rekrutmen, seleksi dan retensi sumber daya manusia pada … · 2016. 5. 13. · telah memberikan...

49
i REKRUTMEN, SELEKSI DAN RETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS PADA WAFI JATI JEPARA) Oleh : EVAN KRISETYA NIM : 212008080 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    REKRUTMEN, SELEKSI DAN RETENSI SUMBER DAYA

    MANUSIA PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS

    PADA WAFI JATI JEPARA)

    Oleh :

    EVAN KRISETYA

    NIM : 212008080

    KERTAS KERJA

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

    PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • ii

  • iii

  • iv

    SARIPATI

    Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pelaku usaha kecil menengah adalah

    dalam mencari karyawan yang tepat. Hal ini juga terjadi di Wafi Jati Jepara, dimana

    menurut pemiliknya bahwa terdapat berbagai persoalan sumber daya manusia terutama

    dalam memperoleh karyawan ukir yang berkualitas. Persoalan yang ada tersebut

    tentunya tidak terlepas dari sistem perekrutan dan seleksi yang dilakukan di Wafi Jati

    Jepara.

    Penelitian ini bertujuan untuk memahami rekrutmen, seleksi dan juga retensi

    karyawan yang dilakukan di Wafi Jati Jepara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

    deskriptif, informasi diperoleh dari pemilik serta beberapa karyawan Wafi Jati Jepara.

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara

    wawancara mendalam. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik analisis kualitatif yang didasarkan pada pendekatan studi kasus.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses rekrutmen terdiri atas dua tahap

    yaitu: menyampaikan informasi lowongan pekerjaan, selanjutnya pelamar harus datang

    menemui pemilik Wafi Jati Jepara secara langsung untuk melakukan wawancara awal.

    Proses seleksi yang dilakukan adalah: menghubungi pelamar yang telah lolos pada

    tahap rekrutmen untuk melakukan wawancara lanjutan, pelamar akan diperkenalkan

    mengenai gambaran pekerjaan, pelamar diikutkan dalam program training selama satu

    bulan, hasil training selama satu bulan tersebut nantinya akan menjadi bahan evaluasi

    dalam menentukan apakah pelamar diterima atau tidak untuk menjadi karyawan ukir

    Wafi Jati Jepara. Kebijakan retensi karyawan yang dilakukan oleh Wafi Jati Jepara

    diantarnya adalah: selau membayar gaji/ upah karyawan tepat waktu, serta peka

    terhadap kebutuhan-kebutuhan karyawan.

    Kata kunci : rekrutmen, seleksi, retensi

  • v

    ABSTRACT

    One of the challenges faced by Small and Medium Enterprises is finding the

    right employees. It also occurs in Wafi Jati Jepara, where according to the owner that

    there are a variety of human resource issues, especially in obtaining qualified

    employees carving. Of course, there are problems cannot be separated from the system

    of recruitment and selection is carried out in Wafi Jati Jepara.

    This study aims to understand the recruitment, selection and retention of

    employees who conducted at Wafi Jati Jepara. This research is a descriptive study,

    information obtained from the owners and some employees Wafi Jati Jepara.

    Techniques of data collection in this study is the in-depth interviews. The analysis

    technique used in this study is a qualitative analysis technique that is based on a case

    study approach.

    The results showed that the recruitment process consists of two stages:

    conveying job information, and than the applicants must come to meet the owner of

    Wafi Jati Jepara directly to do an initial interviews. The selection process is done:

    contact applicants who have passed the recruitment phase to conduct follow-up

    interviews, applicants will be introduced to the job description, applicants included in

    the training program for one month, the results of the training for one month will be an

    evaluation to determine whether applicants acceptable or not to be carving employees

    Wafi Jati Jepara. Employee retention policies conducted by Wafi Jati Jepara is:

    obtaining payment of salary/ wages of employees on time, and sensitive to the needs of

    employees.

    Keywords: recruitment, selection, retention

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Wafi Jati merupakan sebuah usaha skala menengah yang bergerak di bidang

    produksi dan pemasaran produk mebel di Kota Jepara. Kualitas produk yang dihasilkan

    Wafi Jati cukup tinggi sehingga diminati oleh pasar lokal maupun pasar ekspor.

    Kualitas produk yang tinggi tersebut tentunya tidak terlepas dari dukungan sumber daya

    manusia yang baik terutama tenaga ukir yang ada di Wafi Jati. Hal ini yang selanjutnya

    menjadi fokus penelitian ini dalam melihat cara Wafi Jati memperoleh sekaligus

    mempertahankan tenaga ukir yang baik tersebut.

    Penelitian ini tentu saja masih jauh dari sempurna, namun demikian semoga

    penelitian ini bisa memberikan informasi dan masukan baik bagi pihak Wafi Jati Jepara

    maupun bagi pembaca.

    Salatiga, Agustus 2013

    Penulis

  • vii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang oleh karena

    penyertaan, kasih dan hikmaNya, kertas kerja penulis yang berjudul “Rekrutmen,

    Seleksi Dan Retensi Sumber Daya Manusia Pada Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus

    Pada Wafi Jati Jepara)” telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Kertas kerja ini diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai

    gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Manajemen,

    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

    Pada kesempatan yang membahagiakan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

    terima kasih kepada berbagai pihak antara lain kepada :

    1. Keluarga Tercinta : Papa, Mama, Nael yang sudah mendukung dan memotivasi

    selama perkuliahan, maupun saat penulisan kertas kerja.

    2. Keluarga Besar yang sudah mendukung dan selalu memberikan motivasi.

    3. Bapak Neil Semuel Rupidara,SE.,M.Sc,Phd selaku dosen pembimbing yang

    telah memberikan ide, saran dan kritik selama penyusunan kertas kerja.

    4. Teman-teman yang selalu memberi dukungan dan keceriaan setiap hari : Yusuf,

    Andre, Franco, Dhika, Dendi, Jimi, Sendy, Yosa, Andi bogel, Fredrik, Ivan.

    5. Teman-teman kos Yos Sudarso 5, Team futsal 2008, dan semuanya yang tidak

    bisa disebutkan satu persatu. Terima Kasih.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ………………………………………………………………...

    Surat Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ……………………………………….

    Halaman Persetujuan ………………………………………………………….

    Saripati ................................................................................................................

    Abstract …………………………………………………...................................

    Kata Pengantar ...................................................................................................

    Ucapan Terima Kasih .........................................................................................

    Daftar Isi ……………………………………………………………………….

    Latar Belakang Penelitian ...................................................................................

    Masalah dan Persoalan Penelitian ……………………………………………..

    Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………………...

    Tinjauan Pustaka ................................................................................................

    Usaha Kecil Menengah ………………………………………………………...

    Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia pada Usaha Kecil Menengah ..

    Retensi Karyawan pada Usaha Kecil Menengah ………………………………

    Metode Penelitian ………………………………………………………….......

    Hasil Penelitian ………………………………………………………………...

    Gambaran Umum Wafi Jati Jepara …………………………………………….

    Metode dan Proses Rekrutmen Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara …..

    Metode dan Proses Seleksi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara ………

    Kebijakan Retensi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara ………………..

    Pembahasan ……………………………………………………………………

    Penutup ………………………………………………………………………...

    Kesimpulan ……………………………………………………………………

    Implikasi …………………………………………………………….................

    Daftar Pustaka …………………………………………………………………

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    1

    7

    7

    8

    8

    9

    15

    16

    17

    17

    20

    25

    28

    30

    32

    32

    33

    36

    Daftar Pertanyaan ……………………………………………………………... 39

  • 1

    Latar Belakang Penelitian

    Sektor informal dan usaha kecil menegah di kota-kota negara berkembang

    menyerap cukup banyak tenaga kerja. Seperti misalnya di Indonesia, menurut

    data BPS dan Sakernas yang dikutip oleh International Labour Organization

    (ILO) bahwa sektor informal menyerap sekitar 59% tenaga kerja di tahun 2010

    (ILO, 2012). Bagi negara berkembang seperti Indonesia yang sektor informalnya

    masih dominan, maka keberadaan UKM justru banyak dibutuhkan kontribusinya

    dalam pertumbuhan perekonomian secara agregat. Sektor UKM bahkan menjadi

    tumpuan kehidupan yang semakin besar sejak terjadinya krisis ekonomi yang

    dimulai pada tahun 1997 (Sarosa, 2000; Ardiana et al, 2010). Hal tersebut

    dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Pada

    tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen

    dari total unit usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM

    meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah

    usaha UKM, maka turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada

    tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa

    kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa. UKM

    menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007).

    Jumlah unit UKM di Indonesia yang sangat banyak dan terdapat di semua

    sektor ekonomi berperan sebagai suatu motor penggerak yang sangat krusial bagi

    pembangunan ekonomi dan komunitas lokal (Tambunan, 2000). Sekarang, UKM

    memiliki peranan baru yang lebih penting lagi yakni sebagai salah satu faktor

    utama pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas (Tambunan,

  • 2

    2000). Dalam menjalankan peran pentingnya tersebut, UKM menghadapi

    berbagai tantangan. Menurut Kuncoro (2008) ada tujuh tantangan yang dihadapi

    UKM dalam krisis global yaitu: tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara

    bidang administrasi dan operasi, akses terhadap lembaga kredit formal rendah,

    sebagian besar usaha belum mempunyai status badan hukum, tren nilai ekspor

    sangat berfluktuatif, masalah pengadaan bahan baku, masalah sumber daya

    manusia yaitu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang terampil, masalah

    pemasaran.

    Sehubungan dengan sumber daya manusia di UKM, salah satu hal

    mendasar yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mendapatkan karyawan

    yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Kebanyakan UKM dalam merekrut

    karyawan lebih mencari tenaga yang memiliki hubungan kekerabatan atau

    pertemanan, dalam arti kenal dengan orang yang mau direkrut tersebut

    (http//www.ihcsdm.com). Hal ini seperti yang ditemukan oleh Holliday (baca

    Carroll et al, 1999) dalam studi kasus mendalam yang dilakukannya terhadap tiga

    perusahaan kecil dimana rekrutmen melalui word of mouth (dari mulut ke mulut)

    merupakan metode dan proses rekrutmen yang paling sering digunakan. Pada

    model rekrutmen seperti ini, bukan kompetensi, kemampuan, keahlian atau

    pengetahuan yang menjadi kriteria utama, melainkan hubungan kekerabatan dan

    kedekatan pertemanan yang menjadi pertimbangan utama. Hal ini bisa dipahami

    karena dengan menggunakan model rekrutmen seperti itu maka karyawan yang

    direkrut tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan rekan kerja

    dan atau pemilik karena sudah dikenalnya dengan baik. Biasanya rekrutmen

  • 3

    model ini hanya berjalan mulus di awalnya saja. Paling hanya beberapa bulan, lalu

    terpaksa berakhir dengan putusnya hubungan kerja karena karyawan yang direkrut

    tersebut tidak memiliki kompetensi, kemampuan, keahlian atau pengetahuan yang

    memadai (http//www.ihcsdm.com). Ini pula yang terjadi di Ghana seperti yang

    dilaporkan oleh Ofori (2011) bahwa banyak UKM di sana yang para pekerjanya

    hanya mampu bertahan tidak lebih dari tiga tahun dan selanjutnya diberhentikan

    karena kurangnya kompetensi yang mereka miliki. Tentu saja hal tersebut

    disebabkan oleh metode dan proses perekrutan yang tidak tepat dan ini banyak

    dilakukan oleh para pelaku UKM. Temuan ini didukung oleh Scott et al (baca

    Carroll et al, 1999) yang menyebutkan bahwa mayoritas perusahaan skala kecil

    yang disurvei tidak memikirkan metode dan proses perekrutan yang memadai.

    Hal di atas menunjukkan karakteristik dan permasalahan manajemen

    sumber daya manusia di UKM yang khas, yang sering kali dapat dibaca sebagai

    kelemahan yang dimiliki UKM. Padahal UKM tentunya juga membutuhkan

    sumber daya manusia dan proses pengelolaan sumber daya manusia tersebut yang

    baik. Persoalan atau kelemahan yang ada di seputar rekrutmen dan seleksi perlu

    diatasi, karena jika tidak maka akan memberikan kerugian bagi UKM itu sendiri.

    Rekrutmen dan seleksi yang dilakukan tentunya memerlukan waktu,

    tenaga dan biaya yang harus dikorbankan oleh perusahaan untuk mendapatkan

    karyawan yang berkualitas. Oleh karena itu, ketika karyawan telah diterima

    bekerja dan memperlihatkan kinerja yang baik maka sudah sepatutnya tugas

    perusahaan selanjutnya adalah mempertahankan karyawan yang berkinerja baik

    tersebut dalam rentang waktu yang lama, atau yang dikenal dengan istilah retensi

  • 4

    karyawan. Hal tersebut menjadi penting karena menurut Sanford (2012) bahwa

    ketika seorang karyawan meninggalkan perusahaan, maka perusahaan harus

    menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk menemukan pengganti yang cocok.

    Biaya-biaya tersebut termasuk waktu yang dihabiskan skrining kandidat,

    memverifikasi identitasnya, memeriksa latar belakang dan referensi, wawancara,

    mempekerjakan, dan kemudian pelatihan karyawan baru. Hal tersebut juga

    dikemukakan oleh Sumarni (2011) bahwa ada beberapa hal yang mendasar, yang

    menjadikan retensi karyawan sangatlah penting dan mendesak, yakni tingginya

    biaya yang harus dikeluarkan jika tingkat perputaran pegawai meningkat. Hal ini

    disebabkan antara lain: tingginya biaya rekrutmen pegawai serta tingginya biaya

    yang dikeluarkan dalam pendidikan dan pelatihan pegawai.

    Penelitian sumber daya manusia khususnya menyangkut rekrutmen,

    seleksi dan retensi karyawan pada UKM di Indonesia belum banyak, hal tersebut

    mendorong dilakukannya penelitian ini. Sebagai obyek penelitian dipilih Wafi Jati

    Jepara. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1980 merupakan sebuah usaha skala

    menengah yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran produk mebel di Kota

    Jepara. Digolongkan ke dalam usaha berskala menengah karena mengacu pada

    batasan usaha menengah menurut Badan Pusat Statistik bahwa kriteria usaha

    menengah dilihat dari jumlah karyawannya berkisar antara 20 – 99 orang,

    sedangkan jumlah karyawan tetap Wafi Jati Jepara adalah sebanyak 58 orang.

    Dengan mengacu juga pada batasan usaha menengah menurut UU No 20 tahun

    2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang menyebutkan bahwa

    kriteria usaha menengah dilihat dari jumlah kekayaan bersihnya (tidak termasuk

  • 5

    tanah dan bangunan) antara Rp 500 juta – Rp 10 milyar, Wafi Jati tergolong usaha

    menengah karena memiliki jumlah kekayaan bersih sebesar Rp700 juta.

    Sebagai perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produk mebel

    ukir, maka ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

    Salah satunya adalah kebutuhan akan karyawan ukir yang bertugas untuk

    mengerjakan produk-produk mebel ukir tersebut. Kebutuhan akan karyawan ukir

    yang berkualitas memang menjadi hal yang penting bagi Wafi Jati Jepara

    mengingat produk-produk yang dihasilan harus memiliki kekhasan motif ukiran

    yang selain bernilai jual tinggi dan mengikuti selera pasar, juga harus

    memperlihatkan ciri khas yang membedakannya dengan produk mebel ukir dari

    perusahaan lainnya. Oleh karena itu kemampuan karyawan ukir berkualitas yang

    dikehendaki oleh Wafi Jati Jepara adalah kemampuan dan keterampilan dasar

    tentang mengukir kayu, serta kemampuan menciptakan atau mengembangkan

    berbagai motif ukiran pada berbagai tipe produk yang diinginkan oleh konsumen.

    Namun tampaknya untuk mendapatkan karyawan ukir yang berkualitas seperti apa

    yang dikehendaki oleh Wafi Jati Jepara tersebut ternyata tidak mudah.

    Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis di Wafi Jati Jepara

    melalui wawancara dengan pemiliknya diperoleh beberapa hal menarik terkait

    dengan kondisi pengelolaan sumber daya manusia yang ada di perusahaan

    tersebut. Diakui oleh pemiliknya bahwa ia memiliki kesulitan dalam mendapatkan

    karyawan ukir yang berkualitas padahal produk-produk yang dihasilkannya

    sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor yang umumnya menuntut kualitas

    ukir yang tinggi dari produk tersebut. Selain itu, ditemukan adanya karyawan ukir

  • 6

    yang setelah beberapa bulan bekerja ternyata tidak dapat melaksanakan tugasnya

    dengan baik, padahal saat proses seleksi ketika ditanyakan perihal kemampuannya

    dalam membuat mebel ukir, karyawan tersebut menyatakan memiliki kemampuan

    yang baik dalam melakukan pekerjaan tersebut. Lebih lanjut menurut pemilik

    Wafi Jati Jepara, bahwa pernah juga ada karyawan ukir yang diberhentikan karena

    setelah diberikan batas waktu untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerja

    ternyata ia tidak mampu meningkatkan kinerjanya tersebut.

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil survey awal tersebut di

    atas, menurut penulis bahwa terdapat persoalan sumber daya manusia di Wafi Jati

    Jepara khususnya menyangkut perekrutan dan seleksi karyawan ukir di

    perusahaan tersebut. Tentunya persoalan-persoalan sebagaimana diungkapkan

    oleh pemilik Wafi Jati Jepara di atas tidak terjadi bilamana perekrutan dan seleksi

    karyawan ukir dilakukan dengan menggunakan metode dan proses yang tepat.

    Selain perusahaan perlu melakukan perekrutan dan seleksi karyawan ukir

    dengan metode dan proses yang tepat, upaya lain yang bisa dilakukan adalah

    dengan melakukan kebijakan retensi karyawan atau upaya-upaya untuk

    mempertahankan karyawan ukir yang berkualitas yang ada dalam perusahaan

    tersebut. Hal ini juga perlu menjadi perhatian dari Wafi Jati Jepara karena dari

    survey awal yang dilakukan melalui wawancara dengan pemiliknya, disebutkan

    bahwa Wafi Jati juga pernah diperhadapkan pada persoalan adanya karyawan ukir

    yang memutuskan untuk pindah kerja ke perusahaan mebel lain, padahal

    karyawan tersebut memiliki kemampuan ukir yang baik. Tentunya hal ini sangat

    disayangkan dan menjadi kerugian bagi Wafi Jati karena harus kehilangan

  • 7

    karyawan ukir yang berkualitas. Oleh karena itu, agar tidak terus terjadi adanya

    karyawan ukir yang pindah kerja, maka kebijakan retensi karyawan menjadi hal

    yang penting dilakukan oleh Wafi Jati Jepara.

    Masalah dan Persoalan Penelitian

    Berdasarkan uraian di atas, maka adapun masalah dalam penelitian ini

    adalah terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia di Wafi Jati Jepara

    khususnya menyangkut rekrutmen, seleksi dan retensi karyawannya, terutama

    untuk kategori tukang ukir. Untuk memperjelas masalah di atas, maka adapun

    persoalan penelitiannya adalah sebagai berikut:

    1. Seperti apakah metode dan proses rekrutmen karyawan di Wafi Jati Jepara

    guna memperoleh karyawan ukir yang berkualitas?

    2. Bagaimana cara Wafi Jati Jepara dalam menyeleksi karyawan agar

    karyawan ukir sesuai kebutuhan?

    3. Seperti apakah kebijakan retensi terhadap karyawan ukir yang dilakukan

    oleh Wafi Jati Jepara?

    Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami rekrutmen, seleksi, dan

    juga retensi karyawan ukir yang dilakukan di Wafi Jati Jepara. Sedangkan

  • 8

    manfaat dari penelitian ini adalah: secara teoritis akan diperoleh pengetahuan

    tentang metode dan proses rekrutmen dan seleksi karyawan pada konteks usaha

    kecil menengah yang didasarkan pada penelitian empiris, secara praktis dapat

    memberikan masukan bagi Wafi Jati Jepara terkait dengan metode dan proses

    rekrutmen maupun seleksi serta kebijakan retensi bagi karyawan ukir yang telah

    dilakukan perusahaan tersebut.

    Tinjauan Pustaka

    Usaha Kecil Menengah

    Batasan mengenai usaha kecil menengah dalam penelitian ini mengacu

    pada UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah seperti

    ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

    Tabel 1. Batasan Usaha Kecil Menengah

    Usaha Mikro Usaha Kecil

    Usaha

    Menengah

    Kekayaan bersih ≤ 50 juta 50 juta – 500 juta 500 juta – 10

    milyar

    Hasil penjualan

    tahunan

    ≤ 300 juta 300 juta – 2,5

    milyar

    2,5 milyar – 50

    milyar

    Usaha Kecil Menengah memiliki keunggulan namun juga kelemahan.

    Terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah

  • 9

    dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan Rachman, 2002) antara lain: (a)

    Inovasi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk, (b) hubungan

    kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan, (c) fleksibilitas dan kemampuan

    menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat

    dibandingkan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis, (d)

    terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Sementara itu

    kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah menurut

    Tambunan (2002) antara lain: (a) kesulitan pemasaran karena tekanan persaingan

    baik di pasar domestik maupun pasar ekspor, (b) keterbatasan finansial yaitu

    terbatasnya jumlah modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial

    jangka panjang yang dimiliki untuk pertumbuhan output jangka panjang, (c)

    keterbatasan Sumber Daya Manusia terutama dari sisi kualitasnya baik itu

    manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, kontrol kualitas, akuntansi,

    mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian

    pasar, (d) keterbatasan bahan baku dan input-input lain, (e) keterbatasan teknologi

    yang disebabkan karena keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin

    baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan

    kualitas sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

    Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia pada Usaha Kecil Menengah

    Organisasi yang tidak didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik dari

    aspek kuantitas, kualitas, strategi, dan operasional yang baik dapat dipastikan akan

  • 10

    sulit mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya di masa yang akan

    datang (Rivai, 2006). Salah satu kelemahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil

    Menengah sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (2002) di atas adalah

    keterbatasan sumber daya manusia. Kelemahan ini tentunya harus menjadi

    perhatian dari pengelola usaha kecil menengah sehingga keberadaan usahanya

    tersebut bisa dipertahankan dan atau bahkan dikembangkan. Salah satu kunci

    utama dalam mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan

    melakukan rekrutmen dan seleksi yang baik.

    Rekrutmen Sumber Daya Manusia pada Usaha Kecil Menengah

    Rekrutmen merupakan proses menentukan dan menarik pelamar yang

    mampu untuk bekerja dalam suatu perusahaan. Proses ini dimulai ketika pelamar

    dicari dan berakhir ketika lamaran-lamaran mereka diserahkan/ dikumpulkan.

    Hasilnya adalah sekumpulan pelamar calon karyawan baru untuk diseleksi dan

    dipilih. Menurut Schuler dan Jackson (1997) rekrutmen antara lain meliputi

    upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah

    tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang

    paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.

    Menurut Simamora (2004), tujuan utama rekrutmen adalah menemukan

    pelamar-pelamar berkualifikasi yang akan tetap bersama perusahaan dengan biaya

    yang paling sedikit. Proses rekrutmen harus menghasilkan karyawan yang

  • 11

    merupakan pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan perusahaan

    sampai jangka waktu yang wajar.

    Model rekrutmen dalam literatur preskriptif membedakan antara

    metode perekrutan formal seperti misalnya melalui iklan di media masa, job

    centres, ataupun lembaga lain yang terkait dengan penyedia tenaga kerja,

    serta metode perekrutan yang lebih informal seperti misalnya rekomendasi

    dari staff perusahaan (Carrol et al, 1999). Sementara itu, menurut Holliday

    (baca Carroll et al, 1999) bahwa rekrutmen melalui word of mouth (dari mulut

    ke mulut) merupakan metode dan proses rekrutmen yang paling sering

    digunakan oleh perusahaan kecil. William dan Owen (baca Ofori, 2011)

    menyebutkan bahwa metode rekrutmen yang paling populer pada kebanyakan

    UKM adalah melalui iklan di surat kabar, melakukan kontak secara personal

    atau mengontak universitas untuk mendapatkan referensi lulusan yang sesuai

    dengan yang dikehendaki oleh pelaku UKM.

    Ada beberapa langkah-langkah yang umumnya dilakukan dalam

    pelaksanaan rekrutmen, antara lain (Samsudin, 2006): (1) mengidentifikasi

    jabatan yang lowong, (2) mencari informasi jabatan melalui analisis jabatan,

    (3) menentukan calon yang tepat, (4) memilih metode-metode rekrutmen

    yang paling tepat, (5) memanggil calon yang dianggap memenuhi persyaratan

    jabatan, (6) menyaring atau menyeleksi kandidat, (7) membuat penawaran

    kerja, (8) mulai bekerja. Namun demikian, sebagian UKM kemungkinan

    tidak melakukan seluruh langkah di atas secara kaku.

  • 12

    Berdasarkan informasi pada portal usaha kecil dan menengah,

    disebutkan bahwa langkah-langkah untuk melakukan rekrutmen adalah: (1)

    menentukan jenis pekerjaan/jabatan yang membutuhkan karyawan,

    kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi jabatan tersebut dan jabarkan

    tugas-tugasnya, hak dan kewajibannya secara rinci, (2) menentukan jalur

    yang akan ditempuh untuk merekrut karyawan tersebut: iklan lowongan

    kerjaan, agen rekrutmen, atau jaringan sosial pribad/bisnis, (3) memilih

    kandidat berdasarkan aplikasi yang masuk: pilihlah aplikasi yang memenuhi

    kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, (4) melakukan wawancara, dimana

    dalam melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menggali

    informasi yang diperlukan untuk membantunya mengambil keputusan

    (http://portalukm.com).

    Efektivitas merekrut di antara masing-masing usaha kecil bervariasi

    luas. Pemahaman tentang filosofi usaha kecil adalah penting. Sering, bisnis-

    bisnis kecil mempunyai pola pikir yang keliru bahwa "kami mendapatkan 20

    pelamar untuk setiap pembukaan pekerjaan, mengapa kita perlu merekrut?"

    Seringkali bisnis yang mendukung tipe filosofi seperti ini tidak sepenuhnya

    memahami pentingnya mempekerjakan seorang individu dengan pengetahuan

    tertentu, ketrampilan, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan seperti

    yang dijelaskan dan diperlukan (Lindner and Zoller, 2000).

  • 13

    Seleksi Sumber Daya Manusia pada Usaha Kecil Menengah

    Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan

    setelah proses rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul

    sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang

    dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan (Rivai, 2006).

    Proses seleksi adalah kegiatan memilih dari antara para pelamar yang berhasil

    direkrut (Arep dan Tanjung, 2003), proses penyaringan pelamar kerja untuk

    memastikan bahwa kandidat yang paling layak yang akan dipekerjakan

    (Robbins, 2004).

    Seleksi pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang

    memenuhi syarat dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan deskripsi

    pekerjaan yang ada atau sesuai dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan

    (Samsudin, 2006). Tujuan proses seleksi adalah untuk mencocokan orang

    dengan pekerjaanya secara tepat. Jikalau individu overqualified,

    underqualified, atau karena beberapa sebab tidak “sesuai” dengan pekerjaan

    maupun organisasi, dia kemungkinan akan angkat kaki dari perusahaan.

    Walaupun beberapa perputaran karyawan barangkali positif bagi organisasi,

    putaran itu dapat menjadi sangat mahal. Tingkat putaran yang tinggi akan

    menghambat perusahaan untuk mencapai kinerja yang unggul (Simamora,

    2004).

    Menurut Siagian (2006), proses seleksi terdiri dari paling sedikit

    delapan langkah yang dapat ditempuh yaitu: (1) penerimaan surat lamaran,

  • 14

    (2) penyelenggaraan ujian, (3) wawancara seleksi, (4) pengecekan latar

    belakang pelamar dan surat-surat referensinya, (5) evaluasi kesehatan, (6)

    wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya, (7)

    pengenalan pekerjaan, (8) keputusan atas lamaran. Perlu ditekankan bahwa

    tidak semua langkah tersebut harus ditempuh. Sebagaimana proses

    rekrutmen, dalam hal seleksi-pun UKM dinilai tidak melakukan seluruh

    tahapan di atas.

    Penelitian Ofori (2011) yang mengkaji proses seleksi di UKM di

    Ghana menyebutkan bahwa proses seleksi karyawan mengikuti tahapan

    berikut ini. Terdapat sebuah wawancara awal yang ditujukan untuk

    mengeliminasi kandidat yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang

    telah ditentukan organisasi. Kandidat yang telah sukses pada tahap pertama

    perlu melengkapi aplikasi kosong yang disediakan yang berisikan rincian data

    kandidat seperti usia, kualifikasi, pengalaman dan sebagainya. Selanjutnya

    ada tes tertulis yang biasanya terdiri dari tes bakat, inteligensi, kepribadian

    dan lainnya yang juga dilakukan selam proses seleksi. Bentuk tes seperti ini

    biasanya lebih obyektif dan tidak bias. Kandidat yang sukses selanjutnya akan

    melalui tahapan wawancara dimana ada interaksi antara pewawancara dan

    kandidat yang bertujuan untuk lebih mengetahui kandidat yang cocok untuk

    pekerjaan yang ada. Dilakukan juga tes medis terhadap kandidat guna

    memastikan kebugaran fisiknya. Setelah pengecekan semua referensi dengan

    tepat, kandidat akhirnya dipilih dengan keluarnya surat kesepakatan kerja

    secara formal.

  • 15

    Retensi Karyawan pada Usaha Kecil Menengah

    Retensi adalah upaya untuk mempertahankan karyawan agar tetap berada

    dalam organisasi guna mencapai tujuan organisasi tersebut (Mathias dan Jackson,

    2009). Definisi yang tidak berbeda jauh menyebutkan bahwa retensi karyawan

    merupakan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan potensial

    yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan (Sumarni, 2011).

    Tujuan dari retensi karyawan ialah untuk mempertahankan karyawan yang

    dianggap berkualitas yang dimiliki perusahaan selama mungkin, karena karyawan

    yang berkualitas merupakan harta yang tidak tampak (intangible asset) yang tak

    ternilai bagi perusahaan (Sumarni, 2011). Jadi jika karyawan yang berkualitas

    keluar dari perusahaan atas kehendak sendiri, maka hal tersebut merupakan

    kerugian modal intelektual bagi perusahaan. Para karyawan yang bekerja dalam

    jangka lama dan loyal akan membawa nilai perusahaan dan pengetahuan tentang

    berbagai proses organisasional dan diharapkan sensitifitasnya terhadap kebutuhan

    para pelanggan.

    Cushway (2002) mengemukakan sejumlah usaha untuk retensi karyawan

    di suatu perusahaan diantaranya: (a) memberikan upah dan fasilitas secara adil,

    (b) memberikan apresiasi pekerjaan dan mempromosikan karyawan yang

    berkinerja baik, (c) mengelola kondisi kerja agar selalu baik, (d) merancang

    pekerjaan sesuai kebutuhan individu dan mengandung variasi minat dan

    kesempatan untuk belajar dan tumbuh, membuat hubungan kerja yang baik, (e)

    memberi petunjuk yang jelas kepada karyawan apa yang dikehendaki perusahaan

    serta memberik kesempatan pelatihan kepada karyawan, (f) menjelaskan tujuan

  • 16

    perusahaan secara jelas dan meminta karyawan untuk memiliki rasa tanggung

    jawab kepada perusahaan, (g) mengadakan promosi dan seleksi karyawan secara

    tepat, (h) memenuhi harapan-harapan karyawan sehingga menimbulkan kepuasan.

    Metode Penelitian

    Subyek dalam penelitian ini adalah informan yang dinilai layak

    memberikan informasi menyangkut penelitian ini sehingga atas dasar itu darinya

    bisa digali informasi tentang pelaksanaan rekrutmen, seleksi dan retensi karyawan

    yang dilakukan di Wafi Jati Jepara. Subyek utama penelitian adalah pemilik dan

    ditambah beberapa karyawan Wafi Jati Jepara sebagai informan pendukung.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    wawancara mendalam (in-depth interviews), yaitu wawancara yang bebas dimana

    peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

    sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

    digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan

    (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data lainnya yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah berupa observasi yaitu pendekatan untuk mendapatkan data

    primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya (Jogiyanto, 2004).

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

    kualitatif yang didasarkan pada pendekatan studi kasus. Langkah-langkah analisis

    yang digunakan adalah (Afriani, 2009): (a) mengorganisir informasi, (b) membaca

  • 17

    dan atau mendengarkan keseluruhan informasi, (c) membuat suatu uraian

    terperinci berdasarkan informasi yang diperoleh, (d) menetapkan pola dan

    mencari hubungan antara beberapa kategori, (e) melakukan interpretasi dan

    mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk

    penerapannya pada kasus yang lain, (f) menyajikan secara naratif.

    Hasil Penelitian

    Gambaran Umum Wafi Jati Jepara

    Jepara adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan sentra

    industri kerajinan ukir kayu terkhususnya yang berbahan dasar kayu jati. Industri

    kerajinan ukir kayu di Jepara terus tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun.

    Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara,

    jumlah unit usaha industri kecil menengah furniture dari kayu pada tahun 2010

    adalah sebanyak 3.916 unit, meningkat menjadi 3.955 unit pada tahun 2011 dan

    meningkat menjadi 4.022 unit pada tahun 2012 (Simposium Nasional “Value

    Chain of Furniture, other Forest Products and Ecosystem Services”, 2013)

    Salah satu pelaku industri kerajinan ukir kayu di Jepara tersebut adalah

    Wafi Jati milik Bapak H. Imam. Wafi Jati berdiri karena beberapa faktor

    pendorong di antaranya: industri kerajinan ukir di Jepara yang semakin

    berkembang, keinginan pemilik usaha untuk mengembangkan modal usaha

    menjadi lebih besar, prospek usaha yang menjanjikan keuntungan tinggi, serta

  • 18

    keinginan untuk mengurangi jumlah pengangguran di Jepara. Keinginan untuk

    membuka usaha kerajinan ukir makin kuat karena tingginya minat konsumen di

    dalam negeri maupun dari luar negeri terhadap produk kerajinan ukir Jepara. Wafi

    Jati berdiri sejak 20 Maret 1986.

    Produk-produk yang dihasilkan oleh Wafi Jati merupakan produk set

    kamar yang terdiri dari almari, dipan, kursi dan meja rias. Produk-produk tersebut

    memiliki kekhasan untuk membedakannya dengan produk-produk dari perusahaan

    lainnya sekaligus sebagai faktor daya saing. Adapun kekhasan produk produksi

    Wafi Jati adalah pada motif ukirnya yang mana produk dibuat dengan motif Italia.

    Kemampuan produksi yang baik harus juga didukung dengan kemampuan

    pemasaran yang baik pula. Selain dipasarkan di dalam negeri, produk Wafi Jati

    juga dipasarkan ke luar negeri. Sejauh ini Wafi Jati memperlihatkan trend

    peningkatan penjualan seperti ditunjukkan pada grafik 1 berikut ini.

    0

    50000000

    100000000

    150000000

    200000000

    250000000

    300000000

    31/5/201226/6/2012

    5/9/201224/1/2013

    Grafik 1. Nilai Penjualan Wafi Jati Jepara

    Nilai Penjualan

  • 19

    Grafik 1 di atas memperlihatkan nilai penjualan ekspor dalam beberapa waktu

    terakhir yang menunjukkan trend meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan

    oleh kualitas produk yang dihasilkan Wafi Jati cukup tinggi sehingga diminati

    oleh pasar ekspor. Kualitas produk yang tinggi tersebut tentunya tidak terlepas

    dari dukungan sumber daya manusia yang baik terutama tenaga ukir yang ada di

    Wafi Jati. Hal ini yang selanjutnya menjadi fokus penelitian ini dalam melihat

    cara Wafi Jati memperoleh sekaligus mempertahankan tenaga ukir yang baik

    tersebut.

    Beberapa negara yang pernah menjadi tujuan pemasaran produk Wafi Jati

    di antaranya adalah Malaysia, Belgia, Irak dan Korea. Namun ekspor ke negara-

    negara tersebut telah dihentikan dan dialihkan ke negara lain. Keputusan untuk

    tidak dilanjutkannya ekspor ke Malaysia adalah karena persoalan pembayaran

    yang tidak lancar. Untuk Belgia, pertimbangan tidak dilanjutkannya ekspor ke

    negara tersebut karena produk Wafi Jati kurang diminati. Ekspor ke Korea

    dihentikan karena alasan penawaran harga dari pembeli di sana terlalu rendah

    meskipun permintaan produknya cukup baik. Sementara itu untuk Irak, tidak

    diteruskannya ekspor ke negara tersebut karena kondisi ekonomi, politik dan

    keamanan di sana pada saat itu kurang mendukung akibat berlangsungnya perang.

    Sejak bulan September 2010 Wafi Jati hanya fokus memasarkan produk ke

    China saja. Alasan memilih fokus memasarkan ke China menurut pemilik Wafi

    Jati adalah karena pembeli di China mau membeli produk Wafi Jati dengan harga

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembeli dari negara lainnya. Selain itu

    pembayaran juga dilakukan dengan lancar.

  • 20

    Awal mula berdirinya, Wafi Jati memiliki 23 orang tenaga kerja dengan

    perincian: 15 orang tenaga tukang ukir, 6 orang tenaga tukang kayu dan 2 tenaga

    servis. Sejalan dengan perkembangan usahanya, kini Wafi Jati memiliki total 58

    orang tenaga kerja dengan perincian: 48 orang tenaga tukang ukir, 8 orang tenaga

    tukang kayu dan 2 tenaga servis. Memperhatikan perkembangan jumlah tenaga

    kerja Wafi Jati di atas, tampak bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja sangat

    signifikan untuk kelompok tenaga ukir. Hal tersebut dinilai karena tenaga ukir

    memegang peran terbesar dalam proses produksi sebuah set produk, tentunya

    tanpa mengesampingkan peran tenaga lainnya.

    Semua tenaga kerja yang dimiliki Wafi Jati merupakan tenaga kerja tetap.

    Namun menurut pemilik Wafi Jati, mereka juga terkadang mempekerjakan tenaga

    musiman jika mendapatkan pesanan produk dalam jumlah besar dan yang

    memerlukan waktu penyelesaian pesanan produk yang lebih cepat dari batas

    waktu normalnya. Seluruh tenaga kerja Wafi Jati baik itu tenaga kerja tetap

    maupun tenaga kerja musiman berasal dari dalam kota Jepara.

    Metode dan Proses Rekrutmen Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    Sebagaimana perusahaan pada umumnya, Wafi Jati melakukan perekrutan

    karyawan sesuai kebutuhan. Tujuan perekrutan karyawan bagian ukir menurut

    hasil wawancara penulis dengan Bapak H. Imam selaku pemilk Wafi Jati adalah

    sebagaimana dalam pernyataan beliau berikut ini:

  • 21

    “…kami melakukan perekrutan karyawan bagian ukir dengan beberapa

    tujuan seperti untuk mendapatkan karyawan ukir yang baik sehingga bisa

    bekerja di Wafi Jati dalam rentang waktu yang panjang. Perekrutan juga

    kami lakukan dengan tujuan agar karyawan ukir yang diterima nantinya

    mampu memenuhi permintaan atau selera konsumen dalam membuat

    produk, dan juga mampu bersaing dengan karyawan ukir yang bekerja di

    perusahaan furniture lainnya di Jepara…”

    Wafi Jati menetapkan sejumlah kriteria yang ditetapkan untuk mengisi

    posisi atau jabatan karyawan bagian ukir. Adapun kriteria yang digunakan

    menurut pernyataan Bapak H. Imam selaku pemilk Wafi Jati yaitu: (1) pelamar

    memiliki kemampuan dan keterampilan dasar mengenai ukiran kayu karena

    setelah nanti diterima karyawan tersebut akan diberikan pelatihan, (2) bisa bekerja

    sesuai dengan target yang telah ditentukan baik itu oleh pemilik maupun target

    yang ditentukan konsumen, (3) memiliki semangat kerja yang tinggi.

    Memperhatikan ketiga kriteria yang ditetapkan oleh pemilik Wafi Jati

    dalam merekrut karyawan bagian ukir tersebut, menurut penulis sesungguhnya

    kriteria-kriteria tersebut tidak terlalu sulit bagi pelamar yang memiliki kemauan

    kerja yang kuat. Apalagi pemilik Wafi Jati tidak mensyaratkan lama pengalaman

    kerja yang harus dimiliki oleh pelamar. Kemampuan dan ketrampilan dasar

    mengenai ukir kayu menjadi salah satu kriteria karena memang pekerjaan yang

    nantinya dilakukan oleh pelamar setelah mereka diterima bekerja adalah membuat

    berbagai motif ukiran kayu pada berbagai produk yang dipesankan konsumen.

    Bila pelamar sama sekali tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dasar

    mengenai ukir kayu tentunya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa

    memahami dan membuat berbagai motif ukiran kayu. Kemampuan bekerja sesuai

  • 22

    target yang ditentukan juga perlu dimiliki oleh pelamar bilamana nantinya mereka

    diterima bekerja, hal ini mengingat jika tidak mampu bekerja sesuai target maka

    akan menimbulkan kekecewaan dari konsumen yang memesan produk, pada

    akhirnya Wafi Jati juga yang akan dirugikan. Pentingnya semangat kerja yang

    harus dimiliki pelamar juga menjadi kriteria lainnya dalam perekrutan. Semangat

    kerja menjadi pertimbangan karena hal tersebut dipandang memiliki sejumlah

    kebaikan apabila dimiliki oleh seorang karyawan diantaranya: pekerjaan dapat

    lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi, menekan tingkat

    ketidakhadiran masuk kerja tanpa alasan, serta tercapai produktivitas kerja yang

    tinggi.

    Informasi mengenai lowongan pekerjaan bisa disampaikan melalui

    berbagai metode. Berikut ini kutipan jawaban yang disampaikan oleh pemilik

    Wafi Jati terkait dengan metode penyampaian informasi lowongan pekerjaan

    tersebut:

    “…kami hanya menyampaikan informasi lowongan kepada karyawan ukir

    atau karyawan bagian lainnya apabila membutuhkan karyawan baru.

    Selanjutnya informasi tersebut disebarluaskan ke orang-orang yang

    dikenalinya baik itu teman, saudara atau anggota keluarga lainnya yang

    memiliki keterampilan di bidang ukir kayu. Informasi kebutuhan akan

    tenaga ukir juga kami sampaikan kepada sesama rekan pengrajin di

    Jepara. Dengan menggunakan cara tersebut, kami berkeyakinan bahwa

    rekomendasi dari karyawan atau dari rekanan pengrajin bisa diandalkan

    dalam menemukan karyawan yang kompeten…”

    Wawancara konfirmasi kepada karyawan Wafi Jati terkait metode

    penyampaian informasi lowongan pekerjaan, membenarkan penggunaan metode

    tersebut. Berikut petikan pernyataan seorang karyawan:

  • 23

    “…awal mulanya saya menjadi karyawan Wafi Jati karena mendapat

    informasi lowongan pekerjaan dari teman saya yang kebetulan bekerja di

    Wafi Jati. Ia memberitahukan bahwa ada lowongan pekerjaan tenaga

    ukir di Wafi Jati. Setelah mendapat informasi tersebut, maka kemudian

    saya mencoba datang ke Wafi Jati dan menemui secara langsung pemilik

    Wafi Jati untuk mengajukan lamaran pekerjaan…”

    Selain metode penyampaian informasi lowongan pekerjaan yang

    disebutkan di atas, Bapak H. Imam juga memasang papan iklan informasi

    lowongan pekerjaan di depan gedung produksi Wafi Jati. Berikut kutipan

    pernyataan beliau terkait dengan penggunaan papan iklan informasi.

    “…kami juga menggunakan papan iklan informasi lowongan pekerjaan

    dengan maksud untuk mempermudah dan mempercepat perolehan

    karyawan…”

    Efek dari penggunan papan iklan informasi menyangkut lowongan

    pekerjaan ternyata dirasakan oleh salah satu karyawan ukir saat penulis

    melakukan wawancara konfirmasi terkait metode penyampaian informasi

    lowongan pekerjaan melalui papan iklan informasi. Berikut petikan pernyataan

    karyawan tersebut:

    “…dulu sewaktu saya melamar pekerjaan sebagai tenaga ukir di Wafi Jati

    Jepara ini karena saya melihat adanya lowongan pekerjaan tenaga ukir

    yang terpampang di papan iklan lowongan milik perusahaan, setelah

    mengetahui informasi tersebut keesokan harinya saya kembali datang ke

    Wafi Jati dengan membawa surat lamaran…”

    Lebih lanjut diungkapkan oleh pemilik Wafi Jati bahwa selama ini mereka

    hanya menggunakan kedua metode di atas dalam menginformasikan lowongan

  • 24

    pekerjaan. Belum ada pemikiran untuk menggunakan metode lainnya seperti

    mengiklankan lowongan pekerjaan di surat kabar atau radio misalnya.

    Secara ringkas proses rekrutmen karyawan bagian ukir di Wafi Jati terdiri

    dari dua langkah. Pertama, menyampaikan informasi lowongan pekerjaan di

    bagian ukir. Informasi adanya lowongan pekerjaan tersebut disampaikan dengan

    berbagai metode seperti yang telah dijelaskan di atas. Untuk mendapat gambaran

    lebih lanjut, penulis melakukan wawancara dengan salah satu karyawan Wafi Jati.

    Menurut karyawan yang ditemui dijelaskan bahwa saat pertama kali melamar

    pekerjaan di Wafi Jati, informasi lowongan pekerjaan ia peroleh dari rekannya

    yang bekerja di Wafi Jati. Kedua, pelamar harus datang menemui pemilik Wafi

    Jati secara langsung untuk melakukan wawancara awal. Dalam wawancara awal

    tersebut, pemilik Wafi Jati tidak menggunakan pedoman wawancara. Hal-hal

    yang ditanyakan oleh pemilik Wafi Jati hanya menyangkut gambaran diri serta

    riwayat singkat dari pelamar. Menurut salah satu karyawan yang ditemui, setelah

    mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari rekannya yang bekerja di Wafi

    Jati, maka selanjutnya ia mendatangi pemilik Wafi Jati untuk melamar pekerjaan.

    Saat bertemu dengan pemilik Wafi Jati, terjadi wawancara awal dimana ada

    beberapa hal yang ditanyakan seperti alamat tempat tinggal, pengalaman kerja,

    serta riwayat hidup secara garis besarnya.

    Berdasarkan uraian di atas, terkait dengan metode rekrutmen yang

    digunakan oleh Wafi Jati maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode

    rekrutmen dari mulut ke mulut (word of mouth) memiliki keunggulan yaitu bahwa

    informasi perihal adanya lowongan akan lebih cepat tersebar dan juga metode ini

  • 25

    minim biaya atau bahkan tidak ada biaya untuk kepentingan penyebaran informasi

    lowongan. Sedangkan kelemahan metode rekrutmen dari mulut ke mulut (word of

    mouth) adalah bahwa hanya orang-orang yang kenal dekat dengan sumber

    informasi saja yang diberitahu tentang adanya informasi lowongan tersebut.

    Selain itu Wafi Jati juga menggunakan papan iklan informasi lowongan, dimana

    metode ini memiliki keunggulan bahwa khalayak dapat membaca informasi

    lowongan tersebut dengan tenang, tidak perlu tergesah-gesah dan informasi

    tersebut bisa dibaca kembali jika ada bagian-bagian tertentu dalam informasi yang

    terlupakan oleh khalayak saat dibaca sebelumnya. Hal ini mengingat informasi

    lowongan tersebut tercetak atau tertulis pada papan iklan lowongan yang dibuat

    oleh perusahaan Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah bahwa jangkauan

    khalayaknya juga masih tergolong terbatas karena perusahaan hanya

    menempatkan satu papan iklan informasi lowongan yang ditempatkan di depan

    gedung produksi milik perusahaan.

    Metode dan Proses Seleksi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    Kandidat yang dihasilkan dari tahap rekrutmen selanjutnya akan dipilih

    untuk menjadi karyawan melalui tahap seleksi. Tujuan dilakukannya penyeleksian

    tersebut diungkapkan oleh Bapak H. Imam selaku pemilk Wafi Jati sebagai

    berikut:

    “…seleksi karyawan ukir dilakukan untuk memilih dan menentukan

    pelamar yang akan diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan ukir

    Wafi Jati…”

  • 26

    Tahap seleksi merupakan tahap yang penting (di samping rekrutmen), oleh

    karena itu maka perlu ditetapkan sejumlah kriteria dalam menyeleksi.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Imam, beliau menyebutkan

    bahwa ada beberapa kriteria yang beliau gunakan dalam menyeleksi karyawan

    bagian ukir yaitu: (1) karyawan harus mempunyai bakat mengukir yang baik, (2)

    mempunyai etos kerja yang tinggi seperti rajin, jujur dan semangat kerja yang

    tinggi, (3) pernah bekerja di bidang kerajinan ukir sebelumnya menjadi poin plus.

    Kriteria-kriteria sebagaimana diungkapkan di atas tentunya didasari

    pertimbangan tertentu dari pemiliknya. Hal ini secara jelas disebutkan oleh

    Bapak H. Imam sebagai berikut:

    “…saya menetapkan tiga kriteria tersebut dalam menyeleksi karyawan

    dengan maksud agar nantinya dapat memiliki karyawan yang benar-benar

    bisa melakukan pekerjaan mengukir dengan baik…”

    Ada empat langkah dalam proses seleksi menurut informasi dari pemilik

    Wafi Jati yaitu: (1) menghubungi pelamar yang telah lolos pada tahap rekrutmen

    untuk melakukan wawancara lanjutan, (2) pelamar akan diperkenalkan mengenai

    gambaran pekerjaan yang nantinya akan menjadi tugas utamanya, (3) pelamar

    akan diikutkan dalam program training selama satu bulan untuk melihat

    kemampuannya dalam bekerja, (4) hasil training selama satu bulan tersebut

    nantinya akan menjadi bahan evaluasi dalam menentukan apakah pelamar

    diterima atau tidak untuk menjadi karyawan bagian ukir di Wafi Jati. Khusus

    pada langkah seleksi yang keempat, meskipun hasil training menjadi bahan

    evaluasi penentuan pelamar diterima atau ditolak, namun ternyata pemilik Wafi

  • 27

    Jati tidak akan terburu-buru menolak pelamar yang hasil training-nya kurang

    memuaskan. Berikut kutipan pernyataan pemilik Wafi Jati terkait hal tersebut:

    “…saya tidak terburu-buru untuk memberhentikan karyawan yang setelah

    training ternyata masih belum baik dalam melakukan pekerjaannya. Untuk

    itu saya masih memberikan tenggang waktu agar karyawan tersebut

    meningkatkan kinerjanya...”

    Memperhatikan langkah-langkah seleksi terhadap pelamar sebagaimana

    yang terjadi di Wafi Jati, menurut penulis ada satu langkah seleksi yang umumnya

    tidak terjadi pada kebanyakan perusahaan dalam melakukan seleksi. Langkah

    seleksi yang dimaksud penulis tersebut adalah hasil training yang menjadi

    penilaian akhir dalam menyeleksi pelamar yang diterima atau ditolak untuk

    menjadi karyawan tetap. Menjadi suatu yang menarik karena umumnya

    perusahaan melakukan training setelah pelamar lolos seleksi dan telah diterima

    menjadi karyawan tetap, namun hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh

    Wafi Jati. Bisa jadi, perbedaan tersebut menjadi kekhasan model seleksi yang

    dilakukan oleh usaha kecil menengah (khususnya Wafi Jati) dibandingkan dengan

    model seleksi pada perusahaan besar.

    Dalam melewati proses seleksi tersebut, terdapat kendala yang dihadapi

    oleh Wafi Jati. Kendala yang dimaksud adalah adanya inkonsistensi antara apa

    yang disampaikan oleh pelamar saat wawancara awal sewaktu rekrutmen dengan

    kenyataan saat ia melalui tahap training. Berikut petikan ungkapan pernyataan

    pemilk Wafi Jati terkait dengan kendala saat menyeleksi pelamar sebagai berikut:

    “…saat wawancara awal, ada pelamar yang dengan yakinnya

    mengatakan bahwa ia mempunyai keterampilan/ pengalaman mengukir

    serta sudah terbiasa melakukan pekerjaan mengukir. Namun ketika

  • 28

    memasuki masa training, ternyata hasil pekerjaan dari pelamar tersebut

    tidak memuaskan saya…”

    Menghadapi kendala tersebut di atas, maka Bapak H. Imam selaku pemilk

    Wafi Jati melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Upaya pertama adalah

    dengan menegur atau mengingatkan pelamar yang sedang di-training agar dapat

    bekerja dengan lebih baik lagi jika ingin evaluasi akhir dari hasil trainingnya

    dinilai baik dan bisa diterima menjadi karyawan tetap Wafi Jati. Upaya kedua

    adalah agar kendala yang sama tidak terulang lagi pada saat seleksi karyawan di

    waktu-waktu mendatang, maka Bapak H. Imam memberi arahan dan

    mengingatkan kembali kepada para karyawannya dan juga rekanan pengrajin agar

    jika mereka merekomendasikan pelamar untuk bekerja di Wafi Jati agar perlu

    melihat kompetensi dari pelamar yang direkomendasikan tersebut. Hal ini

    menurut beliau, jika kendala tersebut tersebut terulang kembali maka akan

    menghambat penyelesaian pekerjaan produk-produk pesanan pembeli.

    Kebijakan Retensi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    Kebijakan retensi menjadi salah satu upaya dalam mengatasi sulitnya

    mendapatkan karyawan bagian ukir yang berkualitas. Untuk itu selaku pemilik

    Wafi Jati, Bapak H. Imam memandang bahwa perlu ada upaya dari pihak Wafi

    Jati agar karyawan yang telah lolos rekrutmen dan seleksi merasa senang dan

    nyaman bekerja di Wafi Jati. Jika karyawan merasa senang dan nyaman dalam

    bekerja maka diharapkan mereka bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama,

    tidak hanya dalam hitungan beberapa bulan saja.

  • 29

    Terkait dengan kebijakan mempertahankan karyawan (retensi) tersebut,

    diperoleh informasi mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Wafi Jati.

    Berikut petikan pernyataan pemilik Wafi Jati sebagai berikut:

    ”…selama ini, saya telah mengupayakan beberapa hal agar para

    karyawan saya bisa bekerja di perusahaan ini dalam jangka waktu yang

    relatif lama. Beberapa upaya tersebut seperti misalnya dalam hal

    pembayaran gaji/ upah, dimana saya selalu membayar gaji/ upah mereka

    tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang ada di Wafi Jati. Di samping

    itu juga, saya berusaha untuk peka terhadap apa yang menjadi kebutuhan

    karyawan. Sebagai contoh, ada karyawan yang membutuhkan kendaraan

    sepeda motor untuk kebutuhan pribadi atau keluarganya, maka saya akan

    membantu untuk pengurusan kredit motor dan nantinya pengembalian

    kredit motor tersebut dengan cara memotong gaji/ upah karyawan

    tersebut saat menerima gaji/upahnya…”

    Kebijakan retensi yang telah dilakukan oleh Wafi Jati di atas memiliki

    kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya adalah dengan tepat waktunya

    pembayaran gaji/ upah karyawan serta peka terhadap kebutuhan karyawan akan

    mendorong karyawan untuk semangat dalam bekerja, meningkatkan kinerjanya

    dan juga dapat menekan keinginan karyawan untuk pindah kerja dari Wafi Jati.

    Sementara itu kelemahannya adalah bahwa kebijakan yang diterapkan sudah

    umum dilakukan atau bisa dikatakan merupakan kebijakan-kebijakan standar yang

    banyak diterapkan oleh perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu pihak Wafi

    Jati perlu mencari kebijakan retensi lainnya yang mempunyai dampak positif bagi

    karyawan dan juga bagi Wafi Jati sendiri.

  • 30

    Pembahasan

    Metode rekrutmen yang dilakukan oleh Wafi Jati selama ini yaitu

    penggunaan metode rekrutmen dari mulut ke mulut (word of mouth), rekomendasi

    dari karyawan atau rekanan/ partner dan penggunaan papan iklan lowongan

    merupakan beberapa metode yang lazim digunakan oleh perusahaan kecil.

    Implementasi metode rekrutmen sebagaimana disebutkan di atas sejalan dengan

    pendapat Carrol et al (1999) bahwa perusahaan dalam melakukan rekrutmen dapat

    menggunakan metode perekrutan formal dan metode perekrutan yang lebih

    informal. Dalam hal ini penggunaan metode rekomendasi dari karyawan atau

    rekanan/ partner merupakan metode perekrutan yang lebih informal, sementara itu

    rekrutmen melalui papan iklan lowongan merupakan metode perekrutan yang

    formal. Disamping itu penggunaan metode rekrutmen melalui word of mouth oleh

    perusahaan menguatkan pernyataan Holliday (baca Carroll et al, 1999) bahwa

    rekrutmen melalui word of mouth (dari mulut ke mulut) merupakan metode dan

    proses rekrutmen yang paling sering digunakan oleh perusahaan kecil. Sementara

    itu terkait dengan proses rekrutmen karyawan ukir yang dilakukan oleh Wafi Jati

    yang terdiri atas dua tahap yakni menyampaikan informasi lowongan pekerjaan

    serta pelamar datang menemui pemilik Wafi Jati Jepara secara langsung untuk

    melakukan wawancara awal, dimana kedua tahap ini tampak berbeda dengan

    tahapan proses rekrutmen sebagaimana dikemukakan oleh Samsudin (2006) yang

    mengemukakan ada delapan tahapan proses rekrutmen. Dengan demikian bisa

    dikatakan bahwa proses rekrutmen yang dilakukan oleh Wafi Jati Jepara terbilang

    relatif sederhana.

  • 31

    Sehubungan dengan proses seleksi yang dilakukan di Wafi Jati Jepara,

    terlihat bahwa ada empat langkah dalam proses seleksi karyawan ukir yaitu:

    menghubungi pelamar yang telah lolos pada tahap rekrutmen untuk melakukan

    wawancara lanjutan, pelamar akan diperkenalkan mengenai gambaran pekerjaan,

    pelamar diikutkan dalam program training selama satu bulan, hasil training selama

    satu bulan tersebut nantinya akan menjadi bahan evaluasi dalam menentukan

    apakah pelamar diterima atau tidak untuk menjadi karyawan ukir Wafi Jati Jepara.

    Keempat langkah proses seleksi tersebut tidak seluruhnya sama dengan langkah-

    langkah proses seleksi karyawan sebagaimana yang dikemukakan oleh Siagian

    (2006) yang meyebutkan bahwa sedikitnya ada delapan langkah dalam proses

    seleksi. Proses seleksi karyawan ukir di Wafi Jati Jepara juga tampak berbeda

    dengan proses seleksi yang dilakukan oleh UKM di Ghana sebagaimana

    dikemukakan oleh Ofori (2011). Perbedaan mendasar dari proses seleksi yang

    dilakukan oleh Wafi Jati Jepara dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian

    (2006) serta Ofori (2011) bahwa tidak adanya tes tertulis serta tes medis sebagai

    bagian dari proses seleksi karyawan ukir di Wafi Jati Jepara, selain itu adanya

    training sebagai bagian dari proses seleksi yang dilakukan oleh Wafi Jati Jepara

    ternyata tidak ada dalam tahapan proses seleksi sebagaimana dikemukakan

    Siagian (2006) maupun Ofori (2011).

    Kebijakan retensi terhadap karyawan yang dilakukan oleh Wafi Jati Jepara

    dalam bentuk selalu membayar gaji/ upah karyawan tepat waktu tidak keliru,

    namun demikian hal tersebut tentunya sudah merupakan suatu kewajiban

    perusahaan. Sebaiknya Wafi Jati Jepara juga memperhatikan unsur keadilan

  • 32

    dalam memberikan gaji/ upah kepada karyawannya. Hal ini sebagaimana

    dikemukakan oleh Cushway (2002) bahwa salah satu usaha untuk retensi

    karyawan adalah dengan memberikan upah dan fasilitas secara adil. Sementara

    itu kebijakan retensi karyawan yang ditunjukkan dalam bentuk peka terhadap

    kebutuhan-kebutuhan karyawan, hal ini dapat lebih memberikan dampak positif

    bagi upaya-upaya Wafi Jati Jepara dalam meretensi karyawan ukirnya. Upaya ini

    juga sejalan dengan pendapat Cushway (2002) bahwa salah satu usaha untuk

    retensi karyawan adalah memenuhi harapan-harapan karyawan sehingga

    menimbulkan kepuasan.

    Penutup

    Kesimpulan

    Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan

    sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

    a. Dalam melakukan perekrutan karyawan ukir, informasi lowongan

    disampaikan dari mulut ke mulut oleh pemilik Wafi Jati Jepara ke

    karyawannya dan rekanan pengrajin, juga dengan memasang papan iklan

    lowongan di depan gedung produksi. Proses rekrutmen terdiri atas dua

    tahap yaitu: menyampaikan informasi lowongan pekerjaan, pelamar

    datang menemui pemilik Wafi Jati Jepara secara langsung untuk

    melakukan wawancara awal.

  • 33

    b. Proses seleksi karyawan ukir yang dilakukan di Wafi Jati Jepara adalah

    sebagai berikut: menghubungi pelamar yang telah lolos pada tahap

    rekrutmen untuk melakukan wawancara lanjutan, pelamar akan

    diperkenalkan mengenai gambaran pekerjaan, pelamar diikutkan dalam

    program training selama satu bulan, hasil training selama satu bulan

    tersebut nantinya akan menjadi bahan evaluasi dalam menentukan apakah

    pelamar diterima atau tidak untuk menjadi karyawan ukir Wafi Jati Jepara.

    c. Kebijakan retensi karyawan yang dilakukan oleh Wafi Jati Jepara di

    antaranya adalah: selau membayar gaji/ upah karyawan tepat waktu, serta

    peka terhadap kebutuhan-kebutuhan karyawan.

    Implikasi

    Implikasi Terapan

    Ada sejumlah saran yang diberikan kepada Wafi Jati Jepara berdasarkan

    temuan hasil penelitian yang telah dilakukan, di antaranya adalah:

    a. Untuk memungkinkan jangkauan yang lebih luas akan sumber-sumber

    tenaga kerja, maka perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan

    metode-metode alternatif dalam rekrutmen seperti mengiklankan

    lowongan pekerjaan di surat kabar lokal yang ada di Jepara, radio ataupun

    spanduk lowongan pekerjaan yang ditempatkan di pinggir jalan-jalan

    utama di Jepara. Metode-metode ini memang cenderung lebih mahal

  • 34

    dibandingkan dengan metode yang saat ini digunakan perusahaan, akan

    tetapi metode yang disarankan ini memilki jangkauan lebih luas dimana

    lebih banyak khalayak masyarakat di Jepara yang dapat mengetahui

    informasi lowongan pekerjaan tersebut, sehingga peluang untuk

    mendapatkan karyawan yang berkualitas akan lebih besar. Selain itu perlu

    dipertimbangkan memasukkan persyaratan lama pengalaman kerja untuk

    posisi/ jabatan yang dibutuhkan sehingga nantinya diperoleh karyawan

    yang benar-benar kompeten.

    b. Supaya seleksi karyawan berjalan efektif maka diperlukan adanya

    ketegasan oleh pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan

    menerima atau menolak pelamar berdasarkan hasil evaluasi training. Hal

    ini mengingat jika ada pelamar tertentu yang masih diberi kesempatan

    menunjukkan kinerjanya setelah batas waktu training maka akan

    menimbulkan rasa ketidakadilan bagi pelamar yang lain. Disamping itu

    juga, pemilik Wafi akan diperhadapkan pada persoalan menentukan berapa

    lama (hari/ minggu/ bulan) tenggang waktu yang layak untuk menilai

    pelamar tersebut memang pantas diterima atau ditolak sebagai karyawan

    ukir Wafi Jati Jepara.

    c. Perusahaan perlu melakukan upaya-upaya kongkrit lain untuk

    mempertahankan karyawan yang ada misalnya peningkatan gaji/ upah

    berdasarkan kinerja, pemilik Wafi Jati tidak “pelit” dalam mengapresiasi

    setiap pekerjaan yang telah diselesaikan karyawan dengan baik,

    membangun hubungan kerja yang sifatnya kekeluargaan dan bukannya

  • 35

    formal atasan dan bawahan sehingga karyawan merasa nyaman dalam

    bekerja.

    Implikasi Akademik

    Implikasi akademik lebih ditujukan kepada saran untuk penelitian

    mendatang berdasarkan hasil penelitian ini serta kontribusi dari penelitian ini.

    Adapun implikasi akademik yang patut dikemukakan disini adalah:

    a. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh proses rekrutmen dan seleksi

    terhadap prestasi kerja karyawan pada sektor usaha kecil menengah.

    Kajian lainnya yang bisa dikembangkan dari penelitian ini adalah

    mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi retensi karyawan pada sektor

    usaha kecil menengah.

    b. Perlu juga ada kajian-kajian lainnya yang lebih banyak di sektor UKM,

    khususnya menyangkut manajemen sumber daya manusianya selain

    rekrutmen, seleksi dan retensi karyawan. Aspek-aspek yang bisa dikaji

    antara lain menyangkut motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja, gaya

    kepemimpinan, sistem imbalan dan aspek-aspek manajemen sumber daya

    manusia lainnya.

    c. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam bentuk rekomendasi

    perbaikan metode-metode pengelolaan sumber daya manusia. Contohnya:

    dalam metode rekrutmen, direkomendasikan untuk menggunakan metode

    rekrutmen lain yang jangkauannya lebih luas selain penggunaan metode

  • 36

    word of mouth dan pemasangan papan iklan lowongan seperti

    mengiklankan lowongan pekerjaan di surat kabar dan atau radio lokal.

    Dalam hal seleksi, direkomendasikan agar pimpinan perusahaan lebih

    tegas dalam mengambil keputusan menerima atau menolak pelamar

    berdasarkan hasil evaluasi training. Perubahan-perubahan ini perlu

    dipahami efektivitasnya, oleh karena itu perlu adanya penelitian-penelitian

    lanjutan terhadap perubahan-perubahan manajemen sumber daya manusia

    di sektor UKM.

    Daftar Pustaka

    Afriani, Iyan., 2009. Metode Penelitian Kualitatif. http://www.penalaran-

    unm.org

    Anonim, 2012. Seleksi dan Rekrutmen. http://portalukm.com

    Ardiana, Brahmayanti, Subaedi., 2010. Kompetensi SDM UKM dan

    Pengaruhnya terhadap Kinerja UKM di Surabaya. Jurnal Manajemen

    dan Kewirausahaan Vol 12 No 1 Maret.

    Arep, I. dan Tanjung, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas

    Trisakti, Jakarta.

    Armstrong, M., 2009. Human Resource Management Practice Eleventh Edition,

    Kogan Page Ltd, London.

    Carroll, M., Marchington, M., Earnshaw, J., 1999.Recruitment in Small Firms,

    Processes, Methods and Problems.Employee Relations Vol 21 No 3.

  • 37

    Dessler, G., 2008. Human Resource Management (11th

    ed), Prentice Hall, New

    Jersey.

    ILO, 1991. The Dilemma of the Informal Sector.Report of the Director General,

    Part I, the 78th Session of the International Labour Conference, Geneva.

    Jogiyanto., 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE, Yogyakarta.

    Kuncoro, Mudrajad., 2008. Tujuh Tantangan UKM di Tengah Krisis Global.

    Bisnis Indonesia 28 Oktober.

    Lindner, James., and Zoller, Chris., 2000. Recruiting Employees for Small

    Businesses: A Little Planning Goes a Long Way. Ohio State University

    Fact Sheet.

    Mathis, R., and Jackson, J., 2009. Human Resource Management 12th ed,

    Thomson South-Western, Mason.

    Ofori, Dan., 2011. Recruitment and Selection Practices in Small and Medium

    Enterprises: Perspectives from Ghana. International Journal of Business

    Administration Vol 2 No 3 August.

    Partomo, S.T dan Rachman, Abdul., 2002. Ekonomi Skala Kecil/ Menengah

    dan Koperasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

    Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari

    Teori ke Praktek. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Robbins, S.P., 2004. Perilaku Organisasi. PT Prenhallindo, Jakarta.

    Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Pustaka Setia,

    Bandung.

  • 38

    Sarosa, Wicaksono., 2000. Menyoroti Sektor Informal Perkotaan, Research

    and Development Director Urban and Regional Development Institute

    (URDI).http://www.urdi.org

    Schuler, Randall S dan Jackson, Susan E., 1997. Manajemen Sumber Daya

    Manusia Menghadapi Abad Ke-21. Erlangga, Jakarta.

    Siagian, Sondang P., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,

    Jakarta.

    Simamora, H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III. Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

    Stoner, J.A.F., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr. 1996. Manajemen

    (Terjemahan, Jilid 2). PT. Prenhallindo, Jakarta.

    Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Jakarta.

    Sumarni, Murti., 2011. Pengaruh Employee Retention terhadap Turnover

    Intention dan Kinerja Karyawan. Akmenika UPY Vol 8.

    Tambunan, Tulus., 2000. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. PT

    Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

    Tambunan, Tulus., 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba

    Empat, Jakarta.

    UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

  • 39

    DAFTAR PERTANYAAN

    Profil Wafi Jati Jepara

    1. Bagaimana awal mulanya Wafi Jati Jepara berdiri, kapan tepatnya Wafi Jati Jepara mulai dipoerasikan?

    2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong didirikannya Wafi Jati Jepara? 3. Produk apa saja yang dihasilkan oleh Wafi Jati Jepara? 4. Kemana sajakah produk Wafi Jati Jepara dipasarkan? 5. Saat ini ada berapa banyak jumlah karyawan yang dimiliki Wafi Jati

    Jepara? Bagaimana komposisi karyawan berdasarkan jabatan/posisinya?

    6. Bagaimana status mereka, apa semuanya merupakan karyawan tetap atau ada yang musiman/ karyawan tidak tetap?

    7. Jika ada karyawan musiman/ tidak tetap, apa pertimbangan Wafi Jati Jepara mempekerjakan karyawan tidap tetap tersebut?

    8. Berasal dari mana saja rata-rata karyawan yang bekerja di Wafi Jati Jepara?

    Rekrutmen Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    1. Apa tujuan Wafi Jati Jepara melakukan perekrutan karyawan bagian ukir?

    2. Kriteria apa saja yang ditetapkan oleh Wafi Jati Jepara untuk mendapatkan

    karyawan bagian ukir yang berkualitas?

    3. Bagaiamana cara Wafi Jati Jepara dalam merekrut karyawan bagian ukir?

    Apakah Wafi Jati Jepara membuka lowongan di surat kabar atau selebaran

    ataupun media lainnya? Apa alasan memilih cara seperti itu? Jika tidak,

    apa alasannya?

    4. Apakah informasi lowongan disampaikan dengan cara menyampaikan

    kabar dari mulut ke mulut, dimulai dari pimpinan ataupun karyawan

    kepada orang lain (kerabat, famili atau teman dekat)? Apa pertimbangan

    memilih cara demikian? Jika tidak, apa alasannya?

    5. Apakah ada metode lainnya yang digunakan oleh Wafi Jati Jepara untuk

    mendapatkan karyawan bagian ukir yang berkualitas? Apa pertimbangan

    memilih cara tersebut?

    6. Bagaimana proses rekrutmen karyawan bagian ukir di Wafi Jati Jepara,

    langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam proses tersebut?

    7. Bagaimana uraian dari masing-masing langkah dalam proses rekrutmen

    tersebut?

    8. Apakah ada kendala sehubungan dengan proses rekrutmen karyawan

    bagian ukir yang dilakukan Wafi Jati Jepara pada masing-masing langkah

    di atas?

  • 40

    9. Jika ada kendala, bagaimana cara Wafi Jati Jepara mengatasi kendala

    tersebut?

    Seleksi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    1. Apa tujuan Wafi Jati Jepara melakukan seleksi karyawan bagian ukir?

    2. Apa saja kriteria yang dipakai dalam menyeleksi karyawan bagian ukir

    tersebut?

    3. Apa pertimbangan dipilih kriteria sebagaimana disebutkan di atas?

    4. Bagaimana proses seleksi karyawan bagian ukir di Wafi Jati Jepara,

    langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam proses tersebut?

    5. Bagaimana uraian dari masing-masing langkah dalam proses seleksi

    tersebut?

    6. Apakah ada kendala sehubungan dengan proses seleksi yang dilakukan?

    7. Jika ada kendala, bagaimana cara Wafi Jati Jepara mengatasi kendala

    tersebut?

    8. Bagaimana kualitas maupun kuantitas kerja dari karyawan bagian ukir

    setelah melalui proses rekrutmen dan seleksi?

    Kebijakan Retensi Karyawan Bagian Ukir di Wafi Jati Jepara

    1. Apakah alasan perlunya Wafi Jati Jepara melakukan kebijakan retensi

    karyawan?

    2. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Wafi Jati Jepara terkait dengan

    kebijakan retensi karyawan?