 219-220).
Soekarno waktu muda tidak terlihat menyukai suatu cabang
olahraga, seperti bermain bulu tangkis, tenis, sepak bola maupun catur dan
bridge. Tetapi, ia sangat mementingkan olahraga aerobik alamiah, seperti
berjalan kaki dan berenang di kali. Selain itu, ia juga sering berdarmawisata
ke pegunungan, misalnya ke daerah Wlingi 20 km dari kota Blitar. Bahkan
ketika tahun 1918,
-
26
ia pergi ke Wlingi tiba-tiba Gunung Kelud meletus, beruntung ia dan teman-
temannya dapat terhindar dari bahaya bencana alam itu.
Masih ada lagi kesukaan Soekarno yang jarang dimiliki teman-
temannya, yaitu membaca buku. Ia seringkali meminjam dan membaca buku
dari perpustakaan perkumpulan Theosofi. Ayahnya memang anggota
Perkumpulan Theosofi, yaitu perkumpulan orang yang tekun mempelajari
dan membahas berbagai aliran agama dan aliran spiritual yang hidup dalam
masyarakat. Tentu saja, sebagian besar buku perpustakaan Theosofi terdiri
dari buku humaniora, filsafat dan renungan kebatinan dari para pemikir dan
filosof. Tidak ada buku tentang hiburan, roman, novel olahraga, dan hura-
hura.
Pada usia 16-18 tahun, Bung Karno sudah gemar membaca buku
filsafat karena itu ia tidak asing dengan buah pikiran para ahli filsafah,
seperti Rabindranath Tagore, Vivekananda, Mahatma Gandhi dan juga para
tokoh keagamaan dan negarawan, seperti Martin Luther dan Sun Yat Sen.
B. Pendidikan Ir. Soekarno
1. Pendidikan Masa Kecil Ir. Soekarno
Pada usia 6 tahun, Soekarno dimasukkan ke sekolah desa di
Tulungagung. Waktu itu dia tidak kelihatan rajin pada saat di sekolahan,
malahan ia termasuk murid yang pemalas, karena terganggu oleh cerita-cerita
wayang. Kemudian ketika ayahnya dipindah di Mojokerto, ia pun
-
27
ikut pindah bersama ayahnya, di kota inilah ia meneruskan sekolahnya yang
dipimpin oleh ayahnya.
Pada usia 13 tahun, Soekarno telah lulus dari Sekolah Dasar
Bumiputera. Ayahnya yang bercita-cita agar Soekarno dapat meneruskan
pelajarannya ke sekolah menengah kemudian ke perguruan tinggi. Ayah
Soekarno adalah seorang mantra guru atau kepala sekolah Bumiputera yang
bercita-cita tinggi. Kalau Soekarno tamat sekolah dasar Bumiputera 5 tahun,
pasti tidak dapat meneruskan pelajarannya karena tidak dapat berbahasa
belanda. Karena itu Bapak Sukemi Sosrodihardjo meminta bantuan ibu guru
bahasa Belanda, yaitu Juffrouw M.P. de La Riviere untuk mengajar bahasa
Belanda pada Soekarno. Tiap hari ia belajar bahasa Belanda selama satu jam.
Pada waktu yang singkat ia sudah pandai berbahasa Belanda.
Sesudah itu ayah Soekarno membawanya ke Sekolah dasar Belanda
atau Europesche Lagere School (ELS). Tetapi, bahasa Belanda Soekarno
yang dipandang masih kurang oleh Kepala Sekolah belanda, terpaksa ia
diharuskan kembali mengulang di kelas V sekolah belanda, bukannya duduk
di kelas IV. Agar tidak melanggar batas usia, maka ayahnya menurunkan
umur Soekarno menjadi berusia 12 tahun. Tentu hal tersebut tidak
menyenangkan Soekarno tetapi apa boleh buat terpaksa ia menerima. Di
Sekolah Dasar Belanda, Soekarno mempunyai banyak teman-teman kelas
berbangsa Belanda dan juga keturunan Tionghoa. Di sini, ia mulai tampak
kerajinannya, bahkan ia menjadi anak yang
-
28
terpandai sehingga di luar sekolah diambilnya pelajaran-pelajaran bahasa
Perancis.
2. Pendidikan Masa Remaja Ir. Soekrno
Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat ELS dan lulus Klein
Ambtenaar Examen (Ujian Calon Pegawai Rendahan). Kemudian ia
meneruskan sekolahnya ke HBS di Surabaya. HBS itu kependekan dari
Hogere Burger School artinya sekolah bagi para warga kelas atas.
Sebenarnya HBS itu sekolah menengah pertama dan sekaligus sekolah
menengah umum. Lama belajarnya lima tahun dan tamatannya dapat
meneruskan ke perguruan tinggi. Di sekolah tersebut semua bahasa Eropa
modern, yaitu Inggris, Jerman dan Perancis serta bahasa klasik seperti bahasa
latin. Selama bersekolah di surabaya, ia tinggal di rumah H.U.S.
Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin Sarekat Islam.
Ketika Soekarno belajar di HBS Surabaya, jumlah muridnya ada
300 orang. Hanya 20 orang yang berbangsa Indonesia. Semua murid
Indonesia diwajibkan memakai pakaian daerah. Waktu itu Soekarno juga
selalu memakai kain batik dengan blangkon (tutup kepala) dan jas serta
selop. Kalau ke sekolah ia selalu berjalan kaki, karena jaraknya hanya 1 km,
ia adalah orang yang hemat, ia mampu menabung untuk membeli sepeda
Fongers dua kali, yang satu untuk dirinya sendiri dan yang kedua kalinya
diberikan kepada Harsono.
Pergaulan antar murid di HBS itu ternyata tidak wajar dan tidak
sehat. Sehingga anak-anak belandabersikap angkuh dan memandang
-
29
rendah terhadap murid pribumi atau Indonesia. Apalagi terhadap Soekarno
yang tampak menonjol di antara kawan-kawannya,dimana ia mempunyai
tubuh yang tegap dan tinggi dibandingkan kawan-kawannya, lagi pula
Soekarno mempunyai keberanian.
Selama bersekolah di HBS surabaya, ia tinggal di rumah (in de
kost) Haji Umar Said Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin
Sarekat Islam di kampong Peneleh, Surabaya. Rumah kost itu dikelola oleh
Ibu Umar Said Tjokroaminoto, seorang wanita bangsawan dan puteri seorang
patih. Di rumah itu juga banyak anak Indonseia yang kelak memainkan
peranan dalam sejarah Indonesia, diantaranya Abikusno Tjokrosuyoso yang
kemudian menjadi Menteri Pekerjan Umum dalam Kabinet RI yang pertama,
Hermen Kartawisastra dan Alimin, pemimpin muda Sarekat Islam yang
menjadi Komunis. Rumah Haji Umar Said Tjokroaminoto sering kali
dikunjungi oleh pemimpin-pemimpin sarekat Islam yang lain, diantaranya
Agus Salim, Suryopranoto, dan Abdul Muis (Tugiyono, 2000: 13).
Haji Umar Said Tjokroaminoto mempunyai keyakinan pada
Soekarno, bahwa ia kelak akan menjadi pemimpin bangsa, karena masih
muda dan tumbuh jiwa pemimpin yang besar. Haji Umar Said Tjokroaminoto
pernah berkata tentang Soekarno,
“Ikutilah anak ini, dia akan mejadi pemimpin. Aku bangga karena
telah memberinya tempat berteduh di rumahku” (Tugiyono, 2000:
14)
-
30
Banyak orang yang mempunyai instuisi bahwa Soekarno akan
menjadi pemimpin, diantaranya Nenek Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman
Rai, Profesor Hartagh, guru bahasa Jerman Bung Karno di HBS, Dr.
Douwes Dekker, dan Dr. Danudirja Setiabudhi. Bahkan hampir semua
bangsa Indonesia pada zaman penjajahan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam batin menaruh harapan besar bahwa kelak Bung Karno
akan menjadi pemimpinnya.H.U.S Tjokroaminoto sendiri sering mengajak
Bung Karno pergi untuk mengikuti rapat dan pertemuan politik. Bakat
kepemimpinan Bung Karno makin tampak sejak ia duduk di bangku HBS.
Pernah pada suatu waktu Bung Karno mengikuti pertemuan antar-pelajar,
ketika itu ada seorang tokoh pelajar yang berbicara dan mengatakan, bahwa
pelajar harus pandai dan menguasai bahasa belanda dengan baik. Rupanya
Soekarno tidak sepaham dengan pendapat ini, tiba-tiba untuk pertama
kalinya Soekarno naik ke meja dan berpidato dengan nada keras, Soekarno
berkata,
“Tidak betul itu, kita tidak mutlak harus pandai dan menguasai
bahasa Belanda. Ingatlah, tanah Indonesia ini jauh lebih luas
daripada negeri Belanda. Penduduknya juga jauh lebih banyak
daripada bangsa Belanda, mengapa kita harus menguasai bahasa
mereka”
Kemudian Soekrno melanjutkan,
“adalah lebih penting untuk mempelajari bahasa Melayu. Marilah
kita kembangkan bahasa Melayu yang dapat mempersatukan
berbagai kelompok bangsa di Nusantara” (Suseno, 2014: 56)
-
31
Apa yang diuraikan Soekarno itu menjadi bukti bahwa semangat
kebangsaan atau nasionalisme sudah tumbuh dan berkembang pada dirinya
sejak muda, kemudian Bahasa Melayu tersebut berkembang menjadi Bahasa
Indonesia. H.U.S. Tjokroaminoto sangat tertarik pada pemuda ini, kelihatan
dalam dirinya bakat untuk menjadi orang terkemuka di masa depan. Apalagi
setelah Soekarno berpidato di muka rapat-rapat pemuda dengan suaranya
yang lantang, gerak-geriknya yang menarik hati dan pilihan kata yang
bersemangat, sehingga memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia mempunyai
bakat yang besar untuk menjadi ahli pidato.
Soekarno kerap sekali menulis dalam Utusan Hindia yang
dipimpin oleh Tjokroaminoto, di sinilah ia memakai nama Bima dalam
tulisan-tulisannya, Kemudian ia memasuki Sarekat Islam. Ia juga tertarik
pada ajaran agama Islam, ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan ketua
Persyarikatan Muhammadiyah dari Yogyakarta berkunjung ke rumah H.U.S
Tjokroaminoto dan mengadakan dakwah, ia sangat terpesona oleh apa yang
diuraikannya. Sejak pertemuannya dalam pengajian yang pertama itu,
Soekarno kemudian menghadiri tabligh-tabligh Kyai Haji Ahmad Dahlan
yang lain apabila sedang berdakwah di Surabaya.
Pada tanggal 10 juni 1920, soekarno lulus dari HBS. Sesudah lulus
dari Hogere Burger School, ia dan kawan-kawannya sepakat untuk
melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi ke negara Belanda. Tetapi,
-
32
Ibunda Bung Karno dengan tegas melarang, Soekarno tetap ingin pergi ke
luar negeri dan berkata kepada Ibunya,
“Apa salahnya bersekolah di lur negeri”
Dengan cepat Ibunya bertanya,
“Apa sebabnya Karno begitu ingin bersekolah di negeri Belanda?
Apakah ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ijazah? Ataukah
berharap dapat mengawini gadis Belanda?”
Soekrno menjwab,
“ingin mendapat ilmu pengetahuan dan ijazah.”
Ibunya menjawab,
“kalau begitu, belajar di sini, di Indonesia juga akan mendapat
ilmu pengetahuan dan ijazah” (Susilo, 2016: 25)
Maka Soekarno melepaskan niatnya untuk pergi ke negeri
Belanda dan bersiap-siap pergi ke Bandung untuk menjadi mahasiswa
Technische Hoge School(THS) yang sekarang dikenal sebagai ITB (Institut
Teknologi Bandung).
3. Pendidikan Masa Dewasa Ir. Soekarno
Pada tahun 1920 Soekarno lulus pendidikan Hogere Burger School
di Surabaya. Ia melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB)
dibandung. Ia mengambil jurusan teknik sipil. Di sana, ia tinggal di kediaman
Haji Sanusi yang merupakan sahabat Tjokroaminoto dan masih termasuk
anggota Sarekat Islam. Ketika di THS, ia juga aktif di berbagai kegitan,
bersama Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Douwes Deker. Ia
mendirikan sebuah organisasi National Indische Partij. Bung Karno adalah
-
33
seorang yang rajin belajar dan telah menyelesaikan studinya di banyak
tempat, ternyata lebih banyak memperoleh ilmunya dengan cara mencari
sendiri, baik berguru pada tokoh-tokoh yang berpengaruh maupun melalui
buku-buku yang ia baca. Meskipun ia memiliki sekitar 26 gelar akademis di
sepanjang hidupnya, namun gelar-gelar yang ia terima itu berupa doktor
Honoris Causa (Islafatun, 2013: 28).
Dia semakin pintar dan gemar membaca buku bahkan gemar
membaca karya orang-orang besar dunia. Di antaranya, ia mengagumi
Thomas Jefferson dengan Declaration of Independence yang ditulis tahun
1776 (Suseno, 2014: 29). Pada 25 Mei 1926, Soekarno berhasil
menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Insinyur. Dengan gelar yang
dimiliki, ia dinobatkan sebagai seorang ahli perancang bangunan, pekerja
jalan raya, dan pegairan. Soekarno berkata,
“Dengan dua orang kawan bangsa Indonesia yang berhasil
bersama-sama denganku, maka pada tanggal 25 Mei 1926 aku
memperoleh promosi dengan gelar “Ingenciur”. Ijazahku dalam
jurusan teknik sipil menentukan, bahwa aku adalah seorang
spesialis dalam pekerjaan jalan raya dan pengairan. Aku sekrang
diberi hak untuk menuliskan namaku: Ir. Raden
Soekarno”(Islafatun, 2013: 33)
Setelah menyelesaikan studinya di THS, Soekarno tidak berhenti
dari kiprah berorganisasi. Di tahun 1926, ia kembali mendirikan Algemene
Studie Club yang didirikan oleh Dr. Soetomo. Organisasi inilah yang mejadi
cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia tahun 1927 (Islafatun, 2013:
34). Selain belajar tekun sebagai mahasiswa untuk mencapai gelar insinyur,
ia juga bergerak di lapangan sosial dan politik.
-
34
Sementara itu, pergaulannya yang semakin meluas di kota Bandung menjadi
pusat pergerakan nasional. Di kota Bandung, tempat berdiamnya Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Dr. Douwes Dekker kemudian menjadi Dr. Danudirdja
Setiabudhi, Drs. Sosrokartono, dan kakak kandung Ibu Raden Ajeng Kartini
juga menetap di Bandung. Demikian pula Abdul Muis dan Otto
Iskandardinata dan Sutan Syahrir yang juga menetap di Bandung. Bung
Karno juga mempunyai banyak teman mahasiswa yang sama-sama peduli
pada nasib bangsanya, diantaranya ialah Iskaq dan Anwari. Sedangkan, Dr
Tjipo Manngunkusomo yang lebih tua, lebih senior di panggil “sepku” atau
my chief alias my boss oleh Bung Karno. Sep itu dari kata Chef bahasa
belanda yang artinya sama dengan Chief. Kemudian Soekarno dan teman-
temannya sepakat untuk membentuk suatu studi-klub seperti yang didirikan
oleh Dr. Sutomo di Surabaya, yang berhasil mendirikan perkumpulan di
antara kaum cendekiawan Indonesia dengan nama Indonesische Studie
Club(Tugiyono, 2000: 22-23).
Bung Karno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda
Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Oetomo. Pada
tahun 1918, nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java
(pemuda jawa). Selain itu, kegemarannya dalam menulis kembali
ditekuninya dengan aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang juga di
pimpin oleh Tjokroaminoto(Islafatun, 2013: 32).
-
35
Pada akhirnya, di Bandung didirikan studi klub, bernama
Generale Studie Club atau Algemeene Studie Club yang dipimpin oleh
Soekarno dan didampingi oleh Iskaq dan Anwari. Menurut Bung Karno,
Studie Club sebagai persiapan untuk membentuk partai politik yang
berhaluan kebangsaan atau nasionalisme. Jadi, bukan berpaham marxisme
atau komunisme dan islamisme.
Pada tanggsal 25 Mei 1925, Soekarno dapat menyelesaikan
studinya di THS setelah melalui perjuangan selama 5 tahun. Ia dapat lulus
setelah membuat skripsi tentang perencanan sebuah pelabuhan, sejak itu
nama resminya menjadi Ir. Soekarno kependekan dari Insinyur. Pencapaian
gelar akademis bukan hanya kemenangan bagi Bung Karno pribadi, tetapi
juga merupakan kemenangan bagi seluruh bangsa Indonesia terutama bagi
pergerakan kemerdekaan nasional. Kemudian pada tanggal 26 Juli 1926
membangun biro teknik bersama temannya untuk menopang
ekonominya(Suseno, 2014: 21).
C. Gelar Doctor Ir. Soekarno
Kepintaran dan kejeniusan Soekarno juga bias dilihat dari 26 gelar
Doktor Honoris Causa yang telah diterima Bung Karno Selama Hidupnya, 26
gelar doktor tersebut, yaitu:
a. Tanggal 30 januari 1951, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Far Eastern
University, Manila, Filipina.
b. Tanggal 19 September 1952, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
-
36
c. Tanggal 24 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Columbia
University, New York, Amerika Serikat.
d. Tanggal 27 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Michigan
University, Michigan, Amerika Serikat.
e. Tanggal 28 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Mc Gill
University, Montreal, Kanada.
f. Tanggal 23 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Teknik drai Berlin University,
West Berlin, Jerman Barat.
g. Tanggal 11 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari
Lomonosov University, Moskow, USSR (Uni Soviet).
h. Tanggal 13 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Beograd
University, Belgrado, Yugoslavia.
i. Tanggal 23 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Karlova
University, Praha, Cekoslovakia.
j. Tanggal 27 April 1959, Doktor Hc dalam Ilmu Hukum dari Istanbul
University, Istanbul, Turki.
k. Tanggal 30 April 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Warsaw
University, Warsawa, Polandia.
l. Tanggal 20 Mei 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Brazil University,
Ro de Jeneira, Brazillia.
m. Tanggal 11 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Sofia University,
Sogia, Bulgaria.
-
37
n. Tanggal 13 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Bucharest
University, Bucharest, Rumania.
o. Tanggal 17 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Mesin dari Budapest
University, Budapest, Hungaria.
p. Tanggal 24 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat dari Al-Azhar
University, Kairo, Mesir.
q. Tanggal 5 Mei 1960, Doktor Hc dalam Ilmu Sosial dan Politik dari La Paz
University, La Paz, Bolivia.
r. Tanggal 13 September 1962, Doktor HC dalam Ilmu Teknik dari Institut
Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
s. Tanggal 2 Febuari 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan dari University Indonesia.
t. Tanggal 29 April 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan Hukum,
Politik dan Hubungan-hubungan Internasional dan Universitas Hasanuddin,
Makasar, Indonesia.
u. Tanggal 14 Januari 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dan Politik dari
Royal Khmre University, Phom Penh, Kamboja.
v. Tanggal 2 Agustus 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari University of
the Philipiness, Manila, Filipina.
w. Tanggal 3 November 1964, Doktor HC dalam Ilmu Pengetahuan Politik dari
Universitas Pyongyang, Pyongyang, Korea Utara.
x. Tanggal 2 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan
Dakwah dari Institut Agama Islm Negeri (IAIN) Jakarta, Indonesia.
-
38
y. Tanggal 23 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Sajarah dari University
Padjadjaran, Bandung, Indonesia.
z. Tanggal 3 Agstus 1965, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat Ilmu Tuhiddari
University Muhammadiyah, Jakarta, Inodonesia(Suseno, 2014: 30-33).
-
39
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Posisi Perempuan pada Masa Ir. Soekarno
Dalam sejarah, perempuan merupakan kelompok yang tertindas,
ketertindasan perempuan sangat meluas hampir seluruh masyarakat Indonesia,
terutama pada masa Soekarno. Penindasan terhadap perempuan disebabkan oleh
masyarakat perbudakan, feodal, kapitalisme, hingga patriaki. Masyarakat itulah
yang membuat kaum perempuan mengalami ketertindasan. Ketertindasan yang
menyebabkan kaum perempuan mengalami kesengsaraan sehingga membuat
kaum perempuan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Soekarno
mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
Saya bukan ahli fiqih. Tentunya agama Islam mempunyai hukum-hukum
tertentu tentang perempuan. Tetapi saya mengetahui, bahwa di dalam
masyarakat Islam, dulu, dan sekarang, ada beberapa aliran tentang posisi
perempuan. Ada yang “kolot”, ada yang “modern”, ada yang “sedang”.
Semuanya membawa dalil-dalilnya sendiri. Mana yang benar? Mana yang
salah? (Soekarno, 2010: 9).
Berbicara tentang masyarakat dulu dan sekarang pastinya berbeda,
masyarakat dulu yang masih kuat dengan budaya kekolotannya membuat kaum
laki-laki bertindak sewenangnya kepada perempuan, seperti mengurung
perempuan di dalam rumah dan tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, dimana
mereka hanya berdiam diri di dalam rumah dan melayani suami, merawat anak,
dan menjaga rumah, sebab itu sudah menjadi kewajibannya sebagai perempuan.
-
40
Keadaan yang dialami kaum perempuan dapat dicontohkan, seperti teman
Soekarno yang sebagai guru sekolah di Bengkulu, ia mempunyai istri yang
sangat dicintainya, akan tetapi ia tidak memperbolehkan istrinya untuk keluar
rumah apalagi bertemu orang lain. Dengan demikian, membuat istrinya tidak
menyukainya dan ia merasa bahwa dirinya terkurung. Soekarno mengungkapkan,
Ternak masih melihat dunia-luaran, tetapi di beberapa daerah di Indonesia
masih banyak Zubaida-Zubaida dan Saleha-Saleha yang dikurung antara
dinding-dinding yang tinggi. Yang mereka lihat sehari-hari hanyalah
suami dan anak, periuk nasi dan batu pipisan saja. Ya, sekali-sekali
mereka boleh keluar, sekali-sekali, kalau sang suami mengizinkan
(Soekarno, 2010: 8).
Jadi, Menurut Soekarno adalah seorang laki-laki harus memberi
kemerdekaan yang lebih kepada perempuan, karena perempuan bukanlah
patung atau benda yang harus disimpan didalam rumah, tetapi sosok perempuan
yang harus diperhatikan dan dimuliakan. Maka sebagai laki-laki harus memberi
kebebasan perempuan untuk mendapatkan pengetahuan yang luas. Penindasan
dan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan semakin bertambah sehingga
menyebabkan merosostnya kedudukan perempuan dalam masyarakat. Menurut
Soekarno, masyarakat harusnya bersikap adil kepada perempuan, walaupun
secara fisik perempuan dan laki-laki itu berbeda tetapi mempunyai posisi yang
sama dan peran mereka sama-sama dibutuhkan untuk kemajuan bangsa
Indonesia. Perempuan itu berbeda dengan laki-laki, namun juga sama dengan
laki-laki. Ada kondisi umum yang menjadikan perempuan sama dengan laki-laki,
namun ada pula kondisi khusus yang dimiliki perempuan yang membuatnya
-
41
berbeda, tetapi bukan berarti untuk dibedakan. Soekarno mengungkapkan
didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
Alangkah baiknya masyarakat yang sama adil di dalam hal ini. Yang
sama adil pula di dalam segala hal yang lain-lain. Saya akui, adalah
perbedaan yang fundamental antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
tidak sama dengan laki-laki, laki-laki tidak sama dengan perempuan. Itu
tiap-tiap hidung mengetahuinya (Soekarno, 2010: 24).
Selain itu perbedaan gender juga membuat kaum perempuan mengalami
ketidakadilan dalam posisinya, posisi yang tidak adil dalam masyarakat.
Masyarakat yang memandang bahwa peran dan kedudukan perempuan dan laki-
laki itu berbeda. Sebab, kodrat perempuan adalah sebagai ibu maupun istri, yang
sebagai penjaga rumah tangga, sedangkan laki-laki kodratnya sebagai pencari
nafkah. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul
Sarinah,yaitu:
Kodrat alam menetapkan perempuan dibawah laki-laki, sempurnakannlah
perempuan itu untuk lebih sempurna mengabdi laki-laki! (Soekarno,
2010: 153).
Hanya dikarenakan kodrat perempuan adalah dalam wilayah domestik,
membuat mereka harus tetap didialam rumah dan tidak diperbolehkan untuk
keluar rumah, dengan demikian membuat kaum perempuan tidak memperoleh
haknya untuk berperan aktif dalam ranah publik. Bangsa Indonesia tidak akan
maju apabila posisi perempuan selalu direndahkan apalagi berada dibelakang.
Menurut Muslhikhati (2004: 32) mengatakan, penyebab perempuan pada posisi
terbelakang adalah salah perempuan sendiri, yaitu karena kebodohan dan sikap
irasional mereka dalam berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional (agama,
-
42
tradisi, dan budaya yang mengungkung perempuan dalam dunia domestik yang
statis tidak produktif). Nilai-nilai tradisional inilah yang menyebabkan mereka
tidak bisa bersaing secara adil dengan laki-laki. Soekarno mengungkapkan
didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
Tetapi, bagaimana wanita dapat ikut serta sehebat-hebatnya kalau wanita
sendiri belum sadar, dan kalau pihak laki-laki emoh kepada ikut sertanya
wanita itu, karena laki-laki sendiri masih dihinggapi oleh paham-paham
kolot tentang wanita?(Soekarno, 2010: 238).
Perempuan bukan pelayan atau sosok yang lebih rendah bagi laki-laki,
melainkan partner yang harus bersama-sama berjuang untuk proyek pembebasan
rakyat tertindas. Menurut Soekarno, menempatkan perempuan pada posisi yang
setara dengan laki-laki itu penting, agar perempuan mendapatkan peluang untuk
maju sebagaimana peluang yang telah didapatkan oleh kaum laki-laki. Maka dari
itu, soal perempuan tidak boleh diabaikan dan disingkirkan, mereka harus lebih
diperhatikan agar ketertindasan yang dialaminya dapat berakhir dengan baik.
Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
“Bahwa soal perempuan seluruhnya (juga dalam masyarakat Islam) masih
harus dipecahkan. Masih satu “soal”. Atau, jikalau memakai perkataan
Encik Ratna Sari: masih satu “dilema”, masih satu “soal yang pelik”.
Sekali lagi, soal perempuan seluruhnya, dan bukan hanya misal tabir atau
lain-lain soal yang kecil saja! Soal perempuan seluruhnya, posisi
perempuan seluruhnya di dalam masyarakat, itulah yang harus mendapat
perhatian sentral, itulah yang harus kita pikirkan dan pecahkan, agar
posisi perempuan di dalam Republik Indonesia bisa kita susun
sesempurna-sesempurnanya” (Soekarno, 2010: 10).
Usaha yang harus ditempuh oleh kaum perempuan, agar terlepas dari
kondisi yang dialaminya adalah dengan membangkitkan kesadaran pemikiran
tentang kondisi yang menimpa mereka saat ini dengan cara melalui pendidikan,
-
43
dengan pendidikan kaum perempuan akan terbebas dari kondisi tersebut. Sebab,
pendidikan dan pengajaran untuk perempuan adalah suatu hal yang perlu.
Seorang perempuan tidak akan dapat menunaikan tugas kehidupannya baik di
lingkungan sosial maupun keluarga, apabila tidak dibekali dengan pendidikan
yang memadai.
B. Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dalam Buku Sarinah
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat. Dengan
pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan untuk
bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus
di penuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005: 2). Sedangkan menurut Soekarno,
pendidikaan menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan oleh umat manusia baik
laki-laki maupun perempuan, pendidikan merupakan kegiatan yanag pada
kenyataannya menjadi faktor penentu bagi perkembangan umat manusia.
Soekarno menyebut pendidikan karena ia menyadari bahwa di bidang ini
perempuan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Kaum
perempuan yang tidak mendapatkan haknya untuk menuntut ilmu, dimana
mereka dikurung dan dikucilkan, sehingga membuat mereka tidak mendapatkan
kesempatan untuk maju seperti laki-laki. Laki-laki yang lebih banyak
memperoleh pendidikan dan lebih memperoleh ilmu dan pengetahuan, sehingga
membuat laki-laki menjadi superior. Berbeda dengan perempuan, dimana
perempuan tidak mendapatkan haknya untuk menuntut ilmu, sebab masyarakat
-
44
yang masih kuat dengan kekolotannya. Soekarno mengungkapkan didalam
bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
Bahwa di dalam masyarakat sekarang kebanyakannya kaum laki-lakilah
yang memegang obor ilmu pengetahuan dan falsafah dan politik. Benar
sekali, di dalam masyarakat sekarang! Benar sekali: di dalam masyarakat
sekarang ini, di mana laki-laki mendapat lebih banyak kesempatan buat
menggeladi akal-pikirannya, maka kaum laki-lakilah yang kebanyakan
menduduki tempat-tempat kemegahan ilmu dan pengetahuan. Di dalam
masyarakat sekarang ini, di mana kaum perempuan banyak yang masih
dikurung, banyak yang tidak dikasih kesempatan maju ke muka di
lapangan masyarakat (Soekarno, 2010: 28).
Ketertinggalan kaum perempuan dalam dunia pendidikan akan
menyebabkan ilmu dan pengetahuannya membumbung ke udara, itu terjadi
karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk
perempuan. Menurut Soekarno, hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki itu
sama, jika laki-laki dapat mengikuti segala aktivitas dalam masyarakat maka
perempuan juga harus dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Sebab, perempuan
mempunyai peran yang penting bagi Indonesia. Penindasan terhadap kaum
perempuan merupakan akibat dari masyarakat yang memperlakukan kaum
perempuan tidak adil dan menganggap bahwa perempuan tugasnya bukan diluar
rumah tetapi didalam rumah, sehingga tidak diperbolehkan untuk mengikuti
aktiviats-aktivitas yang dilakukan laki-laki dan tidak diperbolehkan untuk
berperan dalam ranah publik. Soekarno mengungkapkandidalam bukunya yang
berjudul Sarinah, yaitu:
Bahwa masyarakat sekarang ini di dalam hal ini tidak adil antara laki-laki
dan perempuan. Laki-laki minta haknya menurut hukum alam, perempuan
pun minta haknya menurut kodrat alam. Ditentang haknya menurut
kodrat alam ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tapi,
-
45
dari masyarakat sekarang, laki-laki nyata mendapat hak yang lebih, nyata
mendapat kedudukan yang lebih menguntungkan (Soekarno, 2010: 23).
Menurut Soekarno, perempuan tidak mendapatkan haknya dikarenakan
masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu
berpengetahuan luas dan berpendidikan tinggi, karena pada akhirnya perempuan
akan kembali pada kodratnya yang sebenarnya, yaitu merawat anak dan menjaga
rumah tangga. Tapi, itu tidak menjadi bukti bahwa kaum perempuan tidak berhak
untuk menempuh pendidikan apalagi otak kaum perempuan itu kurang dari
kwalitet otak kaum laki-laki, atau ketajaman otak perempuan kalah dengan
ketajaman otak laki-laki. Walaupun kwalitetnya sama, ketajamanya sama,
kemampuannya sama, kesempatan bekerjanya tidak sama, dan kesempatan
berkembangnya tidak sama. Dengan demikian, itu dapat menjadi alasan bahwa
itu terjadi karena kaum perempuan tidak dikasih kesempatan oleh masyarakat.
Agar perempuan mendapatkan haknya yang sama dengan laki-laki dalam
menuntut ilmu maupun ikut dalam aktivitas masyarakat. Maka, Pada 22
Desember 1928, Kongres Ibu diadakan pertama kali, Soekarno mengambil
kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang perempuan. Pada
Kongres Kaum Ibu 1928 Soekarno mengungkapkan,
Apakah kiranya sudah cukup, yang kaum ibu Indonesia menjadi sama
haknya dengan kaum bapak Indonesia-hak kaum bapak Indonesia yang
terikat-ikat ini? Apakah kiranya sudah cukup, yang kaum ibu Indonesia
menjadi sama derajatnya dengan kaum bapak Indonesia, derajat kaum
bapak Indonesia yang tak lebih daripada derajatnya orang jajahan, tak
lebih daripada derajatnya putri negeri yang tak merdeka (Arivi, 2006: 25).
-
46
Dalam pidato tersebut, Soekarno menyerukan pendapatnya tentang
perempuan, dimana Soekarno menginginkan agar adanya kesetaraaan antara
perempuan dan laki-laki, dan memperjuangkan hak-hak perempuan untuk
menempatkan kedudukannya di ranah publik secara setara dengan laki-laki.
Tetapi, itu semakin mendapat banyak halangan, dikarenakan cara berpikir
masyarakat yang menghendaki perempuan untuk kembali ke dalam rumah, sebab
itu sudah menjadi kewajibannya yang tidak bisa diubah apalagi ditinggalkan.
Soekarno menganggap, bahwa hal tersebut bukanlah masalah, walaupun kodrat
perempuan sebagai ibu dan istri jika ingin menuntut ilmu itu bukan halangan
bagi mereka, Karena menuntut ilmu dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa
memandang status maupun jenis kelamin. Tetapi, dengan satu catatan kaum
perempuan tidak keluar dari kodratnya sebagai perempuan. Soekarno
mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
Sebab, meskipun dia sudah bekerja di masyarakat, yaitu bekerja sebagai
produsen masyarakat di dalam pabrik atau di perusahaan lain, ia tetap
seorang wanita, tetap ia seorang istri, tetap ia seorang ibu. Tetap ia ingin
membahagiakan suaminya, tetap ia ingin membahagiakan anak-anaknya.
Kewajiban terhadap suami dan anak ini, tak dapat dan tak mungkin ia
lupakan (Soekarno, 2010: 80).
Hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki adalah sama. Jika laki-laki
dapat menuntut ilmu maka perempuan juga dapat menuntut ilmu. Sebab,
menuntut ilmu dapat dilakukan setiap manusia, kaya atau miskin, lemah atau
kuat, bodoh atau pandai. Dengan mengutip seorang penulis bangsa timur,
Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
-
47
Ia minta pendidikan bersama bagi pemuda dan pemudi, menuntut wanita
diberi hak memasuki semua jabatan, mengemukakan hak yang sama bagi
orang laki-laki dan perempuan (Soekarno, 2010: 185).
Menurut Soekarno, pendidikan merupakan hal yang penting bagi
perempuan sebab merekalah yang paling bertanggung jawab dalam mendidik
anak-anaknya. Bagaimana mungkin perempuan mampu mendidik anaknya secara
optimal apabila kondisi mereka sendiri sangat terbelakang. Bahkan pendidikan
bagi perempuan sangat berguna karena dapat menciptakan hubungan yang saling
menghargai dan memahami di antara laki-laki dan perempuan. Berkat adanya
pendidikan, perempuan akan dapat membuat kehidupan rumah tangga semakin
baik dan menjadikan keluarga lebih bahagia.
Jadi, pendidikan bagi perempuan sangatlah penting, agar perempuan
mempunyai kemampuan dan keahlian dalam berpikir sehingga dapat tersalurkan
dalam keluarga ,aupun masyarakat. Hal tersebut dibuktikan pada zaman dulu, di
bidang pertanian perempuan disebut sebagai manusia yang pertama mendapatkan
ilmu bercocok tanam. Ilmu tersebut didapatkan ketika kaum laki-laki disibukkan
dengan berburu di hutan, maka lambat laun terbukalah ingatan perempuan untuk
bercocok tanam dengan menanam benih-benih sehingga menghasilkan berbagai
makanan yang menjadi sumber kehidupan manusia. Bercocok tanam adalah
sebagai sumber kehidupan manusia. Mulai sekarang perempuan menjadi
makhluk yang penting dan berharga, sebab mereka sekarang sebagai pembuat
bekal hidup, seperti ubi, jagung, dan lain-lain. Soekarno mengungkapkan
didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:
-
48
“Maka dia, perempuan, adalah berjasa besar kepada kemanusiaan sebagai
makhluk yang pertama-tama mendapatkan ilmu bercocoktanam, yang
sampai sekarang menjadi tiang penghidupan manusia di muka bumi. Dan
bukan saja yang mendapatkan rahasia pertanian! Ia juga adalah pekerja
pertanian yang pertama. Ia juga adalah petani yang pertama. Buat jasa ini
saja kemanusiaan pentas mendirikan patung terima kasih bagi perempuan
itu!” (Soekarno, 2010: 51).
Perempuan bukanlah makhluk yang lemah akalnya dibanding laki-laki,
bahkan sejarah sudah membuktikan bahwa perempuan lebih dulu berpikir
dengan akalnya daripada laki-laki. Dialah yang memulai ilmu pengetahuan di
dalam kemanusiaan, pengetahuan dan kemampuan perempuan lebih jauh tinggi
daripada laki-laki, dengan kemampuan akalnya, ia bisa lebih kuat daripadaki-
laki. Menurut Mansur (2007: 202) mengatakan, perempuan yang berwawasan
luas, niscaya akan luas pula wawasannya sehingga dapat melakukan yang terbaik
bagi kepentingan suami, anak-anaknya, tetangga dan agamanya. Menurut
Soekarno, masyarakat harus memberi kesempatan kepada perempuan dalam
menuntut ilmu. Agar perempuan dapat mengembangkan ide-idenya maupun
bakatnya yang selama ini terpendam. Dengan ilmu tersebut membuat kaum
perempuan dapat menciptakan berbagai macam kegiatan dengan cara mereka
sendiri.
Soekarno beranggapan bahwa zaman dulu kaum perempuan tidak
selemah dan sebodoh kaum perempuan sekarang. Dulu, kaum perempuan adalah
kaum yang cerdik dan tajam otaknya, lebar dan luas penglihatannya, ulet dan
besar tenaganya, dan dapat menaklukkan kaum laki-laki. Bahkan zaman
purbakala, pernah Sarinah menduduki takhta-takhta kerajaan, kepala suku,
-
49
menjadi panglima perang, menjadi ketua komunitas, hakim kepala rumah tangga,
kepala agama, dan buku di Nippon saja Sarinah pernah berkuasa di dalam
masyarakat.
Maka dapat dikatakan bahwa perempuan itu bukanlah kaum yang lemah
dan bodoh dibandingkan laki-laki, tidak sesuai jika masyarakat mengatakan
perempuan itu akalnya kalah dengan laki-laki dan ketajaman otaknya kalah
dengan laki-laki, sebab sudah dibuktikan dalam sejarah bahwa perempuan juga
pernah menduduki tempat tertinggi dalam masyarakat. Tetapi anggapan itu
dibantah oleh Professor Heymans dengan tegas, ia berkata “Menurut pendapat
saya, kita tidak mempunyai hak sedikit pun, buat mengatakan, bahwa akal
perempuan kalah dengan akal laki-laki”, Anggapan Professor Heymans tersebut
mendapat dukungan oleh guru-guru. Hal tersebut juga dapat ditemukan ketika
Soekarno menjadi murid di HBS, bahwa perempuan-perempuan yang
dijumpainya tidak bodoh tetapi lebih cerdas dibandingkan laki-laki. Soekarno
melihat bahwa laki-laki “lebih payah” ketika berlomba kepandaian dengan
perempuan bahkan laki-laki juga sering “terpukul” oleh perempuan. Pada saat
Soekarno menjadi guru di sekolah menengah, ia juga melihat bahwa murid-
murid perempuannya tak pernah kalah dengan murid laki-laki.
Jadi, menurut Soekarno, tidak sesuai jika orang-orang mengatakan kalau
dalam ilmu pengetahuan kodrat perempuan berbeda dengan laki-laki dan dalam
segala hal kalah dengan laki-laki, tidak sesuai pula jika orang-orang mengatakan
bahwa laki-laki lebih layak untuk menduduki jabatan-jabatan masyarakat dan
-
50
menjadi kampiun-kampiun masyarakat sedangkan perempuan kodratnya hanya
sebagai ibu dan istri yang bertugas didialam rumah, sehingga tidak layak untuk
mengikuti segala aktivitas-aktivitas dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
Soekarno mengungkapkan,
Bahwa “sepanjang ingatan kita” perempuan selalu kerja dirumah, dan
tidak di dalam masyarakat. Sebab perkataan yang demikian itu sama saja
salahnya dengan perkataan, bahwa misalnya perempuan tua kodrat alam
selalu rambutnya panjang, karena “sepanjang ingatan kita” kita belum
pernah melihat perempuan yang tidak berambut panjang. Dan bukan saja
tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan! Tidakkah di zaman yang akhir-
akhir ini kita melihat dengan mata sendiri ribuan perempuan-perempuan
Indonesia yang tidak mendekam dirumah tetapi bekerja di kantor-kantor,
di pabrik-pabrik tenun, di pabrik-pabrik rokok, di pabrik-pabrik teh, di
kebun-kebun the, menjadi kuli, menjadi mandor, menjadi klerk, menjadi
komis, guru, dokter, wartawan dan lain-lain? (Soekarno, 2010: 35).
Demikianlah pendapat Soekarno tentang pendidikan perempuan. Bahwa
pendidikan itu sangat penting bagi manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tidak ada perbedaaan diantara mereka untuk memperoleh pendidikan. Hak dan
kewajiban laki-laki dan perempuan adalah sama, bila laki-laki dapat menuntut
ilmu dalam masyarakat maka perempuan juga harus sama dengan laki-laki.Kaum
perempuan merupakan umat manusia yang sama dengan laki-laki, yang dipenuhi
hasrat yang sama untuk mendapatkan kebebasan, kebebasan untuk mendapatkan
haknya, Jika yang satu tidak dilibatkan maka tidak akan membawa kemajuan
bangsa Indonesia.
-
51
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Muhammad Munir